Upload
achmad-dodi-meidianto
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas
Citation preview
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang Laki-laki Berumur 52 Tahun Datang dengan Keluhan Perut yang
Semakin Membesar Sejak 2 Minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit. Dari
anamnesis didapatkan ± 2 bulan SMRS, pasien mengeluh mudah capek, lemah,
perut terasa membesar, sembab pada tungkai (-), sesak (-), BAB dan BAK tidak
ada keluhan. ± 1 bulan SMRS, pasien mengeluh perut membesar perlahan,
sembab pada kaki (+), BAB tidak ada keluhan, BAK frekuensi 3-4x/hari,
sebanyak 1 gelas aqua. Os nyaman tidur dengan satu bantal. ± 2 minggu SMRS,
perut os membesar dengan cepat. Sembab pada kedua tungkai (+). Os berobat ke
RSMH dan dikatakan pengecilan hati. Perut os terasa penuh dan kencang, BAB
tidak ada keluhan dan BAK sedikit, sebanyak ¼ gelas air mineral. Badan os terasa
semakin lemas (+), cepat lelah (+), badan terasa semakin berat, mual (-), muntah
(-), demam (-). Os berobat ke RS Muhammadiyah Palembang diberi infus
albumin 4 kantong, dan infus yang diberi obat yang os tidak tahu namanya.
Dilakukan pungsi abdomen, namun cairan diperut tidak keluar. Os kemudian
dirujuk ke RSMH Palembang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang.
Dengan keadaan spesifik kepala tampak konjungtiva anemis dan sklera ikterik,
pemeriksaan thoraks didapatkan pada inspeksi terdapat spider naevi dan
ginekomastia, pada perkusi paru, redup pada ICS 4 dextra, batas paru hepar sulit
dinilai. Auskultasi didapatkan suara vesikuler (+) normal, tidak ditemukan ronkhi
dan mengi. Pada perkusi jantung, batas kanan dan kiri sulit dinilai. Pemeriksaan
abdomen, pada inspeksi tampak cembung, venektasi (+) dan tampak penonjolan
pada umbilikus. Saat abdomen dipalpasi didapat tegang, hepar dan lien sulit
dinilai. Terdapat undulasi, bising usus sulit dinilai. Edema skrotum tidak ada.
Pada ekstremitas, terdapat akral hangat, palmar eritem, piting edema pada
pretibia.
Berdasarkan keluhan pasien, harus dipikirkan beberapa kemungkinan yang
menyebabkan perut membesar pada kasus ini. Pada pemeriksaan lab, kadar ureum
43
44
masih dalam batas normal sehingga dapat disingkirkan penyebab metabolik.
Asites masif dapat menyebabkan sesak napas. Keadaan asites masif mampu
mendorong diafragma keatas, sehingga compliance paru dan kapasitas paru
berkurang. Seiring perut yang semakin membesar, maka kapasitas paru akan
semakin menurun sehingga usaha untuk memenuhi kebutuhan meningkat, dengan
manifestasi yang timbul berupa sesak. Namun pada kasus ini tidak ditemukan
sesak napas. Kadar albumin yang turun juga menyebabkan tekanan onkotik
menurun, sehingga cairan dari intravaskuler dapat berpindah ke interstitial
sehingga menimbulkan ascites pada pasien ini.
Perlu juga dipikirkan apa saja yang mendasari membesarnya perut.
Pembesaran perut dapat disebabkan oleh akumulasi udara misalnya ileus
obstruktif, pembesaran akan terjadi secara akut. Sedangkan pada pasien ini perut
terasa semakin membesar sejak 2 bulan yang lalu, sehingga kemungkinan perut
membesar karena adanya udara bisa disingkirkan. Perut membesar akibat adanya
cairan di cavum peritoneum atau yang dikenal dengan ascites, umumnya terjadi
secara perlahan dan simetris. Ascites dapat disebabkan oleh adanya gangguan
pada jantung, ginjal, hati, dan malnutrisi. Ascites terjadi akibat adanya
perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial dengan berbagai mekanisme
yang mendasarinya bergantung penyakit yang diderita pasien.
Gangguan pada jantung yang dapat menyebabkan ascites adalah CHF
(Congestive Heart Failure). Pada CHF terjadi peningkatan tekanan hidrostatik,
sehingga akan terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial. Pada
penderita ini tidak ditemui gejala dan tanda yang mendukung ke arah CHF,
misalnya dyspneu d’effort dan orthopneu. Selain itu, pada pemeriksaan fisik tidak
didapatkan distensi vena jugularis, rhonki basah halus di basal paru dan S3 pada
auskultasi jantung. Kemungkinan CHF pada penderita dapat disingkirkan.
Gangguan pada ginjal yang sering menyebabkan ascites adalah sindrom
nefrotik dan gagal ginjal. Pasien dengan sindrom nefrotik umumnya datang
dengan keluhan sembab pada seluruh tubuh dengan ciri khas sembab di kelopak
mata pada pagi hari, juga disertai keluhan BAK berbuih. Penderita tidak
45
mengeluhkan gejala-gejala tersebut, sehingga kemungkinan pembesaran perut
karena sindrom nefrotik dapat disingkirkan. Gangguan ginjal lain yang dapat
menyebabkan pembesaran perut adalah CKD (Chronic Kidney Disease) atau
gagal ginjal kronik karena pada pasien dengan CKD terjadi gangguan fungsi
ginjal dalam hal ini fungsi ekskresi, sehingga akan terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intravaskular. Namun, pada pasien ini kadar ureum dan kreatinin
masih dalam batas normal, sehingga dapat disingkirkan penyebab dari ginjal.
Kondisi sistemik yang dapat menyebabkan ascites adalah malnutrisi.
Seseorang yang malnutrisi mengalami kekurangan albumin di dalam tubuhnya
(hipoalbuminemia). Hipoalbuminemia menyebabkan tekanan onkotik di plasma
berkurang sehingga terjadi ascites. Keadaan malnutrisi dapat dilihat dari indeks
massa tubuh pasien dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan
pasien. Indeks massa tubuh pada pasien ini adalah normal meskipun dengan
ascites. Kemungkinan malnutrisi dapat disingkirkan pada pasien ini.
Gangguan pada hati yang dapat menyebabkan ascites adalah sirosis
hepatis. Terjadinya ascites pada sirosis hepatis melibatkan beberapa mekanisme
yang mendasarinya, yaitu hipertensi porta, hipoalbuminemia, dan
hiperaldosteronemia. Gabungan dari ketiga hal tersebut menyebabkan
perpindahan cairan intravaskular ke interstisial, dalam hal ini adalah cavum
peritoneum. Sirosis hepatis adalah suatu keadaan disorganisasi yang difus dari
struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan
fibrosis. Berdasarkan Soebandiri, diagnosis sirosis hepatis dekompensata dapat
ditegakkan bila ada 5 dari 7 tanda berikut, yaitu pada pasien ini, spider naevi,
eritema palmar, kolateral vein (venektasi), ascites, splenomegali, inverted ratio
albumin : globulin, dan hematemesis melena.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada penderita mendukung diagnosis
sirosis hepatis. Untuk membantu penegakkan diagnosis sirosis hepatis pada
penderita diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan
laboratorium (hemoglobin, leukosit, trombosit, LED, bilirubin total, bilirubin
direk, bilirubin indirek, AST, ALT, alkaline fosfatase, albumin, globulin, PT,
aPTT), pemeriksaan USG abdomen dan endoskopi, jika perlu.
46
Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan penurunan kadar hemoglobin
dan trombosit. Penurunan kadar hemoglobin dan trombosit mungkin disebabkan
oleh salah satu gangguan fungsi hati, yaitu fungsi untuk produksi sel-sel darah
terganggu. Penanda lain yang menunjukkan adanya gangguan pada fungsi hati
adalah peningkatan AST, ALT, bilirubin direk, bilirubin indirek, dan bilirubin
total, Penurunan kadar albumin dengan peningkatan kadar globulin (inverted
albumin globulin ratio) ditemukan pada penderita sirosis hepatis.
Pada pemeriksaan urin, ditemukan urin berwarna teh tua. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan bilirubin yang dapat disebabkan adanya
obstruksi bilier ataupun kerusakan sel-sel hepar seperti pada hepatitis dan sirosis
hepatis. Namun pada pasien tidak ada nyeri kolik bilier pada kuadran kanan atas
dan murphy sign sulit dinilai, sehingga dapat disingkirkan kemungkinan obstruksi
bilier. Tidak ada riwayat BAK berbusa dan edema anasarka dapat menyingkirkan
kemungkinan adanya sindrom nefrotik.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
(pemeriksaan laboratorium dan USG abdomen) dapat ditegakkan diagnosis suatu
ascites masif et causa sirosis hepatis dekompensata.
Tatalaksana pada pasien ini terbagi menjadi non-farmakologis dan
farmakologis. Tatalaksana non-farmakologis, meliputi istirahat, diet hati III,
edukasi, dan balans cairan negatif. Balans cairan negatif dimaksudkan untuk
mengurangi asupan agar ascites tidak bertambah. Tatalaksana farmakologis
meliputi cairan IVFD D5%, antihipertensi golongan beta-blocker, furosemid,
spironolakton, kanamycin dan lactulosa. Antihipertensi golongan beta-blocker,
yaitu propanolol, diberikan untuk menurunkan hipertensi portal. Spironolakton
yang merupakan antagonis aldosteron menghambat terjadinya retensi natrium,
sehingga dapat mengurangi ascites. Furosemid dipilih karena merupakan diuretik
poten yang mampu mengurangi ascites.
Prognosis pasien ini ditentukan berdasarkan skoring Child Pugh, bilirubin
total 2,58 mg/dl (2 poin), albumin 2,7 mg/dl (3 poin), Protrombin Time 14,8 detik
(3 poin), ascites masif (3 poin), dan tidak ada hepatic encephalopathy (1 poin),
47
maka total 12 poin dengan interpretasi kelas C (poin 10-15), kemungkinan pasien
dapat bertahan hidup 1 tahun 45% dan bertahan hidup 2 tahun 35%.