12
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 66-77 66 HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI DENGAN STATUS YODIUM PADA WANITA USIA SUBUR DI DAERAH ENDEMIK GAKI Siti Zulaekah dan Irma Yuliastuti Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Abstract Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of serious community health problems. Community group which is very vulnerable to impact of IDD is CBAW. Risk factors of IDD are geographic, salt consumption, food consumption, social economic status and knowledge factor. To investigate the iodine status of CBAW, test of Thyroid Stimulating Hormone (TSH) level was implemented.The objective of this study was to measure the correlation between level of food consumption (energy, protein, iodine) and iodine status of child bearing age women (CBAW) in Selo Village, Selo District, Boyolali, Central Java. This research used observational research with crossectional approach. There were 24 subjects selected randomly. Food consumption (energy, protein, iodine) was collected using interview technique with recall method 3 x 24 hour and level of TSH measured by collected blood sample and tested with ELISA. The data were then analyzed with pearson- product moment correlation test. Based on univariat analysis, level of energy and protein consumption were classified as heavy deficit, which were 83,3% and 70,8% respectively, and iodine consumption was categorited low, which was 62,5%. Based on statistic test , it can be seen that there was not any significant correlation between level of nutrition consumption (energy, protein, iodine ) and iodine status of child bearing age women, with p value of 0,215 ; 0,809 and 0,889 respectively. This phenomenon occured probably due to other factors like selenium (Se), iron (Fe), zinc (Zn), and vitamin A consumption. Based on the result it can be concluded that there was not any significant correlation between level of food consumption (energy, protein, iodine) and iodine status of child bearing age women. Keywords: Food consumption, Iodine, Thyroid Stimulating Hormon PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang masih meng- hadapi masalah Gangguan Akibat Ke- kurangan Yodium (GAKY). Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dapat me- nyerang berbagai tingkatan usia diantaranya adalah pada Wanita Usia Subur (WUS). Kekurangan yodium pa- da wanita subur dapat berisiko terjadi- nya abortus pada saat ibu hamil, lahir mati, sampai cacat bawaan dan pada bayi yang dilahirkan terjadi gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik yang disebut kretin. Kejadian pembe- saran kelenjar gondok terbanyak dite- mukan pada usia antara 9 sampai 13 tahun pada anak laki-laki dan antara usia 12 sampai 18 tahun pada anak pe- rempuan. Pembesaran kelenjar gondok pada orang dewasa baru timbul setelah usia 19 atau 20 tahun (Obin, 2001).

8. Siti Zulaekah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BNM

Citation preview

Page 1: 8. Siti Zulaekah

Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 66-7766

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI DENGAN STATUSYODIUM PADA WANITA USIA SUBUR DI DAERAH ENDEMIK GAKI

Siti Zulaekah dan Irma Yuliastuti

Prodi Gizi Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162

Abstract

Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of serious community health problems. Community group which isvery vulnerable to impact of IDD is CBAW. Risk factors of IDD are geographic, salt consumption, foodconsumption, social economic status and knowledge factor. To investigate the iodine status of CBAW,test of Thyroid Stimulating Hormone (TSH) level was implemented.The objective of this study was tomeasure the correlation between level of food consumption (energy, protein, iodine) and iodine status ofchild bearing age women (CBAW) in Selo Village, Selo District, Boyolali, Central Java. This research usedobservational research with crossectional approach. There were 24 subjects selected randomly. Foodconsumption (energy, protein, iodine) was collected using interview technique with recall method 3 x 24hour and level of TSH measured by collected blood sample and tested with ELISA. The data were thenanalyzed with pearson- product moment correlation test. Based on univariat analysis, level of energy andprotein consumption were classified as heavy deficit, which were 83,3% and 70,8% respectively, andiodine consumption was categorited low, which was 62,5%. Based on statistic test , it can be seen thatthere was not any significant correlation between level of nutrition consumption (energy, protein, iodine )and iodine status of child bearing age women, with p value of 0,215 ; 0,809 and 0,889 respectively. Thisphenomenon occured probably due to other factors like selenium (Se), iron (Fe), zinc (Zn), and vitamin Aconsumption. Based on the result it can be concluded that there was not any significant correlationbetween level of food consumption (energy, protein, iodine) and iodine status of child bearing age women.

Keywords: Food consumption, Iodine, Thyroid Stimulating Hormon

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satunegara berkembang yang masih meng-hadapi masalah Gangguan Akibat Ke-kurangan Yodium (GAKY). GangguanAkibat Kekurangan Yodium dapat me-nyerang berbagai tingkatan usiadiantaranya adalah pada Wanita UsiaSubur (WUS). Kekurangan yodium pa-da wanita subur dapat berisiko terjadi-nya abortus pada saat ibu hamil, lahir

mati, sampai cacat bawaan dan padabayi yang dilahirkan terjadi gangguanperkembangan syaraf, mental dan fisikyang disebut kretin. Kejadian pembe-saran kelenjar gondok terbanyak dite-mukan pada usia antara 9 sampai 13tahun pada anak laki-laki dan antarausia 12 sampai 18 tahun pada anak pe-rempuan. Pembesaran kelenjar gondokpada orang dewasa baru timbul setelahusia 19 atau 20 tahun (Obin, 2001).

Page 2: 8. Siti Zulaekah

Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dengan ... (Siti Zulaekah dan Irma Yuliastuti) 67

Salah satu cara untuk me-ngetahui kecukupan yodium padawanita usia subur adalah dengan me-nilai status yodium. Salah satu metodebiokimia yang digunakan yaitupemeriksaan kadar Thyroid StimulatingHormone (TSH) yang terkandung dalamdarah (Supariasa, 2002). Kadar TSHlebih sensitif dan dapat dipercayasebagai indikator fungsi thyroid sertadapat digunakan pada awal penilaianpasien yang diduga memiliki penyakittiroid (Price dkk, 2006). Kekuranganyodium pada wanita usia subur dapatdisebabkan karena rendahnya kon-sumsi makanan yang mengandungyodium, seperti : makanan laut, susu,daging, telur, air minum, garam ber-yodium (Djokomoeljanto, 2004). Faktorgeografis juga dapat berpengaruhterhadap timbulnya GAKY. Bila daerahgeografis berada jauh diatas permuka-an laut misalnya daerah pegunungan,kaki gunung, maupun perbukitanmaka akan mempunyai andil besardalam menciptakan daerah endemisGAKY.

Desa Selo Kecamatan SeloKabupaten Boyolali merupakan salahsatu dari 19 kecamatan di KabupatenBoyolali yang merupakan daerahendemis GAKY (Biro Statistik, 2007).Penelitian sebelumnya menunjukkanangka TGR Kecamatan Selo pada tahun1996 adalah 19%, sehingga termasukdaerah endemis ringan. Namun padatahun 2002 TGR meningkat menjadi37,3%, sehingga menjadi daerahendemis berat (Ritanto, 2003).

Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui hubungan antaratingkat konsumsi makanan (energi,protein, yodium) dengan statusyodium pada wanita usia subur diDesa Selo Kecamatan Selo KabupatenBoyolali Jawa Tengah. Penelitian inidiharapakan dapat memberikanmanfaat dan informasi bagi pemerintahsetempat sebagai masukan dalampenyuluhan mengenai konsumsimakanan (energi, protein, yodium)untuk penanggulangan masalahGAKY.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakanpenelitian observasional dengan pen-dekatan cross sectional. Subjek dalampenelitian ini adalah wanita usia suburyang telah menjadi aseptor KB di DesaSelo Kecamatan Selo Boyolali JawaTengah sebanyak 24 dipilih secaraacak. Data yang dikumpulkan meliputinama, umur, pekerjaan, pendidikan,data tingkat konsumsi energi, proteindan yodium, serta data status yodium.Data tingkat konsumsi energi, protein,dan yodium dikumpulkan melaluiwawancara dengan menggunakanmetode recall 3x24 jam. Status yodiumdilihat dari kadar TSH subjek yangdianalisis dengan metode ELISA tes.Pemeriksaan kadar TSH dilakukan diLaboratorium Kesehatan Yogyakarta.

Data dianalisis dengan ujistatistik dengan program SPSS forwindows 10. Hasil uji normalitas me-

Page 3: 8. Siti Zulaekah

Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 66-7768

nunjukan bahwa data tingkat konsumsimakanan (energi, protein, yodium) dandata status yodium subjek dan statusyodium terdistribusi normal sehinggauji korelasi yang digunakan adalahkorelasi pearson product moment

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek penelitianterdiri dari usia, pendidikan, pe-kerjaan. Usia subjek rata-rata adalah35,38 ± 7,44 dengan nilai mínimum 23dan nilai maksimum 49 . Umur wanitausia subur yang menjadi subjekpenelitian yaitu d” 35 tahun denganjumlah sebanyak 62,5% sedangkanyang berumur > 35 tahun sebanyak37,5%. Subjek yang tidak sekolahsebanyak 12.5%, tidak tamat SD 12.5%,tamat SD 66.7%, dan tamat SMP 8.3%.Berdasarkan hasil tersebut dapatdiketahui bahwa pendidikan subjeksebagian besar hanya tamat SD, hal inimenunjukan pendidikan subjek belummemenuhi pendidikan dasar (9 tahun).Mata pencaharian sebagian besarsubjek adalah petani yaitu 87,5%,pedagang 8,3%, dan Ibu Rumah Tangga4,2%.

Gambaran Konsumsi Zat Gizi

Menurut Hardinsyah (2004),kategori energi dan protein dikatakandefisit tingkat berat jika <70%, defisittingkat sedang 70-79%, defisit tingkatringan 80-89%, baik atau normal 90-119% dan lebih jika >120%. Sedangkan

kategori konsumsi yodium dikatakancukup bila e” 2/3 dari kebutuhan (e”65%), dan kurang bila < 2/3 dari ke-butuhan (<65%). Konsumsi yodiumyang dianjurkan menurut Angka Ke-cukupan Gizi 2005 yaitu untuk wanitausia 19-49 tahun yaitu 150 µg. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi subjek 861,56 ±211,08 Kkal dengan nilai mínimum601,1 Kkal dan nilai maksimum 1268,5Kkal. Konsumsi protein subjek ber-dasarkan nilai parameter statistik yaitudengan nilai rata-rata 29,85 ± 17,5 gramdengan nilai mínimum 19,7 gram dannilai maksimum 43,3 gram. sedangkanuntuk prosentase AKG proteinindividu berdasarkan nilai parameterstatistik yaitu rata-rata 65,1 ± 19,73 %dengan nilai minimum 40,2 % dan nilaimaksimum 132,4 %. Konsumsi yodiumsubjek berdasarkan nilai parameterstatistik yaitu dengan nilai rata-rata 88,2± 74,78 µg dengan nilai minimum 9,35µg dan nilai maksimum 277,5 µg se-dangkan untuk prosentase AKGyodium individu berdasarkan nilaiparameter statistik yaitu rata-rata 65,75± 64,96 % dengan nilai minimum 6,99% dan nilai maksimum 282,6 %.Gambaran tingkat konsumsi energi,protein dan yodium subyek secaralengkap dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwakonsumsi energi subjek defisit berat83,3% dan konsumsi energi defisitsedang 12,5% sedangkan konsumsienergi baik 4,2%. Dari hasil tersebut

Page 4: 8. Siti Zulaekah

Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dengan ... (Siti Zulaekah dan Irma Yuliastuti) 69

dapat disimpulkan bahwa konsumsienergi subjek sebagian besar tergolongdefisit berat, hal ini dapat dikaitkandengan konsumsi makanan sumberenergi subjek yang rendah dan ke-biasaan makan subjek yang jarangmelakukan sarapan pagi. MenurutKhomsan, (2003) sarapan pagi dapatmenyediakan karbohidrat yang siapdigunakan untuk meningkatakankadar gula darah, dengan kadar guladarah yang terjamin normal makakonsentrasi kerja bisa lebih baiksehingga berdampak positif untukmeningkatkan produktifitas. Sarapanpagi akan menyumbangkan gizi sekitar25% energi.

Kebutuhan energi dapatdipenuhi dengan mengkonsumsimakanan sumber karbohidrat, proteindan lemak (Depkes, 1995). Menuruthasil recall 3x24 jam konsumsi lauk

hewani jarang dikonsumsi oleh se-bagian besar subjek, lauk hewanididominasi oleh penggunaan telur.Konsumsi lauk nabati yang sering di-konsumsi oleh sebagian besar subjekyaitu penggunaan tempe dan tahu,dengan frekuensi 3x sehari, sedangkanuntuk konsumsi sayur yang seringdikonsumsi oleh sebagian besar sub-jek yaitu penggunaan daun adas,singkong, dan labu. Singkong dan labuini merupakan contoh sayuran yangtergolong goitrogenik. Konsumsibuah-buahan cukup jarang, jenis buahyang dikonsumsi yaitu pisang danjeruk.

Konsumsi protein sebagianbesar subjek tergolong defisit beratyaitu sebanyak 70,8%. Rendahnyakonsumsi protein ini disebabkankarena sebagian besar subjek jarangmengkonsumsi makanan sumber

Tabel 1. Gambaran Tingkat Konsumsi Zat Gizi Subjek Penelitian

Zat Gizi Tingkat Konsumsi n % Energi Defisit berat

Defisit sedang 20 3

83,3 12,5

Baik 1 4,2 Jumlah 24 100

Protein Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan

17 4 1

70,8 16,7 4,2

Baik 2 8,3 Jumlah 24 100

Yodium Kurang 15 62,5 Cukup 9 37,5 Jumlah 24 100

 

Page 5: 8. Siti Zulaekah

Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 66-7770

protein, mereka lebih sering meng-konsumsi sayuran hasil kebun mereka.Protein dalam tubuh sangat dibutuh-kan oleh tubuh sebagai salah satucadangan energi. Selain itu, protein jugaberfungsi untuk memperantarai responhormon thyroid, jika protein dalamtubuh defisit maka dapat mengganggufungsi protein itu sendiri.

Konsumsi yodium subjek kate-gori kurang sebesar 62,5 % dankonsumsi yodium cukup sebesar 37,5%Menurut hasil penelitian Rachmawanti(2009), bahwa di Desa Selo terdapatgaram yang tidak memenuhi syarat (<30 ppm) sebesar 75%. Garam beryo-dium yang dianjurkan dikonsumsimanusia adalah yang memenuhiStandart Nasional Indonesia (SNI),yaitu kandungan yodiumnya lebih dari30 ppm (Dachroni, 2008).

Gambaran Status yodium

Status yodium subjek rata-rataadalah 1,67 ± 0,95 dengan nilaimínimum 0,44 dan nilai maksimum4,09. Apabila dilihat dari kadar TSH,semua subjek mempunyai statusyodium yang normal. Kadar TSH yangnormal disebut juga eutiroid. Walau-

pun dikatakan normal, orang denganeutiroid memiliki kelainan hormontiroid. Eutiroid merupakan istilah yangmenggambarkan kelainan pada fungsithyroid yang diamati pada pasien-pasien yang menderita penyakitsistemik diluar kelenjar thyroid. Gejalaeutiroid jika seseorang sakit danmengalami kekurangan gizi atau telahmenjalani pembedahan, maka hormonthyroid T4 tidak dirubah menjadi T3

sehingga tertimbun sejumlah besarhormon T3 yang merupakan hormonthyroid dalam bentuk tidak aktif.Meskipun T4 tidak dirubah menjadi T3,tetapi kelenjar thyroid tetap berfungsidan mengendalikan kecepatan meta-bolisme tubuh secara normal (Purnamidan Saraswati, 2009). Distribusi statusyodium dapat dilihat pada tabel 2.

Meskipun tingkat konsumsiyodium subjek sebagian besar ter-golong kurang akan tetapi statusyodium subjek 100% tergolongeutiroid. Hal ini dapat dimungkinkankarena adanya interaksi yodiumdengan mineral lain seperti seleniumdan besi. Menurut Soekarti (2008),bahwa selenium terlibat dalaminteraksi metabolisme yodium, selain

Tabel 2. Status Yodium Subjek Penelitian

Status yodium n %

Normal 24 100

Tidak normal 0 0

Jumlah 24 100  

Page 6: 8. Siti Zulaekah

Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dengan ... (Siti Zulaekah dan Irma Yuliastuti) 71

itu kekurangan besi dapat menyebab-kan terganggunya metabolisme thyroid.

Hubungan Konsumsi Energi denganStatus Yodium

Distribusi silang konsumsienergi dengan status yodium wanitausia subur dapat dilihat pada tabel 3.Tabel 3 menunjukan bahwa dari subjekyang berstatus yodium normalsebagian besar subjek memiliki kon-sumsi energi defisit berat sebanyak83,3%.

Hasil uji statistik dengan meng-gunakan uji korelasi pearson productmoment diperoleh nilai p = 0,215 hal inimenunjukan tidak ada hubungansignifikan antara tingkat konsumsienergi dengan status yodium. Hasilpenelitian ini tidak sesuai dengan pen-dapat Price dkk (2006) dan Nurcahyo(2009), bahwa hormon-hormon thyroidmemiliki efek pada pertumbuhan sel,perkembangan dan metabolismeenergi. Kejadian eutiroid dapat terjadiakibat seseorang mengalami kuranggizi maka hormon thyroid T4 tidakdiubah menjadi T3, meskipun T4 tidak

ubah menjadi T3 tetapi kelenjar tetapberfungsi dan mengendalikan ke-cepatan metabolisme tubuh secaranormal (Nurcahyo, 2009).

Status yodium juga dapat di-pengaruhi oleh adanya zat goitrogenikdalam bahan makanan sepeti ke-lompok sianida, kelompok mimosin,kelompok isothiosianat dan kelompokasam. Jenis makanan sumber energiyang sering dikonsumsi oleh sebagianbesar subjek yaitu beras, singkong,biskuit (Djokomoeljanto, 2004).Selanjutnya Djokomoeljanto (2004)menyatakan bahwa kebanyakan unsuryodium didapat lewat makanan.Tumbuhan memperoleh yodium darilahan dimana tanaman ini ditanam,sehingga makin tinggi kadar yodiumlahan, makin tinggi pula kadar yodiumtanaman yang hidup dilahan tersebut.

Menurut Williams (1974) dalamPicauly (2002), dari hasil risetnya me-ngatakan bahwa zat goitrogenik dalambahan makanan yang dimakan setiaphari akan menyebabkan zat yodiumdalam tubuh tidak berguna, karena zatgoitrogenik tersebut merintangi

Tabel 3. Distribusi Silang Konsumsi Energi dengan Status Yodium Subjek

Tingkat Konsumsi Energi

Status Yodium Total

Normal Tidak normal n n n

Defisit berat Defisit sedang

20 3

(83,3%) (12,5%)

0 0

(0%) (0%)

20 3

(83,3%) (12,5%)

Baik 1 (4,2%) 0 (0%) 1 (4,2%) Total 24 (100%) 0 (0%) 24 (100%)

 

Page 7: 8. Siti Zulaekah

Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 66-7772

absorbsi dan metabolisme mineralyodium yang telah masuk ke dalamtubuh. Penelitian ini tidak sejalandengan penelitian Ritanto (2003) yangmenyatakan bahwa faktor goitrogeniktidak terbukti sebagai faktor risiko.

Hubungan Konsumsi Protein denganStatus Yodium

Distribusi silang tingkat kon-sumsi protein dengan status yodiumwanita usia subur dapat dilihat padatabel berikut 4. Tabel tersebutmenunjukkan bahwa subyek yangberstatus yodium normal sebagianbesar memiliki konsumsi proteindefisit berat yaitu 70,8%

Hasil uji statistik dengan meng-gunakan uji korelasi pearson productmoment diperoleh nilai p = 0,809 hal inimenunjukan tidak ada hubungansignifikan antara tingkat konsumsiprotein dengan status yodium. Hasilpenelitian ini sesuai dengan hasilpenelitian Samsudin (2007), yang me-nyatakan bahwa tidak ada hubungan

antara konsumsi protein dengan fungsithyroid.

Menurut Sauberlich (1999) pe-ngaruh defisiensi protein berkaitandengan sintesis hormon thyroid ter-utama dalam tahap transportasihormon, baik T3 dan T4 yang terikatdengan protein serum. Defisiensiprotein dapat menyebabkan ter-ganggunya T3 dan T4 bebas. Denganadanya mekanisme umpan balik padaTSH maka akhirnya hormon thyroidmenurun. Apabila keadaaan ini ber-langsung terus menerus maka akanmenyebabkan terjadinya pembesarankelenjar thyroid. Hasil penelitian jugamenunjukan bahwa konsumsi proteinsubjek tergolong defisit berat akantetapi status yodium subjek tergolongnormal (eutiroid). Menurut Price,dkk(2006), adanya perubahan nutrisiseperti pada waktu diet tanpa karbo-hidrat dan protein, dapat juga menu-runkan jumlah tiroksin yang teryodi-nasi menjadi triyodotironin (T3), danmeningkatkan jumlah tiroksin yangdiubah menjadi reverse triyodotironin

Tabel 4. Distribusi Silang Tingkat Konsumsi Proteindengan Status Yodium Subjek

Tingkat Konsumsi protein

Status Yodium Total

Normal Tidak normal n n n

Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan

17 4 1

(70,8%) (16,7%) (4,2%)

0 0 0

(0%) (0%) (0%)

17 4 1

(70,8%) (16,7%) (4,2%)

Baik 2 (8,3%) 0 (0%) 2 (8,3%) Total 24 (100%) 0 (0%) 24 (100%)

 

Page 8: 8. Siti Zulaekah

Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dengan ... (Siti Zulaekah dan Irma Yuliastuti) 73

(rT3) yang secara metabolik kurangaktif. Pada kebanyakan pasien eutiroidmemiliki kadar T3 yang rendah dankadar rT3 yang meningkat , kadang-kadang kadar T4 serum juga menurun.Kadar TSH biasanya normal atausedikit diatas normal. Hasil yangdemikian dapat terjadi karenaperubahan-perubahan pada konversiT4 menjadi T3 dan menurunnyapengikatan T4 dengan proteinpengikat. Perubahan pada fungsithyroid juga terkait oleh adanyaperubahan konsentrasi TBG (globulinpengikat tiroksin), misalnya adanyapenyakit sistemik yang berat, sindromnefrotik, penyakit hati kronik, dll. Selainitu dimungkinkan hal ini dapatdisebabkan oleh adanya faktor lainseperti konsumsi selenium, seng, besidan vitamin A.

Selenium berada dalam ma-kanan dalam bentuk selenometionindan selenosistein. Selenium (Se) diang-kut oleh albumin dan alfa-2 globulin(Almatsier, 2003). Selenium dapatmemberikan pengaruh biologis secaralangsung atau setelah digabungkan kedalam enzim atau protein bioaktif lain,sebagai contoh seleno-protein adalahsisi aktif enzim anti-oksidan glutationperoksidase dan tiorekdoksin reduktaseglutation perioksidase adalah seleno-protein yang paling banyak terdapatdalam mamalia. Tiorekdoksin reduktasetidak hanya penting untuk memeliharaagar protein sel tetap berada dalamkeadaan terekduksi, tetapi juga ber-guna untuk menyediakan deoksiri-

bonuklease yang diperlukan untuksintesis DNA. Enzim deiodinase(D1,D2,D3) diperlukan untuk aktivasidan aktivitas hormon thyroid (T4menjadi bentuk T3) (Muchtadi, 2009).

Seng (Zn) erat kaitanya denganprotein hal ini dapat dilihat padaproses absorpsi seng. Seng diangkutoleh albumin dan transferin masuk kealiran darah dan dibawa ke hati. Sengmerupakan kofaktor enzim, selain ituseng juga berperan dalam berbagaiaspek metabolisme salah satunya yaitusintesis protein. Besi (Fe) memilikikesamaan dengan seng dalam prosesmetabolisme dan absorpsi, absorpsibesi juga membutuhkan alat angkutyaitu protein. Dalam jumlah yangkelebihan besi disimpan dalam bentukprotein feritin dan hemosisderin.

Vitamin A juga berhubungandengan protein. Dalam tubuh vitaminA dalam bentuk retinol diangkut olehRBP (Retinol Binding Albumin) dandisintesis dalam hati, selain itumetabolisme vitamin juga berkaitandengan seng (Almatsier, 2003).

Hubungan Konsumsi Yodium danStatus Yodium

Distribusi silang tingkat kon-sumsi yodium dengan status yodiumwanita usia subur dapat dilihat padatabel 5. Tabel tersebut menunjukanbahwa pada subyek yang berstatusyodium normal lebih dari separuhnyamemiliki tingkat konsumsi yodiumkurang sebanyak 62,5%.

Page 9: 8. Siti Zulaekah

Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 66-7774

Hasil uji statistik dengan meng-gunakan uji korelasi pearson productmoment diperoleh nilai p = 0,889 hal inimenunjukan tidak ada hubunganantara konsumsi yodium dengan statusyodium. Hasil penelitian ini sesuaidengan penelitian Ritanto (2003), yangmenyatakan bahwa tidak ada hubung-an antara konsumsi makanan yangkaya yodium. Faktor risiko kejadiankekurangan yodium disebabkankandungan yodium dalam makananyang sangat kecil dan frekuensi makanyang tidak menentu.

Kandungan yodium dalam suatumakanan yang dikonsumsi akanmempengaruhi kadar yodium dalamtubuh, sedangkan kandungan yodiumdalam bahan makanan tergantung darikandungan organik tempat hidup(habitat) bahan makanan tersebut.Jumlah yodium yang terdapat dalammakanan sebanyak jumlah ioda danuntuk sebagian kecil secara kovalenmengikat asam amino. Yodium diserapsangat cepat oleh usus dan oleh kelenjarthyroid digunakan untuk memproduk-si hormon thyroid (Picauly, 2002).

Kandungan yodium dalambahan makanan akan hilang atau ber-kurang akibat proses pengolahan. Ke-hilangan yodium pada penggorengansebanyak 35%, pada pemanggangan/pembakaran 25% dan perebusan 70%(Hetzel, 1989). Selain dari prosespengolahan bahan makanan, faktoryang mempengaruhi kandunganyodium adalah adanya mineral sepertiselenium, besi, seng dan juga vitaminA.

Selenium memiliki peran ter-hadap hormon thyroid, yaitu dalam halmenurunkan stress pada hormonthyroid, T3 dan T4 dimana T3 hasilkonversi dari T4 yang sangat tergantungdari selenium, akan meningkatkankerja kelenjar pituari bagian depanuntuk merangsang TSH, selanjutnyaTSH ini akan merangsang kelenjarthyroid untuk menghasilkan T3 dan T4(Ganong, 1989). Besi juga dapat mem-pengaruhi status yodium. PenelitianSoekatri (2008) menunjukkan bahwasuplementasi besi dapat meningkatkankemampuan yodium dalam minyakpada anak yang kekurangan yodium.

Tabel 5. Distribusi Silang Tingkat Konsumsi Yodiumdengan Status Yodium

Tingkat Konsumsi yodium

Status Yodium Jumlah

Normal Tidak normal n N n

Kurang 15 (62,5%) 0 (0%) 15 (62,5%) Cukup 9 (37,5%) 0 (0%) 9 (37,5%)

Total 24 (100%) 0 (0%) 24 (100%)  

Page 10: 8. Siti Zulaekah

Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dengan ... (Siti Zulaekah dan Irma Yuliastuti) 75

Selain itu, seng dan vitamin Ajuga berhubungan dengan fungsithyroid. Seng berfungsi untuk pe-ngaturan dan aktivitas enzim karboksi-peptidase H (KPH) di sel hipotalamus.Enzim karboksi peptidase H berperan padaperubahan bentuk prepro-TRH menjadiTRH (Thyrotropin Releasing Hormone)pada fase post translasi yang kemudianberperan pada sintesis hormon TRH(Yosoprawoto, 2009).

Vitamin A berperan terhadapasupan yodium ke dalam thyroid dansintesis thyroglobulin serta mem-pengaruhi ukuran thyroid (Rinaningsih,2009). Hubungan antara vitamin A(retinoid) dengan fungsi thyroiddiantaranya adalah sehubungandengan konversi karoten menjadiretinoid (aktivitas dioksigenase) dansehubungan dengan sirkulasi keduafaktor dalam plasma, dan keduanyaterikat dalam prealbumin. Ikatan inibersifat tidak bersaing, merangsang/mengatur aktivitas dioksigenase yangmerupakan salah satu peran hormonthyroid. Dalam hal ini, status hipotiroidcenderung terjadi hiperkaronemia,dan gejala rabun senja sering ada hu-bungannya dengan tidak berfungsinyathyroid. Selain itu, defisiensi vitamin Adapat meningkatkan kadar tiroksin

dalam plasma tetapi tidak menyebab-kan gejala hipertiroid, demikian pulasuplementasi (konsumsi) retinolrupanya berakibat menurunnya kadarhormon thyroid plasma pada penderitahipertiroid (Linder, 1992).

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkanbahwa tingkat konsumsi energi danprotein sebagian besar wanita usiasubur di Desa Selo adalah defisit berat,sedangkan tingkat konsumsi yodiumsemua subjek tergolong kurang danstatus yodium pada semua subjektergolong normal. Berdasarkan ujistatistik, tidak ada hubungan antaratingkat konsumsi makanan (energi,protein, yodium) dengan statusyodium wanita usia subur di Desa Selo.

2. Saran

Bagi Puskesmas maupun DinasKesehatan setempat sebaiknya lebihmeningkatkan penyuluhan secara ber-kesinambungan mengenai konsumsimakanan (energi, protein, yodium) danpengolahan makanan yang baik dalamrangka mengurangi resiko terjadinyaGAKY di daerah endemik.

Page 11: 8. Siti Zulaekah

Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 66-7776

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama:262-266

BPS Boyolali, 2007. Kecamatan Selo Dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Boyolali.Boyolali

Dachroni. 2008. Promosi Garam Beryodium Di Rumah Tangga. Diakses tanggal 11 Maret2008. http://www. Gaky.promosikesehatan.com.

Djokomoeljanto, R 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI Jakarta. Jakarta

Ganong, W.F. 1989. Review of medical Physiology, 14th Ed. A Lange Medical Book.Prentice Hall International Inc.

Hetzel, B.S. 1989. An Overview of the Prevention and Control of Iodine Deficiency Disorder; in Hetzel, J.T. Dunn and J.B. Stanbury (ed). Elvsevier Science Plubbisher:New York: 7-29

Khomsan, A , 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada .Jakarta: 103-106

Linder C.M. 1992. Nutritional Biochemistri and Metabolic, diterjemahkan olehAminudin Prakassi. UI-Press. Jakarta

Muchtadi, D. 2009. Gizi Anti Penuaan Dini. Alfabeta : Bandung : 158 – 159.

Nurcahyo. 2009. Sindroma Sakit Eutiroid Indonesia. Diakses Tanggal 17 Desember 2009.http://www.Indonesia.com.

Obin, R. 2001. Komoditas Pertanian sebagai sumber Gizi. diakses pada 6 april 2008.http://www. Google.com.

Picauly, I. 2002. Iodium Dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Diaksestanggal 13 maret 2008. http://www.google.com.

Price, SA dan Lorraine, MW. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses PenyakitEdisi 6. EGC. Jakarta : 1228-1234

Purnami dan Saraswati. 2009. Laporan kasus Euthyroid sick sindrome. Diakses padatanggal 1 Desember 2009 . http://www. Akademik.unsri.ac.id.

Rinaningsih. 2009. Hubungan Kadar Retinol Serum Dengan Thyroid Stimulating Hormone

Page 12: 8. Siti Zulaekah

Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dengan ... (Siti Zulaekah dan Irma Yuliastuti) 77

Anak Balita Di Daerah Kekurangan Yodium.www.magi.undip.co.id. Diaksestanggal 8 Januari 2010.

Ritanto M.J, 2003. Faktor Resiko Yodium Pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan SeloKabupaten Boyolali. Jurnal Gaky Indonesia. Diakses April 2003. http:// www.Google.com.

Samsudin, M. 2007. Hubungan Kadar Pb Dalam Darah Dengan Fungsi Tirois (TSH-F4)Pada Wanita Usia Subur (WUS) Risiko Terkena Paparan Pb Di Daerah Perkotaan.Diakses tanggal 18 desember 2009. http:// www. Google.com

Soekarti, Moesijanti. 2008. Interaksi Yodium Dengan Zat Gizi Lain. Diakses tanggal 25Maret 2008 . http://www.orst.edu/depth/Ipi/infocentre/minerals/iodine//.

Supariasa. I.D.N dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta: 169-170

Yosoprawoto, M. 2009. Pengaruh Defisiensi Seng (Zn) Terhadap Hormon Tiroid dan EnzimProtein Kinase C Á dalam Keadaan Defisiensi Yodium (Y) Ringan : PenelitianEksperimental Laboratorium Pada Tikus Wistar. .www.unair.ac.id. Diaksestanggal 8 Januari 2010.