Upload
lamhanh
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
81
BAB IIIMETODE PENELITIAN
Bab ini membahas jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, definisi konseptual
dan oprasional, kisi-kisi instrumen, kalibrasi instrumen dan teknik analisis data, yang
masing-masing peneliti bahas pada bagian berikut ini:
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan rancangan penelitiannya, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksperimental (experimental research). Metode penelitian yang digunakan adalah
kuasi eksperimen. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu
sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan
disebut pretest dan sesudah perla-kuan disebut posttest. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan adanya pengaruh dari penerapan teknik role play terhadap
kemampuan berbicara peserta didik Sekolah menengah kejuruan jurusan Akomodasi
Perhotelan jika dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan teknik
percakapan singkat. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto (2009 :
82
272) bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenalkan pada subjek selidik.
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen
karena subjek yang diteliti adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan
antara satu dengan yang lain seperti mendapatkan perlakuan karena berstatus sebagai
kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design
(Sugiono, 2008: 45). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan
suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:
Tabel 3.1 Desain Faktorial
Motivasi Belajar(B) Teknik Role Play
(A1)
Teknik PercakapanSingkat
(A2)
Tinggi (B1) A1B1 A2B1
Rendah (B2) A1B2 A2B2
Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen adalah peserta didik SMK kelas XI
Akomodasi Perhotelan 1, sedangkan kelompok kontrol adalah peserta didik SMK
kelas XI Akomodasi Perhotelan 2. Pada kelompok eksperimen, pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan metode role play.
83
Penelitian ini direncanakan dua kali pertemuan di setiap kelompok. Langkah
kegiatannya meliputi prestest, perlakuan (pembelajaran bahasa inggris dengan teknik
role play dan model teknik percakapan singkat), kemudian diakhiri dengan posttest.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Di dalam penelitian ini
tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes
yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut
posttest. Objek penelitian ini adalah pengaruh teknik role play terhadap kemampuan
berbicara peserta didik kelas XI Akomodasi Perhotelan tahun ajaran 2014/2015.
Dalam penelitian ini, independent variable (variabel bebas) adalah teknik role play
dan motivasi, dan dependent variable (variabel terikat) adalah kemampuan berbicara
peserta didik sekolah menengah kejuruan jurusan Akomodasi Perhotelan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMKN 3 Bandar lampung. SMKN 3 Bandar
lampung memiliki 27 kelas yang terdiri dari: (1) kelas X dengan jumlah 9 kelas
dengan 6 jurusan, (2) kelas XI dengan jumlah 9 kelas dengan 6 jurusan, (3) kelas XII
dengan jumlah 9 kelas dengan 6 jurusan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Term
Genap Tahun Pelajaran 2015.
84
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMKN 3 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 385 orang siswa dari 9 kelas
dengan 6 jurusan. Masing-masing jurusan tersebut adalah Akomodasi Perhotelan,
Tata Boga, Busana Butik, Usaha Pariwisata, Kecantikan Rambut dan kecantikan
Kulit. Dalam penelitan ini peneliti tidak menggunakan semua kelas untuk diteliti
tetepi peneliti menggunakan kelas yang memiliki karakter yang sama. Jumlah siswa
jurusan Akomondasi Perhotelan di SMK N 3 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas XI Akomondasi Perhotelan di SMKN 3 BandarLampung Tahun Pelajaran 2014-2015
No Jurusan Nama Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rataSemester
1. AkomodasiPerhotelan
XI AP 1XI AP 2
4542
6666
Jumlah 87 -Sumber : Data Siswa SMKN 3 Bandar Lampung
3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian anggota populasi target yang diambil
dengan teknik purposive sempling dengan cara claster. Sehingga sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI Akomodasi Perhotelan 1 dan XI Akomodasi
85
Perhotelan 2, yang masing-masing berjumlah 45 dan 42 orang siswa. Kedua kelas ini
dinilai setara, terlihat pada rata-rata nilai semester sebesar 66. Kelas XI Akomodasi
Perhotelan 1 akan menggunakan teknik pembelajaran role play dan XI Akomodasi
Perhotelan 2 akan menggunakan teknik pembelajaran percakapan singkat.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan tes kemampuan berbicara dan observasi.
1. Kemampuan berbicara
Kemampuan berbicara diukur dengan menggunakan tes kemampuan berbicara.
Untuk mengambil data penelitian, digunakan tes penilaian berbicara atau
speaking test. Tes yang diberikan berupa tes sebelum diberi perlakuan dan
sesudah menggunakan teknik role play.
2. Observasi
Peneliti menggunakan observasi berupa instrumen pengamatan dan pencatatan
selama pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang akan diamati adalah pelaksanaan
pembelajaran, keaktifan, perhatian, dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Observasi akan dilaksanakan oleh peneliti sendiri.
3.5 Definisi Konseptual dan Oprasional
Peneliti menjabarkan definisi konseptual dan oprasional yang berkaitan dengan
variabel-variabel penelitian dalam sub bab ini.
86
3.5.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual dalam penelitian ini meliputi definisi konseptual mengenai
peningkatan keterampilan berbicara, teknik pembelajaran role play , teknik
pembelajaran percakapan singkat, motivasi belajar.
3.5.1.1 Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain,
baik ketika ngobrol, presentasi, menyampaikan pendapat, perdebatan ataupun
kegiatan lainnya. Keterampilan berbicara identik dengan penggunaan bahasa lisan
yang tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang siswa sampaikan.
3.5.1.2 Teknik Role Play
Teknik pembelajaran role play adalah teknik bermain peran dengan cara memberikan
peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar kepada siswa dalam
bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh pendidik dan
peran tersebut kedalam sebuah pentas.
3.5.1.3 Teknik Percakapan Singkat
Teknik percakapan singkat adalah teknik pembelajaran dengan menggunakan
percakapan singkat antara dua atau tiga orang . Teknik ini sangat mudah dan ringan
dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan permainan
87
sehingga dapat menghilangkan stress pada siswa karena masalah-masalah yang
dihadapi dalam pelajarannya, sehingga siswa menjadi tertarik untuk belajar.
3.5.1.4 Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi
dorongan siswa untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh
motivasi tersebut. Motivasi tumbuh dari dalam diri siswa berdasarkan dorongan dari
luar.
3.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi definisi operasional mengenai
peningkatan keterampilan berbicara, teknik pembelajaran role play , teknik
pembelajaran percakapan singkat, motivasi belajar.
3.5.2.1 Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara adalah penilaian kemampuan berbicara siswa dalam
pronunciation, grammar, vocabulary, fluency and comprehension.
3.5.2.2 Teknik Role Play
Penilain yang guru lakukan pada saat teknik role play dilakukan adalah penilain pada
saat siswa menyiapkan skenario pembelajaran, siswa mempelajari skenario, siswa
melakonkan skenario yang telah dipelajari, kerjasama sekelompok siswa membahas
88
peran yang akan dilakukan, presentasi hasil kelompok yang dilakukan oleh siswa dan
keaktifan siswa pada saat bimbingan penyimpulan dan refleksi.
3.5.2.3 Teknik Percakapan Singkat
Penilaian yang guru lakukan pada saat siswa melakukan teknik percakapan singkat
adalah guru menilai keaktfan siswa pada saat mempersiapkan percakapan, kelancaran
berbicara dan pemilihan kosakata.
3.5.2.4 Motivasi Belajar
Motivasi belajar siswa yang dinilai oleh guru adalah keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, melakukan percakapan dengan temanya yang menunjukan bahwa
siswa tersebut memiliki motivasi yang tinggi atau rendah.
3.6 Kisi-kisi Instrumen
3.6.1 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Prestasi Belajar
Prestasi belajar peserta didik dapat dilihat setelah dilakukan speaking test secara lisan
menggunakan teknik role play. Penskoran dilakukan dengan menggunakan pedoman
penskoran yang terdapat pada penyusunan penilaian psikomotor bahasa Inggris
tingkat sekolah menengah atas yang peneliti buat, pedoman penskoran tersebut
dijadikan pedoman dalam penskoran terhadap kemampuan berbicara yang akan
dilakukan. Aspek penilaian prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
89
Tabel 3.3 Aspek Penilaian Kemampuan Berbicara
No. Aspek 1 2 3 4 Total
1. Grammar dan Vocabulary(Leksikogramatika)1. Apakah menggunakan tata bahasa yang
benar dan kosakata yang tepat2. Apakah menggunakan tata bahasa dan
kosa kata yang terkadang kurang tepat,tetapi tidak mempengaruhi makna
3. Apakah menggunakan tata bahasa dsnkosa kata yang kurang tepat danmempengaruhi makna
4. Apakah menggunakan tata bahsa dankosa kata yang sulit/tidak datadimengerti
5. Apakah sulit memproduksi kata-kata/diam
2. Manajemen Wacana1. Apakah menata gagasan sesuai dengan
struktur teks yang maksimal dalamgenre yang dipilih
2. Apakah menata gagasan sesuai denganstruktur teks minimal dalam genre yangdipilih
3. Apakah gagasan ditata dengan strukturyang kurang jelas dan mempengaruhikejelasan makna
4. Apakah gagasan dan susunannya sulitdipahami
5. Apakah gagasan dan susunannya tidakmasuk akal
3. Ucapan dan Intonasi1. Apakah ucapan dan intonasi sangat
jelas mendekati penuturan asli2. Apakah ucapan dan intonasi jelas
meskipun terdapat aksen bahasapertama
3. Apakah ucapan dan intonasi kurang
90
No. Aspek 1 2 3 4 Total
jelas dan mempengaruhi makna4. Apakah ucapan dan intonasi tidak jelas
dan menghilangkan sejumlah makna5. Apakah ucapan dan intonasi tidak
mampu mengungkapkan makna4. Komunikasi Interaktif
1. Apakah percaya diri dan lancermengambil giliran berbicara danmampu mengoreksi diri jika membuatkesalahan
2. Apakah percaya diri meskipun terkadanmint pengulangan dan meunjukankeraguan
3. Apakah lebihbanyak merespon daripadainisiatif
4. Apakah sulit diajak berbicara meskipunsudah dipancing
5. Apakah tidak mampu merespon inisiatif
Sumber : Penyusunan Perangkat Psikomotor Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas(2010:7)
3.6.2 Kisi-kisi Instrumen Penskoran Aspek Keterampilan Berbicara
Indikator dalam instrumen yang digunakan dalam menilai penskoran aspek
kemampuan berbicara adalah pada aspek kesesuaian informas, kefasihan dan
kelancaran, kosa kata, intonasi dan eksperesi serta gerakan makan dan keberanian.
Untuk itu peneliti merancang penskoran tersendiri, sebagai berikut:
91
Tabel 3.4 Penskoran Kemampuan Berbicara
No. KodeSiswa
Aspek Penilaian Kemampuan BerbicaraTotalSkorKesesuaian
Informasi
Kefasihandan
KelancaranKosa Kata
Intonasi danEkspresi
GerakanBadan danKeberanian
1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20
TOTAL
Kretiria penilaian:Nilai 1 : KurangNilai 2 : CukupNilai 3 : BaikNilai 4 : Baik Sekali
3.7 Kalibrasi Instrumen
Pada penelitian ini digunakan instrumen tes. Tes digunakan untuk mengukur
peningkatan prestasi belajar siswa. Penyusunan instrumen mengacu pada indikator
92
yang terdapat dalam kisi-kisi instrumen. Kalibrasi instrumen dilakukan untuk
menjamin validitas dan reabilitas. Kalibrasi instrumen dilakukan dengan
menggunakan t-Test. Uji coba instrumen dilakukan sebelum penelitian dilakukan.
3.7.1 Validitas Instrumen
Soal dikatakan valid jika soal tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya
dievaluasi. Validitas isi dari soal tes telah diusahakan ketercapaiannya sejak saat
penyusunan, yaitu dengan memperhatikan materi dan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Sedangkan untuk menilai validitas butir soal (empiris) dilakukan melalui
ujicoba.
Validitas isi dari tes dapat diketahui dari kesesuaian antara tujuan pembelajaran dan
ruang lingkup materi yang telah diberikan dengan butir-butir tes yang menyusunnya.
Tes tersebut dikatakan valid jika tes tersebut tepat mengukur apa yang hendak diukur.
Untuk mengetahui validitas butir soal (empiris), dilakukan dengan mengkorelasikan
skor butir soal tersebut dengan skor total yang diperoleh. Untuk menguji validitas
soal (Vi) digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
n = Jumlah seluruh siswa ( banyaknya objek )
93
xi = Skor tiap butir
yi = Skor total
rxy = Koefisien Korelasi antar skor butir dan skor total
Sugiono (2008: 255)
Dengan kriteria validitas sebagai berikut :
0,00 ≤ rxy ≤ 1,20 : Soal memiliki validitas sangat rendah
0,20 < rxy ≤ 0,40 : Soal memiliki validitas rendah
0,40 < rxy ≤ 0,60 : Soal memiliki validitas cukup
0,60 < rxy ≤ 0,80 : soal memiliki validitas tinggi
0,80 < rxy ≤ 1,00 : Soal memiliki validitas sangat tinggi
Arikunto (2009: 75)
Hasil uji validitas soal tes adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Validitas Soal
No. Soal Pearson Correlation Kesimpulan
soal 1 0.677 Validsoal 2 0.785 Validsoal 3 0.677 Validsoal 4 0.678 Validsoal 5 0.667 Validsoal 6 0.786 Validsoal 7 0.634 Validsoal 8 0.875 Validsoal 9 0.897 Validsoal 10 0.894 Valid
94
No. Soal Pearson Correlation Kesimpulan
soal 11 0.596 Validsoal 12 0.979 Validsoal 13 0.892 Validsoal 14 0.750 Validsoal 15 0.794 Validsoal 16 0.737 Validsoal 17 0.766 Validsoal 18 0.554 Validsoal 19 0.651 Validsoal 20 0.741 Valid
Dari hasil analisis validitas didapatkan nilai korelasi antara skor item dengan skor
total, setelah itu nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari
pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 20, maka didapat r tabel
sebesar 0,444 (lihat pada lampiran tabel r). Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai
korelasi untuk semua item soal nilai lebih dari 0,444. Karena koefisien korelasi pada
item soal nilai lebih dari 0,444 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut
berkorelasi signifikan dengan skor total sehingga dapat disimpulkan bahwa butir
instrumen tersebut valid.
3.7.2 Reliabilitas Instrumen
Sebuah alat tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan
apabila diteskan berkali-kali dan relatif tidak berubah walupun diteskan pada situasi
yang berbeda-beda. Reabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
95
memberi hasil yang tetap. Maka reabilitas berhubungan dengan ketetapan atau
keajekan hasil tes.
Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan metode Kuder Richardson-21 (KR-21),
seperti yang dikemukaan Arikunto, (2009: 94) menyatakan bahwa untuk menguji
reliabilitas soal dapat digunakan rumus KR-21, sebagai berikut :
Keterangan :
r11 = Relibilitas soal secara keseluruhan
k = Jumlah soal
x = Rata-rata skor
S2 = Varian skor/ standar deviasi dari hasil tes
Sugiono (2008: 264)
Kriteria reliabilitas soal sebagai berikut :
rn = 0,800 – 1,00 : Realibilitas soal sangat tinggi
rn = 0,600 – 0,799 : Reliabilitas soal tinggi
rn = 0,400 – 0,599 : Reliabilitas soal sangat cukup
rn = 0,200 – 0,399 : Reliabilitas soal rendah
rn < 0,200 : Reliabilitas soal sangat rendah
Arikunto (2009: 89)
96
Untuk melihat signifikansi perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen,
digunakan uji t.
Tolak Ho, jika t hitung > T tabel dan Terima H1
Sugiono (2008 : 273)
Hasil uji reliabilitas soal tes adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6 Reliabilitas Soal
No. Soal Cronbach's Alpha ifItem
Kesimpulan
soal 1 0.905 reliabelsoal 2 0.905 reliabelsoal 3 0.905 reliabelsoal 4 0.960 reliabelsoal 5 0.915 reliabelsoal 6 0.915 reliabelsoal 7 0.922 reliabelsoal 8 0.934 reliabelsoal 9 0.935 reliabelsoal 10 0.952 reliabelsoal 11 0.925 reliabelsoal 12 0.922 reliabelsoal 13 0.937 reliabelsoal 14 0.972 reliabelsoal 15 0.952 reliabelsoal 16 0.522 reliabelsoal 17 0.939 reliabelsoal 18 0.905 reliabelsoal 19 0.951 reliabelsoal 20 0.911 reliabel
97
Dari hasil analisis reliabilitas didapatkan Cronbach's Alpha if Item, inilah nilai
korelasi yang didapat. Nilai korelasi ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel, r
tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 20, maka
didapat r tabel sebesar 0,297. Berdasarkan hasil analisis nilai conbrach’s alpha
masing item di atas lebih dari 0,297 atau secara keseluruhan instrument pun
dinyatakan reliabel.
3.7.3 Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang (berkemampuan
rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda antara 0,00 sampai
dengan 1,00.
Ada tiga titik pada daya pembeda yaitu :
-1,00 0,00 1,00
Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi
Menurut ketentuan yang sering dipakai, daya pembeda dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
D : 0,00 – 0,20 = jelek
D : 0,21 – 0,40 = cukup
D : 0,41 – 0,70 = baik
D : 0,71 – 1,00 = baik sekali
98
Arikunto (2009: 223)
Rumus untuk menentukan indeks deskriminasi (daya pembeda) adalah :
Keterangan :
D = Daya pembeda
JA = Jumlah peserta kelompok atas
JB = Jumlah peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
Arikunto (2009: 218)
Selanjutnya yaitu menyatakan banyaknya masing-masing sampel yaitu n1=45 dan n2=
45, dengan n1 adalah jumlah siswa kelas eksperimen dan n2 adalah jumlah siswa kelas
kontrol. Karena pada penelitian ini data sampel berdistribusi normal dan memiliki
varians yang homogen, maka rumus yang digunakan adalah rumus statistik t. Uji t
digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berlaku untuk populasi.
Rumus uji t sebagai berikut:
99
t = x − xS 1n + 1ndengan S2 = ( ) ( )
Keterangan:
t = Koefisien tx = nilai rata-rata N-gain kelas eksperimenx = nilai rata-rata N-gain kelas kontrol
S2 = simpangan baku gabungans = varians N-gain kelas eksperimen
= varians N-gain kelas kontroln = Jumlah siswa kelas eksperimenn = Jumlah siswa kelas kontrol
Arikunto (2009: 223)
Dengan kriteria uji:
Terima H0 jika t < t(1-α) dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0
untuk harga t lainnya, dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).
Hasil perhitungan daya beda adalah sebagai berikut:
100
Tabel 3.7 Daya Beda Soal
Butir Soal Daya Pembeda (%) Sign. Korelasi
1. 51,00 Sangat signifikan2. 89,00 Sangat signifikan3. 46,00 Sangat signifikan4. 30,00 Sangat signifikan5. 68,00 Sangat signifikan6. 63,00 Sangat signifikan7. 59,00 Sangat signifikan8. 46,00 Sangat signifikan9. 96,00 Sangat signifikan
10. 49,00 Sangat signifikan11. 38,00 Sangat signifikan12. 38,00 Sangat signifikan13. 40,00 Sangat signifikan14. 30,00 Sangat signifikan15. 70,00 Sangat signifikan16. 44,00 Sangat signifikan17. 79,00 Sangat signifikan18. 58,00 Sangat signifikan19. 66,00 Sangat signifikan20. 61,25 Sangat signifikan
Tabel diatas menyatakan bahwa seluruh soal mempunyai daya pembeda sangat tinggi.
Sehingga soal dapat diterima dengan baik dan semua soal terwakili materi yang akan
dicapai sehingga tidak perlu perubahan untuk soal.
3.7.4 Tingkat Kesukaran
Tingkat atau taraf kesukaran suatu butir soal menunjukkan apakah butir soal tersebut
tergolong butir soal yang sukar, sedang atau mudah.
Rumus untuk menentukan indeks kesukaran adalah :
101
Keterangan :
P = Indeks Kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = Jumlah seluruh siswa yang menjadi peserta tes
Arikunto (2009: 212)
Menurut ketentuan yang sering digunakan, tingkat kesukaran dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 – 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,31 – 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,71 – 1,00 adalah soal mudah
Hasil analisis tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Soal
Butir Soal Korelasi TingkatKesukaran
Sign. Korelasi
1. 0,854 Sedang Sangat signifikan2. 0,836 Sedang Sangat signifikan3. 0,718 Sedang Sangat signifikan4. 0,516 Sedang Sangat signifikan5. 0,600 Sedang Sangat signifikan6. 0,675 Sedang Sangat signifikan7. 0,573 Sedang Sangat signifikan8. 0,534 Sedang Sangat signifikan
102
Butir Soal Korelasi TingkatKesukaran
Sign. Korelasi
9. 0,659 Sedang Sangat signifikan10. 0,579 Sedang Sangat signifikan11. 0,462 Sedang Sangat signifikan12. 0,580 Sedang Sangat signifikan13. 0,458 Sedang Sangat signifikan14. 0,860 Sedang Sangat signifikan15. 0,508 Sedang Sangat signifikan16. 0,598 Sedang Sangat signifikan17. 0,586 Sedang Sangat signifikan18. 0,414 Sedang Sangat signifikan19. 0,519 Sedang Sangat signifikan20. 0,620 Sedang Sangat signifikan
Tabel diatas menyatakan bahwa seluruh soal mempunyai tingkat kesukaran sedang.
Sehingga soal dapat diterima dengan baik dan semua soal terwakili materi yang akan
dicapai sehingga tidak perlu perubahan untuk soal.
3.8 Teknik Analisis Data
Data kuantitatif diperoleh dari instrumen yang berupa tes (pretest dan posttest), yang
nantinya akan dilaksanakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data
yang telah didapat digunakan peneliti untuk melakukan analisis dan penafsiran
sampai berhasil melaksanakan pembelajaran dengan teknik role play yang dapat
meningkatkan ketrampilan berbicara peserta didik. Penafsiran tersebut didapat dari
pengamatan dan dari hasil pengamatan sikap peserta didik. Penguasaan dan
pemahaman materi yang diajarkan dapat dilihat dari skor yang diperoleh dalam
103
bentuk lisan. Sumber data tersebut dianlisis dan diinterprestasikan dalam bentuk
deskripsi hasil penelitian.
Pada penilitian ini, data yang didapat merupakan hasil dari langkah- langkah yang
diperlukan untuk menguji hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
penggunaan Anova dua jalan. Langkah- langkah dalam penggunaan Anova dua jalan
tersebut adalah sebagai berikut:
Menghitung JK total:
= − (∑ )Menghitung jumlah kuadrat kolom, dengan rumus :
= ∑ 2 − ∑ 2Menghitung jumlah kuadrat baris:
= ∑ 2 − ∑ 2Menghitung jumlah kuadrat interaksi= − +
= ∑ 2 + ∑ 2 +⋯+ ∑ 2 − ∑ 2
104
Menghitung jumlah kuadrat dalam:= − + +Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik untuk
menguji parameter populasi. Pengujian parameter melalui statistik data sample,
dimana uji hipotesis. Asumsi dan jenis data yang akan dianalisis diantaranya harus
terpenuhi. Asumsi dan berdistribusi normal, dalam penggunaan salah satu tes data
homogen, jika data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen maka akan
digunakan analisis statistik nonparametik.
3.8.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis untuk uji normalitas :
H0 = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data, digunakan rumus sebagai berikut :
χ = ∑(O − E )EKeterangan :
χ2 = uji Chi- kuadrat
Oi = frekuensi observasi
105
Ei = frekuensi harapan
Kriteria : Terima H0 jika χ2hitung χ2
tabel
Hasil uji normalitas data adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9 Normalitas Interaksi Teknik Role Play dan Teknik Percakapan Singkat
Shapiro-WilkStatistic Df Sig.
AP1 .943 45 .078
AP2 .912 45 .076a Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil output uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada
tabel di atas nilai signifikansi data nilai untuk hasil interaksi teknik role play dan
teknik percakapan singkat adalah 0,078 dan 0,076. Kedua nilai signifikansi tersebut
lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka diterima.
Hal ini berarti sampel dari kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 3.10 Normalitas Perbedaan Kemampuan Berbicara Peserta DidikMenggunakan Teknik Role Play dan Teknik Percakapan Singkat
Shapiro-WilkStatistic Df Sig.
AP1 .987 45 .081
AP2 .975 45 .079a Lilliefors Significance Correction
106
Berdasarkan hasil output uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada
tabel di atas nilai signifikansi data nilai untuk hasil perbedaan kemampuan berbicara
peserta didik menggunakan teknik role play dan teknik percakapan singkat adalah
0,081 dan 0,079. Kedua nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan
kriteria pengambilan keputusan maka diterima. Hal ini berarti sampel dari kelas
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 3.11 Normalitas Keterampilan Berbicara Peserta Didik Menggunakan TeknikRole Play dan Teknik Percakapan Singkat dengan MemperhatikanMotivasi Tinggi.
Shapiro-WilkStatistic Df Sig.
AP1 .962 45 .076
AP2 .959 45 .071a Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil output uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada
tabel di atas nilai signifikansi data nilai untuk hasil perbedaan kemampuan berbicara
peserta didik menggunakan teknik role play dan teknik percakapan singkat dengan
memperhatikan motivasi tinggi adalah 0,076 dan 0,071. Kedua nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka
diterima. Hal ini berarti sampel dari kelas berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
107
Tabel 3.12 Normalitas Perbedaan Kemampuan Berbicara Peserta DidikMenggunakan Teknik Role Play an Teknik Percakapan Singkat denganMemperhatikan Motivasi Rendah.
Shapiro-WilkStatistic Df Sig.
AP1 .987 45 .085
AP2 .975 45 .084a Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil output uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada
tabel di atas nilai signifikansi data nilai untuk hasil perbedaan kemampuan berbicara
peserta didik menggunakan teknik role play dan teknik percakapan singkat dengan
memperhatikan motivasi rendah adalah 0,085 dan 0,084. Kedua nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka
diterima. Hal ini berarti sampel dari kelas berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
3.8.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai
varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas
adalah sebagai berikut:
H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen
H0 : 2 21 2
H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen
108
H1 : 2 21 2
Untuk menguji kesamaan dua varians dalam Sudjana (2005: 45), digunakan rumus
sebagai berikut:
F = Varians terbesarVarians terkecilUntuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak, maka membandingkan
Fhitung dengan Ftabel. Menggunakan α = 5 % atau 0.05 dengan dk pembilang sama
dengan banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut sama dengan
banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho
diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau
dikatakan homogen.
Hasil uji homogenitas nilai adalah sebagai berikut:
Tabel 3.13 Normalitas Interaksi Teknik Role Play dan Teknik Percakapan Singkat
Test of Homogeneity of Variances Teknik Role Play
HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..611 1 50 .523
109
Test of Homogeneity of Variances Teknik Percakapan Singkat
HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..602 1 48 .557
Berdasarkan hasil output uji homogenitas pada tabel di atas nilai signifikansinya
masing-masing kelas adalah 0,523 dan 0,557. Karena nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa
terdapat interaksi teknik role play dan teknik percakapan singkat atau dengan kata
lain varians antara kelas adalah berbeda.
Tabel 3.14 Normalitas Perbedaan Kemampuan Berbicara Peserta DidikMenggunakan Teknik Role Play dan Teknik Percakapan Singkat
Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara Teknik RolePlay
HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..671 1 50 .613
Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara TeknikPercakapan Singkat
HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..634 1 48 .671
110
Berdasarkan hasil output uji homogenitas pada tabel di atas nilai signifikansinya
masing-masing kelas adalah 0,613 dan 0,671. Karena nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan kemampuan berbicara peserta didik menggunakan teknik role
play dan teknik percakapan singkat atau dengan kata lain varians antara kelas adalah
berbeda.
Tabel 3.15 Normalitas Keterampilan Berbicara Peserta Didik Menggunakan TeknikRole Play dan Teknik Percakapan Singkat dengan MemperhatikanMotivasi Tinggi.
Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara Teknik RolePlay Motivasi Tinggi
HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..655 1 50 .786
Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara TeknikPercakapan Singkat Motivasi Tinggi
HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..676 1 48 .678
Berdasarkan hasil output uji homogenitas pada tabel di atas nilai signifikansinya
masing-masing kelas adalah 0,786 dan 0,678. Karena nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa
111
terdapat perbedaan kemampuan berbicara peserta didik menggunakan teknik role
play dan teknik percakapan singkat dengan memperhatikan motivasi tinggu atau
dengan kata lain varians antara kelas adalah berbeda.
Tabel 3.16 Normalitas Perbedaan Kemampuan Berbicara Peserta DidikMenggunakan Teknik Role Play an Teknik Percakapan Singkat denganMemperhatikan Motivasi Rendah.
Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara Teknik RolePlay Motivasi Rendah
HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..541 1 50 .611
Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara TeknikPercakapan Singkat Motivasi Rendah
HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..556 1 48 .603
Berdasarkan hasil output uji homogenitas pada tabel di atas nilai signifikansinya
masing-masing kelas adalah 0,611 dan 0,603. Karena nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan kemampuan berbicara peserta didik menggunakan teknik role
play dan teknik percakapan singkat dengan memperhatikan motivasi rendah atau
dengan kata lain varians antara kelas adalah berbeda.