31
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, definisi konseptual dan oprasional, kisi-kisi instrumen, kalibrasi instrumen dan teknik analisis data, yang masing-masing peneliti bahas pada bagian berikut ini: 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan rancangan penelitiannya, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental (experimental research). Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perla-kuan disebut posttest. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan adanya pengaruh dari penerapan teknik role play terhadap kemampuan berbicara peserta didik Sekolah menengah kejuruan jurusan Akomodasi Perhotelan jika dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan teknik percakapan singkat. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto (2009 :

81 - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/15126/20/BAB III.pdf · 3.5.2.2 Teknik Role Play Penilain yang guru lakukan pada saat teknik role play dilakukan adalah penilain pada saat

  • Upload
    lamhanh

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

81

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Bab ini membahas jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, definisi konseptual

dan oprasional, kisi-kisi instrumen, kalibrasi instrumen dan teknik analisis data, yang

masing-masing peneliti bahas pada bagian berikut ini:

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan rancangan penelitiannya, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian

eksperimental (experimental research). Metode penelitian yang digunakan adalah

kuasi eksperimen. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu

sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan

disebut pretest dan sesudah perla-kuan disebut posttest. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan adanya pengaruh dari penerapan teknik role play terhadap

kemampuan berbicara peserta didik Sekolah menengah kejuruan jurusan Akomodasi

Perhotelan jika dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan teknik

percakapan singkat. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto (2009 :

82

272) bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenalkan pada subjek selidik.

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen

karena subjek yang diteliti adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan

antara satu dengan yang lain seperti mendapatkan perlakuan karena berstatus sebagai

kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design

(Sugiono, 2008: 45). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan

suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 3.1 Desain Faktorial

Motivasi Belajar(B) Teknik Role Play

(A1)

Teknik PercakapanSingkat

(A2)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2

Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen adalah peserta didik SMK kelas XI

Akomodasi Perhotelan 1, sedangkan kelompok kontrol adalah peserta didik SMK

kelas XI Akomodasi Perhotelan 2. Pada kelompok eksperimen, pembelajaran

dilaksanakan dengan menggunakan metode role play.

83

Penelitian ini direncanakan dua kali pertemuan di setiap kelompok. Langkah

kegiatannya meliputi prestest, perlakuan (pembelajaran bahasa inggris dengan teknik

role play dan model teknik percakapan singkat), kemudian diakhiri dengan posttest.

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Di dalam penelitian ini

tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes

yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut

posttest. Objek penelitian ini adalah pengaruh teknik role play terhadap kemampuan

berbicara peserta didik kelas XI Akomodasi Perhotelan tahun ajaran 2014/2015.

Dalam penelitian ini, independent variable (variabel bebas) adalah teknik role play

dan motivasi, dan dependent variable (variabel terikat) adalah kemampuan berbicara

peserta didik sekolah menengah kejuruan jurusan Akomodasi Perhotelan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMKN 3 Bandar lampung. SMKN 3 Bandar

lampung memiliki 27 kelas yang terdiri dari: (1) kelas X dengan jumlah 9 kelas

dengan 6 jurusan, (2) kelas XI dengan jumlah 9 kelas dengan 6 jurusan, (3) kelas XII

dengan jumlah 9 kelas dengan 6 jurusan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Term

Genap Tahun Pelajaran 2015.

84

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMKN 3 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 385 orang siswa dari 9 kelas

dengan 6 jurusan. Masing-masing jurusan tersebut adalah Akomodasi Perhotelan,

Tata Boga, Busana Butik, Usaha Pariwisata, Kecantikan Rambut dan kecantikan

Kulit. Dalam penelitan ini peneliti tidak menggunakan semua kelas untuk diteliti

tetepi peneliti menggunakan kelas yang memiliki karakter yang sama. Jumlah siswa

jurusan Akomondasi Perhotelan di SMK N 3 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas XI Akomondasi Perhotelan di SMKN 3 BandarLampung Tahun Pelajaran 2014-2015

No Jurusan Nama Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rataSemester

1. AkomodasiPerhotelan

XI AP 1XI AP 2

4542

6666

Jumlah 87 -Sumber : Data Siswa SMKN 3 Bandar Lampung

3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian anggota populasi target yang diambil

dengan teknik purposive sempling dengan cara claster. Sehingga sampel dalam

penelitian ini adalah siswa kelas XI Akomodasi Perhotelan 1 dan XI Akomodasi

85

Perhotelan 2, yang masing-masing berjumlah 45 dan 42 orang siswa. Kedua kelas ini

dinilai setara, terlihat pada rata-rata nilai semester sebesar 66. Kelas XI Akomodasi

Perhotelan 1 akan menggunakan teknik pembelajaran role play dan XI Akomodasi

Perhotelan 2 akan menggunakan teknik pembelajaran percakapan singkat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan tes kemampuan berbicara dan observasi.

1. Kemampuan berbicara

Kemampuan berbicara diukur dengan menggunakan tes kemampuan berbicara.

Untuk mengambil data penelitian, digunakan tes penilaian berbicara atau

speaking test. Tes yang diberikan berupa tes sebelum diberi perlakuan dan

sesudah menggunakan teknik role play.

2. Observasi

Peneliti menggunakan observasi berupa instrumen pengamatan dan pencatatan

selama pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang akan diamati adalah pelaksanaan

pembelajaran, keaktifan, perhatian, dan aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran. Observasi akan dilaksanakan oleh peneliti sendiri.

3.5 Definisi Konseptual dan Oprasional

Peneliti menjabarkan definisi konseptual dan oprasional yang berkaitan dengan

variabel-variabel penelitian dalam sub bab ini.

86

3.5.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual dalam penelitian ini meliputi definisi konseptual mengenai

peningkatan keterampilan berbicara, teknik pembelajaran role play , teknik

pembelajaran percakapan singkat, motivasi belajar.

3.5.1.1 Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain,

baik ketika ngobrol, presentasi, menyampaikan pendapat, perdebatan ataupun

kegiatan lainnya. Keterampilan berbicara identik dengan penggunaan bahasa lisan

yang tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang siswa sampaikan.

3.5.1.2 Teknik Role Play

Teknik pembelajaran role play adalah teknik bermain peran dengan cara memberikan

peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar kepada siswa dalam

bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh pendidik dan

peran tersebut kedalam sebuah pentas.

3.5.1.3 Teknik Percakapan Singkat

Teknik percakapan singkat adalah teknik pembelajaran dengan menggunakan

percakapan singkat antara dua atau tiga orang . Teknik ini sangat mudah dan ringan

dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan permainan

87

sehingga dapat menghilangkan stress pada siswa karena masalah-masalah yang

dihadapi dalam pelajarannya, sehingga siswa menjadi tertarik untuk belajar.

3.5.1.4 Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi

dorongan siswa untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh

motivasi tersebut. Motivasi tumbuh dari dalam diri siswa berdasarkan dorongan dari

luar.

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi definisi operasional mengenai

peningkatan keterampilan berbicara, teknik pembelajaran role play , teknik

pembelajaran percakapan singkat, motivasi belajar.

3.5.2.1 Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara adalah penilaian kemampuan berbicara siswa dalam

pronunciation, grammar, vocabulary, fluency and comprehension.

3.5.2.2 Teknik Role Play

Penilain yang guru lakukan pada saat teknik role play dilakukan adalah penilain pada

saat siswa menyiapkan skenario pembelajaran, siswa mempelajari skenario, siswa

melakonkan skenario yang telah dipelajari, kerjasama sekelompok siswa membahas

88

peran yang akan dilakukan, presentasi hasil kelompok yang dilakukan oleh siswa dan

keaktifan siswa pada saat bimbingan penyimpulan dan refleksi.

3.5.2.3 Teknik Percakapan Singkat

Penilaian yang guru lakukan pada saat siswa melakukan teknik percakapan singkat

adalah guru menilai keaktfan siswa pada saat mempersiapkan percakapan, kelancaran

berbicara dan pemilihan kosakata.

3.5.2.4 Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa yang dinilai oleh guru adalah keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran, melakukan percakapan dengan temanya yang menunjukan bahwa

siswa tersebut memiliki motivasi yang tinggi atau rendah.

3.6 Kisi-kisi Instrumen

3.6.1 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Prestasi Belajar

Prestasi belajar peserta didik dapat dilihat setelah dilakukan speaking test secara lisan

menggunakan teknik role play. Penskoran dilakukan dengan menggunakan pedoman

penskoran yang terdapat pada penyusunan penilaian psikomotor bahasa Inggris

tingkat sekolah menengah atas yang peneliti buat, pedoman penskoran tersebut

dijadikan pedoman dalam penskoran terhadap kemampuan berbicara yang akan

dilakukan. Aspek penilaian prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

89

Tabel 3.3 Aspek Penilaian Kemampuan Berbicara

No. Aspek 1 2 3 4 Total

1. Grammar dan Vocabulary(Leksikogramatika)1. Apakah menggunakan tata bahasa yang

benar dan kosakata yang tepat2. Apakah menggunakan tata bahasa dan

kosa kata yang terkadang kurang tepat,tetapi tidak mempengaruhi makna

3. Apakah menggunakan tata bahasa dsnkosa kata yang kurang tepat danmempengaruhi makna

4. Apakah menggunakan tata bahsa dankosa kata yang sulit/tidak datadimengerti

5. Apakah sulit memproduksi kata-kata/diam

2. Manajemen Wacana1. Apakah menata gagasan sesuai dengan

struktur teks yang maksimal dalamgenre yang dipilih

2. Apakah menata gagasan sesuai denganstruktur teks minimal dalam genre yangdipilih

3. Apakah gagasan ditata dengan strukturyang kurang jelas dan mempengaruhikejelasan makna

4. Apakah gagasan dan susunannya sulitdipahami

5. Apakah gagasan dan susunannya tidakmasuk akal

3. Ucapan dan Intonasi1. Apakah ucapan dan intonasi sangat

jelas mendekati penuturan asli2. Apakah ucapan dan intonasi jelas

meskipun terdapat aksen bahasapertama

3. Apakah ucapan dan intonasi kurang

90

No. Aspek 1 2 3 4 Total

jelas dan mempengaruhi makna4. Apakah ucapan dan intonasi tidak jelas

dan menghilangkan sejumlah makna5. Apakah ucapan dan intonasi tidak

mampu mengungkapkan makna4. Komunikasi Interaktif

1. Apakah percaya diri dan lancermengambil giliran berbicara danmampu mengoreksi diri jika membuatkesalahan

2. Apakah percaya diri meskipun terkadanmint pengulangan dan meunjukankeraguan

3. Apakah lebihbanyak merespon daripadainisiatif

4. Apakah sulit diajak berbicara meskipunsudah dipancing

5. Apakah tidak mampu merespon inisiatif

Sumber : Penyusunan Perangkat Psikomotor Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas(2010:7)

3.6.2 Kisi-kisi Instrumen Penskoran Aspek Keterampilan Berbicara

Indikator dalam instrumen yang digunakan dalam menilai penskoran aspek

kemampuan berbicara adalah pada aspek kesesuaian informas, kefasihan dan

kelancaran, kosa kata, intonasi dan eksperesi serta gerakan makan dan keberanian.

Untuk itu peneliti merancang penskoran tersendiri, sebagai berikut:

91

Tabel 3.4 Penskoran Kemampuan Berbicara

No. KodeSiswa

Aspek Penilaian Kemampuan BerbicaraTotalSkorKesesuaian

Informasi

Kefasihandan

KelancaranKosa Kata

Intonasi danEkspresi

GerakanBadan danKeberanian

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20

TOTAL

Kretiria penilaian:Nilai 1 : KurangNilai 2 : CukupNilai 3 : BaikNilai 4 : Baik Sekali

3.7 Kalibrasi Instrumen

Pada penelitian ini digunakan instrumen tes. Tes digunakan untuk mengukur

peningkatan prestasi belajar siswa. Penyusunan instrumen mengacu pada indikator

92

yang terdapat dalam kisi-kisi instrumen. Kalibrasi instrumen dilakukan untuk

menjamin validitas dan reabilitas. Kalibrasi instrumen dilakukan dengan

menggunakan t-Test. Uji coba instrumen dilakukan sebelum penelitian dilakukan.

3.7.1 Validitas Instrumen

Soal dikatakan valid jika soal tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya

dievaluasi. Validitas isi dari soal tes telah diusahakan ketercapaiannya sejak saat

penyusunan, yaitu dengan memperhatikan materi dan tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Sedangkan untuk menilai validitas butir soal (empiris) dilakukan melalui

ujicoba.

Validitas isi dari tes dapat diketahui dari kesesuaian antara tujuan pembelajaran dan

ruang lingkup materi yang telah diberikan dengan butir-butir tes yang menyusunnya.

Tes tersebut dikatakan valid jika tes tersebut tepat mengukur apa yang hendak diukur.

Untuk mengetahui validitas butir soal (empiris), dilakukan dengan mengkorelasikan

skor butir soal tersebut dengan skor total yang diperoleh. Untuk menguji validitas

soal (Vi) digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson dengan rumus sebagai

berikut :

Keterangan :

n = Jumlah seluruh siswa ( banyaknya objek )

93

xi = Skor tiap butir

yi = Skor total

rxy = Koefisien Korelasi antar skor butir dan skor total

Sugiono (2008: 255)

Dengan kriteria validitas sebagai berikut :

0,00 ≤ rxy ≤ 1,20 : Soal memiliki validitas sangat rendah

0,20 < rxy ≤ 0,40 : Soal memiliki validitas rendah

0,40 < rxy ≤ 0,60 : Soal memiliki validitas cukup

0,60 < rxy ≤ 0,80 : soal memiliki validitas tinggi

0,80 < rxy ≤ 1,00 : Soal memiliki validitas sangat tinggi

Arikunto (2009: 75)

Hasil uji validitas soal tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Validitas Soal

No. Soal Pearson Correlation Kesimpulan

soal 1 0.677 Validsoal 2 0.785 Validsoal 3 0.677 Validsoal 4 0.678 Validsoal 5 0.667 Validsoal 6 0.786 Validsoal 7 0.634 Validsoal 8 0.875 Validsoal 9 0.897 Validsoal 10 0.894 Valid

94

No. Soal Pearson Correlation Kesimpulan

soal 11 0.596 Validsoal 12 0.979 Validsoal 13 0.892 Validsoal 14 0.750 Validsoal 15 0.794 Validsoal 16 0.737 Validsoal 17 0.766 Validsoal 18 0.554 Validsoal 19 0.651 Validsoal 20 0.741 Valid

Dari hasil analisis validitas didapatkan nilai korelasi antara skor item dengan skor

total, setelah itu nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari

pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 20, maka didapat r tabel

sebesar 0,444 (lihat pada lampiran tabel r). Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai

korelasi untuk semua item soal nilai lebih dari 0,444. Karena koefisien korelasi pada

item soal nilai lebih dari 0,444 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut

berkorelasi signifikan dengan skor total sehingga dapat disimpulkan bahwa butir

instrumen tersebut valid.

3.7.2 Reliabilitas Instrumen

Sebuah alat tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan

apabila diteskan berkali-kali dan relatif tidak berubah walupun diteskan pada situasi

yang berbeda-beda. Reabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes

dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

95

memberi hasil yang tetap. Maka reabilitas berhubungan dengan ketetapan atau

keajekan hasil tes.

Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan metode Kuder Richardson-21 (KR-21),

seperti yang dikemukaan Arikunto, (2009: 94) menyatakan bahwa untuk menguji

reliabilitas soal dapat digunakan rumus KR-21, sebagai berikut :

Keterangan :

r11 = Relibilitas soal secara keseluruhan

k = Jumlah soal

x = Rata-rata skor

S2 = Varian skor/ standar deviasi dari hasil tes

Sugiono (2008: 264)

Kriteria reliabilitas soal sebagai berikut :

rn = 0,800 – 1,00 : Realibilitas soal sangat tinggi

rn = 0,600 – 0,799 : Reliabilitas soal tinggi

rn = 0,400 – 0,599 : Reliabilitas soal sangat cukup

rn = 0,200 – 0,399 : Reliabilitas soal rendah

rn < 0,200 : Reliabilitas soal sangat rendah

Arikunto (2009: 89)

96

Untuk melihat signifikansi perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen,

digunakan uji t.

Tolak Ho, jika t hitung > T tabel dan Terima H1

Sugiono (2008 : 273)

Hasil uji reliabilitas soal tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Reliabilitas Soal

No. Soal Cronbach's Alpha ifItem

Kesimpulan

soal 1 0.905 reliabelsoal 2 0.905 reliabelsoal 3 0.905 reliabelsoal 4 0.960 reliabelsoal 5 0.915 reliabelsoal 6 0.915 reliabelsoal 7 0.922 reliabelsoal 8 0.934 reliabelsoal 9 0.935 reliabelsoal 10 0.952 reliabelsoal 11 0.925 reliabelsoal 12 0.922 reliabelsoal 13 0.937 reliabelsoal 14 0.972 reliabelsoal 15 0.952 reliabelsoal 16 0.522 reliabelsoal 17 0.939 reliabelsoal 18 0.905 reliabelsoal 19 0.951 reliabelsoal 20 0.911 reliabel

97

Dari hasil analisis reliabilitas didapatkan Cronbach's Alpha if Item, inilah nilai

korelasi yang didapat. Nilai korelasi ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel, r

tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 20, maka

didapat r tabel sebesar 0,297. Berdasarkan hasil analisis nilai conbrach’s alpha

masing item di atas lebih dari 0,297 atau secara keseluruhan instrument pun

dinyatakan reliabel.

3.7.3 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa

yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang (berkemampuan

rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda antara 0,00 sampai

dengan 1,00.

Ada tiga titik pada daya pembeda yaitu :

-1,00 0,00 1,00

Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi

Menurut ketentuan yang sering dipakai, daya pembeda dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

D : 0,00 – 0,20 = jelek

D : 0,21 – 0,40 = cukup

D : 0,41 – 0,70 = baik

D : 0,71 – 1,00 = baik sekali

98

Arikunto (2009: 223)

Rumus untuk menentukan indeks deskriminasi (daya pembeda) adalah :

Keterangan :

D = Daya pembeda

JA = Jumlah peserta kelompok atas

JB = Jumlah peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

Arikunto (2009: 218)

Selanjutnya yaitu menyatakan banyaknya masing-masing sampel yaitu n1=45 dan n2=

45, dengan n1 adalah jumlah siswa kelas eksperimen dan n2 adalah jumlah siswa kelas

kontrol. Karena pada penelitian ini data sampel berdistribusi normal dan memiliki

varians yang homogen, maka rumus yang digunakan adalah rumus statistik t. Uji t

digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berlaku untuk populasi.

Rumus uji t sebagai berikut:

99

t = x − xS 1n + 1ndengan S2 = ( ) ( )

Keterangan:

t = Koefisien tx = nilai rata-rata N-gain kelas eksperimenx = nilai rata-rata N-gain kelas kontrol

S2 = simpangan baku gabungans = varians N-gain kelas eksperimen

= varians N-gain kelas kontroln = Jumlah siswa kelas eksperimenn = Jumlah siswa kelas kontrol

Arikunto (2009: 223)

Dengan kriteria uji:

Terima H0 jika t < t(1-α) dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0

untuk harga t lainnya, dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).

Hasil perhitungan daya beda adalah sebagai berikut:

100

Tabel 3.7 Daya Beda Soal

Butir Soal Daya Pembeda (%) Sign. Korelasi

1. 51,00 Sangat signifikan2. 89,00 Sangat signifikan3. 46,00 Sangat signifikan4. 30,00 Sangat signifikan5. 68,00 Sangat signifikan6. 63,00 Sangat signifikan7. 59,00 Sangat signifikan8. 46,00 Sangat signifikan9. 96,00 Sangat signifikan

10. 49,00 Sangat signifikan11. 38,00 Sangat signifikan12. 38,00 Sangat signifikan13. 40,00 Sangat signifikan14. 30,00 Sangat signifikan15. 70,00 Sangat signifikan16. 44,00 Sangat signifikan17. 79,00 Sangat signifikan18. 58,00 Sangat signifikan19. 66,00 Sangat signifikan20. 61,25 Sangat signifikan

Tabel diatas menyatakan bahwa seluruh soal mempunyai daya pembeda sangat tinggi.

Sehingga soal dapat diterima dengan baik dan semua soal terwakili materi yang akan

dicapai sehingga tidak perlu perubahan untuk soal.

3.7.4 Tingkat Kesukaran

Tingkat atau taraf kesukaran suatu butir soal menunjukkan apakah butir soal tersebut

tergolong butir soal yang sukar, sedang atau mudah.

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran adalah :

101

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js = Jumlah seluruh siswa yang menjadi peserta tes

Arikunto (2009: 212)

Menurut ketentuan yang sering digunakan, tingkat kesukaran dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Soal dengan P 0,00 – 0,30 adalah soal sukar

Soal dengan P 0,31 – 0,70 adalah soal sedang

Soal dengan P 0,71 – 1,00 adalah soal mudah

Hasil analisis tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Soal

Butir Soal Korelasi TingkatKesukaran

Sign. Korelasi

1. 0,854 Sedang Sangat signifikan2. 0,836 Sedang Sangat signifikan3. 0,718 Sedang Sangat signifikan4. 0,516 Sedang Sangat signifikan5. 0,600 Sedang Sangat signifikan6. 0,675 Sedang Sangat signifikan7. 0,573 Sedang Sangat signifikan8. 0,534 Sedang Sangat signifikan

102

Butir Soal Korelasi TingkatKesukaran

Sign. Korelasi

9. 0,659 Sedang Sangat signifikan10. 0,579 Sedang Sangat signifikan11. 0,462 Sedang Sangat signifikan12. 0,580 Sedang Sangat signifikan13. 0,458 Sedang Sangat signifikan14. 0,860 Sedang Sangat signifikan15. 0,508 Sedang Sangat signifikan16. 0,598 Sedang Sangat signifikan17. 0,586 Sedang Sangat signifikan18. 0,414 Sedang Sangat signifikan19. 0,519 Sedang Sangat signifikan20. 0,620 Sedang Sangat signifikan

Tabel diatas menyatakan bahwa seluruh soal mempunyai tingkat kesukaran sedang.

Sehingga soal dapat diterima dengan baik dan semua soal terwakili materi yang akan

dicapai sehingga tidak perlu perubahan untuk soal.

3.8 Teknik Analisis Data

Data kuantitatif diperoleh dari instrumen yang berupa tes (pretest dan posttest), yang

nantinya akan dilaksanakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data

yang telah didapat digunakan peneliti untuk melakukan analisis dan penafsiran

sampai berhasil melaksanakan pembelajaran dengan teknik role play yang dapat

meningkatkan ketrampilan berbicara peserta didik. Penafsiran tersebut didapat dari

pengamatan dan dari hasil pengamatan sikap peserta didik. Penguasaan dan

pemahaman materi yang diajarkan dapat dilihat dari skor yang diperoleh dalam

103

bentuk lisan. Sumber data tersebut dianlisis dan diinterprestasikan dalam bentuk

deskripsi hasil penelitian.

Pada penilitian ini, data yang didapat merupakan hasil dari langkah- langkah yang

diperlukan untuk menguji hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

penggunaan Anova dua jalan. Langkah- langkah dalam penggunaan Anova dua jalan

tersebut adalah sebagai berikut:

Menghitung JK total:

= − (∑ )Menghitung jumlah kuadrat kolom, dengan rumus :

= ∑ 2 − ∑ 2Menghitung jumlah kuadrat baris:

= ∑ 2 − ∑ 2Menghitung jumlah kuadrat interaksi= − +

= ∑ 2 + ∑ 2 +⋯+ ∑ 2 − ∑ 2

104

Menghitung jumlah kuadrat dalam:= − + +Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik untuk

menguji parameter populasi. Pengujian parameter melalui statistik data sample,

dimana uji hipotesis. Asumsi dan jenis data yang akan dianalisis diantaranya harus

terpenuhi. Asumsi dan berdistribusi normal, dalam penggunaan salah satu tes data

homogen, jika data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen maka akan

digunakan analisis statistik nonparametik.

3.8.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal

dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data penelitian berdistribusi normal

H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data, digunakan rumus sebagai berikut :

χ = ∑(O − E )EKeterangan :

χ2 = uji Chi- kuadrat

Oi = frekuensi observasi

105

Ei = frekuensi harapan

Kriteria : Terima H0 jika χ2hitung χ2

tabel

Hasil uji normalitas data adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9 Normalitas Interaksi Teknik Role Play dan Teknik Percakapan Singkat

Shapiro-WilkStatistic Df Sig.

AP1 .943 45 .078

AP2 .912 45 .076a Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil output uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada

tabel di atas nilai signifikansi data nilai untuk hasil interaksi teknik role play dan

teknik percakapan singkat adalah 0,078 dan 0,076. Kedua nilai signifikansi tersebut

lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka diterima.

Hal ini berarti sampel dari kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 3.10 Normalitas Perbedaan Kemampuan Berbicara Peserta DidikMenggunakan Teknik Role Play dan Teknik Percakapan Singkat

Shapiro-WilkStatistic Df Sig.

AP1 .987 45 .081

AP2 .975 45 .079a Lilliefors Significance Correction

106

Berdasarkan hasil output uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada

tabel di atas nilai signifikansi data nilai untuk hasil perbedaan kemampuan berbicara

peserta didik menggunakan teknik role play dan teknik percakapan singkat adalah

0,081 dan 0,079. Kedua nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan

kriteria pengambilan keputusan maka diterima. Hal ini berarti sampel dari kelas

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 3.11 Normalitas Keterampilan Berbicara Peserta Didik Menggunakan TeknikRole Play dan Teknik Percakapan Singkat dengan MemperhatikanMotivasi Tinggi.

Shapiro-WilkStatistic Df Sig.

AP1 .962 45 .076

AP2 .959 45 .071a Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil output uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada

tabel di atas nilai signifikansi data nilai untuk hasil perbedaan kemampuan berbicara

peserta didik menggunakan teknik role play dan teknik percakapan singkat dengan

memperhatikan motivasi tinggi adalah 0,076 dan 0,071. Kedua nilai signifikansi

tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka

diterima. Hal ini berarti sampel dari kelas berasal dari populasi yang berdistribusi

normal.

107

Tabel 3.12 Normalitas Perbedaan Kemampuan Berbicara Peserta DidikMenggunakan Teknik Role Play an Teknik Percakapan Singkat denganMemperhatikan Motivasi Rendah.

Shapiro-WilkStatistic Df Sig.

AP1 .987 45 .085

AP2 .975 45 .084a Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil output uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada

tabel di atas nilai signifikansi data nilai untuk hasil perbedaan kemampuan berbicara

peserta didik menggunakan teknik role play dan teknik percakapan singkat dengan

memperhatikan motivasi rendah adalah 0,085 dan 0,084. Kedua nilai signifikansi

tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka

diterima. Hal ini berarti sampel dari kelas berasal dari populasi yang berdistribusi

normal.

3.8.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai

varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas

adalah sebagai berikut:

H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen

H0 : 2 21 2

H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

108

H1 : 2 21 2

Untuk menguji kesamaan dua varians dalam Sudjana (2005: 45), digunakan rumus

sebagai berikut:

F = Varians terbesarVarians terkecilUntuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak, maka membandingkan

Fhitung dengan Ftabel. Menggunakan α = 5 % atau 0.05 dengan dk pembilang sama

dengan banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut sama dengan

banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho

diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau

dikatakan homogen.

Hasil uji homogenitas nilai adalah sebagai berikut:

Tabel 3.13 Normalitas Interaksi Teknik Role Play dan Teknik Percakapan Singkat

Test of Homogeneity of Variances Teknik Role Play

HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..611 1 50 .523

109

Test of Homogeneity of Variances Teknik Percakapan Singkat

HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..602 1 48 .557

Berdasarkan hasil output uji homogenitas pada tabel di atas nilai signifikansinya

masing-masing kelas adalah 0,523 dan 0,557. Karena nilai signifikansi lebih besar

dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa

terdapat interaksi teknik role play dan teknik percakapan singkat atau dengan kata

lain varians antara kelas adalah berbeda.

Tabel 3.14 Normalitas Perbedaan Kemampuan Berbicara Peserta DidikMenggunakan Teknik Role Play dan Teknik Percakapan Singkat

Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara Teknik RolePlay

HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..671 1 50 .613

Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara TeknikPercakapan Singkat

HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..634 1 48 .671

110

Berdasarkan hasil output uji homogenitas pada tabel di atas nilai signifikansinya

masing-masing kelas adalah 0,613 dan 0,671. Karena nilai signifikansi lebih besar

dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan kemampuan berbicara peserta didik menggunakan teknik role

play dan teknik percakapan singkat atau dengan kata lain varians antara kelas adalah

berbeda.

Tabel 3.15 Normalitas Keterampilan Berbicara Peserta Didik Menggunakan TeknikRole Play dan Teknik Percakapan Singkat dengan MemperhatikanMotivasi Tinggi.

Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara Teknik RolePlay Motivasi Tinggi

HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..655 1 50 .786

Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara TeknikPercakapan Singkat Motivasi Tinggi

HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..676 1 48 .678

Berdasarkan hasil output uji homogenitas pada tabel di atas nilai signifikansinya

masing-masing kelas adalah 0,786 dan 0,678. Karena nilai signifikansi lebih besar

dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa

111

terdapat perbedaan kemampuan berbicara peserta didik menggunakan teknik role

play dan teknik percakapan singkat dengan memperhatikan motivasi tinggu atau

dengan kata lain varians antara kelas adalah berbeda.

Tabel 3.16 Normalitas Perbedaan Kemampuan Berbicara Peserta DidikMenggunakan Teknik Role Play an Teknik Percakapan Singkat denganMemperhatikan Motivasi Rendah.

Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara Teknik RolePlay Motivasi Rendah

HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..541 1 50 .611

Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Berbicara TeknikPercakapan Singkat Motivasi Rendah

HomogenitasLeveneStatistic df1 df2 Sig..556 1 48 .603

Berdasarkan hasil output uji homogenitas pada tabel di atas nilai signifikansinya

masing-masing kelas adalah 0,611 dan 0,603. Karena nilai signifikansi lebih besar

dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan kemampuan berbicara peserta didik menggunakan teknik role

play dan teknik percakapan singkat dengan memperhatikan motivasi rendah atau

dengan kata lain varians antara kelas adalah berbeda.