Upload
leadisti-ariani
View
96
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini dalam setiap menit, setiap hari, seorang ibu
meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan
dengan kehamilan, kematian, persalinan dan nifas. Organisasi
Kesehatan dunia ( WHO ) melaporkan bahwa kematian ibu
diperkirakan sebanyak 500.000 kematian disetiap tahun
diantaranya 99% di negara berkembang. Indikator derajat
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan
angka kematian maternal dan perinatal. Di Indonesia angka
kematian maternal dan perinatal masih tinngi. Hasil survey
demografi indonesia ( SDKI ) pada tahun 2003, AKI yaitu 307 /
100.000 kelahiran hidup. ( Depkes, 2004 )
Angka kejadian baby blues atau postpartum blues di
Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85%, sedangkan di
Indonesia angka kejadian baby blues atau postpartum blues
antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Munawaroh,
2008).
Di Indonesia, angka kejadian postpartum blues antara
50-70% wanita pasca persalinan semula diperkirakan angka
kejadiannya rendah dibandingkan Negara-negara lain, hal ini
disebabkan oleh budaya dan sifat orang Indonesia yang
cenderung lebih sabar dan dapat menerima apa yang
dialaminya, baik itu peristiwa yang menyenangkan maupun
yang menyedihkan. Namun hasil penelitian yang dilakukan di
DKI Jakarta oleh dr. Irawati Sp.Kj menunjukkan 25% dari 580
ibu yang menjadi respondennya mengalami sindroma ini. Dan
dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di Jakarta,
Yogyakarta dan Surabaya, ditemukan bahwa angka
kejadiannya 11-30 %, suatu jumlah yang tidak sedikit dan
tidak mungkin dibiarkan begitu saja (Sylvia : 2006).
Sudah menjadi kodrat seorang wanita untuk
mengandung kemudian melahirkan, yang tentunya akan
sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Kehamilan dan
kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita
mempunyai risiko terhadap kesehatan fisik maupun mental
selama dalam proses reproduksi tersebut. Kesehatan
reproduksi ini tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga
meliputi sehat mental dan sosial, tidak hanya bebas dari
penyakit atau gangguan proses reproduksi (Munawaroh,
2008).
Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita
dan momen yang sangat membahagiakan tapi kadang harus
menemui kenyataan bahwa tak semua menganggap seperti
itu karena ada juga wanita yang mengalami depresi setelah
melahirkan. Banyak orang menganggap bahwa kehamilan
adalah kodrati yang harus dilalui dan peristiwa alamiah yang
wajar tapi bagi wanita yang mengalami hal tersebut dapat
menjadi episode yang dramatis dan traumatis yang sangat
menentukan kehidupannya dimasa datang. Hal tersebut
menyebabkan ibu mengalami stress diiringi perasaan sedih
dan takut sehingga mempengaruhi emosional dan sensivitas
ibu pasca melahirkan. ( Suherni et all, 2009 )
Gangguan-gangguan psikologis yang muncul akan
mengurangi kebahagiaan yang dirasakan dan sedikit banyak
mempengaruhi hubungan anak-ibu dikemudian hari. Hal ini
bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau berupa
serangan yang sangat berat selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun lamanya (Purwanto, 2007).
Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan
psikologis yang dalam bahasa kedokterannya adalah depresi
postpartum atau baby blues atau postpartum blues. Post
partum blues merupakan masa transisi mood setelah
melahirkan yang sering terjadi pada 50 – 70 % wanita.
( Suherni et all, 2009 )
Iskandar (dalam Munawaroh, 2008) menerangkan
bahwa baby blues atau postpartum blues terjadi karena
kurangnya dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan
oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu setelah melahirkan.
Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode
ini adalah berikan perhatian dan dukungan yang terbaik
baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia adalah orang yang
berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting, berikan
kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu,
dukungan positif atas keberhasilannya menjadi orang tua dari
bayi yang baru lahir dapat memulihkan kepercayaan diri
terhadap kemampuannya. ( Sulistyawati, 2009 )
Taylor (dalam Ariyanto, 2009) menunjukkan suatu
penelitian tentang manfaat dukungan sosial yang secara
efektif menurunkan keadaan yang membahayakan secara
psikologis pada saat-saat penuh ketegangan. Dukungan sosial
juga muncul untuk menurunkan kemungkinan sakit dan
mempercepat kesembuhan.
Fatimah (2009) menyatakan bahwa dukungan keluarga
merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang
didalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan
menerima bantuan yang nyata, bantuan tersebut akan
menempatkan individu-individu yang terlibat dalam system
sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta,
perhatian, maupun pendekatan yang baik pada keluarga
sosial maupun pasangan.
Dukungan suami dan dukungan keluarga sangat penting
dan tidak bisa diremehkan, dan yang tidak kalah penting
dapat membangun suasana positif, dimana istri merasakan
hari-hari pertama yang melelahkan. Oleh sebab itu dukungan
atau sikap positif dari pasangan dan keluarga akan memberi
kekuatan ter Adapun dari penelitian-penelitian diketahui
bahwa di negara-negara barat syndrome baby blues dialami
oleh ± 15-20% dari perempuan yang melahirkan, baik yang
pertama kali maupun berikutnya (Sylvia : 2006).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi
rumusan masalah adalah bagaimana Gambaran Efektifitas
Pemberian Dukungan Psikologis Kepada Ibu Intrapartum
Terhadap Kejadian Baby Blues di Ruang Kebidanan RSUD
Sawahlunto Tahun 2011
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Efektifitas Pemberian
Dukungan Psikologis Kepada Ibu Intrapartum Terhadap
Kejadian BabyBlues di Ruang Kebidanan RSUD Sawahlunto
Tahun 2011
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui efektifitas pemberian dukungan
psikologis kepada ibu intrapartum
b. Untuk mengetahui peranan dukungan psikologis
terhadap kejadian babyblues
c. Untuk mengetahui persentase kejadian babyblues pada
ibu intrapartum
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai
penerapan ilmu yang didapat dengan proses pembelajaran
secara nyata dalam membuat karya tulis ilmiah.
2. Bagi Responden
Dengan adanya penelitian ini diharapkan responden
dapat mengerti tentang babyblues dan dapat menghindari
babyblues tersebut.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat melengkapi bacaan di perpustakaan
sebagai sumber bahan bacaan (acuan) dan referensi bagi
perpustakaan di institusi pendidikan. untuk penelitian sejenis
dengan variabel penelitian yang lebih komplek.
4. Bagi Institusi Penelitian
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk
lebih meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan dalam
memberikan dukungan psikologi kepada ibu intrapartum agar
terhindar dari kejadia babyblues.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
berguna dan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi
peneliti selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membatasi
ruang lingkup penelitian ini yaitu gambaran efektifitas
pemberian dukungan psikologis kepada ibu intrapartum
dengan kejadian baby blues di ruang bersalin RSUD Prof. Dr.
M.A Hanafiah Batusangkar tahun 2011. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan metode
penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan
februari s/d juli 2012 di ruang bersalin RSUD Prof. Dr. M.A
Hanafiah Batusangkar. Populasi pada penelitian ini adala
seluruh ibu hamil pada 6 bulan pertama sebanyak 104 orang
dan system pengambilan sampel dengan cara random
sampling berjumlah 51 orang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.2.1 Dukungan psikologis
2.2.1.1 Pengertian
Dukungan sosial merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang di
dalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang
bersifat nyata, bantuan tersebut akan menempatkan individu-individu yang terlibat
dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian
maupun sense of attachment baik pada keluarga sosial maupun
pasangan(Ingela,1999).
Dukungan suami terhadap istrinya bisa di lakukan dengan membantu istri
dalam perawatan bayi misalnya ketika ibu menyusui bayinya, sang ayah tidak hanya
tidur sepanjang malam(Ingela,1999). Ayah bisa menemani ibu dan bayi, mengangkat
bayi dari tempat tidurnya, mengganti popok bayi bila perlu, memberikan bayi pada
ibu saat jam menyusui, dan mengembalikan bayi ke tempat tidurnya ketika bayi telah
tertidur kembali. Dukungan suami sangat penting dan tidak bisa diremehkan dan
yang tak kalah penting membangun suasana positif, dimana istri merasakan hari-hari
pertama yang melelahkan. Oleh sebab itu dukungan atau sikap positif dari pasangan
dan keluarga akan memberi kekuatan tersendiri bagi ibu (Once Upon A Time, depresi
pascakehamilan, http://www.indocina.net/depresi-pasca-kehamilan-post-partumblues-
t7446.html)
Menurut Azhari ( 2004 ), psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari penghayatan dan tingkah laku manusia yang normal, dewasa, dan
berbudaya. ( Ade benih nirwana, 2011 )
Menurut Kartini Kartono ( 2004 ), pikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat
dilepaskan sari lingkungannya. ( Ade benih nirwana, 2011 )
2.2.2 Ibu Intrapartum
2.2.2.1 Pengertian
Masa intrapartum merupakan keadaan emosional pada ibu bersalin sangat
dipengaruhi oleh timbulnya rasa sakit dan rasa tidak enak selama persalinan berlangsung,
apalagi bila ibu hamil tersebut baru pertama kali melahirkan dan pertama kali dirawat di
rumah sakit.
Peran prawat dan bidan yang empati pada ibu bersalin sangat berarti. Keluhan dan
kebutuhan-kebutuhan yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik. Penjelasan
tentang kemajuan persalinan harus dikejakan secra baik sedemikian rupa agar ibu bersalin
tidak jatuh pada keadaan panik. ( Sarwono. 2008 : 864 )
2.2.2.2 Psikologi pada ibu yang mengalami persalinan
Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian
bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan.
A. Tujuan komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat peralinan
1. Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan
pikiran selama proses persalinan
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien
3. Membantu mempengaruh orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri
untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan
semestinya
B. Pendekatan komunikasi terapeutik
1. Menjalin hubungan yang mengenakkan ( raporrt dengan klien )
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang
positif
2. Kehadiran
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi
mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total
pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untukmengambil
peran aktif dalamasuhan
3. Mendengarkan
Bidan harus mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien
4. Sentuhan dalam pendampingan dalam persalinan
Komunikasi non verbal kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata.
Sentuhan bidan terhadapa klien akan memberi rasa nyaman dan dapat
membantu relaksasi
5. Memberi informasi tentang kemajuan persalinan
Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat
menyelesaikan persalinan. Pemahaman dapat mengurangi kecemasan dan
dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi.
Informasi yang diberikan diulang beberapa kali dan jika mungkin berikan
secara tertulis
6. Memandu persalinan dengan memandu intruksi khusus tentang bernafas,
berelaksasi, dan posisi postur tubuh
Misalnya : bidan meminta klien ketika ada his untuk meneran. Ketika his
menghilang, bidan mengatakan pada ibu untuk bernafas panjang dan
rileks
7. Mengadakan kontak fisik dengan klien
Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok punggung, memeluk,
dan menyeka keringat serta membersihkan wajah klien
8. Memberikan pujian
Pujian diberikan pada klien atas usaha yang telah dilakukannya
9. Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran bayinya dan
menyatakan ikut berbahagia
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan pikologi saat persalinan dilaksanakan
oleh bidan dengan sikap sebagai orang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus
memberikan perimbangan. ( http://nisa-nirsya.blogspot.com/2007/07/psikologi-pada-
ibu-yang-mengalami.html )
2.2.3 Baby Blues
2.2.3.1 Pengertian
Baby blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan
memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan. ( Siti saleha, 2009 : 48 )
Menurut Cunningham ( 2006 ), baby blue adalah gangguan suasan hati yang
berlangsung selam 3-6 hari pasca melahirkan. ( Ade benih nirwana, 2011 : 63 )
2.1.3.2 Adaptasi psikologis ibu
Satu atau dua hari postpartum, ibu cenderung pasif dan tergantung. Ia hanya
menuruti nasehat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih berfokus untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, masih menggebu membicarakan pengalaman persalinan. Periode
ini diuraikan oleh Reva Rubin terjadi dalam tiga tahap :
1) Taking in
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya
b. Ibu akan mengulang-ulang pengalamnnya waktu bersalin dan melahirkan
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur
d. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu
biasanya bertambah. Nafsu makan yang berkurang menandakan proses
pengembalian kondisi ibu tidak berlangung normal
2) Taking hold
a. Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada
kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan
tanggung jawab terhadap janin
b. Perhatian teehadap fungsi-fungsi tubuh ( misalnya : eliminasi )
c. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi,
misalnya menggendong dam menyusui. Ibu agak sensitive dan merasa
tidak mahir dalam melakukan hal tersebut, sehingga cenderung menerima
nasihat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan
kritikan yang bersifat pribadi
3) Letting go
a. Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap
waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
b. Ibu mengambil tangguang jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan
sosial
c. Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum
( Bahiyatun, 2009 : 64-65 )
2.1.3.3 faktor-faktor penyebab timbulnya postpartum blues
1) Faktor hormonal berupa perubahan kadar esterogen, progeteron,
prolaktin dan estriol yang terlalu rendah. Kadar esterogen turun secara
bermakna setelah melahirkan, ternyata esterogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim nonadrenalin maupun serotin yang berperan dalam
suasana hati dan depresi
2) Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan
pada emotional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules
3) Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional
yang kompleks
4) Faktor umur dan paritas ( jumlah anak )
5) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
6) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat
gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi
7) Kecukupan dukungan dari lingkungannya ( suami, keluarga dan reman ).
Apakah suami mendukung kehamilan ini, apakah suami mengerti
perasaan istri, apakah suami/keluarga/teman memberikan dukungan fisik
dan moril misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga,
membantu mengurus bayi, mendengarkan keluh kesah ibu
8) Stress dalam keluarga missal faktor ekonomi memburuk, peroalan
dengan uami, problem dengan mertua atau orang tua
9) Stress yang dialami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar, frustasi
karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh, stress melihat bayi sakit,
rasa bosan dengan hidup yang dijalani
10) Kelelahan pasca melahirkan
11) Perubahan peran yang diambil ibu. Sebelumnya ibu adalah seorang istri
tetapi sekarang sekaligus berperan sebagai ibu dengan bayi yang sangat
tergantung padanya
12) Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang
berlebihan akan kehilangan bayinya
13) Problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu
dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup menggangu emosional
ibu. ( Suherni ett all, 2009 : 93-94 )
2.2.3.4 Gejala-gejala baby blues
1. Reaksi depresi/sedih
2. Sering menangis
3. Mudah tersinggung ( iritabilitas )
4. Cemas
5. Labilitas perasaan
6. Cenderung menyalahkan diri sendiri
7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
8. Kelelahan
9. Mudah sedih
10. Cepat marah
11. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula
menjadi marah
12. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya
13. Perasaan bersalah
14. Sangat pelupa
( Suherni ett all. 2009 : 91 )
2.2.3.5 Penatalaksanaan
Adapun langkah-langkah untuk mengatasi baby blues ini yaitu sebagai berikut :
1. Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin
diungkapkan
2. Bicarakan rasa cemas yang dialami
3. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah
melahirkan
4. Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam mengurus bayi
atau rumah tangga
5. Belajar tenang dan menarik nafa panjang dan meditasi
6. Kebutuhan istirahat yang cukup, tidurlah ketika bayi tidur
7. Berolahraga ringan
8. Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
9. Dukungan tenaga kesehatan
10. Dukungan suami, keluarga, teman, teman sesama ibu
11. Konultasikan pada dokter atau orang yang professional, agar dapat
meminimalisir factor resipko lainnya dan membantu melakukan
pengawasan
( Suherni ett all, 2009 : 95 )
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga
diantaranya :
1. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak,
menyiapkan susu dll.
2. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
kesibukan merawat bayi
3. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih
perhatian terhadap istrinya
4. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
5. Memperbanyak dukungan dari suami
6. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
7. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja
melahirkan
8. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
9. mengganti suasana, dengan bersosialisasi
10. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
( http://www.ibudanbalita.com/pojokcerdas/depresi-pasca-melahirkan-dan-
baby-blues/5 )
2.2.3.6 Pemeriksaan penunjang
Diluar negri skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah
merupakan acuan pelayanan pasca persalinan yang rutin dilakukan. Untuk melakukan
skrining ini dapat dipergunakan alat bantu berupa Edineburgh Postnatal Depression Scale
yaitu kuesioner yang dengan validita yang teruji yang dapat mengukur intensitas
perubahan suasana depresi selam 7 hari pasca persalinan. Pertanyaan-pertanyaan
berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup
hal-hal yang terdapat pada postpartum blues atau baby blues. Kuesioner ini terdiri dari 10
pertanyaan dimana setiap pertanyaan memiliki 4 pilihan jawaban yang mempunyai nilai
skor dam harus dip[ilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca
salin aat ini. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rat-rata dapat diselesaiakan
dalam waktu 5 menit. Alat ini juga telah diuji validitasinya di beberapa Negara seperti
Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. Edinburgh Postnatal Depression Scale
dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dpat
diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian. ( Suherni ett all, 2009 : 96 )
2.2.3.7 Pencegahan
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko baby blues :
1. Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi post partum,
sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka
Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya
2. Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk keehatan, lakukan usaha yang
terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanta penting
selama periode postpartum dan kehamilan
3. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi emosi postpartum.
Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap
hari, sehingga membuat anda merasa lebih baik dan menguasai
emosi berlebihan dalam diri Anda
4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti
membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah
melahirkan. Tetaplah hidup secera sederhana dan menghindari
stress, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan
postpartum yang diderita.
5. Beritahukan perasaan Anda
Jangan takut untuk berbicara dan mengeskpresikan perasaan
yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda
sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman
terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang
terdekat
6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama
melahirkan sangat diperlukan. Certiakan pada pasangan atau
orang tua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar
yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa meraka akan selalu
berada disisi Anda setiap mengalami kesulitan
7. Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Ikutlah
kelas senam hamil yang sangat membantu serta buku atau artikel
lainnya yang Anda perlukan. Kelas senam hamil akan sangat
membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang
diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah
keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan,
pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari
8. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga setidaknya dapat membantu Anda
melupakan gejolak perasaan yang terjadi selama periode
postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil bias Anda curahkan
dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukunga
dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah
tangga Anda telah melakukan segalanya
9. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan
membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar.
Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan
kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik
10. Dukungan kelompok depresi post partum
Dukungan terbaik dating dari orang-orang yang ikut mengalami
dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informai
menganai adanya kelompok depresi postpartum yang bias Anda
ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi
persoalan ini.
( Siti saleha, 2009 : 67-69 )
BAB III
KERANGKA KONSEP PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Pemikiran
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suatu uraian
dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu
dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti
( Notoatmodjo, 2010 )
Pada penelitian ini yang menjadi variable independennya adalah
dukungan psikologis dan ibu intrapartum dan variable dependennya
adalah baby blues, maka kerangka konsepnya adalah :
Variabel independen Variabel
dependen
Deinisi operasional
No Variabel Deinisi
operasio
nal
Cara
ukur
Alat
ukur
Skala Hasil
ukur
1 Dukunga
n
psikologi
s
Motivasi
atau
support
yang
debrikan
kepada
ibu
2 Ibu
intrapart
um
Ibu yang
bersalin
3 Baby Ganggua
Kejadian baby blues
Pemberian dukungan
psikologis
Ibu intrapartum
blues n
psikologi
s ibu
dalam
massa
post
partum
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskiptif yang mana didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat ( Notoatmodjo, 2010 ).
Yang bertujuan untuk menadapatkan Gambaran Efektifitas Pemberian Dukungan Psikologis Kepada Ibu Intrapartum Terhadap Kejadian Babyblues Di Ruang Bersalin RSUD Prof. Dr. M.A Hanafiah SM Batusangkar Tahun 2012
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Prof. Dr. M.A Hanafiah SM Batusaangkar, yang akan dilaksanakan pada bulan februari – juli 2012
4.3 Populasi Dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tentunta yang ditetapkan oleh peneliti
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya ( Alimul, Aziz, 2010 )
Populasi yang diambil adalah seluruh ibu bersalin selama 6 bulan pertama yang
ada di Ruang Bersalin RSUD Prof. Dr. M. Ali Hanafiah SM Batusangkar Tahun
2011 yang berjumlah 104 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi ( Alimul, Aziz, 2010 )
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus :
n = N
1 + N ( d2)
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang diinginkan
(Notoatmodjo, 2002: 92)
Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah dalam penelitian ini adalah
n = N
1 + N ( d2)
n = 104
1 + 104 (0,12 )
n = 1041 + 1 , 04
n = 1042 ,04
n = 50 ,98 = 51 orang.
Jadi jumlah sampel adalah sebanyak 51 orang. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Sampel Random
Sampling yaitu pengambilan sampel secara random atau acak, dan sampel
yang diperoleh disebut sampel random ( Notoatmodjo, 2010 )
Adapun criteria sampel adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Bersedia menjadi responden
2) Bersedia menandatangani lembar persetujuan
3) Ibu yang bersalin di Ruang Bersalin RSUD Prof.
Dr. M. Ali Hanafiah SM Batusangkar
b. Kriteria Eklusi
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan
3) Ibu yang bersalin diluar waktu penelitian
4.4 Metode Pengumpulan Data
4.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara pengukuran langsung yaitu dengan cara
menggunakan kuesioner dan lembar checklist, yang dilakukan melalui wawancar
terpimpin dan observasi langsung. Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui ( Arikunto, 2006 )
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diambil dari instalansi terkait seperti data yang
diperoleh dari rekam medic RSUD Prof. Dr. M.A Hanafiah Batusangkar
4.5 Teknik Pengolahan Data
4.5.1 Mengedit ( Editing )
Setelah kuesioner dikumpulkan kembali oleh responden, maka setiap kuesioner
diperiksa apakah diisi dengan benar dan lengkap, kemudian apakah tiap
pertanyaan sudah dijawab oleh responden.
4.5.2 Mengkode data ( coding )
Memberikan kode tertentu pada setiap data yang dikumpulkan. Untuk variable
pengetahuan, bila jawaban benar diberi nilai (1) sedangkan bila jawaban salah
diberi nilai (0).
4.5.3 Memasukkan data ( entry )
Yaitu mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak pada master table sesuai dengan
kode jawaban masing-masing pertanyaan oleh responden.
4.5.4 Pembersihan data ( cleaning )
Setelah semua data dimasukkan kedalam bentuk master tabel, kemudian dicek
kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
kode, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
4.5.5 Tabulasi data ( tabulating )
Data terkumpul dengan baik dalam bentuk master table, kemudian disusun
menurut kategori dan presentase variable yang diteliti, data tersebut
dikelompokkan sesuai dengan tujuan peneliyian yang telah ditetapkan.
( Notoatmodjo, 2010 )
4.6 Analisa Data
4.6.1 Analisa univariate
Data yang dibatasi dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan
analisis dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian sesuai dengan kepustakaan
yang ada untuk mengambil suatu kesimpulan.
Untuk menentukan distribusi dan frekuensi dari tiap variabel digunakan rumus
sebagai berikut :
P = FN
× 100 %
Ket :
P = Presentase yang dicari
F = Frekuensi jawaban responden
N = jumlah responden
( budiarto, 2002 )