8
Proses miksi akan berlangsung lancar bila detrusor dan sfingter dalam keadaan baik, berfungsi normal (terkoordinir secara harmonis) dan tidak terdapat hambatan di uretra. Penyebab retensi urin . Kelemahan detrusor. cedera /gangguan pada sumsum tulang belakang, kerusakan serat saraf (diabetes melitus), detrusor yang mengalami peregangan/dilatasi yang berlebihan untuk waktu lama Gangguan koordinasi detrusor-sfingter (dis-sinergi) cedera /gangguan sumsum tulang belakang di daerah cauda equina. Hambatan pada jalan keluar: kelainan kelenjar prostat (BPH, Ca) striktura uretra batu uretra kerusakan uretra (trauma) gumpalan darah didalam lumen buli-buli (clot retention) dll. Akibat retensi urin Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga tekanan didalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat didalam lumen akan menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis dan lambat laun terjadi gagal ginjal. Bila tekanan didalam buli-buli meningkat dan melebihi besarnya hambatan di daerah uretra, urin akan memancar berulang-ulang (dalam jumlah sedikit) tanpa bisa ditahan oleh penderita, sementara itu buli-buli tetap penuh dengan urin. Keadaan ini disebut : inkontinensi paradoksa atau "overflow incontinence" Tegangan dari dinding buli-buli terns meningkat sampai tercapai batas toleransi dan setelah batas ini dilewati, otot buli-buli akan mengalami dilatasi sehingga kapasitas buli-buli melebihi kapasitas maksimumnya, dengan akibat kekuatan kontraksi otot buli-buli akan menyusut. Retensi urin merupakan predileksi untuk terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) dan bila ini terjadi, dapat

Document8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

s

Citation preview

Proses miksi akan berlangsung lancar bila detrusor dan sfingter dalam keadaan baik, berfungsinormal (terkoordinir secara harmonis) dan tidak terdapat hambatan di uretra. Penyebab retensi urin . Kelemahan detrusor. cedera /gangguan pada sumsum tulang belakang, kerusakan serat saraf (diabetes melitus), detrusor yang mengalami peregangan/dilatasi yang berlebihan untuk waktu lama Gangguan koordinasi detrusor-sfingter (dis-sinergi) cedera /gangguan sumsum tulang belakang di daerah cauda equina. Hambatan pada jalan keluar: kelainan kelenjar prostat (BPH, Ca) striktura uretra batu uretra kerusakan uretra (trauma) gumpalan darah didalam lumen buli-buli (clot retention) dll.Akibat retensi urin Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga tekanan didalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat didalam lumen akan menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis dan lambat laun terjadi gagal ginjal. Bila tekanan didalam buli-buli meningkat dan melebihi besarnya hambatan di daerah uretra, urin akan memancar berulang-ulang (dalam jumlah sedikit) tanpa bisa ditahan oleh penderita, sementara itu buli-buli tetap penuh dengan urin. Keadaan ini disebut : inkontinensi paradoksa atau "overflow incontinence" Tegangan dari dinding buli-buli terns meningkat sampai tercapai batas toleransi dan setelah batas ini dilewati, otot buli-buli akan mengalami dilatasi sehingga kapasitas buli-buli melebihi kapasitas maksimumnya, dengan akibat kekuatan kontraksi otot buli-buli akan menyusut. Retensi urin merupakan predileksi untuk terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) dan bila ini terjadi, dapat menimbulkan keadaan gawat yang serius seperti pielonefritis, urosepsis, khususnya pada penderita usia lanjut. Gambaran Klinis Rasa tidak nyaman hingga rasa nyeri yang hebat pada perut bagian bawah hingga daerah genital. Tumor pada perut bagian bawah. - Tidak dapat kencing. Kadang-kadang urin keluar sedikit-sedikit, sering, tanpa disadari, tanpa bisa ditahan (inkontinensi paradoksa).PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSISAnamnesisTidak bisa kencing atau kencing menetes /sedikit-sedikitNyeri dan benjolan/massa pada perut bagian bawahRiwayat trauma: "straddle", perut bagian bawah/panggul, ruas tulang belakang.Pada kasus kronis, keluhan uremiaPitfalkRetensi urin pada:penderita cedera pada sumsum tulang belakang (paraplegi), tidak merasakan nyeri bila bulibulipenuh.penderita trauma tulang panggul yang disertai kerobekan uretra, rasa nyeri kabur karena jugadirasakan nyeri akibat kerusakan struktur lainnya.Inspeksi:Penderita gelisah Benjolan/massa perut bagian bawah Tergantung penyebab : batu dimeatus eksternum, pembengkakan dengan/tanpa fistulae didaerahpenis dan skrotum akibat striktura uretra, perdarahan per uretra pada kerobekan akibat trauma.Palpasi dan perkusi Teraba benjolan/massa kistik-kenyal (undulasi) pada perut bagian bawah. Bila ditekan menimbulkan perasaan nyeri pada pangkal penis atau menimbulkan perasaaningin kencing yang sangat mengganggu. Terdapat keredupan pada perkusi.Dari palpasi dan perkusi dapat ditetapkan batas atas buli-buli yang penuh, dikaitkan dengan jarakantara simfisis-umbilikus.Tergantung penyebab- teraba batu di uretra anterior sampai dengan meatus eksternum.- teraba dengan keras (indurasi) dari uretra pada striktura yang panjang- teraba pembesaran kelenjar prostat pada pemeriksaan colok dubur.- teraba kelenjar prostat letaknya tinggi bila terdapat ruptur total uretra posterior.Kepastian diagnosis Foto polos abdomen dan genitalia- terlihat bayangan buli-buli yang penuh dan membesar.- adanya batu (opaque) di uretra atau orifisium internum. Uretrografi untuk melihat adanya striktura, kerobekan uretra, tumor uretra. Ultrasonografi untuk melihat volume buli-buli, adanya batu, adanya pembesaran kelenjarprostat.Pitfall Pada wanita dewasa massa di perut bagian bawah harus dibedakan antara buli-buli yangpenuh akibat retensi urin, uterus yang membesar karena kehamilan atau sistoma ovarii yangbesar.Tips Tanpa adanya fasilitas radiologi, disarankan untuk melakukan kateterisasi (kateter nelaton16F) untuk memastikan diagnosis sekaligus untuk menanggulangi retensi urinnya (lihatsyarat-syarat dan tehnik kateterisasi) Pada pria tidak dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dan menangani retensi urin dengankateter logam.PENATALAKSANAAN:Bila diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar, penatalaksanaan ditetapkanberdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi urinnya.Pilihannya adalah1. Kateterisasi2. Sistostomi suprapubik- trokar- terbuka3. Pungsi suprapubik1. KateterisasiSyarat-syarat- dilakukan dengan prinsip aseptik- digunakan kateter nelaton/sejenis yang tidak terlalu besar, jenis Foley- diusahakan tidak nyeri agar tidak terjadi spasme dari sfingter.- diusahakan dengan sistem tertutup bila dipasang kateter tetap.- diberikan antibiotika profilaksis sebelum pemasangan kateter 1 X saja (biasanya tidak diperlukanantibiotika sama sekali). Kateter tetap dipertahankan sesingkat mungkin, hanya sepanjang masihdibutuhkan.Teknik kateterisasi- Kateter Foley steril, untuk orang dewasa ukuran 16-18 F.- Desinfeksi dengan desinfektans yang efektif, tidak mengiritasi kulit genitalia (tidak mengandungalkohol)- Anestesi topikal pada penderita yang peka dengan jelly xylocaine 2-4% yang dimasukkan dengansemperit 20cc serta "nipple uretra" diujungnya. Jelly tersebut sekaligus berperan sebagai pelicin.(Pada batu atau striktura uretra, akan dirasakan hambatan pada saat memasukkan jelly tersebut)- Kateter yang diolesi jelly K-Y steril dimasukkan kedalam uretra. Pada penderita wanita biasanyatidak ada masalah. Pada penderita pria, kateter dimasukkan dengan halus sampai urin mengalir(selalu dicatat jumlah dan warna / aspek urin), kemudian balon dikembangkan sebesar 5-10 ml. .- Bila diputuskan untuk menetap, kateter dihubungkan dengan kantong penampung steril dandipertahankan sebagai sistem tertutup.- Kateter di fiksasi dengan plester pada kulit paha proksimal atau didaerah inguinal dan diusahakanagar penis mengarah kelateral, hal ini untuk mencegah terjadinya nekrosis akibat tekanan padabagian ventral uretra di daerah penoskrotalPerawatan Kateter tetapPenderita dengan kateter tetap harus- Minum banyak untuk menjamin diuresis- Melaksanakan kegiatan sehari-hari secepatnya bila keadaan mengijinkan Membersihkan ujunguretra dari sekrit dan darah yang mengering agar pengaliran sekrit dan lumen uretra terjamin.- Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli agar urin tidakmengalir kembali kedalamnya- Mengganti kateter (nelaton) setiap dua minggu bila memang masih diperlukan untuk mencegahpembentukan batu (kateter silikon : penggantian setiap 6-8 minggu sekali)Pitfalls : Ukuran kateter yang terlalu besar akan menekan mukosa uretra dan menghambat pengaliransekrit yang diproduksi sehingga mengundang terjadinya uretritis dengan segalakonsekuensinya (a.l striktura) Mengembangkan balon dan kateter yang ujungnya belum masuk sempuma di dalam lumenbuli-buli akan menimbulkan nyeri dan bila dipaksakan dapat menimbulkan lesi pada uretra. Melakukan kateterisasi secara kasar akan menimbulkan nyeri dan terjadi spasme dan sfingtersehingga kateter tidak dapat masukTips : Menggunakan jelly dari bahan yang larut dalam air dan tidak menimbulkan iritasi padamukosa uretra (jelly K-Y'). Menghindari penggunaan antibiotika pada pemasangan kateter tetap karena akanmengandung tumbuhnya kuman yang kebal. Penggunaan antibiotika hanya dibenarkan bilaterjadi bakteriemia atau terdapat ancaman sepsis. Mengusahakan pengaliran urin selalu lancar (bebas dari tekukan selang kantong penampungdan gumpalan darah, dan debris dan sebagainya) dengan mengusahakan diuresis yangmemadai dan mengusahakan sistem tertutup yang tidak mengganggu. Mengatasi spasrne sfingter dengan menekan tempat tersebut selama beberapa menit denganujung kateter sehingga begitu terjadi relaksasi, kateter akan masuk dengan lancar (perlukesabaran) Mencegah balon dikembangkan di dalam lumen uretra dengan cara memasukkan katetersedalam mungkin kedalam bull-buh, balon dikembangkan dan setelah itu kateter ditarikkembali sehingga balon terletak tepat pada orifisium internum.2. Sistostomi TrokarIndikasi1. Kateterisasi gagal : striktura, batu uretra yang menancap (impacted).2. Kateterisasi tidak dibenarkan : kerobekan uretra path trauma.Sebagian ahli berpendapat bahwa sistostomi pada pria lebih aman daripada kateter tetap karenapenyulit akibat pemakaian kateter pada uretra dapat ditiadakan (uretritis, striktura, fistula)Syarat-syarat:- Retensi urin dan bull-buli penuh, kutub atas lebih tinggi pertengahan jarak antara simfisis -umbilikus- Ukuran kateter Foley lebih kecil daripada celah dalam trokar (< - > 20F)Pitfalls Cara kerja yang tidak sistematis dan kurang cepat bisa berakibat buli-buli sudah menguncup(karena semua urin mengalir keluar) sebelum berhasil masuk kedalam lumen buli-buli. Kekuatan besar untuk mengatasi tahanan dan kulit dan fasia dapat menyebabkan dorongankelewatan sehingga trokar menembus dinding belakang buli-buli.Tips Siapkan segala peralatan sebelum mulai melakukan sistostomi sehingga dapat bekerja cepat.Dicek ukuran kateter dan balon dites terlebih dahulu. Untuk menghindari tahanan dari kulit dan fasia, kedua struktur tersebut ditusuk/disayatterlebih dahulu dengan pisau tajam sehingga trokar dapat menembus dinding buli-bulidengan mulus Ujung kateter Foley dipotong beberapa milimeter distal dari balon, sehingga segmen kateteryang masuk lumen buli-buli tidak terlalu panjang.Sistostomi TerbukaIndikasi- lihat sistostomi trokar- bila sistostomi trokar gagal- bila akan melakukan tindakan tambahan seperti mengambil batu di dalam bull-buli, evaluasigumpalan darah, memasang "drain" di rongga Retzii, dan sebagainya.Perawatan kateter sistostomi jauh lebih sederhana daripada kateter tetap melalui uretra. Demikianpula penggantian kateter sistostomi setiap dua minggu, lebih mudah dan tidak menimbulkan nyeriyang berarti. Kadang-kadang saja urin merembes di sekitar kateter.3. Pungsi Buli-BuliMerupakan tindakan darurat sementara bila keteterisasi tidak berhasil dan fasilitas / sarana untuksistostomi baik trokar maupun terbuka tidak tersedia. Digunakan jarum pungsi dan penderitasegera dirujuk ke pusat pelayanan dimana dapat dilakukan sistostomi.Penderita dan keluarga harus drberi informasi yang jelas tentang prosedur ini karena tanpatindakan susulan sistostomi, buli-buli akan terisi penuh kembali dan sebagian urin merembesmelalui lubang bekas pungsi.CARA MERUJUK PENDERITARujukan ditentukan oleh masalah atau diagnosis yang dihadapi, karena tindakan awal (kateterisasi,sistostomi maupun pungsi suprapubik), harus diikuti dengan evaluasi lanjutan dan tindakandefinitif.KESIMPULANUntuk mendeteksi retensi urin tidaklah sulit. Diperlukan perhatian dan kewaspadaan daridokter maupun perawat yang bersangkutan.Untuk menangani retensi urin tidak dibutuhkan keahlian maupun ketrampilan khusus.Diperlukan pemahaman akan syarat-syarat dan tekniknya serta cara-cara merawatnya.Di informasikan pula mekanisme rujukan.Dengan memperhatikan pitfalls dan tips, penanganan retensi urin sebagai tindakan awal akanmengurangi penderitaan clan mencegah terjadinya penyulit yang lebih serius.