33
PRESENTASI KASUS Ileus obstruktif dengan kolostomi Pembimbing: Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B,MHKes,FinaCS Disusun oleh: Aria Adhitya S. ( 110.2003.035) Siti Aisyah ( 110.2006.252) Nurmala Maulida ( 110.2007.201)

86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

PRESENTASI KASUS

Ileus obstruktif dengan kolostomi

Pembimbing:

Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B,MHKes,FinaCS

Disusun oleh:

Aria Adhitya S. ( 110.2003.035)

Siti Aisyah ( 110.2006.252)

Nurmala Maulida ( 110.2007.201)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RSUD ARJAWINANGUN

Februari 2012

Page 2: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Presentasi kasus Ileus Obstruktif

I.1 IDENTITAS

I.1.1 Nama : Tn. S

I.1.2 Jenis kelamin : Laki-laki

I.1.3 Usia : 21 tahun

I.1.4 Alamat : Desa cipanas

I.1.5 Agama : Islam

I.1.6 Masuk tanggal: 24 januari 2012

I.2 ANAMNESIS

I.2.1 Keluhan Utama

Nyeri perut

I.2.2 Keluhan Tambahan

Perut terasa kembung

I.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan Nyeri perut sejak 3 hari

SMRS. Keluhan nyeri perut dirasakan hilang timbul disertai perut yang terasa kembung.

karena keluhan nyeri ini pasien mengaku diurut perutnya oleh dukun 1 x setelah itu pasien

merasakan perutnya semakin terasa kenceng, tidak dapat kentut dan tidak dapat BAB.

Keluhan mual- muntah disangkal. Pasien mengaku kencingnya biasa saja dan lancar tidak

terasa sakit.keluhan demam disangkal.

I.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal

I.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal

I.3 PEMERIKSAAN FISIK

Page 3: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

A.I.3.1 Status Generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

GCS : E4 M6 V5

I.3.2 Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

RR : 20 x/menit

Nadi : 88x/menit

Suhu : 36,8 °C

I.3.3 Kepala : normocephal

I.3.4 Mata

Palpebra : oedem -/-

Konjungtiva : anemis -/-

Sklera : ikterik -/-

Pupil : bulat, isokor

Reflek cahaya : +/+

I.3.5 Telinga : tidak ada kelainan bentuk

I.3.6 Hidung : discharge (-)

I.3.7 Mulut : bibir tidak kering, lidah tidak kotor.

I.3.8 Leher

Bentuk : simetris

Trakea : tidak ada deviasi

KGB : tidak teraba pembesaran

I.3.9 KGB lainnya

KGB aksila : tidak teraba pembesaran

I.3.10 Thoraks

Page 4: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

a.) Jantung Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi :Ictus cordis teraba pada SIC V LMC sinistra

Perkusi : Batas atas kiri SIC II LSB

Batas atas kanan SIC II RSB

Batas bawah kiri SIC V LMC sinistra

Batas bawah kanan SIC IV RSB

Auskultasi : S1 > S2 reguler di apex, suara tambahan bising (-), gallop (-).

b.) Paru-paru

Inspeksi : Simetris, inspirasi > ekspirasi, retraksi intercostal (-),

ketinggalan gerak saat bernafas (-), tremor (-), bekas

luka (-).

Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama.

Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru, suara tambahan tidak ada.

Auskultasi : Vesikuler seluruh lapangan paru, suara tambahan (-)

13.11 Abdomen

Status lokalis

1.3.12 Ekstremitas

Superior : Reflek fisiologis baik, tidak ada refleks patologis, tidak

ada atrofi, tidak ada tumor, tonus otot cukup.

Inferior : Reflek fisiologis baik, tidak ada refleks patologis, tidak

ada atrofi, tidak ada tumor, tidak ada udem, tonus otot

cukup.

Costovertebra : Tidak ada kifosis, tidak ada lordosis, tidak ada skoliosis,

tidak ada nyeri ketok.

B. Status Lokalis : R. Abdomen

Inspeksi : Cembung, tampak tegang, tidak ada darmsteifung.

Palpasi : Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen

Defans muskuler (+)

Hepar/lien tak teraba

Tidak teraba masa tumor

Perkusi : Hipertimpani

Auskultasi : Bising usus meningkat.

I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 5: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

I.4.1 Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 24/01/2012)

Hb : 7,2 g/dl

Ht : 24,9 vol %

Leukosit : 6,8 10³/mm³

Trombosit : 726.000/ul

I.4.2 Pemeriksaan laboratorium (tanggal 27/01/2012)

Hb : 10,2 g/dl

Ht : 34,3 vol %

Leukosit : 6,8 10³/mm³

Trombosit : 409.000/ul

I.5. DIAGNOSIS BANDING

Ileus Paralitik

I.6. DIAGNOSIS KERJA

Ileus Obstruktif

I.7 PEMERIKSAAN LANJUTAN

Foto polos abdomen 3 posisi

I.8 PENATALAKSANAAN

- Infus Rl

- NGT

- Cefotaxim 2x1 gr

- Ketorolac 3x1 amp

- Ranitidin 2x1 amp

I.9 PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Page 6: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

ILEUS OBSTRUKTIF

1.1. DEFINISI

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan

penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus.

1.2. ANATOMI USUS

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari

pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki

pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung

proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis

tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.

Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak tidak

tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih penting

berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus

sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz,

suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus

dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai

ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah

jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum.. Jejenum terletak di regio abdominalis

media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di regio abdominalis bawah kanan

Jejunum mulai pada junctura denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura

ileocaecalis Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen

dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai

messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum

parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kanan dari

kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium

memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica superior antara

kedua lapisan peritoneum yang memgbentuk messenterium.

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki

(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah

pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin

dekat anus semakin kecil.

Page 7: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup

ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar dua

atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum

ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid

Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan

hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens

membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum

menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli

sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah impa, membengkok ke bawah,

membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon

descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan

lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk

lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki

bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan

turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disini rektum

melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.

1.3. KLASIFIKASI

1. Ileus mekanik

a. Lokasi obtruksi :

Letak tinggi : Duodenum-Jejunum

Tengah : Ileum Terminal

Page 8: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

letak rendah : Colon-Sigmoid-rectum

b. Berdasarkan stadium obstruksi

Parsial : menyumbat sebagian lumen usus.

Simple/komplit: menyumbat lumen usus secara total

Strangulasi : sumbatan komplit disertai jepitan vasa.

1. Ileus neurogenik

a. Adinamik : ileus paralitik

b. Dinamik : ileus spastic

2. Ileus vaskuler : intestinal ischemia,karena trombosis dan emboli

1.4. ETIOLOGI ILEUS OBSTRUKTIF

Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh:

1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar

50- 70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal

sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi

berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.

Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-

anak.

2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal)

merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif , dan merupakan

penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia

Page 9: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa

menyebabkan hernia.

3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,

sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi

melalui kompresi eksternal.

4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang

mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat

sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.

5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut

selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.

6. Volvulus, Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian

menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi.

Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya

7. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu

menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan

batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di

usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang

menyebabkan obstruksi.

8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi

radiasi, atau trauma operasi.

9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau

penumpukan cairan.

10.Benda asing, seperti bezoar.

11.Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia

Littre.

12. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis

dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium

1.5 PATOFISIOLOGI

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa

memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.

Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan,

sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten,

dan akhirnya hilang.

Page 10: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70%

dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran

air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam

saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen

dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber

kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang

cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung,

penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus

mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke

dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan

permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga

peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.

Obstruksi Mekanik Simple.

Pada obstruksi simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan

neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam

jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian

distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus

menjadi udema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus

menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan

meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian.

Obstruksi Strangulata.

Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan dengan

hernia inkarserata, volvulus, intussusepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi biasanya berawal

dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemia yang

cepat pada dinding usus. Usus menjadi udema dan nekrosis, memacu usus menjadi gangrene

dan perforasi.

1.6. DIAGNOSIS

1. Subyektif -Anamnesis

Gejala Utama:

a). Nyeri-Kolik

Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus

Page 11: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.

b). Muntah

Stenosis Pilorus : Encer dan asam

Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan

Obstruksi kolon : onset muntah lama.

c). Perut Kembung (distensi)

d). Konstipasi

Tidak ada defekasi

Tidak ada flatus

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali menandakan

adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang air besar berupa

lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan

bawah yang menetap. Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus.2

Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset

yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.

2. Obyektif-Pemeriksaan Fisik

A. Strangulasi

Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti:

- Takikardia

- Pireksia (demam)

- Lokal tenderness dan guarding

- Rebound tenderness

- Nyeri local

- Hilangnya suara usus lokal

B. Obstruksi

Inspeksi

Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio

inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada

Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat

dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.

Auskultasi

Page 12: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut

bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

Perkusi

Hipertimpani

Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

Rectal Toucher

-Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease

- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma

- Feses yang mengeras : skibala

- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi

- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi

- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

TANDADANGEJALA

1.Obstruksiusushalus

Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang

cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul.

Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat

flatus. Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan

akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada

ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di area gastrointestinal

yang terjadi, semakin jelas adanya distensi abdomen. Jika berlanjut terus dan tidak diatasi

maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

2.ObstruksiUsusBesar

Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus

halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup

ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat

menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat

distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan

pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Page 13: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi

sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi.

Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya

hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase

sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya

terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non

strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat

ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan

alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock,

dehidrasi dan ketosis.

Radiologik

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada

foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen

mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84%

pada obstruksi kolon.

Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran ”step ladder dan air fluid level”

terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi

stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler

dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan

adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan

peritonitis akibat adanya perforasi.

CT scan kadang – kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi usus

halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit dan pada obstruksi usus

besar yang dicurigai adanya abses maupun keganasan.

Page 14: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Ileus obstruktif letak tinggi

1.8. DIAGNOSA BANDING

Ileus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam intraabdominal dan retroperitoneal,

termasuk iskemik usus, kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah operasi abdomen. Jika terjadi

ileus paralitik, nyeri biasanya tidak terlalu berat dan lebih konstan.

Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan adanya obstruksi usus besar. Muntah

jarang terjadi dan nyeri tidak bersifat kolik. Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan adanya

hasil foto roentgen yang menunjukkan adanya obstruksi dilatasi kolon bagian proksimal.

Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan gastroenteritis akut, apendisitis akut

dan pankreatitis akut. Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang mirip dengan

pankreatitis akut, enteritis iskemik atau penyumbatan vaskular mesenterika yang

berhubungan dengan trombosis vena. Ileus obstruksi harus dibedakan dengan ileus paralitik.

Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen yaitu

bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus

halus atau besar tanpa air-fluid level.

Page 15: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Tabel-1.1. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.

Macam ileus

Nyeri Usus Distensi Muntah borborigmi

Bising usus Ketegangan abdomen

Obstruksi simple tinggi

++

(kolik)

+ +++ Meningkat -

Obstruksi simple rendah

+++

(Kolik)

+++ +

Lambat, fekal

Meningkat -

Obstruksi strangulasi

++++

(terus-menerus,

terlokalisir)

++ +++ Tak tentu

biasanya meningkat

+

Paralitik + ++++ + Menurun - Oklusi vaskuler

+++++ +++ +++ Menurun +

1.9. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat timbul antara lain perforasi usus, sepsis, syok-dehidrasi, abses,

pneumonia aspirasi dari proses muntah dan meninggal.

1.10.PENATALAKSANAAN

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok

bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus

kembali normal

Obstruksi parsial dapat ditangani secara konservatif selama masih ada defekasi dan flatus.

Dekompresi dengan nasogastrik tube berhasil pada 90% pasien. Tindakan operatif dapat

dilakukan pada obstruksi yang persisten meskipun parsial. Pada obstruksi parsial yang

berulang sulit ditentukan perlu tidaknya tindakan operatif.

Obstruksi total pada usus halus diterapi dengan tindakan operatif setelah dilakukan

persiapan. Tindakan operasi terkadang harus dilakukan karena sulitnya menyingkirkan

kemungkainan strangulasi pada obstruksi, apalagi dengan kemungkinan komplikasi dan

kematian pada strangulasi.

Farmakologis

Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.

Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.

Page 16: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

Operatif

Persiapan

Saat yang tepat untuk dilakuakan tindakan opertif bergantung pada keadaan pasien.

Resiko terjadinya strangulasi menjadi pertimbangan meskipun dengan keadaan abnormal

pada cairan dan elektrolit dan perlunya evaluasi pada penyakit sistemik.

1. Nasograstik tube.

Nasogastrik tube di pasang untuk mengurangi muntah, meghindari terjadinya aspirasi,

serta untuk mengurangi semakin banyaknya udara di lumen usus yang menjadikan distensi

abdomen.

2. Resusiatasi cairan dan elektrolit

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital,

dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan

gangguan keseimbangan elektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer

laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda – tanda vital dan jumlah

urin yang keluar. Kekurangan cairan dan elektrolit bergantung pada jenis dan lamanya

obstruksi. Hemokonsentrasi yang terjadi pada obstruksi yang berlangsung lama tidak dapat

hanya dikoreksi dengan larutan dekstrosa saja. Kehilangan cairan yang isotonik harus dimulai

dengan infus larutan saline yang isotonik . Kehilangan cairan gastrointestinal yang menjadi

penyebab gangguan keseimbangan asam basa, serta tidak adanya mekanisme neuroendrokin

untuk mengkoreksi ketidakseimbangan ini, maka perlu kita koreksi terlebih dahulu.

Pemeriksaan serum elektrolit dan analisa gas darah dapat membantu untuk memutuskan

terapi elektrotit mana yang harus diberikan. Pasien tidak dapat dioperasi jika hipokalemia

belum dikoreksi. Jumlah cairan dan elektrolit yang dibutuhkan harus diperkirakan untuk

setiap pasien.

Operasi

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah

sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparatomi kemudian disusul dengan teknik bedah

yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparatomi.

kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi antara lain pada obstruksi

strangulasi, efek toksiknya menjadikan operasi harus segera dilakukan. Insisi standart pada

inguinal dapat dilakukan pada pasien dengan hernia inkaserata ingunalis dan femoralis.

Prosedur operatif bergantuang pada sebab obstruksi. Obstruksi pada adhesi harus

dilakukan adhesiolisi, obstruksi pada tumor dapat dilakukan reseksi, dan obstruksi karna

Page 17: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

corpus alineum harus dibuang dengan enterotomi. Gangreneus intestin harus direseksi,

namun cukup sulit untuk menetukan apakah ususnya masih viable atau tidak.

Penggunaan USG Doppler intraoperatif merupakan metode untuk melihat masih viable

atau tidaknya bagian usus yang mengalami obstruksi. Ekstirpasi lesi obstruksi tidak dapat

dilakukan pada pasien dengan karsinoma atau radiasi injury. Anastomosis dari proksimal

usus halus yang obstruksi sampai bagian distal obstruksi pada usus halus atau kolon

(baypass) mungkin adalah prosedur terbaik bagi pasien ini. Terkadang adhesi yang terjadi

sangat tebal sehingga tidak dapat dilakukan pemisahan dan anastomosis tidak dapat

dialkukan secara sempurna. Dekompresi yang lama dengan tube gastrotomi atau tube

jejunostomi dan pemeberian makana via parenteral dapat menjadaikan penyembuhan spontan

selama beberapa minggu.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada

obstruksi ileus.

(a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana

untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-

strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

(b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus

yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,

misalnya pada Ca stadium lanjut.

(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung

usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,

invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang

dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun

karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan

kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

1.11. PROGNOSIS

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi

dapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika

terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai

sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan

dengan cepat.

Page 18: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

KOLOSTOMI

A. JENIS – JENIS KOLOSTOMI

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa

macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun

sementara.

1. Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak

memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau

pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus.

Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).

2. Kolostomi temporer/ sementara

Pembuatan kolostomi temporer ini biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk

mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan

abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang

dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang

muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada

minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma

tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan

laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami

infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak

mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi. Perawat harus selalu

memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan

terkontaminasi feses. Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong

kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori

abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal

ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.

Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada

dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi

tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien

tidak teriritasi.

Page 19: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

B. PENDIDIKAN PADA PASIEN

Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun

setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan

kolostomi permanen.

Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:

a. Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar

b. Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma

c. Waktu penggantian kantong kolostomi

d. Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien

e. Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan

f. Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien

g. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi

h. Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien

i. Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien sudah dirawat

dirumah)

j. Berobat/ control ke dokter secara teratur

k. Makanan yang tinggi serat

C. KOMPLIKASI KOLOSTOMI

1. Obstruksi/ penyumbatan

Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan

feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu

dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan

irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.

2. Infeksi

Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya

infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat

diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi

sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

3. Retraksi stoma/ mengkerut

Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga

karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

Page 20: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

4. Prolaps pada stoma

Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma

yang kurang adekuat pada saat pembedahan.

5. Stenosis

Penyempitan dari lumen stoma

6. Perdarahan stoma

D. PERAWATAN KOLOSTOMI

1. Pengertian : Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong

kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

2. Tujuan

·Menjaga kebersihan pasien

·Mencegah terjadinya infeksi

·Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

·Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

3. Persiapan pasien

·Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll

·Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)

·Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu,

memasang penyekat tempat tidur (k/P), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar

kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien

4. Persiapan Alat

· Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat

· Kapas sublimate/kapas basah, NaCl, Kapas kering atau tissue

· 1 pasang sarung tangan bersih

· Kantong untuk balutan kotor

· Baju ruangan / celemek

· Betadine (bila perlu) bila mengalami iritasi dan obat desinfektan bila diperlukan

· Zink salep

· Perlak dan alasnya, Plester dan gunting

· Bengkok

· Set ganti balut

5. Prosedur Kerja

Page 21: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

a. Cuci tangan kemudian gunakan sarung tangan

b. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma

c. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien

d. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)

e. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri

menekan kulit pasien

f. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok

g. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma

h. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimat / kapas

hangat (air hangat)/ NaCl

i. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril

j. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma

k. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy

l. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan

pasien

m. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi

n. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya

o. Merapikan klien dan lingkungannya

p. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran

q. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

DAFTAR PUSTAKA

1. Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber, A.J.,

and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.

Page 22: 86626493 Ileus Obstruktif Dengan Kolostomi

2. Grace P, Borley N. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.Jakarta : Erlangga.2006.hlm

116-117

3. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar

Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003.

Hal: 181-192

4. http://medlinux.blogspot.com/2009/02/ileus.html

5. Manif Niko, Kartadinata. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran No.29[Online]. 1983 [cited 2008 May 16];[3 screens]. Available from:URL:http://www .portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf .

6.