Upload
mymydestiny
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/29/2019 87205582-Ekologi-HEwan.pdf
1/4
Ingin ke Luar Negeri ??? Cari beasiswa yang tepatJangan Tunggu Lama, Segera Daftarkan Diri Anda !!!
Jumat, 08 Oktober 2010
Definisi Habitat
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup. Semua makhluk hidup mempunyai tempat hidup
yang disebut habitat (Odum, 1993). Kalau kita ingin mencari atau ingin berjumpa dengan suatu
organisme tertentu, maka harus tahu lebih dahulu tempat hidupnya (habitat), sehingga ke
habitat itulah kita pergi untuk mencari atau berjumpa dengan organisme tersebut. Oleh sebab
itu, habitat suatu organisme bisa juga disebut alamat organisme itu.
Semua organisme atau makhluk hidup mempunyai habitat atau tempat hidup. Contohnya,habitat paus dan ikan hiu adalah air laut, habitat ikan mas adalah air tawar, habitat buaya muara
adalah perairan payau, habitat monyet dan harimau adalah hutan, habitat pohon bakau adalah
daerah pasang surut, habitat pohon butun dan kulapang adalah hutan pantai, habitat cemara
gunung dan waru gununl; ndalah hutan Dataran tinggi, habitat manggis adalah hutan dataran
rendah dan hutan rawa, habitat ramin adalah hutan gambut dan daerah dataran rendah lainnya,
pohon-pohon anggota famili Dipterocarpaceae pada umumnya hidup di daerah dataran rendah,
pohon aren habitatnya di tanah dataran rendah hingga daerah pegunungan, dan pohon durian
habitatnya di dataran rendah.
Istilah habitat dapat juga dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme
dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas. Sebagai contoh untuk menyebuttempat hidup suatu padang rumput dapat menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan
mangrove dapat menggunakan istilah habitat hutan mangrove, untuk hutan pantai dapat
menggunakan habitat hutan pantai, untuk hutan rawa dapat menggunakan habitat hutan rawa,
dan lain sebagainya. Dalam hal seperti ini, maka habitat sekelompok organisme mencakup
organisme lain yang merupakan komponen lingkungan (komponen lingkungan biotik) dan
komponen lingkungan abiotik.
http://3.bp.blogspot.com/-gmrRPmrNhY4/ToLAt-nr8XI/AAAAAAAAANc/gwcYB4Cafz0/s1600/sarang-burung-habitat.jpg7/29/2019 87205582-Ekologi-HEwan.pdf
2/4
umat, 08 Oktober 2010
Pengertian dan Batasan Habitat
Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies atau komunitashidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembang biakan organism yang hidup di
dalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan
populasi suatu organisme. Kapasitas untuk mendukung organisme disebut daya dukung habitat.
Dalam hidupnya, satwa liar burung membutuhkan pakan, air dan tempat berlindung dari panas
dan pemangsa serta tempat untuk bersarang, beristirahat dan memelihara anaknya. Seluruh
kebutuhan tersebut diperoleh dari lingkungannya atau habitat dimana satwa liar hidup dan
berkembang biak.
Dilihat dari komposisinya di alam, habitat satwa liar terdiri dari 3 komponen utama yang satu
sama lain saling berkaitan, yaitu:1. Komponen biotik meliputi: vegetasi, satwaliar, dan organisme mikro.
2. Komponen fisik meliputi: air, tanah, iklim, topografi, dll.
3. Komponen kimia, meliputi seluruh unsur kimia yang terkandung dalam komponen biotik
maupun komponen fisik.
Secara fungsional, seluruh komponen habitat di atas menyediakan pakan, air dan tempat
berlindung bagi satwa liar burung. Jumlah dan kualitas ketiga sumber daya fungsional tersebut
akan membatasi kemampuan habitat untuk mendukung populasi satwa liar. Komponen fisik
habitat (iklim, topografi, tanah dan air) akan menentukan kondisi fisik habitat yang merupakan
faktor pembatas bagi ketersediaan komponen biotic di habitat tersebut.
Di lingkungan dengan kondisi fisik yang ekstrim, aktivitas biologi relatif kurang berkembang,
sedangkan di lingkungan yang kondisi fisiknya sesuai, interaksi dalam ekosistem, habitat
secara efektif akan membatasi pertumbuhan populasi satwa liar. Suatu
habitat yang digemari oleh suatu jenis satwa belum tentu sesuai untuk kehidupan jenis satwa
yang lain karena pada dasarnya setiap jenis satwa memiliki preferensi habitat yang
berbeda-beda.
Berkurangnya habitat disebabkan karena beberapa faktor. Ada tiga faktor utama yang dinilai
sangat mempengaruhi terhadap perubahan habitat, yaitu: aktivitas manusia, satwa liar dan
bencana alam seperti gunung meletus.
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam
(Kramadibrata,1996) yaitu :
1. Habitat yang konstan
7/29/2019 87205582-Ekologi-HEwan.pdf
3/4
Yaitu habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau kurang
baik.
2. Habitat yang bersifat memusim
Yaitu habitat yang kondisinya relatif teratur berganti-ganti antara baik
dan kurang baik.
3. Habitat yang tidak menentu
Yaitu habitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi baik yang
lamanya bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi kurang
baik yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat
diramal.
4. Habitat yang efemeral
Yaitu habitat yang mengalami periode dengan kondisi baik yangberlangsung relatif singkat diikuti oleh suatu periode dengan kondisiyang kurang baik yang berlangsungnya lama sekali. ( Kramadibrata,1996 ).
Tipe Habitat: Habitat tidak sama dengan tipe habitat. Tipe habitat
merupakan sebuah istilah yang dikemukakan oleh Doubenmire (1968:27-
32) yang hanya berkenaan dengan tipe asosiasi vegetasi dalam suatu
kawasan atau potensi vegetasi yang mencapai suatu tingkat klimaks.
Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasan vegetasi (seperti hutan pinus).
Istilah tipe habitat tidak bisa digunakan ketika mendiskusikan hubungan
antara satwa liar dan habitatnya. Ketika kita ingin menunjukkan vegetasiyang digunakan oleh satwa liar, kita dapat mengatakan asosiasi vegetasi
atau tipe vegetasi didalamnya.
Penggunaan Habitat: Penggunaan habitat merupakan cara satwa
menggunakan (atau mengkonsumsi dalam suatu pandangan umum)
suatu kumpulan komponen fisik dan biologi (sumber daya) dalam suatu
habitat. Hutto (1985:458) menyatakan bahwa penggunaan habitat
merupakan sebuah proses yang secara hierarkhi melibatkan suatu
7/29/2019 87205582-Ekologi-HEwan.pdf
4/4
rangkaian perilaku alami dan belajar suatu satwa dalam membuat
keputusan habitat seperti apa yang akan digunakan dalam skala
lingkungan yang berbeda.
Kesukaan Habitat: Johnson (1980) menyatakan bahwa seleksi
merupakan proses satwa memilih komponen habitat yang digunakan.
Kesukaan habitat merupakan konsekuensi proses yang menghasilkan
adanya penggunaan yang tidak proporsional terhadap beberapa
sumberdaya, yang mana beberapa sumberdaya digunakan melebihi yang
lain.
Ketersediaan Habitat: Ketersediaan habitat menunjuk pada
aksesibiltas komponen fisik dan biologi yang dibutuhkan oleh satwa,
berlawanan dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya menunjukkan
kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada dalam habitat
tersebut (Wiens 1984:402). Secara teori kita dapat menghitung jumlah dan
jenis sumberdaya yang tersedia untuk satwa; secara praktek, merupakan
hal yang hampir tidak mungkin untuk menghitung ketersediaan
sumberdaya dari sudut pandang satwa (Litvaitis et al., 1994). Kita dapatmenghitung kelimpahan species prey untuk suatu predator tertentu, tetapi
kita tidak bisa mengatakan bahwa