Upload
ansun
View
71
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IPORTOFOLIO
Kasus-1Topik: Meningitis TBTanggal (Kasus) : 13 Juni 2012 Presenter : dr. Zul BahriTanggal Presentasi : 22 Juni 2012 Pendamping : dr. Pipin AndriyaniTempat Presentasi : Ruang Rapat RSUD Sultan Sulaiman Serdang BedagaiObjektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Anak laki-laki, 4 tahun, Penurunan Kesadaran, Meningitis TB Tujuan : Mengobati TB non pulmonar pada anak, Edukasi tentang pencegahan penularan TB pada keluarga.Bahan Bahasan : Tinjauan
Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email
Pos
Data Pasien :
Nama : D Umur : 4 tahun Pekerjaan : -Alamat : Agama : Islam Bangsa : Indonesia
No. Reg : 023715
Nama RS: RSUD Sultan Sulaiman
Telp : - Terdaftar sejak : 2008
Data utama untuk bahan diskusi:1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Meningitis TB, Penurunan kesadaran, demam tinggi, sesak nafas, keadaan umum buruk.2. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama.3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : -
4. Riwayat Keluarga : Anak paling kecil dari 2 bersaudara, ibu pasien merupakan penderita TB paru yang putus berobat.5. Riwayat Pekerjaan : -
Daftar Pustaka:a.b. c.Hasil Pembelajaran
1
1. Penegakan diagnosis meningitis TB pada anak2. Patogenesis dan prognosis Meningitis TB pada anak3. Regimen terapi meningitis TB pada anak4. Edukasi untuk pencegahan penularan5. Motivasi untuk kepatuhan pengobatan6. 7.
1. Subjektif : Pasien dibawa orang tuanya dengan penurunan kesadaran sejak 3 hari yang lalu.2. Objektif : Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis Penurunan kesadaran ec susp. Meningitis TB
o Gejala Klinis (Penurunan kesadaran disertai sesak nafas dan demam tinggi)o Tidak adanya riwayat imunisasi pada pasieno Adanya kontak dengan penderita TB paru dewasa (ibu pasien)o Keadaan pasien dengan gizi yang buruk yang mempermudah penularano Endemisitas TB di Indonesiao Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Mata : Anemis(+/+), Ikterik (-/-) Leher : Tidak ditemukan pembesaran KGB Thoraks : Inspeksi: simetris, tidak dijumpai penggunaan otot tambahan
pernafasan. Palpasi: tidak dapat dinilai. Perkusi: Beda di seluruh lapangan paru. Auskultasi: SP: Bronkhial, ST: Ronkhi basah diseluruh lapangan paru.
Abdomen: dalam batas normal Ekstrimitas: dalam batas normal
o Pemeriksaan Neurologis:Nuchal Rigidity (+)Burdzinsky I dan II (+)Babinsky (+)
o Pemeriksaan Penunjang :
3. Assessment :Keluhan ingin buang air kecil namun tidak bisa walau sudah mengedan, menunjukkan adanya retensio urin. Kesulitan buang air kecil yang terjadi secara perlahan pada laki – laki dengan usia di atas 50 tahun perlu dipikirkan kemungkinan benign prostatic hyperplasia. Jika kesulitan buang air kecil terjadi secara mendadak diagnosis lebih diarahkan pada prostatitis dan batu uretra. Buang air kecil yang tidak lampias dan sering menunjukkan adanya sisa urin pada vesica urinaria setelah os berkemih. Buang air kecil yang harus mengedan menunjukkan terhambatnya urin melewati uretra.Pada pemeriksaan abdomen ditemukan benjolan suprasimfisis mengarah pada retensio urin. Tidak ditemukannya benjolan keras pada penis menyingkirkan kemungkinan batu uretra yang dapat menyebabkan retensio urin. Pemeriksaan rectal toucher : Tonus sfingter ani baik, permukaan rata, tidak ada nodul, tidak ada nyeri tekan, prostat teraba membesar, konsistensi lunak, bagian atas tidak teraba. Pemeriksaan rectal toucher mengarah pada diagnosis benign prostatic hyperplasia.
2
4. Plan : Diagnosis : Retensio urin et causa suspek Benign Prostatic Hyperplasia
Penatalaksanaan :Dilakukan kateterisasi untuk mengatasi kedaruratan retensio urin.Direncanakan Pemeriksaan penunjang lain seperti BNO, IVP, dan USG
Edukasi keluarga :1. Tetap tenang dan tidak panik.2. Segera bawa os ke rumah sakit ataupun puskesmas terdekat jika terjadi kasus
berulang.3. Menjelaskan mengenai pemasangan selang kencing pada penderita.4. Menjelaskan mengenai penyakit os dan rencana tatalakasana selanjutnya untuk
dirujuk ke bagian bedah.
Konsultasi : Setelah pemasangan kateter, dilanjutkan dengan pemeriksaan pecintraan seperti BNO, IVP, dan USG serta dirujuk ke bagian bedah.
Kegiatan Periode Hasil yang diharapkanKontrol berkala Kontrol dilakukan 6 minggu
pasca pembedahan, 3 bulan, 6 bulan,dan setiap tahun.
Penurunan I-PSS
Penilaian kultur urin Dilakukan 6 minggu pasca pembedahan
Tidak ditemukan adanya mikroorganisme
Nasihat Setiap kali kunjungan Menjaga hygiene
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
perubahan suhu atau kontak dengan sumber panas seperti air panas, api, bahan kimia,
dan listrik. Panas mempunyai efek merusak lapisan kulit sehingga mempermudah
terjadinya infeksi, kehilangan panas, dan penguapan, karena hilangnya barrier.
Terhadap darah dan pembuluh darah, panas menyebabkan permeabilitas kapiler
bertambah sehingga cairan dan protein mudah keluar dari pembuluh darah.
Luka bakar memiliki tiga fase dalam patogenesisnya, yaitu :
3
a. Fase awal : Masalah medis dalam fase ini akan berkisar pada gangguan
keseimbangan sirkulasi dan elektrolit karena cedera termis yang bersifat sistemis.
Dapat pula terjadi gangguan nafas apabila terdapat cedera inhalasi.
b. Fase subakut : Pada fase ini, luka terbuka akibat kerusakan jaringan akan
menyebabkan proses inflamasi yang berlangsung hebat disertai eksudasi dan
kebocoran protein. Terjadi reaksi inflamasi lokal yang kemudian menjadi reaksi
sistemik dengan dilepasnya zat-zat imunologik yang menginduksi respon
inflamasi sitemik. Selain itu, juga terjadi penguapan cairan tubuh disertai panas
dan energi atau evaporated heat loss yang menyebabkan perubahan dan gangguan
metabolisme.
c. Fase lanjut : Terjadi setelah penutupan luka sampai maturasi. Masalah pada fase
ini adalah timbulnya penyulit berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas
lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau organ.
2. Derajat Luka Bakar
a. Derajat I : Kerusakan hanya terbatas pada lapisan epidermis (superficial) saja.
Sifat luka bakar derajat ini adalah eritema, kerusakan jaringan dan edema
minimum, serta nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan
akan terjadi secara spontan dalam 5-10 hari.
b. Derajat II : Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Dibedakan menjadi derajat II a (derajat II
superfisial) dan II b ( derajat II profunda).
Pada luka bakar derajat II a, kerusakan mengenai seluruh epidermis dan sebagian
atas dermis namun organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebasea masih utuh. Akan didapatkan lepuh atau bula, jarang terjadi
komplikasi, dan bisa sembuh dalam 10-14 hari.
Pada luka bakar derajat II b, kerusakan hampir mengenai seluruh dermis,
warnanya merah atau merah muda, dan penyembuhan terjadi dalam 25-35 hari.
c. Derajat III : Kerusakan seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam. Organ-
organ kulit rusak, dan tidak dijumpai lepuh atau bula. Kulit yang terbakar
berwarna pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar. Terjadi anestesi karena kerusakan pada reseptor rasa nyeri,
sehingga pin prick test (+). Terjadi edema hebat dan kerusakan permanen.
Penyembuhan luka lama karena tidak terjadi proses epitelisasi dari dasar luka.
4
d. Derajat IV : Luka bakar yang mengenai otot bahkan hingga tulang.
3. Penentuan Luas Luka Bakar
Penentuan luas luka bakar sangat penting dalam menentukan terapi cairan, perawatan,
dan prognosis. Pada orang dewasa digunakan rule of nine, formula ini mudah, praktis,
dan cepat dikerjakan, tapi kurang teliti dan tidak boleh digunakan pada anak-anak.
Penentuan luas luka bakar pada anak dapat digunakan rule of five, yaitu :
Bagian tubuh Bayi Anak
Kepala 4 x 5 % 3 x 5 %
Lengan kanan dan kiri 2 x 5 % 2 x 5 %
Badan depan dan belakang 4 x 5 % 3 x 5 %
Kaki kanan dan kiri 2 x 5 % 3 x 5 %
4. Penggolongan Berat-Ringan
a. Luka bakar ringan : adalah luka bakar derajat I dan II dengan luas luka < 15 %
pada orang dewasa dan < 10 % pada anak; atau luka bakar derajat III dengan luas
< 2 %. Luka jenis ini penderita bisa dirawat jalan dan dirawat bila perlu dilakukan
tindakan tertentu, misalnya tandur kulit.
b. Luka bakar sedang : adalah luka bakar derajat II dengan luas luka 15 – 25 % pada
orang dewasa dan 10 – 20 % pada anak-anak; atau luka bakar derajat III dengan
luas < 10 %. Penderita luka bakar sedang sebaiknya dirawat di rumah sakit, rawat
jalan akan menyulitkan terapi dan meningkatkan resiko.
c. Luka bakar berat : adalah luka bakar derajat II dengan luas > 25 % pada orang
dewasa dan >20 % pada anak-anak; atau luka bakar derajat III dengan luas >10 %;
atau luka bakar derajat IV; atau luka bakar yang mengenai wajah, mata, telinga,
kaki dan genitalia, serta persendian dan daerah sekitar ketiak; semua penderita
dengan trauma inhalasi dan luka bakar dengan trauma berat; serta luka bakar
resiko tinggi, misalnya luka bakar dengan DM.
5. Penatalaksanaan Luka Bakar
5
Sewaktu penderita tiba, jalan nafas harus dibebaskan dan bila perlu berikan oksigen.
Bila terdapat tanda-tanda cedera inhalasi, segera lakukan trakeostomi. Segera tangani
bila syok, dan secepat mungkin ukur berat badan pasien jika memungkinkan.
Tindakan lanjutan yang harus dilakukan adalah sesegera mungkin menghitung luas
luka bakar, dan bila penderita kesakitan segera berikan analgesik intravena. Kemudian
lakukan pemasangan kateter, bila mungkin kateter Foley. Selain itu, berikan ATS
dengan dosis 3000 IU per IM untuk dewasa dan 1500 IU per IM untuk anak-anak.
Jangan lupa berikan antibiotika, terapi cairan, dan perawatan luka.
6. Pemberian Cairan Pada Luka Bakar
Terdapat banyak formula untuk pemberian cairan pada pasien luka bakar. Pilihlah
cara yang paling cepat dan mudah.
a. Formula Evans :
Dalam 24 jam I berikan :
NaCl 0,9 % : BB x % luka bakar
Koloid : BB x % luka bakar
D5% : 2000 cc
Dalam 8 jam pertama, cairan yang diberikan setengah dari kebutuhan total, dan
setengahnya lagi diberikan 16 jam berikutnya.
Dalam 24 jam II berikan :
NaCl 0,9 % : BB x % luka bakar
Koloid : BB x % luka bakar
D5% : 2000 cc
Bila pemberian cairan tepat, akan dicapai produksi urin 50 cc/jam.
b. Formula Brooke :
Dalam 24 jam I berikan :
RL : 1,5 BB x % luka bakar
Koloid : 0,5 BB x % luka bakar
D5% : 2000 cc
Dalam 24 jam II berikan :
6
RL : 0,75 BB x % luka bakar
Koloid : 0,25 BB x % luka bakar
D5% : 2000 cc
Cara pemberian sama dengan cara Evans
c. Formula Baxter :
Dalam 24 jam I berikan :
RL : 4 x BB x % luka bakar
Setengah dari jumlah kebutuhan total diberikan pada 8 jam I, dan sisanya
diberikan 16 jam berikutnya.
Dalam 24 jam II berikan :
RL : 4 x BB x % luka bakar
7