20
JURNAL PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL SALEP MATA KLORAMFENIKOL 1% PICOL ® Oleh: Golongan I Kelompok II Andri Normansyah (0908505009) Ni Putu Chintya Sandra B. (0908505011) I Gst. Ag. Ayu Kartika (0908505014) I Gst. Ag. Ayu Devi Yanti (0908505015) Iwan Saka Nugraha (0908505016) Putu Eka Utami Dewi Artini (0908505017) A.A Ayu Wulan Purnama D. (0908505045) JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2012

89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

JURNAL PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

SALEP MATA KLORAMFENIKOL 1%

PICOL®

Oleh:

Golongan I

Kelompok II

Andri Normansyah (0908505009)

Ni Putu Chintya Sandra B. (0908505011)

I Gst. Ag. Ayu Kartika (0908505014)

I Gst. Ag. Ayu Devi Yanti (0908505015)

Iwan Saka Nugraha (0908505016)

Putu Eka Utami Dewi Artini (0908505017)

A.A Ayu Wulan Purnama D. (0908505045)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

2012

Page 2: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

BAB I

PRAFORMULASI

1.1 Tinjauan Farmakologi Bahan Obat

Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada

pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Karena kapasitas

mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas, pada umumnya

obat mata diberikan dalam volume kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam

bentuk sediaan tetes dan salep dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk

mata (Ansel, 2008).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yang dimaksud dengan

salep mata adalah salep yang digunakan pada mata, sedangkan menurut BP 1993,

salep mata adalah sediaan semisolida steril yang mempunyai penampilan

homogen dan ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Basis yang umum

digunakan adalah lanolin, vaselin, dan parafin liquidum serta dapat mengandung

bahan pembantu yang cocok seperti anti oksidan, zat penstabil, dan pengawet.

Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,

2008). Salep mata digunakan untuk tujuan terapeutik dan diagnostik, dapat

mengandung satu atau lebih zat aktif (kortikosteroid, antimikroba (antibakteri dan

antivirus), antiinflamasi nonsteroid dan midriatik) yang terlarut atau terdispersi

dalam basis yang sesuai (Voight, 1994).

Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan

dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat

serta memenuhi uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi

tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunkaan bahan yang

memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus

mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah

pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak

sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam

monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. Zat antimikroba

yang dapat digunakan antara lain : klorbutanol dengan konsentrasi 0,5 % , paraben

dan benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,01 – 0,02 %. Bahan obat yang

Page 3: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus. Salep

mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran dan

partikel logam pada uji salep mata (Depkes RI, 1995).

Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian

dan penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk

menjamin sterilitas pada pemakaian pertama (Depkes RI, 1995). Wadah salep

mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan

jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya sampai

tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan perlindungan tehadap

cahaya yang baik. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa

peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah

dibuktikan oleh garam perak dan garam air raksa, lidocain (korosi) dan sediaan

skopolamoin yang mengandung air (warna hitam). Oleh karena itu akan

menguntungkan jika menggunakan tube yang sebagian dalamnya dilapisi lak.

Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan

difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam

jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (Depkes RI, 1995).

Dasar salep yang dimanfaatkan untuk salep mata harus memiliki titik lebur atau

titik melumer mendekati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari

petrolatum dan cairan petrolatum (minyak mineral) digunakan sebagai dasar salep

mata (Ansel, 2008). Basis salep mata seperti Simple Eye Ointmen BP1988 dapat

digunakan untuk memberikan efek lubrikasi. Basis yang umum digunakan adalah

lanolin, vaselin, dan paraffin liquidum. (Voight, 1994).

Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa

bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan

air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam

air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih

baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata (Depkes RI, 1995).

Adapun sedian salep mata yang ideal adalah :

a. Sediaan yang sedemikian sehingga dapat diperoleh efek terapi yang

diinginkan dan sediaan ini dapat digunakan dengan nyaman oleh

penderita.

Page 4: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

b. Salep mata yang menggunakan semakin sedikit bahan dalam

pembuatannya akan memberikan keuntungan karena akan menurunkan

kemungkinan interferensi dengan metode analitik dan menurunkan bahaya

reaksi alergi pada pasien yang sensitif.

(Lachman, 1994)

c. Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.

d. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi

kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata.

e. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.

f. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril

(Anief, 2000)

Keuntungan utama suatu salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah

waktu kontak antara obat dengan mata yang lebih lama. Sediaan mata umumnya

dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air

yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama

sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Satu kekurangan bagi

pengguna salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep

meleleh dan menyebar melalui lensa mata (Ansel, 2008).

1.1.1 Farmakokinetik

Untuk penggunaan secara topikal pada mata, kloramfenikol

diabsorpsi melalui cairan mata. Berdasarkan penelitian, penggunaan

kloramfenikol pada penyakit mata yaitu katarak memberi hasil yang baik

namun hasil ini sangat dipengaruhi oleh dosis dan bagaimana cara

mengaplikasikan sediaan tersebut. Jalur ekskresi kloramfenikol utamanya

melalui urine. Perlu diingat untuk penggunaan secara oral, obat ini

mengalami inaktivasi di hati. Proses absorsi, metabolisme dan ekskresi

dari obat untuk setiap pasien, sangat bervariasi, khususnya pada anak dan

bayi. Resorpsinya dari usus cepat dan agak lengkap. Difusi kedalam

jaringan, rongga, dan cairan tubuh baik sekali, kecuali kedalam empedu.

Kadarnya dalam CCS tinggi sekali dibandingkan dengan antibiotika lain,

juga bila terdapat meningitis. Plasma-t1/2-nya rata-rata 3 jam. Didalam

Page 5: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

hati, zat ini dirombak 90% menjadi glukoronida inaktif. Bayi yang baru

dilahirkan belum memiliki enzim perombakan secukupnya maka mudah

mengalami keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal,

terutama sebagai metabolit inaktif dan lebih kurang 10 % secara utuh

(Tjay dan Rahrdhja, 2007).

1.1.2 Indikasi

Untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksternal yang

disebabkan bakteri. (McEvoy, 2002).

1.1.3 Kontraindikasi

Pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol (McEvoy,

2002).

1.1.4 Mekanisme Kerja

Kloramfenikol merupakan bakteriostatik yang memiliki spektrum

yang luas terhadap berbagai jenis baketeri gram negatif dan gram positif.

Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik yang memiliki mekanisme

kerja menghambat sisntesis protein pada tingkat ribosom. Obat ini

mengikatkan dirinya pada situs-situs terdekat pada subunit 50S dari

ribosom RNA 70S. Kloramphenikol menyekatkan ikatan persenyawaan

aminoacyl dari molekul tRNA yang bermuatan ke situs aseptor kompleks

mRNA ribosom. Ikatan tRNA pada kodon-nya tidak terpengaruh.

Kegagalan aminoacyl untuk menyatu dengan baik dengan situs aseptor

menghambat reaksi transpeptidase yang dikatalisasi oleh peptidyl

transferase. Peptida yang ada pada situs donor pada kompleks ribosom

tidak ditransfer ke asamamino aseptornya, sehingga sintesis protein

terhenti (Katzung, 2004).

1.1.5 Efek Samping

Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol

pada mata. Reaksi hipersensitifitas dan inflamasi termasuk konjunctivitas,

terbakar, angioheurotic edema, urticaria vesicular/maculopapular

dermatitis (jarang terjadi) (Mc Evoy,2002).

Page 6: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

1.1.6 Dosis

Untuk sediaan salep mata, kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5 –

1 % dalam sediaan (Ansel, 2008). Dalam pengobatan infeksi mata,

kloramfenikol biasanya digunakan sebanyak 0,5 % dalam larutan atau

sebanyak 1 % dalam salep mata (Sweetman, 2009).

1.1.7 Penyimpanan

Disimpan pada suhu dibawah 30oC.

1.2 Tinjauan Sifat Fisiko – Kimia Bahan Obat

1.2.1 Kloramfenikol

1. Struktur dan Berat Molekul

Struktur :

BM : 323,13 gr/mol

(Anonim, 1995)

2. Kelarutan

Tabel 1. Tingkat Kelarutan Kloramfenikol

Pelarut Kelarutan

Air

Kloroform

Eter

Etanol

Propilen glikol

Aseton

Etil asetat

Sukar larut (1:400)

Sukar larut

Sukar larut

Mudah larut (1: 2,5)

Mudah larut (1: 7)

Mudah larut

Mudah larut

(Anonim, 1995; Lund, 1994)

Page 7: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

3. Stabilitas

Kloramfenikol dalam keadaan kering atau padat dapat

bertahan hingga waktu yang cukup lama dengan menempatkan

sediaan pada kondisi yang optimum selama penyimpanan..

Terhadap cahaya : Penyimpanan sediaan salep mata

kloramfenikol diusahakan terlindung dari

cahaya atau sinar matahari (Reynolds, 1982)

Terhadap suhu : Sediaan ini bertambah stabil pada suhu 350C

dengan penambahan sodium metabisulfit dan

disodium edetat. Umumnya stabilitas akan

berkurang pada suhu 250C (Lund, 1994).

Menurut Reynolds (1982), sediaan

kloramfenikol stabil selama 2 tahun jika

disimpan pada suhu 20o-25

oC.

Terhadap pH : pH stabil dari zat kloramfenikol adalah

berkisar antara 4,5 sampai 7,5 (Anonim,

1995 ; Lund, 1994). pKa 5,5 (McEvoy, 2002)

Terhadap oksigen : Sediaan ini tidak stabil dengan adanya

oksigen (Lund, 1994).

4. Titik lebur

149-1530

C (Reynolds, 1982)

5. Inkompatibilitas

Aminophyline, Ampicillin, Ascorbic acid, Calcium chloride,

Carbenicillin sodium, Chlorpromazine HCl, Erythromycin salts,

Gentamicin sulfat, Hydrocortisone sodium succinate, Hydroxyzine

HCl, Methicilin sodium, Methylprednisolone sodium succinate,

Nitrofurantoin sodium, Novobiocin sodium, Oxytetracycline,

Phenytoin sodium, Polymixin B sulphate, Prochlorperazine salts,

Promazine HCl, Prometazine HCl, Vancomycin HCl, Vitamin B

complex (Lund, 1994).

Page 8: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

1.2.2 Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Tambahan

a. Lanolin (Adeps lanae)

- Definisi

Lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan,

diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linné (Famili Bovidae), yang

dibersihkan, dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak

lebih dari 0,25%. Mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih

dari 0,02% (Anonim, 1995).

- Pemerian

Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas (Anonim,

1995).

- Kelarutan

Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2

kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut

dalam etanol panas, mudah larut dalam eter, dan dalam kloroform

(Anonim, 1995).

- Stabilitas

Lanolin dapat mengalami proses autooksidasi, sehingga didalamnya

ditambahkan antioksidan yaitu butilated hidroksitoluena. Ekspose

pemanasan yang lama dapat menyebabkan warna lanolin menjadi

gelap dan menimbulkan bau yang tengik. Lanolin dapat disterilisasi

dengan sterilisasi panas kering pada suhu 150oC. Pada ediaan salep

mata yang mengandung lanolin, dapat menggunakan sterilisasi

filtrasi atau dengan radiasi sinar gamma (Rowe, et al., 2004).

- Penyimpanan

Disimpan pada tempat yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya,

dan pada temperature 15 – 30oC (Sweetman, 2009).

- Titik lebur

38 – 44o C (Sweetman, 2009)

- Penggunaan

Agen pengemulsi, basis salep (Rowe, et al., 2004)

Page 9: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

b. Parafin

- Definisi

Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang dperoleh dari minyak

mineral, sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau

butylhidroksitoluena tidak lebih dari 10 bpj (Anonim, 1979).

- Pemerian

Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak berwarna,

hamper tidak berbau, tidak mempunyai rasa (Anonim, 1979).

- Kelarutan

Dalam air : tidak larut

Dalam alkohol : sedikit larut alkohol.

Dalam minyak menguap : larut

Dapat dicampur dengan hidrokarbon, dan minyak tertentu (kecuali

minyak jarak) (Sweetman, 2009).

- Stabilitas & Penyimpanan

Parafin merupakan zat yang stabil, kecuali dengan pemanasan dan

pembekuan yang berulang dapat mengubah komponen fisiknya.

Parafin harus disimpan pada tempat yang tertutup rapat, dengan

temperature tidak kurang dari 40oC (Rowe, et al., 2004).

- Penggunaan

Sebagai basis salep, emolien dan pembersih pada kondisi kulit

tertentu, dan sebagai lubrikan dalam sediaan mata pada pengobatan

mata yang kering (Sweetman, 2009)

c. Vaselin flavum

- Definisi

Vaselin kuning adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon

setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung

zat penstabil yang sesuai (Anonim, 1995).

- Pemerian

Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah, berfluoresensi

sangat lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis

Page 10: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

transparan. Tidak atau hampir tidak berbau dan berasa (Anonim,

1995).

- Kelarutan

Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzene, dalam karbon

disulfide, dalam kloroform dan dalam minyak terpentin, larut dalam

eter, dalam heksana, dan umumnya dalam minyak lemak dan minyak

atsiri, praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan

dalam etanol mutlak dingin (Anonim, 1995).

- Stabilitas & Penyimpanan

Vaselin harus disimpan pada tempat yang tertutup baik dan terlindung

dari cahaya (Sweetman, 2009)

- Titik lebur

38-60oC (Sweetman, 2009)

- Penggunaan :

Vaselin digunakan sebagai basis salep dan emolien pada pengobatan

pada penyakit kulit (Sweetman, 2009)

1.3 Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian

Bentuk Sediaan : salep mata Kloramfenikol 1%

Cara pemberiaan : s.u.e

Dosis : oleskan 3-4 kali sehari (BNF, 2007)

Page 11: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

BAB II

FORMULASI

2.1 Bentuk dan Formula yang dibuat

Salep Mata Kloramfenikol sebanyak 5 buah dengan bobot bersih masing-

masing sediaan 2 gram.

2.2 Permasalahan

1. Kloramfenikol tidak larut air, sehingga ketika mencampurkan

kloramfenikol pada basis akan lebih sulit dihomogenkan, karena tidak

dapat dilarutkan dalam air sebelum dicampur ke dalam basis.

2. Karena akan digunakan pada konjungtiva mata maka, basis salep harus

cukup lembut.

2.3 Pengatasan Masalah

1. Kloramfenikol dicampurkan dalam basis lemak, digerus dalam mortir

hingga halus, baru ditambahakan basis sedikit demi sedikit.

2. Untuk membuat basis salep yang lebih lembut, dilakukan penggantian

10% vaselinum flavum dengan parafin cair.

2.4 Macam-Macam Formulasi

A. Menurut Evi, 2009 :

R/ Kloramfenikol 1%

Setil alkohol 2,5 %

Adeps lanae 6 %

Parafin cair 40 %

Vaselin kuning ad 10 gram

B. Menurut Lund, 1994 :

R/ Kloramfenikol 1%

Cetyl alkohol

Destiled water

Liquid paraffin atau propilien glikol

Page 12: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

Span 40 atau Tween 40

C. Menurut Jenkins et al, 1957 :

R/ Kloramfenikol 1 %

Adeps lanae 10 %

Vaselin flavum 80 %

Parafin cair 10 %

D. Menurut Colombari, tt :

Setiap 100 gram salep mata mengandung :

Kloramfenikol 1,000 gram

Lanolin 10,000 gram

Liquid Paraffin 10,000 gram

Vaseline flavum 79,000 gram

2.5 Formulasi yang Digunakan

Setiap 2 gram salep mata mengandung :

Kloramfenikol 0,02 gram

Lanolin 0,2 gram

Liquid Paraffin 0,2 gram

Vaseline flavum 1,58 gram

2.6 Perhitungan dan Penimbangan Bahan

Berat salep : 2 gram

Jumlah sediaan : 5 tube

a. Kloramfenikol

Berat kloramfenikol = gramgx 02,02 100

1

Penambahan bobot 10 % = 0,02 g + (10% x 0,02 g) = 0,022 gram

Penimbangan untuk 5 sediaan = 0,022 gram x 5 = 0,11 gram

b. Lanolin

Berat lanolin = gramgx 2,02 100

10

99 %

90 %

Page 13: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

Penambahan bobot 10 % = 0,2 g + (10% x 0,2 g) = 0,22 gram

Penimbangan untuk 5 sediaan = 0,22 gram x 5 = 1,1 gram

c. Liquid Paraffin

Berat liquid paraffin = gramgx 2,02 100

10

Penambahan bobot 10 % = 0,2 g + (10% x 0,2 g) = 0,22 gram

Penimbangan untuk 5 sediaan = 0,22 gram x 5 = 1,1 gram

d. Vaseline Flavum

Berat liquid paraffin = gramgx 58,12 100

79

Penambahan bobot 10 % = 1,58 g + (10% x 1,58 g) = 1,738 gram

Penimbangan untuk 5 sediaan = 1,738 gram x 5 = 8,69 gram

Tabel 2. Penimbangan Bahan

No. Bahan Persentase Fungsi Penimbangan 1

sediaan

Penimbangan

5 sediaan

1. Kloramfenikol 1 % Zat aktif 0,02 g 0,11 g

2. Lanolin 10 % Basis Lemak 0,2 g 1,1 g

3. Liquid paraffin 10 % Emolien 0,2 g 1,1 g

4. Vaselin flavum 79 % Basis

hidrokarbon

1,58 g 8,69 g

Page 14: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

BAB III

PELAKSANAAN

3.1 Cara Kerja

a. Semua alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu,

b. Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan bobot penimbangannya,

c. Basis salep (lanolin, parafin cair, dan Vaseline flavum) diletakkan pada

cawan porselen yang telah dilapisi kasa steril,

d. Basis salep kemudian dilebur dalam oven pada suhu 60oC selama 60

menit,

e. Lelehan basis salep diaduk perlahan hingga semua basis meleleh sempurna

dan tercampur dengan homogen,

f. Kloramfenikol digerus didalam mortir hingga halus,

g. Sedikit demi sedikit basis dimasukkan kedalam mortir yang telah berisikan

kloramfenikol kemudian diaduk hingga homogen.

h. Campuran bahan ditimbang sebanyak 2 g, lalu dimasukkan kedalam tube

yang telah disiapkan.

i. Tube yang telah berisikan salep kemudian diberikan etiket, lalu

dimasukkan kedalam kemasan.

3.2 Skema kerja

Sterilisasi alat

Penimbangan bahan

Basis salep (lanolin, parafin cair, dan Vaseline flavum)

Diletakkan dalam cawan porselen dilapisi kasa steril

Dilebur dalam oven suhu 60oC selama 60 menit

Diaduk perlahan sampai basis meleleh sempurna

Page 15: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

Zat aktif (kloramfenikol) digerus di dalam mortir

Ditambahkan sedikit demi sedikit basis salep

Digerus hingga homogen

Campuran bahan (salep) ditimbang sebanyak 2 g

Dimasukkan ke dalam tube salep

Diberi etiket, lalu dimasukkan ke dalam kemasan.

3.3 Alat dan Bahan

a. Alat

1. Oven

2. Gunting

3. Batang Pengaduk

4. Pipet tetes besar

5. Pipet tetes kecil

6. Kaca Arloji

7. Sudip

8. Mortir dan stamper

9. Cawan Porselin

10. Tube salep

11. Spatula logam

12. Spiritus

13. Tissue / Lap / Aluminium

Foil Heavy Duty

14. Kain kasa steril

15. Kertas perkamen

16. Plastik 1 kg

b. Bahan

1. Air

2. Alkohol 70%

3. Kloramfenikol

4. Vaselin flavum

Page 16: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

5. Parafin Cair

6. Adeps lanae

c. Sterilisasi Alat

Tabel 3. Alat – Alat yang Digunakan dan Cara Sterilisasinya

NO PERALATAN CARA STERILISASI

1. Cawan porselin Oven 180 0C selama 30 menit

2. Pipet tetes Autoklaf 121 0C selama 15 menit

3. Spatula logam Oven 1800C selama 30 menit

4. Batang pengaduk Oven 1800C selama 30 menit

5. Mortir dan stamper Sterilasi dengan alkohol 96% dan

pembakaran langsung

6. Sudip Autoklaf 121 0C selama 15 menit

7. Kain kasa steril Autoklaf 121 0C selama 15 menit

8. Tube salep Oven 180 0C selama 30 menit

9. Kaca arloji Oven 180 0C selama 30 menit

10. Kain kasa Autoklaf 121 0C selama 15 menit

11. Kertas perkamen Autoklaf 121 0C selama 15 menit

Page 17: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

3.4 Kemasan dan Brosur

Page 18: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

BAB IV

EVALUASI SEDIAAN

4.1. Evaluasi Fisika

4.1.1. Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi warna dan bau yang diamati

secara visual.

4.1.2. Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang

akan diuji pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,

harus menunjukkan susunan yang homogen (Depkes RI, 1995).

4.1.3. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar ditentukan dengan cara berikut. Sebanyak 0,5 gram

salep diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang dilapisi

plastik transparan, dibiarkan sesaat (1 menit) dan luas daerah yang

diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan plastik yang

diberi beban tertentu masing-masing 50 gram, 100 gram, dan 150 gram

dan dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan oleh

sediaan dapat dihitung (Voigt, 1994).

4.1.4. Uji Daya Lekat

Sampel 0,25 gram diletakan di atas 2 gelas obyek yang telah

ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah

itu gelas obyek dipasang pada alat test. Alat test diberi beban 80 gram dan

kemudian dicatat waktu pelepasan salep dari gelas obyek.

4.2. Evaluasi Kimia

4.2.1 Pengukuran pH

Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu

gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga

10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa,

jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH

yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Anonim, 1995).

Page 19: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

4.3. Evaluasi Biologi

4.3.1. Uji Mikroba

Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di

dalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga

sediaan jadi dan untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari

spesimen mikroba tertentu. Spesimen uji biasanya terdiri dari

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan

Salmonella. Pengujian dilakukan dengan menambahkan 1 mL dari tidak

kurang enceran 10-3

biakan mikroba berumur 24 jam kepada enceran

pertama spesimen uji (dalam dapar fosfat 7,2, Media fluid Soybean-Casein

Digest atau Media Fluid Lactose Medium) dan diuji sesuai prosedur

(Depkes RI, 1995).

Page 20: 89225153 Jurnal Salep Mata Kel 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Dirjen POM.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM.

Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta :

UI Press.

BNF. 2007. British National Formulary 54. England : BMJ Publishing Group and

RPS Publishing.

Evi. 2009. Salep Mata. (cited 2011, 16 April). Available at :

http://salepmata.blogspot.com

Jenkins, Glenn L., Don E. Francke, Edward A. Brecht, Glen J. Sperandio. 1957.

Scoville’s The Art of Compounding. New York : McGraw-Hill Book

Company.

Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L.Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Jakarta : UI Press.

Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex, Twelfth edition. London : The

Pharmaceutical Press.

McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. United State of America :

American Society of Health System Pharmcists.

Reynolds, J. E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopea Twenty-eight

Edition Book 1. London : Pharmaceutical Press (PhP).

Rowe, C.R., P.J. Shekey, and P.J. Weller. 2004. Handbook of Pharmaceutical

Exipients. London : Pharmaceutical Press.

Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-Third

edition. London Chicago : Pharmaceutical Press.

Tjay, Hoan Tan dan Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta : Elex Media

Komputindo

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.