51
Disusun atas kerjasama : 1. KOMITMEN PIMPINAN DAN STAF KPU 2. KOMITMEN PELAKU USAHA 3. KOMITMEN KPU DAN PELAKU USAHA 4. PEMANTAU INDEPENDEN 5. MEKANISME PENGADUAN 6. MEKANISME RESOLUSI KONFLIK 7. PERLINDUNGAN SAKSI 8. PENERAPAN HUKUMAN DAN PENGHARGAAN 9. KESEPAKATAN BATASAN RAHASIA 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

  • Upload
    others

  • View
    57

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Disusun atas kerjasama :

1. KOMITMEN PIMPINAN DAN STAF KPU

2. KOMITMEN PELAKU USAHA

3. KOMITMEN KPU DAN PELAKU USAHA

4. PEMANTAU INDEPENDEN

5. MEKANISME PENGADUAN

6. MEKANISME RESOLUSI KONFLIK

7. PERLINDUNGAN SAKSI

8. PENERAPAN HUKUMAN DAN PENGHARGAAN

9. KESEPAKATAN BATASAN RAHASIA

9 PRINSIPPAKTA INTEGRITAS

Page 2: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan KorupsiPengadaan

Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Penulis :Putut Aryo Saputro

Editor :Heni Yulianto

Cetakan Pertama, September 2009ISBN.......................

Diterbitkan Oleh :Transparency International Indonesia

Jl. Senayan Bawah No.17Jakarta 12180

Indonesia

Telp: (021) 7208515Fax : (021) 7267815Website : www.ti.or.idEmail : [email protected]

Pakta Integritas Sebagai Langkah AwalPencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa

di Komisi Pemilihan Umum

Disusun atas kerjasama :

Page 3: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Secara umum buku pembelajaran ini berisi kumpulaninformasi dan fakta-fakta berkaitan dengan proses, dinamika,serta berbagai pelajaran yang dapat dipetik dari penerapan PaktaIntegritas di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Upaya Transparansi International Indonesia untukmempromosikan transparansi dan akuntabilitas PengadaanBarang dan Jasa Logistik Pemilu 2009 di Komisi PemilihanUmum belum berlangsung lama. Sejak dirintis bulan April 2008hingga pendeklarasian komitmen pada Oktober 2008, PaktaIntegritas diharapkan dapat menjadi sarana yang dapat membantuKomisi Pemilihan Umum dalam pencegahan korupsi prosesPengadaan Barang dan Jasa. Hal ini tentu saja tidak bisaberlangsung instan, karena perubahan sikap dan perilakumerupakan proses yang panjang dan memerlukan energi yangtidak sedikit. Kekuatan dan kelemahan penerapan Pakta Integritasperlu dikenali sejak dini agar langkah pencegahan korupsi tidakberjalan di tempat, atau bahkan berhenti untuk berjalan.

Transparency International Indonesia menganggappendeklarasian Pakta Integritas di Komisi Pemilihan Umumsebagai langkah awal yang sangat strategis sebagai upayapencegahan korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Logistik Pemilu2009. Langkah berikutnya agar upaya pencegahan ini berjalan

Kata P engantar

efektif adalah bekerjanya prinsip-prinsip Pakta Integritas, pertamakomitmen korupsi anggota KPU, Sekjen, dan seluruh stafSekretariat Jendral KPU. Kedua, komitmen anti korupsi daripelaku usaha penyedia barang dan jasa Logistik Pemilu 2009.Ketiga komitmen KPU dan pelaku usaha atas peran sertamasyarakat. Keempat dibukanya ruang partisipasi bagimasyarakat melalui Lembaga Pemantau Independen (LPI).Kelima dibentuknya mekanisme pengelolaan pengaduan. Keenammekanisme penyelesaian perselisihan. Ketujuh mekanismepemberian penghargaan dan sanksi. Kedelapan mekanismeperlindungan saksi dan pelapor. Kesembilan adanya batasanrahasia. Jadi, perlu kami tekankan bahwa penandatangananPakta Integritas adalah awal dari rangkaian aktivitas yang panjang,terutama untuk menjamin sistem pencegahan korupsi yang telahdisusun sesuai dengan jalurnya.

Dengan membaca buku ini, yang mengacu dari pengalaman-pengalaman KPU dalam menerapkan Pakta Integritas diharapkanmembuka mata dan hati bahwa proses pengadaan barang danjasa adalah titik paling rawan terjadinya Korupsi, Kolusi, danNepotisme. Selain itu, pembelajaran yang dapat kita perolehadalah perbandingan normatif Pakta Integritas dan faktual ketikaditerapkan di KPU, seperti apa lembaga ini sebelum dan sesudahmenerapkan Pakta Integritas, dan berbagai kendala dantangangan ketika mekanisme pencegahan ini diterapkan.

Kata P engantar

iiiPakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum iv Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Page 4: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Kepada pembaca yang terhormat, semoga buku pembelajaranini memberikan sumbangan terhadap gerakan pemberantasankorupsi di Indonesia khususnya di sektor pengadaan barangdan jasa pemerintah.

Jakarta, September 2009

Teten MasdukiSekretaris JendralTransparency International Indonesia

Kata P engantar

vPakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum vi Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

D aftar Isi

BAB IPENDAHULUANDeklarasi Pakta Integritas Sebagai Langkah AwalPencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di KomisiPemilihan Umum

BAB IIPENGARUH PAKTA INTEGRITAS DALAMMEMPROMOSIKAN TRANSPARANSI DANAKUNTABILITAS PENGADAAN BARANG DAN JASALOGISTIK PEMILU 2009

KPU Telah Mengembangkan Sistem Pencegahan KorupsiPBJ Melalui Pakta Integritas dan Mempublikasikan DeklarasiSebagai Bentuk Komitmen

Pelatihan penerapan Pakta Integritas untuk PanitiaPengadaan Logistik di KPU, Media, dan CSO

Relevansi dan Efektivitas Pelatihan/Workshop yangDilakukan TII Terhadap Media Massa dan CSO

Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)/Civil Society Organization(CSO) Aktif Melakukan Pengawasan Pengadaan Barangdan Jasa Pemilu 2009

Kata Pengantar

Daftar Isi

iii

iv

1 - 5

7 - 15

16 - 22

23 - 28

29 - 36

37 - 40

Page 5: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU MendapatkanPendampingan Agar Proses Pengadaan Barang dan JasaSesuai dengan Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlakudalam Pengadaan Barang dan Jasa (Keppres No.80/Tahun2003)

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU TerhadapPelaku Usaha/Vendor

Mekanisme Pemberian Penghargaan dan PenerapanSanksi

BAB IIITANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAANBARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Mekanisme Pengaduan (Complaint Handling Mechanism)

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflict Resolution)

Batasan Rahasia

41 - 44

45 - 56

57

58 - 61

65

67 - 70

71 - 72

73 - 74

65 - 66

viiPakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum viii Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

D aftar Isi

75 - 76

Daftar RujukanSumber PustakaPerundang-undanganSumber MediaWawancara

APPENDIX

Pakta Integritas

Pengadaan Barang dan Jasa

Bahan dan Hasil Workshop

77 - 80

80 - 82

80 - 82

75 - 76

Page 6: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

1Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 2 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

B AB I

PENDAHULUAN

Deklarasi Pakta Integritas

Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi

Pengadaan Barang dan Jasa

di Komisi Pemilihan Umum

Page 7: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

seluruh Kepala Biro berikut Wakilnya, staf Inspektorat KPU, pejabatSekretariat KPU, panitia Pengadaan Barang dan Jasa di lingkunganSetjen KPU, serta anggota KPU Gusti Putu Artha, Andi Nurpati,Endang Sulastri. Pihak luar selain KPU yang turut hadir dalamdeklarasi ini adalah Ketua Dewan Pengurus TransparencyInternational Indonesia Todung Mulya Lubis dan MenteriPendayagunaan Aparatur Negara Tauf iq Effendi .

Komitmen Ketua, Sekretaris Jenderal dan staf KomisiPemilihan Umum untuk mencegah korupsi dalam prosesPengadaan Barang dan Jasa logistik Pemilu melalui deklarasiPakta Integritas secara langsung maupun tidak langsung telahmemberikan kepercayaan diri dan rasa optimis bahwa korupsibisa dicegahsecara bertahap. Selain itu menjadi pintu masuk bagiterbangunnya mekanisme kontrol masyarakat sehingga dapatmeningkatkan kredibilitas pelaksanaan Pemilu.

PENDAHULUAN

Deklarasi Pakta IntegritasSebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi

Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Sebagai upaya mewujudkan proses Pengadaan Barangdan Jasa Pemilu 2009 secara efisien, efektif, transparan, bersaing,tidak diskriminatif, dan akuntabel, Komisi Pemilihan Umum (KPU)telah berkomitmen untuk memperbaiki diri dengan melakukanlangkah awal yang cukup strategis, yaitu mendeklarasikanpenerapan prinsip-prinsip Pakta Integritas secara menyeluruhpada tanggal 21 Oktober 2008 di Kantor Pusat KPU Jl. ImamBonjol No. 29 Jakarta.

Keseriusan KPU untuk melakukan perubahan ke arah yanglebih baik tersebut tampak dari hampir seluruh staf KPU ikut sertasebagai pendukung deklarasi. Para pendukung deklarasi antaralain: Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary, Sekretaris Jenderal KPUSuripto Bambang Setyadi, Wakil Sekretaris Jendral Asrudi Trijono,

B AB I

3Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 4 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Deklarasi

Page 8: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Transparency International Indonesia mendorong danmenjaga dengan ketat agar Pakta Integritas yang telahdideklarasikan KPU tidak menjadi sebuah formalitaspenandatanganan saja. Deklarasi Pakta Integritas bukanlahsertifikat pengakuan bahwa institusi yang bersangkutan telahbersih dari praktik KKN, melainkan ungkapan niat institusi tersebutuntuk bersiap melaksanakan prinsip-prinsip Pakta Integritas.

Melalui penerapan prinsip-prinsip Pakta Integritas secarabertahap, serta pengaruh dari penerapan tersebut, dukungan daripublik dalam Pengadaan Barang dan Jasa serta kepuasanmasyarakat sebagai penerima manfaat dapat menjadi jembatantercapainya tujuan Pemilu 2009 yang demokratis, transparan,akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan.

B AB I I

PENGARUH PAKTA INTEGRITAS

DALAM MEMPROMOSIKAN TRANSPARANSI

DAN AKUNTABILITAS PENGADAAN

BARANG DAN JASA LOGISTIK PEMILU 2009

5Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 6 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Page 9: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

7Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 8 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

B AB I I

PENGARUH PAKTA INTEGRITAS DALAMMEMPROMOSIKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITASPENGADAAN BARANG DAN JASA LOGISTIK PEMILU 2009

Upaya Transparency International Indonesia untukmempromosikan Pakta Integritas di KPU memerlukan prosesyang cukup panjang. Pada tahap awal, pengenalan Pakta Integritasdi KPU mendapat ganjalan karena dianggap akan menjebak dirisendiri dan merepotkan mereka di kemudian hari. Melaluikomunikasi yang intensif antara KPU dan TII, kesan ini berangsur-angsur hilang. Secara bertahap KPU mulai dapat menerimaprinsip-prinsip PI karena selaras dengan harapan mereka,misalnya: tidak ingin mengulangi peristiwa kasus korupsiPengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Pemilu yang terjadi padaPemilu tahun 2004.

Kasus korupsi logistik Pemilu 2004 pada dasarnya telahmendorong berbagai pihak untuk merumuskan strategi pencegahankasus yang sama

Empat anggota KPU divonis bersalah dan harus menjalani hukuman terkait dengan korupsi pengadaanlogistik Pemilu.

1

1

Page 10: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

di kemudian hari. Salah satu perubahan strategis dan mendasaratas institusi KPU dalam proses Pengadaan Barang dan Jasaadalah perubahan posisi Pejabat yang memegang mandat danotoritas kebijakan terkait kebijakan PBJ. Perubahan tersebutterlihat dalam Table 2.1 di bawah.

Dengan perubahan tersebut, secara formal, KomisionerKPU sesungguhnya telah dibantu supaya terhindar dari praktikpenyimpangan otoritas kebijakan dalam PBJ, karena setiapanggota dan atau para Komisioner tidak membubuhkan tandatangan dalam dokumen PBJ Pemilu, serta tidak diperbolehkanlagi menjadi panitia tender atau pejabat panitia tender. Dengandemikian, jika terdapat kasus KKN dalam PBJ maka peluangterseretnya Komisioner adalah berdasarkan Kesimpulan HasilRapat Pleno Komisioner yang bersifat kolegial. Untuk pemilu2009, komisioner KPU tidak memiliki otoritas kebijakan pengadaan,namun demikian tetap berfungsi sebagai Pengarah dan atauRujukan bagi Sekjen dalam setiap aktivitas penyelenggaraanpemilu, termasuk dalam pelaksanaan logistic pemilu. Kecualiditemukan adanya intervensi personal oleh oknum KPU (komisionermaupun staf KPU pusat) kepada kontraktor yang kemudianmenjadi konflik kepentingan dalam proses PBJ baik di tingkatKPU Nasional maupun di tingkat daerah (KPUD Provinsi maupunKPUD Kabupaten / Kota).

9Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 10 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Tabel 2.1Perubahan Mendasar Otoritas Pemegang Kebijakan atas

pelaksanaan PBJ Pemilu antara PBJ Pemilu 2004dengan PBJ Pemilu 2009

Otoritas dalam PBJ

PA (Pengguna Anggaran)

KPA (Kuasa Pengguna Anggaran)

PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)

2004

Sekjen

Wa Sekjen

Kepala Biro

2009

Menteri Keuangan

Sekjen

Wasekjen

Akuntabilitas KPU dalam pengadaan barang dan jasa dipemilu 2009 oleh KPU sendiri dirasakan sangat meningkatdibanding 2004, karena prosedurnya dilakukan dengan benarsehingga tidak mudah di intervensi. Seperti misalnya keberhasilanuntuk melakukan efisiensi dalam pengadaan logistik di KPU,penyusunan HPS dilaksanakan dengan spesifikasi barang yanglebih realistis dengan standard kualitas yang memenuhi kebutuhan,misalnya seperti kertas suara tidak perlu menggunakan kertasbagus, tetapi yang paling penting kualitas cetakannya bagus(tidak mengurangi nilai keabsahan), dan proses evaluasi yangfair dan lebih melihat pada harga yang terendah dari HPS sertakesanggupan memenuhi spesifikasi yang diminta sehinggahasilnya bisa menghemat anggaran. Hal ini secara langsungmaupun tidak langsung merupakan dampak dari pemahamanuntuk menerapkan secara konsisten ketentuan dalam Keppres80/2003

Page 11: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

dan penerapan Pakta Integritas sebagai sebuah janji untuk tidakmelanggar ketentuan yang ada.

Perubahan kebijakan dalam struktur KPU dimanakomisioner tidak lagi terlibat langsung dalam aktivitas pengadaanbarang dan jasa, untuk Pemilu 2009, tercermin seperti dalampenuturan staff KPU berikut:

”Kalau dulu komisioner bisa mengintervensi. Sekarang panitialebih mandiri, lebih berani menolak/menyatakan tidak kalau itutidak sejalan apalagi untuk barang-barang pokok Pemilu, dengankonsekuensi apapun”

Perubahan tersebut disatu pihak mengurangi intervensikomisioner seperti yang terjadi dalam pemilu 2004 lalu, tetapi dilain pihak memberikan ekses politis lain, yakni komisioner dapatsaja bermain (mengarahkan, intimidasi dll) dan dengan mudahbisa lari dari tanggungjawab karena bersembunyi dibalik keputusankomisioner yang bersifat kolegial sehingga hal tersebut cukupsulit untuk dibuktikan. Kasus pengunduran diri dari salah satuKepala Biro di KPU sebelumnya dirasakan sebagai suatu indikasikearah sana.

Pengalaman terjadinya korupsi dalam pengadaan logistikpada Pemilu tahun 2004 yang menyebabkan beberapa pejabatdan staf KPU pada waktu itu dimasukkan ke penjara menjadikanprogram Pakta Integritas

11Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 12 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

dengan KPU menjadi sangat relevan dengan kebutuhan KPUuntuk menjalankan fungsi dan perannya sebagai pelaksana Pemilusecara lebih transparan dan akuntabel. Kesadaran terhadappengalaman tersebut telah menjadi catatan sekaligus doronganyang cukup kuat bagi pimpinan dan staff KPU untuk mengadopsiPakta Integritas yang didorong oleh TII sebagai sebuah tuntutan,selaras dengan amanat dari Keputusan Presiden No 80 tahun2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah, dimana juga diatur tentang Pakta Integritas bagipengguna barang/jasa. Langkah KPU dalam pencegahan korupsitampak bila dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya.

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Sistem pencegahan korupsiPengadaan Barang danJasa me la lu i Pak taI n t e g r i t a s b e l u md i k e m b a n g k a n d a nditandatangani

1. Telah dikembangkan sistemp e n c e g a h a n k o r u p s iPengadaan Barang dan Jasamelalui penerapan PaktaI n t e g r i t a s d e n g a npenandatanganan sebagaiformalitas bentuk menyatakankomitmen

P e m i l u 2 0 0 4 P e m i l u 2 0 0 9No.

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

Tabel 2.2Perbandingan Langkah KPU dalam Pencegahan Korupsi

pada Pemilu 2004 dengan Pemilu 2009

1.

No.

Page 12: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Tidak ada pelatihan untukpeningkatan kapasitas CivilSociety Organization (CSO),media massa, dan panitiapengadaan logistik Pemiludi Komisi Pemilihan Umum(KPU)

A d a p e l a t i h a n u n t u kpeningkatan kapasitas CivilSociety Organization (CSO),media bagi kepentinganpemantauan yang lebih efektifdan panitia pengadaan logistikPemilu di Komisi PemilihanUmum (KPU) agar prosespengadaan logistik Pemilusesuai peraturan yang berlaku,dilaksanakan secara efektif danefisien.

2.

Tidak ada in fo rma lOrganisasi MasyarakatSipil / OMS (Civil SocietyOrganization / CSO) yangmenjadi pendamping KPUdalam proses PengadaanBarang dan Jasa

TII dan LKPP memfasilitasiKPU untuk mendapatkanpendampingan agar prosesPengadaan Barang danJasa sesuai dengan prinsip-prinsip PI dan aturan yangberlaku (Keppres No. 80 /Tahun 2003).

4.

Tidak ada monitoring CSOs e c a r a a k t i f d a l a mPengadaan Barang danJasa Pemilu 2009

CSO dan media massa aktifmelakukan pengawasansecara khusus terhadapproses Pengadaan Barangdan Jasa Pemilu 2009

3.

Keppres No. 80/ Tahun2003 tidak diterapkansecara konsisten olehKPU

KPU konsisten menerapkandan menjadikan KeppresNo. 80 / Tahun 2003 sebagairujukan dan peraturan yangberlaku dalam PengadaanBarang dan Jasa.

13Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 14 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

5.

Page 13: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

KPU Telah MengembangkanSistem Pencegahan Korupsi PBJ

Melalui Pakta Integritas dan Mempublikasikan DeklarasiSebagai Bentuk Komitmen

Pelajaran berharga yang bisa dipetik dari berbagai kasuskorupsi yang menimpa KPU pada pelaksanaan Pemilu 2004 laluadalah; proses Pengadaan Barang dan Jasa merupakan bagianyang paling rawan terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan.Sebagai contoh pada Pemilu 2004, pengumuman pemenangtender Pengadaan Barang dan Jasa logistik ditengarai oleh banyakpihak sejak awal secara sengaja “sudah diatur” oleh KPU.Pengumuman pemenang pada dasarnya merupakan akhir dariproses tender dan awal dari proses aktivitas Pengadaan Barangdan Jasa. Pada tahap inilah KPU ditengarai mulai menjalinhubungan dengan para pihak luar (rekanan) dari KPU yang dapatmenjadi ruang bagi timbulnya rekayasa dan persekongkolan.

Berikut ini beberapa contoh lain kecurangan yang dilakukan KPUpada pelaksanaan Pemilu 2004:

Mantan Ketua KPU Nazaruddin Sjamsuddin divonis bersalahdalam aktivitas pengadaan jasa asuransi anggota KPU danpengumpulan dana taktis dari rekanan KPU.

15Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 16 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Mantan anggota KPU Mulyana W Kusumah dan mantan KepalaBiro Logistik KPU Richard Manusun Purba divonis penjarakarena kasus pengadaan kotak suara. Dalam kasus itu, rekananKPU, mantan Direktur Utama PT Survindo Indah Prestasi SiholManulang, divonis empattahun penjara. Mulyana juga pernah dipenjara dalam kasussuap terhadap auditor Badan Pemeriksa KeuanganKhairiansyah Salman. Dalam kasus itu, Pelaksana HarianSekjen KPU Sussongko Suhardjo juga divonis bersalah.

Dalam pengadaan segel sampul suara untuk Pemilu 2004,mantan anggota KPU Daan Dimara divonis bersalah karenamenunjuk langsung PT Royal Standard. Pengadilan tindakpidana korupsi juga memvonis mantan Direktur PT RoyalStandard Untung Sastrawijaya.

Mantan anggota KPU Rusadi Kantaprawira divonis PengadilanTipikor dalam pengadaan tinta sidik jari Pemilu 2004. Rusadidinilai melakukan pekerjaan tanpa ada penjelasan mengenaiHarga Perkiraan Sendiri (HPS). Rusadi juga dinilai telahmenunjuk langsung empat rekanan untuk pengadaan tintaimpor.

Mantan Sekjen KPU Safder Yusacc dipenjara dalam kasuspenggelembungan dana pengadaan buku.

Page 14: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Tercatat pada Pemilu 2004, enam orang terbukti atas dakwaankorupsi pada Pengadaan Barang dan Jasa, dengan hukumanberkisar antara 3 tahun 10 bulan (Mulyana, anggota KPU 2004)s/d 7 tahun (Nazaruddin Sjamsuddin, Ketua KPU 2004) dandenda sebesar minimal Rp. 50 juta (Mulyana) s/d maksimalRp. 300 juta (Nazaruddin dan Hamdani Amin)

Potret Penyimpangan di KPU Daerah;

2004 Kabupaten Gresik. Dugaan korupsi pada prosespengadaan 24.143 baju batik senilai Rp. 2,4 miliar, dengannilai kerugian hasil audit Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP) Rp. 906 juta. Pengadaan batik bagianggota KPUD, PPK dan PPS, itu pun tanpa melalui prosestender, dengan alasan mendesaknya waktu, sehingga KPUGresik langsung menunjuk kepada CV Karunia Agung sebagaitim pengadaan batik. Hal inilah yang menjadi sorotan pihakKejari Gresik tentang adanya ketidakberesan dalam pengadaanpakaian batik yang dianggap melanggar ketentuan KeppresNo. 80/ Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang dan Jasa Pemerintah. Selain itu adanya indikasi markup anggaran hingga menimbulkan kerugian negara sebesarRp.906.588.000,00.

2006 Propinsi Banten. Mantan Ketua KPUD dan mantan KetuaPengadaan Barang dan Jasa KPUD Banten yang telah terbukti

17Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 18 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

menyelewengkan dana Pengadaan logistik Pilkada Banten2006 yang merugikan negara sebesar Rp 984,4 juta.

2006 Propinsi Jawa Timur. Sekretaris KPU Jawa Timur,Haribowo Sukotjo didakwa merugikan negara Rp 7,1 miliardalam kasus selisih antara permintaan dan penggunaan jumlahkertas. Selisih jumlah kertas tersebut sebanyak 920 ton yangjika dinominalkan dalam bentuk uang senilai Rp 7,1 miliar.

2007 Propinsi Jawa Timur. Ketua KPU Jawa Timur, WahyudiPurnomo, dituntut hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp100 juta dalam kasus penjualan sisa kertas ke CV Sidoyoso,Surabaya, dengan harga Rp 7,1 miliar. Penjualan limbah kertasseberat 148.869 kilogram itu dilakukan oleh Sekretaris KPUHaribowo Sukotjo.

2008 Provinsi Banten. Bekas Kepala Bagian Umum KPUProvinsi Banten Gaos S. Misbach tersangkut kasus dugaankorupsi pengadaan barang berupa 3 jenis logistik PilkadaBanten. Dia divonis satu tahun penjara dan denda Rp 50 jutaoleh Pengadilan Negeri Serang pada 6 Mei 2008. Kemudian,bersama mantan Kepala Sub Bagian Keuangan Nana Mulyana,Gaos juga ditetapkan sebagai tersangka korupsi Uang UntukDipertanggungjawabkan (UUDP) di KPU Banten lebih dari Rp500 juta.

Page 15: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

19Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 20 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Mantan bendahara KPU Kota Makassar, Ashari resmi ditahankarena terbukti melakukan korupsi dana pengadaan logistikPilwalkot tahun 2008.

Berbagai contoh di atas menunjukkan adanyapenyalahgunaan kewenangan (abuse of power) di mana berbagaikeputusan penting demi kepentingan bangsa dan negara diambilberdasarkan pertimbangan dan kepentingan pribadi tanpamempertimbangkan akibat hukum dan akibat sosialnya.

Kejadian tersebut sesungguhnya tidak perlu terjadi jikapimpinan KPU secara tegas menegakkan integritas dan mengikutiregulasi peraturan yang ada, terutama Keppres No. 80 / Tahun2003 yang secara jelas menjadi rujukan serta mengatur penerapanPakta Integritas dalam proses Pengadaan Barang dan Jasapemerintah. Apalagi jika dilihat visinya, Komisi Pemilihan Umumsebagai penyelenggara Pemilihan Umum pada dasarnya mandiri,non-partisan, tidak memihak, transparan, profesional, berdasarkanasas-asas Pemilihan Umum demokratis, dengan melibatkanpartisipasi rakyat seluas-luasnya, sehingga hasilnya dipercayamasyarakat.

Deklarasi Pakta Integritas Komisi Pemilihan Umum yangdipublikasikan secara luas pada dasarnya merupakan salah satupengejawantahan sebuah niat untuk tidak mengulang kembalikesalahan prosedur dalam logistik Pemilu sebelumnya.

http://www.kpu.go.id/Visi/Visi_Misi.htm.3

3

Kepercayaan diri yang telah terbangun ini sudah sepantasnyatidak dibiarkan menguap begitu saja karena Komisi PemilihanUmum memiliki kegiatan berskala nasional dan dampak yangluar biasa dalam penyelenggaraan demokrasi di Indonesia.

Niat KPU untuk melaksanakan prinsip-prinsip pencegahankorupsi telah membuka wacana baru bahwa Pengadaan Barangdan Jasa Pemilu bukan hal yang tertutup dan haram diketahuipublik. Dengan kata lain, institusi KPU pada dasarnya telahmemiliki instrument untuk membuka peluang yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dalam mendapatkan (akses) datadan informasi guna mendukung aktivitas pemantauan.

Keterbukaan Komisi Pemilihan Umum telah memberikanangin segar bagi upaya mewujudkan sistem pemerintahan yangbersih (clean government) dan tata pemerintahan yang baik (goodgovernance). Tahapan pengadaan logistik yang oleh berbagaipihak dinilai tidak terbuka, terutama pada Pemilu 2004, merupakansalah satu sumber korupsi potensial. Sedikit demi sedikit, aksespublik terhadap informasi Pengadaan Barang dan Jasa logistikPemilu 2009 mulai terbuka. Indikator kerterbukaan ini menjadicukup relevan di mana pada waktu saat penulisan pembelajaranini dilakukan, muncul berbagai masalah yang akhirnya menjadikonsumsi publik dimana hampir terus menerus menghiasipemberitaan di media massa seperti kasus IT, dugaan kasuspenyimpangan tender yang lain

Page 16: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

21Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 22 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

dan lain sebagainya. Secara positif hal ini menunjukkan adanyaperhatian public sehingga dapat menjadi modal untukmeningkatkan aktivitas pemantauan guna meminimalkankebocoran anggaran, menghindari praktek tercela, doronganmembatalkan perencanaan PBJ yang buruk dan sebagainya.

Pelatihan Penerapan Pakta Integritas untukPanitia Pengadaan Logistik Pemilu di KPU, Media, dan CSO

Sebagai upaya mematangkan penerapan Pakta Integritas,TII memfasilitasi Seminar dan Workshop kepada staf KPU yangakan menjadi panitia dalam pengadaan logistik. Seminar danWorkshop tersebut dilakukan pada tanggal 11-12 September 2008di sebuah Hotel di Jakarta. Tujuan pelatihan ini adalah untukmelakukan pemetaan masalah dan solusinya agar dalampelaksanaan pengadaan logistik KPU tidak mengalami kesalahanseperti pada tahun 2004 lalu. Mengingat jadwal pelaksanaanPemilu yang semakin dekat sedangkan banyak persiapan yangbelum tuntas, sementara jadwal seluruh staf maupun KomisionerKPU juga begitu padat. Proses persiapan menuju pelaksanaanworkshop benar-benar membutuhkan energi dan kesabaran yangtinggi. Fakta tidak adanya koordinasi antara Biro di institusi KPUtidak dapat dihindari. Pada gilirannya untuk pelaksanaan lokakaryaini, lobby dan pendekatan harus dilakukan kepada semua leveldi KPU dan kepada hampir semua Biro di KPU.

Fenomena persiapan ini sangat potensial menjadipembelajaran bagi KPU. Hal paling krusial adalah ketiadaanpenanggung jawab utama yang ditunjuk oleh KPU untukberhubungan dengan pihak dari luar KPU. Bahwa

Page 17: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

23Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 24 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

telah ada bagian kehumasan (sejak di Komisioner, Biro hinggastaf) pada kenyataannya koordinasi lintas biro dan fungsikehumasan tidak ada (tidak berjalan dengan baik). Untuk persiapanworkshop tersebut (yang terkait dengan PBJ), jika hanyaberkoordinasi dengan Biro Logistik saja, sangatlah tidak cukup.Biro Logistik sangat memerlukan izin dan penunjukan (disposisi)terlebih dulu dari Sekjen, sementara Sekjen juga membutuhkanizin dan persetujuan dari Komisioner. Sedangkan jadwal Komisionerbegitu padat dan sangat sulit untuk mencari celah jadwal merekauntuk ditemui. Karenanya, lobby dilakukan secara maraton, terusmenerus dan bertingkat secara parallel kepada semua tingkatan.Itupun belum tuntas jika tidak melakukan koordinasi dengan BiroSDM, yang memiliki otoritas untuk mengatur jadwal dan alokasiSDM yang akan melakukan kegiatan di luar kantor. Di sampingitu karena secara paralel UNDP juga sedang melakukanpendampingan kepada KPU dengan kegiatan yang hampir sama,koordinasi juga dilakukan dengan UNDP untuk menghindariduplikasi dan pengulangan, baik secara tematik kegiatan maupunkepesertaan dari staf KPU. Pengalaman melakukan lobby danpendekatan ini sungguh melelahkan.

Workshop ini dihadiri oleh 46 peserta, yang berasal dari7 Biro dan Inspektorat yang ada di KPU. Acara dibuka oleh KetuaKPU, yang pada kesempatan tersebut, menegaskan bahwa KPUakan bekerjasama dengan TII yang akan melakukanpendampingan kepada KPU dalam pengadaan

logistik. Hasil workshop kerjasama antara KPU – TI Indonesiaantara lain adalah tersusunnya 4 Rencana Pengadaan yaitu :

a. Draft Rencana Pengadaan Kertas Suarab. Draft Rencana Pengadaan Kertas Segelc. Draft Rencana Pengadaan ITd. Draft Rencana Pengadaan Tinta Penanda

Berdasarkan hasil workshop tersebut, beberapa penjelasan daribeberapa terminologi sesuai Keppres No. 80 / Tahun 2003 adalah:

Metode Pelelangan UmumPengadaan barang dilakukan dengan cara membandingkan

di antara penawaran-penawaran dari calon penyedia barangyang memenuhi persyaratan. Metode ini paling banyak digunakandalam pengadaan barang. Metode ini dipilih karena akanmendapatkan atau menjaring calon penyedia barang sebanyak-banyaknya, sehingga akan terjadi persaingan yang luas di antaracalon penyedia barang. Agar dapat memperoleh atau menjaringcalon peserta sebanyak-banyaknya, maka pelaksanaanpengadaan harus diumumkan secara luas dan terbuka bagisemua penyedia barang yang berminat dan memenuhi syarat.Penyedia barang yang memenuhi persyaratan akan diberikesempatan yang sama untuk mengajukan penawaran.

4

Bahan dan hasil workshop silahkan lihat di appendix halaman4

Page 18: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

25Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 26 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Metode Pelelangan TerbatasPelelangan terbatas dilakukan jika pekerjaan adalah

kompleks dan penyedia yang mampu melakukannya (se-Indonesia)dinilai terbatas. Melalui cara ini, pengumuman Pengadaan Barangdan Jasa mencantumkan nama penyedia.

Metode Seleksi (Pemilihan) LangsungPengadaan barang dilakukan dengan memilih langsung

dari daftar calon penyedia barang yang tersedia dan memenuhipersyaratan. Metode ini dipilih sesuai untuk pengadaan barangyang pagunya tidak lebih dari Rp. 100 Juta. Menurut ketentuanKeppres No. 80/ Tahun 2003 dalam hal pelelangan ulang gagalkarena peserta yang memenuhi syarat kurang dari 3, maka prosespengadaan dapat dilakukan dengan cara pemilihan langsung.Kepada penyedia barang yang dipilih diberi kesempatan untukmengajukan penawaran dan selanjutnya akan dievaluasi sesuaiketentuan dalam dokumen pengadaan

Metode Penunjukan LangsungMemilih dengan menunjuk langsung kepada satu penyedia

barang. Metode ini digunakan apabila diyakini bahwa hanyapenyedia barang yang bersangkutan yang dapat menyediakanbarang yang dibutuhkan. Umumnya penunjukan langsungdilakukan untuk pengadaan barang yang bersifat sangatmendesak,keadaan tertentu, keadan khusus, atau karena biayayang digunakan relatif kecil (Rp. 50 Juta). Penyedia barang yang

ditunjuk diminta untuk menyampaikan penawaran. Usulan tersebutkemudian dievaluasi dan dinegosiasi oleh pelaksana pengadaan.Menurut Keppres No. 80/ Tahun 2003, penunjukan langsungdapat dilakukan dalam hal terjadi pelelangan ulang gagal danpeserta yang memenuhi syarat hanya satu.

Diperlukan waktu yang tidak singkat untuk mendorongpemahaman yang sama mengenai keseluruhan proses PengadaanBarang dan Jasa. Mengingat banyaknya hal teknis yang rumitdalam proses Pengadaan Barang dan Jasa yang belumsepenuhnya dikuasai masyarakat sipil maupun KPU (staf KPU)sendiri. Oleh karenanya pemberdayaan harus terjadi terhadapkeduanya. Atau dengan kata lain, masing-masing pihakmemerlukan penguatan yang sinergis. Langkah ini tidak mungkinterwujud jika KPU tidak terbuka dan memberi ruang kepada CSO.Begitu juga sebaliknya. Seperti yang telah diungkapkansebelumnya, dalam beberapa hal, KPU menyatakan sudah mulaiterbuka mengenai berbagai informasi dan mengkomunikasikanpermasalahannya dengan CSO agar tidak terjebak padapengalaman 2004.

Peserta pelatihan-pelatihan pengadaan logistik tersebutjuga menghasilkan 4 rekomendasi kompetensi dasar yang harusdimiliki oleh staf Sekretariat KPU dalam mempersiapkan PBJuntuk Pemilu 2009 yaitu: (1) Harus memiliki pengetahuan secarabenar prosedur tentang Pengadaan Barang dan Jasa. (2) Harusmemiliki pengetahuan untuk menyusun spesifikasi barang. (3)

Page 19: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

27Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 28 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Harus mengetahui pemasok-pemasok barang yang dibutuhkanoleh KPU; bukan saja data perusahaan, tetapi juga menyangkutkapasitas, kemampuan dan rekam jejak perusahaan secara detil.Hal ini merupakan pembelajaran dari kasus Pemilu 2004 yanglalu. Berdasarkan dokumen yang disampaikan, ternyata banyakperusahaan yang fiktif. Sehingga kejelian dan kecermatan harusdimiliki. (4) Kemampuan staf dalam mengolah data dan informasiterhadap kebutuhan barang untuk Pemilu, sekaligus pengetahuantentang distribusi, pengemasan barang (packing) dan pergudangan.

Pelaksanaan pengadaan logistik pemilu 2009 sebagianbesar menggunakan metode gugur. Dengan metode tersebutmaka pemenang tender adalah mereka yang memenuhipersyaratan administratif tetapi mengajukan penawaran denganharga paling murah (tanpa mengorbankan kualitas produk), yangakan memenangkan tender. Oleh karena itu mekanisme inidiharapkan benar – benar fair, dan hanya perusahaan yangefisien dan kompetitif saja yang mampu memberikan penawarandengan harga paling rendah. Hal tersebut biasanya memangberdampak pada banyaknya sanggahan/pengaduan yang masukdari perusahaan yang merasa mampu tetapi tidak menang dalamtender.

Relevansi dan Efektivitas Pelatihan/Workshopyang Dilakukan TII Terhadap Media Massa dan CSO

Selain melakukan workshop dengan panitia PengadaanBarang dan Jasa lositik KPU, TII juga memberikan pelatihan-pelatihan pemantauan aktivitas PBJ dan Pakta Integritas kepadakalangan Media dan CSO. Kegiatan ini merupakan kerjasama TIIdengan The Jakarta Post untuk mengakomodir kebutuhan mediaterhadap pemberitaan dan penerapan Pakta Integritas dalam PBJpemilu di KPU, sekaligus sebagai media kampanye agar konsepdan prinsip Pakta Integritas dapat secara luas diketahui publik.Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 27-28 September 2008di kantor The Jakarta Post dengan 30 peserta dari kalanganmedia dan CSO.

Page 20: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Dukungan TII dalam bentuk pelatihan tentang PaktaIntegritas kepada media massa dirasakan banyak membantumereka dalam peliputan aktivitas PBJ di KPU. Pekerja mediamerasa menjadi lebih paham bagaimana satu keputusan dalampengadaan logistik diambil, bagaimana tahapan prosesnya danyang paling penting dengan pemahaman tersebut sangatmembantu wartawan untuk bagaimana menyampaikan pertanyaanpada titik-titik kritis. Hal tersebut tidak dapat dilakukan kalau mediatidak memahami secara benar konsep Pakta Integritas itu sendiri.Dukungan lain dari TII yang juga dirasakan oleh wartawan adalahbanyak membantu memberikan data-data dan informasi. Ataudengan kata lain pemberian pelatihan Pakta Integritas untukkalangan media sangat positif bagi peningkatan pengetahuandan pemahaman pencegahan korupsi Pengadaan Barang danJasa pemilu melalui penerapan prinsip-prinsip pakta integritas.

Dampak dari keberadaan Pakta Integritas di KPU kepadawartawan/reporter juga terasa dalam kerja-kerja liputan danpemberitaan tentang pengadaan barang dan jasa di KPU. Mediamerasa diberikan akses yang cukup mudah di KPU, termasukjuga dengan adanya media center. Dengan adanya penerimaanPakta Integritas oleh KPU, media dalam banyak kesempatanselalu memakai alasan tersebut untuk menekan (mendorong)KPU untuk terbuka, walaupun KPU sendiri sebenarnya telahbersikap cukup terbuka dan sadar bahwa lembaganya sedangdisoroti oleh banyak pihak. Semua proses pengadaan barang

29Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 30 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

GUEST

SPEA

KER

TII’s i

ntegri

ty pact

faces

both

accept

ance

and r

esista

nceTra

nspare

ncy In

terna

tiona

l Indo

nesia

(TII)

releas

ed the

resul

ts fro

m the

ircor

ruptio

n perc

eption

index

last w

eek, w

hich s

aw bu

siness

comm

unitie

s nam

ethe

polic

e forc

e the

most c

orrup

t state

instit

ution

in th

e cou

ntry. T

he an

ti-graf

twa

tchdog

is cur

rently

prom

oting

an in

tegrity

pact

amon

g pub

lic of

ficials

, busi

-nes

ses an

d tho

se inv

olved

in con

tract

projec

ts at g

overnm

ent ag

encies

to co

m-ba

t corr

uptio

n. Th

e Jaka

rta Po

st’s D

icky C

hrista

nto in

tervie

wed T

II pro

-gra

m ma

nager

Heny

Yulia

nto an

d proj

ect of

ficer

Jonny

Oeyo

en ab

out th

isiss

ue in

Jakart

a last

Frida

y.

Quest

ion :

In wh

at sit

uatio

ndo

es cor

ruptio

n occu

r the m

ost in

In-

dones

ia?He

ny :

Acco

rding

to th

e most

recen

t TII

report

s, the

proc

ess be

-hin

d orga

nizing

contr

acts f

or the

purch

ase of

equip

ment

is the

most

suscep

tivel

to cor

rupt p

ractic

es. U

pto

40 pe

rcent

of cor

rupt a

ctivit

y that

occurs

in In

dones

ia is li

nked

in som

ewa

y with

proc

ureme

nt pro

jects.

In 20

03, T

II be

gan

adop

ting

teh in

tegrity

pact

progra

m wh

ichis

desig

ned t

o assi

st go

vernm

ent

offici

als in

avoid

ing co

rrupti

on in

these

contra

cts by

allow

ing th

e pub

-lic

to di

rectly

mon

itor t

he w

hole

proces

s.(Th

e Inte

grity

pact p

rogram

costs

betwe

en Rp

. 500 a

nd Rp

. 800 m

illion

,

with

most o

f the b

udget

being

used

to fin

ance

dozen

s of i

ntrod

uctio

nsem

inars

and w

orksho

ps. W

hile i

tva

ries f

rom re

gion t

o reg

ion, u

su-all

y it t

akes

month

s of d

elibe

ra-tio

n and

educ

ation

befor

e both

the

local

admi

nistra

tion a

nd bu

siness

-peo

ple ag

ree on

the s

pecific

s of th

epro

gram]

.Jo

nny:

We re

ceive

fundin

g from

many

part

ner o

rganiz

ation

s and

gover

nment

s worl

dwide

who

share

our c

oncer

n ove

r corr

uptio

n. Se

v-era

l local

admi

nistra

tions

have a

lsomo

ney to

this p

rogram

.Wa

s anyo

ne int

ereste

d in t

he ide

a?He

nny:

To ou

r surp

rise,

in 20

03the

n West

Suma

tran r

egen

t Gam

a-wa

n Fa

uzi o

ffered

his

regen

cy,

Solok

, to be

the f

irst a

rea to

test t

hepro

gram.

Whil

e Fauz

i was

relati

vely

willin

g to h

elp ge

t the i

dea of

an in

-teg

rity pa

ct off

the f

round

, we f

aced

some r

esista

nce.

What

kind o

f resis

tance?

Jonn

y : A

t first

we o

rganiz

ed a

meeti

ng w

ith of

ficial

s and

busin

ess-

peop

le inv

olved

in p

rocure

ment

projec

ts. Th

e meet

ing w

as aim

ed at

introd

ucing

the i

dea of

an in

tegrity

pact

and h

ow it

could

bring

abou

tma

ximum

long

-term

bene

fits f

orbo

th cit

izens

and of

ficals

. But

fairly

quick

ly we

were

hit w

ith so

me su

r-pri

sing q

uestio

ns. It

turned

out th

atbo

th the

offic

ials a

nd lo

cal bu

siness

comm

unitie

s susp

ected

us of

hav-

ing so

me hi

dden

agend

a behi

nd th

epro

ject. T

hey s

crutin

ized o

ur po

si-tio

n, inq

uiring

as to

what

our b

ack-

groun

ds we

re and

what

benef

its we

stood

to ga

in fro

m the

proje

ct. So

onen

ough

we w

ere re

ceivin

g deat

hthr

eats,

our c

ars w

ere ta

rgeted

byroc

ks an

d our

tires

myste

riousl

ydef

lated.

Heny

: Ther

e were

also

some o

f-fic

ials w

ho ad

mitte

d to r

eceivi

ng

bribe

s from

their

supe

riors

durin

gpa

st pro

curem

ent p

rocess

es, b

utsai

d the

y were

powe

rless

to res

istit.

Such

action

, they

argued

, wou

ldhav

e been

seen

as ins

olent

and im

-po

lite an

d wou

ld ha

ve th

reaten

edthe

ir ca

reers

as civ

il ser

vants

.Wh

at did

you d

o to c

onvic

e them

?He

ny : W

ell I w

arned

them

that

what

they h

ad do

ne in

the p

ast --

receiv

ing br

ibes -

- was

still re

cord -

ed so

mewh

ere in

their

offic

es an

dcou

ld be

easily

be lea

ked to

the K

PK(th

e Corr

uptio

n Erad

ivatio

n Com

-mi

ssion

) whe

n it n

eeded

evide

nce.

Nobo

dy w

ants

to en

d the

ir car

eerby

freez

ing to

death

in pr

ison a

ndsha

ming

their

fami

ly. L

arge-s

cale

media

cove

rage o

f key

cases

atthe

KPU

(Gen

eral E

lectio

ns Co

m-mi

ssion

) inv

olving

proc

ureme

ntpro

jects h

elped

us exp

lain h

ow da

n-ge

rous t

he si

tuatio

n real

ly wa

s.An

d it w

orked.

The o

fficial

s and

busin

esspeo

ple be

gan al

lowing

me

to gu

ide th

em th

rough

the r

est of

the pr

ocess.

Soon

enou

gh, th

ey we

rebeg

inning

to co

nduct

their

contr

actpro

cesses

for o

btaini

ng eq

uipme

ntin

a tran

sparen

t mann

er.Wh

at ha

ppene

d next

?He

ny : T

o cut

a lon

g stor

y sho

rt,we

mana

ged to

encou

rage b

oth of

fi-cia

ls and

busin

esspeo

ple to

sign t

hepac

t, then

we h

eld a

plenar

y meet

-ing

at th

e reg

ent o

ffice

hall

with

civil r

eprese

ntativ

es.Di

d the

prog

ram e

nd th

ere?

Heny

: No,

actual

ly tha

t was

only

the be

ginnin

g of th

e who

le ide

a. Af-

ter sig

ning t

he agr

eement

, we o

rgan-

ized a

joint

comm

ittee c

ompri

sing

of ma

ny lo

cal an

ticorr

uptio

n bod

iesbo

th fro

m the

local

admi

nistra

tion

and civ

il grou

ps. Th

e com

mitte

e was

respo

nsible

for m

onito

ring e

very

procu

remen

t proc

ess ve

ry clo

sely.

Curre

ntly t

here a

re 25

regen

cies

and m

unici

palitie

s that

have

signed

integr

ity pa

cts. W

hile s

ome o

f them

,inc

luding

the D

harma

sraya

regenc

yin

West S

umatr

a and

the B

anjarb

arureg

ency i

n Sou

th Ka

limant

an, ha

vebee

n succ

essful

, non

e of th

em co

uldbe

a role

mod

el for

a sta

nce ag

ainst

corrup

tion.

Heny

: We a

lso un

derst

and t

hat

some r

egenci

es ma

y be j

oining

the

pact

in an

attem

pt to

cove

r up t

hetra

cks of

past c

orrup

t acti

vities

they

have b

een en

gaged

in, Al

so, de

spite

all ou

r effo

rts, s

ome r

egenci

es lik

eBa

nten a

nd L

ampu

ng co

ntinu

e, to

stron

gly re

sist th

e prop

ositio

n of

joinin

g the

pact.

Heny

Yuli

anto

Jonn

y Oe

yoen

JP/D

ICKY

CHR

ISTA

NTO

JP/D

ICKY

CHR

ISTA

NTO

Page 21: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

31Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 32 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

dan jasa di KPU dinilai lebih transparan, contohnya setiap informasitentang tender terbuka kepada wartawan. Mereka merasa lebihmudah untuk mendapatkan informasi yang lebih detil termasukdokumen. Walaupun demikian dirasakan ada perbedaan perlakuandisaat pemilihan legislatif dengan pemilihan presiden. Dalampemilu presiden, media tidak lagi mengeksplorasi masalah dalamproses logistik pilpres di KPU tetapi lebih fokus pada masalahpolitik dan dana politik para kandidat. Pada pilpres semua fihakpada dasarnya juga menaruh perhatian kepada pundi – pundikeuangan kandidat untuk maju dalam pilpres sehingga sensitivitaspolitiknya pada dasarnya lebih tinggi, Dengan situasi tersebut,disadar atau tidak, menjadikan KPU menjadi makin tertutup dariakses media.

Menurut salah satu media cetak -Media Indonesia, dimanayang bersangkutan tidak terlibat dalam pelatihan/workshop yangdifasilitasi oleh TII, terlihat ada perbedaan pandangan terhadaptransparansi KPU. Dalam beberapa hal terkait dengan dokumenPengadaan logistik KPU memang terbuka melalui websitenya,tetapi berkenaan dengan hal-hal yang krusial misalnya dokumenpengadaan surat suara, tinta dan lain sebagainya, kadang-kadangmemang sulit untuk mendapatkan informasinya. Terkesanwartawan harus berjuang keras untuk mendapatkan informasiyang seharusnya dibuka oleh KPU, misalnya data tentangspesifikasi, rincian angka di APBN dan rincian Harga PerkiraanSendiri (HPS), termasuk data tentang peta distribusi logistik pemilumisalnya peta distribusi surat suara dan sebagainya.

Faktanya para pekerja media sulit mendapatkan dokumen-dokumen resmi seperti itu. Mereka hanya memperoleh dari proseswawancara. Walaupun pada akhirnya data tersebut dapat diperolehdari oknum-oknum tertentu (dengan cara membayar biaya fotocopy) di KPU. Data dan informasi seperti itulah yang juga di bagi ke beberapa Organisasi Masyarakat Sipil, terutama yang memilikiagenda pemantauan.

Namun demikian, jika dibandingan dengan Pemilu 2004memang ada perubahan yang signifikan, pertama, karenaperubahan undang-undang, dimana komisioner tidak lagimenangani langsung logistik, yang kedua, kalau dicermati diPemilu 2004, banyak penunjukan langsung, pemilu 2009 tidakada lagi, yang ada hanya pemilihan langsung dengan nilai projectdi bawah 200 juta rupiah. Dari sini memang menunjukkan kemajuanyang cukup baik dalam pengadaan barang dan jasa. Hal yangsama, pelaksanaan PBJ logistik pemilu di tingkat nasional relatiflebih baik daripada pelaksanaan PBJ KPU Daerah. Dari uraiantersebut, sangat jelas terlihat adanya keterbatasan pemahamandari banyak kalangan, termasuk pekerja media terhadap konsepPakta integritas dan juga pemahaman terhadap aturan perundang-undangan dalam ketentuan batasan rahasia.

Kalangan CSO juga menyatakan bahwa melalui pelatihanpemahaman PBJ dan Pakta Integritas, membantu meningkatkanpemahaman secara lebih mendalam mengenai hubungan antaraPakta Integritas dengan aktivitas Pengadaan Barang dan Jasaserta meningkatnya kemampuan untuk melakukan pemantauandalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemilu 2009.

Page 22: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

33Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 34 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Mekanisme pemantauan terhadap pengadaan barang danjasa di KPU dilakukan secara berbeda antara satu lembagadengan yang lainnya. Namun secara umum mekanisme yangdigunakan adalah: (1) Menggunakan jaringan/koalisi sepertiIndependent Monitoring Organizations (IMO) atau dan KoalisiMasyarakat Peduli Pemilu (KMPP) untuk sharing informasi dansinergi gerakan, (2) Menempatkan staff untuk aktivitas pemantauansehari – hari (day to day monitoring) & investigasi, (3) Melakukanriset /survey. Hasilnya berupa laporan dan rekomendasi yangmenjadi agenda advokasi bersama yang didorong kepada pihakterkait dan dipublikasikan/dikampanyekan untuk menggalangdukungan publik. Hasil pemantauan yang ada indikasi korupsiakan dilaporkan ke lembaga terkait atau ke KPK untuk di tindaklanjuti.

Pelatihan media dan CSO

Pelatihan media dan CSO

Page 23: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

35Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 36 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)/ Civil S ociety Organization (CSO) Aktif Melakukan Pengawasan Pengadaan

Barang dan Jasa Pemilu 2009

Esensi dan fungsi dari OMS/ CSO adalah melakukanpemantauan pemilu termasuk di dalamnya pemantauan proseslogistik di KPU. Sistem dan kebijakan transparansi informasi diKPU pada dasarnya tidak ada. Pada gilirannya pelaksanaan asasketerbukaan informasi (transparansi) menjadi sangat tergantungpada fungsi kehumasan dan kecakapan/ kapasitas individu (badan)yang ditunjuk untuk melayani kebutuhan masyarakat termasukmedia dalam kaitannya dengan transparansi kebijakan.Transparansi dapat berjalan optimum jika digawangi oleh individuyang cakap, sebaliknya pengejawantahan transparansi menjaditidak optimum jika pelaksananya tidak cakap.

Sudahlah jamak adanya karena Pemilu adalah pestademokrasi, gairah masyarakat pemantau yang akan mengawasiseluruh proses dan aktivitas pesta demokrasi juga meningkat.Sangat disayangkan, dalam pemilu 2009 ini, KPU belum jugasiap mengantisipasi hal ini. Dalam perspektif Pakta Integritas,keberadaan pengawas independen (Independent MonitoringOrganization / IMO) adalah keharusan. Namun dalam praktiknya,

di manapun promosi PI dilakukan, realisasi IMO mengalamipenyesuaian kondisi institusi atau wilayah. Dalam konteks PI diKPU, keberadaan IMO sangat mengikuti kondisi KPU sebagaiaktor utama yang akan diawasi. Prinsip dasarnya adalahindependen dan tidak eksklusif. Sebagai ilustrasi, terhadap KPUyang saat ini sebagai pelaksana Pemilu 2009—di mana padadasarnya belum terlalu siap untuk diawasi—strategi keberadaan Panel Ahli (Tim Ahli) yang membantu KPU di dalam prosespersiapan Pemilu yang bersinergi dengan IMO (di mana TII jugatergabung di dalamnya) sangatlah penting untuk dilakukan.Persyaratan utamanya adalah kepercayaan, bersinergi dan berbagiperan. Jika prasyarat ini tidak dipenuhi, maka pemantauan tidakefektif karena berjalan sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi antarasatu dengan yang lain.

Independensi bermakna, seluruh pemantauan (termasukpemantaunya) harus independen dan bebas kepentingan darisiapa saja dalam semua aktivitas pemantauannya. Dengan katalain pemantau yang aktif melakukan pemantauan tidak memilikimotif tertentu. Misalnya: mengharapkan imbalan—antara lain jikaatas aktivitas pemantauannya kemudian mereka dibayar/dibungkam/ disuap—kemudian tidak melakukan pemantauan lagi.Tidak eksklusif, artinya siapa saja boleh dan berhak menjadipemantau tanpa harus mengikuti persyaratan tertentu, ataupuntanpa pengesahan dari pihak tertentu.

Page 24: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

37Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 38 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Pada dasarnya setiap anggota masyarakat baik secaraperorangan, maupun kelembagaan dapat melakukan prosespemantauan/monitoring dalam aktivitas pengadaan barang/jasapublik. Untuk menjamin partisipasi masyarakat dalam melakukanpemantauan proses PBJ, KPU dapat bekerjasama danmemfasilitasi Pemantau Independen yang terdiri dari unsurmasyarakat dan lembaga masyarakat yang peduli dan berkehendakmemahami pengadaan barang/jasa yang baik dan benar.Pemantauan penerapan PI dalam proses Pengadaan Barang danJasa ditujukan untuk memastikan agar prinsip-prinsip PI dijalankansecara konsisten sehingga proses PBJ tersebut terhindar dariKKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip penting dalamkonsep Pakta Integritas yaitu adanya pengakuan terhadapkeberadaan Pengawas/Pemantau Independen (IndependentMonitoring). Langkah yang dapat dilakukan KPU dalammemastikan pelaksanaan prinsip PI sudah berjalan atau tidakadalah mengundang Independent Monitoring Organization untukmelakukan pemantauan selama proses tender yang berasal darilembaga swadaya masyarakat (LSM) dan individu/orangperseorangan. Fokus pemantauan adalah proses-proses dalamPBJ dimulai dari tahapan perencanaan pengadaan sampai denganserah terima (terutama pada 15 tahap krusial PBJ yang rawanKKN). Pemantauan ini harus dilakukan secara menyeluruh karenasetiap tahap mempunyai peluang untuk terjadi penyimpangan.

Tugas yang di jalankan pemantau antara lainmerekomendasikan proses PBJ apakah cacat atau tidak, di manahasil ini kemudian dilaporkan kepada KPU dan wewenang untukmemberikan tindakan atas kesalahan tersebut juga ada di tanganpimpinan KPU. Kegiatan ini pada dasarnya belum terlaksanadengan optimal karena belum sinerginya perspektif penerapanPI terutama dalam prinsip pemantauan antara KPU denganmasyarakat. Secara jadwal, pada saat tender KPU telah mengikutijadwal yang ada, namun perubahan paradigma secara mendasardalam hal transparansi maksimum belum melembaga di KPU.Sehingga pada saat proses tender ini, di mana sangat terbukabagi publik, KPU dapat saja terlupa tidak mengundang lembaganon-pemerintah strategis yang selama ini memantau kinerjamereka untuk hadir. Meskipun bisa juga ditengarai KPU masihbelum siap untuk melaksanakan transparansi maksimum.Pada sisi yang lain prinsip transparansi maksimum tersebut jugabelum seirama dengan perspektif transparansi maksimum darikalangan masyarakat/ LSM dan juga media massa. Pada gilirannyabelum adanya titik temu dalam prinsip transparansi yangdilaksanakan selama proses tender—dalam beberapa kesempatanjadwal tender tidak dihadiri oleh pemantau dari luar. Selain itu,media massa juga terkesan kurang tertarik untuk memantau 15proses pengadaan secara keseluruhan. Jadi dapat dikatakanbelum ada titik temu konsep dan mekanisme pemantauan antaraKPU dengan pemantau selama proses tender dilakukan yangberdampak cukup signifikan dalam menambah tabungankesalahpahaman di kemudian hari.

Page 25: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

39Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 40 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

TII dan LKPP Memfasilitasi KPU Mendapatkan PendampinganAgar Proses Pengadaan Barang dan Jasa Sesuai dengan

Prinsip-Prinsip PI dan Aturan yang Berlaku

Perubahan ke arah keterbukaan menjadi sebuah langkahnyata ketika KPU meminta LKPP dan TII untuk melakukanpendampingan secara secara rutin dalam proses pengadaanlogistik Pemilu, baik sejak perencanaan hingga tahap penyerahanbarang dan sistem pelaporannya. Hal ini dilakukan untukmengantisipasi kebocoran-kebocoran yang mungkin terjadi dalampelaksanaan tender. Menyikapi hal ini, hasil koordinasi antarapimpinan TII (board) dengan Lembaga Kebijakan PengadaanBarang dan Jasa Pemerintah (LKPP) menyepakati melakukanpendampingan melalui Bapak Harmawan Kaeni sebagai KonsultanIndependen bagi para panitia lelang di KPU, untuk memberikandukungan moril kepada KPU agar tidak mengulang kembalipengalaman buruk 2004. Selain itu, melakukan pemetaan masalahPBJ dan solusinya agar dalam pelaksanaan pengadaan logistikKPU sesuai dengan yang diharapkan.

Melalui tim ahli yang direkomendasikan LKPP dan TIItersebut, KPU diajak bekerja sama untuk melakukan perbaikandalam perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa logistik Pemilu2009. Langkah ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

peny impangan seka l igusmelakukan monitoring agarpelaksanaan pengadaan sesuaidengan ketentuan yang berlaku,serta mengidentifikasi masalahyang mungkin timbul dalamPengadaan Barang dan Jasalogistik KPU untuk Pemilu 2009.

A t a s d a s a r t e l a hditerapkannya Pakta Integtritasdan pengalaman buruk Pemilu2004, KPU bekerja lebih hati-hati dengan mengikuti aturanyang yang telah diatur dalamKeppres No. 80/ Tahun 2003 danp e r u b a h a n n y a . S e t i a pmengadakan kontrak, KPUselalu melakukan konsultasidengan tim ahli dari LKPPtersebut. Peran pendampinganini sangat penting karena saatKPU mengalami kebuntuan dankebimbangan, konsultan akanmemberikan pertimbangansetiap pilihan yang diambil.Misalnya, pada saat KPU

Proses Pengadaan Barangdan Jasa di KPU pusatboleh dikatakan sudahberjalan dengan bagus,sudah bisa menghematanggaran. Indikatornya tidakterjadi KKN dan adanyakonsultasi dengan tim ahliP B J y a n gdirekomendasikan LKPP.Penghematan yang hampirmencapai 60% dari totalanggaran sering dianggaps e b a g a i b e n t u kpenganggaran yang tidakbaik, hal ini bisa saja terjadinamun harus diketahui KPUmenggunakan acuanP e m i l u 2 0 0 4 u n t u kpengadaan logistik Pemilu2009. Artinya Pemilu tahun2004 memang seharusnyamenghemat juga, namunkenyataannya kan tidak.(pernyataan dar i BpkHarmawan Kaeni).

Page 26: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

mengalami permasalahan penentuan harga dalam pengadaankertas suara, konsultan memberikan pertimbangan teknis danpendampingan agar tidak kuatir dalam melaksanakan pekerjaandan menghindari risiko yang muncul di kemudian hari.

Dengan adanya proses pendampingan pada prosesPengadaan Barang dan Jasa Pemilu Legislatif 2009, KPU telahmengamankan uang negara yang cukup besar, yaituRp.1.184.450.237.795,- (satu trilyun seratus delapan puluh empatmiliar empat ratus lima puluh juta dua ratus tiga puluh tujuh ributujuh ratus sembilan puluh lima rupiah). Anggaran Negara yangberhasil diamankan ini berasal dari pengadaan surat suara Rp.595,7 miliar; distribusi surat suara Rp. 534,2 miliar; tinta Rp. 25,8miliar; dan sisanya dari pengadaan DCT, segel, dan formulir.Sedangkan dalam Pemilu Presiden pengamanan anggaran yangtelah dilakukan KPU juga sangat besar, yakni Rp.619.850.995.601,- (enam ratus sembilan belas miliar delapanratus lima puluh juta sembilan ratus sembilan puluh lima ribuenam ratus satu rupiah). Anggaran yang berhasil diamankanberasal dari surat suara Rp. 92.708.711.773,- (sembilan puluhdua miliar tujuh ratus delapan juta tujuh ratus sebelas ribu tujuhratus tujuh puluh tiga rupiah); distribusi surat suara Rp.497.000.000.000,- (empat ratus sembilan puluh tujuh miliar); tintaRp. 26.920.825.194 (dua puluh enam miliar sembilan ratus duapuluh juta delapan ratus dua puluh lima ribu seratus sembilanpuluh empat rupiah); segel Rp.2.338.538.000,- (dua miliar tigaratus tiga puluh delapan juta lima ratus tiga puluh delapan ribu

41Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 42 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

rupiah); template Rp. 882.920.634,- (delapan ratus delapan puluhdua juta sembilan ratus dua puluh ribu enam ratus tiga puluhempat rupiah). Terkait dengan besarnya angka yang dicapai,BPKP mengatakan penghematan dikarenakan adanya disparitasharga yang ekstrim pada saat perencanaan.

Selain itu penghematan tersebut juga berasal dari distribusi.Adanya penghematan juga berasal dari penetapan harga tahun2004, harga-harga mulai turun ketika Pemilu 2009 akan digelar.Ada juga soal security paper dan film yang tidak digunakan lagipada Pemilu 2009.

Sehubungan dengan keputusanMahkamah Konstitusi yangmenyatakan pemenang adalahcaleg dengan perolehan suaraterbanyak (hal ini berbedadengan Pemilu 2004 bahwapemenang adalah caleg yangditetapkan atas keputusanparpol ) , maka akan adapemantauan oleh caleg langsung.Security paper kemudian digantidengan tanda tangan KPPS, inidirasakan cukup. Seluruh danayang berhasil diselamatkantersebut akan dikembalikan keNegara karena pelaksanaanPemilu menggunakan uangrakyat.

KPU sebena rnya j ugamenganggarkan pengadaanfilm sebesar 24 Miliar, sekarangpercetakan besar t idakmenggunakan lagi karenacukup dengan soft copy. KPUberf ik i r, mengapa t idakmembikin soft copy sendiri agaruang 24 Miliar tersebut tidakkeluar. Langkah yang ditempuhKPU adalah memanggi lseorang ahli yang benar-benarmau membantu membuatkanaplikasi yang dapat dikerjakansendir i . Berkat bantuantersebut, KPU kini sudah bisamembuat soft copy sendiri.( W a k i l K e p a l a B i r oKepegawaian dan SDM)

Page 27: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

KPU Konsisten Menerapkan Peraturan yang Berlaku dalamPengadaan Barang dan Jasa (Keppres No. 80/ Tahun 2003)

Sebagai pendekatan moral dan budaya, Pakta Integritastidak menambah/mengurangi peraturan formal (hukum) yang

berlaku. PI di KPU padagi l i rannya telah menjadipegangan personal daninst i tusional untuk t idakmelakukan korupsi secaralangsung maupun t idaklangsung. Seperti penuturanWakaro Logistik KPU bahwapada ta ta ran persona l ,pemahaman PI sudah mulaidipraktikkan dalam menghadapigratifikasi. Secara keseluruhanmemang belum terukur sejauhmana komitmen ini berjalan,namun secara berkelanjutanupaya ini terus didorong sepertisaling mengingatkan jika adayang tergoda untuk memintaatau menerima gratifikasi.

43Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 44 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Dalam pengadaan Logistik Pemilu2009 KPU memberlakukanperaturan untuk mencantumkantanda tangan direktur perusahaanyang ber is i bahwa yangb e r s a n g k u t a n a k a nmelaksanakan Pakta Integritaspada saat pengambilan dokumenpra-kualifikasi. Sedangkan untukPemi lu Pres iden d i rekturdiwajibkan menandatanganiPakta Integr i tas sebelummemasukkan penawaran.Terobosan ini dinilai telahmenciptakan persaingan yangsehat antar perusahaan pesertatender Pengadaan Barang danJasa Pemilu 2009. (PernyataanBapak Boradi, Wakaro LogistikKPU)

Jadi dapat disimpulkan bahwa di KPU telah terjadiperubahan dalam hal peningkatan pengetahuan dan pemahamantentang konsep Pakta Integritas sebagai benteng moral dalamupaya pencegahan korupsi dari sebagian pejabat dan staf KPU.Dengan kata lain PI telah menjelma menjadi keyakinan integritaspersonal dalam diri staf KPU tersebut (meskipun belum semuastaf memilikinya). Selain itu peningkatan dalam transparansi danakuntabilitas proses Pengadaan Barang dan Jasa juga terlihatdari komitmen anti korupsi yang cukup kuat dari pejabat dan staflogistik, yakni makin terbuka ruang partisipasi publik dan aksesterhadap data dan informasi dalam seluruh proses (kecualievaluasi) pengadaan logistik, dan semakin terbukanya ruangpertangunggugatan.

Agar langkah ini semakin kuat, sesuai Keppres No. 80/Tahun 2003, penyedia barang dan jasa (kontraktor) diwajibkanmelampirkan komitmen untuk menerapkan Pakta Integritas dalamsetiap dokumen tender yang ditandatangani direktur, wakil direktur,atau perwakilan perusahaan. Secara garis besar, penyedia barangdan jasa berkomitmen untuk tidak: (1).Memberi atau menawarkangratifikasi dalam bentuk apapun (secara langsung maupun tidaklangsung) kepada pejabat KPU, (2).Tidak akan berkolusi denganpihak lain baik sesama penyedia barang dan jasa maupun pejabatyang terlibat dalam Pengadaan Barang dan Jasa serta pemantauindependen yang dapat merusak transparansi, kewajaran proses

Page 28: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

45Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 46 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

pengadaan dan hasil-hasilnya, (3).Bersedia mengungkapkanapabila keikutsertaannya dalam Pengadaan Barang dan Jasadiduga akan menimbulkan potensi konflik kepentingan, (4).Selainitu juga mengungkapkan pembayaran yang tidak sah kepadapihak-pihak terkait atau perantaranya melalui mekanismepengaduan yang ada, (5).Bersedia menerima sanksi apabilamelakukan pelanggaran Pakta Integritas, baik secara administratifdan hukum yang berlaku, (6).Melaporkan pemantau independenyang diduga terlibat konflik kepentingan dalam proses PengadaanBarang dan Jasa. Berbagai tahap inilah yang sedikit-demi sedikitmulai diupayakan untuk mewujudkan Pengadaan Barang danJasa yang bebas dari KKN.

Berikut contoh Pakta Integritas yang ditandatangani panitia tenderPengadaan Barang dan Jasa dan penyedia barang untukkebutuhan logistik Pemilu 2009.

Page 29: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

47Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 48 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Page 30: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

49Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 50 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Efek tsunami politik 2004 (meminjam istilah KPU) jugaberdampak pada minimnya orang-orang yang berminat menjadipanitia Pengadaan Barang dan Jasa. Akibatnya, tenaga SDM(Sumber Daya Manusia) yang dilengkapi sertifikasi (sebagaipersyaratan untuk menjadi panitia pengadaan) sangat minim dancenderung jarang ada yang mau. Keengganan ini diperparahdengan honor yang kecil dibandingkan risiko hukum jika terjadikesalahan. Menurut KPU, setiap kali proses tender senilai 500Miliar, panitia hanya mendapatkan honor 500 ribu rupiah. Berbagaiupaya telah dilakukan oleh KPU, di antaranya melakukan pelatihandengan meningkatkan kapasitas untuk memahami PBJ. Memangbelum memuaskan. Dari kegiatan terakhir pelatihan, dari 70 orangpeserta hanya 35 orang yang lulus. Ada indikasi peserta sengajatidak meluluskan diri karena pekerjaan pengadaan memilikitekanan (pressure ) dan risiko yang besar . Diharapkan setelahPemilu 2009 selesai, kapasitas ini akan lebih ditingkatkan.

Informasi ini diperoleh dari staf KPU pada saat Focus Group Discussion (FGD) tentang implementasipenerapan Pakta Integritas dalam pengadaan logistik Pemilu 2009 di Komisi Pemilihan Umum; FGDdilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2009 di hotel Santika, Jakarta.

5

5

Dulu ada usulan untuk menggunakan kertas pengaman, namunyang harganya mahal. Kami dari sekretariat KPU menyatakan tidakperlu security paper, yang penting tandatangan dari KPPS. Sehinggadigunakan non security, namun percetakan diwajibkan memasangmicro teks (besar nya kurang lebih satu titik pensil) di kertas sebagaipengaman apakah kertas tersebut dipesan KPU atau tidak. Selainitu juga sebagai kode khusus untuk melacak jika kertas tersebuttercecer (Pernyataan Bapak Boradi, Wakaro Logistik KPU)

Page 31: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

51Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 52 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Mengingat jumlah logistik yang beraneka dengan volumeyang juga besar, salah satu langkah strategis yang ditempuh olehKPU untuk mengatasi kekurangan tenaga di panitia pengadaantersebut adalah melakukan kerja sama dengan LKPP untukmerekrut tenaga dari luar KPU. Ketika sebagian besar anggotaKPU merasa frustrasi, maka kerja sama ini penting untukpendampingan. Dengan bantuan dari lembaga lain—dalam halini LKPP yang dinilai efektif—hal-hal yang tidak diharapkan dapatdicegah dan dikontrol sejak dini. Upaya lain adalah bekerja samadengan Bappenas untuk memberikan pelatihan terus-meneruskepada staf pengadaan KPU yang dulu belum memiliki sertifikatkeahlian.

Sebagai upaya untuk mewujudkan transparansi maksimum,informasi tender barang dan jasa logistik KPU terbuka secaraluas. Hal ini memungkinkan ruang bagi masyarakat untukmelakukan pemantauan dalam proses tender. Pengumumantender selalu dilakukan melalui media massa lengkap dengantanggal pelaksanaan, besaran nilai proyek dan urutan prosestender. Pada saat verifikasi lapangan, KPU membuka kesempatanbagi perwakilan lembaga masyarakat untuk ikut melakukanverifikasi lapangan. Meskipun telah ada keterbukaan proses

Kalau 2004, pengadaan dan distribusi dipisah, sehingga biayanyalebih besar. Kalau sekarang dengan pengadaan dan distribusisatu paket. Ada yang mengecam, tapi terbukti lebih efisien. Kalaudari percetakan lebih realistis. (Pernyataan Staf KPU bagianpengadaan logistik Pemilu 2009)

tender, pemantauan langsung yang dilakukan masih minim dankalangan media juga dirasa kurang tertarik mengikuti prosestender yang dilaksanakan KPU.

Beberapa kalangan menyebutkan PI belum menyentuhteknis Pengadaan Barang dan Jasa, hanya keterbukaan aksesdokumen-dengan tender saja. Pernyataan ini tidak sepenuhnyasalah, karena belajar dari berbagai pengalaman, promosipenerapan PI memang bertahap dan tidak dapat diterapkan secarasporadik, mengingat penerapan PI selalu akan melibatkan adanyapenambahan (tanpa mengubah) regulasi dan kebijakan, perbaikansistem dan institusi terkait proses pengadaan serta adanyabenturan psikologis aparatur pemerintah yang selama ini terbiasamanajemen tertutup tiba-tiba harus selalu terbuka kepada publik.

Pada saat pengadaan tinta Pemilu 2009 kami berkonsultasi dengankonsultan ahli kimia dari UI. Tahun 2004 hal ini bermasalah karenaada syarat formula tertentu dan mengarah pada sebuah produkyang hanya ada di perusahaan tertentu. Saat pengadaan ada 7yang masuk saat pra-kualifikasi dan aneh-aneh. Bentuk keanehantersebut nampak dalam Company Profile bagus, saat dicek dilapangan perusahaan tersebut hanya memiliki satu tong danpengaduk. Padahal saat verifikasi, perusahaan mengatakansebagian besar Pilkada itu dari mereka. Setelah ditinjau lebihlanjut ternyata ada broker. (Ketua pengadaan tinta sidik jari dansurat suara dan bahan-bahan sosialisasi Pemilu 2009)

Page 32: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

53Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 54 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Sesuai rencana dan target program, penerapan PaktaIntegritas memang difokuskan di KPU tingkat pusat (Nasional)tidak sampai pada KPU Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Hal inimengingat kemampuan TI Indonesia sendiri yang sangat terbatas.Dengan pertimbangan sebagai strategi percontohan (pilot),pembelajaran penerapan PI di tingkat nasional dapat menjadibekal untuk pendampingan dalam mendorong penerapan PI ditingkat daerah.

Selama ini selain pendampingan yang dilakukan oleh TIIterhadap penerapan PI di KPU, lembaga lain seperti Partnershipfor Governance Reform (PGR) juga melakukan bantuan untukmenerapkan e-logistik (electronic logistic) dengan memberikanpelatihan kepada 2 orang KPU dari setiap Kota/ Kabupaten.Meskipun telah diberikan pelatihan, namun karena infrastrukturyabelum siap (tidak didukung jaringan internet yang memadai),upaya yang dilakukan tidak ada hasilnya atau dengan kata lainkurang ada kemajuan yang berarti.

Pengumuman rencana Pengadaan Barang dan JasaKebutuhan Logistik Pemilu 2009 sesuai dengan anggaran dalamAPBN yang telah disahkan adalah langkah yang ditempuh olehKetua dan Anggota KPU dalam mendukung komitmen PaktaIntegritas. Setelah tahap tersebut dilaksanakan berikutnya adalahmelakukan peninjauan standar harga barang dan standar biayakomponen kegiatan yang dilakukan secara berkala dan partisipatif.

Harus diakui memang, penerapan PI yang baru 10 bulan inimemang belum menghasilkan suatu regulasi tentang transparansidan partisipasi atau peraturan lain yang mendukung penerapanPakta Integritas di Komisi Pemilihan Umum.

Pengaruh PI di KPU sudah mulai terasa, misalkan saja pada tahappra-kualifikasi ada rekanan yang memberikan cek senilai satu jutarupiah kepada panitia tender langsung dilaporkan ke bagian logistikKPU.

Ada juga fenomena yang sangat menarik, sebagai dampak atastrauma masa lalu dan mengingat beratnya tanggung jawab atasPBJ Pemilu, di mana jika terjadi kesalahan, sangat potensialmembawa setiap staf KPU ke penjara, terdapat staf KPU yangsetiap hari selalu mengantongi Surat Pengunduran Diri Bermeteraidan selalu dibawa kemanapun staf tersebut beraktivitas, yangsiap kapan saja untuk ditanda tangani sebagai tanda telahmengundurkan diri dari KPU, jika staf tersebut menilai dirinyatelah dan segera akan masuk pada tahap rawan KKN atas prosesPBJ yang ditanganinya.

Page 33: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

55Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 56 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Dampak Dari Penerapan Pakta Integritas di KPU

Terhadap Pelaku Usaha/Vendor

Dengan menandatangani pakta integritas pelaku usahamerasakan tahapan proses kualifikasi, tender lebih tranparandan fair. Dalam hal sanggahan yang disampaikan oleh perusahaanyang kalah, pihak KPU dapat menjelaskan dengan baik denganargumentasi yang didasarkan pada persyaratan secaraadministratif dan teknis disertai dengan bukti dokumen sehinggamereka bisa menerima dengan baik.

Salah satu perusahaan yang menang dalam pengadaansurat suara mengatakan bahwa mereka baru pertama kalibekerjasama dengan KPU dan walaupun awalnya mereka cukupragu tidak punya kenalan pejabat KPU (orang dalam), tetapimereka merasakan suasana kompetisinya lebih fair berdasarkanpenawara terendah dan terbuka sehingga tidak ada bebantambahan (moral), dibandingkan dengan pengalaman merekabekerjasama dengan departemen lain saat ini. Jadi bisa dikatakanbahwa konsistensi penerapan komitmen anti korupsi dari pejabatdan staff KPU, menegaskan perilaku, pola dan sifat relasi denganvendor.

Mekanisme Pemberian Penghargaandan Penerapan Sanksi

Untuk mewujudkan PI secara utuh dan konsisten,Penghargaan (reward) dan Hukuman (punishment) yang menjadisalah satu prinsip dalam naskah PI harus didorong untuk diterapkansecara konsisten. Penghargaan dan Hukuman tersebut, berlakuterhadap: Pejabat di lingkup Komisi Pemilihan Umum Pelaku Bisnis Masyarakat Sipil

Menyangkut mekanisme dan bentuk pelaksanaannya,adalah mengacu pada rumusan yang sudah ada dalam naskahdokumen PI. Tetapi yang juga perlu dicermati adalah bahwaresistensi dalam penerapan penghargaan dan hukuman ini pastiakan sangat tinggi khususnya bagi para kontraktor (pelaku bisnis).

Agar Pakta Integritas diterapkan secara konsisten dan utuholeh semua pihak, maka perumusan dan pemberlakuan sanksimerupakan prinsip penting yang tidak bisa diabaikan. Terutamakepada KPU (pengguna jasa) dan pelaku usaha (penyedia jasa)sebagai pihak utama dalam penerapan sanksi.

Page 34: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

57Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 58 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Penerapan punishment terhadap perusahaan perusahaanyang bermasalah antara lain mulai berlaku dan diterapkan denganmember ikan black l is t dan pembata lan kontrak.

Page 35: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

59Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 60 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Page 36: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

B AB I I I

TANTANGAN KE DEPAN UNTUK

MEMPROMOSIKAN TRANSPARANSI DAN

AKUNTABILITAS PENGADAAN

BARANG DAN JASA PEMILU

61Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 62 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Page 37: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

63Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 64 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

TANTANGAN KE DEPAN UNTUK MEMPROMOSIKANTRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGADAAN

BARANG DAN JASA PEMILU

Mekanisme Perlindungan Saksi

Perlindungan saksi menjadi salah satu prinsip dasar PIyang harus di implementasikan. Kasus korupsi atau penyelewenganlain dalam proses PBJ sering tidak terungkap karena orang tidakmerasa terlindungi secara hukum dalam kapasitasnya sebagaisaksi dan pelapor. Misalnya staf KPU yang takut dengan risikodipecat jika melaporkan kasus korupsi di lembaganya, atau pelaporyang justru dituntut balik dengan pasal pencemaran nama baik,atau pada kasus tertentu status saksi menjadi tersangka. Selainitu adanya keraguan mengenai suatu tindakan yang termasukkorup atau bukan, sikap pesimis bahwa hukum sulit membuktikandan memberi sanksi kepada pelaku korupsi, kekuatiran terhadapancaman dari pelaku, dan kedudukan yang lebih rendah dalamsebuah organisasi.

Dalam hal perlindungan saksi ini, Indonesia pada dasarnyatelah memiliki UU No. 13/ Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi.Namun sangat disayangkan, saksi yang diatur dalam undang-

undang tersebut adalah saksi yang terkait dengan prosespersidangan, sedangkan Saksi Korban maupun Saksi Pelaportidak diatur di sana. Upaya mendorong Undang-undangPerlindungan Saksi dalam kerangka PI menjadi sangat penting,yakni memberikan jaminan kepada mereka yang memberikanpelaporan atas penyimpangan pelaksanaan PBJ. Targetnya adalahadanya kepastian hukum tentang perlindungan saksi dalamkerangka penerapan PI.

Pada sisi lain, masyarakat sipil pada dasarnya dapatmelakukan fungsi mediasi dengan cara menyampaikan adanyaindikasi kecurangan atau penyimpangan kepada pihak-pihak yangberwenang untuk mengaudit. Masalahnya hal tersebut tidak diatursecara tegas dalam perundang–undangan Pemilu. Masyarakatsipil tidak mempunyai mandat untuk itu kecuali diminta KPU. Auditbukanlah ranah masyarakat sipil. Ranah yang dijalankan adalahmelakukan pemotretan. Dengan adanya penerapan Pakta Integritasdi KPU, TI Indonesia mendorong adanya partisipasi secara luasserta menegaskan agar data-data yang berkaitan dengan prosesPengadaan Barang dan Jasa juga dapat diakses publik.

B AB I I

Page 38: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

65Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 66 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Mekanisme Pengaduan (Com plain t Handling Mechanis m )

Dalam hal pengaduan belum ada unit khusus yang dikelolaoleh sebuah Tim Pengelola Pengaduan. KPU mengakui belumada wadah khusus untuk menangani pengaduan tersebut. Namundi beberapa daerah telah diambil tindakan seperti pembatalanpenetapan pemenang tender karena memang berlawanan dengankaidah yang ada dalam Keppres No. 80/ Tahun 2003. Penerimaandan penanganan pengaduan masih bergantung pada orang-perorang di KPU. Namun demikian KPU dapat menyelesikannyasecara berjenjang. Pada umumnya sanggahan dan pengaduanyang berasal dari pelaku usaha dan masyarakat dapat dijelaskandengan bukti-buktinya dan terselesikan dengan baik. Keberadaankonsultan LKPP di KPU dirasakan sangat membantu dalammenyelesaikan berbagai pengaduan/sanggahan yang masuk.

Hambatan lain yang menyebabkan pengaduan ini belumteralokasi dengan baik adalah belum tercatatnya pengaduan diKPU. Upaya yang telah dilakukan adalah memberikan keterbukaanbagi media untuk mengikuti proses pengadaan. Mereka bisamerekam apa saja yang dilakukan dan memberikan masukanpada panitia saat evaluasi. Secara individual, keterbukaan sudahada seperti mempersilahkan kalangan media untuk

datang ke ruang kerja salah seorang staf logistik untuk memintadata, menyampaikan keluhan, atau penjelasan mengenai berbagaihal menyangkut KPU.

Pengaduan yang masuk dari masyarakat harus memilikiwadah yang dapat menjadi jembatan dan membantu untukmemfasilitasi dalam pemecahan masalah yang diadukan. Badanyang akan mengelola pengaduan dibutuhkan untuk dapatmengelola pengaduan yang masuk. Badan ini harus independen,keputusan atau hasil analisa yang diperoleh tidak memihak, dandapat menilai menurut sistem hukum tertulis. Walaupun sifatbadan ini independen, namun keanggotaannya dapat saja dariunsur pemerintah.

Salah satu indikator penerapan mekanisme pengaduanadalah sejauh mana mekanisme pengaduan tersebut telahtersosialisasi kepada peserta tender dan masyarakat. Fakta dilapangan menunjukkan proses pengaduan dan sanggahan datanghanya dari peserta tender yang pencatatannya tersebar di setiappanitia pengadaan, sehingga tidak terekam dengan baik.Pengaduan dari peserta tender pada umumnya langsung dijawabdan ditanggapi oleh panitia tender. Sanggahan daripeserta tender ada yang diproses di LKPP dan KPK sebagaibentuk pertanggungjawaban proses pengadaan. Setelahpengaduan, langkah KPU adalah melakukan pengecekan apakahdatanya ini benar atau tidak.

Page 39: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Arsip dokumen pengaduan ini tersimpan di KPU,masyarakat boleh mengaksesnya. Pengaduan yang berasal darimasyarakat belum mempunyai wadah di KPU sehingga masyarakatmasih kesulitan melakukan pengaduan ke KPU. Seperti yangtelah dijelaskan sebelumnya, KPU membangun sebuah sistempengaduan untuk urusan PBJ. Pembentukan Inspektorat masihberkutat kepada inspeksi terhadap laporan audit, sedangkansistem monitoring belum ada. Posisi Inspektorat yang sejajardengan Kepala Biro menjadi salah satu penyebab inspeksidilakukan tidak maksimal.

Tim ahli PBJ yang direkomendasikan LKPP dan TII untukmendampingi KPU memberikan keterangan bahwa kalau sajapanitia ada yang melakukan KKN, tim ini akan menjadi orangpertama yang akan menangkap pelakunya. Sebagai upayatransparansi, masyarakat dipersilakan untuk melihat keseluruhanproses pengadaan yang harus melewati 15 tahap, kalau adapenyimpangan silakan melaporkan pada KPK atau pihak yangberwajib. Pada proses tender barang tertentu Polisi juga dihadirkan,kalau ada yang KKN langsung dibawa saja. Pada pengadaantinta ada satu perusahaan yang diserahkan ke Polisi untukdilakukan penyelidikan karena memalsukan dokumen dan alatproduksi. Namun permasalahannya, Polisi juga tidak memahamiproses PBJ.

67Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 68 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

LATAR BELAKANG1. Pengalaman pelaksanaan Pemilu 2004 yang membawa

petinggi KPU terjerat hukum2. Minimnya informasi yang dimiliki masyarakat terhadap

perkembangan kinerja KPU dalam pelaksanaan Pemilu3. Seringnya pengaduan yang datang dari masyarakat tidak

tepat sasaran.4. Penanganan pengaduan yang tidak terselesaikan karena

adanya kebuntuan jalur penanganan

MEKANISME ALUR PENANGANAN PENGADUAN

Permasalahan :1. Makin dekatnya Pemilu sehingga masing-masing biro

atau bagian berkonsentrasi terhadap pekerjaan masing-masing

2. Tidak adanya media/wadah yang dapat menampungpengaduan yang datang dari masyarakat

3. Pengaduan yang datang tidak tertangani dengan cepatsehingga sering terjadi keterlambatan pengambilankeputusan untuk penanganan pengaduan.

TUJUANMewadahi keluhan, sanggahan, dan pengaduan yangditujukan ke KPU dapat tepat sasaran, tepat waktu pencariansolusi yang mendorong kesuksesan pelaksanaan Pemilu2009 sehingga pandangan stakeholder terhadap pencitraanKPU dapat membaik.

Page 40: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

Alur pengaduan

Alur Pengaduan dibagi kedalam empat bagian besar, yaitu :1. sumber pengaduan dan wadah pengaduan2. distribusi pengaduan3. evaluasi dan klarifikasi pengaduan4. media sosialisasi solusi

69Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 70 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Biro Perencanaandan Data

Komisioner

Sekjen / Wasekjen

Biro Keuangan

Biro Hukum

Biro Umum

Biro SDM

Biro Teknis dan Hubmas

Biro Logistik

Inspektorat

Panitia Pengadaan

Masyarakatdan CSO

Bisnis danPelaku Usaha

LembagaPemerintahan

Kotak PengaduanKPU Distribusi

Bukan masalahKPU/pengaduan

yang tidakmemiliki data

akurat

EVALUASI/ANALISIS

Verifikasi LaporanSOLUSIHubmas

Kotak pengaduan Kotak pengaduan berfungsi sebagai saluran masuk semua

kendala, aduan, keluhan, sanggahan, dan permasalahanyang ditujukan kepada KPU.

disini semua complain yang datang, dimasukan kedalamdata base untuk mempermudah penelusuran data tentangpengaduan yang masuk

Distribusi Fungsi d istr ibusi berfungsi untuk menentukan

bagian/departemen/divisi apa yang dapat menjawab atauberhubungan dengan permasalahan yang diajukan.

Diperlukan kemampuan untuk pengklasifikasian complainyang datang sehingga distribusi tersebut dapat tepat sasaran,termasuk mengeksekusi, apakah complain tersebut tepatatau tidak ditujukan kepada KPU.

evaluasi dan klarifikasi pengaduan Penanganan complain yang masuk dan melakukan verifikasi

laporan yang datang untuk dasar penanganan masalah yangdiadukan.

Hubungan Masyarakat Bagian yang berfungsi untuk memberikan jawaban kepada

Publik terhadap semua complain hasil verifikasi setiap bagian.

Page 41: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

71Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 72 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Mekanisme Penyelesaian Perselisihan (Conflic t Res olu tion )

Untuk penyelesaian konflik, salah satu contoh konflik dalampengadaan logistik Pemilu yang belum terselesikan sampaisekarang adalah proses lelang formulir tahun 2008 dimana terjadibanyak perubahan tetapi sudah dilelang. Dalam dokumen kontrakditetapkan sekian puluh juta lembar. Setelah waktu pelaksanaanada perubahan mengikuti formulir yang baku untuk digunakandan jumlahnya turun. Konflik ini mengalami jalan buntu dalampenyelesaian secara musyawarah dan diusulkan untuk diselesaikanmelalui jalur hukum. Hal tersebut di atas menunjukan bahwawalaupun belum adanya mekanisme penyelesaian konflik sesuaiprinsip konflik resolusi yang diadopsi KPU dalam Pakta Integritas,namun proses penyelesaian konflik sudah mulai diupayakanselaras dengan prinsip tersebut.

Pelaksanaan PI yang melibatkan tiga kelompok yang adadi masyarakat (pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat) akansangat rawan terhadap terjadinya pertentangan kepentinganapabila dalam pelaksanaannya tidak didasari dengan ketulusanhati masing-masing pihak, serta harus mampu mengubahparadigma yang selama ini dianut. Konflik kepentingan terjadi jikaseorang pejabat publik tidak mampu membuat batas yang jelasantara pertimbangan berdasarkan kepentingan bersama dan

kepentingan pribadi. Ada motif-motif pribadi yang ikut mewarnaidi balik sebuah pengambilan keputusan publik. Konflikkepentingan terjadi jika seorang pejabat publik mulai menimbang-nimbang dan menghitung keuntungan yang bakal diraih secarapribadi jika dia menetapkan kebijakan untuk kepentingan publik.

Upaya penting yang dilakukan untuk menguji ada tidaknyakonflik kepentingan adalah membuat catatan lengkap dan akurattentang proses pengambilan keputusan. Ada keterbukaandengan menerbitkan informasi mengenai proses ketikakepentingan dan tindakan itu mulai diambil. Konflik kepentinganjuga bisa terjadi ketika seorang pegawai negeri yang telahpensiun masuk ke sektor swasta.

Page 42: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

73Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 74 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Batasan Rahasia

Adanya batasan rahasia telah tertuang dalam naskah PaktaIntegritas membuka ruang bagi KPU untuk melakukan evaluasiterhadap penilaian jalannya proses tender. Meskipun demikianinformasi batasan rahasia tidak tersosialisasi dengan baik kemasyarakat sehingga masyarakat ketika meminta informasi yangberada pada ranah batasan rahasia dan tidak memperolehnyamenganggap KPU tidak transparan.

Batasan rahasia yang diterapkan oleh KPU hanya dalamhal proses evaluasi dan rincian Harga Perkiraan Sendiri (HPS),sedangkan hasilnya evaluasi dan nilai total dari HPS bukanrahasia dan dapat diketahui publik. Namun demikian, karenabelum adanya kesepakatan tentang batasan rahasia sesuaidengan prinsip Pakta Integritas, dalam kenyataannya batasan itu bergantung pada pemahaman individu/staff di KPU terhadapaturan. Akibat dari kondisi tersebut dalam prakteknya berpengaruhpada akses masyarakat dan media terhadap informasi dandokumen pengadaan logistik. Dampak yang lebih jauh dari haltersebut adalah akses terhadap informasi dan dokumen dalampengadaan logistik Pemilu oleh publik kemudian ditentukan olehpola relasi dan komunikasi yang terbangun dengan staff KPU.

Penentuan aspek yang dirahasiakan dalam lingkup PaktaIntegritas mengacu kepada Keppres No. 80/ Tahun 2003 danperubahan-perubahannya seperti dokumen penawaran—kecualipada saat acara pembukaan penawaran—detil perhitunganHarga Perkiraan Sendiri (HPS) sebelum pembukaan penawarandinyatakan sah, pekerjaan yang menurut sifatnya memangharus dirahasiakan menurut Keppres No. 80/ Tahun 2003 danperubahan-perubahan tentang pedoman Pengadaan Barangdan Jasa pemerintah. Jika ada yang meminta data pra-kualifikasi,KPU memang tidak bisa memberikan, tetapi data mengenaiaspek-aspek yang harus terbuka dalam Pakta Integritas, KPUdapat memberikannya. Aspek tersebut adalah (1).Seluruh paketpekerjaan yang akan dilaksanakan melalui lelang umum atauseleksi langsung, pemilihan langsung, atau seleksi langsung,penunjukan langsung atau seleksi. (2).Jadwal tender/ pemilihanlangsung/ penunjukan langsung dan informasi kualifikasi yangakan diselenggarakan. (3).Dokumen pengadaan. (4).Hasilevaluasi setelah kontrak penyedia barang dan jasa ditandatangani(5).Pengumuman hasil prakualifikasi, peringkat dan nilai hasilseleksi jasa konsultansi, dan pemenang lelang (6).Total hargaperkiraan sendiri (HPS). (7).Perincian HPS setelah kontrakditandatangani (8).Informasi tentang setiap kegiatan pengerjaanfisik yang akan dan atau sedang dilaksanakan yang berisi namapelaksana pekerjaan, sumber dana, penanggung jawabpekerjaan, nomor telepon pengaduan. (9).Detil spesifikasipekerjaan dapat diketahui dan diminta setelah penetapanpemenang lelang, baik kepada pengguna barang dan jasamaupun penyedia barang dan jasa.

Page 43: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

75Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 76 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Daftar Rujukan

Sumber PustakaTim TII, 2006. Buku Panduan Mencegah Korupsi DalamPengadaan Barang dan Jasa Publik, terjemahan dari Handbook–Curbing Corruption in Public Procurement, TI Berlin dan Jakarta

Tim Penyusun TII, 2009. Pedoman Umum, Pengendalian AktivitasPengadaan Barang / Jasa (PBJ) Kebutuhan Pemilu 2009 melaluiPenerapan Pakta Integritas (PI) di Komisi Pemilihan Umum (KPU).Transparency International Indonesia. Jakarta

Tim Penyusun TII, 2009. Modul Strategi Mendorong PenerapanPakta Integritas; Pengalaman Penerapan Pakta Integritas diWilayah Pilot Project Transparency International Indonesia.Transparency International Indonesia. Jakarta

Perundang-UndanganInpres No.5/ Tahun 2004 Percepatan Pemberantasan Korupsi

Keppres No. 80/ Tahun 2003 tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang/ Jasa Pemerintah

Tap MPR VIII/ Tahun 2001 tentang Rekomendasi Arah KebijakanPemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

UU No. 20/ Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undangNo.31/ Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi

UU No. 30/ Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan TindakPidana Korupsi

Sumber Mediahttp://www.kpu.go.id/Visi/Visi_Misi.htmKoran Tempo, 30 Juni 2007The Jakarta Post. Tuesday, January 27, 2009, page 5

WawancaraBerbagai stakeholder yang terkait dengan program penerapanPI di KPU dan Pengadaan barang dan Jasa Logistik Pemilu2009

Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ImplementasiPakta Integritas dalam Pengadaan Logistik Pemilu 2009 diKomisi Pemilihan Umum. Jakarta 15 Juli 2009. TransparencyInternational Indonesia

Focus Group Discussion (FGD) dengan tema EvaluasiPenerapan Pakta Integritas untuk Pengadaan Barang dan Jasadi Komisi Pemilihan Umum. Jakarta 24 Juli 2009. TransparencyInternational Indonesia

Page 44: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

77Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 78 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Dalam perspektif Pakta Integritas, seluruh prosesPengadaan Barang dan Jasa pemerintah, pada dasarnya semuapihak yang terkait dengan proses dan aktivitas tender harusmenolak semua bentuk komisi dan pembayaran tidak resmikepada para pihak yang terkait dengan pelaksanaan tendertersebut, serta siap dengan penerapan sanksi bila terjadipelanggaran. Sanksi ini mulai dari penghentian kontrak, pembatalanatau pemutusan kontrak atau pembayaran ganti rugi atas kerugianyang ditimbulkan, sampai dimasukkan dalam daftar hitam (blacklist)dalam kurun waktu tertentu, serta sanksi disiplin atau pidanakepada pejabat pemerintahan

Pakta Integritas menetapkan hak dan kewajiban seluruhpihak dalam Pengadaan Barang dan Jasa tanpa mengurangikualitas, penerapan dan penegakan hukum pidana dan perdatadi wilayah bersangkutan. Ini berarti bahwa penerapan konsepPakta Integritas tidak pernah mengubah hukum yang sudah adadi masing-masing wilayah. Jika hukum setempat mengatur tentangbeberapa aspek Pakta Integritas, maka Pakta Integritas dapatmerujuk pada hukum tersebut. Atau dengan kata lain PaktaIntegritas mampu menimbulkan hak dan kewajiban, tanpamengubah hukum setempat.

Sebagai sebuah kesepakatan tertulis yang mengikat untuktidak memberikan dan menerima suap dalam bentuk apapun,baik langsung maupun tidak langsung di antara semua pihakyang terkait Pengadaan Barang dan Jasa pemerintah. Pakta

APPENDIX

Pakta Integritas

Salah satu panduan (tools) yang diperkenalkanTransparency International (TI) untuk pencegahan korupsi dalamproses Pengadaan Barang dan Jasa adalah Pakta Integritas (PI).Panduan ini mulai dikembangkan TI sejak tahun 1990-an sebagaiupaya membangun pulau-pulau integritas (island of integrity)melalui komitmen dan kesepakatan tertulis yang mengikat untuktidak memberikan dan menerima suap dalam bentuk apapun.Pakta Integritas merupakan sebuah sistem yang didalamnyaterkandung makna integrity, yakni moralitas atau komitmenmenjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, transparansi, danakuntabilitas. Nilai-nilai integritas inilah yang kemudian diikatmenjadi sebuah komitmen bersama (pact) oleh pihak-pihak yangterkait dalam proses Pengadaan Barang dan Jasa.

Pakta Integritas tidak hanya sekadar sebuah janji untuktidak melakukan korupsi, namun sebuah komitmen komprehensifyang melibatkan sanksi hukum dan legal formal tentangmekanisme pengawasan.

Beberapa peraturan yang terkait dengan Pakta Integritas adalah;• UU No. 20/ Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No.31/ Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi• UU No. 30/ Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi• Tap MPR VIII/ Tahun 2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme• Keppres No. 80/ Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah• Inpres No.5/ Tahun 2004 Percepatan Pemberantasan Korupsi

6

6

Page 45: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

79Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 80 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Integritas juga mendorong perusahaan untuk menolakmelakukan suap karena mekanisme serupa juga diterapkankepada peserta tender lainnya, serta meyakini bahwa lembagapemerintah juga tidak akan meminta suap. Hal ini sesuai denganfilosofi dasar Pakta Integritas, yakni membuat transaksi bisnis diantara peserta tender menjadi lebih fair, tidak diskriminatif,transparan, dan akuntabel. Selain itu, memberikan akses informasiyang terbuka seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mengawasiseluruh proses Pengadaan Barang dan Jasa pemerintah. Melaluimekanisme inilah, Pakta Integritas membantu pemerintah untukmenurunkan angka kebocoran akibat korupsi dalam PengadaanBarang dan Jasa.

Sebagai pendekatan budaya dan moral, Pakta Integritas(PI) memang tergolong longgar, sederhana dan mudah dipahamioleh semua kalangan. Alat ini memang dirancang untuk digunakanketika penggunaan instrumen hukum mengalami kebuntuan dalampencegahan dan pemberantasan korupsi. Apalagi keberadaanmafia peradilan di hampir semua negara sedemikian kuatnya.Melalui pendekatan moral, pada dasarnya PI mencobamenjembatani aktivitas transaksi moral antara dua fihak ataulebih, saling menjajaki siapakah di antara mereka yang lebihbermoral dan bermartabat dengan mempertaruhkan tegaknyaIntegritas Bangsa dan Negara mereka sendiri. Kelemahan PaktaIntegritas terutama terletak pada sifatnya yang longgar, para

Longgar dalam arti Pakta Integritas bukanlah produk hukum, konsekuensinya adalahtidak memberikan sanksi hukum jika Pakta Integritas tidak diterapkan secara benar.Sanksi yang diberikan adalah sanksi moral

7

7

koruptor pun (terutama yang gagal dibuktikan delikkorupsinya di hadapan pengadilan) dapat juga menandatanganidokumen PI ini. Apalagi jika penandatanganan dokumen PI tidakdisertai dengan penerapan secara komprehensif sembilan prinsipdasar PI, yaitu: Komitmen Antikorupsi dari Pemerintah, Swasta,Komitmen Kedua Pihak (pemerintah dan swasta secarabersama–sama), Transparansi Maksimum, MekanismePerlindungan Saksi, Pemberian Penghargaan dan Hukuman(reward dan punishment), Resolusi Konflik, Pemberian Sanksidan Keberadaan Lembaga Pengawas Independen.8

Lihat modul penerapan PI yang diterbitkan oleh Transparency International Indonesia.8

Page 46: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

81Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 82 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

transparansi, non-diskriminatif, dan akuntabilitas. Korupsi telahmemperbesar biaya untuk Pengadaan Barang dan Jasa,memperbesar utang suatu negara, dan menurunkan kualitasstandar barang. Kerjasama yang sinergis antara CSO dan lembagapengawas seperti Bawaslu adalah memastikan apakah prosesPengadaan Barang dan Jasa logistik Pemilu 2009 telah diterapkanberdasarkan prinsip pengadaan yang benar. Jika proses yangharus dilalui adalah melalui tender, maka dapat mencegah indikasiyang mengarah pada penunjukan langsung. Hal ini penting untukmenghindari proses tender yang direkayasa.

EfisiensiMenggunakan sumber daya yang tersedia diperoleh barang danjasa dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan, serta diperolehwaktu yang optimal.

EfektifSumber daya yang tersedia diperoleh dari barang dan jasa yangmempunyai nilai manfaat setinggi-tingginya.

Persaingan SehatAdanya persaingan antar calon penyedia barang dan jasaberdasarkan etika dan norma pengadaan yang berlaku, tidakterjadi kecurangan dan praktik KKN.

Buku panduan PBJ dari Bappenas.10

10

9

Pengadaan Barang dan Jasa

Secara umum pengadaan barang adalah rangkaiankegiatan untuk mencapai kesepakatan harga dan kesepakatanlainnya dalam rangka memperoleh barang .Kesepakatan yangtelah tercapai tersebut dituangkan dalam dokumen perjanjianyang lazimnya disebut kontrak. Adapun lingkup pengadaan barangadalah pengadaan berbagai bentuk barang, baik barang yangmewujud maupun barang yang masih dalam keadaan terurai,yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi.Proses pengadaan dilakukan dengan beberapa tahapan yangdiawali dengan tahap perencanaan (planning), pembuatan program(programming), dan kemudian diakhiri dengan penganggaran(budgeting). Berdasarkan dokumen perencanaan, pembuatanprogram, dan penganggaran tersebut kemudian disusunlahrencana pengadaan barang. Rencana pengadaan barang meliputibeberapa rangkaian sebagai berikut: mengumpulkan danmempelajari dokumen yang menjadi dasar pelaksanaanpengadaan; menyusun paket, program, dan jadwal pengadaan;menyusun petunjuk pengadaan, serta menyusun biayapengadaanAdapun yang menjadi prinsip Pengadaan Barang danJasa adalah: efisiensi, efektivitas, persaingan sehat, keterbukaan,

Keppres No.80/ Tahun 2003 menyebutkan bahwa yang melaksanakan PengadaanBarang dan Jasa adalah instansi pemerintah baik instansi pemerintah pusat, pemerintahprovinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota, maka pihak pengguna jasa adalahkepala kantor/ satuan kerja atau pemimpin proyek/ bagian proyek..

9

Page 47: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

TerbukaMemberikan kesempatan kepada semua penyedia barang danjasa yang memenuhi syarat untuk mengikuti pengadaan.

TransparansiPemberian informasi yang lengkap tentang aturan mainpelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa kepada semua calonpenyedia barang dan jasa yang berminat dan masyarakat.

Non-DiskriminatifPemberian perlakuan dan informasi yang sama kepada semuacalon penyedia barang dan jasa yang berminat mengikutiPengadaan Barang dan Jasa.

AkuntabilitasPertanggungjawaban pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasakepada pihak yang terkait dan masyarakat berdasarkan etika,norma, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia secara umum mengenalbeberapa cara untuk memilih penyedia barang yang akan ditunjukuntuk melaksanakan pekerjaan pengadaan barang. Keppres No.80/ Tahun 2003 menyebutkan beberapa metode, yakni pelelangan(umum dan terbatas), seleksi (pemilihan) langsung, dan penunjukanlangsung.

83Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 84 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Bahan dan Hasil Workshop

ACUAN PEMBAHASAN DISKUSI KELOMPOK

”Implementasi Kesepakatan Penegakan Integritas, Pengendalian,dan Perlindungan Terhadap Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum”

Nama KelompokNama KegiatanPengadaanJadual pelaksanaanpekerjaanMetoda pemilihanpenyedia barang/jasaMetoda penyampaiandokumen penawaran,Metoda evaluasipenawaranJenis kontrakStruktur Tim (KPA, PPK,Tim Pengadaan, TimTeknis, Tim PenerimaBarang, AdministrasiKeuangan, dstnya)

Proses/Alur Pengadaan(sampai dengan saatdistribusi danpemanfaatan)Identifikasi Risiko

KELOMPOK IIPengadaan IT PEMILU 2009

Terlampir

Pelelangan Umum dengan Prakualifikasi

Satu Sampul

Metoda Evaluasi Gugur

Kontrak harga satuanKPA : Sekjen KPUPPK : Wasekjen KPUPanitia : 5 orang termasuk ketua dan sekretarisTim Ahli/Teknis : Ahli Pengadaan dan Ahli GrafikaPanitia Pemeriksa dan Penerima barang di KPU : 5 orangKPU Prov/Kab/Kota membentuk Tim Penerima BarangBAPB dari daerah menjadi dasar pembuatan BAST olehpanitia penerima KPU PusatGambarkan alur proses pengadaan,sampai KPUD dan pemanfaatannya, jikadiperlukan.- Kekurangan pengiriman- Gangguan transportasi- Sabotase- Keadaan faktor geografis dankeadaan cuaca yang tidak mendukung

Page 48: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

85Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 86 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Strategi MenanganiRisiko

Nama Ketua kelompok:Nama SekretarisKelompok:Nama AnggotaKelompok:

Diisi antisipasi untuk meminimalkan risikotersebut.- Menyediakan cadangan ± 1 %- Penambahan waktu pengiriman- Bekerjasama dengan AparatKeamanan

Drs. Oktovianus WaelauruwSri Parkhatin, SH., M.Si.

Terlampir

NO123456789

10111213141516171819202122

NAMADra.Farida Fauzia,M.SiSri Parkhatin,SH,M.SiDra.Nanik Karsini,M.SiMuhammad Thoras Baharudin,SE,MMTri Euis Sartika,S.IPDra.Sekarlinasti,MM,MADrs.Oktovianus WaelauruwAgus Setyono,Spt,MTEndah Purnamawati,S.KomSri WidodoPinto Octavianus Barus,SHLindawaty Ambarita,SHAtiyah,SHDenny Danu Miharja,STRossy Erdiana,SSDeny Cryswanto,SHEddy Purwanto,SHDra.Titik Priharti Wahyuningsih,MPSuwarno,SEDelisma MunteIswantoro,SEDian Oktaviani

Daftar Nama Anggota Kelompok II

DRAFTPENYUSUNAN KEGIATAN PENGADAAN

PENGADAAN SURAT SUARA KPU

Nama Kelompok

Nama KegiatanPengadaan

Jadual pelaksanaanpekerjaan

Kelompok 1

Pengadaan Surat Suara

1. Desain surat suara; September 20082. Penetapan DCT ; 9-26 Oktober 20083. Penetapan DPT (Daftar Pemilih Tetap);

Oktober 20084. Pembuatan Film surat suara & validasi

dummy surat suara.5. Membuat Spesifikasi (Ukuran kertas,

Jenis kertas, Sparasi warna, Berat kertas,dst)

6. Menentukan volume pekerjaan7. Penyusunan paket-paket pekerjaan8. Pemilihan metode/sistem9. Menentukan syarat-syarat10. Penjadwalan distribusi11. Persiapan bahan-bahan12. Penyusunan HPS13. Penyusunan dokumen lelang14. Pengumuman lelang15. Proses prakualifikasi16. Pendaftaran peserta lelang dan

pengambilan dokumen17. Penjelasan pekerjaan18. Pemasukan dokumen penawaran19. Pembukaan penawaran20. Evaluasi administrasi21. Evaluasi teknis22. Evaluasi harga23. Usulan penetapan24. Penetapan pemenang25. Pengumuman pemenang26. Masa sanggah

Page 49: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

87Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 88 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

1. Kerjasama dengan Asosiasi Pabrik KertasIndonesia (APKI), minta percetakanantisipasi untuk import kertas

2. Mengelompokkan kemampuan mesinuntuk bisa terdistribusi dan mintapemerintah menetapkan harga dasarcetakan

3. Mengelompokkan 1 Provinsi untuk 1vendor

4. Lelang lebih awal dan sistem anggarantahun jamak

5. Lelang lebih awal dan sistem anggarantahun jamak

6. Meningkatkan kualitas pengawas7. Menentukan skala prioritas pengiriman

(mendahulukan pengiriman untuk daerahtertentu), mengimplementasikan sistemaplikasi logistik dan distribusi.

8. Kerjasama dengan TNI dan instansi terkait(dephub).

9. Dilaksanakan secara sistem parsial10. Memprioritaskan pencetakan dan

distribusi untuk daerah-daerah khusus

27. Penunjukan pemenang28. Penandatanganan kontrak29. Penyerahan SPMK30. Pelaksanaan pekerjaan; pencetakan

terakhir pertengahan Februari 200931. Distribusi32. Serah terima pekerjaan; paling lambat

akhir Februari 200933. Pembayaran

Metoda pemilihanpenyedia barang/jasaMetoda penyampaiandokumen penawaran,Metoda evaluasipenawaranJenis kontrakStruktur Tim (KPA,PPK, Tim Pengadaan,Tim Teknis, TimPenerima Barang,AdministrasiKeuangan, dstnya)

Proses/AlurPengadaan (sampaidengan saat distribusidan pemanfaatan)Identifikasi Risiko

Prakualifikasi

Dua sampul

Sistem gugur

Harga satuan1. KPA2. PPK3. Staf PPK/administrasi4. Tim pengadaan5. Tim teknis6. Tim penerima barang pusat7. Tim penerima barang daerah8. Verifikator9. Bendaharawan10. Tim pengawas lapangan

1. Ketersediaan kertas2. Ketersediaan mesin dengan spesifikasi

khusus terbatas3. Salah kirim4. Pekerjaan tidak selesai pada akhir tahun

anggaran ini5. Resiko vendor tidak terbayar karena

penyelesaian pekerjaan lewat tahunanggaran

6. Hasil cetakan buruk7. Masalah cuaca & kondisi geografis8. Resiko distribusi (alat transportasi rusak)9. Keterlambatan validasi film surat suara10. Penyampaian surat suara tidak tepat

waktu

Strategi MenanganiRisiko

Nama Ketuakelompok:

Nama SekretarisKelompok:

Nama AnggotaKelompok:

Dayat Parluhutan, ST

Diana Sari Dewi Kosasi, S.Sos

Terlampir

Page 50: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

89Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 90 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Rencana Pengadaan – Tinta Sidik JariKelompok - I

Nama KelompokNama KegiatanPengadaanJadual pelaksanaanpekerjaan

Kelompok 1Pengadaan Tinta Sidik Jari KeperluanPemilu 20091. Membuat spesifikasi teknis tinta yang

mengacu pada ketentuan yang tidakmenimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.

2. Menentukan volume pekerjaan3. Penyusunan paket-paket pekerjaan4. Pemilihan metode/sistem5. Menentukan syarat-syarat6. Penjadwalan distribusi7. Persiapan bahan-bahan8. Penyusunan HPS9. Penyusunan dokumen lelang10. Proses prakualifikasi11. Undangan terhadap peserta lelang12. Pendaftaran peserta lelang dan pengambilan

dokumen13. Penjelasan pekerjaan14. Pemasukan dokumen penawaran15. Pembukaan penawaran16. Evaluasi administrasi17. Evaluasi teknis18. Evaluasi harga19. Usulan penetapan20. Penetapan pemenang21. Pengumuman pemenang22. Masa sanggah23. Penunjukan pemenang24. Penandatanganan kontrak25. Penyerahan SPMK26. Pelaksanaan pekerjaan27. Distribusi28. Serah terima pekerjaan29. Pembayaran

Metoda pemilihanpenyedia barang/jasaMetoda penyampaiandokumen penawaran,

Metoda evaluasipenawaranJenis kontrakStruktur Tim (KPA, PPK,Tim Pengadaan,Tim Teknis,Tim Penerima Barang,AdministrasiKeuangan, dstnya)

Prakualifikasi

Dua sampul

Sistem gugur

Harga satuan1. KPA2. PPK3. Staf PPK/administrasi4. Tim pengadaan5. Tim teknis6. Tim penerima barang pusat7. Tim penerima barang daerah8. Verifikator9. Bendaharawan10. Tim pengawas lapangan

Proses/Alur Pengadaan(sampai dengan saatdistribusi danpemanfaatan)Identifikasi Risiko

Strategi MenanganiRisiko

1. Ketersediaan bahan baku (diutamakanproduksi dalam negeri)

2. Pekerjaan tidak selesai pada akhir tahunanggaran ini

3. Resiko vendor tidak terbayar karenapenyelesaian pekerjaan lewat tahunanggaran

4. Masalah cuaca & kondisi geografis5. Resiko distribusi (alat transportasi rusak)6. Keterlambatan: sampling tinta sidik jari7. Penyampaian tinta sidik jari tidak tepat waktu

1. Antisipasi untuk import tinta2. Lelang lebih awal dan sistem anggaran tahun

jamak3. Lelang lebih awal dan sistem anggaran tahun

jamak4. Menentukan skala prioritas pengiriman

(mendahulukan pengiriman untuk daerahtertentu), mengimplementasikan sistemaplikasi logistik dan distribusi.

5. Kerjasama dengan TNI dan instansi terkait(dephub).

6. Dilaksanakan secara sistem parsial7. Memprioritaskan pencetakan dan distribusi

untuk daerah-daerah khusus

Page 51: 9 PRINSIP PAKTA INTEGRITAS

91Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum 92 Pakta Integritas Sebagai Langkah Awal Pencegahan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Komisi Pemilihan Umum

Nama Ketua kelompok:

Nama Sekretaris Kelompok:

Nama Anggota Kelompok:

Dayat Parluhutan, ST

Diana Sari Dewi Kosasi, S.Sos

Terlampir