9. Sri Sumilih

Embed Size (px)

Citation preview

  • Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 78-8878

    EFEKTIVITAS EKSTRAK LEMPUYANG WANGI(Zingiber aromaticum Val.) DALAM MEMBUNUH

    LARVA Aedes aegypti

    Sri Sumilih, Ambarwati, dan Dwi Astuti

    Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162

    Abstract

    The herbal insecticides are easier to degrade, and safe for human and animals. Lempuyang Wangi(Zingiber aromaticum Val.) contains saponin, tanin and flavonoid that can be used as insecticide of larvae.The aim of this research was to know the effectiveness of Lempuyang Wangi extract to kill Aedes aegyptiinstars III larvae. The research was an experimental with posttest only in control group design. The sub-jects were divided into two groups, which were control group and treatment group. Each group used 25larvae and each treatment was replicated four times. The total samples were 700 larvae. The result of thisresearch was in 0% concentration (control) of Lempuyang Wangi extract could kill 0 larvae (0%); 0,2%concentration could kill 10,75 (11) larvae (43%); 0,4% concentration could kill 12,25 (13) larvae (49%);0,6% concentration could kill 15,75 (16) larvae (63%); 0,8% concentration could kill 18,75 (19) larvae(75%); 1,0% concentration could kill 23,75 (24) larvae (95%) and 1,2% concentration could kill 25 larvae(100%). Based on the result of the Kruskall Wallis test, p = 0,000 d = 0,01. It could be concluded thatthere was a very significant influence on addition of Lempuyang Wangi extract to kill Aedes aegypti larvae.

    Key words: Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Extract, larvacides, Aedes aegypti

    PENDAHULUAN

    Penyakit Demam BerdarahDengue (DBD) merupakan salah satumasalah kesehatan masyarakat diIndonesia yang jumlah penderita-nya cenderung meningkat dan pe-nyebarannya semakin luas. PenyakitDBD merupakan penyakit menularyang terutama menyerang anak-anak(Widoyono, 2008).

    Di Indonesia penyakit DBDmasih merupakan masalah kesehatankarena masih banyak daerah yangendemik. Daerah endemik DBD pada

    umumnya merupakan sumber pe-nyebaran penyakit ke wilayah lain.Setiap Kejadian Luar Biasa (KLB) DBDumumnya dimulai dengan peningkat-an jumlah kasus di wilayah tersebut(Widoyono, 2008).

    Berdasarkan data Depkes (2008)di Indonesia jumlah CFR (Case FatalityRate) DBD tahun 2007 sebesar 1,0%, danIR (Incidence Rate) sebesar 71,78 per100.000 penduduk. Pada tahun 2008CFR mengalami penurunan sebesar0,86%, sedangkan pada tahun 2009 CFRmengalami peningkatan kembali

  • Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi ... (Sri Sumilih, dkk.) 79

    sebanyak 0,89% (Depkes RI, 2009).Berdasarkan data dari Dinas KesehatanProvinsi Jawa Tengah menunjukkanselama tahun 2008 angka kesakitan (IR)DBD sebesar 5,92 per 10.000 penduduk,dan angka kematian (CFR) sebesar1,19%.

    Demam berdarah dengue di-sebabkan oleh virus dengue yangditularkan melalui gigitan nyamukAedes aegypti. Ada empat serotipepenyebab demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatserotipe ini menimbulkan gejala yangberbeda-beda jika menyerang manusia(Satari dan Mila, 2004). Nyamuk yangmenjadi vektor penyakit DBD adalahnyamuk yang terinfeksi saat menggigitmanusia yang sedang sakit. PenyakitDBD sangat dipengaruhi oleh per-tumbuhan penduduk, urbanisasi yangtidak terkontrol, transportasi, kepadat-an populasi nyamuk, dan keadaangeografis setempat (Widoyono, 2008).

    Di Indonesia pengaruh musimterhadap DBD tidak begitu jelas, tetapidalam garis besar dapat ditemukanbahwa jumlah penderita meningkatantara bulan September-Novemberdengan puncaknya yaitu antara bulanMaret-Mei setiap tahunnya. PenyakitDBD berjangkit pula di daerah pe-desaan (Soedarmo, 2005). Berdasarkanhasil penelitian Satari dan Mila (2004)di musim hujan hampir tidak adadaerah di Indonesia yang terbebas dariserangan penyakit DBD. Hal inimenunjukkan bahwa DBD telahditemukan di seluruh provinsi di

    Indonesia. Dua ratus kota melaporkanadanya Kejadian Luar Biasa (KLB).

    Mengingat obat dan vaksinpencegah penyakit DBD hingga dewasaini belum tersedia, maka upayapemberantasan penyakit DBD dititik-beratkan pada pemberantasan penular-nya. Pemberantasan nyamuk tersebutdapat dilakukan dengan menyemprot-kan insektisida. Namun selama jentik-nya masih dibiarkan hidup, maka akantimbul lagi nyamuk yang baru yang se-lanjutnya dapat menularkan penyakitini kembali. Oleh karena itu dalamprogram pemberantasan penyakit (P2)DBD, penyemprotan insektisida di-lakukan terbatas di lokasi yang mem-punyai potensi terjadinya kejadian luarbiasa (Siregar, 2004).

    Upaya untuk membasmi jentiknyamuk yang paling murah, sederhanadan tepat guna adalah dengan caraPemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),yang didukung dengan penyuluhankesehatan masyarakat yang bertujuanuntuk mengajak masyarakat ber-partisipasi dalam pemberantasansarang nyamuk (Nadesul, 2007).

    Nyamuk Aedes aegypti menyukaitempat-tempat penampungan yangberair jernih dan terlindung dari sinarmatahari langsung. Tempat-tempatpenampung air tersebut umumnyabanyak dijumpai di dalam rumah dansekitarnya (Hidayat dkk. 1997).

    Berdasarkan hasil penelitianWulandari (2007) disimpulkan bahwaLempuyang Wangi (Zingiber aromaticumVal.) dalam bentuk serbuk dapat

  • Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 78-8880

    membunuh larva Aedes aegypti, padakonsentrasi 160 ppm larva yang ter-bunuh sebanyak 5 larva, 320 ppm se-banyak 7 larva, 640 ppm sebanyak 24larva, 1280 ppm sebanyak 25 larva, 2560ppm sebanyak 25 larva dan 5120 ppmsebanyak 25 larva. Hal ini disebabkankarena Lempuyang Wangi (Zingiberaromaticum Val.) mengandung saponin,flavonoid, minyak atsiri dan tanin,yang berperan sebagai larvasida(Syamsuhidayat dan Johnny, 1991)

    Saponin merupakan senyawaberasa pahit, menyebabkan bersin dansering mengakibatkan iritasi padaselaput lendir. Saponin juga bersifatmenghancurkan butir darah merahlewat reaksi hemolisis, bersifat racunbagi hewan berdarah dingin, danbanyak di antaranya digunakansebagai racun ikan (Gunawan dan Sri,2004).

    Berdasarkan hasil uji pen-dahuluan yang dilakukan oleh penelitidengan menggunakan konsentrasi 0%(kontrol), 0,25%, 0,5%, 1,0%, 1,5%, dan2%didapatkan hasil ekstrak Lem-puyang Wangi yang efektif me-matikan 100% larva Aedes aegypti yaitupada konsentrasi 1,0%, 1,5%, dan 2%.Pengamatan dilakukan selama 24 jamsetelah perlakuan dengan mengukursuhu larutan, pH larutan dan ke-lembaban ruangan. Hasil analisisprobit menunjukkan kematian larvaAedes aegypti sebanyak 99% berada padakonsentrasi 0,72%, oleh karena itu pe-nulis ingin mengadakan penelitian me-

    ngenai efektivitas ekstrak LempuyangWangi (Zingiber aromaticum Val.) dalammembunuh larva Aedes aegypti instar IIIdengan menggunakan konsentrasi 0%(Kontrol), 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1,0%,dan 1,2%.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalaheksperi-mental untuk mengetahuiefektivitas ekstrak Lempuyang Wangi(Zingiber aromaticum Val.) terhadapkematian larva nyamuk Aedes aegyptisesuai dengan waktu dan dosis yangtelah ditetapkan. Rancangan penelitianini adalah post-test only control groupdesign, yaitu kelompok eksperimenmenerima perlakuan atau intervensi (X)yang diikuti dengan pengukurankedua atau observasi (O-1). Kemudiansubjek dibagi menjadi 2 kelompok,kelompok I disebut sebagai kelompokperlakuan yaitu kelompok yang diberiekstrak Lempuyang Wangi (Zingiberaromaticum Val.) dengan dosis yangberbeda, dan kelompok II disebutkelompok kontrol yaitu kelompokyang tidak diberi ekstrak LempuyangWangi (Zingiber aromaticum Val.).Kemudian dilakukan pengamatansesuai dengan waktu yang ditentukandan dihitung jumlah larva yang matipada kedua kelompok (Praktiknya,2003).

    Subjek yang diteliti pada pe-nelitian ini adalah larva Aedes aegyptiinstar III yang berumur tiga sampaiempat hari setelah telur menetas.

  • Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi ... (Sri Sumilih, dkk.) 81

    Alasan pemilihan larva instar III karenalarva ini ukurannya cukup besarsehingga mudah untuk diidentifikasi,selain itu larva instar III merupakansampel penelitian yang menjadistandar WHO (WHO, 2005).

    Penelitian ini dilaksanakan padabulan Juni 2010. Penelitian dilakukandi Balai Besar Penelitian dan Pe-ngembangan Vektor dan ReservoirPenyakit (B2P2VRP) Salatiga.

    Jumlah sampel dalam penelitianini mengambil dari populasi. Pe-ngambilan sampel dilakukan dengancara pencuplikan kuota (quota sampling)yaitu menetapkan berapa besar jumlahsampel yang diperlukan, kemudianjumlah quotum ini dijadikan dasaruntuk pengambilan sampel, dansemua populasi mempunyai ke-sempatan yang sama untuk diambilsampai jumlah sampel yang sudahditetapkan dapat terpenuhi (Noto-atmojo, 2005). Dimana masing-masinggelas berisi 25 larva Aedes aegypti baikpada kontrol maupun semua per-lakuan, hal ini sesuai dengan standardari WHO (WHO, 2005). Sehingga totallarva nyamuk Aedes aegyti yangdigunakan untuk kontrol dan per-lakuan adalah sebanyak 700 ekor.Pemilihan sampel dilakukan dengancara simple random sampling yaitu setiapsubjek dalam populasi mempunyaikesempatan yang sama untuk terpilihataupun dipilih sebagai sampel,dimana setiap elemen diseleksi secararandom atau acak (Nursalam, 2003).

    Analisis bivariat digunakanuntuk mengetahui efektivitas ekstrakLempuyang Wangi (Zingiber aromaticumVal.) terhadap kematian larva Aedesaegypti instar III setelah dikontakkandengan berbagai variasi konsentrasiekstrak Lempuyang Wangi. Sebelumdilakukan uji Kruskall Wallis terlebihdahulu dilakukan uji homogenitasdengan tingkat signifikan = 0,01 (tarafkepercayan 99%) untuk melihathomogenitas varians dari kematianlarva. Dalam analisis bivariat yangdilakukan menunjukkan data tidakhomogen, maka Analisis dalampenelitian ini dilakukan dengan ujiKruskall Wallis dengan tingkat signifikan = 0,01 (taraf kepercayan 99%).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Hasil

    Pengukuran Suhu Larutan, pHLarutan dan Kelembaban Ruangan

    Hasil pengukuran suhu laruran,pH larutan, dan kelembaban ruang-andisajikan pada Tabel 1.

    Berdasarkan Tabel 1 dapat di-ketahui bahwa suhu larutan tempatperindukan pada kelompok kontroldan perlakuan adalah sama yaitu 250Cdan kelembaban ruangan pada awalperlakuan sebesar 82% dan kelem-baban ruangan pada akhir perlakuanmengalami penurunan menjadi 80%.Sedangkan pH larutan baik padakelompok kontrol maupun kelompokperlakuan berkisar antara 6,4-7 selama24 jam perlakuan.

  • Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 78-8882

    Jumlah Kematian Larva Aedes aegyptiInstar III setelah 24 jam Perlakuan.

    Hasil penghitungan jumlahkematian larva instar III setelah 24 jam

    perlakuan disajikan pada Tabel 2,sedangkan grafik jumlah kematianlarva disajikan pada Gambar 11.

    Konsentrasi %

    Suhu (0C) Kelembaban (%) pH Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

    0(kontrol) 25 25 82 80 7,0 7,0 0,2 25 25 82 80 6,8 6,8 0,4 25 25 82 80 6,8 6,8 0,6 25 25 82 80 6,7 6,7 0,8 25 25 82 80 6,6 6,6 1,0 25 25 82 80 6,5 6,5 1,2 25 25 82 80 6,4 6,4

    Tabel 1. Suhu dan pH Larutan serta Kelembaban Ruangan Penelitian

    Tabel 2. Jumlah Kematian Larva Aedes aegypti pada Berbagai Konsentrasi EkstrakLempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.)

    Setelah 24 Jam Perlakuan

    Konsentrasi (%)

    Jumlah larva uji (larva)

    Jumlah kematian larva pada replikasi ke- Rata-rata

    1 2 3 4 larva % larva % larva % larva % larva %

    0 (kontrol) 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,2 25 11 44 13 52 10 40 9 36 10,75 43 0,4 25 11 44 16 64 11 44 11 44 12,25 49 0,6 25 16 64 16 64 15 60 16 64 15,75 63 0,8 25 19 76 18 72 18 72 20 80 18,75 75 1,0 25 25 100 24 96 23 92 23 92 23,75 95 1,2 25 25 100 25 100 25 100 25 100 25 100

    Berdasarkan Tabel 2 dapatdiketahui bahwa pada kelompokkontrol tidak ditemukan adanya ke-matian larva Aedes aegypti pada empatkali ulangan. Pada kelompok per-lakuan rata-rata kematian larva terendah

    terjadi pada konsentrasi 0,2% denganrata-rata jumlah kematian 11 larva (43%),sedangkan rata-rata kematian tertinggiterdapat pada konsentrasi 1,2% denganrata-rata jumlah kematian sebanyak 25larva (100%).

  • Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi ... (Sri Sumilih, dkk.) 83

    Berdasarkan Gambar 1 dapatdiketahui bahwa semakin tinggikonsentrasi ekstrak Lempuyang Wangisemakin tinggi pula persen-tasekematian larva Aedes aegypti dan padakonsentrasi di atas 1,2% kemungkinanjumlah kematian akan mengalami nilaiyang stabil yaitu 100%.

    Hasil Analisis Data

    Berdasarkan hasil uji homo-genitas menunjukkan bahwa nilai

    p=0,004d=0,01 yang berarti bahwadata tersebut tidak homogen danberdasarkan hasil pengujian Kolmo-gorov Smirnov, diketahui bahwa nilaivariabel kematian larva p= 0,841 > =0,01 yang berarti bahwa data tersebutberdistribusi normal. Karena data tidakhomogen dan berdistribusi normal,maka penelitian ini menggunakanmetode statistik non parametrik yaituuji Kruskall Wallis, yang hasilnyadisajikan pada Tabel 3.

    Gambar 1. Grafik Rata-rata Kematian Larva Aedes aegypti Instar IIIpada Berbagai Konsentrasi Setelah 24 Jam Perlakuan

    Tabel 3. Uji Kruskall Wallis

    Kematian Larva Aedes aegypti

    Chi-Square 25.930

    df 6

    Asymp. Sig. .000

  • Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 78-8884

    Berdasarkan Tabel 3 diperolehnilai p = 0,000 = 0,01 yang berartiterdapat pengaruh yang sangatsignifikan antara konsentrasi ekstrakLempuyang Wangi (Zingiber aromaticumVal) terhadap kematian larva Aedesaegypti.

    2. Pembahasan

    Suhu dan pH Larutan EkstrakLempuyang Wangi (Zingiber aroma-ticum Val.)

    Berdasarkan Tabel 1 dapatdiketahui bahwa suhu larutan padaawal dan akhir perlakuan sama yaitusebesar 25C, baik pada kelompokkontrol maupun pada kelompokperlakuan, hal ini menunjukkan bahwabesarnya konsentrasi ekstrak Lempu-yang Wangi (Zingiber aromaticum Val.)tidak mem-pengaruhi suhu, sedangkanpH larutan pada penelitian ini berkisarantara 6,4-7.

    Suhu larutan merupakan salahsatu faktor yang dapat mempengaruhiperkembangan dan kehidupan larvaAedes aegypti, suhu air yang sesuaiuntuk perkembangan larva Aedesaegypti adalah antara 18-28C (Boesridkk. 2001). Dilihat dari hasil pengu-kuran suhu selama penelitian, suhularutan pada kelompok kontrol dankelompok perlakuan sebesar 25C halini berarti bahwa suhu larutan masihberada dalam kisaran suhu yangnormal untuk kehidupan larva Aedesaegypti.

    pH merupakan faktor yangdapat mempengaruhi kehidupan larvaAedes aegypti, diketahui bahwa hasilpengukuran pH larutan pada berbagaikonsentrasi yang diguna-kan yaitu 0(kontrol) pH-nya sebesar 7,0 danperlakuan dengan berbagai konsentrasimulai dari 0,2% pH-nya 6,8 , konsen-trasi 0,4% pH-nya 6,8, konsentrasi 0,6%pH-nya 6,7, konsentrasi 0,8% pH-nya6,6, konsentrasi 1,0% pH-nya 6,5 dankonsentrasi 1,2% pH-nya 6,4. Hal inimenunjukkan bahwa semakin tinggikonsentrasi ekstrak Lempuyang WangipH cenderung ke arah asam, hal inidapat dimungkinkan karena ekstrakLempuyang Wangi bersifat asam.Berdasarkan hasil penelitian Hidayatdkk. (1997) larva Aedes aegypti dapattumbuh pada pH antara 5,8-8,6. pHpada penelitian ini berkisar antara 6,4-7, sehingga pH larutan dalam pene-litian ini masih dalam kisaran normaluntuk pertumbuhan larva Aedes aegypti.Dengan demikian kematian larva Aedesaegypti yang terjadi disebabkan olehpenambahan ekstrak LempuyangWangi bukan karena pengaruh suhudan pH, hal ini juga didukung dengantidak adanya kematian larva Aedesaegypti pada kontrol.

    Kelembaban Ruangan TempatPenelitian

    Hasil pengukuran kelembabanruangan tempat penelitian pada pe-nelitian ini baik pada kontrol maupunperlakuan sebesar 82% pada awal

  • Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi ... (Sri Sumilih, dkk.) 85

    penelitian dan 80% pada akhirpenelitian. Berdasarkan penelitianBoesri dkk. (2001), kelembaban udararelatif yang ideal bagi pertumbuhandan kehidupan larva nyamuk adalah60-80%. Hal ini menunjukkan bahwakelembaban ruangan pada akhirpenelitian masih dalam keadaan idealuntuk pertumbuhan larva. Meskipunpada awal pengukuran kelembabanudara di atas ambang batas ke-lembaban normal untuk pertumbuhanlarva Aedes aegypti, namun keadaantersebut tidak memberikan efek yangfatal pada kehidupan larva. Hal inidapat diketahui dari tidak adanyakematian pada kontrol.

    Efektivitas Ekstrak Lempuyang Wangi(Zingiber aromaticum Val.) dalamMembunuh Larva Nyamuk Aedesaegypti.

    Berdasarkan Tabel 2 dan Gam-bar 11 diketahui bahwa pada kelom-pok kontrol tidak terjadi kematian padalarva Aedes aegypti. Keefektifan ekstrakLempuyang Wangi dalam membunuhlarva Aedes aegypti setelah 24 jam per-lakuan pada berbagai konsentrasiadalah konsentrasi 0% (kontrol) rata-rata kematian sebesar 0 larva (0%),konsentrasi 0,2% rata-rata kematiansebanyak 10,75 (11) larva (43%),konsentrasi 0,4% sebanyak 12,25 (13)larva (49%), konsentrasi 0,6% sebanyak15,75 (16) larva (63%), konsentrasi 0,8%sebanyak 18,75 (19) larva (75%),konsentrasi 1,0% sebanyak 23,75 (24)larva (95%) dan konsentrasi 1,2 %

    sebanyak 25 larva (100%). Hal inimenunjukkan bahwa semakin tinggikonsentrasi ekstrak Lempuyang Wangiyang ditambahkan, maka semakinbanyak juga rata-rata kematian larvaAedes aegypti. Ini juga sesuai denganpendapat Nopianti (2008) yangmenyatakan bahwa semakin tinggikonsentrasi larvasida yang diberikanmaka semakin tinggi pula rata-rata ke-matian larva Aedes aegypti.

    Berdasarkan hasil penelitianyang peneliti lakukan sebelumnyadengan menggunakan serbuk Lem-puyang Wangi diketahui padakonsentrasi 2,5% dapat membunuh100% larva Aedes aegypti (Sumilih, 2009).Serbuk Lempuyang Wangi ini bisadijadikan sebagai larvasida alternatifapabila tidak memungkinkan untukmembuat ekstrak. Di mana masyarakatdapat mengaplikasikan denganmelarutkan 25 gram serbuk Lempu-yang Wangi dalam 1 liter air, atau setaradengan 10 sendok makan penuh serbukLempuyang Wangi untuk 1 liter air.

    Berdasarkan hasil penelitian inidiketahui bahwa ekstrak LempuyangWangi dapat berfungsi sebagailarvasida, hal ini dimungkinkan karenakandungan senyawa kimia yang beradadi dalam Lempuyang Wangi, yangmeliputi saponin, tanin, dan flavonoida(Syamsuhidayat dan Johnny, 1991).Menurut Gunawan dan Sri (2004),saponin terdapat pada tanaman yangbisa dikonsumsi oleh serangga dandapat menurunkan aktivitas enzim

  • Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 78-8886

    pencernaan serta penyerapan ma-kanan, sehingga mekanisme kerjasaponin adalah sebagai racun perut.Berdasarkan hasil penelitian Faridadkk. (2000) tanin pada umumnyamenghambat aktivitas enzim denganjalan membentuk ikatan kompleksdengan protein pada enzim dan sub-strat yang bisa menyebabkan gangguanpencernaan dan bisa merusak dindingsel pada serangga, sehingga mekanis-me kerja tanin juga sebagai racun perut.Flavonoida merupakan salah satu jenissenyawa yang bersifat racun, mem-punyai bau yang sangat tajam, seba-gian besar merupakan pigmen ber-warna kuning yang dapat larut dalamair maupun pelarut organik. Kegunaandari flavonoida adalah sebagai zatpembunuh serangga melalui sistempernafasan. Dengan demikian mekanis-me kerja flavonoida sebagai racunpernapasan (Annaria, 2005). Sehinggadapat diketahui bahwa ekstrak Lempu-yang Wangi bersifat sebagai racunperut larena kandungan saponin dantanin serta sebagai racun pernapasankarena kandungan flavonoida.

    Warna larutan pada penelitianini berubah menjadi kuning yangmenyebabkan warna larva berubahmenjadi pucat, hal ini dimungkinkankarena kandungan flavonoida yangada pada ekstrak Lempuyang Wangi.Penelitian ini menggunakan larva Aedesaegypti instar III, karena larva nyamukinstar III sudah mempunyai alat-alattubuh yang lengkap terbentuk danstruktur dinding tubuhnya belum me-

    ngalami pengerasan sehingga sesuaiuntuk perlakuan, selain itu larva instarIII merupakan sampel pe-nelitian yangmenjadi standar WHO (WHO, 2005).

    Berdasarkan hasil uji KruskallWallis diperoleh p = 0,000 = 0,01yang berarti terdapat pengaruh yangsangat signifikan antara konsentrasiekstrak Lempuyang Wangi (Zingiberaromaticum Val) terhadap kematianlarva Aedes aegypti. Pada penelitian inikonsentrasi yang efektif adalah 1,2%karena pada konsentrasi tersebut,merupakan konsentrasi yang menyeba-bkan rata-rata kematian larva Aedesaegypti sebanyak 25 larva (100%).

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian inidapat disimpulkan bahwa: (1) EkstrakLempuyang Wangi (Zingiber aromaticumVal.) efektif dalam membunuh larvanyamuk Aedes aegypti instar III, dan (2)Konsentrasi ekstrak LempuyangWangi (Zingiber aromaticum Val.) yangefektif dalam mematikan larva nyamukAedes aegypti pada penelitian ini adalahkonsentrasi 1,2%.

    2. Saran

    Berdasarkan hasil penelitiandapat disarankan hal-hal sebagaiberikut: (1) Masyarakat bisa meng-aplikasikan pengendalian larva nya-muk Aedes aegypti secara alami yaitudengan menggunakan ekstrak Lem-puyang Wangi (Zingiber aromaticum

  • Efektifitas Ekstrak Lempuyang Wangi ... (Sri Sumilih, dkk.) 87

    Val.), untuk mencegah penularanpenyakit DBD, (2) Dinas Kesehatandiharapkan dapat mengaplikasikanhasil penelitian ini sebagai landasandalam intervensi untuk pemecahanmasalah me-ngenai pengendalian larvaAedes aegypti secara alami dengan meng-gunakan ekstrak atau serbuk Lem-puyang Wangi (Zingiber aromaticum

    Val.), sehingga bisa menurunkan kasusDBD, dan (3) Peneliti lain dapatmelakukan penelitian lanjutan dengan:(a) menghilangkan warna pada larutanekstrak Lempuyang Wangi (Zingiberaromaticum Val.) atau (b) menggunakanekstrak Lempuyang Wangi (Zingiberaromaticum Val.) tetapi dengan jenislarva nyamuk yang berbeda.

    DAFTAR PUSTAKA

    Annaria S. 2005. Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam pada Daun Melur (Bruceajavanica L. Mess). Fakultas MIPA Universitas Negeri Padang. DiaksesTanggal 16 Juli 2010. http://kimia.unp.ac.id/?p=92.Id.html.

    Boesri H, Suwasono H, Buwono, D.T, dan Raharjo. 2001. Pengaruh Pengabutan Alphacypermethrin 30 EC dan Lambda Sihalothrin 25 EC Terhadap Larva Aedesaegypti. Cermin Dunia Kedokteran. Vol.41. No. 131.

    Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Diakses tanggal 23 maret2010. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202008.pdf

    Departemen Kesehatan RI. 2009. Program Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan. Diakses tanggal 23 maret 2010. http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/p2pl/pl/Profil_PL_2009.pdf

    Farida W.R, Pratiwi dan Semiadi G. 2000. Tanin dan Pengaruhnya pada Ternak.Peternakan dan Lingkungan. Vol.06 No.03 Hal: 66-70.

    Gunawan, D dan Sri, M. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Depok: PenebarSwadaya.

    Hidayat M.C, Santoso L, dan Suwasono H. 1997. Pengaruh pH Air Perindukanterhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Aedes aegypti Pra Dewasa. CerminDunia Kedokteran. No. 119 Hal: 49.

    Nadesul, H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta: PT KompasMedia Nusantara.

  • Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 78-8888

    Nopianti, S. 2008. Efektifitas Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)Terhadap Kematian Larva Nyamuk Anopheles aconitus Instar III tahun 2008.Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

    Praktiknya AW. 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

    Satari H. I dan Mila M. 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah dan di Rumah Sakit.Depok: Puspa Swara.

    Siregar, F. A. 2004. Epidemiologi dan Pembe-rantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) diIndonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.Diakses tanggal 1 November 2009. http://www.USU digital library. co.id/Dr.Faiziah=Epidemiologi-dan-Pemberantasan-DBD.html.

    Soedarmo, S.S.P. 2005. Demam Berdarah Dengue pada Anak. Jakarta: UI-Press.

    Sumilih, S. 2009. Laporan Praktikum Teknik Entomologi. Surakarta : UniversitasMuhammadiyah Surakarta.

    Syamsuhidayat S.S dan Johnny R.H. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. BadanPenelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan R.I.

    Widoyono. 2008. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.

    Wulandari, W.R. 2007. Efek Larvasida Ekstrak Rimpang Zingiber aromaticum(Lempuyang wangi) terhadap Larva Aedes aegypti. Yogyakarta: FakultasKedokteran. Universitas Gadjah Mada.

    World Health Organization. 2005. Guiedlines For Laboratory and Field Testing OfMosquito Larvacides . Diakses tanggal 31 Maret 2010. http://whglibdoc.who.int/hg/2005WHOPESGCDPP2005.13.pdf.