29
LP Bronchitis BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490). Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran. (Ngastiyah, 1997 ) Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran pernapasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)

91695931 LP Bronchitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

Page 1: 91695931 LP Bronchitis

LP Bronchitis

BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

1.      DEFINISI

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang

minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada

pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain

(Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus.

Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa

bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi

bronkitis ikut memegang peran. (Ngastiyah, 1997 )

Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri,

tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran pernapasan atas atau bersamaan

dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,

Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)

Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi

kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan

diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri,

walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama. (Taussig, 1982; Rahayu,

1984)

2.      EPIDEMOLOGI

        Bronkitis akut yang umumnya dialami anak - anak        Bronkitis kronik terjadi pada 20 - 25% laki - laki 40 - 65 tahun

3.      ETIOLOGI

Page 2: 91695931 LP Bronchitis

Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan

polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.

a.       Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab

utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP

(volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia

kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat

menyebabkan bronkostriksi akut.

b.      Infeksi

Infeksi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian

menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah Hemophilus

influenza dan streptococcus pneumonie.

c.       Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok

resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis yaitu zat – zat

pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

d.      Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita

defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan

secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan

pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

e.       Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin

disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

4.      TANDA DAN GEJALA

Keluhan

Page 3: 91695931 LP Bronchitis

a.      Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang

hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.

b.      Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan

kental.

c.       Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda – tanda

payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.

d.      Pemeriksaan fisik

Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang-kadang terdengar ronchi pada

waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu

ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda-tanda overinflasi paru

seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas

paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah,

kadang-kadang disertai kontraksi otot-otot pernafasan tambahan.

5.      PATOFISIOLOGI

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan

peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan

gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus

tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchioles

tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara

lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia

dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya

sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di

bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional

serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini

mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah

besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

6.      PATHWAY

Merokok

Infeksi

Page 4: 91695931 LP Bronchitis

Polusi udara

Factor social ekonomi

Invasi kuman ke jalan nafas

alergen 

Fenomena infeksi

aktivasi IG. E 

memperlambat aktifitas pelepasan silia dan pagositosis peningkatan histamin

kurang

pengetahuan

timbunan mukus me ansietas edema mukosa

 

mekanisme pertahanan perubahan status

sel goblet

sendiri melemah kesehatan menghasilkan mukus

 

iritasi mukosa bronkus Bersihan Jalan peningkatan

Nafas Tidak Efektif akumulasi sekret penyebaran bakteri/virus

Page 5: 91695931 LP Bronchitis

ke seluruh tubuhbakterimia/viremia batuk produktif penyempitan

jalan nafas

hipetermi me laju metabolisme nyeri shortness

demam tubuh umum of breath

 

Gangguan

mual muntahdemam malaise rasa nyaman anoreksia

Gangguan Intoleransi penggunaankeseimbangan Aktivitas nafsu makan menurun otot nafas

cairan G. kebutuhan nutrisi G. pola nafas

kurang dari keb. tubuh tidak efektif

7.      KLASIFIKASI

a. Bronkitis Akut

Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit

saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai

b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang

Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab

dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan

atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik

dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas

Page 6: 91695931 LP Bronchitis

terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan

kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan

diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab

lainnya dari BKB.

Bronkitis kronik dapat dibagi lagi :

1.      Bronkitis kronik biasa adalah batuk berdahak tanpa tersumbatnya pernafasan

2.      Bronkitis asma kronik adalah otot bronkus kejang dan bunyi nyaring sewaktu bernafas.

3.      Bronkitis kronik tersumbat : terjadi pada perokok kuat yang cenderung ke arah mempunyai

parnafasan tersumbat yang kronik dan bersama emfisema.

8.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

a.       Pemeriksaan radiologis

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju

apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru bertambah.

b.      Pemeriksaan fungsi paru

         VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun 4,8 liter).

± Y 3,1 liter, ± XKV (kapasitas vital) : menurun (normal 1,2 liter).

± Y 1,1 liter, ± XVR (volume residu) : bertambah (normal)

         KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 6,0 liter). Y 4,2 liter, X

         KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal 2,2 liter).± Y 1,8 liter, ±

X

c.       Analisa gas darah

Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)

Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

Saturasi hemoglobin menurun. Eritropoesis bertambah.

9.      PENATALAKSAAN MEDIK

Tindakan suportif

Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :

a. Menghindari merokok

b. Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.

Page 7: 91695931 LP Bronchitis

c. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.

d. Nutrisi yang baik.

e. Hidrasi yang adekuat.

f. Terapi khusus (pengobatan)

g. Bronchodilator

h. Antimikroba

i. Kortikosteroid

j. Terapi pernafasan

k. Terapi aerosol

l. Terapi oksigen

m. Penyesuaian fisik

n. Latihan relaksasi

o. Meditasi

p. Menahan nafas

q. Rehabilitasi

10.  PROGNOSIS

Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik

waktu berobat.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih

bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester. Edisi 8, EGC; Jakarta.

Carolin, Elizabeth J, 2002, Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI, Jakarta.

PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, EGC,

Jakarta.

Page 8: 91695931 LP Bronchitis

askep bronkitis pada anakPosted on 01/29/2012 by akper insan husada

1. PengertianSecara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )

Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984)Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.

2. Review Anatomi Fisiologi Sistem PernapasanPernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme .

a. HidungMerupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.

b. FaringMerupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di

Page 9: 91695931 LP Bronchitis

bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.

c. LaringMerupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.

d. TrakeaMerupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.

e. BronkusMerupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

f. Paru-paruMerupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

3. Klasifkasia. Bronkitis AkutBronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai.

b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk BerulangBronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB.

4. EtiologiPenyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus.

Page 10: 91695931 LP Bronchitis

Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :

a. Spesifik1) Asma2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.5) Sindrom aspirasi.6) Penekanan pada saluran napas7) Benda asing

Kelainan jantung bawaan9) Kelainan sillia primer10) Defisiensi imunologis11) Kekurangan anfa-1-antitripsin12) Fibrosis kistik13) Psikis

b. Non-spesifik1. Asap rokok2. Polusi udara3. Patofisiologi

c. Virus(penyebab tersering infeksi) – Masuk saluran pernapasan – Sel mukosa dan sel silia – Berlanjut – Masuk saluran pernapasan(lanjutan) – Menginfeksi saluran pernapasan – Bronkitis – Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir – Pilek 3 – 4 hari – Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) – Riak jernih – Purulent – Encer – Hilang – Batuk – Keluar – Suara ronchi basah atau suara napas kasar – Nyeri subsernal – Sesak napas – Jika tidak hilang setelah tiga minggu – Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)

6. Tanda dan gejalaMenurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis- Pada paru didapatkan suara napas yang kasarMenurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu :- Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien murang istirahat- Daya tahan tubuh klien yang menurun

Page 11: 91695931 LP Bronchitis

- Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik- Kesenangan anak untuk bermain terganggu- Konsentrasi belajar anak menurun

7. Komplikasia. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronikb. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapatterjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumoniac. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksid. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

8. Pemeriksaan Penunjanga. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemiab. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

9. Penatalaksanaana. Tindakan PerawatanPada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir- Sering mengubah posisi- Banyak minum- Inhalasi- Nebulizer- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perludiberikan minum susu atau makanan lain

b. Tindakan Medis- Jangan beri obat antihistamin berlebih- Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial- Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari- Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

10. PencegahanMenurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.- Membatasi aktivitas anak- Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya- Hindari makanan yang merangsang- Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat- Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan- Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

Page 12: 91695931 LP Bronchitis

A. Pengertian

Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut. Kondisi ini terutama berkaitan dengan perokok sigaret atau pemajan terhadap polutan. Pasien mengalami peningkatan kerentanan terhadap terjadinya infeksi saluran pernafasan bawah. (Baughman, Diane C.2000:63).Bronkitis adalah suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai oleh produksi mucus berlebihan disaluran nafas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut. (Corwin, Elizabeth. J. 2001:435).Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.

B. Klasifikasi

a. Bronkitis Akut Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru

Page 13: 91695931 LP Bronchitis

dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB.

C. Etiologi Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.a. RokokMenurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.b. InfeksiEksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.c. PolusiPolusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

d. KeturunanBelum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.e. Faktor sosial ekonomiKematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.Sedangkan etiologi pada Bronkitis Kronik menurut //harnawatiaj. wordpress. Com /2008/ 03 /27 /askep-bronkitis/ sebagai berikut : a. Spesifik 1) Asma2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis). 3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur. 4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis. 5) Sindrom aspirasi. 6) Penekanan pada saluran napas 7) Benda asing 8) Kelainan jantung bawaan

Page 14: 91695931 LP Bronchitis

9) Kelainan sillia primer 10) Defisiensi imunologis 11) Kekurangan anfa-1-antitripsin 12) Fibrosis kistik13) Psikis

b. Non-spesifik 1. Asap rokok 2. Polusi udara

D. Manifestasi Klinis

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu : a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar.

Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu : a) Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien murang istirahat b) Daya tahan tubuh klien yang menurunc) Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik d) Kesenangan anak untuk bermain terganggue) Konsentrasi belajar anak menurun

E. Komplikasi

a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronikb. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumoniac. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksid. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

F. PatofisiologiPenemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah

Page 15: 91695931 LP Bronchitis

industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.Mucus berfungsi sebagai tempat persemaian mikro oganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan.Virus : (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)

Pathway

asap rokok,

G. Asuhan Keperawatana. Pengkajian.Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis kronis :a). Aktivitas/istirahat

Page 16: 91695931 LP Bronchitis

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari, Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada saat istirahat.Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa otot.b). SirkulasiGejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, Distensi vena leher, Edema dependent, Bunyi jantung redup, Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis, Pucat, dapat menunjukkan anemi.c). Integritas EgoGejala : Peningkatan faktor resiko, Perubahan pola hidupTanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.d). Makanan/cairanGejala : Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan, penurunan berat badan, peningkatan berat badan.Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan berat badan, palpitasi abdomen.e). HygieneGejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhanTanda : Kebersihan buruk, bau badan.f). PernafasanGejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, episode batuk hilang timbul.Tanda : Pernafasan biasa cepat, penggunaan otot bantu pernafasan, bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas ronchi, perkusi hyperresonan pada area paru, warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.g). KeamananGejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, adanya / berulangnya infeksi.h). SeksualitasGejala : Penurunan libidoi). Interaksi socialGejala : Hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat, penyakit lama/ketidakmampuan membaik.Tanda :Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasanKeterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.b. Pemeriksaan diagnostica. Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.b. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.c. TLC : Meningkatd. Volume residu : Meningkat.

Page 17: 91695931 LP Bronchitis

e. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.f. GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.g. Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa.h. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.i. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.j. Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbon dioksida arteri.k. Polisetemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi akibat hipoksia kronik yang disertai sianosis, menyebabkan kulit berwarna kebiruan.c. Pemeriksaan fisikPada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda – tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang – kadang disertai kontraksi otot – otot pernafasan tambahan.

d. Pemeriksaan RadiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru bertambahe. Diagnosa keperawatan1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sekret.2. Kerusakan pertukaran gas b.d obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.3. Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d dispnoe, anoreksia, mual muntah.5. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d menetapnya sekret, proses penyakit kronis.

F. IntervensiDiagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.Intervensi :a. Auskultasi bunyi nafas.Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.

Page 18: 91695931 LP Bronchitis

c. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibirRasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.d. Observasi karakteristik batukRasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahane. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hariRasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.Diagnosa 2 : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.Tujuan:Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.Intervensi :a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.b. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.c. Auskultasi bunyi nafas.Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi.c. Awasi tanda vital dan irama jantungRasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.d. Awasi GDARasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.e. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDARasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.Diagnosa 3 : Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.Intervensi : a. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibirRasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.b. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahatRasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.c. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskanRasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.Diagnosa 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d dispnoe, anoreksia, mual

Page 19: 91695931 LP Bronchitis

muntah.Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.Intervensi : a. Kaji kebiasaan diet.Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.b. Auskultasi bunyi ususRasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.c. Berikan perawatan oralRasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.d. Timbang berat badan sesuai indikasi.Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.e. Konsul ahli giziRasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.Diagnosa 5 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggiIntervensi : a. Awasi suhu.Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.b. Observasi warna, bau sputum.Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.c. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.Rasional : mencegah penyebaran patogen.d. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.e. Berikan anti mikroba sesuai indikasiRasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.G. ImpelementasiPada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)H. Evaluasi.

Page 20: 91695931 LP Bronchitis

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawat

I. DAFTAR PUSTAKAC, Barbara Long. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 2. 1996. Yayasan IAPK Pajajaran : Bandung. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media Aesculapius : Jakarta. E, Marilynn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice C. Geissler. Rencana Asuhan Keperawatan. 1999.EGC : Jakarta. Juall, Lynda Carpenito. Buku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. 2000. EGC : Jakarta. Baughman, Diane C & Joann C. Hackley.2000.Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku dari Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGChttp://asuhan-keperawatan.blogspot.com/2006/05/bronkitis-pada-anak.htmlhttp://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-bronkitis/

Page 21: 91695931 LP Bronchitis