38
REFRAT KWASHIORKOR PENDAHULUAN Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur lima tahun (balita) serta pada ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan Riskesdas 2007, 13% balita menderita gizi kurang dan 5,4% balita menderita gizi buruk. Pada Risdesdas 2010, 13% balita menderita gizi kurang sedangkan angka gizi buruk turun menjadi 4,9% 1,2 . Berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energi protein, MEP diklasifikasikan menjadi MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan MEP derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang belum menunjukkan gejala klinis yang khas, hanya dijumpai gangguan pertumbuhan dan anak tampak kurus. Pada gizi buruk, di samping gejala klinis didapatkan kelainan biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmik kwashiorkor, walaupun demikian penatalaksanaannya sama 2 . Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung kronis. Anak penderita kwashiorkor secara umum mempunyai ciri- 1

92761988-Kwashiorkor

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kwashiorkor

Citation preview

REFRAT KWASHIORKOR

PENDAHULUANMalnutrisi energi protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur lima tahun (balita) serta pada ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan Riskesdas 2007, 13% balita menderita gizi kurang dan 5,4% balita menderita gizi buruk. Pada Risdesdas 2010, 13% balita menderita gizi kurang sedangkan angka gizi buruk turun menjadi 4,9% 1,2.Berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energi protein, MEP diklasifikasikan menjadi MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan MEP derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang belum menunjukkan gejala klinis yang khas, hanya dijumpai gangguan pertumbuhan dan anak tampak kurus. Pada gizi buruk, di samping gejala klinis didapatkan kelainan biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmik kwashiorkor, walaupun demikian penatalaksanaannya sama 2.Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung kronis. Anak penderita kwashiorkor secara umum mempunyai ciri-ciri pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites 3,4.Pentingnya memperhatikan asupan makanan bagi anak harus disadari oleh semua orang tua agar tidak terjadi defisit kronis yang menyebabkan kwashiorkor. Di sisi lain orang tua tidak semua paham akan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan anak. Orang tua juga perlu mengetahui ciri-ciri bila anak menderita kwashorkor dan memerlukan tindakan kuratif 3,4.Klasifikasi MEP berdasarkan WHO-NCHSMenurut pengukuran berat badan:a. MEP Ringan (BB/U) 70-80% atau (BB/TB) 80-90%b. MEP Sedang (BB/U) 60-70% atau (BB/TB) 70-80%c. MEP Berat (BB/U) -2 SD2. Tumbuh Kembang:a. Memantau status gizi secara rutin dan berkalab. Memantau perkembangan psikomotor3. EdukasiMemberikan pengetahuan pada orang tua tentang:a. Pengetahuan gizib. Melatih ketaatan dalam pemberian dietc. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk1. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB -2 SD dapat dikatakan anak sembuh2. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjukan di rumah setelah penderita dipulangkanBeri contoh kepada orang tua:1. Menu dan cara membuat makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang padat, sesuai dengan umur, berat badan anak.2. Terapi bermain terstuktur

Sarankan:1. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai dengan umur anak2. Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur:Bulan I: 1x/mingguBulan II: 1x/2 mingguBulan III-IV: 1x/bulan3. Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)4. Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur)

Langkah Promotif/PreventifMalnutrisi energi protein merupakan masalah gizi yang multifaktorial. Tindakan pencegahan bertujuan untuk mengurangi insidens dan menurunkan angka kematian. Oleh karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, maka untuk mencegahnya dapat dilakukan beberapa langkah, antara lain 6:a. Pola MakanPenyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah karbonhidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat badan)b. Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala (sebulan sekali pada tahun pertama)c. Faktor sosialMencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah berlangsung secara turun-temurun dan dapat menyebabkan terjadinya MEP.d. Faktor ekonomiDalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat lanjutannya. Ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di samping kuantitasnya.e. Faktor infeksiTelah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP, walaupun dalam derajat ringan, menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. www.diskes.jabarprov. go.id/download.php?title=RISKESDAS%202010

2. Behrman, L. Richard dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk: Buku II. Jakarta: Departemen Kesehatan.

4. Hidajat, Irawan dan Hidajati. Pedoman Diagnosis dan Terapi: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: RSU dr. Soetomo.

5. Golden M.H.N., 2001. Severe Malnutrition. Dalam: (Golden MHN ed). Childhood Malnutrition: Its consequences and mangement. What is the etiology of kwashiorkor? Surakarta: Joint symposium between Departement of Nutrition & Departement of Paediatrics Faculty of Medicine, Sebelas Maret University and the Centre for Human Nutrition, University of Sheffielob UK, 1278-1296.

6. Pudjiadi, Hegar, Handryastuti dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: IDAI

7. Puone T, Sanders D, Chopra M,. 2001. Evaluating the Clinical Management of Severely Malnourished Children. A Study of Two Rural District Hospital. Afr Med J 22: 137-141.

8. Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph. Jakarta: EGC

9. M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC

10. WHO. 1999. Management of Severe Malnutrition: a Manual for Physicians and Other Senior Health Workers. Geneva: World Health Organization

11. WHO Indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten. Jakarta: WHO Indonesia.26