137
SKRIPSI PENGARUH TINDAKAN PENCEGAHAN, PENDETEKSIAN DAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP UPAYA MEMINIMALISASI KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN Di Susun Oleh MUHAMMAD IQBAL 2060 8200 3999 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

SKRIPSI

PENGARUH TINDAKAN PENCEGAHAN, PENDETEKSIAN

DAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP UPAYA MEMINIMALISASI KECURANGAN DALAM LAPORAN

KEUANGAN

Di Susun Oleh

MUHAMMAD IQBAL 2060 8200 3999

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010

Page 2: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 3: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 4: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 5: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Iqbal

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 21 Juni 1988

Alamat : Jln. Penggilingan Raya

Gg. Merpati Rt 004 / 04 No.31

Kec.Cakung Kel PuloGebang

Penggilingan – Jakarta Timur

No. Tlp / Hp : 021 4806076 / 085768091118

Email : [email protected]

Pendidikan Formal :

1. Taman Kanak-Kanak Al Amin Jakarta 1993 - 1994

2. Sekolah Dasar Negeri Pulo Gebang 011 Pagi Jakarta 1994 - 2000

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Pesantren Modern Terpadu Prof. Dr. Hamka

Padang- Sumatra Barat 2000 - 2003

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bukittinggi - Sumatra Barat 2003 - 2006

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2006 - 2010

Pendidikan Informal

1. Pendidikan Bahasa Inggris

(Basic – Intermediate) di LBI LIA di Bukittinggi - Sumatra Barat

2003 - 2006

2. Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer di SMAN 2 Bukittinggi

2003 – 2006

Page 6: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

v

3. Pelatihan Audit Investigatif Kerja Sama UIN Jakarta - KPK

2008

4. Pelatihan ISO 9001 : 2000

2009

5. Pendidikan Bahasa Inggris LPIA Buaran- Jakarta (Conversation I)

2010

Pengalaman Organisasi

1. Anggota Praja Muda Karana (PRAMUKA) SLTP PMT Prof. Dr. Hamka periode

2000 - 2003 di Padang – Sumatra Barat

2. Divisi Keagamaan OSIS SMAN 2 Bukittinggi periode 2003-2004

3. Wakil Ketua Sanggar Konsultasi Remaja (SKR) SMAN 2 Bukittinggi periode

2004 – 2005

4. Ketua OSIS SMAN 2 Bukittinggi periode 2005-2006

5. Divisi Kesenian dan Olahraga (KESORGA) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta periode 2006-2007

6. Wakil Ketua Pelaksana FEIS Anniversary ke – 7 periode 2007-2008

7. Latihan Dasar Kepemimpinan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang

Ciputat Periode 2006 – 2010

8. Pengurus Komisariat Fakultas HMI Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Jakarta

periode 2007-2008

9. Kader Partai Reformasi Mahasiswa (PARMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

periode 2006–2010

10. Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) Ekonomi dan Ilmu Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2009–2010

11. Pengurus Pemuda Remaja Masjid (PRISMA) Raya Al Azhar Pulo Gebang Jakarta

Timur periode 2009-2010

Page 7: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 8: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

v

ABSTRACT

This research aims to analylize the preventive act, detection and investigation audit for fraud minimum. This research uses primary data in distributing questionnaires, which conducted in Jakarta with auditor respondents who worked in the Office of Public Accountant, Anti Corruption Committee, Public Service Agencies Islamic University of Nation Syarif Hidayatullah Jakarta. Determination of sample is done using convenience sampling. Thera are sixty five questionnaires distributed, but only fifty questionnaires return. Analyzing the data for hypothesis testing is done by multiple regressions tests.

The result of this research show two variable are detection and investigation audit resulit the positive significant and one variable is prevention act the result negative significant.

Keywords: Preventive act, Detection, Investigation Audit and Fraud Minimun Fraud

Page 9: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

vi

ABSTRAK

Penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit investigatif terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan. Pada penelitian ini digunakan data primer yang penyebaran kuesionernya dilakukan di Jakarta dengan responden dari auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Layana Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan convenience sampling. Kuesioner ynag disebarkan berjumlah enam puluh lima akan tetapi hanya lima puluh yang kembali. Penganalisaan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bahwa tindakan pendeteksian dan audit investigatif berpengaruh signifikan positif sedangankan tindakan pencegahan berpengaruh signifikan negatif.

Kata kunci: Tindakan Pencegahan, Pendeteksian, Audit Investigatif dan Meminimalisasi Kecurangan

Page 10: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Tiada pantas kata yang terucap dari mulut manis ini kecuali kalimat syukur

Alhamdulillah. Nikmat yang telah diberikan kepada saya, sehingga pada saat

sekarang ini banyak diberi kesempatan, seperti memandang indahnya langit,

kemudian mendapatkan pendidikan dengan layak hingga mendapatkan tenaga

pengajar yang berkompetensi di bidangnya masing-masing dan pada akhirnya saya

akan berusaha untuk menyelesaikan proposal ini untuk mengajukan judul skiripsi

yang akan diajukan sebagai syarat disetujuinya saya dalam melakukan penelitian dan

menyelesaikan tulisan skripsi ini.

Penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan proses penulisan skripsi ini sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Tindakan

Pencegahan Pendeteksian dan Audit Investigatif terhadap Upaya

Meminimalisasi Kecurangan dalam Laporan Keuangan. Semoga Allah SWT

membalas semua kebaikannya dengan balasan yang lebih mulia, yaitu:

1. Untuk Mamaku tersayang, kakakku tercinta Uni Zil, Da Dedi dan Uni Za

yang telah memberi dukungan moral, materil dan doa.

2. Persembahan special Untuk almarhum papaku tersayang Nasri. SH.

Page 11: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

viii

3. Keluarga Besar Umi Sa`adah Sidik yang selalu mengingatkan dan memotivasi

Mak Dang, Mak Tuo, Ibu Affif, Angah, Mak Laut, Mak Puk, Om Dodi, Om

Am, dan Tante Reno serta semua kakak sepupuku Da Raf, Da Wis, Da Andi,

Mas Kusno, Uni Riri, Uni Rini, Kak Taufiqi dan semuanya yang sudah

memberikan waktunya untuk bertukar pikiran.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

yang telah mengajarkan mata kuliah Metodologi Penelitian.

5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pudek I Akademik dan dosen

Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam

menulis Skripsi ini.

6. Ibu Rini, SE, Ak. Msi selaku dosen Pembimbing II Skripis yang telah

banyak membantu peneliti dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab

yang tinggi memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan Skripsi

ini.

7. Seluruh staff pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada umumnya dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada

khususnya yaitu pak alfreed dan mas aziz yang sering direpotkan peneliti.

8. Teman-teman seperjuangan yang telah meluangkan waktunya untuk bertukar

pikiran Edi, Sri, Anggi, Berly, Dwino, Ika, Indah, Sari, Hamid, Abe, Wildan,

Wahyu, Ibin, Sugeng, Danang, Batak, Kiong, Ipay, Icam, Gesang, Arya dan

semuanya teman-teman yang tidak bisa disebutkan semuanya.

Page 12: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

ix

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, tetapi besar harapan

peneliti Skripsi ini dapat memberi manfaat kepada seluruh mahasiswa Akuntansi se-

Indonesia pada umumnya dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah pada khususnya.

Dan akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

mendukung saya baik moral dan materil. Terlebih lagi kepada Bapak / Ibu

pembimbing, Dosen pengajar mata-mata kuliah yang telah memberikan kami ilmu

dan modal untuk meraih masa depan, keluarga beserta teman-teman yang sudah

memberikan saya motivasi, kritik, saran dan masukan kepada saya untuk

menyelesaikan proposal ini. Semoga Skripsi ini dapat memberi manfaat kepada

seluruh mahasiswa Akuntansi se-Indonesia pada umumnya dan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada khususnya.

Jakarta, 10 Maret 2010

Penulis

Muhammad Iqbal

Page 13: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

xi

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................... i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................ ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ......................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. iv ABSTRACT ............................................................................................. v ABSTRAK ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR.................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii DARTAR GAMBAR ............................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 6

1. Tujuan Penelitian ............................................................. 6 2. Manfaat Penelitian ...........................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ...................................................................... 8

1. Pengertian Kecurangan (Fraud) ....................................... 8 2. Pohon Kecurangan (Fraud Tree) ...................................... 9 3. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangel) ............................. 14 4. Faktor-Faktor Pendorong terjadinya Kecurangan ............. 17 5. Faktor Pemicu Kecurangan .............................................. 20 6. Gejala Adanya Kecurangan .............................................. 22 7. Pelaku Kecurangan .......................................................... 24 8. Tipe Korban Kecurangan (victims) ................................... 25

B. Tindakan Pencegahan dalam Meminimalisasi Kecurangan..... 26 1. Pengertian Tindakan Pencegahan .................................... 27 2 Tindakan Pencegahan ..................................................... 28

a. Membangun Struktur Pengendalian Intern yang Baik ..... 28 b. Mengefektifkan Aktivitas Pengendalian ..................... 31

Page 14: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

xii

c. Meningkatkan Kultur Organisasi ..................................... 32 d. Mengefektifkan Fungsi Internal Audit ............................. 34

C. Pendeteksian Kecurangan ...................................................... 37 1. Pengertian Pendeteksian ................................................. 37 2. Objek Pendeteksian ........................................................ 38

D. Audit Investigatif .................................................................. 44 1. Pengertian Audit Investigatif .......................................... 44 2. Tujuan Adanya Audit Investigatif ................................... 45 3. Investigatif dengan Teknik Audit .................................... 47 4. Prinsip-Prinsip Investigatif ............................................. 52 5. Tahap-Tahap Audit Investigatif ...................................... 53 6. Laporan Audit Investigatif .............................................. 56 7. Menjelaskan Audit Investigasi Kedalam Bahasa Hukum 56

E. Kerangka Pemikiran .............................................................. 57 F. Pengembangan Hipotesis ....................................................... 59 G. Tinjauan Penelitian Sebelumnya ............................................ 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 61 B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 61 C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 61 D. Metode Analisis ..................................................................... 62 E. Uji Instrumen Penelitian......................................................... 63

1. Uji Validitas ................................................................... 63 2. Uji Reliabilitas ............................................................... 63

F. Uji Hipotesis .......................................................................... 64 1. Uji Asumsi Klasik .......................................................... 64

a. Uji Multikolonieritas .................................................. 65 b. Uji Heterokedastisitas ................................................ 65 c. Uji Normalitas ........................................................... 66

2. Pengujian Hipotesis ........................................................ 66 a. Uji Koefisien Determinasi .......................................... 67 b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) . 67 c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .................. 68

Page 15: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

xiii

G. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuranya .................. 68 1. Tindakan Pencegahan ..................................................... 68 2. Pendeteksian Kecurangan ............................................... 69 3. Audit Investigatif ............................................................ 69 4. Dalam Meminimalisasikan Kecurangan Terhadap Penya-

Laporan Keuangan ......................................................... 70 5. Operasional Variabel Penelitian ....................................... 71

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 73 B. Penemuan dan Pembahasan .................................................. 75

1. Deskriptif Demografi Responden .................................... 75 2. Uji Kualitas Data ............................................................ 78

a. Uji Validitas ............................................................... 78 b. Uji Reliabilitas ............................................................ 82

3. Uji Asumsi Klasik .......................................................... 84 a. Uji Multikolinearitas .................................................. 84 b. Uji Heteroskedastisitas ............................................... 85 c. Uji Normalitas ........................................................... 87

4. Uji Hipotesis .................................................................. 89 a. Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................. 89 b. Hasil Uji t .................................................................. 90 c. Hasil Uji F ................................................................. 93

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan .......................................................................... 103 B. Implikasi .............................................................................. 104 C. Saran .................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 105 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 16: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

xiii

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.3 Fraud Examination 49

3.1 Operasional Variabel Penelitian 77

4.1 Nama Instansi dan Wilayah 80

4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner 82

4.3 Jabatan Responden 83

4.4 Jenis Kelamin Responden 83

4.5 Pendidikan Responden 84

4.6 Lama Berprofesi sebagai Auditor 85

4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Tindakan Pencegahan 86

4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian 87

4.10 Hasil Uji ValiditasVariabel Audit Investigatif 88

4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Meminimalisasi Kecurangan 89

4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Gabungan 90

4.13 Hasil Uji Multikolinearitas 92

4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi 97

4.17 Hasil Uji t 98

4.18 Hasil Uji F 100

Page 17: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Pohon Kecurangan 13

2.2 Segitiga Kecurangan 17

2.4 Kerangka Pemikiran 65

4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas 93

4.15 Hasil Uji Normalitas 95

Page 18: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan adalah salah media informasi yang sangat penting

untuk mengetahui kenerja suatu perusahaan. Karena laporan keuangan yang

wajar adalah laporan keuangan yang mememenuhi Standar Akuntansi

Keuangan. Yaitu laporan keuangan yang penyajian laporan keuangan yang

disajikan secara wajar, relevan dan transparan (Mulyadi dan Puradiredja,

1998:3). Pihak manajemen sebagai pengendali struktur control sangat

bertanggung jawab atas kegiatan transaksi apapun yang berlangsung di sebuah

perusahaan yang dipimpinya dalam satu periode. Tanggung jawab pihak

manajemen terhadap pihak pemegang saham (owner) agar bagaimana laporan

keuangan yang dibuat oleh manajemen dapat disajikan secara wajar. Akan

tetapi masih banyak pada saat sekarang ini perusahaan-perusahaan di

Indonesia ataupun di luar negeri yang belum menyajikan laporan keuangan

secara wajar.

Seperti contoh beberapa kasus di Indonesia pada saat sekarang yang

sedang hangat dibahas oleh beberapa pakar ekonom di Indonesia seperti

Prof.Dr.Rizal Ramli, Pande Radja Silalahi dan pada saat ini beberapa anggota

Pansus seperti Akbar Faisal (anggota Pansus dari F-Hanura), Hendrawan

Suprayitko (anggota Pansus dari F-PDI Perjuangan), Agus Hermanto (anggota

Pansus dari F-Demokrat) tentang Skandal Bank Century. Pada saat sekarang

ini mereka sedang membicarakan masalah Skandal Bank Century dan data-

Page 19: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

2

data yang sedang dikumpulkan berkaitan dengan Bill Out kucuran dana 6.7

Trilliun lewat Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) yang dikucurkan

dana Penyertaan Modal Sementara (PMS) oleh BI melalui LPS kepada Bank

Century. Bank Indonesia sebagai Bank Central yang mengawasi serta

memberikan kebijaksanaan atas pantas tidak pantasnya suatu bank yang

diberikan bantuan (Haryono Umar, 2009). Sedangkan beberapa contoh kasus

diluar negeri seperti di Perusahaan di Amerika adalah kasus Enron yang

menyebabkan kebangkrutan berjumlah 70 milliar hilang dalam kapitalisasi

pasar yang sangat besar bagi signifikan jumlah investor, karyawan dan

pensiunan. Kasus lainnya adalah Worldcom, Global Crossing, Lucent, Xerox,

Cendant, Adelphia, dan Tyco.

Beberapa kasus inilah yang memaksa auditor internal dan eksternal untuk

mengembangkan teknik pemeriksaan terhadap kecurangan. Salah satu gagasan

yang dilemparkan oleh Panel on Audit Effectiveness dari AICPA yaitu auditor

hendaknya melaksanakan sejenis tindakan preventif, audit investigatif,

pemeriksaan forensik dalam setiap auditnya untuk meningkatkan prospek

dalam mendeteksi kecurangan. Oleh karena itu, profesi akuntan telah memulai

perubahan dari pengujian ”hal yang tidak biasa (irregulariries)” menjadi

pengujian terhadap kecurangan (fraud). Perubahan ini tentu saja telah

mengakibatkan perubahan prosedur audit seperti bagaimana mengembangkan

teknik-teknik untuk menemukan pola kecurangan yang sangat potensial

melalui pengembangan profil seseorang yang diduga sebagai pelaku serta

melakukan tes detail atau prosedur substantif secara akurat, dengan tidak

Page 20: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

3

hanya menyandarkan diri terhadap tes pengendalian saja. Dalam mengungkap

tindak kejahatan ekonomi termasuk didalamnya tindak pidana korupsi, kerja

sama antara akuntan dengan penegak hukum saat ini bukan hanya penting

tetapi telah menjadi keharusan. Para penyidik tindak pidana korupsi harus

mempelajari bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk memperkuat

kasus yang disidik, di sisi pihak akuntan harus mengerti dan memahami data-

data keuangan apa saja yang dapat diterima menurut hukum.

Mulai dari hal inilah penulis mempunyai gagasan, sebenarnya apa yang

terjadi dengan hukum di negara ini. Apa yang membuat para pelaku

kecurangan melakukan tindakan kecurangan. Standar Akuntansi seperti apa

yang harus dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia agar tindakan

kecurangan bisa ditekan. Tindakan pencegahan seperti apa yang harus

dilakukan untuk mengurangi kerugian-kerugian suatu perusahaan. Kalau

memang kecurangan (fraud) itu telah terjadi, pendeteksian dan investigasi

seperti apa yang harus dilakukan oleh auditor internal atau eksternal untuk

mengetahui dimanakah letak kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak

yang tidak bertanggung jawab tersebut. Karena menurut Association of

Certified Fraud Examinations (ACFE), salah satu asosiasi di USA yang

mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan penanggulangan

kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam 3 (tiga) kelompok sebagai

berikut:

Page 21: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

4

1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud). Kecurangan

Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan

oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang

merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial

atau kecurangan non financial.

2. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation). Penyalahgunaan aset

dapat digolongkan ke dalam “Kecurangan Kas” dan “Kecurangan atas

Persediaan dan Aset Lainnya”, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara

curang (fraudulent disbursement).

3. Korupsi (Corruption). Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah

korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU

Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke

dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery),

pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).

Oleh karena seorang auditor harus memahami bagaimana standar audit,

akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku

akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota

maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab

profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional

serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.

Permasalahan yang selanjutnya adalah hukuman (punishment) seperti apa yang

harus diberikan kepada pelaku kecurangan agar mereka jera. Karena berbicara

tentang kecurangan dan hukum kedua aspek ini saling mendukung. Apabila hukum

Page 22: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

5

suatu negara belum begitu kuat, maka para koruptor pun tidak akan jera. Undang-

Undang No.31 tahun 2009, Undang-Undang 20/2001 tentang tindak pidana korupsi

dan Undang-Undang No.30/2002 tentang Komisi Penberantasan Korupsi. Pada

dasarnya permasalahan seperti apa yang sangat mendasar, sehingga kecurangan-

kecurangan di Indonesia sulit sekali untuk dibasmi. Apakah perkembangan Korupsi

di Indonesia dapat dihentikan atau akan terus berkembang.

Oleh karena itulah disini penulis akan membahas tentang tindakan pencegahan

seperti apa yang harus dilakukan untuk meminimalisasi kecurangan. Selanjutnya

tindakan seperti apa yang harus dilakukan seandainya ditemukannya kecurangan dan

pada akhirnya sanksi seperti apa yang harus diberlakukan kepada para pelaku

kecurangan tersebut.

Atas dasar latar belakang diatas, maka skripsi ini peneliti memberi judul

Pengaruh Tindakan Pencegahan, Pendeteksian dan Audit Investigatif Terhadap

Upaya Meminimalisasi Kecurangan dalam Laporan Keuangan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah tindakan pencegahan berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi

kecurangan dalam laporan keuangan.

2. Apakah tindakan pendeteksian berpengaruh terhadap upaya

meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan.

3. Apakah audit investigatif berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi

kecurangan dalam laporan keuangan.

Page 23: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

6

4. Apakah tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit investigatif

berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan

keuangan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang diteliti maka tujuan dan manfaat yang dicapai

oleh peneliti adalah:

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisa pengaruh tindakan pencegahan terhadap upaya

meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan.

b. Untuk menganalisa pengaruh tindakan pendeteksian terhadap upaya

meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan

c. Untuk menganalisa pengaruh audit investigatif terhadap upaya

meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan.

d. Untuk menganalisa pengaruh variabel independen (tindakan

pecegahan, pendeteksian, dan audit investigatif) terhadap upaya

meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan (variabel

dependen).

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan sebagai berikut:

a. Bagi Akademisi

Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh

tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit investigasi terhadap

Page 24: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

7

upaya meminimalisasi kecurangan. Selain itu penelitian ini dapat

memperkaya bahan kajian atau referensi untuk penilitian dimasa yang

akan datang.

b. Bagi Perkembangan Literatur Akuntansi

Penelitian ini memberikan masukan mengenai faktor-faktor apa yang

menyebabkan terjadinya kecurangan dalam penyajian laporan

keuangan serta apa saja yang harus dilakukan apabila kecurangan

terbukti.

c. Bagi Kantor Akuntan Publik

Dengan memahami faktor-faktor apa saja untuk mencegah timbulnya

kecurangan dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila telah

ditemukan adanya bukti-bukti audit yang negatif.

d. Bagi Mahasiswa Akuntansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

mahasiswa khususnya jurusan akuntansi untuk digunakan dalam

penelitian selanjutnya.

e. Bagi Pustaka Akuntansi

Selain bermanfaat bagi berbagai pihak, hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat menambah jumlah koleksi perpustakaan akuntansi

yang ada.

Page 25: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

8

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Kecurangan (Fraud)

Menurut beberapa sumber mendefinisikan istilah kecurangan (fraud) sebagai

berikut :

Blask`s Law Dictionary, mendefinisikan

A misrepresentation made recklessly without belief in its truth to

induce another person to act.

Terjemah :

Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara

ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya

berakibat dapat mempengaruhi orang lain atau menyebabkan orang

lain bertindak dan berbuat.

(G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells, 1993:3)

mendifinisikan kecurangan “Fraud is criminal deception intended to

financially benefit the deceiver“

kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi

manfaat keuangan kepada si penipu.

Kecurangan (fraud)

merupakan penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan

kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan

memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan.

Page 26: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

9

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), menyebutkan

beberapa pasal yang mencakup pengertian fraudsebagai berikut:

a. Pasal 372: Penggelapan (definisi KUHP):

Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang suatu yang

seluruhnya atau sebahagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang

ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan.

b. Pasal 378: Perbuatan Curang (definisi KUHP):

Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat

palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkain kebohongan,

menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu

kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan

piutang.

2. Pohon Kecurangan (Fraud Tree)

Secara skematis, Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)

menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Pohon ini

menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja, beserta

ranting anaknya.

Page 27: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

10

Sumber: Theodorus M, 2007: 98

Gambar 2.1. Pohon Kecurangan

Dalam Pohon kecurangan ini memiliki 3 cabang utama, yaitu: Corruption,

Asset Missaproprition, dan Fraudelent. Namun untuk lebih jelasnya saya

Page 28: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

11

akan menjelaskan masing-masing cabang berserta rantingnya secara

umum.

A. Corruption

Korupsi dalam pengertian ini terdiri dari atas konsep benturan

kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), pemberian

hadiah yang melawan hukum (illegal graduaties), dan pemerasan

(economic extortion)

1. Benturan Kepentingan (Conflict Of Interess)

Ciri-ciri indikasinya adalah:

a. Selama bertahun-tahun. Bukan saja selama pejabat tersebut

berkuasa. Melalui kontrak jangka panjang, bisnis berjalan terus

meskipun pejabat tersebut sudah lengser.

b. Nilai kontraknya relatif mahal ketimbang kontrak yang dibuat

at arm`s length. Dalam bahasa sehari-hari praktek ini dikenal

sebagai mark up atau pengelembungan.

c. Hubungan antara penjual dan pembeli lebih dari hubungan

bisnis. Pejabat atau pengguasa bisa menggunakan sanak

saudaranya (nepotisme) sebagai “orang depan” atau ada

persengkokolan (kolusi) yang melibatkan penyuapan (bribery)

2. Penyuapan (Bribery)

Meliputi sumbangan, pemberian, penerimaan, dan persembahan

sesuatu yang bernilai dengan maksud untuk mempengaruhi suatu

tindakan/official act. Istilah official act mencakup penyuapan yang

Page 29: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

12

dilakukan dengan maksud mempengaruhi keputusan yang dibuat

oleh pegawai atau instansi pemerintah. Pemberian atau hadiah yang

merupakan bentuk terselubung dari penyuapan.

B. Pengambilan Aset (Asset Misappropriation)

Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam “Kecurangan Kas”

dan “Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya”, serta

pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent

disbursement).

Secara ilegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun, dalam

istilah hukum “mengambil“ asset secara illegal (tidak sah) atau

(melawan hukum) yang dilakukan oleh seorang yang diberi wewenang

untuk mengelola atau mengawasi asset, disebut menggelapkan.

1. Skimming

Uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke dalam

perusahaan.

2. Larceny

Penjarahan yang dilakukan uang sudah masuk ke kas perusahaan

dan baru dijarah.

3. Billing Schemes

Skema permainan (schemes) dengan menggunakan proses billing

atau pembebenan penagihan sebagai sarananya.

Page 30: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

13

4. Payroll Schemes

Skema permainan melalui pembayaran gaji dengan adanya

pembayaran pegawai secara fiktif (ghost employee) atau pemalsuan

gaji karyawan.

5. Expense Reimbursement Schemes

Skema permainan pembayaran kembali biaya-biaya, misalnya

biaya perjalanan.

6. Check Tampering

Skema permainan melalui pemalsuan cek. Cek ditanda tangani oleh

orang yang berkuasa terhadap cek tersebut.

C. Fraudulent Statements

Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan

yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material

laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan

ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.

1. Salah Saji Material (misstatements baik overstatements atau

understatements)

a. Menyajikan asset atau pendapatan lebih tinggi dari sebenarnya

(Asset/Revenue Overstatemants)

b. Menyajikan asset atau pendapatan rendah dari yang sebenarnya

(Asset/Revenue Understatemants)

Page 31: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

14

3. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangel)

Segitiga Fraud ini adalah gagasan dari seorang mahasiswa yang bernama

(Donald R.Cressy) yang pada waktu itu dia melakukan penelitian disertasi

doktornya di bidang sosiologi tentang Kriminalitas di Masyarakat.

Sumber: Theodorus M, 2007:106

Gambar 2.2. Segitiga Kecurangan

Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan

(pressure) yang menghimpitnya. Orang ini mempunyai kebutuhan yang

mendesak, yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain. Konsep

yang penting disinilah adalah tekanan yang menghimpit hidupnya (berupa

kebutuhan akan uang), padahal ia tidak bisa berbagi (sharing) dengan

orang lain. Setidak-tidaknya, itulah yang dirasakannya. Konsep ini dalam

bahasa inggris disebut perceived non shareable financial need (Theodorus

M, 2007:107).

Cressy menjelaskan ”ketika para pelanggar kepercayaan ini ditanya:

mengapa di waktu yang lalu anda tidak akan melanggar kepercayaan yang

diberikan yang terkait dengan kedudukan-kedudukan terdahulu, atau

mengapa anda tidak melangar kepercayaan (trust) lainnya yang terkait

Perceived Opportunity

Rationalization Pressure

Fraud Triangle

Page 32: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

15

dengan kedudukan anda sekarang? umumnya jawaban mereka adalah

salah satu di antara: (a) ketika itu belum ada kebutuhan (yang mendesak)

seperti sekarang, atau (b) belum pernah terpikir untuk melalakukan hal

sebelum itu, atau (c) di waktu itu saya menganggap perbuatan itu tidak

jujur, tapi kali ini, tidak demikian halnya.

Bagi pelaku (embezzler), ia tidak bisa berbagi masalah (keuangan) dengan

orang lain, padahal sebenarnya “berbagi masalah dengan orang lain” dapat

membantu mencari pemecahannya. Apa yang bisa diceritakan kepada

orang lain tentu tergantung pada orang tersebut. Namun Cressy mencatat

bahwa ada masalah non keuangan tertentu yang dapat diselesaikan dengan

mencuri uang atau asset lainnya, jadi dengan melanggar kepercayaan yang

terkait dengan kedudukan.

Dari penelitiannya, Cressey juga menemukan bahwa non-shareable

problems yang dihadapi orang-orang yang diwawancarainya timbul dari

situasi yang dapat dibagi dalam enam kelompok:

a. Violation of Ascribed Obligation

Kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan dan

jujurserta mematuhi pedoman profesi prilaku yang ada di perusahan

atau organisasi tempat kita bekerja.

b. Problems Resulting from Personal Failure

Kegagalan pribadi juga merupakan situasi yang dipersepsikan oleh

orang yang mempunyai kedudukan yang dipercaya dalam bidang

Page 33: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

16

keuangan, sebagai kesalahan menggunakan akal sehatnya, dan karena

itu menjadi tanggung jawab pribadinya

c. Physical Isolation

Secara bebas, situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan

dalam kesendirian yang disebabkan banyaknya tekanan masalah dan

tidak mau menceritakan kepada orang lain.

d. Status Gaining

Status ini berbicara tentang kebiasaan buruk yang tidak mau kalah dari

para tetangga (pesaing). Pelaku berusaha mempertahankan status dan

meningkatakan statusnya.

e. Employer-employee Relations

Situasi keenam ini mencerminkan kesalahan (atau kebencian) seorang

pegawai yang menduduki jabatan yang sedang dipegangnya sekarang.

Tetapi pada saat yang sama ia merasa tidak ada pilihan kecuali ia harus

tetap bekerja (Theodorus M, 2007:110).

Cressy berpendapat, ada dua komponen dari persepsi tentang peluang ini.

Pertama, general information yang merupakan pengetahuan tentang bahwa

kedudukan yang mengandung trust atau kepercayaan, dapat dilanggar

tanpa konsekuensi. Pengetahuan dapat diperoleh dari apa yang ia dengar

dan apa yang ia lihat, misalnya dari pengalaman orang lain yang

melakukan fraud dan tidak ketahuan atau tidak dihukum atau terkena

sanksi atau terkena hukum. Kedua, technical skill atau keahlian

ketrampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan tersebut.

Page 34: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

17

Posisi mereka yang mendapat kepercayaan (trust), khususnya dibidang

keuangan, memungkinkan mereka memanfaatkan general information dan

technical skills yang mereka miliki.

Sisi ketiga dari Fraud Triangle adalah Rationalization atau mencari

pembenaran sebelum melakukan kejahatan, bukan sesudahnya. Mencari

pembenaran sebenarnya merupakan bagian dari kejahatan itu sendiri,

bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan.

Rationalization diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya

yang illegal untuk tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang

dipercaya.

4. Faktor-Faktor Pendorong terjadinya Fraud

Menurut pakar Donald R Cressey, ada faktor-faktor pendorong terjadinya

fraud, yaitu:

a. Niat (Intent)

Merupakan karakteristik yang membedakan kecurangan dengan

kesalahan atau kekeliruan. Pelaku kecurangan berniat melakukan

kecurangan untuk keuntungan dirinya dengan merugikan pihak

lainnya.

b. Pendorong/tekanan (Incentive/Pressure)

Manajemen atau karyawan mungkin memiliki dorongan atau tekanan

yang menjadi alasan melakukan kecurangan. Untuk melakukan

kecurangan lebih banyak tergantung pada kondisi individu, seperti

sedang menghadapi masalah keuangan, kebiasaan buruk seseorang

Page 35: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

18

seperti berjudi dan peminum atau mempunyai harapan/tujuan yang

tidak realistis.

c. Kesempatan (Opportunity)

Keadaan lingkungan yang ada di tempat kerja memberikan kesempatan

untuk melakukan kecurangan yang disebabkan sistem pengawasan

yang lemah.

d. Rasionalisasi/sikap (Rationalization/Attitude)

Beberapa individu memiliki sikap, karakter, atau nilai etika yang

mengikutinya untuk pembenaran melakukan tindakan tak jujur.

Namun Fraud bisa dilihat dari beberapa sisi, yaitu:

a. Berdasarkan Pencatatan

Kecurangan berupa pencurian aset dapat dikelompokan kedalam

tiga kategori:

1) Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti

duplikasi pembayaran yang terancantum pada catatan akuntansi

(fraud open on the books, lebih mudah untuk di temukan):

2) Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi

diantara catatan akuntansi yang valid, seperti: kickback (fraud

hidden n the books)

3) Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan

dapat dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang

dibukukan“, seperti: pencurian uang pembayaran piutang

Page 36: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

19

dagang yang telah dihapus bukukan/di write of (fraud of the

books, paling sulit untuk ditemukan).

b. Berdasarkan Frekuensi

Pengklasifikasikan kecurangan dapat dilakukan berdasarkan

frekuensi terjadinya:

1) Tidak berulang (non repeating fraud). Dalam kecurangan yang

tidak berulang, tindakan kecurangan walaupun terjadi beberapa

kali pada dasarnya bersifat tunggal. Pelaku dapat setiap saat

melakukan kecurangan.

2) Berulang (repeating fraud). Dalam kecurangan berulang,

tindakan yang menyimpang terjadi beberapa kali dan hanya

diawali sekali saja. Selanjutnya kecurangan terjadi terus-

menerus sampai dihentikan.

c. Berdasarkan Konspirasi

Kecurangan dapat dklasifikasikan sebagai:terjadi konspirasi atau

kolusi, tidak terdapat konspirasi,dan terdapat konspirasi parsial.

Pada umumnya kecurangan terjadi karena adanya konspirasi, baik

bona fide maupun psedudo. Dalam Bona Fide Conspiracy, semua

pihak sadar akan adanya kecurangan: sedangkan dalam Pseudo

Conspiracy, ada pihak-pihak yang tidak mengetahui terjadinya

kecurangan.

Page 37: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

20

d. Berdasarkan Keunikan

Kecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokan sebagai

berikut:

1) Kecurangan Khusus (specialized fraud), yang terjadi secara

unik pada orang-orang yang bekerja pada operasi bisnis

tertentu. Seperti contoh :

a) Pengambilan aset yang disimpan deposan pada lembaga-

lembaga keuangan, seperti: bank, dana pensiunan, reksa

dana (disebut juga custodial fraud)

b) Klaim asuransi yang tidak benar.

2) Kecurangan Umum (garden varieties of fraud), yang semua

orang mungkin hadapi dalam operasi bisnis secara umum.

Misalnya:

a) Kickback, penetapan harga yang tidak benar, pesanan

pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari kebutuhan yang

sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang

telah selesai, pembayaran ganda, dan pengiriman barang

yang tidak benar.

5. Faktor Pemicu Kecurangan (Fraud)

Terdapat empat faktor pendorong seorang untuk melakukan kecurangan,

yang disebut juga dengan GONE Theory:

a. Keserakahan (Greed)

b. Kesempatan (Opportunity)

c. Kebutuhan (Need)

Page 38: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

21

d. Pengungkapan (Exposure)

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan

individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan

faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan

dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut faktor

generik/ umum).

1) Faktor Generik

a) Kesempatan (Opportunity) untuk melakukan kecurangan

tergantung pada kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan.

Kesempatan untuk melakukan kecurangan pasti akan selalu ada

setiap kesempatan. Namun secara umum, manajemen suatu

organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar

untuk melakukan kecurangan pada karyawan.

b) Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak

terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama

maupun dengan pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku

kecurangan daripada karyawan.

2) Faktor Individu

Faktor ini melekat pada diri seorang moral, faktor ini berhubungan

dengan keserakahan (greed)

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko ini adalah:

a) Misi/tujuan organisasi/perusahaan, ditetapkan dan dicapai dengan

melibatkan seluruh pihak (Manajemen dan Karyawan)

Page 39: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

22

b) Aturan prilaku pegawai, dikaitkan dengan lingkungan dan budaya

organisasi/perusahaan.

c) Gaya manjemen, memberikan contoh bekerja sesuai dengan misi

dan aturan prilaku dan perilaku yang ditetapkan

organisasi/perusahaan.

d) Praktek penerimaan pegawai, dicegah diterimanya karyawan yang

bermoral tidak baik

Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang

lebih cendrung berhubungan dengan pandangan/pikiran dan

keperluan pegawai/pejabat yang terkait dengan aset yang dimiliki

perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan

(pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang

yang jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan.

Beberapa kemungkinan keterlibatan dalam kecurangan:

a) Lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan.

b) Sistem pengukuran kinerja dan penghargaan.

c) Tidak adanya bantuan konsultasi pegawai.

d) Proses penerimaan karyawan yang tidak fair.

e) Kecorobahan atau tidak hati-hati.

6. Gejala Adanya Fraud

Fraud yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan

dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu perlu

Page 40: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

23

diketahu gejala-gejala yang menunjukan adanya kecurangan tersebut,

adapun gejala tersebut adalah:

a. Gejala Kecurangan pada Manajemen

1) Ketidakcocokan diantara manajemen puncak

2) Moral dan motivasi karyawan rendah

3) Departemen akuntansi kekurangan staf

4) Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari

pihak konsumen, pemasok atau badan otoritas.

5) Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi.

6) Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang

meningkat.

7) Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka

waktu yang lama.

8) Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan.

9) Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuian pada akhir

tahun buku.

b. Gejala Kecurangan pada Karyawan/Pegawai

1) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otoritas manajemen dan

tanpa perincian/penjelasan pendukung.

2) Pengeluaran tanpa dokumen pendukung.

3) Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar.

4) Penghancur, penghilangan, pengerusakan dokumen pendukung

pembayaran.

Page 41: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

24

5) Kekurangan barang yang diterima.

6) Kemahalan harga barang yang dibeli.

7) Faktur ganda

8) Pergantian mutu barang.

7. Pelaku Kecurangan

Pelaku kecurangan di atas dapat diklsifikasikan ke dalam dua kelompok,

yaitu: manejemen dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan

kecurangan biasanya untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang

timbul karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising

from fraudulent financial reporting). Sedangkan karyawan melakukan

kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu, misalnya salah saji yang

berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from

misappropriation of asset).

Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan

ekspetasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul

karena kecurangan terhadap pelaporan laporan keuangan lebuh dikenal

dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti

ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud),

misalnya berupa: manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan

akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian

laporan keuangan. Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja

menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian atau

informasi penting dari laporan keuangan.

Page 42: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

25

Kecurangan penyalahgunaan aktiva biasanya disebut kecurangan

karyawan (employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan

aktiva meliputi penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan

laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi

yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh

karyawan yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena

melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan

serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh salah saji sejenis ini

adalah:

a. Penggelapan terhadap penerimaan kas

b. Pencurian aktiva perusahaan

a. Mark Up harga

b. Transaksi tidak resmi

8. Tipe Korban (Victims)

Terdapat empat kategori utama korban kecurangan, yaitu:

a. Pemegang Saham (Owner)

Pemegang saham sering menjadi korban kecurangan manajemen

(manajemen fraud), yaitu mananjer berusaha secara palsu

meningkatkan laba atau aktiva.

b. Investor

Misalnya investor mengalami kerugian di pasar modal karena tindak

pidana yang dilakukan emiten (insider traiding dan lain-lain).

Page 43: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

26

c. Perusahaan (Enterprise)

Bait organisasi komesial maupun pemerintahan dapat menjadi korban

baik kecurangan internal maupun eksternal.

d. Pelanggan

Organisasi usaha sering mengorbankan pelanggannya melalui

advertensi yang menyesatkan, substitusi produk dan pola yang sejenis.

B. Tindakan Pencegahan Dalam Meminimalisasi Kecurangan

Ibaratkan menangani penyakit, lebih baik mencegah dari pada mengobati,

karena tindakan pencegahan penggunaan dananya tidak begitu besar

dibanding ketika penyakit itu itu sudah datang. Dan seperti itu lah terhadap

kecurangan (fraud) ini.

Ada ungkapan yang secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar

permasalahan dari fraud. (Menurut Donald R.Cressey) ungkapan itu adalah:

fraud by need, by greed, and by opportunity. Namun, jika kita ingin mencegah

fraud, hilangkanlah atau tekan sedapat mungkin penyebabnya (berdasarkan

cost benefit analysis atau Pareto Optimum). Menghilangkan atau menekan

need dan greed yang mengawali terjadinya fraud dilakukan sejak menerima

seorang (recruitment process), meskipun kita tahu bahwa proses itu bukan

jaminan penuh. Ini ditanamkan melalui fraud awareness dan contoh-contoh

yang diberikan pimpinan perusahaan atau lembaga. Contoh yang diberikan

atasan telah terbukti merupakan unsur pencegahan yang penting. Karena itu

upaya pencegahan fraud dapat dimulai dari pengendalian intern. Pengendalian

intern atau internal control mengalami perkembangan dalam pemikiran dan

Page 44: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

27

prakteknya. Karena salah satu tujuan adanya pengendalian intern adalah salah

satunya untuk mengawasi kinerja manajemen beserta karyawan agar tingkat

kecurangan bisa ditekan (menurut Metteo Wahyana, 2008:14)

1. Pengertian Tindakan Pencegahan

A system of “special purpose” processes and procedures designed and

practiced for the primary if not sole purpose of preventing or deterring

fraud (menurut Theodorus M, 2007:168).

Terjemahan

Suatu sistem dengan proses dan prosedur yang bertujuan khusus dirancang

dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau bukan satu-satunya tujuan,

untuk mencegah dan menghalangi (dengan membuat jera) terjadinya

fraud.

Kemudian konsep yang lainnya dalam upaya pencegahan yakni adalah

menanamkan kesadaran tentang adanya fraud (fraud awareness) dan

upaya menilai resiko terjadinya fraud (fraud risk asement).

Pencegahan Kecurangan

Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan

kecuarangan adalah berupaya untuk menghilangkan sebab-sebab timbulnya

kecurangan tersebut. Karena pencegahan sebelum terjadinya kecurangan

akan lebih mudah daripada mengatasi setelah kecurangan terjadi. Pada

dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apabila:

a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan

tidak efektif.

Page 45: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

28

b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.

c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau

ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan

keuangan yang mengarah tindakan kecurangan.

d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak

efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat

dipecahkan, biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya

hidup yang berlebihan.

f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi

kecurangan

2. Tindakan Pencegahan

Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan

manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu

meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris,

manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan

memadai dalam mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan

keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku. (COSO.1992) untuk hal tersebut, kecurangan yang

mungkin terjadi harus dicegah antara lain dengan cara–cara berikut:

a. Membangun Struktur Pengendalian Intern yang Baik

Dengan semakin berkembangnya perusahaan,maka tugas manajemen untuk

mengawasi dan mengendalikan jalannya perusahaan menjadi semakin sulit.

Untuk itu agar tujuan yang telah ditetapkan Top Manajemen dapat dicapai,

Page 46: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

29

keamanan asset perusahaan terjamin dan kegiatan operasi dapat dijalankan

secara efektif dan efisien, maka pihak Manajemen perlu menciptakan suatu

struktur pengendalian intern yang baik dan efektif untuk mencegah

kecurangan. Dalam memperkuat struktur pengendalian intern di perusahaan,

COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway

Commission) pada bulan September 1992 memperkenalkan suatu kerangka

pengendalian yang lebih luas daripada model pengendalian akuntansi yang

tradisional dan mencakup aspek manajemen resiko, yaitu pengendalian intern

yang terdiri atas 5 komponen yang saling terkait yaitu:

1) Lingkungan pengendalian (control environment) menetapkan corak suatu

organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.

Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen

pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.

Lingkungan pengendalian mencakup:

a) Integritas dan nilai etika

b) Komitmen terhadap kompetensi

c) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit

d) Filosofi dan gaya operasi manajemen

e) Struktur organisasi

f) Pemberian wewenang dan tanggungjawab

g) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2) Penaksiran risiko (risk assessment) adalah identifikasi entitas dan analisis

terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu

Page 47: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

30

dasar untuk menenetukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko dapat

timbul atau berubah karena keadaan berikut:

a) Perubahan dalam lingkungan operasi

b) Personel baru

c) Sistem informasi yang baru atau diperbaiki

d) Teknologi baru

e) Lini produk, produk atau aktivitas baru

f) Operasi luar negeri

g) Standar akuntansi baru

3) Standar Pengedalian (control activities) adalah kebijakan dari prosedur

yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan dengan:

a) Penelaahan terhadap kinerja

b) Pengolahan informasi

c) Pengendalian fisik

d) Pemisahan tugas

4) Informasi dan komunikasi (information and communication) adalah

pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu

bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan

tanggungjawab mereka. Sistem informasi mencakup sistem akuntansi,

terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat,

mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk

memelihara akuntabiltas bagi aktiva, utang dan ekuitas. Komunikasi

mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung

Page 48: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

31

jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap

pelaporan keuangan.

5) Pemantauan (monitoring) adalah proses menentukan mutu kinerja

pengendalian internsepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan

disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan

tindakan koreksi.

b. Mengefektifkan Aktivitas Pengendalian

1) Review Kinerja

Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya

dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja priode

sebelumnya, menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi

atau keuangan satu sama lain, bersama dengan analisis atas hubungan

dan tindakan penyelidikan dan perbaikan; dan review atas kinerja

fungsional atau aktivitas seseorang manajer kredit atas laporan cabang

perusahaan tentang persetujuan dan penagihan pinjaman.

2) Pengolahan informasi

Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan,

kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas

pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum (general

control) dan pengendalian aplikasi (application control). Pengendalian

umum biasanya mencakup pengendalian atas operasi pusat data,

pemerosesan dan pemeliharaan perangkat lunak sistem, keamanan akses,

pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi. Pengendalian ini

berlaku untuk maiframe, minicomputer dan lingkungan pemakai akhir

Page 49: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

32

(end user). Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi

adalah sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat.

a) Pengengendalian fisik

Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva,

penjagaan yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari

akses terhadap aktiva dan catatan; otorisasi untuk akses ke program

komputer dan data files; dan perhitungan secara periodik dan

pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan

pengendalian.

b) Pemisahan tugas

Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk

memberikan otorisasi, pencatatan transaksi, menyelenggarakan

penyimpanan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi

seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus

menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan

tugasnya dalam keadaan normal

c. Meningkatkan Kultur Organisasi

Meningkatkan kultur organisasi dapat dilakukan dengan

mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance

(GCG) yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja

sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasikan nilai

ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang

saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Prinsip-prinsip

dasar tersebut adalah (menurut Saifuddien Hasan, 2000):

Page 50: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

33

1) Keadilan (Fairness)

Melidungi kepentingan pemegang saham minoritas dan steakholders

lainnnya dari rekayasa transaksi yang bertentangan dengan peraturan

peraturan yang berlaku.

2) Transparansi (disclosure)

Keterbukaan bagi steakholder yang terkait untuk melihat dan

memahami proses suatu pengambilan keputusan pengelolaan suatu

perusahaan. Dalam hal ini terkait dengan kewajiban perusahaan untuk

mengungkapkan informasi material kepada pemegang saham/publik

dan pemerintah secara benar, akurat, teratur dan tepat waktu.

3) Akuntabilitas (Accountability)

Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan atas

distribusi dan keseimbangan kekuasaan antar anggota direksi,

komisaris, pemegang saham dan pengawas. Disini menyangkut pula

proses pertanggung jawaban para pengurus perusahaan atas

keputusan-keputusan yang dibuat dan kinerja yang dicapai.

4) Tanggung Jawab (Responsibility)

Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum dan

ketentuan/peraturan yang berlaku termasuk tanggap terhadap

lingkungan di mana perusahaan berada.

5) Moralitas (Morality)

Manajemen dan seluruh individu dalam perusahaan wajib menjunjung

tinggi moralitas, didalam prinsip ini terkandung unsur-unsur

kejujuran, kepekaan sosial dan tanggug jawab individu.

Page 51: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

34

6) Kehandalan (Reliability)

Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki

kompetensi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan.

7) Komitmen

Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki

komitmen penuh untuk selalu meningkatkan nilai perusahaan, dan

bekerja untuk mengoptimalkan nilai pemegang sahamnnya (duty of

loyalty) serta menurunkan risiko perusahaan Dalam pedoman GCG

yang disusun oleh The National Committee on Coprporate

Governance (Maret 2000) telah disarankan dengan jelas perusahaan

untuk memenuhi 13 (tiga belas) aspek penting yang harus

diperhatikan manajemen perusahaan yaitu:

pemegang saham, dewan komisaris, direksi, sistem audit, sekretaris

perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan (steakholders),

keterbukaan, kerahasiaan, informasi orang dalam, etika berusaha dan

anti korupsi, donasi, kepatuhan pada Peraturan Perundang Undangan

(Proteksi Kesehatan, keselamatan kerja, pelestarian lingkungan serta

kesempatan kerja yang sama)

d. Mengefektifkan Fungsi Internal Audit

Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak

akan terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan

saksama sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan dan

dapat memberikan saran-saran yang bermafaat kepada manajemen untuk

mencegah terjadinya kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

Page 52: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

35

manajemen agar fungsi internal audit bisa efektif membantu manajemen

dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa,

penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya adalah:

1) Internal audit departemen harus mempunyai kedudukan yang independen

dalam organisasi perusahaan dalam arti kata ia tidak boleh terlibat

kegiatan operasional perusahaan dan bertanggungjawab kepada atau

melaporkan kegiatannya kepada top manajemen

2) Internal audit departemen harus mempunyai uraian tugas secara tertulis,

sehingga setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas,

wewenang dan tanggungjawabnya.

3) Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna untuk:

a) mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas.

b) menentukan standar yang berguna untuk mengukur dan meningkatkan

performance.

c) memberi keyakinan bahwa hasil akhir internal audit departemen

sesuai dengan requirement dari internal audit director.

4) Harus ada dukungan yang kuat dari top manajemen kepada internal audit

departemen. Dukungan tersebut dapat berupa:

a) penempatan internal audit departemen dalam posisi yang independen.

b) penempatan audit staf dengan gaji yang cukup menarik.

c) penyediaan waktu yang cukup dari top manajemen untuk membaca,

mendengarkan dan mempelajari laporan-laporan internal audit

departemen dan respon yang cepat dan tegas terhadap saran-saran

perbaikan yang diajukan oleh internal auditor.

Page 53: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

36

5) Internal audit departemen harus memiliki sumber daya yang profesional,

capable, bisa bersikap objective dan mempunyai integritas serta loyalitas

yang tinggi.

6) Internal auditor harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik. Jika

internal auditor sudah bisa bekerja secara efisien dan efektif dan bisa

bekerjasama dengan akuntan publik, maka audit fee yang harus dibayar

kepada KAP bisa ditekan menjadi lebih rendah karena hasil kerja

internal auditor bisa mempercepat dan mempermudah penyelesaian

pekerjaan KAP.

7) Menciptakan struktur pengajian yang wajar dan pantas.

8) Mengadakan Rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil hak

cuti.

9) Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan dan

berikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.

10) Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan

baik dalam hal keuangan maupun non keuangan.

11) Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberian-pemberian dari

luar harus diinformasikan dan dijelaskan pada orang-orang yang

dianggap perlu agar jelas mana yang hadiah dan mana yang berupa

sogokan dan mana yang resmi.

12) Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi

kecurangan karena kecurangan sulit ditemukan dalam pemeriksaan yang

biasa-biasa saja.

Page 54: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

37

13) Menyediakan saluran saluran untuk melaporkan telah terjadinya

kecurangan hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses padajalur

yang benar.

C. Pendektesian Kecurangan

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang seperti apa pendeteksian itu,

maka peneliti akan membahas tentang pengertian pendeteksian kecurangan

itu.

1. Pengertian Pendeteksian

Tindakan lanjutan yang dilakukan oleh investigator apabila dicurigai atau

ditemukan adanya indikasi kecurangan.

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, resiko yang dihadapi perusahaan

diantaranya adalah Integrity risk, yaitu resiko adanya kecurangan oleh

manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan illegal, atau tindak

penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik/reputasi

perusahaan di dunia usaha, atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya resiko tersebut

mengharuskan internal auditor untuk menyusun tindakan

pencegahan/prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan

sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya.

Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, internal auditor harus

memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya

kecurangan-kecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak

dapat di generalisir terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis

Page 55: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

38

kecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat

mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-

jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan. Sebagian besar

bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya langsung.

Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya gejala-

gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku

seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan

ataupun kecurigaan dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan

tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan

kondisi/ keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang.

Karakterikstik yang bersifat kondisi/situasi tertentu, perilaku/kondisi

seseorang personal tersebut dinamakan Redflag (Fraud indicators).

Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi

adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu muncul disetiap

kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman dan analisis lebih lanjut

terhadap Red flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk

memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan. Berikut adalah

gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan berdasar

penggolongan kecurangan oleh ACFE tersebut di atas.

2. Objek Pendeteksian

Melihat beberapa sumber dan refrensi yang dibaca, maka peneliti melihat

objek-objek yang diteliti untuk meminimalisasi kecurangan adalah sebagai

berikut:

Page 56: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

39

a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud).

Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat

dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:

1) Analisis Vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis

hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau

laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase.

Sebagai contoh, adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan

total hutang dari rata-rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya

penurunan persentase biaya penjualan dengan total penjualan dari

20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya

pemeriksaan kecurangan.

2) Analisis Horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentase

perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan.

Sebagai contoh adanya kenaikan penjualan sebesar 80% sedangkan

harga pokok mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak ada

perubahan lainnya dalam unsur-unsur penjualan dan pembelian,

maka hal ini dapat menimbulkan sangkaan adanya pembelian fiktif,

penggelapan, atau transaksi illegal lainnya.

3) Analisis Rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-

nilai item dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current

ratio, adanya penggelapan uang atau pencurian kas dapat

menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut.

Page 57: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

40

b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation).

Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat

banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat ataspengendalian

intern yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam

melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, terdapat

banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap

kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat

dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Misalnya,untuk

mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode deteksi

yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila

digunakan secara kombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan

menunjukkan anomalies/gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi

lebih lanjut untuk menenemukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu,

metode-metode tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan

dalam pengendalian intern dan mengingatkan/memberi peringatan pada

auditor akan adanya potensi terjadinya kecurangan di masa mendatang.

1) Analytical Review

Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan

ketidak biasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan.

Sebagai contoh adalah perbandingan antara pembelian barang

persediaan dengan penjualan bersihnya yang dapat mengindikasikan

adanya pembelian yang terlalu tinggi atau terlalu rendah biala

dibandingkan dengan tingkat penjualannya. Metode analitis lainnya

Page 58: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

41

adalah perbandingan pembelian persediaan bahan baku dengan tahun

sekarang yang mungkin mengindikasikan adanya kecurangan

overbilling scheme atas kecurangan pembelian ganda.

2) Statistical Sampling

Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji

secara sampling untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities),

metode deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu

attributnya, misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar alamat PO BOX

akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif.

3) Vendor or Outsider Complaints

Komplain/keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain

merupakan alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor

untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

4) Site Visi-Observation

Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya

pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap

bagaimana transaksi akuntansi dilaksanakan kadangkala akan memberi

peringatan pada CFE akan adanya daerah-daerah yang mempunyai

potensi bermasalah. Dalam banyak kasus kecurangan, khususnya kasus

pencurian dan penggelapan aset, biasanya terdapat tiga faktor, yaitu:

a) ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan.

b) adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan dan

menyembunyikan kecurangan yang dilakukan.

Page 59: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

42

c) adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan

tingkatan integritas pelakunya.

Ada tiga elemen dalam struktur pengendalian intern yang perlu diperhatikan

dengan baik. (Menurut Albrecht. W. Steve dalam Amrizal, 2008:2)

Tabel 2.3. Fraud Examination

Control Environment Accounting System Control Procedures

1. Management Philosophy

and style

1. Valiadity 1. Separation of

Duties

2. Organization Structure 2. Authorizontal 2. Proper Procedures

for Authorizontal

3. Audit Committee 3. Valuation 3. Adequate

Documents and

Recods

4. Communication Methods 4. Valuation 4. Physical Control

Over Assets and

Record

5. Internal Audit Function 5. Classification 5. Independent

Checks on

Performance

6. Personnel Policies and

Procedures

6. Timing

c. Korupsi (Corruption)

Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan

kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan

menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya

(Sumber: Fraud Examination: page 8)

Page 60: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

43

kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau

transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik

(Red flag) si penerima maupun si pemberi

Kecurangan dalam buku besar dan laporan keuangan dapat dideteksi

melalui teknik audit. Kecurangan seperti ini dapat berbentuk:

1) Ayat jurnal penyesuian yang kurang otorisasi dan rincian yang

mendukung.

2) Pengeluaran yang kurang dokumen pendukung.

3) Pemasukan yang salah dan tidak tepat dalam buku besar.

4) Pembayaran yang tidak diotorisasi dan tidak sah.

5) Pengunaan dan konversi aktiva korporat yang tidak diotorisasi.

6) Penerapan dana korporat yang salah.

7) Pernyataan yang salah dan palsu dalam laporan keuangan dari segi

keuntungan dan nilai aktiva.

8) Pencurian aktiva korporat oleh pegawai,agen dan petugas.

9) Pemusnahan, peniruan dan pemalsuan dokumen untuk mendukung

pembayaran.

10) Kolom jumlah yang tidak benar jumlahnya.

Jadi seorang auditor kita harus mempelajari orang-orang dalam

lingkungan auditor sebanyak anda mempelajari pengendalian intern,

jurnal penyesuaian, catatan, dokumen, dan rasio. Lalu ajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai pekerjaan mereka, bagaimana mereka

melakukannya dan bagaimana rasa mereka mengenai pekerjaan. Penipu

Page 61: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

44

suka berbicara. Pencuri dan penggelap uang lebih berhati-hati. Mereka

lebih takut untuk diketahui. Penipu berpikir mereka dapat berbicara

diluar kecurangan mereka. Penipu lebih ramah dan bersosialisasi.

Penggelap uang dan pencuri lebih menjauh. Sembunyi membuat

penggelap uang dan pencuri berhasil dengan kejahatan mereka.

Keberanian yang membuat penipu berhasil dengan kejahatan mereka.

Penipu hanya rakus. Pencuri dan pengelapan uang menderita karena

kebutuhan (nyata dan dibayangkan).

Penipu meninggalkan lebih banyak bekas tapi membalas atau melawan

lebih keras bila tertangkap. Pencuri dan penggelap uang tidak mau maju

kedepan. Mereka sering mengakui. Penipu tidak jarang mengakui.

Mereka perlu maju kedepan untuk bersembunyi ketika tertangkap.

C. Audit Investigatif

Sebelum kita membahaslebih lanjut tentang audit investigatif, maka peneliti

akan membahas tentang apakah Audit Investigatif itu.

1. Pengertian Audit Investigatif

a. Audit investigatif adalah salah satu aktivitas dalam rangka

implementasi upaya strategi memerangi korupsi dengan pendekatan

investigatif (Haryono Umar, 2009)

b. Investigative Auditing involves reviewing financial documentation for

a specific purpose, which could relate to litigation support and

insurance claims, as well as criminal matter” (Jack Bologna dan

Robert J. Lindquist) berbunyi audit investigasi mencakup review

Page 62: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

45

dokumentasi keuangan untuk tujuan tertentu yang mungkin saja berhubungan

dengan masalah ligitasi dan pidana.

c. Audit investigatif ibarat memancing ikan, pemancing profesional akan

memulai dengan pertanyaan: “Ikan apa yang akan dipancing” (Howard

R. Davia- Fraud:101)

d. Audit investigastif secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses

penyelidikan yang berlandaskan pada hukum dan rasa keadilan untuk

mencari kebenaran dengan tingkat kebenaran yang tinggi (high level of

assurance) mengenai suatu permasalahan yang ditemukan.

2. Tujuan Adanya Audit Investigatif

Menurut (K.H.Spencer Picket dan Picket, 2002) dalam Financial Crime

Investigation and Control

a. Memberhentikan manajemen. Tujuanya utamannya adalah sebagai

teguran keras bahwa manajemen tidak mampu

mempertanggungjawabkan kewajiban fidusiernya. Kewajiban fidusier

ini termasuk mengawasi dan mencegah terjadinya kecurangan oleh

karyawannya.

b. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukupnya relevannya bukti.

Tujuan ini akan menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai alat

bukti untuk meyakinkan hakim dipengadilan.

c. Melindungi reputasi karyawan yang tidak bermasalah.

Page 63: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

46

d. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk

investigasi. Banyaknya bukti dalam keuangan berupa dokumen yang

disusun untuk membuat kebohongan.

e. Menemukan aset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari

kerugian yang terjadi. Hal ini meliputi penelusuran rekening bank,

pembekuan rekening, izin-izin untuk proses penyitaan dan atau

penjualan aset.

f. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari

perbuatannya.

g. Menyapu bersih semua karyawan yang melakukan kejahatan.

h. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi korban penjarahan.

Kecurangan yang menggrogoti sumber daya perusahaan.

i. Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.

j. Melaksanakan investigasi secara standar, sesuai dengan peraturan

perusahaan, sesuai dengan buku pedoman.

k. Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima oleh pengadilan,

dengan sumber daya dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal

mungkin.

l. Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi

dan membuat keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus

diambil.

Page 64: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

47

m. Mendalami tuduhan (baik oleh dalam atau luar perusahaan, baik lisan

maupun tertulis, baik dengan nama terang atau dalam bentuk surat

kaleng) untuk menanggapi secara tepat.

n. Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik.

o. Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga.

p. Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik.

q. Menentukan siapa saja pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai

niatnya.

r. Menindaklanjuti para pelaku kecurangan yang telah terbukti.

s. Mengidentifikasi praktek manajemen yang tidak dapat dipertanggung

jawabkan atau prilaku yang melalaikan tanggung jawab.

t. Mempertahankan kerahasian dan memastikan bahwa perusahaan atau

lembaga ini tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran

nama baik.

u. Mengidentifikasikan saksi yang melihat atau terjadinya kecurangan

dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung

tuduhan atau dakwaaan terhadap si pelaku.

v. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola resiko

terjadinya kecurangan ini dengan tepat.

3. Investigatif dengan Teknik Audit

Banyak auditor yang sudah berpengalaman pun, merasa ragu untuk terjun

dalam bidang investigatif. Padahal teknik-teknik audit yang mereka

kuasai, memadai untuk dipergunakan dalam audit investigatif. Teknik

Page 65: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

48

Audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran

penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah

bukti audit. Jadi teknik audit yang akan dilakukan ada tujuh, yaitu:

a. Memeriksa Fisik dan Mengamati

Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai

perhitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang

asing), kertas berharga, persedian barang, aktiva tetap dan barang

berwujud (tangible asset) lainnya.

Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk

mengetahui sesuatu. Maka peneliti tidak membedakan pemeriksaan

fisik dan pengamatan. Dalam kedua ini teknik ini investigator

menggunakan inderanya, untuk mengetahui atau memahami sesuatu.

b. Meminta Informasi dan Konfirmasi

Meminta informasi baik lisan ataupun tulisan kepada auditan,

merupakan prosedur biasa dilakukan auditor. Pertanyaannya, apakah

dalam investigatif hal itu perlu dilakukan apakah sebagainya kita tidak

meminta informasi, supaya yang diperiksa tidak mengetahui apa yang

kita cari? Yang bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan

peluang untuk berbohong.

Seperti dalam audit, juga dalam investigatif, permintaaan informasi

harus dibarengi, diperkuat, atau dikaloborasi dengan informasi dari

sumber lain atau diperkuat (substantiated) dengan cara lain.

Page 66: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

49

Permintaan informasi sangat penting, dan juga memerlukan prosedur

yang normal dalam suatu investigasi.

Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang

diinvestigasikan) untuk menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran

suatu informasi. Dalam audit, teknik ini umumnya diterapkan untuk

mendapatkan kepastian mengenai saldo utang piutang. Tapi

sebenarnya ia dapat diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan

maupun non keuangan. Dalam investigatif ini harus memperhatikan

apakah pihak ketiga mempunyai kepentingan dalam investigatif.

c. Memeriksa Dokumen

Tak ada investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan

kemajuan teknologi, definisi dokumen menjadi lebih luas, termasuk

informasi yang diolah, disimpan dan dipindahkan secara

elektronis/digital.

d. Riview Analitikal

Dellote Haskins dan Sells (disingkat DHS, cikal bakal dari Deloitte

Touche Tohmatsu) mencatat penggunaan teknik ini dalam audit

manual mereka di tahun 1930-an. Diakhir 1960-an dan awal 1970-an

DHS mengembangkan berbagai perangkat lunak review analikal,

diantaranya Statical Techniques for Analytical Review (STAR) in

auditing. Dalam riview analitikal yang penting bukannya perangkat

lunaknya, tetapi semangatnya, seperti dikatakan Houck di atas “think

analytical first“ Ini ciri auditor (dan investigator) yang tangguh.

Page 67: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

50

Kuasai gambaran besarnya lebih dahulu. (menurut Stringer dan

Stewart) dalam: Analytical review is a form of deductive reasoning in

which the property of the individual details is inferred from evidence

of the reasonableness of the aggregate results. Perhatikan mereka

mendefinisikan riviu analitikal sebagai a form of deductive reasoning,

sebagai suatu bentuk penalaran deduktif. Tekanannya adalah pada

penalaran, proses berfikrnya. Penalaran yang membawa seorang

auditor atau investigator pada gambaran mengenai wajar, layak, atau

pantasnya suatu data individual disimpulkan dari gambaran yang

diperoleh secara global, menyeluruh atau agregat.

1) Membandingkan Anggaran Dengan Realisasi

Membandingkan anggaran dengan realisasi dapat mengindikasikan

adanya fraud. Yang harus benar-benar diketahui adalah seluruh

mekanisme pelaksanaan anggaran, evaluasi atas pelaksanaan

anggaran, dan intensif (keuangan maupun non keuangan) yang

terkandung didalamnya sistem anggaran.

Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue center,

pejabat tertentu menerima intensif (bonus) sesuai dengan

keberhasilan yang diukur dengan pelampauan anggaran.

Investigator perlu mengantisipasi kecendrungan realisasi

penjualannya dibuat tinggi (overstated).

Page 68: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

51

2) Hubungan antara Satu Data dengan Data Keuangan Lainnya.

Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan

keuangan, bisa mempunyai keterkaitan yang dapat dimanfaatkan

untuk review awal.

3) Menggunakan Data Non Keuangan.

Inti dari Riviu analitikal ini adalah mengenal pola hubungan

(relationship pattern). Pola hubungan ini tidak mesti hanya antara

satu data keuangan dengan data keuangan lainnya. Pola hubungan

non keuangan pun bisa bermacam-macam bentuknya.

4) Regresi atau Analis Trend

Dengan data historical yang memadai (makin banyak makin baik,

carteris pribus) review analitikal dapat mengungkapkan trend.

Berbagai perangkat lunak mempermudah hitungan dan grafiknya.

Misalnya STAR, perangkat lunak Delloite.

5) Menggunakan Indikator Ekonomi Makro

Ada hubungan antara besarnya pajak penghasilan yang diperoleh

dalam suatu tahun dengan indikator-indikator ekonom seperti

inflasi, tingkat pengangguran, cadangan devisa, indikator ekonomi

negara-negara yang menjadi patner perdagangan Indonesia,harga

minyak mentah dan komoditi lain-lain. Kehadalan perumusan

ekonometri akan membantu auditor atau investigator melalui data

agregat, tanpa harus memasuki pemeriksaan SPT sebagai langkah

pertama.

Page 69: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

52

e. Menghitung Kembali

Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mencek kebenaran

perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur

yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada

seorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor; seorang auditor

junior di kantor akuntan. Dalam investigatif, perhitungan yang

dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak atau

perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan

renegosiasi berkali-kali dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda.

Perhitungan ini dilakukan atau disupervisi oleh investigator yang

berpengalaman.

4. Prinsip-Prinsip Investigatif

a. Investigatif merupakan metode/tehnik yang dapat digunakan dalam

audit investigatif.

b. Investigatif memerlukan penerapan kecerdasan, pertimbangan yang

sehat dan pengalaman, selain itu memerlukan pemahaman terhadap

ketentuan perundang-undangan dan prisip-prinsip investigatif guna

pemecahan permasalahan yang dihadapi.

Prinsip-prinsip berikut ini berdasarkan pengalaman dan praktek dapat

dijadikan pedoman bagi investigator dalam setiap situasi sebagai berikut:

Page 70: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

53

Investigatif adalah tindakan mencari kebenaran dengan memperhatikan

keadilan dan berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

1) Kegiatan investigatif mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti

yang dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan.

2) Investigator mengumpulkan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga

bukti-bukti yang diperolehnya dapat memberikan kesimpulan sendiri

(bahwa telah terjadi tindak kejahatan dan pelakunya teridentifikasi).

3) Informasi merupakan napas dan darahnya investigasi sehingga

investigator harus mempertimbangkan segala kemungkinan untuk

dapat memperoleh informasi.

4) Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yang

penting dalam investigatif

5) Pelaku kejahatan adalah manusia, oleh karena itu jika ia diperlakukan

sebagaimana layaknya manusia maka mereka juga akan merespon

sebagaimana manusia.

5. Tahap-Tahap Audit Investigatif

Dalam melakukan audit investigatif ada tahapan yang harus dilakukan yaitu:

a. Persiapan dan Perencanaan. Setiap kegiatan audit harus diawali dengan

persiapan dan perencanaan. Audit investigatif lebih ditekankan pada

sikap kehati-hatian dan independen serta arif karena sering terjadi

konflik kepentingan antara auditor dan auditan. Dalam menunjuk

Page 71: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

54

petugas investigatif harus dipertimbangkan auditor yang mempunyai

pengalaman, integritas yang tinggi, kemauan, keuletan, keberanian,

independen dan tidak ada hubungan istimewa antara auditor dan

auditan.

1) Membuat PKA. Dalam menyusun PKA audit investigatif auditor

harus memahami betul permasalahan yang akan diaudit. Oleh

karena itu perlu ditetapkan sasaran, ruang lingkup, waktu audit,

menyusun strategi dan langkah audit.

2) Pelaksanaan audit terlebih dahulu diadakan pembicaraan

pendahuluan dengan auditan untuk menjelaskan tujuan audit dan

mendapatkan informasi tambahan serta menciptakan suasana yang

dapat menunjang kelancaran tugas. Untuk mengungkapkan suatu

peristiwa atau kejadian maka auditor harus mendapatkan minimal

7 jawaban dari pertanyaan

a) Apa yang telah terjadi.

b) Siapa yang melakukan.

c) Dimana perbuatan itu dilakukan.

d) Kapan dilakukan.

e) Dengan apa perbuatan itu dilakukan.

f) Bagaimana dilakukan/modus operandi.

g) Mengapa perbuatan itu terjadi.

Page 72: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

55

Investigatif adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

bukti dengan menggunakan prosedur dan tekhnik audit. Untuk dapat

melakukan investigasi dengan baik maka diperlukan:

1) Pengetahuan yang baik tentang permasalahan yang akan diaudit.

2) Siapa orang-orang yang akan diaudit dan siapa yang diperiksa

terlebih dahulu.

3) Menyusun pertanyaan yang dapat mengungkap kejadian

sebenarnya.

4) Menyiapkan bahan-bahan untuk konfrontasi.

5) Pengetahuan tentang orang-orang/pribadi yang akan diaudit.

6) Tempat dan waktu.

Dalam melaksanakan investigatif perlu diperhatikan agar pelaku

mudah diarahkan untuk mengakui perbuatannya maka diperlukan

mengumpulkan bahan dan bukti yang berkaitan dengan kasus yang

diaudit dan dapat dijadikan sebagai alat bukti. Alat bukti menurut

KUHP Pasal 184:

1) Keterangan saksi

2) Keterangan saksi ahli

3) Bukti petunjuk

4) Keterangan/pengakuan terdakwa.

Page 73: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

56

Keterangan/pengakuan terdakwa saja tidak cukup untuk pembuktian

melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lainnya. Bukti dalam

audit adalah (1) klarifikasi (2) hasil pengujian fisik (3) dokumentasi (4)

observasi (5) tanya jawab/hasil wawancara (6) prosedur analisa.

6. Laporan Audit Investigatif

Laporan audit merupakan alat formal auditor untuk mengkomunikasikan

kesimpulan yang diperoleh tentang hasil auditnya kepada pihak yang

berkepentingan. Sampai saat ini belum ada standar yang khusus untuk

laporan audit investigatif atau audit khusus. Standar umum bahwa laporan

harus dibuat secara tertulis segera setelah berakhirnya pelaksanaan audit

dan laporan disampaikan kepada pihak yang berwewenang dan laporan

bersifat rahasia. Dalam pelaksanaannya,laporan audit investigatif

diberikan kepada pihak yang memberi instruksi (kepolisian, jaksa,

pengadilan).

7. Menjelaskan Audit Investigatif Kedalam Bahasa Hukum

Upaya pemberantasan korupsi di mana pun tidak semata-mata melibatkan

aparat penegak hukum terkait seperti polisi, jaksa, dan hakim.

Pemberantasan korupsi di suatu perusahaan swasta atau pemerintahan

wajib melibatkan akuntan yang akan melakukan audit investigatif. Auditor

investigatif dituntut bukan hanya melakukan investigasi semata, tetapi

juga harus dapat menjelaskan hasilnya ke dalam bahasa hukum. Dengan

demikian, seorang akuntan sebelum melaksanakan aktivitasnya wajib

Page 74: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

57

melakukan penelusuran berbagai peraturan perundang-undangan, termasuk

memegang teguh sikap independensinya untuk tidak mau menerima upeti.

D. Kerangka Pemikiran

Gambar dibawah ini menujukan kerangka pemikiran yang dibuat dalam model

penelitian mengenai pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit

investigatif terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan

keuangan.

Page 75: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

58

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Sumber: Diolah dari berbagai

sumber

Model Pengaruh Tindakan Pencegahan, Pendeteksian, dan Audit Investigatif

Terhadap Upaya Meminimalisasi Kecurangan Dalam Laporan Keuangan

Gambar 2.4.Kerangka Pemikiran Keterangan :

Y : Pengaruhnya dalam meminimalisasikan kecurangan terhadap menyajian

laporan keuangan

X1: Tindakan Pencegahan

X2: Pendeteksian

X3: Audit Investigatif

X1

(Amin Widjaja, 2009)

X2

(Amrizal, 2004)

X3

(Theodorus M, 2007)

Y

(Taufik, 2008; Ramaraya, 2008; Ferdian, 2006)

Page 76: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

59

E. Pengembangan Hipotesis

Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk

menguji apakah pengaruh tindakan pencegahan, pendetaksian, dan audit

investigatif terhadap upaya meminimalisasikan kecurangan dalam laporan

keuangan.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1 : Tindakan pencegahan berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi

kecurangan dalam laporan keuangan

Ha2 : Pendeteksian berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan

dalam laporan keuangan

Ha3 : Audit investigatif berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi

kecurangan terhadap penyajian laporan keuangan

Ha4 : Tindakan pencegahan, pendeteksian, audit investigatif berpengaruh

terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan.

Page 77: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

60

No Peneliti Judul Penelitian

Tahun Penelitian Variabel Metodologi

Penelitian Hasil

Penelitian 1 Santi

Yustini Pengaruh Peranan Komite Audit dan Audit Internal dalam Mendeteksi Kecurangan

2009 Peranan Komite Audit (X1) Auditor Internal (X2) Mendeteksi Kecurangan (Y)

Regresi Berganda

Komite audit dan auditor internal berpengaruh signifikan

2 Ismayanti Pengaruh Keahlian dan Tanggung Jawab Auditor Internal Terhadap Mendeteksi Kecurangan serta Pencegahan Tindakan Kecurangan

2009 Pengaruh Keahlian(X1) Tanggung Jawab Auditor Internal (X2) Mendeteksi Kecurangan (Y1) Pencegahan Tindak Kecurangan (Y2)

Regresi Berganda

Keahlian auditor dan tanggung jawab auditor tidak berpengaruh signifikan

3 Rani Widiastuti

Pengaruh Pengalaman, Kompetensi dan Integritas Auditor Eksternal Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan

2009 Pengaruh Pengalaman (X1) Kompetensi (X2) Integritas Auditor Eksternal (X3) Kemampuan Auditor (Y) Mendeteksi Kecurangan (Z)

Regresi Berganda

Kompetensi auditor berpengaruh secara signifikan Pengalaman dan Integritas auditor tidak berpengarauh secara signifikan

4 Suzy Novianti

Skeptisme, Profesionalisme Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan

2007 Skeptisme (X1) Profesionalisme (X2) Mendeteksi Kecurangan (Y)

ANOVA Skeptisme dan Profesionalisme auditor berpengaruh secara signifikan

Tabel 2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Page 78: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu

metode yang digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu

fenomena yang terjadi dalam suatu populasi (Indriantoro dan Supomo,

2002:26)

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan kausal yang digunakan

untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu tindakan pencegahan,

pendeteksian, dan audit investigatif terhadap variabel dependen yaitu

pengaruhnya terhadap upaya meminimalisasikan kecurangan dalam laporan

keuangan.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini mengambil objek auditor yang bertugas di Kantor Akuntan

Publik, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Layanan Umum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode sampling yang

digunakan adalah convience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan

kemudahan, sehingga penulis mempunyai kebebebasan untuk memilih sampel

yang paling cepat dan mudah.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dala penelitian ini adalah data primer yaitu sumber

data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui

Page 79: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

62

media perantara) data primer dikumpulkan melalui metode survey dengan

menggunakan kuesioner (Indriantoro dan Supomo. 2002:26). Kuesioner

dikirimkan secara langsung kepada responden.

D. Metode Analisis

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah

menganalisis data berdasarkan metode penilian data berdasarkan metode

penilaian yang sesuai untuk digunakan. Kegiatan analisi dan pengolahan data

dengan melakukan tabulasi terhadapa kuesioner dengan memberikan dan

menjumlahkan bobot jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-

masing variabel.

Analisis data-data tersebut menggunakan metode regresi berganda

(multiple regression) yang dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen. Secara umum, analisis

regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat)

dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan untuk

mengetimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel

dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.

Hasil analisis regresi adalah berupa koefesien untuk masing-masing

variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai

variabel dependen dengan satu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan

dua tujuan sekaligus, yaitu: meminimumkan penyimpangan antara nilai actual

dan dan nilai estimasi variabel dependen yang ada. Dalam penelitian ini

persamaan regresi yang digunakan adalah:

Page 80: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

63

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Penjelasan model diatas adalah sebagai berikut:

Y : Meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan

b1,,,b3 : Koefisien regresi

X1 : Tindakan pencegahan

X2 : Pendeteksian

X3 : Audit Investigatif

a : Konstan

e : Galat (error terms)

E. Uji Instrumen Penelitian

Peneliti melakukan uji instrument penelitian dari data-data yang akan diolah

sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Uji validalitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Dalam penelitian ini uji validalitas diukur dengan melakukan

korelasi antara skor butir pertanyaaan dengan total skor konstruk atau

variabel

2. Uji Reabilitas

Hasil dari uji reliabilias digunakan untuk mengetahui instrumen penelitian

yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha.

Page 81: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

64

Dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien

keandalan atau alpha sebesar ; (a) <0,6 tidak reliabel, (b) 0,6-0,7

acceptable, (c) 0,7-0,8 baik (d) >0,8 sangat tidak baik

Metode analisis melalui statistik deskriptif mengenai karakteristik

responden digunakan table frekuensi absolute yang menunjukan angka

rata-rata, kisaran teoritis, kisaran sesungguhnya dan standar deviasi.

F. Uji Hipotesis

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis

Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis). Pada dasarnya merupakan

ekstensi dari modal regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan

untuk menguji pengaruh dua variable atau lebih variabel independen terhadap

variabel dependen dengan skala interval atau rasio dalam suatu pengukuran

linear.

Riset dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media

kuesioner. Kuesioner diberikan kepada responden dengan meminta izin dan

membuat janji terlebih dahulu. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri

dengan menandatangani kantor tempat penelitian dan bertemu langsung

dengan objek penelitian dalam hal ini auditor eksternal yang bekerja di Kantor

Akuntan Publik yang ada diwilayah DKI Jakarta, Komisi Pemberantasan

Korupsi dan BLU UIN.

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan uji asumsi klasik ini, peneliti melakukan dua uji, yaitu

sebagai berikut:

Page 82: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

65

a. Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel

independen (Santoso, 2000:206) menyatakan bahwa deteksi adanya

multikolinearitas dibagi menjadi 2 yaitu: (a) besaran VIF (Variance

Inflation Factor) dan tolerance. Pedoman suatu model regresi bebas

multikolineritas adalah mempunyai nila VIP disekitar angka 1 dan

mempunyai nilai tolerance mendekati 1, serta (b) besaran kolerasi

antar variabel independen. Pedoman suatu model regresi bebas

multikolineritas adalah koefisien korelasi antar variabel independen.

b. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi jika varian dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain yang terjadi ketidaksamaan. Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi

heteroskedastisitas dapat melihat grafik scatterplot. Deteksinya

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik dimana sumbu

X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu Y.(Santoso, 2000:210)

Dasar pengembalian keputusan antara lain sebagai berikut: (a) jika ada

pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar) maka telah terjadi heteroskedastisitas dan

(b) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.(Ghozali. 2005:105) menyatakan: “deteksi

heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejer. Uji Glejser

Page 83: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

66

dilakukan dengan cara meregresikan variabel independen residual. Jika

hasil uji Glejser signifikan, maka model regresi tersebut bebas

heterokedastisitas.

c. Uji Normalitas

Menguji dalam sebuah model regresi berganda yaitu variabel

dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data

normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat

melihat grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual,

deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal

dari grafik (Santoso, 2000:214). Dasar pengambilan keputusan antara

lain: (1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

serta (2) jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas (Ghozali, 2005:110)

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh

tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit investigatif terhadap upaya

meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan melalui analisis

regresi berganda, yaitu:

Page 84: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

67

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen, yaitu: pengaruh tindakan pencegahan,

pendeteksian, dan audit investigatif dalam menjelaskan variasi variabel

dependen yaitu: berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi

kecurangan dalam laporan keuangan. Nilai koefisien determinasi (R2)

untuk menunjukan presentase tingkat kebenaran prediksi dari

pengujian regresi yang dilakukan. Nilai R2 memiliki range antara 0

sampai 1, jika nilai R2 semakin mendekati 1 maka berarti semakin

besar variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen. Hubungan antar variabel-variabel independen dengan

variabel dependen, diukur dengan kolerasi (R), jika R diatas 0,5 maka

korelasi atau hubungan antara variabel independen adalah kuat.

Sebaliknya, jika angka R dibawah 0,5 maka korelasi atau hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen adalah lemah

(Santoso, 2002:167)

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t diperlukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang

signifikan dari variabel masing-masing independen terhadap variabel

dependen.

Apabila sig t lebih besar dari 0,05, maka Ha ditolak. Demikian pula

sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, bila Ha

Page 85: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

68

diterima ini berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:58).

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji keseluruhan variabel

independen, yaitu: pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian, dan

audit investigasi yang mempengaruhi terhadap satu variabel dependen,

yaitu: berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam

laporan keuangan. Secara bebas dengan signifikansi sebesar 0,05 dapat

disimpulkan (Ghozali, 2005:45)

1) Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha diterima.

2) Jika nilai signifikan > 0,05, makan Ha ditolak.

G. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuranya

Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah berpengaruhnya

terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan.

Sedangkan variabelnya adalah pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian,

dan audit investigatif. Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan

adalah skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Skala Likert

umumnya menggunakan lima angka penelitian, yaitu: (1) sangat setuju, (2)

setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju.

Pengukuran dari masing-masing variabel dapat dikemukan sebagai berikut:

1. Tindakan Pencegahan

Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang

dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan

Page 86: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

69

prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan

sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain

perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai

3 (tiga) tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan

efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang

berlaku (Amin Widjaja, 2009:12).

2. Pendeteksian Kecurangan

Kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu,

baik yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku

seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi/situasi tertentu,

perilaku/kondisi seseorang personal tersebut dinamakan Redflag (Fraud

indicators). Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan

indikasi adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu muncul

disetiap kasus kecurangan yang terjadi (Amrizal, 2004:11-16).

3. Audit Investigatif

Salah satu aktivitas dalam rangka implementasi upaya strategi memerangi

kecurangan dengan pendekatan investigatif. Audit investigatif secara

umum dapat dikatakan sebagai suatu proses penyelidikan yang

berlandaskan pada hukum dan rasa keadilan untuk mencari kebenaran

dengan tingkat kebenaran yang tinggi (high level of assurance) mengenai

suatu permasalahan yang ditemukan (Theodorus M, 2007:201).

Page 87: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

70

4. Berpengaruh Terhadap Upaya Meminimalisasi Kecurangan Dalam

Laporan Keuangan

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Page 88: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

71

Tindakan Pencegahan

(X1)

(Amin Widjaya, 2009)

1. Pengaruh Tindakan Pencegahan

2. Sistem Pengendalian Internal

3. Evaluasi Kinerja Berkala

1. Kesadaran tentang adanya kecurangan Pemecatan dapat menimbulkan efek jera (deter).

2. Sanksi (punishment) dan penghargaan (reward) dapat mencegah kecurangan.

3. Sistem Pengendalian Internal. 4. Menjalankan Good Corporate Governance

(GCG). 5. Pengendalian pengembangan sistem dan

dokumen (systems development and documentation controls).

6. Inspeksi mendadak dan melaksanakan

pertemuan antar Pengawas/Pemeriksa dengan karyawan.

7. Mengevaluasi, merancang, dan menerapkan

kontrol yang proaktif. 8. Hati nurani seorang karyawan.

I

I

I

I

Tabel berlanjut ke halaman berikut

Page 89: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

72

I

I

Tindakan Pendeteksian

(X2)

(Amrizal, 2004)

1. Tindakan pendeteksian untuk mengetahui kecurangan

2. Teknik-teknik Audit

1. Ayat jurnal penyesuaian yang kurang otorisasi dan rincian.

2. Sebuah pernyataan yang salah dan palsu.

3. Mempelajari orang-orang dilingkungan audit kita, seperti pengendalian intern, jurnal penyesuaian, catatan, hukuman dan rasio.

4. Membandingan laporan keuangan dalam beberapa periode.

5. Perubahan gaya hidup seorang karyawan yang tiba-tiba berubah.

I

I

Tabel 3.1. (Lanjutan)

Page 90: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

73

6. Dengan memeriksa dokumen, telaah data ekstern, dan wawancara.

7. Review analitik yang dilakukan oleh auditor secara keseluruhan.

8. Mencocokan faktur pembelian perusahaan dengan faktur penjualan perusahaan penyuplai.

I

I

I

I

Page 91: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

74

Tabel 2 (Lanjutan)

Audit Investigatif

(X3)

(Theodorus T, 2007)

1. Pengaruh Audit Investigatif.

2. Memeriksa, mengumpulkan dan membandingkan antara anggara dengan realisasi.

3. Memerlukan pemahaman perundang-undangan dan prinsip-prinsip investigasi.

1. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukupnya bukti yang relevan.

2. Membandingkan antara anggaran dengan realisasi.

3. Gambaran yang wajar, layak, dan pantasnya suatu data yang diperoleh secara global.

4. Data non keuangan, mengenal pola hubungan, relationship pattern tiap transaksi dapat dijadikan refrensi.

5. Kecerdasan, pertimbangan yang sehat dan pengalaman.

6. Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi.

7. Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan alat terpenting.

8. Tekanan negatif kepada investigator.

9. Pengalaman dalam pengoperasian sistem informasi akuntansi.

I

I

I

In

Tabel berlanjut ke halaman

Tabel 3.1. (Lanjutan)

Page 92: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

75

Apabila tingkat kecurangan dapat ditekan, otomatis biaya-biaya tak terduga yang

dikeluarkan oleh perusahaan tidak begitu banyak. Berbeda sekali ketika

banyaknya indikasi-indikasi kecurangan terjadi pada sebuah perusahaan (Amrizal,

2004:4-16).

terval

Interval

Interval

Page 93: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

76

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian

Page 94: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

73

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik yang berwilayah di Jakarta dan Komisi Pemberantasan Korupsi serta

Badan Layanan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan kriteria yang

mempunyai jabatan dari junior auditor sampai manajer. Pada dasarnya peneliti

melakukan pemilihan beberapa Kantor Akuntan Publik dan Komisi

Pemberantasan Korupsi serta Badan Layanan Umum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta untuk menjadi sasaran penyebaran kuesioner. Dalam hal ini peneliti

mendatangi langsung Kantor Akuntan Publik yang terdapat diwilayah Jakarta

dan Komisi Pemberantasan Korupsi serta Badan Layanan Umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Daftar nama KAP dan wilayah penyebaran kuesioner dapat ditunjukkan

dalam tabel berikut:

Tabel 4.1. Nama Instansi dan Wilayah

No Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah

1 Ishak Saleh Soewondo & Rekan Jakarta Selatan

2 A.Krisnawan Jakarta Selatan

3 Tasmin Ali Widjanarko & Rekan Jakarta Selatan

4 Akhyadi Wadisono Jakarta Pusat

Tabel ini berlanjut ke halaman berikut

Page 95: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

74

No Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah

5 Bismar, Munthalib & Yunus Jakarta Pusat

6 S.Mannan, Wahyudi & Rekan Jakarta Selatan

7 Adi Jimmy Arthawan Jakarta Selatan

8 Syarif Basir Jakarta Timur

9 Toni H. Ratim Jakarta Selatan

10 Riza, Wahyono & rekan Jakarta Selatan

11 Abdul Hamid Cebba, Khairunnas Tangerang Selatan

12 Teguh Heru Indrianto Jakarta Selatan

13 Doli, Bambang, Sudarmadji & rekan Jakarta Selatan

14 Muhammad Sofwan & rekan Jakarta Selatan

15 Badan Layanan Umum UIN JKT Tanggerang Selatan

16 Rishanwar Jakarta Timur

17 Rosin, Ihwan & rekan Jakarta

18 Komisi Pemberantasan Korupsi DKI Jakarta

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Penyebaran kuesioner dilakukan dari awal bulan Mei 2010, sedangkan

proses pengembalian dan pengumpulan data dilakukan sampai akhir Mei

2010. Kuesioner yang disebar sebanyak 65 buah dan dari jumlah tersebut yang

Tabel 4.1 ( Lanjutan)

Page 96: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

75

kembali sebanyak 50 buah kuesioner dan dapat diolah seluruhnya. Hal ini

dapat ditunjukan dalam table berikut:

Tabel. 4.2. Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase

Penyebaran Kuesioner 65 100%

Kuesioner yang tidak kembali 15 23,08%

Kuesioner yang kembali 50 76,92%

Kuesioner yang bisa diolah 50 76,92%

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 65 kuesioner yang disebarkan

yang dapat terkumpul sebanyak 50 buah kuesioner. Tingkat pengembalian

yang diperoleh adalah sebesar 76,92% dari total kuesioner. Kuesioner yang

tidak kembali sebanyak 15 kuesioner atau sebesar 23,08%. Hal ini

menunjukkan tingkat pengembalian kuesioner yang cukup tinggi karena

peneliti mendatangi langsung Kantor Akuntan Publik dan Komisi

Pemberantasan Korupsi serta Badan Layanan Umum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dalam melakukan penyebaran kuesioner.

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Deskriptif Demografi Responden

Deskriptif demografi responden memberikan gambaran mengenai

karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang

menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase (dengan

Page 97: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

76

pembulatan tanpa koma) posisi, jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya

bekerja pada instansi tempat anda bekerja

Tabel 4.3. Jabatan Responden

Jabatan Jumlah Persentase

Partner 3 6%

Supervisor 5 10%

Manager 3 6 %

Senior Auditor 24 48 %

Junior Auditor 15 30 %

Jumlah 50 100 % Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa jabatan yang dimiliki oleh

responden pada data yang telah diolah. Responden yang menjabat sebagai

Patner sebanyak 3 orang atau sebesar 6% dari 50 responden. Sebanyak 5

orang jabatannya sebagai Supervisor dengan persentase 10%. Manajer

sebanyak 3 orang dengan persentase 6%. Kemudian Senior Auditor

dengan persentase 48% atau 24 orang ,dan Junior Auditor 15 orang dengan

persentase 30%.

Tabel 4.4. Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Absolut Persentase

Laki-laki 31 62 %

Perempuan 19 38 %

Jumlah 50 100 % Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Page 98: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

77

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan

jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 31 atau sebesar

62%, sedangkan sisanya sebanyak 19 orang atau sebesar 38% dipenuhi

oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, sebagian besar responden yang

mengisi kuisioner adalah laki-laki.

Tabel 4.5. Pendidikan Responden

Pendidikan Absolut Persentase

D3 7 14 %

S1 26 52 %

S2 17 34 %

S3 0 0 %

Jumlah 50 100 % Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Pada tabel 4.5. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan

jenjang pendidikan terakhir tersebar pada responden yang berpendidikan

terakhir dengan kategori Diploma tiga (D3) sebanyak 7 orang atau sebesar

14%. Selanjutnya Strata Satu (S1) sebanyak 26 orang atau sebesar 52%

dan Strata dua (S2) 17 orang atau dengan persentase 34% serta tidak ada

auditor yang pendidikan terakhirnya Strata tiga (S3) atau dengan

persentase 0% .

Page 99: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

78

Tabel 4.6.

Lama Berprofesi Sebagai Auditor

Lama Bekerja Jumlah Persentase

< 3 tahun 3 6%

3 - 10 tahun 10 20%

10 – 20 tahun 22 44 %

> 20 tahun 15 30 %

Jumlah 50 100 % Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Pada tabel 4.6. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan

lama berprofesi sebagai auditor adalah kurang dari 3 tahun yaitu sebanyak

3 orang atau sebesar 6%, sedangkan yang sudah bekerja 3 sampai 10

tahun sebanyak 10 orang atau dengan persentase 20%. Pengalaman 10

sampai 20 tahun sebanyak 22 orang atau dengan persentase 44%,

sedangkan sisanya yang sudah berpengalaman sebagai auditor lebih dari

20 tahun adalah 15 orang dengan persentase sebesar 30%.

2. Uji Kualitas Data

Pada metodologi penelitian yang diteliti oleh peneliti mengunakan uji

kualitas data sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang

ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan

dalam penelitian ini (Ghozali, 2001:45). Maksudnya untuk mengukur

valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam

Page 100: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

79

kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut.

Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi

antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel.

Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi

positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak

berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan

hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung

(tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (tabel Product

Moment dengan signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2,

dimana “n” adalah jumlah sampel penelitian sebanyak 50 responden

sehingga diperoleh nilai (df) = 50-2 atau nilai df dari 48 adalah 0,235.

Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali,

2001:45). Hasil pengujian validitas ditunjukkan dalam table berikut:

Tabel 4.7.

Hasil Uji Validitas Variabel Tindakan Pencegahan

Pertanyaan Variabel r hitung r tabel Keterangan

Butir 1 Tindakan Pencegahan 0,395 0,235 Valid

Butir 2 Tindakan Pencegahan 0,767 0,235 Valid

Butir 3 Tindakan Pencegahan 0,774 0,235 Valid

Butir 4 Tindakan Pencegahan 0,799 0,235 Valid

Butir 5 Tindakan Pencegahan 0,705 0,235 Valid

Butir 6 Tindakan Pencegahan 0,866 0,235 Valid

Berlanjut ke halaman berikutnya

Page 101: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

80

Butir 7 Tindakan Pencegahan 0,810 0,235 Valid

Butir 8 Tindakan Pencegahan 0,398 0,235 Valid

Butir 9 Tindakan Pencegahan 0,707 0,235 Valid

Butir 10 Tindakan Pencegahan 0,767 0,235 Valid

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Tabel 4.7. menunjukan Variabel Tindakan pencegahan dari 10 butir

pertanyaan mempunyai kriteria valid karena nilai r hiutng lebih besar

dari pada r tabel yaitu 0,235. Kesimpulan dari perhitungan validitas di

atas menunjukan bahwa tindakan pencegahan valid terhadap

meminimalisasi kecurangan.

Tabel 4.8.

Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian

Pertanyaan Variabel r hitung r tabel Keterangan

Butir 1 Pendeteksian 0,478 0,235 Valid

Butir 2 Pendeteksian 0,284 0,235 Valid

Butir 3 Pendeteksian 0,417 0,235 Valid

Butir 4 Pendeteksian 0,380 0,235 Valid

Butir 5 Pendeteksian 0,240 0,235 Valid

Butir 6 Pendeteksian 0,335 0,235 Valid

Butir 7 Pendeteksian 0,399 0,235 Valid

Butir 8 Pendeteksian 0,241 0,235 Valid

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Tabel 4.7. ( Lanjutan)

Page 102: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

81

Tabel 4.8. menunjukan variabel pendeteksian dari masing-masing 8

butir pertanyaan mempunyai kriteria valid karena semua nilai r semua

butir pertanyaan lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,235.

Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Audit Investigatif

Pertanyaan Variabel r hitung r table Keterangan

Butir 1 Audit Investigatif 0,546 0,235 Valid

Butir 2 Audit Investigatif 0,597 0,235 Valid

Butir 3 Audit Investigatif 0,444 0,235 Valid

Butir 4 Audit Investigatif 0,490 0,235 Valid

Butir 5 Audit Investigatif 0,468 0,235 Valid

Butir 6 Audit Investigatif 0,666 0,235 Valid

Butir 7 Audit Investigatif 0,759 0,235 Valid

Butir 8 Audit Investigatif 0,538 0,235 Valid

Butir 9 Audit Investigatif 0,344 0,235 Valid

Butir 10 Audit Investigatif 0,534 0,235 Valid

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Tabel 4.9. menunjukan variabel audit investigatif dari masing-masing

10 butir pertanyaan mempunyai kriteria valid karena semua nilai r semua

butir pertanyaan lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,235.

Page 103: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

82

Tabel 4.10.

Hasil Uji Validitas Variabel Meminimalisasi Kecurangan

Pertanyaan Variabel r hitung r tabel Keterangan

Butir 1 Meminimalisasi Kecurangan 0,416 0,235 Valid

Butir 2 Meminimalisasi Kecurangan 0,648 0,235 Valid

Butir 3 Meminimalisasi Kecurangan 0,676 0,235 Valid

Butir 4 Meminimalisasi Kecurangan 0,602 0,235 Valid

Butir 5 Meminimalisasi Kecurangan 0,336 0,235 Valid

Butir 6 Meminimalisasi Kecurangan 0,628 0,235 Valid

Butir 7 Meminimalisasi Kecurangan 0,569 0,235 Valid

Butir 8 Meminimalisasi Kecurangan 0,757 0,235 Valid

Butir 9 Meminimalisasi Kecurangan 0,709 0,235 Valid

Butir 10 Meminimalisasi Kecurangan 0,703 0,235 Valid

Butir 11 Meminimalisasi Kecurangan 0,645 0,235 Valid

Butir 12 Meminimalisasi Kecurangan 0,674 0,235 Valid

Butir 13 Meminimalisasi Kecurangan 0,396 0,235 Valid

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Tabel 4.10. menunjukan variabel pendeteksian dari masing-masing 13

butir pertanyaan mempunyai kriteria valid karena semua nilai r semua butir

pertanyaan lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,235.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari

responden melalui pertanyaan yang diberikan. Hasil dari pengujian

Page 104: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

83

reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang

dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Reliabilitas

sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dapat dikatakan

reliable atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode statistik

Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,6 dimana

jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,6 maka butir

pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki

reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha dari suatu

variabel lebih kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut tidak realibel.

(Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2001:42).

Tabel 4.11. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Jumlah butir pertanyaan

Cronbach alpha

Keterangan

Tindakan Pencegahan 10 butir 0,913 Reliabel

Pendeteksian 8 butir 0,615 Reliabel

Auditor Investigatif 10 butir 0,840 Reliabel

Meminimalisasi Kecurangan 13 butir 0,892 Reliabel

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Page 105: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

84

Berdasarkan tabel 4.11. menunjukkan bahwa instrumen untuk setiap

variabel penelitian adalah reliabel, karena α hitung > 0,6. pada variabel

Tindakan Pencegahan memiliki α 0,913 > 0,6. Variabel Tindakan

Pendeteksian Auditor memiliki α hitung 0,630 > 0,6. Variabel Audit

Investigatif memiliki α 0,840. Dan variabel dependen Meminimalisasi

Kecurangan memiliki α hitung 0,892 > 0,6.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada

hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas

menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam

penelitian ini uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada

korelasi atau hubungan diantara variabel tindakan pencegahan,

pendeteksian dan audit investigatif. Pedoman suatu model regresi yang

ideal adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (nilai VIF

dan tolerance disekitar angka 1 serta koefisien korelasi antar variabel

independen haruslah dibawah 0,5) atau tidak terjadi multikolinearitas. Jika

variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

orthogonal yakni variabel orthogonal adalah variabel independen yang

memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol

(Ghozali, 2001: 91).

Page 106: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

85

Tabel 4.12. Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) Tindakan Pencegahan .575 1,738 Pendeteksian .967 1,034 Audit Investigatif .563 1,777

a Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Pada tabel 4.12. terlihat nilai tolerance untuk tiap variabel, variabel

tindakan pencegahan sebesar 0,575 dengan nilai VIF 1,738. Variabel

pendeteksian nilai tolerance sebesar 0,967 dengan nilai VIF 1,038 dan

variabel audit investigatif dengan tolerance sebesar 0,563 dengan nilai

VIF 1,777. Berdasarkan pedoman terhadap uji multikolinieritas nilai

tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka terlihat bahwa tidak terjadi

korelasi diantara variabel tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit

investigatif atau tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi ini.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat

dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah

diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya)

yang telah di-studentized.

Page 107: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

86

Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika

plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan telah terjadi

homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah plot yang

mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

(Ghozali, 2001:105)

Gambar 4.13. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Pada gambar 4.13. menunjukkan tidak terjadi pola tertentu yang

teratur seperti bergelombang, melebar, dll. Sesuai dengan pedoman uji

heteroskedastisitas, maka dalam penelitian ini tidak terjadi

Page 108: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

87

heteroskedastisitas atau disebut homokedastisitas. Hal ini dibuktikan

dengan grafik plot diatas yang tidak membentuk pola tertentu yang teratur

sehingga penelitian ini layak dilakukan pengujian lebih lanjut.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal.

Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak

mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan

bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar

maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan

melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif

dari distribusi normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola

distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi

asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal atau

tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola

distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2001:110).

Pada gambar 4.13. menunjukkan adanya persebaran data (titik) pada

sumbu diagonal yang mendekati garis diagonal. Berdasarkan pedoman uji

Page 109: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

88

normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titk) mengikuti atau

mendekati garis normal maka suatu penelitian dapat dikatakan normal.

Pada gambar histogram juga menunjukkan adanya normalitas dalam

penelitian ini. Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan penelitian ini

memenuhi uji normalitas.

Gambar 4.14. Hasil Uji Normalitas

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Page 110: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

89

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

4. Uji Hipotesis

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel

independen, yaitu tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit

investigatif dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu

meminimalisasi kecurangan. Hasil uji koefisien determinasi dapat

dilihat pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel

berikut :

Page 111: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

90

Tabel 4.15. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .846(a) .716 .697 2.968

a Predictors: (Constant), Tindakan Pencegahan, Pendeteksian dan Audit Investigatif b Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien

Adjusted R Square yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen

sebesar 0,697 yang artinya adalah 69,7% variabel dependen

meminimalisasi kecurangan dijelaskan oleh variabel independen

tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit investigatif. Dan sisanya

sebesar 30,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen

yang digunakan. Misalkan variabel pendidikan profesional auditor

(Taufik, 2008) dan lingkungan kerja audit (Ramaraya, 2008).

Angka koefisien kolerasi (R) pada tabel 4.15. sebesar 0,846

menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen adalah kuat karena memiliki nilai koefisien kolerasi

diatas 0,5. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 2,968. Makin kecil

nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam

memprediksi variabel dependen.

b. Hasil Uji t

Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji

pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial

Page 112: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

91

terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen

dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari

masing-masing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan

sebesar 0,05. jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan

bahwa variabel-variabel independen secara parsial mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi secara

parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16. Hasil Uji t

Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) 7.583 6.812 1.113 .271 Tindakan Pencegahan .205 .116 .183 1.768 .084 Pendeteksian .350 .142 .198 2.471 .017 Audit Investigatif 1.001 .144 .727 6.942 .000

a Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan Sumber : Hasil Penelitian yang diolah, 2010

1) Uji Hipotesis 1 (Tindakan Pencegahan (X1)).

Hasil pengujian untuk tindakan pencegahan ini mempunyai angka

signifikansi 0,084 sehingga nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan

demikian menolak Ha1. Hal ini berarti bahwa tindakan pencegahan

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap meminimalisasi

kecurangan. Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan

oleh Santi Susanti (2009) dan Ismayanti (2009) berpengaruh signifikan

Page 113: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

92

terhadap kecurangan, sedangkan peneliti menyimpulkan tidak siginifikan

atau berbanding terbalik.

2) Uji Hipotesis 2 (Pendeteksian (X2)).

Hasil pengujian untuk pendeteksian ini mempunyai angka signifikansi

0,017 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian

menerima Ha2. Hal ini berarti bahwa pendeteksian berpengaruh positif

dan signifikan terhadap meminimalisasi kecurangan. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian sebelumnya yaitu Susy Novianti (2007) dan

Richard J. Bolton (2002) dan David J. Hand (2002)

3) Uji Hipotesis 3 (Audit Investigatif (X3)).

Hasil pengujian untuk audit investigatif ini mempunyai angka signifikansi

0,00 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian

menerima Ha3. Hal ini berarti bahwa Audit Investigatif berpengaruh

positif dan signifikan terhadap meminimalisasi kecurangan. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh

Theodorus M (2007)

Dari hasil uji regresi yang dilakukan, juga ditemukan bahwa variabel

pendeteksian dan audit investigatif mendukung penelitian sebelumnya

dalam meminimalisasi kecurangan.

c. Hasil Uji F

1) Pengujian signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk menunjukkan

apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model

Page 114: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

93

regresi mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.17. Hasil Uji F

ANOVA(b)

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 1020.129 3 340.043 38.613 .000(a) Residual 405.091 46 8.806 Total 1425.220 49

a Predictors: (Constant), Tindakan Pencegahan, Pendeteksian dan Audit Investigatif b Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.17. menunjukkan bahwa

nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-

value) 0,05 (0,000 < 0,5). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa

pendeteksian (Ha2) dan audit investigatif (Ha3) secara bersama-sama

(simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap meminimalisasi

kecurangan (Ha4) diterima. Keberhasilan meminimalisasi kecurangan

merupakan sebuah prestasi bagi seorang auditor. Banyaknya pendeteksian

dan audit investigatif dalam meminimalisasi kecurangan. Peneliti

berpendapat bahwa tindakan pencegahan yang diberlakukan disebuah

instansi pemerintah atau swasta tidak bisa di jadikan sebuah metode

meminimalisasi kecurangan, karena banyak faktor-faktor yang lain, seperti

penerapan Good Corporate Governance (CGC), pengendalian deteksi,

audit investigatif dan lain-lain. Sehingga perlu dibuat satu sistem yang

menggabungkan Sistem Informasi Akuntansi dan Teknik Informatika.

Page 115: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

94

Page 116: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

B A B V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh maupun hasil analisis yang

telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai

pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit invetigatif terhadap

upaya merninimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan, yaitu:

1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tindakan pencegahan tidak

berpengaruh secure signifikan terhadap upaya merninimalisasi

kecurangan dan tidak mendukung dengan penelitian Ismayanti

(2009) dan Suzy Novianti (2007).

2. Hasil penelit ian ini menunju kan b ahwa t indakan pendeteksian

berpengaruh secara signifikan terhadap upaya merninimalisasi

kecurangan dan mendukung dengan penelitian Santi Yustini

(2009) dan Rani Widiastuti (2009).

3. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa audit investigatif berpennruh

secara signifikan terhadap upaya merninimalisasi kecurangan

Berdasarkan hasil uji regresi diternukan bahwa variabel pendeteksian

mendukung Richard J. Bolton (2002) dan David J. Hand (2002) dan audit

investigatif berpengaruh secara signifikan baik secara partial maupun

simultan terhadap upaya merninimalisasi kecurangan dan

mendukung penelitian sebelumnya yaitu Santi Susanti (2009).

Page 117: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini adalah

Sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Menambah refrensi untuk peneliti selanjutnya Gan menambah

variabel-variabel pendukung yang berhubungan dengan tindakan

pencegahan,pendeteksian dan audit investigatif terhadap upaya

merninimalisasi kecurangan.

2. Bagi Pernerintah

Menjadi acuan pernerintah dalam mengenakan pajak perusahaan

dan dan menindak lanjuti apabila diternukannya kecurangan

3. Bagi Perusahaan.

Sebagai pengambil kebijakan dimasa yang akan datang dan tindak

lanjut apabila diternukannya kecurangan.

4. Bagi Investor

Mengambil suatu keputusan sebelum menanamkan modalnya dan

mengevaluasi pergerakan sahamnya tersebut.

5. Bagi Pernerintah

Sebagai badan pernantau independen yang mengontrol pelaku

tindak kecurangan beserta hukumannya

Page 118: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

94

DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. ”Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Auditor Internal”

Artikel. Jakarta: 2004. Dari http: // www.pdf.com (diakses pada 05-04-2010)

Bolton, J Richard. Hand, J David. “Statiscal Fraud Detection : A Riview ”.

Statiscal Science Journal. Vol.17, No 3, 2002, pp 235-255 dari http: // www.jstor.org (diakses pada 12-05-2010)

Gemilang. “Cara Efektif Mendeteksi Kecurangan dalam Upaya Memberantas

Korupsi di Dalam Negeri ini Dengan Audit Investigasi”. Makalah. November 2009. dari http: // wordpress.com (diakses pada 12-05-2010)

Ghozali, Iman. “Aplikasi Analis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2005 Hamid, Abdul dkk. ”Pedoman Penulisan Skripsi“. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2007. Indriantoro, Nur dan Bambang Soepomo.”Metodologi Penelitian Bisnis”.

Yogyakarta. 2002. Ismayanti. “Pengaruh Keahlian dan Tanggung Jawab Auditor Internal Terhadap

Mendeteksi Kecurangan serta Pencegahan Tindakan Kecurangan”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.

Kurniawan, Albert. “Belajar Mudah SPSS untuk Pemula”. MediaKom.

Yogyakarta. 2009 Morton, Sanford. “Strategic Auditing for Fraud”. The Accounting Riview Journal.

Vol 68, No 4, pp 825-839 dari http: // www.jstor.org (diakses pada 20-04-2010)

Novianti, Suzy. “Skeptisme Profesionalisme Auditor dalam Mendeteksi

Kecurangan”. Accounting Conference. 2007. (diakses pada 10-04-2010) Ramarya, Tri. “Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan Auditor

Internal”. Jurnal. Dari http: // pdf.com (diakses pada 20-04-2010) Rosandi, Raisya. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Auditor dalam

Mendeteksi Kecurangan”. Skripsi. 2009. Sahari, Haryanto. Dudi, Kurniawan. “Peran Akuntan Publik dalam Mendeteksi

dan Mencegah Fraud”. Economics Business and Accounting Riview. Depok. 2007.

Page 119: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

95

Sunarso, Siswanto. “Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Artikel. September 2007. dari http: // beritaindonesia.com. (diakses pada 20-04-2010)

Theodorus M. Tuanakotta. ”Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007.

Uyanto, Stanislaus “Pedoman Analisis Data dengan SPSS”. Graha Ilmu.

Yogyakarta. 2009. Umar, Haryono. “Komisi Pemberantasan Korupsi”. Artikel Workshop. UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2009 Widjaja, Amin Tunggal. “Forensik Audit Mencegah dan Mendeteksi

Kecurangan”, Harvarindo. Jakarta 2009. Wahyana, Mettoe. ”Kenapa Orang Melakukan Fraud“. Artikel. Oktober 2008. dari

http : // www.oggix.com (diakses pada 05-04-2010) Widiastuti, Rani. SE. “Pengaruh Pengalaman, Kompetensi dan Integritas Auditor

Eksternal Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.

”Jenis-Jenis Fraud“. Artikel. Oktober 2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010)

”Apa Itu Audit Investigatif“. Oktober 2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010)

”Peranan Forensic Accounting Dalam Audit Dalam Perspektif

Tindak Pidana Korupsi“. Artikel. Oktober 2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010)

”Peran dan Fungsi Internal Auditor “. Artikel. Oktober 2008.

dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010). ”Peranan Supervisor dalam Fraud Audit“. Artikel. Oktober

2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010). Susanti. “Pengaruh Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap Peran Akuntan

Publik Dalam Pengungkapan Kecurangan”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.

Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPPS: Statistik Parametik“. PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta. 2007.

Page 120: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

Jawaban Responden (Tindakan Pendeteksian)TPn1 TPn2 TPn3 TPn4 TPn5

1 4 4 4 4 4 202 3 4 4 3 4 183 3 3 4 4 4 184 4 3 4 3 4 185 4 3 4 3 4 186 4 4 4 4 4 207 3 4 5 4 5 218 4 4 3 4 3 189 4 4 4 2 4 1810 3 4 4 3 5 1911 4 4 3 4 5 2012 3 3 2 3 2 1313 3 3 2 3 3 1414 3 4 4 3 3 1715 3 3 4 3 4 1716 4 3 4 4 3 1817 3 4 4 4 4 1918 4 4 4 5 4 2119 4 4 4 4 5 2120 2 4 4 4 3 1721 5 4 4 4 4 2122 4 4 4 4 3 1923 5 4 4 4 5 2224 5 4 4 4 5 2225 4 4 4 4 4 2026 4 4 4 4 4 2027 4 5 4 5 4 2228 4 3 5 3 3 1829 3 3 4 3 5 1830 4 5 5 4 5 2331 5 5 4 4 4 2232 4 3 4 4 3 1833 4 4 4 4 4 2034 2 4 4 4 4 1835 2 4 4 4 4 1836 2 4 4 4 4 1837 2 4 4 4 4 1838 2 4 4 4 4 1839 2 4 4 4 4 1840 3 4 4 4 4 19

Responden Total

Page 121: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

41 5 5 5 5 4 2442 5 4 4 4 4 2143 4 4 5 4 5 2244 4 4 5 4 5 2245 5 4 5 4 4 2246 3 4 3 4 4 1847 4 4 4 3 4 1948 5 4 4 4 5 2249 4 4 4 4 4 2050 4 4 4 4 4 20

Page 122: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

Uji Validitas dan Reliabilitas Tindakan Pencegahan Case Processing Summary N % Cases Valid 50 100.0 Excluded(a) 0 .0 Total 50 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items .913 .920 10

Item Statistics Mean Std. Deviation N TPc1 3.98 .685 50 TPc2 4.06 .740 50 TPc3 4.14 .639 50 TPc4 4.08 .778 50 TPc5 4.12 .746 50 TPc6 4.10 .544 50 TPc7 4.06 .620 50 TPc8 3.60 .833 50 TPc9 4.14 .606 50 TPc10 4.06 .740 50

Inter-Item Correlation Matrix TPc1 TPc2 TPc3 TPc4 TPc5 TPc6 TPc7 TPc8 TPc9 TPc10 TPc1 1.000 .204 .146 .424 .364 .444 .532 .272 .253 .204 TPc2 .204 1.000 .716 .629 .541 .695 .571 .272 .618 1.000 TPc3 .146 .716 1.000 .674 .606 .722 .648 .376 .685 .716 TPc4 .424 .629 .674 1.000 .686 .800 .709 .271 .668 .629 TPc5 .364 .541 .606 .686 1.000 .623 .690 .276 .548 .541 TPc6 .444 .695 .722 .800 .623 1.000 .708 .450 .699 .695

Page 123: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

TPc7 .532 .571 .648 .709 .690 .708 1.000 .482 .575 .571 TPc8 .272 .272 .376 .271 .276 .450 .482 1.000 .234 .272 TPc9 .253 .618 .685 .668 .548 .699 .575 .234 1.000 .618 TPc10 .204 1.000 .716 .629 .541 .695 .571 .272 .618 1.000

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted TPc1 36.36 24.276 .395 . .921 TPc2 36.28 21.593 .767 . .899 TPc3 36.20 22.327 .774 . .900 TPc4 36.26 21.094 .799 . .897 TPc5 36.22 21.930 .705 . .903 TPc6 36.24 22.635 .866 . .897 TPc7 36.28 22.287 .810 . .898 TPc8 36.74 23.502 .398 . .925 TPc9 36.20 22.939 .707 . .904 TPc10 36.28 21.593 .767 . .899

Page 124: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

Uji Validitas dan Reliabilitas Pendeteksian Case Processing Summary N % Cases Valid 50 100.0

Excluded(a) 0 .0

Total 50 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items .615 .637 8

Item Statistics Mean Std. Deviation N TPn1 3.64 .921 50 TPn2 3.88 .521 50 TPn3 4.00 .606 50 TPn4 3.80 .571 50 TPn5 3.28 .948 50 TPn6 4.02 .685 50 TPn7 3.90 .707 50 TPn8 3.64 .776 50

Inter-Item Correlation Matrix TPn1 TPn2 TPn3 TPn4 TPn5 TPn6 TPn7 TPn8 TPn1 1.000 .206 .219 .171 .352 .206 .194 .300 TPn2 .206 1.000 .323 .535 -.055 .350 -.033 -.059 TPn3 .219 .323 1.000 .236 .036 .443 .238 .174 TPn4 .171 .535 .236 1.000 .068 .167 .505 -.074 TPn5 .352 -.055 .036 .068 1.000 -.040 -.110 .472 TPn6 .206 .350 .443 .167 -.040 1.000 .341 -.025 TPn7 .194 -.033 .238 .505 -.110 .341 1.000 -.104 TPn8 .300 -.059 .174 -.074 .472 -.025 -.104 1.000

Page 125: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted TPn1 26.52 6.255 .473 .287 .526 TPn2 26.28 8.165 .284 .625 .593 TPn3 26.16 7.525 .417 .289 .560 TPn4 26.36 7.745 .380 .654 .571 TPn5 26.88 7.210 .240 .362 .619 TPn6 26.14 7.551 .335 .404 .577 TPn7 26.26 7.870 .239 .609 .606 TPn8 26.52 7.642 .241 .297 .605

Page 126: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

Uji Validitas dan Reliabilitas Audit Investigatif Case Processing Summary N % Cases Valid 50 100.0

Excluded(a) 0 .0

Total 50 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items .840 .842 10

Item Statistics Mean Std. Deviation N AI1 4.06 .470 50 AI2 4.10 .544 50 AI3 4.10 .580 50 AI4 4.26 .664 50 AI5 4.12 .659 50 AI6 4.08 .665 50 AI7 4.00 .639 50 AI8 4.02 .654 50 AI9 4.16 .618 50 AI10 4.24 .591 50

Item Statistics Mean Std. Deviation N AI1 4.06 .470 50 AI2 4.10 .544 50 AI3 4.10 .580 50 AI4 4.26 .664 50 AI5 4.12 .659 50 AI6 4.08 .665 50 AI7 4.00 .639 50 AI8 4.02 .654 50 AI9 4.16 .618 50 AI10 4.24 .591 50

Page 127: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted AI1 37.08 13.259 .546 .362 .826 AI2 37.04 12.733 .597 .458 .821 AI3 37.04 13.141 .444 .425 .834 AI4 36.88 12.598 .490 .371 .830 AI5 37.02 12.714 .468 .369 .833 AI6 37.06 11.853 .666 .502 .812 AI7 37.14 11.633 .759 .651 .803 AI8 37.12 12.434 .538 .576 .825 AI9 36.98 13.408 .344 .412 .843 AI10 36.90 12.745 .534 .494 .826

Page 128: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables Removed

Method

1

X1, X2, X3(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: VAR00045 Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .846(a) .716 .697 2.96755 a Predictors: (Constant), VAR00031, VAR00020, VAR00011 b Dependent Variable: VAR00045 ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1020.129 3 340.043 38.613 .000(a)

Residual 405.091 46 8.806 Total 1425.220 49

a Predictors: (Constant), VAR00031, VAR00020, VAR00011 b Dependent Variable: VAR00045 Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF B Std. Error 1 (Constant) -7.583 6.812 -1.113 .271

VAR00011 .205 .116 .183 1.768 .084 .575 1.738 VAR00020 .350 .142 .198 2.471 .017 .967 1.034 VAR00031 1.001 .144 .727 6.942 .000 .563 1.777 a Dependent Variable: VAR00045

Page 129: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf

Coefficient Correlations(a) Model VAR00031 VAR00020 VAR00011 1 Correlations VAR00031 1.000 .150 -.647

VAR00020 .150 1.000 -.018 VAR00011 -.647 -.018 1.000

Covariances VAR00031 .021 .003 -.011 VAR00020 .003 .020 .000 VAR00011 -.011 .000 .013

a Dependent Variable: VAR00045 Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension

Eigenvalue Condition

Index Variance Proportions

(Constant) VAR00011 VAR00020 VAR00031 (Constant) VAR00011 1 1 3.978 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .015 16.020 .01 .16 .33 .04 3 .005 29.650 .14 .77 .21 .34 4 .002 40.235 .86 .08 .46 .61

a Dependent Variable: VAR00045 Residuals Statistics(a) Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 39.4400 61.4504 52.3400 4.56278 50 Std. Predicted Value -2.827 1.997 .000 1.000 50 Standard Error of Predicted Value .448 1.455 .797 .267 50

Adjusted Predicted Value 39.3106 61.3848 52.4079 4.51150 50 Residual -6.85954 4.76954 .00000 2.87527 50 Std. Residual -2.312 1.607 .000 .969 50 Stud. Residual -2.404 1.658 -.011 1.018 50 Deleted Residual -7.42084 5.07372 -.06785 3.18372 50 Stud. Deleted Residual -2.543 1.691 -.018 1.038 50 Mahal. Distance .136 10.807 2.940 2.657 50 Cook's Distance .000 .362 .028 .058 50 Centered Leverage Value .003 .221 .060 .054 50

a Dependent Variable: VAR00045

Page 130: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 131: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 132: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 133: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 134: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 135: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 136: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf
Page 137: 93450-Muhammad Iqbal-FEB.pdf