Upload
budi
View
220
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
evi hasnita
Citation preview
STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Ns.Hj.Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes
Overview of Standards Process, Facility Standards and Pre-Assessment ofEducational facilities and standards in the Quality Assurance System ofEducation in Midwifery and Nursing Studies Program STIKes Fort De KockYear 2010
Vii + 66 pages, 4 tables, 6 eclosure
ABSTRACK
Quality assurance system in STIKes Fort De Kock has applied himselfthoroughly, but pemonitoring not been applied thoroughly and continue. It aims todetermine the extent of educational quality standards applied in accordance with PP.19 of 2005 on the SNP.
This research is a descriptive analytic study conducted in Midwifery andNursing Campus STIKes Fort De Kock Bukittinggi in June 2010, the population is alltenured faculty who teach in the Nursing and Midwifery Studies Program STIKesFort De Kock in 2010 by 30 people, collecting data by questionnaire, presented intabular form of frequency distributions and percentages.
The results showed more than half (83.33%) of respondents stated that theprocess has appropriate standards or has been in charge, more than half (63.33%) ofrespondents said pre-standard facilities and facilities meet or has been applied, andmore than half (73.33%) of respondents stated that the standard assessmentappropriate education or have been applied.
In this study we can conclude that the standard processes, tools and pre-standard facilities and educational assessment in compliance or has been applied asone of the existing minimum standards in Higher Education. In accordance with theMission STIKes Fort De Kock, so students are able to work and develop the existingpotential as well as superior and skilled in health
Literatur : 10 (2003-2010)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi
Ns.Hj.Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes
Gambaran Penerapan Standar Proses, Standar Sarana dan Pra-sarana sertaStandar Penilaian Pendidikan dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan diProgram Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock Tahun 2010
vii + 65 halaman, 4 tabel, 6 lampiran
ABSTRAK
Sistem penjaminan mutu di STIKes Fort De Kock sendiri telah diterapkansecara menyeluruh, namun pemonitoring belum diterapkan secara menyeluruh dancontinue. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana standar mutu pendidikanditerapkan sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik yangdilaksanakan di Kampus Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De KockBukittinggi pada bulan Juni 2010, populasi adalah semua dosen tetap yang mengajardi Program Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock pada tahun2010 sebanyak 30 orang, pengumpulan data dengan kuesioner, disajikan dalambentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separoh (83,33%) respondenmenyatakan bahwa standar proses telah sesuai atau telah di tetapkan, lebih dariseparoh (63,33%) responden menyatakan standar sarana dan pra-sarana sesuai atautelah diterapkan, dan lebih dari separoh (73,33%) responden menyatakan bahwastandar penilaian pendidikan sesuai atau telah diterapkan.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa standar proses, sarana dan pra-sarana serta standar penilaian pendidikan telah sesuai atau telah diterapkan sebagaisalah satu standar minimal yang ada pada Perguruan Tinggi. Sesuai dengan MisiSTIKes Fort De Kock, sehingga mahasiswanya mampu berkarya danmengembangkan potensi yang ada serta unggul dan terampil di bidang kesehatan.
Daftar Bacaan : 10 (2003-2010)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN
ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------------- i
KATAPENGANTAR -------------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ iv
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------ vi
DAFTAR LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------------- 1
B. Perumusan Masalah ---------------------------------------------------------- 4
C. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------- 5
1. Tujuan Umun -------------------------------------------------------- 5
2. Tujuan Khusus ------------------------------------------------------- 5
D. Manfaat Penelitian ------------------------------------------------------------ 6
1. Manfaat Teoritis ----------------------------------------------------- 6
2. Manfaat Aplikatif ---------------------------------------------------- 6
E. Ruang Lingkup .---------------------------------------------------------------- 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistemn Penjaminan Mutu Pendidikan ------------------------- 7
B. Standar Mutu Minimal dalam SPMI ----------------------------------------- 11
C. Praktik Baik Standar Proses Pembelajaran ---------------------------------- 12
D. Praktik Baik Standar Sarana dan Prasarana --------------------------------- 18
E. Praktik Baik Standar Penilaian Pendidikan --------------------------------- 32
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep -------------------------------------------------------------- 48
B. Definisi Operasional -----------------------------------------------------------
49
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Design Penelitian -------------------------------------------------------------- 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ------------------------------------------------ 51
C. Populasi dan Sampel ----------------------------------------------------------- 52
D. Teknik Pengambilan Data ----------------------------------------------------- 52
E. Teknik Pengelolaan Data ----------------------------------------------------- 53
F. Analisa Data --------------------------------------------------------------------- 54
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisis Situasi ----------------------------------------------------------------- 55
1. Sejarah ------------------------------------------------------------------ 55
2. Keadaan Umum Daerah Penelitian --------------------------------- 56
3. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ---------------------------------- 57
B. Analisis Univariat -------------------------------------------------------------- 57
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat -------------------------------------------------------------- 60
1. Standar Proses -------------------------------------------------------- 60
2. Standar Sarana dan Pra-sarana ------------------------------------- 61
3. Standar Penilaian Pendidikan -------------------------------------- 63
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------------- 65
B. Saran --------------------------------------------------------------------------- 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Definisi Operasional ---------------------------------------------------48
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Standar Proses ----------------------------------56
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Standar Sarana dan Pra-sarana----------------57
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Standar Penilaian Pendidikan -----------------58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Format Persetujuan
Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4 Master Tabel
Lampiran 5 Lembar SPSS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan harapan dan dambaan bagi
setiap warga negara ini. Masyarakat, baik yang terorganisir dalam suatu lembaga
pendidikan, maupun orang tua/wali murid, sangat berharap agar murid dan anak-anak
mereka mendapatkan pendidikan yang bermutu agar kelak dapat bersaing dalam
menjalani kehidupan.
Untuk menjawab harapan masyarakat tersebut, dan tentunya juga untuk mengejar
ketertinggalan dalam dunia pendidikan dibanding negara-negara lain, Pemerintah
Indonesia dan DPR pada tahun 2003 telah melakukan beberapa perubahan dalam sistem
pendidikan, melalui penetapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Perubahan
mendasar dalam Undang-Undang Sisdiknas yang baru tersebut adalah demokratisasi dan
desentralisasi pendidikan, serta pemberian porsi yang cukup besar bagi peran serta
masyarakat. Dengan demikian, masyarakat di sekitar lembaga pendidikan dapat
menentukan sendiri terhadap lulusan yang diharapkan. Hal ini senafas dengan
pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang
mencakup beberapa bidang pembangunan termasuk pendidikan. Dengan diberlakukannya
otonomi pendidikan, diharapkan akan berpengaruh positif terhadap tumbuhnya lembaga
pendidikan yang berkualitas. Setiap lembaga pendidikan diharapkan mampu menggali
sumber daya dan potensi daerah berbasis keunggulan lokal. (Universitas Katolik
Atmajaya, 2007)
Konsekuensi yang tidak bisa dihindarkan dari desentralisasi pendidikan tersebut,
karena budaya dan potensi daerah yang sangat beragam, adalah lulusan yang bervariasi.
Oleh karena itu, lewat Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, telah ditetapkan Standar
Nasional Pendidikan yang mencakup isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan
(PP. Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab II Pasal 2 ayat (1).
Sedang untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan dilakukan evaluasi,
akreditasi dan sertifikasi (PP. Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, Bab II Pasal 2 ayat (2). (Sigit Nugroho,2008)
Pengalaman penjaminan mutu dinegara-negara maju, seperti di negara-
negara di eropa pada umumnya, perlu dikaji ulang untuk dapat disesuaikan
dengan kondisi di Indonesia. Banyak praktek yang dilihat di negara maju
nampaknya sesuai dan dapat diterapkan pada sistem pendidikan di Indonesia,
namun ternyata belum bisa langsung diimplementasikan pada sistem pendidikan
di Indonesia.
Hal ini tidak terlepas dari sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia dan
kebijakan yang telah dilaksanakan. Kita ambil contoh negara Inggris misalnya,
tidak semua konsep penjaminan mutu di Inggris dapat diterapkan di Indonesia
secara utuh.
Standar adalah ketentuan minimal yang harus dipenuhi. Ini berarti setiap
satuan pendidikan atau sekolah harus dapat mencapai kualitas minimal sama
dengan standar tersebut atau lebih tinggi dari standar tersebut. Untuk memenuhi
tujuan tersebut perlu ada penjamin mutu yang berkelanjutan, yakni upaya-upaya
yang memastikan atau meyakinkan bahwa proses pendidikan akan menghasilkan
output dan outcome yang bermutu (sesuai dengan standar). (Depdiknas, 2008. P:
II-1)
Penjaminan mutu pendidikan di Indonesia harus dilakukan dengan cara
yang sistematis, integral, menyeluruh dan berkelanjutan. Sistematis artinya bahwa
satu kegiatan menjadi dasar dari kegiatan berikutnya. Integral artinya satu
kegiatan terkait atau menjadi bagian dari kegiatan yang lain. Menyeluruh artinya
penjaminan mutu tidak bisa dilakukan secara sepihak dan parsial. Berkelanjutan
artinya penjaminan mutu harus dilakukan secara berulang-ulang. Semua lembaga
pendidikan sebaiknya melakukan penjamina mutu pendidikan sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Seperti: Sekolah, Komite Sekolah, Dinas
Pendidikan, LPMP dan Lembaga Pendidikan Non Formal dan juga lembaga
Perguruan Tinggi.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock merupakan salah satu
STIKes yang ada di Bukittinggi. STIKes ini terdiri dari 5 program studi yaitu Prodi
Kesehatan masyarakat, Prodi Keperawatan, Prodi Fisiotherapi, Prodi D3
Kebidanan dan Prodi DIV Bidan Pendidik. Sistem penjaminan mutu di STIKes
Fort De Kock sendiri telah diterapkan secara menyeluruh, namun pemonitoringan
belum diterapkan secara menyeluruh dan continue. Hal ini disebabkan karena
kesibukan pada pemegang program tersebut, sehingga masih ditemukan adanya
kesenjangan. Evaluasi penjaminan mutu itu sendiri dilakukan setiap setahun sekali
oleh Ketua Yayasan. (STIKes Fort De Kock, 2010).
Dari latar belakang dan permasalahan tersebut, penulis mendapatkan
jumlah pengajar atau dosen yang mengajar di Prodi Kebidanan sebanyak 15 orang
dan Keperawatan sebanyak 15 orang penulis tertarik untuk menyusun Laporan
Tugas Akhir dengan judul “ Gambaran Penerapan Standar Proses, Standar Sarana
Dan PraSarana Serta Standar Penilaian Pendidikan Dalam Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan Di Program Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De
Kock Bukittinggi Tahun 2010”.
B. Perumusan Masalah
Dalam penulisan laporan ini, penulis mencoba mengungkapkan
bagaimana sistem penjaminan mutu pendidikan yang ada di STIKes Fort De Kock
mampu sesuai dengan standar mutu yang terdapat dalam SPMI (Sistem
Penjaminan Mutu Internal). Ada beberapa standar yang harus dimiliki sebuah
perguruan Tinggi yang di atur dalam PP. No. 19 Tahun 2005 tentang SNP (Standar
Nasional Pendidikan), yaitu : Standar Isi, Proses, Kompetensi Lulusan, Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan,
Pembiayaan, Penilaian pendidikan serta standar penelitian.
Dalam hal ini penulis mencoba melakukan penelitian dengan membatasi
ruang lingkup hanya dengan membagi 3 dari 9 standar mutu yang ada, yaitu :
standar Proses, Sarana dan Prasarana serta standar Penilaian Pendidikan.
Penelitian dilakukan di STIKes Fort De Kock dalam lingkungan program studi
Kebidanan dan Keperawatan pada tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejauh mana standar mutu pendidikan yang terdapat
dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP mampu diterapkan oleh pendidikan di
STIKes Fort De Kock Jurusan Kebidanan dan Keperawatan pada tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar Proses mampu di
terapkan sebagai salah satu Standar minimal Perguruan Tinggi.
b. Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar Sarana dan
Prasarana mampu di terapkan sebagai salah satu Standar minimal
Perguruan Tinggi.
c. Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar Penilaian
Pendidikan mampu di terapkan sebagai salah satu Standar minimal
Perguruan Tinggi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, wawasan dan sedikit pengalaman yang berharga
untuk mengetahui lebih dalam mengenai standar mutu pendidikan sebagai
terapan yang harus dilakukan di sebuah Perguruan Tinggi guna mendapatkan
hasil yang maksimal.
2. Manfaat Aplikatif
a. Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai masukkan dalam rangka
meningkatkan standar mutu pendidikan di Perguruan Tinggi dan
penerapannya dalam fakta di lapangan itu sendiri.
b. Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan bagi penulis lain yang akan
meneliti standar minimal mutu pendidikan di masa yang akan datang.
E. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan yang ada, maka penulis melakukan penelitian
dengan Judul “Gambaran Penerapan Standar Proses, Standar Sarana dan
Prasarana serta Standar Penialaian Pendidikan Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan di Prodi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock
Bukittinggi Tahun 2010”. Penulis membatasi ruang lingkup penelitian dengan
menggunakan 3 standar minimal yang ada dalam PP No. 19 Tahun 2005 yaitu
standar Proses, Sarana dan Prasarana serta standar Penilaian Pendidikan.
Populasinya adalah semua dosen yang terlibat dalam penjaminan mutu dan
pemegang kurikulum yang ada di Prodi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort
De Kock sebanyak 30 orang. Metoda penelitan adalah Deskriptif Analisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMI)
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di suatu perguruan tinggi
merupakan kegiatan mandiri dari perguruan yang bersangkutan, sehingga proses
tersebut dirancang, dijalankan dan dikendalikan sendiri oleh perguruan tinggi
yang bersangkutan tanpa campur tangan dari Pemerintah, dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Dengan demikian, pedoman SPMI ini
tidak bertujuan ‘mendikte’ perguruan tinggiagar menjalankan proses penjaminan
mutu seperti diuraikan di dalamnnya, melainkan pedoman ini bertujuan
memberikan inspirasi tentang berbagai aspek yang pada umumnya terkandung
dalam SPMI di suatu perguruan tinggi. Kebijkanan ini di ambil karena disadari
bahwa setiap perguruan tinggi memiliki spesifikasi yang berlainan, antara lain
dalam hal sejarah, visi dan misi, budaya organisasi, ukuran organisasi (jumlah
program studi, jumlah dosen dan jumlah mahasiswa), struktur organisasi, sumber
daya dan pola kepemimpinan.
SPMI adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi di
perguruan tinggi oleh perguruan tinggi (internally driven), untuk mengawasi
penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi secara berkelanjutan
(caontinuous improvement), sebagaimana di atur oleh Pasal 50 ayat (6) UU.
Sisdiknas juncto Pasal 91 PP. No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP).
Secara umum dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
penjaminan mutu adalah perencanaan, penerapan, pengendalian dan
pengembangan standar mutu perguruan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan
(continuous improvement/kaizen), sehingga stakeholders baik internal maupun
eksternal memperoleh kepuasan. (Depdiknas, 2008, p:II-1)
Perguruan tinggi adalah suatu pendidikan penyelengaara pendidikan tinggi
dengan tujuan adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat. Dengan demikian ada beberapa dimensi yang melekat pada
perguruan tinggi, yaitu :
1. Dimensi Etis
Hakikat tugas dan panggilan universitas adalah mengabdikan diri pada
penelitian, pengajaran dan pendidikan para mahasiswa yang dengan suka rela
bergabung dengan para dosen dalam cinta yang sama akan pengetahuan.
Universitas adalah suatu komunitas akademik yang dengan cermat dan kritis
membantu melindungi dan meningkatkan martabat manusia dan warisan
budaya melalui penelitian, pengajaran dan berbagai pelayanan yang diberikan
kepada komunitas setempat, nasional bahkan internasional.
7
Dalam konteks pencarian kebenaran secara utuh, universitas mempunyai
kebebasan akademik. Kebebasan akademik berakar pada martabat manusia
yang mempunyai kebebasan internal atau kebebasan dasar dalam pribadinya.
Makna akan menjamin bahwa penemuan baru akan digunakan untuk
kesejahteraan otentik individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal
ini terasa kekentalan dimensi moral dan etis penemuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. (Idrajit, Richcardus Eko:2006)
2. Dimensi Keilmuan
Dunia perguruan tinggi adalah dunia ilmu pengetahuan. Tujuan utama
pendidikan tinggi adalah mengembangkan dan menyebarkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dengan proses belajar mengajar,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hanya di perguruan tinggi
melalui pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan betul-betul dikembangkan dan
bukan di pendidikan yang lebih rendah atau di tempat lain. Universitas adalah
suatu masyarakat akademik, yaitu masyarakat ilmu pengetahuan yang
mempunyai otonomi ilmu pengetahuan berupa kebebasan akademik dalam
tiap disiplin ilmu sesuai dengan prinsip dan metode masing-masing. Oleh
karena itu setiap dosen harus berusaha selalu meningkatkan kompetensi di
bidang ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Demikian pula para mahasiswa
diarangsang untuk berpikir secara kritis, sistematis dan taat asas serta mau dan
mampu belajar seumur hidup. ( Idrajit, Richcardus Eko:2006 )
3. Dimensi Pendidikan
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada tingkat tinggi. Namun, hal ini
sering menimbulkan polemik, apakah memang betul bahwa proses yang
terjadi di universitas merupakan suatu pendidikan atau suatu pembelajaran
karena arti pendidikan berlainan dengan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, mahasiswa diusahakan menjadi orang yang mau belajar terus
menerus. Proses pembelajaran pada umumnya bersifat formal. Sebaliknya,
pendidikan adalah proses penyiapan manusia muda menjadi manusia dewasa,
yaitu manusia yang mandiri dan bertanggung jawab. Proses pendidikan
bersifat informal dan terjadi terutama dalam keluarga, tetapi dapat pula dalam
masyarakat bersekolah. Dalam proses pendidikan tinggi yang ada adalah
penjenjangan, pengaturan, perencanaan, struktur dan system mengenai
pembelajaran. Namun, polemik mungkin dapat didamaikan dengan penjelasan
bahwa dalam perguruan tinggi terjadi pendidikan melalui pembelajaran.
( Idrajit, Richcardus Eko:2006 )
4. Dimensi Sosial
Penemuan ilmiah dan penemuan teknologi telah menciptakan
pertumbuhan ekonomi dan industry yang sangat besar. Melalui pertumbuhan
inilah kesejahteraan manusia pun ditingkatkan. Melalui kegiatan dan
perjuangan para ahli dan mahasiswa, kehidupan demokrasi ditingkatkan dan
martabat manusia lebih dihargai. Perguruan tinggi mempersiapkan para
mahasiswa untuk mengambil tanggung jawab dalam masyarakat. Dari para
lulusannya masyarakat mengharapkan penbaruan dan perbaikan terus-
menerus dalam tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Lebih lanjut,
melalui pengajaran dan penelitian, perguruan tinggi diharapkan memberikan
sumbangan dalam memecahkan berbagai problem yang sedang dihadapi
masyarakat seperti pengangguran, kekurangan pemeliharaan kesehatan,
ketidakadilan, kebodohan dan lain sebagainya. ( Idrajit, Richcardus
Eko:2006 )
5. Dimensi Korporasi
Perguruan tinggi memberikan jasa kepada masyarakat berupa
pendidikan tinggi dalam bentuk proses belajar mengajar dan penelitian. Yang
diajarkan dan diteliti adalah ilmu pengetahuan. Perguruan tinggi mempunyai
pelanggan, yaitu para mahasiswa dan masyarakat pengguna lulusannya.
Perguruan tinggi menghadapi persaingan dengan perguruan tinngi lainnya
baik dari dalam ataupun luar negeri. Apabila mahasiswa perguruan tinggi
terlalu sedikit, perguruan tinggi tidak dapat membiayai dirinya sendiri
sehingga mengalami defisit dan jika dialami terus-menerus, maka
kelangsungan hidup perguruan tinngi akan terancam. Ada semacam break
event point yang harus dicapai dalam penyelenggaraan perguruan tinggi.
Perguruan tinggi memiliki dan mengelola berbagai sumber daya seperti
manusia, barang-barang, peralatan, keuangan dan metode. Perguruan tinggi
perlu memperkenalkan produknya pada masyarakat agar dikenal dan “ dibeli”.
Semuanya menunjukkan kesamaan antara perguruan tinggi dan perusahaan.
Inilah yang disebut dengan dimensi korporasi perguruan tinggi. ( Idrajit,
Richcardus Eko:2006 )
B. Standar Mutu Minimal dalam SPMI
Perguruan tinggi merencanakan, menerapkan, mengendalikan dan
mengembangkan standar mutu pendidikan tinggi. Ada 8 macam standar minimal
wajib yang diatur dalam PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, yaitu :
1. Standar Isi
2. Standar Proses
3. Standar Kompetensi Lulusan
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan, dan
8. Standar Penilaian Pendidikan.
Sejumlah standar lain yang melampaui standar minimal, baik melampaui
secara kualitatif maupun kuantitatif, atas inisiatif perguruan tinggi (Intermally
Driven) yang dijabarkan dari visi perguruan tinggi yang bersangkutan. Melampaui
secara kualitatif berarti jika standar minimal menetapkan standar tertentu,
misalnya dosen harus berpendidikan magister, maka perguuan tinggi dapat
menetapkan bahwa dosen harus berpendidikan lebih tinggi yaitu doktor.
Sedangkan melampaui secara kuantitatif berarti perguruan tinggi
menambahkan sejumlah standar selain 8 standar minimal yang dijabarkan dari visi
perguruan tinggi tersebut. (Depdiknas, 2008, p: II-5)
C. Praktik Baik Standar Proses Pembelajaran
Dalam pasal 1 butir 20 UU. No. 20/2003 tentang sistem pendidikan
nasional, dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di lingkungan
pendidikan tinggi, interaksi tersebut terjadi antara mahasiswa dan dosen. Dalam
interaksi yang berpusat pada mahasiswa ( student centered learning ) terjadi proses
perubahan yang dialami mahasiswa dalam empat ranah, yang disebut ranah
kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau
pikiran; ranah afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi,
dan reaksi-reaksi yang berbeda berdasarkan penalaran, misalnya penerimaan,
partisipasi, penentuan sikap; ranah psikomotorik yaitu kemampuan yang
mengutamakan keterampilan jasmani, misalnya persepsi, kreativitas; ranah
kognitif yaitu kemampuan untuk bekerja sama.
Agar proses pembelajaran dapat menghasilkan perubahan pada mahasiswa
dalam empat ranah di atas dan bermutu ( memenuhi kompetensi lulusan ),
diperlukan standar mutu proses pembelajaran yang disusun berdasarkan peraturan
perundangan, visi dan misi perguruan tinggi serta dengan memperhatikan
kompetensi lulusan yang dibutuhkan stakeholders. Pasal 1 angka 6 PP No. 19/2005
tentang SNP menyatakan bahwa, standar proses adalah SNP yang berhubungan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Sedangkan pasal 21 (1) SNP menyatakan bahwa,
pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta
didik per kelas dan mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks
pelajaran setiap peserta didik dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap
pendidik. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa lingkup standar proses
adalah adalah standar mutu yang ditetapkan, dilaksanakan ( dipenuhi ) dan
dikendalikan oleh peguruan tinggi.
Dalam suatu proses pembelajaran terdapat berbagai komponen yang saling
berinteraksi dan berinterelasi, yang mana komponen tersebut adalah dosen,
mahasiswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran serta metode dan strategi
pembelajaran. Dosen sebagai komponen yang sangat menetukan dalam
implementasi strategi pembelajaran. Tujuan pembelajaran sebagai pengikat segala
aktivitas dosen dan mahasiswa. Karena itu tujuan pembelajaran harus ditetapkan
dalam merancang program pembelajaran yang mana akan digunakan untuk
evaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran.
1. Mekanisme Penetapan Standar Proses Pembelajaran
Standar proses pembelajaran disusun berdasarkan ketentuan normatif
peraturan perundangan, visi dan misi perguruan tinggi serta kebutuhan
stakeholders terutama tentang kualitas lulusan agar memenuhi kompetensi yang
diperlukan oleh stakeholders. Standar proses pembelajaran adalah keseluruhan
tolak ukur pencapaian minimal pada suatu siklus penjaminan mutu tentang seluruh
proses kegiatan pembelajaran pada setiap fakultas/jurusan/program studi yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi, serta pengembangannya secara
berkelanjutan. Tujuan standar ini adalah menjamin pemenuhan mutu seluruh
proses pembelajaran dalam lingkungan belajar yang kondusif, inspiratif dan
kreatif yang mampu memotivasi dan meningkatkan kemampuan segala aspek
secara utuh, menyeluruh dan berkelanjutan.
Untuk menetapkan isi standar proses pembelajaran, dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Melakukan studi pendahuluan/ penelusuran terhadap ketentuan normatif yaitu
peraturan perundangan yang mengatur tentang proses pembelajaran. Selain
ketentuan normatif, harus diperhatikan pula visi dan misi perguruan tinggi
sebagai landasan sekaligus tujuan dalam menentukan isi standar proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelusuran tersebut dapat ditentukan
standar yang menggambarkan sesuatu ( dalam berupa keadaan ataupun
proses ) yang diharapkan terjadi atau yang seharusnya terjadi.
b. Melakukan evaluasi diri dengan menerapkan SWOT analisys.
c. Melakukan studi lapangan untuk mengetahui kebutuhan stakeholders tentang
kompetensi lulusan.
d. Rumuskan standar dengan menggunakan rumus atau prinsip audience,
behavior, competence, dan degree ( ABCD ), dengan memperhatikan acuan
normatif yaitu perundang-undangan yang relevan, nilai-nilai dasar, visi, misi,
tujuan dan sasaran PT, serta keterkaitan antar standar.
2. Mekanisme Pemenuhan Standar Proses Pembelajaran
Pemenuhan standar pada prinsipnya menuntut setiap fakultas atau program
studi dan atau dosen sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing
berdasarkan struktur organisasi PT yang bersangkutan secara konsisten memenuhi
atau melaksanakan Standar Proses Pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan
demikian pejabat atau pimpinan unit atau dosen harus menjadikan standar ini sebagai
tolak ukur dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam tahap ini,
pimpinan unit perlu melakukan sosialisasi isi Standar Proses Pembelajaran kepada
pemangku kepentingan internal, khususnya dosen dan tenaga kependidikan.
Dalam tahap ini, pimpinan juga harus memperhatikan semua ketentuan
normative yang relevan agar upaya pemenuhan isi standar tidak melanggar
peraturan perundangan.
a. Pemenuhan Standar Perencanaan Proses Pembelajaran
1) Fakultas mencetak boring silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang harus diisi oleh dosen penanggung jawab mata
kuliah yang telah ditetapkan.
2) Dosen menentukan metode pengajaran yang efektif dan efisien sesuai
dengan materi pembelajaran agar terjadi perubahan pada mahasiswa
kea rah yang lebih baik.
3) Dosen menyiapkan penyusunan soal test dan melakukan penilaian
hasil belajar.
4) Dosen menentukan strategi pembelajaran yang sesuai
b. Pemenuhan Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Penyelenggaraan pembelajaran dapat terdiri dari kegiatan tatap muka
yang diselenggarakan selama 16 minggu termasuk UTS dan UAS, dengan alat
bantu berupa :
1) SAP yang dibagikan kepada seluuh mahasiswa untuk suatu mata
kuliah.
2) Berita acara tatap muka setiap perkuliahan.
3) Presensi ( daftar kehadiran ) mahasiswa dan dosen untuk
memantau standar minimal kehadiran mahasiswa dan dosen.
4) .Pemberian tugas kepada mahasiswa untuk menunjang
keberhasilan mahasiswa.
5) Pemberian test formatif ( test penyerapan) kepada mahasiswa
untuk memantau tingkat penyerapan materi kuliah oleh
mahasiswa.
c. Pemenuhan Standar Pengawasan Proses Pembelajaran
1) Fakultas menyiapkan berita acara tatap muka/perkuliahan yang
berisi data dan informasi tentang materi pembelajaran, tugas yang
diberikan kepada mahasiswa.
2) Fakultas menyiapkan presensi (daftar hadir) mahasiswa dan dosen
untuk memantau standar minimal kehadiran mahasiswa dan dosen.
3. Mekanisme Pengendalian Standar Proses Pembelajaran
Pengendalian Standar Proses Pembelajaran ( tentang perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan proses pembelajaran ) harus dilakukan oleh
pejabat yang berwenang, misalnya : Dekan, Ketua Jurusan dan Ketua
Program Studi. Tujuannya adalah untuk memantau penerapan standar secara
konsisten pada kondisi factual. Bilamana perlu pejabat tersebut segera
mengambil tindakan korektif apabilka ditemukan adanya penyimpangan
atau kesalahan. Jadi setiap unit akademik yang bersangkutan selalu
melakukan pengecekan untuk memastikan bahwa standar telah terpenuhi
atau telah di taati. (Depdiknas, 2008, p: II-60)
D. Praktik Baik Standar Prasarana dan Sarana
1. Pendahuluan
Penjaminan mutu pendidikan tinggi sangat penting agar lulusan
pendidikan tinggi dapat menyelesaikan permasalahan individu dan bangsa.
Untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi diperlukan (1) tujuan yang jelas,
(2) rencana mutu keluaran dan perkiraan outcomes, (3) proses pendidikan, (4)
input (5) sumberdaya, dan (6) prasarana dan sarana. Prasarana dan sarana
adalah salah sate bagian input, sedangkan input merupakan salah sate
subsistem dari Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi (SPMI
PT). Dengan demikian, di dalam SPMI PT perlu dibuat standar mutu sarana
dan prasarana sesuai dengan kemampuan setiap PT sepanjang standar
minimum yang beriaku secara nasional dipenuhi oleh PT yang bersangkutan.
Khusus tartarrg sarana dan prasarana ini, Peraturan Pemerintah (PP)
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan
perlu adanya standar mutu sebagai tolok ukur minimal untuk menilai tingkat
mutu penyediaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengembangan sarana dan
prasarana yang tersedia pada setiap Perguruan Tirrggi. Memang, di dalam PP
tersebut disebutkan bahwa standar nasional untuk sarana dan prasarana ini
masih harus ditetapkan oleh Pemerintah (Menteri), namun demikian peraturan
yang lama hingga saat ini masih berlaku yaitu Keputusan Mendiknas No.
234/U/2000 tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi (PI). Di dalam
peraturan ini misalnya (pada bagian Lampiran), ditetapkan persyaratan
minimal sarana dan prasarana yang harus tersedia pada setiap PT di indonesia.
Sesuai dengan prinsip di dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal
Perguruan Tinggi (SPMI PT) yaitu bahwa setiap PT di Indonesia hendaknya
memiliki seperangkat standar mutu yang sangat esensial dan diperlukan dalarn
penyelenggaraan pendidikan tinggi, maka sangatlah wajar apabila salah satu
siandar mutu tersebut adalah tentang sarana dan prasarana. Substansi atau isi
dari standar mutu tersebut minimal sama dengan standar minimal yang
berlaku secara nasional, namun di sisi lain PT memiliki otonomi yang luas
untuk meningkatkan / meninggikan / memperluas substansi standar itu.
Semakin tinggi tolok ukur yang dipakai untuk menilai tingkat mutu, maka
berarti semakin tinggi pula mutu institusi itu. Standar mutu ini harus
ditingkatkan secara berkelanjutan agar tercapai peningkatan mutu
berkelanjutan atau sustainable quality improvement.
Banyak PT dalam melakukan penjaminan mutu khusus di bidang
sarana dan prasarana, baik yang berkaitan dengan proses pembelajaran
maupun yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, pengabdian kepada
masyarakat, dan kegiatan lain yang menunjang seluruh tridharma PT. Uraian
ini dimaksudkan untuk memberikan inspirasi kepada penyelenggara PT,
bahwa kebijakan di bidang prasarana dan sarana merupakan open ended
solution. Artinya, prasarana dan sarana yang diperlukan tergantung situasi dan
kondisi tertentu, tetapi penyelenggara PT wajib melakukan yang terbaik
dalam keterbatasan yang ada. Agar terjadi persamaan persepsi, maka dalam
bab ini definisi tentang Standar Sarana dan Prasarana yang dipakai adalah
definisi di dalam PP tentang SNP, yaitu standar pendidikan yang berkaitan
dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolah raga, tempat
beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat
berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi.
2. Mekanisme Penetapan Standar Sarana dan Prasarana
Dalam menetapkan Standar Sarana dan Prasarana perlu diperhatikan
beberapa hal penting berikut ini, yaitu :
a. Substansi atau isi dari Standar Sarana dan Prasarana harus sesuai atau
tmelanggar peraiuran perundang-undangan yang relevan dengan bidang
sarana dan prasarana untuk PT. Konkritnya, substansi standar tersebut
minimal harus memenuhi terlebih dahulu ketentuan yang telah diatur
dalam perundang-undangan, setelah itu apabila PT yang bersangkutan
memang benar-benar sangat mampu maka dapatlah dibuat standar dengan
substansi yang melebihi siandar minimal nasional.
b. Substansi standar tersebut juga harus selaras dengan visi, misi, dan tujuan
dari PT yang bersangkutan dan bila perlu juga harus selaras dengan visi,
misi, dan tujuan dari unit-unit di dalam lingkungan PT seperti fakultas,
jurusan, dan program studi.
c. Substansi standar tersebut juga harus sedapat mungkin selaras dengan
keinginan, masukan atau saran dari para stakeholders PT
Agar substansi Standar Sarana dan Prasarana yang akan ditetapkan
oleh PT di dalam SPMI nya tidak bertentangan dengan ketentuan normatif
yang berlaku secara nasional, maka perlu dipahami terlebih dahulu aturan
tersebut yang antara lain terdapat dalam PP tentang SNP dan Keputusan
Mendiknas tentang Pedoman Pendirian PT sebagaimana disebut pada bagian
Pendahuluan.
Pasal 42 hingga 47 PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP menegaskan
bahwa setiap satuan pendidikan, dalam konteks pendidikan tinggi adalah PT,
wajib mempunyai Standar Mutu Sarana dan Prasarana, yang mengatur tentang
:
a. Sarana dan prasarana apa saja yang minimal harus dipunyai oleh setiap
Perguruan Tinggi (PT).
b. Jenis dan jumlah peralatan minimal laboratorium yang harus tersedia yang
dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan per mahasiswa.
c. Jenis dan jumlah buku perpustakaan khususnya buku teks yang dinyatakan
dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk setiap mata kuliah
per mahasiswa
d. Jenis dan jumlah sumber belajar lainnya yang dinyatakan dalam rasio
jumlah minimal sumber belajar tersebut per mahasiswa.
e. Lahan untuk bangunan PT, lahan praktik, lahan untuk prasarana
penunjang, dan lahan pertamanan, yang dinyatakan dalam rasio luas lahan
per mahasiswa.
f. Letak lahan bangunan PT juga harus memperhatikan, antara lain,
pertimbangan keamanan, kenyamanan, kesehatan lingkungan, dan jarak
tempuh maksimal yang harus dilalui mahasiswa untuk menjangkau
bangunan tersebut.
g. Rasio luas ruang kuliah per mahasiswa.
h. Kualitas bangunan minimal yaitu kelas A dan atau bangunan tersebut
harus tahan gempa khususnya apabila terletak di daerah yang rawan
gempa.
i. Fasilitas khusus untuk mahasiswa, dosen, dan tenaga non-dosen yang
memerlukan layanan khusus karena keterbatasan fisik mereka (kaum
difabel).
j. Pemeliharaan sarana dan prasarana secara berkala dan berkesinambungan.
Dari kutipan PP di atas tampak bahwa substansi Standar Sarana dan
Prasarana yang harus dimiliki oleh setiap PT sekurang-kurangnya harus
mengatur atau menetapkan berbagai hal sebagaimana tercantum dalam butir a
hingga j di atas. Jadi, misalnya saja harus dapat ditetapkan standar mutu yang
menetapkan tolok ukur minimum yang berlaku pada suatu PT tentang (1).
jenis sarana dan prasarana apa saja yang harus disediakan oleh penyelenggara
PT yang bersangkutan (2). periengkapan minimum yang harus tersedia pada
setiap laboratorium di dalam lingkungan PT yang bersangkutan (3). rasio luas
ruang kuliah untuk tiap mahasiswa (4). rasio buku teks untuk setap matakuliah
untuk setiap mahasiswa yang harus tersedia di perpustakaan PT dan
seterusnya, hingga standar tentang bagaimana PT tersebut harus memelihara
seluruh sararia dan prasarana yang tersedia sewra berkaia dan berkelanjutan.
Sebagai contoh berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa
standar mutu yang terdapat di dalam kelompok Standar Sarana dan Prasarana
berdasarkan praktek baik pada beberapa PT :
1. Standar Prasarana dan Sarana (PS) bangunan, kesehatan dan ketenangan
lingkungan
Substansi standar ini mencakup infrastruktur perguruan tinggi, harus
memenuhi persyaratan teknis dan peraturan bangunan, serta kesehatan
lingkungan yang berlaku untuk daerah tersebut, dan dengan memperhatikan
pertumbuhan akademik. Standar PS fasilitas pembelajaran mencakup ruang
kelas lengkap dengan sarana dan cukup untuk melaksanakan kurikulum.
Standar PS laboratorium mencakup peralatan laboratorium, sesuai dengan
jenis laboratorium masing-masing program studi. Dalam praktek baik, jumlah
butir standar dalam setiap jenis standar ditetapkan oleh program studi, sesuai
dengan visi, kebutuhan stakeho/ders, serta urgensi dan kemampuan program
studi yang bersangkutan Standar PS sumber belajar (learning resources)
antara lain terdiri atas peralatan, bahan, dan teknologi informasi.
2. Standar Prasarana dan Sarana (PS) Sumber belajar utama
Substansi standar ini terdiri atas buku-buku teks (perpustakaa /
lainnya), laboratorium, jurnal, majalah, lembar informasi, internet dan
intranet, CDROM, dan citra satelit. Sumber belajar harus diseleksi, dipilah,
dan disinkronkan dengan tujuan pembelajaran.
3. Standar pengadaan, pengoperasian, perawatan, dan perbaikan alat
Standar mutu ini sangat diperlukan agar peralatan dapat dioperasikan
dengan baik dan sesuai fungsinya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan dan
perawatan dan apa bila terjadi kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat
sehingga mengurangi waktu mati (down time) atau out of work dari peralatan
tertentu tersebut.
4. Standar Prasarana dan Sarana (PS) umum
Standar mutu tentang penyediaan dan ketersediaan air, listrik, dan
telefon merupakan bagian penting dalam kegiatan perguruan tinggi, karena itu
perlu dikelola dengan baik. Untuk itu diperlukan tatakelola yang jelas dan
pasti sehingga penyediaan prasarana-sarana umum terselenggara secara baik
dengan keandalan tinggi.
Proses penyusunan standar PS tidak berdiri sendiri, tetapi
dilaksanakan bersama-sama dengan penyusunan standar akademik secara
keseluruhan dan lengkap. Hanya saja tiap PT dapat menentukan butir mutu
yang akan diprioritaskan untuk dilaksanakan. Penyusunan standar dilakukan
oleh suatu tim ad hoc yang diangkat oleh pimpinan PT. Tim terdiri atas wakil-
wakil tingkat perguruan tinggi dan fakultas. Tim seperti ini terkadang dirasa
terlalu besar, sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja dan menyebabkan
perlu waktu lama untuk menghasilkan standar.
Untuk menghindari tim yang terlalu besar, maka anggota tim tidak
diambil dari semua fakultas, tetapi diambil dari wakil cluster atau kelompok
bidang ilmu. Da1am pembuatan standar PS perlu dipertimbangkan standar PS
untuk gedung. Standar PS gedung harus memenuhi persyaratan teknis dan
peraturan bangunan, serta kesehatan lingkungan yang ditentukan oleh
perguruan tinggi dan departemen teknis terkait. Perlu juga diperhatikan
keamanan dan kenyamanan mahasiswa di dalam ruang kuliah, di
perpustakaan, dan di laboratorium.
Dalam penyusunan standar, panitia meninta masukan dari fakultas,
lembaga, laboratorium, dan unit akademik lain di lingkungan PT. Perlu
dikemukakan bahwa penyusunan standar tidak sama dengan penyusunan
daftar Pengadaan barang. Penyusunan standar tidak menghasilkan daftar yang
sangat rinci, tetapi berupa patokan. Yang harus diperhatikan dalam
penyusunan standar PS adalah agar PS dapat digunakan secara optimal dan
harus dirawat dengan baik, sehinggs PS dapat dipakai secara efektif dengan
selalu memperhatikan keamanan penggunanya.
Draft standar PS yang telah disusun oleh panitia ad hoc PT dapat
dikirim ke fakultas-fakultas untuk dikaji ulang, dikoreksi, dan disempumakan.
Hasil kaji ulang ini dipakai oleh panitia untuk menyusun draft akhir standar.
Draft akhir dikirim ke eksekutif yang akan mempelajari dan
menyempurnakannya lagi, sebelum dikirim untuk dibahas di Senat Akademik
untuk diolah dan disahkan menjadi standar mutu Sarana dan Prasarana PT
3. Mekanisme Pemenuhan Standar Prasarana dan Sarana
Dalam usaha pemenuhan standar PS yang telah ditetapkan, langkah
pertama adalah sosialisasi standar PS pada seluruh sivitas akademika,
terutama pihak pengurus yayasan (bagi PTS), perguruan tinggi, fakultas,
jurusan, dan program studi yang berkaitan dengan prasarana dan sarana.
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh PT bekerjasama dengan organisasi
penjaminan rnutu yang terdapat di tingkat PT, fakuftas, jurusan, dan program
studi.
a. Pemenuhan Standar PS Bangunan Serta Kesehatan Lingkungan
Infrastruktur perguruan tinggi harus memenuhi persyaratan teknis
dan peraturan bangunan, serta kesehatan lingkungan yang berlaku untuk
daerah tersebut. Pengembangan infrastruktur fasilitas harus dituangkan
dalam rencana induk (master plan), yang meliputi gedung dan
laboratorium. Infrastruktur harus direncanakan secara sistematis, selaras
dengan pertumbuhan kegiatan akademis. Dalam arti yang lebih luas
prasarana dan sarana mencakup semua aset perguruan tinggi seperti lahan,
gedung, air, listrik, telefon, yang semuanya sudah dimiliki oleh perguruan
tinggi, sehingga pengadaannya tidak akan dibahas dalam bab ini. Yang
penting mengenai aset ini adalah perlunya praktek baik dalam mengelola
aset tersebut, agar dapat optimum dalarn mendukung pelaksanaan proses
pembelajaran. Praktek baik ini meliputi :
1) Inventarisasi lahan
2) Inventarisasi gedung beserta semua ruang dan kegunaan ruang
3) Pemanfaatan lingkungan luar ruang / kelas
Penting untuk pengembangan mutu dan efisiensi perguruan tinggi
adalah bila dibuat “Sistem Informasi Lahan dan Bangunan” (SILB).
Format sistem informasi ini dapat didasarkan pada keterkaitan lahan dan
bangunan dengan unsur lokasi atau unsur yang menunjukkan letak objek
terhadap suatu referensi spasial tertentu. Sistem informasi lahan dan
bangunan dapat dikembangkan dengan pendekatan Geographic
Information System (GIS), sehingga data lahan dan bangunan dikelola
dalam basis data spasial dan basis data atribut. SILB biasanya memuat
data seperti data dasar lahan yang berisi informasi tentang data yuridis /
legal, data penggunaan lahan, data bangunan (kondisi fisik dan
penggunaan), data ruang (kegunaan dan frekuensi penggunaannya, dll)
Perguruan tinggi pada umumnya telah mempunyai data ini, sehingga
cukup membuat kodifikasi dan memasukkan dalam SILB. Sistem
Informasi ini penting dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan oleh
eksekutif dalam pengembangan perguran tinggi.
b. Pemenuhan Standar PS Sumber Belajar (Learning Resources)
Sumber belajar mencakup buku teks, brosur, majalah, jurnal
ilmiah, poster, lembar informasi, intemet, intranet, CD-ROM, peta, foto
udara, citra satelit dll. Sumber belajar harus terseleksi dan sinkron dengan
tujuan pembelajaran. Perpustakaan digital harus diadakan sesuai dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perpustakaan harus
mempunyai rekaman elektronik tentang penelitian dan materi acuan dalam
bentuk basis data full text dalam CD-ROM. Teknologi informasi harus
diadakan / terpasang dan dimutakhirkan sesuai perkembangan teknologi
sehingga mendukung e-learning. Pusat komputer perguruan tinggi harus
menyediakan layanan komputer yang aksesibel, dengan jaringan
infrastruktur yang memungkinkan masyarakat kampus memanfaatkan
secara penuh teknologi informasi, untuk kegiatan pembelajaran,
penelitian, pengabdian, dan administrasi.
Perpustakaan perlu diadakan pada tingkat perguruan tinggi,
fakultas, dan jurusan. Perpustakaan harus dilengkapi dengan fasilitas
ruang baca yang memadai dan fasilitas peminjaman buku dan jumal sesuai
dengan kebutuhan sivitas akademika. Perpustakaan harus membuka
layanan baca dan pinjam sekurang-kurangnya 10 jam per hari. Per1u juga
fasilitas peminjaman antar perpustakaan atau minimal komunikasi katalog
buku dan jurnal antar perpustakaan dan beberapa perguruan tinggi.
Perguruan tinggi perlu mengembangkan perpustakaan digital sesuai
dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Pengelola
perpustakaan harus mengusahakan data elektronis dari penelitian, dan
bahan referensi dalam bentuk full-text data bases dalam CD-ROM.
c. Pemenuhan Standar Pengadaan, Pengoperasian, Perawatan, dan Perbaikan
Alat
Perguruan tinggi memperoleh alat dengan jalan (1) membeli /
pengadaan sendiri, (2) hibah yang diperoleh dari dalam negeri, misalnya
perusahaan yang menyerahkan peralatan pendidikan atau komputer
kepada perguruan tinggi, (3) mengikuti proyek Ditjen Dikti, misalnya
pada masa yang telah lalu proyek Asian Development Bank, Proyek Bank
Dunia atau proyek bilateral. Sedangkan kini dimungkinkan dapat
diperoleh dari Proyek Hibah Kompetisi. Pengadaan alat yang dimeksud
adalah alat untuk proses perkuliahan dan praktikum di laborstarium.
Peralatan untuk proses Pembelajaran termasuk alat-alat yang ditentukan
dalam standar akademik perguruan tinggi, yaitu peralatan dasar seperti
papan tulis, White board, over-head projector, pengeras suara, sampai
peralatan teknologi pendidikan mutakhir, seperti viewer dan komputer
dalam kelas yang dapat dipakai untuk mengakses internet. Makin banyak
ruang kelas yang mempergunakan peialatan canggih ini relatif makin baik
kualitas proses pembelajaran.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalarn praktek baik
pengoperasian alat adalah peningkatan pemanfaatan alat laboratorium.
Pembudayaan pengoperasian dan pengelolaan alat laboratorium
merupakan proses yang terus menerus. Setiap kesempaten atau bila
tersedia biaya, pertu diadakan penataran teknisi laboratorium. Penataran
dilaksanakan sehubungan denqan pengelolaan laboratorium, keamanan
pekerjaan laboratorium, perawatan atau kebersihan laboratorium, dan
perawatan terencana (planned maintenance). Banyak manfaat yang
diperoleh bila pelatihan dilaksanakan secara periodik, sehingga kualitas
teknisi dalam mengelola alat dapat terus meningkat. Teknisi laboratorium
perlu juga dilatih dalam inventarisasi peralatan, sehingga dapat
mengetahui sistem inventarisasi dan dapat mengoperasikan perangkat
lunak inventarisasi. Unit pelaksana akademik (UPA) perlu
mengimplementasikan komputerisasi peralatan laboratorium sehingga
pengelolaan laboratorium dapat terlaksana secara efisien.
Untuk meningkatkan pemakaian peralatan laboratorium maka
perlu peningkatan ketrampilan (skill) pekerja laboratorium, juga perlu
peningkatan kesejahteraan pekerja dengan insentif yang cukup dan
pengembangan karir yang menarik dan jelas. Perawatan alat dimaksudkan
untuk mencegah atau menunda kerusakan alat.
Praktek baik dalam perawatan alat adalah disusunnya sistem
perawatan alat untuk peralatan yang dipakai dalam proses pembelajaran
dan peralatan yang dipakai untuk pelatihan. Manfaat dari sistem
perawatan alat adalah sebagai berikut, peralatan senantiasa dapat
digunakan bila diperlukan (equipment availability), masa pemakaian alat
bertambah sehingga merupakan penghematan karena mengurangi
anggaran untuk perbaikan maupun pembelian alat baru yang merupakan
investasi yang besar.
Praktek baik dalam perawatan dan perbaikan alat pada urnumnya
adalah :
1) Dibentuk organisasi pada tingkat perguruan tinggi, fakultas, dan
jurusan yang bertanggung jawab atas perawatan dan perbaikan alat.
2) Disusun tatalaksana (standard operating procedure, manual prosedur)
perawatan dan perbaikan alat.
3) Dalam rencana kegiatan dan anggaran tahunan (RKAT) diangqarkan
dana untuk perawatan dan perbaikan alat.
4) Ketrampilan teknsi laboratorium ditingkatkan dengan pelatihan dalam
merawat dan memperbaiki alat.
d. Pemenuhan Standar Prasarana Umum Berupa Air, Listrik, dan Telefon
Sarana prasarana air, listrik, dan telefon merupakan bagian penting
dalam pelaksanaan kegiatan perguman tinggi. Oleh karena itu perlu
dikelola dengan baik dan tersedia tatakelola yang jelas dan pasti, sehingga
beban yang harus dibayar untuk pemakaiannya tersebar secara merata
sesuai dengan frekuensi pemakaian setiap Unit Pelaksana Akadernik
(UPA). Dengan tatakelola yang baik, maka keandalan sistem distribusi air
dan listrik, serta kontinuitas layanan telefon dapat diharapkan oleh seluruh
pengguna di kampus.
Praktek baik perawatan dan pengembangan jaringan listrik,
telefon, dan distribusi air sesuai kebutuhan pengguna di kampus.
Kebutuhan harus sudah diantisipasi dan pengelolaannya dilaksanakan oleh
unit-unit di perguruan tinggi yang bertanggung jawab dalam :
1) Pengelolaan dan pengembangan telepon
2) Pengelolaan dan pengembangan jaringan listrik dan pengelolaan air
bersih.
4. Mekanisme Pengendalian Standar Prasarana dan Sarana
Manajemen pengendalian standar pada dasarnya diarahkan untuk
mengoptimalkan berlangsungnya proses peningkatan kualitas secara
berkelanjutan. Dalam hal ini perlu diatur satu siklus SPM-PS, dengan
keyakinan terjadinya peningkatan pada setiap tahun (rentang waktu tertentu)
dapat dijamin. Betapapun kecilnya peningkatan apabila selalu ada pada setiap
tahun (rentang waktu tertentu), SPMB-PS akan berlangsung baik. Suatu siklus
SPMB-PS wajib dirancang terintegrasi dengan SPMB keseluruhan.
Sebagai satu ilustrasi, untuk proses pembelajaran dapat dikembangkan
peraturan, pengaturan, dan kesepakatan menyangkut kata-kata kunci berikut
ini :
a. Pada tingkat perguruan tinggi / fakultas, jurusan, standar PS dinyatakan
dalam daftar prasarana dan sarana, serta tersedia organisasi dan tata kerja
(OTK) dalam pemakaiannya.
b. Pada tingkat program studi, standar PS dinyatakan dalam spesifikasi
prasarana dan sarana yang lebih spesifik, terkait dengan irnplementasi
Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS)
c. Evaluasi dilakukan terhadap utility factor dan unjuk hasil kinerja
pemakaian prasarana dan sarana. Berdasar hasil evaluasi dengan siklus
tahunan, setiap tahun dilakukan perbaikan standar dan penjaminan dalam
SPMB-PS sebagai bagian SPMB keseluruhan. (Depdiknas, 2008, p: II-
119)
E. Praktik Baik Standar Penilaian Pendidikan
1. Pendahuluan
Paradigma baru dalam sistem pendidikan tinggi yang dituangkan
dalam HELTS 2003 - 2010 dan kemudian dijabarkan dalam beberapa
peraturan perundangan, antara lain, Undang Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003 (Sisdiknas) dan Peraturan Pemerintah No.
19/2005 tentang Standar Ndsional Pendidikan (SNP) telah memberikan
wacana kepada Perguruan Tinggi (PT) tentang pentingnya peningkatan
mutu yang berkelanjutan. Seyogyanya penerapan sistem penjaminan mutu
(Quality Assurance System) melingkupi semua proses di dalam sistem
pendidikan, mulai dari kualitas masukan mahasiswa sampai penjaminan
kualitas lulusan yang dihasilkan. Dalam kesempatan ini, pedoman dan
sharing praktik baik dalam penjaminan mutu difokuskan hanya pada
penilaian pendidikan yang dilakukan oleh Dosen dan oleh PT sebagai
institusi penyelenggara pendidikan tinggi.
Dalam PP tentang SNP, proses penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi terdiri atas; (i) penilaian hasil belajar oleh pendidik
(dosen), dan (ii) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik (dosen) dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil
dalam berbagai bentuk tugas / test / ujian. Sedangkan penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian
standar kompetensi lulusan untuk semua mata kuliah.
Lebih lanjut, PP tersebut juga menetapkan bahwa sistem penilalan
dan penjaminan standar mutu ditetapkan oleh masing-masing PT dengan
tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian, PT memiliki otonomi dalam menetapkan sistem dan
standar mutu dalam penilaian pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan
Standar Penilaan Pendidikan adalah standar yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik
(mahasiswa). Oleh karena itu, diharapkan uraian tentang pedoman dan
praktik baik dalam bab ini dapat memberikan inspirasi dan menambah
wawasan bagi PT dalarn mengembangkan standar mutu penilaian
pendidikan.
2. Mekanisme Penetapan Standar Penilaian Pendidikan
Sebagaimana disebutkan di atas, Standar Penilaian Pendidikan
pada intinya terdiri dari 2 (dua) standar turunan; yaitu (a). standar
penilaian pendidikan oleh Dosen, dan (b). standar penilaian pendidikan
oleh PT. Kedua standar turunan di dalam kelompok Standar Penilaian
Pendidikan ini bertujuan untuk menetapkan tolok ukur minimum
penilaian atas hasil dari proses pembelajaran terhadap mahasiswa.
Sehubungan dengan hal itu, maka dalam uraian tentang rnekanisme
penetapan standar penilaian pendidikan ini, masing-masing standar
turunan tersebut akan dipaparkan secara berurutan setelah sebelumnya
akan diuraikan terlebih dahulu beberapa hal penting yang bersifat umum
yang pertu diperhatkan oleh PT, khususnya mereka yang ditugasi untuk
membuat standar ini.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak menetapkan
Standar Penilaian Pendidikan
Pertama, hendaknya dipahami terlebih dahulu seluruh peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang sistem penilaian pendidikan
pada jenjang pendidikan tinggi. Peraturan perundang-undangan tersebut
dapat berupa Undang Undang, Peraturan Pemerintah, ataupun Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional. Tujuannya adalah agar substansi atau isi
standar tersebut tidak bertentangan dengan peraturan normatif yang
berlaku secara nasional. Dengan kata lain, tindakan ini adalah untuk
memastikan dipatuhinya ketentuan hukum oleh PT yang bersangkutan.
Kedua, PT juga harus memastikan bahwa substansi standar benar-
benar selaras dengan visi, misi dan tujuan dari PT yang bersangkutan.
Tujuannya adalah untuk menjamin konsistensi antara visi, misi, dan tujuan
perguruan tinggi dengan sistem penilaian pendidikan yang akan
diterapkan pada perguruan tinggi tersebut. Akan menjadi buruk apabila
standar penilaian pendidikan yang akan ditetapkan ternyata bertentangan
dan/atau tak ada titik pertautannya dengan apa yang menjadi visi, misi,
dan tujuan PT tersebut.
Ketiga, PT juga seyogianya mencari dan memperhatikan
masukan / kontribusi pemikiran dari para stakeholders termasuk alumni,
dan/atau dari asosiasi profesi. Alasannya, beberapa pihak dari
stakeholders tersebut umumnya adalah para pihak yang mempekerjakan
lulusan dari PT, sehingga dari mereka dapat diharapkan adanya saran atau
pemikiran tentang bagaimana sebaiknya sistem penilaian pendidikan pada
PT yang bersangkutan ditingkatkan mutunya. Kepada para stakeholders
ini PT dapat pula melakukan uji publik terlebih dahulu tentang substansi
dari Standar Penilaian Pendidikan sebelum stendar tersebut resmi
diterapkan.
Keempat, dalam proses penetapan Standar Penilaian Pendidikan
terdapat empat aspek yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:
a. Validitas isi dan konsep penilaian pendidikan yang sesuai dengan
tujuan penilaian.
b. Reliabilitas informasi dan konsistensi hasil
c. Kepraktisan prosedur dalam melakukan penilaian
d. Memberikan efek terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan,
khususnya pada improving quality of education system.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak
menetapkan standar turunan yaitu Standar Penilaian Pendidikan Oleh
Dosen.
Walaupun menurut PP tentang SNP, penetapan Standar Penilaian
Pendidikan menjadi otonomi PT, namun tidak ada salahnya apabila dalam
bab ini disarankan agar PT dalam menetapkan substansi standar penilaian,
khususnya penilaian oleh Dosen, mengutamakan terlebih dahulu 3 (tiga)
aspek yang perlu ditetapkan standar mutu, yaitu:
a. Metode dan mekanisme penilaian
b. Prosedur penilaian
c. Instrumen penilaian
Sejalan dengan perubahan paradigma dalam sistem pembelajaran di
PT yang mengacu pada pengembangan dan penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), ada pergeseran pada aspek "method of delivery atau
"transfer of knowledge” dalam proses pembelajaran. Perubahan pendekatan
dari 'teacher-centered learning' menuju 'student-centered learning” membawa
konsekuensi pada perlunya perbaikan sistem penilaian pendidikan yang dapat
mencerminkan mutu kompetensi lulusan sesuai dengan tuntutan pengguna
(market demand).
'If we wish to discover the truth about an educational system, we must
look into its assessment procedures', pernyataan tersebut memiliki arti yang
cukup mendalam terkait dengan arti pentingnya dan peran suatu proses
penilaian dalam sistem pendidikan. Di lain pihak, masih banyak pertanyaan
yang muncul dalam proses penilaian pendidikan, antara lain;
1) Apakah yang dimaksud penilaian adalah pemberian angka pada hasil
belajar mahasiswa ?
2) Ranah kemampuan apa yang akan dinilai dari mahasiswa, kognitif,
psikomotorik atau afektif ?
3) Apakah teknik penilaian yang diterapkan sudah tepat sesuai
kemampuan mahasiswa secara nyata dan benar ?
4) Bagaimana cara menilai paper / karangan, syair, matematika, maket,
patung, ujian tulis, apakah menggunakan cara yang sama ?
5) Apakah tes dan ujian tulis merupakan satu-satunya cara yang tepat
untuk melihat kemampuan mahasiswa ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, perlu
mempersamakan persepsi tentang apa yang dimaksud dengan “penilaian”
dan lingkup batasannya pada pendidikan. Dalam arti umum,'penilaian'
adalah proses pengumpulan dan pengolahan infornasi untuk mengukur
pencapaian hasil pembelajaran mahasiswa (leaming objectives).
Berikutnya, dimana letak perbedaan antara “tes”, “pengukuran” dan
'penilaian' ? Kadang-kadang kita sulit dibedakan dan sering
dicampuradukkan ketiga istilah tersebut. Beberapa sumber pustaka
menyatakan bahwa pengertian 'Tes' adalah proses untuk mencari /
mengumpulkan informasi kemampuan suatu obyek, misalnya; pasien
melakukan tes jantung. Tujuannya adalah untuk mencari infomnasi terkait
seberapa tingkat kemampuan kerja / fungsi jantung pada tubuh pasien 'X'.
Kemudian, “Pengukuran” adalah pemberian angka pada – formula /
parameter tertentu, baik dalam bentuk nominal maupun skala, misalnya;
denyut nadi pasien “X”: 80 kali / menit. Sedangkan pengertian “Penilaian”
yaitu proses pengambilan keputusan dalam pemberian nilai kualitas suatu
obyek, misalnya; karena kondisi pasien gawat, maka harus segera masuk
ruang ICU. Dalam contoh kasus di atas, keputusan yang diambil
merupakan skumulasi / rangkaian dari hasil proses sebelumnya, yeitu tes
dan pengukuran.
Berikut tentang tujuan penilaian hasil pembelajaran mahasiswa,
yaitu antara lain :
1) Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh mahasiswa dalam
suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2) Mengetahui posisi atau kedudukan seorang mahasiswa dalam kelompok.
3) Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan mahasiswa dalam belajar.
4) Mengetahui hingga sejauh mana mahasiswa telah mendayagunakan
kapasitas kognitif, afektif dan psikomotorik (ranah kompetensi).
5) Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode yang telah
digunakan dosen dalam proses pembelajaran.
Sedangkan kegunaan lebih lanjut dari hasil penilaian tersebut dapat
mendukung proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan ; (i)
proses dan hasil pembelajaran, (ii) diagnosis dan usaha-usaha perbaikan
yang berkelanjutan, (iii) placementt test dan seleksi, (iv) bimbingan dan
konseling; (v) kurikulum dan (vi) penilaian kelembagaan.
Di dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi, ada tiga ranah
penyusun kompetensi yaitu (i) kognitif (kernampuan berfikir intelektual), (ii)
pesikomotor (kemampuan motorik yang berhubungan dengan anggota badan)
dan (iii) afektif (kemampuan bersikap / menggunakan perasaan, emosi, sistem
nilai dan sikap). Dengan mendasarkan hal tersebut, model penilaian yang
digunakan harus dapat memberikan keputusan yang menggambarkan tingkat
kemampuan / kompetensi secara utuh (integrasi 3 ranah) dari mahasiswa.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara menilai kemampuan
kognitif ? Apakah cukup dengan ujian tulis ? Kemudian, apakah dengan
praktikum atau praktek lapangan, dapat dilakukan penilaian terhadap tingkat
kemampuan psikomotor ?, dan dengan pertanyaan yang sama, bagaimana
melakukan penilaian terhadap kemampuan afektif ?
Model penilaian komprehensif menggabungkan beberapa metode
penilaian (assasment), antara lain; tugas, presentasi, seminar, pemodelan
dengan tujuan dapat menilai tiga ranah kompetensi secara terintegrasi dalam
proses pembelajaran, dan sebagai kesimpulannya adalah mahasiswa
berkompeten atau tidak.
Dalam praktek di lapangan, untuk mendapatkan penilaian yang lebih
berkualitas dari hasil pembelajaran, sering digunakan kombinasi dua model
penilaian tersebut di atas, model individual subyek dan model komprehensif.
Sebagai contoh beberapa metode penilaian yang sering digunakan antara lain;
tes tertulis pada ujian tengah semester atau ujian akhir, jumlah kehadiran, pre-
post praktikum, quiz atau assignment, keaktifan dalam mengikuti perkuliahan
di kelas, dll.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak
menetapkar standar turunan yaitu Standar Penilaian Pendidikan Oleh
Perguruan Tinggi (institusi). Standar mutu penilaian pendidikan oleh institusi
atau PT diartikan sebagai tolok ukur minimum yang ditetapkan oleh PT untuk
mengukur hasil belajar mahasiswa, berupa hasil belajar setiap mata kuliah,
setiap semester, dan pada setiap tahap studi hingga tahap studi terakhir yaitu
kelulusan mahasiswa dari program studi yang bersangkutan. Standar ini
dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap lulusan dari masing-masing
program studi memperoleh nilai akhir sesuai dengan standar institusi yang
satu atau seragam. Dengan kata lain, tidak dimungkinkan terjadinya
perbedaan ukuran penilaian dari setiap program studi, setiap matakuliah,
ataupun dari setiap dosen.
Sebagai contoh, apabila seorang lulusan dari Fakultas Ilmu Ekonomi
dinyatakan lulus dengan IPK 3.00 maka standar IPK 3.00 yang dipakai untuk
Fakultas Ilmu Ekonomi ini harus sama dengan yang dipakai untuk menilai
IPK lulusan dari Fakultas lain dalam perguruan tinggi yang sama. Hal yang
sama juga berlaku untuk standar atau tolok ukur penilaian setiap matakuliah
dari setiap Dosen, khususnya apabila matakuliah tersebut diajarkan oleh
beberapa Dosen dalam kelas parallel. Misalnya, standar nilai A yang dipakai
oleh Dosen pengajar matakuliah X seharusnya juga sama dengan yang dipakai
oleh Dosen pengajar matakuliah P, Q, Z dstnya; atau bila matakuliah yang
sama diajar oleh Dosen kelas parallel yang berbeda, maka standar penilaian
yang diterapkan oleh para Dosen itu juga harus sama, yakni standar penilalan
yang ditetapkan oleh perguruan tinggi.
Oleh sebab itu, PT dalam menetapkan substansi Standar Penilaian
Pendidikan Oleh Institusi atau PT ini, seyogianya mencantumkan atau
mengatur hal-hal berikut ini :
1) Sistem penilaian pendidikan yang disesuaikan dengan jenjangnya, yaitu
jenjang pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor.
2) Kemudian sistem penilaian untuk masing-masing jenjang pendidikan
tersebut perlu dijabarkan lagi menjadi :
a) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada setiap matakuliah, yang
berlaku untuk semua fakultas / jurusan / program studi, termasuk di
sini antara lain menetapkan tentang jenis-jenis komponen penilaian,
komponen kegiatan yang dinilai, bobot / persentase nilai untuk
masing-masing komponen kegiatan sesuai dengan karakteristik
matakuliah, metode penilaian yang digunakan, dan kriteria nilai akhir
(misal, A, B, C, dstnya)
b) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada setiap semester, termasuk di
sini misalnya standar tentang penghitungan Indeks Prestasi Semester
(IPS), dan jumlah maksimal Satuan Kredit Semester (SKS) yang dapat
diambil / ditempuh oleh mahasiswa untuk semester berikutnya
berdasarkan IPS yang dicapainya pada semester sebelumnya.
c) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada tahap pertama masa studi
untuk menentukan apakah yang bersangkutan dapat melanjutkan ke
tahap berikutnya atau sebaliknya harus berhenti (drop out). Dalam
konteks ini yang perlu ditetapkan standar mutunya adalah jumlah
minimal SKS dan Indeks Prestasi (IP) yang harus dicapai mahasiswa
untuk dapat dinyatakan berhak melanjutkan studi ke tahap berikutnya
sesuai dengan kurikulum dan karakteristik program studi masing-
masing.
d) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada tahap kedua masa studi untuk
menentukan apakah yang bersangkutan dapat melanjutkan ke tahap
akhir atau tahap kelulusan.
e) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada tahap akhir / tahap kelulusan.
3) Yudisium atau sebutan kelulusan bagi mahasiswa yang telah berhasil
melewati masa studi tahap akhir, seperti kriteria untuk sebutan lulus
dengan memuaskan, sangat memuaskan, dsbnya.
4) Administrasi pengolahan nilal hasil belajar mahasiswa, misalnya:
a) Berapa lama administrasi fakultas / jurusan harus telah menyerahkan
berkas hasil ujian mahasiswa kepada Dosen untuk dikoreksi dan
dinilai.
b) Berapa lama Dosen harus menyelesaikan koreksi hasil ujian dan / atau
koreksi terhadap tugas-tugas mahasiswa dan menyerahkan nilai ke
administrasi.
c) Berapa lama administrasi harus mengolah seluruh komponen nilai
hasil ujian / belajar mahasiswa sampai waktu pengumuman nilai.
3. Mekanisme Pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan
Setelah substansi Standar Penilaian Pendidikan selesai ditetapkan dan
dinyatakan berlaku, maka para pihak yang berwenang (misalnya Rektor,
Wakil Rektor, Dekan, Ketua Jurusan, Kepala Program Studi, hingga Dosen,
dan bahkan juga pegawai adrninistrasi sebagai tenaga administratif penunjang
pendidikan) harus menerapkan / melaksanakan demi terpenuhinya atau
tercapainya substansi standar tersebut. Berikut ini pedoman dan sekaligus
contoh tentang bagaimana Standar Penilaian Pendidikan, khususnya oleh
Dosen, sebaiknya diterapkan dalam rangka pemenuhan / pencapaian
substansinya.
a. Metode dan Mekanisme Penilaian
1) Tujuan pembelajaran harus disebutkan dengan jelas. Semakin jelas
tujuan pembelajaran yang akan dicapai semakin mudah untuk
memilih metode penilaian yang sesuai.
2) Metode penilaian yang dipilih harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
3) Metode penilaian yang dipilih diusahakan mampu memberikan
feed-back kepada mahasiswa untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan mereka dibandingkan dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
4) Bila dimungkinkan dapat menggunakan lebih dari satu metode
penilaian untuk mengukur suatu tujuan pembelajaran.
b. Prosedur Penilaian
Untuk melakukan pemenuhan standar pada butir mutu prosedur
penilaian, beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Perlu menetapkan tujuan penilaian yang akan dilakukan sebagai dasar
rujukan dalam menetapkan tahapan penilaian secara keseluruhan.
2) Perlu melakukan penyelarasan antara tujuan penilaian yang telah
ditetapkan dari awal dengan tujuan pembelajaran (learning objetives)
yang terkait dengan kompetensi yang diharapkan.
3) Perlu melakukan pemilihan metode penilaian yang sesuai dan dapat
menjawab tujuan dari proses penilaian tersebut, serta hasilnya dapat
memberikan gambaran tentang capaian learning objectives.
4) Perlu melakukan cek ulang (chek & recheck) terhadap cakupan ranah
kompetensi yang diukur (kognitif, psikomotor dan afektif).
5) Perlu dilakukan penyusunan kisi-kisi penilaian yang merujuk pada
tujuan, dan cakupan penilaian.
6) Perlu adanya perencanaan penilaian yang setara, proporsional dengan
mengacu pada tahapan sebelumnya.
7) Menyusun kompleksitas dan taraf kesukaran soal sesuai dengan kisi-
kisi yang telah disusun.
c. Instrumen Penilaian
Beberapa hal yang berkaitan dengan tahapan pemenuhan butir standar
mutu untuk pemilihan / penetapan instrumen penilaian yang harus
dilakukan, antara lain :
1) Penetapan instrumen penilaian harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran (learning objectives), sehingga dapat mengukur tingkat
kemampuan / kompetensi mahasiswa.
2) Pemilihan instrumen penilaian harus dikaitkan dengan apa dan siapa
yang menjadi sasaran penilaian.
3) Instrumen penilaian harus mampu untuk menangkap (capturing)
pengalaman pembelajaran mahasiswa.
4) Instrumen penilaian harus dapat mengakomodasi keragaman
karakteristik mahasiswa, baik dari aspek akadernik maupun non-
akademik.
5) Penetapan instrumen harus dapat mengakomodasi lingkup materi
pembelajaran, sehingga dapat mengukur tingkat pemahaman
mahasiswa terhadap materi yang ada.
6) Dalam menetapkan instrumen penilaian harus mempertimbangkan
ketersediaan media pembelajaran yang ada.
7) Instrumen penilaian harus mempertimbangkan karakteristik alat
penilaian yang ada.
4. Mekanisme Pengendalian Standar Penilaian Pendidikan
Mekanisme pengendalian standar dapat dijabarkan sebagai usaha
untuk melakukan proses monitoring dan evaluasi sistem secara periodik dan
menjaga keberlanjutan kualitas. Kedua kegiatan utama ini sejalan dengan
prinsip CQI, yang selalu diikuti dengan peningkatan nilai (value) standar
mutu.
Mekanisme pengendalian Standar Penilaian Pendidikan dapat
dilakukan dengan melakukan secara kontinyu proses monitoring dan evaluasi
sistem pembelajaran yang ada di PT. Berikut dijabarkan beberapa contoh
implementasi proses monitoring dan evaluasi sesuai dengan tingkatan (level)
sistem penilaian.
a. Lingkup Mata kuliah (course level)
1) Evaluasi matakuliah
2) Persentase “clas time spent” dalam proses pembelaiaran (active
learning)
3) Jumlah "student hours spent" pada aktivitas akademik yang terkait
dengan perkuliahan
b. Lingkup Program Studi (study pnagram level)
1) Informasi jumlah mahasiswa yang mengambil matakuliah
2) Survei “tracer study & market signal”
3) Survei persepsi mahasiswa
c. L.ingkup Institusi (institution level)
1) Laporan hasil pembelajaran (pola, trend, dan grading)
2) Laporan tahunan institusi (institutional benchmarking dan laju
kelulusan). (Depdiknas, 2008, p: 171)
BAB III
KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini didasarkan pada tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui sejauh mana standar mutu pendidikan yang terdapat dalam PP No.
19 Tahun 2005 tentang SNP mampu diterapkan oleh pendidikan di STIKes Fort De
Kock Jurusan Kebidanan dan Keperawatan yang mana penulis mengambil 3 standar
minimal penjaminan mutu yaitu standar Proses, Sarana dan Prasarana serta Standar
Penilaian Pendidikan.
Input Proses Output
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara
Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
- Sesuai- Tidak Sesuai
Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar prosesMengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar sarana dan prasarana Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar penilaian pendidikan
-Standar Proses-Standar Sarana dan Prasarana-Standar Penilaian Pendidikan
1. Standar
proses
Keseluruhan tolak ukur
pencapaian minimal
pada siklus penjaminan
mutu tentang seluruh
proses kegiatan
pembelajaran yang
diselenggarakan.
Angket kuisioner - Sesuai dengan
standar ≥ 75
- Tidak Sesuai
dengan
standar < 75
Ordinal
2. Standar
sarana dan
prasarana
Sebagai tolak ukur
minimal untuk menilai
tingkat mutu
penyediaan,
pemanfaatan,
pemeliharaan dan
pengembangan sarana
dan prasarana yang
disediakan perguruan
tinggi
Angket Kuisioner - Sesuai dengan
standar ≥ 75
- Tidak Sesuai
dengan standar
< 75
Ordinal
3. Standar
penilaian
pendidikan
Standar yang berkaitan
dengan mekanisme,
prosedur dan instrumen
penilaian hasil belajar
peserta didik.
Angket Kuisioner - Sesuai dengan
standar ≥ 75
- Tidak Sesuai
dengan
standar < 75
ordinal
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Design Penelitian
Penelitian ini bersifat studi deskriptif analitik dengan hanya memberikan
gambaran penerapan standar minimal perguruan tinggi mampu diterapkan di
STIKes Fort De Kock khususnya Program Studi Jurusan Kebidanan dan
Keperawatan pada tahun 2010 dengan rancangan deskriptif analisis.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di Kampus Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort
De Kock Bukittinggi
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua dosen tetap yang terlibat
dalam Penjaminan mutu pendidikan di Program Studi Kebidanan dan
Keperawatan STIKes Fort De Kock pada Tahun 2010 sebanyak 30 orang.
2. Sampel
Sampel untuk penelitian ini adalah staf pengajar atau dosen tetap yang
mengajar di Program Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock
pada Tahun 2010 sebanyak 30 Orang. Kemudian sampel yang bekerja sebagai
dosen di STIKes Fort De Kock dilakukan wawancara dan pengisian angket.
D. Tekhnik Pengambilan Data
1. Data Primer
Pengumpulan data primer melalui wawancara, observasi responden
dengan menggunakan instrument questioner.
50
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder menggunakan Studi Documenter dengan cara
melihat dokumentasi yang dapat di peroleh di bagian mutu Program Studi
Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi.
E. Teknik Pengolahan Data
Menurut Drs. Mardialis 2009, p.77, ada tahapan langkah-langkah dalam
menganalisa data :
1. Editing
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali semua
kuesioner tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan untuk mengecek, apakah
setiap kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelumnya. Tujuan dari
editing adalah untuk mengurangi kesalahan yang ada dalam daftar pertanyaan
yang sudah diselesaikan.
2. Coding
Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden ke dalam
kategori yang telah diajukan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah waktu
mengadakan tabulasi dan analisa.
3. Tabulating
Pekerjaan tabulating data dilakukan, jika semua masalah editing dan
coding diselesaikan. Artinya tidak adalagi permasalahan yang timbul dalam
edting dan coding atau semuanya telah selesai dan O.K.
4. Processing
Menggunakan langkah memproses data agar dapat dianalisa.
Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke
paket program computer (SPSS).
5. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak.
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variable dari hasil
penelitian. Analisis univariat berguna untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi dan presentasi masing-masing variable.
P = F/N x 100%
Keterangan :
P = presentase data yang dicatat
F = frekuensi
N = jumlah seluruh responden.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variable yang diduga
berhubungan. Dalam analisa bivariat dapat dilakukan pengujian statistik dengan
menggunakan uji korelasi.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Situasi
1. Sejarah
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi sudah
direncanakan semenjak tahun 2002 yang merupakan gagasan dari beberapa
anggota Yayasan Pendidikan Fort De Kock Bukittinggi. Yayasan ini dijabat oleh
Drs. Zainal Abidin. Setelah dilakukan beberapa kali pertemuan, kemudian para
anggota yayasan menemukan satu kesepakatan untuk mendirikannya di kota
Bukittinggi. Perguruan Tinggi ini bergerak di bidang Kesehatan. Setelah gagasan
ini disepakati oleh seluruh anggota yayasan, maka dilanjutkan pembicaraannya
dengan Pemerintahan Kota Bukittinggi yang saat itu Walikota Bukittinggi dijabat
oleh Drs. H. Djufri.
STIKes Fort De Kock mempunyai Visi yaitu Mewujudkan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi menjadi Universitas Unggul
dan Terdepan di Sumatera Barat, serta Misi yaitu Menyiapkan peserta didik yang
unggul dan terampil di bidang Kesehatan. Menerapkan IPTEK kesehatan untuk
menciptakan tenaga kesehatan yang professional, serta menerapkan prinsip
manajemen Sumber Daya Manusia yang tepat guna sehingga menghasilkan
kinerja yang baik.
Pendirian Perguruan Tinggi ini sesuai dengan visi dan misi pemerintah
kota Bukittinggi sebagai kota pendidikan dan kota Pariwisata. Atas dasar Visi
dan Misi tersebut maka Pemerintah Kota Bukittinggi sepakat dengan anggota
yayasan untuk memberi nama Perguruan Tinggi ini dengan nama Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi yang direkomendasikan oleh Walikota
Bukittinggi.
Dua Tahun berkat izin Allah SWT, tepatnya pada tanggal 15 Juni 2004
terbitlah SK Mendiknas No.77/D/O/2004 tentang pengesahan berdirinya Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi. Selanjutnya untuk
meningkatkan mutu pendidikan, Sekolah Tinggi Fort De kock telah mendapatkan
Akreditasi BAN-PT untuk program studi Ilmu Keperawatan (S.1) dan Ilmu
Kesehatan Masyarakat (S.1).
2. Keadaan Umum Daerah Penelitian
55
STIKes Fort De Kock Bukittinggi merupakan salah satu STIKes yang
berada di Kota Bukittinggi, memiliki 4 lokasi kampus. Kampus I merupakan
kampus pertama yang berlokasi di Jalan Bangkaweh no 15 sebagai tempat
perkuliahan bagi program studi Ilmu Keperawatan. Kampus II berlokasi di Jalan
Bangkaweh sebagai tempat Rektorat STIKes Fort De Kock. Kampus III
berlokasi di Jalan Raya Padang – Bukittinggi KM3 sebagai tempat perkuliahan
bagi program studi Ilmu Keshatan Masyarakat. Dan Kampus IV berlokasi d
Jalan Kapeh Panji sebagai tempat perkuliahan bagi program Studi DIII dan DIV
kebidanan.
3. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Fasilitas yang berada di STIKes ini adalah ruangan rektorat, tata usaha,
perpustakaan, laboratorium, asrama putri, cafeteria, kamar mandi dan ruangan
belajar serta lapangan olah raga.
STIKes Fort De Kock memiliki asrama bagi Prodi DIII kebidanan dan
bersatu dengan kampus Kebidanan. Pada tahun 2009/2010 prodi DIII Kebidanan
mempunyai jumlah dosen yang mengajar untuk prodi DIII sebanyak 15 orang
dosen tetapnya. Pada Program Studi Keperawatan mempunyai jumlah dosen
sebanyak 15 orang dengan total seluruhnya yang menjadi responden sebanyak 30
orang.
B. Analisis Univariat
1. Distribusi Frekuensi Standar Proses terhadap Penjaminan Mutu
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Standar Poses Sebagai Salah Satu Standar MinimalPerguruan Tinggi di Program Studi Kebidanan dan Keperawatan
STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Tahun 2010
Standar Proses Jumlah Persentase
Sesuai 25 83,33 %
Tidak Sesuai 5 16,67%
Jumlah 30 100%
Dari tabel 5.1 dapat dinyatakan bahwa dari 30 responden terdapat 5
responden atau sebanyak 16,67 % menyatakan bahwa standar Proses tidak
sesuai atau belum diterapkan di STIKes Fort De Kock Bukittinggi.
2. Distribusi Frekuensi Standar Sarana dan Prasarana terhadap Penjaminan
Mutu
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Standar Sarana dan Prasarana Sebagai Salah SatuStandar Minimal Perguruan Tinggi di Program Studi Kebidanan dan
Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Tahun 2010
Standar Sarana dan Prasarana Jumlah Persentase
Sesuai 19 63,33%
Tidak Sesuai 11 36,67%
Jumlah 30 100%
Dari tabel 5.2 dapat dinyatakan bahwa dari 30 responden terdapat 11
responden atau sebanyak 36,67 % menyatakan bahwa standar Sarana dan
Prasarana tidak sesuai atau belum diterapkan di STIKes Fort De Kock
Bukittinggi.
3. Distribusi Frekuensi Standar Penilaian Pendidikan terhadap Penjaminan
Mutu
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Standar Penilaian Pendidikan Sebagai Salah SatuStandar Minimal Perguruan Tinggi di Program Studi Kebidanan dan
Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Tahun 2010
Standar Penilaian Pendidikan Jumlah Persentase
Sesuai 22 73,33%
Tidak Sesuai 8 26,67%
Jumlah 30 100%
Dari tabel 5.3 dapat dinyatakan bahwa dari 30 responden terdapat 8
responden atau sebanyak 26,67 % menyatakan bahwa standar Penilaian
Pendidikan tidak sesuai atau belum diterapkan di STIKes Fort De Kock
Bukittinggi.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Standar Proses
Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata penerapan Standar Proses
adalah 8,77 dengan persentase yang di dapat dari analisis univariat sebanyak
16,67% yang memilih bahwa standar Proses tidak sesuai dengan Standar Minimal
Perguruan Tinggi dengan jumlah responden yang memilih tidak sesuai sebanyak 5
orang dari 30 orang total responden .
Hal ini terdapat dalam teori yang dikemukakan oleh Depdiknas (2008,
p;II,66) bahwa sebaiknya dalam Standar Baik Proses Pembelajaran dalam sebuah
Perguruan Tinggi sebaiknya tercermin dari Visi dan Misi sebuah Perguruan
Tinggi. Hal ini telah coba diterapkan oleh STIKes Fort De Kock Bukittinggi
dengan mengkomunikasikan Visi dan Misi STIKes kepada semua jajaran Pejabat,
Dosen dan staf pengajarnya. Setiap proses pembelajaran selalu dilengkapi dengan
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan
penilaian hasil belajar. Termasuk dalam tes yang dilakukan oleh sebuah Perguruan
Tinggi juga memperhatikan presensi atau daftar kehadiran mahasiswa dan dosen
atau pengajar dalam setiap mata kuliah yang dijalaninya sepertin sebanyak 80%
dari 16 kali tatap muka. Hal ini juga dapat menunjang keberhasilan mahasiswa
seperti dalam penyusunan makalah, praktek di laboratorium, kuliah kerja,
penelitian dan workshop serta hal lainnya yang sesuai dengan kebutuhan mata
kuliah yang terkait.
Penelitian yang dilakukan Sita R (2009) di SMP N9 Sidowarjo tahun
2009, yang menyatakan bahwa 36,7% tidak memiliki standar proses yang sesuai
dengan sistem penjaminan mutu pendidikan.
Dalam menerapkan standar Proses sebagai standar minimal Perguruan
Tinggi sebaiknya juga melibatkan pejabat berwenang dan terkait guna melakukan
evaluasi kegiatan dan hasil yang di dapatkan dalam setiap kegiatan. Sehinggga
dalam setiap kegiatan dapat dilihat kekurangan dan kelebihan yang ada. Dengan
melakukan monitoring dan evaluasi yang berkala dan teratur, maka kegiatan
proses belajar mengajar yang terjadi pada sebuah Perguruang Tinggi dapat
berlangsung sesuai dengan standar yang di harapkan. Sehingga apa yang menjadi
Misi dalam sebuah Perguruan Tinggi pun dapat terwujudkan.
2. Standar Sarana dan Prasarana
Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata penerapan Standar Sarana dan
Prasarana adalah 7,93 dengan persentase 36,67% yang memilih tidak sesuai
dengan standar minimal Perguruan Tinggi dengan jumlah respomden sebanyak 11
orang dari 30 orang responden.
Menurut teori yang dikemukakan dalam Depdiknas (2008, p: II,121)
bahwa jenis dan jumlah buku perpustakaan khusus nya buku teks pelajaran belum
seimbang dengan jumlah mahasiswa yang ada. Luas ruangan yang juga harus
sebanding dengan jumlah mahasiswa. Lahan untuk bangunan perguruan tinggi
juga harus memperhatikan untuk prasarana penunjang seperti lahan untuk
pertamanan bagi mahasiswa. Letak bangunan perguruan tinggi pun harus
memperhatikan kenyamanan, keselamatan, kesehatan lingkungan dan jarak
tempuh maksimal yang harus dilalui mahasiswa untuk menjangkau bangunan
tersebut. Dalam hal ini, STIKes Fort De Kock belum gedung belum milik sendiri,
lahan pertamanan yang ada d kampus keperawatan serta tempat perkuliahan yang
nyaman dan tenang serta jauh dari kebisingan. Untuk kebutuhan seperti air, listrik
dan telepon sudah cukup memadai, namun terkadang ada juga masalah dalam
pemenuhan kebutuhan air, seperti air yang sering mati sehingga menjadi masalah
bagi mahasiswa yang tinggal di asrama. Namun, segala kendala yang ada dapat di
atasi dan dicarikan jalan keluarnya. Sepertinya menggunakan air sumur galian.
Penelitian yang dilakukan Surya P (2005) di Fak.Ekonomi Lampung tahun
2005, yang menyatakan bahwa 10,7% standar sarana dan prasarana belum sesuai
dengan sistem penjaminan mutu pendidikan.
Setiap Perguruan Tinggi tidak terlepas dari masalah yang terkait dalam
pemenuhan sarana dan pra-sarana yang berguna untuk menunjang proses
pembelajaran mahasiswa guna mendapatkan hasil yang memuaskan dan
berkualitas. Untuk itu diharapkan kepada pemegang program ataupun pengelola
yang terkait di dalamnya tetap melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap
segala aspek yang berhubungan dengan pemenuhan sarana dan pra-sarana yang
dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah beberapa artikel,
memperbanyak buku serta memanfaatkan perpustakaan sebagai suatu tempat bagi
mahasiswa untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka.
3. Standar Penilaian Pendidikan
Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata penerapan Standar Penilaian
Pendidikan adalah 8.1 dengan persentase 26,67% memilih belum sesuai dengan
standar minimal Perguruan Tinggi dengan jumlah responden sebanyak 8 orang
dari 30 orang responden.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Depdiknas (2008, p: II,181) bahwa
penilaian pendidikan ditetapkan oleh institusi atau Perguruan Tinggi sebagai alat
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa sehingga pada akhir
perkuliahan menjadi suatu ketetapan untuk kelulusan mahasiswa tersebut.
Diharapkan setiap lulusan dari sebuah Perguruan Tinggi dapat digunakan dan
dibutuhkan oleh stakeholder di lapangan. Dalam penilaian juga disesuaikan
dengan jenjang pendidikan, seperti diploma ataupun sarjana. Hal ini akan
mempengaruhi tujuan pembelajaran dan metoda yang digunakan dalam sistem
penilaian dan sebaiknya diketahui oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi tersebut.
Metoda penilaian yang dipilih oleh Perguruan Tinggi sebaiknya mampu
memberikan feed-back kepada mahasiswanya untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan mereka dibandingkan dengan tujuan belajar yang akan dicapai.
Penelitian yang dilakukan Surya P (2005) di Fak.Ekonomi Lampung
Tahun 2005, menyatakan bahwa 13,6% standar penilaian pendidikan belum sesuai
dengan standar minimal perguruan tinggi.
Untuk menghasilkan sebuah Perguruan Tinggi yang unggul, sebaiknya
juga disertai dengan evaluasi terhadap pemberi materi perkuliahan, dalam hal ini
adalah dosen yang mengajar. Sehingga antara pengajar dan mahasiswanya juga
dapat saling memberikan masukan yang berarti untuk membangun sebuah
kerjasama yang baik dan saling menguntungkan.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis
penerapan standar proses, sarana dan prasarana serta standar penilaian pendidikan
di program studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Tahun 2010 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis univariat dapat dilihat distribusi frekuensi penerapan
standar proses sebagai salah satu standar minimal Perguruan Tinggi adalah
sesuai dengan hasil 83,33%,
2. Distribusi frekuensi penerapan standar sarana dan prasarana 63,33%
3. Serta distribusi frekuensi penerapan standar penilaian pendidikan 73,33%.
4. Dilihat dari nilai rata-rata yang telah ditetapkan yaitu ≥ 75, di dapatkan hasil
rata-rata dari masing-masing standar proses 8,77, standar sarana dan prasarana
7,93 serta standar penilaian pendidikan 8,1.
5. Pada penelitian ini dapat digambarkan bahwa standar proses, sarana dan
prasarana serta standar penilaian pendidikan telah sesuai atau telah diterapkan
sebagai salah satu standar minimal yang ada pada Perguruan Tinggi. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan sebaiknya terus dilakukan
pembaharuan terhadap segala aspek yang dapat membangun dan memberikan
inspirasi terbaru dalam dunia pendidikan.
B. Saran
1. Kepada Institusi
Agar program studi kebidanan dan keperawatan lebih meningkatkan
mutu ataupun kualitas pendidikan guna menghasilkan tenaga kesehatan yang
professional sesuai dengan kebutuhan penggunan jasa di lapangan nantinya.
Juga menambah beberapa referensi yang dapat menunjang penelitian
mahasiswa sekarang ataupun peneliti selanjutnya, sehingga peneliti mampu
menguasai materi dengan benar serta mengetahui segala aspek yang nantinya
akan dibutuhkan. Dapat mempertahankan keberhasilan yang dicapai sekarang
guna kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.
2. Kepada Staf Pengajar
Sehingga staf pengajar di program studi kebidanan dan keperawatan
mampu memberikan yang terbaik bagi mahasiswanya agar lebih berdaya guna
di tengah-tengah masyarakat setelah mereka menamatkan pendidikannya.
Menjadikan kampus sebagai lahan untuk berkarya dan mengembangkan
potensi yang ada dan berbagi ilmu kepada sesama pengajar ataupun
mahasiswa nantinya. Sehingga apa yang di cantumkan dalam Misi STIKes
Fort De Kock Bukittinggi yaitu menyiapkan peserta didik yang unggul dan
terampil dalam bidang kesehatan dapat tercapai dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
-----------------------. 2008. Departemen Pendidikan Nasioanal. 2008. StandarPenjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta
Indrajit. R. Eko & R. Djokopranoto. 2006. Manajemen Perguruan Tinggi Modern.Andi. Yogyakarta
Mardialis, Drs. 2009. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara.Jakarta
Sigit Nugroho. 2008. “Analisis Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia”. http://penjaminan mutu pendidikan Indonesia.blog.com. di akses tanggal 24 Februari 2011.
Sudiyono. 2004. Manajemen Pendidikan Tinggi. Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Yogyakarta. Yogyakarta
Sukardi, Prof. H. M. 2009. Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya. BumiAksara. Jakarta
STIKes Fort De Kock. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi dan Laporan Tugas AkhirSTIKes Fort De Kock. Ed. 3. Bukittinggi
Susilo, Willy. 2003. Audit Mutu Internal. Virqistama Binamega. Yogyakarta
--------------------------. 2008. Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidikan Nasional. Di akses tanggal 24 Februari 2011.
--------------------------. 2007. Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Katolik Indonesia ATMAJAYA. Jakarta. Di akses tanggal 24 Februari 2011
Lampiran 1
PERMOHONAN KEPADA CALON RESPONDEN
Kepada Yth :
Calon Responden
Dengan Hormat :
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Dosen STIKes Fort De Kock
Bukittinggi Tahun 2010.
Nama : Ns. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes
Akan mengadakan penelitian dengan judul “ Gambaran Penerapan Standar
Proses, Standar Sarana dan Pra-sarana serta Standar Penilaian Pendidikan
dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di Program Studi Kebidanan dan
Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi Tahun 2010 “. Kerahasiaan
informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan peneliti. Jika Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaannya
untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan yang telah saya buat.
Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden, saya ucapkan Terma Kasih.
Peneliti
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dari peneliti, maka saya
bersedia menjadi saya bersedia menjadi responden penelitian dengan judul “
Gambaran Penerapan Standar Proses, Standar Sarana dan Pra-sarana serta
Standar Penilaian Pendidikan dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di
Program Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Tahun 2010 “. Informasi dan data yang saya berikan adalah benar adanya dengan
kenyataan, pengetahuan dan pengalaman saya.
Responden
( …………………… )
KUESIONER PENELITIAN
Gambaran Penerapan Standar Proses Sarana dan Prasaranan serta Standar Penilaian
Pendidikan dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di Program Studi Kebidanan
dan Keperawatan
STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Tahun 2010
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah pertanyaan berikut dengan seksama
2. Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban saudara
3. Jawaban yang telah di isi mohon dikembalikan kepada peneliti
4. Jika saudara mengalami kesulitan, mohon ditanyakan langsung kepada
peneliti
5. Terima kasih dan selamat mengisi
A. Pertanyaan seputar Standar Proses
No PertanyaanJawaban
Ya Tidak Keterangan
1. Bagaimana pendapat saudara tentang Visi dan
Misi STIKes, apakah dikomunikasikan secara
langsung kepada jajaran Pimpinan, Staf
pengajar dan dosen tetap?2. Apakah setiap sasaran STIKes harus
dilengkapi dengan perencanaan, anggaran dan
sumber daya yang memadai?3. Apakah kinerja masing-masing dosen atau
karyawan STIKes dipantau sesuai rencana dan
hasilnya didiskusikan untuk perbaikan?4. Apakah setiap proses pembelajaran selalu
disertai dengan evaluasi kepuasan mahasiswa?5. (Mengacu dari pertanyaan No.4) apakah
sebaiknya dilengkapi dengan
pendokumentasian yang baik?6. Apakah pembagian tugas masing-masing
dosen dan staf lainnya diatur dengan jelas dan
terdokumentasi dengan baik?7. (Mengacu dari pertanyaan No.6) apakah
diinformasikan pada masing-masing pihak
yang bersangkutan?8. Apakah dosen atau karyawan mengalami
masalah dalam proses belajar mengajar
diberitahukan kepada Ketua STIKes?9. (Mengacu dari Pertanyaan No.8) Apakah
masalah yang disampaikan ditindak lanjuti
oleh Ketua STIKes?10. Apakah sebaiknya setiap dosen mempunyai
kompetensi yang baik dalam setiap bidan
yang telah dibebankan kepadanya?
B. Pertanyaan seputar Standar Sarana dan Prasarana
No PertanyaanJawaban
Ya Tidak Keterangan
1. Menurut saudara apakah luas ruangan belajar
cukup memadai antara rasio mahasiswa
dengan luas ruangan?2. Apakah saudara nyaman dengan tempat
saudara bekerja sebagai sarana untuk
mengekspresikan kreatifitas yang saudara
miliki?3. Apakah sebaiknya pemeliharaan sarana dan
prasarana dilakukan secara berkala dan
teratur?4. Apakah bangunan atau gedung kampus tempat
saudara bekerja terletak di tempat yang
nyaman dan jauh dari kebisingan?
5. Menurut saudara apakah sesuai antara rasio
mahasiswa dengan jumlah buku pustaka untuk
setiap mata kuliah permahasiswa?6. Apakah Setiap peralatan yang digunakan perlu
untuk perawatan dan perbaikan jika terjadi
kerusakan untuk kelancaran proses belajar
mengajar?7. Apakah suasana kerja yang harmonis, nyaman
dan damai dapat menunjang keberhasilan
karyawan dan dosen dalam menyampaikan
materi perkuliahan bagi mahasiswa?8. Apakah semua peralatan di dokumentasikan
dengan benar dan lengkap sesuai dengan
manfaatnya?9. Apakah kegiatan pembelian atau perbaikan
peralatan dikendalikan oleh Ketua STIKes
sesuai dengan system dan prosedur yang
ditetapkan?10. Menurut Saudara, apakah pemenuhan
kebutuhan terhadap listrik, air dan telepon
sudah cukup memadai sesuai dengan
kebutuhan seluruh pengguna nya di kampus
tersebut?
C. Pertanyaan seputar Standar Penilaian Pendidikan
No PertanyaanJawaban
Ya Tidak Keterangan
1. Apakah tes dan ujian tulis merupakan satu-
satunya cara yang tepat untuk kemampuan
mahasiswa?2. Standar IPK yang telah ditetapkan mampu
menjadi tolak ukur mahasiswa untuk
mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari
pendidikan?3. Yudisium merupakan salah satu bagian
menentukan kelulusan mahasiswa dalam
melewati studi tahap akhir pendidikan
mahasiswa?4. Penilaian pendidikan harus di selaraskan
dengan antara tujuan awal pembelajaran
dengan kompetensi yang ingin dicapai?5. Apakah kisi-kisi perlu diberikan kepada
mahasiswa apabila dosen mau mengadakan
ujian, baik itu UTS maupun UAS?6. Apakah metode yang dipilih dosen harus
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan?7. Apakah penilaian mahasiswa setiap
semesternya akan mempengaruhi jumlah SKS
yang akan dicapai mahasiswa di semester
berikutnya?8. Apakah setiap dosen mempunyai standar
penilaian yang sama pada setiap mata kuliah
yang telah ditetapkan oleh STIKes?9. Apakah setiap hasil ujian mahasiswa dari
setiap mata kuliah di dokumentasikan dengan
baik?10. Apakah masukan dari stakeholders dan
pemakai lulusan mempengaruhi kualitas dari
pendidikannya?
Frequencies
Statistics
30 30 30
0 0 0
8,77 7,93 8,10
9,00 8,00 8,00
10 8 8
1,165 1,388 1,447
6 6 4
10 10 10
263 238 243
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Sum
StandarProses
StandarSarana danPrasarana
StandarPenilaian
Pendidikan
Frequency Table
Standar Proses
5 16,7 16,7 16,7
25 83,3 83,3 100,0
30 100,0 100,0
Tidak sesuai
Sesuai
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Standar Sarana dan Prasarana
11 36,7 36,7 36,7
19 63,3 63,3 100,0
30 100,0 100,0
Tidak sesuai
Sesuai
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Standar Penilaian Pendidikan
8 26,7 26,7 26,7
22 73,3 73,3 100,0
30 100,0 100,0
Tidak sesuai
Sesuai
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Bar Chart
Standar Proses
Standar Proses
SesuaiTidak sesuai
Fre
qu
en
cy
30
20
10
0
Standar Sarana dan Prasarana
Standar Sarana dan Prasarana
SesuaiTidak sesuai
Fre
qu
en
cy
20
10
0
Standar Penilaian Pendidikan
Standar Penilaian Pendidikan
SesuaiTidak sesuai
Fre
qu
en
cy
30
20
10
0