84
STIKes Fort De Kock Bukittinggi Ns.Hj.Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes Overview of Standards Process, Facility Standards and Pre-Assessment of Educational facilities and standards in the Quality Assurance System of Education in Midwifery and Nursing Studies Program STIKes Fort De Kock Year 2010 Vii + 66 pages, 4 tables, 6 eclosure ABSTRACK Quality assurance system in STIKes Fort De Kock has applied himself thoroughly, but pemonitoring not been applied thoroughly and continue. It aims to determine the extent of educational quality standards applied in accordance with PP. 19 of 2005 on the SNP. This research is a descriptive analytic study conducted in Midwifery and Nursing Campus STIKes Fort De Kock Bukittinggi in June 2010, the population is all tenured faculty who teach in the Nursing and Midwifery Studies Program STIKes Fort De Kock in 2010 by 30 people, collecting data by questionnaire, presented in tabular form of frequency distributions and percentages. The results showed more than half (83.33%) of respondents stated that the process has appropriate standards or has been in charge, more than half (63.33%) of respondents said pre-standard facilities and facilities meet or has been applied, and more than half (73.33%) of respondents stated that the standard assessment appropriate education or have been applied. In this study we can conclude that the standard processes, tools and pre- standard facilities and educational assessment in compliance or has been applied as one of the existing minimum standards in Higher Education. In accordance with the Mission STIKes Fort De Kock, so students are able to work and develop the existing potential as well as superior and skilled in health Literatur : 10 (2003-2010)

939598991evi hasnita

  • Upload
    budi

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

evi hasnita

Citation preview

Page 1: 939598991evi hasnita

STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Ns.Hj.Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes

Overview of Standards Process, Facility Standards and Pre-Assessment ofEducational facilities and standards in the Quality Assurance System ofEducation in Midwifery and Nursing Studies Program STIKes Fort De KockYear 2010

Vii + 66 pages, 4 tables, 6 eclosure

ABSTRACK

Quality assurance system in STIKes Fort De Kock has applied himselfthoroughly, but pemonitoring not been applied thoroughly and continue. It aims todetermine the extent of educational quality standards applied in accordance with PP.19 of 2005 on the SNP.

This research is a descriptive analytic study conducted in Midwifery andNursing Campus STIKes Fort De Kock Bukittinggi in June 2010, the population is alltenured faculty who teach in the Nursing and Midwifery Studies Program STIKesFort De Kock in 2010 by 30 people, collecting data by questionnaire, presented intabular form of frequency distributions and percentages.

The results showed more than half (83.33%) of respondents stated that theprocess has appropriate standards or has been in charge, more than half (63.33%) ofrespondents said pre-standard facilities and facilities meet or has been applied, andmore than half (73.33%) of respondents stated that the standard assessmentappropriate education or have been applied.

In this study we can conclude that the standard processes, tools and pre-standard facilities and educational assessment in compliance or has been applied asone of the existing minimum standards in Higher Education. In accordance with theMission STIKes Fort De Kock, so students are able to work and develop the existingpotential as well as superior and skilled in health

Literatur : 10 (2003-2010)

Page 2: 939598991evi hasnita

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi

Ns.Hj.Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes

Gambaran Penerapan Standar Proses, Standar Sarana dan Pra-sarana sertaStandar Penilaian Pendidikan dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan diProgram Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock Tahun 2010

vii + 65 halaman, 4 tabel, 6 lampiran

ABSTRAK

Sistem penjaminan mutu di STIKes Fort De Kock sendiri telah diterapkansecara menyeluruh, namun pemonitoring belum diterapkan secara menyeluruh dancontinue. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana standar mutu pendidikanditerapkan sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik yangdilaksanakan di Kampus Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De KockBukittinggi pada bulan Juni 2010, populasi adalah semua dosen tetap yang mengajardi Program Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock pada tahun2010 sebanyak 30 orang, pengumpulan data dengan kuesioner, disajikan dalambentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separoh (83,33%) respondenmenyatakan bahwa standar proses telah sesuai atau telah di tetapkan, lebih dariseparoh (63,33%) responden menyatakan standar sarana dan pra-sarana sesuai atautelah diterapkan, dan lebih dari separoh (73,33%) responden menyatakan bahwastandar penilaian pendidikan sesuai atau telah diterapkan.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa standar proses, sarana dan pra-sarana serta standar penilaian pendidikan telah sesuai atau telah diterapkan sebagaisalah satu standar minimal yang ada pada Perguruan Tinggi. Sesuai dengan MisiSTIKes Fort De Kock, sehingga mahasiswanya mampu berkarya danmengembangkan potensi yang ada serta unggul dan terampil di bidang kesehatan.

Daftar Bacaan : 10 (2003-2010)

Page 3: 939598991evi hasnita

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN

ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------------- i

KATAPENGANTAR -------------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ iv

DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------ vi

DAFTAR LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------------- 1

B. Perumusan Masalah ---------------------------------------------------------- 4

C. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------- 5

1. Tujuan Umun -------------------------------------------------------- 5

2. Tujuan Khusus ------------------------------------------------------- 5

D. Manfaat Penelitian ------------------------------------------------------------ 6

1. Manfaat Teoritis ----------------------------------------------------- 6

2. Manfaat Aplikatif ---------------------------------------------------- 6

E. Ruang Lingkup .---------------------------------------------------------------- 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistemn Penjaminan Mutu Pendidikan ------------------------- 7

B. Standar Mutu Minimal dalam SPMI ----------------------------------------- 11

C. Praktik Baik Standar Proses Pembelajaran ---------------------------------- 12

D. Praktik Baik Standar Sarana dan Prasarana --------------------------------- 18

E. Praktik Baik Standar Penilaian Pendidikan --------------------------------- 32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Page 4: 939598991evi hasnita

A. Kerangka Konsep -------------------------------------------------------------- 48

B. Definisi Operasional -----------------------------------------------------------

49

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian -------------------------------------------------------------- 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ------------------------------------------------ 51

C. Populasi dan Sampel ----------------------------------------------------------- 52

D. Teknik Pengambilan Data ----------------------------------------------------- 52

E. Teknik Pengelolaan Data ----------------------------------------------------- 53

F. Analisa Data --------------------------------------------------------------------- 54

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisis Situasi ----------------------------------------------------------------- 55

1. Sejarah ------------------------------------------------------------------ 55

2. Keadaan Umum Daerah Penelitian --------------------------------- 56

3. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ---------------------------------- 57

B. Analisis Univariat -------------------------------------------------------------- 57

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat -------------------------------------------------------------- 60

1. Standar Proses -------------------------------------------------------- 60

2. Standar Sarana dan Pra-sarana ------------------------------------- 61

3. Standar Penilaian Pendidikan -------------------------------------- 63

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------------- 65

B. Saran --------------------------------------------------------------------------- 66

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: 939598991evi hasnita

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Definisi Operasional ---------------------------------------------------48

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Standar Proses ----------------------------------56

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Standar Sarana dan Pra-sarana----------------57

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Standar Penilaian Pendidikan -----------------58

Page 6: 939598991evi hasnita

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Format Persetujuan

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Master Tabel

Lampiran 5 Lembar SPSS

Page 7: 939598991evi hasnita

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan harapan dan dambaan bagi

setiap warga negara ini. Masyarakat, baik yang terorganisir dalam suatu lembaga

pendidikan, maupun orang tua/wali murid, sangat berharap agar murid dan anak-anak

mereka mendapatkan pendidikan yang bermutu agar kelak dapat bersaing dalam

menjalani kehidupan.

Untuk menjawab harapan masyarakat tersebut, dan tentunya juga untuk mengejar

ketertinggalan dalam dunia pendidikan dibanding negara-negara lain, Pemerintah

Indonesia dan DPR pada tahun 2003 telah melakukan beberapa perubahan dalam sistem

pendidikan, melalui penetapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Perubahan

mendasar dalam Undang-Undang Sisdiknas yang baru tersebut adalah demokratisasi dan

desentralisasi pendidikan, serta pemberian porsi yang cukup besar bagi peran serta

masyarakat. Dengan demikian, masyarakat di sekitar lembaga pendidikan dapat

menentukan sendiri terhadap lulusan yang diharapkan. Hal ini senafas dengan

pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang

mencakup beberapa bidang pembangunan termasuk pendidikan. Dengan diberlakukannya

otonomi pendidikan, diharapkan akan berpengaruh positif terhadap tumbuhnya lembaga

pendidikan yang berkualitas. Setiap lembaga pendidikan diharapkan mampu menggali

Page 8: 939598991evi hasnita

sumber daya dan potensi daerah berbasis keunggulan lokal. (Universitas Katolik

Atmajaya, 2007)

Konsekuensi yang tidak bisa dihindarkan dari desentralisasi pendidikan tersebut,

karena budaya dan potensi daerah yang sangat beragam, adalah lulusan yang bervariasi.

Oleh karena itu, lewat Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, telah ditetapkan Standar

Nasional Pendidikan yang mencakup isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan

(PP. Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab II Pasal 2 ayat (1).

Sedang untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan dilakukan evaluasi,

akreditasi dan sertifikasi (PP. Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan, Bab II Pasal 2 ayat (2). (Sigit Nugroho,2008)

Pengalaman penjaminan mutu dinegara-negara maju, seperti di negara-

negara di eropa pada umumnya, perlu dikaji ulang untuk dapat disesuaikan

dengan kondisi di Indonesia. Banyak praktek yang dilihat di negara maju

nampaknya sesuai dan dapat diterapkan pada sistem pendidikan di Indonesia,

namun ternyata belum bisa langsung diimplementasikan pada sistem pendidikan

di Indonesia.

Hal ini tidak terlepas dari sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia dan

kebijakan yang telah dilaksanakan. Kita ambil contoh negara Inggris misalnya,

tidak semua konsep penjaminan mutu di Inggris dapat diterapkan di Indonesia

secara utuh.

Standar adalah ketentuan minimal yang harus dipenuhi. Ini berarti setiap

satuan pendidikan atau sekolah harus dapat mencapai kualitas minimal sama

Page 9: 939598991evi hasnita

dengan standar tersebut atau lebih tinggi dari standar tersebut. Untuk memenuhi

tujuan tersebut perlu ada penjamin mutu yang berkelanjutan, yakni upaya-upaya

yang memastikan atau meyakinkan bahwa proses pendidikan akan menghasilkan

output dan outcome yang bermutu (sesuai dengan standar). (Depdiknas, 2008. P:

II-1)

Penjaminan mutu pendidikan di Indonesia harus dilakukan dengan cara

yang sistematis, integral, menyeluruh dan berkelanjutan. Sistematis artinya bahwa

satu kegiatan menjadi dasar dari kegiatan berikutnya. Integral artinya satu

kegiatan terkait atau menjadi bagian dari kegiatan yang lain. Menyeluruh artinya

penjaminan mutu tidak bisa dilakukan secara sepihak dan parsial. Berkelanjutan

artinya penjaminan mutu harus dilakukan secara berulang-ulang. Semua lembaga

pendidikan sebaiknya melakukan penjamina mutu pendidikan sesuai dengan

kapasitasnya masing-masing. Seperti: Sekolah, Komite Sekolah, Dinas

Pendidikan, LPMP dan Lembaga Pendidikan Non Formal dan juga lembaga

Perguruan Tinggi.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock merupakan salah satu

STIKes yang ada di Bukittinggi. STIKes ini terdiri dari 5 program studi yaitu Prodi

Kesehatan masyarakat, Prodi Keperawatan, Prodi Fisiotherapi, Prodi D3

Kebidanan dan Prodi DIV Bidan Pendidik. Sistem penjaminan mutu di STIKes

Fort De Kock sendiri telah diterapkan secara menyeluruh, namun pemonitoringan

belum diterapkan secara menyeluruh dan continue. Hal ini disebabkan karena

kesibukan pada pemegang program tersebut, sehingga masih ditemukan adanya

Page 10: 939598991evi hasnita

kesenjangan. Evaluasi penjaminan mutu itu sendiri dilakukan setiap setahun sekali

oleh Ketua Yayasan. (STIKes Fort De Kock, 2010).

Dari latar belakang dan permasalahan tersebut, penulis mendapatkan

jumlah pengajar atau dosen yang mengajar di Prodi Kebidanan sebanyak 15 orang

dan Keperawatan sebanyak 15 orang penulis tertarik untuk menyusun Laporan

Tugas Akhir dengan judul “ Gambaran Penerapan Standar Proses, Standar Sarana

Dan PraSarana Serta Standar Penilaian Pendidikan Dalam Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan Di Program Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De

Kock Bukittinggi Tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah

Dalam penulisan laporan ini, penulis mencoba mengungkapkan

bagaimana sistem penjaminan mutu pendidikan yang ada di STIKes Fort De Kock

mampu sesuai dengan standar mutu yang terdapat dalam SPMI (Sistem

Penjaminan Mutu Internal). Ada beberapa standar yang harus dimiliki sebuah

perguruan Tinggi yang di atur dalam PP. No. 19 Tahun 2005 tentang SNP (Standar

Nasional Pendidikan), yaitu : Standar Isi, Proses, Kompetensi Lulusan, Pendidik

dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan,

Pembiayaan, Penilaian pendidikan serta standar penelitian.

Dalam hal ini penulis mencoba melakukan penelitian dengan membatasi

ruang lingkup hanya dengan membagi 3 dari 9 standar mutu yang ada, yaitu :

standar Proses, Sarana dan Prasarana serta standar Penilaian Pendidikan.

Page 11: 939598991evi hasnita

Penelitian dilakukan di STIKes Fort De Kock dalam lingkungan program studi

Kebidanan dan Keperawatan pada tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui sejauh mana standar mutu pendidikan yang terdapat

dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP mampu diterapkan oleh pendidikan di

STIKes Fort De Kock Jurusan Kebidanan dan Keperawatan pada tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar Proses mampu di

terapkan sebagai salah satu Standar minimal Perguruan Tinggi.

b. Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar Sarana dan

Prasarana mampu di terapkan sebagai salah satu Standar minimal

Perguruan Tinggi.

c. Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar Penilaian

Pendidikan mampu di terapkan sebagai salah satu Standar minimal

Perguruan Tinggi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, wawasan dan sedikit pengalaman yang berharga

untuk mengetahui lebih dalam mengenai standar mutu pendidikan sebagai

Page 12: 939598991evi hasnita

terapan yang harus dilakukan di sebuah Perguruan Tinggi guna mendapatkan

hasil yang maksimal.

2. Manfaat Aplikatif

a. Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai masukkan dalam rangka

meningkatkan standar mutu pendidikan di Perguruan Tinggi dan

penerapannya dalam fakta di lapangan itu sendiri.

b. Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan bagi penulis lain yang akan

meneliti standar minimal mutu pendidikan di masa yang akan datang.

E. Ruang Lingkup

Mengingat keterbatasan yang ada, maka penulis melakukan penelitian

dengan Judul “Gambaran Penerapan Standar Proses, Standar Sarana dan

Prasarana serta Standar Penialaian Pendidikan Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan di Prodi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock

Bukittinggi Tahun 2010”. Penulis membatasi ruang lingkup penelitian dengan

menggunakan 3 standar minimal yang ada dalam PP No. 19 Tahun 2005 yaitu

standar Proses, Sarana dan Prasarana serta standar Penilaian Pendidikan.

Populasinya adalah semua dosen yang terlibat dalam penjaminan mutu dan

pemegang kurikulum yang ada di Prodi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort

De Kock sebanyak 30 orang. Metoda penelitan adalah Deskriptif Analisis.

Page 13: 939598991evi hasnita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMI)

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di suatu perguruan tinggi

merupakan kegiatan mandiri dari perguruan yang bersangkutan, sehingga proses

tersebut dirancang, dijalankan dan dikendalikan sendiri oleh perguruan tinggi

yang bersangkutan tanpa campur tangan dari Pemerintah, dalam hal ini Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Dengan demikian, pedoman SPMI ini

tidak bertujuan ‘mendikte’ perguruan tinggiagar menjalankan proses penjaminan

mutu seperti diuraikan di dalamnnya, melainkan pedoman ini bertujuan

memberikan inspirasi tentang berbagai aspek yang pada umumnya terkandung

dalam SPMI di suatu perguruan tinggi. Kebijkanan ini di ambil karena disadari

bahwa setiap perguruan tinggi memiliki spesifikasi yang berlainan, antara lain

dalam hal sejarah, visi dan misi, budaya organisasi, ukuran organisasi (jumlah

program studi, jumlah dosen dan jumlah mahasiswa), struktur organisasi, sumber

daya dan pola kepemimpinan.

SPMI adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi di

perguruan tinggi oleh perguruan tinggi (internally driven), untuk mengawasi

Page 14: 939598991evi hasnita

penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi secara berkelanjutan

(caontinuous improvement), sebagaimana di atur oleh Pasal 50 ayat (6) UU.

Sisdiknas juncto Pasal 91 PP. No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP).

Secara umum dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

penjaminan mutu adalah perencanaan, penerapan, pengendalian dan

pengembangan standar mutu perguruan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan

(continuous improvement/kaizen), sehingga stakeholders baik internal maupun

eksternal memperoleh kepuasan. (Depdiknas, 2008, p:II-1)

Perguruan tinggi adalah suatu pendidikan penyelengaara pendidikan tinggi

dengan tujuan adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggunaan

ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat. Dengan demikian ada beberapa dimensi yang melekat pada

perguruan tinggi, yaitu :

1. Dimensi Etis

Hakikat tugas dan panggilan universitas adalah mengabdikan diri pada

penelitian, pengajaran dan pendidikan para mahasiswa yang dengan suka rela

bergabung dengan para dosen dalam cinta yang sama akan pengetahuan.

Universitas adalah suatu komunitas akademik yang dengan cermat dan kritis

membantu melindungi dan meningkatkan martabat manusia dan warisan

budaya melalui penelitian, pengajaran dan berbagai pelayanan yang diberikan

kepada komunitas setempat, nasional bahkan internasional.

7

Page 15: 939598991evi hasnita

Dalam konteks pencarian kebenaran secara utuh, universitas mempunyai

kebebasan akademik. Kebebasan akademik berakar pada martabat manusia

yang mempunyai kebebasan internal atau kebebasan dasar dalam pribadinya.

Makna akan menjamin bahwa penemuan baru akan digunakan untuk

kesejahteraan otentik individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal

ini terasa kekentalan dimensi moral dan etis penemuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. (Idrajit, Richcardus Eko:2006)

2. Dimensi Keilmuan

Dunia perguruan tinggi adalah dunia ilmu pengetahuan. Tujuan utama

pendidikan tinggi adalah mengembangkan dan menyebarkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dengan proses belajar mengajar,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hanya di perguruan tinggi

melalui pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan betul-betul dikembangkan dan

bukan di pendidikan yang lebih rendah atau di tempat lain. Universitas adalah

suatu masyarakat akademik, yaitu masyarakat ilmu pengetahuan yang

mempunyai otonomi ilmu pengetahuan berupa kebebasan akademik dalam

tiap disiplin ilmu sesuai dengan prinsip dan metode masing-masing. Oleh

karena itu setiap dosen harus berusaha selalu meningkatkan kompetensi di

bidang ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Demikian pula para mahasiswa

diarangsang untuk berpikir secara kritis, sistematis dan taat asas serta mau dan

mampu belajar seumur hidup. ( Idrajit, Richcardus Eko:2006 )

3. Dimensi Pendidikan

Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada tingkat tinggi. Namun, hal ini

sering menimbulkan polemik, apakah memang betul bahwa proses yang

Page 16: 939598991evi hasnita

terjadi di universitas merupakan suatu pendidikan atau suatu pembelajaran

karena arti pendidikan berlainan dengan pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran, mahasiswa diusahakan menjadi orang yang mau belajar terus

menerus. Proses pembelajaran pada umumnya bersifat formal. Sebaliknya,

pendidikan adalah proses penyiapan manusia muda menjadi manusia dewasa,

yaitu manusia yang mandiri dan bertanggung jawab. Proses pendidikan

bersifat informal dan terjadi terutama dalam keluarga, tetapi dapat pula dalam

masyarakat bersekolah. Dalam proses pendidikan tinggi yang ada adalah

penjenjangan, pengaturan, perencanaan, struktur dan system mengenai

pembelajaran. Namun, polemik mungkin dapat didamaikan dengan penjelasan

bahwa dalam perguruan tinggi terjadi pendidikan melalui pembelajaran.

( Idrajit, Richcardus Eko:2006 )

4. Dimensi Sosial

Penemuan ilmiah dan penemuan teknologi telah menciptakan

pertumbuhan ekonomi dan industry yang sangat besar. Melalui pertumbuhan

inilah kesejahteraan manusia pun ditingkatkan. Melalui kegiatan dan

perjuangan para ahli dan mahasiswa, kehidupan demokrasi ditingkatkan dan

martabat manusia lebih dihargai. Perguruan tinggi mempersiapkan para

mahasiswa untuk mengambil tanggung jawab dalam masyarakat. Dari para

lulusannya masyarakat mengharapkan penbaruan dan perbaikan terus-

menerus dalam tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Lebih lanjut,

melalui pengajaran dan penelitian, perguruan tinggi diharapkan memberikan

sumbangan dalam memecahkan berbagai problem yang sedang dihadapi

masyarakat seperti pengangguran, kekurangan pemeliharaan kesehatan,

Page 17: 939598991evi hasnita

ketidakadilan, kebodohan dan lain sebagainya. ( Idrajit, Richcardus

Eko:2006 )

5. Dimensi Korporasi

Perguruan tinggi memberikan jasa kepada masyarakat berupa

pendidikan tinggi dalam bentuk proses belajar mengajar dan penelitian. Yang

diajarkan dan diteliti adalah ilmu pengetahuan. Perguruan tinggi mempunyai

pelanggan, yaitu para mahasiswa dan masyarakat pengguna lulusannya.

Perguruan tinggi menghadapi persaingan dengan perguruan tinngi lainnya

baik dari dalam ataupun luar negeri. Apabila mahasiswa perguruan tinggi

terlalu sedikit, perguruan tinggi tidak dapat membiayai dirinya sendiri

sehingga mengalami defisit dan jika dialami terus-menerus, maka

kelangsungan hidup perguruan tinngi akan terancam. Ada semacam break

event point yang harus dicapai dalam penyelenggaraan perguruan tinggi.

Perguruan tinggi memiliki dan mengelola berbagai sumber daya seperti

manusia, barang-barang, peralatan, keuangan dan metode. Perguruan tinggi

perlu memperkenalkan produknya pada masyarakat agar dikenal dan “ dibeli”.

Semuanya menunjukkan kesamaan antara perguruan tinggi dan perusahaan.

Inilah yang disebut dengan dimensi korporasi perguruan tinggi. ( Idrajit,

Richcardus Eko:2006 )

B. Standar Mutu Minimal dalam SPMI

Page 18: 939598991evi hasnita

Perguruan tinggi merencanakan, menerapkan, mengendalikan dan

mengembangkan standar mutu pendidikan tinggi. Ada 8 macam standar minimal

wajib yang diatur dalam PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan, yaitu :

1. Standar Isi

2. Standar Proses

3. Standar Kompetensi Lulusan

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

5. Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pengelolaan

7. Standar Pembiayaan, dan

8. Standar Penilaian Pendidikan.

Sejumlah standar lain yang melampaui standar minimal, baik melampaui

secara kualitatif maupun kuantitatif, atas inisiatif perguruan tinggi (Intermally

Driven) yang dijabarkan dari visi perguruan tinggi yang bersangkutan. Melampaui

secara kualitatif berarti jika standar minimal menetapkan standar tertentu,

misalnya dosen harus berpendidikan magister, maka perguuan tinggi dapat

menetapkan bahwa dosen harus berpendidikan lebih tinggi yaitu doktor.

Sedangkan melampaui secara kuantitatif berarti perguruan tinggi

menambahkan sejumlah standar selain 8 standar minimal yang dijabarkan dari visi

perguruan tinggi tersebut. (Depdiknas, 2008, p: II-5)

Page 19: 939598991evi hasnita

C. Praktik Baik Standar Proses Pembelajaran

Dalam pasal 1 butir 20 UU. No. 20/2003 tentang sistem pendidikan

nasional, dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di lingkungan

pendidikan tinggi, interaksi tersebut terjadi antara mahasiswa dan dosen. Dalam

interaksi yang berpusat pada mahasiswa ( student centered learning ) terjadi proses

perubahan yang dialami mahasiswa dalam empat ranah, yang disebut ranah

kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau

pikiran; ranah afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi,

dan reaksi-reaksi yang berbeda berdasarkan penalaran, misalnya penerimaan,

partisipasi, penentuan sikap; ranah psikomotorik yaitu kemampuan yang

mengutamakan keterampilan jasmani, misalnya persepsi, kreativitas; ranah

kognitif yaitu kemampuan untuk bekerja sama.

Agar proses pembelajaran dapat menghasilkan perubahan pada mahasiswa

dalam empat ranah di atas dan bermutu ( memenuhi kompetensi lulusan ),

diperlukan standar mutu proses pembelajaran yang disusun berdasarkan peraturan

perundangan, visi dan misi perguruan tinggi serta dengan memperhatikan

kompetensi lulusan yang dibutuhkan stakeholders. Pasal 1 angka 6 PP No. 19/2005

tentang SNP menyatakan bahwa, standar proses adalah SNP yang berhubungan

dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai

standar kompetensi lulusan. Sedangkan pasal 21 (1) SNP menyatakan bahwa,

Page 20: 939598991evi hasnita

pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta

didik per kelas dan mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks

pelajaran setiap peserta didik dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap

pendidik. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa lingkup standar proses

adalah adalah standar mutu yang ditetapkan, dilaksanakan ( dipenuhi ) dan

dikendalikan oleh peguruan tinggi.

Dalam suatu proses pembelajaran terdapat berbagai komponen yang saling

berinteraksi dan berinterelasi, yang mana komponen tersebut adalah dosen,

mahasiswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran serta metode dan strategi

pembelajaran. Dosen sebagai komponen yang sangat menetukan dalam

implementasi strategi pembelajaran. Tujuan pembelajaran sebagai pengikat segala

aktivitas dosen dan mahasiswa. Karena itu tujuan pembelajaran harus ditetapkan

dalam merancang program pembelajaran yang mana akan digunakan untuk

evaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran.

1. Mekanisme Penetapan Standar Proses Pembelajaran

Standar proses pembelajaran disusun berdasarkan ketentuan normatif

peraturan perundangan, visi dan misi perguruan tinggi serta kebutuhan

stakeholders terutama tentang kualitas lulusan agar memenuhi kompetensi yang

diperlukan oleh stakeholders. Standar proses pembelajaran adalah keseluruhan

tolak ukur pencapaian minimal pada suatu siklus penjaminan mutu tentang seluruh

proses kegiatan pembelajaran pada setiap fakultas/jurusan/program studi yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi, serta pengembangannya secara

Page 21: 939598991evi hasnita

berkelanjutan. Tujuan standar ini adalah menjamin pemenuhan mutu seluruh

proses pembelajaran dalam lingkungan belajar yang kondusif, inspiratif dan

kreatif yang mampu memotivasi dan meningkatkan kemampuan segala aspek

secara utuh, menyeluruh dan berkelanjutan.

Untuk menetapkan isi standar proses pembelajaran, dapat dilakukan melalui

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan studi pendahuluan/ penelusuran terhadap ketentuan normatif yaitu

peraturan perundangan yang mengatur tentang proses pembelajaran. Selain

ketentuan normatif, harus diperhatikan pula visi dan misi perguruan tinggi

sebagai landasan sekaligus tujuan dalam menentukan isi standar proses

pembelajaran. Berdasarkan hasil penelusuran tersebut dapat ditentukan

standar yang menggambarkan sesuatu ( dalam berupa keadaan ataupun

proses ) yang diharapkan terjadi atau yang seharusnya terjadi.

b. Melakukan evaluasi diri dengan menerapkan SWOT analisys.

c. Melakukan studi lapangan untuk mengetahui kebutuhan stakeholders tentang

kompetensi lulusan.

d. Rumuskan standar dengan menggunakan rumus atau prinsip audience,

behavior, competence, dan degree ( ABCD ), dengan memperhatikan acuan

normatif yaitu perundang-undangan yang relevan, nilai-nilai dasar, visi, misi,

tujuan dan sasaran PT, serta keterkaitan antar standar.

2. Mekanisme Pemenuhan Standar Proses Pembelajaran

Page 22: 939598991evi hasnita

Pemenuhan standar pada prinsipnya menuntut setiap fakultas atau program

studi dan atau dosen sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing

berdasarkan struktur organisasi PT yang bersangkutan secara konsisten memenuhi

atau melaksanakan Standar Proses Pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan

demikian pejabat atau pimpinan unit atau dosen harus menjadikan standar ini sebagai

tolak ukur dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam tahap ini,

pimpinan unit perlu melakukan sosialisasi isi Standar Proses Pembelajaran kepada

pemangku kepentingan internal, khususnya dosen dan tenaga kependidikan.

Dalam tahap ini, pimpinan juga harus memperhatikan semua ketentuan

normative yang relevan agar upaya pemenuhan isi standar tidak melanggar

peraturan perundangan.

a. Pemenuhan Standar Perencanaan Proses Pembelajaran

1) Fakultas mencetak boring silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang harus diisi oleh dosen penanggung jawab mata

kuliah yang telah ditetapkan.

2) Dosen menentukan metode pengajaran yang efektif dan efisien sesuai

dengan materi pembelajaran agar terjadi perubahan pada mahasiswa

kea rah yang lebih baik.

3) Dosen menyiapkan penyusunan soal test dan melakukan penilaian

hasil belajar.

4) Dosen menentukan strategi pembelajaran yang sesuai

b. Pemenuhan Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Page 23: 939598991evi hasnita

Penyelenggaraan pembelajaran dapat terdiri dari kegiatan tatap muka

yang diselenggarakan selama 16 minggu termasuk UTS dan UAS, dengan alat

bantu berupa :

1) SAP yang dibagikan kepada seluuh mahasiswa untuk suatu mata

kuliah.

2) Berita acara tatap muka setiap perkuliahan.

3) Presensi ( daftar kehadiran ) mahasiswa dan dosen untuk

memantau standar minimal kehadiran mahasiswa dan dosen.

4) .Pemberian tugas kepada mahasiswa untuk menunjang

keberhasilan mahasiswa.

5) Pemberian test formatif ( test penyerapan) kepada mahasiswa

untuk memantau tingkat penyerapan materi kuliah oleh

mahasiswa.

c. Pemenuhan Standar Pengawasan Proses Pembelajaran

1) Fakultas menyiapkan berita acara tatap muka/perkuliahan yang

berisi data dan informasi tentang materi pembelajaran, tugas yang

diberikan kepada mahasiswa.

2) Fakultas menyiapkan presensi (daftar hadir) mahasiswa dan dosen

untuk memantau standar minimal kehadiran mahasiswa dan dosen.

3. Mekanisme Pengendalian Standar Proses Pembelajaran

Page 24: 939598991evi hasnita

Pengendalian Standar Proses Pembelajaran ( tentang perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan proses pembelajaran ) harus dilakukan oleh

pejabat yang berwenang, misalnya : Dekan, Ketua Jurusan dan Ketua

Program Studi. Tujuannya adalah untuk memantau penerapan standar secara

konsisten pada kondisi factual. Bilamana perlu pejabat tersebut segera

mengambil tindakan korektif apabilka ditemukan adanya penyimpangan

atau kesalahan. Jadi setiap unit akademik yang bersangkutan selalu

melakukan pengecekan untuk memastikan bahwa standar telah terpenuhi

atau telah di taati. (Depdiknas, 2008, p: II-60)

D. Praktik Baik Standar Prasarana dan Sarana

1. Pendahuluan

Penjaminan mutu pendidikan tinggi sangat penting agar lulusan

pendidikan tinggi dapat menyelesaikan permasalahan individu dan bangsa.

Untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi diperlukan (1) tujuan yang jelas,

(2) rencana mutu keluaran dan perkiraan outcomes, (3) proses pendidikan, (4)

input (5) sumberdaya, dan (6) prasarana dan sarana. Prasarana dan sarana

adalah salah sate bagian input, sedangkan input merupakan salah sate

subsistem dari Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi (SPMI

PT). Dengan demikian, di dalam SPMI PT perlu dibuat standar mutu sarana

dan prasarana sesuai dengan kemampuan setiap PT sepanjang standar

minimum yang beriaku secara nasional dipenuhi oleh PT yang bersangkutan.

Khusus tartarrg sarana dan prasarana ini, Peraturan Pemerintah (PP)

Page 25: 939598991evi hasnita

No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan

perlu adanya standar mutu sebagai tolok ukur minimal untuk menilai tingkat

mutu penyediaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengembangan sarana dan

prasarana yang tersedia pada setiap Perguruan Tirrggi. Memang, di dalam PP

tersebut disebutkan bahwa standar nasional untuk sarana dan prasarana ini

masih harus ditetapkan oleh Pemerintah (Menteri), namun demikian peraturan

yang lama hingga saat ini masih berlaku yaitu Keputusan Mendiknas No.

234/U/2000 tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi (PI). Di dalam

peraturan ini misalnya (pada bagian Lampiran), ditetapkan persyaratan

minimal sarana dan prasarana yang harus tersedia pada setiap PT di indonesia.

Sesuai dengan prinsip di dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal

Perguruan Tinggi (SPMI PT) yaitu bahwa setiap PT di Indonesia hendaknya

memiliki seperangkat standar mutu yang sangat esensial dan diperlukan dalarn

penyelenggaraan pendidikan tinggi, maka sangatlah wajar apabila salah satu

siandar mutu tersebut adalah tentang sarana dan prasarana. Substansi atau isi

dari standar mutu tersebut minimal sama dengan standar minimal yang

berlaku secara nasional, namun di sisi lain PT memiliki otonomi yang luas

untuk meningkatkan / meninggikan / memperluas substansi standar itu.

Semakin tinggi tolok ukur yang dipakai untuk menilai tingkat mutu, maka

berarti semakin tinggi pula mutu institusi itu. Standar mutu ini harus

ditingkatkan secara berkelanjutan agar tercapai peningkatan mutu

berkelanjutan atau sustainable quality improvement.

Banyak PT dalam melakukan penjaminan mutu khusus di bidang

Page 26: 939598991evi hasnita

sarana dan prasarana, baik yang berkaitan dengan proses pembelajaran

maupun yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, pengabdian kepada

masyarakat, dan kegiatan lain yang menunjang seluruh tridharma PT. Uraian

ini dimaksudkan untuk memberikan inspirasi kepada penyelenggara PT,

bahwa kebijakan di bidang prasarana dan sarana merupakan open ended

solution. Artinya, prasarana dan sarana yang diperlukan tergantung situasi dan

kondisi tertentu, tetapi penyelenggara PT wajib melakukan yang terbaik

dalam keterbatasan yang ada. Agar terjadi persamaan persepsi, maka dalam

bab ini definisi tentang Standar Sarana dan Prasarana yang dipakai adalah

definisi di dalam PP tentang SNP, yaitu standar pendidikan yang berkaitan

dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolah raga, tempat

beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat

berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi

dan komunikasi.

2. Mekanisme Penetapan Standar Sarana dan Prasarana

Dalam menetapkan Standar Sarana dan Prasarana perlu diperhatikan

beberapa hal penting berikut ini, yaitu :

a. Substansi atau isi dari Standar Sarana dan Prasarana harus sesuai atau

tmelanggar peraiuran perundang-undangan yang relevan dengan bidang

sarana dan prasarana untuk PT. Konkritnya, substansi standar tersebut

minimal harus memenuhi terlebih dahulu ketentuan yang telah diatur

Page 27: 939598991evi hasnita

dalam perundang-undangan, setelah itu apabila PT yang bersangkutan

memang benar-benar sangat mampu maka dapatlah dibuat standar dengan

substansi yang melebihi siandar minimal nasional.

b. Substansi standar tersebut juga harus selaras dengan visi, misi, dan tujuan

dari PT yang bersangkutan dan bila perlu juga harus selaras dengan visi,

misi, dan tujuan dari unit-unit di dalam lingkungan PT seperti fakultas,

jurusan, dan program studi.

c. Substansi standar tersebut juga harus sedapat mungkin selaras dengan

keinginan, masukan atau saran dari para stakeholders PT

Agar substansi Standar Sarana dan Prasarana yang akan ditetapkan

oleh PT di dalam SPMI nya tidak bertentangan dengan ketentuan normatif

yang berlaku secara nasional, maka perlu dipahami terlebih dahulu aturan

tersebut yang antara lain terdapat dalam PP tentang SNP dan Keputusan

Mendiknas tentang Pedoman Pendirian PT sebagaimana disebut pada bagian

Pendahuluan.

Pasal 42 hingga 47 PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP menegaskan

bahwa setiap satuan pendidikan, dalam konteks pendidikan tinggi adalah PT,

wajib mempunyai Standar Mutu Sarana dan Prasarana, yang mengatur tentang

:

a. Sarana dan prasarana apa saja yang minimal harus dipunyai oleh setiap

Perguruan Tinggi (PT).

b. Jenis dan jumlah peralatan minimal laboratorium yang harus tersedia yang

dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan per mahasiswa.

Page 28: 939598991evi hasnita

c. Jenis dan jumlah buku perpustakaan khususnya buku teks yang dinyatakan

dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk setiap mata kuliah

per mahasiswa

d. Jenis dan jumlah sumber belajar lainnya yang dinyatakan dalam rasio

jumlah minimal sumber belajar tersebut per mahasiswa.

e. Lahan untuk bangunan PT, lahan praktik, lahan untuk prasarana

penunjang, dan lahan pertamanan, yang dinyatakan dalam rasio luas lahan

per mahasiswa.

f. Letak lahan bangunan PT juga harus memperhatikan, antara lain,

pertimbangan keamanan, kenyamanan, kesehatan lingkungan, dan jarak

tempuh maksimal yang harus dilalui mahasiswa untuk menjangkau

bangunan tersebut.

g. Rasio luas ruang kuliah per mahasiswa.

h. Kualitas bangunan minimal yaitu kelas A dan atau bangunan tersebut

harus tahan gempa khususnya apabila terletak di daerah yang rawan

gempa.

i. Fasilitas khusus untuk mahasiswa, dosen, dan tenaga non-dosen yang

memerlukan layanan khusus karena keterbatasan fisik mereka (kaum

difabel).

j. Pemeliharaan sarana dan prasarana secara berkala dan berkesinambungan.

Dari kutipan PP di atas tampak bahwa substansi Standar Sarana dan

Prasarana yang harus dimiliki oleh setiap PT sekurang-kurangnya harus

mengatur atau menetapkan berbagai hal sebagaimana tercantum dalam butir a

Page 29: 939598991evi hasnita

hingga j di atas. Jadi, misalnya saja harus dapat ditetapkan standar mutu yang

menetapkan tolok ukur minimum yang berlaku pada suatu PT tentang (1).

jenis sarana dan prasarana apa saja yang harus disediakan oleh penyelenggara

PT yang bersangkutan (2). periengkapan minimum yang harus tersedia pada

setiap laboratorium di dalam lingkungan PT yang bersangkutan (3). rasio luas

ruang kuliah untuk tiap mahasiswa (4). rasio buku teks untuk setap matakuliah

untuk setiap mahasiswa yang harus tersedia di perpustakaan PT dan

seterusnya, hingga standar tentang bagaimana PT tersebut harus memelihara

seluruh sararia dan prasarana yang tersedia sewra berkaia dan berkelanjutan.

Sebagai contoh berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa

standar mutu yang terdapat di dalam kelompok Standar Sarana dan Prasarana

berdasarkan praktek baik pada beberapa PT :

1. Standar Prasarana dan Sarana (PS) bangunan, kesehatan dan ketenangan

lingkungan

Substansi standar ini mencakup infrastruktur perguruan tinggi, harus

memenuhi persyaratan teknis dan peraturan bangunan, serta kesehatan

lingkungan yang berlaku untuk daerah tersebut, dan dengan memperhatikan

pertumbuhan akademik. Standar PS fasilitas pembelajaran mencakup ruang

kelas lengkap dengan sarana dan cukup untuk melaksanakan kurikulum.

Standar PS laboratorium mencakup peralatan laboratorium, sesuai dengan

jenis laboratorium masing-masing program studi. Dalam praktek baik, jumlah

butir standar dalam setiap jenis standar ditetapkan oleh program studi, sesuai

Page 30: 939598991evi hasnita

dengan visi, kebutuhan stakeho/ders, serta urgensi dan kemampuan program

studi yang bersangkutan Standar PS sumber belajar (learning resources)

antara lain terdiri atas peralatan, bahan, dan teknologi informasi.

2. Standar Prasarana dan Sarana (PS) Sumber belajar utama

Substansi standar ini terdiri atas buku-buku teks (perpustakaa /

lainnya), laboratorium, jurnal, majalah, lembar informasi, internet dan

intranet, CDROM, dan citra satelit. Sumber belajar harus diseleksi, dipilah,

dan disinkronkan dengan tujuan pembelajaran.

3. Standar pengadaan, pengoperasian, perawatan, dan perbaikan alat

Standar mutu ini sangat diperlukan agar peralatan dapat dioperasikan

dengan baik dan sesuai fungsinya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan dan

perawatan dan apa bila terjadi kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat

sehingga mengurangi waktu mati (down time) atau out of work dari peralatan

tertentu tersebut.

4. Standar Prasarana dan Sarana (PS) umum

Standar mutu tentang penyediaan dan ketersediaan air, listrik, dan

telefon merupakan bagian penting dalam kegiatan perguruan tinggi, karena itu

perlu dikelola dengan baik. Untuk itu diperlukan tatakelola yang jelas dan

pasti sehingga penyediaan prasarana-sarana umum terselenggara secara baik

dengan keandalan tinggi.

Proses penyusunan standar PS tidak berdiri sendiri, tetapi

dilaksanakan bersama-sama dengan penyusunan standar akademik secara

Page 31: 939598991evi hasnita

keseluruhan dan lengkap. Hanya saja tiap PT dapat menentukan butir mutu

yang akan diprioritaskan untuk dilaksanakan. Penyusunan standar dilakukan

oleh suatu tim ad hoc yang diangkat oleh pimpinan PT. Tim terdiri atas wakil-

wakil tingkat perguruan tinggi dan fakultas. Tim seperti ini terkadang dirasa

terlalu besar, sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja dan menyebabkan

perlu waktu lama untuk menghasilkan standar.

Untuk menghindari tim yang terlalu besar, maka anggota tim tidak

diambil dari semua fakultas, tetapi diambil dari wakil cluster atau kelompok

bidang ilmu. Da1am pembuatan standar PS perlu dipertimbangkan standar PS

untuk gedung. Standar PS gedung harus memenuhi persyaratan teknis dan

peraturan bangunan, serta kesehatan lingkungan yang ditentukan oleh

perguruan tinggi dan departemen teknis terkait. Perlu juga diperhatikan

keamanan dan kenyamanan mahasiswa di dalam ruang kuliah, di

perpustakaan, dan di laboratorium.

Dalam penyusunan standar, panitia meninta masukan dari fakultas,

lembaga, laboratorium, dan unit akademik lain di lingkungan PT. Perlu

dikemukakan bahwa penyusunan standar tidak sama dengan penyusunan

daftar Pengadaan barang. Penyusunan standar tidak menghasilkan daftar yang

sangat rinci, tetapi berupa patokan. Yang harus diperhatikan dalam

penyusunan standar PS adalah agar PS dapat digunakan secara optimal dan

harus dirawat dengan baik, sehinggs PS dapat dipakai secara efektif dengan

selalu memperhatikan keamanan penggunanya.

Draft standar PS yang telah disusun oleh panitia ad hoc PT dapat

Page 32: 939598991evi hasnita

dikirim ke fakultas-fakultas untuk dikaji ulang, dikoreksi, dan disempumakan.

Hasil kaji ulang ini dipakai oleh panitia untuk menyusun draft akhir standar.

Draft akhir dikirim ke eksekutif yang akan mempelajari dan

menyempurnakannya lagi, sebelum dikirim untuk dibahas di Senat Akademik

untuk diolah dan disahkan menjadi standar mutu Sarana dan Prasarana PT

3. Mekanisme Pemenuhan Standar Prasarana dan Sarana

Dalam usaha pemenuhan standar PS yang telah ditetapkan, langkah

pertama adalah sosialisasi standar PS pada seluruh sivitas akademika,

terutama pihak pengurus yayasan (bagi PTS), perguruan tinggi, fakultas,

jurusan, dan program studi yang berkaitan dengan prasarana dan sarana.

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh PT bekerjasama dengan organisasi

penjaminan rnutu yang terdapat di tingkat PT, fakuftas, jurusan, dan program

studi.

a. Pemenuhan Standar PS Bangunan Serta Kesehatan Lingkungan

Infrastruktur perguruan tinggi harus memenuhi persyaratan teknis

dan peraturan bangunan, serta kesehatan lingkungan yang berlaku untuk

daerah tersebut. Pengembangan infrastruktur fasilitas harus dituangkan

dalam rencana induk (master plan), yang meliputi gedung dan

laboratorium. Infrastruktur harus direncanakan secara sistematis, selaras

dengan pertumbuhan kegiatan akademis. Dalam arti yang lebih luas

prasarana dan sarana mencakup semua aset perguruan tinggi seperti lahan,

gedung, air, listrik, telefon, yang semuanya sudah dimiliki oleh perguruan

Page 33: 939598991evi hasnita

tinggi, sehingga pengadaannya tidak akan dibahas dalam bab ini. Yang

penting mengenai aset ini adalah perlunya praktek baik dalam mengelola

aset tersebut, agar dapat optimum dalarn mendukung pelaksanaan proses

pembelajaran. Praktek baik ini meliputi :

1) Inventarisasi lahan

2) Inventarisasi gedung beserta semua ruang dan kegunaan ruang

3) Pemanfaatan lingkungan luar ruang / kelas

Penting untuk pengembangan mutu dan efisiensi perguruan tinggi

adalah bila dibuat “Sistem Informasi Lahan dan Bangunan” (SILB).

Format sistem informasi ini dapat didasarkan pada keterkaitan lahan dan

bangunan dengan unsur lokasi atau unsur yang menunjukkan letak objek

terhadap suatu referensi spasial tertentu. Sistem informasi lahan dan

bangunan dapat dikembangkan dengan pendekatan Geographic

Information System (GIS), sehingga data lahan dan bangunan dikelola

dalam basis data spasial dan basis data atribut. SILB biasanya memuat

data seperti data dasar lahan yang berisi informasi tentang data yuridis /

legal, data penggunaan lahan, data bangunan (kondisi fisik dan

penggunaan), data ruang (kegunaan dan frekuensi penggunaannya, dll)

Perguruan tinggi pada umumnya telah mempunyai data ini, sehingga

cukup membuat kodifikasi dan memasukkan dalam SILB. Sistem

Informasi ini penting dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan oleh

eksekutif dalam pengembangan perguran tinggi.

b. Pemenuhan Standar PS Sumber Belajar (Learning Resources)

Page 34: 939598991evi hasnita

Sumber belajar mencakup buku teks, brosur, majalah, jurnal

ilmiah, poster, lembar informasi, intemet, intranet, CD-ROM, peta, foto

udara, citra satelit dll. Sumber belajar harus terseleksi dan sinkron dengan

tujuan pembelajaran. Perpustakaan digital harus diadakan sesuai dengan

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perpustakaan harus

mempunyai rekaman elektronik tentang penelitian dan materi acuan dalam

bentuk basis data full text dalam CD-ROM. Teknologi informasi harus

diadakan / terpasang dan dimutakhirkan sesuai perkembangan teknologi

sehingga mendukung e-learning. Pusat komputer perguruan tinggi harus

menyediakan layanan komputer yang aksesibel, dengan jaringan

infrastruktur yang memungkinkan masyarakat kampus memanfaatkan

secara penuh teknologi informasi, untuk kegiatan pembelajaran,

penelitian, pengabdian, dan administrasi.

Perpustakaan perlu diadakan pada tingkat perguruan tinggi,

fakultas, dan jurusan. Perpustakaan harus dilengkapi dengan fasilitas

ruang baca yang memadai dan fasilitas peminjaman buku dan jumal sesuai

dengan kebutuhan sivitas akademika. Perpustakaan harus membuka

layanan baca dan pinjam sekurang-kurangnya 10 jam per hari. Per1u juga

fasilitas peminjaman antar perpustakaan atau minimal komunikasi katalog

buku dan jurnal antar perpustakaan dan beberapa perguruan tinggi.

Perguruan tinggi perlu mengembangkan perpustakaan digital sesuai

dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Pengelola

perpustakaan harus mengusahakan data elektronis dari penelitian, dan

Page 35: 939598991evi hasnita

bahan referensi dalam bentuk full-text data bases dalam CD-ROM.

c. Pemenuhan Standar Pengadaan, Pengoperasian, Perawatan, dan Perbaikan

Alat

Perguruan tinggi memperoleh alat dengan jalan (1) membeli /

pengadaan sendiri, (2) hibah yang diperoleh dari dalam negeri, misalnya

perusahaan yang menyerahkan peralatan pendidikan atau komputer

kepada perguruan tinggi, (3) mengikuti proyek Ditjen Dikti, misalnya

pada masa yang telah lalu proyek Asian Development Bank, Proyek Bank

Dunia atau proyek bilateral. Sedangkan kini dimungkinkan dapat

diperoleh dari Proyek Hibah Kompetisi. Pengadaan alat yang dimeksud

adalah alat untuk proses perkuliahan dan praktikum di laborstarium.

Peralatan untuk proses Pembelajaran termasuk alat-alat yang ditentukan

dalam standar akademik perguruan tinggi, yaitu peralatan dasar seperti

papan tulis, White board, over-head projector, pengeras suara, sampai

peralatan teknologi pendidikan mutakhir, seperti viewer dan komputer

dalam kelas yang dapat dipakai untuk mengakses internet. Makin banyak

ruang kelas yang mempergunakan peialatan canggih ini relatif makin baik

kualitas proses pembelajaran.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalarn praktek baik

pengoperasian alat adalah peningkatan pemanfaatan alat laboratorium.

Pembudayaan pengoperasian dan pengelolaan alat laboratorium

merupakan proses yang terus menerus. Setiap kesempaten atau bila

tersedia biaya, pertu diadakan penataran teknisi laboratorium. Penataran

Page 36: 939598991evi hasnita

dilaksanakan sehubungan denqan pengelolaan laboratorium, keamanan

pekerjaan laboratorium, perawatan atau kebersihan laboratorium, dan

perawatan terencana (planned maintenance). Banyak manfaat yang

diperoleh bila pelatihan dilaksanakan secara periodik, sehingga kualitas

teknisi dalam mengelola alat dapat terus meningkat. Teknisi laboratorium

perlu juga dilatih dalam inventarisasi peralatan, sehingga dapat

mengetahui sistem inventarisasi dan dapat mengoperasikan perangkat

lunak inventarisasi. Unit pelaksana akademik (UPA) perlu

mengimplementasikan komputerisasi peralatan laboratorium sehingga

pengelolaan laboratorium dapat terlaksana secara efisien.

Untuk meningkatkan pemakaian peralatan laboratorium maka

perlu peningkatan ketrampilan (skill) pekerja laboratorium, juga perlu

peningkatan kesejahteraan pekerja dengan insentif yang cukup dan

pengembangan karir yang menarik dan jelas. Perawatan alat dimaksudkan

untuk mencegah atau menunda kerusakan alat.

Praktek baik dalam perawatan alat adalah disusunnya sistem

perawatan alat untuk peralatan yang dipakai dalam proses pembelajaran

dan peralatan yang dipakai untuk pelatihan. Manfaat dari sistem

perawatan alat adalah sebagai berikut, peralatan senantiasa dapat

digunakan bila diperlukan (equipment availability), masa pemakaian alat

bertambah sehingga merupakan penghematan karena mengurangi

anggaran untuk perbaikan maupun pembelian alat baru yang merupakan

investasi yang besar.

Page 37: 939598991evi hasnita

Praktek baik dalam perawatan dan perbaikan alat pada urnumnya

adalah :

1) Dibentuk organisasi pada tingkat perguruan tinggi, fakultas, dan

jurusan yang bertanggung jawab atas perawatan dan perbaikan alat.

2) Disusun tatalaksana (standard operating procedure, manual prosedur)

perawatan dan perbaikan alat.

3) Dalam rencana kegiatan dan anggaran tahunan (RKAT) diangqarkan

dana untuk perawatan dan perbaikan alat.

4) Ketrampilan teknsi laboratorium ditingkatkan dengan pelatihan dalam

merawat dan memperbaiki alat.

d. Pemenuhan Standar Prasarana Umum Berupa Air, Listrik, dan Telefon

Sarana prasarana air, listrik, dan telefon merupakan bagian penting

dalam pelaksanaan kegiatan perguman tinggi. Oleh karena itu perlu

dikelola dengan baik dan tersedia tatakelola yang jelas dan pasti, sehingga

beban yang harus dibayar untuk pemakaiannya tersebar secara merata

sesuai dengan frekuensi pemakaian setiap Unit Pelaksana Akadernik

(UPA). Dengan tatakelola yang baik, maka keandalan sistem distribusi air

dan listrik, serta kontinuitas layanan telefon dapat diharapkan oleh seluruh

pengguna di kampus.

Praktek baik perawatan dan pengembangan jaringan listrik,

telefon, dan distribusi air sesuai kebutuhan pengguna di kampus.

Kebutuhan harus sudah diantisipasi dan pengelolaannya dilaksanakan oleh

unit-unit di perguruan tinggi yang bertanggung jawab dalam :

Page 38: 939598991evi hasnita

1) Pengelolaan dan pengembangan telepon

2) Pengelolaan dan pengembangan jaringan listrik dan pengelolaan air

bersih.

4. Mekanisme Pengendalian Standar Prasarana dan Sarana

Manajemen pengendalian standar pada dasarnya diarahkan untuk

mengoptimalkan berlangsungnya proses peningkatan kualitas secara

berkelanjutan. Dalam hal ini perlu diatur satu siklus SPM-PS, dengan

keyakinan terjadinya peningkatan pada setiap tahun (rentang waktu tertentu)

dapat dijamin. Betapapun kecilnya peningkatan apabila selalu ada pada setiap

tahun (rentang waktu tertentu), SPMB-PS akan berlangsung baik. Suatu siklus

SPMB-PS wajib dirancang terintegrasi dengan SPMB keseluruhan.

Sebagai satu ilustrasi, untuk proses pembelajaran dapat dikembangkan

peraturan, pengaturan, dan kesepakatan menyangkut kata-kata kunci berikut

ini :

a. Pada tingkat perguruan tinggi / fakultas, jurusan, standar PS dinyatakan

dalam daftar prasarana dan sarana, serta tersedia organisasi dan tata kerja

(OTK) dalam pemakaiannya.

b. Pada tingkat program studi, standar PS dinyatakan dalam spesifikasi

prasarana dan sarana yang lebih spesifik, terkait dengan irnplementasi

Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS)

c. Evaluasi dilakukan terhadap utility factor dan unjuk hasil kinerja

pemakaian prasarana dan sarana. Berdasar hasil evaluasi dengan siklus

Page 39: 939598991evi hasnita

tahunan, setiap tahun dilakukan perbaikan standar dan penjaminan dalam

SPMB-PS sebagai bagian SPMB keseluruhan. (Depdiknas, 2008, p: II-

119)

E. Praktik Baik Standar Penilaian Pendidikan

1. Pendahuluan

Paradigma baru dalam sistem pendidikan tinggi yang dituangkan

dalam HELTS 2003 - 2010 dan kemudian dijabarkan dalam beberapa

peraturan perundangan, antara lain, Undang Undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 tahun 2003 (Sisdiknas) dan Peraturan Pemerintah No.

19/2005 tentang Standar Ndsional Pendidikan (SNP) telah memberikan

wacana kepada Perguruan Tinggi (PT) tentang pentingnya peningkatan

mutu yang berkelanjutan. Seyogyanya penerapan sistem penjaminan mutu

(Quality Assurance System) melingkupi semua proses di dalam sistem

pendidikan, mulai dari kualitas masukan mahasiswa sampai penjaminan

kualitas lulusan yang dihasilkan. Dalam kesempatan ini, pedoman dan

sharing praktik baik dalam penjaminan mutu difokuskan hanya pada

penilaian pendidikan yang dilakukan oleh Dosen dan oleh PT sebagai

institusi penyelenggara pendidikan tinggi.

Dalam PP tentang SNP, proses penilaian pendidikan pada jenjang

pendidikan tinggi terdiri atas; (i) penilaian hasil belajar oleh pendidik

(dosen), dan (ii) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.

Page 40: 939598991evi hasnita

Penilaian hasil belajar oleh pendidik (dosen) dilakukan secara

berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil

dalam berbagai bentuk tugas / test / ujian. Sedangkan penilaian hasil

belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian

standar kompetensi lulusan untuk semua mata kuliah.

Lebih lanjut, PP tersebut juga menetapkan bahwa sistem penilalan

dan penjaminan standar mutu ditetapkan oleh masing-masing PT dengan

tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian, PT memiliki otonomi dalam menetapkan sistem dan

standar mutu dalam penilaian pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan

Standar Penilaan Pendidikan adalah standar yang berkaitan dengan

mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik

(mahasiswa). Oleh karena itu, diharapkan uraian tentang pedoman dan

praktik baik dalam bab ini dapat memberikan inspirasi dan menambah

wawasan bagi PT dalarn mengembangkan standar mutu penilaian

pendidikan.

2. Mekanisme Penetapan Standar Penilaian Pendidikan

Sebagaimana disebutkan di atas, Standar Penilaian Pendidikan

pada intinya terdiri dari 2 (dua) standar turunan; yaitu (a). standar

penilaian pendidikan oleh Dosen, dan (b). standar penilaian pendidikan

oleh PT. Kedua standar turunan di dalam kelompok Standar Penilaian

Page 41: 939598991evi hasnita

Pendidikan ini bertujuan untuk menetapkan tolok ukur minimum

penilaian atas hasil dari proses pembelajaran terhadap mahasiswa.

Sehubungan dengan hal itu, maka dalam uraian tentang rnekanisme

penetapan standar penilaian pendidikan ini, masing-masing standar

turunan tersebut akan dipaparkan secara berurutan setelah sebelumnya

akan diuraikan terlebih dahulu beberapa hal penting yang bersifat umum

yang pertu diperhatkan oleh PT, khususnya mereka yang ditugasi untuk

membuat standar ini.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak menetapkan

Standar Penilaian Pendidikan

Pertama, hendaknya dipahami terlebih dahulu seluruh peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang sistem penilaian pendidikan

pada jenjang pendidikan tinggi. Peraturan perundang-undangan tersebut

dapat berupa Undang Undang, Peraturan Pemerintah, ataupun Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional. Tujuannya adalah agar substansi atau isi

standar tersebut tidak bertentangan dengan peraturan normatif yang

berlaku secara nasional. Dengan kata lain, tindakan ini adalah untuk

memastikan dipatuhinya ketentuan hukum oleh PT yang bersangkutan.

Kedua, PT juga harus memastikan bahwa substansi standar benar-

benar selaras dengan visi, misi dan tujuan dari PT yang bersangkutan.

Tujuannya adalah untuk menjamin konsistensi antara visi, misi, dan tujuan

perguruan tinggi dengan sistem penilaian pendidikan yang akan

diterapkan pada perguruan tinggi tersebut. Akan menjadi buruk apabila

Page 42: 939598991evi hasnita

standar penilaian pendidikan yang akan ditetapkan ternyata bertentangan

dan/atau tak ada titik pertautannya dengan apa yang menjadi visi, misi,

dan tujuan PT tersebut.

Ketiga, PT juga seyogianya mencari dan memperhatikan

masukan / kontribusi pemikiran dari para stakeholders termasuk alumni,

dan/atau dari asosiasi profesi. Alasannya, beberapa pihak dari

stakeholders tersebut umumnya adalah para pihak yang mempekerjakan

lulusan dari PT, sehingga dari mereka dapat diharapkan adanya saran atau

pemikiran tentang bagaimana sebaiknya sistem penilaian pendidikan pada

PT yang bersangkutan ditingkatkan mutunya. Kepada para stakeholders

ini PT dapat pula melakukan uji publik terlebih dahulu tentang substansi

dari Standar Penilaian Pendidikan sebelum stendar tersebut resmi

diterapkan.

Keempat, dalam proses penetapan Standar Penilaian Pendidikan

terdapat empat aspek yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:

a. Validitas isi dan konsep penilaian pendidikan yang sesuai dengan

tujuan penilaian.

b. Reliabilitas informasi dan konsistensi hasil

c. Kepraktisan prosedur dalam melakukan penilaian

d. Memberikan efek terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan,

khususnya pada improving quality of education system.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak

Page 43: 939598991evi hasnita

menetapkan standar turunan yaitu Standar Penilaian Pendidikan Oleh

Dosen.

Walaupun menurut PP tentang SNP, penetapan Standar Penilaian

Pendidikan menjadi otonomi PT, namun tidak ada salahnya apabila dalam

bab ini disarankan agar PT dalam menetapkan substansi standar penilaian,

khususnya penilaian oleh Dosen, mengutamakan terlebih dahulu 3 (tiga)

aspek yang perlu ditetapkan standar mutu, yaitu:

a. Metode dan mekanisme penilaian

b. Prosedur penilaian

c. Instrumen penilaian

Sejalan dengan perubahan paradigma dalam sistem pembelajaran di

PT yang mengacu pada pengembangan dan penerapan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), ada pergeseran pada aspek "method of delivery atau

"transfer of knowledge” dalam proses pembelajaran. Perubahan pendekatan

dari 'teacher-centered learning' menuju 'student-centered learning” membawa

konsekuensi pada perlunya perbaikan sistem penilaian pendidikan yang dapat

mencerminkan mutu kompetensi lulusan sesuai dengan tuntutan pengguna

(market demand).

'If we wish to discover the truth about an educational system, we must

look into its assessment procedures', pernyataan tersebut memiliki arti yang

cukup mendalam terkait dengan arti pentingnya dan peran suatu proses

penilaian dalam sistem pendidikan. Di lain pihak, masih banyak pertanyaan

Page 44: 939598991evi hasnita

yang muncul dalam proses penilaian pendidikan, antara lain;

1) Apakah yang dimaksud penilaian adalah pemberian angka pada hasil

belajar mahasiswa ?

2) Ranah kemampuan apa yang akan dinilai dari mahasiswa, kognitif,

psikomotorik atau afektif ?

3) Apakah teknik penilaian yang diterapkan sudah tepat sesuai

kemampuan mahasiswa secara nyata dan benar ?

4) Bagaimana cara menilai paper / karangan, syair, matematika, maket,

patung, ujian tulis, apakah menggunakan cara yang sama ?

5) Apakah tes dan ujian tulis merupakan satu-satunya cara yang tepat

untuk melihat kemampuan mahasiswa ?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, perlu

mempersamakan persepsi tentang apa yang dimaksud dengan “penilaian”

dan lingkup batasannya pada pendidikan. Dalam arti umum,'penilaian'

adalah proses pengumpulan dan pengolahan infornasi untuk mengukur

pencapaian hasil pembelajaran mahasiswa (leaming objectives).

Berikutnya, dimana letak perbedaan antara “tes”, “pengukuran” dan

'penilaian' ? Kadang-kadang kita sulit dibedakan dan sering

dicampuradukkan ketiga istilah tersebut. Beberapa sumber pustaka

menyatakan bahwa pengertian 'Tes' adalah proses untuk mencari /

mengumpulkan informasi kemampuan suatu obyek, misalnya; pasien

melakukan tes jantung. Tujuannya adalah untuk mencari infomnasi terkait

seberapa tingkat kemampuan kerja / fungsi jantung pada tubuh pasien 'X'.

Page 45: 939598991evi hasnita

Kemudian, “Pengukuran” adalah pemberian angka pada – formula /

parameter tertentu, baik dalam bentuk nominal maupun skala, misalnya;

denyut nadi pasien “X”: 80 kali / menit. Sedangkan pengertian “Penilaian”

yaitu proses pengambilan keputusan dalam pemberian nilai kualitas suatu

obyek, misalnya; karena kondisi pasien gawat, maka harus segera masuk

ruang ICU. Dalam contoh kasus di atas, keputusan yang diambil

merupakan skumulasi / rangkaian dari hasil proses sebelumnya, yeitu tes

dan pengukuran.

Berikut tentang tujuan penilaian hasil pembelajaran mahasiswa,

yaitu antara lain :

1) Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh mahasiswa dalam

suatu kurun waktu proses belajar tertentu.

2) Mengetahui posisi atau kedudukan seorang mahasiswa dalam kelompok.

3) Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan mahasiswa dalam belajar.

4) Mengetahui hingga sejauh mana mahasiswa telah mendayagunakan

kapasitas kognitif, afektif dan psikomotorik (ranah kompetensi).

5) Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode yang telah

digunakan dosen dalam proses pembelajaran.

Sedangkan kegunaan lebih lanjut dari hasil penilaian tersebut dapat

mendukung proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan ; (i)

proses dan hasil pembelajaran, (ii) diagnosis dan usaha-usaha perbaikan

yang berkelanjutan, (iii) placementt test dan seleksi, (iv) bimbingan dan

konseling; (v) kurikulum dan (vi) penilaian kelembagaan.

Page 46: 939598991evi hasnita

Di dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi, ada tiga ranah

penyusun kompetensi yaitu (i) kognitif (kernampuan berfikir intelektual), (ii)

pesikomotor (kemampuan motorik yang berhubungan dengan anggota badan)

dan (iii) afektif (kemampuan bersikap / menggunakan perasaan, emosi, sistem

nilai dan sikap). Dengan mendasarkan hal tersebut, model penilaian yang

digunakan harus dapat memberikan keputusan yang menggambarkan tingkat

kemampuan / kompetensi secara utuh (integrasi 3 ranah) dari mahasiswa.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara menilai kemampuan

kognitif ? Apakah cukup dengan ujian tulis ? Kemudian, apakah dengan

praktikum atau praktek lapangan, dapat dilakukan penilaian terhadap tingkat

kemampuan psikomotor ?, dan dengan pertanyaan yang sama, bagaimana

melakukan penilaian terhadap kemampuan afektif ?

Model penilaian komprehensif menggabungkan beberapa metode

penilaian (assasment), antara lain; tugas, presentasi, seminar, pemodelan

dengan tujuan dapat menilai tiga ranah kompetensi secara terintegrasi dalam

proses pembelajaran, dan sebagai kesimpulannya adalah mahasiswa

berkompeten atau tidak.

Dalam praktek di lapangan, untuk mendapatkan penilaian yang lebih

berkualitas dari hasil pembelajaran, sering digunakan kombinasi dua model

penilaian tersebut di atas, model individual subyek dan model komprehensif.

Sebagai contoh beberapa metode penilaian yang sering digunakan antara lain;

tes tertulis pada ujian tengah semester atau ujian akhir, jumlah kehadiran, pre-

post praktikum, quiz atau assignment, keaktifan dalam mengikuti perkuliahan

Page 47: 939598991evi hasnita

di kelas, dll.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak

menetapkar standar turunan yaitu Standar Penilaian Pendidikan Oleh

Perguruan Tinggi (institusi). Standar mutu penilaian pendidikan oleh institusi

atau PT diartikan sebagai tolok ukur minimum yang ditetapkan oleh PT untuk

mengukur hasil belajar mahasiswa, berupa hasil belajar setiap mata kuliah,

setiap semester, dan pada setiap tahap studi hingga tahap studi terakhir yaitu

kelulusan mahasiswa dari program studi yang bersangkutan. Standar ini

dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap lulusan dari masing-masing

program studi memperoleh nilai akhir sesuai dengan standar institusi yang

satu atau seragam. Dengan kata lain, tidak dimungkinkan terjadinya

perbedaan ukuran penilaian dari setiap program studi, setiap matakuliah,

ataupun dari setiap dosen.

Sebagai contoh, apabila seorang lulusan dari Fakultas Ilmu Ekonomi

dinyatakan lulus dengan IPK 3.00 maka standar IPK 3.00 yang dipakai untuk

Fakultas Ilmu Ekonomi ini harus sama dengan yang dipakai untuk menilai

IPK lulusan dari Fakultas lain dalam perguruan tinggi yang sama. Hal yang

sama juga berlaku untuk standar atau tolok ukur penilaian setiap matakuliah

dari setiap Dosen, khususnya apabila matakuliah tersebut diajarkan oleh

beberapa Dosen dalam kelas parallel. Misalnya, standar nilai A yang dipakai

oleh Dosen pengajar matakuliah X seharusnya juga sama dengan yang dipakai

oleh Dosen pengajar matakuliah P, Q, Z dstnya; atau bila matakuliah yang

sama diajar oleh Dosen kelas parallel yang berbeda, maka standar penilaian

Page 48: 939598991evi hasnita

yang diterapkan oleh para Dosen itu juga harus sama, yakni standar penilalan

yang ditetapkan oleh perguruan tinggi.

Oleh sebab itu, PT dalam menetapkan substansi Standar Penilaian

Pendidikan Oleh Institusi atau PT ini, seyogianya mencantumkan atau

mengatur hal-hal berikut ini :

1) Sistem penilaian pendidikan yang disesuaikan dengan jenjangnya, yaitu

jenjang pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor.

2) Kemudian sistem penilaian untuk masing-masing jenjang pendidikan

tersebut perlu dijabarkan lagi menjadi :

a) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada setiap matakuliah, yang

berlaku untuk semua fakultas / jurusan / program studi, termasuk di

sini antara lain menetapkan tentang jenis-jenis komponen penilaian,

komponen kegiatan yang dinilai, bobot / persentase nilai untuk

masing-masing komponen kegiatan sesuai dengan karakteristik

matakuliah, metode penilaian yang digunakan, dan kriteria nilai akhir

(misal, A, B, C, dstnya)

b) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada setiap semester, termasuk di

sini misalnya standar tentang penghitungan Indeks Prestasi Semester

(IPS), dan jumlah maksimal Satuan Kredit Semester (SKS) yang dapat

diambil / ditempuh oleh mahasiswa untuk semester berikutnya

berdasarkan IPS yang dicapainya pada semester sebelumnya.

c) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada tahap pertama masa studi

untuk menentukan apakah yang bersangkutan dapat melanjutkan ke

Page 49: 939598991evi hasnita

tahap berikutnya atau sebaliknya harus berhenti (drop out). Dalam

konteks ini yang perlu ditetapkan standar mutunya adalah jumlah

minimal SKS dan Indeks Prestasi (IP) yang harus dicapai mahasiswa

untuk dapat dinyatakan berhak melanjutkan studi ke tahap berikutnya

sesuai dengan kurikulum dan karakteristik program studi masing-

masing.

d) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada tahap kedua masa studi untuk

menentukan apakah yang bersangkutan dapat melanjutkan ke tahap

akhir atau tahap kelulusan.

e) Penilaian hasil belajar mahasiswa pada tahap akhir / tahap kelulusan.

3) Yudisium atau sebutan kelulusan bagi mahasiswa yang telah berhasil

melewati masa studi tahap akhir, seperti kriteria untuk sebutan lulus

dengan memuaskan, sangat memuaskan, dsbnya.

4) Administrasi pengolahan nilal hasil belajar mahasiswa, misalnya:

a) Berapa lama administrasi fakultas / jurusan harus telah menyerahkan

berkas hasil ujian mahasiswa kepada Dosen untuk dikoreksi dan

dinilai.

b) Berapa lama Dosen harus menyelesaikan koreksi hasil ujian dan / atau

koreksi terhadap tugas-tugas mahasiswa dan menyerahkan nilai ke

administrasi.

c) Berapa lama administrasi harus mengolah seluruh komponen nilai

hasil ujian / belajar mahasiswa sampai waktu pengumuman nilai.

Page 50: 939598991evi hasnita

3. Mekanisme Pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan

Setelah substansi Standar Penilaian Pendidikan selesai ditetapkan dan

dinyatakan berlaku, maka para pihak yang berwenang (misalnya Rektor,

Wakil Rektor, Dekan, Ketua Jurusan, Kepala Program Studi, hingga Dosen,

dan bahkan juga pegawai adrninistrasi sebagai tenaga administratif penunjang

pendidikan) harus menerapkan / melaksanakan demi terpenuhinya atau

tercapainya substansi standar tersebut. Berikut ini pedoman dan sekaligus

contoh tentang bagaimana Standar Penilaian Pendidikan, khususnya oleh

Dosen, sebaiknya diterapkan dalam rangka pemenuhan / pencapaian

substansinya.

a. Metode dan Mekanisme Penilaian

1) Tujuan pembelajaran harus disebutkan dengan jelas. Semakin jelas

tujuan pembelajaran yang akan dicapai semakin mudah untuk

memilih metode penilaian yang sesuai.

2) Metode penilaian yang dipilih harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

3) Metode penilaian yang dipilih diusahakan mampu memberikan

feed-back kepada mahasiswa untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan mereka dibandingkan dengan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai.

4) Bila dimungkinkan dapat menggunakan lebih dari satu metode

Page 51: 939598991evi hasnita

penilaian untuk mengukur suatu tujuan pembelajaran.

b. Prosedur Penilaian

Untuk melakukan pemenuhan standar pada butir mutu prosedur

penilaian, beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Perlu menetapkan tujuan penilaian yang akan dilakukan sebagai dasar

rujukan dalam menetapkan tahapan penilaian secara keseluruhan.

2) Perlu melakukan penyelarasan antara tujuan penilaian yang telah

ditetapkan dari awal dengan tujuan pembelajaran (learning objetives)

yang terkait dengan kompetensi yang diharapkan.

3) Perlu melakukan pemilihan metode penilaian yang sesuai dan dapat

menjawab tujuan dari proses penilaian tersebut, serta hasilnya dapat

memberikan gambaran tentang capaian learning objectives.

4) Perlu melakukan cek ulang (chek & recheck) terhadap cakupan ranah

kompetensi yang diukur (kognitif, psikomotor dan afektif).

5) Perlu dilakukan penyusunan kisi-kisi penilaian yang merujuk pada

tujuan, dan cakupan penilaian.

6) Perlu adanya perencanaan penilaian yang setara, proporsional dengan

mengacu pada tahapan sebelumnya.

7) Menyusun kompleksitas dan taraf kesukaran soal sesuai dengan kisi-

kisi yang telah disusun.

c. Instrumen Penilaian

Page 52: 939598991evi hasnita

Beberapa hal yang berkaitan dengan tahapan pemenuhan butir standar

mutu untuk pemilihan / penetapan instrumen penilaian yang harus

dilakukan, antara lain :

1) Penetapan instrumen penilaian harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran (learning objectives), sehingga dapat mengukur tingkat

kemampuan / kompetensi mahasiswa.

2) Pemilihan instrumen penilaian harus dikaitkan dengan apa dan siapa

yang menjadi sasaran penilaian.

3) Instrumen penilaian harus mampu untuk menangkap (capturing)

pengalaman pembelajaran mahasiswa.

4) Instrumen penilaian harus dapat mengakomodasi keragaman

karakteristik mahasiswa, baik dari aspek akadernik maupun non-

akademik.

5) Penetapan instrumen harus dapat mengakomodasi lingkup materi

pembelajaran, sehingga dapat mengukur tingkat pemahaman

mahasiswa terhadap materi yang ada.

6) Dalam menetapkan instrumen penilaian harus mempertimbangkan

ketersediaan media pembelajaran yang ada.

7) Instrumen penilaian harus mempertimbangkan karakteristik alat

penilaian yang ada.

4. Mekanisme Pengendalian Standar Penilaian Pendidikan

Page 53: 939598991evi hasnita

Mekanisme pengendalian standar dapat dijabarkan sebagai usaha

untuk melakukan proses monitoring dan evaluasi sistem secara periodik dan

menjaga keberlanjutan kualitas. Kedua kegiatan utama ini sejalan dengan

prinsip CQI, yang selalu diikuti dengan peningkatan nilai (value) standar

mutu.

Mekanisme pengendalian Standar Penilaian Pendidikan dapat

dilakukan dengan melakukan secara kontinyu proses monitoring dan evaluasi

sistem pembelajaran yang ada di PT. Berikut dijabarkan beberapa contoh

implementasi proses monitoring dan evaluasi sesuai dengan tingkatan (level)

sistem penilaian.

a. Lingkup Mata kuliah (course level)

1) Evaluasi matakuliah

2) Persentase “clas time spent” dalam proses pembelaiaran (active

learning)

3) Jumlah "student hours spent" pada aktivitas akademik yang terkait

dengan perkuliahan

b. Lingkup Program Studi (study pnagram level)

1) Informasi jumlah mahasiswa yang mengambil matakuliah

2) Survei “tracer study & market signal”

3) Survei persepsi mahasiswa

c. L.ingkup Institusi (institution level)

1) Laporan hasil pembelajaran (pola, trend, dan grading)

2) Laporan tahunan institusi (institutional benchmarking dan laju

Page 54: 939598991evi hasnita

kelulusan). (Depdiknas, 2008, p: 171)

BAB III

KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini didasarkan pada tujuan penelitian yaitu

untuk mengetahui sejauh mana standar mutu pendidikan yang terdapat dalam PP No.

19 Tahun 2005 tentang SNP mampu diterapkan oleh pendidikan di STIKes Fort De

Page 55: 939598991evi hasnita

Kock Jurusan Kebidanan dan Keperawatan yang mana penulis mengambil 3 standar

minimal penjaminan mutu yaitu standar Proses, Sarana dan Prasarana serta Standar

Penilaian Pendidikan.

Input Proses Output

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara

Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

- Sesuai- Tidak Sesuai

Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar prosesMengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar sarana dan prasarana Mengidentifikasi dan menganalisa pelaksanaan standar penilaian pendidikan

-Standar Proses-Standar Sarana dan Prasarana-Standar Penilaian Pendidikan

Page 56: 939598991evi hasnita

1. Standar

proses

Keseluruhan tolak ukur

pencapaian minimal

pada siklus penjaminan

mutu tentang seluruh

proses kegiatan

pembelajaran yang

diselenggarakan.

Angket kuisioner - Sesuai dengan

standar ≥ 75

- Tidak Sesuai

dengan

standar < 75

Ordinal

2. Standar

sarana dan

prasarana

Sebagai tolak ukur

minimal untuk menilai

tingkat mutu

penyediaan,

pemanfaatan,

pemeliharaan dan

pengembangan sarana

dan prasarana yang

disediakan perguruan

tinggi

Angket Kuisioner - Sesuai dengan

standar ≥ 75

- Tidak Sesuai

dengan standar

< 75

Ordinal

Page 57: 939598991evi hasnita

3. Standar

penilaian

pendidikan

Standar yang berkaitan

dengan mekanisme,

prosedur dan instrumen

penilaian hasil belajar

peserta didik.

Angket Kuisioner - Sesuai dengan

standar ≥ 75

- Tidak Sesuai

dengan

standar < 75

ordinal

BAB IV

Page 58: 939598991evi hasnita

METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian

Penelitian ini bersifat studi deskriptif analitik dengan hanya memberikan

gambaran penerapan standar minimal perguruan tinggi mampu diterapkan di

STIKes Fort De Kock khususnya Program Studi Jurusan Kebidanan dan

Keperawatan pada tahun 2010 dengan rancangan deskriptif analisis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilakukan di Kampus Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort

De Kock Bukittinggi

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010.

Page 59: 939598991evi hasnita

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua dosen tetap yang terlibat

dalam Penjaminan mutu pendidikan di Program Studi Kebidanan dan

Keperawatan STIKes Fort De Kock pada Tahun 2010 sebanyak 30 orang.

2. Sampel

Sampel untuk penelitian ini adalah staf pengajar atau dosen tetap yang

mengajar di Program Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock

pada Tahun 2010 sebanyak 30 Orang. Kemudian sampel yang bekerja sebagai

dosen di STIKes Fort De Kock dilakukan wawancara dan pengisian angket.

D. Tekhnik Pengambilan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data primer melalui wawancara, observasi responden

dengan menggunakan instrument questioner.

50

Page 60: 939598991evi hasnita

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder menggunakan Studi Documenter dengan cara

melihat dokumentasi yang dapat di peroleh di bagian mutu Program Studi

Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi.

E. Teknik Pengolahan Data

Menurut Drs. Mardialis 2009, p.77, ada tahapan langkah-langkah dalam

menganalisa data :

1. Editing

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali semua

kuesioner tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan untuk mengecek, apakah

setiap kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelumnya. Tujuan dari

editing adalah untuk mengurangi kesalahan yang ada dalam daftar pertanyaan

yang sudah diselesaikan.

2. Coding

Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden ke dalam

kategori yang telah diajukan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah waktu

mengadakan tabulasi dan analisa.

3. Tabulating

Page 61: 939598991evi hasnita

Pekerjaan tabulating data dilakukan, jika semua masalah editing dan

coding diselesaikan. Artinya tidak adalagi permasalahan yang timbul dalam

edting dan coding atau semuanya telah selesai dan O.K.

4. Processing

Menggunakan langkah memproses data agar dapat dianalisa.

Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke

paket program computer (SPSS).

5. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah di entry

apakah ada kesalahan atau tidak.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variable dari hasil

penelitian. Analisis univariat berguna untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi dan presentasi masing-masing variable.

P = F/N x 100%

Keterangan :

P = presentase data yang dicatat

F = frekuensi

Page 62: 939598991evi hasnita

N = jumlah seluruh responden.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variable yang diduga

berhubungan. Dalam analisa bivariat dapat dilakukan pengujian statistik dengan

menggunakan uji korelasi.

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Situasi

1. Sejarah

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi sudah

direncanakan semenjak tahun 2002 yang merupakan gagasan dari beberapa

anggota Yayasan Pendidikan Fort De Kock Bukittinggi. Yayasan ini dijabat oleh

Drs. Zainal Abidin. Setelah dilakukan beberapa kali pertemuan, kemudian para

anggota yayasan menemukan satu kesepakatan untuk mendirikannya di kota

Bukittinggi. Perguruan Tinggi ini bergerak di bidang Kesehatan. Setelah gagasan

ini disepakati oleh seluruh anggota yayasan, maka dilanjutkan pembicaraannya

Page 63: 939598991evi hasnita

dengan Pemerintahan Kota Bukittinggi yang saat itu Walikota Bukittinggi dijabat

oleh Drs. H. Djufri.

STIKes Fort De Kock mempunyai Visi yaitu Mewujudkan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi menjadi Universitas Unggul

dan Terdepan di Sumatera Barat, serta Misi yaitu Menyiapkan peserta didik yang

unggul dan terampil di bidang Kesehatan. Menerapkan IPTEK kesehatan untuk

menciptakan tenaga kesehatan yang professional, serta menerapkan prinsip

manajemen Sumber Daya Manusia yang tepat guna sehingga menghasilkan

kinerja yang baik.

Pendirian Perguruan Tinggi ini sesuai dengan visi dan misi pemerintah

kota Bukittinggi sebagai kota pendidikan dan kota Pariwisata. Atas dasar Visi

dan Misi tersebut maka Pemerintah Kota Bukittinggi sepakat dengan anggota

yayasan untuk memberi nama Perguruan Tinggi ini dengan nama Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi yang direkomendasikan oleh Walikota

Bukittinggi.

Dua Tahun berkat izin Allah SWT, tepatnya pada tanggal 15 Juni 2004

terbitlah SK Mendiknas No.77/D/O/2004 tentang pengesahan berdirinya Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi. Selanjutnya untuk

meningkatkan mutu pendidikan, Sekolah Tinggi Fort De kock telah mendapatkan

Akreditasi BAN-PT untuk program studi Ilmu Keperawatan (S.1) dan Ilmu

Kesehatan Masyarakat (S.1).

2. Keadaan Umum Daerah Penelitian

55

Page 64: 939598991evi hasnita

STIKes Fort De Kock Bukittinggi merupakan salah satu STIKes yang

berada di Kota Bukittinggi, memiliki 4 lokasi kampus. Kampus I merupakan

kampus pertama yang berlokasi di Jalan Bangkaweh no 15 sebagai tempat

perkuliahan bagi program studi Ilmu Keperawatan. Kampus II berlokasi di Jalan

Bangkaweh sebagai tempat Rektorat STIKes Fort De Kock. Kampus III

berlokasi di Jalan Raya Padang – Bukittinggi KM3 sebagai tempat perkuliahan

bagi program studi Ilmu Keshatan Masyarakat. Dan Kampus IV berlokasi d

Jalan Kapeh Panji sebagai tempat perkuliahan bagi program Studi DIII dan DIV

kebidanan.

3. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Fasilitas yang berada di STIKes ini adalah ruangan rektorat, tata usaha,

perpustakaan, laboratorium, asrama putri, cafeteria, kamar mandi dan ruangan

belajar serta lapangan olah raga.

STIKes Fort De Kock memiliki asrama bagi Prodi DIII kebidanan dan

bersatu dengan kampus Kebidanan. Pada tahun 2009/2010 prodi DIII Kebidanan

mempunyai jumlah dosen yang mengajar untuk prodi DIII sebanyak 15 orang

dosen tetapnya. Pada Program Studi Keperawatan mempunyai jumlah dosen

sebanyak 15 orang dengan total seluruhnya yang menjadi responden sebanyak 30

orang.

B. Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Standar Proses terhadap Penjaminan Mutu

Tabel 5.1

Page 65: 939598991evi hasnita

Distribusi Frekuensi Standar Poses Sebagai Salah Satu Standar MinimalPerguruan Tinggi di Program Studi Kebidanan dan Keperawatan

STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Tahun 2010

Standar Proses Jumlah Persentase

Sesuai 25 83,33 %

Tidak Sesuai 5 16,67%

Jumlah 30 100%

Dari tabel 5.1 dapat dinyatakan bahwa dari 30 responden terdapat 5

responden atau sebanyak 16,67 % menyatakan bahwa standar Proses tidak

sesuai atau belum diterapkan di STIKes Fort De Kock Bukittinggi.

2. Distribusi Frekuensi Standar Sarana dan Prasarana terhadap Penjaminan

Mutu

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Standar Sarana dan Prasarana Sebagai Salah SatuStandar Minimal Perguruan Tinggi di Program Studi Kebidanan dan

Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Tahun 2010

Standar Sarana dan Prasarana Jumlah Persentase

Sesuai 19 63,33%

Tidak Sesuai 11 36,67%

Jumlah 30 100%

Page 66: 939598991evi hasnita

Dari tabel 5.2 dapat dinyatakan bahwa dari 30 responden terdapat 11

responden atau sebanyak 36,67 % menyatakan bahwa standar Sarana dan

Prasarana tidak sesuai atau belum diterapkan di STIKes Fort De Kock

Bukittinggi.

3. Distribusi Frekuensi Standar Penilaian Pendidikan terhadap Penjaminan

Mutu

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Standar Penilaian Pendidikan Sebagai Salah SatuStandar Minimal Perguruan Tinggi di Program Studi Kebidanan dan

Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Tahun 2010

Standar Penilaian Pendidikan Jumlah Persentase

Sesuai 22 73,33%

Tidak Sesuai 8 26,67%

Jumlah 30 100%

Page 67: 939598991evi hasnita

Dari tabel 5.3 dapat dinyatakan bahwa dari 30 responden terdapat 8

responden atau sebanyak 26,67 % menyatakan bahwa standar Penilaian

Pendidikan tidak sesuai atau belum diterapkan di STIKes Fort De Kock

Bukittinggi.

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Standar Proses

Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata penerapan Standar Proses

adalah 8,77 dengan persentase yang di dapat dari analisis univariat sebanyak

Page 68: 939598991evi hasnita

16,67% yang memilih bahwa standar Proses tidak sesuai dengan Standar Minimal

Perguruan Tinggi dengan jumlah responden yang memilih tidak sesuai sebanyak 5

orang dari 30 orang total responden .

Hal ini terdapat dalam teori yang dikemukakan oleh Depdiknas (2008,

p;II,66) bahwa sebaiknya dalam Standar Baik Proses Pembelajaran dalam sebuah

Perguruan Tinggi sebaiknya tercermin dari Visi dan Misi sebuah Perguruan

Tinggi. Hal ini telah coba diterapkan oleh STIKes Fort De Kock Bukittinggi

dengan mengkomunikasikan Visi dan Misi STIKes kepada semua jajaran Pejabat,

Dosen dan staf pengajarnya. Setiap proses pembelajaran selalu dilengkapi dengan

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan

penilaian hasil belajar. Termasuk dalam tes yang dilakukan oleh sebuah Perguruan

Tinggi juga memperhatikan presensi atau daftar kehadiran mahasiswa dan dosen

atau pengajar dalam setiap mata kuliah yang dijalaninya sepertin sebanyak 80%

dari 16 kali tatap muka. Hal ini juga dapat menunjang keberhasilan mahasiswa

seperti dalam penyusunan makalah, praktek di laboratorium, kuliah kerja,

penelitian dan workshop serta hal lainnya yang sesuai dengan kebutuhan mata

kuliah yang terkait.

Penelitian yang dilakukan Sita R (2009) di SMP N9 Sidowarjo tahun

2009, yang menyatakan bahwa 36,7% tidak memiliki standar proses yang sesuai

dengan sistem penjaminan mutu pendidikan.

Dalam menerapkan standar Proses sebagai standar minimal Perguruan

Tinggi sebaiknya juga melibatkan pejabat berwenang dan terkait guna melakukan

evaluasi kegiatan dan hasil yang di dapatkan dalam setiap kegiatan. Sehinggga

Page 69: 939598991evi hasnita

dalam setiap kegiatan dapat dilihat kekurangan dan kelebihan yang ada. Dengan

melakukan monitoring dan evaluasi yang berkala dan teratur, maka kegiatan

proses belajar mengajar yang terjadi pada sebuah Perguruang Tinggi dapat

berlangsung sesuai dengan standar yang di harapkan. Sehingga apa yang menjadi

Misi dalam sebuah Perguruan Tinggi pun dapat terwujudkan.

2. Standar Sarana dan Prasarana

Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata penerapan Standar Sarana dan

Prasarana adalah 7,93 dengan persentase 36,67% yang memilih tidak sesuai

dengan standar minimal Perguruan Tinggi dengan jumlah respomden sebanyak 11

orang dari 30 orang responden.

Menurut teori yang dikemukakan dalam Depdiknas (2008, p: II,121)

bahwa jenis dan jumlah buku perpustakaan khusus nya buku teks pelajaran belum

seimbang dengan jumlah mahasiswa yang ada. Luas ruangan yang juga harus

sebanding dengan jumlah mahasiswa. Lahan untuk bangunan perguruan tinggi

juga harus memperhatikan untuk prasarana penunjang seperti lahan untuk

pertamanan bagi mahasiswa. Letak bangunan perguruan tinggi pun harus

memperhatikan kenyamanan, keselamatan, kesehatan lingkungan dan jarak

tempuh maksimal yang harus dilalui mahasiswa untuk menjangkau bangunan

tersebut. Dalam hal ini, STIKes Fort De Kock belum gedung belum milik sendiri,

lahan pertamanan yang ada d kampus keperawatan serta tempat perkuliahan yang

nyaman dan tenang serta jauh dari kebisingan. Untuk kebutuhan seperti air, listrik

dan telepon sudah cukup memadai, namun terkadang ada juga masalah dalam

pemenuhan kebutuhan air, seperti air yang sering mati sehingga menjadi masalah

Page 70: 939598991evi hasnita

bagi mahasiswa yang tinggal di asrama. Namun, segala kendala yang ada dapat di

atasi dan dicarikan jalan keluarnya. Sepertinya menggunakan air sumur galian.

Penelitian yang dilakukan Surya P (2005) di Fak.Ekonomi Lampung tahun

2005, yang menyatakan bahwa 10,7% standar sarana dan prasarana belum sesuai

dengan sistem penjaminan mutu pendidikan.

Setiap Perguruan Tinggi tidak terlepas dari masalah yang terkait dalam

pemenuhan sarana dan pra-sarana yang berguna untuk menunjang proses

pembelajaran mahasiswa guna mendapatkan hasil yang memuaskan dan

berkualitas. Untuk itu diharapkan kepada pemegang program ataupun pengelola

yang terkait di dalamnya tetap melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap

segala aspek yang berhubungan dengan pemenuhan sarana dan pra-sarana yang

dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah beberapa artikel,

memperbanyak buku serta memanfaatkan perpustakaan sebagai suatu tempat bagi

mahasiswa untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka.

3. Standar Penilaian Pendidikan

Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata penerapan Standar Penilaian

Pendidikan adalah 8.1 dengan persentase 26,67% memilih belum sesuai dengan

standar minimal Perguruan Tinggi dengan jumlah responden sebanyak 8 orang

dari 30 orang responden.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Depdiknas (2008, p: II,181) bahwa

penilaian pendidikan ditetapkan oleh institusi atau Perguruan Tinggi sebagai alat

yang digunakan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa sehingga pada akhir

Page 71: 939598991evi hasnita

perkuliahan menjadi suatu ketetapan untuk kelulusan mahasiswa tersebut.

Diharapkan setiap lulusan dari sebuah Perguruan Tinggi dapat digunakan dan

dibutuhkan oleh stakeholder di lapangan. Dalam penilaian juga disesuaikan

dengan jenjang pendidikan, seperti diploma ataupun sarjana. Hal ini akan

mempengaruhi tujuan pembelajaran dan metoda yang digunakan dalam sistem

penilaian dan sebaiknya diketahui oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi tersebut.

Metoda penilaian yang dipilih oleh Perguruan Tinggi sebaiknya mampu

memberikan feed-back kepada mahasiswanya untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan mereka dibandingkan dengan tujuan belajar yang akan dicapai.

Penelitian yang dilakukan Surya P (2005) di Fak.Ekonomi Lampung

Tahun 2005, menyatakan bahwa 13,6% standar penilaian pendidikan belum sesuai

dengan standar minimal perguruan tinggi.

Untuk menghasilkan sebuah Perguruan Tinggi yang unggul, sebaiknya

juga disertai dengan evaluasi terhadap pemberi materi perkuliahan, dalam hal ini

adalah dosen yang mengajar. Sehingga antara pengajar dan mahasiswanya juga

dapat saling memberikan masukan yang berarti untuk membangun sebuah

kerjasama yang baik dan saling menguntungkan.

Page 72: 939598991evi hasnita

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 73: 939598991evi hasnita

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis

penerapan standar proses, sarana dan prasarana serta standar penilaian pendidikan

di program studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Tahun 2010 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis univariat dapat dilihat distribusi frekuensi penerapan

standar proses sebagai salah satu standar minimal Perguruan Tinggi adalah

sesuai dengan hasil 83,33%,

2. Distribusi frekuensi penerapan standar sarana dan prasarana 63,33%

3. Serta distribusi frekuensi penerapan standar penilaian pendidikan 73,33%.

4. Dilihat dari nilai rata-rata yang telah ditetapkan yaitu ≥ 75, di dapatkan hasil

rata-rata dari masing-masing standar proses 8,77, standar sarana dan prasarana

7,93 serta standar penilaian pendidikan 8,1.

5. Pada penelitian ini dapat digambarkan bahwa standar proses, sarana dan

prasarana serta standar penilaian pendidikan telah sesuai atau telah diterapkan

sebagai salah satu standar minimal yang ada pada Perguruan Tinggi. Untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan sebaiknya terus dilakukan

pembaharuan terhadap segala aspek yang dapat membangun dan memberikan

inspirasi terbaru dalam dunia pendidikan.

B. Saran

1. Kepada Institusi

Page 74: 939598991evi hasnita

Agar program studi kebidanan dan keperawatan lebih meningkatkan

mutu ataupun kualitas pendidikan guna menghasilkan tenaga kesehatan yang

professional sesuai dengan kebutuhan penggunan jasa di lapangan nantinya.

Juga menambah beberapa referensi yang dapat menunjang penelitian

mahasiswa sekarang ataupun peneliti selanjutnya, sehingga peneliti mampu

menguasai materi dengan benar serta mengetahui segala aspek yang nantinya

akan dibutuhkan. Dapat mempertahankan keberhasilan yang dicapai sekarang

guna kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.

2. Kepada Staf Pengajar

Sehingga staf pengajar di program studi kebidanan dan keperawatan

mampu memberikan yang terbaik bagi mahasiswanya agar lebih berdaya guna

di tengah-tengah masyarakat setelah mereka menamatkan pendidikannya.

Menjadikan kampus sebagai lahan untuk berkarya dan mengembangkan

potensi yang ada dan berbagi ilmu kepada sesama pengajar ataupun

mahasiswa nantinya. Sehingga apa yang di cantumkan dalam Misi STIKes

Fort De Kock Bukittinggi yaitu menyiapkan peserta didik yang unggul dan

terampil dalam bidang kesehatan dapat tercapai dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

-----------------------. 2008. Departemen Pendidikan Nasioanal. 2008. StandarPenjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta

Indrajit. R. Eko & R. Djokopranoto. 2006. Manajemen Perguruan Tinggi Modern.Andi. Yogyakarta

Page 75: 939598991evi hasnita

Mardialis, Drs. 2009. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara.Jakarta

Sigit Nugroho. 2008. “Analisis Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia”. http://penjaminan mutu pendidikan Indonesia.blog.com. di akses tanggal 24 Februari 2011.

Sudiyono. 2004. Manajemen Pendidikan Tinggi. Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Yogyakarta. Yogyakarta

Sukardi, Prof. H. M. 2009. Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya. BumiAksara. Jakarta

STIKes Fort De Kock. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi dan Laporan Tugas AkhirSTIKes Fort De Kock. Ed. 3. Bukittinggi

Susilo, Willy. 2003. Audit Mutu Internal. Virqistama Binamega. Yogyakarta

--------------------------. 2008. Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidikan Nasional. Di akses tanggal 24 Februari 2011.

--------------------------. 2007. Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Katolik Indonesia ATMAJAYA. Jakarta. Di akses tanggal 24 Februari 2011

Lampiran 1

PERMOHONAN KEPADA CALON RESPONDEN

Kepada Yth :

Page 76: 939598991evi hasnita

Calon Responden

Dengan Hormat :

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Dosen STIKes Fort De Kock

Bukittinggi Tahun 2010.

Nama : Ns. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes

Akan mengadakan penelitian dengan judul “ Gambaran Penerapan Standar

Proses, Standar Sarana dan Pra-sarana serta Standar Penilaian Pendidikan

dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di Program Studi Kebidanan dan

Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi Tahun 2010 “. Kerahasiaan

informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kepentingan peneliti. Jika Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaannya

untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan yang telah saya buat.

Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden, saya ucapkan Terma Kasih.

Peneliti

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Page 77: 939598991evi hasnita

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dari peneliti, maka saya

bersedia menjadi saya bersedia menjadi responden penelitian dengan judul “

Gambaran Penerapan Standar Proses, Standar Sarana dan Pra-sarana serta

Standar Penilaian Pendidikan dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di

Program Studi Kebidanan dan Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Tahun 2010 “. Informasi dan data yang saya berikan adalah benar adanya dengan

kenyataan, pengetahuan dan pengalaman saya.

Responden

( …………………… )

KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Penerapan Standar Proses Sarana dan Prasaranan serta Standar Penilaian

Pendidikan dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di Program Studi Kebidanan

dan Keperawatan

STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Page 78: 939598991evi hasnita

Tahun 2010

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah pertanyaan berikut dengan seksama

2. Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban saudara

3. Jawaban yang telah di isi mohon dikembalikan kepada peneliti

4. Jika saudara mengalami kesulitan, mohon ditanyakan langsung kepada

peneliti

5. Terima kasih dan selamat mengisi

A. Pertanyaan seputar Standar Proses

No PertanyaanJawaban

Ya Tidak Keterangan

1. Bagaimana pendapat saudara tentang Visi dan

Misi STIKes, apakah dikomunikasikan secara

langsung kepada jajaran Pimpinan, Staf

pengajar dan dosen tetap?2. Apakah setiap sasaran STIKes harus

dilengkapi dengan perencanaan, anggaran dan

sumber daya yang memadai?3. Apakah kinerja masing-masing dosen atau

karyawan STIKes dipantau sesuai rencana dan

hasilnya didiskusikan untuk perbaikan?4. Apakah setiap proses pembelajaran selalu

disertai dengan evaluasi kepuasan mahasiswa?5. (Mengacu dari pertanyaan No.4) apakah

sebaiknya dilengkapi dengan

pendokumentasian yang baik?6. Apakah pembagian tugas masing-masing

dosen dan staf lainnya diatur dengan jelas dan

Page 79: 939598991evi hasnita

terdokumentasi dengan baik?7. (Mengacu dari pertanyaan No.6) apakah

diinformasikan pada masing-masing pihak

yang bersangkutan?8. Apakah dosen atau karyawan mengalami

masalah dalam proses belajar mengajar

diberitahukan kepada Ketua STIKes?9. (Mengacu dari Pertanyaan No.8) Apakah

masalah yang disampaikan ditindak lanjuti

oleh Ketua STIKes?10. Apakah sebaiknya setiap dosen mempunyai

kompetensi yang baik dalam setiap bidan

yang telah dibebankan kepadanya?

B. Pertanyaan seputar Standar Sarana dan Prasarana

No PertanyaanJawaban

Ya Tidak Keterangan

1. Menurut saudara apakah luas ruangan belajar

cukup memadai antara rasio mahasiswa

dengan luas ruangan?2. Apakah saudara nyaman dengan tempat

saudara bekerja sebagai sarana untuk

mengekspresikan kreatifitas yang saudara

miliki?3. Apakah sebaiknya pemeliharaan sarana dan

prasarana dilakukan secara berkala dan

teratur?4. Apakah bangunan atau gedung kampus tempat

saudara bekerja terletak di tempat yang

nyaman dan jauh dari kebisingan?

Page 80: 939598991evi hasnita

5. Menurut saudara apakah sesuai antara rasio

mahasiswa dengan jumlah buku pustaka untuk

setiap mata kuliah permahasiswa?6. Apakah Setiap peralatan yang digunakan perlu

untuk perawatan dan perbaikan jika terjadi

kerusakan untuk kelancaran proses belajar

mengajar?7. Apakah suasana kerja yang harmonis, nyaman

dan damai dapat menunjang keberhasilan

karyawan dan dosen dalam menyampaikan

materi perkuliahan bagi mahasiswa?8. Apakah semua peralatan di dokumentasikan

dengan benar dan lengkap sesuai dengan

manfaatnya?9. Apakah kegiatan pembelian atau perbaikan

peralatan dikendalikan oleh Ketua STIKes

sesuai dengan system dan prosedur yang

ditetapkan?10. Menurut Saudara, apakah pemenuhan

kebutuhan terhadap listrik, air dan telepon

sudah cukup memadai sesuai dengan

kebutuhan seluruh pengguna nya di kampus

tersebut?

C. Pertanyaan seputar Standar Penilaian Pendidikan

No PertanyaanJawaban

Ya Tidak Keterangan

1. Apakah tes dan ujian tulis merupakan satu-

satunya cara yang tepat untuk kemampuan

Page 81: 939598991evi hasnita

mahasiswa?2. Standar IPK yang telah ditetapkan mampu

menjadi tolak ukur mahasiswa untuk

mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari

pendidikan?3. Yudisium merupakan salah satu bagian

menentukan kelulusan mahasiswa dalam

melewati studi tahap akhir pendidikan

mahasiswa?4. Penilaian pendidikan harus di selaraskan

dengan antara tujuan awal pembelajaran

dengan kompetensi yang ingin dicapai?5. Apakah kisi-kisi perlu diberikan kepada

mahasiswa apabila dosen mau mengadakan

ujian, baik itu UTS maupun UAS?6. Apakah metode yang dipilih dosen harus

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan?7. Apakah penilaian mahasiswa setiap

semesternya akan mempengaruhi jumlah SKS

yang akan dicapai mahasiswa di semester

berikutnya?8. Apakah setiap dosen mempunyai standar

penilaian yang sama pada setiap mata kuliah

yang telah ditetapkan oleh STIKes?9. Apakah setiap hasil ujian mahasiswa dari

setiap mata kuliah di dokumentasikan dengan

baik?10. Apakah masukan dari stakeholders dan

pemakai lulusan mempengaruhi kualitas dari

pendidikannya?

Page 82: 939598991evi hasnita

Frequencies

Statistics

30 30 30

0 0 0

8,77 7,93 8,10

9,00 8,00 8,00

10 8 8

1,165 1,388 1,447

6 6 4

10 10 10

263 238 243

Valid

Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Sum

StandarProses

StandarSarana danPrasarana

StandarPenilaian

Pendidikan

Frequency Table

Standar Proses

5 16,7 16,7 16,7

25 83,3 83,3 100,0

30 100,0 100,0

Tidak sesuai

Sesuai

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 83: 939598991evi hasnita

Standar Sarana dan Prasarana

11 36,7 36,7 36,7

19 63,3 63,3 100,0

30 100,0 100,0

Tidak sesuai

Sesuai

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Standar Penilaian Pendidikan

8 26,7 26,7 26,7

22 73,3 73,3 100,0

30 100,0 100,0

Tidak sesuai

Sesuai

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Bar Chart

Standar Proses

Standar Proses

SesuaiTidak sesuai

Fre

qu

en

cy

30

20

10

0

Page 84: 939598991evi hasnita

Standar Sarana dan Prasarana

Standar Sarana dan Prasarana

SesuaiTidak sesuai

Fre

qu

en

cy

20

10

0

Standar Penilaian Pendidikan

Standar Penilaian Pendidikan

SesuaiTidak sesuai

Fre

qu

en

cy

30

20

10

0