19
home » Karya Tulis Ilmiah, Lifestyle » Aplikasi Teori-Teori Konseling Aplikasi Teori-Teori Konseling Ditulis pada 3 June 2010 Pengantar Aplikasi teori-teori konseling pada praktek konseling keluarga adalah suatu keharusan. Sebenarnya setiap teori konseling ada praktek untuk konseling individual. Akan tetapi sering konselor mengalami kesulitan dalam aplikasi tersebut dengan single theory, karena perilaku manusia tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja. Jadi harus disorot dari segala arah. Karena itu menggunakan multi theory adalah hal yang wajar dalam mempelajari atau mengamati perilaku manusia, terutama dalam praktek konseling. Pendekatan Terpusta pada Klien Rogers (1961) menulis tentang implikasi konseling terpusat pada klien terhadap kehidupan keluarga. Dalam bukunya “On becoming a person” dia menekankan bahwa hubungan dalam keluarga dapat dihidupkan atas suatu dasar yang wajar, jujur, asli, sebagaimana bertentangan dengan kehidupan yang berpura-pura atau penuh kepalsuan. Dalam kehidupan tersebut membolehkan anggota keluarga untuk menyatakan pikiran dan perasaan secara terbuka, belajar berkomunikasi dua arah, saling menerima dan menghormati dan membiarkan orang lain berbeda pendapat, pikran dan perasaan. Anggota keluarga sering berjuang untuk mempertanyakan kepercayaan anggota lain yang didasarkan pada rasa kejujuran, keterbukaan berespon dan kewajaran. Sebagaimana anggota keluarga yang datang untuk konseling, pada mulanya bersikap defensive dan tidak ditemukan pernyataan-pernyataan. Karena itu konseling keluarga harus dengan iklim terbuka, bebas, dan jujur sehingga seharusnya iklim itu dibawa juga sampai ke rumah nantinya. Masalah besar lainnya adalah bahwa sebagian anggota keluarga merasa tidak dilayani atau dihargai sebagai pribadi unik yang berbeda dengan orang lain. Kadang-kadang terjadi bahwa suatu penerima dan kasih sayang dari orang tua harus bersyarat. Sebagai contoh, seorang ibu akan sayang dan menerima anaknya jika anak tersebut melakukan sesuatu yang unggul sesuai harapan ibu itu. Jika syarat itu tak terpenuhi maka anak tersebut hanya akan menerima umpatan dan caci atau olok-olok dari orang tua. Situasi ini akan muncul dalam konseling keluarga terutama pada sesi-sesinya, karena itu harus diusahakan muncul kepermukaan. Di dalam konseling keluarga, fungsi konselor adalah sebagai fasilitator,yaitu untuk memudahkan membuka dan mengarahkan jalur-jalur komunikasi apabila ternyata dalam kehidupan keluarga tersebut pola-pola komunikasi telah berantakan bahkan terputus sama sekali.

94912474-konseling-keluarga.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 94912474-konseling-keluarga.pdf

home » Karya Tulis Ilmiah, Lifestyle » Aplikasi Teori-Teori Konseling

Aplikasi Teori-Teori Konseling

Ditulis pada 3 June 2010

Pengantar

Aplikasi teori-teori konseling pada praktek konseling keluarga adalah suatu keharusan.

Sebenarnya setiap teori konseling ada praktek untuk konseling individual. Akan tetapi sering

konselor mengalami kesulitan dalam aplikasi tersebut dengan single theory, karena perilaku

manusia tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja. Jadi harus disorot dari segala arah. Karena

itu menggunakan multi theory adalah hal yang wajar dalam mempelajari atau mengamati

perilaku manusia, terutama dalam praktek konseling.

Pendekatan Terpusta pada Klien

Rogers (1961) menulis tentang implikasi konseling terpusat pada klien terhadap kehidupan

keluarga. Dalam bukunya “On becoming a person” dia menekankan bahwa hubungan dalam

keluarga dapat dihidupkan atas suatu dasar yang wajar, jujur, asli, sebagaimana bertentangan

dengan kehidupan yang berpura-pura atau penuh kepalsuan. Dalam kehidupan tersebut

membolehkan anggota keluarga untuk menyatakan pikiran dan perasaan secara terbuka,

belajar berkomunikasi dua arah, saling menerima dan menghormati dan membiarkan orang

lain berbeda pendapat, pikran dan perasaan.

Anggota keluarga sering berjuang untuk mempertanyakan kepercayaan anggota lain yang

didasarkan pada rasa kejujuran, keterbukaan berespon dan kewajaran. Sebagaimana anggota

keluarga yang datang untuk konseling, pada mulanya bersikap defensive dan tidak

ditemukan pernyataan-pernyataan. Karena itu konseling keluarga harus dengan iklim terbuka,

bebas, dan jujur sehingga seharusnya iklim itu dibawa juga sampai ke rumah nantinya.

Masalah besar lainnya adalah bahwa sebagian anggota keluarga merasa tidak dilayani atau

dihargai sebagai pribadi unik yang berbeda dengan orang lain. Kadang-kadang terjadi bahwa

suatu penerima dan kasih sayang dari orang tua harus bersyarat. Sebagai contoh, seorang ibu

akan sayang dan menerima anaknya jika anak tersebut melakukan sesuatu yang unggul sesuai

harapan ibu itu. Jika syarat itu tak terpenuhi maka anak tersebut hanya akan menerima

umpatan dan caci atau olok-olok dari orang tua. Situasi ini akan muncul dalam konseling

keluarga terutama pada sesi-sesinya, karena itu harus diusahakan muncul kepermukaan.

Di dalam konseling keluarga, fungsi konselor adalah sebagai fasilitator,yaitu untuk

memudahkan membuka dan mengarahkan jalur-jalur komunikasi apabila ternyata dalam

kehidupan keluarga tersebut pola-pola komunikasi telah berantakan bahkan terputus sama

sekali.

Page 2: 94912474-konseling-keluarga.pdf

Thayer (1982) menemukan kemampuan anggota-anggota keluarga untuk mencapai

aktualisasi diri dan menemukan sumber atau potensi diri untuk digunakan memecahkan

masalah individu maupun masalah keluarga. Mereka mampu untuk membentuk pertumbuhan

mereka sendiri baik secara individual maupun secara keluarga. Dan esensinya adalah bahwa

anggota keluarga adalah arsitek bagi dirinya sendiri.

Pendekatan Eksistensial dalam Konseling Keluarga

Walter Kempler (1981) dalam bukunya experiental Psyhchotherapy mengemukakan pertama

kali pendekatan Gestalts terhadap konseling keluarga. Ia sebagai konselor gestalt

beranggapan bahwa, pendekatan ini amat dekat dengan pendekatan eksistensial

fenomenologis. Dalam deskripsinya mengenai teori dan praktik psikoterapi pengalaman

keluarga (family experiential psychotherapy), Kempler menekankan perhatiannya pada

perjuangan (encounter) atau interaksi interpersonal dalam situasi terapeutik di sini dan

sekarang (here and now). Selanjutnya konselor harus mengembangkan tujuan konseling

dengan cara berpartisipasi penuh sebagai manusia (person).

Yang paling penting dalam fase awal konseling keluarga ialah mendorong semangat anggota

keluarga untuk berani mengemukakan dunia pribadinya. Kelabunya kehidupan keluarga tidak

lain adalah karena berkurangnya kemauan para anggota untuk mengalami, merasakan

pandangan dunia pribadi anggota keluarga yang lain. Yang satu merasa benar sendiri, dan

berusaha menyalahkan orang lain sehingga masalah yang ada dalam keluarga itu dirasakan

oleh anggota keluarga sebagai masalah yang tak dimengertinya dan kadang-kadang tak

memperdulikannya. Akan tetapi menunjukkan suatu kemauan untuk melihat dunia orang lain

melalui kacamata orang itu sendiri adalah cara konseling yang diinginkan dan arah ini yang

perlu dicapai dengan situasi terapeutik dalam konseling keluarga.

Konseling Keluarga Pendekatan Gestalt

Kempler (1982) mendefinisikan konseling keluarga dengan pendekatan Gestalt sebagai suatu

model difokuskan pada saat sekarang ini (present moment) dan pada pengalaman keluarga

yang dilakukannya di dalam sesi-sesi konseling.

Jadi pengertian experiential adalah bahwa sesi konseling yang sedang berlangsung digunakan

sebagai laboratorium di mana kita memperoleh pengalaman pengalaman baru. Konseling itu

lebih bersifat action counseling.

Yang lebih ditekankan lagi adalah keterlibatan konselor dalam keluarga. Kempler bahkan

beranggapan bahwa konseling keluarga eksperiensial sebenarnya adalah personal pribadi

sebagai manusia bagi konselor itu, dan masalah teknik cenderung tak menjadi yang

terpenting dalam sesi-sesi itu. Tidak ada alat atau skill, yang ada hanyala hubungan orang

dengan orang, manusia dengan manusia. Karena itu yang penting bagi konselor adalah

mendengarkan suara dan emosi mereka. Konselor melakukan perjumpaan dalam konseling

keluarga sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai orang yang dipercaya dalam

perjumpaan antara sesama. Karena itu kadang-kadang Kempler senang dengan style directive

dan confrontatitnya, sebab hubungan mereka akrab.

Pendekatan Konseling Keluarga Menurut Aliran Adler

Page 3: 94912474-konseling-keluarga.pdf

Aliran Adler mempunyai sejarah yang panjang dalam pekerjaannya dengan keluarga dan

studi tentang dinamika keluarga. Adler memperkenalkan kelompok-kelompok keluarga dan

klinik bimbingan anak di Vienna.

(+) Tujuan konseling keluarga menurut aliran Adler

Tujuan dasar pendekatan ini adalah untuk mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan

meningkatkan hubungan di dalam keluarga. Mengajarkan anggota keluarga bagaimana

menyesuaikan diri yang lebih baik terhadap anggota keluarga yang lainnya dan bagaimana

hidup bersama dalam keluaga sosial yang sederajat (sesama manusia) sebagai bagian dari

tujuan ini.

Dinkmeyer et. al. (1979) menungkapkan bahwa tujuan ini adalah menyempurnakan

kehidupan dalam keluarga dengan cara sharing (berbagi) dengan sesama anggota keluarga

atas dasar prinsip demokrasis dalam menyelesaikan koflik, memperbaiki orientasi destruktif

antara anggota keluarga menjadi komunikasi dua arah, dan yang penting lagi mengajar

anggota keluarga agar mampu memberikan semangat dan dorongan untuk berkembang bagi

anggota lain.

(+) Tanggung jawab anggota keluarga dalam proses konseling

Fungsi konselor dalam proses konseling keluarga adalah sebagai fasilitator bagi semua

anggota yang mengunjungi sesi. Konselor berasumsi bahwa peranan membantu orang tua

adalah berupa pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-faktor penyebab kesulitan

keluarga dirumah, dan menyarankan cara-cara pemecahannya. Diharapkan bahwa anggota

keluarga akhirnya akan mempelajari strategi-strategi bagi pemecahan konflik dan masalah

dalam keluarga dengan cara yang saling menghormati.

(+) Teknik-teknik Konseling Keluarga

Banyak teknik yang digunakan yang dipelopori oleh aliran Adlerian ini, dan sebagai garis

besarnya dikemukakan oleh Lowe (1982) sebagi berikut:

@ Interview awal

Tujuan interview adalah membantu mendiagnosis tujuan anak-anak, mengevaluasi metode

orang tua dalam mendidik anak, memahami iklim dikeluarga, dan dapat membuat

rekomendasi khusus bagi perubahan dalam situasi keluarga tersebut. Proses interview ini

difokuskan pada usaha memberikan keberanian dan memperkuat semua anggota keluarga.

Yang paling utama adalah pembentukan rapport yang memungkinkan usaha produktif

tercapai.

@ Role playing (bermain peran)

Bermain peran dan metode-metode lain yang berorientasi kepada perbuatan yang tampak,

sering merupakan bagian dari sesi-sesi konseling keluarga. Perbuatan yang tampak adalah

hasil interaktif anggota di dalam keluarga.

@ Interpretasi (penafsiran)

Page 4: 94912474-konseling-keluarga.pdf

Interpretasi merupakan bagian penting dalam konseling Adlerian yang dilanjutkan pada sesi-

sesi seterusnya. Tujuannya adalah untuk menimbulkan insight (pemahaman bagi anggota

keluarga, memberi pemahaman tentang apa yang telah dilakukannya), dan mendorong

mereka untuk menterjemahkan apa yang mereka pelajari dan diterapkan bagi perilakunya

sehari-hari. Seorang anggota keluarga memberikan tafsiran terhadap perilakunya terhadap

anggota lain, atas usul konselor.

Pendekatan Trasactional Analysis (TA) Dalam Konseling Keluarga

Tujuan dasar dari konseling keluarga TA ialah bekerja dengan struktur kontrak yang

dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap konselor. Secara umum kontrak-kontrak ini

mempunyai tujuan suatu struktur keluarga yang independen dan fungsional. Model

kontraktual menempatkan tanggung jawab klien bagi menentukan tujuan seseorang dan

bekerja mencapai tujuan.

(+) Tahapan-tahapan konseling

McClendon (1977) menerangkan tiga tahap dalam konseling keluarga menurut pendekatan

transactional analysis.

@ Tahapan awal

Fokus konseling adalah pada dinamika keluarga sebagai suatu sistem. Konselor mendorong

anggota-anggota keluarga untuk berbicara tentang apa sebabnya ia datang ke konselor dan

apakah yang ingin ia cari. Teknik yang digunakan konselor adalah yang dapat

mengembangkan kesadaran bagaimana keluarga berfungsi sebagai sistem, tentang masalah

yang dihadapi keluarga, dan tentang kemungkinan perubahan.

@ Tahapan kedua

Terjadinya proses terapeutik dengan setiap anggota keluarga. Di sini terlihat dinamika

individual dalam proses konseling. Konselor mulai inisiatif untuk menyeleksi anggota

keluarga yang mempunyai kekuatan yang amat besar dalam keluarga. Misalnya fokus kita

pada ibu, anak, atau ayah, maka hendaknya konselor mengamati terjadinya dinamika

intrapiksi

@ Tahapan ketiga

Tujuan kita disini adalah mengadakan reintegrasi terhadap keseluruhan keluaga. Setelah

bekerja dengan keluarga sebagai suatu sistem untuk mencerahkan hakikat transaksi antara

anggota keluarga, maka konselor sekarang menuju kepada aspek-aspek seperti keributan-

keributan, perintah-perintah, keputusan-keputusan, dan sejarah hidup (life script) dari

individu-individu anggota keluarga.

Aplikasi Konsep-konsep Psikoanalitik

Konsep psikoanalitik mengajarkan konselor untuk memahami tentang ketakberfungsian pola-

pola keluarga yang telah menyebabkan isu-isu pribadi yang tak terpecahkan di antara ayah,

Page 5: 94912474-konseling-keluarga.pdf

ibu dan anak gadisnya. Di dalam konseling keluarga situasi yang tak menentu itu merupakan

pola masa lalu yang terungkap dimasa sekarang di dalam keluarga. Tantangan terbesar dari

konselor ialah untuk membantu anggota keluarga agar menyadari keadannya dan mengambil

tanggung jawab dalam menanggulangi proyeksi masih saja berlarut-larut seandainya merek

terus menerus berorientasi secara tak sadar kepada kehidupan masa lalunya. Pendekatan ini

menunjukkan bahwa suatu kekuatan yang ditempuh untuk memecahkan masalah keluarga

sebagai suatu sistem dengan tujuan mencapai perubahan struktur kepribadian kedua orang

tua.

Konseling Keluarga Rational Emotive

Tujuan rational emotive theraphy dalam konseling keluarga pada dasarnya sama dengan yang

berlaku dalam konseling individual atau kelompok. Anggota keluarga dibantu untuk melihat

bahwa mereka bertanggungjawab dalam membuat gangguan bagi diri mereka sendiri melalui

perilaku anggota lain secara serius.

Albert Elis (1982) mengemukakan teknik-teknik yang bersifat kognitif, emotif, dan

behavioral yang tepat untuk konseling keluarga.

1. Teknik kognitif (the cognitive techniques)

2. Teknik emotif (emotive techniques)

3. Teknik behavioral (behavioral techniques)

Aplikasi Teori Behavioral dalam Konseling Keluarga

Konselor-konselor behavioral telah memperluas prinsip-prinsip teori belajar sosial (social-

learning theory) terhadap konseling keluarga. Mereka mengemukakan bahwa prosedur-

prosedur belajar yang telah digunakan untuk mengubah perilaku, dapat diaplikasikan untuk

mengubah perilaku yang bermasalah di dalam suatu keluarga.

Dalam deskripsi ini ada tugas dan teknik-teknik yang menandai ciri utama dari aplikasi

behavioral terhadap konseling keluarga. Liberman (1981) mengemukakan tiga bidang

kepedulian teknis bagi konselor; 1) kreasi dari gabungan terapeutik yang positif, 2) membuat

analisa fungsional terhadap masalah-masalah dalam keluarga dan 3) implementasi prinsip-

prinsip behavioral yakni reinforcement dan modeling di dalam konteks interaksi dalam

keluarga.

1. Peranan gabungan terapeutik (role of therapeutic alience)

2. Penilaian keluarga

3. Melaksanakan strategi behavioral

Konsep-konsep Logotherapy dalam Konseling Keluarga

Konsep dasar logotherapy ditulis oleh Frakl pada tahun 1946 dalam bahasa Jerman, dan pada

tahun 1959 dalam bahasa Inggris. Publikasi dan konsep-konsep logotherapy populer setelah

keluar tulisan Frankl dalam bukunya “Mans’ Search for Meaning” pada tahun 1962.

Logotherapy bertujuan agar klien yang menghadapi masalah dapat menemukan makna dari

penderitaannya dan juga makna mengenai kehidupan dan cinta.

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: 94912474-konseling-keluarga.pdf

Willis Sofyan. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfa Beta.

Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia.

Salam …

http://www.masbied.com/2010/06/03/aplikasi-teori-teori-konseling/

tgl 04 oktober 2011

10 Nov 2010

TEKNIK-TEKNIK DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

A. Pendahuluan

Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi kemampuan untuk

mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu harus ada usaha-usaha untuk memperkuat

kemampuan keluarga atau anggota keluarga dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam

keluarga itu sendiri maupun dari luar. Usaha itu harus dimulai oleh keluarga itu sendiri atau oleh

seorang ahli yang dapat membantu mengatasi persoalan keluarga bila masalah keluarga itu

memerlukan orang lain untuk membantu penyelesaian konflik dalam keluarga.

Kita menyadari bahwa bahtera perkawinan tidak selamanya dapat mengarungi samudera dengan

tenang dan lancar. Setelah keluarga terbentuk, berbagaimasalah dapat timbul dalam keluarga yang

pada gilirannya akan menjadi benih yang mengancam kehidupan perkawinan dan berakibat

keretakan atauperceraian. Sebelum hal ini terjadi di keluarga atau angota keluarga hendaklah

berusaha untuk mencegahnya dengan memperbaiki hubungan dalam keluarga dan kadang-kadang

memerlukan campur tangan orang luar dalam usaha membantu keluarga itu untuk mengatasi situasi

konflik tersebut.

Tujuan pengetahuan ini bagi mahasiswa adalah untuk:

1. Memperoleh wawasan tentang tekhnik-tekhnik Bimbingan dan Konseling Keluarga.

2. Memahami tekhnik-tekhnik dalam Bimbingan dan Konseling Keluarga.

3. Dapat melaksanakan konseling keluarga bedasarkan tekhnik-tekhnik yang telah dipelajari.

B. Jenis-Jenis Konseling Keluarga

Sayekti (1994) mengemukakan jenis-jenis konseling keluarga sebagai berikut:

1. Diagnosis dan konseling oleh Ackerman (Ackerman’s Family Diagnosis and Counseling).

Nothan W. Ackerman,seorang psikiatri di New York yang secara professional telah mengembangkan

dan menyebarluaskan konseling keluarga dengan menekankan interdipendensi antara prosedur

diagnosis dan penanganan (treatment). Ia menjelaskan putusan diagnotis menentukan kejelasan

penentuan tujuan konseling dan kekhususan tekhnik yang digunakan dalam konseling keluarga serat

interview terhadap keluarga menjadi komponen essential dalam sistem diagnosis dalam konseling

keluarga.

Untuk mencapai tujuan, seorang konselor keluarga spesifik sebagai berikut:

a. Membantu keluarga mencapai kejelasan pembatasan konflik.

b. Mendudukkan konflik pada tempat yang sebenarnya.

c. Meluruskan prasangka-prasangka rasional yang tercakup dalam konflik dengan cara:

1) Membebaskan beban yang terlalu banyak pada seseorang sebagai anggota dalam satu keluarga.

Page 7: 94912474-konseling-keluarga.pdf

2) Membebaskan beban kesedihan karena konflik dalam keluarga, di mana seharusnyadapat saling

berhubungan dengan efektif.

3) Mengaktifka masuknya unsur emosi yang baik ke dalam hubungan antar anggota keluarga.

2. Konseling keluarga secara bersama-sama oleh Safir (Safir’s Conjoint Family Counseling).

Virgina Safir sebagai seorang ahli terapi, mempunyai ciri seorang yang suka langsung, penuh

semangat, otoriter dalam pertemuan-pertemuan dengan anggota keluarga. Selama mengadakan

pertemuan dengan keluarga, Safir memmbuat pertanyaan lebih banyak daripada anggota keluarga.

Tujuannya adalah untuk mengembangkan interaksi antar anggota keluarga. Dia melakukan semua

hal ini dengan komunikasi verbal yang sangat baik dan dengan dirinya sendiri sebagai pusatnya.

Dalam pelaksanaan konseling, Safir menuntut suami dan istri sama-sama hadir dalam wawancara

pertama, ia menekankan pentingnya kebutuhan laki-laki dan perempuan dalam rangka memperoleh

informasi tentang masalah keluarga. Dalam wawancara pertama, Safir mengajukan pertanyaan

untuk mengetahui apa yang diinginkan keluarga tersebut dan apa yang diharapkan dari konseling

dan kemudian secara mendalam mengetahui keadaan atau sifat keluarga yang diberikan bantuan.

selanjutnyaSafir menjelaskan bahwa tiap keluarga memberikan kontribusi yang tidak sama dengan

keluarga lainnya dan terhadap kesulitannya. Hal inilah yang perlu dimengerti oleh konselor sebelum

memberikan bantuan.

Dalam membantu keluarga agar hubungannya lebih efektif, Safir menempuh dua jalan,anatar

membantu orang tua untuk mengerti anaknya dan penerimaan timbal balik antar mereka sendiri.

3. Konseling keluarga berdasarkan Triad (Triad’s Based Family Counseling)

Grald H. Zuk seorang ahli psikoterapi dari Philadelphia mengembangkan konseling keluarga

berdasarkan hubungan antara tiga atau lebih dalam keluarganya, yang menurut anggapannya lebih

baik daripada berdasarkan dyad yang banyak dilakukan oleh ahli psikoanalisis. Zuk menekankan

bahwa triad itu dipakai sebagai perbaikan dari model dyad, yaitu terapi keluarga berdasarkan

hubungan tiga orang dalam keluarga:

a. antara anak - ibu - anak

b. antara anak - ayah - anak

c. antara ayah - ibu – anak

karena kesulitan dan permasalahan keluarga tersebuit kemungkinan harus melibatkan dua atau

lebih anggota keluarga yang saling bertentangan. Dalam mengatasi pertentangan keluarga, seorang

terapis diharapkan mampu berperan sebagai penengah dan pelerai.

4. Konseling kelompok keluarga oleh Bell (Bell’s Family Group Counseling)

Jhon Elderkin Bell, seorang ahli psikoterapi dari California. Dalam konselingnya memfungsikan

pentingnya hubungan dalam keluarga sebagai cara untuk memperkuat hubungan sebagai suatu

kelompok. Menurut Bell tugas yang harus segera dilakukan adalah membantu memperluas dan

memperbaiki hubungan antar anggota keluarga. Peningkatan komunikasi keluarga sebagai cara yang

paling baik untuk pemecahan masalah keluarga. Bell mengajarkan kepada keluarga untuk:

a. Sifat yang lebih fleksibel.

b. Lebih terbuka.

c. Langsung.

d. Jelas.

e. Lebih disiplin dalam memilih dan membentuk hubungan.

5. Konseling tingkah laku keluarga oleh Liberman (Behavior Counseling)

R. Paul Liberman, seorang ahli psikiater dari California telah menerapkan teori-teori dan prosedur

konseling tingkah laku dalam keluarga. Menurutnya tugas terapis adalah:

Page 8: 94912474-konseling-keluarga.pdf

a. Menyebutkan secara panjang lebar mengenai tingkah laku penyesuaian yang buruk (maladaptive

behavior).

b. Memilih tujuan-tujuan yang masuk akaldari beberapa alternatif, tingkah laku yang sesuai

(adaptive behavior).

c. Mengarahkan dan membimbing keluarga untuk merubah tingkah laku yang tak sesuai dengan

tingkah laku yang sesuai.

Dalam penerapan teori tingkah laku ke dalam konseling keluarga, Liberman menekankan pada tiga

hal pokok:

a. Menciptakan dan memelihara konselingyang positif dengan jalan menggunakan penguatan sosial

dan model.

b. Mendiagnosis problem-problem keluarga ke dalam istilah tingkah laku.

c. Mengimplementasikan prinsip-prinsip tingkah laku dari penguat dan model (contoh) dalam

hubungan interpersonal.

Liberman membedakan beberapa tingkah laku konselor yang cendrung mengecilkan pentingnya

hubungan antar konselor dan klien. Bahkan ada beberapa kritik bahwa konseling tingkah laku

cendrung menggunakan pendekatan mengajar secara mesin (teaching machine) terhadap

perubahan kepribadian.

Dalam membuat penialaian tingkah laku, Liberman menanyakan kepada tiap-tiap anggota keluarga

berturut-turut apakah dia senang melihat perubahan-perubahan dari keluarga lain dan apakah dia

menyukai dibedakannya dengan dirinya serta perbedaan apa yang dikehendaki di lihat pada

keluarga lain. Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu digunakan sebagai pedoman,

sehingga dia dapat membuat pilihan yang seksama terhadap tujuan tingkah laku yang spesifik.

Analisis tingkah laku belum selesai sesudah pertemuan pertama, tetapi harus dilakukan secara rutin

sampai problem tingkah laku mereka berubah.

Liberman menggunakan model atau permainan peranan dalam melakukan penyembuhan. Model itu

dapat dalam satu dari konselor, atau anggota keluarga. Jika model menujukkan tingkah laku yang

diinginkan berarti bantuan yang diterima positif dan mungkin klien akan menirunya.

Dalam konseling tingkah laku mengutamakan pula adanya kesepakatan antara pribadi, antara

konselor dan anggota keluarga untuk mengubah problem tingkah laku yang lebih sesuai. Liberman

mengatakan bahwa pendekatan tingkah laku pada konseling keluarga memerlukan keuletan tenaga

dari konselor, berlainan dengan pendekatan psikoanalisis.

6. Konseling dampak ganda oleh Gregor (multiple impact counseling)

Robert Ma Gregor seorang ahli psikologi, mengembangkan suatu metode untuk menangani keluarga

dengan melihat gangguan dan krisis pada masa remajanya. Metode itu disebut multiple impact

counseling yang sering disingkat dengan MIC.

MIC melibatkan orang-orang yang ada hubungannya dengan keluarga tersebut, misalnya saudara,

tetangga, teman, dan lain-lain. Konselor pun terdiri dari bermacam-macam ahli, yaitu ahli psikologi,

psikiater, pekerja sosial, dokter dan lain-lain.

MIC mencoba menolong klien dan keluarga melalui proses alamiah menuju keperbaiakan fungsi.

Pelaksanaan konseling dengan cara pertemuan (conference) antara konselor, klien dan keluarganya

dan orang-orang lain seperti tersebut di atas. Dalam pertemuan terjadi wawancara dan diskusi

antara konselor dengan klien dan keluarganya.

MIC dilaksanakan selama dua setengah hari dan sering selama dua hari saja MIC telah selesai.

Pertemuan, wawancara dan diskusi dilakukan pada pagi dan sore hari secara terus menerus selam

dua hari itu.

Page 9: 94912474-konseling-keluarga.pdf

7. Campur tangan jaringan social oleh Speck (social network intervention)

Ross V. Speck seorang psikiater, dengan teman-temanya telah mengembangkan konseling keluarga.

Dalam campur tangan jaringan sosial ini Speck dan teman-temanya melibatkan seluruh saudara,

teman-teman. Tetangga dari keluarga yang bermasalah yang kelihatannya mempunyai pengaruh

yang berarti bagi keluarga itu. Caranya dengan mengadakan pertemuan di rumah keluarga tersebut,

dan melibatkan kira-kira 40 orang. Tempat pertemuan dapat juga diadakan di rumah salah satu

keluarga. Salah seorang dari mereka dapat juga diadakan dipilih menjadi pimpinan jaringan sosial

tersebut. Seorang pimpinan dibutuhkan perasaan peka terhadap waktu, empati, perasaan akan

suasana hati kelompok dan mempunyai kharisma. Dia juga harus mempunyai kecakapan untuk

memberikan kepercayaan, bertanggung jawab dan memberikan penyelesaian yang baik terhadap

anggota jaringan.

Anggota jaringan mendapatkan perasaan kesatuan dan pikiran yang menyenangkan seperti halnya

tim pemain sepak bola,mereka dapat melepasakan ketegangan dengan berlari, meloncat dan

berteriak. Bagi yang mengalami krisismendapat pusat perhatian dan untuk penyelesaiannya

dilakukan secara terpisah.

Sebelum diskusi jaringan dengan keluarga, informasi yang pokok dikumpulkan untuk melengkapi

konstruksi dari strategi jaringan pada pertemuan pertama. Sebelum sidang, prosedur yang biasanya

dilakukan adalah konselor memasang tape recorder, mengumpulkan pendapat anggota keluarga,

mendengarkan desas-desus dan biasanya didapat informasi tentang kelompok. Dalam hal ini

biasanya konselor bertindak sebagai pembantu dengan dua atau empat orang berprofesi sebagai

penasehat tersebut dalam latihan sebagai konselor jaringan, tetapi juga berprofesi sebagai pelopor.

Kepercayaan tercipta selam hubungan akrab satu persatu dengan konselor selam sidang, mungkin

setelah itu tidak ada hubungan lagi. Karena iotu dipesankan oleh konselor untuk membentuk jaringa

komuniksi secara tetap. Dalam jaringan ini timbul perasaan baru dari para anggota dan sadar akan

rasa kebersamaan.

8. Konseling keluarga ganda oleh Laqueur (multiple family counseling)

H. Peter Laquer adalah seorang psikiater, ia menciptakan multiple family counseling. Ia mengatakan

bahwa konseling yang demikian telah berkembangmenjadi kebutuhan.karena ia melihat sejumlah

ketidak efisienan konselor dalm mengobati krisis keluarga di rumah sakit-rumah sakit pemerintah

tempat ia bekerja. Laquer dan kelompoknya mulai melakukan terapi ini pada klien-klien di rumah

sakit dan keluarganya.

Dari apa yang dilakukan dan dikembangkan oleh Laquer dan teman-temanya, maka ada kepercayaan

bahwa konselor keluarga ganda dapat memberikan perubahan dala pola-pola interaksi secara lebih

cepat dan lebih efektif dari pada yang biasa dilakukan dengan penanganan tunggal pada keluarga.

Terutama ketika ada anggota yang mengidap penyakit schizophrenia, konseling keluarga ganda

dapat memberikan hasil yang lebih baik dari pada konseling tunggal kepada keluarga. Laquer

percaya, karena hadirnya keluarga lain dan klien lain akan mendorong orang yang terserang

schizophrenia untukdengan lebih aktif berusaha mengenali perbedaan diri dan kebebasannya dari

pada terus menerus bertahan dalam hubungan simbiotik kepada keluarganya yang teritama

menimbulkan sakitnya itu.

Laquer juga berbicara tentang jenis komunikasi yang sesuai untuk setiap jenis keluarga dan bahasa

untuk orang yang terkena schizophrenia. Di menemukan keluarga lain yang dapat dugunakan

sebagai perantara antara konselor dan keluarga itu, dan antara konselor dan orang yang terkena

schizophrenia serta sering juga untuk menjernihkan hubungan antara klien itu dengan keluarganya.

Setelah memperkenalkan konseling keluarga ganda di New York Hospital, Laquer pindah ke

Page 10: 94912474-konseling-keluarga.pdf

Vermont. Di sana dia terus mempraktekkan konseling tersebut. Ketika ia melakukan serentak untuk

empat atau lima keluarga, dari prakteknya sendiri atau dari rumah sakit dan klinik kesehatan

mentalnya, dia menjelaskan bahwa problem mereka akan digabungkan. Tetapi tiap-tiap keluarga

harus merasa bebas apakah akan ikut bersama-sama mengadakan pembicaraan lagi ataukah tidak

setelah pertemuan pertama. Setiap keluarga akan ditangani hanya jika tiap anggota keluarga

memerlukan bantuan.

Keluarga-keluarga itu bercampur dalam pendidikan dan latar belakang sosial ekonominya. Laquer

percaya bahwa dalam campuran yang acak itu, orang dari latar belakang serupa akan cendrung

untuk berinteraksi secara dangkal. Lain dengan misalnya seorang anak sopir dengan seorang anak

profesor. Menurut laquer dapat membuat orang tua mereka masing-masing terlibat pembicaraan

yang lebih efisien, dibanding dengan dari orang tua yang berlatar belakang sejenis.

Keluarga yang tidak meninggalkan pertemuan pertama, biasanya suka untuk mengikuti penangan

selanjutnya. Waktu yang diperlukan untuk jenis konseling ini adalah sekitar 12 sampai 18 bulan.

Laquer melaporkan bahwa kebanyakan keluarga itu semula tidak mengetahui mengapa mereka

harus berada dalam kelompok itu dan bagaimana dapat dibantu untuk membicarakan problem

mereka dihadapan keluarga lain dengan problemnya sendiri-sendiri pula. Kemuadian baru

mendapatkan pengertian dari pihak keluarga lain dan mendapat dukungan emosional dalam

kelompok itu, sehingga mengurangi rasa sakit daro problem yang dirasakan. Akhirnya baru dapat

menghadapai dengan tenang bahwa mereka memang telahmenyebabkan adanya problem itu.

Laquer telah menyebutkan satu persatu meklanisme perubahan yang dia yakini dala konseling

keluarga ganda ini, yaitu:

a. Konseling keluarga ganda menggunakan keluarga yang agar tidak terganggu secara co-counselor

(konselor pembantu). Karena semua keluarga dala kelompok itu umumnya memiliki sebuah

problem, maka konseling keluarga ganda memberikan kesempatan kepada mereka dalam kerangka

kerja tersebutuntuk mengadakan komunikasi dan memperoleh pengertian yang lebih baik. Dengan

keadaan demikian satu keluarga dengan senang hati dapat menerima keluarga yang lain dan

keluarga yang lain itu dapat berperan sebagai co-counselor dalam konseling.

b. Laquer percaya bahwa kompetisi di antara keluarga di dalam sistem konseling keluarga ganda ini,

akan menghasilkan perubahan yang lebih cepat dala tahap awal penanganan. Sedang kooperasi

(kerjasama) akan menimbulkan kompetisi pada tahap akhirnya.

c. Konseling keluarga ganda akan membantu menyebarluaskan bahwa individu anggota keluarga

harus mengerti tingkah lakunya, reaksi-reaksinya, dan tabiat-tabiatnya secara umum terhadapa

orang lain dalam lingkungannya. Konselor menggunakan konsep ini dalam mengembangkan interaksi

untuk membuat perasaan, problem-problem, dan kebutuhan orang-orang yang diobati itu yang

sebelumnya ditutp-tutupi, sehingga dengan demikian dapat ditemuaka cara baru untuk menangani

mereka.

d. Anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengamati keadaan konflik yang sejenis. Untuk

melihat bahwa keluarga yang lain mempunyai problem yang dapat dibandingkan dengan

problemnya.

e. Konseling keluarga ganda seperti yang dikatakan Laquer, memeberikan kesempatan dengan apa

yang dia sebut belajar melalui identifikasi. Dia tunjukkan bahwa orang dapat mengerti peranannya

dan mengembangkan secara efektif dengan mengamati orang lain dalam hubungan-hubungannya.

Perkawinan dapat menjadi baik setelah orang itu mengamati perkawinan orang lain. Hubungan anak

dan orang tua dapat menjadi baik setelah melihat hubungan anak dan orang tua lain.

f. Pengalaman konseling keluarga ganda memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mencoba

Page 11: 94912474-konseling-keluarga.pdf

gaya tingkah laku baru. Dapat melihat bagaimana oramng lain memnerikan kepada mereka jika

mereka beretingkah laku lain. Dalam konseling keluarga ganda ini dimana hubungan keluarga-

keluarga disatukan, klien dan anggota keluarga lain merasa dan aman untuk membangun tingkah

laku yang adaptif dibandingkan dengan keadaan dalam konseling keluarga tunggal (hanya

keluarganya sendiri).

g. Karena adanya sifat terbuka pada akhirnya akan membuat keluarga yang bersangkutan berbeda-

beda tahap penanganannya. Ia menyatakan bahwa orang dengan besar sintomnyadalam

keanggotaan kelompok konseling keluarga ganda ini, mengembangkan perubahan dan sikap

berikutnya dalam perubahan itu terjadi pada anggota kelompok yang lain setelah melihat adanya

tabiat yang dewasa dari model yang pertama tadi.

h. Konseling keluarga ganda memberikan kesempatan kepada konselor untuk menggunakan tipe

tingkah laku yang lebih baru, lebih realistis seperti yang ditunjukkan oleh seorang individu atau

keluargasebagai dasar untukmengarahkan perhatian seluruh kelompok serta untuk mengajak

seluruh keluarga dan individu lain memiliki situasi yang efektif dan realistis seperti tersebut di atas.

Laquer menjelaskan bahwa kelompok konseling keluartga ganda mudah berubah pendirian dan

mudah goncang dan gagal jika konselor tidak membawanya ke dalam situasi yang baru. Konselor

harus memiliki kecakapan untukmembetulkan dengan cepat jika terjadi kesalahan fungsi, harus ada

inisiatif untuk memilih pendekatan-pendekatan dalam situasi yang kritis.

Laquer menganjurkan perlunya evaluasi yang lebih seksama dan penelitia selanjutnya. Dia juga

menunjukkan kesimpulan sementara mengenai konseling keluaraga ganda ini berdasarkan 600

keluarga yang mengalami konseling ini. Pada mulanya konseling ini dapat mengurangi frekuensi dan

lamanya perawatan, sehingga potensial untuk mencegah adanya krisis berikutnya dan

memungkinkan hubungan-hubungan antar keluarga, sehingga memperbesar pengertian timbal balik

dan lebih realistis dalam memecahkan problem keluarga.

9. Penanganan krisis oleh Langsley dan Kaplan (crisis intervention)

Donal G. Langsley adalah seorang psikiater dan David M. Kaplan adalah ahli ilmu jiwa. Mereka

mendapat pujia karena telah mengembankan suatu tindakan penanganan awal untuk keluarga yang

mengalami krisis dengan mendirikan Unit Penanganan Keluarga di Colorado Psychiatric Hospital

pada tahun 1964. mereka menggunakan konseling penanganan krisisdan bergaul dengan keluarga

yang memerlukan pengobatan mental dengan segera. Penanganan kedua ahli ini ke dlam siatuasi

keluarga didasarkan pada asumsi bahwa pindahnya seorang individu dari dalam keluarga ke rumah

sakit akan memperumit keadaan dan bukannya membantu menyelesaikan. Penempatan individu

yang mengalami kesulitan ke rumah sakit, seperti dikatakan Langsley sama dengan membiarkan

gangguan dan sebab-sebab kesulitan serta menghidarkan keluarga dari problem itu, yang

kemungkinan sekali keluarga itu sendiri ikut andil terhadap adanya krisis tersebut. Tindakan

memindahkan individu ke rumah sakit mematikan peranan keluarga di mana mereka dapat

membantu penyelesaian problem sendiri.

Penanganan krisis keluarga direncakan untuk dilakukan secara segera dan cepat. Tujuannya adalah

untuk membantu keluarga yang bersangkutan memecahkan krisis dan jika dimungkinkan untuk

membantu anggota keluarga yang memerlukan pengobatan supayadapat kembali ke fungdinya pada

tingkat adaptasi yang dimilikinya sebelum sakit. Meskipun terapi jangka panjang sering diperlukan

individu dalam keluarga, penanganan krisis biasanya hanya berlangsung beberapa minggu dan

sekitar enam kali kunjungan (jika dilakukan kunjungan ke rumah). Penangan terhadap krisis keluarga

ini dilakukan oleh tenaga profesional yang terampil, berkepribadian dan menguasai pengobatan

filosofis.

Page 12: 94912474-konseling-keluarga.pdf

Pada awalnya keluarga yang bersangkutan diajak menyadai sifat penanganan jangka pendek, tetapi

juga diberitahukan bahwa tim akan menangani krisis yang ada selanjutnya (di mana biasanya tim

terapis maupun keluarga tidak menghendaki adanya krisis selanjutnya). Langsley dan Kaplan

menguraikan penanganan krisis keluarga dalam tujuh bagian:

a. Bantuan segera.

b. Penentuan krisis sebagai problem keluarga.

c. Titik pusat dari krisis.

d. Resep umum.

e. Resep khusus.

f. Identifikasi peranan konflik dan perundingan ulang.

g. Pengelolaan krisis selanjutnya.

Berikut uraian ringkas cara penanganan krisis keluarga sesuai dengan tujuh kategori di atas:

Pengobatan dimulai segera setelah keluarga menerima penanganan ini. Klien dan anggota keluarga

yang memerlukan bantuan dapat ditangani dalam batas waktu 24 jam. Dari kontak pertama, pikiran

harus diarahkan bahwaproble itu mencakup seluruh keluarga. Ahli yang menangani segera

memanggil seluruh anggota keluarga untuk mengadaka pertemuan pertama. Pihak-pihak lain seperti

ahli agama, dokter dan pekerja sosial yang diperlukan juga harus dihubungi dan dipersilahkan untuk

bekerja sama dengan tim konseling serta meneruskan hubungan mereka dengan keluarga itu setelah

krisis teratasi.

Dalam bagian pertama awal sekali konselor memusatkan perhatian keluarga pada sifat spesifik dari

krisi itu. Penyimpangan di dalam gambaran yang dijelaskan oleh klien biasanya akan dibetulkan oleh

anggota keluarga yang lain terutama anak-anak yang tak dapat menyembunyikan rahasia keluarga.

Hal-hal yang disetujui dan tidak disetujui serrta penyimpangan harus jelas dalam pertemua pertama

ini, sehingga dengan segera (biasanya dala 12 jam) dapat dilanjutkan.

Informasi mengenai komposisi keluarga dan fungsi-fungsi dala keluarga dapat diperoleh di rumah

keluarga itu dan tidak dapat diperoleh di kantor terapis. Para ahli juga percaya bahwa konselor yang

berkunjung ke rumah itu sungguh-sungguh bekerja dengan sebaik-baiknya.

Resep umum harus dibuat, tujuan konseling keluarga adalah untuk mengurangi tingkat ketegangan

dan gangguan dalam keluarga yang menyebabkan seorang anggota keluarga itu mengalami

gangguan atau sakit mental, menunjukkan kepada keluarga bahwa psikotik simptom dari klien yang

bersangkutan mengambarkan usahanya untuk menjelaskan problem itu (di mana penjelasan

konselor itu dimaksudkan untuk ketenangan keluarga yang bersangkutan) dan untuk mendorong

tingkah laku yang lebih efektif dan adaptif. Pengobatan dengan obat-obatan penenang juga dapat

digunakan pada tahap ini untuk anggota keluarga itu jika memang diperlukan.

Resep khusus sudah tergantung kepada keadaan/sifat krisis. Langsley dan Kaplan dapat

menghipotesiskan bahwa serangkaian peristiwa/kejadian dapat terjai karena perubahan

keseimbangan dalam keluarga (mungkin karena perubahan peranan yang harus dilakukan oleh

beberapa anggota keluarga atau perubahan keadaan dalam memperoleh peranan baru dala

keluarga, misalnya ada salah seorang anggota keluarga yang mengalami sakit bagian tubuhnya) dan

perubahan itu itidak begitu mudah untuk dialihkan begitu saja, karena tugas-tugas dala keluarga itu

harus pula dialihkan sesuai dengan kekhususan krisis yang terjadi. Jika mungkin tugas-tugas

keluargadiaktifkan supaya peranan anggota keluarga dapat dilibatkan, dan ini akanmembantu

keluarga tersebut untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas dari pada simptom dan konflik.

Selanjutnya pengobatan dilakukan untu tahap identifikasi peranan konflik dan perundingan ulang,

efek ketenangan dari dukungan emosional yang stabil, ketentraman hati dan perasaan penuh

Page 13: 94912474-konseling-keluarga.pdf

pengharapan akan merubah pengobatan yang harus dilakukan. Kira-kira pada pertengahan minggu

ke tiga, kontak dengan keluarga dapat dilakukan lewat telepon seperti jika mengunjungi rumah,

dilakukan untuk mulai berangsur-angsur menyadarkan anggota keluarga akan tanggung jawabnya

terhadap keluarga. Sebagai suatu unit dan melihat akibat yang dapat terjadi dari tindakannya

terhadap anggota keluarga, khususnya pasien untuk bersama-sama anggota keluarga yang lain dapat

dan berharap untuk saling memahami. Jika pengelolaan krisis selanjutnya dilakukan, Langsley dan

Kaplan melakukan dalam jangka waktu yang panjang dan bekerja sama dengan terapis lain atau

badan-badan lain.

Pada bagian terdahulu terdahulu telah dijelaskan bahwa masalah keluarga adalah masalah yang

berhubungan atau bersumber dari komunikasi, karena segala kebutuhan individu dapat dipenuhi

melalui komunikasi. Oleh karena itu untuk membantu memecahkan masalah klien, konselor perlu

memperhatikan bagaimana sistem komunikasi di atas dalam suatu keluarga. Komunikasi ini

menyangkut komunikasi antara ibu dan bapak (suami istri). Antara orang tua dan anak, antara anak

dan anak (kaka adik) dan antara anggota keluarga yang lainnya.

Sebagai pedoman pembinaan komunikasi dalam keluarga Cooley (dalam Suarmi, 1980)

mengemukakan beberapa hal:

a. Pembinaan komunikasi antara suami istri.

Sesuai dengan hukum perkawinan di Indonesia, suami istri diberi hak dan kewajiban yang sama

dalammembina keluarga. Kehidupan rumah tangga maupun pergaulan hidup bersama di

masyarakat. Suami dibebani kewajiban untuk melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu

keperluannya. Suasana keluarga yang biasanya tercermin dalam hubungan antara ibu dan bapak

sangat mempengaruhi pendidikan anak. Suasana hubungan yang baik ditandai dengan adanya:

1) Saling pengertian

Maksudnya karena suami istri adalah dua pribadi yang tumbuh terpisah satu dari yang lainnya dan

mempunyai pengalaman waktu kecil yang berbeda, sehingga membawa mereka kepada kepribadian,

sikap jiwa dan pandangan hidup yang juga berbeda. Sebelum hidup bersama perbedaan-perbedaan

itu mungkin tidak terlihat atau kurang berpengaruh, karena masing-masingny masih dipengaruhi

oleh emosi dan gambaran-gambaran indah yang dikhayalkan. Saling mengerti tentang sifat-sifatnya,

tingkah lakunya, kepribadiannya serta saling mengerti mengenai latar belakang keluarganya yang

membina kepribadian waktu kecil.

2) Saling menghargai.

Setiap individu membutuhkan penghargaan dan merasa kecewa apabila tidak dihargai orang lain.

Betapa banyak masalah yang terjadi disebabkan kurangnya rasa saling menghargai, sehingga

suasana rumah tangga akan menjadi tegang danhambar serta dapat menimbulkan ketegangan dan

antipati satu sama laainnya dan bahkan dapat menimbulkan terjadinya pertengkaran yang berujung

pada perceraian apabila tidak segera terselesaikan dengan baik. Rasa penghargaan yang perlu dibina

antara lain adalah menghargai bakat dan kelebihannya serta menghargai kekurangannya.

3) Saling cinta mencintai

Pada umumnya setiap keluraga dibentuk atas dasar saling cinta mencintai. Dalam

perkembangannya, perasaan itu ada yang bertambah dan ada juga yang berkurang bahkan ada

yangt akhirnya tanpa cinta dan akhirnya saling membenci dan bermusuhan.

Cara mempertahankan cinta dan kasih sayang tetap kekal dan abadi sebagai berikut:

a) Lemah lembut dalam berbicara.

b) Menunjukkan adanya perhatian kepada pasangan (suami/istri)

c) Bijaksana dalam pergaulan.

Page 14: 94912474-konseling-keluarga.pdf

d) Menjauhkan diridari sifat egois.

e) Tidak mudah tersinggung.

f) Menentramkan bathin sendiri.

g) Menunjukkan rasa cinta kepada pasangan (suami/istri).

4) Saling menerima.

Hal ini adalah prinsip yang harus diusahakan bagai suami/istri. Menerima keadaan diri suami/istri

sebagaimana adanya dengan tulus dan jangan berpura-pura. Karena penerimaan ini akan tercermin

pada air muka, ucapan dan tindakan. Saling menerima meliputi:

a) Saling menerima apa adanya.

b) Saling menerima kegemarannya.

c) Saling menerima keluarganya.

5) Saling mempercayai.

Modal utama kebahagiaan dalam rumah tangga adalah saling percaya. Untuk menjamin saling

percaya, hal yang perlu diperhatikan adalah percaya kepada pribadinya dan kemampuannya, saling

terbuka dan jujur. Suami/istri hendaklah saling percaya pada kemampuannya dan hal ini perlu dibina

dan dipelihara serta dipupuk agar terjalin hubungan yang mesra dan tenang dalam rumah tangga.

Selanjutnya Prayitno (1995) menambahkan bahwa untuk membina keluarga bahagia yang

berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, maka apapun yang diusahakan atau dikerjakan dari

mencari nafkah untuk keluarga hendaklah dengan ”Ridha Allah” sehingga tercapai kedamaian,

kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.

b. Komunikasi antara orang tua dan anak.

Dalam hubungan orang tua dan anak, orang tua berperan/bertugas untuk mengembangkan

kepribadian anak agar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri,

keluarga dan bangsanya. Melalui komunikasi orang tua dan anak, anak banyak belajar untuk

mengembangkan dirinya. Dalam proses sosialisasi, orang tua bagi anak adalah tokoh identifikasinya

dimana anak akan menyamakan diri dan meniru cara berfikir dan bersikap dari orang tuanya.

Orang tua harus berusaha memberi kesempatan dan menyediakan tempat untuk memperoleh

pengalaman menadapat dorongan dan bimbingan agar tercapai kedewasaan yang sempurna. Situasi

kehidupan keluarga yang terutama diciptakan oleh orang tua mempunyai arti sangat penting bagi

perkembangan anak untuk mencapai kedewasaan.

Fungsi hubungan orang tua dan anak adalah:

1) Sebagai tempat membreikan perlindungan dan memberi rasan aman.

2) Sebagai tempat untuk memberikan contoh perbuatan yang baik dalam bentuk sifat, sikp dan

tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang dianut.

3) Sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial bagi anak.

4) Sebagai tempat untuk menanamkan norma yang baik dan menyadari mana yang buruk.

5) Sebagai tempat untuk melatih anak sebagai makhluk sosial untuk hidup berkelompok dan

bermasyarakat.

Masalah hubungan orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak. Hubungan orang tua

mempunyai peranan atau fungsi yang essential dalam pembentukan kepribadian maupun fisik anak.

Cara hidup dan berfikir orang tua pada umumnya kadang-kadang tanpa disadari terutama pada

waktu masih kanak-kanak diterima oleh anak-anaknya. Adanya perbedaan pandangan atau konflik

yang tajam antara bapak dan ibu dapat merupakan hambatan bagi perkembangan kepribadian anak.

Oleh karenanya, kedua orang tua harus dapat menciptakan situasi yang aman dan penuh pengertian

bagi anak, sehingga anak merasa tenang dan bahagia tinggal di rumah.

Page 15: 94912474-konseling-keluarga.pdf

Hubungan yang kurang baik antara orang tua dan anak disebabkan oleh:

a) Kurangnya pengetahuan orang tua tentang cara mendidik anak. Misalnya terlalu memanjakan

anak, penolakan anak dan terlampau menguasai anak.

b) Orang tua kurang mengikuti perobahan kehidupan anak, terutama remaja di luar keluarga.

c) Kurangnya penghargaan terhadap anak dan remaja.

d) Kekaburan norma-norma dalam keluarga. Orang tua tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi

perubahan dala masyarakat dan merasa bingung dengan perubahan yang terlalu cepat di

masyarakat.

c. Komunikasi antara anak dan anak.

Peranan orang tua sangat menentukan kepribadian anak dalam hubugan kakak dan adik ini,

terutama terjadi dalam hubungan dengan kasih sayang orang tua. Dalam keluarga selalu terdapat

perbedaan antara anak dengan anak yang lain, baik dari segi umur, jenis kelamin, dan kedudukan

sebagai anak pertama, kedua dan seterusnya. Ada kemungkinan bahwa fungsi orang tua tidak dapat

dijalankan dengan normal, akibatnya kemungkinan timbul konflik bathin pada diri anak yang merasa

diperlakukan kurang baik. Untuk menghindarinya orang tua perlu berbuat adil dan bijaksana

terutama dalam pemberian kasih sayang.

Sayekti (1994) menyampaikan bahwa untuk mencapai keluarga bahagia masing-masing anggota

keluarga perlu memahami fungsi dari keluarga itu. Fungsi tersebut, yaitunya:

1) Fungsi pengaturan seksual.

Kebutuhan seks merupakan salah satu kebutuhan biologis setiap manusia. Dorongan seksual apabila

tidak tersalurkan atau tersalurkan tetapi tidak dibenarkan oleh norma-norma yang ada dalam

masyarakat, maka dapat berakibat negatif bagi mereka yang melakukan. Misalnya saja kebutuhan

pemuasan seks seseorang begitu memuncak padahal dia tidak mempunyai wadah yang sah (belum

kawin), maka seseorang tersebut cendrung akan melakukan kegiatan yang sifatnya dapat

memuaskan kebutuhan seksualnya.

2) Fungsi reproduksi.

Untuk menlangsungkan kehidupan suatu masyarakat atau bangsa demi kesinambungan suatu

generasi manusia, keluarga merupakan penghasil/pelanjut keturunan. Dalam hal ini keluarga

berfungsi untuk menghasilkan anggota baru, sebagi penerus bagi kehidupan manusia yang turun

temurun.

3) Fungsi perlindungan dan pemeliharaan.

Keluarga juga berfungsi sebagai perlindungan dan pemeliharaan terhadap semua anggota keluarga,

terutama kepada anak yang masih bayi karenakehidupan bayi saat itu sangat bergantung kepada

orang tuanya. Misalnya bayi masih harus menyusu kepada ibunya, buang kotoran masih menjadi

kewajiban orang tuanya dan kebutuhan fisik maupun psikis masih sangat tergantung kepada orang

tuanya.

4) Fungsi pendidikan.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama, karena anak mengenal pendidikan

yang pertama kali adalah di lingkungan keluarga. Bahkan pendidikan itu dapat berlangsung pada saat

anak masih dalam kandungan. Dalam hal ini pendidikan ditujkan kepada ibu hamil, karena saat itulah

kehidupan bayi yang masih dalam kandungan akan terpengaruh oleh pengalaman ibu yang sedang

hamil. Misalnya ibu yang sedang hamil merasa takut dan mengalami ketegangan-ketegangan

terutama pada bulan-bulan akhir dari kehamilannya, hal tersebut akan berpengaruh terhadap bayi

dalam kandungannya, karena dalam masa kehamilan tersebut bayi sudah dapat merekam apa yang

terjadi atau apa yang dialami oleh ibu yang sedang hamil. Ketegangan, ketakutan,kegelisahan, dan

Page 16: 94912474-konseling-keluarga.pdf

gangguan-gangguan lainnya yang menyertai si bayi dalam merekam suasana itu akan terekam untuk

selama-lamanya di dalam ingatan anak.

Pendidikan dala keluarga merupakan pendidikan kodrati. Sayekti (1994) menyatakan bahwa

pergaulan antara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan

kedamaian, akan menciptaan anak yang mampu berkembang ke arah kedewasaan yang wajar. Dala

keluarga, segala sikapdan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap

perkembangan anak.

5) Fungsi sosialisasi.

Bemriato (1978) mengemukakan bahwa proses sosialisasi adalah:

a) Proses sosial belajar yaitu proses akomodasi dengan man individu menahan, mengubah impuls-

impuls dalam dirinya dan mengambil alih cara hidup atau kebudayaan masyarakat.

b) Dala proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola dan tingkah

laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup.

c) Semua sifat dan kecakapan yang dipelajaridala proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan

sebagai satu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.

Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dala proses sosialisasi anak. Seperti dikemukakan

Horton dan Hunt (dalam Sayekti, 1994) bahwa semua masyarakat pertama-tama mempercayakan

kepada keluarga untuk sosialisasi anak ke dalam orang dewasa yang dapat berfungsi dengan sukses

dalam masyarakat.

Vembrianto (1978) mengemukakan pentingnya peranan keluarga dala proses sosialisasi, yaitu:

a) Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota-anggotanya berinteraksi face to face secara

tetap, dalam kelompokyang demikian anak dapat diikuti dengan seksama oleh orang tuanyadan

penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.

b) Orang mempunyai motivasi yang kuat untuk mndidik anak, karena anakmerupakan buah cinta

kasih hubungan suami istri. Anak merupakan perluasan biologis dan sosial rang tuanya. Motivasi

yang kuat ini melahirkan hubungan emosional antara orang tua dan anak.

c) Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat relatif tetap, maka orang tua memainkan peranan

yang penting terhadap proses sosialisai anak.

Maka jelaslah bahwa keluarga merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan anak, karena

keluarga sebagai kelompok primer yang di dalamnya terjadu interaksi antara para anggota dan di

sanalah terjadi proses sosialisasi.

C. Disfungsi Keluarga

Disfungsi keluarga adalah anggota keluarga yang tidak dapat menjalankan fungsi sesuai dengan

peran masing-masingnya. Dadang Hawari (1996) mengemukakan bahwa keluarga adalah organisasi

bio-psikososial, di mana pada anggotanya terikat dengan satu ikatan khusus untuk hidup bersama,

bukan suatu ikatan yang sifatnya statis (kaku) dan membelenggu, namun suatu ikatan dinamis

(bergerak) yang memungkinkan para anggota keluarga itu berkembang dan tumbuh. Namun tidak

selamanya ikatan dinamis dan harmonis itu berjalan dengan baik. Tidak jarang dalam perkembangan

dan pertumbuhannya mengalami berbagai gangguan, yang dinamakan disfungsi keluarga (keluarga

yang tidak berfungsi).

Dala upaya mempelajari permasalahan keluarga tersebut, para ahli mencoba membagi atau

mengklasifikasikan mengenai berbagai gangguan atau disfungsi keluarga.

1. Disfungsi keluarga biasa.

Dalam kategori ini setiap gangguan keluarga yang dapat merupakan komplikasi atau variasi dari

perkembangan keluarga yang biasa:

Page 17: 94912474-konseling-keluarga.pdf

a. Keluarga terputus karena terjadi perceraian antara kedua orang tua.

b. Keluarga tunggal sebagai akibat dari perceraian atau perpisahan suami dan istri, masing-masing

membentuk keluarga sendiri-sendiri (tidak kawin lagi), sebagian anak ada yang ikut ayah dan

sebagian lain ikut ibu.

Catatan: ada juga single parent family, yaitu ayah dan ibu yang tidak kawin, namun mempunyai anak

angkat (adopsi) atau anak yang diperolehnya bukan dari perkawinan.

c. Keluarga baru, satu bentukkeluarga di mana masing-masing suami/istri kawin kembali.

Permasalahan dapat timbul karena hubungan dengan keluarga yang lama, sebelum terjadi

perceraian. Dalam bentuk keluarga ini diperlukan kembali penyesuaian diri dari masing-masing

pihak, suami/istri atau ayah/ibu dan anak-anaknya.

d. Keluarga tidak stabil yang berkelanjutan. Ketidakstabilan yang terjadi karena perpindahan,

perpisahan, atau perceraian yang berulang kali.

2. Disfungsi perkembangan keluarga.

Dilihat dari sudut perkembangan, maka berbagai gangguan atau disfungsi yang dapat terjadi pada

keluarga adalah:

a. Disfungsi keluarga primer. Terjadi disfungsi anggota pasangan suami istri yang disebabkan oleh:

1) Ketidakmampuan untuk membentuk hubungan yang rukun, cocok dan harmonis.

2) Kegagalan dalam mengadakan perjanjian dan tanggung jawab perkawinan.

3) Menunjukkan suatu perkawinan yang neurotik (gangguan kejiwaan) karena ada harapan-harapan

yang menimbulkan konflik.

4) Kesulitan untk melepaskan diri dari keluarga asal.

b. Disfungsi keluarga sehubungan dengan kelahiran anak, ditandai dengan:

1) Kesukaran karena perubahan peranan sebagai ayah atausebagai ibu.

2) Harapan neurotik yang dihubungkan dengan anak yang dilahirkan.

c. Disfungsi keluarga sehubungan dengan pengasuhan anak yang ditandai dengan:

1) Kegagalan untuk menciptakan suasana psikologis yang sehat untuk keluarga yang semakin besar.

2) Kesukaran dalam mengorganisasi keluarga sebagai suatu kelompok.

3) Kesukaran dalam menghadapi beberapa anak dengan usia yang berbeda-beda.

4) Kesukaran dalam menghadapi permasalahan kebersamaan dan perpisahan dalam upaya

mengatasi segi tiga antara ayah, ibu dan anak.

d. Disfungsi maturitas (kematangan) keluarga, di mana anak-anak sudah besar dan ingin berdiri

sendiri. Orang tua mungkin mempunyai kesulitan untuk melepaskan diri dari anak-anaknya yang

sudah dewasa dan untuk menegakkan kembali keseimbangankembali perkawinan mereka.

e. Disfungsi keluarga karena berkurangnya anggota keluarga. Hal ini terjadi manakala orang tua tidak

siapuntuk berpisah dengan salah satu anggota keluarganya. Keluarga dapat mengalami kesukaran

penyesuaian diri kembali setelah berpisah dengan salah seorang anggota keluarganya itu.

3. Disfungsi antar anggota keluarga.

Keluarga sebagai suatu subsistem (ayah, ibu dan anak-anak) dapat pula mengalami berbagai

gangguan di antara anggota keluarga. Termasuk dalam kategori ini adalah gangguan hubungan

suami istri (orang tua), antara orang tua dan anak-anak, serta antara sesama anak.

Disfungsi subsistem suami istri terjadi karena perkawinan. Sebagai individu, suami/istri dapat

berfungsi dengan baik, namun dalam bentuk perkawinan malah terbalik. Berdasarkan sifat

hubungan suami istri, maka berbagai disfungsi dapat disebutklan sebagai berikut:

a. Disfungsi perkawinan di mana suami istri merupakan pasangan yang saling melengkapi. Kombinasi

pasangan tersebut ialah:

Page 18: 94912474-konseling-keluarga.pdf

1) Dominan dan submisif (menerima).

2) Emosional dingin dan sangat omesional (perasa).

3) Obsesi-kompulsif dan hysterik (lembut dan kasar).

4) Mandiri/serba kuasa dan serba ketergantungan.

5) Sadis dan mosochis (sering dikasiari)

b. Disfungsi perkawinan penuh konflik di mana suami istri merupakan kombinasi dua orang yang

kedua-duanya mempunyai kecendrungan untuk menguasai dan mengendalikan.

c. Disfungsi perkawinan di mana kedua suami istri saling menggantungkan diri, merasa tidak berdaya

dan secara emosional imatur (tidak dewasa).

d. Disfungsi perkawinan di mana hubungan suami istri menjadi berkurang dan hubungan menjadi

dingin. Perkawinan dipertahankan semata-mata karena alsan agama dan sosial.

e. Disfungsi perkawinan di mana terajadi perbedaan tanaj antara suami istri. Terdapat perbedaan

besar dalm kepribadian, cara hidup, sistem nilai, usia, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.

4. Disfungsi hubungan orang tua anak

Dalam hal ini permasalahan keluarga timbul karena terjadi gangguan interaksi (hubungan) antara

orang tua dan anak, yang dapat berupa:

a. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi psikopatologis (sakit secara psikologis) pada

ke dua orang tua.

b. Disfungsi keluarga terjadi karena adannya kondisi psikopatologis pada anak.

c. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi yang simbolik dan bersamaan pada

psikopatologi orang tua dan anak.

d. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan adanya konflik segitiga antara ayah, ibu dan anak.

5. Disfungsi sesama saudara/anak.

Terjadi permasalahan dalam keluarga karena adanya persaingan atau perselisihan antara satu anak

dengan anak yang lain. Perselisihan antara anak-anak ini dapat melibatkan kedua orang tua ataupun

keluarga lainnya.

6. Disfungsi keluarga sebagai kelompok.

Berbagai permasalahan dapat timbul sehubungan dengan organisasi keluarga itu sendiri, integrasi

antar anggota, komunikasi, pembagian peran, penyelesaian tugas, hubungan emosional, dan lain

sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

a. Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang imatur (tidak dewasa).

b. Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang perfeksionis (harus serba sempurna).

c. Keluarga di mana antara sesama anggota keluarga tidak terdapat kepuasan satu dengan lainnya.

d. Keluarga di mana terjadi kekacauan peran dan fungsi antar anggota keluarga.

e. Keluarga di mana terdapat keseimbangan yang patologis (sakit).

Dari uraian yang telah dikemukakan, maka dala melihat permasalahan bagi upaya pembinaan

kesejahteraan kehidupan keluarga, klasifikasi di atas dapat dipakai sebagai pedoman.

D. Ringkasan

Istilah keluarga masih mempunyai arti yang berbeda. Pendapat beberapa ahli tentang keluarga

dapat disimpulkan yaitu keluarga adalah suatu kesatuan hidup atau ikatan persekutuan hidup yang

dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah antara seorang pria dan seorang wanita berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan hidup berkeluarga adalah untuk saling memenuhi kebutuhan,

yaitunya: kebutuhan psikologis, biologis dan sosial ekonomi serta memberi ketentuan hak dan

kewajiban terhadap pasangan.

Tiap keluarga mempunyai ciri khusus yang berbeda satu denga yang lainnya. Masing-masing

Page 19: 94912474-konseling-keluarga.pdf

keluarga memiliki bentuk, jenis dan tipe keluarga. Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang

bentuk keluarga, yaitu: nuclear family atau confugal family atau basic family yaitu keluarga yang

yang terdiri dari suami,istri dan anak-anak mereka. Extended family consangume atau family atau

joint family yaitu keluarga yang tidak hanya terdiri dari suami, istri dan anak-anak mereka, melainkan

termasuk juga orang-orang yanga ada hubungan darah dengan mereka misalnya kakek, nenek,

paman, bibi, kemenakan, dan sebagainya.

Keluarga yang sehat adalah keluarga di mana hubungan antar anggota keluarganya berfungsi

sepenuhnya, dalam UU No. 10 tahun 1992 dikemukakan delapan fungsi keluarga yaitu: keagamaan,

budaya, cinta kasih, perlindungan atau proteksi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan dalam

keluarga, ekonomi, serta fungsi pembinaan dan penggunaan lingkungan.

Fungsi keluarga yang tidak berjalan menurut semestinya (disfungsi keluarga) dapat menimbulkan

permasalahan dalam keluarga. Disfungsi keluarga dapat dikategorikan sebagai disfungsi keluarga

biasa, disfungsi perkembangan keluarga, disfungsi antar anggota keluarga, disfungsi hubungan orang

tua dan anak, disfungsi sesama saudara/anak, dan disfungsi keluarga sebagai anggota kelompok.

by Rahmat Ha Pe di 20:52

Label: Psikologi dan Konseling Keluarga

http://r-doc.blogspot.com/2010/11/teknik-teknik-dalam-bimbingan-dan.html