49
ACARA 1 A. Kadar Amilosa Serealia I. Tujuan Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar amilosa tiap sampel yang digunakan yaitu tepung ketan, tepung beras, tepung terigu dan tepung maizena. II. Tinjauan Pustaka Menurut Thomas dan Atwell (1999), amilosa merupakan suatu polimer lurus yang tersusun hampir seluruhnya dari D-glukopiranosa yang disambung dengan ikatan α-1,4. Bila dalam bentuk pilinan, maka amilosa dapat membentuk kompleks chlatrate dengan asam bebas, komponen asam lemak gliserida, beberapa alkohol, dan iodin karena sebagian dalam dari pilinan tersebut bersifat hidrofobik. Sedangkan amilopektin tersusun atas segmen-segmen glukosa yang berikatan α-1,4 dan bagian-bagian tersebut dihubungkan oleh titik-titik percabangan β-1,6. Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian, rumah tangga dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan(Anonim a , 2008). Tepung ketan (glutinous flour) merupakan tepung yang terbuat dari beras ketan hitam atau putih, dengan cara digiling/ditumbuk/dihaluskan. Tepung ketan putih teksturnya mirip tepung beras, tetapi bila diraba tepung ketan akan terasa lebih berat melekat. Untuk membedakan dengan tepung beras, larutkan dengan sedikit air. Larutan tepung beras akan lebih encer sedangkan larutan tepung ketan akan lebih kental. Hal ini disebabkan tepung ketan lebih banyak mengndung pati yang berperekat(Anonim b , 2008). Tepung beras adalah salah satu yang paling sederhana. Isinya sebagian besar adalah pati. Protein, vitamin dan mineral semua terdapat di 1

96179078-Laporan-legum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

legum

Citation preview

Page 1: 96179078-Laporan-legum

ACARA 1

A. Kadar Amilosa Serealia

I. Tujuan

Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar

amilosa tiap sampel yang digunakan yaitu tepung ketan, tepung beras,

tepung terigu dan tepung maizena.

II. Tinjauan Pustaka

Menurut Thomas dan Atwell (1999), amilosa merupakan suatu

polimer lurus yang tersusun hampir seluruhnya dari D-glukopiranosa yang

disambung dengan ikatan α-1,4. Bila dalam bentuk pilinan, maka amilosa

dapat membentuk kompleks chlatrate dengan asam bebas, komponen asam

lemak gliserida, beberapa alkohol, dan iodin karena sebagian dalam dari

pilinan tersebut bersifat hidrofobik. Sedangkan amilopektin tersusun atas

segmen-segmen glukosa yang berikatan α-1,4 dan bagian-bagian tersebut

dihubungkan oleh titik-titik percabangan β-1,6.

Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau

sangat halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk

keperluan penelitian, rumah tangga dan bahan baku industri. Tepung bisa

berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari

singkong, maizena dari jagung atau hewani misalnya tepung tulang dan

tepung ikan(Anonima, 2008).

Tepung ketan (glutinous flour) merupakan tepung yang terbuat dari

beras ketan hitam atau putih, dengan cara digiling/ditumbuk/dihaluskan.

Tepung ketan putih teksturnya mirip tepung beras, tetapi bila diraba tepung

ketan akan terasa lebih berat melekat. Untuk membedakan dengan tepung

beras, larutkan dengan sedikit air. Larutan tepung beras akan lebih encer

sedangkan larutan tepung ketan akan lebih kental. Hal ini disebabkan tepung

ketan lebih banyak mengndung pati yang berperekat(Anonim b, 2008).

Tepung beras adalah salah satu yang paling sederhana. Isinya

sebagian besar adalah pati. Protein, vitamin dan mineral semua terdapat di

1

Page 2: 96179078-Laporan-legum

kulitnya (rice bran) dan bukan di biji beras yng putih itu. Rice bran inilah

yang bergizi tinggi. Dalam tepung beras (yang dibuat dari biji beras tanpa

kulit) mengandung protein yang jauh lebih sedikit daripada tepung terigu,

misalnya pati yang terdapat di beras (dan tepungnya) justru lebih sederhana

lagi. Pati adalah rangkaian gula (tech speaks glucose) yang sambung-

menyambung menjadi sebuah rantai (Anonimc,2008).

Menurut Koswara (2006), beras biasa mempunyai tekstur yang keras

dan transparan, sedangkan beras ketan lebih rapuh, butirnya lebih besar dan

warnanya putih opak (tidak transparan). Perbedaan lainnya adalah dalam hal

bahan yang menyusun pati. Komponen utama pati beras ketan adalah

amilopektin, sedangkan kadar amilosanya hanya berkisar antara 1 – 2% dari

kadar pati seluruhnya. Beras yang mengandung amilosa lebih besar dari 2%

disebut beras biasa atau bukan beras ketan. Pemasakan akan mengubah sifat

beras ketan menjadi sangat lengket, dan mengkilat. Sifat ini tidak berubah

dalam penyimpanan beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Ketan

digunakan sebagai bahan utama kue basah dalam bentuk tepung ketan atau

ketan utuh.

Tepung terigu merupakan tepung/ bubuk halus yang berasal dari biji

gandum dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie dan roti.

Tepung terigu banyak mengandung zat pati, yaitu karbohidrat kompleks

yang tidak larut dalam air. Tepung terigu banyak mengandung protein

dalam bentuk gluten, yang berpern dalam menentukan kekenyalan makanan

yng terbuat dari bahan terigu (Anonimd, 2008)

Tepung terigu kaya akan kandungan protein. Protein tepung terigu

memiliki struktur yang unik. Seperti yang disebutkan dalam Desrosier

(1988), bila tepung terigu dicampur dengan air dalam perbandingan tertentu,

maka protein akan membentuk suatu massa atau adonan koloidal yang

plastis yang dapat menahan gas dan akan membentuk suatu struktur spons

bila dipanggang. Karakteristik tepung terigu ini, yang memungkinkan

pembuatan roti tawar yang lunak tidak dijumpai dalam butir serealia lain.

2

Page 3: 96179078-Laporan-legum

Tepung terigu memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi.

Kandungan nutrisi tepung terigu dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1.1. Kandungan nutrisi tepung terigu

Kandungan nutrisi tepung teriguLemak(%) : 2,09

Serat kasar(%) : 1,92

Abu(%) : 1,83

Protein(%) : 14,45

Pati(%) : 78,74Sumber : (Suarni dan Patong, 1999)

Tepung maizena atau cornflour/cornstarch berwarna putih yang

terbuat dari sari pati jagung. Biasanya digunakan untuk mengentalkan sup

atau membuat cookies atau makanan lain menjadi lebih lembut

(Anonime,2008).

Menurut Setyowati (2006), tepung maizena atau pati jagung yang

tersusun atas 25% amilosa dan 75% amilopektin. Amilosa mendorong

proses mekar sehingga produk yang berasal dari pati-patian beramilopektin

tinggi bersifat porous, ringan, gating, dan mudah patah.

III. Metode

a) Alat

Labu takar 100 ml, pipet 1 ml, pipet 10 ml, neraca analitik,

spektrofotometer, tabung reaksi, kompor listrik, timbangan, waterbath.

b) Bahan

Tepung ketan, tepung beras, tepung terigu, tepung maizena,

etanol 95%, larutan NaOH, asam asetat, larutan iod.

c) Cara Kerja

Pembuatan kurva standar amilosa

3

Page 4: 96179078-Laporan-legum

Pembuatan larutan iod

4

Amilosa murni (amilosa kentang)(40 mg)

Dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambah 1 ml ethanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N

Dididihkan selama 10 menit

Campuran dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml, dan ditambah aquades sampai tanda tera

Larutan dipipet ke dalam labu takar dan ditambah asam asetat 1 N, masing-masing sebagai berikut:

Amilosa (ml)Asam Asetat (ml)10,220,430,640,851

Penambahan larutan iod ke dalam masing-masing tabung sebanyak 2 ml

Penambahan air sampai tanda tera

Larutan digojog, dan dibiarkan selama 20 menit

Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 625 nm

Larutan Iod 200 mg + KI 2 gram

Larutkan dalam aquades hinggavolumenya 100 ml

Page 5: 96179078-Laporan-legum

Penentuan kadar amilosa

5

Tepung (100 mg)

Dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambah 1 ml ethanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N

Dididihkan selama 10 menit, kemudian didinginkan

Campuran dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml, dan ditambah aquades sampai tanda tera

Larutan dipipet ke dalam labu takar sebanyak 5 ml dan ditambah asam asetat 1 N, serta larutan iod 2 ml

Penambahan air sampai tanda tera

Larutan digojog, dan dibiarkan selama 20 menit

Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 625 nm

Page 6: 96179078-Laporan-legum

IV. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1.1.2. Data absorbansi larutan standar amilosa

ml amilosa A0 (y) (x)1 0,047 1/100 x 40 mg = 0,4 mg2 0,097 2/100 x 40 mg = 0,8 mg3 0,143 3/100 x 40 mg = 1,2 mg4 0,190 4/100 x 40 mg = 1,6 mg5 0,221 5/100 x 40 mg = 2,0 mg

Sumber : Laporan Sementara

Persamaan kurva standar : y = 0,0073 + 0,11025 x

Tabel 1.1.3. Kadar amilosa berbagai jenis tepung

Jenis Tepung Nilai A0 Kadar Amilosa (%)Tepung Ketan 0,079 12,46

Tepung Beras0,074

58,30,073

Tepung Terigu0,103

32,050,105

Tepung Maizena0,063

46,620,061

Sumber : Laporan Sementara

Pada praktikum kali ini digunakan berbagai macam tepung untuk

dianalisa kadar amilosanya. Tepung yang digunakan meliputi tepung ketan,

tepung beras, tepung terigu, dan tepung maizena. Mula – mula dibuat kurva

standar kandungan amilosa murni dari amilosa kentang. Proses perhitungan

besarnya kadar amilosa murni menggunakan pendekatan nilai absorbansi

dengan peneraan pada spektrofotometer. Setelah didapat kurva standar

kadar amilosa dari amilosa murni maka akan dihitung besarnya kadar

amilosa dari keempat tepung di atas.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai absorbansi larutan

standar amilosa murni maka diperoleh persamaan kurva standar y = 0,0073

+ 0,11025x. Nilai dari persamaan kurva standar tersebut akan digunakan

untuk menghitung kandungan amilosa dari berbagai jenis tepung.

Berdasarkan hasil praktikum menunujukkan bahwa tepung beras

memiliki kadar amilosa tertinggi yaitu sebesar 58,3%. Selanjutnya disusul

6

Page 7: 96179078-Laporan-legum

secara berturut – turut kadar amilosa tepung maizena 46,62%,; tepung terigu

32,05%; dan yang paling kecil kadar amilosa tepung ketan yaitu 12,46%.

Pada dasarnya tepung tersusun atas amilosa dan amilopektin.

Amilosa menyebabkan tepung menjadi lebih lengket sedangkan amilopektin

menyebabkan tepung menjadi lebih rapuh (bahasa jawa : pero). Itu artinya

jika tepung dengan kadar amilosa tinggi sedangkan kadar amilopektinnya

rendah maka tepung tersebut jika ditambah air akan menjadi lebih lengket.

Secara organoleptik juga dapat diketahui bahwasanya tepung dari beras

ketan lebih lengket jika dibandingkan tepung dari beras ketan. Sedangkan

menurut Koswara (2006), perbedaan lainnya adalah dalam hal bahan yang

menyusun pati. Komponen utama pati beras ketan adalah amilopektin,

sedangkan kadar amilosanya hanya berkisar antara 1 – 2% dari kadar pati

seluruhnya. Pada tepung beras, kandungan amilosa dari hasil praktikum

adalah 58,3%, sedangkan menurut Winarno (1992) amilosa tertinggi pada

beras, adalah sekitar 25-33%. Sehingga dengan demikian kandungan

amilosa pada tepung beras hasil percobaan, tergolong sangat tinggi. Hal ini

dapat terlihat dari uji pengamatan kelengketan pada saat tepung beras

tersebut setelah diberi air. Tepung beras yang digunakan ternyata sangat

lengket.

Kadar amilosa tepung maizena lebih besar jika dibandingkan kadar

amilosa tepung terigu. Menurut Setyowati (2006), tepung maizena atau pati

jagung yang tersusun atas 25% amilosa dan 75% amilopektin. Amilosa

mendorong proses mekar sehingga produk yang berasal dari pati-patian

beramilopektin tinggi bersifat porous, ringan, gating, dan mudah patah.

Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa kadar amilosa tepung

maizena sebesar 46,62%. Itu artinya bahwa kadar amilosa tepung terigu

hasil praktikum menunjukkan nilai yang lebih besar jika dibandingkan

referensi.

Kadar amilosa tepung terigu lebih kecil jika dibandingkan dengan

kadar amilosa tepung maizena. Kandungan amilosa pada tepung

terigu dari hasil praktikum adalah sebesar 32,05%. Sedangkan menurut

7

Page 8: 96179078-Laporan-legum

Anonimd (2008), tepung terigu banyak mengandung zat pati, yaitu

karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu banyak

mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berpern dalam menentukan

kekenyalan makanan yng terbuat dari bahan terigu. Tepung terigu kaya akan

kandungan protein. Protein tepung terigu memiliki struktur yang unik.

Seperti yang disebutkan dalam Desrosier (1988), bila tepung terigu

dicampur dengan air dalam perbandingan tertentu, maka protein akan

membentuk suatu massa atau adonan koloidal yang plastis yang dapat

menahan gas dan akan membentuk suatu struktur spons bila dipanggang.

Hipotesis terhadap pernyataan di atas menunjukkan bahwa tepung terigu

banyak mengandung amilopektin dan rendah amilosa. Hal tersebut

ditunjukkan bahwa tepung terigu jika digunakan sebagai koloidal akan

membentuk suatu struktur spons yang rapuh dan tidak lengket.

V. Kesimpulan

a) Kadar amilosa tertinggi pada tepung beras

sedangkan kadar amilosa terendah pada tepung ketan.

b) Kadar amilosa tepung beras sebesar 58,3%

c) Kadar amilosa tepung maizena sebesar

46,62%

d) Kadar amilosa tepung terigu sebesar 32,05%

e) Kadar amilosa tepung ketan sebesar 12,46

8

Page 9: 96179078-Laporan-legum

B. Daya Serap Air Tepung Terigu

I. Tujuan

Tujuan diadaknnya praktikum ini adalah untuk mengetahui daya

serap tepung air pada terigu cakra kembar, tepung terigu kunci biru dan

segitiga biru.

II. Tinjauan Pustaka

Tepung terigu merupakan tepung/bubuk halus yang berasal dari biji

gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi dan roti. Kata

terigu dalam Bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis trigo yang

berarti gandum.Tepung terigu mengandung banyak zat pati, yaitu

karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga

mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam menentukan

kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu.

Tepung terigu memiliki kandungan pati sebesar 65-70%, protein 8-

13%, lemak 0,8-1,5% serta abu dan air masing-masing 0,3-0,6% dan 13-

15,5%. Di antara komponen tersebut yang erat kaitannya dengan sifat khas

mie adalah proteinnya yaitu prolamin (gliadin) dan glutelin (glutenin) yang

digolongkan sebagai protein pembentuk gluten

(Kent Jones dan Amas, 1967)

Tepung terigu memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi.

Kandungan nutrisi tepung terigu dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2.1. Kandungan nutrisi tepung terigu

Kandungan nutrisi tepung teriguLemak(%) : 2,09

Serat kasar(%) : 1,92

Abu(%) : 1,83

Protein(%) : 14,45

Pati(%) : 78,74

Sumber : (Suarni dan Patong, 1999)

9

Page 10: 96179078-Laporan-legum

Tepung terigu kaya akan kandungan protein. Protein tepung terigu

memiliki struktur yang unik. Seperti yang disebutkan dalam Desrosier

(1988), bila tepung terigu dicampur dengan air dalam perbandingan tertentu,

maka protein akan membentuk suatu massa atau adonan koloidal yang

plastis yang dapat menahan gas dan akan membentuk suatu struktur spons

bila dipanggang. Karakteristik tepung terigu ini, yang memungkinkan

pembuatan roti tawar yang lunak tidak dijumpai dalam butir serealia lain.

Jenis- jenis tepung terigu antara lain:

a) Tepung berprotein tinggi (bread flour): tepung terigu yang mengandung

kadar protein tinggi, antara 11%-13%, digunakan sebagai bahan

pembuat roti, mi, pasta, donat.

b) Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour): tepung terigu

yang mengandung kadar protein sedang, sekitar 8%-10%, digunakan

sebagai bahan pembuat kue cake

c) Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein sekitar

6%-8%, umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti

biskuit atau kulit (Kent Jones dan Amas, 1967).

Menurut Sudarmanto (1999), pati merupakan cadangan bahan baku

pada tanaman yang disimpan pada berbagai jaringan penimbun. Pati

tersimpan dalam bentuk butiran (granula) yang kenampakan dan ukurannya

beragam. Pati merupakan glukan yang terdiri dari 2 macam fraksi. Granula

pati tersusun secara berlapis-lapis mengelilingi nukleus. Pembentukan

granula pati dikontrol untuk endogeneus. Granula pati bersifat higroskopis,

mudah menyerap air, lembab dan diikuti dengan peningkatan diameter

granula. Pati tidak larut dalam air dingin karena antar molekulnya terikat 1

dengan lainnya lewat ikatan H. Dalam proses pembentukan jendalan pati,

pati yang kandungan amilosanya tinggi akan lebih cepat dan banyak

menyerap air, hasil jendalannya bervolume lebih mengembang dan kurang

lekat. Sedangkan pati yang kadar amilosanya rendah lebih sedikit menyerap

air dan jendalannya kurang mengembang tetapi lebih lekat.

10

Page 11: 96179078-Laporan-legum

Ditimbang sebanyak 25 gram terigu

Ditempatkan dalam mangkok

Ditambah air sebanyak 10-20 ml dengan buret

Diuleni hingga menjadi adonan dengan menggunakan tangan

Ditambahkan dengan buret sedikit demi sedikit sambil terus diuleni sampai terbentuk adonan yang tidak

lengket

Dicatat jumlah air yang diperlukan

Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat,

melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten akan

mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki

pH antara 6 – 9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan

naiknya pH. Makin banyak air yang diserap, mie menjadi tidak mudah

patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang baik (Anonim,

2006).

Di pasaran lebih dikenal dengan terigu Cakra Kembar. Tepung ini

diperoleh dari gandum keras (hard wheat). Kandungan proteinnya 11-13%.

Tingginya protein terkandung menjadikan sifatnya mudah dicampur,

difermentasikan, daya serap airnya tinggi, elastis dan mudah digiling.

Karakteristik ini menjadikan tepung terigu hard wheat sangat cocok untuk

bahan baku roti, mie dan pasta karena sifatnya elastis dan mudah

difermentasikan (Anonim, 2007).

Menurut Winarno (1992), amilopektin dan amilosa sebagai fraksi

dalam pati dapat dipisahkan berdasarkan kelarutannya dalam air panas.

Amilosa merupakan fraksi terlarut dalam air panas, sedangkan amilopektin

merupakan fraksi tidak terlarut.

Semakin kuat gluten menahan terbentuknya gas CO2, semakin

mengembang volume adonan roti. Mengembangnya volume adonan

mengakibatkan roti yang telah dioven akan menjadi mekar. Hal ini terjadi

karena struktur berongga yang terbentuk di dalam roti (Made Astawan

2004).

III. Metode

a) Alat dan Bahan

Tepung terigu “Cakra Kembar”

Tepung terigu “Kunci Biru”

Tepung terigu “Segitiga Biru”

Buret dan mangkok

b) Cara Kerja

11

Page 12: 96179078-Laporan-legum

IV. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1.2.2 Daya serap air tepung terigu

No. Sampel Kelompok ml aquades Daya Serap Air

1.Tepung terigu

“Cakra Kembar”

1 13 52 %

4 13,5 54 %

2.Tepung terigu

“Kunci Biru”

2 12 48 %

5 12 48 %

3.Tepung terigu

“Segitiga Biru”

3 14 56 %

6 12 48 %

Sumber : Laporan Sementara

Pada praktikum daya serap air tepung terigu digunakan 3 macam

tepung terigu dengan merk yang berbeda yaitu tepung terigu “Cakra

Kembar”, tepung terigu “Kunci Biru” dan tepung terigu “Segitiga Biru”.

Adapun mekanisme kerjanya dapat dilihat pada cara kerja di atas.

Daya serap air merupakan salah satu sifat tepung terigu yang dapat

mempengaruhi hasil dari pembuatan suatu produk makanan dari tepung

12

Page 13: 96179078-Laporan-legum

terigu. Daya serap air pada tepung ini perlu diketahui untuk menentukan

atau membuat suatu formulasi adonan. Penambahan air harus disesuaikan

dengan daya serap air dari tepung terigu yang bersangkutan/digunakan.

Penetapan daya serap air juga dapat digunakan untuk menilai mutu suatu

tepung terigu. Pada umumnya daya serap air sekitar 60% telah dianggap

baik, namun perlu dingat bahwa sifat ini tidak mutlak digunakan untuk

menilai mutu suatu tepung terigu.

Dari data hasil percobaan dapat diketahui bahwa jumlah air yang

diperlukan/diserap oleh tepung terigu “Cakra Kembar” baik ulangan kesatu

maupun kedua adalah 13,25 ml, sedangkan tepung terigu “Kunci Biru”

jumlah air yang diserap adalah 12 ml untuk ulangan kesatu maupun ulangan

kedua. Kemudian untuk tepung terigu “Segitiga Biru” jumlah air yang

diserap pada ulangan kesatu dan kedua adalah sebanyak 13 ml.

Daya serap air = %100xterigug

airml

Setelah dihitung dengan persamaan di atas diperoleh daya serap air

pada tepung terigu “Cakra Kembar” adalah 53%, tepung terigu “Kunci

Biru” 48%, sedangkan pada tepung terigu “Segitiga Biru” adalah 52%. Dari

hasil tersebut dapat ditentukan bahwa daya serap air paling kecil adalah

tepung terigu “Kunci Biru” dan yang paling tinggi daya serap airnya adalah

tepung terigu “Cakra Kembar”. Hal ini berarti bahwa mutu terigu

berdasarkan daya serap airnya untuk tepung terigu “Cakra Kembar” adalah

yang paling baik. Asumsi ini berlaku karena mendekati daya serap air

sekitar 60%.

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa:

a) Kandungan daya serap air pada tepung terigu

yang paling baik terdapat pada tepung cakra kembar.

13

Page 14: 96179078-Laporan-legum

b) Penetapan daya serap air dapat digunakan

untuk menilai mutu suatu tepung terigu

c) Pada umumnya daya serap air sekitar 60%

tepung terigu telah dianggap baik

C. Uji Gluten Tepung Terigu

I. Tujuan

Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar

gluten tepung terigu merek cakra kembar, kunci biru dan segitiga biru.

II. Tinjauan Pustaka

Tepung terigu

Tepung terigu merupakan tepung/bubuk halus yang berasal

dari biji gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi

dan roti. Kata terigu dalam Bahasa Indonesia diserap dari bahasa

Portugis trigo yang berarti gandum.Tepung terigu mengandung banyak

zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung

terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan

dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu.

Tepung terigu memiliki kandungan pati sebesar 65-70%,

protein 8-13%, lemak 0,8-1,5% serta abu dan air masing-masing 0,3-

0,6% dan 13-15,5%. Di antara komponen tersebut yang erat kaitannya

dengan sifat khas mie adalah proteinnya yaitu prolamin (gliadin) dan

glutelin (glutenin) yang digolongkan sebagai protein pembentuk gluten

(Kent Jones dan Amas, 1967)

Tepung terigu memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi.

Kandungan nutrisi tepung terigu dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.3.1 Kandungan nutrisi tepung terigu

Kandungan nutrisi tepung terigu

14

Page 15: 96179078-Laporan-legum

Lemak(%) : 2,09

Serat kasar(%) : 1,92

Abu(%) : 1,83

Protein(%) : 14,45

Pati(%) : 78,74Sumber : (Suarni dan Patong, 1999)

Tepung terigu kaya akan kandungan protein. Protein tepung

terigu memiliki struktur yang unik. Seperti yang disebutkan dalam

Desrosier (1988), bila tepung terigu dicampur dengan air dalam

perbandingan tertentu, maka protein akan membentuk suatu massa atau

adonan koloidal yang plastis yang dapat menahan gas dan akan

membentuk suatu struktur spons bila dipanggang. Karakteristik tepung

terigu ini, yang memungkinkan pembuatan roti tawar yang lunak tidak

dijumpai dalam butir serealia lain.

Tepung terigu dibedakan atas kandungan proteinnya. Jenis-

jenis tepung terigu berdasar kandungan proteinnya antara lain:

1) Tepung berprotein tinggi (bread flour): tepung terigu yang

mengandung kadar protein tinggi, antara 11%-13%, digunakan

sebagai bahan pembuat roti, mi, pasta, donat.

2) Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour): tepung

terigu yang mengandung kadar protein sedang, sekitar 8%-10%,

digunakan sebagai bahan pembuat kue cake.

3) Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein

sekitar 6%-8%, umumnya digunakan untuk membuat kue yang

renyah, seperti biskuit atau kulit (Kent Jones dan Amas, 1967).

Kualitas tepung terigu dipengaruhi juga oleh moisture (kadar

air), ash (kadar abu), dan beberapa parameter fisik lainnya, seperti

water absorption, development time, stability, seperti yang dijelaskan di

bawah ini:

Moisture adalah jumlah kadar air pada tepung terigu yang

mempengaruhi kualitas tepung. Bila jumlah moisture melebihi standar

15

Page 16: 96179078-Laporan-legum

maksimum maka memungkinkan terjadinya penurunan daya simpan

tepung terigu karena akan semakin cepat rusak, berjamur dan bau apek.

Ash adalah kadar abu yang ada pada tepung terigu yang

mempengaruhi proses dan hasil akhir produk antara lain: warna produk

(warna crumb pada roti, warna mie) dan tingkat kestabilan adonan.

Semakin tinggi kadar Ash semakin buruk kualitas tepung dan sebaliknya

semakin rendah kadar Ash semakin baik kualitas tepung. Hal ini tidak

berhubungan dengan jumlah dan kualitas protein.

Kemampuan tepung terigu menyerap air disebut Water

Absorption. Kemampuan daya serap air tepung terigu berkurang bila

kadar air dalam tepung (Moisture) terlalu tinggi atau tempat

penyimpanan yang lembab. Water Absorption sangat bergantung dari

produk yang akan dihasilkan, dalam pembuatan roti umumnya

diperlukan water absorption yang lebih tinggi dari pada pembuatan mie

dan biskuit.

Kecepatan tepung terigu dalam pencapaian keadaan develop

(kalis) disebut Developing Time. Bila waktu pengadukan kurang disebut

under mixing yang berakibat volume tidak maksimal, serat/remah roti

kasar, roti terlalu kenyal, aroma roti asam, roti cepat keras, permukaan

kulit roti pecah dan tebal. Sedangkan bila kelebihan pengadukan disebut

Over Mixing yang berakibat volume roti melebar/datar, roti kurang

mengembang, serat/remah roti kasar, warna kulit roti pucat, permukaan

roti mengecil, permukaan kulit roti banyak gelembung dan roti tidak

kenyal.

Terakhir adalah Stability yaitu kemampuan tepung terigu

untuk menahan stabilitas adonan agar tetap sempurna meskipun telah

melewati waktu develop (kalis). Stabilitas tepung pada adonan

dipengaruhi beberapa hal antara lain jumlah protein, kualitas protein dan

zat additive/tambahan (anonim, 2008).

Gluten

16

Page 17: 96179078-Laporan-legum

Tepung terigu memiliki kelebihan dibandingkan dengan

tepung serelia yang lainnya. Kelebihan terigu dibanding dengan tepung

serealia lainnya adalah sifat fisikokimianya, terutama kemampuan

protein dalam membentuk gluten. Sifat ini kurang dimiliki oleh tepung

serealia lainnya, apalagi komoditas non serealia

(Winarno dan Pudjaatmaka, 1989).

Keistimewaan gluten terigu adalah memiliki kandungan

protein penyusun yang seimbang, yaitu glutenin dan gliadin. Bila

ditambah air, gluten akan membentuk sifat elastisitas yang tinggi. Sifat

ini sangat dibutuhkan dalam pembuatan mi dan roti (Ahza, 1998).

Secara terperinci kandungan gluten serta sifat tepung terigu yang lain

dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 1.3.2 Kandungan gluten dalam tepung terigu

Kadar nutrisi gluten dalam tepung teriguGluten (%) : 11,45

Nilai pengendapan (mm) : 27,70

Aktivitas diastatik (mg maltosa/10g tepung) : 403

Amilosa (%) : 26,02

Konsistensi gel (mm) : 42,52 (sedang)

Sumber: (Suarni dan Zakir, 2000)

Gluten adalah campuran amorf (bentuk tak beraturan) dari

protein yang terkandung bersama pati dalam endosperma (dan juga

tepung yang dibuat darinya) beberapa serealia, terutama gandum,

gandum hitam, dan jelai. Dari ketiganya, gandumlah yang paling tinggi

kandungan glutennya. Kandungan gluten dapat mencapai 80% dari total

protein dalam tepung, dan terdiri dari protein gliadin dan glutenin.

Gluten membuat adonan kenyal dan dapat mengembang karena bersifat

kedap udara (Anonim a, 2007).

Banyak atau sedikitnya gluten yang didapat, tergantung dari

berapa banyak kandungan protein tepung yang kita gunakan. Semakin

tinggi kandungan proteinnya, maka semakin banyak jumlah gluten yang

didapat. Dan sebaliknya. Karena itu, produk makanan yang memerlukan

17

Page 18: 96179078-Laporan-legum

Ditimbang tepung terigu sebanyak 10 gram

Ditambah larutan NaCl 1% sebanyak 5 ml

Diuleni sampai terbentuk adonan yang elastis

Adanon dibentuk bola

Direndam air selama 1 menit

Dicuci dengan air mengalir sampai air cuciannya bersih

Ditimbang sisa adonan sebagai gluten basah

Dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC untuk memperoleh gluten kering

gluten, sebaiknya menggunakan tepung terigu yang kandungan

proteinnya tinggi.

Jumlah gluten yang dihasilkan juga, sangat tergantung pada

jumlah energi (atau lamanya pengadukan) yang diberikan. Perlu

diketahui, bahwa gluten bisa rusak. Penyebabnya adalah bila:

1) Jumlah kadar abu pada terigu (ash contain) terlalu tinggi.

2) Waktu aduk adonan kurang.

3) Waktu aduk adonan berlebih.

Gluten akan lunak dan lembut bila:

1) Diberikan gula.

2) Diberikan lemak.

3) Diberikan asam misal padaproses fermentasi (Rustandi,

2005).

III. Metode

a) Alat dan Bahan

Tepung terigu “Kunci Biru”

Tepung terigu “Cakra Kembar”

Tepung terigu “Segitiga Biru”

Mangkuk

Oven

Stop watch

b) Cara Kerja

18

Page 19: 96179078-Laporan-legum

IV. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1.3.3. Hasil uji gluten tepung terigu

No. Sampel g berat basah mg berat kering1. Tepung terigu “Cakra Kembar” 4,7 1,18

3,3 1,42. Tepung Terigu “Kunci Biru” 2,7 0,9

2,2 0,83. Tepung terigu “Segitiga Biru” 3,3 1,4

2,9 1,3Sumber : Laporan Sementara

Pada praktikum uji gluten tepung terigu digunakan 3 jenis merk

pasar, yakni tepung terigu dengan merk yang berbeda yaitu tepung terigu

Tepung terigu “Cakra Kembar”, Tepung terigu “Kunci Biru”, Tepung terigu

dan “Segitiga Biru”.

19

Page 20: 96179078-Laporan-legum

Secara umum berdasarkan kadar gluten atau proteinnya ada 3 jenis

tepung terigu yaitu protein tinggi (Bread Flour, High Grade Flour), Protein

sedang (All Purpose Flour, Cake flour), Protein Rendah (Low Protein

Flour, Pastry Flour). Kadar protein ini menentukan elastisitas dan tekstur

sehingga penggunaannya disesuaikan dengan jenis dan spesifikasi adonan

yang akan dibuat.

Gluten sering didefinisikan sebagai protein yang tidak larut dalam

air yang hanya terdapat pada tepung terigu. Gluten mempunyai peran yang

penting sehubungan fungsi terigu sebagai bahan pembuatan roti. Adonan

roti memiliki sifat yang liat/elastis dan licin permukaannya. Gluten

merupakan komponen tepung terigu yang membentuk sifat tersebut.

Menurut data hasil pengamatan yang telah didapatkan pada tepung

terigu “Cakra Kembar”, berat gluten basah adalah 4,7 gram dan 3,3 gram;

sedangkan berat gluten basah pada tepung terigu “Kunci Biru” adalah 2,7

gram dan 2,2 gram; dan tepung terigu “Segitiga Biru”adalah 3,3 gram dan

2,9 gram. Setelah proses pengovenan pada suhu 100°C berat kering yang

didapatkan pada tepung terigu “Cakra Kembar” adalah 1,8 gram dan 1,4

gram; sedangkan berat gluten kering pada tepung terigu “Kunci Biru”

adalah 0,9 gram dan 0,8 gram; dan tepung terigu “Segitiga Biru”

mempunyai berat kering gluten sebesar 1,4 gram dan 1,3 gram. Dari hasil

tersebut kandungan gluten paling tinggi adalah pada tepung terigu “Cakra

Kembar”, dan yang paling rendah kandungan glutennya adalah tepung

terigu “Kunci Biru”.

Secara keseluruhan barat gluten kering lebih rendah dibandingkan

gluten basah. Hal ini disebabkan pada gluten kering terjadi penguapan air

pada saat pengovenan. Berat yang hilang dari gluten basah diasumsikan

sebagai air yang menguap pada saat pengovenan.

Jumlah gluten yang dihasilkan selain karena perbedaan jenis terigu

berdasar kandungan protein, juga sangat tergantung pada jumlah energi

(atau lamanya pengadukan) yang diberikan. Perbedaan jumlah gluten pada

hasil praktikum terjadi karena perbedaan energi atau lamanya pengadukan

20

Page 21: 96179078-Laporan-legum

yang diberikan pada adonan oleh masing-masing kelompok. Gluten juga

bisa rusak, penyebabnya antara lain:

1) Jumlah kadar abu pada terigu (ash contain) terlalu tinggi.

2) Waktu aduk adonan kurang.

3) Waktu aduk adonan berlebih. (Rustandi, 2005).

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:

a) Kandungan gluten paling tinggi adalah pada

tepung terigu “Cakra Kembar”, dan yang paling rendah kandungan

glutennya adalah tepung terigu “Kunci Biru”.

b) Secara keseluruhan barat gluten kering lebih

rendah dibandingkan gluten basah.

c) Faktor yang mungkin mempengaruhi

kerusakan gluten antara lain adalah kadar abu pada terigu yang terlalu

tinggi serta waktu pengadukan adonan yang kurang ataupun berlebih.

d) Faktor yang mempengaruhi jumlah gluten

yang dihasilkan adalah jumlah protein pada tepung dan juga lama

pengadukan adonan.

D. Uji Bleaching pada Tepung Terigu

I. Tujuan

Tujuan dari acara Uji “Bleaching” pada Tepung Terigu ini adalah

untuk mengetahui apakah tepung terigu sudah dibleaching terlebih dahulu

atau belum.

II. Tinjauan Pustaka

Tepung terigu yang baru berwarna kekuningan dan bersifat kurang

elastis. Bila dijadikan adonan roti, tidak dapat mengembang dengan baik.

Untuk memperoleh terigu dengan mutu baik, terigu dibiarkan selama lebih

kurang enam minggu. Selama masa pemeraman tersebut, bahan-bahan yang

menyebabkan sifat lekat dan juga pigmen karotenoid akan teroksidasi

sehingga akan diperoleh tepung terigu yang berwarna putih dan dengan

21

Page 22: 96179078-Laporan-legum

daya kembang yang baik. Namun proses pemeraman ini sangat tidak

praktis, sehingga untuk mempercepat proses tersebut biasanya ditambahkan

zat pemucat. Zat pemucat ini bersifat oksiadator. Ikatan rangkap dalam

karotenoid, yaitu xantofil akan dioksidasi. Degradasi pigmen karotenoid

akan menghasilkan senyawa yang tidak berwarna (Winarno, F. G, 2002 ).

Menurut Buckle et al, (1985) tepung gandum biasanya berwarna

krem, karena adanya zat warna xantofil. Warna tepung akan memutih

selama penyimpanan, tetapi ini merupakan proses yang lambat. Karena

konsumen lebih menyukai tepung yang berwarna putih, maka digunakan

bahan pemutih tepung. Bahan pemutih tepung yang paling sering digunakan

adalah Benzil Peroksida.

Semua tepung dapat disediakan sebagai tepung yang dipucatkan atau

tidak dipucatkan. Bila tepung gandum lunak ingn dipucatkan, pada

umumnya dilakukan dengan klor yang memiliki pengaruh pengerasan

terhadap gluten yang terbatas; besarnya pengaruh pengerasan berbanding

langsung dengan jumlah klor yang digunakan. Sebagai pedoman tepung

yang dipucatkan dengan klor tidak dianjurkan untuk memproduksi kue

keringan, kecuali hanya digunakan untuk jenis kue keringan lunak, dimana

jumlah yang relatif besar dari bahan yang mengempukkan dan menahan air

digunakan, seperti misalnya gula, sortening dan kuning telur (Desrosier,

Norman W., 1988).

III. Metode

a) Alat dan Bahan

Tepung terigu ” Cakra Kembar”

Tepung terigu ” Kunci Biru”

Tepung terigu ” Segitiga Biru”

Petroleum ether

Beaker glass

Pipet volume dan neraca analitik

b) Cara Kerja

22

Page 23: 96179078-Laporan-legum

Larutkan 1,4 gram tepung terigu dalam 5 ml petroleum ether

Biarkan mengendap

Diamati

Tepung terigu dibleaching tidak menimbulkan warna pada larutan

supernatannya

Tepung terigu tidak dibleaching menimbulkan warna pada larutan

supernatannya

IV. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1.4.1. Data hasil uji bleaching pada tepung teriguJenis Tepung Terigu Kelompok Warna Cairan Supernatan

Cakra Kembar1

Sedikit keruh4

Kunci Biru2

Putih5

Segitiga Biru3

Kuning6

Sumber : Laporan SementaraPada percobaan Uji ”Uji Bleaching” pada Tepung Terigu ini

digunaka tepung terigu dengan merk yang berbeda-beda yaitu cakra kembar,

kunci biru dan segitiga biru dengan tujuan untuk mengetahui apakah pada

masing-masing tepung terigu tersebut dilakukan bleaching atau tidak.

Menurut Buckle (1985) tepung terigu biasanya berwarna krem. Namur

karena konsumen kurang menyukainya, sehingga untuk memperoleh tepung

terigu yang berwarna putih maka dilakukan bleaching. Proses bleaching ini

berhubungan dengan oksidasi karoten yaitu pigmen yang terdapat pada

tepung terigu. Tepung terigu yang dibleaching tidak menghasilkan warna

pada cairan supernatannya. Sebelumnya tepung terigu tersebut ditambahkan

petroleum ether dan diendapkan. Penambahan petroleum ether pada

23

Page 24: 96179078-Laporan-legum

percobaan ini dimaksudkan untuk melarutkan pigmen yang terdapat pada

tepung terigu yaitu karoten.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui

bahwa pada tepung terigu Cakra Kembar menghasilkan cairan supernatan

yang sedikit keruh dan ada warna kuning pada endapannya. Ini

menunjukkan bahwa tepung terigu Cakra Kembar tersebut tidak dibleaching

karena masih terdapat karoten yang ditunjukkan dengan adanya warna

kuning. Pada tepung terigu Kunci Biru dihasilkan cairan supernatan yang

berwarna putih. Ini berarti tepung terigu Kunci Biru sudah dibleaching atau

dipucatkan karena betakaroten yang merupakan zat warna alami yang

terdapat pada tepung terigu sudah dioksidasi atau sudah hilang. Sedangkan

Sehingga dapat diketahui bahwa pada tepung terigu Segitiga Biru belum

terjadi proses bleaching, masih terdapat karoten pada tepung tersebut.

V. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan Uji “Bleaching” pada Tepung Terigu ini

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tepung terigu yang dibleaching biasanya warnanya

lebih putih.

2. Tepung terigu yang dibleaching tidak menimbulkan

warna pada larutan supernatannya.

3. Tepung terigu yang tidak dibleaching menimbulkan

warna pada larutan supernatannya.

4. Tepung terigu Cakra Kembar tidak dibleaching

karena masih terdapat karoten yang ditunjukkan dengan adanya warna

kuning pada cairan supernatannya.

5. Tepung terigu Kunci Biru sudah dibleaching atau

dipucatkan karena betakaroten yang merupakan zat warna alami yang

terdapat pada tepung terigu sudah dioksidasi atau sudah hilang.

6. Pada tepung terigu Segitiga Biru diperoleh cairan

supernatan berwarna kuning, berarti tepung ini belum dibleaching.

24

Page 25: 96179078-Laporan-legum

E. Swelling Power Beras

I. Tujuan

Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui

sweeling power dari beras mentik, beras C4 dan beras jatah.

II. Tinjauan Pustaka

Peranan perbandingan amilosa dan amilopektin terlihat pada

serealia, contohnya pada beras. Semakin kecil kandungan amilosa atau

semakin tinggi kandungan amilopektin, semakin lekat nasi tersebut. Beras

ketan praktis tidak ada amilosanya (1-2%), sedang beras yang mengandung

amilosa lebih besar dari 2% disebut beras biasa atau beras bukan ketan.

Berdasarkan kandungan amilosanya, beras(nasi) dapat dibagi menjadi empat

golongan: (1) beras dengan kadar amilosa tinggi 25-35%; (2). beras dengan

kadar amilosa menengah 20-25%; (3). Beras dengan kadar amilosa rendah

(9-20%) dan beras dengan kadar amilosa sangat rendah(<9%)

(Winarno,2002).

Sifat tanak beras meliputi nilai pengembangan volume beras setelah

menjadi nasi dan waktu penanakan. Sifat tanak (cooking quality) ini

ditentukan oleh beberapa faktor dalam dan faktor luar. Sedangkan nilai

pengembangan volume beras tergantung pada kandungan amilosa beras itu

sendiri. Semakin tinggi kadar amilosa maka nilai pengembangan volume

akan semakin tinggi. Hal itu karena dengan kdar amilosa yang tinggi maka

akan menyerap air lebih bnyak sehingga pengembangan volume juga

semakin besar (Makfoeld,1982).

III. Metode

a) Alat

Baskom kecil, Rice cooker, timbangan

b) Bahan

Beras C4, Beras jatah dan beras mentik.

25

Page 26: 96179078-Laporan-legum

c) Cara Kerja

IV. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1.5.1 Sweeling power beras

No. Jenis Beras Kelompok Berat sebelumdimasak

Berat setelahdimasak

Sweelingpower

1. Beras Mentik

1 100 425 4,254 100 425 4,25

2. Beras C4 2 100 305 3,055 100 305 3,05

3. Beras Jatah 3 100 400 4,006 100 400 4,00

Sumber: Laporan Sementara

Sweeling power beras merupakan indiksi mutu dari beras tersebut.

Sweeling power didefinisikan sebagai rasio berat beras setelah pemasakan

dengan berat beras sebelum dimasak. Semakin besar sweeling power berarti

semakin banyak ir yang diserap selama pemasakn, artinya beras semakin

pulen. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kandungan amilosa dan

amilopektin yang terkandung dalam beras.

Nilai pengembangan volume beras tergantung pada kandungan

amilosa beras itu sendiri. Semakin tinggi kadar amilosa maka nilai

pengembangan volume akan semakin tinggi. Hal itu karena dengan kdar

amilosa yang tinggi maka akan menyerap air lebih bnyak sehingga

pengembangan volume juga semakin besar (Makfoeld,1982).

26

Beras sebanyak 100 gram ditimbang kemudian dicuci

sebanyak 3 kali

Ditanak dalam rice cooker sampai matang menjadi nasi

Timbang berat nasi seluruhnya dan dibandingkan dengan berat

sebelum dimasak

Page 27: 96179078-Laporan-legum

Dalam pengujian sweeling power beras dilakukan dengan

membandingkan berat beras sebelum dan sesudah dimasak. Beras yang

digunakan yaitu beras C4, beras mentik dan beras jatah. Dari hasil pengujian

diperoleh data bahwa sweeling power yang paling tinggi pada beras Mentik

yaitu 4,25.Dengan berat awal 100 gram dan bert akhir 425 gram. Sehingga

dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa beras mentik

mempunyi mutu yang paling bagus dibandingkan dengan beras C4 dan

beras jatah.

V. Kesimpulan

1. Beras mentik mempunyi mutu yang

paling bagus dibandingkan dengan beras C4 dan beras jatah.

2. Beras mentik memiliki berat beras

yang paling tinggi setelah pemasakan 425 gram, sedangkan beras C4

memiliki berat beras yang paling rendah setelah pemasakan 305 gram

27

Page 28: 96179078-Laporan-legum

DAFTAR PUSTAKA

Kadar Amilosa Serealia

Anonima. 2008. Tepung.www.wikipedia.org (diakses pada tanggal 5 Desember 2008).

Anonimb. 2008. Tepung beras.www.irvankrta.blogspot.com.(diakses pada tanggal 5 Desember 2008).

Anonimc. 2008. Mengenal berbagai macam tepung. www.kamusdapurku.blogspot.com (diakses pada tanggal 5 desember 2008).

Anonimd. 2008. Tepung Terigu. www.wikibooks.org (diakses pada tanggal 5 Desember 2008).

Anonime. 2008. Gluten. www.wikipedia.org (diakses pada tanggal 5 desember 2008).

Desrosier W Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta.

Koswara, Sutrisno. 2006. Lebih Akrab Dengan Kue Basah. http://www.ebookpangan.com/.pdf. Diakses 12 Januari 2008. Pukul 09.00 WIB.

Setyowati, V.A: Hastuti; dan Supriyadi. 2006. Pembuatan Bawang Merah Goreng: Penggunaan Kalsium Klorida dan Tepung Jagung serta Perkiraan Umur Simpannya. Jurnal Agrosains Vol. 19(3) hal 295-308.

Suarni dan R. Patong. 1999. Peranan Komposisi Asam Amino Tepung Sorgum Terhadap Roti Tawar Hasil Substitusi Terigu. Prosiding Seminar Nasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Biromaru, Palu 10-11 Oktober 1999.hlm 287-292.

Thomas, D.J dan Atwell, W.A., 1999. Starches. American Association of Cereal Chemists, Inc., Minnesota.

Daya Serap Air Tepung Terigu

Anonim. 2007. Pilih-Pilih Tepung. http://www.banjar masinpost.co.id. // content/ view/3962/232/. Diakses pada tanggal 15 Januari 2008.

Anonim. 2006. Teknologi Mie Instan. http://www.ebookpangan.com /ARTIKEL/TEKNOLOGI%20MIE%20INSTAN.pdf. Diakses pada tanggal 15 Januari 2008.

Astawan, Made. 2004. Kandungan Serat dan Gizi pada Roti Ungguli Mi dan Nasi. http://www.gizi.net/ cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid10875 32236,16801. Diakses pada tanggal 15 Januari 2008.

28

Page 29: 96179078-Laporan-legum

Desrosier W Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta.

Kent-Jones, D.W. and A.J. Ames,1967. Modern Cereal Chemistry. Food Trade Press Inc., London

Suarni dan R. Patong. 1999. Peranan Komposisi Asam Amino Tepung Sorgum Terhadap Roti Tawar Hasil Substitusi Terigu. Prosiding Seminar Nasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Biromaru, Palu 10-11 Oktober 1999.hlm 287-292.

Sudarmanto. 1999. Kimia Hasil Pertanian. UGM. Press. Yogyakarta

Winarno, F.G, 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Uji Gluten Tepung Terigu

Ahza, A.B. 1998. Aspek Pengetahuan Material Dan Diversifikasi Produk Sorgum Sebagai Substitutor Terigu/Pangan Alternative. Dalam Laporan Lokakarya Sehari Prospek Sorgum Sebagai Bahan Substitusi Terigu PT. ISM Bogasari Flour Mills. Jakarta.

Anonim a. 2007. http://id.wikibooks.org/wiki/Resep:Tepung_teriguorengan. Diakses 12 Januari 2008. Pukul 09.15 WIB

Anonim b. 2008. Referensi Terigu. http://www.bogasariflour.com/english/v_ref_ flour.htm. diakses pada tanggal 4 Desember 2008.

Desrosier W Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta.

Kent-Jones, D.W. and A.J. Ames,1967. Modern Cereal Chemistry. Food Trade Press Inc., London

Rustandi, Deddy.2005. Mendapatkan Gluten Secara Maksimal. http://www. wacanamitra. com/wm5117/tips.htm.diakses pada tanggal 4 desember 2008

Suarni dan m Zakir. 2000. Studi Sifat Fisikokimia Tepung Sorgum Sebagai Bahan Substitusi Terigu. Jurnal Penelitian Pertanian 20(2): 58-62.

Suarni dan R. Patong. 1999. Peranan Komposisi Asam Amino Tepung Sorgum Terhadap Roti Tawar Hasil Substitusi Terigu. Prosiding Seminar Nasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Biromaru, Palu 10-11 Oktober 1999.hlm 287-292.

Winarno, F.G dan AH Pudjaatmaka. 1989. Gluten dalam Ensiklopedia Nasional Indinesia. Jilid 6. PT Cipta Adi Pustaka. Jakarta. Hlm 184.

Uji Bleaching pada Tepung Terigu

29

Page 30: 96179078-Laporan-legum

Bucle, K. A, et al. 1985. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.

Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Swelling Power Beras

Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech. Yogyakarta.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

30

Page 31: 96179078-Laporan-legum

ACARA 2KADAR ASAM FITAT KORO BENGUK

I. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara dua ini adalah menentukan kadar asam fitat

koro benguk secara kualitatif dengan berbagai variasi perlakuan (koro benguk

segar, direndam 3 hari, direndam + soda kue selama 3 hari, direbus, dikukus,

dan dibuat tempe koro).

II. Tinjauan Pustaka

Koro benguk (Mucuna pruriens) merupakan jenis koro-koroan yang bila

dibandingkan dengan kedelai, kadar protein dan lemak kara benguk lebih

rendah, sedangkan kadar karbohidratnya lebih tinggi, bahkan dua kali

kandungan karbohidrat kedelai. Pembudidayaan yang mudah dapat menjadikan

koro benguk sebagai alternatif sumber protein (Anonim-a, 1981).

Meskipun demikian, kara benguk memiliki kelemahan, yaitu tingginya

kadar asam fitat yang dapat berikatan dengan logam dan protein membentuk

kompleks senyawa tidak larut sehingga menyebabkan turunnya ketersediaan

mineral dan protein bagi tubuh dengan demikian akan menurunkan nilai gizi

produk pangan yang bersangkutan. HCN dalam kara benguk mentah juga sangat

tinggi sehingga dapat menyebabkan keracunan bahkan sampai kematian (dosis

0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan)(Winarno, 2002).

Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok Cyano

C≡N, dengan atom karbon terikat–tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN dapat

ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah

padat atau cair. Beberapa seperti garam, beberapa kovalen. Beberapa molelular,

beberapa ionic dan banyak juga polimerik. Sianida yang dapat melepas ion

cyanide CN- sangat beracun (Anonim-b, 2006).

Asam sianida (HCN) secara alami terdapat pada umbi-umbian,

diantaranya gadung, singkong, talas dan bengkuang. HCN dihasilkan jika

produk dihancurkan, dikunyah, diiris atau diolah. Jika dicerna, HCN sangat

cepat terserap oleh alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan terikat

31

Page 32: 96179078-Laporan-legum

bersama oksigen. Bahaya HCN terutama pada system pernafasan, dimana

oksigen dalam darah terikat oleh senyawa HCN dan terganggunya system

pernafasan (sulit bernafas). Tergantung jumlah yang dikonsumsi, HCN dapat

menyebabkan kematian jika pada dosis 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan

(Winarno, 2002).

Asam fitat merupakan senyawa anti gizi yang terdapat pada kacang-

kacangan. Pada proses fermentasi kandungan asam fitat dapat dikurangi hingga

1/3 nya. Hal ini disebabkan karena selama fermentasi jamur Rhizopus

oligosporus akan menghasilkan enzim phitase yang akan memecah asam fitat

(inosinol hexaphosphat) menjadi inosinol dan phosphate organic. Sebagian

phosphate organik tersebut digunakan untuk pertumbuhan jamur itu sendiri

(Sudarmadji, 1975). Asam fitat mempunyai nama kimia myo inositol

1,2,3,4,5,6- heksakis (dihidrogen fosfat) (Oberleas,1973).

Penamaan dan penggolongan asam fitat, fitase didefinisikan oleh enzim

yang mengkatalisis hidrolisis asam fitat menjadi inositol bebas dan 6 anion P

anorganik (Pa), ada 2 fitase yang dikenal : 3-fitase atau myo-inositol

heksakifosfat 3-fosfohidrolase (EC 3.1.3.8), yang mengkatalisis defosforilasi

fitat mulai posisi 1;6-Fitase yang menghidrolisis fitat mulai posisi 6. Kedua

enzim mengkatalisis defosforilasi asam fitat dengan sempurna menjadi myo-

inositol dan Pa (Nayini&Markakis,1984).

Brown dkk (1961) mengadakan penelitian untuk mengetahui struktur asam fitat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa asam fitat mempunyai 18

ion H 2 sesuai dengan pendapat Neuberg ; 12 ion H 2 dapat dibebaskan pada

akhir titrasi, sedangkan 6 ion H 2 bersifat asam lemah dan sukar bereaksi dalam air.

III. Metode

a) Alat

Timbangan

Tabung reaksi

Pipet

Penangas air

32

Page 33: 96179078-Laporan-legum

Sentrifuse

Spektrofotometer

b) Bahan

Koro benguk segar Tempe koro bengukKoro benguk direndam air 3 hari Larutan HNO3 0,5 MKoro benguk direndam air + soda kue 3 hari Larutan FeCl3

Koro benguk dikukus Amil alkoholKoro benguk direbus Amonium tiosianat

c) Cara Kerja

IV. Hasil dan Pembahasan

33

Suspensikan dalam 50 ml larutan HNO3, diaduk 3 jam, dan disaring.

0,5 ml filtrate sample + 0,9 ml larutan HNO3 0,5 M dan 1 ml larutan

FeCl3.

Direndam dalam penangas air 100 0C selama 20 menit

Didinginkan, kemudian ditambah 5 ml amil alkohol dan 1 ml larutan amonium thiosianat

Disentrifuse pada 1000 rpm selama 2-3 menit

Diamkan 12-13 menit

Lapisan amil alcohol diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada λ 465 nm dengan blanko amil alkohol. Semakin besar absorbansinya berarti semakin kecil kandungan

asam fitatnya

5 gram koro benguk dengan berbagai perlakuan

Page 34: 96179078-Laporan-legum

Tabel 2.1. Hasil analisis kadar sianida

Kelompok Sampel Absorbansi1 Koro benguk segar 0,014

2 Koro benguk direndam air 3 hari 0,0323 Koro benguk direndam air + soda kue 3 hari 0,0564 Koro benguk dikukus 0,0095 Koro benguk direbus 0,0346 Tempe koro benguk 0,020

Sumber : Laporan Sementara

Pembahasan :

Pada penentuan kadar asam fitat, mula-mula sampel disuspensikan ke

dalam larutan HNO3 dan diaduk selama 3 jam kemudian disaring dan diambil

filtratnya. Filtrate inilah yang akan digunakan untuk penentuan kadar asam fitat.

Larutan HNO3 berfungsi sebagai pelarut yang dapat melarutkan asam fitat pada

bahan. Sedangkan pengadukan selama 3 jam berfungsi untuk mengoptimalkan

proses keluarnya asam fitat dari bahan. Dengan adanya pengadukan, HNO3 dan

koro benguk akan tercampur lebih merata, selain itu adanya pengadukan dapat

menyebabkan koro benguk menjadi pecah, sehingga luas permukaan kontak

dengan HNO3 menjadi lebih besar.

Filtrat yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dan direaksikan dengan larutan FeCl3 dan HNO3 0,5 M. asam fitat yang keluar

dari bahan akan berikatan dengan Fe membentuk Fe-fitat. Tabung reaksi

kemudian direndam dalam penangas air 100oC selama 20 menit setelah dingin

ditambahkan amil alkohol dan amonium tiosianat. Fe sisa akan bereaksi dengan

amonium tiosianat dan amil alkohol yang berwarna merah. Selanjutnya, sampel

disentrifuse selama 2-3 menit kemudian didiamkan selama 12-13 menit dan

ditera absorbansinya dengan panjang gelombang 465 nm.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa

absorbansi terbesar terdapat pada koro benguk rendam air + soda kue 3 hari

(0,056), kemudian koro benguk direbus (0,034), koro benguk rendam 3 hari,

tempe koro benguk (0,020), koro benguk segar (0,014), koro benguk dikukus

(0,009). Semakin besar absorbansinya berarti semakin kecil kandungan asam

fitatnya

34

Page 35: 96179078-Laporan-legum

Kandungan asam fitat yang tinggi maka akan semakin banyak yang

bereaksi dengan FeCl membentuk Fe-fitat sehingga Fe sisa semakin kecil.

Dengan demikian Fe-sisa yang bereaksi dengan amil alcohol juga semakin

sedikit dan diperoleh intensitas warna yang semakin pudar, sehingga pada

waktu ditera absorbansinya maka akan menunjukkan angka yang kecil.

Setiap tahapan pengolahan memberikan efek yang berbeda terhadap

kandungan asam fitat. Koro benguk segar seharusnya mengandung asam fitat

yang paling tinggi karena belum mengalami perlakuan apapun yang

menyebabkan turunnya kadar asam fitat akan tetapi pada praktikum terjadi

sedikit penyimpangan. Kadar asam fitat koro benguk kukus memberikan nilai

absorbansi paling rendah (0,009) yang mengindikasikan bahwa kandungan

asam fitatnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan koro benguk segar yang

memberikan nilai absorbansi (0,014).

Hal tersebut diatas mungkin disebabkan karena efek pemanasan dalam

hal ini pengukusan kurang memberikan dampak yang nyata bagi penurunan

kadar asam fitat hal ini sesuai dengan pendapat Muchtadi (1998) dalam

Anonim-c (2007) menyebutkan bahwa asam fitat sangat tahan terhadap

pemanasan selama pengolahan.

Perlakuan direbus, direndam air 3 hari, direndam air + soda kue 3 hari

dan perlakuan fermentasi (dalam hal ini pembuatan tempe) cukup memberikan

efek dalam penurunan kadar asam fitat, dan yang paling efektif adalah

perlakuan dirandam air + soda kue 3 hari karena nilai absorbansinya paling

tinggi (0,056) yang mengindikasikan kadar asam fitat paling kecil.

Pada proses pembuatan tempe benguk seluruh tahapan prosesnya,

yaitu perendaman sampai fermentasi dapat menurunkan kadar asam fitat dengan

total penurunan mencapai 53%. Senyawa phytate atau phytin merupakan

inositol hexaphosphoriric acid yang mengikat kalsium, magnesium dan terdapat

hampir pada semua jenis kacang-kacangan. Senyawa ini menyebabkan

penurunan ketersediaan mineral karena dapat membentuk kompleks dengan

kalsium dan magnesium dapat mengurangi nilai gizi protein dan sifat fungsional

35

Page 36: 96179078-Laporan-legum

protein melalui mekanisme pengikatan kalsium dan magnesium (Sutardi dkk,

1993).

Pada fermentasi tempe kara benguk digunakan ragi dan terlibat pula

berbagai jenis mikrobia yang dapat menghasilkan enzim fitase sehingga

pemecahan fitat berlangsung sangat cepat. Keberadaan mikroorganisme pada

ragi mempunyai peranan penting khususnya dalam membantu menurunkan

asam fitat. Semakin lama waktu fermentasi, miselium jamur semakin tebal

karena pertumbuhan ragi yang semakin meningkat. Dengan pertumbuhan ragi

dan semakin tebalnya miselium jamur maka enzim fitase yang diproduksi

semakin meningkat dengan ditunjukkan semakin menurunnya kadar asam fitat.

Sudarmadji dan Markakis, (1975); Sutardi (1988) menyatakan bahwa

Rhizopus oligosporus merupakan salah satu jenis jamur yang dapat

menghasilkan fitase yang dapat menghidrolisis asam fitat. Sebenarnya dalam

kacang-kacangan dan serealia terdapat enzim fitase dalam jumlah yang sangat

sedikit dan dalam kondisi terinhibisi oleh substrat (asam fitat sendiri)

(Widowati, 2008). Sehingga diperlukan enzim fitase secara ekstraseluler yang

dapat dilakukan melalui proses fermentasi.

V. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikun ini adalah:

a) Kadar asam fitat paling rendah terdapat pada koro benguk

dengan perlakuan perendaman + soda kue selama 3 hari, dengan

ditunjukkan nilai absorbansinya paling tinggi yaitu 0,056.

b) Kadar asam fitat terendah dalam praktikum ini terdapat dalam

sampel koro benguk dikukus dengan nilai absorbansi 0,009.

c) Semakin tinggi absorbansinya maka kadar asam fitatnya

semakin rendah begitupun sebaliknya semakin kecil absorbansi maka kadar

asam fitat semakin tinggi.

d) Kadar asam fitat tertinggi menuju ke yang paling rendah

berturut-turut adalah koro benguk dikukus (Absorbansi 0,009), koro benguk

segar (Absorbansi 0,014), koro benguk dibuat tempe (Absorbansi 0,020),

36

Page 37: 96179078-Laporan-legum

koro benguk direndam 3 hari (Absorbansi 0,032), koro benguk direbus

(Absorbansi 0,034), dan koro benguk rendam + soda kue selama 3 hari.

e) Perlakuan perendaman, perendaman + soda, perebusan dan

perlakuan pembuatan tempe dapat menurunkan kadar asam fitat pada

sample koro benguk.

f) Dari praktikum diketahui bahwa perlakuan rendam + soda kue

selama 3 hari merupakan perlakuan yang paling efektif untuk menurunkan

kadar asam fitat.

37

Page 38: 96179078-Laporan-legum

DAFTAR PUSTAKA

Anonim-a, 1981. Daftar Kompoisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Bharata. Jakarta

Anonim–b. 2006. Sianida. www.wikipedia.org/wiki/sianida

Anonim-c. 2007. Produsen Tahu Tempe Protes Kenaikan Harga Kedelai. http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2008/01/12/brk,20080112-115302,id.html. Diakses 12 Januari 2008 Jam 21.07 WIB

Brown, E. C, M. L. Heit and D E Ryan, 1961. Phytic Acid : An Analitical Invertigation

Nayini, N and P Markakis, 1984. The Pytase Of Yeast Lebensm. Wiss. U. Technol. 17 : 24 – 26.

Oberleas, D.,1973. Phytase In : Toxicant occuring Naturally in Food. National Academic of science, Washington D.C.

Sudarmadji, 1975. Certain Chemical and Nutritional Aspect of Soybean tempeh.

Michigan State University

Sutardi, 1988. Phytase Activity During Tempe Production. Thesis Submitted for The degree of Doctor Of Phylosophy. Dept of Food Science and Technology. The university Of New South Wales.

Sutardi, Tranggono dan Hartuti. 1993. Aktivitas Fitase pada Tahap-tahap pembuatan Tempe Kara Benguk, Kara Putih dan Gude Menggunakan Inokulum Rhizopus Oligosporus NRRL 2710. Agritech Vol 13 (3):1-5.

Widowati, Sri. 2008. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan. Buletin Agrobio 4(1) Hal 33-38. Balai Penelitian dan Bioteknologi Tanaman Bogor. Bogor.

Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

38

Page 39: 96179078-Laporan-legum

ACARA 3PEMBUATAN MIE BASAH

I. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara Pembuatan Mie Basah ini adalah :

1. Memahami dan mampu membuat mie basah

2. Mengetahui pengaruh variasi penggunaan tepung

terigu dan bahan pengenyal terhadap sifat fisik mie basah.

II. Tinjauan Pustaka

Bahan baku

Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie. Tepung

terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling.

Keistimewaan terigu di antara serealia lainnya adalah kemampuannya

membentuk gluten pada saat terigu dibasahi dengan air. Sifat elastis gluten

pada adonan mie menyebabkan mie yang dihasilkan tidak mudah putus pada

proses pencetakan dan pemasakan (Astawan, 1999).

Pada dasarnya tepung terigu mengandung protein yang merupakan

zat gizi yang paling penting. Dalam sel protein terdapat protein struktural

dan metabolik. Protein struktural merupakan bagian integral dari struktur sel

dan tidak dapat diekstraksi sehingga menyebabkan disintegrasi sel tersebut.

Protein metabolik dapat diekstraksi tanpa merusak integrasi struktur sel itu

sendiri. Dalam molekul protein mengandung unsur C, H, O dan N

(Nurmala, 1980).

Tepung terigu memiliki kandungan pati sebesar 65-70%, protein 8-

13%, lemak 0,8-1,5% serta abu dan air masing-masing 0,3-0,6% dan 13-

15,5%. Diantara komponen tersebut yang erat kaitannya dengan sifat khas

mie adalah proteinnya yaitu prolamin (gliadin) dan glutelin (glutenin) yang

digolongkan sebagai protein pembentuk gluten (Kent dan Ames, 1967).

Penambahan STPP (Sodium Try PolyPhospat) berfungsi untuk

meningkatkan elastisitas mie. BTM ini bersifat emulsifier sekaligus sebagai

pemantap. STPP ini ditambahkan dalam adonan mie sebagai bahan pengikat

air, agar air dalam adonan tidak mengalami kekeringan dipermukaan,

39

Page 40: 96179078-Laporan-legum

sebelum proses pembentukan lembaran adonan mie dalam pembuatan mie

penambahan sodium carbonat berfungsi untuk meningkatkan kehalusan

tekstur mie, meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie serta

meningkatkan sifat kenyal (Astawan, 1999).

Air yang ditambahkan dalam pembuatan mie berfungsi sebagai

media reaksi pada tepung terigu, yang akan membentuk sifat kenyal pada

gluten. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6-9, makin tinggi

pH pada air maka mie yang dihasilkan tidak mudah patah (Astawan

1999).

Zat warna kuning sengaja ditambahkan dalam pembuatan mie yang

digunakan untuk memperbaiki mutu dan penampilan mie yang sesuai

dengan minat warna mie pada umumnya. Zat warna yang digunakan dalam

pembuatan mie biasanya menggunakan tartazine CI 19140. Tartazine CI

19140 merupakan pewarna makanan yang berbentuk tepung dengan warna

kuning jingga yang digunakan sebagai pewarna sintetik pada proses

pembuatan mie. Tartazine CI 19140 mudah larut dalam air dengan larutan

yang dihasilkan adalah warna kuning keemasan (Winarno, 1984).

Mie

Mie merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di

Asia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut cerita legenda,

mie pertama kali dibuat dan diproduksi di daratan Cina kira-kira 2000 tahun

yang lalu di bawah kekuasaan dinasti Han. Dari Cina, mie berkembang dan

menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan, Indochina, dan Asia Tenggara, bahkan

meluas ke seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan daratan Eropa

(Anonim,2007).

Mie merupakan bahan pangan yang berbentuk pilinan memanjang

dengan diameter 0,07-0,125 inchi yang dibuat dengan bahan baku terigu

atau tanpa tambahan kuning telur (Beans et al,1974).

Mie umumya dikemas dengan platik polipropilen (PP) atau

polietilen (PE). Polipropilen memiliki sifat kaku , kuat, ringan , daya tembus

uap air rendah, tahan tehadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi, dan

40

Page 41: 96179078-Laporan-legum

mengkilap. Oleh karena itu pengemasan dengan menggunakan polipropilen

diharapkan mampu menjaga kestabilan uap air produk lebih baik dari pada

pengemas dari bahan polietilen (Astawan, 1999).

Mie dapat dibedakan dengan mie jenis lain berdasarkan kadar air

dan tingkat pemasakan awalnya. Mie mentah yang belum direbus

mengandung air sekitar 35 %, mie basah (mie mentah yang direbus)

mengandung air sekitar 52%, mie kering (mie mentah yang dikeringkan)

sekitar 10%, mie instant (mie mentah yang dikukus kemudian digoreng)

sekitar 8%, sedangkan mie goreng (mie mentah yang digoreng)

mengandung lipid sekitar 20% (Kruger et al, 1996).

Proses Pengolahan Mie

Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 3551-1994, mie

instan didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung

terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan

tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan siap

dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama

4 menit. Mie instan umumya dikenal sebagai ramen. Mie ini dibuat dengan

penambahan beberapa proses setelah diperoleh mie segar. Tahap-tahap

tersebut yaitu pengukusan, pembentukan, dan pengeringan. air mie instan

umumnya mencapai 5-8% sehingga memiliki daya simpan yang lama

(Astawan, 1999).

Sifat khas mie adalah elastis dan kukuh dengan lapisan permukaan

yang tidak lembek dan tidak lengket. Menurut Oh, et al (1983) tahapan

proses pembuatan mie secara garis besar berupa pencampuran (mixing),

pengadukan (kneeting), pemotongan (cutting) dan pemasakan (cooking).

Mie instan dapat berbentuk dalam kemasan polyetilen yang tiap

helainya telah mengalami pengerasan, dan dikeringkan menggunakan oven

yang relatif sangat panas. Kelompok mie tersebut dapat dibagi menjadi mie

yang telah diperkaya atau dicampur dengan bumbu yang terpisah

kemasannya. Sedangkan mie dalam kemasan sterofoam, dilengkapi dengan

bumbu, sayuran, udang atau daging kering yang terpisah. Produk tersebut

41

Page 42: 96179078-Laporan-legum

dapat dikonsumsi setelah dituangi air panas ke dalam wadahnya dan

dibiarkan selama kurang lebih 5 menit (Anonim, 2007).

Proses pengolahan mie antara lain yakni dari bahan campuran

(tepung terigu, garam, air, soda abu, pewarna makanan dan minyak goreng)

dicampur, kemudian adonan tersebut diuleni, selanjutnya adonan tersebut

dibentuk lembaran dengan ketebalan 1,5-2 mm. Lalu dibentuk mie dengan

alat pencetak dan selanjutnya direbus ± 3 menit, kemudian didinginkan dan

dikeringkan (Astawan, 1999).

Faktor yang harus diperhatikan untuk membuat adonan dalam

pembuatan mie yang baik adalah jumlah air yang ditambahkan, lama

pengadukan dan suhunya. Pada awal pencampuran terdapat pemecahan

lapisan tipis air dan tepung. Semakin lama semua bagian tepung trbasahi

oleh air dan menjadi gumpalan-gumpalan adonan. Adanya air tersebut juga

mengakibatkan serat-serat gluten ditarik, disusun bersilang dan terbungkus

dalam pati, sehingga adonan menjadi lunak, halus serta elastic (Sunaryo,

1985). Air yang digunakan untuk pembuatan mie sebanyak 30-43%, bila

kurang dari 30% atau lebih dari 43% akan mengalami penurunan kaulitas

terutama pada tahap pencetakan adonan atau ketika pengeringan (Oda, dkk.,

1989).

III. Metode

a) Alat

Pencetak mie

Baskom Plastik

Mangkok

Timbangan Digital

Kompor Gas

Wajan

Kalo dari plastik

42

Page 43: 96179078-Laporan-legum

b) Bahan

Tepung Terigu

Garam

Air

Soda Abu

Pewarna Makanan

Minyak Goreng

STPP

Boraks

c) Cara Kerja

43

Mie Basah

Pencampuran Bahan

Pengulenan adonan

Pembentukan Lembaran

Pembentukan mie

Perebusan

Pendinginan

Page 44: 96179078-Laporan-legum

IV. Hasil dan Pembahasan

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Pada Pembuatan Mie Basahwarna rasa bau kekenyalan elastisitas

Cakra kembar + STTP 4 4 5 4 5Cakra kembar + soda abu 3 5 5 3 4Kunci biru + STTP 2 3 5 3 4Kunci biru + soda abu 2 3 4 3 4Segitiga biru + STTP 2 3 4 2 2Segitiga biru + soda abu 2 4 3 2 2

Sumber : laporan sementaraKeterangan :

1 : lebih suka 3 : netral 5 : tidak suka

2 : suka 4 : kurang suka

Pada Praktikum Pembuatan mie basah ini diperlukan sejumlah bahan

utama dan bahan tambahan. Masing-masing bahan memiliki peranan tertentu

seperti menambah bobot, menambah volume, atau memperbaiki mutu, cita rasa,

dan warna. Salah satu bahan utama yang diperlukan yaitu tepung terigu yang

digunakan sebagai bahan dasar pembuatan mie, dalam praktikum pembuatan

mie basah digunakan 3 macam jenis tepung terigu yaitu merek cakra kembar,

kunci biru, dan segitiga biru.

Ketiga jenis merek tepung terigu tersebut merupakan tepung terigu jenis

Bread Flour atau High Grade Flour yang memiliki kandungan protein yang

tinggi yang cocok untuk bahan dasar pembuatan mie karena jika bereaksi

dengan air maka glutennya akan mengembang dan saling mengikat dengan kuat

membentuk adonan yang sifatnya liat. Mutlak diperlukan oleh adonan dengan

sifat elastis maupun yang memerlukan kerangka kokoh seperti mi, roti, pasta,

kulit martabak telur, pita bread, donat, croissant/puff pastry, sus/ cream puff

(Anonim, 2006).

Bahan tambahan lain yang digunakan yaitu garam, air, pengenyal (soda

abu, STPP, boraks), pewarna makanan dan minyak goreng. Garam dapur yang

digunakan dalam pembuatan mie digunakan dalam pemberian citarasa pada mie

tersebut sehingga tidak berasa hambar, memperkuat tekstur mie, meningkatkan

fleksibilitas dan elastisitas mie. Selain itu garam dapur juga mampu mengikat

air yang telah tercampur (Astawan, 1999). Selain variasi pada tepung terigu

44

Page 45: 96179078-Laporan-legum

dalam praktikum pembuatan mie basah juga digunakan variasi dalam

penggunaan bahan pengenyal yaitu soda abu, STPP (Sodium Try PolyPhospat),

dan boraks.

Produk mie yang dihasilkan dari praktikum dilakukan pengamatan

terhadap warna, rasa, bau, kekenyalan, dan elastisitas, setelah proses perebusan

atau mie matang. Dari pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa :

• Warna

Dari pengamatan terhadap warna setelah perebusan diketahui

bahwa semua jenis variasi mie umumnya disukai, hanya pada mie

dengan bahan dasar tepung terigu cakra kembar + soda abu warnanya

netral dan cakra kembar + STTP kurang disukai karena warnanya agak

pucat.

Zat warna kuning sengaja ditambahkan dalam pembuatan mie

yang digunakan untuk memperbaiki mutu dan penampilan mie yang

sesuai dengan minat warna mie pada umumnya. Zat warna yang

digunakan dalam pembuatan mie biasanya menggunakan tartazine CI

19140. Tartazine CI 19140 merupakan pewarna makanan yang

berbentuk tepung dengan warna kuning jingga yang digunakan sebagai

pewarna sintetik pada proses pembuatan mie. Tartazine CI 19140

mudah larut dalam air dengan larutan yang dihasilkan adalah warna

kuning keemasan (Winarno, 1984).

Perbedaan warna pada mie yang dihasilkan ternyata tidak

sepenuhnya dipengaruhi oleh bahan tepung terigu maupun perbedaan

pengenyal yang digunakan. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan

adanya penggunaan tepung tabur setelah mie dicetak dengan pencetak

mie yang berbeda jumlahnya, sehingga jika penggunaan tepung tabur

terlalu banyak atau terlalu sedikit akan mempengaruhi terhadap warna

mie yang dihasilkan.

• Rasa

45

Page 46: 96179078-Laporan-legum

Untuk parameter rasa, pengamatan menunjukkan hasil yang bervariasi.

Mie dengan bahan dasar tepung terigu kunci biru dan segitiga biru +

STTP rasanya netral, kemudian untuk cakra kembar + STTP dan

segitiga biru + soda abu rasanya kurang disukai panelis, dan yang paling

tidak disukai yakni cakra kembar + soda abu. Adanya variasi hasil

penilaian panelis terhadap atribut rasa ini karena pada proses pembuatan

mie dilakukan oleh masing – masing kelompok, dimana hal ini akan

sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan, dan sulit untuk

dibandingkan, selain itu juga karena kesukaan panelis terhadap mie

bersifat subjektif.

• Bau

Dari pengamatan bau, pada umumnya panelis tidak suka dengan

bau mie dengan berbagai variasi tersebut. Hanya pada mie yang berasal

dari tepung terigu segitiga biru dan pengenyal soda abu memiliki aroma

yang paling baik, dan disusul mie dari bahan kunci biru dan soda abu,

Hal ini karena sifat dari bahan baku yang digunakan baik dari tepung

terigu maupun soda abu sebagai bahan pengenyal.

Setelah proses pendinginan dalam pembuatan mie juga

ditambahkan minyak goreng. Minyak goreng yang digunakan sudah

agak rancid sehingga mempengaruhi aroma dari mie yang dihasilkan,

sedangkan minyak goreng yang ditambahkan jumlahnya berbeda-beda

antar kelompok. Jadi tiap sample mie memiliki kandungan minyak

goreng yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi aroma mie

tersebut.

Dari pembahasan dapat diuraikan bahwa variasi tepung terigu

yang digunakan dalam pembuatan mie tidak berpengaruh terhadap

aroma mie yang dihasilkan. Sedang penambahan variasi bahan

pengenyal mempengaruhi penerimaan bau mie pada panelis, bahan

pengenyal yang baik yang dapat menghasilkan bau yang baik adalah

dari soda abu.

• Kekenyalan

46

Page 47: 96179078-Laporan-legum

Pada penilaian terhadap atribut kekenyalan, tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan, pada umumnya disukai. Namun hanya pada

mie dengan bahan dasar tepung terigu cakra kembar + STTP yang

kurang disukai panelis. Jenis tepung terigu yang digunakan untuk

pembuatan mie tidak mempengaruhi banyak terhadap kekenyalan mie,

akan tetapi lebih pada peran bahan pengenyal yakni STTP dan soda abu.

Bahan pengenyal soda abu lebih menghasilkan kekenyalan mie yang

lebih disukai panelis, terutama pada tepung terigu segitiga biru.

• Elastisitas

Dari pengamatan elastisitas mie, menunjukkan nilai yang berbeda

– beda, hal ini mungkin disebabkan daya ikat air oleh masing – masing

mie berbeda sesuai jenis bahan dasarnya, sehingga mempengaruhi

tekstur dan elastisitas mie yang dihasilkan. Air yang ditambahkan dalam

pembuatan mie berfungsi sebagai media reaksi pada tepung terigu, yang

akan membentuk sifat kenyal pada gluten. Air yang digunakan

sebaiknya memiliki pH antara 6-9, makin tinggi pH pada air maka mie

yang dihasilkan tidak mudah patah (Astawan 1999).

Penambahan STPP (Sodium Try PolyPhospat) berfungsi untuk

meningkatkan elastisitas mie. BTM ini bersifat emulsifier sekaligus

sebagai pemantap. STPP ini ditambahkan dalam adonan mie sebagai

bahan pengikat air, agar air dalam adonan tidak mengalami kekeringan

dipermukaan, sebelum proses pembentukan lembaran adonan mie dalam

pembuatan mie penambahan sodium carbonat berfungsi untuk

meningkatkan kehalusan tekstur mie, meningkatkan elastisitas dan

fleksibilitas mie serta meningkatkan sifat kenyal (Astawan, 1999).

Mie yang berasal dari tepung segitiga biru memiliki elastisitas

yang paling disukai, sedang cakra kembar + STTP tidak disukai. Dari

uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa variasi penggunaan tepung

terigu dan bahan pengenyal tidak berpengaruh nyata terhadap daya

elastisitas mie yang dihasilkan. Hal ini karena oleh ada perbedaan pada

47

Page 48: 96179078-Laporan-legum

waktu proses perebusan yang berpengaruh terhadap elastisitas masing-

masing mie yang dihasilkan.

V. Kesimpulan

Dari praktikum pembuatan mie basah dapat disimpulkan bahwa :

a) Mie merupakan bahan pangan yang berbentuk pilinan memanjang

yang dibuat dengan bahan baku terigu.

b) Soda abu dan STPP merupakan bahan pengenyal dalam pembuatan

mie basah.

c) Pada atribut warna pada umumnya disukai, kecuali pada mie

dengan bahan baku tepung cakra kembar.

d) Pada atribut rasa menunjukkan nilai yang bervariasi, dalam hal ini

yang lebih berpengaruh adalah factor jenis tepung terigunya, dimana jenis

kunci biru lebih disukai panelis, sedangkan yang lainnya kurang disukai.

e) Variasi tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan mie

berpengaruh terhadap bau mie yang dihasilkan, yang paling disukai adalah

segitiga biru.

f) Variasi penggunaan tepung terigu dan bahan pengenyal tidak

berpengaruh nyata terhadap kekenyalan dan elastisitas mie yang dihasilkan.

48

Page 49: 96179078-Laporan-legum

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Boraks. http//www.pu. go. id. Diakses pada tanggal 14 januari 2008, pukul 13.00 WIB.

Anonim. 2006. info-bahan-macam-macam-tepung. http://ncc.blogsome.com. Diakses pada tanggal 17 Desember 2007. Pukul 14.23 WIB.

Anonim. 2007. Mie Instant. http://www.pintunet.com. Diakses pada Selasa, 26 Juni 2007. Pukul 23.43 WIB.

Astawan, Made. 1999. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta.

Beans, M.M.; C.C. Nimmo; J.G. Fallington; D.M Keagy and D.K. Mecham. 1974. Effect of amylase, protease, salt and pH on Noodle Dough. Cereal Chemistry 51:427-433.

Kent-Jones, D.W. and A.J. Ames. 1967. Modern Cereal Chemistry. Food Trade Press Inc., London.

Kruger, James E.; Robert B. Matsuo; Joel W. Dick. 1996. Pasta and noodle technology. American Association of Cereal Chemistry, Inc. Minnesota, USA.

Nurmala, Wiyono Tati. 1980. Budidaya Tanaman Gandum (Triticum spp). PT Karya Nusantara. Jakarta

Oh, N.H.; P.A. Seib; C.W. Deyoe and A.B. Ward. 1983. Measuring the Texural Characteristic of Cooked Noodles. Cereal Chemistry 60:433-437.

Oda, M. , 1989. Noodle Book (in Japanese) Food in Rho, K.I., Scib, P.A., Chung, O.K. 1988. Noodles VII. Investigating the Surface Elenviess of Cooked Oriental dry Noodles Made from Hard Wheat Flours. Cereal Chemistry 65 (4) : 320-326.

Sunaryo, E., 1985. Pengolahan Produk Serealia dan Biji-bijian dalam Sosiawan, A., 1996. Penambahan Rumput Laut Turbinaria sp dan Sargussum sp untuk meningkatkan p zodium Mie Basah. Skripsi Fakultas TP, UGM, Yogyakarta.

Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan gizi.PT. gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno, F.G. http://www.pintunet.com/pintunet . Diakses pada Selasa, 26 Juni 2007. Pukul 23.43 WIB.

49