31
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK I PERCOBAAN I KELARUTAN INTRINSIK OBAT OLEH NAMA : NURRAMADHANI.A.SIDA STAMBUK : F1F1 11 114 KELOMPOK : V KELAS : FARM’A NAMA ASISTEN : DIAN PERMANA, S.Si JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012

98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMASI FISIK I

PERCOBAAN I

KELARUTAN INTRINSIK OBAT

OLEH

NAMA : NURRAMADHANI.A.SIDA

STAMBUK : F1F1 11 114

KELOMPOK : V

KELAS : FARM’A

NAMA ASISTEN : DIAN PERMANA, S.Si

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2012

Page 2: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

A. Tujuan

Adapun tujuan diadakannya praktikum ini, yaitu :

Memperkenalkan konsep dan proses pendukung system kelarutan obat dan

menentukan parameter kelarutan zat.

B. Tinjauan Pustaka

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair yang

mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air,

yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan

kedalam golongan produk lainnya (Efendi,2003).

Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau

lebih yang terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat

bervariasi. Disebut homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam (satu fasa)

sehingga tidak dapat diamati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun

dengan mikroskop ultra. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu

dapat diamati antara fase-fase yang terpisah (Koesman, 2007).

Dalam istilah kimia fisik, larutan dapat disiapkan dari campuran yang mana

saja dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas. Misalnya suatu zat terlarut

padat dapat dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas, dengan cara

yang sama untuk zat terlarut dan gas, ada 9 tipe campuran homogen yang mungkin

dibuat (Ansel, 2005).

Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu

yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah

terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogeni. Suatu larutan dikatakan

jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase solute dan fase solven dalam larutan

yang bersangkutan. Kelarutan dapat diungkapkan melalui banyak cara antara lain

dengan menyatakan jumlah pelarut (dalam ml) yang dibutuhkan untuk setiap gram

Page 3: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

solute, dengan pendekatan berupa perbandingan, missal : 1 bagian solute dapat larut

dalam 100-1000 bagian solven disebut sukar larut, fraksi mol dan molar (Anonim,

2012).

Pada literatur lain kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam

suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen

bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan

padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya

gelas, pembentukan kristal campuran) (R. Voight,1994).

Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like

dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan,

yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang

dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan

van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain (Anonim, 2012). Kelarutan

suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan

yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu

tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini

disebut larutan jenuh (Efendi, 2003).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:

1. pH

2. Temperatur

3. Jenis pelarut

4. Bentuk dan ukuran partikel

5. Konstanta dielektrik pelarut

6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-

lain (Tim asisten., 2008).

Kelarutan gas dalam cairan dipengaruhi tekanan, suhu, salting out, dan reaksi

kimia, sedangkan perhitungan kelarutan dapat dilakukan menurut hukum henry

(tetapan) maupun koefisien absorpsi Bunsen. Kelarutan cairan dalam cairan dapat

Page 4: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

digolongan menjadi dua atas dasar ada tidaknya penyimpangan terhadap hukum

Raoult. Disebut larutan ideal (larutan nyata = real solution) apabila tidak ada

penyimpangan terhadap hukum raoult dan disebut larutan non ideal apabila ada

penyimpangan.

Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan masalah yang paling kompleks

tapi paling banyak dijumpai dalam kefarmasian. Asumsi dasar untuk kelarutan zat

padat dalam (sebagai) larutan ideal adalah tergantung pada suhu percobaan (proses

larut), suhu (titik) lebur solute, dan beda entalpi peleburan molar solute (yang

dianggap sama dengan panas pelarutan molar solute) (Anonim, 2012).

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu oleh

momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lainnya.

Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alcohol dalam segala perbanding an dengan

melarutkan gula dan senyawa polihidroksi lain (R. Voight, 1994).

Jenis-jenis pelarut yang biasanya digunakan untuk melarutkan antara lain

a) Pelarut Polar

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari

pelarut, yaitu momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik

dan zat polar lain. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam

segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi lain.

Air melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton amina dan senyawa lain

yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan

hidrogen dalam air.

b) Pelarut non polar

Aksi pelarut dari cairan non polar seperti hidrokarbon berbeda

dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik

menarik antara ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik

pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan

kovalen dan elektrolit dan berionisasi lemah karena pelarut non polar

Page 5: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh

karena itu, zat terlarut ionik dan polar tidak dapat larut atau hanya dapat

larut sedikit dalam pelarut non polar.

Tetapi senyawa non polar dapat melarutkan zat terlarut non polar

dengan tekanan yang sama melalui interaksi dipol induksi. Molekul zat

terlarut tetap berada dalam larutan dengan adanya sejenis gaya van der

waals – London lemah. Maka, minyak dan lemak larut dalam karbon

tetraklorida, benzena dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak

larut dalam pelarut non polar.

c) Pelarut Semipolar

Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi

suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar, sehingga

menjadi dapat larut dalam alkohol, contoh : benzena yang mudah dapat

dipolarisasikan kenyataannya senyawa semipolar dapat bertindak sebagai

pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan

non polar (Anonim, 2011).

Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.

Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat

melarutkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya.

Besarnya tetapan dielektrik ini menurut moore dapat diatur dengan penambahan

pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran pelarut merupakan hasil penjumlahan

dari tetapan dielektrik masing-masing yang sudah dikalikan dengan %

volume masing-masing komponen pelarut. Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam

pelarut campuran dibandingkan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan

istilah co-solvency dan pelarut yang mana dalam bentuk campuran dapat menaikkan

kelarutan suatu zat disebut co-solvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah co-

solvent yang umum digunakan dalam bidang farmasi untukpembuatan eliksir. (Ansel,

2005)

Page 6: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

Salisilat termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid ( AINS).

Mekanisme kerja adalah menghambat sintesis Prostaglan-din dengan menghambat

kerja enzim siklooksigenase pada pusat termoregulator di hipothalamus dan perifer.

Salisilat sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Salisilat digunakan sebagai analgetik,

antipiretik, anti inflamasi, anti fungi (Darsono, Lusiana. 2002).

Untuk mengetahui efektifitas kelarutan obat di dalam tubuh, salah satu cara

yang digunakan adalah uji disolusi. Waktu kelarutan obat dalam tubuh sangat erat

hubungannya dengan efektifitas obat tersebut untuk menghilangkan rasa sakit. Waktu

kelarutan obat pada uji disolusi dianggap sebagai waktu kelarutan obat didalam

tubuh. Semakin cepat larut suatu obat maka semakin efektif obat tersebut bekerja

(Rachdiati, henny. 2008).

Page 7: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu :

- Tabung reaksi 7 buah

- Corong 1 buah

- Statif dan kleim 1 buah

- Erlenmeyer 1 buah

- Pipet tetes 10 ml 1 buah

- Filler 1 buah

- Buret 1 buah

- Kerts saring 7 buah

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu :

- Aquades

- Etanol 95%

- Indokator fenolftalein

- Asam salisilat 7 gram

- NaOH 0,1 N

- Propylengglikol

Page 8: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

Aquades 6 ml

Tabung 1,2,3,4,5,6,7

Larutan asam salisilat

Tabung 1,2,3,4,5,6,7

D. Prosedur Kerja

Ditambah ethanol tabung 1 (0ml), tabung 2

(0,5ml), tabung 3 (1ml), tabung 4 (1,5ml),

tabung 5 (3ml), tabung 6 (3,5ml), tabung 7

(4ml).

Ditambah p.glikol tabung 1 (4ml), tabung 2

(3,5ml), tabung 3 (3ml), tabung 4 (1,5ml),

tabung 5 (1ml), tabung 6 (0,5ml), tabung 7

(0ml).

Dimasukkan asam salisilat.

Digocok secara bersamaan selama 30 menit.

Disaring untuk mengambil larutan asam

salisilat yang larut.

Dititrasi dengan NaOH dengan indikator

fenolftalein.

Konsentrasi asam salisilat yang larut

Page 9: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

E. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabung Volume (ml) Asam salislat Volume NaOH

aquades ethanol P.glykol

1 6 0 4 1 1,2

2 6 0,5 3,5 1 3,6

3 6 1 3 1 6,8

4 6 1,5 1,5 1 0,3

5 6 3 1 1 1,9

6 6 3,5 0,5 1 3,9

7 6 4 0 1 2,0

2. Perhitungan

a. Molaritas NaOH

Dik : N NaOH = 0,1 N

Dit : M NaOH.. ??

Penyelesaian :

Page 10: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

b. Kadar asam asalisilat

- Tabung 1 :

Dik :

V NaOH = 1,2 ml

V Asam salisilat = 5 ml

M NaOH = 0,1 M

Dit : M Asam salisilat..??

Penyelesaian :

konsentrasi asam salisilat adalah 0,024 M

- Tabung 2

Dik :

V NaOH = 3,6 ml

V asam salisilat = 5 ml

M NaOH = 0,1 M

Dit : M asam salisilat..??

Penyelesaian :

konsentrasi asam salisilat adalah 0,072 M

Page 11: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

- Tabung 3

Dik :

V NaOH = 6,8 ml

V asam salisilat = 5 ml

M NaOH = 0,1 M

Dit : M asam salisilat..??

Penyelesaian :

konsentrasi asam salisilat adalah 0,136 M

- Tabung 4

Dik :

V NaOH = 0,3 ml

V asam salisilat = 5 ml

M NaOH = 0,1 M

Dit : M asam salisilat.??

Penyelesaian :

konsentrasi asam salisilat adalah 0,006 M

Page 12: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

- Tabung 5

Dik :

V NaOH = 1,9 ml

V asam salisilat = 5 ml

M NaOH = 0,1 M

Dit : M asam salisilat ..??

Penyelesaian :

konsentrasi asam salisilat adalah 0,038 M

- Tabung 6

Dik :

V NaOH = 3,9 ml

V asam salisilat = 5 ml

M NaOH = 0,1 M

Dit : M asam salisilat..??

Penyelesaian :

konsentrasi asam salisilat adalah 0,078 M

Page 13: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

- Tabung 7

Dik :

V NaOH = 2 ml

V asam salisilat = 5 ml

M NaOH = 0,1 M

Dit : M asam salisilat..??

Penyelesaian :

konsentrasi asam salisilat adalah 0,04 M

c. Konstanta Dielektik ( ) masing-masing pelarut dalam pelarut campuran.

- air dalam pelarut campuran

Tabung 1-7

Dik :

air = 80, 4

V air = 60 (%V/V)

Dit : air dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Page 14: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

- etanol dalam pelarut campuran

Tabung I

Dik :

etanol = 25, 7

V etanol = 0 (%V/V)

Dit : etanol dalam pelarut campuran

Penyelesaian :

Tabung II

Dik :

etanol = 25, 7

V etanol = 5 (%V/V)

Dit : etanol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Tabung III

Dik :

etanol = 25, 7

V etanol = 10 (%V/V)

Dit : etanol dalam pelarut campuran …?

Page 15: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

Penyelesaian :

Tabung 4

Dik :

etanol = 25, 7

V etanol = 15 (%V/V)

Dit : etanol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Tabung 5

Dik :

etanol = 25, 7

V etanol = 30 (%V/V)

Dit : etanol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Page 16: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

Tabung 6

Dik :

etanol = 25, 7

V etanol = 35 (%V/V)

Dit : etanol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Tabung 7

Dik :

etanol = 25, 7

V etanol = 40 (%V/V)

Dit : etanol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

- Propylengglycol dalam pelarut campuran

Tabung 1

Dik :

propylengglikol = 50

V etanol = 40 (%V/V)

Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Page 17: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

Tabung 2

Dik :

propylengglikol = 50

V etanol = 35 (%V/V)

Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Tabung 3

Dik :

propylengglikol = 50

V etanol = 30 (%V/V)

Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Page 18: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

Tabung 4

Dik :

propylengglikol = 50

V etanol = 30 (%V/V)

Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Tabung 5

Dik :

propylengglikol = 50

V etanol = 10 (%V/V)

Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Tabung 6

Dik :

propylengglikol = 50

V etanol = 5 (%V/V)

Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?

Page 19: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

Penyelesaian :

Tabung 7

Dik :

propylengglikol = 50

V etanol = 0 (%V/V)

Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?

Penyelesaian :

Page 20: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

3. Kurva

Hubungan antara konsentrasi asam salisilat dan konstanta dielektrik pelarut

campur :

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

58 60 62 64 66 68 70

M

asam

sal

isila

t

ε pelarut campur

Page 21: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

F. Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan uji kelarutan asam salisilat yang merupakan

bahan obat fungi pada pelarut campur pelarut campur ini terdiri dari etanol

sebagai turunan dari alcohol, aquades, dan propilenglikol. bila ditinjau dari

kemampuan melarutkannya air merupakan pelarut polar, etanol adalah pelarut

semi polar dan propylengglikol merupakan pelarut non polar. Pada literatur

prinsip kelarutan like dissolved like menyatakan suatu zat hanya dapat larut dalam

pelarut yang sejenis dengannya, tentu saja dalam hal ini yang polar hanya akan

larut dalam pelarut polar, yang semi polar juga hanya akan larut pada pelarut semi

polar, dan zat yang non polar akan larut pada pelarut non polar. Asam salisilat

dengan rumus struktur yang terdiri dari gugus OH dan gugus benzen, membuat

asam salisilat menjadi zat yang bersifat semipolar, ditandai dengan gugus OH

sebagai penanda polar dan gugus benzen sebagai penanda non polar, sehingga

asam salisilat hanya akan larut sempurna pada pelarut semi polar, dalam hal ini

etanol.

Percobaan ini diawali dengan pembuatan pelarut campur. Aquades

diberikan perlakukan yang sama yaitu dipipet sebanyak 6 ml untuk setiap tabung

reaksi, lalu dimasukkan etanol yang dibedakan volumenya pada setiap tabung

dan begitu pula dengan propylengglikol. Pada tabung pertama tidak diberikan

etanol dan pada tabung ke tujuh tidak diberikan prolyengglikol. Setelah pelarut

campur telah disatukan dalam tabung, asam salisilat dimasukan kedalam tabung

Page 22: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

tersebut. setiap tabung diisi 1 gr asam salisilat. Setelah asam salisilat dimasukan,

pelarut dan asam salisilat digojok selama 30 menit didalam tabung reaksi.

Pengojokan selama 30 menit ini adalah cara untuk membantu asam salisilat larut

dalam pelarut campur ini. Setelah 30 menit penggojokan, tidak banyak perubahan

yang dapat terlihat dari larutan hasil penggojokan, hanya larutan keruh dan

sejumlah asam salisilat yang tertinggal dibawah permukaan tabung.

Langkah selanjutnya, larutan dipisahkan dari sisa asam salisilat yang

tertinggal dengan cara disaring dan larutan dimasukan kedalam erlenmeyer untuk

selanjutnya di berikan beberapa tetes indicator fenolftalein dan dititrasi dengan

NaOH. Bila dilihat pada hasil percobaan pada volume NaOH yang dibutuhkan

untuk mencapai titik akhir titrasi atau sampai terjadinya perubahan warna setiap

tabung berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena diberikan variasi volume etanol

dan propylengglikol pada setiap tabung. Banyak sedikitnya NaOH yang

dibutuhkan untuk mencapai batas titrasi dipengaruhi oleh kelarutan asam salisilat

dengan pelarut campurnya. Pada tabung 1 dan tabung 7 contohnya, tabung 1 tidak

diberikan etanol sehingga asam salisilat tidak larut pada pelarut apapun, karena

asam salisilat hanya dapat larut pada pelarut semi polar saja, sehingga ketika

dilakukan penyaringan seluruh asam salisilat ikut tersaring dengan kata lain pada

proses titrasi hanya terjadi pada larutan propilenglikol, air dan NaOH saja

sehingga volume NaOH yang dibutuhkan pun lebih sedikit dibandingkan dengan

tabung 7. Pada tabung 7, dimasukan 4 ml etanol dan 0 ml propylenglikol.

Banyaknya volume etanol dalam pelarut campur tersebut membuat konstanta

Page 23: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

dielektrik menjadi rendah, dengan rendahnya konstanta dielektrik membuat

kelarutan asam salisilat menjadi tinggi. Larutnya asam salisilat dalam pelarut

membuat NaOH untuk memutuskan ikatan membutuhkan waktu yang lama dan

volume yang digunakan pun lebih banyak. Namun bila ditinjau pada hasil yang

diperoleh dari praktikum ini, volume NaOH yang tertinggi terjadi pada larutan

tabung 3, yang seharusnya terjadi pada tabung 7. Begitu juga dengan volume

NaOH yang terendah terjadi pada larutan tabung 4 yang seharusnya terjadi pada

tabung 1. Hal ini mungkin terjadi karena kelalaian pada saat praktikum.

Page 24: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

G. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu :

Kelarutan adalah jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang

menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadi

dan membentuk dispersi molekuler yang homogeni. suatu zat hanya dapat larut pada

pelarut yang sejenis dengan zat tersebut, konsep ini dikenal dengan prinsip like

dissolves like. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh jenis pelarut dan konstanta

dielektrik, dimana konstanta dielektik berbanding terbalik dengan kelarutan suatu zat.

Bila konstanta dielektriknya besar, maka kelarutannya kecil, begitupun sebaliknya.

Page 25: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat

Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik I. Universitas Haluoleo. Kendari.

Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Darsono, Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan

Parasetamol, Vol. 2, No. 1.

Drs. M. Idris Effendi. 2003. Materi Kuliah Farmasi Fisika. Jurusan farmasi

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Koesman, Rachmat, dkk. 2007. Bahan Ajar Kimia Fisika. Universitas Muslim

Indonesia. Makassar.

Rachdiaty, henny. 2008. Jurnal kimia. Penentuan waktu kelarutan parasetamol

pada uji disolusi. Vol.8, No. 1 (1-2).

R. Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima, Penerbit Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

Tim asisten. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan farmasi Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Page 26: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat
Page 27: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat
Page 28: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat
Page 29: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat
Page 30: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat
Page 31: 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat