192

Click here to load reader

98533-SITI MAHMUDAH-FITK skripsi.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN METODE EKSPOSITORI PADA KONSEP EKOSISTEM

    TERINTEGRASI NILAI (Penelitian Quasi Eksperimen di MA At-Taqwa Tangerang)

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    SITI MAHMUDAH NIM : 104016100419

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2010 M

  • LEMBAR PENGESAHAN

    PROPOSAL SKRIPSI

    PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)

    HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA KONSEP EKOSISTEM YANG BERNUANSA NILAI

    Oleh

    SITI MAHMUDAH

    NIM: 104016100419

    Mengetahui,

    Dosen Pembimbing

    Dr. Zulfiani NIP.150368741

    Disahkan Oleh:

    Ketua Jurusan

    Ir.Mahmud M. Siregar, M.Si

    NIP: 150222933

  • LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA ANTARA

    PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN METODE EKSPOSITORI

    PADA KONSEP EKOSISTEM TERINTEGRASI NILAI. (Quasi Eksperimen di MA

    At-Taqwa Tangerang) diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta pada, 29 Maret 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis

    berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

    Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Biologi.

    Jakarta, 29 Maret 2010

    Panitia Ujian Munaqasyah

    Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)

    Baiq Hana Susanti, M.Sc ............ ............ NIP. 150 299 933

    Sekertaris (Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA)

    Nengsih Juanengsih, M.Pd ........... ............ NIP. 19790510 200604 2001

    Penguji I Prof. Dr. Zurinal Z ............ ............ NIP. 150 170 330

    Penguji II

    Baiq Hana Susanti, M.Sc ............ ............ NIP. 150 222 933

    Mengetahui :

    Dekan,

    Prof. Dr. Dede. Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003

  • ABSTRACT

    Siti Mahmudah, The Different of Result Learn Biology between Cooperative Learning Type STAD (Student Team Achievement Division) and Expository Method (Quasi Experiment in MA At-Taqwa Tangerang). Majors Education of Natural Sciences, Biology Program Study Education, Faculty Science Tarbiyah and Teachership, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. This research aim to know which one better of result learn biology cooperative learning type Student Team Achievement Division or expository method and how are the students respon in ecosystem concept value. This research held in MA At-Taqwa Tangerang. Taking samples were done by using random sampling technique. Sample research amount to 52 students of X class, which is divided two group, that is X-c class student as a experiment group and X-b class student as a group control. Hypothesis that raised is null hypothesis ( Ho) which is not different of result learn biology between cooperative learning type Student Team Achievement Division and expository method in ecosystem concepts value and alternative hypothesis ( Ha) that is different of result learn biology between cooperative learning type Student Team Achievement Division and expository method in ecosystem concepts value in ecosystem concepts value. Data analysis use uji-t ( t-test ). In this research are obtained ( t-count ) equal to 3,77, with 5% signification level and degree of freedom (db) equal to 50 obtained (t-table) equal to 2,00. The result is ( t-count ) bigger than (t-table) ( 3,77 > 2,00). It means null hypothesis ( Ho) is refused and alternative hypothesis (Ha) is accepted expressing there are different of result learn biology between cooperative learning type Student Team Achievement Division and expository method in ecosystem concepts value in ecosystem conceptss value. The result of this research, result learn biology of cooperative learning type Student Team Achievement Division better than result learn biology of expository method in ecosystem conceptss value. Keyword: cooperative learning, STAD (Student Team Achievement Division), expository method, result learn, and value

    i

  • ii

    ABSTRAK

    Siti Mahmudah, Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa antara Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Dengan Metode Ekspositori Pada Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai (Quasi Eksperimen di MA At-Taqwa Tangerang). Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manakah hasil belajar biologi yang lebih tinggi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode ekspositori. Penelitian ini di laksanakan di MA At-Taqwa Tangerang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Sampel penelitian berjumlah 52 siswa kelas X, yang terbagi dua menjadi dua kelompok, yaitu siswa kelas X-c sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas X-b sebagai kelompok kontrol. Hipotesis yang diajukan adalah hipotesis nihil (Ho) yaitu tidak terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem yang terintegrasi nilai dan hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem yang terintegrasi nilai. Analisis data menggunakan uji-t. Dalam penelitian ini diperoleh t-hitung sebesar 3,77, dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db) sebesar 50 diperoleh t-tabel sebesar 2,00. Dengan demikian t-hitung lebih besar dibandingkan t-tabel (3,77 > 2,00). Hal ini berarti hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem yang terintegrasi nilai. Maka kesimpulan penelitian ini adalah hasil belajar biologi yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi menggunakan metode ekspositori pada konsep ekosistem yang terintegrasi nilai. Kata kunci: pembelajaran kooperatif, STAD (Student Team Achievement Division), metode ekspositori, hasil belajar, dan nilai .

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Assalamualaikum Warohmatullahi.Wabarokatuh.

    Segala puji bagi Allah, dengan rahmat dan hidayah-Nya yang selalu

    tercurah kepada seluruh hamba-Nya. Penulis senantiasa memanjatkan puji syukur

    kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga skripsi ini

    dapat terselesaikan. Salawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita

    Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengarahkan umatnya kepada jalan

    kebenaran dan untuk menuju cahaya kemulyaan.

    Skripsi yang berjudul Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa antara

    Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD (Student Team

    Achievement Division) dengan Metode Ekspositori pada Konsep Ekosistem

    Terintegrasi Nilai ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk mendapat

    gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) .

    Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai

    pihak yang telah mendukung dan membantu atas terselesainya skripsi ini, orang-

    orang tersebut adalah :

    1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA.

    3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA.

    4. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, selaku Pembimbing yang telah memberikan masukan

    serta bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    5. Bapak dan Ibu terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, serta kasih

    sayangnya yang telah diberikan selama ini serta kakak-kakak dan adik-adikku

    yang selalu memberikan bantuan, semangat dan perhatiannya selama ini.

    iii

  • 6. Seluruh dosen pengajar Program Studi Pendidikan IPA Biologi.

    7. Bapak Drs. Anto Supriyatno selaku Kepala Sekolah MA At-Taqwa

    Tangerang.

    8. Guru dan staf di MA At-Taqwa Tangerang khususnya untuk Ibu Qurrata

    Ayun S.Si selaku guru biologi terima kasih atas bantuannya selama ini.

    9. Segenap pimpinan dan karyawan/karyawati perpustakaan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    10. Teman-teman terbaikku: Huda, Siti Aflaha, Fitri, Yanti, Iis, Yuyun, Sri, Mila

    yang selalu memberikan masukan dan motivasi serta teman-teman Jurusan

    IPA angkatan 2003 dan 2004 yang tidak dapat disebutkan namanya satu

    persatu.

    11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

    adanya keterbatasan kemampuan penulis sehingga diperlukan proses belajar yang

    lebih baik lagi, namun penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak

    yang terkait.

    Jakarta, November 2009

    Penulis

    iv

  • v

    Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep Ekosistem

    No. Indikator Ranah Kognitif % C1 C2 C3 1.

    Menjelaskan tingkatan-tingkatan organisasi dalam ekosistem. 1** 2*, 0 2 4%

    2. Menyebutkan contoh populasi, komunitas, dan ekosistem 0 13*, 47* 11* 3 6%

    3. Mengidentifikasi peran dan fungsi komponen-komponen penyusun ekosistem.

    3*, 42** 0 0 2 4%

    4. Menyebutkan peranan komponen biotik dalam ekosistem 6 0 0 1 2%

    5. Menyebutkan fungsi komponen ekosistem

    8*, 12, 34*

    9, 32*, 33, 40* 7, 23* 9 18%

    6. Membedakan organisme autotrof dan heterotrof dalam ekosistem. 0 10 0 1 2%

    7. Menjelaskan aliran energi, rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan siklus biogeokimia dalam ekosistem.

    5*, 31, 45, 26*,

    4*, 14*18, 20, 21, 46, 48*, 49,

    17*, 19,

    22, 50

    16 32%

    8. Menjelaskan interaksi antarkomponen dalam ekosistem. 25** 36** 0 2 4%

    9. Memberi contoh interaksi antarkomponen ekosistem. 35**,

    41*, 43**, 44* 0 4 8%

    10. Mendeskripsikan dengan contoh peristiwa suksesi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    29, 30** 16**, 15, 27,

    28** 6 12%

    11. Menyebutkan tipe-tipe ekosistem. 24, 37*, 38*, 39 0 4 8%

    Keterangan: *valid **validasi konten

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK ............................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 7

    C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 7

    D. Perumusan Masalah ......................................................................... 7

    E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

    F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

    HIPOTESIS ......................................................................................... 9

    A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 9

    1. Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Konstruktivisme ............ 9

    a. Konstruktivisme .................................................................... 9

    b. Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPA ........... 13

    c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................................. 21

    d. Metode Ekspositori ............................................................. 24

    e. Pembelajaran IPA dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe

    STAD dan Metode Ekspositori .......................................... 26

    2. Nilai-nilai Sains ....................................................................... 26

    a. Pengertian Nilai .................................................................. 26

    b. Nilai Sains .......................................................................... 28

    3. Hasil Belajar Biologi ............................................................... 30

    a. Pengertian Belajar .............................................................. 30

    v

  • b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar......................... 32

    c. Hasil Belajar ....................................................................... 34

    d. Konsep Ekosistem .............................................................. 36

    B. Keterkaitan Konsep Ekosistem dengan Nilai dalam Sains ........... 37

    C. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 41

    D. Kerangka Pikir .............................................................................. 42

    E. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 44

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 45

    A. Tujuan Penelitian .......................................................................... 45

    B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 45

    C. Metode Penelitian ......................................................................... 45

    D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 46

    E. Variabel Penelitian ........................................................................ 46

    F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 47

    G. Instrumen Penelitian ..................................................................... 48

    1. Tes Kognitif .......................................................................... 48

    2. Angket/Kuesioner .................................................................. 49

    H. Kalibrasi Instrumen ....................................................................... 49

    1. Uji Validitas ........................................................................... 50

    2. Uji Reliabilitas ....................................................................... 51

    3. Tingkat Kesukaran ................................................................. 52

    4. Daya Pembeda Soal ............................................................... 53

    I. Teknik Analisis Data ..................................................................... 53

    1. Analisis Data Kuantitatif ........................................................ 53

    a. Uji Normalitas ................................................................. 53

    b. Uji Homogenitas .............................................................. 53

    2. Analisis Data Kualitatif .......................................................... 55

    J. Hipotesis Statistik ......................................................................... 55

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 56

    A. Hasil Penelitian .............................................................................. 56

    1. Hasil Pre Test .......................................................................... 56

    vi

  • a. Kelas Eksperimen ............................................................ 56

    b. Kelas Kontrol ................................................................... 56

    2. Hasil Post Test ........................................................................ 56

    a. Kelas Eksperimen ............................................................ 56

    b. Kelas Kontrol ................................................................... 57

    B. Pengujian Prasyarat Analisis ........................................................... 57

    1. Uji Normalitas Data ................................................................. 57

    a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen ................................... 57

    b. Uji Normalitas Kelas Kontrol .......................................... 58

    2. Uji Homogenitas Data ............................................................. 58

    a. Uji Homogenitas Kelas Eksperimen ............................... 58

    b. Uji Homogenitas Kelas Kontrol ....................................... 58

    C. Analisis Data ................................................................................... 59

    1. Uji-t (t-test) ............................................................................... 59

    2. Uji Hipotesis Statistik ............................................................... 60

    3. Respons Siswa Terhadap Pembelajaran yang Bernuansa Nilai

    Religi dan Nilai Praktis ............................................................. 60

    D. Pembahasan ..................................................................................... 61

    1. Hasil Belajar Biologi Siswa ..................................................... 61

    2. Respons Siswa terhadap Pembelajaran bernuansa Nilai .......... 63

    3. Keterbatasan dalam Penelitian ................................................. 64

    BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 66

    A. Kesimpulan .................................................................................... 66

    B. Saran................................................................................................ 66

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 70

    vii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbandingan antara Pembelajaran Kooperatif dan Metode

    Pembelajaran Konvensional ........................................................... 18

    Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 20

    Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...................... 23

    Tabel 3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 46

    Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Ekosistem yang bernuansa Nilai Religi dan Praktis

    ............................................................................................................................... 49

    Tabel 3.3 Derajat Validiasi Soal ........................................................................... 51

    Tabel 3.4 Derajat Reliabilitas Soal ....................................................................... 52

    Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran ................................................................................ 53

    Tabel 4.1 Tabel Skor Pre Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................ 56

    Tabel 4.2 Tabel Skor Post Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................... 57

    Tabel 4.3 Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Liliefors ................................. 58

    Tabel 4.4 Hasil Pemgujian Homogenitas dengan Uji Fisher ................................ 59

    Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Kuesioner ................................................................. 60

    viii

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ...................................................................... 44

    ix

  • DAFTAR LAMPIRAN

    1. Silabus ............................................................................................................ 71

    2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ................. 74

    3. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ........................ 80

    4. Tes Hasil Belajar ............................................................................................ 86

    5. Kunci Jawaban ................................................................................................ 89

    6. Kisi-kisi Penguasaan Konsep Ekosistem ........................................................ 90

    7. Pembagian Kelompok STAD (Student Team Achievement Division) .......... 99

    8. Lembar Kerja Siswa ..................................................................................... 100

    9. Tes Individu .................................................................................................. 104

    10. Angket Respons Siswa terhadap Pembelajaran Ekosistem Bernuansa Nilai 106

    11. Kisi-kisi Angket Pembelajaran Ekosistem Bernuansa Nilai ......................... 109

    12. Daya Pembeda Uji Coba dengan ANATES .................................................. 112

    13. Tingkat Kesukaran Uji Coba dengan ANATES ........................................... 113

    14. Korelasi Butir dan Skor Total dengan ANATES .......................................... 114

    15. Reliabilitas Uji Coba dengan ANATES ........................................................ 115

    16. Rekap Analisis Butir dengan ANATES ........................................................ 116

    17. Tabel. Data Skor Hasil Belajar (Pre Test) Kelas Eksperimen ..................... 117

    18. Tabel. Data Skor Hasil Belajar (Pre Test) Kelas Kontrol ............................ 118

    19. Tabel. Data Skor Hasil Belajar (Post Test) Kelas Eksperimen .................... 119

    20. Tabel. Data Skor Hasil Belajar (Post Test) Kelas Kontrol .......................... 120

    21. Perhitungan Mean, Median, dan Modus, Simpangan Baku (Standar Deviasi)

    dan Varians Pre Test Biologi Siswa Kelompok Eksperimen .................... 121

    22. Perhitungan Mean, Median, dan Modus, Simpangan Baku (Standar Deviasi)

    dan Varians Pre Test Biologi Siswa Kelompok Kontrol ............................ 124

    23. Perhitungan Mean, Median, dan Modus, Simpangan Baku (Standar Deviasi)

    dan Varians Post Test Biologi Siswa Kelompok Eksperimen ................... 127

    24. Perhitungan Mean, Median, dan Modus, Simpangan Baku (Standar Deviasi)

    dan Varians Post Test Biologi Siswa Kelompok Kontrol ........................... 130

    x

  • 25. Uji Normalitas Data ...................................................................................... 133

    26. Uji Homogenitas Data ................................................................................... 136

    27. Pengujian Hipotesis...................................................................................... 139

    28. Perhitungan Angket Pembelajaran Ekosistem Bernuansa Nilai ................... 142

    29. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Angket Pembelajaran Ekosistem Bernuansa

    Nilai ............................................................................................................... 150

    30. Harga Kritik dari r-Product Moment ........................................................... 155

    31. Nilai Persentil untuk Distribusi F................................................................. 156

    32. Lembar Uji Referensi

    33. Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

    34. Surat Pernyataan Ilmiah

    35. Surat Bimbingan

    36. Surat Izin Penelitian

    37. Surat Keterangan dari MA Attaqwa Tangerang

    xi

  • SURAT PERNYATAAN ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Siti Mahmudah

    NIM : 104016100419

    Jurusan/Semester : Pendidikan IPA-Pendidikan Biologi / 12 (Dua Belas)

    Angkatan Tahun : 2004

    Alamat : Jl. KH. Mumin No.1 Kamps.Attaqwa Rt.04/09

    Kel.Belendung Kec. Benda Tangerang-Banten 15123.

    MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

    Bahwa skripsi dengan judul PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

    SISWA ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT

    TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) DENGAN METODE EKSPOSITORI

    PADA KONSEP EKOSISTEM TERINTEGRASI NILAI adalah benar hasil

    karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

    1. Nama : Dr. Zulfiani, M.Pd

    NIP : 19760309 20050112 002

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

    menerima konsekuensi secara akademis, apabila ternyata skripsi ini bukan hasil

    karya sendiri.

    Jakarta, 22 Juni 2010 Yang Menyatakan, Siti Mahmudah

    Penulis & Peneliti

    xii

  • xiii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia berjalan kian hari kian cepat.

    Salah satu faktor yang berpengaruh sangat besar terhadap kecepatan ini

    adalah pembangunan nasional. Ada banyak pengaruh yang memberikan arah

    kepada pembangunan nasional. Pengaruh yang sangat menonjol berasal dari

    penerapan ilmu dan teknologi. Seirama dengan perkembangan itu, tidak

    hanya terjadi perbenturan dan pergeseran nilai-nilai yang dianut masyarakat,

    tetapi bahkan terjadi pula perubahan-perubahan nilai.

    Tugas pendidikan tidak hanya terbatas pada mengalihkan hasil-hasil

    ilmu dan teknologi. Selain itu, bidang pendidikan bertugas pula menanamkan

    nilai-nilai baru yang dituntut oleh perkembangan ilmu dan teknologi pada diri

    anak didik dalam kerangka nilai-nilai dasar yang telah disepakati oleh bangsa

    Indonesia.1

    Undang-Undang No.2 Tahun 1989 maupun UU no.20/2003

    merumuskan Tujuan Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan

    bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

    yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi

    pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

    rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

    kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal ini berarti tujuan pendidikan sains pun

    harus mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan ranah afektif.

    Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

    mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam kehidupan

    sehari-hari. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan yang ada,

    menuntut sekolah sebagai lembaga pendidikan formal untuk dapat

    1 Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: PT. Gramedia,

    1990), h. 1

  • 2

    menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Salah satu cara yang

    dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan

    mengembangkan sistem pembelajaran yang lebih baik khususnya bidang

    ilmu pengetahuan alam (IPA).

    Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan dalam

    hal memperoleh pengetahuan dan perubahan tingkah laku seseorang . Untuk

    menghasilkan perubahan tidaklah mudah, ada faktor-faktor tertentu yang

    dapat mempengaruhi proses tersebut. Dalam pengajaran IPA guru harus

    memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang meliputi aspek kognitif,

    afektif dan psikomotor. Setara dengan pendapat yang diungkapkan Gordon

    dalam Mulyasa menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung

    dalam konsep kompetensi belajar yaitu pengetahuan, pemahaman,

    kemampuan, nilai, sikap dan minat.2

    Sekolah merupakan sarana formal yang digunakan untuk belajar.

    Pada proses pembelajaran seharusnya siswa dapat berperan aktif untuk

    mengembangkan potensi dirinya. Akan tetapi, masih banyak sekolah yang

    gurunya berperan sebagai pusat dari kegiatan belajar mengajar sehingga

    siswa menjadi pasif.

    Dari hasil observasi yang telah dilakukan di MA At-Taqwa Tangerang

    di Jl. KH. Mumin Rt 05/09 Belendung Benda Tangerang, kegiatan

    pembelajaran masih terpusat pada guru. Jadi siswa hanya aktif mendengarkan

    apa yang diajarkan oleh guru. Siswa menerima informasi dan pengetahuan

    secara verbal sehingga menyebabkan siswa merasa jenuh dengan

    pembelajaran yang demikian. Padahal pembelajaran yang tepat dapat

    mempengaruhi motivasi siswa untuk lebih giat dan bersemangat untuk

    mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya. Siswa hanya diberikan

    kesempatan bertanya setelah pelajaran selesai. Hanya siswa tertentu yang

    aktif bertanya apabila tidak mengerti dengan materi yang telah dipelajarinya.

    Selain itu, siswa menganggap biologi itu pelajaran yang membosankan

    2 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

    2005), h. 38-39

  • 3

    karena terlalu banyak hafalan. Selain itu, siswa kurang antusias dan terlihat

    jenuh saat guru menerangkan pelajaran biologi. Keadaan ini sangat

    mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, siswa membutuhkan

    metode yang tepat dan menarik supaya lebih mudah untuk menerima konsep-

    konsep yang berhubungan dengan biologi.

    Tahun 2006 pemerintah memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan yang menekankan pada pengembangan kompetensi dasar yang

    dimiliki oleh siswa. Kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum

    2004 yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

    Pengembangan kurikulum ini mengacu pada Standar Pendidikan Nasional

    untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang dinyatakan dalam

    pasal 36 ayat 1. 3 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dirancang

    agar dapat menghasilkan lulusan yang kompeten (memiliki pengetahuan,

    sikap, dan nilai-nilai dasar yang tercermin dari kebiasaan berpikir dan

    bertindak. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan pada

    ketercapaian kompetensi siswa, berorientasi pada hasil belajar dan

    keberagaman, menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber

    belajar yang bukan hanya guru, serta penilaian yang menekankan pada proses

    dan hasil belajar. 4

    Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi

    siswa yaitu dengan memberikan metode dan pendekatan yang bervariasi

    sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar. Guru dalam memberikan

    pelajaran menggunakan metode dan pendekatan, untuk melayani, mendidik

    dan mengajar agar sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, maka perlu

    diterapkan suatu pembelajaran yang mengacu pada teori belajar kognitif.

    Relevansi dari teori ini dalam pengajaran IPA dijabarkan melalui

    konstruktivis, siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri.

    Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi dengan pendekatan

    3 Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), h. 15 4 R. Bambang A. Soekisno, Bagaimanakah Perjalanan Kurikulum Nasional (pada pendidikan

    dasar dan menengah), http://rbaryans.wordspress.com/2007/05 (22 Nopember 2007)

  • 4

    konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif, karena pembelajaran kooperatif

    merupakan strategi alternatif untuk mencapai tujuan IPA yang antara lain

    memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan

    bagaimana bersikap, menanamkan sikap hidup ilmiah, memberikan

    keterampilan untuk melakukan pengamatan, mendidik siswa untuk mengenal,

    mengetahui cara kerja serta mengahrgai para ilmuwan penemunya dan

    menggunakan serta menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

    permasalahan. 5

    Pembelajaran kooperatif juga merupakan suatu model pembelajaran

    yang dibentuk dalam suatu kelompok kecil di mana siswa bekerjasama dalam

    mengoptimalkan keterlibatannya dan anggota kelompoknya dalam belajar.

    Menurut Tantra dan Tengah (1999) dalam Selamat, siswa diberikan dua

    macam tanggung jawab pada belajar kooperatif yaitu, mempelajari dan

    menyelesaikan materi tugas yang diberikan serta menyakinkan diri dan

    anggota kelompok lainnya. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif mempunyai

    tiga tingkatan sasaran, yaitu kooperatif, kompetisi, dan individualisasi. Ketiga

    sasaran ini penting diupayakan dalam proses pembelajaran. Sasaran

    kooperatif merupakan hal yang paling dominan dalam interaksi belajar

    mengajar. Tiga tingkatan sasaran dalam pembelajaran kooperatif tersebut

    yang membedakan dengan model berkelompok biasa.6

    Pembelajaran kooperatif dapat membantu pembentukan kepribadian

    siswa. Kepribadian dapat dikembangkan dengan bekerja sama dengan orang

    lain untuk mencapai hal-hal yang baik. Kerja sama sangat diperlukan dalam

    pembelajaran kooperatif sebagai bentuk interaksi siswa di lingkungan kelas,

    terutama untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

    Menurut Johnson and Johnson dalam Zuchdi, sejak tahun 1970-an di

    Amerika Serikat terjadi suatu gerakan dalam pendidikan yang disebut

    Cooperative Learning belajar secara kooperatif berbagai pendekatan untuk

    5 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), h. 142 6 I Nyoman Selamat, Pengembangan Pembelajaran Kooperatif Melalui Metode Bermain

    untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep-konsep Kimia SMU, h. 37

  • 5

    mengajarkan kepada murid-murid cara bekerja sama dalam mengerjakan

    tugas-tugas akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila proses

    pendidikan tersebut dilakukan secara efektif, pembelajaran yang bersifat

    akademik dan yang bersifat sosial berlangsung dengan lebih baik.7

    Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang

    diterapkan salah satunya STAD. STAD merupakan pembelajaran kooperatif

    yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok

    digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

    Pembelajaran dengan cara kooperatif ini bertujuan untuk menciptakan

    suasana yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dengan bekerja

    satu sama lain dengan anggota kelompoknya. Tercapainya tujuan

    pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya seiring dengan peningkatan

    minat dan motivasi belajar karena minat belajar berkorelasi positif dengan

    hasil belajar.8

    Selain dengan pembelajaran kooperatif, metode ekspositori

    merupakan metode yang tepat untuk biologi karena dengan bantuan alat

    bantu dan media dapat memperjelas penyampaian informasi sehingga

    memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep biologi tanpa

    menghafal.

    Jadi dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan peserta

    didik diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,

    kemampuan, nilai, sikap, dan minat agar dapat melakukan sesuatu dalam

    bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung

    jawab.9 Di antara aspek-aspek tersebut, nilai merupakan aspek penting yang

    perlu dikembangkan. Menurut Manan yang dikutip dalam Suroso nilai adalah

    serangkaian sikap yang menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang

    harus dibuat untuk menghasilkan suatu standar atau serangkaian prinsip dan

    7 Darmiyati Zuchdi, Pendekatan Pendidikan Nilai secara Komprehensif sebagai suatu

    Alternatif Pembentukan Akhlak Bangsa, Cakrawala Pendidikan, No. 3 Th. XX Juni 2001, h. 164 8 Isjoni, Op. Cit, h. 16 9 Mega Iswari, Pendidikan untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi Era-Globalisasi,

    Pedagogi Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. II No. 1 Juni 2001, h. 3

  • 6

    aktivitas yang dapat diukur.10 Dengan demikian nilai dimaknai sebagai

    standar pertimbangan perilaku dalam kehidupan seseorang.

    Sains/biologi merupakan bidang studi yang memberikan banyak

    kesempatan untuk mengungkapkan nilai-nilai, sebab sains menyentuh banyak

    segi kehidupan manusia. Nilai-nilai dan pengajaran sains saling berkaitan.

    Proses pengungkapan nilai-nilai seseorang tergantung pada pengetahuan

    tentang fakta-fakta dan konsep-konsep tersebut dengan tingkat nilai-nilai,

    seorang guru membuat pengetahuan yang diajarkannya menjadi relevan

    dengan kehidupan sehari-hari.11 Nilai-nilai yang terkandung dalam sains

    antara lain: nilai religius, nilai praktis, nilai intelektual, nilai ekonomi, dan

    nilai sosio-budaya. Pengajaran sains yang disertai pengungkapan nilai-nilai

    yang terkandung dalam konsep ekosistem. Karena ekosistem membahas hal-

    hal yang berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup seperti : faktor biotik

    dan abiotik yang mendukung kehidupan makhluk itu sendiri serta interaksi

    antara makhluk hidup dengan lingkungan maupun antara makhluk hidup

    dengan makhluk hidup lainnya.

    Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dan metode ekspositori

    akan memberikan suasana berbeda bagi siswa dalam kegiatan belajar

    mengajar untuk memahami dan mempelajari nilai-nilai yang terkandung

    dalam konsep ekosistem khususnya nilai religi dan praktis sehingga akan

    mempengaruhi hasil belajar yang maksimal.

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik

    untuk mengambil judul : PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

    SISWA ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

    DENGAN METODE EKSPOSITORI PADA KONSEP EKOSISTEM

    TERINTEGRASI NILAI. (Sebuah quasi eksperimen di Madrasah

    Aliyah At-Taqwa Tangerang)

    10 Suroso Adi Yudianto, Op. Cit., h. 51-52 11 I Wayan Suja, Pendekatan Nilai-nilai Kemanusiaan (Human Values) dalam

    Pembelajaran Sains, Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH.XXXIII September 2000,

  • 7

    B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat

    diidentifikasi sebagai berikut:

    1. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru, bukan pada siswa.

    2. Dengan model pembelajaran yang ada siswa cenderung merasa jenuh

    sehingga mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar (KBM) .

    3. Metode yang kurang tepat menyebabkan hasil belajar juga rendah.

    4. Adanya pergeseran nilai yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi sehingga diperlukan penanaman nilai-nilai

    yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, agar masalah yang dikemukakan

    tidak meluas, maka :

    1. Siswa yang dimaksud dibatasi pada siswa kelas X tahun ajaran

    2008/2009 MA at-Taqwa Tangerang.

    2. Strategi pembelajaran dibatasi pada pembelajaran kooperatif tipe STAD

    untuk kelas eksperimen dan metode ekspositori untuk kelas kontrol.

    3. Nilai-nilai ekosistem yang dikaitkan dibatasi pada nilai praktis dan nilai

    religius.

    4. Objek penelitian dibatasi pada ranah kognitif hasil belajar biologi siswa

    kelas X semester 2 pada konsep Ekosistem.

    D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini yaitu : Manakah yang menunjukkan hasil belajar

    biologi yang lebih tinggi, pembelajaran kooperatif tipe STAD atau dengan

    metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai ? Bagaimanakah

    respon siswa terhadap nilai yang terkandung pada konsep ekosistem?

    h. 99

  • 8

    E. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang peneliti inginkan, yaitu: mengetahui

    manakah yang menunjukkan hasil belajar biologi yang lebih tinggi,

    pembelajaran kooperatif tipe STAD atau dengan metode ekspositori pada

    konsep ekosistem terintegrasi nilai dan bagaimanakah respon siswa terhadap

    nilai yang terkandung pada konsep ekosistem?

    F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat :

    1. Sebagai sumber informasi mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD

    dan metode ekspositori serta penerapannya di dalam kelas.

    2. Sebagai suatu alternatif yang dapat berguna bagi perbaikan metode belajar

    agar pembelajaran menjadi lebih baik dan berkualitas.

    3. Sebagai bekal untuk membantu peningkatan hasil belajar biologi yang

    lebih optimal.

  • 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN

    HIPOTESIS

    A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran Teori Konstruktivisme

    a. Konstruktivisme Teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori

    belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini

    biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan

    kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk

    belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir

    hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud

    dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.

    Seperti yang dikutip Poedjiadi (1999) dalam Hamzah, Piaget

    mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh

    seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak

    bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi

    dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri

    merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidakseimbangan

    dan keadaan keseimbangan. 1

    Konstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang

    menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri. Von

    Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari

    kenyataan. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi

    kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.2 Pandangan konstruktivis

    Abruscato dan Slavin dalam pembelajaran mengatakan, bahwa anak-anak

    1Hamzah, Teori Belajar Konstruktivisme,

    http://akhmadsudrajat.wordpres.com/2008/08/20/teori-belajar-konstruktivisme/ (9 Januari 2008) 2 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo

    Persada, 2007), h. 37

  • 10

    diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar

    secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat

    pengetahuan yang lebih tinggi.3

    Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang

    bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang

    dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru,

    apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan

    pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang

    mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan

    konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:4

    1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah

    ada.

    2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri

    pengetahuan mereka.

    3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui

    proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan

    pembelajaran terbaru.

    4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan

    dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan

    pemahamannya yang sudah ada.

    5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.

    Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya

    tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

    6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan

    pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.

    Menurut konsep konstruktivisme, pengetahuan seseorang bersifat

    temporer, terus berkembang, terbentuk dengan mediasi masyarakat dan budaya.

    Pengetahuan itu tidak pernah berhenti berkembang. Pengetahuan dalam diri

    seseorang terbentuk ketika seseorang mengalami tempaan kognitif. Melalui

    3 http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf (9 Januari 2009) 4 http://www.wikipedia.org/konstruktivisme ( 9Januari 2009)

  • 11

    perspektif ini belajar dapat dipahami sebagai proses terbentuknya konflik

    kognitif yang bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang

    bersangkutan memperoleh pengalaman kongkrit, wacana kolaboratif, dan

    kegiatan melakukan refleksi.5 Jadi pengetahuan seseorang akan terus

    berkembang apabila selalu memperoleh pengalaman untuk mengasah struktur

    kognitif dalam dirinya.

    Menurut rujukan konstruktivisme setiap orang yang belajar

    sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri.6 Dalam hal ini siswa harus

    aktif untuk dapat mengembangkan pengetahuan mereka.

    Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat

    dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa

    siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya

    berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa

    tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai

    ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal di

    atas, Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar

    konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam

    mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya

    membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.

    Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang

    diterima.7

    Implikasi dari pandangan dengan konstruktivisme di sekolah ialah

    pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke

    siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman

    nyata. Senada dengan pernyataan ini peneliti pendidikan sains Piaget

    mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang

    5 A. Syukur Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi Belajar

    Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, JURNAL PENDIDIKAN & PEMBELAJARAN, VOL. 9, NO. 2, OKTOBER 2002, h. 116

    6 Nuryani Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UM Press, 2005), h. 169

    7 Hamzah, Op Cit.

  • 12

    menghendaki partisipasi aktif dari siswa, sehingga di sini peran guru berubah,

    dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosa dan fasilitator

    belajar siswa.8

    Pembelajaran dan perspektif konstruktivisme mengandung empat

    kegiatan inti. Pertama, pembelajaran konstruktivisme berkaitan dengan

    pengetahuan awal (prior knowledge) siswa. Kedua, pembelajaran

    konstruktivisme mengandung kegiatan pengalaman nyata (experience).

    Ketiga, dalam pembelajaran terjadi interaksi sosial (social interaction).

    Keempat, pembelajaran konstruktivisme membentuk kepekaan siswa

    terhadap lingkungan (sense making).9

    Implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan

    anakyang dikutip Poedjiadi (1999) adalah sebagai berikut: (1) tujuan

    pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan

    individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan

    setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa

    sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan

    dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah

    seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah

    dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik diharapkan selalu aktif dan

    dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah

    berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang

    kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.10

    Menurut Vygotsky, implikasi utama dalam pembelajaran

    menghendaki seting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif, dengan siswa

    berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah

    yang efektif masing-masing zona perkembangan terdekat mereka.

    Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang

    rendah hasil belajarnya, karena siswa itu dapat meningkatkan motivasi, hasil

    8 Nuryani Rustaman, Op Cit., h. 171 9 Ibid 10 Hamzah, Op Cit.

  • 13

    belajar dan menyimpan materi pelajaran yang lebih lama karena ia

    mengkonstruk pemahamannya dari pengalaman sendiri.11

    Sains/IPA merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,

    yang mengandung pertanyaan, pencarian, pemahaman, serta penyempurnaan

    jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik alam sekitar. Sains/IPA

    merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena memberikan suatu

    cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang utuh. 12 Metode

    Science mengajar kita bagaimana cara memecahkan masalah, bagaimana

    mengambil kesimpulan, dengan cara yang teratur, dan menghemat tenaga,

    pikiran dan waktu.13 Oleh karena itu, siswa harus membangun atau

    mengkonstruk pengetahuan yang belum mereka ketahui di alam agar mereka

    dapat memahami apa yang mereka cari tentang sains/IPA itu sendiri. Dengan

    demikian proses pembelajaran sains/IPA tidak hanya mengembangkan

    aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan-keterampilan ilmiah tetapi juga

    mengajarkan siswa untuk berpikir dalam mengkonstruk pengetahuan mereka

    sendiri.

    b. Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPA Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran

    dalam bentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri atas siswa-

    siswa dengan tingkatan kemampuan yang berbeda, menggunakan aneka

    macam aktivitas pembelajaran untuk mengembangkan pemahaman mereka

    tentang suatu subjek. Masing-masing anggota kelompok tidak hanya

    mempelajari apa yang diajarkan tetapi juga saling membantu anggota

    kelompoknya untuk berprestasi.14

    11 Perdy Karuru, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting

    Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Siswa SLTP, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 45, Tahun Ke-9, November 2003, h. 791-792

    12 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), h. 211

    13 Soekarno, dkk, Dasar-dasar Pendidikan Science, (Jakarta: Bharara, 1973), h. 25 14 Kagan, Spencer. Cooperative Learning, http: www.KaganOnline.com (9 Januari

    2009)

  • 14

    Belajar kooperatif adalah sejenis belajar berkelompok yang

    melibatkan 4-6 orang peserta didik. Di dalam kelompok ini, peserta didik

    bekerja bersama-sama di bawah pengawasan pendidik menyelesaikan tugas

    yang disediakan oleh guru. Di dalam diskusi kelompok tersebut, peserta didik

    mengemukakan pendapatnya dan seorang anggota kelompok dapat diangkat

    sebagai pimpinan kelompok untuk mengambil inisiatif menyimpulkan hasil

    diskusi.15

    Eggen dan Kauchak mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai

    sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling -

    membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu belajar kooperatif ini

    juga dinamakan belajar teman sebaya.

    Menurut Slavin (1997) seperti yang dikutip dalam Nur dan

    Wikandari, pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan

    siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.

    Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode

    pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu

    dalam belajar.

    Menurut Ibrahim dkk (2000), model pembelajaran kooperatif

    dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting

    pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,

    dan pengembangan keterampilan sosial.16

    Menurut Rustaman et al. (2003), Pembelajaran kooperatif merupakan

    salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena

    mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri

    melalui berpikir rasional .

    Menurut Sugandi (2002) sistem pembelajaran gotong royong atau

    cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi

    kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

    15 A. Syukur Ghazali, Op Cit., h. 115 16 Anwar Holil, Pembelajaran Kooperatif,

    http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan_inovatif.html (9 Januari 2009)

  • 15

    dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan

    pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari

    sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar

    kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

    memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang

    bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja

    seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang

    dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan

    kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain

    selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang

    maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong

    royong, yaitu:17

    a. Saling ketergantungan.

    Saling ketergantungan didasari dengan adanya kepentingan yang sama

    atau perasaan di antara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang

    merupakan merupakan keberhasilan anggota yang lain atau sebaliknya.

    b. Tanggung jawab perseorangan.

    Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam

    anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya,

    karena tujuan pembelajaran kooparetif adalah menjadikan setiap anggota

    kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya

    c. Tatap muka.

    Adanya interaksi langsung antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak

    adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan

    saling hubungan timbal balik yang positif sehingga dapat mempengaruhi

    hasil pendidikan dan pengajaran.

    d. Komunikasi antar anggota.

    Untuk memperoleh informasi para siswa perlu mengadakan perbaikan-

    perbaikan. Komunikasi sangat penting untuk menyampaikan ide dari

    17 Ina Karlina, S.Pd, Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah

    Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa, (9 Januari 2009)

  • 16

    masing-masing anggota.18

    e. Proses kelompok.

    Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah

    (proses kelompok) merupakan tujuan terpenting yang diharapkan dapat

    dicapai pembelajaran kooperatif.

    Definisi-definisi di atas menyimpulkan bahwa pembelajaran

    kooperatif merupakan sekumpulan strategi pembelajaran dalam kelompok-

    kelompok kecil yang digunakan guru agar siswa saling membantu dan

    bekerja sama mempelajari sesuatu untuk mencapai prestasi mereka.

    Shepardson dalam Ghazali menyebutkan beberapa ciri Belajar Kooperatif

    (BK) seperti berikut ini:19

    1. Pendidik harus mengupayakan terwujudnya interaksi antarpeserta didik yang

    berada dalam sebuah kelompok (student-to-student interaction).

    2. Pendidik harus menciptakan interdependensi positif di kalangan anggota

    kelompok. Artinya, masing-masing anggota kelompok harus diupayakan

    terlibat dalam kegiatan belajar ini.

    3. Kemampuan masing-masing anggota kelompok diperhitungkan secara adil

    (individual accountability).

    4. Strategi BK menekankan pada pencapaian tujuan bersama (group process

    skill).

    Menurut Arends dalam Holil, pembelajaran yang menggunakan model

    kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 20

    1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan

    materi belajar.

    2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang

    dan rendah.

    3. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

    18 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), h. 60-61 19 A. Syukur Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi Belajar

    Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, JURNAL PENDIDIKAN & PEMBELAJARAN, VOL. 9, NO. 2, OKTOBER 2002: 115-131, h.

    20 Anwar Holil, Op Cit.

  • 17

    kelamin yang berbeda-beda.

    4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

    Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Carin adalah: (a)

    setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di

    antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya

    dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan

    keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya

    berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.21

    Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:22

    a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

    akademis.

    b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang

    berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

    c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif

    berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

    d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada

    individu.

    Menurut Lickona ada delapan bentuk pembelajaran kooperatif, yaitu:

    (1) belajar berpasangan (learning partners), (2) susunan duduk berkelompok

    (cluster group seating), (3) belajar bertim (student team learning), (4) belajar

    dengan membahas berbagai topik dalam tim (Jigsaw learning), (5) mengetes

    tim (team testing), (6) proyek kelompok kecil (small-group learning), (7)

    kompetisi dalam tim (team competision), dan (8) proyek untuk seluruh kelas

    (Whole-class project). Sedangkan menurut Slavin, terdapat lima metode

    utama dalam pembelajaran bertim (Student Teams Learning). Tiga

    diantaranya, berlaku secara umum pada senua bidang studi, yaitu sebagai

    berikut: Student Teams-Achievement Division (STAD), Teams-Games

    Tournaments (TGT), and Jigsaw II. Sedangkan dua metode lainnya hanya

    berlaku secara khusus, yaitu: Cooperative Integrated Reading and

    21 http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf (9 Januari 2009)

  • 18

    Composition (CIRC) untuk pengajaran membaca dan menulis pada tingkat

    2-8, dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk pengajaran matematika

    pada 3-6. Dari kelima metode pembelajaran kooperatif di atas penulis

    menggunakan metode Student Teams-Achievement Division (STAD). 23

    Pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran IPA selain dapat

    mempermudah dalam proses pembelajarannya, tetapi juga dapat

    mengembangkan nilai sosialnya seperti interaksi antara guru dengan siswa,

    antara siswa dengan siswa lainnya, komunikatif, serta bersifat multi arah.

    Sebaliknya, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang bersifat

    tradisional di kelas yang didominasi oleh metode ceramah dan ekspositorik,

    sehingga proses belajar lebih banyak didominasi oleh guru (teacher

    centered). Menurut Johnson dan Johnson kelemahan pembelajaran

    konvensional jika dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 2. 1 Perbandingan antara Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran

    Konvensional

    Kelompok Pembelajaran Kooperatif Kelompok Pembelajaran Konvensional

    1. saling tergantung secara posistif

    2. pertanggungjawaban secara individual

    3. heterogen 4. kepemimpinan bergantian 5. bertanggung jawab satu sama lain 6. pada tugas dan pemeliharaan 7. keterampilan sosial diajarkan

    secara langsung 8. guru mengamati dan campur

    tangan 9. memperhatikan keefektifan proses

    kelompok

    1. tidak ada saling ketergantungan 2. tidak ada pertanggungjawaban

    individual 3. homogen 4. menunjuk seorang pemimpin 5. bertanggung jawab hanya

    untuk dirinya 6. hanya menekan pada tugas 7. keterampilan sosial diabaikan 8. guru mengabaikan fungsi

    kelompok 9. tidak memperhatikan

    kefektifan proses kelompok

    22 Ina Karlina, S.Pd, Op Cit. 23 I Wayan Koyan, Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan

    Penalaran Verbal terhadap Hasil Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja, No. 1TH.XXXVI Januari 2003, h. 3

  • 19

    Menurut Lickona ada beberapa keuntungan dari penggunaan

    pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut :24

    1. Mengajarkan nilai-nilai kerjasama

    2. Membangun masyarakat di dalam kelas

    3. Mengajarkan dasar keterampilan hidup

    4. Meningkatkan prestasi akademik

    5. Menawarkan suatu alternatif jalan keluar (other alternative to tracking),

    dan

    6. Memiliki potensi untuk memperlunak aspek negatif dari kompetisi.

    Terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada

    dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:25

    a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

    membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.

    b. Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

    mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina

    hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.

    c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

    pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang

    dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan

    menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.

    d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

    merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif,

    mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran

    untuk memperoleh kesimpulan.

    Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model

    pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah

    sebagaimana terlihat pada tabel 2. 2.26

    24 I Wayan Koyan, Op Cit., h. 4 25 Ina Karlina, Op Cit. 26 http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf (9 Januari 2009)

  • 20

    Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

    Fase Tingkahlaku Guru

    Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

    Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

    Fase 2: Menyajikan informasi

    Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

    Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

    Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

    Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

    Fase 5: Evaluasi

    Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

    Fase 6: Memberikan penghargaan

    Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

    Sumber: (Arends, 1997) dalam Yusuf

    Menurut Slavin dalam Karuru pendekatan konstruktivis dalam

    pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar

    teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-

    konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep

    itu dengan temannya.

    Thompson berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif turut

  • 21

    menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam

    pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

    kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang

    terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud

    kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis

    kelamin dan suku.

    Metode adalah suatu cara mengajar, yang berfungsi sebagai alat untuk

    mencapai tujuan pengajaran. Semakin baik metode yang digunakan, maka

    akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya.27

    Guru dalam memberikan pelajaran menggunakan metode dan

    pendekatan, untuk melayani, mendidik dan mengajar agar sesuai dengan

    situasi dan kondisi siswa, maka perlu diterapkan suatu pembelajaran yang

    pada teori belajar kognitif. Relevansi dari teori ini dalam pengajaran IPA

    dijabarkan melalui konstruktivis, siswa secara aktif membangun pengetahuan

    mereka sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi dengan

    pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif, karena

    pembelajaran kooperatif merupakan strategi alternatif untuk mencapai tujuan

    IPA yang antara lain meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama

    dengan orang lain, berpikir kritis dan pada saat yang sama dapat

    meningkatkan prestasi akademiknya. 28 Jadi siswa harus aktif membangun

    pengetahuan mereka sendiri salah satunya dengan belajar kooperatif untuk

    mencapai tujuan IPA.

    c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu

    pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan dan populer di kalangan

    para ahli pendidikan dari Johns Hopkins University dan telah banyak

    27 Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, Modul 1-6, (Direktorat Jenderal Pembinaan

    Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka,1992), h. 39 28 Prayekti, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Berorientasi pada Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division), Jurnal Tekeldikdas, Vol. 2, No.1, Juli 2002 : 121-134, h. 122

  • 22

    diterapkan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang sangat mudah

    diterapkan. 29 Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif tipe STAD ini

    menekankan pada aktivitasnya dan interaksi di antara siswa untuk saling

    memotivasi dan saling menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi

    yang maksimal. 30Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi

    kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen,

    terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki

    kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.31

    Pembelajaran dalam STAD dilakukan dengan presentasi, bukan hanya

    oleh 4-5 anggota tim, tetapi guru juga melakukan presentasi. Siswa mengikuti

    kuis individual untuk menunjukkan berapa banyak yang telah mereka

    pelajari. Skor kuis individu dijumlahkan untuk membentuk sebuah tim skor,

    dan tim adalah imbalan atas kinerja mereka. Tim yang terdiri dari siswa

    dengan berbagai kemampuan akademis, genders, dan ras.32

    Pembelajaran tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan,

    dan penghargaan kooperatif. Siswa bekerja sama dalam situasi semangat

    pembelajaran kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai

    tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan

    tugas.33

    Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama.34

    Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat

    dalam tabel 2. 3 berikut ini:

    29 Ibid, h. 126 30 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), h. 74 31 http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf (9 Januari 2009) 32 http:://www.ed.gov/pub/EPTW/eptw10/eptw10u.html (9 Januari 2009) 33 Perdy Karuru, Op Cit., h. 791 34www.disdikklungkung.net/PENERAPAN_MODELPEMBELAJARANKOOPERATIF

    _TYPE_STADDENGANMEDIAVCD.htm (28 Januari 2009)

  • 23

    Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    Presentasi kelas Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya

    Kerja kelompok Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran

    Tes Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu

    Peningkatan skor individu Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok

    Penghargaan kolompok Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan.

    Ide dasar STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam

    menguasai materi yang disajikan serta menumbuhkan suatu kesadaran bahwa

    belajar itu penting, bermakna dan menyenangkan.35 Guru yang menggunakan

    STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi

    akademik baru kepada siswa setia minggu menggunakan presentasi verbal

    atau teks. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa

    diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor

    perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi

    berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang

    35 Prayekti, Op Cit., h. 126

  • 24

    lalu.36

    Penyajian kelas maksudnya adalah pengajaran yang dilakukan oleh

    guru di dalam kelas. Pengajaran di dalam kelas pada STAD tidak begitu

    berbeda dengan kegiatan pengajaran biasa, hanya pengajaran yang diberikan

    harus difokuskan pada materi yang dibahas saja. Setelah guru menyajikan

    materi sebanyak satu atau dua kali, barulah kemudian siswa bekerja dalam

    kelompok menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dalam STAD, siswa akan

    disusun beranggotakan empat siswa yang beragam dalam kemampunnya

    ataupun jenis kelaminnya. Fungsi ditentukannya kelompok dalam STAD

    adalah untuk saling meyakinkan bahwa semua anggota dapat bekerja sama

    dalam belajar, lebih khusus untuk menyiapkan semua anggota dalam

    menghadapi tes perorangan dengan baik. Kelompok menjadi hal yag sangat

    penting dalam STAD, karena dalam kelompok harus tercipta suatu kerja

    kooperatif antar siswa sebaya untuk mencapai kemampuan akademik yang

    diharapkan. Untuk menentukan anggota suatu kelompok terlebih dahulu

    siswa disusun berdasarkan ranking (peringkat) nilai rapor.

    Kemudian guru memberikan tes untuk mengetahui skor individu

    maupun kelompok. Langkah terakhir adalah pengakuan kelompok, dilakukan

    dengan memberikan pujian sebagian penghargaan atas usaha yang dilakukan

    kelompok selama belajar. Pujian ini diberikan kepada kelompok yang

    mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama.37

    d. Metode Ekspositori Metode ini sering dianggap sama dengan metode demonstrasi. Metode

    ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua

    dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau

    sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan. 38

    Mengajar dengan metode ekspositori berarti memadukan antara

    metode demonstrasi dengan metode ceramah. Dalam menggunakan metode

    36 http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf (9 Januari 2009) 37 Prayekti, Op Cit., h. 122 38 Nuryani Rustaman, Op Cit., h.108

  • 25

    ini seorang guru harus menyajikan dan memperagakan benda pada tempat

    yang dapat dilihat oleh seluruh siswa sehingga siswa dapat memahami

    informasi yang disampaikan dengan baik.

    Pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori guru

    cenderung menggunakan kontrol proses pembelajaran yang aktif, sementara

    siswa relatif pasif menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru.

    Pembelajaran ekspositori ini merupakan suatu proses pembelajaran yang

    berpusat pada guru (teacher centered), guru menjadi sumber dan pemberi

    informasi utama. Meskipun dalam ekspositori digunakan metode lain selain

    ceramah dan dilengkapi atau didukung dengan penggunaan media,

    penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran)

    bukan pada proses pencarian dan konstruksi pengetahuan.39

    Tahapan pembelajaran ekspositori adalah sebagai berikut:40

    1. Tahap Pendahuluan

    Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas dan tujuan

    pembelajaran yang ingin dicapai, siswa mencatat bila perlu.

    2. Tahap Penyajian Materi

    Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan ceramah dan tanya

    jawab, kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi untuk memperjelas

    materi yang disajikan dan diakhiri dengan penyampaian ringkasan atau

    latihan.

    3. Tahap Penutup

    Guru melaksanakan evaluasi berupa tes dan kegiatan tindak lanjut

    seperti penugasan dalam perbaikan dan pengayaan atau pendalaman

    materi.

    39 Wahyudin Nur Nasution, Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan Ekspositori

    terhadap Hasil Belajar Sains ditinjau dari Cara Berpikir, h.5 40 Ibid

  • 26

    e. Pembelajaran IPA dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Metode Ekspositori

    Berbagai upaya dilakukan sebagai langkah untuk menyempurnakan

    kurikulum serta peningkatan kualitas pembelajaran sains untuk mencapai

    tujuan pembelajaran IPA yang maksimal. Pembelajaran kooperatif tipe

    Student Team Achivement Division (STAD) menjadi salah satu alternatif

    metode untuk meningkatkan hasil belajar IPA terutama biologi. Dengan

    adanya model pembelajaran ini akan menarik minat siswa dalam proses

    pembelajaran dan membantu para siswa untuk mencapai proses IPA,

    keterampilan IPA, sikap ilmiah, sikap demokratis dan penerapannya di dunia

    nyata. STAD dapat menyajikan proses belajar yang lebih bermakna dan

    menyenangkan karena siswa bisa lebih dekat dan akrab dengan teman sebaya

    mereka di kelas karena pembelajaran dilakukan dengan cara berkelompok.

    Kebanyakan sekolah menggunakan metode ekspositori yang metodenya

    berupa metode ceramah, tanya jawab dan juga di dukung oleh metode

    demonstrasi. Akan tetapi dalam metode tersebut peranan guru lebih dominan

    karena siswa hanya mendengarkan dan hanya menerima pengetahuan tanpa

    adanya proses pencarian dan membangun pengetahuan.

    2. Nilai-nilai Sains a. Pengertian Nilai

    Menurut Mardiatmaja nilai adalah suatu hakikat suatu hal, yang

    menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia demi peningkatan kualitas

    manusia atau pantas dicintai, dihormati, dikagumi atau yang berguna untuk

    suatu tujuan.41

    Manan berpendapat bahwa nilai adalah serangkaian sikap yang

    menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat untuk

    menghasilkan suatu standar atau serangkaian prinsip dan aktivitas yang dapat

    41 Susriyati Mahanal, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PLKH) sebagi

    Pendidikan Nilai, Pendidikan Nilai, Tahun 2, No. 1 Nopember 1996, h. 74

  • 27

    diukur.42 Pendapat Milton yang dikutip Kosasih (1985) bahwa memaknai

    nilai sebagai suatu kepercayaan atau keyakinan yang bersumber pada sistem

    nilai seseorang mengenai apa yang pantas atau tidak pantas dilakukan

    seseorang. Dengan demikian nilai dimaknai sebagai standar penuntun

    perilaku dalam kehidupan seseorang.

    Fraenkel (1977:6-7) mengatakan bahwa nilai adalah an idea, a

    concept about what some one thinks is important in life. Ide atau konsep

    tentang apa yang difikirkan dan dianggap penting oleh seseorang ini akan

    menjadi standar berperilaku. Jika Fraenkel lebih memandang nilai itu berada

    pada fikiran manusia, maka lain lagi dengan Al-Ghazali. Al-Ghazali

    memandang bahwa keberadaan nilai itu ada dalam lubuk hati serta menyatu

    raga di dalamnya menjadi suara dan mata hati atau hati nurani. 43

    Definisi-definisi di atas menyimpulkan bahwa nilai adalah

    serangkaian sikap yang dapat dijadikan sebagai standar berperilaku serta

    menyatu dalam hati nurani.

    Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai konsepsi (tersirat atau

    tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa

    yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan

    tujuan akhir tindakan. Bertens (1999) menganalisis ciri-ciri nilai ke dalam

    tiga kategori, yaitu: pertama, nilai itu berkaitan subyek. Kedua, nilai tampil

    dalam suatu konteks praktis, ketika subyek ingin membuat sesuatu. Ketiga,

    nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambahkan subyek pada sifat-sifat yang

    dimiliki obyek.44

    Menurut Ivone Ambroise (1987), value is an abstract reality.

    Maksudnya nilai yang abstrak itu dapat dilacak dari tiga realitas, yaitu pola

    tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap dari individu (pribadi atau

    kelompok. Karena itu di dalam suatu masyarakat terdapat banyak individu

    42 Mega Iswari, Pendidikan Nilai untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi Era-

    Globalisasi, Jurnal Pedagogi, Vol II No. 1 Juni 2001, h. 3 43 Sadun Akbar, Pelakonan sebagai Pendekatan Unggulan dalam Pendidikan Nilai,

    Pendidikan Nilai Tahun 1 No. 2 Mei 1996, h. 69 44 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Nilai, (bandung: Alfabeta, 2004), h. 13

  • 28

    dan banyak kelompok, maka nilai-nilai itu tidak perlu sama bagi seluruh

    masyarakat, dan ketidaksamaan nilai itu bisa memacu timbulnya konflik. 45

    Pendidikan nilai salah satu jenis pendekatannya adalah pendekatan

    penanaman nilai yaitu suatu pendekatan yang memberi penekanan pada

    penanaman nilai sosial dalam diri anak. Menurut Superka et al. (1976), tujuan

    pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah diterimanya nilai-nilai sosial

    tertentu oleh anak, berubahnya nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

    sosial yang diinginkan.46

    Nilai-nilai ditanamkan pada seseorang melalui proses sosialisasi,

    melalui sumber berbeda-beda: keluarga, lingkungan sosial, lembaga

    pendidikan, agama, media massa, tradisi dan sebagainya. Dengan penanaman

    nilai, maka siswa akan lebih memahami apa yang dikandung oleh suatu

    materi atau pelajaran supaya mereka juga dapat menerapkan nilai-nilai yang

    telah mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari.

    b. Nilai Sains Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak

    hanya produk saja, akan tetapi juga mencakup pengetahuan seperti

    keterampilan keingintahuan, keteguhan hati, dan juga keterampilan dalam hal

    melakukan penyelidikan ilmiah.47

    Science mempunyai nilai-nilai dalam kehidupan. Nilai-nilai ada dan

    menjadi bagian integral dari suatu proses pendidikan, baik di dalam sekolah

    maupun di dalam masyarakat umum.

    Secara singkat, nilai-nilai science yang dapat ditanamkan dalam

    pendidikan science adalah: 48

    1) Kecakapan berfikir dan bekerja menurut langkah-langkah yang teratur.

    45 Sumarsono, Pendidikan Nilai: Karakteristik, Peluang, dan Pelaksanaan, Aneka

    Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXIII September 2000, h. 3 46 Mega Iswari, Op Cit., h..5 47 http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf 48 Soekarno, dkk, Op Cit., h. 24-26

  • 29

    2) Keterampilan mengadakan pengamatan dan penggunaan alat-alat dalam

    eksperimentasi.

    3) Memiliki sikap ilmiah, di antara lain:

    a) Tidak berprasangka dalam mengambil keputusan.

    b) Sanggup menerima gagasan-gagasan dan saran-saran baru (toleran).

    c) Sanggup mengubah kesimpulan dari hasil eksperimennya bila ada

    bukti-bukti yang meyakinkan benar.

    d) Bebas dari ketakhyulan.

    e) Dapat membedakan antara fakta dan opini.

    f) Membuat perencanaan teliti sebelum bertindak.

    g) Teliti, hati-hati dan seksama dalam bertindak.

    h) Ingin tahu, apa, bagaimana, dan mengapa demikian ?

    i) Mengahargai pendapat dan penemuan para ahli science.

    j) Menghargai baik isi maupun metode science.

    Secara lebih rinci dapat dijelaskan tentang pengertian ke lima nilai

    dalam sains adalah sebagai berikut:49

    1) Nilai praktis suatu bahan ajar adalah nilai yang dapat meberi

    kemanfaatan langsung atau segi-segi praktis bagi kehidupan manusia dan

    pemahaman/penguasaan tentang sains itu sendiri.

    2) Nilai religius suatu bahan ajar adalah kandungan nilai yang dapat

    membangkitkan rasa percaya, menambah keyakinan dan keimanan

    seseorang bahwa segala sesuatu yang ada mesti ada yang

    menciptakannya dan mengaturnya, yang akhirnya menyadari dan

    menghayati atas kekuasaan Allah dengan segala sifatnya sehinga

    manusia mesti bertaqwa kepada-Nya.

    3) Nilai pendidikan suatu bahan ajar adalah kandungan nilai yang dapat

    memberi inspirasi ide atau gagasan cemerlang untuk diterapkan ke

    bidang teknik atau mental dalam pemenuhan kebutuhan, keinginan, dan

    hasratnya bagi kesejahteraan serta membedakan kehidupan manusia

    49 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam sebagai Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung:

    Mughni Sejahtera, 2005), h. 16-17

  • 30

    dengan hewan.

    4) Nilai intelektual suatu bahan ajar adalah nilai yang melandasi kecerdasan

    manusia untuk mengambil sikap dan perilaku yang tepat setelah belajar

    bahan ajar itu dengan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat mistik

    maupun provokatif, dan segala sesuatunya dipikirkan berdasarkan hukum

    sebab-akibat, serta sikap kritis.

    5) Nilai sosio-politik suatu bahan ajar adalah kandungan nilai yang dapat

    memberikan petunjuk untuk bersikap dan berperilaku sosial yang baik

    maupun berpolitik yang baik dalam kehidupannya.

    3. Hasil Belajar Biologi a. Pengertian Belajar

    Di kalangan ahli Psikologi terdapat keragaman dalam cara

    menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Namun, menurut

    Hilgard dan Whiterington baik secara eksplisit maupun secara implisit pada

    akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi maupun konsep

    dasar belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku

    atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

    Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau

    penguasaan suatu keterampilan yang telah ada. Mungkin pula bersifat

    penambahan atau perkayaan dari informasi atau pengetahuan atau

    keterampilan yang telah ada. Bahkan, mungkin pula merupakan reduksi atau

    menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau perilaku tertentu yang tidak

    dikehendaki. 50

    Belajar merupakan aktivitas atau usaha perubahan tingkah laku yang

    terjadi pada dirinya atau diri individu. Perubahan tingkah laku tersebut

    merupakan pengalaman-pengalaman baru. Dengan belajar individu

    mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian

    yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pada reaksi yang berupa

    50 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 2005), Cet. 8, h.

  • 31

    kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.51

    Ciri-ciri kegiatan yang disebut belajar yaitu:52

    1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

    yang belajar, baik aktual maupun potensial.

    2) Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru,

    yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

    3) Perubahan itu terjadi karena usaha.

    Chaplin mengemukakan bahwa belajar adalah perolehan tingkah

    alaku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan

    Witting mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap

    yang terjadi dalam segala macam (keseluruhan) tingkah laku organisme

    sebagai hasil pengalaman.

    Hintzman berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang

    tejadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh

    pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. 53

    Pendapat-pendapat di atas menyimpulkan bahwa belajar merupakan

    proses perubahan tingkah laku yang relatif secara keseluruhan sebagai hasil

    dari pengalaman untuk memperoleh informasi dan pengetahuan.

    Belajar merupakan