131
MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA PEGADAIAN SYARIAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh : MURNI YULIANTI NIM: 106046101668 Di Bawah Bimbingan: Pembimbing I Pembimbing II Drs.H. Hamid Farihi, M.A H.M. Dawud A. Khan,S.E.,M.Si.,Ak.,CPA NIP. 195811191986031001 K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M ii

98835 Murni Yulianti Fsh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penelitian terbuka

Citation preview

Page 1: 98835 Murni Yulianti Fsh

MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA PEGADAIAN SYARIAH

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

MURNI YULIANTI NIM: 106046101668

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.H. Hamid Farihi, M.A H.M. Dawud A. Khan,S.E.,M.Si.,Ak.,CPA NIP. 195811191986031001

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2010 M

ii

Page 2: 98835 Murni Yulianti Fsh

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Manajemen Risiko dan Aplikasinya pada Pegadaian Syariah” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 24 September 2010 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. NIP: 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

1. Ketua : DR. Euis Amalia, M. Ag (……………….) NIP: 197107011998032002 2. Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H (……………….) NIP: 197407252001121001 3. Pembimbing I : Drs.H. Hamid Farihi, MA (……………….) NIP. 1973050420031002 4. Pembimbing II : M.Dawud A.Khan,SE.,M.Si.,Ak.,CPA (……………….) 5. Penguji I : Dr.Ir. Iwan Pontjowinoto, SE., MM (……………….) 6. Penguji II : Hendra Pertaminawati, MA (……………….)

iii

Page 3: 98835 Murni Yulianti Fsh

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Ramadhan 1431 H September 2010 M

MURNI YULIANTI

iv

Page 4: 98835 Murni Yulianti Fsh

ABSTRAK

MURNI YULIANTI. NIM 106046101668. Manajemen Risiko dan Aplikasinya pada Pegadaian Syariah. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M. Isi: xiii - 113halaman + 28 lampiran, 31 literatur (1993-2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen risiko serta aplikasinya pada Pegadaian Syariah, pada penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang diajukan kepada jeneral manajer manajemen risiko dan manajer usaha rahn PERUM Pegadaian Pusat Jakarta, dan data sekunder yang mendukung penelitian ini. Sedangkan untuk metode analisis, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mekanisme manajemen risiko pada Pegadaian Syariah diawali dengan proses identifikasi jenis risiko, kemudian dipetakan menurut dampak yang ditimbulkan dari masing-masing risiko, dan menentukan perlakuan terhadap risiko dengan menyusun strategi dalam pengendalian risiko.

Kata Kunci: Manajemen risiko, Jenis risiko, Dampak risiko, Strategi penanganan

risiko. Pembimbing I : Drs.H. Hamid Farihi, M.A

NIP. 195811191986031001 Pembimbing II : H.M. Dawud A. Khan,SE.,M.Si.,Ak.,CPA

v

Page 5: 98835 Murni Yulianti Fsh

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya,

shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya,

Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Manajemen

Risiko dan Aplikasinya pada Pegadaian Syariah”, maka penulis ingin mengucapkan

terima kasih terutama kepada :

1. Bapak Prof. DR. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH,

Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs.H. Hamid Farihi, M.A dan H.M. Dawud A. Khan,S.E.,M.Si.,Ak.,CPA,

Dosen Pembimbing I dan II atas segenap waktu, arahan, motivasi, dan

kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.

4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat

dimanfaatkan sebaik-baiknya.

5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.

vi

Page 6: 98835 Murni Yulianti Fsh

6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum khususnya

Farhan Musthofa, SEI, atas kemudahan yang penulis rasakan selama

pengumpulan literatur, dan staf dari berbagai perpustakaan di beberapa

universitas di Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Ayahanda Syarif Abah dan ibunda Wartini yang telah mencurahkan kasih

sayangnya dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat merasakan

pendidikan di Perguruan Tinggi. Saudara-saudaraku tercinta: aa, teh syanti, teh

euis yang begitu banyak membantu, uyuy, dan audhi trimakasih atas doa dan

dukungannya.

8. Sahabat-sahabatku Iea, Wie dan Nay yang senantiasa mengubah kepenatan

menjadi kebahagiaan. Roni yang berkenan membantu dan meluangkan waktunya

untuk berbagi pengetahuan dan Appaz yang juga berkenan berbagi ilmu bahasa

arabnya.

9. Bapak Ir. Fauzan Ahmad, Direktur PT. Maestro Motivasi Indonesia dan sahabat-

sahabat Maestro: Danu, Abuy, Yudi dan lainnya yang senantiasa memberikan

motivasi dan inspirasi.

10. Untuk dosen yang sangat bersahabat bapak Mu’min Rauf, S.Ag., MA terimakasih

untuk do’a, arahan dan motivasinya. Bu Oke dan Pa Hadi yang memberi

kemudahan dalam menyelesaikan prosedur terkait kelulusan.

11. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006,

terutama PSC 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di

perkuliahan.

vii

Page 7: 98835 Murni Yulianti Fsh

viii

12. Bapak Pamuji Gesang Raharjo, SE.,MM dan bapak Rudy Kurniawan,SE. Jeneral

Manajer Manajemen Risiko dan Jeneral Manajer Usaha Rahn Perum Pegadaian.

13. Dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi

ini baik moril maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Jazakumullahu Khairul Jaza.

Ciputat, Ramadhan 1431 H September 2010 M

MURNI YULIANTI

Page 8: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................... iii

LEMBAR PENYATAAN .......................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ......................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7

D. Kerangka Teori dan Konseptual ......................................................... 9

E. Review Studi Terdahulu ................................................................... 11

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan .......................................... 12

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Konstruksi Gadai Syariah

1. Pengertian Gadai .......................................................................... 17

2. Landasan Syariah ......................................................................... 18

3. Hakikat dan Fungsi Gadai Syariah .............................................. 20

ix  

Page 9: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

4. Rukun dan Syarat Sah Gadai Syariah .......................................... 21

5. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn ................ 22

B. Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko ..................................................... 24

2. Konsep Risiko .............................................................................. 26

3. Klasifisikasi Manajemen Risiko .................................................. 31

C. Mekanisme Manajemen Risiko ........................................................ 40

1. Identifikasi Risiko ........................................................................ 41

2. Pengukuran Risiko ....................................................................... 43

3. Pemetaan Risiko ........................................................................... 44

4. Model Pengelolaan Risiko ........................................................... 45

5. Monitor dan Pengendalian Risiko ................................................ 46

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH A. Sejarah Berdirinya Pegadaian ........................................................... 47

1. Sejarah Singkat Perum Pegadaian................................................ 48

2. Pegadaian Syariah di Indonesia ................................................... 50

B. Visi dan Misi Pegadaian Syariah ..................................................... 52

C. Produk Pegadaian Syariah

1. Rahn ............................................................................................. 59

2. Ar-Rum ........................................................................................ 61

3. Mulia ............................................................................................ 62

D. Legalitas dan Struktur Organisasi Pegadaian Syariah ...................... 64

E. Gambaran Umum SDM Pegadaian Syariah ...................................... 67

x  

Page 10: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

BAB IV MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA

PEGADAIAN SYARIAH ....................................................................... 71

A. Mekanisme Manajemen Risiko Pegadaian Syariah ......................... 72

1. Identifikasi ................................................................................... 73

2. Pengukuran ................................................................................. 74

3.Pemantauan ................................................................................... 75

4. Pengendalian ................................................................................ 76

B. Jenis Risiko yang Dihadapi Perum Pegadaian ................................. 78

C. Analisis Risiko ................................................................................. 84

1. Dampak dari Masing-masing Risiko yang Dihadapi Perum

Pegadaian ..................................................................................... 90

2. Analisis Dampak Risiko Perum Pegadaian .................................. 94

D. Strategi yang Ditempuh Perum Pegadaian dalam Mengatasi

Permasalahan Risiko yang Dihadapi ............................................. 101

1. Upaya-upaya yang telah Dilakukan Perum Pegadaian dalam

Mengurangi Risiko .................................................................... 103

2. Upaya yang Dilakukan Perum Pegadaian untuk Mengelola

Risiko ......................................................................................... 105

BAB V PENUTUP 1. KESIMPULAN ................................................................................ 106

2. SARAN ............................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 110

LAMPIRAN ............................................................................................................. 114

xi  

Page 11: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

xii  

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 3.1 Komposisi Karyawan menurut Tingkat Pendidikan ........................... 68

Tabel 4.1 Dampak Risiko Pegadaian .................................................................. 90

Gambar 1.1 Siklus Manajemen Risiko ..................................................................... 9

Gambar 1.2 Konseptual Analisa Penerapan Manajemen Risiko ............................ 10

Gambar 2.1 Skema Transaksi Gadai Syariah ......................................................... 17

Gambar 3.1 Struktur Divisi Syariah ....................................................................... 67

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Manajemen Risiko Perum Pegadaian ....................... 77

Gambar 4.2 Tampilan Peringkat Risiko secara Kualitatif ...................................... 88

Page 12: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai dibicarakan di berbagai

forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya pembicaraan

masalah ini karena salah satu tolak ukur kemajuan suatu Negara adalah dari

kemajuan ekonominya dan tulang punggung dari kemajuan ekonomi adalah dunia

bisnis. Masalah pokok dan paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang

bergerak dalam bidang usaha apa pun tidak terlepas dari kebutuhan akan dana

(modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik

untuk modal investasi atau modal kerja.

Adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang memegang

peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dana. Hal ini disebabkan

perusahaan keuangan memang bidang utama usahanya adalah menyediakan

fasilitas pembiayaan dana bagi perusahaan lainnya.1

Dalam setiap perekonomian modern, keberadaan lembaga keuangan yang

menawarkan berbagai bentuk fasilitas pembiayaan merupakan sesuatu yang

penting guna mendukung kegiatan perekonomian, terutama melalui pengerahan

                                                            1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet.6 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2002), hal.1.

 

Page 13: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

sumber-sumber pembiayaan dan penyalurannya secara efektif dan efisien. Sejalan

dengan itu, sejak tahun 1988 pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan

untuk lebih memperkuat sistem lembaga keuangan nasional melalui

pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan,2 di antaranya

lembaga keuangan non-bank seperti Pegadaian.

Perusahaan Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan

fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah tersebut digadaikan

dan kemudian ditaksir oleh pihak Pegadaian untuk menilai besarnya nilai

jaminan. Besarnya nilai jaminan akan mempengaruhi jumlah pinjaman.

Sementara ini usaha Pegadaian secara resmi masih dilakukan Pemerintah.

Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang-piutang, yang

mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang

berutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu.

Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang berutang)

tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang). Praktik seperti ini telah

ada sejak jaman Rasulullah saw dan Rasulullah sendiri pernah melakukannya.

Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan dilakukan secara sukarela

atas dasar tolong-menolong.3

                                                            2 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, ed.II (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,

1999), hal.229.

3 Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta; Salemba Diniyah, 2003), h.2.

 

Page 14: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Hadirnya Pegadaian Syariah sebagai sebuah lembaga keuangan formal

yang berbentuk unit dari Perum Pegadaian di Indonesia, yang bertugas

menyalurkan pembiayaan dalam bentuk pemberian uang pinjaman kepada

masyarakat yang membutuhkan berdasarkan hukum gadai syariah merupakan

suatu hal yang perlu mendapatkan sambutan positif. Dalam gadai syariah, yang

terpenting adalah dapat memberikan kemaslahatan sesuai dengan yang

diharapkan masyarakat dan menjauhkan diri dari praktik-praktik riba, qimar

(spekulasi), maupun gharar (ketidaktransfaranan) yang berakibat terjadinya

ketidakadilan dan kedzaliman pada masyarakat dan nasabah.4

Semua organisasi tentunya mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri yang

merupakan motivasi dari pendiriannya. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah

mekanisme yang mengintegrasikan proses dari kegiatan-kegiatan yang perlu

dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan, dan kegiatan tersebut kita kenal

sebagai kegiatan manajemen. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik

industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa keuangan didorong oleh motif

mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar,

manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien.5

                                                            4 Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer

(Jakarta: UI-Press, 2005), h.5. 5 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah , cet.4 (Jakarta: Pustaka Alvabet,

2006), h.90.

 

Page 15: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Berbicara mengenai manajemen, Islam mendorong umatnya untuk

melakukan segala sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Dalam sebuah Hadits

dikemukakan,

}رواه ابن المبارل{إذا أردت أن تفعل أمرا فتدبر عاقبته فإن آا ن خيرا فا مض وإن آان شرا فانته

“Jika anda ingin melakukan sebuah perbuatan atau pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya. Jika perbuatan itu baik, teruskan, dan jika perbuatan itu jelek , maka berhentilah.” (HR Ibnul Mubarak)

Pesan untuk memikirkan akibat dari suatu perbuatan merupakan larangan

untuk melakukan sesuatu tanpa sasaran yang jelas, tanpa organisasi yang rapi, dan

tanpa tujuan yang jelas. Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata

wadah, melainkan lebih menekankan bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan

secara rapi. Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja.6

Dalam proses untuk mencapai tujuan, setiap organisasi perusahaan selalu

dihadapkan pada hambatan dan kendala, baik kendala teknis maupun operasional.

Hambatan atau kendala tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis yang akan

dihadapi sebuah organisasi ataupun perusahaan dalam mencapai tujuan. Semua

hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan kita kenal sebagai risiko.

Setiap usaha bisnis atau pendirian perusahaan, haruslah mengukur potensi

risikonya terlebih dahulu. Dalam menghadapi risiko tersebut, banyak cara

                                                            6 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik (Jakarta: Gema

Insani Press, 2003), h.100.

 

Page 16: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

dilakukan perusahaan. Apa pun upaya yang dilakukan perusahaan dalam

menghadapi risiko, suatu pemahaman tentang bagaimana risiko terjadi,

bagaimana mengukur, memantau dan mengendalikannya adalah suatu proses

manajemen yang perlu dilakukan perusahaan. Perusahaan yang melakukan proses

manajemen risiko akan semakin sadar dan siap menghadapi kemungkinan

terjadinya risiko yang potensial terjadi.

Manajemen risiko akhir-akhir ini menjadi bagian pertimbangan dari bisnis

yang tidak dapat dihindarkan. Banyak perusahaan yang bangkrut dan dilikuidasi

karena menderita kerugian yang sedemikian besar. Hal itu terjadi karena tidak

atau gagal memperhitungkan risiko yang ada. Namun demikian, bagi perusahaan

yang sudah berjalan dan mempunyai banyak bisnis usaha, keputusan untuk

memasukkan pengukuran risiko dalam pengambilan keputusan bisnisnya adalah

lebih baik daripada hanya memperhitungkan potensi return-nya saja.

Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko dan memasukkan

dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya diharapkan dapat lebih survive,

karena potensi risiko yang terjadi sudah diperhitungkan. Perusahaan yang

melakukan proses manajemen risiko juga diharapkan lebih dapat menciptakan

nilai tambah, karena potensi return yang diperoleh sudah diperhitungkan lebih

besar daripada potensi risiko kerugiannya. Dengan demikian, proses manajemen

risiko menjadi suatu kebutuhan bagi setiap perusahaan bukan menjadi kewajiban

 

Page 17: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

yang dipersyaratkan oleh regulator7. Oleh karena itu manajemen risiko mutlak

diterapkan baik oleh individu maupun korporasi. Lebih spesifik dalam korporasi,

sebagai suatu organisasi, perusahaan pada umumnya memiliki tujuan dalam

mengimplementasikan manajemen risiko.8

Berdasarkan pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi

ataupun perusahaan menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan sesuatu yang

penting bagi organisasi sehingga perlu memiliki suatu sistem manajerial yang

mampu meminimalisir bahkan menghilangkan segala kemungkinan risiko yang

dihadapi dalam kegiatan usahanya. Tidak terkecuali Pegadaian Syariah yang

merupakan sebuah lembaga keuangan umat yang memiliki prospek yang baik,

juga harus memiliki sebuah sistem manajemen pengawasan risiko dengan segala

tindakan preventif yang akan mampu mencegah bahkan menghilangkan risiko

kerugian financial dari kegiatan usaha perusahaannya.

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dan untuk

menganalisa penerapan manajemen risiko pada Pegadaian Syariah, maka penulis

tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam penulisan skripsi yang

berjudul: ”MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA

PEGADAIAN SYARIAH”

                                                            7 Muhammad Muslich, Manajemen Risiko Operasional: Teori dan Praktik (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2007), h.3.

8 Dida Nurhaida, “Islam juga Mengajarkan Manajemen Risiko”, Sharing: Inspirator Ekonomi dan Bisnis Syariah, (Mei 2010): h.64.

 

Page 18: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berbicara mengenai manajemen memang perlu pambahasan yang cukup

luas. Demi terselesaikannya penulisan ini, maka dalam penelitian ini penulis

hanya memfokuskan pada pembahasan manajemen risiko yang terdapat pada

institusi lembaga keuangan Pegadaian Syariah.

Berdasar pada pembatasan masalah dan pembatasan penelitian tersebut,

maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya

sebagai berikut:

1. Jenis risiko apa saja yang dihadapi Pegadaian Syariah?

2. Bagaimana dampak dari masing-masing risiko tersebut terhadap

kelangsungan bisnis Pegadaian Syariah?

3. Bagaimana strategi yang ditempuh oleh Pegadaian Syariah dalam

menanggulangi permasalahan risiko yang dihadapi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Mengetahui dan menjelaskan jenis risiko yang terjadi pada Pegadaian

Syariah.

 

Page 19: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

b. Mengetahui dan menjelaskan dampak dari masing-masing risiko terhadap

kelangsungan bisnis Pegadaian Syariah.

c. Mengetahui strategi yang ditempuh oleh Pegadaian Syariah dalam

menanggulangi permasalahan risiko yang dihadapi.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:

a. Bagi Mahasiswa

Menambah khasanah keilmuan demi meningkatkan kompetensi diri,

kecerdasan intelektual dan emosional dalam bidang lembaga keuangan

syariah khususnya mengenai manajemen risiko Pegadaian Syariah.

b. Bagi Institusi

Menambah sumbangan wacana pemikiran serta motivasi kepada lembaga

keuangan maupun lembaga yang terkait dalam sistem manajemen

pengelolaan risiko, sehingga mampu menerapkan sistem manajemen

risiko yang dapat meminimalisir bahkan menghilangkan kemungkinan

risiko yang dihadapai dalam kegiatan usahanya.

Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, dapat memperkaya

wawasan dan wacana dalam ekonomi Islam pada umumnya dan sebagai sumbang

saran dan masukan bagi para praktisi dalam manajemen pengelolaan risiko usaha

 

Page 20: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

yang dihadapi oleh lembaga keuangan syariah, khususnya Pegadaian Syariah,

serta dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dalam melakukan

aktifitas ekonominya.

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,

menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan

dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

Bramantyo Djohanaputro menjelaskannya dalam siklus manajemen risiko yaitu9:

Gambar 1.1 Siklus Manajemen Risiko

Evaluasi pihak berkepentingan

Identifikasi risiko

Pengawasan dan pengendalian risiko 

Model pengelolaan risiko Pemetaan

risiko

Pengukuran Risiko

                                                            9Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi (Jakarta: PPM, 2006),

h. 27.

 

Page 21: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Dalam perkembangannya, risiko-risiko yang dibahas dalam

manajemen risiko dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori dan pada tiap

kategori tersebut memiliki risiko-risiko yang lebih spesifik lagi tergantung

pada jenis usaha yang di bidangi oleh masing-masing perusahaan, yaitu:

a. Risiko Keuangan

b. Risiko Operasional

c. Risiko Strategis

d. Risiko Eksternalitas

2. Kerangka Konsep

Dalam skripsi ini konsep pemikirannya adalah sebagai berikut:

Gambar 1.2 Konseptual Analisa Penerapan Manajemen Risiko

Identifikasi jenis risiko pada Pegadaian Syariah

 Dampak dari masing-masing risiko yang dihadapi Pegadaian Syariah

Menentukan strategi manajemen risiko dalam mengatasi risiko yang

dihadapi

Penerapan manajemen risiko pada Pegadaian Syariah

Langkah antisipasi dan preventif

10 

 

Page 22: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

E. Review Studi Terdahulu

1. Manajemen Risiko Operasional Bank Syariah (Studi pada Unit Usaha Syariah

Bank Bukopin) oleh Harun Masykur mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun skripsi 2008. Secara umum

permasalahan yang dibahas dalam penelitiannya adalah mengenai proses

identifikasi dan pengukuran risiko operasional, proses pengendalian dan

pelaporan risiko operasional, proses pengukuran dana cadangan risiko

operasional dengan metode the basic indicator approach (BIA) dan

hambatan-hambatan dalam manajemen risiko operasional pada UUS Bukopin.

Sedangkan pada skripsi ini, membahas manajemen risiko secara keseluruhan

pada Pegadaian Syariah dan tidak terbatas pada risiko operasionalnya saja

tetapi juga menganalisa seluruh risiko yang dihadapi Pegadaian Syariah.

2. Manajemen Risiko dan Penerapannya di PT. Asuransi Takaful Keluarga oleh

Wahyu Gunawan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun skripsi 2004. Secara umum permasalahan yang

dibahas dalam penelitiannya adalah mengenai konsep manajemen risiko

Islami, strategi yang ditempuh oleh PT Asuransi Takaful keluarga dalam

menanggulangi permasalahan risiko perusahaan yang mungkin dihadapi dan

sejauh mana kesesuaian program-program manajemen risiko perusahaan yang

telah ditetapkan oleh PT Asuransi Takaful Keluarga dengan prinsip-prinsip

manajemen risiko Islami. Sedangkan pada skripsi ini membahas manajemen

11 

 

Page 23: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

risiko secara umum dan strateginya dalam menghadapi risiko-risiko usaha

pada Pegadaian Syariah, karena obyek penelitian pada skripsi ini adalah

Pegadaian Syariah.

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

1. Jenis Penelitian

Dalam pembahasan dan pengumpulan data skripsi ini, penulis memakai

metode penelitiaan kualitatif deskriptif yaitu tahap penyajian data yang

didasarkan kepada pendekatan phenomenologi yang terjadi dalam praktik

manajemen risiko di Pegadaian Syariah.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif, yaitu ilmu ekonomi

dalam bidang manajemen dan lebih spesifikasinya mengenai pengelolaan

manajemen risiko.

3. Jenis data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi

penerapan manajemen risiko di Pegadaian Syariah.

b. Sumber data penelitian ini yaitu:

12 

 

Page 24: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

1) Data Primer yaitu : dokumen-dokumen yang terkait dengan

manajemen risiko Pegadaian Syariah berupa: wawancara dengan divisi

manajemen risiko dan divisi usaha syariah, anual report 2009 Perum

Pegadaian.

2) Data Sekunder yaitu kajian kepustakaan tentang manajemen risiko dan

gadai syariah baik berupa jurnal, buku, majalah, dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua metode, yaitu:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Metode ini digunakan untuk memperoreh data tertulis dengan cara

membaca buku-buku, surat kabar dan sebagainya yang ada kaitannya

dengan masalah yang penulis teliti.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dengan

cara mendatangi langsung objek penelitian. Untuk memperoleh data dari

lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1) Observasi dengan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap mekanisme aplikasi manajemen risiko pada

Pegadaian Syariah dengan menggunakan seluruh alat indera.

13 

 

Page 25: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

2) Wawancara untuk tujuan mendapatkan keterangan secara lisan dari

pihak yang terkait dengan obyek penelitian.

5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara

bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu

mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan

jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikannya dan

menganalisa mekanisme penerapan manajemen risiko pada Pegadaian

Syariah.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku ”Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Dalam membahas skripsi ini, penulis membagi ke dalam lima bab. Pada

tiap bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penulis

menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

14 

 

Page 26: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

BAB I, PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi

terdahulu, metodologi penelitian dan teknik penulisan serta sistematika

penulisan.

BAB II, LANDASAN TEORITIS

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai

konstruksi gadai syariah yang meliputi pengertian gadai, landasan

syariah, hakikat dan fungsi gadai syariah, rukun dan syarat sah gadai

syariah, persamaan dan perbedaan antara gadai dengan rahn. Dan

teori mengenai manajemen risiko yang meliputi: pengertian

manajemen risiko, konsep risiko, klasifikasi manajemen risiko serta

mekanisme manajemen risiko yang meliputi: identifikasi risiko,

pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan risiko, monitor

dan pengendalian risiko.

BAB III, GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH

Dalam bab ini, penulis menguraikan gambaran umum dari Pegadaian

Syariah yang meliputi: sejarah singkat Perum Pegadaian dan

Pegadaian Syariah, visi dan misi Pegadaian Syariah, produk dan jasa 15 

 

Page 27: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

16 

 

Pegadaian Syariah, legalitas dan struktur organisasi Pegadaian

Syariah, gambaran umum Sumber Daya Manusia Pegadaian Syariah.

BAB IV, MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA PEGADAIAN

SYARIAH

Dalam bab ini, penulis menguraikan bagaimana manajemen

pengelolaan risiko dan aplikasinya pada Pegadaian Syariah, apa saja

jenis risiko yang dihadapi, bagaimana manganalisis risiko, bagaimana

dampak dari masing-masing risiko tersebut terhadap kelangsungan

bisnis Pegadaian Syariah, dan bagaimana strategi yang ditempuh oleh

Pegadaian Syariah dalam mengatasi permasalahan risiko yang

dihadapi.

BAB V, PENUTUP

Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan

yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang

dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.

Page 28: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konstruksi Gadai Syariah

1. Pengertian Gadai

Secara umum, gadai merupakan suatu hak yang diperoleh kreditur atas

suatu barang bergerak yang dijadikan sebagai jaminan pelunasan atas hutang.

Sedangkan Rahn atau Gadai Syariah adalah penyerahan hak penguasaan

secara phisik atas harta/barang berharga dari nasabah kepada penerima gadai

sebagai jaminan atas pembiayaan qardh yang diterima oleh nasabah.1

Gambar 2.1 Skema Transaksi Gadai Syariah

                                                            

1 Rudy Kurniawan, “Pelatihan Pegadaian Syariah.” Soft Skill sebagai Peningkatan Sumber Daya Insani Pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS), 14 April 2010. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

17 

 

Page 29: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Sesuai dengan skema tersebut, pada dasarnya operasionalisasi

Pegadaian Syariah berjalan diatas dua akad transaksi syariah yaitu:

a. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Pihak yang menahan

memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian

piutangnya. Dengan akad ini, Pegadaian menahan barang bergerak sebagai

jaminan atas utang nasabah/Rahin.

b. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini, dimungkinkan bagi

Pegadaian Syariah untuk menarik biaya Ijarah atas penyimpanan dan

pemeliharaan barang bergerak milik nasabah/Rahin yang telah melakukan

akad.

2. Landasan Syariah

Landasan konsep Pegadaian Syariah mengacu kepada syariat Islam

yang bersumber dari Al Quran dan Hadits Nabi saw. Adapun prinsip dasar

yang digunakan adalah2:

18 

                                                            2 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,

2001), h.128.  

 

Page 30: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

a. Al-Quran Surat Al Baqarah (2): 283

⌧ ⌦

⌧ ☺

☺ ☺

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

b. Hadits

{ لى أجل عن عا ئشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه و سلم اشترى طعاما من يهودي إ

 } ورهنه درعا من حديد

Dari Aisyah r.a., Nabi saw., bersabda:

19 

 

Page 31: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

“Sesungguhnya Rasulullah saw., pernah membeli makanan dengan berutang dari seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Hakikat dan Fungsi Gadai Syariah

Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 283 dan begitu juga dalam

hadits Rasulullah saw. dari Ummul Mu’minin ‘Aisyah ra. yang diriwayatkan

Abu Hurairah, dijelaskan bahwa gadai pada hakikatnya merupakan salah satu

bentuk muamalah, dimana sikap menolong dan sikap amanah sangat

ditonjolkan.

Maka pada dasarnya, hakikat dan fungsi Pegadaian dalam Islam

adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang

membutuhkan dengan meminta/menyerahkan marhun sebagai jaminan dan

bukan untuk kepentingan komersil dengan mengambil keuntungan yang

sebesar-besarnya tanpa menghiraukan kemampuan orang lain.

Produk rahn disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiayaan

kegiatan multiguna. Rahn sebagai bentuk pinjaman, berarti Pegadaian Syariah

hanya memperoleh imbalan atas biaya administrasi, penyimpanan,

pemeliharaan, dan asuransi marhun, maka produk rahn ini biasanya hanya

digunakan untuk keperluan sosial-konsumtif seperti kebutuhan hidup,

20 

 

Page 32: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan rahn sebagai produk pembiayaan,

berarti Pegadaian Syariah memperoleh bagi hasil dari usaha rahin yang

dibiayainya.3

4. Rukun dan Syarat Sah Gadai Syariah

a. Orang yang berakad:

1) Yang berhutang (Rahin)

2) Yang berpiutang (Murtahin)

Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap bertindak

hukum (baligh dan berakal).

b. Sighat (ijab qabul)

c. Utang (Marhun bih)

d. Barang yang dijadikan agunan (Marhun)

Syarat marhun menurut pakar Fiqh adalah4:

1) Marhun itu dapat dijual dan nilainya seimbang dengan marhun bih.

2) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal).

3) Marhun itu jelas dan tertentu.

4) Marhun itu milik sah rahin.

5) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain.

21 

                                                            3 Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer

(Jakarta: UI-Press, 2005), h.41.  

4 Nasrun Haroen, Fiqh muamalat (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.254.

 

Page 33: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

6) Marhun itu merupakan hak milik yang utuh, tidak berupa bagian

dalam kepemilikan bersama.

7) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun manfaatnya.

5. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn

Persamaan antara gadai dengan rahn adalah sebagai berikut5:

a. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang

b. Adanya agunan (barang jaminan) sebagai jaminan utang

c. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan

d. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai

e. Apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang digadaikan

boleh dijual atau dilelang.

Sedangkan perbedaan antara gadai dengan rahn adalah sebagai berikut:

a. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong-

menolong tanpa mencari keuntungan, sedangkan gadai menurut hukum

perdata, disamping berprinsip tolong-menolong juga menarik keuntungan

dengan cara menarik bunga atau sewa modal yang ditetapkan.

22 

                                                            5 Rais, Pegadaian Syariah, h.46. 

 

 

Page 34: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

b. Dalam hukum perdata, hak gadai hanya berlaku pada benda yang

bergerak, sedangkan dalam hukum Islam, rahn berlaku pada seluruh harta,

baik harta yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

c. Dalam rahn, menurut hukum Islam tidak ada istilah bunga uang.

d. Gadai menurut hukum perdata, dilaksanakan melalui suatu lembaga, yang

di Indonesia disebut Perum Pegadaian, sedangkan rahn menurut hukum

Islam dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.

Akad rahn telah dipakai sebagai alternatif dari pegadaian

konvensional. Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn, nasabah tidak

dikenakan bunga. Yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan,

pemeliharaan, penjagaan, dan penaksiran.

Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga pegadaian adalah dari

sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya rahn

hanya sekali dan ditetapkan dimuka.6

23 

                                                            6 Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, h.130.

 

Page 35: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

B. Manajemen Risiko

1. Pengertian Manajemen Risiko

Istilah manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan

mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan

efektif dengan dan melalui orang lain. Proses menggambarkan fungsi-fungsi

yang berjalan terus atau kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan oleh para

manajer. Fungsi-fungsi tersebut biasanya disebut sebagai merencanakan,

mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.

Manajemen juga diartikan dalam berbagai istilah atau sebutan,

sehingga dengan istilah tersebut masing-masing orang dapat memandang

manajemen sesuai dengan cara pandang mereka. Walaupun berbeda dalam

cara pandang, namun konsep manajemen tetap mengacu pada perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.

Manajemen adalah praktek yang secara sadar dan berkesinambungan

menata dan membentuk pada organisasi formal. Dalam melakukan hal ini,

seni pengambilan keputusan memainkan peran yang sangat penting.

Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses identifikasi dan

pemilihan tindakan untuk menyelesaikan suatu masalah spesifik (stoner etal,

1995).7

24 

                                                            7 Indo Yama Nasarudin dan Hemmy Fauzan, Pengantar Bisnis dan Manajemen (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006), h. 161.

 

Page 36: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Para ahli pengambil keputusan pernah membedakan antara

ketidakpastian dan risiko, tetapi kini lebih sering memandang ketidakpastian

sebagai alasan mengapa satu situasi itu berisiko.

Risiko merupakan bahaya; risiko adalah ancaman atau kemungkinan

suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan

dengan tujuan yang ingin dicapai. Risiko juga merupakan peluang; risiko

adalah sisi yang beralawanan dari peluang untuk mencapai tujuan. Kata

kuncinya adalah “tujuan” dan “dampak/ sisi yang berlawanan”. Guna

mempertahankan eksistensi kehidupan, maka diperlukan suatu tujuan. Untuk

mencapai tujuan diperlukan tindakan atau aktivitas. Aktivitas memiliki risiko

jika dampaknya berlawanan. Sebaliknya, aktivitas memberikan peluang untuk

memperoleh hasil yang diinginkan.

Setiap organisasi pasti memiliki tujuan berupa visi dan misi yang ingin

dicapai. Tujuan tersebut berpeluang untuk dicapai, tetapi terdapat juga risiko

untuk tidak tercapai.8

Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak

diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan

munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan

25 

                                                            8  Ferry n. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan 3 Pilar

Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia ( Jakarta: Rajawali Pers, 2008),h.4.

 

Page 37: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

terjadinya hasil negatif tadi. Kejadian risiko merupakan kejadian yang

memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak

diinginkan. Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang

diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-

finansial.9

Tujuan memahami risiko adalah untuk mengelola risiko. Manajemen

risiko membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan hal-

hal di luar dugaan yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.

Manajemen risiko juga memberikan pertimbangan mengenai tindakan yang

harus diambil guna menangani berbagai risiko tersebut.10

Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,

manganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan

dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.11

2. Konsep Risiko

Untuk dapat memahami masalah-masalah pokok yang berkaitan

dengan risiko, maka perlu adanya pengetahuan mengenai konsep-konsep

26 

                                                            9 Fachmi Basyaib, Manajemen Risiko (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h.1

10 Leo J. Susilo dan Victor Riwu Kaho, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk Industri Nonperbankan (Jakarta: PPM Manajemen, 2010), h.1

11 Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Cet.V, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h.17.

 

Page 38: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

dasar yang berhubungan dengan risiko. Pemahaman atas perbedaan antara

risiko dan ketidakpastian akan memberikan suatu pandangan tentang sifat

hakiki dari risiko.

Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak

diperkirakan (unexpected risk). Sedangkan istilah risiko itu sendiri mengacu

kepada risiko yang diperkirakan (expected risk). Ketidakpastian atau

uncertainty sering diartikan dengan keadaan dimana ada beberapa

kemungkinan kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Tetapi tingkat

kemungkinan atau probabilitaas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara

kuantitatif.

Pengertian dasar risiko terkait dengan adanya ketidakpastian dan

tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif serta tingkat

ketidakpastian tersebut dapat dihitung dengan memperoleh informasi. Jadi,

yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah informasi. Ada beberapa

pengertian yang sering digunakan dalam istilah risiko. Yang paling mendasar

adalah risiko bisa diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat

probabilitas kejadiannya.12

Disamping perlu adanya pemahaman mengenai risiko dan

ketidakpastian, juga perlu adanya pengetahuan mengenai prinsip-prinsip

27 

                                                            12 Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. (Jakarta: PPM,

2006),h.14.

 

Page 39: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

manajemen risiko, manajemen risiko suatu organisasi hanya dapat efektif bila

mampu menganut prinsip-prinsip sebagai berikut13:

a. Manajemen risiko haruslah memberi nilai tambah.

Manajemen risiko memberikan kontribusi melalui peningkatan

kemungkinan pencapaian sasaran perusahaan secara nyata. Selain itu, juga

memberikan perbaikan dalam aspek keselamatan, kesehatan kerja,

kepatuhan terhadap peraturan perundangan, perlindungan lingkungan

hidup, persepsi publik, kualitas produk, reputasi, corporate governance,

efisiensi operasi, dan lain-lain.

b. Manajemen risiko adalah bagian terpadu dari proses organisasi.

Manajemen risiko merupakan bagian dari tanggung jawab manajemen dan

merupakan bagian tak terpisahkan dari proses organisasi, proyek, dan

manajemen perubahan.

c. Manajemen risiko adalah bagian dari proses pengambilan keputusan.

Manajemen risiko membantu para pengambil keputusan untuk mengambil

keputusan atas dasar pilihan-pilihan yang tersedia dengan informasi yang

selengkap mungkin. Manajemen risiko dapat membantu menunjukkan

semua risiko yang ada, mana risiko yang dapat diterima dan mana risiko

yang memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen risiko juga

memantau apakah perlakuan risiko yang telah diambil memadai dan cukup

28 

                                                            13 Leo J. Susilo, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000, h.22. 

 

Page 40: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

efektif atau tidak. Informasi ini merupakan bagian dari proses

pengambilan keputusan.

d. Manajemen risiko secara khusus menangani aspek ketidakpastian.

Manajemen risiko secara khusus menangani aspek ketidakpastian dalam

proses pengambilan keputusan. Ia memperkirakan bagaimana sifat

ketidakpastian dan bagaimanakah hal tersebut ditangani.

e. Manajemen risiko bersifat sistematik, terstruktur, dan tepat waktu.

Sifat sistematik, terstruktur, dan tepat waktu yang digunakan dalam

pendekatan manajemen risiko inilah yang memberikan kontribusi terhadap

efisiensi dan konsistensi manajemen risiko. Dengan demikian, hasilnya

dapat dibandingkan dan memberikan hasil serta perbaikan.

f. Manajemen risiko berdasarkan pada informasi terbaik yang tersedia.

Masukan dan informasi yang digunakan dalam proses manajemen risiko

didasarkan pada sumber informasi yang tersedia, seperti pengalaman,

observasi, perkiraan, penilaian ahli, dan data lain yang tersedia. Akan

tetapi, tetap harus disadari bahwa semua informasi ini mempunyai

keterbatasan yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan

keputusan, baik dalam membuat model risiko maupun perbedaan pendapat

yang mungkin terjadi diantara para ahli.

29 

 

Page 41: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

g. Manajemen risiko adalah khas untuk penggunaannya.

Manajemen risiko harus diselaraskan dengan konteks internal dan

eksternal organisasi, serta sasaran organisasi dan profil risiko yang

dihadapi organisasi tersebut.

h. Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya.

Penerapan manajemen risiko haruslah mengenali kapabilitas organisasi,

persepsi dan tujuan masing-masing individu di dalam serta di luar

organisasi, khususnya yang menunjang atau menghambat pencapaian

sasaran organisasi.

i. Manajemen risiko harus transparan dan inklusif.

Untuk memastikan bahwa manajemen risiko tetap relevan dan terkini,

para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan di setiap tingkatan

organisasi harus dilibatkan secara efektif. Keterlibatan ini juga harus

memungkinkan para pemangku kepentingan terwakili dengan baik dan

mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pendapat serta

kepentingannya, terutama dalam merumuskan kriteria risiko.

j. Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang, dan tanggap terhadap

perubahan.

Ketika terjadi peristiwa baru, baik di dalam maupun di luar organisasi,

konteks manajemen risiko dan pemahaman yang ada juga mengalami

perubahan. Dalam situasi semacam inilah tahapan monitoring dan review

30 

 

Page 42: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

berperan memberikan kontribusi. Risiko baru pun muncul, ada yang

berubah, ada juga yang menghilang. Oleh karena itu, menjadi tugas

manajemen untuk memastikan bahwa manajemen risiko senantiasa

memperhatikan, merasakan, dan tanggap terhadap perubahan.

k. Manajemen risiko harus memfasilitasi terjadinya perbaikan dan

peningkatan organisasi secara berlanjut.

Manajemen organisasi harus senantiasa mengembangkan dan menerapkan

perbaikan strategi manajemen risiko serta meningkatkan kematangan

pelaksanaan manajemen risiko, sejalan dengan aspek lain dari organisasi.

3. Klasifikasi Manajemen Risiko

Manajemen risiko yang dianggap paling maju adalah pada industri

perbankan. Namun, kesulitan masih muncul disana-sini dalam

mengidentifikasikannya. Terdapat risiko-risiko yang berlaku hampir di semua

industri. Ragam dan klasifikasi yang disampaikan disini merupakan salah satu

model. Surat edaran Bank Indonesia perihal penerapan manajemen risiko bagi

bank umum hanya mencantumkan delapan jenis risiko yang diantaranya

adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko

hukum, risiko reputasi, risiko strategik, dan risiko kepatuhan.14

31 

                                                            14 Robert Tampubolon, Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial

(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), h.24.

 

Page 43: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Berikut pemaparan dalam hal pengklasifikasian risiko pada industri

nonperbankan, dimana delapan jenis risiko bank umum menurut versi Bank

Indonesia menjadi bagian dari risiko yang ada dalam model ini. Risiko

perusahaan dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko yaitu risiko

keuangan, risiko operasional, risiko strategis dan risiko ekternalitas. Masing-

masing kategori risiko terdiri dari beberapa jenis risiko.15

a. Risiko Keuangan

Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter

perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Ukuran keuangan

dapat berupa arus kas (dan ini yang banyak digunakan), laba perusahaan,

economic value added (EVA), dan pertumbuhan penjualan.

Risiko keuangan terdiri dari tiga jenis risiko: risiko likuiditas, risiko

kredit, dan risiko permodalan.

1) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan

tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau

pengeluaran tak terduga. Ini berkaitan dengan pengelolaan modal kerja

perusahaan. Risiko ini terjadi bila perusahaan kekurangan uang tunai

atau modal kerja bentuk lain yang bisa diuangkan dengan mudah

32 

                                                            15 Bramantyo, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, h. 34.

 

Page 44: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

untuk membayar utang dagang, utang pajak, utang bank yang jatuh

tempo, commercial paper (CP), dan kewajiban jangka pendek lainnya.

Sekalipun risiko likuiditas berkaitan dengan jangka waktu yang

pendek, kondisi tidak likuid yang ekstrem dapat menyebabkan

kebangkrutan.

2) Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit

tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang

dalam kesepakatan. Ini mengandung pengertian, risiko kredit suatu

perusahaan berarti juga risiko turunnya kemampuan perusahaan

debitur. Oleh karena itu, mengukur risiko kredit selalu dikaitkan

dengan nominal risiko dan kualitas dari risiko. Keduanya menentukan

kebijakan perusahaan dalam memberi kredit.

3) Risiko Permodalan

Risiko permodalan disebut juga risiko solvensi, yaitu risiko yang

dihadapi perusahaan berupa kemungkinan tidak dapat menutup

kerugian. Risiko ini merupakan risiko yang dihadapi perusahaan dan

merupakan akumulasi berbagai risiko yang terjadi sebelumnya, antara

lain risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar, dan risiko

operasional. 33 

 

Page 45: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Tidak ada ketentuan rasio permodalan di luar industri perbankan dan

asuransi. Namun, analis keuangan dapat membantu direksi

menetapkan rasio terbaik untuk mencapai nilai perusahaaan dan

kekayaan pemegang saham yang maksimum dengan tingkat risiko

yang bisa diterima.

4) Risiko Pasar

Risiko pasar berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan

karena pergerakkan variabel pasar selama periode likuidasi dan

perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap

pasar (mark to market). Hal-hal yang terkait dengan risiko pasar

adalah transaksi dan instrumen keuangan.

Risiko pasar biasanya dikelompokkan menjadi empat jenis: risiko

suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko ekuitas.

a) Risiko Suku Bunga

Yaitu risiko yang berdampak pada potensi penyimpangan beban

biaya atau pendapatan karena fluktuasi suku bunga. Bagi

perbankan, risiko suku bunga merupakan salah satu risiko yang

secara rutin dihadapi dan selalu dimonitor. Risiko ini baik dari sisi

beban biaya maupun pendapatan bunga.

34 

 

Page 46: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

b) Risiko Nilai Tukar

Adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena

fluktuasi nilai tukar. Biasanya risiko nilai tukar dikaitkan dengan

potensi penyimpangan pada transaksi atau arus kas, laba akuntansi,

dan penyimpangan nilai perusahaan atau kekayaan pemegang

saham.

c) Risiko Komoditas

Risiko komoditas merupakan potensi penyimpangan ekspektasi

penerimaan atau kewajiban pembayaran Rupiah karena perusahaan

melakukan transaksi komoditas secara forward, yang dimaksud

dengan transaksi forward adalah transaksi yang disepakati saat ini

mengenai jumlah atau volume komoditas yang ditransaksikan,

harga, dan jatuh temponya, dan eksekusi dilakukan saat jatuh

tempo.

d) Risiko Ekuitas

Yaitu potensi penyimpangan hasil oleh karena berfluktuasinya

harga atau indeks saham. Perusahaan pada umumnya tidak terlalu

memperdulikan risiko ekuitas karena investasi dalam bentuk ini

relatif kecil.

35 

 

Page 47: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

b. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang

diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau

faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan, yaitu teknis

dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila

sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan

pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran

organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan

pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan

sebagaimana seharusnya.

Risiko operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

faktor manusia (SDM), teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, struktur

organisasi.

1) Risiko Produktivitas

Risiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau

tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan

dari variabel yang mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk di

dalamnya adalah teknologi, peralatan, material, dan SDM.

36 

 

Page 48: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

2) Risiko Teknologi

Risiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi

yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi.

3) Risiko Inovasi

Risiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya

pembaharuan, modernisasi, atau tranformasi dalam beberapa aspek

bisnis. Penyimpangan positif (perbaikan kinerja) terjadi apabila

inovasi tersebut membantu proses operasi. Sebaliknya, inovasi

beberapa aspek dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan negatif

apabila perusahaan tidak segera melakukan penyesuaian.

4) Risiko Sistem

Risiko ini merupakan bagian dari risiko proses, yaitu potensi

penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian sistem

dalam operasi perusahaan.

5) Risiko Proses

Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil

yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan

dalam kombinasi sumber daya (SDM, keahlian, metode, peralatan,

37 

 

Page 49: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

teknologi, dan material) dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan

prosedur merupakan salah satu bentuk perwujudan risiko proses.

c. Risiko Strategis

Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat

dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat

keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan

internal usaha.

1) Risiko Usaha

Risiko usaha adalah potensi penyimpangan hasil korporat (nilai

perusahaan dan kekayaan pemegang saham) dan hasil keuangan

karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertentu dengan lingkungan

industri yang khas dan menggunakan teknologi tertentu.

2) Risiko Transaksi Strategis

Risiko transaksi strategis adalah potensi penyimpangan hasil korporat

maupun strategis sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi

strategis. Yang termasuk ke dalam transaksi strategis adalah merjer,

akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi, dan

sejenisnya. Transaksi ini menyebabkan perubahan yang sangat

strategis pada perusahaan.

38 

 

Page 50: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

3) Risiko Hubungan Investor

Adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil dari

eksposur korporat dan terutama eksposur keuangan karena

ketidaksempurnaan dalam membina hubungan dengan investor, baik

pemegang saham maupun kreditur.

d. Risiko Eksternalitas

Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur

korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha,

karena pengaruh dari faktor eksternal. Yang termasuk faktor eksternal,

antara lain reputasi, lingkungan, sosial, dan hukum.

1) Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah potensi hilangnya atau hancurnya reputasi

perusahaan karena penerimaan lingkungan eksternal yang rendah,

bahkan bisa terjadi penolakan. Penyebab penolakan tersebut ada dua,

yaitu ketidakmampuan perusahaan mengambil tindakan terhadap isu

eksternal yang terkait dengan perusahaan dan ketidakmampuan

perusahaan mengelola komunikasi dengan pihak berkepentingan

eksternal yang dapat menimbulkan persepsi positif terhadap

perusahaan.

39 

 

Page 51: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

2) Risiko Lingkungan

Risiko lingkungan adalah potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi

penutupan perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan dalam

mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan.

3) Risiko Sosial

Risiko sosial adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak

akrabnya perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan berada.

Termasuk di dalamnya adalah kalau perusahaan tidak peka terhadap

rekruitmen karyawan tanpa memberi kesempatan masyarakat setempat

dan peran sosial perusahaan dalam masyarakat.

4) Risiko Hukum

Risiko hukum adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena

perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Di

lingkungan perbankan dikenal dengan risiko kepatuhan (compliance

risk).

C. Mekanisme Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko adalah tahapan-tahapan melalui mana sebuah

perusaahaan memastikan bahwa risiko yang dihadapinya (yang mengancamnya)

40 

 

Page 52: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

adalah sesuai dengan risiko yang diinginkan, dibutuhkan, atau direncanakan

supaya terjadi.

1. Identifikasi Risiko

Sebelum memanajemeni risiko, maka harus dapat diketahui adanya

risiko itu, berarti membangun pengertian tentang sifat risiko yang dihadapi

dan dampaknya terhadap aktivitas perusahaan. Pengidentifikasian risiko

sering pula disebut mendiagnosis risiko. Jika semua kerugian potensial yang

mungkin menimpa suatu perusahaan tidak diketahui, maka tidak mungkin

memanajeri risiko perusahaan yang bersangkutan. Dalam keadaan tidak

diidentifikasikan semua risiko, berarti perusahaan yang bersangkutan

menanggung risiko tersebut secara tak sadar.16

Organisasi harus melakukan identifikasi sumber risiko, area dampak

risiko, peristiwa dan penyebabnya, serta potensi akibatnya. Sasaran dari

tahapan ini adalah membuat daftar risiko secara komprehensif dan luas yang

dapat mempengaruhi pencapaian sasaran, baik meningkatkan, menghalangi,

memperlambat, atau bahkan menggagalkan pencapaian sasaran organisasi.

Perlu juga diidentifikasi risiko-risiko yang terjadi bila peluang yang ada tidak

kita ambil. Proses identifikasi risiko ini penting untuk dilakukan secara

meluas dan mendalam serta komprehensif, karena risiko yang tidak

41 

                                                            16 Darmawi, Manajemen Risiko, h.34.

 

 

Page 53: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

teridentifikasi pada tahapan ini tidak akan diikutsertakan pada proses-proses

berikutnya. Identifikasi risiko ini juga dilakukan terhadap sumber-sumber

risiko, baik yang di dalam kendali maupun yang di luar kendali organisasi.

Teknik identifikasi yang digunakan oleh organisasi hendaknya sesuai

dengan sasaran, kemampuan, dan jenis risiko yang dihadapi oleh organisasi.

Informasi yang relevan dan terkini sangat penting dalam proses identifikasi

risiko. Bila memungkinkan hendaknya juga digali latar belakang informasi

tersebut. Orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang risiko terkait

atau proses/kegiatan terkait hendaknya dilibatkan dalam proses identifikasi

risiko. Setelah mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi, perlu

dipertimbangkan hal-hal yang dapat menyebabkan risiko itu terjadi.

Bagaimanakah skenario yang memungkinkan hal tersebut terjadi dan

bagaimana besar dampaknya. Semua hal yang secara signifikan dapat

menimbulkan risiko harus dipertimbangkan dan diperhatikan.

Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang harus

dikelola organisasi melalui proses yang sistematis dan terstruktur. Proses

tersebut dimulai dengan mengidentifikasi secara komprehensif, ekstensif, dan

intensif mengenai risiko apa saja yang dapat terjadi, dimana, dan bilamana.

Setelah diperoleh daftar risiko yang dapat terjadi maka mulai dianalisis

mengapa hal tersebut dapat terjadi dan bagaimana terjadinya.

42 

 

Page 54: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Sasaran identifikasi risiko adalah mengembangkan daftar sumber

risiko dan kejadian yang komprehensif serta memiliki dampak terhadap

pencapaian sasaran dan target (atau elemen kunci) yang teridentifikasi dari

konteks. Dokumen utama yang dihasilkan dalam proses ini adalah daftar

risiko (risk register).17

2. Pengukuran Risiko

Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu

kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa

banyak nilai atau eksposur, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait

dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan

risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Data historis merupakan salah

satu sumber identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya

risiko. Namun, analisis biasanya perlu melakukan penyesuaian, karena

kondisi masa depan tidak selalu sama dengan masa lalu. Hanya dalam kondisi

bahwa masa yang akan datang sama dengan masa lalu, kualitas dan kuantitas

risiko cukup berdasarkan hasil analisis masa lalu. Semakin tinggi gejolak atau

perubahan eksternal dan internal perusahaan, semakin perlu revisi

dilakukan.18

43 

                                                            17 Leo J. Susilo, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000, h.110.

18 Bramantyo, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, h.28.

 

Page 55: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

3. Pemetaan Risiko

Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko yang perlu

mendapat perhatian khusus, tetapi ada pula risiko yang dapat diabaikan. Itulah

sebabnya perusahaan perlu membuat peta risiko. Tujuan pemetaan ini adalah

untuk menetapkan prioritas berasarkan kepentingannya bagi perusahaan.

Perlu adanya prioritas karena keterbatasan sumber daya untuk

menghadapi semua risiko. Jumlah uang dan SDM yang terbatas menyebabkan

perusahan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu, mana

yang dinomorduakan, dan mana yang diabaikan. Perlu prioritas juga karena

tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan.

Pada intinya, tujuan perusahaan adalah maksimalisasi nilai. Ukuran

nilai ada dua, nilai atau kekayaan bagi pemegang saham dan nilai perusahaan

secara keseluruhan. Pengertian maksimalisasi nilai ini banyak dibahas oleh

mereka yang berkecimpung dalam dunia keuangan. Yang pokok disini adalah

selama biaya total pengelolaan risiko lebih rendah dari manfaatnya, maka

pengelolaan risiko berguna bagi pencapaian tujuan perusahaan. Pemetaan

bertujuan untuk memiliah-milah mana risiko yang mampu memberi kontribusi

positif, mana yang merupakan value destoyer bila dikelola.19

44 

                                                            19 Ibid, h.28.

 

Page 56: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

4. Model Pengelolaan Risiko

Risiko yang diperkirakan (expected risk) merupakan risiko yang

diterima kehadirannya oleh setiap orang, komisaris, direksi, manajer, bahkan

karyawan bukan manajer. Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana

menyikapi risiko seperti itu.

Pada intinya, perusahaan memperlakukan expected risk dengan tiga

cara. Cara pertama, menjadikan expected risk sebagai bagian dalam proses

penyusunan strategi dan rencana sampai ke anggaran perusahaan. Dalam

proses penyusunan strategi misalnya, perusahaan menggunakan metode

sensitivitas untuk melihat sejauh mana pengaruh perubahan suatu variabel

yang mengandung risiko pada expektasi kinerja perusahaan. Dengan

ditemukannya switching value, perusahaan dapat menyempurnakan strategi,

rencana, dan anggaran supaya dapat menampung berbagai kemungkinan

gejolak yang diperhitungkan tersebut. Cara kedua, perusahaan

mengalokasikan sejumlah modal sebagai bantalan (cushion) terhadap risiko.

Kalau risiko tersebut menjadi kenyataan, maka ada sejumlah modal yang telah

dimiliki perusahaan untuk mengatasi kerugian sehingga tidak berdampak pada

kesulitan likuiditas, solvensi, apalagi kebangkrutan. Industri selain bank dan

asuransi belum memiliki standar. Namun, ada metode perhitungannya supaya

perusahaan dapat tetap sehat dan berkelanjutan. Cara ketiga, adalah dengan

menerapkan manajemen risiko konvensional. Manajemen risiko klasik terdiri

45 

 

Page 57: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

46 

 

                                                           

dari empat jenis yaitu penghindaran risiko, pengurangan risiko, pemindahan

risiko, dan pemahaman risiko. Umumnya manajemen memperlakukan

expexted risk dengan cara yang pertama, yaitu memasukkan expected risk ke

dalam penyusunan strategi, rencana, dan anggaran. Cara kedua dan ketiga

lebih banyak berlaku untuk pengelolaan unexpected risk.

5. Monitor dan Pengendalian Risiko

Monitor dan pengendalian juga merupakan hal yang penting. Pertama,

karena manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko

berjalan sesuai dengan rencana. Ini berarti, monitor dan pengendalian

prosedur itu sendiri. Kedua, manajemen juga perlu memastikan bahwa model

pengelolaan risiko cukup efektif. Artinya, model yang diterapkan sesuai

dengan dan mencapai tujuan pengelolaan risiko. Ketiga, karena risiko itu

sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau

perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil

risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis

pada perubahan prioritas risiko.20

 20 Ibid, h.29

Page 58: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

BAB III

GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH

A. Sejarah Berdirinya Pegadaian

Nama

Bidang Usaha Pokok

Pemilik

Modal

Dasar Hukum Pendirian

Produk

Jaringan Pelayanan

Kantor Pusat

Telepon

Faksimili

Homepage

E-mail

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

PERUM Pegadaian

Jasa Kredit Gadai

100% Pemerintah RI

Rp.251.252.000.000,00

PP No.103 tahun 2000

Efektif berdiri sejak 1 April 1901

Kredit Gadai, Kredit Berbasis Fidusia,

Dan Jasa Lainnya

1 Kantor Pusat 13 Kantor Wilayah

3.297 Outlet

Jl. Kramat Raya No. 162, Jakarta – 10430

PO Box 1090

(021) 315-5550

(021) 391-4221

http\\www.Pegadaian.co.id

[email protected]

47 

 

Page 59: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

1. Sejarah Singkat Perum Pegadaian

Sejarah Pegadaian dimulai pada abad XVIII ketika Vereenigde Oost

Indische Compagnie (VOC) suatu maskapai perdagangan dari Belanda datang

ke Indonesia dengan tujuan berdagang. Dalam rangka memperlancar kegiatan

perekonomiannya VOC mendirikan Bank van Leening yaitu lembaga kredit

yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Bank van Leening didirikan

pertama di Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746 berdasarkan keputusan

Gubernur Jenderal Van Imhoff.

Pada tahun 1800 setelah VOC dibubarkan, Indonesia berada di bawah

kekuasaan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda melalui Gubernur

Jenderal Daendels mengeluarkan peraturan yang merinci jenis barang yang

dapat digadaikan seperti emas, perak, kain dan sebagian perabot rumah

tangga, yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif singkat.

Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari tangan

Belanda (1811-1816), Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811)

memutuskan untuk membubarkan Bank van Leening dan mengeluarkan

peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang boleh mendirikan usaha

Pegadaian dengan ijin (licentie) dari pemerintah daerah setempat. Dari

penjualan lisensi ini pemerintah memperoleh tambahan pendapatan.

Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia (1816), pemerintah

Belanda melihat bahwa Pegadaian yang didirikan pada masa kekuasaan

48 

 

Page 60: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Inggris banyak merugikan masyarakat, pemegang hak banyak melakukan

penyelewengan, mengeruk keuntungan untuk diri sendiri dengan menetapkan

bunga pinjaman sewenang-wenang. Berdasarkan penelitian oleh lembaga

penelitian yang dipimpin oleh Wolf van Westerrode pada tahun 1900

disarankan agar sebaiknya kegiatan Pegadaian ditangani sendiri oleh

pemerintah sehingga dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih

besar bagi masyarakat peminjam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

pemerintah mengeluarkan Staatsblad No.131 tanggal 12 Maret 1901 yang

pada prinsipnya mengatur bahwa pendirian Pegadaian merupakan monopoli

dan karena itu hanya bisa dijalankan oleh pemerintah.

Berdasarkan undang-undang ini maka didirikanlah Pegadaian Negara

pertama di kota Sukabumi (Jawa Barat) pada tanggal 1 April 1901.

Selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun

Pegadaian.

Sejak awal kemerdekaan, Perum Pegadaian dikelola oleh Pemerintah

Republik Indonesia, kantor Jawatan Pegadaian sempat pindah ke

Karanganyar, Kebumen karena situasi perang yang kian memanas. Agresi

Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke

Magelang. Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi

ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Dalam masa ini, Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai

49 

 

Page 61: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan

Peraturan Pemerintah No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), dan

selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10/1990 (yang

diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No.103/2000) berubah lagi

menjadi Perusahaan Umum (PERUM) hingga sekarang.

Kini usia Pegadaian telah lebih seratus tahun. Manfaatnya makin

dirasakan oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Meskipun

perusahaan membawa misi public service obligation, ternyata tetap mampu

memberikan kontribusi yang signifikan dalam bentuk pajak dan bagian

keuntungan kepada Pemerintah.1

2. Pegadaian Syariah di Indonesia

Keberadaan Pegadaian Syariah, pada awalnya didorong oleh

berkembangnya lembaga keuangan syariah. Di samping itu, masyarakat

Indonesia yang menjadi nasabah Pegadaian kebanyakan umat Islam, sehingga

dengan keberadaan Pegadaian Syariah ini, maka akan memperluas pangsa

pasar Pegadaian dan nasabah akan merasa aman, dikarenakan transaksinya

sesuai dengan syariat Islam. Berarti pinjaman yang diterapkan adalah

pinjaman tanpa bunga dan halal.2

50 

                                                            1 PERUM Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian (Jakarta: PERUM Pegadaian, Laporan

Tahunan 2009),h.17.

2 Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: UI-Press, 2005), h.150. 

 

Page 62: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Rahn (Gadai Syariah) adalah produk jasa yang berlandaskan pada

prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai

Islam.

    Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong-

menolong dan tidak untuk mencari keuntungan. Dalam transaksi rahn yang

tidak mengenal istilah “bunga uang” maka pemberi gadai tidak dikenakan

tambahan pembayaran atas pinjaman yang diterimanya, namun bagi penerima

gadai memperoleh imbalan berupa ijarah (pengganti pengelolaan agunan) dari

penyimpanan marhun (barang jaminan/agunan). Produk yang disalurkan

adalah Gadai Syariah (Ar-Rahn) yang mulai diluncurkan sejak Januari 2003.

Tujuan dan lapangan usaha rahn (gadai syariah) tercantum dalam

kesepakatan bersama Perum Pegadaian dan Bank Muamalat Pasal 1 ayat 2

dan Keputusan Direksi Perum Pegadaian nomor 06.A/UL.3.00.22.3/2003.

a. Tujuan usaha gadai syariah:

1) Mengimplementasikan dan mensosialisasikan produk gadai syariah

khususnya kepada masyarakat muslim Indonesia.

2) Menjawab kebutuhan nasabah muslim di Indonesia yang

menginginkan transaksi pinjaman sesuai syariah.

51 

 

Page 63: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

b. Lapangan usaha:

Dengan mengindahkan prinsip-prinsip syariah Islam dalam transaksi

ekonomi dan terjaminnya keselamatan kekayaan Negara, perusahaan

menyelenggarakan usaha gadai syariah sebagai berikut:

1) Penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan

prinsip syariah Islam dalam transaksi ekonomi secara syariah.

2) Penyaluran usaha dalam bentuk skim lainnya yang dibenarkan

menurut hukum syariah Islam.3

B. Visi dan Misi Pegadaian Syariah

Visi dan Misi Divisi Usaha Syariah tidak dapat dipisahkan dari Visi dan

Misi Perum Pegadaian sebagai berikut:

Visi Pegadaian adalah: Pada tahun 2013 Pegadaian menjadi ”Champion” dalam

pembiayaan mikro dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat

golongan menengah ke bawah.

 

 

 

52 

                                                            3 Pegadaian Syariah, Divisi Usaha SyariahPerum Pegadaian: Laporan Keuangan, Kinerja

dan Realisasi Anggaran Triwulan I 2010 (Jakarta: Pegadaian Syariah,2010), h.2

 

Page 64: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

  Misi Pegadaian adalah:

1. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat

khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi

keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman kepada usaha mikro dan

kecil.

2. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata

kelola perusahaan yang baik secara konsisten.

3. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.

Untuk mencapai visi dan misi perusahaan, maka Divisi Usaha Syariah

mengelola usahanya dengan menjalankan prinsip usaha “Memberikan solusi

keuangan berbasis syariah dengan prosedur mudah dan praktis, proses cepat

serta memberikan rasa tentram bagi penggunanya”.

Dan untuk mendukung terwujudnya Good Corporate Governance (GCG),

Perum Pegadaian mengacu kepada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-

117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good

Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), juga

menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam pengelolaan perusahaannya, dan prinsip-

prinsip tersebut adalah4:

53 

                                                            4 Perum Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian, h.70.

 

Page 65: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

1. Transparansi

Kepercayaan investor dan efisiensi pasar tergantung dari

pengungkapan kinerja Perum Pegadaian secara akurat dan tepat waktu.

Dengan adanya transparansi seluruh pihak yang berkepentingan dengan

Perum Pegadaian dapat mengetahui potensi yang ada serta risiko yang

mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan Perum Pegadaian.

Implementasi dari prinsip transparansi di Perum Pegadaian bisa

diketahui antara lain dari :

a. Isi Laporan Tahunan disamping memuat pencapaian usaha dan kinerja

keuangan, juga memuat permasalahan non keuangan yang perlu diketahui

publik, seperti :

1) Tujuan, sasaran usaha, dan strategi Perum Pegadaian.

2) Penilaian terhadap Perum Pegadaian oleh pihak eksternal seperti

auditor eksternal, media surat kabar dan lembaga pemerintah lainnya.

3) Riwayat hidup anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta sistem

remunerasi (penggajian) yang berlaku.

4) Upaya penanganan risiko Perum Pegadaian yang dilakukan oleh

fungsi/organ tersendiri dalam perusahaan (Unit Manajemen Risiko).

5) Implementasi Good Corporate Governance.

b. Pengungkapan transaksi penting lainnya kepada stakeholder melalui

publikasi laporan keuangan dan Prospektus Perusahaan antara lain:

54 

 

Page 66: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

1) Penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi Perum Pegadaian

serta upaya untuk mengelola risiko tersebut.

2) Strategi dan tujuan usaha Perum Pegadaian.

3) Evaluasi manajemen terhadap iklim usaha dan risiko.

4) Tanggungjawab sosial Perusahaan dan Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL).

2. Kemandirian

Kemandirian adalah suatu keadaan dimana Perum Pegadaian dikelola

secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.

Implementasi prinsip kemandirian dalam Perum Pegadaian antara lain:

a. Seluruh organ Perum Pegadaian yang terdiri dari Dewan Pengawas,

Direksi dan Pejabat lainnya dalam melakukan pengambilan keputusan

selalu berusaha menghindari terjadinya benturan kepentingan.

b. Diantara organ Perum Pegadaian saling menghormati hak, kewajiban,

tugas, wewenang serta tanggung jawab masing-masing.

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ Perum Pegadaian sehingga pengelolaan

perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas ini merupakan salah satu

55 

 

Page 67: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

solusi pokok untuk mengatasi agency problem yang timbul akibat perbedaan

kepentingan perusahaan dengan pemilik modal.

Implementasi prinsip akuntabilitas di Perum Pegadaian antara lain :

a. Pembagian tugas yang tegas antar organ Perum Pegadaian, meliputi antara

lain :

1) Direksi memiliki tugas pokok untuk memimpin dan mengurus Perum

Pegadaian sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan dan

senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perum

Pegadaian serta untuk menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan

Perum Pegadaian.

2) Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan

pengurusan Perum Pegadaian yang dilakukan oleh Direksi serta

memberi nasehat kepada Direksi termasuk mengenai rencana

pengembangan, rencana kerja dan anggaran tahunan Perusahaan, dan

pelaksanaan ketentuan Anggaran Dasar.

b. Pemberdayaan Satuan Pengawasan Intern dan Komite Audit secara

optimal sehingga dapat melaksanakan praktek audit yang benar-benar

independen, sehat dan terwujudnya sistem pengendalian yang baik dalam

rangka pencapaian tujuan Perum Pegadaian tanpa menyimpang dari

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

56 

 

Page 68: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

4. Keadilan

Keadilan adalah kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders

yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Prinsip keadilan pada Perum Pegadaian diimplementasikan dalam

bentuk antara lain:

a. Perum Pegadaian memperlakukan setiap pegawai secara adil dan bebas

dari bias karena perbedaan suku, asal-usul, jenis kelamin, agama, atau hal-

hal lain yang tidak ada kaitannya dengan kinerja.

b. Perum Pegadaian memberikan kondisi kerja yang baik dan aman bagi

setiap pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta peningkatan

kesejahteraannya sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan.

c. Perum Pegadaian selalu berupaya memperlakukan rekanan secara sama,

adil serta transparan dalam memberikan informasi.

5. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban yaitu, kesesuaian di dalam pengelolaan Perum

Pegadaian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat.

Implementasi prinsip pertanggungjawaban pada Perum Pegadaian,

tercermin dari beberapa kondisi antara lain:

 

57 

 

Page 69: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

a. Pemenuhan kewajiban kepada pihak ketiga dengan baik dan tepat waktu,

seperti pemenuhan kewajiban perpajakan, pembayaran hak pemilik berupa

Dana Pembangunan Semesta (DPS), kewajiban pembayaran/

pengembalian modal kerja kepada kreditur dan sebagainya.

b. Pelaksanaan pengadaan, pengangkatan, penempatan, pemberhentian,

kedudukan, kepangkatan, jabatan, gaji/upah, kesejahteraan dan

penghargaan pada pegawai Perum Pegadaian diatur dan ditetapkan sesuai

dan mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

c. Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dilakukan dengan cara

antara lain melalui pembinaan usaha kecil dan koperasi, bantuan kepada

masyarakat akibat bencana alam yang dilakukan secara langsung maupun

tidak langsung. Bentuk pertanggungjawaban Perum Pegadaian yang lain

yaitu pertanggungjawaban kepada pegawai melalui penandatanganan

perjanjian kerja bersama (PKB) oleh Direksi pada tanggal 1 April 2004,

sehingga menimbulkan adanya iklim demokratisasi terhadap keberadaan

Perum Pegadaian yaitu antara manajemen dan pegawainya untuk

memahami haknya masing-masing dan melaksanakan semua

kewajibannya.

58 

 

Page 70: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

C. Produk Pegadaian Syariah

Sebagai lembaga keuangan non bank yang berfungsi majemuk, maka

dalam menjalankan usahanya Pegadaian Syariah memiliki beberapa produk dan

jasa yang dapat dimanfaatkan masyarakat.

1. Rahn (Gadai syariah)

Pegadaian rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada

prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern.

Rahn (Gadai Syariah) merupakan skim pinjaman yang mudah dan praktis

untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem gadai sesuai

syariah dengan agunan berupa emas perhiasan, berlian, elektronik dan

kendaraan bermotor.

Cara memperoleh pinjaman Rahn (Gadai Syariah) cukup membawa

barang jaminan disertai copy identitas ke loket Penaksir dan barang jaminan

(marhun) akan ditaksir oleh Penaksir, selanjutnya nasabah akan memperoleh

uang pinjaman (marhun bih) sebesar 90% dari nilai taksiran.

Besar kredit yang diberikan sama dengan Gadai Konvensional/KCA,

namun berbeda dalam proses penetapan sewa modal. Gadai Syariah

menerapkan biaya administrasi dibayar dimuka, yaitu pada saat akad

baru/akad perpanjangan serendah-rendahnya Rp 1.000 dan setinggi-tingginya

Rp 60.000 untuk jumlah pinjaman maksimum Rp 200.000.000.

59 

 

Page 71: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Tarif Ijaroh dikenakan sebesar Rp 80 – Rp 90 persepuluh hari masa

penyimpanan untuk setiap kelipatan Rp 10.000 dari taksiran barang jaminan

yang dititipkan/diagunkan.

Proses pelunasan pinjaman bisa dilakukan kapan saja sebelum jangka

waktu maksimal 120 hari (4 bulan), baik dengan cara sekaligus maupun

angsuran. Apabila sampai dengan 120 hari (4 bulan) belum bisa melunasi,

nasabah dapat memperpanjang masa pinjaman sampai dengan 120 hari (4

bulan) berikutnya dengan membayar ijaroh dan biaya administrasi sesuai tarif

yang berlaku.

Tarif Ijarah:

Meliputi biaya pemakaian tempat dan pemeliharaan marhun serta asuransi.

Ijarah = Taksiran x Tarif (Rp) x Jangka waktu

Rp 10.000 10 hari

Simulasi Perhitungan Ijarah:

Nasabah membawa barang jaminan 1 keping emas batangan (LM) seberat 25

gram dengan kadar 24 karat (asumsi bila standar nilai taksiran yang berlaku

untuk emas 24 karat = Rp. 350.000,-) maka:

Taksiran = 25 gr x Rp. 350.000,-

= Rp. 8.750.000,-

Uang Pinjaman = 91% x Rp. 8.750.000,-

= Rp. 7.962.000,-

60 

 

Page 72: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Ijarah/10 hari = Rp. 8.750.000 x 79 x 10

10.000 10

= Rp. 69.125,-

Biaya Administrasi = Rp. 25.000,-

Jika nasabah menitipkan barangnya selama 26 hari, ijarah ditetapkan

dengan menghitung biaya per 10 hari x tarif, maka besar ijarah yang harus

dibayar adalah Rp. 207.375,- (Rp. 69.125 x 3)

Ijarah yang dibayar hanya selama masa penitipan, dan dibayarkan

pada saat nasabah melunasi atau memperpanjang dengan akad baru.

2. ARRUM (Fidusia berbasis syariah untuk usaha mikro/kecil)

Untuk memenuhi kebutuhan pasar akan kredit usaha berbasis syariah,

telah diluncurkan Kredit Ar Rahn untuk pengusaha Mikro (Arrum) yang skim

kreditnya hampir sama dengan Kreasi.

Arrum adalah skim pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha

mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan sistem

pengembalian secara angsuran dan menggunakan jaminan BPKB motor/mobil

(kendaraan yang dijaminkan tetap dapat digunakan oleh nasabah).

Simulasi Arrum:

Seorang nasabah memiliki 1 buah mobil kijang LGX tahun 2000 dengan

taksiran harga pasar Rp. 70.000.000, jadi pinjaman yang dapat diterima:

61 

 

Page 73: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Rp. 70.000.000 x 70% = Rp. 49.000.000 administrasi Rp. 200.000

Ijaroh : 70.000.000/100.000 x Rp 700 = Rp 490.000/bulan.

3. MULIA (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi)

Mulia adalah penjualan emas oleh Pegadaian kepada masyarakat

secara tunai ataupun angsuran dalam jangka waktu tertentu. Mulia merupakan

produk syariah yang diluncurkan pada tahun 2008 dan pada tahun pertama

peluncurannya, produk ini cukup mendapat respon yang baik dari pelanggan.

Logam Mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh

kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga

merupakan jenis investasi yang nilainya sangat stabil, likuid, dan aman secara

riil.

Mulia memfasilitasi kepemilikan emas batangan melalui penjualan

logam mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan/atau dengan

pola angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu yang

fleksibel. Akad Mulia menggunakan akad murabahah dan Rahn.

Simulasi pembelian MULIA:

Nasabah membeli 1 keping logam mulia (LM) seberat 25 gr dengan kadar

99,99% (asumsi harga 25 gr = Rp. 7.813.500,-).

Maka pembelian angsuran 6 bulan: Harga + % margin + Biaya Administrasi

= Rp. 7.813.500 + (6% x 7.813.500)

62 

 

Page 74: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

= Rp. 7.813.500 + Rp. 468.810

= Rp. 8.282.310

Uang muka 25% = Rp. 2.070.578

Administrasi = Rp. 50.000 +

Pembayaran awal = Rp. 2.120.578

Sisa Rp. 8.282.310 - Rp. 2.070.578 = Rp. 6.211.732

Angsuran/bulan Rp. 6.211.732 : 6 = Rp. 1.035.289/bulan.

4. Jasa Titipan

Jasa Titipan adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat yang

ingin menitipkan barang-barang atau surat berharga yang dimiliki terutama

bagi orang-orang yang akan pergi meninggalkan rumah dalam waktu lama,

misalnya menunaikan ibadah haji, pergi ke luar kota atau mahasiswa yang

sedang berlibur.

5. Jasa Taksiran

Jasa Taksiran adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat yang

ingin mengetahui seberapa besar nilai sesungguhnya dari barang yang dimiliki

seperti emas, berlian, batu permata dan lain-lain.

 

 

 

63 

 

Page 75: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Produk yang akan diluncurkan:

Pegadaian Amanah (Murabahah untuk kepemilikan kendaraan bermotor)

Pegadaian amanah merupakan pinjaman guna kepemilikan kendaraan

bermotor kepada para pegawai tetap pada suatu instansi atau perusahaan

tertentu atas dasar besarnya penghasilan (gaji) dengan pola perikatan jaminan

sistem fidusia atas obyek, surat kuasa pemotongan gaji. Skim pemberian

pinjaman ini menerapkan sistem syariah dengan akad murabahah.

D. Legalitas dan Struktur Organisasi Pegadaian Syariah

1. Legalitas Pegadaian Syariah

Tujuan dibentuknya Pegadaian Syariah yaitu mencegah

dilaksanakannya praktek ijon, riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.

Adapun mengenai pemenuhan prinsip rahn (gadai secara syariah)

Perum Pegadaian telah memiliki fatwa dari Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia yaitu fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSN-

MUI/III/2002 tentang Rahn dan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor

26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas.

64 

 

Page 76: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

2. Struktur Organisasi Pegadaian Syariah

Pegadaian Syariah saat ini dipimpin dan dikelola Divisi Syariah,

dibantu dengan unit-unit pendukung lainnya. Pengangkatan dan

pemberhentian Jeneral Manajer dilakukan Direksi untuk masa jabatan

maksimal 5 tahun dan dapat diangkat kembali. Jeneral Manajer Usaha Divisi

Syariah ini akan bertanggung jawab kepada Direksi Perum Pegadaian.

Susunan Dewan Direksi PERUM Pegadaian, Dewan Pengawas Syariah

dan Jeneral Manajer Divisi Usaha Gadai Syariah Beserta Manajer

Berdasarkan keputusan Menteri Negara BUMN No.KEP-74/MBU/2008

tanggal 28 April 2008, susunan Direksi Perusahaan Induk (PERUM

Pegadaian) terdiri dari:

Direktur Utama : Drs. Chandra Purnama, MBA.

Direktur Keuangan : Budiyanto, S.E, MM.

Direktur Pengembangan Usaha : Ir. Waris Djuhar, MM.

Direktur Operasi : Moch. Edy Prayitno, S.E, MM, MH.

Direktur Umum dan SDM : Sumanto Hadi, S.E, MM.

Berdasarkan Surat Direksi No.77/US.1.00/2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang

Pelaksanaan Tugas Dewan Pengawas Syariah PERUM Pegadaian, susunan

Dewan Pengawas Syariah terdiri dari:

65 

 

Page 77: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Ketua : Drs. H.M. Nahar Nahrawi,SH.

Anggota : H. Rahmat Hidayat, SE, MT.

Berdasarkan Keputusan Direksi PERUM Pegadaian No.

1496/SDM.200322/2008 Tanggal 16 Juni 2008, Jeneral Manajer Divisi

Syariah adalah:

Jeneral Manajer : Suhardjo, SH, MM.

Manajer pada Divisi Usaha Syariah adalah sebagai berikut:

Manajer Rahn : Rudy Kurniawan, SE.

Manajer Non Rahn : Rully Yusuf, SE.

Manajer Tijarah Mulia : Wartono, SE.  

Dalam rangka menjadikan perusahaan sebagai suatu organisasi badan

usaha yang dinamis, berdaya guna dan berhasil guna untuk menghadapi

persaingan usaha yang semakin meningkat telah diberlakukan struktur

organisasi berbasis kompetensi ada dalam lampiran Peraturan Direksi No:

2105/SDM.200322/2010 yang berlaku mulai tanggal 9 April 2010 dengan

struktur organisasi berikut ini5:

66 

                                                            5 Pegadaian Syariah, Laporan Keuangan, Kinerja dan Realisasi Anggaran Triwulan I 2010,

h.5.

 

Page 78: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Gambar 3.1 Struktur Divisi Usaha Syariah

67 

DIREKTUR OPERASI

JM USAHA GADAI

JM USAHA SYARIAH

JM USAHA LAIN

DEWAN PENGAWAS SYARIAH

KANWIL PERUM PEGADAIAN

MANAJER USAHA RAHN

ASMEN 2

ASMEN 1

MANAJER USAHA

NON RAHN

ASMEN 2

ASMEN 1

ASMEN 2

ASMEN 1

MANAJER TIJARAH MULIA

CABANG PEGADAIAN SYARIAH CABANG PEGADAIAN

MANAJER

OPERASIONAL USAHA RAHN

MANAJER OPERASIONAL USAHA

NON RAHN

E. Gambaran Umum Sumber Daya Manusia Pegadaian Syariah

Sumber daya manusia merupakan aset terpenting perusahaan karena

perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional dalam

rangka mewujudkan visi dan misi perusahaan. Untuk meningkatkan

profesionalisme dan kinerja usaha secara berkelanjutan, telah dicanangkan

program pengembangan kualitas sumber daya manusia profesional secara

konsisten melalui sistem pengelolaan SDM terpadu.

 

Page 79: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

1. Jumlah Karyawan

Jumlah karyawan per 31 Maret 2010 sebanyak 477. Dibandingkan

dengan jumlah karyawan per 31 Maret 2009 yang mencapai 325 orang

mengalami kenaikan sebanyak 152 orang, seiring dengan penambahan Kantor

Cabang Pegadaian Syariah dengan tujuan mencukupi kebutuhan pegawai

cabang untuk penambahan outlet dalam rangka peningkatan pelayanan kepada

nasabah.6

Tabel 3.1 Komposisi Karyawan Menurut Tingkat Pendidikan

Uraian Per 31-3-

2009

Per 31-3-

2010

S1 & S2/ University 129 236

SM & D3/ Academic 43 53

SLTA, D1 & D2/ High School 144 179

Dibawah SLTA/ Secondary School 9 9

Jumlah 325 477

                                                            6 Ibid, h.6

68 

 

Page 80: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

2. Pengembangan SDM

Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM serta untuk meningkatkan

motivasi dan profesionalisme, selama tahun 2009 dan Triwulan I 2010 telah

dilaksanakan berbagai program pendidikan intern maupun ekstern, baik

pendidikan karir, profesi maupun ketrampilan serta berbagai kursus, seminar

dan lokakarya seperti Diklat Syariah yang dilaksanakan baik di intern maupun

ekstern perusahaan.

3. Kesejahteraan Pegawai

Perum Pegadaian menyadari sepenuhnya bahwa karyawan merupakan

aset terpenting yang menentukan keberhasilan usaha. Oleh karena itu, Perum

Pegadaian senantiasa memperhatikan kesejahteraan dan pembinaan karyawan.

Selain memberi gaji, perusahaan memberikan tunjangan kepada karyawan,

yaitu berupa tunjangan perusahaan, jabatan, fungsional, transportasi,

kesehatan dan jaminan sosial tenaga kerja. Dalam upaya meningkatkan

kualitas SDM yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai

reward atas prestasi kerja, perusahaan memberangkatkan para pegawai dan

pejabat yang beragama Islam untuk beribadah umroh melalui proses seleksi.

Disamping itu, Perum Pegadaian juga menyediakan fasilitas sosial dan

fasilitas umum di lingkungan perumahan dinas, seperti klinik kesehatan dan

69 

 

Page 81: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

70 

 

masjid. Sebelum pensiun pegawai juga mendapat kesempatan mengikuti

diklat kewirausahaan.

4. Persamaan Kesempatan Karyawan

Karyawan adalah aset berharga sehingga mendapat perhatian yang

tinggi dari perusahaan. Perum Pegadaian menerapkan Sistem Manajemen

Sumber Daya Manusia berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, adil dan

bebas dari SARA (Suku Agama Ras Antar Golongan). Setiap karyawan

mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh kompensasi,

pendidikan dan promosi sesuai dengan kompetensinya masing-masing.

Page 82: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

BAB IV

MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA PEGADAIAN SYARIAH

Perum Pegadaian dalam lima tahun terakhir telah mewarnai secara signifikan

bisnis micro finance di Indonesia. Kehadiran Perum Pegadaian bagi masyarakat

umum, pengusaha mikro dan kecil menjadi partner dalam menjalankan bisnisnya.

Sebagai BUMN, Perum Pegadaian dituntut untuk mampu menghasilkan

keuntungan yang optimal dengan tidak mengesampingkan misi utamanya dalam

membantu pengembangan usaha skala mikro, kecil, menengah dan masyarakat pada

umumnya. Kemampuan Perum Pegadaian dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

atas dana murah dengan prosedur yang cepat, menunjukkan tingginya komitmen

Perum Pegadaian untuk memenuhi salah satu misinya dalam memberikan pelayanan

umum terhadap masyarakat yang membutuhkan, khususnya kelompok masyarakat

menengah ke bawah. Di samping itu, Perum Pegadaian juga diharapkan ikut berperan

dalam upaya pembangunan masyarakat (community development) melalui

pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate Social

Responsibility (CSR).

Dengan kecenderungan membaiknya perekonomian nasional pada tahun

2010, Dewan Pengawas optimis bahwa kinerja perusahaan dalam masa mendatang

akan semakin meningkat. Sementara itu, persaingan usaha yang semakin ketat di

masa mendatang menuntut perusahaan untuk senantiasa melakukan penyempurnaan

71 

 

Page 83: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

proses bisnis, manajemen risiko yang baik, dan mengimplementasikan prinsip-prinsip

dasar pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), yang

didukung oleh sistem teknologi informasi yang sesuai kebutuhan, budaya berbasis

kinerja, serta sumber daya manusia yang profesional dan kompeten. Menyadari hal

tersebut, maka pengawasan yang semakin peka dan sikap hati-hati dalam merespon

setiap perkembangan, menjadi sangat penting.1

A. Mekanisme Manajemen Risiko Pegadaian Syariah

Manajemen risiko memberi perlindungan kepada para pemangku jabatan

terhadap akibat buruk yang mungkin terjadi karena adanya risiko. Hal ini

dilakukan melalui perlakuan risiko sesuai prosedur manajemen risiko yang akan

memberikan dua hal berikut: Pertama, dampak negatif yang terjadi tidak akan

seburuk sebelumnya, karena telah dilakukan langkah-langkah antisipasi melalui

proses perlakuan risiko. Kedua, dengan adanya manajemen risiko, para pemangku

jabatan terkait dapat mengambil keputusan lebih baik (informed decision). Ini

terjadi karena adanya informasi yang tersedia dalam proses manajemen risiko.

Begitu juga bila risiko tersebut berdampak positif. Kesempatan untuk meraih

peluang dapat diketahui lebih dulu dari pesaing, sehingga peluang tersebut dapat

direbut. Pegadaian Syariah merupakan suatu divisi dari Perum Pegadaian, oleh

karena itu manajemen risiko pada Pegadaian Syariah menginduk pada

72 

                                                            1 PERUM Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian (Jakarta: PERUM Pegadaian, Laporan

Tahunan 2009), h.10. 

 

Page 84: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

manajemen risiko Perum Pegadaian. Proses manajemen risiko adalah suatu

proses yang bersifat berkesinambungan, sistematis, logik dan terukur yang

digunakan untuk mengelola risiko-risiko di perusahaan. Mekanisme assessment

manajemen risiko Perum Pegadaian meliputi empat kegiatan, yaitu identifikasi,

pengukuran, penilaian, dan pengelolaan. Setelah melakukan assessment risiko

kemudian Perum Pegadaian melakukan pemantauan, dan pengendalian.

1. Identifikasi

Proses identifikasi risiko dimulai dengan proses penetapan kriteria dan

parameter risiko, pengidentifikasian peristiwa risiko yang mungkin terjadi,

permasalahan yang menjadi penyebab pemicu utama timbulnya risiko,

sumber/faktor penyebabnya (internal dan eksternal) dan perkiraan skor

(likelihood and impact). Hasil dari proses ini adalah tersusunnya register

risiko Perum Pegadaian.

Setiap organisasi adalah unik, mempunyai karakter, sifat, sasaran

bisnis, dan stakeholder yang tidak sama. Oleh karena itu, setiap organisasi

harus menyusun sendiri kriteria risiko yang paling sesuai. Proses identifikasi

risiko Perum Pegadaian dilakukan dengan cara mengidentifikasi risiko yang

melekat pada setiap produk, fungsi, aktivitas dan proses. Proses identifikasi

tersebut dilakukan terhadap seluruh jenis risiko yang mungkin dapat terjadi,

tingkat kemungkinan terjadinya, besaran dampaknya dan faktor penyebab

73 

 

Page 85: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

atau pemicu timbulnya risiko. Proses identifikasi yang dilakukan oleh

Manajemen Risiko Perum Pegadaian dilakukan pada awal periode, yaitu

ketika suatu produk atau aktivitas diinisiasi dan direview (dikaji ulang) secara

berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

Proses ini sangat penting, karena risiko yang tidak teridentifikasi pada

proses ini tidak akan ditangani pada proses-proses selanjutnya.

2. Pengukuran

Tujuan memahami risiko adalah untuk mengelola risiko. Sesuai

dengan prinsip ekonomi, setiap perusahaan dibatasi oleh sumber daya dalam

rangka mencapai nilai perusahaan setinggi-tingginya. Direksi perlu membuat

prioritas risiko. Proses pengukuran dan pemetaan risiko Pegadaian dilakukan

dengan menghitung besarnya probabilitas terjadinya suatu risiko. Risiko yang

diidentifikasi tersebut dikategorikan dan dipetakan ke dalam 3 (tiga) peringkat

yaitu, risiko dengan dampak yang tinggi (high risk), sedang (medium risk),

dan rendah (low risk) yang didasarkan kepada frekuensi terjadinya dan

dampak yang ditimbulkan.

Untuk risiko yang dikategorikan sebagai risiko ”tinggi (high)”,

penanganannya dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), termasuk

melakukan perubahan kebijakan internal dan penyesuaian strategi. Sedangkan

untuk risiko dengan kategori ”sedang (medium)” dan ”rendah (low)” cukup

74 

 

Page 86: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

dilakukan pemantauan oleh divisi terkait, pemimpin wilayah dan manajer

cabang.

3. Pemantauan

Secara umum pengawasan terhadap implementasi manajemen risiko

secara korporat dilakukan oleh Dewan Pengawas melalui komite pemantau

risiko. Proses pemantauan risiko, didasarkan kepada Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP) oleh Satuan Pengawas Intern yang dilaporkan setiap

bulan kepada Dewan Pengawas, Direksi, dan Jeneral Manajer terkait.

Berdasarkan laporan temuan tersebut, dilakukan evaluasi terhadap faktor

penyebab dan diambil langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan yang

perlu dilakukan.

Pengawasan proses atau implementasi dalam Perum Pegadaian

dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern yang secara priodik melakukan

pemeriksaan terhadap semua divisi atau unit kerja Pegadaian. Hasil dari

pemeriksaan tersebut, kemudian dibahas dalam forum manajemen risiko yang

menjadi bahan evaluasi dan bahan untuk menentukan kebijakan-kebijakan

tertentu terkait risiko yang terjadi, juga dapat mengidentifikasi risiko-risiko

baru yang diakibatkan oleh konteks risiko yang berbeda dari konteks risiko

sebelumnya.

Setelah dilakukan pambahasan atau evaluasi oleh forum manajemen

risiko, hasil evaluasi tersebut kemudian dilaporkan kepada pimpinan

75 

 

Page 87: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

perusahaan untuk konsultasi tindakan atau perlakuan risiko yang harus

dilakukan terhadap risiko yang ditemukan pada pemeriksaan tersebut. Hasil

konsultasi tersebut, dilaporkan kepada tiap manajer divisi untuk kemudian

disosialisasikan pada tiap unit kerjanya.

Untuk proses manajemen risiko pada tiap wilayah dan cabang

merupakan tugas dari tiap kepala wilayah dan atau manajer cabang, yang juga

bertindak sebagai manajer risiko pada wilayah atau cabangnya tersebut, dan

pemantauan dilakukan melalui laporan dari tiap cabang tersebut. Proses

sosialisasi manajemen risiko pada Perum Pegadaian memang masih dilakukan

secara terpusat, oleh karena itu Sistem Pengawasan Internal harus dilakukan

secara komprehensif pada tiap wilayah dan cabang.

4. Pengendalian

Pengendalian risiko meliputi upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan

yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan

terjadinya risiko, kemudian menerapkan pilihan tersebut dengan menentukan

prosedur dan kebijakan atau langkah-langkah yang dipandang perlu guna

mengendalikan tingkat risiko yang sudah diidentifikasi tersebut pada tingkat

risiko yang dapat diterima. Proses pengendalian risiko merupakan proses yang

berulang, mulai dari melakukan assessment terhadap sebuah perlakuan risiko

sampai memperkirakan apakah tingkat risiko yang tersisa dapat diterima atau

tidak, bila perlakuan ini diterapkan. Bila belum dapat diterima, maka harus

76 

 

Page 88: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

dicari alternatif perlakuan risiko lainya. Kemudian dilakukan proses yang

sama hingga perkiraan hasil dari perlakuan tersebut menghasilkan tingkat

risiko tersisa yang dapat diterima.

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Manajemen Risiko

Perum Pegadaian2

ASMAN/staf MR MANAJER JENERAL DIRBANG DIREKSI

RISIKO MANAJER TERKAIT

77 

Menyusun rekomendasi

perbaikan

Dokumentasi hasil analisa

dan identifikasi risiko

Menyetujui

- Analisa dan identifikasi risiko

- Rekomendasi perbaikan

- Melakukan perbaikan/ penyempurnaan kebijakan yang diperlukan

Menyetujui

- Analisa dan identifikasi risiko

- Rekomendasi perbaikan

Menyetujui

- Analisa dan identifikasi risiko

- Rekomendasi perbaikan

Mengevaluasi/ meriview

- Analisa dan identifikasi risiko

- Rekomendasi perbaikan

Mengumpulkan dokumen-dokumen

yang diperlukan

RISIKO

Melakukan Analisa dan identifikasi risiko

                                                            2 Wawancara pribadi dengan Pamuji Gesang Raharjo. Jakarta, 29 Juli 2010.

 

Page 89: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

B. Jenis Risiko yang Dihadapi Pegadaian

Berdasarkan SK Direksi No. 10950/sdm.200322/ 2004 tanggal 28 April

2004 tentang Struktur Organisasi Perum Pegadaian telah dibentuk unit kerja

setingkat Divisi, yaitu Satuan Manajemen Risiko. Perum Pegadaian sebagai

perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum

gadai melalui divisi tersebut telah melakukan identifikasi, pengukuran, penilaian,

dan pengelolaan risiko sebagai berikut3:

1. Risiko Pendanaan

Dalam memberikan pinjaman kepada nasabah, Perum Pegadaian menghadapi

risiko yang mungkin terjadi terkait dengan pendanaan tidak dapat memenuhi

permintaan pasar yang tinggi sedangkan investor menarik dananya (kewajiban

pembayaran jangka pendek) terkait dengan fluktuasi tingkat suku bunga dan

struktur permodalan. Dengan kondisi ini, kemampuan Perum Pegadaian untuk

kegiatan operasionalnya menjadi berkurang, sehingga akan mempengaruhi

perkembangan pendapatan dan akhirnya akan menurunkan pertumbuhan

tingkat keuntungan Perum Pegadaian.

Risiko Pendanaan terdiri dari :

78 

                                                            3Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian , h.92.

 

Page 90: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

a. Risiko Likuiditas dan Solvabilitas

Risiko likuiditas dan solvabilitas yaitu risiko dimana adanya kemungkinan

Perum Pegadaian tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka

pendek dan jangka panjang kepada para krediturnya.

Risiko ini muncul apabila terjadi :

1) Kreditur secara bersama menarik/tidak memperpanjang pinjaman

jangka pendeknya.

2) Belum adanya kreditur pengganti.

3) Kinerja keuangan menurun, sehingga kepercayaan investor juga

menurun.

b. Risiko Suku Bunga

Risiko yang terjadi karena fluktuasi tingkat suku bunga di pasar, akan

berdampak pada kenaikan cost of fund maupun penurunan laba. Kenaikan

tingkat suku bunga atas pendanaan Perum Pegadaian, tidak dapat langsung

diterapkan kepada nasabah yang masih memiliki pinjaman, sehingga

mengurangi kemampuan Perum Pegadaian untuk meningkatkan

pertumbuhan.

Risiko ini muncul apabila terjadi:

1) Terhadap hutang Perum Pegadaian yang menggunakan skim bunga

mengambang.

79 

 

Page 91: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

2) Kondisi makro ekonomi tidak kondusif sehingga tingkat suku bunga

meningkat.

3) Inflasi yang tinggi sehingga kenaikan lending rate tidak dapat segera

dilakukan dengan pertimbangan daya beli masyarakat menurun.

Mengingat perbedaan yang begitu signifikan antara gadai konvensional

dengan gadai syariah adalah terletak pada penetapan sewa modal, dimana

gadai konvensional menerapkan sistem bunga dan gadai syariah

menerapkan akad ijarah. Maka, dalam hal ini risiko yang dihadapi pada

Pegadaian Syariah bukanlah risiko suku bunga akan tetapi berupa risiko

ekspektasi margin.

c. Risiko Permodalan

Adalah risiko yang muncul terkait dengan struktur permodalan atau rasio

antara jumlah utang dengan jumlah ekuitas. Munculnya risiko ini

merupakan akumulasi dari risiko operasi dan risiko financial leverage.

Risiko ini muncul apabila terjadi:

1) Aktifitas operasional berfluktuasi sehingga pendapatan yang diterima

berfluktuasi.

2) Meningkatnya Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara

jumlah utang dengan jumlah equitas.

80 

 

Page 92: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

2. Risiko Pinjaman yang Diberikan

Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk

menyelenggarakan kegiatan usaha menyalurkan uang pinjaman atas dasar

hukum gadai, Perum Pegadaian menghadapi risiko kredit dalam hal terjadi

salah taksir terhadap barang jaminan milik nasabah, sehingga memberikan

pinjaman melebihi nilai barang jaminan atau turunnya nilai barang jaminan

yang dapat menimbulkan kerugian Perum Pegadaian, apabila nasabah tidak

dapat membayar atau melakukan pelunasan.

Risiko ini muncul apabila terjadi:

a. Kemampuan debitur/nasabah turun sehingga tidak dapat melunasi

pinjamannya.

b. Turunnya nilai/kualitas barang jaminan yang diagunkan, sehingga pada

saat dieksekusi tidak mencukupi untuk melunasi pinjaman.

3. Risiko Barang Jaminan

Perum Pegadaian dalam menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat

mewajibkan para nasabah untuk menyerahkan barang bergerak sebagai

agunan. Terhadap barang jaminan milik nasabah tersebut Perum Pegadaian

berkewajiban untuk menyimpan dan memelihara barang tersebut sampai

dengan dilakukan pelunasan oleh nasabah. Atas penyimpanan barang jaminan

tersebut, Perum Pegadaian menghadapi risiko barang jaminan rusak atau

hilang.

81 

 

Page 93: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

4. Risiko Persaingan

Persaingan bisnis kini semakin ketat, lembaga keuangan baik bank maupun

non-bank saling berlomba-lomba mengucurkan kredit ke masyarakat dengan

berbagai keunggulan dan kemudahan. Keunggulan tersebut menyangkut

keunggulan dalam produk jasa keuangan, tarif, saluran distribusi maupun

pelayanan. Jenis produk substitusi yang ditawarkan pun sangat bervariasi

dengan berbagai kemudahan yang diberikan kepada masyarakat dalam

memperoleh kreditnya, sehingga dapat mempengaruhi pangsa pasar Perum

Pegadaian. Selain itu, dengan diberlakukannya Undang-undang Republik

Indonesia No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

persaingan Tidak Sehat sejak tanggal 5 Maret 2000 akan membuka peluang

dalam persaingan.

5. Risiko Operasional

Risiko operasional merupakan risiko yang dihadapi Perum Pegadaian

sehubungan dengan sistem operasional, prosedur dan kontrol yang tidak

menunjang perkembangan kebutuhan operasional Perum Pegadaian sehingga

dapat mengganggu kelancaran operasi dan kualitas pelayanan, termasuk yang

berdampak terhadap hilangnya peluang dalam penyaluran kredit. Termasuk

dalam risiko ini adalah kualitas sumber daya manusia yang dimiliki terutama

para penaksir barang jaminan sebagai ujung tombak dalam operasional

transaksi.

82 

 

Page 94: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

6. Risiko Peraturan Pemerintah

Mengingat kegiatan operasional Perum Pegadaian berhubungan dengan

kepentingan umum, maka biasanya pemerintah senantiasa melakukan

pengawasan secara ketat melalui berbagai peraturan. Munculnya peraturan-

peraturan baru yang ditetapkan Pemerintah dapat menimbulkan dampak yang

cukup berarti bagi Perum Pegadaian jika mengharuskan dilakukannya

perubahan atau penyesuaian dalam kegiatan operasional.

7. Risiko Teknologi

Merupakan risiko yang dihadapi Perum Pegadaian terkait dengan

perkembangan teknologi yang mampu membuat barang jaminan emas palsu

dan sulit dideteksi, sehingga lolos dari pengamatan penaksir. Di sisi lain,

apabila Perum Pegadaian ingin terus mengikuti perkembangan teknologi

diperlukan biaya investasi yang sangat besar.

8. Risiko Keamanan

Risiko keamanan merupakan risiko yang dihadapi Perum Pegadaian

sehubungan dengan situasi keamanan yang kurang/tidak kondusif dan ditandai

dengan semakin meningkatnya tindak kriminalitas dengan berbagai modus

operandi, dimana Perum Pegadaian menjadi salah satu sasaran kejahatan/

perampokan.

83 

 

Page 95: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

9. Risiko Hukum

Risiko hukum/ legal merupakan risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpatuhan

terhadap perjanjian/ peraturan perundangan dan aturan yang berlaku. Pada

Pegadaian Syariah, selain ketentuan hukum tersebut juga terdapat ketentuan

hukum syariah, dimana dalam aktivitasnya Pegadaian Syariah akan diawasi

oleh Dewan Pengawas Syariah, sehingga baik dalam peluncuran produk-

produknya maupun pelaksanaan seluruh kegiatan operasionalnya akan tetap

berada dalam bingkai syariah.

84 

                                                           

C. Analisis Risiko

Analisis risiko adalah upaya untuk memahami risiko lebih dalam. Hasil

analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan untuk proses

pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk

dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan

risiko tersebut.4

Analisis risiko meliputi kegiatan-kegiatan yang menganalisis sumber

risiko dan pemicu terjadinya risiko, dampak positif dan negatifnya, serta

kemungkinan terjadinya. Organisasi harus mengidentifikasi dengan baik faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya.  

4  Leo J. Susilo dan Victor Riwu Kaho, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk Industri Nonperbankan (Jakarta: PPM Manajemen, 2010), h.134.

 

Page 96: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Risiko dianalisis dengan menentukan dampak dan kemungkinan terjadinya, serta

atribut lain risiko. Suatu kejadian dapat mempunyai dampak yang beragam dan

dapat mempengaruhi berbagai macam sasaran organisasi.

Analisis risiko dapat dilaksanakan dengan tingkat kerincian yang

bervariasi, tergantung dari jenis risiko, sasaran analisis risiko, informasi, data, dan

sumber daya yang tersedia. Analisis dapat dilakukan secara kuantitatif, semi

kuantitatif, kualitatif, atau kombinasi dari cara-cara ini, tergantung dari kondisi

yang ada.

Besaran dampak risiko dapat ditentukan dengan membuat model akibat

dari suatu peristiwa atau kumpulan peristiwa atau dengan menggunakan

ekstrapolasi dari hasil suatu kajian atau data yang tersedia. Dampak risiko dapat

dinyatakan dalam besaran yang terukur ataupun yang tidak terukur (intangible).

Dalam hal-hal tertentu, dampak risiko dapat juga dinyatakan dalam beberapa

macam ukuran atau sebutan untuk dapat lebih menggambarkan akibat risiko

tersebut sesuai dengan waktu dan tempat peristiwa, misalnya gabungan dampak

financial, kecelakaan fisik, rusaknya reputasi, dan sebagainya.

Teknik-teknik analisis risiko dapat menyatakan risiko dalam kombinasi

kedua elemennya yaitu kemungkinan dan dampak. Hubungan antara kedua

elemen ini bergantung pada banyak faktor lain yang kemudian menampilkan sifat

dasar risiko dan bagaimana risiko dimaknai. Secara teoritis, risiko adalah fungsi

85 

 

Page 97: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

dari kemungkinan dan dampak. Secara sederhana, bentuk risiko di

gambarkan sebagai berikut:

Risiko = Fungsi (dampak dan kemungkinan)

Apakah menggunakan analisis kualitatif atau kuantitatif, sifat dasar dari

fungsi ini dan logika yang mendasarinya perlu dipahami. Setiap formulasi

matematika yang diterapkan harus sesuai dengan logika tersebut dan khususnya

setiap penggunaan besaran tertentu harus cocok. Sebaliknya, pemeriksaan

terhadap besaran yang digunakan dapat menjadi pengecekan terhadap logika yang

mendasarinya.

Hasil dari formulasi kedua variabel (dampak dan kemungkinan) akan

menentukan tingkat risiko yang dihadapi, apakah risiko tersebut termasuk ke

dalam kategori risiko rendah, moderat, atau tinggi. Penentuan kategori tersebut

akan berpengaruh terhadap perlakuan risiko serta pengendalian risiko, karena

setiap kategori mempunyai tingkat perhatian dan prosedur penanganan yang

berbeda. Pada tingkat risiko sangat tinggi atau tinggi, perhatian dan dukungan

dari manajemen puncak diperlukan. Rencana, tindakan, dan akuntabilitas

perlakuan risiko harus jelas dan terukur, pelaksanaannya pun harus segera

dilakukan. Pada tingkat risiko moderat, penanganannya dilakukan melalui

pemantauan khusus dan spesifik atau melalui prosedur tanggap yang telah

86 

 

Page 98: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

ditetapkan. Akuntabilitas biasanya terletak pada manajemen operasional dan

harus ditetapkan secara jelas. Kemudian pada tingkat risiko rendah penanganan

cukup dengan prosedur rutin saja, tidak perlu menggunakan sumber daya yang

spesifik.

Pada Perum Pegadaian, analisis dilakukan secara kualitatif. Analisis

kualitatif didasarkan pada suatu pengalaman dan pengetahuan dari para subjek

dan pemangku risiko terkait (tacit knowledge) sehingga data yang dilakukan lebih

bersifat tidak dalam bentuk terukur, melainkan suatu pernyataan atau suatu

gambaran. Pemeringkatan risiko ditentukan melalui kebijakan manajemen setelah

melakukan kajian dibandingkan dengan selera risiko yang ditetapkan sebelumnya.

Tingkat risiko merupakan hasil kombinasi fungsi dari kemungkinan dan

dampaknya. Penentuan tingkat risiko tersebut dapat digambarkan dalam bentuk

kuadran sebagai berikut:

87 

 

Page 99: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Gambar 4.2 Tampilan Peringkat Risiko secara Kualitatif

KEMUNGKINAN

88 

KECIL BESAR

DAMPAK

Keterangan:

Jika sebuah risiko memiliki kemungkinan yang besar, sedangkan dampaknya

terhadap kelangsungan perusahaan kecil, maka risiko tersebut termasuk ke

dalam kuadran I, sehingga tingkat risikonya termasuk ke dalam kategori risiko

moderat.

Jika sebuah risiko memiliki kemungkinan yang besar, dan dampaknya

terhadap kelangsungan perusahaan juga besar, maka risiko tersebut termasuk

ke dalam kuadran II, sehingga tingkat risikonya termasuk ke dalam kategori

risiko tinggi.

III

Risiko

Rendah

I Risiko

Menengah

II

Risiko

Tinggi

IV

Risiko

Menengah

 

Page 100: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Jika sebuah risiko memiliki kemungkinan yang kecil, dan dampaknya

terhadap kelangsungan perusahaan juga kecil, maka risiko tersebut termasuk

ke dalam kuadran III, sehingga tingkat risikonya termasuk ke dalam kategori

risiko rendah.

Jika sebuah risiko memiliki kemungkinan yang kecil, sedangkan dampaknya

terhadap kelangsungan perusahaan juga besar, maka risiko tersebut termasuk

ke dalam kuadran IV, sehingga tingkat risikonya termasuk ke dalam kategori

risiko moderat.

89 

 

Page 101: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

90 

 

Page 102: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

91 

 

Page 103: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

92 

 

Page 104: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

93 

 

Page 105: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

2. Analisis Dampak Risiko Perum Pegadaian

a. Dampak dari Risiko Likuiditas dan Solvabilitas memiliki efek yang

signifikan terhadap kelancaran operasional perusahaan, karena risiko ini

berdampak langsung kepada financial perusahaan. Melihat struktur

permodalan Pegadaian Syariah yang cukup kuat, dampak dari risiko ini

dapat dikurangi, tetapi masih memiliki pengaruh yang signifikan jika

risiko ini terjadi. Penetapan besaran kategori dampak dari risiko ini

ditentukan oleh sasaran dari perusahaan dan ditentukan setelah dilakukan

komunikasi dan konsultasi dengan pemangku manajemen risiko yang ada

di perusahaan.

Probabilitas risiko ini muncul relatif kecil, hal ini dikarenakan :

1) Penyaluran kredit jangka pendek didanai pinjaman jangka panjang.

2) Current Ratio Pegadaian 1,9 x, di mana 2,56% dari total aset

merupakan kas dan setara kas dan 92% merupakan outstanding

pinjaman dengan jangka waktu kredit (cash collection) 4 bulan,

sedangkan sebagian besar utang berjangka waktu lebih dari 1 tahun.

3) Kinerja keuangan Perum Pegadaian dari tahun ke tahun menunjukan

pertumbuhan, sekalipun dalam kondisi krisis pada tahun 1998-1999.

4) Terkait dengan kinerja keuangan yang baik, kepercayaan investor

semakin meningkat. Hal ini terlihat dari penilaian Pefindo untuk

94 

 

Page 106: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Obligasi dan PN (Promisory Notes) Perum Pegadaian mendapat rating

AA (klasifikasi investment grade).

5) Telah dilakukannya portofolio sumber pendanaan jangka pendek, yaitu

terdiri dari delapan kreditur perbankan, fasilitas sindikasi bank

(Revolving Underwriting Facility/RUF) dan instrumen money market

(PN).

Jika dampak dari risiko likuiditas dan solvabilitas ini

diakumulasikan dengan probabilitas dari risiko tersebut yang relatif kecil,

tetapi dampak dari risiko tersebut cukup signifikan, maka risiko ini

termasuk ke dalam risiko moderat, sehingga penanganannya cukup

dengan dilakukannya pemantauan dari divisi terkait, pemimpin wilayah

atau manajer cabang.

b. Dampak dari Risiko Ekspektasi Marjin / Suku Bunga

Mengingat pengelolaan manajemen risiko Pegadaian Syariah masih

terintegrasi dengan Perum Pegadaian, maka pengelolaan risiko ekspektasi

marjin ini masih mengacu pada pengelolaan risiko suku bunga pada

Perum Pegadaian. Dampak dari risiko ini dapat menimbulkan peningkatan

pada cost of fund yang berimbas pada berkurangnya penghasilan

perusahaan dan berimbas juga pada berkurangnya kemampuan

pertumbuhan perusahaan.

95 

 

Page 107: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Kemungkinan risiko ini muncul relatif kecil, hal ini dikarenakan:

1) Struktur pendanaan Pegadaian Syariah dan kinerja keuangan yang

mengalami pertumbuhan.

2) Keputusan untuk menaikkan atau menurunkan lending rate

sepenuhnya berada di bawah kontrol manajemen.

3) Penundaan kenaikan lending rate dapat dilakukan dengan tetap

memperhatikan kinerja keuangan.

Jika diakumulasikan antara dampak dan kemungkinannya, maka

risiko ini termasuk dalam risiko rendah, sehingga penanganannya cukup

dilakukan pemantauan dari divisi terkait.

c. Dampak dari Risiko Permodalan

Risiko permodalan ini dapat berdampak pada financial perusahaan yang

diakibatkan oleh struktur permodalan dan fluktuatif operasional

perusahaan. Dampak dari risiko ini relatif kecil, mengingat struktur modal

kerja Pegadaian Syariah masih didominasi modal sendiri (87,57%) dan

sisanya merupakan kerjasama dengan Bank Mandiri Syariah (12,43%).

Pertumbuhan usaha Pegadaian Syariah pun meningkat sangat pesat,

tercatat per 31 Maret 2010, laba bersih meningkat 106,4% dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian, kemungkinan

terjadinya risiko permodalan ini relatif kecil. Jadi, risiko ini termasuk ke

dalam kategori risiko rendah.

96 

 

Page 108: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

d. Dampak dari Risiko Pinjaman yang Diberikan

Risiko ini timbul karena adanya salah taksir terhadap barang jaminan

sehingga memberikan pinjaman melebihi nilai barang jaminan yang dapat

menimbulkan kerugian bagi Perum Pegadaian dan risiko ini juga terjadi

apabila nasabah tidak dapat melakukan pelunasan atau membayar

pembiayaan yang diberikan.

Kemungkinan risiko ini muncul relatif kecil, hal ini dikarenakan:

1) Kredit gadai dijamin dengan agunan berupa “barang bergerak” yang

dikuasai oleh Pegadaian.

2) Komposisi barang yang dijaminkan sebesar 90% berupa emas, berlian,

sedangkan sisanya berupa jaminan non-emas (elektronik, kendaraan

bermotor, kain, gerabah dan lain-lain.

3) Perum Pegadaian mempunyai hak eksekusi atas barang jaminan

tersebut untuk melunasi pinjamannya.

4) Besarnya barang jaminan yang tidak dapat dieksekusi (bad debt)

relatif sangat kecil, sebesar 0,26% dari total asset, yang mana recovery

ratenya masih mencapai 95-99%.

Dengan ukuran probabilitas risiko yang relatif kecil, namun

berdampak pada penurunan laba, maka risiko ini termasuk ke dalam

kategori risiko moderat yang perlu pemantauan dari divisi terkait.

97 

 

Page 109: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

e. Dampak dari Risiko Barang Jaminan

Barang jaminan milik nasabah wajib untuk disimpan dan dipelihara oleh

Perum Pegadaian sampai dengan dilakukannya pelunasan oleh nasabah.

Risiko ini muncul apabila barang jaminan tersebut rusak atau bahkan

hilang. Risiko ini berdampak kepada kepercayaan nasabah dan juga pada

pendapatan Perum Pegadaian, karena selain harus mengganti barang

jaminan tersebut, Perum Pegadaian juga akan dihadapkan pada penurunan

jumlah nasabah jika kepercayaan nasabah menurun, sehingga dampak

terhadap perusahaan cukup signifikan. Kemungkinan risiko ini relatif

kecil, karena Perum Pegadaian khususnya Pegadaian Syariah telah

melakukan mitigasi berupa sharing risk dengan pihak asuransi Jasindo

Takaful serta dengan melakukan penyimpanan secara rapi. Dampak risiko

barang jaminan ini termasuk ke dalam kategori risiko moderat.

f. Dampak dari Risiko Persaingan

Risiko persaingan ini timbul dari persaingan dengan lembaga keuangan

lain baik perbankan maupun non-perbankan. Hal ini akan mempersempit

market share Pegadaian Syariah dalam ekspansi pasar keuangannya.

Namun, Pegadaian Syariah masih menjadi pemain utama dalam bisnis

keuangan dengan sistem gadai syariah. Pegadaian Syariah juga telah

melakukan beberapa terobosan dalam inovasi produk gadai seperti produk

Ar-Rahn, Ar-Rumm dan MULIA yang telah berjalan, dan juga produk

98 

 

Page 110: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

yang siap diluncurkan, yaitu produk AMANAH. Dampak dari risiko ini

cukup signifikan tetapi mengingat Pegadaian merupakan pemimpin pasar

dalam bisnis gadai maka risiko ini dapat dikategorikan risiko moderat.

Tetapi perlu perhatian khusus dari pimpinan perusahaan dalam hal inovasi

produk serta pemantauan pangsa pasar keuangan nasional.

g. Dampak dari Risiko Operasional

Risiko operasional berdampak pada peluang dalam penyaluran kredit yang

diakibatkan oleh penurunan kualitas pelayanan seperti salah membukukan

transaksi, tidak berfungsinya sistem aplikasi dan kelalaian internal, serta

tidak berjalannya sistem pengawasan. Risiko ini termasuk ke dalam

kategori risiko tinggi, karena dampak yang diakibatkan dari risiko ini akan

berdampak pada semua lini perusahaan, penurunan performance

perusahaan yang mengakibatkan penurunan kinerja keuangan dan pada

akhirnya bisa menurunkan kepercayaan investor maupun nasabah.

h. Dampak dari Risiko Peraturan Pemerintah

Risiko Peraturan Pemerintah dapat berdampak pada terhambatnya

kelancaran operasional perusahaan yang diakibatkan oleh berubahnya

Peraturan Pemerintah. Risiko ini termasuk ke dalam kategori rendah,

karena selain jarang terjadi, sosialisasi dari perubahan peraturan

pemerintah biasanya memerlukan waktu yang lama sehingga Pegadaian

memiliki cukup waktu untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut.

99 

 

Page 111: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

i. Dampak dari Risiko Teknologi

Dampak risiko ini yang paling penting untuk diperhatikan adalah

kemungkinan adanya barang jaminan palsu yang lolos dari pengamatan

juru taksir yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi dalam

pembuatan barang palsu, atau dari sisi intern perusahaan yang

menggunakan alat uji yang kurang akurat. Kemungkinan terjadinya risiko

ini jarang terjadi, namun dampak yang ditimbulkan cukup besar, karena

dalam pegadaian fokus utamamanya adalah pada nilai barang jaminan.

Sehingga, risiko ini termasuk ke dalam risiko tinggi dan pihak perusahaan

harus tetap waspada dan selalu menggunakan alat uji yang mutakhir

dengan tingkat akurasi tinggi.

j. Dampak dari Risiko Keamanan

Risiko ini muncul dari kondisi keamanan yang kurang kondusif akibat

tingginya angka kriminalitas. Selain itu, risiko keamanan juga bisa timbul

dari kelalaian manusia yang dapat mengakibatkan kecelakaan seperti

kebakaran. Dampak dari risiko ini cukup besar jika memang terjadi, tetapi

kemungkinannya kecil mengingat Perusahaan telah melakukan

serangkaian prosedur keamanan, seperti menempatkan personil keamanan

pada tiap-tiap cabang atau counter Pegadaian, serta menempatkan alat-alat

keselamatan seperti alarm, cctv, folding gate dan alat-alat keamanan

lainya. Sehingga, risiko ini dikategorikan pada risiko moderat.

100 

 

Page 112: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

k. Dampak dari Risiko Hukum

Risiko ini berdampak pada terhambatnya operasional perusahaan akibat

dari kelemahan dalam penyusunan perikatan perjanjian yang berdampak

pada timbulnya tuntutan dari nasabah. Risiko ini termasuk pada risiko

yang rendah karena Pegadaian Syariah sudah sangat aware pada persoalan

teknis dan mengenai kepatuhan akan hukum syariah pada transaksi

bisnisnya, Pegadaian Syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah yang

akan selalu memberikan peringatan apabila ada penyimpangan dalam

operasionalnya.

D. Strategi yang Ditempuh Perum Pegadaian dalam Mengatasi Permasalahan

Risiko yang Dihadapi

Hasil analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasi lebih lanjut

menjadi urutan prioritas perlakuan risiko, sekaligus menyaring risiko-risiko

tertentu untuk tidak ditindaklanjuti atau diperlakukan khusus. Keputusan tindak

lanjut tersebut mencakup5:

1. Apakah suatu risiko butuh penanganan;

2. Apakah suatu tindakan penanganan perlu dilakukan;

3. Bagaimanakah prioritas perlakuan risiko disusun.

101 

                                                            5 Ibid, h.167.

 

Page 113: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Sifat dari keputusan yang perlu diambil dan kriteria yang akan digunakan

dalam pengambilan keputusan telah ditetapkan pada tahap penyusunan konteks,

tetapi perlu ditinjau kembali secara lebih rinci pada tahap ini. Kriteria untuk

pengambilan keputusan harus konsisten dengan konteks eksternal, internal, dan

manajemen risiko yang telah didefinisikan. Selain itu, dalam mengambil

keputusan juga harus selalu memperhatikan sasaran perusahaan, sasaran

pengelolaan risiko dan pendapat para pemangku kepentingan. Keputusan dalam

mengevaluasi, biasanya didasarkan pada peringkat risiko yang telah diperoleh

dari hasil analisis risiko, tetapi dapat juga didasarkan atas nilai ambang yang

ditetapkan sesuai dengan:

1. Tingkat dampak yang telah ditentukan;

2. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu;

3. Efek kumulatif dari beberapa kejadian;

4. Tentang ketidakpastian terhadap tingkat-tingkat risiko pada satu level

kepercayaan.

Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko

yang memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen organisasi harus melakukan

kajian dan menentukan jenis serta bentuk perlakuan risiko yang diperlukan.

Perlakuan risiko ini tidak harus bersifat khusus untuk satu situasi tertentu, juga

tidak harus berlaku umum. Ini berarti, setiap risiko memerlukan bentuk perlakuan

yang khas untuk tiap risiko itu sendiri. 102 

 

Page 114: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

Untuk setiap risiko yang memerlukan perlakuan risiko, perlu dilakukan

pemeriksaan ulang yang cukup komprehensif terhadap informasi dan data hasil

analisis risiko. Hal ini diperlukan untuk memahami sumber atau penyebab risiko,

apa pemicu timbulnya risiko, bagaimana besar kemungkinan terjadinya, serta

seberapa besar dampaknya. Selain itu, perlu juga dipahami kondisi lingkungan

(hukum, sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain) serta siapa saja yang terlibat

dalam kegiatan yang berisiko tersebut.

Pengkajian awal yang cukup mendalam seringkali membuahkan satu

pilihan perlakuan risiko yang tidak hanya bermanfaat untuk satu risiko, tetapi juga

untuk risiko-risiko lainya. Artinya, satu perlakuan risiko untuk beberapa risiko. Di

lain pihak, mungkin untuk satu macam risiko diperlukan beberapa macam

perlakuan risiko. Pengambilan keputusan atas pilihan perlakuan risiko tersebut

akan menentukan langkah strategi Perusahaan dalam melakukan upaya-upaya

untuk mengatasi atau mengurangi risiko yang dihadapi, serta menetukan langkah-

langkah dalam pengendalian risiko.

1. Upaya-Upaya yang Telah Dilakukan Perum Pegadaian dalam

Mengurangi Risiko

Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan perusahaan dalam

mengurangi risiko adalah sebagai berikut:

103 

 

Page 115: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

a. Melakukan perbaikan terhadap penerimaan kualitas barang jaminan yang

diterima sebagai agunan.

b. Mencari alternatif-alternatif pendanaan yang mempunyai cost of fund yang

lebih rendah.

c. Pelatihan dan pengembangan SDM yang intensif dan berkesinambungan,

sehingga tercipta tenaga kerja yang lebih profesional, yang dapat

menunjang operasi Perum Pegadaian secara optimal.

d. Memperluas jangkauan pelayanan dengan pembukaan cabang di daerah

potensial.

e. Melakukan restrukturisasi cabang-cabang yang mengalami defisit.

f. Membangun corporate culture dan corporate image dengan pencanangan

Kerabat Menggapai Cita.

g. Mengasuransikan barang jaminan milik nasabah.

h. Mengasuransikan pinjaman yang disalurkan kepada nasabah uuntuk

Kredit Angsuran Fidusia (Kreasi).

i. Menempatkan aparat keamanan (TNI dan Kepolisian) di cabang-cabang

Perum Pegadaian.

104 

 

Page 116: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

105 

 

2. Upaya yang Dilakukan Perum Pegadaian Untuk Mengelola Risiko

Risiko dalam bisnis adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari,

termasuk dalam bisnis gadai. Oleh karena itu, untuk menghindari potensi

kerugian di kemudian hari yang lebih besar, risiko harus dikelola. Perum

Pegadaian mengelola risiko yang ada dengan cara :

1. Meminimalkan faktor-faktor pemicu risiko, melalui : pemenuhan kualitas

dan kuantitas SDM, perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan sistem

operasional dan perbaikan sistem IT.

2. Membangun budaya sadar risiko, melalui sosialisasi manajemen risiko di

seluruh unit kerja.

3. Mentransfer risiko, melalui pengasuransian gedung, barang jaminan yang

diagunkan nasabah kepada Pegadaian, kredit yang disalurkan dan uang

kas kepada pihak ketiga melalui proses tender.

4. Menerima risiko

Setiap tahunnya perusahaan mencadangkan penyisihan dana kerugian, hal

ini merupakan sikap penerimaan perusahaan terhadap risiko yang

dihadapi.

Page 117: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tata kelola manajemen risiko pada Pegadaian Syariah masih terintegrasi

dengan Perum Pegadaian, yang merupakan induk perusahaan. Mekanisme

proses pengelolaan risiko pada Pegadaian Syariah dilakukan dengan

mengikuti standar umum pengelolaan risiko pada lembaga keuangan dan

berkembang sesuai perkembangan perusahaan.

2. Manajemen risiko Pegadaian Syariah sebagaimana manajemen risiko pada

Perum Pegadaian melaksanakan penerapan manajemen risikonya melalui 4

(empat) tahap pelaksanaan manajemen risiko, yaitu:

a. Identifikasi, yaitu proses yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi

risiko yang melekat pada setiap produk, fungsi, aktivitas dan proses.

Proses identifikasi ini dilakukan terhadap seluruh jenis risiko yang

mungkin dapat terjadi, tingkat kemungkinan terjadinya, besaran

dampaknya dan faktor penyebab atau pemicu timbulnya risiko.

b. Pengukuran, yaitu proses yang dilakukan dengan cara menghitung

besarnya probabilitas terjadinya suatu risiko. Risiko yang telah

diidentifikasi dipetakan dan dikategorikan ke dalam 3 (tiga) peringkat

yaitu, risiko dengan dampak yang tinggi (high risk), sedang (medium risk)

106 

 

Page 118: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

dan rendah (low risk) yang didasarkan kepada frekuensi terjadinya dan

dampak yang ditimbulkan.

c. Pemantauan, proses pemantauan risiko didasarkan kepada Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP) oleh Satuan Pengawas Intern yang dilaporkan setiap

bulan kepada Dewan Pengawas, Direksi, dan Jeneral Manajer terkait.

d. Pengendalian, pengendalian risiko meliputi upaya untuk menyeleksi

pilihan-pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta

kemungkinan terjadinya risiko, kemudian menerapkan pilihan tersebut

dengan menentukan prosedur dan kebijakan atau langkah-langkah yang

dipandang perlu guna mengendalikan tingkat risiko yang sudah

diidentifikasi tersebut pada tingkat risiko yang dapat diterima.

3. Pegadaian Syariah mengelola risiko yang ada dengan cara:

a. Meminimalkan faktor-faktor pemicu risiko.

b. Membangun budaya sadar risiko.

c. Sharing risk.

d. Menerima risiko

107 

 

Page 119: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

B. Saran

1. Pegadaian Syariah perlu memiliki satuan manajemen risiko tersendiri dengan

konteks dan karakteristik risiko usaha tersendiri, sehingga mampu

meningkatkan kinerja manajemen risiko pada Pegadaian Syariah.

2. Dalam proses manajemen risiko pada Pegadaian Syariah, hendaknya terdapat

suatu standar risk management khusus yang sesuai dengan konteks lembaga

keuangan Pegadaian Syariah, dan terdapat suatu manual penerapan proses

manajemen risiko yang dapat dipahami oleh setiap unit kerja sehingga dapat

mempermudah dan meningkatkan kinerja manajemen risiko Pegadaian

Syariah.

3. Perlu adanya dokumentasi proses manajemen risiko pada Pegadaian Syariah,

hal ini bertujuan untuk:

a. Rekaman proses pelaksanaan kegiatan yang sekaligus menjadi sumber

informasi atas proses yang terjadi dan dapat menjadi dasar pengambilan

keputusan untuk masalah yang sama di masa depan.

b. Menjadi landasan untuk melakukan perbaikan metode, teknik, alat,

sekaligus keseluruhan proses.

c. Menjadi bukti hukum atas apa yang telah diputuskan dan dilaksanakan,

khususnya bila terjadi sengketa hukum.

108 

 

Page 120: 98835 Murni Yulianti Fsh

 

 

109 

 

d. Sarana untuk preservasi pengetahuan sebagai bagian dari proses

pengembangan knowledge management dalam suatu organisasi.

4. Perlu adanya sistem informasi manajemen secara online yang mampu

memberikan informasi secepat mungkin terkait dengan risiko-risiko yang

dihadapi kantor cabang maupun kantor wilayah, sehingga jika terdeteksi suatu

risiko tertentu pada outlet-outlet Pegadaian Syariah dapat sesegera mungkin

diambil langkah penanganannya.

 

Page 121: 98835 Murni Yulianti Fsh

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Amirullah dan Haris Budiyono. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu,

2004.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani Press, 2001.

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, cet.4. Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2006.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 1993.

Basyaib, Fachmi. Manajemen Risiko. Jakarta: PT Grasindo, 2007.

Darmawi, Herman. Manajemen Risiko, cet.10. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: PPM,

2006.

Hadi, Muhammad Sholikul. Pegadaian Syariah. Jakarta: Salemba Diniyah, 2003.

Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta:

Gema Insani Press, 2003.

http://organisasi.org/pengertian_definisi_dari_manajemen Artikel diakses pada 17

mei 2010

110

Page 122: 98835 Murni Yulianti Fsh

http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko Diakses pada 29 april 2010.

Idroes, Ferry n. Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan 3 Pilar

Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di

Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

J. Susilo, Leo dan Riwu Kaho, Victor. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk

Industri Nonperbankan. Jakarta: PPM Manajemen, 2010.

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2002.

Kurniawan, Rudy. “Pelatihan Pegadaian Syariah.” Soft Skill sebagai Peningkatan

Sumber Daya Insani Pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS), 14 April 2010.

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

-------“Lelang Syariah”. Artikel diakses pada 14 Mei 2010 dari

http://ulgs.tripod.com/favorite.htm

Muslich, Muhammad. Manajemen Risiko Operasional: Terori & Praktik. Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2007.

Nasarudin, Indo Yama dan Hemmy Fauzan. Pengantar Bisnis dan Manajemen.

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Nurhaida, Dida. “Islam juga Mengajarkan Manajemen Risiko”, Sharing: Inspirator

Ekonomi dan Bisnis Syariah, (Mei 2010): h.64.

111

Page 123: 98835 Murni Yulianti Fsh

Pegadaian Syariah. Divisi Usaha SyariahPerum Pegadaian: Laporan Keuangan,

Kinerja dan realisasi anggaran Triwulan I 2010. Jakarta: Pegadaian

Syariah,2010.

PERUM Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian. Jakarta: PERUM Pegadaian, 2009.

Rais, Sasli. Pegadaian Syariah: Konsep dan sistem Operasional: Suatu Kajian

Kontemporer. Jakarta: UI Press, 2005.

Siahaan, Hinsa. Manajemen Risiko: Konsep, Kasus, Dan Implementasi. Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo, 2007.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan, edisi kedua. Jakarta: Lembaga

Penerbit FEUI, 1999.

Subkhan, Moh. Zainus. ” Pegadaian Syariah dan Kewenangan Peradilan Agama”.

Artikel diakses pada pada 14 Mei 2010 dari

http://serrum.org/buntetpesantren/2009/03/06/pegadaian-syariah-dan-

kewenangan-peradilan-agama/

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, cet.

4. Yogyakarta: EKONISIA, 2007.

Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep aplikasi dalam:

Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2007.

112

Page 124: 98835 Murni Yulianti Fsh

113

Tampubolon, Robert. Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank

Komersial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006.

Wawancara pribadi dengan Pamuji Gesang Raharjo. Jakarta. 29 Juli 2010 dan 2

Agustus 2010

Wawancara pribadi dengan Rudy Kurniawan. Jakarta. 2 Agustus 2010.

Page 125: 98835 Murni Yulianti Fsh

Daftar Wawancara kepada PERUM Pegadaian

(Divisi Manajemen Risiko)

Nama : Pamuji Gesang Raharjo, SE MM

Jabatan : Jeneral Manajer Manajemen Risiko

Tempat : PERUM Pegadaian Divisi Manajemen Risiko

Tanggal : 29 Juli 2010

1. Prinsip-prinsip apa saja yang dipegang teguh pihak manajemen PERUM

Pegadaian dalam operasional sehari-hari perusahaan?

Prinsip yang kami pegang termasuk ke dalam budaya perusahaan yaitu

“INTAN” (Inovatif, Nilai moral tinggi, Terampil, Adi layanan, Nuansa Citra).

2. Siapa saja pemangku kepentingan utama dalam memegang peranan

manajemen risiko di PERUM Pegadaian?

Dewan Pengawas, Direksi, Divisi Manajemen Risiko, Satuan/ Divisi Kerja

Operasional (risk taking unit) dan Unit Kerja Pendukung (sporting unit).

3. Standar apa yang digunakan dalam penerapan manajemen risiko PERUM

Pegadaian?

Masih menggunakan standar umum yang disesuaikan dengan karakteristik

usaha gadai dengan mengikuti praktek sehat yang sudah dijalankan

perusahaan jasa keuangan lainnya.

4. Langkah-langkah apa saja yang ditempuh pihak manajemen PERUM

Pergadaian dalam proses manajemen risiko?

Proses manajemen risiko di PERUM Pegadaian dilakukan melalui 4 (empat)

tahap, yaitu identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian.

Page 126: 98835 Murni Yulianti Fsh

5. Bagaimanakah proses identifikasi risiko PERUM Pegadaian?

Proses identifikasi dilakukan dengan cara mengidentifikasi risiko yang

melekat pada setiap produk, fungsi, aktifitas dan proses. Proses identifikasi

tersebut dilakukan terhadap seluruh jenis risiko yang mungkin dapat terjadi,

tingkat kemungkinan terjadinya, besaran dampaknya dan faktor penyebab

atau pemicu timbulnya risiko.

Kapan dilakukan proses identifikasi risiko ketika awal periode/

pertengahan periode/ akhir periode?

Awal periode yaitu ketika suatu produk atau aktifitas diinisiasi dan

direview (dikaji ulang) secara berkala sekurang-kurangnya 1 kali

dalam setahun.

Jenis-jenis risiko apa saja yang dihadapi PERUM Pegadaian?

(pengertian, penyebab, langkah antisipasi, contoh kasus).

Secara garis besar terdapat dalam annual report PERUM Pegadaian

2009.

Bagaimana cara memperlakukan risiko-risiko tersebut?

Risiko ditransfer ke pihak asuransi guna meminimalisir dampak

kerugian finansial yang ditimbulkan, contohnya risiko bahaya

kebakaran, maka seluruh gedung dan aset perusahaan diasuransikan

ke pihak asuransi. Dan dengan cara merubah kebijakan internal serta

penyesuaian strategi guna mengantisipasi timbulnya risiko. Sebagai

contoh, guna mengantisipasi risiko perampokan maka melalui surat

edaran Direksi, seluruh kantor/outlet Pegadaian harus dilengkapi

dengan alat-alat pengaman, seperti alarm, folding gate, kamera

pengaman (cctv) dan alat-alat pengaman lainnya.

Bagaimana dampak dari masing-masing risiko tersebut terhadap

kelangsungan bisnis Pegadaian?

Page 127: 98835 Murni Yulianti Fsh

Masing-masing risiko memiliki dampak risiko yang terbagi ke dalam 3

(tiga) kategori, dampak yang tinggi (high risk), sedang (medium risk),

dan rendah (low risk).

6. Bagaimanakah proses pengukuran dan pemetaan risiko pada PERUM

Pegadaian? Mohon disertai contoh!

Dengan menghitung besarnya probabilitas terjadinya suatu risiko. Risiko

yang diidentifikasi tersebut dikategorikan dan dipetakan ke dalam 3 (tiga)

peringkat yaitu, risiko dengan dampak yang tinggi (high risk), sedang

(medium risk), dan rendah (low risk) yang didasarkan kepada frekuensi

terjadinya dan dampak yang ditimbulkan.

Untuk risiko yang dikategorikan sebagai risiko ”tinggi (high)”,

penanganannya dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), termasuk

melakukan perubahan kebijakan internal dan penyesuaian strategi.

Sedangkan untuk risiko dengan kategori ”sedang (medium)” dan ”rendah

(low)” cukup dilakukan pemantauan oleh Divisi terkait, pemimpin wilayah

dan manajer cabang.

7. Bagaimanakah proses pemantauan dan pengendalian risiko PERUM

Pegadaian?

Secara umum proses pemantauan risiko didasarkan kepada hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern (SPI) dan

dilaporkan setiap bulannya kepada Direksi dan Jeneral-Jeneral Manajer

terkait. Berdasarkan laporan temuan tersebut, maka dilakukan evaluasi

terhadap faktor penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan,

prosedur, dan kebijakan yang dipandang perlu guna mengendalikan tingkat

risiko yang telah diidentifikasi tersebut pada tingkat risiko yang dapat

diterima.

Page 128: 98835 Murni Yulianti Fsh

8. Bagaimanakah proses pengawasan dan pelaporan risiko PERUM Pegadaian?

Siapa yang mengawasi dan melaporkan dari cabang? Kapan proses pelaporan

dan pengawasan hasil mitigasi risiko dilakukan?

Secara umum pengawasan terhadap implementasi manajemen risiko secara

korporat dilakukan oleh Dewan Pengawas melalui Komite Pemantau Risiko

baik melaui forum rapat Dewan Pengawas maupun Direksi. Terkait

pelaporannya merupakan tanggung jawab manajer cabang yang wajib

melaporkan setiap terjadinya risiko termasuk langkah-langkah mitigasi yang

telah dan akan dilakukan.

Sistem Pelaporan Risiko Pegadaian Syariah:

manajer UPCS manajer kantor Cabang Syariah Divisi Syariah Divisi

Manajemen Risiko

Bagaimana kerangka kerja manajemen risiko Pegadaian? Berikut

contoh profil risiko triwulan!

ASMAN/staf MR MANAJER JENERAL DIRBANG DIREKSI

Mengumpulkan RISIKO MANAJER TERKAIT dokumen-Dokumen RISIKO yang diperlukan

Melakukan Analisa dan identifikasi risiko

Mengevaluasi/ Menyetujui: Menyetujui: Menyetujui: Menyusun mereview: - analisa dan - analisa dan - analisa dan rekomendasi - analisa dan identifikasi identifikasi identifikasi perbaikan - rekomendasi - rekomendasi - rekomendasi

identifikasi perbaikan perbaikan perbaikan

- rekomendasi - melakukan

Dokumentasi hasil perbaikan perbaikan/

Analisa dan penyempurnaan identifikasi risiko kebijakan yang

diperlukan

Page 129: 98835 Murni Yulianti Fsh

9. Strategi apa yang ditempuh oleh PERUM Pegadaian dalam menanggulangi

permasalahan risiko yang dihadapi perusahaan?

Dapat dilihat dalam annual report PERUM Pegadaian 2009

10. Bagaimanakah pembinaan budaya sadar risiko diselenggarakan?

Dengan memasukkan modul-modul manajemen risiko ke dalam program-

program pelatihan yang diselenggarakan oleh Divisi diklat.

Nara Sumber, Divisi Manajemen Risiko PERUM Pegadaian

Pamuji Gesang Raharjo, SE MM Jeneral Manajer Manajemen Risiko

Page 130: 98835 Murni Yulianti Fsh

Wawancara lanjutan kepada Divisi Manajemen Risiko PERUM Pegadaian

Tanggal : 2 Agustus 2010

1. Faktor apa yang menghambat proses identifikasi, pengukuran, pemantauan

dan pengendalian?

Sistem informasi manajemen yang belum terintegrasi (online) antara UPC,

Kantor Cabang, Kantor Wilayah, dan Kantor Pusat, sehingga proses

manajemen risiko (identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian)

belum dilakukan secara terintegrasi dan tepat waktu.

2. Risiko apa yang pernah terjadi di PERUM Pegadaian, bagaimana dampaknya,

dan strategi apa yang digunakan dalam mengatasi risiko tersebut?

Risiko yang pernah terjadi adalah risiko barang jaminan emas palsu, risiko

tersebut berdampak pada kerugian PERUM Pegadaian. Dan mitigasi yang

dilakukan adalah dengan:

a. Melengkapi ahli taksir dengan alat uji emas.

b. Mengembangkan database mengenai jenis dan model barang jaminan

emas yang dipalsukan.

c. Meningkatkan kompetensi penaksir dengan cara melakukan

penyegaran (refreshment) program pelatihan untuk tenaga penaksir.

3. Bagaimana strategi PERUM Pegadaian dalam mengatasi beberapa risiko

berikut ini:

risiko tak terbayarnya utang nasabah (wanprestasi)?

Pengikatan barang/ agunan sesuai dengan jumlah pinjaman yang

diberikan. Dan melakukan pelelangan dengan ketentuan dan prosedur

tertentu.

risiko kesalahan dalam melakukan taksasi jaminan emas akibat

keteledoran juru taksir?

Meningkatkan kompetensi ahli taksir.

Page 131: 98835 Murni Yulianti Fsh

risiko turunnya nilai jaminan (marhun)?

Nilai agunan harus dievaluasi/ dinilai secara berkala.

risiko barang jaminan emas palsu?

Meningkatkan kompetensi ahli taksir dan melengkapi peralatan ahli

taksir dengan alat uji emas yang akurat.

risiko jaminan rusak atau hilang?

PERUM Pegadaian bekerjasama dengan pihak asuransi, dalam hal

melindungi barang jaminan nasabah.

Nara Sumber,

Divisi Manajemen Risiko

PERUM Pegadaian

Pamuji Gesang Raharjo, SE MM

Jeneral Manajer Manajemen Risiko