23
PENDAHULUAN Dewasa ini kegiatan transaksi kredit sukar untuk di hindari oleh para pelaku bisnis. Para pelaku bisnis tersebut melakukan transaksi kredit dengan beberapa alasan dan tujuan. Alasan dan tujuan tersebut akan berbeda diantara pihak-pihak pelaku transaksi kredit yang bersangkutan. Adapun pihak yang berkepentingan dalam transaksi kredit yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur). Perusahaan dagang memberikan kredit dengan tujuan untuk meningkatkan volume penjualan dan mengimbangi pesaing. Lembaga perbankan atau yang sejenis memberikan kredit dengan tujuan untuk memperoleh bunga dari pokok pinjamannya. Sedangkan pihak debitur atau pelanggan melakukan transaksi kredit dengan alasan tidak mempunyai kas yang cukup untuk membeli dan membayar suatu produk atau terpaksa meminjam sejumlah uang untuk modal dan diharapkan dengan modal pinjaman tersebut diperoleh suatu penghasilan yang nantinya dapat mengembalikan pinjamannya tersebut serta memperoleh nilai lebih atau keuntungan. I. PENGERTIAN KREDIT Kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere” atau “credo” yang berarti kepercayaan (trust atau faith). Kegiatan orang perorang atau badan usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan cara pinjam meminjam dinamakan Kredit. Berdasar dari kegiatan pemberian kredit dari yang memberikan kredit kepada yang menerima kredit adalah kepercayaan. Transaksi kredit timbul PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 1

99007-11-67edrewr1083601686

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sadsada

Citation preview

Page 1: 99007-11-67edrewr1083601686

PENDAHULUAN

Dewasa ini kegiatan transaksi kredit sukar untuk di hindari oleh para pelaku

bisnis. Para pelaku bisnis tersebut melakukan transaksi kredit dengan beberapa alasan

dan tujuan. Alasan dan tujuan tersebut akan berbeda diantara pihak-pihak pelaku

transaksi kredit yang bersangkutan. Adapun pihak yang berkepentingan dalam transaksi

kredit yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur).

Perusahaan dagang memberikan kredit dengan tujuan untuk meningkatkan

volume penjualan dan mengimbangi pesaing. Lembaga perbankan atau yang sejenis

memberikan kredit dengan tujuan untuk memperoleh bunga dari pokok pinjamannya.

Sedangkan pihak debitur atau pelanggan melakukan transaksi kredit dengan alasan

tidak mempunyai kas yang cukup untuk membeli dan membayar suatu produk atau

terpaksa meminjam sejumlah uang untuk modal dan diharapkan dengan modal

pinjaman tersebut diperoleh suatu penghasilan yang nantinya dapat mengembalikan

pinjamannya tersebut serta memperoleh nilai lebih atau keuntungan.

I. PENGERTIAN KREDIT

Kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere” atau “credo” yang berarti

kepercayaan (trust atau faith). Kegiatan orang perorang atau badan usaha dalam rangka

pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan cara pinjam meminjam dinamakan Kredit.

Berdasar dari kegiatan pemberian kredit dari yang memberikan kredit kepada yang

menerima kredit adalah kepercayaan. Transaksi kredit timbul karena suatu pihak

meminjam sejumlah uang atau sesuatu yang dipersamakan dengan itu, di mana pihak

peminjam wajib melunasi hutangnya atau rekeningnya tersebut pada waktu yang telah

ditentukan. Disamping itu kredit pun timbul sebagai akibat adanya transaksi jual

beli,dimana pembayarannya ditangguhkan, baik sebagian maupun seluruhnya.

Sedangkan pengertian kredit menurut Eric L. Kohler (1964;154) :

“Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan

suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan dan ditangguhkan

pada suatu jangka waktu yang disepakati”.

Pengertian kredit menurut Teguh Pudjo Muljono (1989;45) :

“Kredit adalah suatu penyertaan uang atau tagihan atau dapat juga barang yang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 1

Page 2: 99007-11-67edrewr1083601686

menimbulkan tagihan tersebut pada pihak lain. Atau juga memberi pinjaman pada orang

lain dengan harapan akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman

tersebut yaitu berupa bunga sebagai pendapatan bagi pihak yang bersangkutan”.

Menurut beberapa pendapat para ahli ilmu hukum, seperti :

1. J. A. Lavy, merumuskan arti kredit adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah

uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit.

2. Drs. Muchdarsyah Sinungan, kredit adalah suatu prestasi yang diberikan oleh satu

pihak kepada pihak lainnya, dimana prestasi akan dikembalikan lagi pada masa

tertentu yang akan diserahi dengan suatu kontraprestasi berupa bunga.

Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia,

yaitu menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 (undang-undang yang diubah),

pengertian kredit diatur dalam pasal 1 butir 11, “kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga”.

Adapun pengertian kredit menurut UU Perbankan No.7 tahun 1992 :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara suatu perusahaan

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan jumlah uang, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”

Berdasarkan pada pengertian-pengertian diatas dapat diketahui bahwa transaksi

kredit timbul sebagai akibat suatu pihak meminjam kepada pihak lain, baik itu berupa

uang, barang dan sebagainya yang dapat menimbulkan tagihan bagi kreditur. Hal lain

yang dapat menimbulkan transaksi kredit yaitu berupa kegiatan jual beli dimana

pembayarannya akan ditangguhkan dalam suatu jangka waktu tertentu baik sebagian

maupun seluruhnya. Kegiatan transaksi kredit tersebut diatas akan mendatangkan

piutang atau tagihan bagi kreditur serta mendatangkan kewajiban untuk membayar bagi

debitur.

Dari defenisi diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa unsur-unsur kredit adalah :

1. Kepercayaan.

Adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang diberikan kepada

nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai dengan jangka waktu yang di

perjanjikan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 2

Page 3: 99007-11-67edrewr1083601686

2. Jangka Waktu

Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya, dimana

jangka waktu tersebut sebelumnya telah ditentukan terlebih dahulu, berdasar

kan kesepakatan bersama.

3. Prestasi

Adanya objek berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya

kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah

debitur, berupa bunga atau imbalan

4. Risiko

Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya,

memungkinkan adanya risiko dalm perjanjian kredit tersebut. Untuk itu, untuk

mencegah terjadinya risiko tersebut (berupa wanprestasi), maka diadakan

pengikatan jaminan/agunan yang dibebankan kepada pihak nasabah debitur

II. TUJUAN KREDIT

Menurut Sinungan (1995) tujuan kredit mencakup scope yang luas, ada dua

fungsi pokok yang saling berkaitan dengan kredit adalah :

1. Profitability

yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diteguk dari

pemungutan bunga.b.

2. Safety

yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar

tercapai tanpa hambatan yang berarti.

Tujuan kredit berarti tidak lepas dari falsafah yang dianut oleh suatu negara karena

pada dasarnya tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan

sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut, seperti pada negara-negara liberal di mana

dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-

besarnya.

Pemberian kredit yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan maka bank hanya

boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit

apabila nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit

yang telah diterimanya itu. Dari faktor kemauan dan kemampuan tersebut, maka

tersimpul suatu unsur keamanan dan unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 3

Page 4: 99007-11-67edrewr1083601686

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit adalah :

1. Untuk mencari keuntungan bagi bank/kreditur, berupa pemberian bunga,

imbalan, biaya administrasi, provisi, dan biaya-biaya lainnya yang dibebankan

kepada nasabah debitur.

2. Untuk meningkatkan usaha nasabah debitur. Bahwa dengan adanya

pemberian kredit berupa pemberian kredit investasi atau kredit modal kerja

bagi debitur, diharapkan dapat meningkatkan usahanya.

3. Untuk membantu Pemerintah. Bahwa, dengan banyaknya kredit yang disalur

kan oleh bank-bank, hal ini berarti dapat meningkatkan pembangunan disegala

sektor, khususnya disektor ekonomi.

III. JENIS-JENIS KREDIT

1. Menurut Jenis Kredit Yang Dibiayai

a. Kredit modal kerja yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk

memenuhi modal kerjanya. Kriteria dari modal kerja yaitu kebutuhan modal yang

habis dalam satu cycle usaha, hal ini kalau dilihat dalam neraca suatu

perusahaan akan berupa uang kas/ bank ditambah dengan piutang dagang

ditambah dengan persediaan baik persediaan barang jadi, persediaan bahan

dalam proses, persediaan bahan baku. Apabila dibicarakan modal kerja bersih

maka perlu dikurangi lagi dengan current liabilitiesnya.

b. Kredit Investasi yaitu kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian

barang-barang modal yaitu tidak habis dalam satu cycle usaha, maksudnya

proses dari pengeluaran uang kas dan kembali menjadi uang kas tersebut akan

memakan jangka waktu yang cukup panjang setelah melalui beberapa kali

perputaran. (Mulyono, 1993).

c. Kredit Konsumsi (Personal Loan) yaitu bentuk kredit yang diberikan kepada

perorangan ini bukan dalam rangka untuk mendapatkan laba tetapi untuk

pemenuhan kebutuhan konsumsi

2. Menurut Resiko Pembiayaan

a. Kredit dari dana bank yang bersangkutan

Dasar dari kredit ini diberikan atas dasar kemampuan dari bank yang

bersangkutan didalam mengumpulkan dana dari masyarakat yang menjadi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 4

Page 5: 99007-11-67edrewr1083601686

nasabahnya baik berupa giro, deposito maupun modal sendiri dan pinjaman-

pinjaman lainnya.

b. Kredit dengan dana likuiditas Bank Indonesia

Sesuai dengan fungsinya bank sebagai agent of development khususnya pada

bank-bank pemerintah, maka dalam pengembangan sektor-sektor perekonomian

tertentu bank sentral telah memberikan berbagai fasilitas penyediaan “Dana

Likuiditas”.

c. Kredit Kelolaan

Kredit ini diperoleh Pemerintah Indonesia dari Luar Negri untuk membantu

berbagai pembiayaan pembangunan proyek-proyek swasta/ pemerintah yang

diwujudkan dalam bentuk bantuan kredit yang disalurkan melalui sistem

perbankan.

3. Menurut Sektor Ekonomi

Untuk kepentingan perencanaan pengembangan kegiatan perekonomian maka

pembagian sektor-sektor ekonomi mempunyai arti yang sangat penting. Penguasa

moneter dan bank sentral mempunyai kepentingan utama dalam pembagian kredit

menurut sektoral, sebagai alat perencanaan dan penegendalian kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang diambilnya. Secara garis besar pembagian kredit menurut

sektor ekonomi :

a. Sektor pertanian, perkebunan dan sarana pertanian

b. Sektor pertambangan

c. Sektor perindustrian

d. Sektor listrik, gas dan air

e. Sektor kontruksi

f. Sektor perdagangan, restoran dan hotel

g. Sektor pengangkatan, pergudangan dan komunikasi

h. Sektor jasa-jasa dunia usaha

i. Sektor jasa-jasa sosial atau masyarakat

Jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:

1. Dari segi kegunaan : Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja.

2. Dari segi Tujuan Kredit : Kredit Produktif, Kredit Konsumtif dan Kredit Perdagangan.

3. Dari segi Jangka Waktu : Kredit Jangka Pendek (jangka waktu pengembalian kurang

dari 1 tahun), Kredit Jangka Menengah (jangka waktu pengembalian antara 1 - 3

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 5

Page 6: 99007-11-67edrewr1083601686

tahun) dan Kredit Jangka Panjang (jangka waktu pengembalian diatas 3 – 5 tahun).

4. Dari segi Agunan : Kredit dengan agunan dan Kredit tanpa agunan.

5. Dari segi Sektor Usaha : Kredit Peternakan, Kredit Pertanian, Kredit Industri, Kredit

Pertambangan, Kredit Profesi, Kredit Perumahan dan kredit-kredit sektor usaha

lainnya.

Jenis-jenis kredit yang secara umum dapat diberikan oleh bank antara lain ;

1. Pinjaman Rekening koran (PRK) adalah pinjaman revolving jangka waktu (satu

tahun) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih

dahulu kepada pihak bank dengan mempergunakan cek, bilyet giro atau alat

perintah pembayaran lainnya. Tujuan PRK adalah untuk membiayai modal kerja.

2. Pinjaman Aksep (DL) adalah pinjaman revolving jangka pendek (satu tahun) yang

penarikannya dapat dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak

bank. Tujuan pinjaman ini adalah untuk membiayai modal kerja. Setiap akan

mendropping dana, debitur harus menandatangani surat aksep (surat pengakuan

hutang), jumlah maksimum penarikan ditentukan oleh plafond limit yang diberkan.

3. Anjak Piutang. Ada fasilitas anjak piutang ini adalah piutang debitur (yang belum

jatuh tempo) dijual kepada bank dan bank akan memberi dana sampai sekian

persen. Difasilitas anjak piutang ini terdapat tiga pihak yang terlibat yaitu

Factor adalah pihak yang mengambil alih piutang atau pembeli piutang,

Client adalah pihak yang menjual piutang dan Debtor ini merupakan pihak yang

memiliki hutang kepada client dan merupakan objek transaksi anjak piutang.

4. Pinjaman sindikasi adalah pinjaman komersial/modal kerja dimana dananya berasal

dari beberapa bank atau pembiayaan secara bersama oleh beberapa bank.

Pinjaman ini dapat merupakan pinjaman investasi untuk membiayai suatu proyek

(misalnya pembangunan hotel, pusat pertokoan dan lain-lain) atau untuk membiayai

kebutuhan modal kerja. Bank yang tergabung dalam pinjaman sindikasi ini ada yang

bertugas sebagai Lead bank yaitu pihak yang menyediakan dana dalam porsi besar

dalam sindikasi tersebut dibandingkan dengan lainnya juga segabai pengelola

kegiatan sindikasi tersebut baik dalam hubungan dengan debitur maupun terhadap

peserta sindikasi lainnya dan Participant bank yaitu bank yang menjadi anggota

sindikasi dan bertugas hanya menyediakan dana saja.

5. Term Loan adalah pinjaman non revolving yang dipergunakn untuk membiayai

investasi aktiva tetap (alat yang tidak habis dipergunakan untuk satu siklus usaha).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 6

Page 7: 99007-11-67edrewr1083601686

Pencairan dananya dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan

jadwal yang ditetapkan sejak dari awal dengan menyerahkan surat aksep senilai

dana yang ditarik. Pembayaran kembali dilakukan dengan angsuran, baik dengan

grace perio, pembayaran hanya mencakup bunga saja, sedangkan angsuran pokok

dan bunga dimulai setelah grace period berakhir.

IV. METODE ANALISA KREDIT

Kebijaksanaan Perkreditan

Menurut Mulyono (1993) menetapkan kebijaksanaan perkreditan terdapat 3 (tiga) asas

pokok yang harus diperhatikan yaitu :

a. Asas Likuiditas

Suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga tingkat

likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu

hilangnya kepercayaan dari nasabahnya atau dari masyarakat luas.

b. Asas Solvabilitas

Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan

disalurkan dalam bentuk kredit.

c. Asas Rentabilitas

Sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan akan

memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk

keperluan untuk mengembangkan dirinya.

Pertimbangan dan Penilaian Dalam Pemberian Kredit

Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 pasal 8 menjelaskan bahwa

dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan

dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dangan yang diperjanjikan.

Maksud dari pasal tersebut bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung

resiko, sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asas

perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit

dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi

hutangnya sesuai bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan

kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan,

modal, agunan, dan prospek usaha debitur. (Suyatno, dkk, 1995)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 7

Page 8: 99007-11-67edrewr1083601686

Jaminan Dan Kelayakan Kredit

Jaminan kredit menurut bank, merupakan sumber kedua pembayaran kembali

kredit dan bunga yang tertunggak. Sumber pertama pembayaran kembali kredit adalah

dana intern perusahaan terutama keuntungan dan dana penyusutan. Bila debitur gagal

memenuhi kewajiban keuangannya kepada bank dari sumber pembayaran pertama,

maka harta mereka yang dijamin akan dipergunakan sebagai gantinya. (Sutojo, 2000)

Bank akan meluluskan permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur

tergantung dari hasil pertimbangan berikut ini : (Sutojo, 1995)

1. Faktor Intern Bank

Sebelum mengambil keputusan untuk meluluskan permintaan kredit (terutama dalam

jumlah besar) terlebih dahulu bank akan mameriksa kondisi intern operasi dan

keuangan dewasa ini, dua tiga tahun terakhir, serta prospek masa depan.

2. Kredibilitas

Bank akan lebih bersemangat dalam bekerja sama dengan investor, apabila mitra

usaha mereka dapat menunjukan kemampuan mengelola proyek yang akan

dibangun dengan bank.

3. Prospek Masa Depan

Proyek Masa depan sebuah proyek dapat diharapkan akan cerah, bila proyek

tersebut dapat memenuhi kriteria berikut ini : dikelola oleh manajemen yang

professional, didukung oleh sumber daya manusia yang dapat menjalankan operasi

proyek dengan baik dan dapat memproduksi barang atau jasa yang kompetitif.

4. Dapat memasarkan hasil produksi tersebut secara menguntungkan.

5. Dapat menghasilkan keuntungan yang layak.

V. RASIO-RASIO UMUM YANG DIGUNAKAN UNTUK PENILAIAN KREDIT

Adapun beberapa penilaian yang menjadi metode pengukuran kondi kesehatan bank

selain dari solvabilitas dan rentabilitas adalah :

1. Penilaian Efisiensi (Rasio Biaya Operasional) adalah perbandingan antara biaya

operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio

ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

BIAYAOPERASIONAL

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 8

Page 9: 99007-11-67edrewr1083601686

PENDAPATAN OPERASIONAL

2. Penilaian Likuiditas (Liquidity)

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi

kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta

dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio

likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban tersebut. Rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to

Deposit Ratio (LDR).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang

diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk

mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para

nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan

kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

TOTAL PEMBIAYAAN

DANA PIHAK KETIGA

3. Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.

31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif

adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam

bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen

dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Kualitas Aktiva Produktif dinilai

berdasarkan: Prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas

debitur dan kemampuan membayar.

Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai prospek

usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan mempertimbangkan

komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi :

Lancar (Pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (sub

standard), diragukan (doubtful) dan macet (loss)

Aktiva produktif bermasalah (NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas

aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Besarnya NPL dapat dirumuskan

sebagai berikut :

TOTAL KREDIT BERMASALAH

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 9

Page 10: 99007-11-67edrewr1083601686

TOTAL SEMUA KREDIT

4. Sensitivitas atas risiko pasar (sensitivity to market risk)

Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai kemampuan

keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh

pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan

menilai besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank

dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan

risiko pasar.

5. Manajemen (Management)

Penilaian manajemen dimaksudkan untuk menilai kemampuan manajerial

pengurus bank dalam menjalankan usaha sesuai dengan prinsip manajemen umum,

kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan baik yang

terkait dengan prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah dan

komitmen bank kepada Bank Indonesia.

Penilaian kualitatif faktor manajemen dilakukan dengan penilaian terhadap

komponen-komponen sebagai berikut:

a. Kualitas manajemen umum terkait dengan penerapan good corporate

governance

b. Kualitas penerapan manajemen risiko

c. Kepatuhan terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip kehati-hatian

maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah serta komitmen kepada Bank

Indonesia.

VI. SYARAT-SYARAT KREDIT

Bank sebagai pihak yang meminjamkan dana disebut juga dengan kreditur.

Sementara pihak yang meminjam dana, melakukan pinjaman uang dari bank disebut

debitur. Pada umumnya, bank membagi debiturnya ke dalam dua golongan besar, yaitu

debitur perorangan dan debitur perusahaan. Berikut ini adalah persyaratan dari bank

dari sesuai golongannya debiturnya.

Debitur Perorangan

Debitur perorangan terdiri dari berbagai macam latar belakang profesi. Nah, dari tiap--

tiap profesi, pasti memiliki ciri khas sendiri. Oleh karena itu, oleh bank dibedakan lagi

menjadi tiga golongan, yaitu wirausahawan, karyawan, dan profesional.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 10

Page 11: 99007-11-67edrewr1083601686

Adapun, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :

1. Copy identitas diri (KTP , SIM, atau paspor)

2. Copy akte nikah (bagi yang sudah menikah)

Gunanya untuk mengetahui apakah harta yang dijaminkan (misal jaminan pinjaman,

jaminan kredit) merupakan harta bersama suami-istri atau bukan, sehingga baik istri

atau suami debitur dapat dimintai persetujuannya dan turut bertanggung jawab

terhadap harta yang dijaminkan ke bank.

3. Copy kartu keluarga.

Gunanya untuk mengetahui apakah calon debitur juga menanggung biaya hidup

orang lain selain dirinya sendiri.

4. Copy rekekening koran/rekening giro atau kopi buku tabungan di bank manapun

antara 6 s/d 3 bulan terakhir.

Gunanya agar bank bisa melakukan analisa keuangan calon debiturnya

5. Copy slip gaji dan surat keterangan bekerja dari perusahaan buat calon debitur yang

bekerja di suatu perusahaan, pemerintah maupun swasta.

Gunanya untuk memastikan bahwa calon debitur memang bekerja di situ dan

memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Ini juga memberi bukti kepada bank

yang akan memberikan pinjaman kredit, pinjaman uang.

Debitur Badan Perusahaan

Debitur yang satu ini berbentuk perusahaan seperti CV atau PT. Adapun

persyaratannya, antara lain adalah :

1. Copy identitas diri dari para pengurus perusahaan (direktur & komisaris)

2. Copy NPWP (Nomor Pokok wajib pajak)

3. Copy SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan )

4. Copy Akte Pendirian Perusahaan dari Notaris

5. Copy TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

6. Kopi rekening koran/giro atau buku tabungan di bank manapun selama 6 s/d 3 bulan

terakhir.

7. Data keuangan lainnya, seperti neraca keuangan, laporan rugi laba, catatan

penjualan & pembelian harian, dan data pembukuan lainnya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 11

Page 12: 99007-11-67edrewr1083601686

Copy surat-surat tersebut akan digunakan oleh bank untuk memeriksa keabsahan /

legalitas antara apa yang tercantum di akte pendirian dengan bidang usahanya, segala

surat perizinannya dan kewajiban pajaknya terhadap negara. Selain itu, surat tersebut

juga berguna buat Bank untuk melakukan berbagai analisa keuangan terhadap calon

debiturnya. Ini berguna untuk Bank dalam memberikan pinjaman uang seperti pinjaman

kredit serta jaminan pinjaman, dll.

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit

adalah:

Penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu kredit adalah

sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Kepercayaan artinya bahwa bank percaya nasabah akan mengembalikan kredit

yang diberikan oleh bank adalah iktikad baik nasabah, yaitu adanya kemauan untuk

membayar. Bagi nasabah dalam hal ini berarti nasabah memperoleh kepercayaan dan

juga memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya.

2. Kesepakatan

Sebuah kredit dikucurkan, bank dengan nasabah terlebih dalu menyepakati hal-hal

yang menjadi kewajiban dan hak masing-masing pihak. Kemudian, juga disepakati

sanksi-sanksi yang akan diberikan apabila masing-masing pihak melanggar

kesepakatan yang telah dibuat. Kesepakatan ini dituangkan dalam akad kredit yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak pada saat kredit disetujui bank dan akan

dikucurkan.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang disalurkan pasti memiliki jangka waktu tertentu, artinya tidak ada

kredit yang waktu pengembaliannya tidak terbatas. Jangka waktu tersebut merupakan

waktu pengembalian atau kapan kredit tersebut akan berakhir (lunas), misalnya satu

tahun atau tiga tahun. Kemudian, juga memuat kapan nasabah harus membayar

kewajibannya (angsuran), yang biasanya dilakukan setiap bulanan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 12

Page 13: 99007-11-67edrewr1083601686

4. Risiko (Degree of Risk)

Di masa depan kondisi penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, setiap kredit

yang dibiayai pasti memiliki risiko yang tidak tertagih alias macet. Hal ini disebabkan

oleh berbagai sebab, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Sengaja artinya

nasabah sengaja untuk tidak mau membayar kreditnya. Sementara itu, tidak disengaja

artinya nasabah memang tidak bermaksud untuk mengembalikan kreditnya. Hanya saja

nasabah belum memiliki kemampuan akibat misalya kerugian yang diderita atau terkena

bencana. Namun, nasabah kemungkinan akan melunasi kredit tersebut dengan berbagi

cara, misalnya dengan melelang jaminan yang diberikan sebelumnya. Oleh karena itu,

dalam hal ini pihak perbankan harus mempertimbangkan faktor risiko yang harus

ditanggung apabila terjadi sesuatu. Untuk menutupi risiko yang mungkin akan terjadi.,

bank biasanya mensyaratkan suatu jaminan yang nilainya lebih tinggi dari kredit yang

akan diberikan, ataupun bank dapat juga dengan menjaminkan lewat asuransi untuk

mengalihkan risiko kerugian yang mungkin timbul.

5. Balas Jasa

Sudah pasti bank mengharapkan keuntungan atas setiap dana yang dikucurkannya.

Keuntungan ini disebut balas jasa. Keuntungan bagi bank konvensional disebut bunga

dan bagi hasil bank syariah. Bagi nasabah balas jasa ini merupakan jasa atau imbalan

yang mereka berikan atas dana yang mereka gunakan. Bagi perusahaan dagang

biasanya balas jasa yang diterima berupa harga yang diberikan lebih tinggi dari harga

normal dan terkadang pembeli tidak memperoleh diskon seperti penjualan tunai.

Pengaruh pemberian kredit oleh bank akan terlihat di sisi aktiva lancar neraca bank,

yaitu pada neraca bank, yaitu pada pos komponen pinjaman yang diberikan. Sementara

itu, bagi perusahaan yang memperoleh kredit akan bertambah di utang bank di mana

jika waktu kurang dari satu tahun akan terlihat di pos aktiva lancar, namun bila pinjaman

lebih dari satu tahun akan terlihat di pos piutang jangka panjang.

Untuk perusahaan dagang, pengaruh hasil penjualan kredit ini akan terlihat pada

komponen pos piutang di aktiva lancar bagi perusahaan yang menjual barang.

Sebaliknya bagi perusahaan yang membeli secara kredit, akan terlihat di sisi passiva

utang dagang.

1. Character

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 13

Page 14: 99007-11-67edrewr1083601686

Character adalah keadaan watak dari nasabah, baik dalam kehidupan

pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap

karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemauan nasabah

untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian

yang telah ditetapkan. Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang

karakter dari calon nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain:

a. Meneliti riwayat hidup calon nasabah

b. Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya

c. Meminta bank to bank information (Sistem Informasi Debitur)

d. Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon nasabah

berada

e. Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi

f. Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya.

2. Capital

Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah.

Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi

kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan

merasa lebih yakin dalam memberikan kredit. Modal sendiri juga diperlukan bank

sebagai alat kesungguhan dan tangung jawab nasabah dalam menjalankan

usahanya karena ikut menanngung resiko terhadap gagalnya usaha.dalam

praktik, kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk

menyediakan self-financing, yang sebaiknya jumlahnya lebih besar daripada

kredit yang dimintakan kepada bank.

3. Capacity

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 14

Page 15: 99007-11-67edrewr1083601686

Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam

menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari

penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana calon nasabah

mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu

dari usaha yang diperolehnya.

Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan melalui berbagai

pendekatan berikut ini:

a. Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan

perkembangan dari waktu ke waktu.

b. Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus

c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai

kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan

perjanjian kredit dengan bank.

d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan

keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam

memimpin perusahaan.

e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon

nasabah mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan

baku, peralatan-peralatan , administrasi dan keuangan, industrial relation

sampai pada kemampuan merebut pasar.

4. Collateral

Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan

terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank

untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 15

Page 16: 99007-11-67edrewr1083601686

Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan tetapi juga

collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of

guarantee, letter of comfort, rekomendasi dan avalis.

5. Condition of Economy

Condition of Economy yaitu situasi dan kondisi politik , sosial, ekonomi,

budaya yeng mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang

kemungkinannya memengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur. Untuk

mendapat gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai

hal-hal antara lain:

a. Keadaan konjungtur

b. Peraturan-peraturan pemerintah

c. Situasi, politik dan perekonomian dunia

d. Keadaan lain yang memengaruhi pemasaran

6. Constraint

Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu

bisnis untuk dilaksankan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha

pompa bensin yang disekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bata.

Dari keenam prinsip diatas, yang paling perlu mendapatkan perhatian

account officer adalah character, dan apabila prinsip ini tidak terpenuhi, prinsip

lainnya tidak berarti. Dengan perkataan lain, permohonannya harus ditolak.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Suryani, SE. MM. ANALISA LAPORAN KEUANGAN 16