82
Menimbang PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2018 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan wujud dari pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran ralryat; b. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2Ol9 termuat dalam Undang- Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2Ol9 yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara dalam rangka mendukung terwujudnya perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional; c. bahwa

a. APBN/2018 UU APBN... · bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan wujud dari pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung ... demokrasi

Embed Size (px)

Citation preview

Menimbang

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 12 TAHUN 2018

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negaramerupakan wujud dari pengelolaan keuangan negarayang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran ralryat;

b. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahun Anggaran 2Ol9 termuat dalam Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara Tahun Anggaran 2Ol9 yang disusun sesuaidengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahannegara dan kemampuan dalam menghimpunpendapatan negara dalam rangka mendukungterwujudnya perekonomian nasional berdasarkandemokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasanlingkungan, kemandirian, serta dengan menjagakeseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonominasional;

c. bahwa

c

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-2-

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, sertamelaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1)Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesiaTahun 1945, perlu membentuk Undang-Undangtentang Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahun Anggaran 2Ol9;

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 23 ayat (1) dan ayat(2), Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 33 ayat (1), ayat (2),ayat (3), dan ayat (4) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OO3 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor a2861;

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2OO4 tentangSistem Perencanaan Pembangunan Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4Nomor lO4, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor aa2ll;Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OI4 tentangMajelis Permusyawaratan Ralgrat, Dewan PerwakilanRalgrat, Dewan Perwakilan Daerah, dan DewanPerwakilan Ralryat Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2OI4 Nomor 182,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5568) sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun2Ol8 tentang Perubahan Kedua atas Undang-UndangNomor 17 Tahun 2Ol4 tentang MajelisPermusyawaratan Ralryat, Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan PerwakilanRalryat Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2OI8 Nomor 29, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 61871;

Mengingat 1.

2.

3.

4.

Dengan

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-3-

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : LINDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2019.

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yangselanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangantahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DewanPerwakilan Rakyat.

Pendapatan Negara adalah hak Pemerintah Pusat yangdiakui sebagai penambah kekayaan bersih yang terdiriatas Penerimaan Perpajakan, Penerimaan Negara BukanPajak, dan Penerimaan Hibah.

Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaannegara yang terdiri atas Pendapatan Pajak Dalam Negeridan Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional.

Pendapatan Pajak Dalam Negeri adalah semuapenerimaan negara yang berasal dari pendapatan pajakpenghasilan, pendapatan pajak pertambahan nilai barangdan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah,pendapatan pajak bumi dan bangunan, pendapatancukai, dan pendapatan pajak lainnya.

Pendapatan Pajak Perdagangarr Internasional adalahsemua penerimaan negara yang berasal dari pendapatanbea masuk dan pendapatan bea keluar.

1

2

3

4

5

6. Penerimaan .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-4-

6. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnyadisingkat PNBP adalah semua penerimaan PemerintahPusat yang diterima dalam bentuk pendapatan SumberDaya Alam, pendapatan dari Kekayaan NegaraDipisahkan, pendapatan PNBP lainnya, dan pendapatanBadan Layanan Umum.

7. Penerimaan Hibah adalah semua penerimaan negara baikdalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan,rupiah, jasa, dan/atau surat berharga yang diperolehdari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali danyang tidak mengikat, baik yang berasal dari dalam negerimaupun dari luar negeri.

8. Belanja Negara adalah kewajiban Pemerintah Pusat yangdiakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yangterdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan Transfer keDaerah dan Dana Desa.

9. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi adalah belanjaPemerintah Pusat yang digunakan untuk menjalankanfungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsiketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsiperlindungan lingkungan hidup, fungsi perumahan danfasilitas umum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata,fungsi agama, fungsi pendidikan, dan fungsiperlindungan sosial.

10. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi adalahbelanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan kepadakementerian negara/lembaga dan Bagian AnggaranBendahara Umum Negara.

11. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Program adalahbelanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan untukmencapai hasil (outcomel tertentu pada Bagian Anggarankementerian negara/lembaga dan Bagian AnggaranBendahara Umum Negara.

12. Program Pengelolaan Subsidi adalah pemberiandukungan dalam bentuk pengalokasian anggaran kepadaperusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihakketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku untuk menyediakan barang atau jasa yangbersifat strategis atau menguasai hajat hidup orangbanyak sesuai kemampuan keuangan negara.

13. Transfer . .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-5-

13. Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negaradalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskalberupa Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, DanaOtonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan DaerahIstimewa Yoryakarta.

14. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dariAPBN kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerahdalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiriatas Dana Transfer Umum dan Dana Transfer Khusus.

15. Dana Transfer Umum adalah dana yang bersumber dariAPBN kepada daerah untuk digunakan sesuai dengankewenangan daerah guna mendanai kebutuhan daerahdalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

16. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalahdana yang bersumber dari APBN kepada daerahberdasarkan angka persentase tertentu dari pendapatannegara untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangkapelaksanaan desentralisasi.

17. Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAUadalah dana yang bersumber dari dalam APBN kepadadaerah dengan tujuan pemerataan kemampuankeuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhandaerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

18. Dana Transfer Khusus adalah dana yang bersumber dariAPBN kepada daerah dengan tujuan untuk membantumendanai kegiatan khusus, baik fisik maupun nonfisikyang merupakan urusan daerah.

19. Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAKadalah dana yang bersumber dari APBN kepada daerahtertentu dengan tujuan untuk membantu mendanaikegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dansesuai dengan prioritas nasional.

20. Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat DIDadalah dana yang bersumber dari APBN yangdialokasikan kepada daerah tertentu berdasarkankriteria/kategori tertentu dengan tujuan untukmemberikan penghargaan atas perbaikan dan/ataupencapaian kinerja tertentu di bidang tata kelolakeuangan daerah, pelayanan umum pemerintahan,pelayanan dasar publik, dan kesejahteraan masyarakat.

27. Dana

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-6-

21. Dana Otonomi Khusus adalah dana yang bersumber dariAPBN untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusussuatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2OOB tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 21 Tahun 2OOl tentang Otonomi Khusus BagiProvinsi Papua menjadi Undang-Undang, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang PemerintahanAceh.

22. Dana Tambahan Infrastruktur Dalam Rangka OtonomiKhusus Papua dan Papua Barat yang selanjutnya disebutDTI adalah dana tambahan yang besarnya ditetapkanantara Pemerintah dengan Dewan Perwakilan Ralryatberdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahunanggaran, yeng terutama ditujukan untuk pembiayaanpembangunan infrastruktur.

23. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yograkarta adalahdana yang bersumber dari APBN untuk penyelenggaraanurusan keistimewaan Daerah Istimewa Yograkarta,sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor13 Tahun 2Ol2 tentang Keistimewaan Daerah IstimewaYograkarta.

24. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yangdiperuntukkan bagi desa yang ditransfer melaluiAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerahkabupaten/kota dan digunakan untuk membiayaipenyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaanpembangunan, pembinaan kemasyarakatan, danpemberdayaan masyarakat.

25. Pembiayaan Anggaran adalah setiap penerimaan yangperlu dibayar kembali, penerimaan kembali ataspengeluaran tahun-tahun anggaran sebelumnya,pengeluaran kembali atas penerimaan tahun-tahunanggaran sebelumnya, penggunaan saldo anggaran lebih,dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baikpada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

26. Sisa

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-7 -

26. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran yang selanjutnyadisebut SiLPA adalah selisih lebih realisasi pembiayaananggaran atas realisasi defisit anggaran yang terjadidalam satu periode pelaporan.

27. Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya disingkat SALadalah akumulasi neto dari SiLPA dan Sisa KurangPembiayaan Anggaran tahun-tahun anggaran yang laludan tahun anggaran yang bersangkutan setelah ditutup,ditambah/dikurangi dengan koreksi pembukuan.

28. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBNmeliputi surat utang negara dan surat berharga syariahnegara.

29. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUNadalah surat berharga berupa surat pengakuan utangdalam mata uang rupiah maupun valuta asing yangdijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh NegaraRepublik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya.

30. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnyadisingkat SBSN atau dapat disebut sukuk negara adalahSBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asetSBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valutaasing.

31. Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnyayang selanjutnya disingkat BPYBDS adalah bantuanPemerintah berupa BMN yang berasal dari APBN, yangtelah dioperasikan dan/atau digunakan oleh BadanUsaha Milik Negara berdasarkan Berita Acara SerahTerima dan sampai saat ini tercatat pada laporankeuangan kementerian negara/lembaga atau pada BadanUsaha Milik Negara.

32. Penyertaan Modal Negara yang selanjutnya disingkatPMN adalah pemisahan kekayaan negara dari APBNuntuk dijadikan sebagai modal Perusahaan Negaradan/atau Perseroan Terbatas lainnya sertalembaga/badan lainnya, yang pengelolaannya dilakukansecara korporasi.

33. Barang

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-8-

33. Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMNadalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atasbeban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yangsah.

34. Dana Bergulir adalah dana yang dikelola oleh BadanLayanan Umum tertentu untuk dipinjamkan dandigulirkan kepada masyarakat/lembaga dengan tujuanuntuk meningkatkan ekonomi ralryat dan tujuan lainnya.

35. Pinjaman Dalam Negeri adalah setiap pinjaman olehPemerintah yang diperoleh dari pemberi pinjaman dalamnegeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratantertentu, sesuai dengan masa berlakunya.

36. Kewajiban Penjaminan adalah kewajiban yang menjadibeban Pemerintah akibat pemberian jaminan kepadakementerian negara/lembaga, Pemerintah Daerah, BadanUsaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerahdalam hal kementerian negaraf lembaga, PemerintahDaerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan UsahaMilik Daerah dimaksud tidak dapat memenuhikewajibannya kepada kreditur dan/atau badan usahasesuai perjanjian pinjaman atau perjanjian kerja sama.

37. Pinjaman Luar Negeri Neto adalah semua pembiayaanyang berasal dari penarikan pinjaman luar negeri yangterdiri atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatandikurangi dengan pembayaran cicilan pokok pinjamanluar negeri.

38. Pinjaman T\rnai adalah pinjaman luar negeri dalambentuk devisa dan/atau rupiah yang digunakan untukpembiayaan defisit APBN dan pengelolaan portofolioutang.

39. Pinjaman Kegiatan adalah pinjaman luar negeri yangdigunakan untuk pembiayaan kegiatan tertentukementerian negara/lembaga, pinjaman yangditeruspinjamkan kepada pemerintah daerah dan/atauBadan Usaha Milik Negara, dan pinjaman yangditerushibahkan kepada pemerintah daerah.

40. Pemberian. . .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-9 -

40. Pemberian Pinjaman adalah pinjaman Pemerintah Pusatkepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara,lembaga, dan/atau badan lainnya yang harus dibayarkembali dengan ketentuan dan persyaratan tertentu.

41. Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaranpendidikan melalui kementerian negaraf lembaga dan BABUN, alokasi anggaran pendidikan melalui transfer kedaerah dan dana desa, dan alokasi anggaran pendidikanmelalui pengeluaran pembiayaan, termasuk gajipendidik, tetapi tidak termasuk anggaran pendidikankedinasan, untuk membiayai penyelenggaraanpendidikan yang menjadi tanggung lawab Pemerintah.

42. Persentase Anggaran Pendidikan adalah perbandinganalokasi anggaran pendidikan, terhadap total anggaranbelanja negara.

43. Tahun Anggaran 2Ol9 adalah masa 1 (satu) tahunterhitung mulai dari tanggal l Januari sampai dengantanggal 31 Desember 2019.

Pasal 2

APBN terdiri atas anggaran Pendapatan Negara, anggaranBelanja Negara, dan Pembiayaan Anggaran.

Pasal 3

Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2019direncanakan sebesar Rp2. 165. 1 1 1.815.814.000,00 (duakuadriliun seratus enam puluh lima triliun seratus sebelasmiliar delapan ratus lima belas juta delapan ratus empat belasribu rupiah), yang diperoleh dari sumber:

a. Penerimaan Perpajakan;

b. PNBP; dan

c. Penerimaan Hibah.

Pasal 4 ...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-10-

Pasal 4

(1) Penerimaan Perpajakan sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 huruf a direncanakan sebesarRp1.786.378.650.376.000,OO (satu kuadriliun tujuh ratusdelapan puluh enam triliun tiga ratus tujuh puluh delapanmiliar enam ratus lima puluh juta tiga ratus tujuh puluhenam ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri; dan

b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional.

(2) Pendapatan Pajak Dalam Negeri sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a direncanakan sebesarRp1.743.056.850.376.000,00 (satu kuadriliun tujuh ratusempat puluh tiga triliun lima puluh enam miliar delapanratus lima puluh juta tiga ratus tujuh puluh enam riburupiah), yang terdiri atas:

a. pendapatan pajak penghasilan;

b. pendapatan pajak pertambahan nilai barang dan jasadan pajak penjualan atas barang mewah;

c. pendapatan pajak bumi dan bangunan;

d. pendapatan cukai; dan

e. pendapatan pajak lainnya.

(3) Pendapatan pajak penghasilan sebagaimana dimaksudpada ayat (21 huruf a direncanakan sebesarRp894.448.650. 1 10.000,00 (delapan ratus sembilan puluh' empat triliun empat ratus empat puluh delapan miliarenam ratus lima puluh juta seratus sepuluh ribu rupiah)yang didalamnya termasuk pajak penghasilan ditanggungPemerintah atas:

a. komoditas panas bumi sebesarRpL.942.890.000.000,00 (satu triliun sembilan ratusempat puluh dua miliar delapan ratus sembilan puluhjuta rupiah) yang pelaksanaannya diatur denganPeraturan Menteri Keuangan;

b. bunga

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

- 11-

b. bunga, imbal hasil, dan penghasilan pihak ketiga atasjasa yang diberikan kepada Pemerintah dalampenerbitan dan/atau pembelian kembali/penukaranSBN di pasar internasional, tetapi tidak termasuk jasakonsultan hukum lokal, sebesarRp8.846. 120.000.000,00 (delapan triliun delapan ratusempat puluh enam miliar seratus dua puluh jutarupiah) yang pelaksanaannya diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan;

c. penghasilan dari penghapusan secara mutlak piutangnegara nonpokok yang bersumber dari PemberianPinjaman, Rekening Dana Investasi, dan RekeningPembangunan Daerah yang diterima oleh PerusahaanDaerah Air Minum sebesar Rp8.425.156.000,00(delapan miliar empat ratus dua puluh lima jutaseratus lima puluh enam ribu rupiah) yangpelaksanaannya diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan; dan

d. pembayaran Recurrent Cost SPAN yang dibiayai olehrupiah murni sebesar Rp472.736.00O,OO (empat ratustujuh puluh dua juta tujuh ratus tiga puluh enam riburupiah) yang pelaksanaannya diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.

(4) Pendapatan pajak pertambahan nilai barang dan jasa danpajak penjualan atas barang mewah sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf b direncanakan sebesarRp655.394.9OO.106.0OO,OO (enam ratus lima puluh limatriliun tiga ratus sembilan puluh empat miliar sembilanratus juta seratus enam ribu rupiah).

(5) Pendapatan pajak bumi dan bangunan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf c direncanakan sebesarRp19. 103.600. 160.000,00 (sembilan belas triliun seratustiga miliar enam ratus juta seratus enam puluh riburupiah).

(6) Pendapatan cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (21

huruf d direncanakan sebesar Rp165.501.000.000.000,00(seratus enam puluh lima triliun lima ratus satu miliarrupiah).

(7) Pendapatan. . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-12-

(7) Pendapatan pajak lainnya sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf e direncanakan sebesarRp8.608.700.000.000,00 (delapan triliun enam ratusdelapan miliar tujuh ratus juta rupiah).

(8) Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesarRp43.321.800.000.000,00 (empat puluh tiga triliun tigaratus dua puluh satu miliar delapan ratus juta rupiah),yang terdiri atas:

a. pendapatan bea masuk; dan

b. pendapatan bea keluar.

(9) Pendapatan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat(8) huruf a direncanakan sebesarRp38.899.300.000.000,0O (tiga puluh delapan triliundelapan ratus sembilan puluh sembilan miliar tiga ratusjuta rupiah) yang didalamnya termasuk fasilitas beamasuk ditanggung Pemerintah sebesarRp634.297.000.000,00 (enam ratus tiga puluh empatmiliar dua ratus sembilan puluh tujuh juta rupiah) yangpelaksanaannya diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan.

(10) Pendapatan bea keluar sebagaimana dimaksud pada ayat(8) huruf b direncanakan sebesar Rp4.422.500.000.000,00(empat triliun empat ratus dua puluh dua miliar limaratus juta rupiah).

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian PenerimaanPerpajakan Tahun Anggaran 2Ol9 sebagaimana dimaksudpada ayat (21 dan ayat (8) diatur dalam PeraturanPresiden.

Pasal 5

(1) PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf bdirencanakan sebesar Rp378.297.855.438.000,00 (tigaratus tujuh puluh delapan triliun dua ratus sembilanpuluh tujuh miliar delapan ratus lima puluh lima jutaempat ratus tiga puluh delapan ribu rupiah), yang terdiriatas:

a. pendapatan. .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-13-

a. pendapatan Sumber Daya Alam;

b. pendapatan dari Kekayaan Negara Dipisahkan;

c. pendapatan PNBP lainnya; dan

d. pendapatan Badan Layanan Umum.

(2) Pendapatan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a direncanakan iebesarRp190.754.77 I.994.000,00 (seratus sembilan puluh triliuntujuh ratus lima puluh empat miliar tujuh ratus tujuhpuluh satu juta sembilan ratus sembilan puluh empat riburupiah), yang terdiri atas:

a. pendapatan Sumber Daya Alam Minyak Bumi dan GasBumi; dan

b. pendapatan Sumber Daya Alam Nonminyak danNongas Bumi.

(3) Pendapatan dari Kekayaan Negara Dipisahkansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdirencanakan sebesar Rp45.589.300.000.0O0,00 (empatpuluh lima triliun lima ratus delapan puluh sembilanmiliar tiga ratus juta rupiah).

(4) Untuk mengoptimalkan pendapatan dari KekayaanNegara Dipisahkan di bidang usaha perbankan,penyelesaian piutang bermasalah pada Badan Usaha MilikNegara di bidang usaha perbankan dilakukan:

a. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas, Badan UsahaMilik Negara, dan Perbankan;

b. memperhatikan prinsip tata kelola perusahaan yangbaik; dan

c. Pemerintah melakukan pengawasan penyelesaianpiutang bermasalah pada Badan Usaha Milik Negara dibidang usaha perbankan tersebut.

(5) Pendapatan PNBP lainnya sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf c direncanakan sebesarRp94.069.331.600.000,00 (sembilan puluh empat triliunenam puluh sembilan miliar tiga ratus tiga puluh satu jutaenam ratus ribu rupiah).

(6) Pendapatan

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-14-

(6) Pendapatan Badan Layanan Umum sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf d direncanakan sebesarRp47.884.451.844.000,00 (empat puluh tujuh triliundelapan ratus delapan puluh empat miliar empat ratuslima puluh satu juta delapan ratus empat puluh empatribu rupiah).

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian PNBP TahunAnggaran 2Ol9 sebagaimana dimaksud pada ayat (21, ayat(3), ayat (5), dan ayat (6) diatur dalam Peraturan Presiden'

Pasal 6

Penerimaan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3huruf c direncanakan sebesar Rp435.310.000.000,00 (empatratus tiga puluh lima miliar tiga ratus sepuluh juta rupiah).

Pasal 7

Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2Ol9 direncanakansebesar Rp2.461.112.052.481.000,00 (dua kuadriliun empatratus enam puluh satu triliun seratus dua belas miliar limapuluh dua juta empat ratus delapan puluh satu ribu rupiah),yang terdiri atas:

a. anggaran Belanja Pemerintah Pusat; dan

b. anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

Pasal 8

(1) Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 huruf a direncanakan sebesarRp1.634.339.518.949.000,00 (satu kuadriliun enam ratustiga puluh empat triliun tiga ratus tiga puluh sembilanmiliar lima ratus delapan belas juta sembilan ratus empatpuluh sembilan ribu rupiah).

(2) Arrggaran Belanja Pemerintah Pusat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) termasuk program pengelolaanhibah negara yang dialokasikan kepada daerah sebesarRp1.940.210.000.000,00 (satu triliun sembilan ratusempat puluh miliar dua ratus sepuluh juta rupiah).

(3) Anggaran .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-15-

(3) Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikelompokkan atas:

a. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi;

b. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi; dan

c. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Program.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian anggaran BelanjaPemerintah Pusat Menurut Fungsi, Organisasi, danProgram sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diaturdalam Peraturan Presiden.

Pasal 9

(1) Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 huruf b direncanakan sebesarRp826.772.533.532.000,00 (delapan ratus dua puluhenam triliun tujuh ratus tujuh puluh dua miliar lima ratustiga puluh tiga juta lima ratus tiga puluh dua ribu rupiah),yang terdiri atas:

a. Transfer ke Daerah; dan

b. Dana Desa.

(2) Transfer ke Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a direncanakan sebesar Rp756.772.533.532.000,00(tujuh ratus lima puluh enam triliun tujuh ratus tujuhpuluh dua miliar lima ratus tiga puluh tiga juta lima ratustiga puluh dua ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. Dana Perimbangan;

b. DID; dan

c. Dana Otonomi Khusus dan Dana KeistimewaanDaerah Istimewa Yograkarta.

(3) Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdirencanakan sebesar Rp7O.OOO.OO0.0OO.O00,00 (tujuhpuluh triliun rupiah).

(4) Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dialokasikan kepada setiap kabupaten/kota denganketentuan:

a. Alokasi

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-16-

a. Alokasi Dasar sebesar 72o/o (t:ujuh puluh dua persen)dibagi secara merata kepada setiap desa;

b. Alokasi Afirmasi sebesar 3o/o (tiga persen) dibagi secaraproporsional kepada desa tertinggal dan desa sangattertinggal yang mempunyai jumlah penduduk miskintinggi; dan

c. Alokasi Formula sebesar 25o/o (dua puluh lima persen)dibagi berdasarkan jumlah penduduk desa, angkakemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkatkesulitan geografi s desa.

(5) Berdasarkan alokasi Dana Desa sebagaimana dimaksudpada ayat (41, bupati/walikota menghitung rincian DanaDesa setiap desa.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghitunganrincian Dana Desa setiap desa diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.

Pasal 10

Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9ayat (21 huruf a direncanakan sebesarRp724.592.59O.224.000,00 (tujuh ratus dua puluh empattriliun lima ratus sembilan puluh dua miliar lima ratussembilan puluh juta dua ratus dua puluh empat ribu rupiah),yang terdiri atas:

a. Dana Transfer Umum; dan

b. Dana Transfer Khusus.

Pasal 1 1

(1) Dana Transfer Umum sebagaimana dimaksud dalamPasal 10 huruf a direncanakan sebesarRp524.223.746.621.000,00 (lima ratus dua puluh empattriliun dua ratus dua puluh tiga miliar tujuh ratus empatpuluh enam juta enam ratus dua puluh satu ribu rupiah),yang terdiri atas:

a. DBH; dan . . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-t7-

a. DBH; dan

b. DAU.

(2) DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adirencanakan sebesar Rp 106.35O.163.929.000,00 (seratusenam triliun tiga ratus lima puluh miliar seratus enampuluh tiga juta sembilan ratus dua puluh sembilan riburupiah), yang terdiri atas:

a. DBH Pajak sebesar Rp52.438.615.165.000,00 (limapuluh dua triliun empat ratus tiga puluh delapanmiliar enam ratus lima belas juta seratus enam puluhlima ribu rupiah); dan

b. DBH Sumber DaYa Alam sebesarRp53.911.548.764.000,00 (lima puluh tiga triliunsembilan ratus sebelas miliar lima ratus empat puluhdelapan juta tujuh ratus enam puluh empat riburupiah).

(3) DBH Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf aterdiri atas:

a. Pajak Bumi dan Bangunan;

b. Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 25, dan Pasal 29Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri; dan

c. Cukai Hasil Tembakau.

(4) DBH Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud padaayat (21huruf b terdiri atas:

a. minyak bumi dan gas burni;

b. mineral dan batubara;

c. kehutanan;

d. perikanan; dan

e. panas bumi.

(5) Penyaluran DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (21

untuk triwrrlan IV diprioritaskan untuk penyelesaiankurang bayar DBH sampai derigan Tahun Anggaran 2Ol8dengan memperhitungkan lebih bayar tahun-tahunsebelumnya.

(6) Dalam...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-18-

(6) Dalam hal masih tersedia pagu anggaran DBH setelahdigunakan untuk penyelesaian kurang bayar sebagaimanadimaksud pada ayat (5), sisa pagu anggaran tersebutdapat digunakan untuk penyaluran sebagian DBHtriwulan IV tahun berjalan.

(7) Ketentuan tebih lanjut mengenai tata cara penyaluranDBH triwulan IV untuk penyelesaian kurang bayar DBHsampai dengan tahun anggaran 2018 sebagaimanadimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) diatur denganPeraturan Menteri Keuangan.

(8) DBH Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

huruf c, khusus Dana Reboisasi yang sebelumnyadisalurkan ke kabupaten/kota penghasil, mulai TahunAnggaran 2Ol7 disalurkan ke provinsi penghasil dandigunakan untuk membiayai kegiatan rehabilitasi hutandan lahan yang meliputi:

a. perencanaan;

b. pelaksanaan;

c. monitoring;

d. evaluasi; dan

e. kegiatan pendukungnya.

(9) Kegiatan pendukung rehabilitasi hutan dan lahansebagaimana dimaksud pada ayat (8) meliputi:

a. perlindungan dan pengamanan hutan;

b. teknologi rehabilitasi hutan dan lahan;

c. pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutandan lahan;

d. pengembangan perbenihan;

e. penelitian dan pengembangan, pendidikan danpelatihan, pen5ruluhan serta pemberdayaanmasyarakat setempat dalam kegiatan rehabilitasihutan;

f. pembinaan; dan/ataug. pengawasan dan pengendalian.

10. Penggunaan . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-19-

(10) penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau sebagaimanadimaksud pada ayat (3) huruf c, DBH Minyak Bumi danGas Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf adan DBH Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

huruf c, diatur sebagai berikut:

a. Penerimaan DBH Cukai Hasil Tembakau, baik bagianprovinsi maupun bagian kabupaten/kota dialokasikanuntuk mendanai program sebagaimana yang diaturdalam peraturan perundang-undangan mengenaicukai, dengan prioritas pada bidang kesehatan untukmendukung program jaminan kesehatan nasional.

b. Penerimaan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi, baikbagian provinsi maupun bagian kabupatenlkotadigunakan sesuai kebutuhan dan prioritas daerah,kecuali tambahan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumiuntuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Acehdigunakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

c. DBH Kehutanan dari Dana Reboisasi yang merupakanbagian kabupatenfkota, baik yang disalurkan padatahun 2016 maupun tahun-tahun sebelumnya yangmasih terdapat di kas daerah dapat digunakan olehorganisasi perangkat daerah yang ditunjuk olehbupati/wali kota untuk:

1. pengelolaan taman hutan raYa;

2. pencegahan dan penanggulangan kebakaranhutan; dan/atau

3. penanaman pohon pada daerah aliran sungai kritis,penanaman bambu pada kanan kiri sungai, danpengadaan bangunan konservasi tanah dan air.

(11) Dalam hal realisasi penerimaan negara yangdibagihasilkan melebihi pagu penerimaan yangdianggarkan dalam tahun 2019, Pemerintah menyalurkanDBH berdasarkan realisasi penerimaan tersebut sesuaidengan kondisi keuangan negara.

(12) DAU .

(t2)

(13)

(14)

(1s)

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-20-

DAU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,dialokasikan sebesar 28,05% (dua puluh delapan koma nollima persen) dari Pendapatan Dalam Negeri neto ataudirencanakan sebesar Rp417.873.582.692.000,00 (empatratus tujuh belas triliun delapan ratus tujuh puluh tigamiliar lima ratus delapan puluh dua juta enam ratussembilan puluh dua ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. DAU yang dialokasikan berdasarkan formula sebesarRp414.873.582.692.000,00 (empat ratus empat belastriliun delapan ratus tujuh puluh tiga miliar lima ratusdelapan puluh dua juta enam ratus sembilan puluhdua ribu rupiah); dan

b. DAU tambahan sebesar Rp3.000.000.000.000,00 (tigatriliun rupiah).

Pendapatan Dalam Negeri neto sebagaimana dimaksudpada ayat (12) dihitung berdasarkan penjumlahan antaraPenerimaan Perpajakan dan PNBP, dikurangi denganpendapatan negara yang di-earmark dan Transfer KeDaerah dan Dana Desa selain DAU.

Proporsi DAU antara provinsi dan kabupatenlkotaditetapkan dengan imbangan l4,lo/o (empat belas komasatu persen) dan 85,9o/o (delapan puluh lima komasembilan persen).

Dalam rangka memperbaiki pemerataan kemampuanfiskal atau keuangan antar daerah, dilakukan penyesuaianalokasi DAU per daerah untuk provinsi dankabupaten/kota sebagai berikut:

a. penyesuaian ke atas untuk provinsi dankabupaten/kota agar semua daerah mendapatkankenaikan minimal alokasi DAU sebesar kenaikan gajipokok; dan

b. penyesuaian ke bawah untuk provinsi dankabupaten/kota yang mengalami kenaikan alokasiDAU melebihi kenaikan minimal alokasi DAU sebesarkenaikan gaji pokok sehingga alokasi antardaerahlebih merata dan kisaran kenaikan alokasiantardaerah tidak terlalu jauh.

(16) DAU

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-2t-

(16) DAU sebagaimana dimaksud pada ayat (12) huruf a telahmemperhitungkan kenaikan gaji, formasi CPNSD, gaji ke-13 (ketiga belas) dan tunjangan hari raya.

(17) DAU tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (l2lhuruf b merupakan dukungan pendanaan bagi kelurahandi kabupaten/kota untuk kegiatan pembangunan saranadan prasarana kelurahan dan kegiatan pemberdayaanmasyarakat kelurahan.

(18) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (I7) diaturdengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

(19) Alokasi Dana Transfer Umum sebagaimana dimaksudpada ayat (1) digunakan sesuai dengan kebutuhan danprioritas daerah.

(20) Dana Transfer Umum diarahkan penggunaannya, yaitupaling sedikit 25% (dua puluh lima persen) untuk belanjainfrastruktur daerah yang langsung terkait denganpercepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik danekonomi dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja,mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjanganpenyediaan layanan publik antardaerah.

(21) Pedoman teknis atas penggunaan DBH Kehutanan dariDana Reboisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) danpenggunaan sisa DBH Kehutarran dari Dana Reboisasisebagaimana dimaksud pada ayat (1O) huruf c diatur lebihlanjut dengan Peraturan IVlenteri Keuangan setelahberkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan.

(22) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan DBH CukaiHasil Tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (10)huruf a dan penyaluran DAU tambahan sebagaimanadimaksud pada ayat (12) huruf b diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.

Pasal 12

(1) Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud dalamPasal 10 huruf b direncanakan sebesarRp200.368.843.603.000,00 (dua ratus triliun tiga ratusenam puluh delapan miliar delapan ratus empat puluhtiga juta enam ratus tiga ribu rupiah), yang terdiri atas:

a.DAK...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-22-

a. DAK Fisik; dan

b. DAK Nonhsik.

(2) Pengalokasian DAK Fisik sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a ditetapkan berdasarkan usulanPemerintah Daerah dengan memperhatikan prioritasnasional, kemampuan keuangan negara, dan tata kelolakeuangan negara yang baik.

(3) DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adirencanakan sebesar Rp69.326.700.000.000,00 (enampuluh sembilan triliun tiga ratus dua puluh enam miliartujuh ratus juta rupiah), yang terdiri atas:

a. Bidang Pendidikan sebesar Rp16.859.000.000.000,00(enam belas triliun delapan ratus lima puluh sembilanmiliar rupiah);

b. Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana sebesarRp19.875.400.000.000,00 (sembilan belas triliundelapan ratus tujuh puluh lima miliar empat ratus jutarupiah);

c. Bidang Perumahan dan Permukiman sebesarRp1.126.460.O00.OO0,00 (satu triliun seratus duapuluh enam miliar empat ratus enam puluh jutarupiah);

d. Bidang Industri Kecil dan Menengah sebesarRp540.000.000.000,00 (lima ratus empat puluh miliarrupiah);

e. Bidang Pertanian sebesar Rp1.900.000.000.000,00(satu triliun sembilan ratus miliar rupiah);

f. Bidang Kelautan dan Perikanan sebesarRp9O5.2OO.OOO.O00,00 (sembilan ratus lima miliar duaratus juta rupiah);

g. Bidang Pariwisata sebesar Rp1.0O3.4OO.000.000,00(satu triliun tiga miliar empat ratus juta rupiah);

h. Bidang Jalan sebesar Rp16.243.600.000.000,00 (enambelas triliun dua ratus empat puluh tiga miliar enamratus juta rupiah);

i.Bidang...

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-23-

i. Bidang Air Minum sebesar Rp2.O70.750.000.00O,00(dua triliun tujuh puluh miliar tujuh ratus lima puluhjuta rupiah);

j. Bidang Sanitasi sebesar Rp2.000.000.000.000,00 (duatriliun rupiah);

k. Bidang Irigasi sebesar Rp3.000.000.000.000,00 (tigatriliun rupiah);

1. Bidang Pasar sebesar RpI.772.690.000.000,00 (satutriliun tujuh ratus tujuh puluh dua miliar enam ratussembilan puluh juta rupiah);

m. Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesarRp530.2O0.000.000,0O (lima ratus tiga puluh miliardua ratus juta rupiah); dan

n. Bidang Transportasi sebesar Rp1.500.000.000.000,00(satu triliun lima ratus miliar rupiah).

(4) Dalam rangka menjaga capaian output DAK Fisiksebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pemerintah Daerahmenyampaikan rencana kegiatan anggaran sesuai denganproposal DAK Fisik yang telah disepakati antaraPemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai DAK Fisik sebagaimanadimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Presiden.

(6) Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

ditetapkan paling lambat 31 Desember 2018.

(7) Daerah penerima DAK Fisik tidak diwajibkan menyediakandana pendamping.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyaluranDAK Fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan.

(9) DAK Nonlisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb direncanakan sebesar Rp131.O42.143.603.000,00(seratus tiga puluh satu triliun empat puluh dua miliarseratus empat puluh tiga juta enam ratus tiga riburupiah), yang terdiri atas:

a. Dana. .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-24-

a. Dana Bantuan Operasional Sekolah sebesarRp51.226.860.000.000,00 (lima puluh satu triliun duaratus dua puluh enam miliar delapan ratus enampuluh juta rupiah);

b. Dana Bantuan Operasional PenyelenggaraanPendidikan Anak Usia Dini sebesarRp4.475.5O0.000.000,00 (empat triliun empat ratustujuh puluh lima miliar lima ratus juta rupiah);

c. Dana T\,rnjangan Profesi Guru Pegawai Negeri SipilDaerah sebesar Rp56.867 .226.628.000,00 (lima puluhenam triliun delapan ratus enam puluh tujuh miliardua ratus dua puluh enam juta enam ratus dua puluhdelapan ribu rupiah);

d. Dana Tambahan Penghasilan Guru Pegawai NegeriSipil Daerah sebesar Rp914. 100.000.0O0,OO (sembilanratus empat belas miliar seratus juta rupiah);

e. Dana Bantuan Operasional Kesehatan dan bantuanOperasional Keluarga Berencana sebesarRp12.226.000.000.000,00 (dua belas triliun dua ratusdua puluh enam miliar rupiah);

f. Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecildan Menengah, sebesar Rp2OO.O00.000.000,00 (duaratus miliar rupiah);

g. Tunjangan Khusus Guru Pegawai Negeri Sipil Daerahdi Daerah Khusus sebesar Rp2.306.445.422.000,00(dua triliun tiga ratus enam miliar empat ratus empatpuluh lima juta empat ratus dua puluh dua riburupiah);

h. Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan sebesarRp9O7.5O0.0OO.000,O0 (sembilan ratus tujuh miliarlima ratus juta rupiah);

i. Dana Bantuan Operasional Pendidikan Kesetaraansebesar Rp1.548.500.000.000,00 (satu triliun limaratus empat puluh delapan miliar lima ratus jutarupiah);

j. Dana Bantuan Operasional Museum dan TamanBudaya sebesar Rp129.940.000.000,00 (seratus duapuluh sembilan miliar sembilan ratus empat puluhjuta rupiah);

k.Dana...

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-25-

k. Dana Pelayanan Kepariwisataan sebesarRp213.159.300.000,00 (dua ratus tiga belas miliarseratus lima puluh sembilan juta tiga ratus riburupiah); dan

1. Dana Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampahsebesar Rp26.912.253.000,00 (dua puluh enam miliarsembilan ratus dua belas juta dua ratus lima puluhtiga ribu rupiah).

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai Dana BantuanOperasional Pendidikan Kesetaraan, Dana BantuanOperasional Museum dan Taman Budaya, Dana PelayananKepariwisataan, dan Dana Bantuan Biaya LayananPengolahan Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (9)huruf i, huruf j, huruf k, dan huruf I diatur denganPeraturan Menteri Keuangan.

Pasal 13

(1) DID sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf bdirencanakan sebesar Rp10.00O.00O.000.0O0,OO (sepuluhtriliun rupiah).

(2) DID dialokasikan berdasarkan kriteria utama dan kategorikinerja.

(3) DID digunakan sesuai kebutuhan dan prioritas daerah.

Pasal 14

(1) Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DaerahIstimewa Yograkarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 ayat (21 huruf c direncanakan sebesarRp22.179.943.308.000,00 (dua puluh dua triliun seratustujuh puluh sembilan miliar sembilan ratus empat puluhtiga juta tiga ratus delapan ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. Dana Otonomi Khusus; dan

b. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yograkarta.

(2) Dana...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-26-

(2) Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a direncanakan sebesarRp2O.979.943.308.000,00 (dua puluh triliun sembilanratus tujuh puluh sembilan miliar sembilan ratus empatpuluh tiga juta tiga ratus delapan ribu rupiah), yang terdiriatas:

a. Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua danProvinsi Papua Barat sebesar Rp8.357. 47 1.654.000,00(delapan triliun tiga ratus lima puluh tujuh miliarempat ratus tujuh puluh satu juta enam ratus limapuluh empat ribu rupiah) yang dibagi masing-masinguntuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Baratdengan rincian sebagai berikut:1. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua sebesar

Rp5.850.23O.158.000,00 (lima triliun delapan ratuslima puluh miliar dua ratus tiga puluh juta seratuslima puluh delapan ribu rupiah); dan

2. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Baratsebesar Rp2.507.241.496.000,00 (dua triliun limaratus tujuh miliar dua ratus empat puluh satu jutaempat ratus sembilan puluh enam ribu rupiah).

b. Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh sebesarRp8.357.471.654.O00,00 (delapan triliun tiga ratusIima puluh tujuh miliar empat ratus tujuh puluh satujuta enam ratus lima puluh empat ribu rupiah); dan

c. Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka OtonomiKhusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Baratsebesar Rp4.265.000.000.000,00 (empat triliun duaratus enam puluh lima miliar rupiah), dengan rinciansebagai berikut:1. Dana Tambahan Infrastruktur bagi Provinsi Papua

sebesar Rp2.824.446.537.000,00 (dua triliundelapan ratus dua puluh empat miliar empat ratusempat puluh enam juta lima ratus tiga puluh tujuhribu rupiah); dan

2. Dana Tambahan Infrastruktur bagi Provinsi PapuaBarat sebesar Rp1.440.553.463.000,00 (satu triliunempat ratus empat puluh miliar lima ratus limapuluh tiga juta empat ratus enam puluh tiga ribttrupiah).

(3) Dana...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-27 -

(3) Dana Keistimewaan Daerah Istimer,va Yograkartasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdirencanakan sebesar Rp1.200.000.000.OO0,00 (satutriliun dua ratus miliar rupiah).

Pasal 15

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian anggaranTransfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal L2,Pasal 13, dan Pasal 14 diatur dalam Peraturan Presiden.

(2) Ketentuan mengenai penyaluran anggaran Transfer keDaerah dan Dana Desa diatur sebagai berikut:

a. dapat dilakukan dalam bentuk tunai dan nontunai;

b. bagi daerah yang memiliki uang kas dan/atausimpanan di bank dalam jumlah tidak wajar,dilakukan konversi penyaluran DBH dan/atau DAUdalam bentuk nontunai;

c. dilakukan berdasarkan kinerja pelaksanaan; dan

d. dapat dilakukan penundaan dan/atau pemotongandalam hal daerah tidak memenuhi paling sedikitanggaran yang diwajibkan dalam peraturanperundang-undangan atau menunggak membayariuran yang diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran anggaranTransfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimanadimaksud pada ayat (21 diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan.

Pasal 16

(1) Program Pengelolaan Subsidi dalam Tahun Anggaran 2OL9direncanakan sebesar Rp224.320.857. 1 16.000,00 (duaratus dua puluh empat triliun tiga ratus dua puluh miliardelapan ratus lima puluh tujuh juta seratus enam belasribu rupiah).

(2) Anggaran .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-28-

(2) Anggaran untuk Program Pengelolaan Subsidisebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan secaratepat sasaran.

(3) Anggaran untuk Program Pengelolaan Subsidisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disesuaikandengan kebutuhan realisasi pada tahun anggaran berjalanberdasarkan perubahan parameter, realisasi harga minyakmentah Indonesia, nilai tukar rupiah, dan/ataupembayaran kekurangan subsidi tahun-tahunsebelumnya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian ProgramPengelolaan Subsidi dalam Tahun Anggaran 2Ol9sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalamPeraturan Presiden.

Pasal 17

(1) Dalam hal realisasi PNBP Migas yang dibagihasilkanmelampaui target penerimaan dalam APBN yang diikutidengan kebijakan peningkatan subsidi BBM dan LPG,Pemerintah dapat memperhitungkan persentase tertentuatas peningkatan belanja subsidi BBM dan LPG terhadapkenaikan PNBP Migas yang dibagihasilkan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perhitunganpersentase tertentu atas peningkatan belanja subsidiBBM dan LPG terhadap kenaikan PNBP Migas yangdibagihasilkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 18

Dalam rangka efisiensi dan efektivitas anggaran kementeriannegaraf lembaga, Pemerintah memberikan insentif atas kinerjaanggaran kementerian negara/lembaga yang diatur lebihlanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 19. . .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-29-

Pasal 19

(1) Perubahan anggaran Belanja Pemerintah Pusat berupa:

a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dariPNBP;

b. perubahan anggaran belanja yang bersumber daripinjaman dan hibah termasuk pinjaman dan hibahyang diterushibahkan;

c. perubahan anggaran belanja yang bersumber dariklaim asuransi BMN;

d. perubahan anggaran belanja dalam rangka tanggapdarurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi akibatterjadinya bencana alam;

e. pergeseran Bagian Anggaran 999.08 (BendaharaUmum Negara Pengelola Belanja Lainnya) ke BagianAnggaran kementerian negaraf lembaga atauantarsubbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999(BA BUN);

f. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBPantarsatuan kerja dalam I (satu) program yang sama;

g. perubahan anggaran belanja yang bersumber dariSBSN untuk pembiayaan kegiatan/proyek kementeriannegaraf lembaga;

h. pergeseran anggaran antarprogram dalam 1 (satu)Bagian Anggaran yang bersumber dari rupiah murniuntuk memenuhi kebutuhan belanja operasional;

i. pergeseran anggaran antarprogram dalam 1 (satu)Bagian Anggaran untuk memenuhi kebutuhanineligible expenditure atas kegiatan yang dibiayai daripinjaman dan/atau hibah luar negeri;

j. pergeseran anggaran antara program lama danprogram baru dalam rangka penyelesaian administrasiDaftar Isian Pelaksanaan Anggaran sepanjang telahdisetujui oleh Dewan Perwakilan Ra}ryat; dan/atau

k. pergeseran anggaran dalam rangka penyediaan danauntuk penyelesaian restrukturisasi kementeriannegara/lembaga,

ditetapkan oleh Pemerintah.

(2) Perubahan. . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-30-

(2) Perubahan lebih lanjut Pembiayaan Anggaran berupaperubahan pagu Pemberian Pinjaman akibat dari lanjutan,percepatan penarikan Pemberian Pinjaman, danpengesahan atas Pemberian Pinjaman yang telah closingdate, ditetapkan oleh Pemerintah.

(3) Perubahan anggaran Belanja Pemerintah Pusat berupaperubahan pagu untuk pengesahan belanja danpenerimaan pembiayaan dan/atau pendapatan hibah yangbersumber dari pinjaman/hibah termasukpinjaman/hibah yang diterushibahkan yang telah closingdate, ditetapkan oleh Pemerintah.

(4) Perubahan anggaran Belanja Pemerintah Pusat berupapenambahan pagu karena luncuran Rupiah MurniPendamping dalam Daftar Isian Pelaksanaan AnggaranTahun 2018 yang tidak terserap untuk pembayaran uangmuka kontrak kegiatan yang dibiayai pinjaman luarnegeri, ditetapkan Pemerintah.

(5) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (Il, ayat (21,

ayat (3), dan ayat (4) dilaporkan Pemerintah kepada DewanPerwakilan Ralryat dalam APBN Perubahan TahunAnggaran 2Ol9 dan/atau Laporan Keuangan PemerintahPusat Tahun 2OL9.

Pasal 20

(1) Pemerintah dapat memberikan hibah kepadapemerintah/lembaga asing dan menetapkanpemerintah/lembaga asing penerima untuk tujuankemanusiaan dan tujuan lainnya.

(2) Pemerintah dapat memberikan hibah kepada PemerintahDaerah dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksipascabencana.

Pasal 2 1

(1) Anggaran Pendidikan direncanakan sebesarRp492.455.088. 152.000,00 (empat ratus sembilan puluhdua triliun empat ratus lirna puluh lima miliar delapanpuluh delapan juta seratus lima puluh dua ribu rupiah).

(2) Persentase

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-31 -

(2) Persentase Anggaran Pendidikan adalah sebesar 2O,Ooh

(dua puluh koma nol persen), yang merupakanperbandingan alokasi Anggaran Pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) terhadap total anggaran BelanjaNegara sebesar Rp2.461.112.052.481.000,00 (duakuadriliun empat ratus enam puluh satu triliun seratusdua belas miliar lima puluh dua juta empat ratus delapanpuluh satu ribu rupiah).

(3) Alokasi Anggaran Pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) termasuk alokasi untuk:

a. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional sebesarRp20.000.000.00O.0OO,00 (dua puluh triliun rupiah;dan

b. Dana Abadi Penelitian sebesar Rp990.000.000.000,00(sembilan ratus sembilan puluh miliar rupiah).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian AnggaranPendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaturdalam Peraturan Presiden.

Pasal22

(1) Jumlah anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran2019, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, lebih kecildari pada jumlah anggaran Belanja Negara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 sehingga dalam Tahun Anggaran2Ol9 terdapat defisit anggaran sebesarRp296.00O.236.667.000,00 (dua ratus sembilan puluhenam triliun dua ratus tiga puluh enam juta enam ratusenam puluh tujuh ribu rupiah) yang akan dibiayai dariPembiayaan Anggaran.

(2) Pembiayaan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) termasuk penggunaan pendapatan jasa giro atau bungayang langsung diperoleh dari pengelolaan Dana Reboisasipada Rekening Pembangunan Hutan sebesarRp2.000.OO0.000.000,OO (dua triliun rupiah) yang dapatdigunakan untuk kegiatan reboisasi, rehabilitasi hutan,dan/atau kegiatan pendukungnya oleh KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan.

(3) Ketentuan

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-32-

(3) Ketentuan mengenai alokasi Pembiayaan Anggaransebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalamLampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariUndang-Undang ini.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian alokasiPembiayaan Anggaran yang tercantum dalam Lampiran IUndang-Undang ini diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 23

(1) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit melampauitarget yang ditetapkan dalam APBN, Pemerintah dapatmenggunakan dana SAL, penarikan Pinjaman T\rnai,dan/atau penerbitan SBN sebagai tambahan pembiayaan.

(2) Kewajiban yang timbul dari penggunaan dana SAL,penarikan Pinjaman T\.rnai, dan/atau penerbitan SBNsebagai tambahan pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dibebankan pada anggaran negara.

(3) Penggunaan dana SAL, Pinjaman Tfinai, dan/ataupenerbitan SBN sebagai tambahan pembiayaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkanPemerintah dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusattahun 2019.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perkiraan defisitmelampaui target serta penggunaan dana SAL, PinjamanT\rnai, dan/atau penerbitan SBN sebagai tambahanpembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal24

(1) Pemerintah dapat menggunakan program kementeriannegaraf lembaga yang bersumber dari Rupiah Murni dalamalokasi anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan/atau BMNuntuk digunakan sebagai dasar penerbitan SBSN.

(2) Rincian

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-33-

(2) Rincian program kementerian negara/lembaga dan/atauBMN yang digunakan sebagai dasar penerbitan SBSNditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah pengesahanUndang-Undang APBN Tahun Anggaran 2Ol9 danpenetapan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBNTahun Anggaran 2OI9.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan programkementerian negara/lembaga dan/atau BMN sebagaidasar penerbitan SBSN sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 25

(1) Pemerintah dapat menggunakan sisa dana penerbitanSBSN untuk pembiayaan kegiatan/proyek kementeriannegaraf lembaga yang tidak terserap pada Tahun Anggaran2018 untuk membiayai pelaksanaan lanjutankegiatan/proyek tersebut pada Tahun Anggaran 2019.

(2) Penggunaan sisa dana penerbitan SBSN untukpembiayaan kegiatan / proyek kementerian negar a f lembagasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan olehPemerintah dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2Ol9dan/atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun20t9.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sisa danapenerbitan SBSN untuk pembiayaan kegiatan/proyekkementerian negara/lembaga sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 26

(1) Dalam hal terjadi krisis pasar SBN domestik, Pemerintahdengan persetujuan Dewan Perwakilan Ralryat diberikankewenangan menggunakan SAL untuk melakukanstabilisasi pasar SBN domestik setelah memperhitungkankebutuhan anggaran sampai dengan akhir tahunanggaran berjalan dan awal tahun anggaran berikutnya.

(2) Persetujuan...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-34-

(2) persetujuan Dewan Perwakilan Ralryat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) merupakan keputusan yangtertuang di dalam kesimpulan Rapat Kerja BadanAnggaran Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah,yang diberikan dalam waktu tidak lebih dari lx24 (satukali dua puluh empat) jam setelah usulan disampaikanPemerintah kepada Dewan Perwakilan Ralryat.

(3) Jumlah penggunaan SAL dalam rangka stabilisasi pasarSBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkanPemerintah dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2OI9dan/atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun20t9.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan SAL dalamrangka stabilisasi pasar SBN domestik sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan.

Pasal2T

(1) Dalam hal perkiraan realisasi penerimaan negara tidaksesuai dengan target dan/atau adanya perkiraanpengeluaran yang belum tersedia anggarannya danlataupengeluaran melebihi pagu yang ditetapkan dalam APBNTahun Anggaran 2019, maka dapat dilakukan:

a. penggunaan dana SAL;

b. penambahan penerbitan SBN;

c. pemanfaatan sementara saldo kas BLU; dan/atau

d. penyesuaian Belanja Negara.

(2) Pemerintah dapat melakukan pembelian kembali SBNuntuk kepentingan stabilisasi pasar dan pengelolaan kasdengan tetap memperhatikan jumlah kebutuhanpenerbitan SBN neto untuk memenuhi kebutuhanpembiayaan yang ditetapkan.

(3) Datam hat terdapat instrumen pembiayaan dari utangyang lebih menguntungkan dan/atau ketidaktersediaansalah satu instrumen pembiayaan dari utang, Pemerintahdapat melakukan perr.rbahan komposisi instrumenpembiayaan utang dalam rangka menjaga ketahananekonomi dan fiskal.

(4) Dalam...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-35-

(4) Dalam hal diperlukan realokasi anggaran bunga utangsebagai dampak perubahan komposisi instrumenpembiayaan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (3),Pemerintah dapat melakukan realokasi dari pembayaranbunga utang luar negeri ke pembayaran bunga utangdalam negeri atau sebaliknya.

(5) Untuk menurunkan biaya penerbitan SBN dan/ataumemastikan ketersediaan pembiayaan melalui utang,Pemerintah dapat menerima jaminan penerbitan utangdari lembaga yang dapat menjalankan fungsi penjaminan,dan/atau menerima fasilitas dalam bentuk dukunganpembiayaan.

(6) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) sampai dengan ayat (5) ditetapkan oleh Pemerintah dandilaporkan dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 20'19dan/atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun20t9.

Pasal 28

(1) Dalam rangka memenuhi pembiayaan APBN TahunAnggaran 2019, Pemerintah dapat melakukan penerbitanSBN pada triwulan keempat tahun 2018.

(2) Penerbitan SBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaporkan oleh Pemerintah dalam APBN Perubahan'fahun Anggaran 2OI9 dan/atau La.poran KeuanganPemerintah Pusat Tahun 2019.

Pasal 29

(1) Dalam rangka pembayaran gaji dan DAU bulan Januari2Ol9 yang dananya harus disediakan pada akhir TahunAnggaran 2018, Pemerintah dapat melakukan pinjamanSAL dan latau menggunakan dana dari hasil penerbitanSBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) padaakhir tahun 2018.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan pinjamanSAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan mengenai pengelolaan SAL.

Pasal 30. . .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-36-

Pasal 30

(1) Dalam rangka mempercepat pelaksanaan kegiatan yangdibiayai dengan Pinjaman Luar Negeri, penarikan rupiahmurni pendamping untuk pernbayaran uang mukakontrak kegiatan yang dibiayai Pinjaman Luar Negeridalam DIPA Tahun Anggaran 2019, dapat dilanjutkansampai dengan tanggal 31 Maret 2O2O.

(2) Pengajuan usulan lanjutan penarikan rupiah murnipendamping untuk pembayaran uang muka kontraksebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepadaMenteri Keuangan dalam bentuk revisi anggaran palinglambat tanggal 31 Januari 2O2O.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengerlai pelaksanaan revisianggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (21, diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 31

(1) Investasi pada organisasi/lembaga keuanganinternasional/badan usaha internasional yang akandilakukan dan/atau telah tercatat pada LaporanKeuangan Pemerintah Pusat sebagai investasi permanen,ditetapkan untuk dijadikan investasi padaorganisasi/lembaga keuangan internasional/badan usahainternasional tersebut.

(2) Pemerintah dapat melakukan pembayaran investasi padaorganisasi/lembaga keuangan internasional/badan usahainternasional melebihi pagu yang ditetapkan dalam TahunAnggaran 2Ol9 yang diakibatkan oleh selisih kurs, yangselanjutnya dilaporkan dalam APBN Perubahan TahunAnggaran 2Ol9 dan/atau Laporan Keuangan PemerintahPusat Tahun 2019.

(3) Pelaksanaan investasi pada organisasi/lembaga keuanganinternasional/badan trsaha internasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan PeraturanMenteri Keuangan.

Pasal32...

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-37 -

Pasal 32

Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kerjasama pembangunan internasional, dana keda samapembangunan internasional ditetapkan sebesarRp2.000.00O.O00.000,00 (dua triliun rupiah) yangdilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 33

(1) Dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha terutama dibidang penelitian, pengembangan, dan penyediaan benihperkebunan, Pemerintah melakukan PMN kepada PTPerkebunan Nusantara III (Persero) yang berasal dari BMNKementerian Pertanian yang dimanfaatkan oleh PT RisetPerkebunan Nusantara.

(2) Dalam rangka menunjang pengembangan industripetrokimia nasional, Pemerintah melakukan penambahanPMN kepada PT Tuban Petrochemical Industries yangberasal dari konversi piutang Pemerintah, denganmenggunakan nilai hasil penilaian dari penilai independendan direviu .oleh Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan.

(3) Penambahan PMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 34

(1) BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untukdisertakan menjadi tambahan modal BuMN/PerseroanTerbatas yang di dalamnya terdapat saham milik negara,ditetapkan menjadi PMN pada BUMN/Perseroan Terbatasyang di dalamnya terdapat saham milik negara tersebut,dengan menggunakan nilai realisasi anggaran yang telahdireviu oleh Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan.

(2) BMN

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-38-

(2) BMN dengan perolehan sampai dengan 31 Desember 2018yang telah:

a. dipergunakan dan/atau dioperasikan olehBuMN/Perseroan Terbatas yang di dalamnya terdapatsaham milik negara; dan

b. tercatat pada laporan posisi BUMN/Perseroan Terbatasyang di dalamnya terdapat saham mitik negara sebagaiBPYBDS atau akun yang sejenis,

ditetapkan untuk dijadikan PMN pada BuMN/perseroanTerbatas yang di dalamnya terdapat saham milik negaratersebut, dengan menggunakan nilai realisasi anggaranyang telah direviu oleh Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan.

(3) Pelaksanaan PMN pada Badan Usaha MilikNegara/Perseroan Terbatas yang didalamnya terdapatsaham milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 35

(1) Menteri Keuangan diberikan kewenangan untuk mengerolaanggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintah untuk:a. penugasan Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Nasional; dan/ataub. penugasan penyediaan pembiayaan infrastruktur

daerah kepada Badan Usaha Milik Negara.

(2) Penugasan Percepatan Pembangunan InfrastrukturNasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf aterdiri atas:

a. pemberian jaminan pemerintah dalam rangkapercepatan pembangunan pembangkit tenaga listrikyang menggunakan batu bara;

b. pemberian. . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-39-

b. pemberian jaminan dan subsidi bunga oleh PemerintahPusat dalam rangka percepatan penyediaan air minum;

c. pelaksanaan penjaminan infrastruktur dalam proyekkerja sama Pemerintah dengan badan usaha;

d. pemberian dan pelaksanaan jaminan Pemerintah ataspembiayaan infrastruktur melalui pinjaman langsungdari lembaga keuangan internasional kepada BadanUsaha Milik Negara;

e. pemberian jaminan Pemerintah untuk percepatanproyek pembangunan jalan tol di Sumatera;

f. pemberian jaminan Pemerintah untuk percepatanpenyelenggaraan kereta api ringanllight rail transitterintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, danBekasi;

g. pemberian jaminan Pemerintah Pusat untukpercepatan pelaksanaan proyek strategis nasional;dan/atau

h. pemberian jaminan Pemerintah untuk percepatanpembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

(3) Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diakumulasikan ke dalamrekening Dana Cadangan Penjaminan Pemerintah danrekening Dana Jaminan Penugasan PembiayaanInfrastruktur Daerah yang dibuka di Bank Indonesia.

(4) Dana yang telah diakunrulasikan dalam rekeningsebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan untukpembayaran kewajiban penjaminan Pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada tahunanggaran berjalan dan/atau tahun anggaran berikutnya.

(5) Dana dalam rekening Dana Cadangan PenjaminanPemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)digunakan untuk pembayaran kewajiban penjaminanPemerintah antarprogram pemberian penjaminansebagaimana dimaksud pada ayat (21.

(6) Dana

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_40_

(6) Dana dalam rekening Dana Jaminan PenugasanPembiayaan Infrastruktur Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (3) digunakan untuk pembayaran ataspenugasan penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan anggaranKewajiban Penjaminan dan penggunaan Dana CadanganPenjaminan Pemerintah atau Dana Jaminan PenugasanPembiayaan Infrastruktur Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (3), ayat (41, ayat (5), dan ayat (6) diatur denganPeraturan Menteri Keuangan.

Pasal 36

(1) Pemerintah dapat melakukan pembayaran bunga utangdan pengeluaran cicilan pokok utang melebihi pagu yangditetapkan dalam Tahun Anggaran 2019, yang selanjutnyadilaporkan Pemerintah dalam APBN Perubahan TahunAnggaran 2OI9 dan/atau Laporan Keuangan PemerintahPusat Tahun 2019.

(2) Pemerintah dapat melakukan transaksi Lindung Nilaidalam rangka mengendalikan risiko fluktuasi bebanpembayaran kewajiban utang, danf atau melindungi posisinilai utang, dari risiko yang timbul maupun yangdiperkirakan akan timbul akibat adanya volatilitas faktor-faktor pasar keuangan.

(3) Pemenuhan kewajiban yang timbul dari transaksi LindungNilai sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dibebankanpada anggaran pembayaran bunga utang dan/ataupengeluaran cicilan pokok utang.

(4) Kewajiban yang timbul sebagaimana dimaksud pada ayat(3) bukan merupakan kerugian keuangan negara.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan transaksiLindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (21 diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 37 . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_4L_

Pasal 37

(1) Menteri Keuangan diberikan wewenang untukrnenyelesaikan piutang instansi Pemerintah yangdiurus/dikelola oleh Panitia Urusan PiutangNegara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, khususnyapiutang terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, danpiutang berupa Kredit Pemilikan RumahSederhana/Rumah Sangat Sederhana, meliputi dan tidakterbatas pada restrukturisasi dan pemberian keringananutang pokok sampai dengan loooh (seratus persen).

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaianpiutang instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 38

Pemerintah menyusun laporan pelaksanaan APBN SemesterPertama Tahun Anggaran 2OI9 dan pertanggungjawaban ataspelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2}lg sesuai denganperaturan perundang-undangan.

Pasal 39

(1) Penyesuaian APBN Tahun Anggaran 2olg denganperkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahasbersama Dewan Perwakilan Ratcyat dengan pemerintahdalam rangka pen5rustrnan perkiraan perubahan atasAPBN Tahun Anggaran 2019, apabila terjadi:

a. perkembangan indikator ekonomi makro yang tidaksesuai dengan asumsi yang digunakan sebagai acuandalam APBN Tahun Anggaran 2Ol9;

b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;

c. keadaan

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-42-

c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukanpergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atauantarprogram; dan/ atau

d. keadaan yang menyebabkan SAL tahun sebelumnyaharus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahunberjalan.

(2) SAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf dmerupakan SAL yang ada di rekening Bank Indonesia yangpenggunaannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan sesuaidengan ketentuan yang berlaku dan dilaporkan dalampertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

(3) Dalam hal dilakukan penyesuaian APBN Tahun Anggaran2Ol9 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintahmengajukan Rancangan Undang-Undang mengenaiPerubahan atas Undang-Undang APBN Tahun Anggaran2OL9 untuk mendapatkan persetujuan Dewan PerwakilanRalryat sebelum Tahun Anggaran 2OI9 berakhir.

Pasal 40

(1) Dalam keadaan darurat, apabila terjadi hal-hal sebagaiberikut:

a. proyeksi pertumbuhan ekonomi di bawah asumsi dandeviasi asumsi dasar ekonomi makro lainnya;

b. proyeksi penurunan pendapatan negara dan/ataumeningkatnya belanja negara secara signifikan;dan/atau

c. kenaikan biaya utang, khususnya inrbal hasil SBNsecara signifikan,

Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Ralryatdapat melakukan langkah-langkah :

1. pengeluaran yang belum tersedia anggarannyadan/atau pengelua-ran melebihi pagu yang ditetapkandalam APBN Tahun Anggaran 2Ol9;

2. pergeseran .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_43_

2. pergeseran anggaran belanja antarprogram dalam satubagian anggaran dan/atau antarbagian anggarandengan mempertimbangkan sasaran program prioritasnasional yang tetap harus tercapai;

3. pengurangan pagu Belanja Negara dalam rangkapeningkatan efisiensi, dengan tetap menjaga sasaranprogram prioritas yang tetap harus tercapai;

4. penggunaan SAL untuk menutup kekuranganpembiayaan APBN, dengan terlebih dahulumemperhitungkan ketersediaan SAL untuk kebutuhananggaran sampai dengan akhir tahun anggaranberjalan dan awal tahun anggaran berikutnya;dan/atau

5. penambahan utang yang berasal dari penarikanpinjaman dan/atau penerbitan SBN.

(2) Persetujuan Dewan Perwakilan Ralryat sebagaimanadimaksud pacla ayat (1) adalah keputusan yang tertuang didalam kesimpulan Rapat Kerja Badan Anggaran DewanPerwakilan Ralryat dengan Pemerintah, yang diberikandalam waktu tidak lebih dari lx24 (satu kali dua puluhempat) jam setelah usulan disampaikan Pemerintahkepada Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Dalam hal persetujuan Dewan Perwakilan Ralryatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena suatu danlain hal belum dapat ditetapkan, Pemerintah dapatmengambil langkah-langkah sebagaimana dimaksud padaayat (1).

(4) Pemerintah menyampaikan pelaksanaan langkah-langkahkebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalamAPBN Perubahan Tahun Anggaran 2Ol9 dan/atau LaporanKeuangan Pemerintah Pusat Tahun 2019.

Pasal 41

(1) Dalam hal Lembaga Penjamin Sirnpanan mengalamikesulitan likuiditas, Pemerintah dapat memberikanpinjaman kepada Lembaga Penjamin Simpanan.

(2) Sumber

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-44-

(2) Sumber dana untuk pemberian pinjaman sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. penggunaan SAL untuk menutup kekuranganpembiayaan APBN, dengan terlebih dahulumemperhitungkan ketersediaan SAL untukkebutuhan anggaran sampai dengan akhir tahunanggaran berjalan dan awal tahun anggaranberikutnya; dan/atau

b. penambahan utang yang berasal dari penarikanpinjanran dan/atau penerbitan SBN.

(3) Pemberian pinjaman kepada Lembaga Penjamin Simpanansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penggunaansumber dana untuk pemberian pinjaman sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilaksanakan setelahmendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Ralryat.

(4) Persetujuan Dewan Perwakilan Ralryat sebagaimanadimaksud pada ayat (3) adalah keputusan yang tertuang didalam kesimpulan Rapat Kerja Badan Anggaran DewanPerwakilan Ralryat dengan Pemerintah, yang diberikandalam waktu tidak lebih dari lx24 (satu kali dua puluhempat) jam setelah usulan disampaikan Pemerintahkepada Dewan Perwakilan Ra}ryat.

(5) Dalam hal persetujuan Dewan Perwakilan Rakyatsebagaimana dimaksud pada ayat (3) karena suatu danlain hal belum dapat ditetapkan, Pemerintah dapatmemberikan pinjaman kepada Lembaga PenjaminSimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) danpenggunaan sumber dana untuk pemberian pinjamansebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(6) Dalam hal terjadi pemberian pinjaman sebagaimanadimaksud pada ayat (1), Pemerintah melaporkan dalamAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahantahun berjalan dan/atau dalam Laporan KeuanganPemerintah Pusat tahun berkenaan.

(7) Sumber

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

_45_

(7) Sumber dana untuk pemberian pinjaman sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilaporkan dalam AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Perubahan tahun berjalandan/atau dilaporkan dalam Laporan KeuanganPemerintah Pusat tahun berkenaan.

Pasal 42

Postur APBN Tahun Anggaran 2OL9 yang memuat rincianbesaran Pendapatan Negara, Belanja Negara, surplus/defisitanggaran, dan Pembiayaan Anggaran tercantum dalamLampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariUndang-Undang ini.

Pasal 43

Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran2OI9 yang merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang iniditetapkan paling lambat tanggal 30 November 2018.

Pasal 44

(1) Dalam rangka penanggulangan bencana alam, Pemerintahmelalui Kementerian Keuangan dapat membentuk danapenanggulangan bencana alam untuk kegiatan tanggapdarurat, rehabilitasi dan/atau rekonstruksi akibatterjadinya bencana alam.

(2) Sumber clana penanggulangan bencana alam sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari:

a. rupiah murni;

b. pinjaman dan hibah luar negeri;

c. APBD; dan/ataud. penerimaan lain yang sah.

(3) Dana penanggulangan bencana alam sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikelola secara khusus.

(4) Dalam...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-46-

(41 Dalam hal anggaran belanja dalam rangka tanggapdarurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi akibat terjadinyabencana alam tidak terserap pada Tahun Anggaran 2019,sisa dana tersebut dapat diakumulasikan ke dalam danapenanggulangan bencana alam sebagaimana dimaksudpada ayat (3).

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana penanggulanganbencana alam diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 45

Pemerintah dalam melaksanakan APBN Tahun Anggaran 2Ol9mengupayakan pemenuhan sasaran pertumbuhan ekonomiyang berkualitas, yang tercermin dalam:

a. penurunan kemiskinan menjadi sebesar 8,5%o - 9,5o/o(delapan koma lima persen sampai dengan sembilan komalima persen);

b. tingkat pengangguran terbuka menjadi sebesar 4,8o/o5,2oh (empat koma delapan persen sampai dengan limakoma dua persen);

c. penurunan Gini Ratio menjadi sebesar 0,380 - 0,385 (nolkoma tiga delapan nol sampai dengan nol koma tigadelapan lima); dan

d. peningkatan Indeks Pembangunan Manusia mencapai71,98 (tujuh puluh satu koma sembilan delapan).

Pasal 46

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal29 mulai berlaku pada tanggal Undang-Undang inidiundangkan.

Pasal47

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari20t9.

Agar

FRES IDENIREPUBLIK II\DONESII\

-47 -

Agar setiap orang mengetahuinya,pengundangan Undang-Undang ini dengandalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

memerintahkanpenempatannya

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 22 November 2018

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 23 November 2018

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 223

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIAAsisten Deputi Bidang Perekonomian,

ti Bidang Hukum dan-undangan,

(

ttd

wati Lestari

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 12 TAHUN 2018

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2019

I. UMUM

APBN Tahun Anggaran 2Ol9 disusun dengan berpedoman padaRencana Kerja Pemerintah Tahun 2019, serta Kerangka Ekonomi Makrodan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2Ol9 sebagaimana telah dibahasdan disepakati bersama, baik dalam Pembicaraan Pendahuluan maupunPembicaraan Tingkat I Pembahasan APBN Tahun Anggaran 2Ol9 antaraPemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. APBNTahun Anggaran 2Ol9 juga mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial,dan perkembangan internasional dan domestik terkini, kinerja APBN tahun2Ot7, serta berbagai langkah antisipatif yang telah ditempuh di tahun2018, maupun rencana kebijakan yang akan dilaksanakan di tahun 2019.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun 2Ol9 diperkirakanmencapai sekitar 5,3o/o (lima koma tiga persen). Penetapan target inimemperhatikan perkembangan terkini beberapa faktor eksternal daninternal. Dari sisi eksternal, beberapa risiko yang akan dihadapi antaralain imbas kebijakan moneter Amerika Serikat, kebijakan proteksi dagangdan peningkatan harga komoditas internasional. Dari sisi internal,pertumbuhan ekonomi diharapkan akan ditopang oleh meningkatnyakonsumsi masyarakat, peningkatan kinerja investasi sektor swasta danPemerintah serta perbaikan kinerja ekspor. Berbagai bauran kebijakanyang telah dan akan dilakukan diharapkan akan mendorong pertumbuhanekonomi, sekaligus menjaga stabilitas ekonomi makro dalam jangkapendek, menengah maupun panjang.

Upaya . . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-2-

Upaya menjaga stabilitas ekonomi makro akan ditempuh denganmemperluas berbagai kebijakan di sisi fiskal, moneter, sektor keuangan,serta sektor riil. Dengan stabilitas ekonomi makro yang terjaga, i) rata-ratanilai tukar rupiah pada tahun 2OI9 akan stabil pada kisaran Rp15.000,00(lima belas ribu rupiah) per satu dolar Amerika Serikat; ii) laju inflasidiperkirakan dapat dikendalikan pada tingkat 3,5o/o (tiga koma limapersen); dan iii) rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara 3(tiga) bulan 5,3o/o (lima koma tiga persen). Mengantisipasi ketidakpastianperekonomian global, Pemerintah bersama Bank Indonesia dan OtoritasJasa Keuangan akan terus melakukan mitigasi terhadap berbagai potensirisiko yang akan berdampak terhadap stabilitas perekonomian secaramenyeluruh.

Sejalan dengan tren kenaikan harga komoditas dunia, rata-rata hargaminyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price-ICP) di pasarinternasional dalam tahun 2Ol9 diperkirakan akan berada pada kisaranUSD70 (tu:uh puluh dolar Amerika Serikat) per barel. Sementara itu,lifiing minyak mentah diperkirakan mencapai 775.OOO (tujuh ratus tujuhpuluh lima ribu) barel per hari, sedangkan lifiing gas diperkirakanmencapai 1.250.000 (satu juta dua ratus lima puluh ribu) barel setaraminyak per hari.

Strategi pelaksanaan pembangurran Indonesia didasarkan padaRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2OO5-2O25. Pelaksanaanstrategi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dibagi ke dalamempat tahap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang tiap-tiap tahap memuat rencana dan strategi pembangunan untuk lima tahunyang akan dilaksanakan oleh Pemerintah.

Tahun 2Ol9 merupakan tahun kelima dalam agenda RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional tahap ke-3. Berciasarkanpelaksanaan, pencapaian, dan sebagai kelanjutan dari RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional tahap ke-l (2005-2009) danRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ke-2 (2OLO-2O14),Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ke-3 (2015-2019) yangditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruhdengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomianyang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yangberkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi sertainovasi. Upaya pencapaian tujuan-tujuan tersebut akan diimplementasikanmelalui pencapaian sasaran pembangunan di tiap tahun dengan fokusyang berbeda, sesuai dengan tantangan dan kondisi yang ada. Fokuskegiatan tersebut diterjemahkan dalarn Rencana Kerja Pemerintah di tiap-tiap tahun.

Sembilan . . .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-3-

Sembilan agenda (Nawa Cita) merupakan rangkuman program-program yang tertuang dalam visi-misi Presiden/Wakil Presiden yangdijabarkan dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional 2Ol5-2O19 yang terdiri atasempat bagian utama, yaitu:a. Norma Pembangunan;b. Tiga Dimensi Pembangunan;c. Kondisi Perlu, agar pembangunan dapat berlangsung; dand. Program-Program Quick Wins.Tiga dimensi pembangunan dan Kondisi Perlu dari strategi pembangunanmemuat sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional 2Ol5-2O19 yang selanjutnyadijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2Ol9 berikut ini.

Pertama, Dimensi Pembangunan Manusia merupakan penjabaranagenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawa Cita, meliputiantara lain peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia, melakukanrevolusi karakter bangsa, memperteguh kebhinekaan, dan memperkuatrestorasi sosial Indonesia. Prioritasnya adalah sektor pendidikan denganmelaksanakan Program Indonesia Pintar, sektor kesehatan denganmelaksanakan Program Indonesia Sehat, perumahan ralgrat,nrelaksanakan revolusi karakter bangsa, memperteguh kebhinekaan danmemperkuat restorasi sosial Indonesia, dan melaksanakan revolusi mental.

Kedua, program-program pembangunan dalam Dimensi PembangunanSektor Unggulan merupakan penjabaran dari Nawa Cita yangmenghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa danmemberikan rasa aman kepada seluruh warga negara meningkatkanproduktivitas ralryat dan daya saing di pasar internasional, danmewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektorstrategis ekonomi domestik. Frioritas pembangunan sektor unggulanmeliputi kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan,kemaritiman, pariwisata, industri, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketiga, seluruh penduduk telah memperoleh manfaat daripertumbuhan pendapatan nasional yang dicerminkan oleh meningkatnyakonsumsi per kapita penduduk. oleh karena itu, melalui DimensiPembangutran Pemerataan dan Kewilayahan, untuk peningkatan kualitashidup diupayakan melalui prioritas pada pemerataan antarkelompokpendapatan, dan pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah.Program-program dalam dimensi ini merupakan penjabaran Nawa Citamembangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerahdan desa dalam kerangka negara kesatuan, meningkatkan kualitas hidupmanusia Indonesia, dan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saingdi pasar internasional.

Untuk . . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-4-

Untuk mendukung pelaksanaan tiga dimensi pembangunan tersebut,perlu ada suatu Kondisi Perlu. Program-program pembangunan untukmenciptakan Kondisi Perlu merupakan penjabaran Nawa Citamenghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa danmemberikan rasa aman kepada seluruh warga negara, mengembangkantata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis, dan terpercaya,serta memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistemdan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.Kondisi Perlu meliputi program peningkatan kepastian dan penegakanhukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tata keloladan reformasi birokrasi.

Selain itu, untuk mendukung kebijakan yang termasuk dalam dimensipembangunan, strategi pelaksanaan pembangunan dituangkan ke dalamlima Prioritas Nasional, yaitu:

a. Prioritas Pembangunan Manusia melalui Pengurangan Kemiskinan danPeningkatan Pelayanan Dasar. Sasaran dan indikator dari PrioritasNasional Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan danPeningkatan Pelayanan Dasar adalah membaiknya indeks pembangunanmanusia, tingkat kemiskinan dan gini rasio;

b. Prioritas Nasional Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melaluiPenguatan Konektivitas dan Kemaritiman. Agenda ketiga Nawacitadalam RPJMN 20l5-2O19 menyebutkan pentingnya membangunIndonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desadalam kerangka negara kesatuan. Dalam upaya mewujudkan agendapembangunan tersebut, salah satu tantangan yang harus diatasi dengansungguh-sungguh dan sistematik adalah mengurangi ketimpangan ataukesenj angan antarwilayah ;

c. Prioritas Nasional Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan PenciptaanLapangan Kerja melalui Pertanian, Industri, Pariwisata, dan JasaProduktif Lainnya. Prioritas Nasional Peningkatan Nilai Tambah Ekonomidan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian, Industri, Pariwisatadan Jasa Produktif Lainnya dilaksanakan untuk meningkatkan nilaitambah perekonomian dan menciptakan lapangan kerja yangdisumbangkan oleh nilai tambah dan nilai ekspor di sektor pertanian,industri pengolahan, pariwisata, dan jasa-jasa produktif lainnya yaituekonomi kreatif dan perdagangan, yang didukung tenaga kerja dengankeahlian tinggi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. Prioritas .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-5-

d. Prioritas Nasional Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan, dan SumberDaya Air. Prioritas Nasional Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan, danSumber Daya Air dilaksanakan untuk menyediakan energi, pangan, dansumber daya air yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dasar danmendorong sektor-sektor ekonomi produktif di dalam negeri. Ketahananenergi, pangan, dan sumber daya air dilaksanakan untuk mencapaikemandirian, keadilan, dan keberlanjutan pembangunan; dan

e. Prioritas Nasional Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan Pemilu.Prioritas Nasional Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan Pemiludilaksanakan untuk memastikan terjaganya keutuhan wilayah,keamanan dalam negeri, keamanan sumber daya manusia dan sumberdaya alam, serta terselenggaranya pemilu yang aman dan demokratis.

Agar prioritas sasaran pembangunan nasional dan prioritas nasionallainnya tersebut dapat tercapai, salah satu hat yang perlu dilakukanPemerintah adalah mengoptimalkan Penerimaan Perpajakan dan PNBP.Peningkatan Penerimaan Perpajakan dilakukan melalui ekstensifikasi danintensifikasi pajak. Lebih lanjut, pencapaian prioritas sasaranpembangunan juga dicapai melalui langkah-langkah efisiensi sumberpembiayaan yang diantaranya dengan mengutamakan pembiayaan dalamnegeri, pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif, serta pemanfaatanpinjaman luar negeri secara selektif yang diutamakan untuk pembangunaninfrastruktur dan energi.

Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan infrastrukturtahun 2019, telah dikembangkan berbagai sumber pembiayaarl, termasukpembiayaan kreatif (creatiue financingl. Salah satu bentuk pembiayaankreatif tersebut adalah kerja sama yang melibatkan pihak Swasta dan/atauBUMN dengan skema Kerja Sama antara Pemerintah dengan Badan Usaha(KPBU), yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya dariBadan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara parapihak. Untuk menunjang hal tersebut, telah disusun kebijakan untukmemberikan dukungan pettdanaan bagi proyek-proyek Infrastrukturmelalui KPBU dengan mekanisme pembayaran Ketersediaan Layanan(Availability Payment atau AP). Pada tahun 2Ol9 telah disiapkan sekitar 10proyek infrastruktur yang dikerjakan melalui KPBU Ketersediaan Layanan(AP). Pendanaan KPBU Ketersediaan Layanan (AP) tersebut merupakanbagian dari Belanja Modal yang bukan bersumber dari APBN, namunbersumber dari pihak Swasta dan/atau BUMN.

Dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan energi dalam negeriyang bersumber dari minyak dan gas bumi yang semakin berkurang, perludilakukan peningkatan sumber-sumber panas bumi melalui:

a.intensifikasi...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-6-

a. intensifikasi dan ekstensifikasi eksplorasi;

b. penyempurnaan dalam peraturan perundang-undangan di bidang panasbumi yang memberikan manfaat dan keadilan kepada daerah sertauntuk menjaga iklim investasi di bidang panas bumi; dan

c. pemberlakuan kebijakan Pajak Penghasilan yang Ditanggung Pemerintahbagi pengusaha panas bumi yang izinnya diterbitkan sebelum Undang-Undang Nomor 27 Tah,un 2OO3 tentang Panas Bumi berlaku.

Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang APBN TahunAnggaran 2Ol9 dilakukan Dewan Perwakilan Ralryat bersama Pemerintahdengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerahsebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Dewan Perwakilan DaerahNomor 07 IDPD Rllll2ol8l2}l9, tanggal 5 Oktober 2018.

Pembahasan Undang-Undang ini dilaksanakan oleh Pemerintah danDewan Perwakilan Ralryat dengan memperhatikan Putusan MahkamahKonstitusi Nomor 35/PUU-XIl2013 tanggal22 Mei 2014.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf aCukup jelas.

Huruf b. . .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-7 -

Huruf bPihak ketiga yang pajak penghasilannya ditanggung Pemerintahadalah pihak ketiga yang memberikan jasa kepada Pemerintahdalam rangka penerbitan dan/atau pembeliankembali/penukaran SBN di pasar internasional, yang antaralain jasa agen penjual dan jasa konsultan hukum internasionaldan jasa agen penukar/pembeli.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (e)

Cukup jelas.

Ayat (10)

Cukup jelas.

Ayat (11)

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat ( 1)

Cukup jelas

Ayat(21 ...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-8-

Ayat (2)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bPendapatan Sumber Daya Alam Nonmigas yang bersumber darisektor kehutanan tidak hanya ditujukan sebagai targetpenerimaan negara melainkan lebih ditujukan untukpengamanan kelestarian hutan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Sambil menunggu dilakukannya perubahan atas Undang-UndangNomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan PiutangNegara, dan dalam rangka mempercepat penyelesaian piutangbermasalah pada Badan Usaha Milik Negara di bidang usahaperbankan, dapat dilakukan pengumsan piutangnya melaluimekanisme pengelolaan berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang perseroan terbatas dan di bidangperbankan.

Sedangkan terkait dengan pemberian kewenangan kepada RapatUmum Pemegang Saham dan pengawasan Pemerintah dalampenyelesaian piutang bermasalah pada Badan Usaha Milik Negaradi bidang usaha perbankan didasarkan pada ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang Badan Usaha Milik Negara

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas

Pasa1 7

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-9-

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Huruf aCukup jelas

Huruf b

Huruf c

Yang dimaksud dengan "desa tertinggal dan desa sangattertinggal" adalah status desa yang ditetapkan olehKementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal danTransmigrasi.

Yang dimaksud dengan "desa tertinggal dan desa sangattertinggal dengan jumlah penduduk miskin tinggi" adalahdesa tertinggal dan desa sangat tertinggal yang memitikijumlah penduduk miskin terbanyak yang berada padakelompok desa desil ke 8 (delapan), 9 (sembilan), dan 10(sepuluh).

Data jumlah desa, jumlah penduduk desa, angkakemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitangeografis desa bersumber dari kementerian yang berwenangdan/atau lembaga yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang statistik.

Dalam

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-10-

Dalam hal data tidak tersedia, penghitungan Dana Desamenggunakan data tahun sebelumnya dan/ataumenggunakan rata-rata data desa dalam satu kecamatandimana desa tersebut berada dan/atau menggunakan datahasil pembahasan dengan kementerian/lembaga yangberwenang.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 1 1

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Hurui a

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan bagian Pusatsebesar 10% (sepuluh persen) dibagi secara merata kepadaseluruh kabupaten / kota.

Bagian daerah yang berasal dari biaya pemungutan,digunakan untuk mendanai kegiatan sesuai kebutuhan danprioritas daerah.

Huruf bDBH ini termasuk DBH dari Pajak Penghasilan Pasal 25dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yangpemungutannya bersifat final berdasarkan PeraturanPemerintah Nomor 46 Tahun 2OI3 tentang PajakPenghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang diterimaatau diperoleh Wajib Pajak yang Ivlemiliki Peredaran Brutotertentu.

Dalam

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

- 11-

Dalam rangka pengendalian pelaksanaan APBN, penyaluranDBH dapat disalurkan tidak seluruhnya dari pagu alokasi,dan selanjutnya diperhitungkan sebagai kurang bayar DBH.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (5)

cukup jelas.

Ayat (6)

cukup jelas.

Ayat (7)

cukup jelas.

Ayat (8)

Kebijakan ini merupakan konsekuensi dari perubahan kebijakanberupa pengalihan kewenangan di bidang kehutanan darikabupaten/kota menjadi kewenangan provinsi sebagaimanadiatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentangPemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4tentang Pemerintahan Daerah.

Ayat (9)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf e. . .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-t2-

Huruf eYang dimaksud dengan "penelitian dan pengembangan"antara lain pemanfaatan areal, penanaman pohon hutanunggulan lokal, dan penerapan sistem tebang pilih tanamjalur.

Huruf fCukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (10)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bDengan ketentuan ini daerah tidak lagi diwajibkan untukmengalokasikan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi sebesarO,5o/o (nol koma lima persen) untuk tambahan anggaranpendidikan dasar.

Kebijakan penggunaan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumiuntuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Aceh dilaksanakansesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 35 Tahun2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahanatas Undang-Undang Nomor 2l Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006tentang Pemerintahan Aceh.

Huruf cKebijakan ini merupakan konsekuensi dari perubahankebijakan berupa pengalihan kewenangan di bidangkehutanan dari kabupaten/kota menjadi kewenanganprovinsi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-UndangNomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentangPemerintahan Daerah.

Ayat ( 1 1)

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_13_

Ayat (11)

Cukup jelas.

Ayat (12)

Cukup jelas.

Ayat (13)

Pendapatan Dalam Negeri yang digunakan sebagai dasarpenghitungan pagu DAU Nasional dihitung denganmempertimbangkan realisasi Pendapatan Dalam Negeri dalambeberapa tahun terakhir.

Ayat (la)

Cukup jelas.

Ayat (15)

Cukup jelas.

Ayat (16)

Cukup jelas.

Ayat (17)

Dukungan pendanaan bagi kelurahan tidak mengurangikomitmen pendanaan Pemerintah Daerah kepada kelurahanmelalui APBD.

Alokasi DAU tambahan untuk kabupaten/kota diberikanberdasarkan hasil penilaian dalam rangka penghitungan DID padakategori pelayanan dasar publik. Kabupaten/kota dengan kategoribaik mendapat alokasi sebesar Rp352.941.000,00 (tiga ratus limapuluh dua juta sembilan ratus empat puluh satu ribu rupiah),kategori perlu ditingkatkan sebesar Rp37O.138.000,00 (tiga ratustujuh puluh juta seratus tiga puluh delapan ribu rupiah), dankategori sangat perlu ditingkatkan sebesar Rp384.000.000,00 (tigaratus delapan puluh empat juta rupiah) per kelurahan.

Alokasi DAU tambahan selanjutnya dibagi secara merata kepadaseluruh kelurahan di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Ayat (18)

Cukup jelas.

Ayat (19)

Cuktrp jelas.

Ayat(2o)...

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-14-

Ayat (20)

Cukup jelas

Ayat (21)

Cukup jelas

Ayat (221

Cukup jelas

Pasal 12

Ayat (1)

Huruf aYang dimaksud dengan "DAK Fisik" adalah dana yangbersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerahdengan tujuan utama untuk membantu mendanai kegiatankhusus penyediaan prasarana dan sarana pelayanan dasarpublik, baik untuk pemenuhan standar pelayanan minimal,pencapaian prioritas nasional maupun percepatanpembangunan Daerah dan kawasan dengan karakteristikkhusus dalam rangka mengatasi kesenjangan pelayananpublik antardaerah.

Huruf bYang dimaksud dengan "DAK Nonfisik" adalah dana yangbersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerahdengan tujuan utama untuk mendukung kelancaranpenyelenggaraan pelayanan dasar publik yang menjadirlrusan daerah.

Ayat (21

Pengalokasian DAK Fisik bertujuan untuk membantu daerahtertentu, mendanai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanandasar masyarakat, dan percepatan pembangunan daerah danpencapaian sasaran prioritas nasional.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat(s) ...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_15_

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Cukup jelas

Ayat (e)

Cukup jelas

Ayat (10)

Cukup jelas

Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Kriteria utama merupakan kriteria yang harus dimiliki oleh suatudaerah sebagai penentu kelayakan daerah penerima, yang terdiriatas:

a. Opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan KeuanganPemerintah Daerah Wajar Tanpa Pengecualian;

b. Penetapan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah tepat waktu;

c. Penggunaan e-gouernment; dan

d. ketersediaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Sedangkan kategori kinerja merupakan jenis kategori penilaianterhadap perbaikan dan perrcapaian kinerja daerah di bidang:

a. Tata kelola keuangan daerah, yang dicerminkan dari kategoriKesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah;

b. Pelayanan dasar publik, yang dicerminkan dari kategori:

1. Pelayanan . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-16-

1. Pelayanan Dasar Publik Bidang Pendidikan;

2. Pelayanan Dasar Publik Bidang Kesehatan; dan

3. Pelayanan Dasar Publik Bidang Infrastruktur;c. Pelayanan umum pemerintahan, yang dicerminkan dari

kategori:

1. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

2. Perencanaan Daerah;

3. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

4. Inovasi Pelayanan Publik;

5. Kemudahan Berusaha; dan

6. Pengelolaan sampah.

d. Kesejahteraan masyarakat yang dicerminkan dari kategoriKesejahteraan Masyarakat.

Ayat (3)

Kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerahdapat berupa antara lain:

a. penyediaan layanan dasar publik;

b. pembangunan, termasuk rehabilitasi dan pemeliharaansarana dan prasarana di bidang pemerintahan;

c. peningkatan pelayanan berusaha di daerah; atau

d. peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan di daerah.

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (21

Huruf aCukup jelas

Huruf b. . .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-t7-

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dYang dimaksud dengan "anggaran yang diwajibkan dalamperaturan perundang-undangan" antara lain anggaranpendidikan, anggaran kesehatan, alokasi dana desa, daniuran jaminan kesehatan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dPerubahan anggaran dimaksud dapat bersumber dari

1. rupiah

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_18_

1. rupiah murni;

2. pinjaman dan hibah luar negeri; dan/atau3. penerimaan lain yang sah.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Huruf iYang dimaksud dengan "ineligible expenditure" adalahpengeluaran-pengeluaran yang tidak diperkenankan dibiayaidari dana pinjaman/hibah luar negeri karena tidak sesuaidengan kesepakatan dalam Perjanjian Pinjaman dan/atauHibah Luar Negeri.

Huruf jCukup jelas.

Huruf kCukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "perubahan pagu Pemberian Pinjaman"adalah peningkatan pagu Pemberian Pinjaman akibat adanyalanjutan Pemberian Pinjarnan yang bersifat tahun jamak,percepatan penarikan Pemberian Pinjaman yang sudah disetujuidalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan Pemberian Pinjamandan/atau penambahan pagu Pemberian Pinjaman untukpenerbitan Surat Perintah Pembukuan/Pengesahan atastransaksi dokumen bukti penarikan pinjaman danf atau hibahyang dikeluarkan oleh pemberi pinjaman dan/atau hibah (Noticeof Disbursement-NOD). Perubahan pagu Pemberian Pinjamantersebut tidak termasuk Pemberian Pinjaman baru yang belumdialokasikan dalam APBN Tahun Anggaran 2019.

Yang...

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

_t9_

Yang dimaksud dengan "closing date'adalah tanggal batas akhirpenarikan dana pinjaman/hibah luar negeri melalui penerbitanSurat Perintah Pencairan Dana oleh Kantor PelayananPerbendaharaan Negara.

Ayat (3)

Perubahan pagu ini dipergunakan untuk penerbitan SuratPerintah Pembukuan/Pengesahan atas transaksi dokumen buktipenarikan Pinjaman dan/atau Hibah yang dikeluarkan olehpemberi Pinjaman dan/atau Hibah (Notice of Disbursement-NOD).

Ayat (a)

Yang dimaksud dengan "uang muka kontrak kegiatan yangdibiayai pinjaman luar negeri" adalah Alokasi Rupiah Murni yangwajib disediakan pemerintah dalam Daftar Isian PelaksanaanAnggaran Kementerian/Lembaga Pengguna Pinjaman Luar Negeri,untuk membayar sejumlah tertentu kepada penyedia barangdan/atau jasa sebagai salah satu persyaratan pengefektifankontrak. Tanpa pembayaran uang muka, pinjaman luar negeriyang perjanjian pinjamannya telah ditandatangani tidak dapatdicairkan.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan "dilaporkan Pemerintah kepada DewanPerwakilan Rakyat dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran2019" adalah melaporkan perubahan rincian/pergeserananggaran Belanja Pemerintah Pusat yang dilakukan sebelumAPBN Perubahan Tahun Anggaran 2Ol9 kepada DewanPerwakilan Ralqyat.

Yang dimaksud dengan "dilaporkan Pemerintah kepada DewanPerwakilan Ralryat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusattahun 2019" adalah melaporkan perubahan rincian/pergeserananggaran Belanja Pemerintah Pusat yang dilakukan sepanjangtahun 2Ol9 setelah APBN Perubahan Tahun Anggaran 2Ol9kepada Dewan Perwakilan Ra}ryat.

Pasal 2O

Cukup jelas

Pasal 2 1

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-20-

Pasal 2 1

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf aDana Pengembangan Pendidikan Nasional merupakanakumulasi dari alokasi anggaran pendidikan tahun-tahunsebelumnya sebagai dana abadi pendidikan (endowmentfund) yang dikelola oleh Lembaga Pengelola DanaPendidikan sebagai Souereign Wealth Fund Pendidikan.

Hasil pengelolaan dana abadi pendidikan dimaksuddigunakan untuk menjamin keberlangsungan programpendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentukpertanggungjawaban antargenerasi, antara lain dalambentuk pemberian beasiswa dan pendanaan riset.

Huruf bDana Abadi Penelitian merupakan dana yang akan dikelolaoleh lembaga yang akan ditunjuk, dan hasil kelolaannyadigunakan untuk kegiatan penelitian.

Bentuk, skema, dan cakupan bidang penelitian akan diaturlebih lanjut oleh Pemerintah.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "defrsit" adalah defisit sebagaimanaditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara.

Ayat(21 ...

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-2r-

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "krisis pasar Surat Berharga Negaradomestik" adalah kondisi krisis pasar Surat Berharga Negaraberdasarkan indikator Protokol Manajemen Krisis (CnsisManagement Protocol-CMPI pasar Surat Berharga Negara yangditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Penggunaan dana SAL untuk melakukan stabilisasi pasar SBNdapat dilakukan apabila kondisi pasar SBN telah ditetapkan olehMenteri Keuangan pada level krisis.

Krisis di pasar SBN tersebut dapat memicu krisis di pasarkeuangan secara keseluruhan, mengingat sebagian besar lembagakeuangan memiliki SBN. Situasi tersebut juga dapat memicu krisisfiskal, apabila Pemerintah harus melakukan upaya penyelamatanlembaga keuangan nasional.

Stabilisasi pasar SBN domestik dilakukan melalui pembelian SBNdi pasar sekunder oleh Menteri Keuangan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat(4) ...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-22-

Ayat (a)

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Khusus untuk pemanfaatan sementara saldo kas BLU dilakukandengan mempertimbangkan jenis BLU dan efektivitas saldo kasBLU yang akan dimanfaatkan sementara sehingga tidakmengganggu operasional dan manajemen kas BLU.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang meliputiperubahan SBN neto, penarikan Pinjaman Dalam Negeri,dan/atau penarikan Pinjaman Luar Negeri. Penarikan PinjamanLuar Negeri meliputi penarikan Pinjaman Tunai dan PinjamanKegiatan.

Dalam hal Pinjaman Luar Negeri dan/atau Pinjaman Dalam Negeritidak tersedia dapat digantikan dengan penerbitan SBN atausebaliknya dalam rangka menjaga ketahanan ekonomi dan fiskal.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

Pasal30...

!

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-23-

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Yang dimaksud dengan "Dana Kerja Sama PembangunanInternasional" adalah dana yang dialokasikan untuk pembentukandana abadi yang bertujuan untuk menjamin keberlangsungan programkerja sama pembangunan internasional sebagai bentuk partisipasiIndonesia dalam pengurangan kemiskinan global, misi kemanusiaan,pelaksanaan politik luar negeri, dan pemberdayaan ekonomi nasionalyang pengelolaannya dilakukan oleh Badan Layanan Umum di Bidangpengelolaan dana kerja sama dan bantuan pembangunaninternasional.

Pasal 33

Ayat (1)

Salah satu upaya pemerintah mevrujudkan kedaulatan panganadalah dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas produkpangan melalui peningkatan penelitian, pengembangan, danpenyediaan benih perkebunan. Untuk itu, perlu dilakukanpenyertaan modal negara kepada PT Perkebunan Nusantara III(Persero) yang berasal dari barang milik negara KementerianPertanian yang dimanfaatkan oleh PT Riset Perkebunan Nusantaraberdasarkan usulan yang diajukan oleh Kementerian Pertanian.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 34

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "Barang Milik Negara" yaitu berupa tanahdan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan.

Penetapan .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-24-

Penetapan BPYBDS sebagai PMN pada Badan Usaha Milik Negarameliputi antara lain BPYBDS sebagaimana tercatat dalam laporankeuangan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang telahdiserahterimakan oleh Kementerian Energi dan Sumber DayaMineral untuk menjadi tambahan PMN bagi PT PLN (Persero).

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 35

Ayat (1)

Ketentuan mengenai penjaminan Pemerintah untuk masing-masing program diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (2)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cPelaksanaan penjaminan infrastruktur dalam proyek kerjasama Pemerintah dengan badan usaha hanya dibatasi padaproyek kerja sama Pemerintah dengan badan usaha denganpenanggung jawab proyek kerja sama adalah PemerintahDaerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha MilikDaerah.

Huruf dCukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-25-

Huruf fCukup jelas.

Huruf g

Pemberian jaminan Pemerintah Pusat untuk percepatanpelaksanaan proyek strategis nasional dibatasi hanya padaproyek strategis nasional yang telah memperoleh suratjaminan oleh Pemerintah sebagaimana diatur denganperaturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pemberianjaminan Pemerintah Pusat untuk percepatan pelaksanaanproyek strategis nasional.

Huruf hPemberian jaminan Pemerintah untuk percepatanpembangunan infrastruktur ketenagalistrikan dibatasihanya pada proyek yang telah memperoleh jaminanpinjaman oleh Pemerintah kepada kreditur sehubungandengan pembayaran kembali pinjaman PT PerusahaanListrik Negara (Persero) selaku pelaksana penugasanpembangunan infrastruktur kelistrikan.

Ayat (3)

Pembentukan rekening dana cadangan penjaminan Pemerintahditujukan terutama untuk menghindari pengalokasian anggarankewajiban penjaminan Pemerintah dalam jumlah besar dalamsatu tahun anggaran di masa yang akan datang, menjaminketersediaan dana yang jumlahnya sesuai kebutuhan, menjaminpembayaran klaim secara tepat waktu dan memberikan kepastiankepada pemangku kepentingan (termasuk kreditur/investor).

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (71

Cukup jelas.

Pasal 36. .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-26-

Pasal 36

Ayat (1)

Pengeluaran melebihi pagu anggaran antara lain dapat disebabkanoleh:

1. Kondisi ekonomi makro yang tidak sesuai dengan kondisi yangdiperkirakan pada saat pen)rusunan APBN Perubahandan/atau laporan realisasi pelaksanaan APBN SemesterPertama Tahun Anggaran 2Ol9;

2. Dampak dari restrukturisasi utang dalam rangka pengelolaanportofolio utang;

3. Dampak dari percepatan penarikan pinjaman;

4. Dampak dari transaksi Lindung Nilai atas pembayaran bungautang dan pengeluaran cicilan pokok utang; dan/atau

5. Dampak dari perubahan komposisi instrumen pembiayaanutang.

Ayat (21

Pelaksanaan transaksi Lindung Nilai dilaporkan Pemerintah dalamLaporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2019.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Kewajiban yang timbul dari transaksi Lindung Nilai bukanmerupakan kerugian keuangan negara karena ditujukan untukmelindungi pembayaran bunga utang dan pengeluaran cicilanpokok utang dari risiko fluktuasi mata uang dan tingkat bunga.Selain itu, transaksi Lindung Nilai tidak ditujukan untuk spekulasimendapatkan keuntungan.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 37

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat(2)...

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-27 -

Ayat (2)

Pengaturan mengenai penyelesaian piutang instansi Pemerintahtermasuk mengenai tata cara dan kriteria penyelesaian piutangeks-BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional).

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "keadaan darurat" adalah keadaan yangmenyebabkan prognosis penurunan Pendapatan Negara yangberasal dari Penerimaan Perpajakan dan PNBP, dan adanyaperkiraan tambahan beban kewajiban negara yang berasal daripembayaran pokok dan bunga utang, subsidi bahan bakarminyak dan listrik, serta belanja lainnya.Huruf a

Yang dimaksud dengan "proyeksi" adalah proyeksipertumbuhan ekonomi paling rendah 1% (satu persen) dibawah asumsi dan/atau proyeksi asumsi ekonomi makrolainnya mengalami deviasi paling rendah sebesar lOo/o(sepuluh persen) dari asumsi yang telah ditetapkan, kecualiprognosis lifting dengan deviasi paling rendah 5o/o (limapersen).

Huruf bCukup jelas.

Huruf cKenaikan biaya utang yang bersumber dari kenaikan imbalhasil (gield) SBN adalah terjadinya peningkatan imbal hasilsecara signifikan yang menyebabkan krisis di pasar SBN,yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkanparameter dalam Protokol Manajemen Krisis /CnsisManagement Protocol-CMP) pasar SBN.

Ayat (2)

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-28-

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud "karena suatu dan lain hal belum dapatditetapkan" adalah apabila Badan Anggaran belum dapatmelakukan rapat kerja dan/atau mengambil kesimpulan di dalamrapat kerja, dalam waktu lx24 (satu kali dua puluh empat) jamsetelah usulan disampaikan Pemerintah kepada DewanPerwakilan Ralryat.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Pasal 41

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "Lembaga Penjamin Simpanan mengalamikesulitan likuiditas" adalah dalam hal perkiraan kas yang dapatdiperoleh dari sumber daya keuangan Lembaga PenjaminSimpanan tidak mencukupi pada saat kebutuhan dana harusdipenuhi oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud "karena suatu dan lain hal belum dapatditetapkan" adalah apabila Badan Anggaran belum dapatmelakukan rapat kerja dan/atau mengambil kesimpulan di dalamrapat kerja, dalam waktu lx24 (satu kali dua puluh empat) jamsetelah usulan disampaikan Pemerintah kepada Dewan PerwakilanRa}ryat.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7) . .

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-29 -

Ayat (7)

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Huruf aPenetapan tingkat kemiskinan sesuai dengan metodologipenghitungan Garis Kemiskinan Nasional yang dilakukan olehBadan Pusat Statistik.

Huruf bCukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6263

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 12 TAHUN 2018TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA TAHUN ANGGARAN 2019

RINCIAN PEMBIAYAAN ANGGARAN DALAM

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2019

1

1 1

t.2

1.2.t

L,2.L,L

r.2.t.2

r.2.2

r.2.2.t

t.2.2.t.7

ALOI(ASI PEMBIAYAAN ANGGARAI{

Pembiayaan Utang

Surat Berharga Negara (Neto)

Pinjaman (Neto)

Pinjaman Dalam Negeri (Neto)

Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (Bruto)

Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri

Pinjaman Luar Negeri (Neto)

Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto)

Pinjaman T\rnai

(Ribuan Rupiah)

296.OOO.236.667

359.250.583.103

388.957.891.000

-29.707.307.897

482.419.505

1.956.367.535

-t.473.948.030

-30.189.727.402

60.280.479.702

30.000.000.000

1.2.2.L.2 Pinjaman.

t.2.2.t.2 Pinjaman Kegiatan

L.2.2.t.2.L Pinjaman Kegiatan Pemerintah Pusat

L.2.2.r.2.r.t Pinj aman Ke giatan Kementerian Ne gara I Lernb aga

t.2.2.r.2.r.2 Pinj aman Kegiatan Diterushibahkan

t.2.2.t.2.2 Pinjaman Kegiatan kepada Badan Usaha MilikNegara/ Pemerintah Daerah

L.2.2.2 Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Luar Negeri

2 Pembiayaan Investasi

2.1 Investasi kepada Badan Usaha Milik Negara

2.t.1 Pen5rertaan Modal Negara kepada PT Perusahaan ListrikNegara (Persero)

2.t.2 Penyertaan Modal Negara kepada PT Hutama Karya(Persero)

2.t.3 Penyertaan Modal Negara kepada PT Sarana MultigriyaFinansial (Persero)

2.2 Investasi kepada Lembaga/Badan Lainnya

2.2.t Penyertaan Modal Negara kepada Lembaga PembiayaanEkspor Indonesia (LPEI)

2.3 Investasi kepada Badan Layanan Umum

2.3.L Dana Bergulir

2.3.r.t Pusat(PPDPP)

Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-2-

30.280.479.702

23.700.791.191

23.304.695.566

396.095.625

6.579.688.511

-90.470.207.104

-75.900.34L.459

- 17.800.000.000

-6.500.000.000

- 10.500.000.000

-800.000.000

-2.500.000.000

-2.500.000.000

-53.190.000.000

-8.200.000.000

-5.200.000.000

2.3.1,2 Pusat

2.3.t.2

2.3.2

2.3.3

2.3.4

2.3.5

2.4

2.4.1

2.4.2

2.4.3

2.4.4

2.4.5

3.1

3.1.1

3.1.1.1

3.1.7.2

3

Pr,rsat Investasi Pemerintah (PIP)

Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN)

Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN)

Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional(LDKPT)

Dana Abadi Penelitian

Investasi kepada Organisasi/Lembaga KeuanganInternasional/ Badan Usaha Internasional

Islamic Development Bank (IDB)

The Islamic Corporation for the Development of PrivateSector (ICD)

International Fund for Agricultural Development (IFAD)

International Development Association (lDA)

Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)

Pemberian PinJaman

Pinjaman kepada Badan Usaha MilikNegara/ Pemerintah Daerah / Le mbaga I Badan Lainnya

Pinjaman kepada BadanNegara/ Pemerintah Daerah (Neto)

Usaha Milik

Pinjaman kepada BadanNegara/ Pemerintah Daerah (Bruto)

Usaha Milik

Penerimaan Cicilan Pengembalian Pinjaman kepadaBadan Usaha Milik Negara/Pemerintah Daerah

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-3-

-3.000.000.000

-20.000.000.000

-22.OOO.O00.000

-2.000.000.000

-990.000.000

-2.4LO.341.459

-87.2L6.265

-44.525.O29

-45.OO0.OOO

-217.300.000

-2.016.300.165

-2.350.OO4.977

-2.350.004.977

-2.350.004.977

-6.579.688.511

4.229.683.534

4 Pembiayaan ...

FTF]ES IDEI\JREPUBLIK INDONESI,A

-4-

4

4.1

Pembiayaan Lainnya

Saldo Anggaran Lebih

15.OOO.OOO.OOO

15.000.000.000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

ttd.

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARAREPUBLIK INDONESIA

Asisten Deputi Bidang Perekonomian,Hukum dan

undangan,e

ti Lestari

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN IIUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 12 TAHUN 2018TENTANGANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA TAHUN ANGGARAN 2019

POSTUR APBN TAHUN ANGGARAN 2019

A.

B

c.

D.

PENDAPATAT{ NEGARA

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN

2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

[. PENERIMAAN HIBAH

BELAI{JA NEGARA

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

KESEIM BAIIIGAT{ PRIMIR

SURPLUS/ (DrFrSrTl ANGGARAT{ (A - Bl

o/o Defrsit Anggaran terhadap PDB

(Ribuan Rupiah)

2.165.111.815.814

2.164.676.505.814

t.786.378.650.376

378.297.855.438

435.310.000

2.46L.tL2.O52.48L

1.634.339.518.949

826.772.533.532

-20.1L4.968.747

-296.OOO.236.667

-1,84

E. PEMBIAYAAN.

FRES IDENREPUELIK II!DOI{ESI,A,

-2 -

E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II + III + wl

I. PEMBIAYAAN UTANG

II. PEMBIAYAAN INVESTASI

III. PEMBERIAN PINJAMAN

IV. PEMBIAYAAN LAINNIYA

296.OOO.236.667

359.250.583.103

-75.900.34t.459

-2.350.004.977

15.000.000.000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

ttd.

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARAREPUBLIK INDONESIA

Asisten Deputi Bidang Perekonomian,ti Bidang Hukum dan

ang-undangan,

Sihwati Lestari

C