66
PERBANDINGAN PENGARUH ANESTESI KETAMIN-XYLAZINE DAN KETAMIN-ZOLETIL TERHADAP FREKUENSI NAFAS DAN DENYUT JANTUNG KUCING LOKAL (Feline domestica) PADA KONDISI SUDDEN LOSS OF BLOOD SKRIPSI TITIN TAMBING O111 10 271 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

PERBANDINGAN PENGARUH ANESTESI KETAMIN-XYLAZINE

DAN KETAMIN-ZOLETIL TERHADAP FREKUENSI NAFAS DAN

DENYUT JANTUNG KUCING LOKAL (Feline domestica) PADA

KONDISI SUDDEN LOSS OF BLOOD

SKRIPSI

TITIN TAMBING

O111 10 271

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

ii

PERBANDINGAN PENGARUH ANESTESI KETAMIN-XYLAZINE

DAN KETAMIN-ZOLETIL TERHADAP FREKUENSI NAFAS DAN

DENYUT JANTUNG KUCING LOKAL (Feline domestica) PADA

KONDISI SUDDEN LOSS OF BLOOD

TITIN TAMBING

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Program Studi Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Perbandingan Pengaruh Anestesi Ketamin-Xylazine dan

Ketamin-Zoletil Terhadap Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung

Kucing Lokal (Feline domestica) pada Kondisi Sudden Loss of

Blood

Nama : Titin Tambing

NIM : O111 10 271

Disetujui Oleh,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari Drh. Dedy Rendrawan M. P

197302161999032001

Diketahui Oleh

Dekan Fakultas Kedokteran Ketua Program Studi

Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. Bs Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc NIP. 19551019 198203 1 001 NIP. 19480307 197411 2 001 Tanggal Lulus : 28 November 2014

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Titin Tambing

NIM : O111 10 271

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Karya skripsi saya adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab hasil dan

pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan dikenakan

sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, 16 Desember 2014

Titin Tambing

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

iv

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

v

PERBANDINGAN PENGARUH ANESTESI KETAMIN-XYLAZINE

DAN KETAMIN-ZOLETIL TERHADAP FREKUENSI NAFAS DAN

DENYUT JANTUNG KUCING LOKAL (Feline domestica) PADA

KONDISI SUDDEN LOSS OF BLOOD

ABSTRAK

Titin Tambing (O111 10 271). Perbandingan Pengaruh Anestesi Ketamin-Xylazin dan Ketamin-Zoletil Terhadap Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung pada Kucing Lokal (Feline domestica) dalam Kondisi Sudden Loss of Blood. Dibawah bimbingan Dr. drh. Dwi Kesuma Sari sebagai pembimbing utama dan drh. Dedy Rendrawan M.P sebagai pembimbing anggota. Sudden loss of blood adalah kondisi tubuh kehilangan 15% volume darah yang dapat disebabkan oleh trauma atau penyakit. Pada kondisi sudden loss of blood diperlukan tindakan medis yang membutuhkan anestesi, namun harus tetap memperhatikan fungsi organ vital dari pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan pengaruh kombinasi anestesi ketamin-xylazine dan ketamin-zoletil terhadap frekuensi nafas dan denyut jantung kucing lokal (Feline domestica) pada kondisi sudden loss of blood. Penelitian ini menggunakan 6 ekor kucing jantan dengan usia ±1,5 tahun, selanjutnya kucing dibagi acak menjadi 2 kelompok lalu masing-masing sampel dalam kelompok akan dikondisikan dalam kondisi sudden loss of blood. Perlakuan 1 (P1): atropin 0,05 mg/kg BB/ subkutan + xylazin 1 mg/kg BB/intramuskuler + ketamin 10 mg/kg BB/intramuskuler. Perlakuan 2 (P2): atropin 0,05 mg/kg BB/ subkutan + zoletil 10 mg/kg BB/intramuskuler + ketamin 10 mg/kg BB/intramuskuler. Pengamatan yang dilakukan adalah frekuensi nafas dan denyut jantung yang dihitung setiap 5 menit sejak fase II sampai dengan fase recovery anestesi. Data yang diperoleh diuji statistik dengan metode rancangan acak kelompok. Hasil yang diperoleh dari perbandingan kombinasi anestesi ketamin-xylazin dan ketamin-zoletil terhadap frekuensi nafas dan denyut jantung tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05). Sehingga kedua kombinasi tersebut dapat digunakan untuk kondisi sudden loss of blood. Kata kunci : Ketamin, xylazin, zoletil, sudden loss of blood, frekuensi nafas, denyut jantung, kucing lokal

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

vi

PERBANDINGAN PENGARUH ANESTESI KETAMIN-XYLAZINE

DAN KETAMIN-ZOLETIL TERHADAP FREKUENSI NAFAS DAN

DENYUT JANTUNG KUCING LOKAL (Feline domestica) PADA

KONDISI SUDDEN LOSS OF BLOOD

ABSTRACT

Titin Tambing (O111 10 271). Comparing the Effects of the Anesthetic Combinations of Ketamine-Xylazine and Ketamine-Zoletil in Breathing and Heartbeat Frequency of Domestic Cat (Feline domestica) in the condition of sudden loss of blood. Supervised by Dr. drh. Dwi Kesuma Sari as the main supervisor and drh. Dedy Rendrawan M.P as co-supervisor. Sudden loss of blood is the condition in which the body loses 15 % of blood volume that can

be caused by trauma or disease. On the condition of sudden loss of blood, medical treatment

is needed that requires anesthesia, but attention should still be given to the function of vital

organs of the patient. This study is aimed at comparing the effects of the anesthetic

combinations of ketamine-xylazine and ketamine-zoletil in breathing and heartbeat frequency

of local cats (Feline domestica) in the condition of sudden loss of blood. This study used

male cats 6 ± 1.5 years of age, divided randomly into two groups and each sample in the

group was conditioned in a state of sudden loss of blood or acute hemorrhage. The sample cat

will then be given treatment, treatment 1 ( P1 ) : atropine 0.05 mg / kg / subcutaneous +

xylazin 1 mg / kg / intramuscularly + ketamine 10 mg / kg / intramuscularly . Treatment 2 (

P2 ) : atropine 0.05 mg / kg / subcutaneous + zoletil 10 mg / kg / intramuscularly + ketamine

10 mg / kg / intramuscularly . Observations were then made on the frequency of breathing

and heart rate every 5 minutes from phase II to phase anesthesia recovery. Once the

physiological data from each cat was obtained, comparison was done on the frequency of

breathing and heart rate by using the method of randomized block design. Based on the

results, it can be concluded that the ratio of the combination of ketamine-xylazin and

ketamine-zoletil does not produce a significant difference in the frequency of breathing and

heart rate (P>0.05). So both these combinations can be used to condition the sudden loss of

blood.

Key words : Ketamine, xylazine, zoletil, sudden loss of blood, breathing frequency, heart

rate, the domestic cat.

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 04 Maret 1992 di Tana Toraja dari

ayahanda Yohanis Dattu Pakau dan ibunda Kartini Rammang. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan

Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Tonggoni pada tahun 2004, kemudian

penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Swasta Antam Pomalaa dan

lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan

pendidikan di SMA Negeri 17 Makassar. Penulis diterima di Program

Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran, Universitas

Hasanuddin pada tahun 2010. Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi internal

kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HIMAKAHA) FKUH

menjabat sebagai anggota divisi Minat dan Bakat pada periode 2011-2012. Selain itu,

penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan komunitas penyayang

hewan peliharaan seperti Dogglizious Makassar.

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

viii

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Perbandingan Pengaruh Kombinasi Anestesi Ketamin-Xylazin dan Ketamin-Zoletil terhadap Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Kucing Lokal (Feline domestica) pada Kondisi Sudden Loss of Blood. Ungkapan terima kasih yang terindah, penulis persembahkan kepada orang tua tersayang, ayahanda Yohanis Dattu Pakau dan ibunda Kartini Rammang, serta adinda Yultianti Pakau dan semua keluarga yang tak sempat disebutkan yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan di di PSKH FK-UH. Ungkapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada Ibu Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari selaku pembimbing I yang dengan sabar dan ikhlas memberi bimbingan dan arahan kepada penulis, serta Bapak Drh. Dedy Rendrawan M. P selaku pembimbing Anggota yang dengan kesabaran memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga penulisan akhir.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc selaku Ketua Program Studi

Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2. Ibu Drh. Meriem Sirupang dan Ibu Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M. Sc

selaku tim Penguji yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

3. Staf Pengajar dan Staf Administrasi yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di PSKH FK-UH.

4. Ibu Drh. Mona Kesuma Sari yang telah memberikan dukungan melalui tempat, alat, dan bahan selama penelitian.

5. Adik-adik Aluma Belicia dan Earline Christel yang telah mendukung selama penelitian dan penyusunan skripsi.

6. Venny, Novhita, Imelda Vera, Sarah Melati, Yusma, Litha, Tri Marlinda, Ervin Pratiwi, Veby Dixie, dan Moonika Todingan yang selalu mendukung dalam doa selama penelitian dan penyusunan skripsi.

7. Rekan-rekan mahasiswa PSKH FK-UH angkatan 2010, khususnya kepada Priskha Florancia, Noer Chalid Khaidir, Zainal, Andhika Yuda, Vilzah Fatimah, Andi Noor Warizah, Pratiwi Meylinda Dengen, Riana, Ryan Payung, Sitti Mughniaty, Imelda Meiliany, Rozana, Laletologi dan Keluarga Sejati serta rekan-rekan lain yang tidak sempat di sebutkan yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di PSKH FK-UH.

Akhir kata, semoga segala berkat dari Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati semua pihak yang telah di sebutkan di atas. Amin.

Makassar, November 2014

Titin Tambing

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN iii PERNYATAAN KEASLIAN iv ABSTRAK v RIWAYAT HIDUP vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR GRAFIK xii KATA PENGANTAR I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang 1 I.2 Rumusan masalah 2 I.3 Tujuan penelitian 2 I.4 Manfaat penelitian 2 I.5 Hipotesis 2 I.6 Ruang Lingkup Penelitian 3 I.7 Keaslian Penelitian 3

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Fisiologis Kucing 4 II.2 Sudden Loss of Blood 6 II.3 Anestesi 7 II.4 Alur Penelitian 13

III. MATERI DAN METODE III.1 Metode penelitian 14 III.2 Waktu Penelitian 14 III.3 Bahan Penelitian 14 III.4 Peralatan Penelitian 14 III. 5. Prosedur Penelitian 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Ketamin-Xylazin 16 IV.2 Ketamin-Zoletil 18 IV.3 Perbandingan Rata-Rata (±SD) Frekuensi Nafas 20

dan Denyut Jantung V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan 23 V.2 Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

X

DAFTAR TABEL

1. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Normal Kucing 5 2. Tahap-Tahap Perdarahan Akut atau sudden loss of blood 6 3. Perbandingan Rata-Rata (±SD) Frekuensi Nafas dan 20

Denyut Jantung

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

xi

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Hewan Percobaan 4 2. Gambar Skema Alur Penelitian 14

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

xii

DAFTAR GRAFIK

1. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pa1 16 Hasil Kombinasi Ketamin-Xylazin pada Kondisi Sudden Loss of Blood

2. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pb1 17 Hasil Kombinasi Ketamin-Xylazin pada Kondisi Sudden Loss of Blood

3. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pc1 17 Hasil Kombinasi Ketamin-Xylazin pada Kondisi Sudden Loss of Blood

4. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pa2 18 Hasil Kombinasi Ketamin-Zoletil pada Kondisi Sudden Loss of Blood

5. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pb2 19 Hasil Kombinasi Ketamin-Zoletil pada Kondisi Sudden Loss of Blood

6. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pc2 19 Hasil Kombinasi Ketamin-Zoletil pada Kondisi Sudden Loss of Blood

7. Perbandingan Frekuensi Nafas antara Kombinasi Anestesi 21 Ketamin-Xylazin dan Ketamin-Zoletil

8. Perbandingan Denyut Jantung antara Kombinasi Anestesi 22 Ketamin-Xylazin dan Ketamin-Zoletil

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Perkembangan teknologi saat ini semakin mendukung dalam pengobatan dan operasi di bidang kedokteran. Pembedahan yang dilakukan tentu membutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan keamanan yang baik serta mendukung operasi dengan memberikan waktu yang sesuai dengan jenis operasi yang dilakukan. Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem saraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada saraf. Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat (SSP) secara reversible (Adams, 2001). Anestesi umum merupakan kondisi hilangnya respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran (unconsciousness) (McKelvey dan Hollingshead, 2003).

Saat ini anestesi yang banyak digunakan oleh dokter hewan praktek adalah anestesi secara injeksi, baik yang diberikan secara intramuskular atau intravena yang pada umumnya digunakan untuk operasi dengan durasi anestesi yang singkat. Penggunaan anestesi ini karena beberapa alasan tertentu, diantaranya karena penggunaan yang praktis, relatif tidak mahal, dan obat yang digunakan relatif mudah didapat. Kekurangan dari anestesi injeksi adalah kedalaman anestesinya tidak bisa dikontrol dan untuk recovery pasien harus menunggu proses metabolisme agen anestetika tersebut (Forsyth, 2008). Berbeda dengan anestesi injeksi, pada jenis anestesi inhalasi penggunaannya memerlukan seseorang yang dapat menggunakan mesin anestesi, sehingga kurang praktis, anestetika yang digunakan relatif sulit didapat sehingga mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh klien, serta dapat menghasilkan tekanan intracranial pada pasien ( Pinnoch et al, 1999). Pemilihan obat anestesi umum harus didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu jenis operasi, lamanya operasi, temperamen hewan, fisiologis hewan, dan spesies hewan (Erwin, 2009). Kondisi fisiologis khususnya frekuensi nafas dan denyut jantung merupakan bagian vital yang perlu dipertahankan. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam kondisi emergency care adalah sudden loss of blood atau kehilangan volume darah secara tiba-tiba. Hal ini tentu membahayakan fisiologis pasien khususnya denyut jantung dan frekuensi nafas.

Sudden loss of blood dalam kasus emergency care adalah suatu kondisi pasien mengalami kekurangan volume darah yang dapat diakibatkan oleh trauma. Kasus emergency care perlu di tangani dengan bantuan anestesi yang tepat agar kondisi fisiologis pasien tetap terjaga dalam kondisi stabil. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti akan melakukan percobaan pada salah satu hewan kesayangan yaitu kucing, untuk melihat perbandingan frekuensi nafas dan denyut jantung antara kombinasi anestesi ketamin-xylazin dan ketamin-zoletil pada kondisi sudden loss of blood.

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

2

I.2 Perumusan Masalah

Kombinasi anestesi yang tepat dalam penanganan pasien pada kondisi sudden loss of blood diharapkan mampu menjaga frekuensi nafas dan denyut jantung agar tetap dalam keadaan yang stabil. Ketamin-Xylazin merupakan kombinasi anestesi yang sering digunakan dalam praktik kedokteran hewan dan zoletil adalah salah satu jenis obat anestesi yang memiliki tingkat keamanan yang baik terhadap fisiologis tubuh pasien selama anestesi dan ketamin-xylazin Berdasarkan rujukan tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan kombinasi anestesi ketamin-zoletil dengan kombinasi anestesi ketamin-xylazine untuk melihat pengaruhnya terhadap frekuensi nafas dan denyut jantung kucing pada kondisi sudden loss of blood.

I.3 Tujuan Penelitian

Dalam studi ini, tujuan penelitian adalah untuk mengamati perbandingan pengaruh anestesi ketamin-xylazine dan ketamin-zoletil terhadap frekuensi nafas dan denyut jantung kucing lokal (Feline domestica) pada kondisi sudden loss of blood.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Pengembangan Ilmu Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya ilmu

kedokteran hewan dalam Ilmu Bedah Veteriner dengan menjadi referensi dalam pemakaian anestesi yang memberikan efek fisiologis yang aman terhadap tubuh pasien khususnya pada kondisi sudden loss of blood.

I.4.2 Manfaat Pengembangan Aplikatif

Melalui penelitian ini dapat diperoleh parameter frekuensi nafas dan denyut jantung pada kondisi sudden loss of blood pada kucing lokal. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat menjadi referensi untuk menggunakan kombinasi anestesi yang memiliki efek anestesi yang baik terhadap fisiologis tubuh kucing pada kondisi emergency care.

I.5 Hipotesis

Terdapat perbedaan frekuensi nafas dan denyut jantung kucing lokal pada kondisi sudden loss of blood terhadap pemberian kombinasi Ketamin-Xylazin dan Ketamin-Zoletil.

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

3

I.6 Ruang Lingkup Penelitian

Mengukur frekuensi nafas dan denyut jantung kucing lokal dari fase II sampai fase recovery terhadap pemberian kombinasi Ketamin-Xylazin dan Ketamin-Zoletil pada kondisi sudden loss of blood.

1.7 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai perbandingan kombinasi ketamin-xylazin dan ketamin-zoletil pada kondisi sudden loss of blood dengan menggunakan sampel kucing belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya tentang perbandingan kedua kombinasi anestesi tersebut dengan judul “Use of The Anesthetic Combination of Tilatemin, Zolazepam, Ketamine, and Xyalzine for Neutering Feral Cats” (Williams et al. 2002).

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Fisiologis Kucing

Kucing domestik adalah salah satu hewan karnivora sejati yang berada dalam satu famili Felidae dengan 37 spesies kucing lain yang antara lain mencakup cheetah, puma, jaguar, macan tutul, singa, lynx, dan harimau (Lariviere, 2013). Menurut perhimpunan pencinta kucing dunia terdapat kurang lebih 43 ras kucing yang sudah diakui (Triastuty 2006). Kucing lokal atau kucing kampung (Felis domestica) sulit disebut sebagai kucing bergalur murni secara genetik karena perkawinan hewan ini sulit diamati dan dikontrol, sehingga keturunan yang dihasilkan pun sudah tergolong campuran yang tidak jelas (Endrawati, 2005). Klasifikasi kucing kampung (Felis domestica) menurut Fowler (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Phylum : Chordata, Sub phylum : Vertebrata, Kelas : Mamalia, Ordo : Carnivora, Sub ordo : Conoidea, Famili : Felidae, Sub famili : Felinae, Genus : Felis, Spesies : Felis domestica. Kucing dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuhnya, lebih dari 50 % atau sekitar 20 spesies tergolong kucing kecil (small cat), 30 % atau sekitar 11 spesies termasuk kucing berukuran sedang dan sisanya sekitar 7 spesies termasuk kucing besar (big cats) (Endrawati, 2005).

Gambar 1. Kucing Lokal

Sumber : GeoChemBio.com/biology/organisms/cat - taxonomy , (2013).

Pemeriksaan fisik dari hewan penderita yang akan menjalani tindak pembedahan adalah langkah awal dalam penentuan potensi resiko dalam pelaksanaan pemberian anestesi. Evaluasi yang menyangkut cardiopulmonary, fungsi ginjal dan hepar merupakan hal khusus yang penting diketahui kondisinya (Sardjana dan Kusumawati, 2011). Sistem sirkulasi hewan terdiri dari suatu pompa empat ruang, yaitu jantung dan sistem pembuluh yang mengedarkan darah baik dari jantung (arteri) maupun ke jantung (vena). Jantung adalah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut. (Frandson, 1992). Sementara itu sistem respirasi memiliki 2 fungsi utama, yaitu sebagai penyedia oksigen bagi darah dan mengambil karbondioksida dari dalam darah. Pusat pernafasan adalah sekelompok neuron yang tersebar luas dan terletak bilateral medulla oblongata dan pons (Guyton, 1994).

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

5

Suhu tubuh adalah suhu bagian dalam (suhu inti), bukan suhu permukaan yang merupakan suhu kulit atau jaringan bawah kulit. Suhu inti relatif konstan kecuali bila terjadi demam, sedangkan suhu permukaan lebih dipengaruhi lingkungan (Guyton and Hall, 1997). Pada kedokteran hewan pengukuran suhu tubuh hewan khususnya kucing dengan menggunakan termometer yang diletakkan di rektum. Ketika melakukan pengukuran suhu melalu rektum lakukan saat tidak ada feses di dalam, agar suhu yang muncul melalui termometer menjadi wakil dari suhu tubuh keseluruhan. Suhu normal pada kucing yaitu 38,00C – 39,30C. Pada semua hewan, suhu tubuh berubah-ubah sepanjang hari, pada pagi hari suhu tubuh lebih rendah, tengah hari agak tinggi, dan mencapai puncak pada sore hari jam 18.00 (rentang suhu dalam sehari adalah ± 0,80C) (Sajuthi et al, 2012).

Frekuensi nafas dan denyut jantung normal pada kucing seperti disebutkan Ifianti (2001) disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Normal Kucing

Frekuensi Nafas/menit

Frekuensi Denyut Jantung/menit

Sumber

20-30 110-130 Armour Coy (USA) 20-30 110-130 Malkmus Opperman (1949) 20-30 110-130 Marek Mocsy (1951)

Sumber : Ifianti, (2001).

Sistem termostat dalam tubuh terdiri dari beberapa mekanisme penting

untuk menurunkan panas tubuh ketika suhu menjadi sangat tinggi, yaitu vasodilatasi pembuluh darah yang akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit, pengeluaran keringat, dan penurunan suhu tubuh dengan menghambat mekanisme penyebab peningkatan suhu tubuh. Sedangkan ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan suhu mengadakan prosedur yang sangat berlawanan, yaitu : vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh oleh rangsangan pusat simpatis hipothalamus posterior, piloereksi untuk membentuk lapisan tebal “isolator udara” di dekat kulit sehingga pemindahan panas ke lingkungan lebih ditekan, peningkatan pembentukan panas oleh sistem metabolisme dengan cara menggigil, rangsangan simpatis pembentukan panas dan sekreksi tiroksin. Rangsangan simpatis dengan pelepasan norepinephrin dan epinephrin akan meningkatkan kecepatan metabolisme jaringan dan meningkatkan aktivitas selular terutama pada jenis jaringan lemak coklat yang meningkatkan pembentukan panas (Guyton, 1994).

Saat hewan sakit, suhu kulit dapat tidak terbagi rata dan dapat lebih rendah atau lebih tinggi secara lokal atau secara umum. Pembagian panas yang tidak merata dapat terjadi pada demam tinggi, sakit umum, kedinginan, kelemahan jantung, dan lain sebagainya. Suhu kulit pada seluruh tubuh akan menurun menjelang kematian dan juga pada waktu kehilangan darah dalam jumlah besar (Sajuthi et al, 2012).

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

6

II.2 Sudden Loss of Blood

Darah merupakan gabungan dari cairan tubuh, sel-sel dan partikel menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena. Darah secara umum berperan dalam setiap fungsi utama tubuh, di dalam setiap organ dan jaringan tubuh. Darah berfungsi mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil buangan lainnya (Hariono dan Salasia, 2010). Volume darah kucing berkisar antara 4.7-6.9% berat badan. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume darah meliputi umur, status kesehatan, makanan, ukuran tubuh, derajat aktivitas dan lingkungan. Daerah pengambilan darah atau bleeding sites pada kucing dilakukan pada vena jugularis dan vena cephalica. Volume maximal darah yang keluar saat perdarahan pada kucing adalah 7,7 ml/kg (Mitruka dan Rawnsley, 1977). Darah adalah salah satu cairan yang sangat penting dalam mempertahankan kondisi fisiologis tubuh, sehingga saat terjadi trauma tubuh akan mengalamai syok hipovolemik akibat kehilangan volume darah secara tiba-tiba.

Sudden loss of blood adalah indikasi yang paling umum dilakukannya transfusi darah (Weingart et al, 2004). Sudden loss of blood sering terjadi pada kucing, terutama trauma akibat operasi. Gangguan hemostatik dapat timbul akibat penyakit hati atau koagulopati herediter (Tasker, 2006).

Pada kondisi sudden loss of blood, nilai Packed Cell Volume (PCV) terkadang tetap normal namun pada kondisi tertentu dapat pula menyebabkan peningkatan yang diakibatkan oleh kompensasi dari kontraksi limpa. Nilai Total Protein yang rendah pada pasien hipovolemik menunjukkan adanya kasus perdarahan darah yang akut. Emergency care pada anjing dan kucing dapat disebabkan oleh kecelakaan mobil, luka gigitan, luka bakar, serangan panas, keracunan, menelan benda asing, kejang, dan lain-lain (Ward, 2014).

Mekanisme dari sudden loss of blood yang disebabkan oleh trauma akan menimbulkan penurunan tekanan darah, tekanan nadi dan Cardiac Ouput. Keadaan ini akan merangsang baro reseptor yang ada di arkus aorta dan atrium yang kemudian mengaktifkan system simpatis sehingga terjadi peningkatan denyut jantung,vasokonstriksi pembuluh darah dan retribusi aliran darah dari organ non vital ke organ yang vital (yang dikorbankan antara lain aliran ke kulit, gastrointestinal, dan ginjal). Menurut Forindo, 2013 tahap-tahap kehilangan darah secara tiba-tiba beserta efek yang ditimbulkan disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. Tahap-Tahap Sudden Loss of Blood

Fisiologis Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kehilangan darah(%

volume darah)

Hingga 15% 15-30% 30-40% >40

Tekanan darah

Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi (dalam mmHg)

Naik Menurun Menurun Menurun

Sumber : Forindo, (2013).

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

7

II.3 Anestesi

Keadaan teranestesi dapat dihasilkan secara kimia dengan obat-obatan dan secara fisik melalui penekanan sensori pada syaraf. Obat-obatan anestetika umumnya diklasifikasikan berdasarkan rute penggunaannya, yaitu: 1). Topikal misalnya melalui kutaneus atau membrana mukosa; 2). Injeksi seperti intravena, subkutan, intramuskular, dan intraperitoneal; 3). Gastrointestinal secara oral atau rektal; dan 4). Respirasi atau inhalasi melalui saluran nafas (Tranquilli et al, 2007). Tujuan dari pemberian anestesi adalah mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dengan meminimalkan kerusakan beberapa organ tubuh terutama pada pasien dengan kondisi khusus, seperti: pada pasien tua, bayi atau penderita penyakit komplikasi selain itu tujuan anestesi juga untuk membuat hewan tidak terlalu banyak bergerak bila dibutuhkan relaksasi muskulus (Sardjana dan Kusumawati, 2004).

Tahapan anestesi sangat penting untuk diketahui terutama dalam menentukan tahapan terbaik untuk melakukan pembedahan, memelihara tahapan tersebut sampai batas waktu tertentu, dan mencegah terjadinya kelebihan dosis anestetikum. Tahapan anestesi dapat dibagi dalam beberapa langkah, yaitu: preanestesi, induksi, pemeliharaan, dan pemulihan (McKelvey dan Hollingshead, 2003). McKelvey dan Hollingshead (2003) dan Tranquilli et al, (2007) menyatakan bahwa untuk memonitor anestesi dilakukan pengamatan tahap-tahap anestesi umum. Kualitas status teranestesi dapat dilihat dari perubahan fisiologis sebagai tanda kedalaman anestesi. Berikut ini adalah tahapan dan indikasi status teranestesi oleh anestetika umum: 1. Fase/ tahapan I, Fase ini dimulai dari pemberian agen anestesi sampai

menimbulkan hilangnya kesadaran. Pada fase ini hewan masih sadar dan memberontak. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan denyut jantung, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi, dengan kecepatan respirasi normal (20-30x/menit).

2. Fase/tahapan II, fase ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan fase pembedahan. Pada fase ini adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak. Pernafasan tidak teratur, inkontinentia urin, muntah, midriasi, takikardia.

3. Fase/tahapan III plane 1, ditandai dengan pernafasan yang teratur yaitu 12-20x/mnt dan terhentinya anggota gerak. Tipe penafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva, dan kornea terdepres.

4. Fase/tingkatan III plane 2, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut.

5. Fase/tingkatan III plane 3, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.

6. Fase/tingkatan III plane 4, ditandai dengan respirasi tidak teratur, pupil midriasis, tonus muskulus menurun, refleks sphincter ani dan kelenjar air mata negatif.

7. Fase/tingkatan IV, fase ini disebut juga sebagai fase overdosis yang ditandai dengan respirasi apnea (berhenti), fungsi kardiovaskuler kolap, respon bedah atau insisi tidak ada, posisi bola berada di tengah, ukuran pupil dilatasi lebar, respon pupil (-), dan refleks tidak disusul dengan kematian hewan.

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

8

II.3.1 Atropin Atropin merupakan salah satu jenis premedikasi yang memiliki afinitas kuat

terhadap reseptor muskarinik serta terikat secara kompetitif, sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya pada reseptor muskarinik. Kerja obat ini secara umum berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila diteteskan ke dalam mata, maka kerjanya bahkan sampai berhari-hari. Kerja atropin pada beberapa fisiologis tubuh, yaitu menghambat semua aktivitas kolinergik pada mata, sehingga menimbulkan midriasis (dilatasi pupil), mata menjadi tidak bereaksi terhadap cahaya dan siklopegia (ketidakmampuan memfokus untuk penglihatan dekat) (Mycek et al, 2001).

Pada gastrointestinal, atropin digunakan sebagai obat anti spasmodik untuk mengurangi aktivitas saluran cerna, sebab atropin adalah salah satu obat yang memiliki sifat kuat dalam menghambat saluran cerna. Berefek pula pada kandung kemih dengan mengurangi keadaan hipermotilitas kandung kemih. Atropin dapat menghambat kerja kelenjar saliva sehingga timbul efek pengeringan pada lapisan mukosa mulut (serostomia). Kelenjar saliva sangat peka terhadap atropin, bahkan kelenjar keringat dan air mata juga dapat terganggu (Mycek et al. 2001). Atropin sulfat sebagai premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0,02-0,04 mg/kg, yang diberikan baik secara subkutan, intravena maupun intra muskuler (Plumb, 1998).

Farmakokinetik dari atropin yaitu atropin mudah diserap, sebagian dimetabolisme di dalam hepar, dan dibuang dari tubuh terutama melalui air seni. Adapun efek samping dari atropin tergantung dari dosis, atropin juga dapat menyebabkan mulut kering, penglihatan mengabur, takikardia, dan konstipasi. Efeknya terhadap sistem saraf pusat termasuk rasa capek, bingung, dan delirium (ketidakmampuan membedakan kondisi yang nyata dan halusinasi) yang dapat berlanjut menjadi depresi dan penyumbatan pada sistem pernapasan bahkan kematian (Mycek et al. 2001).

Atropin ini juga dapat menghambat bradikardia yang dapat ditimbulkan oleh obat kolinergik dan tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung, tetapi dapat menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin atau ester kolin yang lain. Pada dosis yang kecil memperlihatkan efek merangsang di susunan saraf pusat dan pada dosis toksik memperlihatkan depresi setelah melampaui fase eksitasi yang berlebihan (Syarif et al, 2011).

II.3.2 Ketamin Ketamin adalah anestesi umum non barbiturat yang bekerja cepat dan

termasuk dalam golongan fenyl cyclohexylamine dengan rumus kimia 2-(0-chlorophenil) – 2 (methylamino) cyclohexanone hydrochloride. Pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carsen pada tahun 1965. Ketamin mempuyai efek analgesi yang kuat akan tetapi memberikan efek hipnotik yang ringan. Ketamin merupakan zat anestesi dengan efek satu arah yang berarti efek analgesinya akan hilang bila obat itu telah didetoksikasi/diekskresi, dengan demikian pemakaian lama harus dihindarkan. Anestetik ini adalah suatu derivat dari phencyclidine suatu obat anti psikosa (Drajat, 1986).

Pemberian ketamin dapat diberikan dengan mudah pada penderita secara intramuskuler. Obat ini menimbulkan efek analgesia yang sangat baik dan dapat dikatakan sempurna dengan hanya diikuti tidur yang superfisial. Hal ini dapat dilihat pada penderita yang diberikan ketamin sering menunjukkan gerakan

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

9

spontan dari ekstrimitasnya walaupun pelaksanaan operasi telah dilakukan. Keadaan ini disebabkan titik tangkap kerjanya pada daerah kortek dari otak dibanding dengan obat anestesi lainnya yang titik tangkap kerjanya adalah reticular actifiting system dari otak (Dodman et al, 1984). Dosis ketamin pada kucing yaitu 10-30 mg/kg secara intra muskuler (Lumley,1990). Ketamin menyebabkan pasien dalam kondisi tidak sadar dalam durasi yang cepat namun mata masih tetap terbuka tetapi tidak memberikan respon rangsangan dari luar (Hilbery et al, 1992). Selain itu ketamin juga memiliki efek anestetikum yang dapat menekan hipotalamus sehingga menyebabkan penurunan temperatur tubuh (Plumb, 2005).

Sifat-sifat ketamin, yaitu larutan tidak berwarna, stabil pada suhu kamar, dan suasana asam (pH 3,5 – 5,5). Adapun farmakokinetik dari ketamin adalah sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi dan dihidrolisis dalam hati, kemudian dieksresi terutama dalam bentuk metabolik dan sedikit dalam bentuk utuh. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anestetik yang bagus, karena obat ini tidak merelaksasi muskulus bahkan kadang-kadang tonus sedikit meningkat. Efek puncak pada hewan umumnya tercapai dalam waktu 6-8 menit dan anestesi berlangsung selama 30-40 menit, sedang untuk pemulihan membutuhkan waktu sekitar 5-8 jam. (Gan, 1987; Kusumawati dan Sardjana, 2004).

Ketamin merupakan salah satu jenis anesthesi yang sering digunakan pada kucing untuk beberapa jenis operasi. Adapun dosis ketamin untuk kucing adalah 10-30 mg/KgBB (Kusumawati dan Sardjana, 2004) dan 10-15 mg/kgBB (Napier and Napier, 2009). Efek ketamin dapat merangsang simpatetik pusat yang akhirnya menyebabkan peningkatan kadar katekolamin dalam plasma dan meningkatkan aliran darah. Karena itu ketamin digunakan bila depresi sirkulasi tidak dikehendaki. Sebaliknya, efek-efek ini meringankan penggunaan ketamin pada penderita hipertensi atau stroke (Kusumawati dan Sardjana, 2004; Mycek et al, 2001). Kelemahan dari anastetika ini menyebabkan terjadinya depresi pernafasan dan tidak memberikan pengaruh relaksasi pada muskulus, yang karenanya sering dikombinasikan dengan obat yang mempunyai pengaruh terhadap relaksasi muskulus (Hellebrekers et al, 2011). II.3.3 Xylazin

Xylazin HCl merupakan senyawa sedatif golongan α2 adrenergik agonis yang bekerja dengan cara mengaktifkan central α2–adrenoreceptor (Thurmon et al. 1996). Xylazin memiliki rumus kimia 2-(2,6-xylodino)5,6-dihydro-4H-1,3-thiazin hydrochloride (Booth 1995). Xylazin menyebabkan penekanan sistem saraf pusat yang diawali dengan sedasi kemudian pada dosis yang lebih tinggi digunakan untuk hipnotis, sehingga akhirnya hewan menjadi tidak sadar dan teranestesi (Zulfadli, 2005).

Di dalam anestesi hewan, xylazin biasanya paling sering digunakan dengan kombinasi ketamin. Obat ini bekerja pada reseptor presinapsis dan pos-sinapsis dari sistem saraf pusat dan perifer sebagai agonis adrenergik. Xylazin menimbulkan efek relaksasi muskulus centralis. Selain itu, xylazin juga mempunyai efek analgesi. Xylazin menimbulkan kondisi tidur yang ringan bahkan sampai kondisi narkosis yang dalam, tergantung dari dosis untuk masing-masing spesies hewan. Reseptor α2 adrenoreceptor agonis mengerahkan efek penghambatan pada fungsi sistem saraf pusat melalui penghambatan pelepasan

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

10

neurotransmiter dari saraf simpatis. Hal ini menyebabkan aktivitas saraf simpatis menurun sehingga menurunkan tingkat kewaspadaan, menurunkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Reseptor α2 adrenoreceptor ditemukan di otot polos pembuluh darah arteri organ dan vena abdomen. Ketika α2 adrenoreceptor diaktifkan dapat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, selain itu α2 adrenoceptor dijumpai juga pada sistem kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, sistem saraf pusat, ginjal, sistem endokrin dan trombosit (Adams, 2001).

Obat ini banyak digunakan dalam subtansi kedokteran hewan dan sering digunakan sebagai obat penenang (sedasi), nyeri (analgesik) dan relaksasi otot rangka (relaksan otot). Pemberian xylazin sebagai preanestesi dapat memperpanjang durasi analgesi, mengurangi dosis anestesi dan memperpendek masa pemulihan. Pada kucing penggunaan kombinasi ketamin-xylazin menyebabkan perlambatan absorpsi ketamin sehingga eliminasi ketamin lebih lama, hal ini menyebabkan durasi anestesi lebih panjang (Waterman, 1983), pada kucing range dosis xylazin yang sering digunakan yaitu 1,0-2,0 mg/kg BB secara intra muskuler (Lumley 1990) dan 1-2 mg/kg BB (McLean, 1967). Xylazin dapat menyebabkan gejala bradikardia, arythmia, peningkatan tekanan sistem saraf pusat, pengurangan sistem sistolik, depresi respirasi (pengurangan frekuensi respirasi dan volume respirasi per menit) serta hipertensi yang diikuti dengan hipotensi (Zulfadli, 2005). Xylazin memiliki efek farmakologis yang sebagian besar terdiri dari penurunan cardiac output, sehingga terjadi penurunan frekuensi setelah kenaikan di awal injeksi pada tekanan darah kemudian dalam perjalanan dapat menyebabkan efek vasodilatasi pada tekanan darah yang juga dapat menyebabkan bradikardia, vomit, tremor, motilitas menurun tetapi kontraksi uterus meningkat pada betina, bahkan dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal seperti menghambat produksi insulin dan antidiuretic hormon (ADH). Xylazin juga menghambat efek stimulasi saraf postganglion. Pengaruh xylazin dapat dihambat dengan menggunakan antagonis reseptor adrenergik seperti atipamezole, yohimbine dan tolazoline (Kusumawati, 2011).

Kontraindikasi dari xylazin adalah tidak boleh digunakan pada hewan yang memiliki hipersensitivitas terhadap obat tersebut. Xylazin dapat diberikan secara intravena, intramuskular, dan subkutan. Pada ruminansia, xylazin dapat menyebabkan peningkatan sekresi saliva, meningkatkan risiko pneumonia aspirasi (pernafasan), tetapi dapat dihambat oleh kerja dari atropin (Kusumawati, 2011).

Efek xylazin pada fungsi respirasi biasanya tidak berarti secara klinis, tetapi pada dosis yang tinggi dapat mendepres respirasi sehingga terjadi penurunan volume tidal dan respirasi rata-rata (Plumb, 1991). Perubahan yang cukup jelas terlihat pada fungsi kardiovaskular. Awalnya segera setelah injeksi, tekanan darah akan meningkat, kemudian diikuti dengan konstriksi pembuluh darah kapiler. Sebagai reflek normal terhadap peningkatan tekanan darah dan pemblokiran saraf simpatis, frekuensi denyut jantung akan menurun sehingga menimbulkan bradikardi dan tekanan darah menurun mencapai level normal atau subnormal. Xylazin tidak dianjurkan pada hewan yang memiliki penyakit jantung, darah rendah, dan penyakit ginjal (Ramadhani, 2013).

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

11

II.3.4 Zoletil®

Zoletil® merupakan preparat anastesika injeksi yang baru yang terdiri dari tiletamin sebagai tranquilizer mayor dan zolazepam sebagai perelaksasi otot dengan perbandingan 1:1. Tiletamin merupakan golongan anestesi disosiatif yang berasal dari golongan fensiklidin, sedangkan zolazepam merupakan kelompok benzodiazepin yang dapat menyebabkan relaksasi otot (Gwendolyn, 2008).

Zoletil® dapat diberikan dengan mudah secara intramuskuler dan akan menghilangkan refleks penderita serta kesadaran penderita dalam waktu ± 5 menit sedangkan pada pemberian melalui intravena, hilangnya refleks dan kesadaran penderita akan dicapai dalam waktu ± 1 menit (Hilbery et al, 1992; Dana et al, 1998; Yin et al, 1998). Zoletil® merupakan bahan kimia larut lemak (Gunawan et al, 2009). Bahan kimia larut lemak akan berdifusi secara langsung melalui membran sel kapiler tanpa harus melewati pori-pori sehingga dapat merembes ke semua area membran kapiler. Kecepatan transport zat larut lemak lebih cepat dari pada zat yang tidak larut lemak (Guyton dan John, 2007).

Tiletamin di metabolisme dalam hati dan dieliminasi melalui urin dalam bentuk yang tidak aktif. Tiletamin memiliki efek pada sistem sirkulasi dan respirasi yang serupa dengan ketamin, selain itu efek yang ditimbulkan pada susunan saraf pusat sangat spesifik pada setiap spesies (Thurmon,1996). Durasi anestesi dari tiletamin lebih panjang dibandingkan dengan durasi anestesi dari ketamin, begitu juga dengan analgesia dari tilatemin (Gwendolyn, 2008). Tiletamin dapat menghasilkan efek kataleptik yang cepat, menghilangkan respon terhadap rangsangan, depresi respirasi, dan memiliki periode pemulihan panjang (Hall dan Kathy, 1991).

Zolazepam merupakan turunan benzodiazepin yang bebas dari aktivitas hambatan α adrenergik (Thurmon et al, 1996). Kombinasi dengan tiletamin dapat menyebabkan peningkatan penekanan pada sistem saraf pusat, selain itu juga dapat mencegah kekejangan dan memperbaiki relaksasi otot akibat tiletamin (McKelvey dan Wayne, 2003). Zolazepam dapat menimbulkan efek kelemahan pada saat pemulihan dari anestesi pada babi dewasa. Untuk meminimalkan hal tersebut maka penggunaan zoletil® harus dikombinasikan dengan ketamin. Selain itu dapat pula dikombinasikan dengan xylazin juga untuk meningkatkan efek sedasi dan analgesi pada kombinasi tersebut. (Lumb dan Jones, 2007).

Zoletil® dapat menyebabkan analgesia, tetapi visceral analgesia yang ditimbulkan tidak cukup untuk bedah abdomen mayor, kecuali jika ditambah dengan agen lain. Takikardia dan aritmia jantung dapat terjadi pada anestesi ringan, dan apabila digunakan pada dosis yang tinggi maka cardiac output akan berkurang secara signifikan. Zoletil® akan dimetabolisme oleh hati dan dieksresikan melalui ginjal (McKelvey dan Wayne, 2003).

Obat ini memberikan anestesi umum dengan waktu induksi yang singkat dengan kontraindikasi yang kurang, oleh karena itu zoletil® menjadi obat anestesi pilihan yang memberikan tingkat keamanan yang tinggi dan maksimal. Zoletil® secara umum dapat menyebabkan stabilitas hemodinamik pada dosis yang rendah. Selain itu zoletil® dapat memperbaiki reflek respirasi dan hipersalivasi seperti pada ketamin. Untuk memperbaiki kualitas induksi, melancarkan anestesi dan menurunkan dosis yang dibutuhkan untuk induksi, maka zoletil® dapat dikombinasikan dengan premedikasi, seperti acepromazin atau opioid (Gwendolyn, 2008).

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

12

Dosis pemberian premedikasi dengan atropin biasanya 15 menit sebelum pemberian zoletil®. Dosis zoletil® pada kucing 10-15 mg/kg BB (intramuskular) atau 5-7,5 mg/BB (intravena) dan durasi anastesi kurang lebih 20-60 menit bergantung pada dosis yang diberikan. Pengulangan pemberian dapat dilakukan 1/2 - 1/3 dosis inisial dan sebaiknya diberi melalui intravena, karena pemberian melalui intramuskuler akan menghilangkan refleks dan kesadaran penderita dalam waktu ± 3-6 menit sedangkan pemberian dengan cara intravena akan membuat hewan penderita mengalami kehilangan reflek dan kesadaran dalam waktu 1 menit (Kusumawati, 2011).

Dalam praktek zoletil® sebagai kontraindikasi pada kelinci karena efek tiletamin yang menyebabkan nephrotoxis dan juga dapat menyebabkan depresi pada susunan syaraf pusat serta memberikan efek anaestesi yang kurang baik (Dana et al, 1998). Selain itu penggunaan zoletil® tidak dianjurkan dengan kombinasi pemberian premedikasi derivat phenothiazine mengingat efek negatif yang terjadi pada cardiovascular dan depresi pernafasan serta terjadinya hypotermia (Sardjana et al, 1989).

Penanganan kesehatan hewan dalam praktek pada hewan domestik dan hewan kesayangan banyak dilaporkan, namun penanganan di bidang satwa liar masih dirasakan minim informasi yang dapat diperoleh, namun demikian Malley (1997) melaporkan bahwa zoletil® digunakan pada reptilia dengan hasil yang baik.

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

13

II.4 Alur Penelitian

Gambar 2 : Skema Alur Penelitian

Perlakuan yang sama

Sudden Loss of Blood

Injeksi Atropin Sulfat

Kelompok I Injeksi Kombinasi Ketamin-Xylazin

Kelompok II Injeksi Kombinasi Ketamin-Zoletil

Pengamatan Frekuensi nafas

dan Denyut Jantung

Pengamatan Frekuensi Nafas

dan Denyut Jantung

Pengolahan Data metode Rancangan Acak Kelompomk

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

14

III. METODE PENELITIAN

III.1 Metode

Pada penelitian ini menggunakan perhitungan data tidak berpasangan 6 sampel yang telah di seleksi berdasarkan kriteria-kriteria yang telah di tetapkan di bagi dalam 2 kelompok hewan yang masing-masing kelompok terdiri atas 3 sampel.

III.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Oktober tahun 2014. Lokasi penelitian bertempat di Ruang Bedah Klinik, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

III.3 Bahan penelitian

Sampel yang digunakan yaitu 6 ekor kucing lokal yang berumur ± 1,5 tahun dan sudah diadaptasi selama 1 minggu. Sediaan premedikasi atropine sulfat, dan sediaan kombinasi anestesi zoletil 50 (Virbac, Perancis), ketamine 10% (Ilium, Australia), alkohol 70%, xylazine 10% (Ilium, Australia) dan betadine.

III.4 Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan antara lain dijabarkan sebagai berikut : spuit (1 cc. 3 cc, 5 cc), penlight, gunting, tampon steril, stetoskop, termometer, torniket dan kandang pemeliharaan (3x1,5m) serta beberapa peralatan handling yang diperlukan berupa pita yang tidak mencederai area ikatan dan restraint.

III.5 Prosedur Penelitian

III.5.1 Persamaan Perlakuan Pada tahap awal, 6 ekor kucing jantan berumur ±1,5 tahun akan dibagi ke

dalam 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor kucing. Kemudian masing-masing kelompok akan di berikan perlakuan yang sama, yaitu pemeliharaan selama 1 minggu.

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

15

III.5.2 Sudden Loss of Blood Kucing akan diberikan perlakuan dalam kondisi perdarahan akut dengan

menghitung terlebih dahulu total volume darah yang diperoleh dari 5% berat badan kucing. Lalu setelah itu mengeluarkan darah sebanyak 15% dari volume total darah kucing melalui vena jugularis. III.5.3 Injeksi Kombinasi Anestesi

Masing-masing kelompok akan diinjeksikan premedikasi atropin sulfat dengan dosis 0,05 mg/kg BB. Kemudian diamati frekuensi nafas dan denyut jantung pada masing-masing kelompok tersebut setiap 5 menit. Setelah 15 menit, kelompok 1 akan dinjeksikan kombinasi ketamin (dosis 10 mg/kg)-xylazin (dosis 1 mg/kg) dan kelompok 2 akan diinjeksikan ketamin (dosis 10 mg/kg)-zoletil (dosis 10 mg/kg). Lalu dilakukan pengamatan pada frekuensi nafas dan denyut jantung setiap 5 menit pada masing-masing kelompok. III.5.4 Analisi Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode statistik rancangan acak kelompok. Jika hasil dari analisis P<0,05 yang berarti menunjukkan adanya perbedaan signifikan maka akan dilanjutkan uji ke-2 dengan menggunakan analisis Tukey .

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

16

0

50

100

150

5 1015202530354045505560

Fre

kue

nsi

WaktuDenyut Jantung Pa1

Frekuensi Nafas Pa1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kombinasi ketamin-xylazin dan ketamin-zoletil terhadap frekuensi nafas dan denyut jantung pada kucing lokal dalam kondisi sudden loss of blood atau kehilangan volume darah secara tiba-tiba. Penelitian ini menggunakan 6 ekor kucing jantan dengan usia ±1,5 tahun, selanjutnya kucing dibagi acak menjadi 2 kelompok lalu masing-masing sampel dalam kelompok akan dikondisikan dalam kondisi sudden loss of blood. Kemudian akan diberikan perlakuan pada masing-masing kelompok dengan atropin sulfat (0,05 mg/kg BB sc) sebagai premedikasi. Kelompok 1 diberikan perlakuan kombinasi anestesi ketamin 10 mg/kg BB im {10-30 mg/kg BB (Lumley, 1990)} dan xylazin 1 mg/kg im {1,0-2,0 mg/kg BB (Lumley, 1990)} . Kelompok 2 diberikan perlakuan kombinasi anestesi zoletil 10 mg/kg BB im {10-50 mg/kg (Kusumawati, 2011)} dan ketamin 10 mg/kg BB im. Pengamatan terhadap frekuensi nafas dan denyut jantung kucing dalam setiap 5 menit dari fase II hingga memasuki fase recovery. Pada penelitian dari masing-masing kucing di peroleh perbandingan frekuensi nafas dan denyut jantung dengan menggunakan metode statistik rancangan acak kelompok.

IV.1 Ketamin-Xylazin

Penelitian pada kelompok 1 terdiri dari 3 sampel, yaitu Pa1, Pb1, dan Pc1. Volume darah yang diambil untuk mengkondisikan pasien dalam kondisi sudden loss of blood adalah 15% dari volume darah total. 1. Sampel Pa1: Berat badan 3,4 kg, total volume darah: 170 ml, dan volume

darah yang diambil, yaitu 11 ml. 2. Sampel Pb1 : Berat badan 2,5 kg, total volume darah: 125 ml, dan volume

darah yang diambil, yaitu 18,75 ml. 3. Sampel Pc1 : Berat badan 3,9 kg, total volume darah: 195 ml, dan volume

darah yang diambil, yaitu 29,5 ml. Hasil pengamatan frekuensi nafas dan denyut jantung kucing lokal setelah

injeksi kombinasi anestesi ketamin-xylazin disajikan dalam grafik 1,2 dan 3.

F. II F. III F. III F. III F. II F. I P.1 P. 2 P.1

Grafik 1. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pa1 Hasil Kombinasi Ketamin-Xylazin pada Kondisi Sudden Loss of Blood

110-130/menit

20-30/menit

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

17

0

20

40

60

80

100

120

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Frre

kue

nsi

Waktu

Denyut Jantung Pb1

Frekuensi Nafas Pb1

0

50

100

150

200

250

300

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85

Frre

kue

nsi

Waktu

Denyut Jantung Pc1

Frekuensi Nafas Pc1

Keterangan : F. I = Fase II F. II = Fase II F. III = Fase III P. 1 = Plane 1 P. 2 = Plane 2 = Batas Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung yang normal

Pa1,Pb1,Pc1= Nama masing-masing sampel di kelompok 1

F. I F. II F.III F. III F. III F. II P.1 P.2 P. 1

Grafik 2. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pb1 Hasil Kombinasi Ketamin-Xylazin pada Kondisi Sudden Loss of Blood

F. II F. III F. III F. III F.II F. I

P.1 P.2 P.1

Grafik 3. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pc1 Hasil Kombinasi Ketamin-Xylazin pada Kondisi Sudden Loss of Blood

Pada grafik 1 dan 2 terlihat bahwa Pa1 dan Pb1 memasuki tahap recovery

pada menit ke-60 sehingga perhitungan dihentikan pada menit ke-60. Grafik 2 menunjukkan denyut jantung Pb1 berada di bawah dari range normal, yaitu 110-130/menit. Hal ini disebabkan karena sesaat sebelum dilakukan pengambilan darah, jumlah denyut jantung pada Pb1 telah mengalami sedikit penurunan dari range yang normal Setelah dilakukan analisis diperoleh data p<0,05 sehingga terdapat perbedaan signifikan jumlah denyut jantung per/menit pada Pb1.

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

18

0

20

40

60

80

100

120

140

160

5 20 35 50 65 80 95 110 125 140 155 170

Fre

kue

nsi

Waktu

Denyut Jantung Pa2

Frekuensi Nafas Pa2

Pada Pa1 dan Pc1 terlihat peningkatan denyut jantung di awal injeksi hal ini dipengaruhi oleh kondisi sudden loss of blood yang dapat meningkatkan denyut jantung. Pada fase III plane 1 frekuensi denyut jantung memasuki range yang normal, yaitu 110-130/menit.

Hal ini dipengaruhi oleh sifat xylazin yaitu menyebabkan bradikardia pada

denyut jantung. Pada Pa1 dan Pc1 yaitu terjadi penurunan respirasi yang terjadi pada fase II karena sifat xylazin yang dapat mendepres respirasi sehingga terjadi penurunan volume tidal dan respirasi rata-rata. Respirasi mulai memasuki range normal pada fase III plane 1 karena adanya efek dari atropin yang menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin lain.

IV.2 Ketamin-Zoletil

Penelitian pada kelompok 2 terdiri dari 3 sampel, yaitu Pa2, Pb2, dan Pc2. Volume darah yang diambil untuk mengkondisikan pasien dalam kondisi sudden loss of blood adalah 15% dari volume darah total. 1. Sampel Pa2 : Berat badan 2,8 kg, total volume darah: 140 ml, dan volume

darah yang diambil, yaitu 21 ml. 2. Sampel Pb2: Berat badan 3,3 kg, total volume darah: 165 ml, dan volume

darah yang diambil, yaitu 25 ml. 3. Sampel Pc2: Berat badan 3,3 kg, total volume darah: 165 ml. dan volume

darah yang diambil, yaitu 24 ml. Hasil pengamatan frekuensi nafas dan denyut jantung kucing lokal setelah

injeksi kombinasi anestesi ketamin-zoletil disajikan dalam grafik 4,5 dan 6.

F. II F. III F. III F. III F. II F. I

P. 1 P. 2 P. 1

Grafik 4. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pa2 Kombinasi Ketamin Zoletil pada Kondisi Sudden Loss of Blood

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

19

0

20

40

60

80

100

120

140

5 15 25 35 45 55 65 75 85 95 105

Fre

kue

nsi

Waktu

Denyut Jantung Pb2

Frekuensi Nafas Pb2

0

50

100

150

200

250

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Fre

kue

nsi

Waktu

Denyut Jantung Pc2

Frekuensi Nafas Pc2

F.II F. III F. III F. III F. II F. I P.1 P.2 P.1

Grafik 5. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pb2 Kombinasi Ketamin-Zoletil pada Kondisi Sudden Loss of Blood

F. III F. III F. III F. II P.1 P. 2 P. 1

Grafik 6. Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung Sampel Pc2 Kombinasi Ketamin-Zoletil pada Kondisi Sudden Loss of Blood

Pada analisis yang dilakukan pada ketiga sampel di atas diperoleh p<0,05

berarti terdapat perbedaan signifikan pada Pc2. Hal ini disebabkan karena

peningkatan respirasi pada Pc2 disebabkan pengaruh dari kondisi sudden loss of

blood yang didukung dengan kondisi stress. Stress yang dialami menyebabkan

syaraf panca indra akan mengirimkan signal ke Hypophyse sebagai sinyal ke

adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin dan cortisol. Hormon adrenalin

meningkatkan denyut jantung, dan peningkatan tekanan darah dan juga pasokan

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

20

energi. Pada Pa2 dan Pb2 terlihat adanya penurunan frekuensi nafas atau depresi

respirasi dari fase III Plane 1 hingga kembali ke fase I. Hal ini karena efek dari

zoletil yang terdiri dari tiletamin yang dapat menghasilkan efek kataleptik yang

cepat dan depresi respirasi.

IV.3 Perbandingan Rata-Rata (±SD) Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung

Perbandingan rata-rata frekuensi nafas dan denyut jantung antara kombinasi ketamin-xylazin dan ketamin-zoletil pada kucing lokal disajikan dalam tabel 7.

P1 (KX) P2 (KZ)

Waktu (menit)

Frekuensi Nafas

(x/menit)

Denyut Jantung(x/menit)

Frekuensi Nafas(x/menit)

Denyut Jantung(x/menit)

5’ 22,67±11,54 132 ±31,24 37,33 149,33±26,63 10’ 56±8,32 122,67±36,95 22,67 145,33±23,43 15’ 21,33±10,06 108±38,16 17,33 134,67±15,14 20’ 18,67±8,32 97,33±28,37 20 118,67±10,06 25’ 20 109,33±33,30 17,33 150,67±46,36 30’ 17,33±4,61 112±31,24 16 134,67±22,03 35’ 25,33±11,54 113,33±19,73 17,33 129,33±12,85 40’ 22,67±2,30 110,67±31,06 17,33 144,67±12,42 45’ 29,33±8,32 109,33±33,30 16 140±31,74 50’ 32±12 105,33±32,08 16 133,33±30,02 55’ 26,67±6,11 104±32,74 20 129,33±34,01 60’ 26,67±2,30 154,67±80,53 19,67 145,33±44,60 65 28 128 16 110 70 24 112 28 108 75 32 124 14 118 80 28 112 14 110 85 28 124 14 112 90 0 0 16 106 95 0 0 16 102 100 0 0 16 104 105 0 0 16 106 110 0 0 18 104 115 0 0 16 112 120 0 0 16 112 125 0 0 16 96 130 0 0 16 100 135 0 0 16 104 140 0 0 16 100 145 0 0 16 100 150 0 0 16 96 155 0 0 16 100 160 0 0 20 104 165 0 0 20 104 170 0 0 20 100 175 0 0 20 100 180 0 0 24 100

Tabel 7. Perbandingan Rata-Rata (±SD) Frekuensi Nafas dan Denyut Jantung

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

21

Keterangan : P1 = Perlakuan 1 P2 = Perlakuan 2 KX = Ketamin-Xylazin KZ = Ketamin-Zoletil

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada tabel diatas dengan menggunakan

metode statistik melalui metode rancangan acak kelompok diperoleh p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kombinasi tersebut. Kondisi Sudden loss of blood menyebabkan peningkatan denyut jantung sehingga kucing mengalami peningkatan denyut jantung di awal injeksi.

Hasil perbandingan frekuensi nafas dan denyut jantung antara kombinasi

anestesi ketamin-xylazin dan ketamin-zoletil disajikan dalam grafik 7 dan grafik 8.

Grafik 7. Perbandingan Frekuensi Nafas antara Kombinasi Anestesi Ketamin-

Xylazin dan Ketamin-Zoletil

Keterangan KX = Ketamin-Xylazin KZ = Ketamin-Zoletil Berdasarkan grafik di atas, frekuensi nafas rata-rata dari kombinasi anestesi ketamin-xylazin lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi anestesi ketamin-zoletil. Hal ini disebabkan karena tiletamin memiliki efek yang sama dengan ketamin terhadap respirasi yaitu dapat menghasilkan efek kataleptik yang cepat dan depresi respirasi.

0

10

20

30

40

50

60

51

5

25

35

45

55

65

75

85

95

105

115

125

135

145

155

165

175

Fre

kue

nsi

Waktu

Respirasi KX

Respirasi KZ

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

22

Grafik 8. Perbandingan Denyut Jantung antara Kombinasi Anestesi Ketamin-

Xylazin dan Ketamin-Zoletil

Berdasarkan grafik diatas, terlihat frekuensi denyut jantung rata-rata dari kombinasi anestesi ketamin-xylazin berada di bawah range normal dibandingkan dengan kombinasi anestesi ketamin-zoletil. Hal ini disebabkan karena kondisi Sudden loss of blood yang menyebabkan peningkatan denyut jantung di tunjang oleh kandungan zolazepam yang terdapat dalam zoletil merupakan turunan benzodiazepin yang bebas dari aktivitas hambatan α adrenergik, sehingga menunjang peningkatan denyut jantung hingga tahap recovery.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

5

20

35

50

65

80

95

110

125

140

155

170

Frre

kue

nsi

Waktu

Denyut Jantung KX

Denyut Jantung KZ

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

23

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perbandingan

kombinasi anestesi ketamin-xylazin dan ketamin-zoletil terhadap frekuensi nafas

dan denyut jantung tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sehingga

kedua kombinasi tersebut dapat digunakan untuk kondisi sudden loss of blood.

V.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk menggunakan kombinasi

ketamin-xylazin untuk kondisi sudden loss of blood. Kombinasi ketamin-zoletil kurang tepat di gunakan sebab menyebabkan depres respirasi. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan fisiologis kedua kombinasi tersebut pada tingkatan dosis anestesi dari kedua kombinasi tersebut.

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

24

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Jakarta (ID): FK UI.

Anonim.1996. How to Determine a Cat’s or Dog’s Age [artikel]. [12 Februari 2005].United States

Anonim. 2005. Cats of The World. http://www.jetwingwco.com/web_pages /education?lecture_series_mod4. html#..

Anonim.2008. Cat [internet]. [diunduh 2014 Feb 24]. http://a-z-animals.com/animals/cat/

Anonim. 2013. Ilmu Bioligi [internet]. [diunduh 2014 Feb 03]. http://ilmubiologi.com/urutan-takson-kucing.

Bourne, D. [tanpa tahun]. Tiletamine-Zolazepam (with special reference to Bears, Ferrets and Great Apes) [internet]. [diunduh 2014 Mar 02].http://wildpro.twycrosszoo.org/S/00Chem/ChComplex/Tiletamine-Zolazepam.htm#Pharmacokinetics

Chemical book. 2009. Tiletamin Produkt Beschreibung [internet]. [diunduh 2014 Mar 02]. http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_ DE_CB6934727.htm.

Dana, G., Prinyle, JK., and Smith, DA. 1998. Hand book of Veterinary Drug, Edisi ke-2. Description of Drugs for Small Animals.

Drajat, M.T. 1986 Kumpulan Kuliah Anestesiologi. Aksara Medisina, Salemba, Jakarta.

Endrawati, D. 2005. Studi Identifikasi Golongan Darah dan Kemungkinan Hubungannya Dengan Warna Rmbut Pada Kucing Kampung (Felis familliaris) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Farindo, FJ. 2013. Syok Hemoragic. [diunduh 2014 Juni 16]. http://id.scribd.com/doc/136290361/Syok-Hemoragic

Foss, MA., County, S., Stewart, N., County, K., Swift, J., and County, S. 2008. Cat anatomy and Physiology [internet], [diunduh 04 Februari 2014]. http://4h.wsu.edu/em2778cd/pdf/EM4289E.pdf

Fowler, ME. 1993. Wild Life Medicine Caurse. USA: Directorate General of Livestock Service.

Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi Ke 4. Srigando, B, Praseno, K (penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada Universiyy Press.

Gan, S. 1987. Farmakologi dan Terapi, edisi 3, Bagian Farmakologi FK UI, Jakarta, , hal 113.

Elysabeth. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gustrini, D. 2005. Gambaran Klinis Penggunaan Xylazine HCl Tunggal, Suatu Bahan Sedativum/Hipnotikum Pada Kucing. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Guyton, AC., and John, EH. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati, penerjemah; Luqman YR, editor. Jakarta : EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology.

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

25

Guyton, AC. 1994. Textbook of Medical Physiology, Edisi ke-7. Missoury: WB Saunders Co.

Hackner, SG. [tahun tidak diketahui]. Bleeding Disorders: Diagnostic Approach Simplified.New York.

Kasyadi. 2010. Patologi Klinik Veteriner. Yogyakarta (ID) : Samudra Biru. Hilbery, ADR., Waterman, AE., and Brouwer, GJ. 1992. Manual of Anaesthesia

for Small Animals Practise,Edisi ke-3. BritishSmall Animal Veterinary Association.

Hluchy, M et al. [tanpa tahun]. Clinical experience with the use of tiletamine and zolazepam (preparation zoletil) in anaesthesia in cats in surgery [internet]. [diunduh 2014 Mar 14]. University of Veterinary Medicine, Kosice (Slovak Republic.http://agris.fao.org/agrissearch/search.do?f=2000/SK/SK00003.xml;SK1999000655

Ifianti, M. 2001. Durasi dan Beberapa Aspek Fisiologi Pemakaian Anaestetikum Xylazine dan Ketmine Untuk Ovariohisterektomi Pada Kucing Lokal [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Kartha, D. 2012. Male Cat Behaviour [internet].[diunduh 2014 Feb 10]. http://www.buzzle.com/articles/male-cat-behavior.html

Kusumawati, D dan Sardjana, IKW. 2004. Anestesi Veteriner. Yogyakarta (ID):UGM

Hellebrekers and Hedenqvist. 2011. Handbook of Laboratory Animal Science, Edisi ke-3. United State of America.

Hilbery, ADR, Waterman, AE., and Brouwer, GJ. 1992. Manual of Anaesthesia for Small Animals Practise,Edisi ke-3. BritishSmall Animal Veterinary Association.

Lariviere, S. 2013. Feline. Encyclopaedia Britannica [internet]. [diunduh 2014 Feb 04]. http://global.britannica.com/EBchecked/topic/98895/feline.

Latimer et al.2003. Hematology Ranges. Edisi ke-4. Veterinary Laboratory Medicine : Clinical Patology.

Linnaeus. 1758. Mammal Species of The World [internet].[diunduh 2014 Mar 11]. http://www.departments.bucknell.edu/biology/resources/msw3/browse.asp?s=y&d=14000029.

Lumb, MV., and Jones, EW. 2007. Veterinary Anesthesia dan Analgesia, Edisi ke-3.USA: Blackwell Publishing.

Lumley, JSP., Green, CJ., Lear, P., and James, JEA. 1990. Essential of Experimetal Surgery. Butterwort & Co. London.

McKelvey, D and Hollingshead, KW. 2003. Veterinary Anesthesia and Analgesia, Edisi ke-3. Auburn, WA, U.S.A.

Mitruka, BM and Rawnsley, HM. (1977). Clinical, Biochemical and Haematological References Values in Normal Experimental Animals. USA : Masson Publishing,. Inc. New York, pp. 83-109.

Muyle, S. 2012. Overview of Dental Development [Internet]. [diunduh 2014 Feb 24].http://www.merckmanuals.com/vet/digestive_system/dental_development/overview_of_dental_development.html#v4719570.

McLean, S., Murphy, BP., Starmer, GA., and Thomas, J. (1967). Methaemoglobin formation induced by aromatic amines and amides. J. Pharm. Pharmacol., 19, 146-154.

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

26

Napier and Napier.2009. A Handbook of Living Primates [diunduh 2014 Nov 25]. Inverin, Co. Galway, Ireland.

Posner, LP. [tanpa tahun]. Veterinary Anesthesia and Analgesia. [diunduh 2014 Mei 09]. (propofol pdf)

Plumb, DC. 2005. Veterinary Drug Handbook. Minnesota: Pharma Vet Publishing.

Rahim, SA. 2013. Bedah Veteriner Umum Anestesi Umum [karya ilmiah]. [diunduh 2014 Mar 13].

Ruben, D. [tanpa tahun]. Ketamine (Ketaset®, Vetalar®, Vetaket®) [internet]. [diunduh 2014 Mar 03]. http://www.petplace.com/drug-library/ketamine-ketaset-vetalar-vetaket/page1.aspx

Sardjana, IKW. 2003. Penggunaan Zoletil dan Ketamin untuk Anestesi pada Felidae [penelitian]. Surabaya (ID): Unair.

Soepraptini, J., Widyayanti, K., dan Estoepangestie, ATS. 2011. Perubahan Bentuk Eritrosit pada Hapusan Darah Anjing Sebelum dan Sesudah Penyimpanan dengan Menggunakan Citrate Phosphate Dextrose. Surabaya (ID) : Fakultas Kedokteran Hewan Unair.

Syarif, A., Estuningtyas, A., Muchtar, A., Arif, A., Bahry, B., Suyatna, DF., Dewoto, HR., Utama, H., Darmansjah, I., and Nafrialdi. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5. Setiabudy R, Ilustrator. Jakarta (ID): Badan Penerbit FKUI.

Tasker, S. 2006. The Differential Diagnosis of Feline Anemia. United Kingdom: Department of Clinical Veterinary Science, University of Bristol Langford.

Tejolaksono, MN. [tahun tak diketahui]. Pengendalian Satwa Liar [internet]. [diunduh 2014 Mar 25]. http://id.scribd.com/doc/138673069/Pengendalian-Satwa-Liar

Tilley and Smith. 2000. Minute Veterinary Consult Ver 2, Edisi ke-5 : USA. Tranquilli, WJ et al. 2007. Veterinary Anesthesia and Analgesia, Edisi ke-4.

Ames: Blackwell. Triastuty, FN. 2006. Gambaran Darah Kucing Kampung (Felis domestica) di

Daerah Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Ward, EE. 2014. How can I provide first aid for cat injuries and emergency dog care[artikel]. [diunduh 2014 June 05]. https://mypeted.com/pet-health/articles/first-aid-for-dog-and-cat-emergency-care/.

Weingart, C., Giger, U., and Kohn, B. 2004 Whole blood transfusions in 91 cats: a clinical evaluation. Journal of Feline Medicine and Surgery 139-148.

Wicaksono, A. 2009. Anemia. [artikel]. [diunduh 2014 Mei 31]. http://id.scribd.com/doc/43720660/Anemia-Drh-Sunu.

Widodo, S., Sajuthi, D., Choliq, C., Wijaya, A., Wulansari, R., dan Lelalana, R.P.A. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Widodo S, editor. Bogor (ID) :IPB Pr.

Mycek, JM., Harvey, AR., Champe, CP. 2001. Farmakologi. Edisi ke-2. Jakarta (ID): Widya Medika.

Wibisono, DA. 2011. Pengaruh Pemberian Propofol 2,5 mg/kgBB Intravena terhadap Agregasi Trombosit [skripsi]. [diunduh 2014 Mei 17]. Semarang (ID): Universitas Dipenogoro.

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

27

Wiji, SDK., Rinjani, RR., Rahayu, MS., Prinando, M., dan Manan, RFA. 2010. Pengaruh Stress terhadap Suhu Tubuh, Denyut Jantung, dan Pernafasan Kucing Kampung (Felis Domestica) [karya ilmiah]. [diunduh 2014 Mar 13]. http://marwa89.wordpress.com/2010/03/02/pengaruh-stress-terhadap-suhu-tubuh-denyut-jantung-dan-pernafasan-kucing-kampung-felis-domestica/.

Williams et al. 2002. Use of the anesthetic combination of tiletamine, zolazepam, ketamine, and xylazine for neutering feral cats [diunduh 2014 Nov 30]. Journal. vol. 220 :Amerika.

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

LAMPIRAN

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

4.1 Ketamin-xylazine

1. Pa1

a. Pemeriksaan Klinis kucing

Signalement

Nama : Pa1

Jenis : Kucing Lokal

Jenis kelamin : Jantan

Warna bulu : Hitam dan putih

Umur : lebih dari 1,5 tahun

Berat Badan : 3,4 kg

Status Present

Perawatan : Di dalam kandang dengan ukuran 3x1 m.

Makanan : Friekies

Habitat : Jinak

Adaptasi : baik

Kulit dan Bulu

Aspek bulu : Bersih dan mengkilap

Kerontokan : rontok

Kebotakan : Tidak ada

Turgor kulit : Baik, <3 detik

Kepala dan leher

Ekspresi wajah : bereaksi waspada

Pertulangan kepala : kompak, tidak ada perubahan

Posisi tegak telinga : tegak keduanya

Mata dan Orbita kiri dan kanan

Palpebra : membuka sempurna

Cilia : tumbuh keluar

Konjuctiva : rose

Membran nictitans : Tersembunyi

Sclera : Putih

Cornea : jernih

Refleks Pupil : ada

Mulut dan Rongga Mulut

Rusak/Luka Bibir : Tidak ada

Mukosa : Rose

Lidah : Tidak ada kerusakan

Telinga

Posisi : Tegak keduanya

Bau : Tidak ada

Permukaaan Daun Telinga: Bersih, tidak ada kerak

Krepitasi : Tidak ada

Refleks panggilan : Ada

Leher

Perototan : Simetris, tidak ada kebengkakan

Trachea : Teraba

Esofagus : Teraba, tidak adanya sisa makanan

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Lymphonodus rethropharingealis

Kesimetrisan : Simetris

Langkah-langkah :

a. Kucing diberikan sedasi terlebih dengan menggunakan dosis :

Atropin : 0,05 mg/kgBB x 3,4 kg = 0,68 ml

0, 25 mg/ml

Ketamin : 10 mg/kg BB x 3,4 kg = 0,34 ml

100 mg/ml

Xylazin : 1 mg/kg BB x 3,4 kg = 0,17 ml

20 mg/ml

1. Kucing di berikan perlakuan sedasi terlebih dahulu dengan menggunakan dosis di atas.

2. Kombinasi Ketamin dan xylazine pada sampel ini di satukan dalam 1 spuit dengan

masing2 satu dosis, tetapi hanya di berikan setengah dosis dari hasil kombinasi tersebut.

3. Pengambilan darah di lakukan di vena jugularis dengan jumlah

Volume darah total = 5 x 3,4 kg = 0,17 x 100 170 ml

100

Perdarahan akut = 15 x 170 ml = 25 ml

100

4. Setelah pengambilan darah sesuai rumus kemudian di ambil kembali darah untuk

pemeriksaan darah pasca perdarahan akut. Namun pada penelitian ini hanya ada 9 ml.

Setelah pengambilan darah denyut jantung : 140/menit, suhu : 38,30C, CRT : Normal, dan

pernapasan : 92/menit. Di ambil lagi 3 ml pada menit ke-30. Jadi total kehilangan darah

11 ml.

5. Setelah itu kucing di tunggu 3-4 jam kemudian di lakukan penelitian anesthesi dengan

dosis seperti pada perhitungan di atas.

6. Atropin di berikan pada pukul 15.45 untuk sedas dan kemudian kombinasi ketamin-

xylazin. Pada pukul 16.28 ketamin di berikan top up ¼ dosis.

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

2. Pb1

a. Pemeriksaan Klinis kucing

Signalement :

Nama : Pb1

Jenis : Kucing Lokal

Jenis kelamin : Jantan

Warna bulu : Putih dan orange

Umur : lebih dari 1,5 tahun

Berat Badan : 2,5

Status Present

Perawatan : Di dalam kandang dengan ukuran 3x1 m.

Makanan : Friekies

Habitat : jinak

Suhu tubuh : 37,60C

Frekuensi denyut jantung : 108/menit

Frekuensi nafas : 60/menit

Adaptasi : baik

Kulit dan Bulu

Aspek bulu : Kusam

Kerontokan : rontok

Kebotakan : Tidak ada

Turgor kulit : Baik, <3 detik

Kepala dan leher

Ekspresi wajah : bereaksi waspada

Pertulangan kepala : kompak, tidak ada perubahan

Posisi tegak telinga : tegak keduanya

Mata dan Orbita kiri dan kanan

Palpebra : membuka sempurna

Cilia : tumbuh keluar

Konjuctiva : rose

Membran nictitans : Tersembunyi

Sclera : Putih

Cornea : jernih

Refleks Pupil : ada

Mulut dan Rongga Mulut

Rusak/Luka Bibir : Tidak ada

Mukosa : Rose

Lidah : Tidak ada kerusakan

Telinga

Posisi : Tegak keduanya

Bau : Tidak ada

Permukaaan Daun Telinga: Bersih, tidak ada kerak

Krepitasi : Tidak ada

Refleks panggilan : Ada

Leher

Perototan : Simetris, tidak ada kebengkakan

Trachea : Teraba

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Esofagus : Teraba, tidak adanya sisa makanan

Lymphonodus rethropharingealis

Kesimetrisan : Simetris

Langkah-langkah :

1. Sedasi atropin : 0,05 mg/kg x 2,5 kg = 0,5 ml

0,25 mg/ml

Xylazin : 1 mg/kg x 2,5 kg = 0,13 ml

20 mg/ml

Ketamin : 10 mg/kg x 2,5 kg = 0,25 ml

100 mg/ml

2. Pengeluaran darah

Volume darah total : 5 x 2,5 kg = 125 ml

100

Perdarahan akut : 15 x 125 ml = 18,75 ml

100

Pada pengambilan darah ini jumlah darah yang diambil melebihi yang seharusnya.

Data fisiologis kucing setelah perdarahan akut :

Suhu : 37,70C

Denyut Jantung: 132/menit

Pernapasan : 32/menit

Pulsus : 124/menit

CRT : Pucat

3. Dibiarkan sehari kemudian besoknya di anesthesi dengan dosis yang sama di atas.

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

3. Pc1

Signalement :

Nama :Pc1

Jenis : Kucing Lokal

Jenis kelamin : Jantan

Warna bulu : Orange

Umur : 1,5 tahun

Berat Badan : 3,9 kg

Status Present:

Perawatan : Di dalam kandang.

Makanan : Friekies

Habitat : jinak

Suhu tubuh : 38,10C

Frekuensi nadi : 132/menit

Frekuensi nafas : 28/menit

Adaptasi : baik

Kulit dan Bulu

Aspek bulu : Baik

Kerontokan : rontok

Kebotakan : Tidak ada

Turgor kulit : Baik, <3 detik

Kepala dan leher

Ekspresi wajah : bereaksi waspada

Pertulangan kepala : kompak, tidak ada perubahan

Posisi tegak telinga : tegak keduanya

Mata dan Orbita kiri dan kanan

Palpebra : membuka sempurna

Cilia : tumbuh keluar

Konjuctiva : rose

Membran nictitans : Tersembunyi

Sclera : Putih

Cornea : jernih

Refleks Pupil : ada

Mulut dan Rongga Mulut

Rusak/Luka Bibir : Tidak ada

Mukosa : Rose

Gigi Geligi

Lidah : Tidak ada kerusakan

Telinga

Posisi : Tegak keduanya

Bau : Tidak ada

Permukaaan Daun Telinga: Bersih, tidak ada kerak

Krepitasi : Tidak ada

Refleks panggilan : Ada

Leher

Perototan : Simetris, tidak ada kebengkakan

Trachea : Teraba

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Lymphonodus rethropharingealis

Kesimetrisan : Simetris

1. Sedasi atropin : 0,05 mg/kg x 3,9 kg = 0,78 ml

0,25 mg/ml

Xylazin : 1 mg/kg x 3,9 kg = 0,195 ml : 2 = 0,0975 ml

20 mg/ml

Ketamin : 10 mg/kg x 3,9 kg = 0,39 ml : 2 = 0,195 ml

100 mg/ml

2. Pengeluaran darah

Volume darah total : 5 x 3,9 = 195 ml

100

Perdarahan akut : 15 x 195 ml = 29,5 ml

100

Setelah pengambilan darah, CRT menjadi pucat dan tidak normal kemudian konjuctiva

menjadi pucat. Beberapa jam kemudian footpad menjadi pucat dan dingin.

Fisiologis setelah perdarahan akut :

Suhu : 38,30C

Nafas : 32/menit

Pulsus : 168/menit

Footpad menjadi dingin

3. Dibiarkan kurang lebih 3 jam sampai kucing mengalami recovery.

Setelah itu, kucing di injeksikan dengan kombinasi ketamin-zoletil

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

4.2 Ketamin-Zoletil

1. Pa2

Signalement :

Nama : Pa2

Jenis : Kucing Lokal

Jenis kelamin : Jantan

Warna bulu : Dasar hitam dengan strep2 putih

Umur : 1,5 tahun

Berat Badan : 2,8 kg

Status Present

Perawatan : Di dalam kandang.

Makanan : Friekies

Habitat : jinak

Suhu tubuh : 38,6

Frekuensi nadi : 140/menit

Frekuensi nafas : 40/menit

Adaptasi : baik

Kulit dan Bulu

Aspek bulu : Baik

Kerontokan : rontok

Kebotakan : Tidak ada

Turgor kulit : Baik, <3 detik

Kepala dan leher

Ekspresi wajah : bereaksi waspada

Pertulangan kepala : kompak, tidak ada perubahan

Posisi tegak telinga : tegak keduanya

Mata dan Orbita kiri dan kanan

Palpebra : membuka sempurna

Cilia : tumbuh keluar

Konjuctiva : rose

Membran nictitans : Tersembunyi

Sclera : Putih

Cornea : jernih

Refleks Pupil : ada

Mulut dan Rongga Mulut

Rusak/Luka Bibir : Tidak ada

Mukosa : Rose

Lidah : Tidak ada kerusakan

Telinga

Posisi : Tegak keduanya

Bau : Tidak ada

Permukaaan Daun Telinga: Bersih, tidak ada kerak

Krepitasi : Tidak ada

Refleks panggilan : Ada

Leher

Perototan : Simetris, tidak ada kebengkakan

Trachea : Teraba

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Lymphonodus rethropharingealis

Kesimetrisan : Simetris

1. Sedasi atropin : 0,05 mg/kg x 2,8 kg = 0,56 ml

0,25 mg/ml

Xylazin : 1 mg/kg x 2,8 kg = 0,14 ml : 2 = 0,07 ml

20 mg/ml

Ketamin : 10 mg/kg x 2,8 kg = 0,28 ml : 2 = 0,14 ml

100 mg/ml

2. Pengeluaran darah

Volume darah total : 5 x 2,8 kg = 140 ml

100

Perdarahan akut : 15 x 140 ml = 21 ml

100

Setelah pengambilan darah, CRT menjadi pucat dan tidak normal kemudian konjuctiva

menjadi pucat. Beberapa jam kemudian footpad menjadi pucat dan dingin.

3. Dibiarkan kurang lebih 3 jam sampai kucing mengalami recovery.

Dosis zoletil : 10 mg/kg x 2,8 kg = 0,56 ml

50 mg/ml

Setelah itu, kucing di injeksikan dengan kombinasi ketamin-zoletil

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

2. Pb2

Signalement :

Nama : Pb2

Jenis : Kucing Lokal

Jenis kelamin : Jantan

Warna bulu : Hitam putih

Umur : 1,5 tahun

Berat Badan : 3,3 kg

Status Present

Perawatan : Di dalam kandang

Makanan : Friekies

Habitat : jinak

Suhu tubuh : 38,40C

Frekuensi nafas : 72/menit

Adaptasi : baik

Kulit dan Bulu

Aspek bulu : Kusam

Kerontokan : rontok

Kebotakan : Tidak ada

Kepala dan leher

Ekspresi wajah : bereaksi waspada

Pertulangan kepala : kompak, tidak ada perubahan

Posisi tegak telinga : tegak keduanya

Mata dan Orbita kiri dan kanan

Palpebra : membuka sempurna

Cilia : tumbuh keluar

Konjuctiva : rose

Membran nictitans : Tersembunyi

Sclera : Putih

Cornea : jernih

Refleks Pupil : ada

Mulut dan Rongga Mulut

Rusak/Luka Bibir : Tidak ada

Mukosa : Rose

Lidah : Tidak ada kerusakan

Telinga

Posisi : Tegak keduanya

Bau : Tidak ada

Permukaaan Daun Telinga: Bersih, tidak ada kerak

Krepitasi : Tidak ada

Refleks panggilan : Ada

Leher

Perototan : Simetris, tidak ada kebengkakan

Trachea : Teraba

Lymphonodus rethropharingealis

Kesimetrisan : Simetris

1. Sedasi atropin : 0,05 mg/kg x 3,3 kg = 0,66 ml

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

0,25 mg/ml

Xylazin : 1 mg/kg x 3,3 kg = 0,165 ml : 2 = 0,0825 ml

20 mg/ml

Ketamin : 10 mg/kg x 3,3 kg = 0,33 ml : 2 = 0,165 ml

100 mg/ml

Pada tahap sedasi di berikan kombinasi ketamin xylazine masing2 setengah dosis

2. Pengeluaran darah

Volume darah total : 5 x 3,3 kg = 0,165 x 100 165 ml

100

Perdarahan akut : 15 x 165 ml = 24,75 ml 25 ml

100

3. Dibiarkan hanya beberapa jam setelah penelitian sekitar 3 jam lebih lalu di anestesi

dengan kombinasi ketamin-zoletil. Rumus dosis zoletil :

10 x 3,3 kg = 0,66 ml

50

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

3.Pc2

Signalement :

Nama : Pc2

Jenis : Kucing Lokal

Jenis kelamin : Jantan

Warna bulu : Orange

Umur : lebih dari 2 tahun

Berat Badan : 3,3 kg

Status Present:

Perawatan : Di dalam kandang dengan ukuran 3x1 m.

Makanan : Frieskies

Habitat : jinak

daptasi : baik

Kulit dan Bulu

Aspek bulu : Kusam

Kerontokan : rontok

Kebotakan : Tidak ada

Turgor kulit : Baik, <3 detik

Kepala dan leher

Ekspresi wajah : bereaksi waspada

Pertulangan kepala : kompak, tidak ada perubahan

Posisi tegak telinga : tegak keduanya

Mata dan Orbita kiri dan kanan

Palpebra : membuka sempurna

Cilia : tumbuh keluar

Konjuctiva : rose

Membran nictitans : Tersembunyi

Sclera : Putih

Cornea : jernih

Refleks Pupil : ada

Mulut dan Rongga Mulut

Rusak/Luka Bibir : Tidak ada

Mukosa : Rose

Lidah : Tidak ada kerusakan

Telinga

Posisi : Tegak keduanya

Bau : Tidak ada

Permukaaan Daun Telinga: Bersih, tidak ada kerak

Krepitasi : Tidak ada

Refleks panggilan : Ada

Leher

Perototan : Simetris, tidak ada kebengkakan

Trachea : Teraba

Esofagus : Teraba, tidak adanya sisa makanan

Lymphonodus rethropharingealis

Ukuran : Kecil, tidak ada perubahan

Lobulasi : Jelas

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Perlekatan : Tidak ada

Konsistensi : Kenyal

Suhu : Tidak panas

Kesimetrisan : Simetris

1. Sedasi

Xylazin : 1 mg/kg x 3,3 kg = 0,165 ml

20 mg/ml

Ketamin : 10 mg/kg x 3,3 kg = 0,33 ml

100 mg/ml

Pada anestesi ini menggunakan ketamin dengan 1 dosis ditambah setngah dosis

xyalazin

2. Pengeluaran darah

Volume darah total : 5 x 3,3 kg = 165 ml

100

Perdarahan akut : 15 x 165 ml = 24 ml

100

3. Dibiarkan sehari kemudian besoknya di anesthesi dengan dosis yang sama di atas.

Atropine : 0,05 mg/kg x 3,3 kg = 0,66 ml

0,25 mg/ml

Ketamin : 10 mg/kg x 3,3 kg = 0,33 ml

100 mg/ml

Zoletil : 10 mg/kg x 3,3 kg = 0,33 ml

50 mg/ml

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

GAMBAR

Persiapan Alat dan Bahan Pemeriksaan Fisik Awal

Pengambilan Darah melalui Volume Darah Yang Diambil Vena Jugular

Injeksi Kombinasi Anestesi Pemeriksaan Fisiologis Kucing

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

TABEL PENGAMATAN 1. Ketamin-Xylazin

SAMPEL 1 (Pa1)

Atropin

Ketamin-Xylazin

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Denyut Jantung 148/menit 144/menit 112/menit 92/menit 120/menit 132/menit 104/menit 120/menit 120/menit 108/menit 92/menit 144/menit

CRT 3 detik Normal Normal Normal Normal Normal normal Normal Normal normal normal Normal

Frekuens napas/respirasi

Pernapasan perut

16/menit

Pernapasan perut

16/menit

Pernapasan perut

20/menit

Pernapasan perut

16/menit

Pernapasan perut

20/menit

Pernapasan

perut 20/menit

Pernapasan perut

32/menit

Pernapasan perut

24/menit

Pernapasan perut

32/menit

Pernapan perut

44/menit

Pernapasan perut

28/menit

Pernapasan perut

28/menit

Tingkah laku Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi

Teranesthesi tetapi

ektremitas mulai

merasakan respon

sudah mulai mengangkat

kepala Kepala bergerak

Kepala bergerak

Mulai waspada

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15

Denyut Jantung 184/menit 160/menit 212/menit

CRT Normal Normal Normal

Frekuens napas/respirasi 40/menit 36/menit 48/menit

Tingkah laku

Masih bisa meronta, mengerang, dan berjalan dengan normal

Masih dalam keadaan sadar, mampu merespon keadaan

Masih merespon keadaan dan berjalan

Posisi Bola mata

Masih bergerak dan mengikuti objek

Masih bergerak dan mengikuti objek

Masih bergerak dan mengikuti objek

Ukuran Pupil Normal Normal Normal

Respon Pupil Masih ada respon Masih ada respon Masih ada respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Normal Normal Normal

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Posisi Bola mata Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Bergerak ke

atas Mengikuti

objek Mengikuti

objek

Mulai mengikuti

objek

Mulai bergerak

mengikuti objek

Mengikuti objek

Ukuran Pupil Dilatasi dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi dilatasi normal Normal normal normal normal

Respon Pupil Masih ada

respon Masih ada

respon Tidak ada respon (-)

Tidak ada respon (-)

(-) (-) Ada Respon Ada Respon Ada Respon Ada

Respon Ada Respon Ada Respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Masih ada refleks pada ekstremitas dan kelopak

mata

Masih terdapat

refleks pada kelopak

mata

Masih terdapat

refleks pada kelopak

mata

Kelopak mata masih ada

refleks

Kelopak mata masih ada refleks

Kepala mulai

bergerak

Kepala mulai

bergerak refleks otot

sudah membaik

Baik, ekstremitas dan kepala

telah bergerak

Mampu merespon

rangsangan

Sudah mampu

merespon keadaan

Mengeluarkan suara

Refleks sudah

sangat baik

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Sampel 2 (Pb1)

Atropin

Ketamin-Xylazin

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Denyut Jantung 96/menit 80/menit 68/menit 72/menit 72/menit 76/menit 100/menit 76/menit 72/menit 72/menit 80/menit 80/menit

CRT Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat

Frekuens napas/respirasi

Pernapasan dada

36/menit

Pernapasan dada

28/menit

Pernapasan perut

32/menit

Pernapasan perut

28/menit

Pernapasan perut

20/menit

Pernapasan

perut 20/menit

Pernapasan perut

32/menit

Pernapasan perut

24/menit

Pernapasan perut

36/menit

Pernapan perut

32/menit

Pernapasan perut

32/menit

Pernapasan perut

28/menit

Tingkah laku Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Kepala

mulai bergerak

Posisi Bola mata Tengah Tengah Tengah tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah

Ukuran Pupil Normal Normal Normal dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi normal Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Respon Pupil Ada respon Ada Respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15

Denyut Jantung 156/menit 156/menit 120/menit

CRT Pucat Pucat Pucat Frekuens

napas/respirasi 40/menit 60/menit 44/menit

Tingkah laku

Masih bisa meronta, mengerang, dan berjalan dengan

normal

Masih dalam keadaan sadar, mampu merespon keadaan

Masih merespon keadaan dan berjalan

Posisi Bola mata Masih bergerak dan

mengikuti objek Masih bergerak dan mengikuti

objek Masih bergerak dan

mengikuti objek

Ukuran Pupil Normal Normal Normal Respon Pupil Masih Ada Respon Masih Ada Respon Masih Ada Respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Normal Normal Normal

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Fisiologis

Waktu (Menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Kekejangan Otot

dan Refleks

Masih ada refleks pada ekstremitas dan kelopak

mata

Masih terdapat

refleks pada kelopak mata

Masih terdapat

refleks pada kelopak

mata

Kelopak mata masih ada refleks

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Mulai menggerakkan kelopak mata dan merespon

rangsangan Suhu 38,70C 35,60C 35,60C

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Sampel 3 (Pc1)

Atropin

Ketamin-Xylazin

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45

Denyut Jantung 152/menit 144/menit 144/menit 128/menit 136/menit 128/menit 136/menit 136/menit 136/menit

CRT Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Pucat,3 detik Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Pucat,3 detik Pucat

Frekuens napas/respirasi

16/menit 12/menit 12/menit 12/menit Na 12/menit 12/menit 20/menit 20/menit

Tingkah laku Masih aktif Teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi

Posisi Bola mata Tengah Tengah Tengah tengah Tengah Tengah Tengah tengah Tengah

Ukuran Pupil Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi

Respon Pupil Ada Respon Ada respon Ada respon Tidak ada Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Masih ada Masih ada

Tidak ada respon

Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon

Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon

Suhu 38,80C 37,60C 38,30C 380C 36,70C 37,30C 37,30C 36,60C 36,60C

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 Denyut Jantung 176/menit 164/menit 132/menit

CRT Pucat, 3 detik Pucat Pucat

Frekuens napas/respirasi 32/menit

Perut 40/menit

Perut 36/menit

Tingkah laku Masih aktif Masih aktif Masih aktif

Posisi Bola mata Normal (mengikuti

objek) Normal (Mengikuti

objek) Normal (Mengikuti

objek)

Ukuran Pupil Dilatasi Dilatasi Dilatasi

Respon Pupil Ada respon Ada respon Ada respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Normal Normal Normal

Suhu 37,10C 38,00C 38,00C

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Fisiologis Waktu (Menit)

50 55 60 65 70 75 80 85

Denyut Jantung 136/menit 140/menit 240/menit 128/menit 112/menit 124/menit 112/menit 124/menit

CRT Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat

Frekuens napas/respirasi

20/menit 20/menit 24/menit 28/menit 24/menit 32/menit 28/menit 28/menit

Tingkah laku Teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Mulai sadar Terbangun Sudah terbangun

Posisi Bola mata Tengah Bergerak Bergerak Mengikuti objek Bergerak Mengikuti objek Bergerak mengikuti objek Mengikuti objek

Ukuran Pupil Dilatasi Dilatasi Dilatasi Latasi berkurang Latasi berkurang Latasi berkurang Latasi berkurang Latasi berkurang

Respon Pupil Tidak ada respon Ada respon Ada respon 65 70 75 80 85

Kekejangan Otot dan Refleks

Kelopak mata

merespon

Kelopak mata merespon

Reflek mata ada 128/menit 112/menit 124/menit 112/menit

124/menit

Suhu 35,80C 35,40C 35,40C Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

2. Ketamin-Zoletil

Sampel 1 (Pa2)

Atropin

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 Denyut Jantung 100/menit 104/menit 104/menit

CRT Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik

Frekuens napas/respirasi 20/menit

Perut 24/menit

Perut 20/menit

Tingkah laku Masih aktif Aktif Tenang tapi masih

bergerak

Posisi Bola mata Normal (mengikuti

objek) Normal (Mengikuti

objek) Normal (Mengikuti

objek) Ukuran Pupil Normal Normal Normal Respon Pupil Ada respon Ada respon Ada respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Normal Normal Normal

Suhu 36,10C 36,30C 36,00C

Ketamin-Zoletil

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Denyut Jantung 136/menit 136/menit 128/menit 128/menit 128/menit 124/menit 124/menit 124/menit 128/menit 116/menit 116/menit 128/menit

CRT Pucat, 3 detik Pucat, 3

detik Pucat, 3

detik Pucat,3

detik Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik

Pucat, 3 detik

Pucat,3 detik Pucat, 3

detik Pucat, 3

detik Pucat, 3

detik Pucat 3 detik

Frekuens napas/respirasi

24/menit 8/menit 8/menit 12/menit Perut

12/menit

perut

12/menit

Perut 12/menit

perut 12/menit

Pernapasan perut

12/menit

Pernapan perut

12/menit

Pernapasan perut

12/menit

Pernapasan perut

12/menit

Tingkah laku

Tenang tetapi masih ada sedikit pergerakan pada

ekstremitas

Tenang tetapi masih ada sedikit pergerakan

Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi

Posisi Bola mata Tengah Tengah Tengah tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah

Ukuran Pupil Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi

Respon Pupil Ada respon Ada respon Tidak ada Tidak ada - - Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Fisiologis

Waktu (Menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Kekejangan Otot dan Refleks

Ada refleks di ekstremitas

posterior

Ada

pergerakan sedikit

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Kaki mulai bergerak

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Suhu 360C 36,40C 360C 36,40C 36,30C 36,30C 36,20C 360C

Fisiologis Waktu (Menit)

65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 Denyut Jantung

112/menit 116/menit 116/menit 116/menit 120/menit 112/menit 108/menit 108/menit 116/menit 112/menit 112/menit 112/menit

CRT Pucat, 3

detik Pucat, 3

detik Pucat, 3 detik Pucat 3 detik Pucat, 3 detik

Pucat, 3 detik

Pucat, 3 detik Pucat 3 detik Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Pucat, 3

detik Pucat 3 detik

Frekuens napas/respirasi

Pernapasan perut

12/menit

Pernapan perut

12/menit

Pernapasan perut

12/menit

Pernapasan perut

12/menit

Pernapasan perut

12/menit

Pernapan perut

12/menit

Pernapasan perut

12/menit

Pernapasan perut

12/menit

Pernapasan perut

12/menit

Pernapan perut

16/menit

Pernapasan perut

16/menit

Pernapasan perut

16/menit

Tingkah laku Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi

Posisi Bola mata

Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah

Ukuran Pupil Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi

Respon Pupil Ada respon

Mata tertutup

membran nictitans

Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Membran nictitans menutup

Membran nictitans menutup

Membran nictitans menutup

Kekejangan Otot dan Refleks

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Daun telinga bergerak sesekali

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Daun telinga

bergerak Suhu 35,40C 35,10C 35,10C 34,90C 350C 34,90C 34,90C 34,70C 34,70C 34,50C 34,60C 34,60C

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Fisiologis Waktu (Menit)

125 130 135 140 Denyut Jantung 96/menit 100/menit 104/menit 100/menit

CRT Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Pucat 3 detik

Frekuens napas/respirasi

Pernapasan perut 16/menit

Pernapan perut 16/menit

Pernapasan perut 16/menit

Pernapasan perut 16/menit

Tingkah laku Teranestesi Teranestesi Teranestesi Teranestesi

Posisi Bola mata Tengah Tengah Tengah Tengah

Ukuran Pupil Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi

Respon Pupil Ada respon Ada respon Membran

nictitans menutup Ada respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Ada respon pada engsel

Ada respon pada engsel

Telinga bergerak Telinga bergerak

Suhu 34,40C 34,40C 34,40C 34,40C

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Sampel 2 (Pb2)

Atropin

Ketamin-Zoletil

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Denyut Jantung 132/menit 128/menit 124/menit 120/menit 120/menit 120/menit 120/menit 116/menit 116/menit 116/menit 104/menit 112/menit

CRT Pucat

Pucat

Pucat

Pucat

Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat

Frekuens napas/respirasi

28/menit 16/menit 16/menit 16/menit 12/menit 12/menit 16/menit 16/menit Pernapasan

perut 12/menit

Pernapan perut

16/menit

Pernapasan perut

16/menit

Pernapasan perut

20/menit

Tingkah laku Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi

Posisi Bola mata

Tengah (Membran nictitans

mulai menutup)

Tengah (Membran nictitans

mulai menutup)

Tengah (membran nictitans menutup)

tengah tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah

Ukuran Pupil Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi

Respon Pupil Ada Ada Tidak ada

respon pupil Tidak ada

respon pupil Tidak ada

respon Tidak ada

respon Tidak ada

respon Tidak ada

respon Tidak ada

respon Tidak ada

respon Tidak ada

respon Tidak ada

respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Tidak ada respon

Tidak ada

respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Suhu 37,90C 37,70C 36,90C 37,40C 37,00C 37,10C 36,90C 36,70C 36,10C 36,40C 36,40C 36,40C

Fisiologis Waktu (Menit) 5 10 15

Denyut Jantung 132/menit 128/menit -/menit

CRT Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Pucat, 3 detik Frekuens napas/respirasi 32/menit 28/menit 44/menit

Tingkah laku Masih aktif Masih aktif Masih aktif Posisi Bola mata Mengikuti objek Mengikuti objek Mengikuti objek

Ukuran Pupil Normal Normal Normal

Respon Pupil Ada respon Ada respon Ada respon Kekejangan Otot dan

Refleks Normal Normal Normal

Suhu 37,60C 37,50C 36,90C

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Fisiologis Waktu (Menit)

65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 Denyut Jantung 108/menit 100/menit 120/menit 104/menit 104/menit 96/menit 100/menit 96/menit 96/menit 96/menit

CRT Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat Pucat

Frekuens napas/respirasi

Pernapasan perut

20/menit

Pernapan perut

16/menit

Pernapasan perut

16/menit

Pernapasan perut

16/menit

Pernapasan perut

16/menit

Pernapan perut 20/menit

Pernapasan perut 20/menit

Pernapasan perut 20/menit

Pernapasan perut 20/menit

Pernapan perut 20/menit

Tingkah laku Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi

Posisi Bola mata Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah

Ukuran Pupil Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi

Respon Pupil Tidak ada

respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Ekstremitas merespon

Ekstremitas merespon

Ekstremitas merespon

Ekstremitas merespon

Ekstremitas merespon

Ekstremitas merespon

Ekstremitas merespon

Ekstremitas merespon

Ekstremitas mulai bergerak tanpa di

rangsang

Ekstremitas mulai bergerak tanpa di

rangsang Suhu 36,00C 36,00C 36,00C 360C 36,0C 35,60C 35,30C 35,10C 35,40C 35,20C

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 14006 › Skripsi Titin Tambing.pdf... SKRIPSI - Universitas Hasanuddinmembutuhkan obat anestesi yang dapat memberikan

Sampel 3 (Pc2)

Atropin

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 Denyut Jantung 112/menit 128/menit 132/menit

CRT Pucat Pucat Pucat Frekuens napas/respirasi 84/menit 64/menit 88/menit

Tingkah laku Masih aktif Masih aktif Tenang tapi masih

bergerak Posisi Bola mata Mengikuti objek Mengikuti objek Mengikuti objek

Ukuran Pupil Normal Normal Normal

Respon Pupil Ada respon Ada respon Ada respon Kekejangan Otot dan

Refleks Normal Normal Normal

Suhu 37,20C 38,60C 37,60C

Ketamin-Zoletil

Fisiologis Waktu (Menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Denyut Jantung 180/menit 172/menit 152/menit 208/menit 204/menit 160/menit 144/menit 144/menit 176/menit 168/menit 168/menit 196/menit

CRT Pucat Pucat Pucat Pucat Normal normal normal normal Normal Normal Normal Normal

Frekuens napas/respirasi

60/menit 44/menit 28/menit 32/menit perut

28/menit

perut

24/menit

perut 24/menit

perut 24/menit

Pernapasan perut

24/menit

Pernapan perut

20/menit

Pernapasan perut

32/menit

Pernapasan perut

72/menit

Tingkah laku Sempoyongan dan merespon

rangsangan Teranesthesi Teranesthesi teranesthesi teranesthesi teranesthesi Teranesthesi teranesthesi Teranesthesi Teranesthesi teranesthesi

Kepala mulai

bergerak

Posisi Bola mata Mengikuti

objek Tengah Tengah tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah Tengah

Mengikuti objek

Ukuran Pupil Normal Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Dilatasi Normal Respon Pupil Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon Ada respon

Kekejangan Otot dan Refleks

Masih mampu merespon

kejang-

kejang pada ekstremitas

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada Mulai

merasakan rangsangan

Lidah mulai bergerak

Ekstremitas mulai

bergerak sesekali

Menggerakkan kepala dan leher

Suhu 37,60C 38,10C 38,10C 38,00C 37,80C 37,80C 37,40C 37,50C 37,80C 37,70C 37,10C 36,80C