95
DAYA HAMBAT XYLITOL TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME RONGGA MULUT (STREPTOCOCCUS MUTANS, STAPHYLOCOCCUS AUREUS, DAN CANDIDA ALBICANS) STUDI IN VITRO SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BAGIAN ORAL BIOLOGI MAKASSAR 2014

repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

DAYA HAMBAT XYLITOL TERHADAP PERTUMBUHAN

MIKROORGANISME RONGGA MULUT (STREPTOCOCCUS MUTANS,

STAPHYLOCOCCUS AUREUS, DAN CANDIDA ALBICANS)

STUDI IN VITRO

SKRIPSI

Fuad Aslim

J11110120

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BAGIAN ORAL BIOLOGI

MAKASSAR

2014

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

i

DAYA HAMBAT XYLITOL TERHADAP PERTUMBUHAN

MIKROORGANISME RONGGA MULUT (STREPTOCOCCUS MUTANS,

STAPHYLOCOCCUS AUREUS, DAN CANDIDA ALBICANS)

STUDI IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Hasanuddin

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Fuad Aslim

J11110120

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BAGIAN ORAL BIOLOGI

MAKASSAR

2014

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Daya hambat xylitol terhadap pertumbuhan mikroorganisme rongga

mulut (Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Candida

albicans) studi in vitro

Oleh : Fuad Aslim/ J11110120

Telah Diperiksa dan Disahkan

Pada Tanggal 3 Juni 2014

Oleh:

Pembimbing

drg. A. St. Asmidar Anas, M. Kes

NIP. 19570213 198503 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

Prof. Drg. H. Mansjur Natsir, Ph. D

NIP. 19540625 198403 1 001

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang tercantum namanya di

bawah ini:

Nama : Fuad Aslim

Nim : J11110120

Judul Skripsi : Daya hambat xylitol terhadap pertumbuhan mikroorganisme

rongga mulut (Streptococcus mutans, Staphylococcus

aureus, dan Candida albicans) studi in vitro.

Menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan adalah judul yang baru dan

tidak terdapat di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin.

Makassar, 3 Juni 2014

Staf Perpustakaan FKG-UH

Nuraeda A, Sos

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

nikmat yang diberikan, nikmat kesehatan, kekuatan, nikmat apapun itu yang

hingga detik ini kita masih dapat mengenyam nikmatnya ilmu pengetahuan

sehingga skripsi yang berjudul “Daya Hambat Xylitol terhadap Pertumbuhan

Mikroorganisme Rongga Mulut (Streptococcus mutans, Staphylococcus

aureus, dan Candida albicans) studi In Vitro” ini dapat terselesaikan dengan

penuh perjuangan dan do’a, sekaligus menjadi syarat untuk menyelesaikan

pendidikan strata satu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Begitu pula shalawat dan taslim atas junjungan nabi besar kita Muhammad

SAW, nabi yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam terang

benderang, beserta orang-orang yang senantiasa istiqamah dijalannya.

Dengan selesainya skripsi ini penulis meyampaikan rasa terima kasih yang

tak terhingga kepada drg. A. St. Asmidar anas, M. Kes selaku pembimbing yang

telah mendampingi penulis dalam penyususnan skripsi ini. Petunjuk, saran, dan

motivasi dari pembimbing kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselaikan

dengan baik.

Ucapan terima kasih dan rasa cinta sedalam-dalamnya kepada kedua orang

tua penulis, ayahanda AKP Alimuddin Jafar, ibunda AKP. Hj. Asma

Aburaera,S.Psi, dan adinda tercinta Dwidyawati Aslim (semoga menjadi

polwan yang amanah), Tante Yoyo, Om Puput, Tante Fatma, Om Jamal,

Briptu Lutfi, Brigpol Nasution, Mukhlas, serta seluruh keluarga besar penulis

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

v

atas segala dukungan, do’a, kesabaran, dan pengorbanannya, serta bantuan moril

dan materil yang tak terhitung jumlahnya sehingga menjadikan penulis, Insya

Allah menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Penulis yakin bahwa

apa yang mereka berikan tiada sebanding dan tak terbalaskan dengan apapun.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan berkah-Nya.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Hasanuddin dan Kepala Laboratorium Biofarmaka atas

perizinan yang diberikan sehingga penulis dapat melakukan eksperimen, terutama

untuk Kak Ichi dan kak Yayu atas arahan dan bimbingannya selama penulis

melakukan penelitian di laboratorium.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini adalah berkat bantuan yang

penulis terima dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Drg. H. Mansjur Natsir, Ph. D sebagai Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuannya selama

penulis mengikuti pendidikan.

2. Drg. Fonny Dahong dan drg. Surijana Mappangara sebagai penasehat

akademik yang telah mengarahkan penulis dalam proses perkuliahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan baik.

3. Seluruh Dosen, Staf Akademik, dan Staf Tata Usaha Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, terkhusus seluruh Dosen

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

vi

bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik dalam

pembuatan skripsi ini.

4. Teman-teman Atrisi 2010 atas dukungan penuh dan semangat yang terus

diberikan kepada penulis. Tak lupa pula terima kasih untuk kanda-kanda

Insisal 2009, adik-adik Oklusal 2011, serta Mastikasi 2012.

5. Teman-teman pengurus Majelis Permusyawaratan Mahasiswa dan

Badan Eksekutif Mahasiswa FKG Unhas periode 2012-2013, HmI

Komisariat Kedokteran Gigi Unhas, Persatuan Senat Mahasiswa

Kedokteran Gigi Indonesia Periode 2012-2014.

6. Teman-teman seperjuangan bagian Oral Biologi, Rezki Yunita Sari,

Andini Febrianty, Siti Rahma Lukman, Fitriani, Muh. Kamil Nur,

Soelistia Ramadhani, Puji Rahayu, dan terkhusus untuk Muh. Hariadi

Putranto yang tak kenal lelah membantu penulis dalam proses penelitian.

7. Teman-teman International Student Exchange Sydney-Australia,

Abang Zul, Nana, Mega, Taqim, Rahma, Nanda, Aisyah, Yaya, Iban,

Merry, Syifa, Rini, Khaidir dan terkhusus untuk Ridhayani Hatta yang

selalu mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi.

8. Teman-Teman KKNPK Angkatan 45 Unhas, posko Desa Moncongloe

Bulu-Maros, Yusma, Dede, Sari, Ririn, dan Vitalis.

9. Kanda-kanda senior kak Husnul Basyar, Alfian Riadiantoro, Abadi

Abdillah, Edward Kefas, Adnan Alimasi, Rizal, Thalib Rifky, Azizul

Hakim atas nasehat dan dukungannya.

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

vii

10. Teman-temanku tercinta Baiq, Desar, Amma, Tya, Ditha, Dini, Jojo,

Ulla, Icha, Ebenk, Nur Haerani, Ady, Ipeh, Afat yang telah menjadi

tempat berbagi suka dan duka.

11. Teman-teman mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

atas bantuannya selama penelitian.

Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bantuan, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan yang berlipat

ganda.“Tak ada gading yang tak retak,” mungkin itulah peribahasa yang tepat

untuk menggambarkan bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas kontribusinya baik

berupa saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya

kepada kita semua dan apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua, Amin.

Makassar, 3 Juni 2014

Penulis

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

viii

DAYA HAMBAT XYLITOL TERHADAP PERTUMBUHAN

MIKROORGANISME RONGGA MULUT (STREPTOCOCCUS MUTANS,

STAPHYLOCOCCUS AUREUS, DAN CANDIDA ALBICANS)

STUDI IN VITRO

Fuad Aslim

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Unhas

ABSTRAK

Latar belakang: Ada lebih dari 700 spesies mikroorganisme yang hidup di dalam rongga mulut dan hampir seluruhnya merupakan flora normal, antara lain Streptococcus mutans(S.mutans), Staphylococcus aureus(S.aureus), dan Candida albicans(C.albicans). Namun, pada keadaan tertentu dapat menjadi patogen oportunistik sehingga membentuk biofilm dan menyebabkan kerusakan gigi dan infeksi rongga mulut. Ketidakmampuan mikroorganisme mencerna xylitol sehingga mempengaruhi pembentukan biofillm dalam rongga mulut dapat menjadi landasan penggunaan xylitol sebagai bahan biologis untuk mencegah infeksi rongga mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat xylitol terhadap pertumbuhan S.mutans, S.aureus, dan C.albicans. Bahan dan metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain quasi eksperimental. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmaka Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Sampel penelitian ini adalah S.mutans, S.aureus strain ATCC 25923, dan C.albicans strain ATCC 10231 yang dibiakkan di dalam medium perbenihan pada cawan petri. Pengenceran xylitol antara lain, 5%, 25%, 50%, 75%. Daya hambat xylitol diperoleh dengan mengukur zona bening yang terbentuk pada cawan petri dengan menggunakan jangka sorong. Analisis statistik yang dilakukan dengan menggunakan Npar Tests Kolmogorov-Smirnov Test dan One way anova menggunakan program SPSS 16 untuk windows. Hasil: Diameter zona bening(dalam mm) untuk S.mutans pada konsentrasi xylitol 5%(7,22), 25%(8,24), 50%(9,05), 75%(9,68). Diameter zona bening(dalam mm) untuk S.aureus pada konsentrasi xylitol 5%(7,57), 25%(8,75), 50%(10,73), 75%(11,12). Sedangkan, untuk C.albicans tidak memberikan hasil yang bermakna karena tidak terbentuk zona bening baik pada semua konsentrasi pengenceran xylitol. Kesimpulan: Xylitol dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.mutans dan S.aureus. Semakin besar konsentrasi xylitol, maka semakin besar pula daya hambatnya. Akan tetapi, xylitol tidak menghambat pertumbuhan C.albicans. Kata kunci: Xylitol, S.mutans, S.aureus, C.albicans.

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

ix

The Inhibition of Xylitol on The Growth of Oral Microorganisms

(Streptococcus mutans , Staphylococcus aureus, Candida albicans )

In Vitro Study

Fuad Aslim

Student of Dentistry Faculty of Hasanuddin University

ABSTRACT

Background: There are more than 700 species of microorganisms that live in the oral cavity and almost entirely a normal flora, such as Streptococcus mutans (S.mutans), Staphylococcus aureus(S.Aureus), and Candida albicans (C.albicans). However, in certain circumstances can be opportunistic pathogens that form biofilms and cause tooth decay and oral infections. The inability of microorganisms to digest xylitol thus affecting biofilm formation in the oral cavity can be the cornerstone of the use of xylitol as a biological material to prevent oral infections. The purpose of this study was to determine the inhibition of xylitol on the growth of S. mutans, S. Aureus, and C.albicans. Materials and methods: The study was an observational analytic and quasi experimental design. This research was conducted in the Laboratory of Medicinal Faculty of Pharmacy, University of Hasanuddin. The samples were S. mutans, S. aureus strain ATCC 25923, and C.albicans strains ATCC 10231 cultured in seed medium at a petri dish. Dilution of xylitol among others, 5%, 25%, 50%, 75%. Inhibition of xylitol obtained by measuring the clear zone formed on the petri dish using calipers. Statistical analyzes were performed using the Npar Test Kolmogorov-Smirnov Tests and One way anova using SPSS 16 for windows. Result: Diameter of clear zone(in mm) for S. mutans at a concentration of 5% xylitol (7.22), 25% (8.24), 50% (9.05), 75% (9.68). Diameter of clear zone (in mm) for S. aureus at a concentration of 5% xylitol (7.57), 25%(8.75), 50%(10,73), 75%(11,12). Meanwhile, C.albicans didn’t provide meaningful results because it didn’t form a clear zone on all dilution concentrations of xylitol. Conclusion: Xylitol inhibits the growth of bacteria S.mutans and S.aureus. The greater the concentration of xylitol, the greater of its inhibitory power. However, xylitol did not inhibit the growth of C.albicans.

Keywords : Xylitol , S. mutans , S. aureus , C.albicans.

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i

Halaman Pengesahan...............................................................................................ii

Surat Pernyataan.....................................................................................................iii

Kata Pengantar........................................................................................................iv

Abstrak..................................................................................................................viii

Daftar isi...................................................................................................................x

Daftar Gambar......................................................................................................xiii

Daftar Tabel..........................................................................................................xiv

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................7

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................8

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Streptococcus mutans.......................................................................9

2.1.1 Defenisi dan Klasifikasi.......................................................9

2.1.2 Faktor Virulensi.................................................................11

2.2 Staphylococcus aureus...................................................................15

2.2.1 Defenisi dan Klasifikasi.....................................................15

2.2.2 Karakteristik dan Morfologi...............................................17

2.2.3 Faktor-Faktor Patogen dari S.aureus..................................19

2.2.4 Peranan Staphylococcus dalam menyebabkan infeksi di

dalam rongga mulut............................................................21

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

xi

2.3 Candida albicans...........................................................................23

2.3.1 Defenisi dan klasifikasi......................................................23

2.2.2 Struktur fisik.......................................................................26

2.2.3 Patogenesis.........................................................................27

2.4 Xylitol.............................................................................................29

2.4.1 Defenisi..............................................................................29

2.4.2 Rumus kimia......................................................................29

2.4.3 Sumber-sumber xylitol.......................................................30

2.4.4 Manfaat xylitol...................................................................31

2.5 Media Perbenihan...........................................................................32

2.5.1 Mueller Hinton Agar (MHA).............................................32

2.5.2 Sabouraud Dextrose Agar (SDA)......................................34

2.5.3 Sabouraud Dextrose Broth (SDB).....................................36

2.6 Kerangka Teori..............................................................................38

Bab III Kerangka Konsep dan Hipotesis

3.1 Kerangka konsep............................................................................39

3.2 Hipotesis.........................................................................................40

Bab IV Metode Penelitian

4.1 Jenis dan Desain Penelitian............................................................41

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian.....................................................41

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................41

4.4 Alat dan Bahan Penelitian..............................................................41

4.5 Defenisi operasional.......................................................................43

4.6 Prosedur Penelitian........................................................................44

4.7 Alur Penelitian...............................................................................50

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

xii

4.8 Analisis Data..................................................................................50

Bab V Hasil Penelitian..........................................................................................51

Bab VI Pembahasan................................................................................................60

Bab VII Kesimpulan dan Saran

7.1 Kesimpulan..........................................................................................68

7.2 Saran.....................................................................................................68

Daftar Pustaka........................................................................................................69

Lampiran

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Streptococcus mutans.....................................................................10

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus...................................................................17

Gambar 2.3 Candida albicans...........................................................................25

Gambar 2.4 Xylitol.............................................................................................29

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Diameter zona bening pada replikasi I S.mutans...........................51

Tabel 5.2 Diameter zona bening pada replikasi II S.mutans..........................52

Tabel 5.3 Diameter zona bening pada replikasi III S.mutans.........................53

Tabel 5.4 Diameter zona bening pada replikasi I S.aureus............................53

Tabel 5.5 Diameter zona bening pada replikasi II S.aureus...........................54

Tabel 5.6 Diameter zona bening pada replikasi III S.aureus.........................55

Tabel 5.7 Diameter zona bening pada replikasi I C.albicans.........................55

Tabel 5.8 Diameter zona bening pada replikasi II C.albicans.......................56

Tabel 5.9 Diameter zona bening pada replikasi III C.albicans......................57

Tabel 5.10 Diameter zona bening S.mutans.....................................................57

Tabel 5.11 Diameter zona bening S.aureus......................................................58

Tabel 5.12 Diameter zona bening C.albicans..................................................58

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

xv

Nare’ko Mae’lokko made’ceng ri jama-jamammu,

Attangakkko ri bate’lak-e’,

Ajak muolai bate’lak sigaru-garue’,

Tuttungngi bate’lak mekessingnge’ tumpukna

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

hidup kita yang tidak boleh diabaikan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa

tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya mikroorganisme yang

kompleks sehingga tubuh kita sangat rentan terjangkit oleh penyakit. Bakteri,

kandida, dan berbagi spesies mikroorganisme lainnya secara umum tidak

berbahaya dan dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh, saluran

pencernaan, saluran pernafasan, saluran kemih, tidak terkecuali di dalam

rongga mulut.1

Ada lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalam rongga mulut

dan hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal. Kolonisasi

flora normal memberikan keuntungan bagi inangnya, terutama dalam

mekanisme yang disebut dengan resistensi kolonisasi di mana bakteri patogen

tidak dapat mengakses daerah yang ditempati oleh flora normal. Namun

pada keadaan tertentu, flora normal di dalam mulut dapat menjadi patogen

oportunistik dan menyebabkan masalah infeksi rongga mulut, seperti karies,

gingivitis, stomatitis, glossitis, dan periodontitis.2

Biofilm merupakan kumpulan plak yang terbentuk pada gigi dan

menyebabkan kerusakan gigi maupun penyakit periodontal. Biofilm ini

terbentuk ketika bakteri menempel pada permukaan gigi dan mulai

mengeluarkan lendir, zat yang bersifat lengket dan dapat menempel pada

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

2

jaringan biologis. Biofilm dapat dibentuk oleh spesies bakteri tunggal, tetapi

biofilm lebih sering terdiri dari banyak spesies bakteri dan kandida. Biofilm

dapat menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan kandida sehingga dapat

mengikis permukaan gigi, merusak jaringan pendukung gigi, bahkan dapat

menjadi perisai bagi mikroorganisme rongga mulut sehingga kurang responsif

terhadap antibiotik.3

Pembentukan plak ataupun biofilm sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor dan kondisi yang memungkinkan pertumbuhan yang baik oleh bakteri

maupun kandida. Meningkatnya pola konsumsi oleh masyarakat yang kaya

akan karbohidrat dengan berbagai jenis gula di era modern ini menjadi salah

satu penyebab meningkatnya permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang

disebabkan oleh mikroorganisme rongga mulut. Gula menjadi nutrisi yang

sangat baik bagi pertumbuhan bakteri maupun kandida untuk membentuk

biofilm.3

Karbohidrat dalam makanan memiliki derajat kariogenik yang

berbeda-beda. Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang bersifat lebih kariogenik

dibanding jenis lainnya, namun paling banyak dikonsumsi orang. Karbohidrat

dengan berat molekul rendah seperti sukrosa akan segera meresap ke dalam

plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Oleh karena itu, makanan

dan minuman yang mengandung sukrosa akan menurunkan pH plak dengan

cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email.4

Menurut Moynihan dan Petersen (2004), meningkatnya konsumsi gula

dan karbohidrat lainnya yang tidak diimbangi dengan pemeliharaan kesehatan

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

3

gigi dan mulut yang memadai dapat menjadi salah satu penyebab

meningkatnya prevalensi karies gigi.5

Streptococcus mutans (S.mutans) merupakan salah satu mikroba

patogen yang banyak ditemukan di dalam biofilm kariogenik atau plak gigi dan

dilaporkan sebagai bakteri paling kariogenik penyebab karies gigi pada

manusia. Penelitian epidemiologi di berbagai populasi yang berbeda

menyatakan bahwa dari mutan streptococci pada karies gigi ditemukan

S.mutans sebesar 74-94%.5 Glucosyltransferase (GTF) yang dihasilkan oleh

Streptococcus dapat mengubah karbohidrat yang terdapat dalam rongga mulut

menjadi extracelullar glucan, yang sangat berperan bagi keberadaan bakteri

pada permukaan gigi dan permukaan plak yang merupakan salah satu

karakteristik dari karies yang disebabkan oleh Streptococcus.6

Sama halnya dengan S.mutans, pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus (S.aureus) juga mengalami pertumbuhan disebabkan karena berbagai

jenis gula. Staphylococcus adalah sel gram-positif berbentuk bulat, biasanya

tersusun dalam rangkaian tak beraturan. Beberapa di antaranya tergolong flora

normal pada kulit dan mukosa manusia, namun beberapa spesies sering

menyebabkan abses, berbagai infeksi dan bahkan septikemia yang fatal.7

S.aureus adalah spesies yang paling sering diisolasi pada kelompok penderita

positif HIV ( 30,2% ).8

S.aureus merupakan penyebab utama infeksi saluran pernapasan

bawah, infeksi bedah, penyebab utama kedua bakteremia nosokomial,

pneumonia, dan infeksi kardiovaskular. Infeksi dengan S. aureus yang sangat

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

4

sulit untuk diobati karena berevolusi menjadi resisten terhadap obat

antimikroba, penisilin dan penisilin β - laktamase dengan spektrum terbatas,

dan resistensi terhadap obat antimikroba yang baru (misalnya, methicillin,

oxacillin).9

Nemoto, et al (2008), membuktikan kemungkinan terjadinya infeksi

endokarditis pada mulut seseorang melalui saliva dan plak supragingival.

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat sembilan jenis Staphylococcus. Dari 56

sampel yang telah diperiksa, terdapat 334 spesies yang telah diisolasi dan

S.aureus merupakan spesies paling banyak yaitu 46,4%.10

Salah satu mekanisme pertahanan dari S.aureus adalah kapasitas

untuk membentuk biofilm. Bakteri yang tertanam di dalam biofilm sering sulit

untuk dimatikan dengan regimen antibiotik standar. Akibatnya, banyak

pengobatan infeksi kronis terhalang oleh biofilm dari S. aureus, termasuk

endokarditis dan osteomyelitis. Menurut penelitian Sander Croes, et al (2009),

pada 0,1 % glukosa, lebih dari 60 % strain S. aureus yang terkait dengan

Multilocus Sequence Typing (MLST) Clonal Complex (CC)8 menghasilkan

sejumlah besar biomassa, dibandingkan dengan 0-7 % untuk berbagai garis

keturunan klonal lainnya.11

Tidak hanya penyakit yang disebabkan oleh bakteri, infeksi kandida

juga mendapat perhatian yang besar oleh ahli biologi, ahli kesehatan atau

klinisi, terutama setelah munculnya infeksi Human Immunodeficiency

Virus(HIV) dan penggunaan secara luas terapi imunosupresan dan

kortikosteroid.12 Infeksi kandida adalah penyakit yang umum dan sering

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

5

berulang, dan merupakan problem klinis yang signifikan. Penyebab utama

infeksi kandida adalah spesies Candida albicans (C.albicans) Faktor host

memainkan peran yang lebih penting daripada virulensi organisme dalam

patogenesis oral kandidiasis, dan kondisi lingkungan intraoral juga

memainkan peran penting dalam penyakit tersebut.13

C.albicans adalah ragi komensal yang terdapat pada mukosa mulut,

saluran pencernaan, dan vagina yang dapat ditemukan secara umum bahkan

pada individu yang sehat. Namun, ada beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya peningkatan jumlah C.albicans dalam rongga mulut sehingga dapat

bersifat patogen, antara lain diabetes mellitus, AIDS, penggunaan antibiotik

atau kortikosteroid jangka panjang, terapi radiasi pada kanker kepala/leher, dan

gangguan gizi.14,15

Diagnosis kandidiasis rongga mulut ditegakkan dengan melakukan

pemeriksaan mikologi, dan pengambilan spesimen dengan cara swab pada

permukaan lesi yang diduga telah terinfeksi kandida. Pemeriksaan kandidiasis

dapat dilakukan secara direct atau indirect. Pemeriksaan direct dapat

dilakukan dengan menggunakan KOH, pengecatan Toluen Blue, dan Gram.

Cara ini tergolong mudah dan murah, namun kurang sensitif dan seringkali

hasilnya false negatif. Untuk itu, pemeriksaan indirect/ kultur lebih bagus

untuk mengidentifikasi kandida hingga spesiesnya. Hingga saat ini

pemeriksaan Polymerase Chain Reactions (PCR) untuk mendeteksi DNA

kandida juga masih dianggap kurang sensitif jika dibandingkan dengan

menggunakan pemeriksaan kultur.16,17

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

6

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya

pertumbuhan jamur adalah pola makan modern yang kaya karbohidrat, seperti

bermacam jenis gula (glukosa, sukrosa, dll). Glukosa merupakan salah satu

bentuk karbohidrat yang berperan kuat dalam perkembangan infeksi

C.albicans. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perlekatan

C.albicans ke sel epitel bukal rongga mulut pada manusia meningkat secara

signifikan setelah mengkonsumsi karbohidrat seperti galaktosa, glukosa,

sukrosa, fruktosa, maltosa, dan sorbitol.18

Lain halnya dengan xylitol, jenis gula yang satu ini banyak diteliti

karena termasuk jenis gula alkohol dengan struktur khusus yang membuatnya

sulit dicerna oleh mikroorganisme rongga mulut. Xylitol memiliki lima rantai

karbon yang digunakan secara komersial sebagai pemanis alami dalam produk

makanan seperti permen karet, minuman ringan, dan permen. Xylitol memiliki

tingkat kemanisan yang relatif sama dengan sukrosa dengan kalori lebih

sedikit. Xylitol ditemukan secara alami dalam buah-buahan seperti stroberi,

raspberry, jagung, plum, dan pir.19

Xylitol telah digunakan sebagai pemanis dalam makanan sejak tahun

1960. Kandungan kalorinya sebanyak 2,4 kalori per gram atau 40% lebih kecil

dari karbohidrat lainnya. Selain itu, tubuh tidak membutuhkan insulin untuk

memetabolismenya sehingga xylitol menjadi pemanis yang banyak digunakan

untuk diet diabetes di beberapa negara. Di Amerika Serikat, xylitol disetujui

sebagai bahan tambahan makanan dalam jumlah terbatas untuk tujuan diet

khusus.20

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

7

Ketidakmampuan mikroorganisme mencerna xylitol sehingga

mempengaruhi pembentukan biofillm dalam rongga mulut dapat menjadi

landasan penggunaan xylitol sebagai bahan biologis untuk mencegah infeksi

rongga mulut. Berdasarkan penjelasan tersebut, perlu kiranya diketahui

seberapa besar kemampuan xylitol untuk menghambat pertumbuhan

mikroorganisme rongga mulut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah xylitol dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus

mutans secara in vitro?

2. Apakah xylitol dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus

aureus secara in vitro?

3. Apakah xylitol dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans

secara in vitro?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui daya hambat xylitol terhadap pertumbuhan

S.mutans secara in vitro?

2. Untuk mengetahui daya hambat xylitol terhadap pertumbuhan

S.aureus secara in vitro?

3. Untuk mengetahui daya hambat xylitol terhadap pertumbuhan

C.albicans secara in vitro?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan peneliti mengenai daya hambat xylitol terhadap

pertumbuhan S.mutans secara in vitro.

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

8

2. Menambah wawasan peneliti mengenai daya hambat xylitol terhadap

pertumbuhan S.aureus secara in vitro.

3. Menambah wawasan peneliti mengenai daya hambat xylitol terhadap

pertumbuhan C.albicans secara in vitro.

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sreptococcus mutans

2.1.1 Defenisi dan klasifikasi

Streptococcus mutans adalah bakteri anaerob fakultatif, gram-positif

dan berbentuk coccus yang umum ditemukan dalam rongga mulut manusia

dan merupakan kontributor yang signifikan terhadap kerusakan gigi.21

Adapun klasifikasi ilmiah dari bakteri Streptococcus mutans,

antaralain:

Kingdom : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Lactobacillales

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : S. Mutans 21

S.mutans merupakan bakteri gram positif berbentuk ovoid dengan

diameter 0,5-0,75 µm. S.mutans ditemukan berpasangan dengan rantai

pendek atau rantai medium dan tidak berkapsul. Dalam lingkungan asam,

bakteri ini dapat berbentuk batang pendek dengan panjang 1,5-3,0 µm.

Habitat utama S.mutans rongga mulut, faring dan usus.22,23

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

10

S.mutans merupakan bakteri spesifik penyebab karies gigi dan

pembentuk plak. S.mutans merupakan salah satu jenis bakteri yang

termasuk dalam kelompok Streptococcus α-haemolyticus yang terdiri dari

7 subspecies yaitu serotipe-a sampai serotipe-g. S.mutans serotipe-cn

merupakan salah satu galur yang paling tersebar pada populasi manusia

dan sekitar 80% isolat plak berisi serotipe-c.24

Gambar 2.1 S.mutans

Sumber: S.mutans [diunduh pada 11 Maret 2014]. Available from:

http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2007/allmann_ambe/habitat_and_geograp

hy.htm

S.mutans sangat asidogenik, yaitu menghasilkan asam. Selain itu,

S.mutans juga bersifat asidourik, yaitu dapat tinggal pada lingkungan asam

dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket yang disebut glukan.

Oleh karena kemampuan yang dimilikinya ini, maka S.mutans dapat

mendukung bakteri lain untuk melekat pada email gigi, mendukung

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

11

pertumbuhan bakteri asidourik yang lainnya, sehingga mengakibatkan

email gigi menjadi larut. Data klinis dan laboratorium yang ada

menunjukkan bahwa spesies ini merupakan patogen utama pada karies gigi

manusia. S.mutans juga diidentifikasi sebagai faktor risiko perkembangan

karies.25,26

S.mutans telah terlibat sebagai inisiator dari karies gigi. Dalam

sebuah percobaan di mana anak-anak Swedia diberi chlorhexidine untuk

mencegah kolonisasi S.mutans, perkembangan karies ditunda dengan rata-

rata tiga tahun. Meiers et al (1986), mengumpulkan semprotan air dari bor

kecepatan tinggi yang digunakan selama pengisian lesi karies dan bebas

karies, dan menemukan bahwa meskipun beberapa organisme hadir dalam

setiap fisur, S.mutans ditemukan dalam jumlah lebih besar secara

signifikan pada lesi karies dibandingkan pada individu bebas karies.27

2.1.2 Faktor Virulensi

Sifat virulensi melibatkan derajat patogenitas berupa kemampuan

mikroorganisme menimbulkan kerusakan pada host. Virulensi terdiri atas

sifat bakteri dalam berinteraksi dengan host, faktor yang meningkatkan

masuknya bakteri, kolonisasi dan pertumbuhan patogen pada host,

kemampuan dalam melawan pertahanan dari host dan untuk memperoleh

nutrisi.22

Faktor-faktor virulensi S.mutans meliputi kemampuan untuk

memproduksi adhesin, enzim glukosiltransferase dan glucan-binding

protein.22

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

12

a. Adesin

Adesin memiliki banyak fungsi di antaranya yaitu

menginisiasi perlekatkan S.mutans pada partikel di permukaan gigi

melalui sel reseptor saliva dan berperan dalam koagregasi dengan

bakteri lain.22

b. Enzim Glukosiltransferase(GTFs)

Fungsi GTFs pada S.mutans yaitu mensintesa sukrosa

menjadi adhesive glukan. Glukan ini merupakan perantara kuat

melekatnya sel bakteri ke permukaan gigi dan juga perlekatan

antara bakteri sendiri. Adanya glukan juga dapat memodulasi

permeabilitas plak dengan meningkatkan jumlah produk asam

pada permukaan gigi serta bertindak sebagai sumber energi bagi

bakteri.22

GTFs memiliki dua fungsi domain yaitu bagian ujung

amino merupakan domain katalitik yang bertanggungjawab untuk

memecah sukrosa, sedangkan bagian ujung karboksil merupakan

domain glucan binding yang bertanggung jawab untuk mengikat

sintesa polimer glukan. S.mutans menghasilkan tiga tipe enzim

GTFs yaitu GTFB, GTFC, dan GTFD. Tiga GTFs ini berpatisipasi

dalam proses adhesi sucrose-dependent.22

a. GTFB berfungsi mensintesa glukan yang tidak larut (water

insoluble-glucan) dan berisi banyak α 1,3-glucose linkage.

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

13

b. GTFC menghasilkan polimer dengan sifat dua glukan yaitu

water soluble glucan dan water insoluble-glucan (yang

utama menghasilkan water insoluble).

c. GTFD berfungsi mensintesa glukan yang dapat larut (water

soluble) dan berisi α 1,6-glucose linkage.

c. Glucan-Binding Protein (GBP)

S.mutans berinteraksi dengan glukan melalui Glucan-

Binding Protein (Gbps). S.mutans memproduksi beberapa Glucan-

Binding Protein (Gbps) yaitu GbpA, GbpB, GbpC, dan GbpD.

Gbps bertindak sebagai mediator pengikat sintesa glukan yang

berasal dari sukrosa yang dihasilkan oleh enzim GTFs. Peran Gbps

dalam virulensi S.mutans diimplikasikan dalam bentuk kohesi

pembentukan plak, dan atau perlekatan sel serta akumulasi

S.mutans dalam plak.22

a. Secara molekul GbpA homolog dengan domain Glucan-

Binding dari GTFB dan GTFC S.mutans. GbpA

berpartisipasi dalam perlekatan sel ke permukaan gigi dan

berpengaruh dalam kohesi pembentukan plak. Keduanya

berkontribusi terhadap sifat kariogenik S.mutans.22

b. Penelitian menunjukkan GbpB memiliki fungsi yang

berbeda dari Gbps lainnya. GbpB merupakan protein yang

esensial dalam pengaturan dinding sel dan sintesa.22

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

14

c. Protein GbpC berfungsi sebagai dinding sel penjangkar

(anchorage) protein permukaan dari S.mutans. Hal ini

disebabkan GbpC berisi sebuah membran penjangkar dan

cell-wall binding sites, oleh karena itu protein ini

berpartisipasi dalam perlekatan awal S.mutans ke

permukaan gigi.22

d. GbpD berfungsi sebagai sebuah enzim sejak asam

aminonya homolog dengan alfa dan beta hidrolase dari

enzim. GbpD baru-baru ini ditemukan memiliki homolog

yang tinggi dengan GbpA dan GTFs.22

Berbagai faktor virulensi S.mutans memainkan peran penting dalam

pembentukan karies. Pertama, S.mutans adalah bakteri anaerob yang dikenal

menghasilkan asam laktat sebagai bagian dari metabolisme. Kemudian

kemampuan S.mutans untuk mengikat permukaan gigi dengan adanya

sukrosa oleh pembentukan glukan yang tidak larut (water insoluble-glucan),

polisakarida yang membantu mengikat bakteri pada gigi. Water insoluble-

glucan juga dapat menurunkan konsentrasi kalsium dan fosfat air liur,

mengurangi kemampuannya untuk memperbaiki kerusakan gigi yang

disebabkan oleh asam laktat. Bagaimanapun, faktor virulensi yang paling

penting adalah sifat asidofilik S.mutans.22

Berbeda dengan sebagian besar mikroorganisme lain, S.mutans

tumbuh subur dalam kondisi asam dan menjadi bakteri yang dominan

dengan penurunan pH secara permanen. Selain itu, tidak seperti spesies lain

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

15

dalam plak, yang metabolismenya lambat pada pH yang rendah,

metabolisme S.mutans justru meningkat, di mana dapat mengangkut nutrisi

melalui dinding sel dalam lingkaran pH rendah atau konsentrasi glukosa

yang tinggi dimodulasi oleh ion hidrogen, yang meningkat dengan

keasaman. Dengan cara ini, S.mutans benar-benar dapat terus menurunkan

atau mempertahankan pH mulut pada nilai asam yang tidak wajar,

menyebabkan kondisi yang menguntungkan untuk metabolismenya sendiri

dan tidak menguntungkan bagi spesies lain yang hidup berdampingan.

Keadaan pH yang rendah tersebut menghasilkan demineralisasi dan kavitas

pada gigi. Dalam kondisi asam, S.mutans berhasil menciptakan siklus yang

menguntungkan bagi dirinya sendiri dan tidak menguntungkan bagi yang

lain yang terlibat dalam ekologi oral.25,27

2.2 Staphylococcus aureus

2.2.1 Defenisi dan Klasifikasi

S.aureus adalah bakteri yang berasal dari kata “staphele” dalam

bahasa Yunani yang berarti anggur dan kata “aureus” dalam bahasa latin

berarti emas. Nama tersebut diberikan berdasarkan atas bentuk sel-sel

bakteri tersebut jika dilihat di bawah mikroskop dan warna keemasan yang

terbentuk jika bakteri tersebut ditumbuhkan dalam suatu media

pertumbuhan (Supardi, 1999). S.aureus termasuk family Micrococcaceae,

kecuali pada beberapa strain. Beberapa di antaranya tergolong flora

normal dalam kulit, orofaring, dan selaput mukosa manusia dan sering

menyebabkan abses dan berbagai infeksi lainnya.28, 29

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

16

Adapun klasifikasi ilmiah dari bakteri Staphylococcus aureus,

antaralain:

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : S. Aureus30

S.aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan enzim

koagulase. Bakteri ini menempati hidung, tenggorokan, ketiak, sela jari

kaki dan perineum pada orang yang sehat tanpa menyebabkan infeksi

klinis. S.aureus adalah penyebab tersering infeksi piogenik (pembentukan

nanah) dan menyebabkan beragam infeksi yang meliputi bisul, abses, jari

septik, stye impetigo dan mata lengket pada neonates.31

2.2.2 Karakteristik dan morfologi

Staphylococcus berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 1 µm,

yang tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan. Biakan pada

medium cair bisa juga terlihat sebagai kokus tunggal, berpasangan,

berempat, atau membentuk rantai pendek.32

Pada pembiakan mikroorganisme yang sudah berkembang, sel-sel

dari S.aureus serempak merupakan gram positif dan bentuknya teratur dan

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

17

memiliki diameter 0,5 – 1,5 µm. Pada pembiakan terdahulu, pada lesi-lesi

yang terurai, dan pada beberapa antibiotik, sel-sel tersebut terkadang

menjadi lebih bervariasi dalam ukurannya dan beberapa sel tersebut

kehilangan gram positifnya.32

Gambar 2.4 S.aureus

Sumber: S.aureus. [diunduh tanggal 13 Maret 2014]. Available from:

http://www.bacteriainphotos.com/Staphylococcus%20aureus%20electron

%20microscopy.html

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora. Akibat pengaruh

beberapa zat kimia, misalnya penicilin, Staphyloccocus bisa kehilangan

dinding selnya yang keras, dan berubah menjadi bakteri bentuk L

(protoplast). Protoplast ini bisa berubah kembali menjadi Staphyloccocus

yang berdinding keras bila pengaruh bahan kimia yang bersangkutan

dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu. Staphyloccocus tidak

dipengaruhi oleh garam empedu dan opotochin.32

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

18

Staphyloccocus aureus bisa tumbuh dengan cepat pada sebagian

besar medium dalam situasi aerobik atau mikroaerofilik. Mikroorganisme

ini tumbuh lebih cepat pada 37oC. Bermacam-macam hemolisis bisa

disebabkan oleh Staphyloccocus aureus dan spesies lainnya.

Staphylococcus menghasilkan katalase, sehingga bisa dibedakan dari

staphylococcus yang tidak menghasilkan katalase. Staphylococcus

meragikan berbagai karbohidrat secara perlahan dan menghasilkan asam

laktat tanpa gas.32

2.2.3 Faktor-faktor patogen dari S.aureus

Mekanisme dari S.aureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multi faktor, melibatkan toksin, enzim, dan komponen seluler.

Patogenitasnya merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit

yang dihasilkan. Kuman pathogen (S.aureus) bersifat invasif, penyebab

hemolisis, membentuk koagulase, mencairkan gelatin, membentuk pigmen

kuning emas dan meragikan manitol. 33

a. Enterotoxin A, B, C, D, E dan H menyebabkan gejala

gastrointestinal akut yang dihubungkan dengan racun pada

makanan. Enterotoxin resisten pada enzim dalam traktus

gastrointestinal.

b. Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang

bertanggung jawab untuk memproduksi Staphylococcal scaled

syndrome (ritter’s disease) pada jaringan baru untuk toxin

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

19

epidermal necrolysis pada orang tua. Toksin ini merupakan enzim

proteolitik yang memisahkan epidermis pada lapisan granuler.

c. Toxic Shock Syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis

bersama dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam

pembentukan supra antigen keduanya hanya dapat menstimulasi

sebanyak 10% dari sel T pada manusia. Ketiga antigen normal

hanya dapat menstimulasi sekitar 1/1.000.000 sel T. Intensitas

respon imun ini meningkat produksi interleukin 1 dan 2. Faktor

nekrosis tumor dan interferon.

d. Alpha toxin merupakan eksotoxin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah. Alpha toxin melisis sel darah merah,

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit.

e. Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membran

secara perlahan.

f. Koagulase mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Dalam proses ini

koagulasi melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan

tubuh dan antibiotik. Selain itu, Staphylococcus koagulase positif

tumbuh dengan baik pada serum normal manusia. Sementara

Staphylococcus koagulase negatif tidak.

g. Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibodi.

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

20

h. Kapsul utama dari S.aureus diisolasi dari spesimen klinis yang

dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinteferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis.33

2.2.4 Peranan Staphylococcus dalam menyebabkan infeksi di dalam

rongga mulut

Salah satu mekanisme pertahanan dari S.aureus adalah kapasitas

untuk membentuk biofilm. Bakteri yang tertanam di dalam biofilm sering

sulit untuk dimatikan dengan regimen antibiotik standar. Akibatnya,

banyak pengobatan infeksi kronis terhalang oleh biofilm dari S. aureus,

termasuk endokarditis dan osteomyelitis. Menurut penelitian Sander Croes

et al (2009), pada 0,1 % glukosa , lebih dari 60 % dari strain S. aureus

yang terkait dengan Multilocus Sequence Typing (MLST) Clonal Complex

(CC)8 menghasilkan sejumlah besar biomassa, dibandingkan dengan 0-7%

untuk berbagai garis keturunan klonal lainnya.11 Kelompok yang rentan

terhadap infeksi Staphylococcus antara lain:

a. Bayi baru lahir

b. Ibu menyusui

c. Penderita penyakit kronis (terutama penyakit paru-paru, diabetes,

dan kanker)

d. Penderita kelainan kulit dan luka bedah

e. Penderita yang mendapatkan terapi kortikosteroid, radiasi, obat-

obat imunosupresan atau obat anti – kanker.34

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

21

Biasanya infeksi Staphylococcus menyebabkan terbentuknya suatu

kantung berisi nanah, yaitu abses dan bisul. Staphylococcus dapat

menyebar melalui pembuluh darah dan menyebabkan abses pada organ

dalam (seperti paru-paru), tulang, berkolonisasi sementara dalam rongga

mulut dan jarang diketahui sebagai spesimen klinis.34

Menurut sejarah, resistensi S.aureus terhadap antibiotik ditemukan

pertama kali pada tahun 1942, beberapa saat setelah adanya pengobatan

penicillin. Pada akhir tahun 1950, penicillin semi sintetik seperti metisilin,

dikembangkan untuk memecahkan masalah resistensi ini tetapi hanya

berselang dua tahun, resistensi terhadap metisilin telah dilaporkan

kembali. Setelah 20 tahun, Methicillin –Resistant S.aureus (MRSA)

muncul kembali sebagai pathogen penting. Laporan terakhir menyebutkan

bahwa jumlah pasien yang terkena infeksi MRSA telah bertambah.35

Adanya MRSA dalam rongga hidung, kulit yang luka dan saluran

pernapasan telah diketahui sebelumnya, tetapi hanya sedikit yang

mengetahui keberadaannya di rongga mulut atau kemungkinan terlibatnya

MRSA pada praktik kedokteran gigi. Beberapa laporan menunjukkan

S.aureus menetap di rongga mulut, khususnya pada anak-anak, tempat

MRSA dapat berkembang dan menyebabkan infeksi nosokomial.35

Gejala yang biasa dikaitkan dengan MSSA atau MRSA yaitu

eritema, pembengkakan, rasa sakit atau terbakar pada mukosa. MRSA

(dan juga MSSA) pada rongga mulut meningkatkan terjadinya infeksi

silang antara pasien dan paramedis.35

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

22

2.3 Candida albicans

2.3.1 Defenisi dan klasifikasi

C.albicans adalah jamur diploid dan agen oportunistik yang

mampu menyebabkan infeksi pada daerah oral dan genital manusia.

C.albicans adalah sebagian dari mikroorganisme flora normal rongga

mulut, mukosa membran, dan saluran gastrointestin. C.albicans berkoloni

di permukaan mukosa pada saat atau sesudah kelahiran manusia dan selalu

diperoleh resiko terjadinya infeksi.36

Adapun klasifikasi ilmiah dari bakteri Candida albicans, antaralain:

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Saccharomycetes

Order : Saccharomycetales

Family : Saccharomycetaceae

Genus : Candida

Species : C. Albicans37

C.albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk

tumbuh dalam dua bentuk berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan

berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan germ tube yang akan

membentuk pseudohifa. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor

eksternal yang mempengaruhinya yaitu suhu, pH dan sumber energi.36

C.albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan

terus memanjang membentuk pseudohifa yang terbentuk dengan banyak

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

23

kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum.

Pada beberapa strain blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau

seperti botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi

klamidospora yang berdinding tebal dan berdiameter sekitar 8-12 µ.38

C.albicans dapat tumbuh pada beberapa variasi pH tetapi

pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5- 6,5. Jamur ini dapat

tumbuh pada suhu 28oC- 37oC. C.albicans membutuhkan senyawa organik

sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses

metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat.38

Jamur ini merupakan organisme fakultatif anaerob yang mampu

melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob.

Proses peragian (fermentasi) pada C.albicans dilakukan dalam suasana

anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan

untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat

menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob. Sedangkan suasana anaerob

hasil fermentasi berupa asam laktat, etanol dan CO2. Proses akhir

fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan

untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat

dipakai oleh C.albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energi

untuk melakukan pertumbuhan sel.38

Perlekatan kandida diperoleh dari kombinasi yang spesifik

(interaksi ligand-reseptor) dan non spesifik (induksi elektrostatik, kekuatan

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

24

van der waals) mekanisme yang memungkinkan jamur melekat kepada

berbagai macam tipe jaringan, termasuk dentin.39

Kandida memiliki molekul pada permukaannya yang membantu

perlekatannya ke jaringan, termasuk sebuah reseptor homolog terhadap

integrin CR3 manusia, yang mengikat RGO group (arginine-glycyne-

aspartic acid) dalam fibrinogen, fibrinectin dan laminin, dan mannose

yang mengandung protein-protein yang mengikat molekul seperti lectin

pada sel dan jaringan host. Perlekatan C.albicans kepada matrix

ekstraseluler, collagen tipe satu dan fibrinectin tergantung kepada ada atau

tidaknya kalsium ekstraseluler, yang mana banyak dijumpai pada dentin.

Hal ini dapat menolong menjelaskan kolonisasi C.albicans pada dentin

yang dijumpai dalam penelitian Siqueira et al (2002), dan penelitian

sebelumnya. C.albicans dilaporkan menghasilkan enzim yang dapat

menghancurkan collagen sehingga menurunkan jumlah collagen dentin

manusia.39

2.2.2 Struktur Fisik

Dinding sel C.albicans berfungsi sebagai pelindung dan sebagai

target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan dalam proses

perlekatan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding

sel tersebut memberi bentuk pada sel dan melindungi sel yeast dari

lingkungannya. C.albicans mempunyai struktur dinding sel yang

kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm.38

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

25

Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Manan

dan protein berjumlah sekitar 15,2 - 30 % dari berat kering dinding sel, β

-1,3-D-glukan dan β–1,6-D-glukan sekitar 47 -60 %, khitin sekitar 0,6- 9

%, protein 6 - 25 % dan lipid 1 - 7 %. Dalam bentuk yeast, kecambah dan

miselium, komponen- komponen ini menunjukkan proporsi yang serupa

tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak

dibandingkan dengan sel yeast. Dinding sel C.albicans terdiri dari lima

lapisan yang berbeda yaitu fibrillar layer, mamoprotein, β glucan, β

glucan-chitin dan membran plasma.38

Gambar 2.2 Klamidospora C.albicans

Sumber: C.albicans.[diunduh tanggal 12 Maret 2014]. Available

from:

http://www.microbeworld.org/component/jlibrary/?view=article&id=1097

Sel C.albicans seperti sel eukariotik lainnya terdiri dari lapisan

fosfolipid ganda. Membran protein ini memiliki aktifitas enzim seperti

manan sintase, khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang

mentransport fosfat. Terdapatnya membran sterol pada dinding sel

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

26

memegang peranan penting sebagai target antimikotik dan kemungkinan

merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang berperan dalam sintesis

dinding sel.38

2.2.3 Patogenesis

Menempelnya mikroorganisme pada jaringan sel pejamu menjadi

syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui

bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu di perantari

komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor.

Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul C.albicans yang

mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada

dinding sel C.albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Setelah

terjadi proses perlekatan, C.albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel

mukosa. Enzim yang berperan adalah amino peptidase dan asam fosfatase.

Proses penetrasi yang terjadi tergantung dari keadaan imun dari pejamu.38

Pada umumnya C.albicans berada dalam tubuh manusia sebagai

saprofit dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada

tubuh pejamu. Faktor- faktor yang dihubungkan dengan meningkatnya

kasus kandidiasis antara lain disebabkan oleh:

a. Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk,

misalnya: bayi baru lahir, orang tua, penderita penyakit

menahun, orang - orang dengan gizi rendah.

b. Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus

c. Kehamilan

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

27

d. Permukaan kulit yang lembab karena terpapar oleh air,

keringat, urin atau saliva.

e. Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan

sitostatik.38

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan

C.albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh

manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh.

Blastospora berkembang menjadi pseudohifa dan tekanan dari pseudohifa

tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi.

Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan

serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor

virulensi adalah enzim- enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan

fosfolipase.38

2.4 Xylitol

2.4.1 Definisi

Xylitol adalah gula alkohol yang diperoleh dari xylose, dihasilkan

selama metabolisme karbohidrat pada hewan dan manusia. Konsentrasi

dalam darah manusia bervariasi dari 0,03 sampai 0.06 mg/100 mL. Xylitol

terdapat dalam buah-buahan dan sayuran, pada konsentrasi rendah.

Sebagai pemanis, xylitol adalah pengganti gula konvensional. Daya

pemanis yang dimiliki oleh xylitol sebanding dengan sukrosa dan lebih

tinggi dari sorbitol dan manitol.20, 40

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

28

Xylitol juga merangsang remineralisasi email gigi dengan

membalik lesi kecil. Hal ini dapat terjadi karena ketika saliva kontak

dengan xylitol, tampak memberikan pengaruh atau efek yang baik.

Komposisi kimia xylitol menginduksi ion kalsium dan fosfat. untuk

karakteristik ini, xylitol adalah bahan baku yang menarik untuk makanan,

odontologi, dan farmasi industri. Saat ini, xylitol diproduksi dengan

hidrogenasi kimia menggunakan nikel sebagai katalis. Namun biayanya

mahal dan memerlukan beberapa langkah dari pemurnian xylose sebelum

reaksi kimia.42, 43

2.4.2 Rumus kimia

Xylitol merupakan sebuah gula alkohol lima karbon yang berasal

dari xylose dengan reduksi gugus karbonil yang juga dikenal sebagai

Adonitol, D-Xylitol, ribitol, xylit, Eutrit, Klinit, Xyliton, D-ribitol, xylit

(gula). Xylitol memiliki Formula Molekul C5H12O5 dengan berat molekul

sebesar 152,14578 InChIKey. Nama IUPAC untuk ikatam kimia xylitol

adalah (2R, 3r, 4S)-Pentane-1,2,3,4,5-pentanol, nama lainnya adalah

1,2,3,4,5-Pentahidroksipentan. Titik cair xylitol terletak antara 920-960 C

dan titik didihnya 1260 C. Densitas xylitol sebesar 1,52 g/cm3 dengan

massa molar 152,15 g/mol.43

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

29

Gambar 2.3 Rumus kimia xylitol

Sumber: Xylitol. [diunduh pada 12 Maret 2014]. Available from:

http://www.chemeddl.org/alfresco/service/org/chemeddl/ttoc/ttoc_resu

lts/?id=21921&mode=primary&type=molecule&num_results=&guest

=true

2.4.3 Sumber-sumber Xylitol

Sumber xylitol adalah buah-buahan dan sayuran yang secara alami

mengandung xylitol. Xylitol saat ini diproduksi oleh hidrogenasi katalitik

dari xylose komersial, namun proses ini memakan biaya yang sangat mahal

dan dengan hasil yang rendah sekitar 60% atau kurang dari 9 mg/g karena

pemisahan xylitol dari senyawa kimia yang terbentuk selama proses

produksi. Sementara itu, teknologi baru dan lebih ekonomis masih dalam

proses penelitian saat ini. Bioteknologi menyediakan alternatif melalui

mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan ragi yang dapat mengkonversi

xilose menjadi xylitol, proses yang sangat spesifik dan ekonomis sejak

80% dari gula diubah menjadi gula alkohol. Itu adalah alternatif

bioteknologi bahkan lebih menarik bila menggunakan biaya yang rendah

dengan bahan baku seperti selulosa dari residu pertanian.42

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

30

Xylitol berasal dari hutan dan bahan pertanian yang telah

digunakan sejak awal 1960. Tubuh kita sendiri memproduksi dari 5 sampai

10 gram setiap hari dari sumber makanan yang lain. Ini bukan substansi

yang tidak normal atau buatan, tetapi hal tersebut merupakan hal yang

alami alami dan normal yang merupakan bagian dari metabolisme sehari-

hari. Hal ini secara luas didistribusikan ke seluruh alam dalam jumlah kecil

dengan beberapa sumber terbaik pada buah berry, pohon birch, jamur,

selada, kayu keras, dan tongkol jagung.20

2.4.4 Manfaat xylitol

Xylitol juga berguna dalam membantu perawatan osteoporosis,

karena dapat meningkatkan densitas tulang. Pendapat ini didasari

penelitian di Finlandia, dimana seseorang yang mengonsumsi xylitol 40

gr/hari terjadi peningkatan absorpsi kalsium dalam ususnya. Beberapa

penelitian yang dilakukan pada hewan juga menunjukkan bahwa hewan

yang diberi xylitol memperlihatkan peningkatan kandungan mineral,

densitas, kekuatan pada tulang.43

Pada telinga, xylitol juga dapat mencegah terjadinya otitis media

akut dengan cara menghambat pertumbuhan alpha-hemolytic streptococci,

seperti Streptococcus pneumonia. Permen karet dengan kandungan xylitol

100% dapat mencegah infeksi telinga pada anak-anak dan juga dapat

menghambat pertumbuhan bakteri patogen di daerah nasofaring terhambat.

Mengkonsumsi xylitol pada saat kehamilan juga mencegah transmisi

S.mutans dari ibu ke anak (sampai usia 2 tahun) sebanyak 80%.43

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

31

Xylitol juga efektif dalam menghambat bakteri pada usus seperti

Helicobacter pylory yang terlibat dalam penyakit periodontal, bau mulut,

ulser lambung dan duodenal, bahkan kanker perut. Sama seperti

kebanyakan gula alkohol lainnya, xylitol memiliki efek laksatif (pencahar),

karena gula alkohol tidak tercerna sempurna pada saat proses pencernaan.

Xylitol tidak bersifat toksik. Meskipun seseorang mengkonsumsi xylitol

sebanyak 400 gr/hari dalam jangka waktu panjang tidak terjadi efek

negatif.43

2.5 Media Perbenihan

`2.5.1 Mueller Hinton Agar (MHA)

Mueller Hinton Agar (MHA) digunakan untuk melakukan

pengujian terhadap resistensi antimikroba dengan metode difusi disk.

Formula ini sesuai dengan Clinical and Laboratory Standard Institute

(CLSI). Mueller Hinton Agar (MHA) didasarkan pada formula yang

direkomendasikan oleh Mueller dan Hinton untuk isolasi utama Spesies

Neisseria. Mueller dan Hinton memilih ekstrak agar kacang sebagai media

transparan sederhana yang mengandung bahan panas stabil. Selama

modifikasi, pati bertindak sebagai "koloid protektif" terhadap zat

beracun.44

Bauer, Kirby, Sherris, dan Tuck merekomendasikan Mueller

Hinton Agar (MHA) untuk melakukan uji resistensi antibiotik

menggunakan disk tunggal konsentrasi tinggi. Media diberi suplemen ini

telah dipilih oleh Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI)

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

32

karena beberapa alasan, antara lain inhibitor rendah sulfonamide,

trimethoprim, dan tetrasiklin, menumbuhkan bakteri patogen paling non-

agresif dengan baik, serta memiliki kemampuan reproduktifitas.44

Mueller Hinton Agar sering disingkat sebagai M-H Agar, dan

sesuai dengan persyaratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mueller

Hinton Agar ditetapkan dalam FDA Bakteriologis Analytical

Manual untuk pengujian makanan, dan prosedur umum dilakukan pada

bakteri aerob dan fakultatif anaerob. Berbagai suplemen dapat

ditambahkan ke Mueller Hinton Agar, termasuk 5 % defibrinated domba

atau darah kuda, suplemen pertumbuhan 1 % dan 2 % natrium klorida.44

Beef Extract dan Asam Hydrolysate dari Kasein menyediakan

nitrogen , vitamin, karbon, dan asam amino di Mueller Hinton Agar. Pati

ditambahkan untuk menyerap metabolit beracun yang dihasilkan dan Agar

adalah agen untuk memperkuat. Sebuah media yang cocok sangat penting

untuk menguji kerentanan mikroorganisme terhadap sulfonamida dan

trimethoprim. Antagonisme aktivitas sulfonamide ditunjukkan oleh para-

aminobenzoic acid (PABA) dan yang analog. Aktifitas Mengurangi

trimetoprim, sehingga zona penghambatan pertumbuhan lebih kecil dan

pertumbuhan zonal batin, ditunjukkan pada media yang memiliki tingkat

tinggi thymide. The PABA dan timin/timidin isi MHA dikurangi

seminimal mungkin, mengurangi inaktivasi sulfonamid dan

trimethoprim.44

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

33

Kandungan MHA, terdiri dari Beef Extract 2 g, Asam Hydrolysate

dari Kasein 17,5 g, Pati 1,5 g, Agar 17 g dengan pH Akhir 7,3 ± 0,1 pada

25°C. Formula ini dapat disesuaikan dan/atau ditambah sesuai kebutuhan

untuk memenuhi spesifikasi kinerja. Cara membuat medium ini dengan

melakukan suspensi 38 g medium dalam satu liter air murni. Panaskan,

agitasi dan didihkan selama satu menit untuk benar-benar meleburkan

medium. Autoclave pada 121°C selama 15 menit dan dinginkan sampai

suhu kamar.44

2.5.2 Sabouraud Dextrose Agar (SDA)

Salah satu media yang lazim dipakai untuk pembiakan jamur in

vitro adalah Sabouraud Dextrose Agar (SDA). SDA memiliki banyak

kegunaan, di antaranya untuk menentukan apakah suatu kosmetik

mengandung mikroba atau suatu makanan mengandung jamur, sehingga

dapat membantu mendiagnosa infeksi jamur. Kandungan SDA terdiri dari

40 gr dekstrosa, 15 gr agar, 5 gr cernaan enzimatik kasein, serta 5 gr

cernaan enzimatik jaringan hewan. Kandungan dekstrosa merupakan

sumber energi, agar sebagai bahan pemadat, dan dua kandungan terakhir

berperan dalam menyediakan kebutuhan nitrogen serta vitamin untuk

pertumbuhan organisme. SDA memiliki pH 5,6 ± 0,2 pada suhu 25oC.

Kandungan dekstrosanya yang tinggi dan pHnya yang asam juga

menyebabkan SDA hanya dapat digunakan sebagai media pembiakan

jamur-jamur tertentu.45

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

34

Formula kandungan tersebut dapat dimodifikasi untuk

mendapatkan suatu hasil spesifik yang diperlukan. Penambahan

sikloheksimidin, streptomisin, dan penisilin menjadikan media tersebut

sempurna untuk isolasi primer jamur dermatofita. Bila ditambahkan agen

antimikroba, selain dapat menghambat bakteri, beberapa jamur patogen

juga dapat terhambat.45

Prosedur pembuatan media SDA adalah dengan melarutkan 65 gr

medium dalam satu liter air destilasi yang dicampur dengan baik sampai

diperoleh suspensi yang homogen, kemudian direbus selama 1 menit.

Setelah itu ditempatkan dalam otoklaf bersuhu 121oC selama 15 menit.

Perlu berhati-hati untuk menghindari pemanasan berlebih.45

Setelah inokulasi spesies, inkubasi dilakukan pada suhu 25-30oC

selama 2-7 hari. Organisme yang dapat tumbuh dalam media SDA di

antaranya adalah Aspergillus niger, C. Albicans, Microsporum canis,

Penicillum roquefortii, dan Trichophyton mentagrophytes. Karena

beberapa variasi nutrisi, beberapa strain dapat terhambat atau tidak

tumbuh.45

Sifat media dalam kondisi bubuk adalah homogen, bebas mengalir,

dan berwarna antara abu-abu dan cokelat muda. Sedangkan medium yang

sudah jadi tampak berkabut dan berwarna kekuningan. Botol SDA harus

disimpan pada suhu 2-30oC. Sekali botol dibuka, kontainer harus berada

dalam lingkungan dengan kelembaban rendah, suhu stabil, dan terlindung

dari embun dan cahaya dengan menutup botol serapat mungkin. Tanggal

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

35

kadaluwarsa SDA harus diperhatikan, media harus dibuang bila bubuk

sudah tidak bebas mengalir atau warnanya sudah berubah.45

Pada media SDA, jamur akan nampak sebagai koloni-koloni putih.

Sedangkan molds akan tumbuh sebagai koloni filamen dalam berbagai

warna. Penentuan jumlah jamur dalam satuan gr/ml larutan dihitung

berdasarkan jumlah koloni yang ada dengan mempertimbangkan faktor

pengenceran jika sebelumnya telah melalui prosedur pengenceran.45

2.5.3 Saboraud Dextrose Broth (SDB)

Media lain yang digunakan dalam pembiakan C. albicans adalah

Saboraud Dextrose Broth (SDB). Selain untuk jamur, SDB juga dapat

digunakan untuk mold dan mikroorganisme asam. Kandungan dekstrosa

yang tinggi dan pH yang asam merupakan sifat SDB yang mendukung

pertumbuhan jamur dan menghambat pertumbuhan bakteri. Medium ini

merupakan modifikasi dari Saboraud Dextrose Agar (SDA), dengan

setengah jumlah dekstrosa dan tanpa agar.46

Dalam 1 liter SDB terkandung 20 gr dekstrosa, serta 10 gram

campuran pepton yang merupakan sumber nitrogen, vitamin, mineral, dan

asam amino. Pada suhu 250C, pH SDB adalah 5,6 ± 0,2.46

Untuk persiapannya, dilakukan pembuatan suspensi yang

mengandung 30 gr medium dalam 1 liter air destilasi, yang dicampur

dengan baik sampai didapat suspensi yang homogen, lalu dipanaskan

selama 1 menit, kemudian disterilkan pada suhu 118-121oC selama 15

menit. Pemanasan yang berlebih tidak boleh dilakukan. Media ini harus

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

36

disimpan pada suhu 2-8oC ditempat yang kering, terhindar dari sinar

matahari langsung, dan dalam kontainer yang tertutup rapat. Media ini

tidak boleh digunakan apabila tanggal kadaluwarsa telah terlampaui, atau

bila terdapat tanda-tanda kontaminasi atau kerusakan seperti penyusutan,

pemecahan (cracking), penguapan, atau diskolorisasi.46

Sampel yang diinokulasikan diinkubasi selama 3-7 hari pada suhu

25oC. Sebelum inokulasi, suhu media yang akan digunakan disesuaikan

dengan suhu kamar. Selain C.albicans, Aspergillus niger, Lactobacillus

casei, dan Saccharomyces cerevisiae juga tumbuh baik, sedangkan

pertumbuhan Escherichia coli sebagian terhambat..46

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

37

2.6 Kerangka Teori

Penyakit yang ditimbulkan

Menghambat

Mikroorganisme Rongga

Mulut

Streptococcus mutans

Staphylococcus aureus

Candida albicans

Plak

Biofilm

Kandidiasis

Karies

Infeksi bernanah

Antibiotik

Xylitol

Senyawa kimia:

Tanin

Alkaloid

Saponin

Flavanoid

Faktor predisposisi:

Diabetes melitus

Penggunaan jangka

panjang

antibiotik/kortikosteroid

Terapi radiasi kepala/leher

Gangguan gizi

Gula (sukrosa, fruktosa,

glukosa, dll)

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

38

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang didasarkan pada kerangka teori adalah sebagai

berikut:

Menghambat

Pada penelitian ini paparan xylitol yang akan dianalisis pengaruhnya

terhadap jumlah koloni C.albicans, S.aureus, dan S.mutans. Uji zona hambat

terhadap pertumbuhan C.albicans, S.aureus,dan S.mutans menunjukkan

Mikroorganisme Rongga

Mulut

Streptococcus mutans

Staphylococcus aureus

Candida albicans

Antibiotik

Xylitol

Senyawa kimia:

Tanin

Alkaloid

Saponin

Flavanoid

Keterangan:

Diteliti

Tidak diteliti

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

39

perubahan resistensi mikroorganisme di dalam media biakan. Xylitol yang

dipaparkan bervariasi dalam konsentrasi (5%, 25%, 50%, dan 75%).

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka yang diperoleh, maka dapat dirumuskan

hipotesis antaralain:

1. Xylitol dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans

2. Xylitol dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus

3. Xylitol dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

40

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain quasi

eksperimental.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mikroorganisme rongga mulut. Sampel

penelitian adalah S.mutans, S.aureus strain ATCC 25923, dan C.albicans strain

ATCC 10231 yang diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin.

4.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmaka Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin, mulai tanggal 21-25 April 2014.

4.4 Alat dan Bahan Penelitian

Alat:

a. Cawan Petri

b. Timbangan analitik

c. Autoklaf

d. Batang Pengaduk/ spoon

e. Labu Erlenmeyer

f. Inkubator

g. Tabung Reaksi

h. Jangka Sorong

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

41

i. Bunsen

j. Pinset

k. Ose Bulat

l. Gelas Ukur

m. BSC

n. Oven

Bahan:

a. S.mutans strain laboratorik

b. S.aureus strain ATCC 25923

c. Candidia albicans strain ATCC 10231

d. Akuades

e. Sabouraud Dextrose Agar (SDA)

f. Mueller Hinton Agar (MHA)

g. Xylitol

h. Spritus

i. Albhotyl

j. Ampicillin

k. Hanschoen

l. Masker

m. Paper disk

n. Kertas label

o. Kapas

p. Aluminium foil

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

42

4.5 Definisi Operasional

a. Streptococcus mutans

S.mutans strain laboratorik yang diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

b. Staphylococcus aureus

S.aureus strain ATCC 25923 yang diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

c. Candida albicans

C.albicans strain ATCC 10231 yang diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

d. Xylitol

Xylitol dalam bentuk bubuk yang diperoleh dari Health Food Store.

e. Konsentrasi Xylitol

Xylitol bubuk dibuat menjadi larutan dengan konsentrasi 5%, 25%, 50%,

75% dengan pelarut akuades. Banyaknya x gram xylitol yang terlarut

dalam 20 ml akuades. Massa jenis xylitol 1,52 gr/ml, maka untuk membuat

larutan xylitol konsentrasi x%, dilarutkan 1,52 x gram dalam 20 ml

akuades.

f. Kontrol Positif

Kontrol positif adalah kelompok perlakuan yang besar kemungkinannya

menghasilkan efek atau perubahan pada variabel dependen. Pada

penelitian ini, kontrol positif untuk S.mutan dan S.aureus adalah

Amphicillin. Sedangkan, untuk C.albicans adalah Albothyl.

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

43

g. Kontrol Negatif

Kontrol negatif pada penelitian ini adalah kelompok kontrol tanpa

perlakuan atau mendapat perlakuan tetapi tidak menghasilkan efek atau

perubahan pada variabel dependen. Pada penelitian ini kontrol negatif

yang digunakan adalah akuades steril.

h. Zona Inhibisi

Zona Inhibisi adalah diameter zona inhibisi yang tampak bening dan

terbentuk pada medium pertumbuhan setelah diberi paper disk yang berisi

xylitol. Zona inhibisi diukur dengan menggunakan kaliper secara vertikal,

horizontal, dan diagonal kemudian dirata-ratakan.

Nilai rata-rata zona daya hambat:

Rata-rata (x) = Vertikal + Horizontal + Diagonal 3

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Sterilisasi alat

Sterilisasi alat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

a. Labu erlenmeyer diisi dengan aquades sebanyak 250 ml lalu

ditutup dengan kapas yang dipadatkan sedemikian rupa dan ditutup

dengan aluminium foil dan disetrilkan dalam autoklaf pada suhu

1210C selama 25 menit

b. Cawan petri, pinset, batang pengaduk, dan tabung reaksi dibungkus

dengan aluminium foil dan disterilkan menggunakan oven

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

44

c. Bahan yang disterilkan untuk medium perbenihan C.albicans. Cara

sterilisasinya adalah medium SDA yang telah dimasukkan ke

dalam tabung erlenmeyer kemudian disterilkan ke dalam autoklaf

selama 25 menit pada suhu 1210C. Sedangkan, medium perbenihan

untuk S.mutans dan S.aureus. Cara sterilisasinya adalah medium

MHA yang telah dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer

kemudian disterilkan ke dalam autoklaf selama 25 menit pada suhu

1210C.

4.6.2 Pembuatan Medium

a. Cara Membuat SDA (Sabouraud Dextrose Agar), antaralain:

Komposisi SDA (Sabouraud Dextrose Agar), antaralain:

Dextrosa : 40.000 Gms/liter

Pepton : 10.000 Gms/liter

Agar : 15.000 Gms/liter

SDA dilarutkan sebanyak 65 gram ke dalam 1 liter aquades.

Kemudian sterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu

121oC selama 15 menit, kemudian tuangkan ke dalam tabung

reaksi.

b. Cara membuat MHA (Mueller Hinton Agar)

Komposisi :

Beef Extract Powder 20 g

Acid Digest of Casein 17,5 g

Starch 15 g

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

45

Agar 17 g

Cara membuat :

MHA dilarutkan sebanyak 38 gr ke dalam 1 liter aquades.

Kemudian sterilkan dengan mengggunakan autoklaf pada suhu

1210C selama 25 menit. Biarkan hingga suhunya turun sampai

400C. Kemudian tuangkan kedalam tabung reaksi

4.6.3 Pengenceran Xylitol

1. Timbang bubuk xylitol untuk mendapatkan konsentrasi 5%, 25%,

50%, dan 75%, sebagai berikut:

a. Akuades tanpa Xylitol (kontrol negatif): 20 mL akuades.

Albothyl (kontrol positif) untuk C.albicans. Konsentrasi

albothyl mengandung 36% polycresulen. Ampicillin

(kontrol negatif) 10 mg untuk S.mutans dan S.aureus.dalam

bentuk paper disk.

b. Akuades dengan kandungan Xylitol 5% (1,52 gram xylitol

dilarutkan dalam 19 mL akuades). Cara perhitungan:

volume campuran akuades dan xylitol yang diperlukan 20

mL. Untuk mendapatkan kandungan xylitol 5%, maka

volume xylitol yang diperlukan diperoleh dengan cara 5% x

20 mL = 1 mL. Untuk mendapatkan massa yang akan

dilarutkan dalam akuades, maka volume yang diperlukan

diperoleh dengan cara 01 mL x 1,52 gr/mL = 1,52 gram

xylitol dilarutkan dalam 19 mL akuades.

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

46

c. Akuades dengan kandungan Xylitol 25% (7,6 gram xylitol

dilarutkan dalam 15 mL akuades). Cara perhitungan:

volume campuran akuades dan xylitol yang diperlukan 20

mL. Untuk mendapatkan kandungan xylitol 25%, maka

volume xylitol yang diperlukan diperoleh dengan cara 25%

x 20 mL = 5 mL. Untuk mendapatkan massa yang akan

dilarutkan dalam akuades, maka volume yang diperlukan

diperoleh dengan cara 5 mL x 1,52 gr/mL = 7,6 gram

xylitol dilarutkan dalam 15 mL akuades.

d. Akuades dengan kandungan Xylitol 50% (15,2 gram xylitol

dilarutkan dalam 5 mL akuades). Cara perhitungan:

volume campuran akuades dan xylitol yang diperlukan 20

mL. Untuk mendapatkan kandungan xylitol 50%, maka

volume xylitol yang diperlukan diperoleh dengan cara 50%

x 20 mL = 10 mL. Untuk mendapatkan massa yang akan

dilarutkan dalam akuades, maka volume yang diperlukan

diperoleh dengan cara 10 mL x 1,52 gr/mL = 15,2 gram

xylitol dilarutkan dalam 5 mL akuades

e. Akuades dengan kandungan Xylitol 75% (22,8 gram xylitol

dilarutkan dalam 5 mL Akuades). Cara perhitungan:

volume campuran Akuades dan xylitol yang diperlukan 20

mL. Untuk mendapatkan kandungan xylitol 75%, maka

volume xylitol yang diperlukan diperoleh dengan cara 75%

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

47

x 20 mL = 15 mL. Untuk mendapatkan massa yang akan

dilarutkan dalam akuades, maka volume yang diperlukan

diperoleh dengan cara 15 mL x 1,52 gr/mL = 22,8 gram

xylitol dilarutkan dalam 5 mL akuades.

2. Masing-masing konsentrasi larutan tersebut ditempatkan dalam

4 botol kecil yang sudah diberi label.

3. Sterilisasi dan pemanasan dilakukan dengan menggunakan

autoklaf selama 15 menit pada suhu 121OC, dan dibiarkan

mendingin hingga suhu 50OC

4. Setelah disterilisasi, masing-masing konsentrasi larutan

akuades dan xylitol tersebut disimpan pada suhu ruang.

4.6.4 Uji Daya Hambat

Uji daya hambat bertujuan untuk mengetahui kepekaan xylitol terhadap

mikroorganisme rongga mulut (S.mutans, S.aureus, dan C.albicans). Prosedur uji

antara lain :

a. Siapkan biakan mikroorganisme rongga mulut (S.mutans, S.aureus, dan

C.albicans) masing-masing dalam medium agar miring.

b. Untuk mendapatkan biakan S.aureus dan S.mutans dengan cara dikerok

dengan menggunakan ose bulat pada medium biakan. Begitupula untuk

mengambil biakan C.albicans.

c. Masukkan ose bulat yang digunakan tadi ke dalam masing-masing

medium. Untuk S.mutans dan S.aureus dalam medium MHA sedangkan

C.albicans dalam medium SDA.

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

48

d. Tuangkan medium yang telah tercampur dengan biakan (S.mutans,

S.aureus, dan C.albicans) ke dalam masing-masing 3 cawan petri untuk

setiap biakan (masing-masing 3 kali replikasi) dengan ukuran yang

sama.

e. Medium dimasukkan ke dalam cawan petri sampai seluruh

permukaannya tertutupi secara merata.

f. Tanpa menunggu medium SDA memadat, paper disk yang telah

direndam sejenak dengan xylitol dimasukkan ke dalam cawan petri.

Masing-masing sebanyak 6 paper disk dengan rincian sbb:

o Paper disk I, untuk konsentrasi xylitol 5%.

o Paper disk II, untuk konsentrasi xylitol 25%

o Paper disk III, untuk konsentrasi xylitol 50%

o Paper disk IV, untuk konsentrasi xylitol 75%

o Paper disk V, untuk kontrol negatif

o Paper disk VI, untuk kontrol positif

g. Masing-masing prosedur dilakukan didalam BSO dan didekat bunsen

untuk menjaga kesterilan.

h. Setelah medium memadat, cawan petri tersebut diinkubasi selama 1x24

jam di inkubator untuk biakan S.aureus dan S.mutans pada suhu 37oC

sedangkan untuk C.albicans diinkubasi selama 3x24 jam di inkubator

pada suhu 25oC.

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

49

i. Diameter zona inhibisi yang terbentuk (daerah jernih tanpa

pertumbuhan mikroorganisme) diukur dengan jangka sorong dan

dinyatakan dalam milimeter

4.7 Alur Penelitian

Mikroorganisme rongga mulut

Streptococcus mutans

Staphylococcus aureus

Candida albicans

Sabaouraud Dextrose

Agar (SDA)

Muelle-Hinton Agar

(MHA)

Pembuatan medium

Pengenceran xylitol:

5%, 25%, 50%, 75%

Pemaparan xylitol

Inkubasi

Pengukuran zona bening

Analisis data

Isolat Mikroorganisme

rongga mulut pada

medium

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

50

4.8 Analisis Data

1. Jenis Data : Data Primer

2. Analisis data : Npar Tests Kolmogorov-Smirnov Test dan One

way anova

3. Penyajian data : Tabel

4. Pengolahan data : SPSS versi 16

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

51

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmaka Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin dan berjalan selama 5 hari, yang dimulai pada tanggal

21 April - 25 April 2014. Pada penelitian ini dilakukan pengujian daya hambat

xylitol terhadap pertumbuhan mikroorganisme rongga mulut (S.mutans, S.aureus

dan C.albicans) secara in vitro.

Pada uji daya hambat yang dilakukan terdapat 4 konsentrasi xylitol yang

digunakan yaitu 5%, 25%, 50%, dan 75% dengan masing-masing replikasi

sebanyak 3 kali untuk mengetahui daya hambat masing-masing konsentrasi

xylitol terhadap pertumbuhan tiga mikroorganisme rongga mulut.

Setelah melakukan uji daya hambat terhadap tiga mikroorganisme rongga

mulut pada empat konsentrasi xylitol yang berbeda, maka diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 5.1 Diameter zona bening pada replikasi I S.mutans

Konsentrasi Sampel

Pengukuran Zona Inhibisi (mm)

Horizontal Vertikal Diagonal Rata-rata

5% 7,2 7,35 7,25 7,27

25% 8,3 8,2 8,1 8,2

50% 9,0 9,2 9,25 9,15

75% 9,7 9,8 9,75 9,75

Kontrol negatif - - - -

Kontrol positif 6,25 6,1 6,15 6,17

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

52

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa zona bening sudah terbentuk pada

konsentrasi 5% sedangkan pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% juga sudah

terlihat adanya zona bening. Hasil pengukuran pada tabel di atas menunjukkan

bahwa pada konsentrasi 5% menghasilkan zona bening terkecil yaitu 7,27 mm

(selain kontrol), dan konsentrasi 75% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu

9,75 mm. Pada tabel menunjukkan semakin besar konsentrasi xylitol, maka

semakin besar pula zona bening yang terbentuk.

Tabel 5.2 Diameter zona bening pada replikasi II S.mutans

Konsentrasi Sampel

Pengukuran Zona Inhibisi (mm)

Horizontal Vertikal Diagonal Rata-rata

5% 7,25 7,3 7,15 7,23

25% 8,2 8,1 8,25 8,18

50% 8,9 8,85 8,9 8,77

75% 9,5 9,45 9,45 9,47

Kontrol negatif - - - -

Kontrol positif 6,15 6,1 6 6,08

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa zona bening sudah terbentuk pada

konsentrasi 5% sedangkan pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% juga sudah

terlihat adanya zona bening. Hasil pengukuran pada tabel di atas menunjukkan

bahwa pada konsentrasi 5% menghasilkan zona bening terkecil yaitu 7,23 mm

(selain kontrol), dan konsentrasi 75% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu

9,47 mm. Pada tabel menunjukkan semakin besar konsentrasi xylitol, maka

semakin besar pula zona bening yang terbentuk.

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

53

Tabel 5.3 Diameter zona bening pada replikasi III S.mutans

Konsentrasi Sampel

Pengukuran Zona Inhibisi (mm)

Horizontal Vertikal Diagonal Rata-rata

5% 7,25 7,1 7,15 7,17

25% 8,3 8,4 8,3 8,33

50% 9,2 9,3 9,2 9,23

75% 9,8 9,85 9,8 9,82

Kontrol negatif - - - -

Kontrol positif 6,1 6,2 6,15 6,15

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa zona bening sudah terbentuk pada

konsentrasi 5% sedangkan pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% juga sudah

terlihat adanya zona bening. Hasil pengukuran pada tabel di atas menunjukkan

bahwa pada konsentrasi 5% menghasilkan zona bening terkecil yaitu 7,17 mm

(selain kontrol), dan konsentrasi 75% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu

9,82 mm. Pada tabel menunjukkan semakin besar konsentrasi xylitol, maka

semakin besar pula zona bening yang terbentuk.

Tabel 5.4 Diameter zona bening pada replikasi I S.aureus

Konsentrasi Sampel

Pengukuran Zona Inhibisi (mm)

Horizontal Vertikal Diagonal Rata-rata

5% 7,35 8 8,1 7,82

25% 8,15 8,75 8,65 8,51

50% 10,1 11,45 11 10,85

75% 11 11,45 11 11,15

Kontrol negatif - - - -

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

54

Kontrol positif 6,35 6,75 6,5 6,53

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa zona bening sudah terbentuk pada konsentrasi

5% sedangkan pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% juga sudah terlihat adanya

zona bening. Hasil pengukuran pada tabel di atas menunjukkan bahwa pada

konsentrasi 5% menghasilkan zona bening terkecil yaitu 7,82 mm (selain kontrol),

dan konsentrasi 75% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu 11,15 mm. Pada

tabel menunjukkan semakin besar konsentrasi xylitol, maka semakin besar pula

zona bening yang terbentuk.

Tabel 5.5 Diameter zona bening pada replikasi II S.aureus

Konsentrasi Sampel

Pengukuran Zona Inhibisi (mm)

Horizontal Vertikal Diagonal Rata-rata

5% 7,1 7,35 7,25 7,23

25% 9,5 9,55 9,2 9,41

50% 10 10,35 10,2 10,18

75% 10,7 10,8 10,75 10,75

Kontrol negatif - - - -

Kontrol positif 6,25 6,45 6,5 6,4

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa zona bening sudah terbentuk pada

konsentrasi 5% sedangkan pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% juga sudah

terlihat adanya zona bening. Hasil pengukuran pada tabel di atas menunjukkan

bahwa pada konsentrasi 5% menghasilkan zona bening terkecil yaitu 7,23 mm

(selain kontrol), dan konsentrasi 75% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu

10,75 mm. Pada tabel menunjukkan semakin besar konsentrasi xylitol, maka

semakin besar pula zona bening yang terbentuk.

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

55

Tabel 5.6 Diameter zona bening pada replikasi III S.aureus

Konsentrasi Sampel

Pengukuran Zona Inhibisi (mm)

Horizontal Vertikal Diagonal Rata-rata

5% 7,55 7,8 7,65 7,67

25% 8,2 8,45 8,3 8,32

50% 11 11,3 11,15 11,15

75% 11,4 11,65 11,2 11,42

Kontrol negatif - - - -

Kontrol positif 6,5 6,45 6,5 6,48

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa zona bening sudah terbentuk pada

konsentrasi 5% sedangkan pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% juga sudah

terlihat adanya zona bening. Hasil pengukuran pada tabel di atas menunjukkan

bahwa pada konsentrasi 5% menghasilkan zona bening terkecil yaitu 7,67 mm

(selain kontrol), dan konsentrasi 75% menghasilkan diameter zona terbesar yaitu

11,42 mm. Pada tabel menunjukkan semakin besar konsentrasi xylitol, maka

semakin besar pula zona bening yang terbentuk.

Tabel 5.7 Diameter zona bening pada replikasi I C.albicans

Konsentrasi Sampel

Pengukuran Zona Inhibisi (mm)

Horizontal Vertikal Diagonal Rata-rata

5% - - - -

25% - - - -

50% - - - -

75% - - - -

Kontrol negatif - - - -

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

56

Kontrol positif 23,5 23,75 23,65 23,67

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa zona bening tidak terbentuk pada konsentrasi

5% maupun pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% juga tidak terlihat adanya zona

bening. Hasil pengukuran pada tabel di atas menunjukkan bahwa zona bening

hanya terbentuk pada kontrol positif yaitu 23,67 mm. Pada tabel tidak

menunjukkan adanya efek xylitol terhadap sampel C.albicans (kecuali kontrol

positif).

Tabel 5.8 Diameter zona bening pada replikasi II C.albicans

Konsentrasi Sampel

Pengukuran Zona Inhibisi (mm)

Horizontal Vertikal Diagonal Rata-rata

5% - - - -

25% - - - -

50% - - - -

75% - - - -

Kontrol negatif - - - -

Kontrol positif 23,4 23,5 23,45 23,45

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa zona bening tidak terbentuk pada konsentrasi

5% maupun pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% juga tidak terlihat adanya zona

bening. Hasil pengukuran pada tabel di atas menunjukkan bahwa zona bening

hanya terbentuk pada kontrol positif yaitu 23,45 mm. Pada tabel tidak

menunjukkan adanya efek xylitol terhadap sampel C.albicans (kecuali kontrol

positif).

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

57

Tabel 5.9 Diameter zona bening pada replikasi III C.albicans

Konsentrasi Sampel

Pengukuran Zona Inhibisi (mm)

Horizontal Vertikal Diagonal Rata-rata

5% - - - -

25% - - - -

50% - - - -

75% - - - -

Kontrol negatif - - - -

Kontrol positif 23,5 23,55 23,55 23,53

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa zona bening tidak terbentuk pada konsentrasi

5% maupun pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% juga tidak terlihat adanya zona

bening. Hasil pengukuran pada tabel di atas menunjukkan bahwa zona bening

hanya terbentuk pada kontrol positif yaitu 23,53 mm. Pada tabel tidak

menunjukkan adanya efek xylitol terhadap sampel C.albicans (kecuali kontrol

positif).

Tabel 5.10 Diameter zona bening S.mutans

Konsentrasi Sampel

S.mutans (mm)

Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-Rata

5% 7,27 7,23 7,17 7,22

25% 8,2 8,18 8,33 8,24

50% 9,15 8,77 9,23 9,05

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

58

75% 9,75 9,47 9,82 9,68

Kontrol negatif

- - - -

Kontrol positif 6,17 6,08 6,15 6,13

Tabel 5.11 Diameter zona bening S.aureus

Konsentrasi Sampel

S.aureus (mm)

Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata

5% 7,82 7,23 7,67 7,57

25% 8,51 9,41 8,32 8,75

50% 10,85 10,18 11,15 10,73

75% 11,15 10,75 11,42 11,12

Kontrol negatif

- - - -

Kontrol positif 6,53 6,4 6,48 6,47

Tabel 5.12 Diameter zona bening C.albicans

Konsentrasi Sampel

C.albicans (mm)

Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata

5% - - - -

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

59

25% - - - -

50% - - - -

75% - - - -

Kontrol negatif

- - - -

Kontrol positif 23,67 23,45 23,53 23,55

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

60

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmaka Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin dan berjalan selama 5 hari, yang dimulai pada tanggal

21 April - 25 April 2014. Pada penelitian ini dilakukan pengujian daya hambat

xylitol terhadap pertumbuhan mikroorganisme rongga mulut (S.mutans,

S.aureus, dan C.albicans) secara in vitro.

Pada uji daya hambat yang dilakukan terdapat 4 konsentrasi xylitol yang

digunakan yaitu 5%,52,53 25%, 50%, dan 75% dengan masing-masing replikasi

sebanyak 3 kali untuk mengetahui daya hambat masing-masing konsentrasi

xylitol terhadap pertumbuhan tiga mikroorganisme rongga mulut.

Untuk bakteri S.mutans, baik pada replikasi I, II, dan III, hasil yang

diperoleh pada penelitian ini yaitu pada konsentrasi terendah 5% sudah terlihat

adanya zona bening yang terbentuk. Zona bening yang terbentuk

memperlihatkan bahwa pada konsentrasi tersebut, adanya daya hambat dari

xylitol terhadap pertumbuhan bakteri S.mutans. Begitupula untuk konsentrasi

25%, 50%, dan 75% terbentuk zona bening yang semakin besar, seiring dengan

penambahan konsentrasi xylitol. Pada kontrol negatif (akuades), tidak terbentuk

zona bening, sedangkan pada kontrol positif (ampicillin) terbentuk zona bening.

Hal ini memperlihatkan bahwa xylitol dapat menghambat pertumbuhan

S.mutans.

Glucosyltransferase (GTF) yang dihasilkan oleh S.mutans dapat

mengubah karbohidrat yang terdapat dalam rongga mulut menjadi extracelullar

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

61

glucan, yang sangat berperan bagi keberadaan bakteri pada permukaan gigi dan

permukaan plak yang merupakan salah satu karakteristik dari karies yang

disebabkan oleh Streptococcus.3 Fungsi GTFs pada S.mutans yaitu mensintesa

sukrosa menjadi adhesif glukan. Glukan ini merupakan perantara kuat

melekatnya sel bakteri ke permukaan gigi dan juga perlekatan antara bakteri

sendiri. Adanya glukan juga dapat memodulasi permeabilitas plak dengan

meningkatkan jumlah produk asam pada permukaan gigi serta bertindak sebagai

sumber energi bagi bakteri.22, 24

Lain halnya dengan xylitol yang memiliki struktur yang berbeda dengan

jenis gula lainnya, membuat xylitol sulit dicerna oleh bakteri sehingga tidak

memberikan nutrisi untuk bakteri. Selain itu, struktur unik pada xylitol ini juga

membuat bakteri tertarik untuk memfermentasikan xylitol menjadi asam, akan

tetapi bakteri justru sulit untuk mengubah xylitol tersebut dikarenakan

strukturnya yang unik dan berbeda dari gula lainnya.19, 43

Untuk bakteri S.aureus, baik pada replikasi I, II, dan III, hasil yang

diperoleh pada penelitian ini yaitu pada konsentrasi terendah 5% sudah terlihat

adanya zona bening yang terbentuk. Zona bening yang terbentuk

memperlihatkan bahwa pada konsentrasi tersebut, adanya daya hambat dari

xylitol terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus. Begitupula untuk konsentrasi

25%, 50%, dan 75% terbentuk zona bening yang semakin besar, seiring dengan

penambahan konsentrasi xylitol. Pada kontrol negatif (akuades), tidak terbentuk

zona bening, sedangkan pada kontrol positif (ampicillin) terbentuk zona bening.

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

62

Hal ini memperlihatkan bahwa xylitol memiliki kapasitas untuk menghambat

pertumbuhan S.aureus.

Salah satu mekanisme pertahanan dari S.aureus adalah kapasitas untuk

membentuk biofilm. Bakteri yang tertanam di dalam biofilm sering sulit untuk

dimatikan dengan regimen antibiotik standar. Akibatnya, banyak pengobatan

infeksi kronis terhalang oleh biofilm dari S. aureus. Menurut penelitian Sander

Croes dkk, pada 0,1 % glukosa, lebih dari 60% dari strain S. aureus yang terkait

dengan Multilocus Sequence Typing (MLST) Clonal Complex (CC) 8 dapat

menghasilkan sejumlah besar biomassa, dibandingkan dengan 0-7% untuk

berbagai garis keturunan klonal lainnya. Hal ini berarti, S.aureus mengkonsumsi

glukosa sebagai nutrisi dan pembentukan biofilm.8 Akan tetapi, berbeda dengan

xylitol yang merupakan gula alkohol yang memiliki struktur berbeda. Hal itu

membuat xylitol sulit dicerna sehingga S.aureus tidak dapat membentuk

biomassa karena xylitol sulit dicerna maupun difermentasikan sehingga tidak

memberikan nutrisi bagi bakteri staphyloccus aureus.

Untuk C.albicans, baik pada replikasi I, II, dan III, hasil yang diperoleh

pada penelitian ini yaitu pada konsentrasi terendah 5% tidak terlihat adanya zona

bening yang terbentuk. Begitupula untuk konsentrasi 25%, 50%, dan 75% tidak

terbentuk zona bening. Sedangkan, kontrol positif yang digunakan yaitu

albothyl, memperlihatkan adanya daya hambat terhadap C.albicans yang

ditandai dengan terbentuknya zona bening. Hal ini berarti, xylitol tidak

memberikan efek menghambat terhadap pertumbuhan C.albicans. Padahal

secara teoritis, xylitol memiliki kapasitas untuk menghambat pertumbuhan

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

63

C.albicans.18Pada kontrol negatif (akuades), tidak terbentuk zona bening,

sedangkan pada kontrol positif (albothyl) terbentuk zona bening. Hal ini

memperlihatkan bahwa xylitol tidak memiliki kapasitas untuk menghambat

pertumbuhan C.albicans.

Glukosa merupakan salah satu bentuk karbohidrat yang berperan kuat

dalam perkembangan infeksi C.albicans. Hasil penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa perlekatan C.albicans ke sel epitel bukal rongga mulut

pada manusia meningkat secara signifikan setelah mengonsumsi karbohidrat

seperti galaktosa, glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan sorbitol. Akan tetapi,

berbeda dengan xylitol sebagai pemanis yang memiliki struktur berbeda dengan

gula lainnya sehingga membuat xylitol sulit dicerna oleh C.albicans.

Pada hasil penelitian ini memperlihatkan hasil yang berbeda secara

teoritis dengan hasil penelitian terdahulu, kemungkinan dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Diperkirakan daya hambat xylitol yang belum terlihat

dikarenakan dipengaruhi oleh durasi pemaparan xylitol. Xylitol merupakan gula

alkohol yang memiliki struktur berbeda dengan jenis gula lainnya sehingga sulit

dicerna oleh mikroorganisme. Akan tetapi, xylitol tidak memiliki kandungan

anti-bakteri/antifungi sehingga sangat bergantung dengan waktu/durasi

pemaparannya. Selain itu, belum ada dilakukan penelitian mengenai mekanisme

penghambatan xylitol secara biomolekular sehingga tidak diketahui apakah

Kontrol positif yang digunakan untuk S.aureus dan S.mutans adalah

Ampicillin. Pada penelitian Archana, et al (2011), ampicillin menunjukkan zona

hambat maksimum untuk menghambat pertumbuhan bakteri.49 Namun, pada

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

64

penelitian ini daya hambat yang dihasilkan tidak begitu besar dikarenakan

kontrol yang digunakan adalah ampicillin yang sudah terkemas dalam paper

disk. Penyebab zona hambat yang dihasilkan tidak begitu maksimalkan

diperkiran karena kondisi paper disk yang sudah tidak baik. Sementara itu,

kontrol postif yang digunakan untuk C.albicans adalah albothyl. Albothyl

mengandung polikresulen sebagai hasil kondensasi dari asam sulfonik

metakresol dan metanal. Sehingga biasanya digunakan untuk mengatasi

kandidiasis.50 Sedangkan, kontrol negatif yang digunakan adalah akuades steril.

Analisis dilakukan dengan menggunakan Uji Normalitas dengan

Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov adalah pengujian normalitas

yang banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang

beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan

perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang

sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Konsep dasar

dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan

distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal

baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam

bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov

Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data

normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti

terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak

terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov

adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

65

mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data

tersebut tidak normal.

Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku

berarti data yang kita uji normal, karena tidak berbeda dengan normal baku.

Berdasarkan hasil penelitian intepretasinya adalah nilai yang diperlukan di atas

0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas. Inilah yang

kemudian menjadi acuan untuk dilakukan uji Anova.

Anova merupakan singkatan dari "analysis of varian" adalah salah

satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata)

data lebih dari dua kelompok. Untuk melakukan uji Anova, harus dipenuhi

beberapa asumsi, yaitu:

1. Sampel berasal dari kelompok yang independen

2. Varian antar kelompok harus homogen

3. Data masing-masing kelompok berdistribusi normal

Prinsip Uji Anova adalah melakukan analisis variabilitas data menjadi dua

sumber variasi yaitu variasi di dalam kelompok (within) dan variasi antar

kelompok (between). Bila variasi within dan between sama (nilai perbandingan

kedua varian mendekati angka satu), maka berarti tidak ada perbedaan efek dari

intervensi yang dilakukan, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan tidak

ada perbedaan. Sebaliknya bila variasi antar kelompok lebih besar dari variasi

didalam kelompok, artinya intervensi tersebut memberikan efek yang berbeda,

dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan menunjukkan adanya perbedaan.

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

66

Pada sampel S.aureus, dari tabel Descriptives nampak bahwa rata-rata

luas zona bening untuk konsentrasi xylitol 5% yang terbentuk sebesar 7,5733,

untuk konsentrasi xylitol 25% yang terbentuk sebesar 8,7467, untuk konsentrasi

xylitol 50% yang terbentuk sebesar 10,7267, untuk konsentrasi xylitol 75% yang

terbentuk sebesar 11,1067, untuk kontrol positif yang terbentuk sebesar 0,0000,

untuk kontrol positif yang terbentuk sebesar 6,4700. Selanjutnya untuk melihat uji

kita lihat di tabel ANOVA.

Pada sampel S.mutans, dari tabel Descriptives nampak bahwa rata-rata

luas zona bening untuk konsentrasi xylitol 5% yang terbentuk sebesar 7,2233,

untuk konsentrasi xylitol 25% yang terbentuk sebesar 8,2367, untuk konsentrasi

xylitol 50% yang terbentuk sebesar 9,0500, untuk konsentrasi xylitol 75% yang

terbentuk sebesar 9,6800, untuk kontrol positif yang terbentuk sebesar 0,0000,

untuk kontrol positif yang terbentuk sebesar 6,133. Selanjutnya untuk melihat uji

kita lihat di tabel ANOVA.

Selanjutnya untuk melihat apakah ada perbedaan luas zona bening yang

terbentuk dari keenam kelompok tersebut, kita lihat tabel ANOVA, dari tabel itu

pada kolom Sig. diperoleh nilai P (P-value) = 0,000. Dengan demikian pada taraf

nyata = 0,05 kita menolak Ho, sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah ada

perbedaan yang bermakna rata-rata luas zona bening berdasarkan keenam

kelompok tersebut.

Jika hasil uji menunjukan Ho gagal ditolak (tidak ada perbedaan), maka uji

lanjut (Post Hoc Test) tidak dilakukan. Sebaliknya jika hasil uji menunjukan Ho

ditolak (ada perbedaan), maka uji lanjut (Post Hoc Test) harus dilakukan. Karena

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

67

hasil uji Anova baik untuk sampel S.aureus maupun S.mutans menunjukan adanya

perbedaan yang bermakna, maka uji selanjutnya adalah melihat kelompok mana

saja yang berbeda.

Dari tabel Post Hoc Test baik untuk sampel S.aureus maupun S.mutans

memperlihatkan bahwa konsentrasi 25% memberikan efek paling kecil

(menghambat), sedangkan 75% memberikan efek paling besar (menghambat)

terhadap pertumbuhan S.aureus. Jadi, semakin besar konsentrasinya, maka

semakin besar pula luas zona bening/daya hambat yang dihasilkan.

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

68

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Xylitol dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus dan S.mutans

2. Semakin besar konsentrasi xylitol, maka semakin besar pula daya

hambatnya

3. Xylitol tidak menghambat pertumbuhan C.albicans

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek xylitol terhadap

pertumbuhan S.mutans, S.aureus, dan C.albicans dengan strain yang

berbeda dan durasi paparan yang bervariasi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruh xylitol

terhadap pertumbuhan S.mutans, S.aureus, dan C.albicans secara in vivo.

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

69

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagg J, MacFarlane TW, Poxton IR, Smith AJ.Essentials of Microbiology for Dental Student.Oxford University Press; 2006: 237-258.

2. Aas JA, Paster BJ, Stokes LN, Olsen I, Dewhirst FE.Defining the Normal Bacterial Flora of the Oral Cavity. Journal of Clinical Microbiology [serial online]; 2005 [diunduh tanggal 10 Januari 2014]; 43(11): 572--5732. Available from: http://jcm.asm.org/cgi/reprint/43/11/5721

3. Collagate Professional. [diunduh tanggal 10 Januari 2014]. Available from: http://www.colgateprofessional.com/patienteducation/What-Is-Biofilm/article

4. Moynihan PJ. The role of diet and nutrition in the etiology and prevention of

oral diseases. Bulletin of the World Health Organization; 2005; 83: 694-5.

5. Moynihan P, Petersen PE. Diet, nutrition and the prevention of dental diseases. Public Health Nutrition; 2004; 7(1A): 201-25.

6. Wijaya D, Samad R. Daya hambat teh hitam, teh hijau dan teh oolong terhadap pertumbuhan S.mutans. Journal of the Indonesian Dental Association; 2005; 55: 82-5.

7. Public Health England. S.aureus. [diunduh 10 Januari 2014]. Available from: www.hpa.org.uk/Topics/infectiousDisease/InfectionsAZ/

8. Graziella NB-B, dkk. Staphylococcus spp., Enterobacteriaceae and Pseudomonadaceae oral isolates from Brazilian HIV-positive patiens. Correlation with CD4 cell counts and viral load. Elsevier Ltd.; 2011; 56: 1041-5.

9. Klein E, Smith DL, Laxminarayan R. Hospitalizations and Deaths Caused by Methicillin-Resistant S.aureus, United states, 1999-2005. Emerging Infectious Disease; 2007; 13(12): 1840-6.

10. Ohara-Nemoto, et al. Occurence of staphylococci in the oral cavities of healthy adults and nasal-oral trafficking of the bacteria. Journal of Medical Microbiology; 2008;57:95-4.

11. Sander Croes, dkk. S.aureus biofilm formation at the physiologic glucose concentration depends on the S. Aureus lineage. BMC Microbiology; 2009; 9(229): 1-9.

12. Darwazeh AM-G, Hammad MM, Al –James AA. The Relationship Between Oral Hygiene and Oral colonization with Candida Spesies in Health Adult Subjects. International Journal of Dental Hygiene 2010; 8: 128-5.

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

70

13. Gustavo D. Rabelo, dkk. Detection of Single and Mixed Colonization of Candida Species in Patients with Denture Stomatitis. Braz J Oral Sci.; 2011; 10(3):184-4.

14. Dangi S.Y, Soni L.M, Namdeo P.M. Oral Candidiasis: A Review. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences; 2010; 2(4): 36-5.

15. Witzel L.A, dkk. C.albicans Isolation from Buccal Mucosa of Patiens with HIV Wearing Removable Dental Prostheses. Quintessence Publishing Co, Inc.; 2012; 25(2): 127-4.

16. Dismuskes W, Pappas P, Sobel J. Clinical Mycology. Oxford: Oxford University Press Inc.; 2003: 488-9.

17. Webster W. Introduction to Fungi. Cambridge: Cambridge University; 2007: 34-3.

18. Abu-Elteen H. Khaled. The Influence of dietary carbohydrates on in Vitro Adherence of Four Candida Species to Human Buccal Epithelial cells. Microbial Ecology in Health and Disease; 2005; 17: 156-6.

19. Yoshikiyo Sakakibara, Badal C.Saha, and Paul Taylor. Microbial Production of Xylitol from L-arabinose by Metabolocally Engineered Escherichia Coli. Journal of Biosciense and Bioengineering; 2009;107(5): 506-5.

20. Xylitol.org. The Sweet Solution for Better Health, Naturally. [diunduh 11 Januari 2014]. Available from: http://www.xylitol.org/about-xylitol

21. Wikipedia. Streptococcus mutans. [diunduh tanggal 11 Januari 2014]. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans

22. Octiara E, Budiardjo S. S.mutans: faktor virulensi dan target spesifik vaksin. Dentika Dental Journal; 2008; 13(2): 180-5.

23. Forsten SD, Bjorklund M, Ouwehand AC. S.mutans, caries and simulation models. Nutrients; 2010; 2: 290-8.

24. Suwondo S. Scrining tumbuhan obat yang mempunyai aktivitas antibakteri penyebab karies gigi dan pembentuk plak. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 2008; 6(2): 65-7.

25. Nishimura J, Saito T, Yoneyama H, Bai LL, Okumera K, Isogai E. Biofilm formation by S.mutans and related bacteria. Advanced in Microbiology; 2012; 2: 208-7.

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

71

26. Gross EL, Beall CJ, Kutsch SR, Firestone ND, Leys EJ, Griff AL. Beyond S.mutans: dental caries onset linked to multiple species by 16S rRNA community analysis. Plos One; 2012; 7(10): 1-11.

27. Simon L. The role of S.mutans and oral ecology in the formation of dental caries. Lethbridge undergraduate Research Journal; 2007; 2(2):1-11.

28. Rieuwpassa IE, Rahmat, Karlina. Daya Hambat Ekstrak Aloe Vera terhadap pertumbuhan S.aureus (studi in vitro). Jurnal Dentofasial; 2011; 10(2): 65-5.

29. Ganiswara, et al. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1995; 572-55

30. Wikipedia. Staphylococcus aureus. [diunduh tanggal 12 Januari 2014]. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Candida_albicans

31. Subhankari PC, Santanu KM, Somenath R. Biochemical characters and antibiotic susceptibility of S.aureusisolates. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine; 2012: 212-4.

32. Hidayati N. Isolasi dan identifikasi Jamur Endofit pada umbi bawang putih (Allium sativum) sebagai Penghasil Senyawa Antibakteri S.mutans dan E. Coli. Fakultas Sains dan Teknologi UN, Malang 2010: 33.

33. Harris LG, Foster SJ, Richard RG. An introduction to Staphylococcusaureus and Techniques for Identifying and QuantifyingS. Aureus Adhesins in Relation to Adhesion to Biomaterials: Review. European Cells and Materials; 2002; 4: 39-21.

34. Tolan R. S.aureus Biofilm. [diunduh 17 Februari 2014]. Available from: http://emedicine.medscape.com/

35. Blanco MG, et al. Epidemiology of Meticillin-Resistant S.aureus (MRSA) in Latin Amerika. International Journal of Antimicrobial Agents;2009;34:304-4.

36. Geo F, Janet S & Stephen A. Medical Microbiology. 23th edition. New York: Mc Graw Hill; 2004: 645-7.

37. Wikipedia. Candida albicans.[diunduh tanggal 17 Februari 2014]. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus

38. Tjampakasari CR. Karakteristik C.albicans. 2006. [diunduh 14 Februari 2014]. Available from: http://www.kalbefarma.com/files13_15_karakteristikBiologikCandidaAlbicans

39. Siqueira JF Jr, et al. Fungal Infection of Radicular Dentin. J Endodon.; 2002; 28(11):770-3.

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

72

40. S. Ramesh, et al. Enhanced Production of Xylitol from Corncob by Pachysolen tannophilus Using Response Surface Methodology. International Journal of Food Science; 2013; 1-8.

41. Rubio C, Latina C, Navarro A. Fermentation of Corncob Hydrolysate for Xylitol Production. Bio Tecnologia; 2012; 16(3): 48-15.

42. PubChem Compound. Xylitol. [diunduh pada 15 Februari 2013]. Available from: www.pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi/cid=6912&loc=ec_rcs

43. Sellman, Sherill. Xylitol. Xylitol: our sweet salvation? 2003 [diunduh 16 Februari 2014]. http://www.laleva.cc/food/xylitol.html

44. Neogen Corporation. Mueller Hinton Agar (7101). 2011 [diunduh 1 Maret 2014]. Available from:

http://www.neogen.com/Acumedia/pdf/ProdInfo/7101_PI.pdf

45. Neogen Corporation. Sabouraud Dextrose Agar (7150). 2011 [diunduh 1 Maret 2014]. Available from: http://www.neogen.com/acumedia/pdf/ProdInfo/7150_PI.pdf

46. Conda Laboratories. Sabouraud dextrose broth. 2011 [diunduh 1 Maret 2014]. Available from: http://www.condalab.com/pdf/1205.pdf

47. Radmerikhi S, et al. Antimicrobial effect of different xylitol concentrations on S.mutans and Lactobacillus acidophillus count. Journal of Restorative Dentistry; 2013; 1(3): 95-3.

48. Amaral LFB, et al. Evaluation of antimicrobial effectiveness of C-8 xylitol monoester as an alternative preservative for cosmetic products. International Journal Of Cosmetic Science; 2011: 1-7.

49. Devi A, Singh V, Bhatt AB. Antibiotic sensitivity pattern of Streptococcus againts commercially available drugs and comparison with extract of punica granatum. International Journal of Pharma and Bio Sciences; 2011; 2(2): 504-4.

50. Bandem AW, Pudjiati SR. Kondilomata Atipia. Dexa Media; 2007; 1(20): 16-2.

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

73

LAMPIRAN

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

74

LAMPIRAN

1. Alat dan Bahan

Cawan Petri dan Erlenmeyer Label, xylitol

Medium SDA dan MHA Otoklaf

Timbangan Analitik Albothyl Jangka sorong

Page 91: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

75

Bunsen, Paper disk, akuades steril, tabung reaksi, rak,

ampicillin(paper disk)

Inkubator

Page 92: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

76

Biohazard Cabinet Operation(BCO)

Oven

Page 93: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

77

Pengenceran xylitol

2. Prosedur Penelitian

Page 94: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

78

3. Hasil Penelitian

Streptococcus mutans

Staphylocccus aureus

Page 95: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 9997... SKRIPSI Fuad Aslim J11110120 - Universitas …bagian Oral Biologi yang telah memberikan saran-saran dan kritik

79

Candida albicans