113
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan persoalan yang sangat komplek dan luas, misalnya kebudayaan yang berkaitan dengan cara manusia hidup, adat istiadat dan tata krama. Kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan, cenderung berbeda antara satu suku dengan suku lainnya, khususnya di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang heterogen juga adat istiadat dan kebiasaannya yang berbeda dan masih dipertahankan sampai saat ini, termasuk adat perkawinan. Masyarakat Bugis merupakan salah satu suku yang masih mempertahankan budaya dan adat istiadatnya di Indonesia. Suku Bugis yang tergolong ke dalam suku- suku Melayu Deutero, berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan lain. Masyarakat Bugis ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara Lontara dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik dan besar antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa dan Sawitto (Kabupaten Pinrang), Sidenreng dan Rappang. Suku Bugis yang menyebar dibeberapa Kabupaten memiliki adat istiadat yang masih dipertahankan keberadaannya.

repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan merupakan persoalan yang sangat komplek dan luas, misalnya

kebudayaan yang berkaitan dengan cara manusia hidup, adat istiadat dan tata krama.

Kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan, cenderung berbeda antara satu suku

dengan suku lainnya, khususnya di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang heterogen

juga adat istiadat dan kebiasaannya yang berbeda dan masih dipertahankan sampai

saat ini, termasuk adat perkawinan.

Masyarakat Bugis merupakan salah satu suku yang masih mempertahankan

budaya dan adat istiadatnya di Indonesia. Suku Bugis yang tergolong ke dalam suku-

suku Melayu Deutero, berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan

"ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana,

Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Mereka menjuluki dirinya sebagai To

Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi.

Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk

beberapa kerajaan lain. Masyarakat Bugis ini kemudian mengembangkan

kebudayaan, bahasa, aksara Lontara dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa

kerajaan Bugis klasik dan besar antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa dan

Sawitto (Kabupaten Pinrang), Sidenreng dan Rappang. Suku Bugis yang menyebar

dibeberapa Kabupaten memiliki adat istiadat yang masih dipertahankan

keberadaannya.

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

2

Dalam masyarakat Bugis, hubungan kekerabatan merupakan aspek utama,

baik dinilai penting oleh anggotanya maupun fungsinya sebagai suatu struktur dasar

dalam suatu tatanan masyarakat. Pengetahuan mendalam tentang prinsip-prinsip

kekerabatan sangat penting bagi orang Bugis untuk membentuk tatanan sosial

mereka. Aspek kekerabatan tersebut termasuk perkawinan, karena dinggap sebagai

pengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut dengan seksnya dan kehidupan

rumah tangganya. Selain itu perkawinan juga berfungsi untuk mengatur ketentuan

akan harta gengsi sosial dan lebih penting lagi adalah memelihara hubungan

kekerabatan.

Suku Bugis khususnya Bugis Bone, memaknai perkawinan berarti siala atau

mengambil satu sama lain, jadi perkawinan merupakan ikatan timbal balik. Pihak-

pihak yang terlibat berasal dari strata sosial yang berbeda, namun setelah mereka

menikah mereka akan menjadi mitra dalam menjalani kehidupannya. Perkawinan

dalam adat Bugis Bone merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan

manusia, suatu perkawinan tidak hanya merupakan peristiwa yang dialami oleh dua

orang individu berlainan jenis, melibatkan berbagai pihak, baik kerabat keluarga

maupun kedua mempelai lebih dalam lagi perkawinan melibatkan kesaksian dari

anggota masyarakat melalui upacara perkawinan yang dianggap sebagai pengakuan

masyarakat terhadap bersatunya dua orang individu dalam ikatan perkawinan.

Guna memahami budaya Bugis Bone, khususnya dalam prosesi upacara

perkawinan adat Bugis Bone yang terkait dengan mitos dan spirit religus, maka

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

3

dibutuhkan pemahaman terhadap budaya tersebut. Sistem budaya yang berlaku dalam

masyarakat Bugis Bone, merupakan simbolisme pada suku Bugis.

Dalam proses pelaksanaan upacara perkawinan adat Bugis Bone secara umum

terdapat simbol-simbol yang sarat akan makna sehingga sangat penting diketahui

makna dari simbol-simbol perkawinan adat tersebut. Simbol-simbol yang terdapat

dalam prosesi perkawinan adat Bugis Bone bukan sekedar simbol-simbol yang dibuat

tanpa makna namun, pesan komunikasi tersebut tersirat dalam simbol tersebut.

Terdapat hubungan yang mutlak antara manusia dengan kebudayaan

menyebabkan manusia pada hakikatnya disebut mahluk budaya. Kebudayaan itu

sendiri terdiri atas simbol-simbol dan nilai-nilai merupakan hasil karya dari tindakan

manusia. Makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Pesan

simbolik yang diciptakan manusia dalam situasi tertentu pada dasarnya ditujukan

untuk manusia agar dapat melakukan komunikasi. Dalam komunikasi melihat pesan-

pesan yang bersifat simbolis, misalnya kata yang terungkap, suatu gerak tubuh seperti

menggelengkan kepala, simbol-simbol seperti rumah adat Bugis Bone (Bola Soba)

yang sarat akan makna dan peristiwa, seperti perkawinan. Dimana simbol-simbol

suatu budaya memiliki makna yang telah disepakati atau dipercayai masyarakat

setempat.

Pemahaman akan makna simbolik dalam upacara perkawinan merupakan

keberlanjutan suatu kebudayaan. Maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian

dengan tujuan untuk mengeksplorasi pesan atau makna simbolik yang terkandung

dalam setiap aktivitas upacara perkawinan adat Bugis Bone. Oleh karena itu untuk

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

4

menghindari terjadinya kesalahpahaman interpretasi bagi orang-orang internal

maupun eksternal masyarakat Bugis Bone, maka penelitian ini sangat menarik untuk

di eksplorasi.

Karya budaya manusia penuh dengan simbolisme sesuai dengan tata

pemikiran atau paham yang mengarahkan pola-pola kehidupan sosialnya, demikian

pula budaya tradisional Bugis Bone terdapat banyak hal yang diungkapkan secara

simbolik, seperti dalam ritual pelaksanaan perkawinan adat yang memiliki berbagai

tahap mekanisme perkawinan mulai dari awal pelamaran sang mempelai perempuan

yaitu mattiro, mappesek-pesek, mammanu-manu, madduta malino, mappasierekeng

hingga prosesi akad nikah seperti mappasau, mappacci, akad nikah, mappasiluka,

marellau dampeng dan setelahnya yaitu prosesi mapparola ke rumah mempelai laki-

laki.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dalam rangka

penulisan skripsi yang menyangkut tentang budaya Bugis Bone dalam perkawinan

adat beserta makna dari simbol-simbol yang terkandung didalamnya dengan judul :

Pesan Simbolik Dalam Prosesi Perkawinan Adat Bugis Bone di Kabupaten Bone.

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

5

B. Fokus Penelitian

Salah satu kebudayaan masa lampau yang sampai sekarang ini masih

dilaksanakan adalah upacara perkawinan. Dalam upacara adat perkawinan suku Bugis

Bone dianggap salah satu tahapan terpenting dalam hidup seseorang. Suatu

perkawinan tidak hanya merupakan peristiwa yang dialami oleh dua orang mempelai

melainkan melibatkan kerabat, keluarga dan kesaksian dari masyarakat.

Pada prosesi upacara perkawinan adat, banyak aktivitas atau kegiatan yang

bagi suku Bugis Bone merupakan satu hal yang biasa karena mereka telah memahami

makna dan pesan-pesan yang terkandung dalam setiap proses yang dijalankan.

Meskipun ada sebagian masyarakat Bugis yang kurang memahami makna tersebut,

apalagi bagi orang-orang yang di luar suku Bugis, menganggap prosesi tersebut

dianggap sangat rumit karena simbol yang terdapat, sehingga dalam proses

pemahaman adat Bugis Bone tersebut, sarat akan makna dan nilai-nilai kehidupan

karena latar belakang budaya yang berbeda.

Pada prosesi upacara perkawinan adat Bugis Bone terdapat banyak hal yang

diungkapkan dengan menggunakan pesan-pesan simbolik, dan kesemuanya selalu

berpatokan pada nilai-nilai yang terkandung dalam kepercayaan masyarakat suku

Bugis Bone. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk menulis,

mengeksplorasi pesan simbolis dalam upacara perkawinan suku Bugis Bone dengan

pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana tahap-tahap dalam proses perkawinan adat Bugis Bone di

Kabupaten Bone?

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

6

2. Apa makna pesan simbolik dalam prosesi upacara perkawinan adat Bugis

Bone berdasarkan ritual dan adat istiadat Bugis Bone di Kabupaten Bone?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menemukan tahap-tahap dalam proses perkawinan adat Bugis Bone

di Kabupaten Bone.

2. Untuk mengeksplorasi dan mengkategorisasikan makna pesan simbolik

dalam prosesi upacara perkawinan adat Bugis berdasarkan ritual dan adat

istiadat Bugis di Kabupaten Bone.

Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa lain yang ingin mengadakan

penelitian lebih lanjut dibidang komunikasi khususnya kajian

komunikasi antar budaya.

b. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada

khususnya etnografi komunikasi sebagai suatu tipe penelitian yang

dapat digunakan untuk memahami budaya perkawinan adat Bugis

Bone.

c. Sebagai bahan masukan mengenai pemaknaan pesan simbolik, pesan

verbal dan non verbal bagi akademisi yang ingin meneliti lebih lanjut

tentang perkawinan Bugis atau simbolisasi perkawinan adat lainnya.

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

7

2. Kegunaan praktis

a. Sebagai bahan masukan khususnya masyarakat Bugis Bone maupun

suku lainnya dalam mengetahui makna pesan simbolik yang terdapat

pada upacara perkawinan adat Bugis.

b. Sebagai bahan masukan dan pembelajaran bagi tokoh adat, dan agama

dalam memahami budaya suku Bugis Bone, khususnya dalam prosesi

perkawinan.

D. Kerangka Konseptual

Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental (mendasar), baik

fisik maupun secara psikis (kejiwaan). Dalam setiap interaksi yang terjadi antara

individu dengan yang satu dengan yang lainnya atau antara individu dengan

kelompok atau antara kelompok dengan kelompok pasti terjadi komunikasi.

Komunikasi yang ditujukan kepada kelompok lain tak lain adalah sebuah pertukaran

kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus

dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.

Koentjaraningrat (1997:54).

James P. Spradley dalam (Sobur, 2003:177) menyatakan bahwa semua makna

budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Pengetahuan kebudayaan

lebih dari suatu kumpulan simbol, baik istilah-istilah rakyat maupun jenis-jenis

simbol lain. Sedemikian tak terpisahkannya hubungan manusia dengan kebudayaan,

sampai ia disebut mahluk budaya. Kebudayaan sendiri terdiri atas gagasan-gagasan,

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

8

simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil karya dari tindakan manusia, sehingga

tidaklah berlebihan jika ada ungkapan, “begitu eratnya kebudayaan manusia dengan

simbol-simbol, sampai manusia pun disebut mahluk dengan simbol-simbol. Manusia

berpikir, berperasaan, dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis.”

Sebagai mahluk sosial dan juga sebagai mahluk komunikasi, manusia

menggunakan berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu sendiri

maupun yang bersifat alami. Simbol-simbol tersebut pada dasarnya terbagi atas dua

yaitu simbol verbal dan non verbal. Simbol verbal dalam pemakaiannya

menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah

disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung

arti. Manusia dalam berkomunikasi selain menggunakan kode verbal (bahasa) juga

memakai kode non verbal biasa disebut dengan bahasa isyarat atau bahasa diam.

Pemberian arti terhadap kode non verbal sangat dipengaruhi oleh sistem sosial

budaya masyarakat yang menggunakannya. Dari berbagai studi yang pernah

dilakukan sebelumnya, kode non verbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk

antara lain :

a. Kinesik ialah kode non verbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan

badan.

b. Gerakan mata (eye gaze) mata adalah alat komunikasi yang paling berarti

dalam memberi isyarat tanpa kata. Ungkapan “pandangan mata

mengundang” atau lirikan matanya memiliki arti adalah isyarat yang

ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata.

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

9

c. Sentuhan (touching) ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan

badan.

d. Paralanguage ialah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama

suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang

diucapkan.

e. Diam, berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga merupakan kode

non verbal yang mempunyai arti. Mix Picard dalam (Cangara, Hafied,

1998:110) menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengundang arti

bersikap negatif, tetapi juga bisa melambangkan sikap positif.

f. Postur tubuh, orang lahir ditakdirkan dengan berbagai bentuk tubuh. Well

dan Siegel dalam (Cangara, Hafied 1998:110) berhasil menggambarkan

bentuk-bentuk tubuh manusia dengan karakternya.

g. Kedekatan dan ruang (proximity and spatial), adalah kode non verbal

yang menunjukkan kedekatan dari dua objek yang mengandung arti.

h. Artifak dan visualisasi, hasil seni juga banyak memberi isyarat yang

mengandung arti. Para antropolog sudah lama memberi penjelasan

terhadap benda-benda yang digunakan oleh manusia dalam hidupnya.

Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika, juga menunjukkan

status identitas diri seseorang atau suatu bangsa.

i. Warna, juga memberi arti terhadap objek. Hal ini dapat dilihat pada

upacara-upacara ritual lainnya yang sering dilambangkan dengan warna-

warni.

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

10

j. Kronemik, waktu mempunyai arti tersendiri dalam kehidupan manusia.

Bagi masyarakat tertentu, melakukan suatu pekerjaan sering kali melihat

waktu. Misalnya membangun rumah, menanam padi, melaksanakan

perkawina, membeli sesuatu dan sebagainya.

k. Bunyi, jika paralanguage dimaksudkan sebagai tekanan suara yang keluar

dari mulut untuk menjelaskan ucapan verbal, banyak bunyi-bunyian yang

dilakukan sebagai tanda isyarat yang tidak dapat digolongkan sebagai

paralanguage.

l. Bau (smell), bau juga menjadi kode non verbal, selain digunakan untuk

melambangkan status seperti kosmetik, bau juga dapat dijadikan sebagai

petunjuk arah.

Dalam proses perkawinan adat Bugis memiliki makna tertentu yang hanya

dipahami oleh masyarakat setempat. Makna tersebut tertuang dalam simbol-simbol

yang terdapat dalam prosesi adat Bugis Bone, sebagai salah satu sistem makna yang

kompleks, untuk mengatur tingkah laku mereka dan kebudayaan bagi masyarakat

suku Bugis Bone.

Dalam budaya Bugis yang masih sangat asli (tradisional), dalam

menyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh orang-orang

di luar suku Bugis, terutama pada proses upcara perkawinannya yang sarat akan

makna pesan simbolik.

Komunikasi yang serasi atau efektif dapat dicapai apabila pihak-pihak yang

terlibat dalam suatu komunikasi memberikan arti dan makna yang sama kepada

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

11

lambang-lambang atau simbol-simbol yang digunakan. Manusia merupakan homo

simbolicum yang mampu menciptakan simbol-simbol yang memiliki makna tertentu.

Salah satu cara yang digunakan para ahli untuk membahas lingkup makna

yang lebih besar ini adalah dengan membedakan antara makna denotatif dengan

makna konotatif. Untuk memahami makna denotasi dan konotasi Arthur Asa Berger

menyatakan bahwa konotasi melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang

berhubungan dengan emosional (Sobur, 2003:263). Dikatakan objektif sebab makna

dinotatif ini berlaku umum. Sebaliknya, makna konotatif bersifat subyektif dalam

pengertian bahwa ada pergeseran dari makna umum (denotatif) karena sudah ada

penambahan rasa dan nilai tertentu.

Pada budaya Bugis terdapat banyak hal yang diungkapkan melalui simbol-

simbol yang memiliki makna tertentu yang hanya dipahami oleh masyarakat suku

Bugis itu sendiri, terutama pada prosesi upacara perkawinan adat, dimana simbol-

simbol yang terdapat didalamnya memiliki makna tertentu yang diwariskan melalui

sejarah. Ini sejalan dengan pendapat Clifford Geertz dalam buku (Abdullah, 2006:1)

mengatakan bahwa kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang

dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk simbolik

melalui mana manusia berkomunikasi, mengekalkan, dan mengembangkan

pengetahuan tentang kehidupan ini dan bersikap terhadap kehidupan ini.

Titik sentral rumusan kebudayaan Geertz dalam (Abdullah, 2006:1) terletak

pada simbol, yaitu bagaimana manusia berkomunikasi melalui simbol. Di satu sisi,

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

12

simbol terbentuk melalui dinamisasi interaksi sosial, merupakan realitas empiris,

yang kemudian diwariskan secara historis, bermuatan nilai-nilai, dan sisi lain simbol

merupakan acuan wawasan, memberi “petunjuk” bagaimana warga budaya tertentu

menjalankan hidup, media sekaligus pesan komunikasi dan representasi realitas

sosial.

Dalam penelitian ini tahapan proses perkawinan suku Bugis Bone secara

umum dapat dibagi atas tiga tahapan yaitu tahapan pra nikah, nikah dan tahapan

setelah nikah yaitu :

Prosesi pelamaran sang calon pengantin

1. Mattiro (menjadi tamu)

Merupakan suatu proses dalam penyelenggaraan perkawinan. Mattiro

artinya melihat dan memantau dari jauh atau Mabbaja laleng (membuka

jalan).

2. Mapessek-pessek (mencari informasi)

Saat sekarang ini, tidak terlalu banyak melakukan mapessek-pessek

karena mayoritas calon telah ditentukan oleh orang tua mempelai laki-laki

yang sudah betul-betul dikenal. Ataupun calon mempelai perempuan telah

dikenal akrab oleh calon mempelai laki-laki.

3. Mammanuk-manuk (mencari calon)

Biasanya orang yang datang mammanuk-manuk adalah orang yang

datang mapessek-pessek supaya lebih mudah menghubungkan pembicaraan

yang pertama dan kedua. Berdasarkan pembicaraan antara pammanuk-manuk

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

13

dengan orang tua si perempuan, maka orang tua tersebut berjanji akan

menyampaikan kepada keluarga dari pihak laki-laki untuk datang kembali

sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jika terjadi kesepakatan maka

ditentukanlah waktu Madduta mallino (duta resmi).

4. Madduta mallino

Mallino artinya terang-terangan mengatakan suatu yang tersembunyi.

Jadi duta mallino adalah utusan resmi keluarga laki-laki ke rumah perempuan

untuk menyampaikan amanat secara terang-terangan apa yang telah dirintis

sebelumnya pada waktu mappesek-pesek dan mammanuk-manuk.

5. Mappasiarekkeng

Mappasiarekkeng artinya mengikat dengan kuat. Biasa jua disebut

dengan mappettuada maksudnya kedua belah pihak bersama-sama mengikat

janji yang kuat atas kesepakatan pembicaraan yang dirintis sebelumnya.

Dalam acara ini akan dirundingkan dan diputuskan segala sesuatu yang

bertalian dengan upacara perkawinan, antara lain:

a. Tanra esso (Penentuan hari perkawinan)

b. Balanca (Uang belanja)/ doi menre (uang naik atau uang yang

digunakan mempelai wanita untuk mengadakan pesta dan akad

nikah dari calon mempelai laki-laki)

c. Sompa (emas kawin) dan lain-lain yaitu pemberian berupa uang

atau harta dari pihak keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan

sebagai syarat sahnya pernikahan menurut ajaran Islam.

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

14

Prosesi akad perkawinan

Sejak tercapainya kata sepakat, maka kedua belah pihak keluarga sudah

mempersiapkan keberlangsungan perkawinan tersebut. Makin tinggi status sosial dari

keluarga yang akan mengadakan pesta perkawinan, maka makin lama juga dalam

persiapan yang dilakukan. Untuk pelaksanan perkawinan dilakukan dengan

menyampaikan kepada seluruh sanak keluarga dan rekan-rekan. Hal ini dilakukan

oleh beberapa orang wanita dengan menggunakan pakaian adat.

Perawatan dan perhatian akan diberikan kepada calon pengantin biasanya tiga

malam berturut-turut sebelum hari pernikahan calon pengantin mappasau (mandi

uap), calon pengantin memakai bedak hitam yang terbuat dari beras ketan yang

digoreng sampai hangus yang dicampur dengan asam jawa dan jeruk nipis. Setelah

acara mappasau, calon pengantin dirias untuk upacara mappacci atau tudang penni.

Mappaccing berasal dari kata paccing yang berati bersih, mappaccing artinya

membersihkan diri. Upacara ini secara simbolik menggunakan daun pacci (pacar).

Karena acara ini dilaksanakan pada malam hari maka dalam bahasa Bugis disebut

”Wenni Mappacci”.

Setelah prosesi mappacci selesai, keesokan harinya mempelai laki-laki diantar

ke rumah mempelai wanita untuk melaksanakan akad nikah (jika belum melakukan

akad nikah). Karena pada masyarakat Bugis Bone ada juga yang telah melaksanakan

akad nikah sebelum acara perkawinan dilangsungkan yang disebut istilah kawissoro.

Kalau sudah melaksanakan kawissoro hanya diantar untuk melaksanakan acara

mappasilukang dan makkarawa yang dipimpin oleh indo’botting. Setelah

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

15

mappasilukang dan makkarawa maka dilanjutkan dengan acara marellau dampeng

memohon maaf kepada kedua orangtua pengantin, dan kepada seluruh keluarga

terdekat yang sempat hadir pada akad nikah tersebut.

Prosesi sesudah akad nikah

Mapparola acara ini merupakan prosesi penting dalam perkawinan adat Bone

yaitu merupakan kunjungan balasan dari pihak perempuan ke pihak laki-laki. Adapun

marola wekka dua yaitu mempelai perempuan hanya bermalam satu malam saja dan

sebelum matahari terbit kedua mempelai kembali kerumah mempelai perempuan.

Setelah seluruh prosesi akad perkawinan berlangsung, biasanya diadakan

acara resepsi (walimah) dimana semua tamu undangan hadir untuk memberikan doa

restu dan sekaligus menjadi saksi atas pernikahan kedua mempelai agar mereka tidak

berburuk sangka ketika suatu saat melihat kedua mempelai bermesraan.

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

16

Berdasarkan pemaparan diatas, maka digambarkan kerangka konseptual

sebagai berikut:

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Penelitian

Prosesi Lamaran

MattiroMappesek-pesekMammanuk-manukMadduta MalinoMappasierekkeng

Prosesi akad nikah

MappasauMappacciAkad nikahMappasilukaMarellau dampeng

Prosesi setelah akad

MapparolaResepsiMapparola bekke dua

Pesan Verbal:

LisanTulisan

Pesan Non Verbal:KinesikGerakan MataSentuhanParalanguageDiamPostur tubuhKedekatan dan ruangArtifak dan visualisasiWarnaWaktuBunyiBau

Pesan Simbolik

Prosesi PerkawinanBugis Bone

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

17

E. Metode Penelitian

1. Waktu dan Lokasi penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih (Dua) bulan yaitu

dimulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan

dengan cara terlibat dan mengamati langsung beberapa prosesi perkawinan

Bugis Bone yang dilakukan di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini mengacu pada studi etnografi, dengan metode yang

digunakan oleh Spradley dalam (Basrowi & Sukidin, 2002:78) yang khas

untuk mempelajari etnografi (dengan jalan mengerjakan dan melakukan

sendiri) secara sistematis, terarah, dan efektif. Metode itu adalah Development

Research Sequence atau Alur Penelitian Maju Bertahap. Metode ini memilik

lima prinsip.

Pertama, teknik tunggal dimana peneliti melakukan berbagai teknik

penilitian secara bersamaan dalam satu fase penelitian. Kedua, identifikasi

tugas, yaitu peneliti harus mengenali langkah-langkah pokok yang harus

dilaluinya dalam menjalankan teknik tersebut. Ketiga, setiap langkah pokok

tadi, sebaiknya dijalankan secara berurutan atau maju bertahap. Keempat,

penelitian orisinal maksudnya mempelajari cara untuk untuk melakukan

wawancara etnografi dengan mempraktikannya dalam proyek penelitian

sungguhan bukan untuk kepentingan latihan saja.

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

18

3. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh adat suku Bugis Bone

yang dianggap mampu dan memahami budaya Bugis secara mendalam.

Adapun usaha dalam menemukan informan dapat dilakukan dengan cara

berikut:

a. Peran dalam unit sosial, dalam banyak situasi, orang yang memiliki

kedudukan strategis dalam komunitas, organisasi atau masyarakat

jelas bahwa ia kemungkinan besar mengetahui banyak informasi.

Dengan pertimbangan tertentu, peneliti harus menghindarkan

informan yang memiliki posisi marginal atau terasing dari kultur dan

struktur sosialnya sendiri.

b. Berpengetahuan, ini adalah kriteria yang paling penting. Seorang

informan harus memiliki pengetahuan, tanpa itu ia hanya sekedar

orang awam, yang tidak memiliki sesuatu yang seorang peneliti dapat

manfaatkan.

c. Kesediaan, informan hanya bermanfaat bila ia memiliki keinginan

untuk menjalin kerjasama dengan peneliti. Bila ia menolak menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti, betapa pun berharganya informasi

yang dimilikinya, ia sama sekali tidak bermafaat bagi peneliti.

d. Komunikatif, informan harus memiliki kemampuan untuk

menyampaikan informasinya dalam suatu bahasa yang dapat

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

19

dimengerti oleh peneliti. Tanpa itu, peneliti dapat memperoleh

pemahaman yang keliru, bahkan salah sama sekali.

Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu

peneliti yang menentukan sendiri informan yang akan diwawancarai

berdasarkan pertimbangan representatitif. Kriteria yang telah ditentukan

dalam penelitian ini adalah:

a. Orang-orang yang memahami adat Bugis Bone dengan baik dan bersedia

memberikan informasi yang relevan dengan penelitian ini.

b. Indo’botting tersebut berpengalaman dalam perkawinan adat Bugis,

khususnya adat Bugis Bone, minimal dua tahun telah menjalani

pekerjaannya mengatur prosesi adat perkawinan Bugis Bone.

c. Salah satu tokoh adat Bugis Bone, yakni penghulu, atau ‘Bissu’ yang

memahami prosesi, simbol, dan makna perkawinan Bugis Bone.

d. Berprofesi atau mempunyai keahlian dalam menyelenggarakan

perkawinan Bugis Bone, dalam hal ini Indo’botting sangat berperan

penting

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terbagi dalam dua jenis

data :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh penulis secara langsung

dari lokasi penelitian (Field Research) yang merupakan acuan utama

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

20

dalam penulisan skripsi ini. Adapun data primer tersebut terbagi dalam

dua jenis berdasarkan cara diperolehnya data tersebut antara lain:

Observasi

Pada penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui observasi

partisipan yaitu peneliti berfungsi sebagai partisipan, ikut serta dalam

kegiatan yang dilakukan kelompok yang diteliti, baik kehadirannya

diketahui atau tidak. Data tersebut dilengkapi dengan dokumentasi

pelaksanaan Perkawinan Bugis Bone yang berupa dokumentasi visual

yaitu gambar atau foto-foto yang relevan dengan penelitian.

Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara mendalam

terhadap tokoh-tokoh adat Bugis yang nantinya terpilih menjadi

informan dalam penelitian ini, yaitu tadi bissu, indo’botting, tokoh

agama dan adat lainnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh penulis melalui

penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data yang

diperoleh dari berbagai data yang berhubungan dengan penelitian berupa

buku-buku, data dari perpustakaan dan literatur-literatur yang berkaitan

dengan masalah penelitian.

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

21

F. Teknik Analisis Data

Teknik analasis data yang dianggap relevan oleh penulis adalah analisis data

kualitatif dengan mengungkapkan fakta yang ditemui di lapangan untuk memberikan

gambaran tentang permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Berpedoman pada penelitian kualitatif, pengolahan data dan analisis data

dilakukan bersamaan pada proses penelitian. Proses awal analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara dan

pengamatan yang sebelumnya sudah dijelaskan pada teknik pengumpulan data baik

berupa dokumen maupun dokumen yang diperoleh penulis selama mengadakan

penelitian. Setelah mempelajari berusaha memahami data, maka peneliti berusaha

membuat abstraksi data (rangkuman inti), setelah rangkuman inti didapatkan maka

selanjutnya mengkategorikan data berdasarkan tema yang disesuaikan dengan

penelitian ini.

Penyajian data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif ini akan disajikan

berbentuk uraian-uraian, kata-kata yang tentunya akan mengarahkan pada pokok

fokus penelitian yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Karena penelitian ini

merupakan penilitian yang bersifat deskriptif, maka data dideskriptifkan berdasarkan

peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari

kehidupan objek penelitian untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan atau

verifikasi dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

22

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disajikan Diagram alir yang

menjelaskan komponen-komponen dari teknik analisis data yang dilakukan dalam

penelitian.

Masa pengumpulan data

REDUKSI DATAAntisipasi Selama Pasca

PENYAJIAN DATASelama Pasca

PENARIKAN KESIMPULAN/VERIVIKASI Analisis

Selama Pasca

Gambar 1.2: Diagram AirKomponen-komponen Analisis Data

Sumber : Milles & Huberman (1992:19)

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Komunikasi

A.1. Konsep Komunikasi

Komunikasi merupakan kebutuhan utama manusia dalam berinteraksi dengan

manusia atau individu lainnya. Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia,

dan kepuasan akan tercapai apabila terpenuhi kebutuhan berinteraksi dengan

manusia-manusia lainnya. Berangkat dari asumsi tersebut, dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa setiap individu membutuhkan hubungan sosial dengan individu

lainnya. Dan kebutuhan ini akan terpenuhi bila melalui pertukaran pesan yang

berfungsi untuk mempersatukan manusia.

Dalam komunikasi terjadi pertukaran pesan dalam setiap perilaku dan

tindakan manusia. Pesan tersebut dapat disampaikan melalui lambaian tangan,

tersenyum, menganggukkan kepala atau dengan bahasa-bahasa isyarat lainnya.

Ketika setiap perilaku individu terjadi pertukaran lambang atau simbol berarti sebuah

proses komunikasi telah berlangsung.

Perilaku juga dapat disadari maupun tidak disadari. Kadang-kadang kita

melakukan sesuatu tanpa menyadarinya, terutama perilaku kita itu bersifat nonverbal.

Kebiasaan seperti menggigit kuku jari tangan, menganggukkan kepala, menatap dan

tersenyum, misalnya seringkali berlangsung tanpa disadari. Oleh karena itu suatu

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

24

pesan terdiri dari perilaku-perilaku yang dapat diartikan, kita harus mengakui

kemungkinan memberikan pesan yang tidak kita ketahui.

Dengan konsep mengenai hubungan-hubungan perilaku sadar-tidak sadar

ataupun sengaja-tidak sengaja ini, dapat dirumuskan suatu definisi komunikasi. Disini

komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna diberikan kepada suatu

perilaku. Bila seseorang memperhatikan perilaku kita dan memberinya makna, maka

komunikasi telah terjadi, terlepas dari apakah kita menyadari perilaku kita atau tidak

dan disengaja atau tidak. Bila kita memikirkan hal ini, kita harus menyadari bahwa

tidak mungkin bagi kita untuk tidak berprilaku. Setiap perilaku manusia adalah

potensi komunikasi. Maka tidak mungkin bagi kita untuk tidak berkomunikasi.

Jane Pauley dalam (Lilweri 2009:7) memberikan definisi khusus atas

komunikasi, setelah membandingkan tiga komponen yang harus ada dalam sebuah

peristiwa komunikasi, jadi kalau satu komponen kurang maka komunikasi tak akan

terjadi. Dia berkata komunikasi merupakan : “(1) transmisi informasi, (2) transmisi

pengertian, (3) menggunakan simbol-simbol yang sama.”

Beberapa ahli juga mencoba memberikan definisi tentang komunikasi sebagai

berikut:

Raymond S. Ross dalam Mulyana (2000:62) mengemukakan bahwa

komunikasi sebagai berikut:

Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih danmengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengarmembangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serua dengan yangdimaksudkan komunikator.

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

25

B. Konsep Pesan Dalam Komunikasi

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan

seharusnya mempunyai inti pesan atau tema sebagai pengaruh di dalam usaha

mencoba mengubah sikap dan tingkah laku penerima pesan. Pesan dapat disampaikan

panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan adalah tujuan akhir dari

pesan itu sendiri. Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yaitu isi pesan (The content

of message) dan lambang atau simbol untuk mengekspresikannya. Lambang utama

pada komunikasi umumnya adalah bahasa, karena hanya bahasalah yang dapat

mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini hal yang kongkrit dan abstrak,

pengalaman yang sudah lalu dan yang akan datang dan sebagainya.

Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh

pihak yang mengirim pesan. Pesan dapat berupa gagasan, pendapat dan sebagainya

yang sudah dituangkan dalam suatu bentuk dan melalui lambang komunikasi

diteruskan kepada orang lain atau penerima pesan.

Dalam bentuknya pesan merupakan sebuah gagasan-gagasan yang telah

diterjemahkan ke dalam simbol-simbol yang dipergunakan untuk menyatakan suatu

maksud tertentu. Dimana pesan adalah serangkaian isyarat yang diciptakan oleh

seseorang untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa serangkaian isyarat atau

simbol itu akan mengutarakan atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri

orang lain yang hendakdiajak berkomunikasi. Dalam penyampaian pesan, pesan dapat

disampaikan dengan: a. Lisan secara langsung melalui tatap muka b. Menggunakan

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

26

media atau saluran. Kedua model penyampaian pesan diatas merupakan bentuk

penyampaian pesan yang secara umum didalam komunikasi.

Dan bentuk pesan sendiri dapat bersifat: a) informasi memberi keterangan-

keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri, dalam

situasi tertentu pesan informative lebih berhasil dari pada pesan persuasif. b)

persuasif bujukan, yaitu membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa

apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada

perubahan. c) coersif memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi.

Secara umum, jenis pesan terbagi menjadi dua, yaitu pesan verbal dan non

verbal. Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-

kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya.

Sedangkan, pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak

menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima

berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim

pesan. Pada pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap

stimuli yang timbul.

C. Konsep Simbol dan Makna

Makna muncul dari hubungan khusus antar kata (sebagai simbol verbal) dan

manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan

makna dalam pikiran orang. Jadi tidak ada hubungan langsung antara subjk dengan

simbol yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu. Misalnya “saya sakit perut”

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

27

pengalaman itu nyata tapi tidak seorangpun dapat merasakan rasa sakit itu, bahkan

dokter yang berusaha mengobati rasa sakit kita. Jadi hubungan itu diciptakan dalam

pemikiran pembicara.

Upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan salah satu masalah

filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna telah menarik disiplin

komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi dan linguistik. Itulah sebabnya,

beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan

definisi komunikasi. Para ahli mengakui, istilah makna memang merupakan kata dan

istilah yang membingungkan, ada tiga hal yang dicobajelaskan oleh para filsuf dan

linguis sehubungan dengan usaha menjelakan istilah makna (Sobur, 2003: 256),

ketiga hal itu yakni: (1) menjelaskan makna kata secara alamiah; (2) mendeskripsikan

kalimat secara alamiah; dan (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi.

Brown (Sobur2003:256) mendefinisikan makna sebagai kecenderungan

(disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa.

Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat.

Dengan kata-kata Brown, “seseorang mungkin menghabiskan tahun-tahunnya yang

produktif untuk menguraikan makna suatu kalimat tunggal dan akhirnya tidak

menyelesaikan tugas itu”

Untuk memahami apa yang disebut makna atau arti, kita perlu menoleh

kembali kepada teori yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (Sobur, 2004:

257) bapak linguistik modern asal Prancis, di dalam bukunya yang terkenal Course

in General Linguistik. Menurut Saussure, setiap tanda linguistik terdiri atas dua unsur

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

28

yakni; (1) yang diartikan dan (2) yang mengartikan yang diartikan sebenarnya adalah

konsep atau makna dari suatu tanda-bunyi. Sedangkan yang mengartikan adalah

bunyi-bunyi itu sendiri, yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan.

Jadi, dengan kata lain setiap tanda linguistik dari unsur bunyi dan unsur makna.

Makna adalah balasan terhadap pesan. Suatu pesan terdiri dari tanda-tanda

dan simbol-simbol yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna baru akan

timbul, ketika ada seseorang yang menafsirkan tanda dan simbol yang bersangkutan

dan berusaha memahami artinya. Dari segi psikologis, tanda dan simbol bertindak

selaku perangsang untuk membangkitkan balasan dipihak penerima pesan. Oleh

karena itu, makna akan terlihat merupakan bagian dari dua hal, yakni bagian dari

penafsiran terhadap informasi yang terkandung dalam simbol-simbol, dan bagian dari

proses pertanyaan. Proses ini membawa tahap pemahaman kepada lapisan yang telah

mendalam serta lebih luas. Mungkin saja pada awalnya makna digambarkan sebagai

sesuatu yang ada pada diri seseorang, namun telah diketahui makna dari simbol-

simbol yang dipergunakan dalam komunikasi juga tergantung dari proses yang

berlangsung antara orang-orang yang menggunakan informasi.

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan ihwal teori atau konsep makna.

Model prosesi makna Wendell Johnson dalam (Sobur 2003:258) menawarkan

sejumlah implikasi bagi komunikasi antarmanusia sebagai berikut:

1. Makna ada dalam diri manusia, makna tidak terletak pada kata-kata

melainkan pada manusia. Manusia menggunakan kata-kata untuk

mendekati makna yang akan dikomunikasikan. Tetapi kta-kata itu tidak

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

29

secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang

dimaksudkan.

2. Makna berubah, kata-kata relatif statis tetapi yang makna dari kata

tersebut yang terus berubah dan ini khusunya terjadi pada dimensi

emosional dari makna.

3. Makna membutuhkan acuan, walaupun tidak semua komunikasi

mengacu kepada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana

mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna, berkaitan erat

dengan gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah masalah

komunikasi yang timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa

mengaitkannya dengan acuan yang konkret dan dapat diamati.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya, pada suatu saat tertentu jumlah kata

dalam bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.

6. Makna dikomunikasikan hanya sebagaian, maka yang diperoleh dalam

suatu kejadian bersifat multiaspek dan sangat kompleks, tetapi hanya

sebagian saja dari makna-makna ini yang dapat dijealskan. Karena itu

pemahaman yang sebenarnya atau pertukaran makna secara sempurna

yang merupakan tujuan ideal yang ingin dicapai namun tidak tercapai.

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

30

D. Pesan Verbal dan Non Verbal

D.1. Pesan verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu

kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal dalam

(Mulyana, 2005:259). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan

aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan

dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat (1994:283), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan

formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk

mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya

dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial

untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang

terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa

mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya

memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbunyi “Di mana saya dapat

menukar uang?” akan disusun dengan tata bahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai

berikut:

· Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some

money?).

· Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de

l’argent?).

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

31

· Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld

wechseln?).

. Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).

Tata bahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi

merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan

pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan

tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

Menurut Larry L. Barker dalam (Mulyana, 2005:265), bahasa mempunyai tiga

fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

a. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek,

tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam

komunikasi.

b. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat

mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

c. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang

disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi

transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu,

masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan

tradisi kita.

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam

bentuk lambang (verbal atau non verbal). Proses ini lazim disebut penyandian

(encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

32

keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara,

bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana

menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan

kesalahpahaman.

D.2. Pesan non verbal

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada hal-hal yang

unik, seperti makin langkanya orang yang bisa menganut prinsip satu kata dan

perbuatan, makin banyak orang yang pintar bicara tetapi tidak disertai dengan

perbuatan yang sesuai dengan ucapannya. Ataukah kita sering dihadapkan pada

sesuatu yang justru kontradiksi dengan presepsi kita. Misalnya orang cenderung

menggunakan atribut tertentu justru untuk menipu orang lain.

Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode nonverbal dapat

dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain:

a. Kinesik

Yaitu kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan.

b. Gerakan mata (eye gaze)

Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat tanpa

kata. Ungkapan “pandangan mata mengundang” atau lirikan matanya

memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata.

Bahkan ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah pencerminan hati

seseorang.

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

33

c. Sentuhan

Yaitu isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan, menurut bentuknya

sentuhan dibagi dalam tiga macam yaitu: kinesthetic, sociofugal, dan thermal.

d. Paralanguage

Paralanguage adalah isyarat yang ditimbulan dari tekanan atau irama suara

sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang diucapkan.

e. Diam

Berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga merupakan kode non verbal

yang mempunyai arti. Max picard dalam (Cangara, 1998:110) menyatakan

bahwa diam tidak semata-mata mengandung arti bersikap negatif tetapi juga

bisa melambangkan sikap positif.

f. Postur tubuh

Manusia lahir ditakdirkan dengan berbagai bentuk tubuh. Well dan Siegel

(Cangara, 1998: 110) dua orang ahli psikologi melalui studi yang mereka

lakukan, berhasil menggambarkan bentuk-bentuk tubuh manusia dan

karakternya.

g. Kedekatan dan ruang (proximity and spatial), adalah kode non verbal yang

menunjukkan kedekatan dari dua objek yang mengandung arti.

h. Artifak dan visualisasi, hasil seni juga banyak memberi isyarat yang

mengandung arti. Para antropolog sudah lama memberi penjelasan terhadap

benda-benda yang digunakan oleh manusia dalam hidupnya. Artifak selain

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

34

dimaksudkan untuk kepentingan estetika, juga menunjukkan status identitas

diri seseorang atau suatu bangsa.

i. Warna, juga memberi arti terhadap objek. Hal ini dapat dilihat pada upacara-

upacara ritual lainnya yang sering dilambangkan dengan warna-warni.

j. Kronemik, waktu mempunyai arti tersendiri dalam kehidupan manusia. Bagi

masyarakat tertentu, melakukan suatu pekerjaan sering kali melihat waktu.

Misalnya membangun rumah, menanam padi, melaksanakan perkawina,

membeli sesuatu dan sebagainya.

k. Bunyi, kalau paralanguage dimaksudkan sebagai tekanan suara yang keluar

dari mulut untuk menjelaskan ucapan verbal, banyak bunyi-bunyian yang

dilakukan sebagai tanda isyarat yang tidak dapat digolongkan sebagai

paralanguage.

l. Bau (smell), bau juga menjadi kode non verbal, selain digunakan untuk

melambangkan status seperti kosmetik, bau juga dapat dijadikan sebagai

petunjuk arah.

E. Konsep Simbol

Secara etimologis simbol berasal dari kata Yunani “sym-ballein” yang berarti

melemparkan bersama suatu benda atau perbuatan dikaitkan dengan suatu ide (Sobur,

2003:155). Ada pula yang menyebut symbolos yang berarti tanda atau ciri yang

memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Biasanya simbol terjadi berdasarkan

metonimi yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi atau yang menjadi

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

35

atributnya. Semua simbol melibatkan tiga unsur yaitu simbol itu sendiri, satu rujukan

atau lebih dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal tersebut

merupakan dasar bagi makna simbolik.

Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain diluar perwujudan

benntuk simbolik itu sendiri. Peirce (Sobur 2003:156) simbol diartikan sebagai tanda

yang mengacu pada objek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol

sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan (petanda) sifatnya konvensional.

Berdasarkan konvensi tersebut masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan

antara simbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya. Simbol

merupakan kata atau sesuatu yang bisa dianalogikan sebagai kata yang telah terkait

dengan penafsiran pemakai, kaidah pemakaian sesuai dengan jenis wacananya dan

kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi pemakainya. Simbol yang ada dalam

dan berkaitan dengan ketiga hal tersebut disebut dengan bentuk simbolik.

Pada dasarnya simbol dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Simbol-simbol universal, berkaitan dengan arketipos, misalnya tidur

sebagai lambang kematian.

2. Simbol kultural yang dilatar belakangi oleh suatu kebudayaan tertentu

misalnya Badik dalam kebudayaan Bugis.

3. Simbol individual yang biasanya dapat ditafsirkan dalam konteks

keseluruhan karya seorang pengarang.

Pengklasifikasian yang hampir sama dikemukakan oleh Arthur Asa Berger

(Sobur 2003:157) Berger mengklasifikasikan simbol-simbol menjadi: (1)

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

36

konvensional, (2) aksidental, (3) universal. Simbol-simbol konvensional adalah kata-

kata yang dipelajari yang ada untuk menyebut atau menggantikan sesuatu. Sebagai

kontrasnya simbol aksidental sifatnya lebih individu, tertutup dan berhubungan

dengan sejarah kehidupan seseorang, sedangkan simbol universal adalah sesuatu yang

berakar dari pengalaman semua orang. Upaya untuk memahami simbol seringkali

rumit atau kompleks, oleh karena fakta bahwa logika dibalik simbolisasi seringkali

tidak sama dengan logika yang digunakan orang didalam proses-proses pemikiran

kesehariannya.

Dalam bahasa komunikasi, simbol seringkali diistilahkan sebagai lambang.

Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu

lainnya, berdasrkan kesepakatan kelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan

verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya

memasang bendera dihalaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau

kecintaan kepada negara.

F. Komunikasi Sebagai Proses Simbolik

Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan

dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol.

Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak

ditentukan oleh simbol atau lambang-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi.

Seorang penyair yang mengagumi sekuntum bunga, akan mengeluarkan

pernyataan lewat bahasa “alangkah indahnya bunga ini”, ataukah seorang polisi lalu

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

37

lintas yang tidak bisa berdiri terus dipersimpangan jalan, peranannya dapat digantikan

lewat rambu-rambu jalan atau lampu pengantur lalu lintas. Simbol merupakan hasil

kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tingginya kualitas budaya manusia dalam

berkomunikasi dengan sesamanya.

Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan (verbal) maupun melalui

isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh

penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam

berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup

rumit.

Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam

berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama

pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan

simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima pesan itu

berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman.

G. Pengertian Kebudayaan

Dalam pengertian antropologi, budaya tidak ada perbedeaan arti antara

budaya dan kebudayaan. Kebudayaan berasal dari kata buddhayah yang merupakan

bentuk jamak kata buddhi, yang berarti budi atau akal. Jadi kata kebudayaan dapat

diartikan hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Kata lain dalam bahasa inggris

yang juga berarti budaya adalah culture, berasal dari kata latin colere yang artinya

mengolah atau mengerjakan atau dapat diartikan segala daya dan upaya manusia

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

38

untuk mengolah alam. Jadi secara umum kebudayaan dapat diartikan seluruh cara

hidup suatu masyarakat.

Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia berpikir, merasa,

mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa,

persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial,

kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-

pola budaya.

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal

budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai,

sikap, makna, hierarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam

semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari

generasi ke generasi melalui usaha individual kelompok. Koentjaraningrat (1990:180)

mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil

karya manusia dalam rangka kehidupan masyrakat yang dijadikan milik manusia

dengan belajar.

Clifford Geertz dalam (Saifuddin 2005:288) mengemukakan definisi kebudayaan

sebagai:

(1) suatu sitem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang denganmakna dan simbol-simbol tersebut individu-individu mendifinisikan duniamereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaianmereka; (2) suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara historis yangterkandung dalam bentuk-bentuk simbolik, yang melalui bentuk-bentuksimbolik tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan danmengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

39

kehidupan; (3) suatu peralatan simbolik bagi mengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik dari informasi; (4)oleh karena kebudayaan adalah suatusimbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan dandiintrepetasi.

Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatua yang tidak dapat

terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah manusia itu sendiri.

Sekalipun manusia akan mati tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan terus

diwariskan pada keturunannya. Pewarisan kebudayaan manusia tidak selalu terjadi

secara vertikal atau kepada anak cucu mereka, melainkan dapat pula secara horizontal

yaitu manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia yang lainnya.

Berbagai pengalaman manusia dalam rangka kebudayaannya diteruskan dan

dikomunikasikan kepada generasi berikutnya oleh individu lainnya. Berbagai gagasan

dapat dikomunikasikan dengan orang lain dengan mengembangkan berbagai gagasan

dalam bentuk lambang-lambang ataupun bahasa, baik secara lisan maupun tulisan.

H. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam

kamus. Sebagai contoh, didalam kamus, kata mawar berarti “sejenis bunga”. Makna

konotatif ialah makna denotatif yang ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan

perasaanyang ditimbulkan oleh kata mawar itu sendiri. Denotasi adalah hubungan

yang digunakan didalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas

memegang peranan penting didalam ujaran Lyons (Sobur 2003: 263). Makna denotasi

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

40

bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda. Dan pada

intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah pertanda.

Dalam Sobur (2004:263) menjelaskan mengenai makna denotatif dengan

sebua contoh amplop, kata amplop bermakna sampul yang berfungsi tempat mengisi

surat surat yang akan disampaikan kepada orang lain atau kantor, instansi, jawatan

dan lain-lain. Makna ini adalah makna denotasinya, tetapi pada kalimat “berilah ia

amplop agar urusanmu segera selesai”, maka kata amplop itu sudah bermakna

konotatif, yakni berilah ia uang. Kata amplop dan uang masih ada hubungan, karena

uang dapat saja diisikan didalam amplop. Dengan kata lain amplop mengacu kepada

uang, dan lebih khusus lagi uang pelancar, uang pelicin, uang sogok, uang semir.

Jika denotasi sebuah kata adalah definisi objektif kata tersebut, makna

konotasi sebuah kata adalah makna subjektif atau emosionalnya menurut Devito

dalam Sobur (2003:263) yang menyatakan bahwa kta konotasi melibatkan simbol-

simbol historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Dikatakan objektif

sebabmakna denotatif ini bersifat umum. Makna konotatif bersifat subjektif dalam

pengertian bahwa ada pergeseran dari makna umum (denotatif) karena sudah ada

penambahan rasa dan nilai tertentu. Kalau makna denotatif hampir bisa dimengerti

oleh mereka yang jumlahnya relatif lebih kecil. Jadi sebuah kata disebut mempunyai

makna konotatif apabila kata itu mempunya “nilai rasa” baik positif maupun negatif.

Jika tidak mempunyai nilai rasa, maka dikatakan tidak memiliki nilai konotasi disebut

berkonotasi netral. Ketika ia berbicara tentang denotasi, kita menunjuk pada asosiasi

primer yang dimiliki sebuah kata bagi kebanyakan anggota masyarakat linguistik

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

41

tertentu. Sedangkan konotasi merujuk kepada asosiasi sekunder yang dimiliki sebuah

kata bagi seorang atau lebih anggota masyarakat itu. Chaer, dalam Sobur (2003:264).

Namun kadang-kadang konotasi sebuah kata sama, hampir stiap orang kadang-

kadang hanya berkaitan dengan pengalaman satu individu saja, atau lebih sering

dengan sekelompok kecil individu tertentu saja.

I. Makna Simbolik Yang Berkaitan Dengan Budaya

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjumpai beraneka ragam

kebudayaan. Kita mengenal kebudayaan dalam bentuk warisan kekayaan yang telah

dicapai oleh umat manusia, dirangkum serta diteruskan dari generasi kepada generasi

selanjutnya. Adapula yang terwujud dalam proses perkembangan. Proses kebudayaan

ini dapat dengan sangat jelas kita ikuti, apabila kita ingat bahwa kehidupan manusia

selalu dihadapkan pada masyarakat, lingkungan serta dunia alamnya.

Kebudayaan terdiri dari pola-pola berpikir, merasa dan bertindak yang dicapai

dan disalurkan melalui simbol. Disini penulis ingin memberikan gambaran lebih

lanjut tentang makna simbolik dari satu upacara adat masyarakat Bugis yang masih

terus dilaksanakan. Dalam budaya masyarakat Bugis ketika sebuah keluarga akan

membangun rumah atau pindah ke rumah baru terdapat serangkaian upacara adat

yang harus dijalankan, mulai saat persiapan bahan-bahan untuk membangun rumah,

ketika rumah akan dibangun atau didirikan, lalu ketika rumah tersebut siap untuk

ditinggali, bahkan saat rumah tersebut sudah dihuni. Rangkaian upacara adat tersebut

sarat akan makna-makna simbolik yang terkandung dalam setiap tahapannya, berikut

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

42

rangkaian upacara tersebut: Upacara Makkarawa Bola. Makkarawa Bola terdiri dari

dua kata yaitu makkarawa (memegang) dan bola (rumah), jadi makkarawa bola bisa

diartikan memegang, mengerjakan, atau membuat peralatan rumah yang telah

direncanakan untuk didirikan dengan maksud untuk memohon restu kepada Tuhan

agar diberikan perlindungan dan keselamatan dalam penyelesaian rumah yang akan

dibangun tersebut. Tempat dan waktu upacara ini diadakan di tempat dimana bahan–

bahan itu dikerjakan oleh panre (tukang) karena bahan–bahan itu juga turut

dimintakan doa restu kepada Tuhan. Waktu penyelenggaraan upacara ini ialah pada

waktu yang baik dengan petunjuk panrita bola, yang sekaligus bertindak sebagai

pemimpin upacara.

Bahan–bahan upacara yang harus dipersiapkan terdiri atas: ayam dua ekor,

dimana ayam ini harus dipotong karena darahnya diperlukan untuk pelaksanaan

upacara kemudian tempurung kelapa daun waru sekurang – kurangnya tiga lembar.

Tahap pelaksanaan upacara makkarawa bola ini ada tiga, yaitu 1) waktu memulai

melicinkan tiang dan peralatannya disebut makkattang, 2) waktu mengukur dan

melobangi tiang dan peralatannya yang disebut mappa, 3) waktu memasang kerangka

disebut mappatama areteng.

Setelah para penyelenggara dan peserta upacara hadir, maka ayam yang telah

disediakan itu dipotong lalu darahnya disimpan dalam tempurung kelapa yang

dilapisi dengan daun waru, sesudah itu darah ayam itu disapukan pada bahan yang

akan dikerjakan. Dimulai pada tiang pusat, disertai dengan niat agar selama rumah itu

dikerjakan tuan rumah dan tukangnya dalam keadaan sehat dan baik–baik, bila saat

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

43

bekerja akan terjadi bahaya atau kesusahan, maka cukuplah ayam itu sebagai

gantinya. Selama pembuatan peralatan rumah itu berlangsung dihidangkan kue–kue

tradisional seperti : Suwella, Sanggara, Onde-Onde, Roko–roko unti sering juga

disebut doko-doko, Peca’ Beppa, Barongko dan Beppa loka, dan lain – lainnya.

Tahap upacara Mappatettong Bola (mendirikan rumah). Tujuan upacara ini

sebagai permohonan doa restu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar rumah yang

didirikan itu diberkahi dan dilindungi dari pengaruh-pengaruh roh jahat yang

mungkin akan menganggu penghuninya. Upacara ini diadakan di tempat atau lokasi

dimana rumah itu didirikan, sebagai bentuk penyampaian kepada roh-roh halus

penjaga – penjaga tempat itu bahwa orang yang pernah memohon izin pada waktu

yang lalu sekarang sudah datang dan mendirikan rumahnya. Sehari menjelang dirikan

pembangunan rumah baru itu, maka pada malam harinya dilakukan pembacaan kitab

barazanji.

Adapun bahan–bahan dan alat–alat kelengkapan upacara itu terdiri tas : ayam

’bakka’ dua ekor, satu jantan dan satu betina. Darah kedua ayam ini diambil untuk

disapukan dan disimpan pada tiang pusat rumah, ini mengandung harapan agar tuan

rumah berkembang terus baik harta maupun keturunannya. Selain itu, Bahan–bahan

yang ditanam pada tempat posi bola (pusat atau bagian tengah rumah) dan aliri pakka

yang akan didirikan ini terdiri atas : awali (periuk tanah atau tembikar), sung appe

(sudut tikar dari daun lontar), balu mabbulu (bakul yang baru selesai dianyam),

penno-penno (semacam tumbuh-tumbuhan berumbi seperti bawang), kaluku (kelapa),

Golla Cella (gula merah), Aju cenning (kayu manis), dan buah pala. Kesemua bahan

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

44

tersebut diatas dikumpul bersama – sama dalam kuali lalu ditanam di tempat dimana

direncanakan akan didirikan aliri posi bola itu dengan harapan agar pemilik rumah

bisa hidup bahagia, aman, tenteram, dan serba cukup.

Setelah tiang berdiri seluruhnya, maka disediakan pula sejumlah bahan –

bahan yang akan disimpan di posi bola seperti kain kaci 1 meter, diikatkan pada posi

bola, padi dua ikat, golla cella (gula merah), kaluku (kelapa), saji pattapi (nyiru),

sanru (sendok sayur), piso (pisau), pakkerri (kukur kelapa). Bahan–bahan ini

disimpan diatas disimpan dalam sebuah balai – balai di dekat posi bola. Bahan ini

semua mengandung nilai harapan agar kehidupan dalam rumah itu serba lengkap dan

serba cukup. Setelah kesemuanya itu sudah dilaksanakan, barulah tiba saat Mappanre

Aliri, memberi makan orang – orang yang bekerja mendirikan tiang – tiang rumah itu.

Makanan yang disajikan terdiri atas sokko (ketan), dan pallise, yang mengandung

harapan agar hidup dalam rumah baru tersebut dapat senantiasa dalam keadaan

cukup.

Tahap upacara Menre Bola Baru (naik rumah baru) tujuannya sebagai

pemberitahuan tuan rumah kepada sanak keluarga dan tetangga sedesa bahwa

rumahnya telah selesai dibangun, selain sebagai upacara doa selamat agar rumah baru

itu diberi berkah oleh Tuhan dan dilindungi dari segala macam bencana.

Perlengkapan upacara yang disiapkan adalah dua ekor ayam putih jantan dan betina,

loka (utti) manurung, loka atau utti (pisang) panasa (nangka), kaluku (kelapa), golla

cella (gula merah), tebbu (tebu), panreng (nenas) yang sudah tua. Sebelum tuan

rumah (suami isteri) naik ke rumah secara resmi, maka terlebih dahulu bahan bahan

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

45

tersebut diatas disimpan di tempatnya masing – masing, yaitu : (1) Loka manurung,

kaluku, golla cella, tebu, panreng dan panasa di tiang posi bola. (2) Loka manurung

disimpan di masing–masing tiang sudut rumah. Tuan rumah masing–masing

membawa seekor ayam putih. Suami membawa ayam betina dan isteri membawa

ayam jantan dengan dibimbing oleh seorang sanro bola atau orang tertua dari

keluarga yang ahli tentang adat berkaitan dengan rumah. Sesampainya diatas rumah

kedua ekor ayam itu dilepaskan, sebelum sampai setahun umur rumah itu, maka ayam

tersebut belum boleh disembelih, karena dianggap sebagai penjaga rumah. Setelah

peserta upacara hadir diatas rumah maka disuguhkanlah makanan–makanan atau kue–

kue seperti suwella, jompo–jompo, curu maddingki, lana–lana (bedda), konde–konde

(umba–umba), sara semmu, doko–doko, lame–lame. Pada malam harinya diadakanlah

pembacaan kitab barazanji oleh imam kampung, setelah tamu pada malam itu pulang

semua, tuan rumah tidur di ruang depan. Besok malamnya barulah boleh pindah ke

ruang tengah tempat yang memang disediakan untuknya.

Tahap Upacara Maccera Bola. Setelah rumah itu berumur satu tahun maka

diadakanlah lagi upacara yang disebut maccera bola. “Maccera Bola” artinya

memberi darah kepada rumah itu dan merayakannya. Jadi sama dengan ulang tahun.

Darah yang dipakai maccera ialah darah ayam yang sengaja dipotong untuk itu, pada

waktu menyapukan darah pada tiang rumah dibacakan mantra, “Iyyapa uitta dara

narekko dara manu”, artinya nantinya melihat darah bila itu darah ayam. Ini

maksudnya agar rumah terhindar dari bahaya. Pelaku maccera bola ialah sanro

(dukun) bola atau tukang rumah itu sendiri.

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

46

Dalam kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana persepsi manusia terhadap

dunia lingkungan serta masyarakat, seperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan

pokok untuk memotivasi setiap langkah yang hendak dan harus dilakukannya dan

sehubungan dengan itu pola hidup serta cara kemasyarakatan. Dengan demikian

kebudayaan menunjukkan identitas serta integritas seseorang atau suatu bangsa.

J. Makna Perkawinan

Pernikahan mungkin salah satu praktek kebudayaan yang sakral yang sering

dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan yang dibayangkan, bahkan dipercayai sebagai

perwujudan ideal hubungan cinta antara dua individu. Telah menjadi urusan banyak

orang atau institusi, mulai dari orang tua, keluarga besar, institusi agama sampai

negara.

Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1, bahwa perkawinan

ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami dan

istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan keluarga

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan merupakan perjanjian yang

resmi antar dua individu yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk

menciptakan sebuah kekerabatan. Pernikahan dilakukan sesuai dengan adat yang

dianut atau disepakati oleh kedua calon pengantin.

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau

dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan suatu ikatan secara hukum

agama, hukum negara, dan hukum adat. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

47

dan variasi antar bangsa, suku satu dengan yang lainnya pada satu bangsa, agama,

budaya maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang

berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula.

Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat

dokumen tertulis yang mencatatkan pernikahan ditanda tangani. Upacara pernikahan

sendiri biasnya merupakan acara yang dilangsungkan untuk melakukan upacara

berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan kesempatan untuk merayakannya bersama

keluarga dan teman. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan disebut

pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami-istri.

K. Perkawinan Bugis

Dalam masyarakat Bugis Bone, sebagaimana masyarakat lain di Nusantara ini

upacara perkawinan atau pernikahan menandai dimulainya jalinan hubungan

berdasarkan cinta kasih yang sah menurut adat (aturan-aturan duniawi) dan agama

(aturan-aturan ukhrawi). Berawal dari peristiwa perkawinan itulah suami istri dapat

menapaki masa depannya, membina rumah tangga dan melanjutkan keturunannya.

Upacara perkawinan yang dalam bahasa Bugis disebut tudang botting bukan

hanya menyatukan dua orang menjadi sepasang suami istri, tetapi juga menyatukan

dua rumpun keluarga yang lebih besar yaitu keluarga dari pihak mempelai laki-laki

dan keluarga dari pihak mempelai wanita. Penyatuan kedua keluarga besar tersebut

dalam bahasa bugis disebut silorongeng (saling mengulurkan tangan) atau

mappasideppe mabelae (mendekatkan yang jauh).

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

48

Pandangan masyarakat Bugis tentang perkawinan dan tata cara

pelaksanaannya, pada dasarnya memiliki persamaan antara daerah satu dengan daerah

lainnya. Hanya saja dalam segi-segi kecil sering ditemukan perbedaan-perbedaan

yang tidak terlalu prinsipil. Misalnya, acara ripaddupai yang masih sering dijumpai

didaerah Sidenreng Rappang, Soppeng dan daerah-daerah sekitarnya, merupakan hal

yang tidak ditemukan didaerh lain. Acara ripaddupai ini dilaksanakan dirumah

mempelai wanita yang dipandu oleh seorang indo’botting (juru rias pengantin). Pada

saat mempelai laki-laki selesai membuka pakaian pengantin, disiapkan sembilan

lembar sarung untuk dipakai. Kesembilan sarung tersebut dipasangkan kepada

mempelai laki-laki yang dimulai dari kepala sampai kaki. Satu lembar diantaranya

diikatkan dipinggang untuk dipakai tidur, sedangkan yang lainnya dilepas dan

disimpan kembali.

Menurut berbagai sumber makna dari acara ripaddupai itu adalah agar

mempelai laki-laki kelak dapat mengetahui bahwa diantara banyak sarung yang ada

dirumah isterinya, hanyalah sarung isterinya yang berhak diapakainya. Artinya

banyak keluarga dan kerabat isterinya tetapi yang menjadi hak miliknya hanyalah

isterinya yang telah dinikahinya.

K. 1. Jenis-jenis Perkawinan Bugis

Melihat dari proses pelaksanaannya, dalam masyarakat Bugis, dikenal

beberapa jenis perkawinan antara lain :

a. Perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan peminangan.

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

49

Perkawinan jenis ini berlaku secara turun menurun bagi masyarakat Bugis

yang bersifat umum, baik golongan bangsawan maupun bagi masyarakat

biasa. Perbedaannya hanya dilihat dari tata cara pelaksanaannya, yakni bagi

golongan bangsawan, melalui proses yang panjang dengan upacara adat

tertentu. Sedangkan bagi masyarakat biasa dilaksanakan secara sederhana

sesuai kemampuan.

b. Perkawinan silariang (kawin lari)

Jenis perkawinan yang dilaksanakan tidak berdasarkan peminangan, tetapi

karena kedua belah pihak mengadakan mufakat untuk lari ke rumah penghulu

untuk minta perlindungan dan selanjutnya dinikahkan. Sebenarnya dalam

masyarakat Bugis khususnya Bugis Bone, peristiwa silariang (melarikan diri

untuk dinikahkan) adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan siri’ bagi

keluarga perempuan.

K. 2. Syarat-syarat Untuk Melangsungkan Perkawinan

Sesuai dengan adat yang berlaku dalam masyarakat Bugis Bone, persyaratan

lebih banyak dibebankan kepada pihak laki-laki. Disamping ia harus menyiapkan diri

untuk menjadi nahkoda dalam melayarkan bahtera rumah tangga yang akan dibinanya

nanti. Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh pembiayaan perkawinan dibebankan

kepada pihak laki-laki, karena disamping harus menaikkan doi’ menre (uang belanja),

juga harus membawa persembahan yang sekarang ini dikenal dengan nama leko’

(sirih pinang) yang nilainya tidak sedikit.

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

50

Disamping itu, apabila calon mempelai laki-laki berasal dari daerah luar,

maka kepadanya diharuskan membayar pallawa tana. Besarnya pallawa tana

ditentukan oleh pemuka adat setempat atau penghulu dimana mempelai wanita itu

berdomisili. Pallawa tana itu merupakan tanda atau pengakuan bagi mempelai laki-

laki bahwa dirinya siap mengikuti segala aturan-aturan adat dan aturan-aturan agama

yang berlaku di daerah itu.

K. 3. Perkawinan Yang Dilarang

Sejak dahulu adat yang berlaku dalam masyarakat Bugis melarang

perkawinan antara dua orang (laki-laki dan perempuan) yang masih memiliki

hubungan darah yang dekat, seperti:

Seorang pria dilarang kawin dengan wanita yang menurunkannya (ibu

atau nenek) baik melalui ayah maupun melalui ibu.

Seorang pria dilarang kawin dengan wanita yang menurun darinya (anak,

cucu,cicit) baik keturunan anak wanita.

Seorang pria dilarang kawin dengan wanita dari keturunan ayah atau dari

keturunan ibu (saudara kandung atau anak dari saudara kandung).

Seorang pria dilarang kawin dengan wanita saudara dari yang

menurunkan (saudara kandung ayah atau saudara kandung ibu, saudara

kandung kakek atau nenenk baik dari ayah maupun dari ibu).

Dari hal yang disebutkan di atas, berarti seorang pria dilarang kawin dengan

seorang wanita dalam garis keturuanan lurus ke atas dan ke bawah tanpa batas.

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

51

Apabila hali ini terjadi masyarakat Bugis menganggapnya sebagai peristiwa

malaweng (perbuatan haram menurut Islam). Sesuai hukum adat yang berlaku dalam

masyarakat Bugis Bone khususnya, keduanya akan ditenggelamkan di laut sebagai

makanan ikan, karena merupakan pelanggaran hukum adat yang berat.

K. 4. Masalah Perjodohan

Dahulu, masalah pemilihan jodoh bagi masyarakat Bugis Bone, selalu

dipilihkan oleh orang tua. Kedua mempelai nanti akan saling kenal setelah duduk

dipelaminan atau setelah masing-masing membuka pakaian pengantin yang ditandai

dengan suatu acara yang disebut ripasiewa yaitu adat yang dimkasudkan untuk saling

menyapa.

Dalam memilih jodoh, masyarakat Bugis Bone biasanya memperhatikan

faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor obyektif, yaitu adanya kesiapan untuk berumah tangga yang dititik

beratkan kepada masalah ekonomi, kedewasaan, mental, karakter, kecerdasan

dan sebagainya.

b. Faktor subyektif, yaitu adanya dasar saling cinta mencintai. Dahulu faktor ini

lahir setelah terlaksananya perkawinan, karena pada umumnya mempelai

dijodohkan oleh orang tua dan tidak saling mengenal.

Dalam masyarakat Bugis Bone, dikenal adanya pelapisan sosial yang sampai

sekarang masih sering terjadi perimbangan dalam hal perjodohan. Seorang yang

berasal dari golongan bangsawan selalu mempertimbangkan untuk memilih jodoh

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

52

dari golongan masyarakat biasa, golongan hamba atau ata’ yang pernah dikenal pada

zaman masa lampau. Dahulu hubungan antara anak bangsawan dengan anak orang

biasa apalagi anak seorang hamba dianggap sebagai suatu pelanggaran yang disebut

nasoppa’i tekkenna, artinya tertusuk oleh tombaknya sendiri. Yang artinya hal yang

memungkinkan seorang lelaki yang berasal dari golongan biasa dapat mengawini

seorang wanita dari golongan bangsawan, adallah harus memiliki kelebihan seperti to

warani (pemberani), to sugi (orang kaya), cendekiawan atau pemimpin agama.

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

53

BAB III

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Asal Usul Orang Bugis

Suku Bugis merupakan suku yang tergolong ke dalam suku-suku Deutero-

melayu, atau Melayu muda. masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama

dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata ‘Bugis’ berasal dari kata To Ugi, yang berarti

orang Bugis. Penamaan ‘ugi’ sendiri merujuk pada nama raja pertama kerajaan Cina

(bukan negara Tiongkok, tapi salah satu daerah yang terdapat di jazirah Sulawesi

Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo saat ini) yaitu La

Sattumpugi.

Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada

raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau

pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan

bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading.

Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa

anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar didunia dengan jumlah

kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (yang dipertuan di

ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi

masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk

Banggai, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

54

Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk

beberapa kerajaan lain. Masyarakat Bugis ini kemudian mengembangkan

kebudayaan, bahasa, aksara, pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis

klasik dan besar antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa dan Sawitto

(Kabupaten Pinrang), Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk etnik

Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar

dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu,

Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Daerah peralihan antara Bugis

dan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah

peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang.

B. Sejarah Berdirinya Kabupaten Bone

Kerajaan Tana Bone dahulu terbentuk pada awal abad ke- IV atau pada tahun

1330, namun sebelum Kerajaan Bone terbentuk sudah ada kelompok-kelompok dan

pimpinannya digelar KALULA Dengan datangnya LA UBBI yang digelar TO

MANURUNG (Manurungge Ri Matajang) atau MATA SILOMPO-E. maka

terjadilah penggabungan kelompok-kelompok tersebut termasuk Cina, Barebbo,

Awangpone dan Palakka. Pada saat pengangkatan TO MANURUNG MATA

SILOMPO- E menjadi Raja Bone, terjadilah kontrak pemerintahan berupa sumpah

setia antara rakyat Bone dalam hal ini diwakili oleh penguasa Cina dengan 10

MANURUNG, sebagai tanda serta lambang kesetiaan kepada Rajanya sekaligus

merupakan pencerminan corak pemerintahan Kerajaan Bone diawal berdirinya.

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

55

Disamping penyerahan diri kepada Sang Raja juga terpatri pengharapan

rakyat agar supaya menjadi kewajiban Raja untuk menciptakan keamanan,

kemakmuran, serta terjaminnya penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat. Adapun

teks sumpah yang diucapkan oleh penguasa Cina mewakili rakyat Bone berbunyi

sebagai berikut:

“ ANGIKKO KURAUKKAJU RIYAAOMI’RI RIYAKKENG

KUTAPPALIRENG ELOMU ELO RIKKENG ADAMMUKKUWAMATTAMPAKO

KILAO.. MALIKO KISAWE. MILLAUKO KI ABBERE.

MUDONGIRIKENG TEMMATIPPANG. MUAMPPIRIKKENG

TEMMAKARE. MUSALIMURIKENG TEMMADINGING “

Terjemahan bebas:

“ ENGKAU ANGIN DAN KAMI DAUN KAYU, KEMANA BERHEMBUSKESITU

KAMI MENURUT KEMAUAN DAN

KATA-KATAMU YANG JADI DAN BERLAKU ATAS KAMI, APABILAENGKAU

MENGUNDANG KAMI MENYAMBUT

DAN APABILA ENGKAU MEMINTA KAMI MEMBERI, WALAUPUN ANAK

ISTRI KAMI JIKA TUANKU TIDAK SENANGI KAMIPUN TIDAK

MENYENANGINYA, TETAPI ENGKAU MENJAGA KAMI AGAR TENTRAM,

ENGKAU BERLAKU ADIL MELINDUNGI AGAR KAMI MAKMUR

DAN SEJAHTERA ENGKAU SELIMUTI KAMI AGAR TIDAK KEDINGINAN ‘

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

56

Budaya masyarakat Bone demikian Tinggi mengenai sistem norma atau adat

berdasarkan Lima unsur pokok masing-masing : Ade’, Bicara, Rapang, Wari dan

Sara yang terjalin satu sama lain, sebagai satu kesatuan organis dalam pikiran

masyarakat yang memberi rasa harga diri serta martabat dari pribadi masing-masing.

Kesemuanya itu terkandung dalam satu konsep yang disebut “Siri” merupakan

integral dari ke Lima unsur pokok tersebut diatas yakni pangadereng ( norma adat),

untuk mewujudkan nilai pangadereng maka rakyat Bone memiliki sekaligus

mengamalkan semangat budaya.

SIPAKATAU artinya : Saling memanusiakan, menghormati atau menghargai harkat

dan martabat kemanusiaan seseorang sebagai mahluk ciptaan ALLAH tanpa

membeda - bedakan, siapa saja orangnya harus patuh dan taat terhadap norma adat

atau hukum yang berlaku.

SIPAKALEBBI artinya : Saling memuliakan posisi dan fungsi masing-masing dalam

struktur kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku yang baik sesuai

dengan adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat

SIPAKAINGE artinya: Saling mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat,

pendapat orang lain, manerima saran dan kritikan positif dan siapapun atas dasar

kesadaran bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kekhilafan. Dengan

berpegang dan berpijak pada nilai budaya tersebut diatas, maka sistem pemerintahan

Kerajaan Bone adalah berdasarkan musyawarah mufakat. Hal ini dibuktikan dimana

waktu itu kedudukan ketujuh ketua kaum (Matoa Anang) dalam satu majelis dimana

MenurungE sebagai ketuanya ketujuh kaum itu diikat dalam satu ikatan persekutuan

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

57

yang disebut Kawerang, artinya Ikatan Persekutuan Tana Bone. Sistem Kawerang ini

berlangsung sejak ManurungE sebagai Raja Bone pertama hingga Raja Bone ke IX

yaitu Lapttawe Matinroe Ri Bettung pada akhir abad ke XVI.

Pada tahun 1605 Agama Islam masuk di Kerajaan Bone dimasa pemerintahan

Raja Bone ke X Latenri Tuppu Matinroe Ri Sidendreng. Pada masa itu pula sebuatan

Matoa Pitu diubah menjadi Ade Pitu ( Hadat Tujuh ), sekaligus sebutan Matoa

mengalami pula perubahan menjadi Arung. Arung misalnya Matua Ujung disebut

Arung Ujung dan seterusnya. Demikian perjalanan panjang Kerajaan Bone, maka

pada bulan Mei 1950 untuk pertama kalinya selama Kerajaan Bone terbentuk dan

berdiri diawal abad ke XIV atau tahun 1330 hingga memasuki masa kemerdekaan

terjadi suatu demonstrasi rakyat dikota Watampone yaitu menuntut dibubarkannya

Negara Indonesia Timur, serta dihapuskannya pemerintahan Kerajaan dan

menyatakan berdiri dibelakang pemerintah Republik Indonesia Beberapa hari

kemudian para anggota Hadat Tujuh mengajukan permohonan berhenti.

Disusul pula beberapa tahun kemudian terjadi perubahan nama distrik atau

onder distrik menjadi Kecamatan sebagaimana berlaku saat ini. Pada tanggal 6 April

1330 melalui rumusan hasil seminar yang diadakan pada tahun 1989 di Watampone

dengan diperkuat Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Bone No.1 Tahun 1990 Seri C,

maka ditetapkanlah tanggal 6 April 1330 sebagai hari jadi Kabupaten Bone dan

diperingati setiap tahun.

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

58

C. Keadaan Geografis

Daerah Kabupaten Bone merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

Propinsi Sulawesi Selatan, secara Geografis letaknya sangat strategis karena adalah

pintu gerbang pantai timur Sulawesi Selatan yang merupakan pantai Barat Teluk

Bone memiliki garis pantai yang cukup panjang membujur dari Utara ke Selatan

menelusuri Teluk Bone tepatnya 174 Kilometer sebelah Timur Kota Makassar, luas

wilayah Kabupaten Bone 4,556 KM Bujur Sangkar atau sekitar 7,3 persen dari luas

Propinsi Sulawesi Selatan, didukung 27 Kecamatan, 333 Desa dan 39 Kelurahan,

dengan jumlah penduduk 648,361 Jiwa.

Keadaan tanahnya yang subur, terutama di daerah-daerah yang terletak

dibagian pesisiran umumnya adalah tanah datar, seperti daerah Barebbo, Tanete

Riattang, Mare, Tonra, Salomekko, dan sebagian lagi daerahnya datar dan berawa-

rawa. Secara keseluruhan daerah Bone tidak sesuai untuk digunakan sebagai daerah

persawahan karena tanahnya bercampur batu. Selain itu, jenis tanah di daerah ini

adalah tanah jenis aluvial hidromorf glei yang berakar rendah, complex mediteran

coklat kekuningan.

Kabupaten Bone secara geografis berbatasan dengan Kabupaten Wajo

disebelah utara dengan sungai cenrana sebagai batasnya, disebelah timur teletak

Teluk Bone, di sebelah selatan dengan sungai tangka dan tanah-tanah pemerintahan

yang terdapat diantara Gunung Katanorang, Bowoloangi dan Bontonuli, batas ini

adalh batas yang ditetapkan pada tahun 1860 setelah perang Bone selesai. Di sebelah

barat dengan Tabete, Mario, Soppeng, sungai Walannae, dan Danau Tempe.

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

59

Wilayah Kabupaten Bone boleh dikatakan tidak memilikki gunung-gunung

yang tinggi. Sungai yang paling penting adalah Sungai Walannae berhulu di Gunung

Bawakaraeng, mengalir ke bagian tenggara Kabupaten Bone dan mengaliri dataran

Bengo, dan daerah Soppeng. Beberapa bagian alirannya mengaliri daerah Lamuru,

berlanjut ke daerah-daerah Mario-ri-wawo dan Mario-ri-awa dan akhirnya bersatu

dengan Sungai Cenrana di sebelah Timur Danau Tempe Kabupaten Wajo. Jalur

utama aliran sungai ini dari selatan ke utara Sungai Cenrana berhulu di Gunung

Latimojong, di perbatasan Luwu dan Toraja.

D. Pemerintahan di Era Otoda

Otonomi daerah yang sebagaimana digariskan oleh Undang – Undang No. 22

Tahun 1999 yang secara efektif diberlakukan pada 1 Januari 2001, memang akan

menyita berbagai pemikiran bagi pemerintah ditingkat Kabupaten, karena dalam

pelaksanaannya memerlukan transportasi para digmatik terutama dalam

penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dari pemikiran ini pemerintah Kabupaten

Bone berupaya merumuskan langkah-langkah yang strategis serta berbagai kebijakan

untuk menjawab tuntutan yang sifatnya mendesak seperti peningkatan Sumber Daya

Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Potensi Bone merupakan salah satu daerah

yang berada dipesisir Timur Sulawesi Selatan memiliki peranan yang penting dalam

perdagangan Barang dan jasa dikawasan Timur Indonesia, apalagi Kabupaten yang

berpenduduk 648.361 Jiwa memiliki Sumber Daya Alam disektor pertambangan

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

60

misalnya bahan industri atau bangunan, emas, tembaga, perak, batubara dan pasir

kuarsa.

Seluruhnya dapat dieksplorasi dan eksploitasi, namun hal ini akan menjadi

peluang emas bagi masyarakat Bone dalam peningkatan Kesejahteraan dimasa yang

akan datang dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sedikitnya hal ini akan menjadi

penunjang utama peningkatan pembangunan.

K. Lapisan Sosial Pada Masyarakat Bugis Bone

Masyarakat Bugis membeda-bedakan manusia menurut tinggi rendah

keturunannya. Ukuran satu-satunya ialah soal darah atau unsur keturunan sebagai

unsur primair, untuk itu perlu dibedakan terlebih dahulu macam-macam keturunan

yaitu :

1. Wija (keturunan) ana’ eppona MappajungE, ialah keturunan anak cucu

raja, menurut garis lurus dari raja ke XV

2. Wija Mappajung, ialah keturunan raja-raja sebelum masuk Islam dan

sebelum menjadi raja La Patau Matanna Tikka, raja XV.

3. Wija To Leb’bi, ialah keturunan orang-orang mulia, yakni famili-famili

dari ibu-bapak La Patau Matanna Tikka.

4. Wija Anakarussala, ialah keturunan orang-orang merdeka, biasa juga

disebut Tosama.

5. Wija Ata, ialah keturunan hamba.

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

61

Tiap individu dalam banyak masyarakat Bone, termasuk dalam salah satu

lapisan, walaupun baginya tidak berlaku lagi perbedaan fasilitas-fasilitas lapangan

kerja seperti sediakala. Dewasa ini sedang mengalami proses perubahan, namun

sering menyatakan diri terutama kalau akan terjadi perkawinan, klafikasi darah

muncul jadi persoalan secara diam-diam tapi dengan tajam.

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Informan

Pada penelitian yang dilakukan menggunakan etnografi komunikasi peneliti

kemudian memilih dan mewawancarai sejumlah informan yang relevan memahami,

menjalankan simbol dan makna dalam prosesi perkawinan adat suku Bugis

khususnya suku Bugis Bone. Berikut latar belakang beberapa informan yang telah

memberikan sumbangsih informasi yang bermanfaat kepada penulis dalam

melakukan penelitian ini adalah :

Informan yang pertama, yaitu Abidin sehari-hari beliau bekerja sebagai

pengelola Saoraja museum Lapawawoi yang beralamat di Jalan MH Thamrin

Museum Lapawawoi Kabupaten Bone beliau juga dikenal sebagai budayawan Bugis

oleh masyarakat Bone. Abidin, sapaan akrab beliau dianggap merupakan tokoh

budaya Masyarakat Bone yang juga merupakan putra bungsu dari Andi Mappasissi

atau lebih dikenal dengan Petta Awangpone yang dalam masyarakat Bone termasuk

pemangku adat yang ikut melestarikan kebudayaan Bone.

Informan yang kedua adalah Rahman (mammi’ fitri) berusia 50 tahun

pengelola Bola Soba yaitu Soraja (rumah raja Bugis) rumah tinggal panglima perang

kerajaan Bone di masa pemerintahan Raja Bone XXXII tahun 1895-1905, yaitu Andi

Abdul Hamid Baso Pagilingi Petta Ponggawae salah seorang putra Raja Bone XXXI

(Lapawawoi Karaeng Sigeri). Namun setelah kerajaan Bone di bawah kekuasaan

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

63

Belanda, rumah ini dijadikan sebagai penginapan para tetamu dari kalangan penguasa

ketika itu, sehingga seterusnya menjadi lazim dengan sebutan “Bola Soba”. Bola

yang sekarang ini juga dijadikan sebagai sarana berbagai kegiatan seni dan budaya di

daerah ini, mammi’ Fitri lah yang mengatur segala sesuatu kegiatan dirumah itu.

Mammi’ Fitri juga merupakan seorang Indo’ botting yaitu seseorang yang dipercaya

untuk mengerjakan suatu perkawinan adat dikalangan masyarakat Bugis Bone,

dimulai dari merias pengantin, perlengkapan pelantin, bahkan setiap tahapan adat

perkawinan Bugis Bone yang dilalui oleh pengantin diurus oleh mammi’ Fitri.

Informan yang terakhir adalah Andi Immank, pria yang berusia 32 tahun ini

menjabat sebagai wakil sekertaris dewan kesenian Bone, dan juga sebagai protokeler

diberbagai acara adat di Kabupaten Bone termasuk protokoler perkawinan. Andi

imran sapaan untuk narasumber penulis yang satu ini, Andi Imran tinggal di Jalan

Lapawawoi no. 10 Kab. Bone, Andi Imran sudah mendalami karirnya sebagai

protokoler acara adat pada saat usia 20 tahun, keahliannya sebagai protokoler

diperoleh dari mengikuti sanggar Bola Soba yang ditekuninya sejak duduk dibangku

SMP dan mulai memberanikan diri pada usianya menginjak usia 20 tahun. Awalnya

karena permintaan keluarga, dan orang-orang disekitarnya hingga kini Andi Imran

dipercayai untuk memprotokoleri perkwaninan adat Bugis Bone diberbagai daerah di

Indonesia.

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

64

B. Tahapan Prosesi Perkawinan Adat Bugis Bone

Konsep suatu perkawinan bagi masyarakat Bugis Bone,merupakan sesuatu

yang sakral dan sangat penting. Tetapi melalui beberapa fase dengan rentang waktu

yang agak panjang serta melibatkan orang tua, kerabat dan keluarga. Perkawinan

dianggap ideal apabila prosesi-prosesi yang telah menjadi ketentuan adat dan agama

tersebut dilalui.

Perkawinan dianggap sangat penting dalam kehidupan seseorang, karena

merupakan babak baru untuk membentuk keluarga sebagai unit terkecil dari suatu

masyarakat. Sesuai dengan sifat dan watak orang Bugis Bone yang religius dan

mengutamakan kekeluargaan, maka untuk menuju kepada suatu perkawinan

diperlukan partisipasi keluarga dan kerabat untuk merestui perkawinan tersebut.

Sebelum acara perkawinan dilangsungkan maka ada beberapa prosesi adat

yang harus dilalui, prosesi-prosesi tersebut adalah sebagai berikut:

b. Mammanu’ manu adalah merupakan langkah awal yang dilakukan oleh

orang tua laki-laki yang bermaksud mencarikan jodoh (pasangan) anaknya

yang akan berlanjut ke jenjang perkawinan. Mammanu’manu artinya

melakukan kegiatan seperti burung yang terbang kesana kemari, tujuannya

adalah untuk menemukan seorang gadis yang kelak akan dilamarnya.

Setelah menemukan seorang gadis yang menurut pertimbangan bisa

dijadikan isteri oleh anaknya, maka dilanjutkanlah kegiatan itu kepada

langkah selanjutnya yang disebut “mappese’pese’ (menyelidiki). Setelah

pihak perempuan mendengar bahwa pihak laki-laki benar ingin melamar,

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

65

dengan segala kerendahan hati pihak perempuan akan berkata “narekko

makkoitu adatta- soroni tangngaka-nakubali tangnga toi. (kalau begini

maksud anda, kembalilah mempelajari keluarga kami dan saya juga

mempelajari keluarga anda)”.

c. Massuro (meminang) yaitu mengutus beberapa orang ke rumah

perempuan yang akan dilamar, biasanya orang yang diutus tersebut adalah

orang-orang yang mengetahui tentang seluk beluk cara meminang.

Pertama-tama ia harus mengemukakan maksudnya dengan penuh sopan

santun agar orang tua dan keluarga perempuan yang akan dilamarnya

tidak merasa tersinggung.

Salah seorang dari rombongan to’ madduta mengemukakan

maksud kedatangannya dengan kata-kata yang halus yang bersifat

ungkapan-ungkapan yang bermakna. Sementara orang yang menerimanya

juga menjawabnya dengan kata-kata yang halus serta penuh makna

simbolis.

Berikut ini adalah salah satu contoh dialog antara to-madduta

dengan to riaddutai:

- To madduta : Iyaro bunga puteta-tepu tabakka toni- engkanaga

sappo na? (Bunga putih yang sedang mekar, apakah sudah me

miliki pagar?).

+ To riaddutai: De’ga pasa ri kampotta- balanca ri liputta mulincoma

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

66

bela? (apakah tidak ada pasar dikampung anda, jualan

ditempat anda sehingga anda pergi jauh?).

-To madduta: Engka pasa ri kampokku- balanca ri lippuku- naekaiya

nyawami kusappa (ada pasar dikampungku, jualan di

tempatku, tetapi yang kucari adalah hati yang budi

pekerti yang baik).

+To riaddutai: Iganaro maelo ri bunga puteku-temmakkedaung temak

Temakkecolli (siapakah yang berminat terhadap bunga

putihku, tidak berdaun tidak pula berpucuk).

Sementara pihak perempuan segera melakukan musyawarah dengan

keluarganya untuk membicarakan hal berbagai hal seperti besarnya uang

belanja, uang mahar, serta hari pernikahan. Pihak laki-laki pun kembali

melakukan hal yang sama guna membicarakan persiapan menjelang

perkawinan.

d. Mappettu ada, setelah terjadi kesepakatan bahwa lamaran pihak laki-laki

telah diterima baik oleh pihak orang tua perempuan, maka ditentukanlah

waktu pelaksanaan acara mappetu ada yaitu memutuskan segala apa yang

diperlukan dalam pelaksanaan pernikahan nanti. Dalam acara mappetu

ada, dibicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan pernikahan yang

meliputi:

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

67

Tanra Esso: penentuan hari pernikahan baik laki-laki maupun pihak

perempuan mempertimbangkan tentang waktu-waktu luang bagi

keluarga. Misalkan saja apabila keluarga tersebut terdiri dari petani maka

dipilh waktu pada saat selesai panen, sedangkan apabila keluarga terdiri

dari pegawai maka dipilih pada waktu libur atau hari minggu.

Doi menre: sesudah menetapkan hari pernikahan (tanra esso), maka hal

yang paling penting adalah besarnya uang naik yang diberikan oleh

pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Sekarang ini untuk menetapkan

uang belanja pihak perempuan selalu melihat harga yang berlaku

dipasaran. Kalau pihak perempuan menghendaki pesta pernikahan itu

ramai, maka uang belanja yang diminta juga tinggi, kecuali kalau antara

laki-laki dan perempuan ada saling pengertian, maka biasanya

diserahkan saja kepada laki-laki tentang berapa kemampuannya.

Menurut aturannya uang belanja ini merupakan biaya yang

diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan dalam rangka

pelaksanaan pesta pernikahan tersebut. Dalam acara mappetu ada

tersebut memang telah dibicarkan dan disepakati apabila sesudah

menikah dan terjadi masalah, misalnya laki-laki tidak mampu memberi

nafkah batin kepada isterinya maka, sehingga terjadi perceraian maka

uang belanja tersebut tidak dikembalikan.

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

68

Sompa (mahar) adalah pemberian pihak laki-laki kepada perempuan

yang dinikahinya, baik itu berupa uang atau benda, sebagai salah satu

syarat sahnya pernikahan. Jumlah sompa sebagaimana yang diucapkan

oleh mempelai laki-laki pada saat akad nikah, menurut ketentuan adat

jumlahnya bervariasi menurut tingkat kebangsawanan seseorang.

Sompa yang berlaku sejak lama di daerah Bugis, dinilai dengan

mata uang lama yang di sebut real (orang Bugis menyebutnya rella).

Bagi bangsawan tinggi sompa dinyatakan dengan kati senilai 88 real,

ditambah satu orang hamba atau ata senilai 40 real dan satu ekor kerbau

senilai 25 real. Sompa bagi perempuan dari kalangan bangsawan tinggi

disebut sompa bocco yang bisa mencapai 44 kati. Sedangkan bagi

perempuan dari kalangan bangsawan menengah kebawah hanya satu

kati, bagi orang baik-baik setengah kati, dan bagi kalangan orang biasa

hanya seperempat kati.

e. Mappasiarekeng dan Mappaenre balanca yaitu dalam pelaksanaannya

orang biasa menggabungkan pada acara mappetu ada dengan acara

mappasiarekang dan mappaenre balanca. Itu tergantung dari kesempatan

kedua belah pihak calon pengantin dengan berbagai pertimbangan

misalnya, mengirit biaya dan mengefesienkan waktu. Acara

mappasierekeng yaitu menguatkan kembali apa yang telah dibicarakan

dan mappaenre balanca yaitu membawa sejumlah uang belanja sesuai

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

69

dengan kesepakatan antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan pada

saat mappetu ada. Rombongan pihak laki-laki terdiri dari laki-laki dan

perempuan yang berpakaian adat dan dipimpin oleh seseorang yang

dituakan. Begitu pula perempuan menyambut kedatangan rombongan

pihak laki-laki dengan pakaian adat pula.

Pihak laki-laki membawa sirih pinang untuk mappaota

(menyuguhkan sesuatu) berupa tujuh ikat daun sirih, tujuh biji buah

pinang, tujuh bungkus kapur, tujuh bungkus tembakau. Semua jenis benda

tersebut mengandung makna penghargaan kepada calon mempelai wanita

termasuk seluruh keluarganya. Selain itu, pihak laki-laki membawa pula

barang berupa satu buah cincin dan dua lembar sarung. Cincin dan sarung

tersebut dipasangkan kepada calon mempelai wanita setelah acara

mappasierekeng selesai. Cincin dan sarung tersebut dimaksudkan sebagai

tanda ikatan yang dalam bahasa Bugis disebut passeo dari calon mempelai

laki-laki kepada calon mempelai wanita.

Kebiasaan suku Bugis pada masa lampau yaitu mengunyah daunsirih, maka pemberian daun sirih dengan segala kelengkapannya,seperti pinang, tembakau, gambir, kapur dan lain-lain merupakanpenghargaan yang tinggi pada masa lampau. (Abidin)

f. Mappada atau mattampa (mengundang) yaitu dilakukan baik oleh pihak

laki-laki maupun pihak perempuan untuk memberi informasi kepada

segenap keluarga, handai tolan tentang akan dilaksanakannya pesta

pernikahan tersebut. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan tujuh hari

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

70

sebelum acara puncak. Dahulu sebelum adanya alat percetakan, kegiatan

mappada atau mattampa dilakukan oleh beberapa orang wanita atau lak-

laki untuk menyampaikan secara lisan kepada segenap keluarga tentang

rencana pernikahan tersebut. tersebut. Oleh kerena itu, kegiatan ini

disebut juga madduppa atau mappaisseng.

Orang yang melakukan kegiatan madduppa atau mattampa itu,

terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan pakaian adat lengkap.

Biasanya berpasang pasangan yaitu jumlah laki-laki sama dengan jumlah

perempuan. Selain itu, jumlah orang yang akan melakukan kegiatan

mappada atau mattampa disesuaikan dengan tingkat kebangsawanan

orang yang akan ripada.

Kalau orang yang akan ripada atau ritampai tersebut tergolongbangsawan tinggi, maka pattampa berjumtah 12 orang,bangsawan menengah enam orang, dan masyarakat biasa empatatau dua orang. (Mammi’ Fitri)

g. Mappasau (mandi sauna) yaitu beberapa hari sebelum pesta pernikahan

dilaksanakan, calon mempelai wanita dirawat dengan cara mappasau

(mandi uap). Tujuan adalah agar keringat dan bau badan menjadi segar.

Setiap mandi pagi atau petang diharuskan memakai bedda lotong (bedak

hitam) yang terbuat dari beras yang digoreng sampai hangus lalu

ditumbuk sampai halus. Disamping itu, selama beberapa hari sebelum

pesta pernikahannya, calon mempelai wanita diharuskan selalu memakai

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

71

bedak basah atau lulur. Hal ini dilakukan agar kulit calon mempelai

wanita kelihatan bercahaya.

Dalam masyarakat Bugis Bone ada semacam kepercayaan bahwacalon mempelai itu mudah terkena bahaya yang disebutraporaponna (rentang dengan bahaya), karena itu maka itu keduacalon pengantin melakukan prosesi ini sebagai tolak bala.(Mammi’ Fitri)

Dahulu kala ritual ini dilaksanakan selama 40 hari, dewasa inihanya 3 hari atau 7 hari atau malah hanya 1 kali sebelum acaratudampenni atau mappacci. (Andi Immank)

h. Cemme passili (mandi tolak bala) dilakukan sebagai permohonan

kepadaAllah SWT agar dijauhkan dari segala macam bahaya. Acara ini

dilaksanakan pada pagi hari ketika matahari mulai muncul di sebelah

timur. Cemme passili dilakukan oleh calon mempelai laki-laki dan

calon mempelai wanita untuk memasuki acara - mappacci pada malam

harinya.

Tata cara pelaksanaannya dipandu oleh indo' botting (juru rias

pengantin) dengan mendudukkan calon mempelai di atas sebuah kelapa

yang masih utuh yang diletakkan di atas loyang besar. Calon mempelai

memakai baju dan sarung yang baru yang sebentar akan diserahkan

kepada indo' botting yang memandikannya. Selama prosesi mandi tolak

bala itu berlangsung, lilin (dahulu pesse pelleng) harus selalu manyala.

Air yang akan digunakan untuk cemme passili harus dilekke

(diambil) dengan suatu acara khusus yang dilakukan oleh indo' botting.

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

72

Disamping itu, air yang akan dimandikan kepada calon mempelai

tersebut dicampur dengan ramuan-ramuan seperti yang dipakai pada saat

mandi sauna (mappasau). Dari beberapa sumber disebutkan bahwa sumber

air yang akan digunakan biasanya berasal dari beberapa sumur bersejarah

dan masih dianggap punya kelebihan (keramat) dibanding sumber air biasa.

Sumur yang dianggap suci di masyarakat Bone ini ada beberapa diantaranya

yaitu:

1) Bubung Manurungé disebut juga bubung Cemma yang terletak di jalan

Manurungé (tidak ada lagi)

2) Bubung Lassonrong disebut juga bubung Suwabeng terletak di sekitar

jalan Lassonrong sekarang jalan Irian.

3) Bubung Laccokkong yang terletak di sekitar jalan Serigala

dilingkungan Laccokkong Kel. Watampone

4) Bubung Lagaroang yang terletak di Kelurahan Bukaka

Adapun bahan-bahan yang akan digunakan adalah:

• Daun sirih simbol harga diri

• Daun serikaja simbol kekayaan

• Daun waru simbol kesuburan

• Daun tebu simbol kenikmatan

• Daun ta’baliang simbol penangkis bala

• Bunga cabbéru simbol keceriaan

• Daun cangadori simbol penonjolan

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

73

• Maja alosi atau mayang pinang

Kedelapan bahan tersebut dimasukkan ke dalam gentong atau

loyang terbuat dari tanah liat sebagai simbol lekat atau saling melengket

yang telah dialasi dengan semacam tikar yang disebut okkong atau

appereng sebagai simbol jalinan kebersamaan. Setelah semuanya siap

maka dilakukanlah penyiraman pertama yang dilakukan oleh indo’ botting

dengan membaca Basmalah kemudian dilanjutkan dengan membaca

beberapa doa kiranya Allah SWT senantiasa memberikan berkah –Nya

kepada calon mempelai.

Penyiraman dimulai dengan: Kepala 3x kemudian selangkah atau

bahu kanan 3x. Bahu kiri 3x, punggung dan seluruh badan sebanyak 3x,

sesudah indo’ botting mempersilahkan kepada sesepuh atau keluarga

lainnya untuk melakukan hal yang sama. Setelah selesai maka air itu pun

dipercikkan ke arah luar pintu rumah dengan maksud agar semua yang

tidak baik keluar pula melalui pintu. Sesudah cemme passili’ atau

mappassili’ selesai maka calon mempelai baik itu laki-laki maupun

perempuan disilakan mandi seperti biasa.

Calon mempelai perempuan kemudian memakai:

• Waju tokko warna merah jambu

• Lipa’ sabbé warna hijau dan perhiasan sekedarnya.

Calon mempelai pria bisa memakai:

• Waju belladada (warna tidak ditentukan)

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

74

• Lipa’ sabbé yang serasi

• Songko’ pamiring

Dahulu, masyarakat Bugis menggunakan air dari sumur yangdianggap keramat. Tetapi sekarang karena hal seperti itu sulituntuk dilakukan, maka orang yang akan melakukan cemmepassili cukup mengambilnya dari sumber air yang ada dalamrumah. (Abidin)

i. Mappacci berasal dari kata pacci (daun pacar) yaitu semacam tumbuhan

yang oleh orang Bugis daunnya biasa digunakan sebagai belo kanuku

(hiasan atau pemerah kuku), terutama pada saat memasuki bulan

ramadhan. Kemudian dari kata pacci dikonotasikan menjadi kata paccing

(bersih atau suci) yang diyakini akan memiliki makna bagi kedua calon

mempelai. Dengan demikian acara mappacci mempunyai arti simbolis

yaitu kebersihan dan kesucian sebagai suatu unsur yang sangat diperlukan

sebelum memasuki acara puncak dari prosesi perkawinan.

Acara mappacci disebut juga tudampenni (duduk malam) dilaksanakan

di rumah masing-masing calon mempelai pada malam hari sebelum

pelaksanaan resepsi pernikahan yang disebut tudabbotting (duduk

pengantin) pada malam berikutnya. Pelaksanaan acara mappacci ini hanya

dihadiri oleh kerabat, keluarga dan tetangga terdekat kedua calon

mempelai. Sebelum acara mappacci atau tudampenni dilaksanakan, pada

sore harinya keluarga kedua calon mempelai melakukan kegiatan yang

disebut mallekke' pacci (pengambilan daun pacci/pacar). Kalau calon

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

75

mempelai tersebut adalah keturunan bangsawan, maka tempat malekke'

pacci dilakukan di rumah raja atau pemangku adat. Sedangkan bagi calon

mempelai yang hanya berasal dari orang kebanyakan (masyarakat biasa),

maka tempat mallekke pacci dilakukan dirumah kerabat terdekatnya saja.

Apabila calon mempelai berasal dari keturunan bangsawan, maka

yang melakukan mallekke' pacci adalah keluarga yang terdiri atas pria dan

wanita, tua, muda, dengan pakaian adat lengkap. Iring-iringannya adalah

sebagai berikut:

1. Pembawa tombak

2. Pembawa tempat sirih

3. Pembawa bosara yang berisi kue-kue

4. Pembawa daun pacci yang dipayungi dengan lellu

5. Pembawa alat bunyi-bunyian berupa gendang, gong, anabbeccing

dan lain-lain.

Apabila calon mempelai tersebut berasal dari orang kebanyakan,

maka yang akan melakukan mallekke' pacci cukup satu atau dua orang

keluarga terdekatnya juga dengan pakaian adat lengkap. Langsung

melakukannya di rumah kerabat calon mempelai atau langsung

mengambil daun pacci dari pohonnya.

Acara mappacci oleh masyarakat Bugis diyakini mengandungmakna simbolis kebersihan dan kesucian bagi calon mempelaibaik laki-laki maupun perempuan. Artinya baik calon mempelailaki-laki rnaupun calon mempelai wanita dianggap masih suci dan

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

76

bersih, oleh karena itu bagi calon mempelai yang berstatus jandaatau duda, tidak lagi ada acara mappacci. (Abidin)

Kebiasaan lain masyarakat Bugis Bone yaitu akan menggelarBarasanji pada saat mengadakan hajatan baik itu berupaperkawinan, pemakaman, selamatan kelahiran atau acara ritualsemacamnya, jika pada upacara perkawinan maka pembacaanBarasanji diadakan dan diikuti dengan upacara mappaenretemme’yang dirangkaikan dalam upacara malam mappaci. (AndiImmank)

j. Mappaenre botting sebagai acara puncak prosesi perkawinan adalah saat

mappaenre botting yaitu mempelai laki-laki diantar ke rumah mempelai

wanita. Pada hari itu orang Bugis menyebutnya mata gau' (puncak acara),

atau biasa juga disebut sebagai esso appabbottingeng (hari pengantin).

Orang-orang yang mengantar mempelai laki-laki ke rumah mempelai

wanita disebut pampawa botting (pengantar pengantin) yang terdiri dari

laki-laki dan perempuan dengan pakaian adat.

Setelah berada di depan rumah mempelai wanita, mempelai laki-laki

bersama pengiringnya dijemput oleh keluarga perempuan yang berjumlah

empat orang atau lebih terdiri dari laki-laki atau perempuan. Mereka

berpakaian adat dan membawa sirih pinang (sekarang rokok) atau benda

apa saja sebagai tanda bahwa mempelai laki-laki berserta rombongannya

telah diperkenankan memasuki rumah mempelai wanita. Sedangkan dari

calon mempelai laki-laki membawa leko' (sirih pinang). Mappaenre leko'

biasanya dilakukan dua kali, pertama pada acara mappasiarekeng atau

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

77

meppetu ada yang disebut leko' caddi: Kedua pada acara mappaenre

botting atau acara pernikahan yang disebut leko' lompo. Perbedaannya

hanya dari segi jumlah barang yang dibawa, yaitu leko' caddi jumlahnya

sedikit, sedangkan leko lompo jumlahnya banyak dan lebih lengkap.

Misalnya, kalau calon mempelai wanita adalah keturunan bangsawan

tinggi, maka jumlah bosara yang berisi kue-kue tradisional sebanyak

14 buah. Disamping itu, bosara yang jumlahnya 12 atau 14 buah berisi

kue-kue tradisional seperti onde-onde, cucuru' te'ne, baje', dodoro',

doko'doko' utti, dan sebagainya. Selanjutnya alat-alat kecantikan, alat-alat

untuk mandi, pakaian dan perhiasan sesuai kemampuan pihak laki-laki.

Sedangkan bagi orang biasa jumlahnya hanya sampai 12 buah. Bahkan

ada yang mengharuskan calon mempelai laki-laki membawa dua ekor

ayam (jantan dan betina) yang oleh orang Bugis disebut pattampa baja

(pengundang siang).

Sementara di depan pintu rumah mempelai wanita berjejer

sejumlah penjemput laki-laki dan perempuan dengan pakaian adat.

Seorang perempuan tua menunggu di pintu sambil menebarkan beras

ke arah mempelai laki-laki dituntun menuju lamming (pelaminan)

yang telah tersedia dan para pengiringnya disilahkan mengambil

tempat untuk duduk. Beberapa saat kemudian, akad nikahpun dimulai

dengan tuntunan wali atau pegawai syara' yang ditunjuk sebagai wakil

dari orang tua mempelai wanita. Dengan menggenggam tangan imam,

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

78

pengantin laki-laki mengulangi ikrar-wajib sesuai ketentuan agama

Islam, kemudian menandatangani buku nikah. Imam menanyakan apa

bentuk mahar dan kadang-kadang seorang imam juga menanyakan

uang belanja dan dicatat oleh pegawai KUA. Salah seorang wali

pengantin laki-laki menyerahkan uang belanja kepada keluarga

mempelai wanita. Setelah mengucapkan ijab qabul (akad nikah) dan

proses penyerahan mahar dan uang belanja dari wali pengantin laki-

laki kepada keluarga pengantin perempuan, maka mempelai laki-laki

dituntun oleh seorang laki-laki yang berpengalaman masuk ke kamar

mempelai wanita untuk makkarawa (memegang) bahagian-bahagian

tubuh mempelai wanita sebagai tanda bahwa keduanya sudah sah

untuk bersentuhan.

Tetapi menurut adat kebiasaan, pemegang kunci pintu kamar

mempelai wanita tidak akan membuka pintu sebelum diberi uang oleh

pengantar mempelai laki-laki yang disebut pattimpa tange' (pembuka

pintu). Begitu pula ketika mempelai laki-laki telah berada dalam

kamar, tidak akan lagi dibukakan kelambu sebelum mengeluarkan

uang yang disebut pattimpa boco' (pembuka kelambu). Setelah

semuanya dipenuhi oleh pengantar mempelai laki-laki, barulah

mempelai laki-laki diperkenankan duduk dekat pengantin wanita

untuk melakukan sentuhan yang dipandu oleh pengantar. Menurut

kebiasaan, pengantar mempelai laki-laki berusaha untuk mengarahkan

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

79

mempelai laki'-laki agar dapat menyentuh bagian tubuh mempelai

wanita yang dianggap memiliki makna simbolis.

Kemudian mempelai laki-laki memasangkan cincin di jari

pengantin wanita dan duduk disampingnya selama beberapa saat

sebelum mereka dipandu kembali untuk menyalami orang tua

pengantin wanita.

Pengantin laki-laki berusaha menyentuh ubun-ubun mempelaiwanita atau bagian leher dengan harapan setelah menjadi isteriyang sah akan selalu tunduk kepada suaminya. Ada pula yangmaraba perut, dengan harapan bahwa kehidupannya kelah akanmengalami kesulitan. Oleh masyarakat Bugis/Makassar, begitupula masyarakat Mandar menyakini bahwa sentuhan pertamasang suami akan menentukan berhasil tidaknya membina rumahtangga dikemudian hari. (Mammi’ Fitri)

k. Mapparola yaitu acara mempelai perempuan diantar oleh keluarga dan

sanak saudaranya ke rumah mempelai laki-laki. Pelaksanaannya biasanya

setelah acara akad nikah biasanya dua atau tiga jam setelah kedatangan

pengantin laki-laki atau keesokan harinya, dengan pakaian seperti pada

hari pernikahan. Acara perkawinan tersebut berpindah dari rumah

mempelai perempuan ke rumah mempelai laki-laki yang dihadiri oleh para

undangan. Sebagai tanda syukur pihak keluarga pengantin laki-laki

kembali mappaota (memberi sesuatu) kepada mempelai perempuan.

Ketika rombongan pengantin wanita tiba dirumah pengantin laki-laki,

pengantin wanita belum boleh meninggalkan kendaraan yang

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

80

ditumpanginya sampai mertuanya datang menjemputnya. Pihak pengantin

wanita akan mengiringi pasangan baru itu sebelum diterima dan

dipersilahkan duduk seperti tata cara yang dilakukan pihak perempuan

ketika menerima pihak laki-laki. Sesaat sebelum pengantar pengantin

wanita pergi maka pengantin perempuan akan membawa pemeberian

sarung kepada ibu pengantin laki-laki dan menyerahkan sarung itu

kepadanya.

Orang tua pengantin wanita dalam masyarakat Bugis Bone tidakpernah ikut kerumah besannya karena dianggap tidak patut bagimereka untuk mengunjungi menantu barunya sampai pihak laki-laki telah mengunjungi mereka dalam acara Massita baiseng (AndiImmank)

l. Resepsi, apabila resepsi dilakukan pada malam itu juga, dan

diselenggarakan pihak pengantin wanita di ruang resepsi atau oleh kedua

belah pihak di tempat yang disewa. Jika pihak wanita melangsungkan

resepsi siang dan resepsi malam, maka pihak pengantin pria akan

melaksanakan respsi pada hari berikutnya.

m. Menginap tiga malam dan pertemuan antar besan yaitu pada hari ketiga,

kedua mempelai kembali ke rumah mempelai perempuan, tetapi tidak lagi

berpakaian pengantin. Begitu pula pengantarnya tidak lagi seramai ada

saat mappaenre botting dan mapparola. Baik mempelai maupun

pengantar yang dalam bahasa Bugis disebut pampawa, semuanya

berpakaian biasa.

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

81

Pada malam harinya orang tua mempelai laki-laki datang ke rumah

mempelai perempuan massita baiseng (menemui besan). Kemudian pada

hari keempat, kedua mempelai kembali ke rumah mempelai laki-laki

untuk mabbenni tellumpenni (bermalam tiga malam). Pengantarnya hanya

terdiri dari keluarga dekat pengantin perempuan seperti orang tua atau

saudaranya. Tetapi sekarang ini pada umumnya mabbenni tellumpenni itu

hanya dilaksanakan satu malam saja.

Dengan selesainya prosesi tersebut, maka selesailah sudah rangkaian acara

perkawinan dan kedua pasang suami isteri tersebut siap memulai hidup baru. Acara-

acara lainnya seperti kunjungan keluarga, ziarah kubur dan lain-lain, dilaksanakan

berdasarkan kesepakatan antara keduanya. Berikut tahapan prosesi perkawinan adat

Bugis Bone yang ditampilkan dalam bentuk tabel:

Tahap perkawinan Kegiatan yang dilakukan

Prosesi Pelamaran

Mammanu-manu Prosesi mencarikan jodoh dari keluarga laki-laki

MassuroSetelah mendapatkan pilihannya maka dilakukan pelamaranke keluarga perempuan

Mappettu ada Membicarakan kesepakatan mengenai hari pernikahan,sompa, dan doi' balanca

Mappasiarekeng Menyepakati kembali apa yang telah dibicarakan padatahap mappettu ada, juga memasangkan cincin kepadapengantin perempuan

Tabel 4.1 Tahapan Prosesi Lamaran Pada Perkawinan Adat Bugis BoneSumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

82

Tahap perkawinan Kegiatan yang dilakukan

Prosesi sebelum akad nikah

Mappada Memberi Informasi kepada kerabat dan keluarga tentangakan dilaksanakannya pesta pernikahan

Mappasau Mandi uap yang dilakukan oleh pengantin perempuan

Cemme passili Mandi tolak bala yang dilaksanakan kedua mempelai sebelum malam mappaci

Mappacci Sebagai malam renungan bagi calon pengantin juga bermakna sebagai prosesi prosesi penyucian kepada calonpengantin

Tabel 4.2 Tahapan Prosesi Sebelum Akad Nikah Pada Perkawinan Adat BugisBone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Tabel 4.3 Tahapan Akad Nikah pada Prosesi Perkawinan Adat Bugis BoneSumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Tahap perkawinan Kegiatan yang dilakukan

Tahap akad nikah

Mappaenre botting

Mengantar pengantin laki-laki ke rumah pengantin perempuan, prosesi ijab kabul, dan juga membawa sompa, leko', dandoi' balanca

Mappasikarawa

Mempertemukan pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, pengantin laki-laki menyentuh pengantin perempuanuntuk pertama kalinya

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

83

Tahap perkawinan Kegiatan yang dilakukan

Prosesi setelah akad nikah

MapparolaKunjungan balasan pengantin perempuan ke rumah pengantinlaki-laki

Resepsi Menjamu keluarga dan kerabat dalam sebuah pesta

Menginap tiga malam

Pada malam ketiga kedua mempelai kembali kerumahmempelai perempuan dan bermalam tiga hari selanjutnyapada malam keempat pengantin kembali kerumah laki-lakidan juga bermalam tiga malam

Tabel 4.4 Prosesi Setelah Akad Nikah Pada Prosesi Perkawinan Adat BugisBone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

C. Makna Pesan Simbolik Dalam Upacara Perkawinan Adat Bugis Bone

Prosesi perkawinan adat Bugis Bone sarat akan pesan simbolik yang

mengandung makna dari setiap prosesinya, baik itu verbal maupun non verbal selaras

dalam setiap prosesinya. Berikut hasil eksplorasi penulis mengenai makna prosesi

simbolik pada perkawinan Bugis Bone.

a. Mappettu ada

Beberapa gambar akan membantu penulis dalam mendiskripsikan makna dari

prosesi-prosesi yang terangkai dalam acara mappettu ada.

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

84

Gambar 4.1: Prosesi mappettu ada, kedua keluarga saling berunding mencapaikesepakatan bersama.

Sumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Pada gambar 4.1 pertemuan dari keluarga calon mempelai wanita

menyambut pelamaran keluarga calon mempelai laki-laki, dalam situasi diatas

pesan verbal yaitu baik tulisan maupun bahasa digunakan. Sedangkan dalam

pesan non verbal yaitu kedekatan dan ruang yang mencakup wilayah sosial

yaitu kedekatan yang berjarak antara 4 sampai 12 kaki, masih simbol non

verbal kedekatan dan ruang dari segi terrritory dari sudut ruang dan posisi

pertemuan ini mempunyai posisi saling berhadapan dimana untuk

menyampaikan lamaran dan berunding diantara dua keluarga dapat berlangsung

efektif. Selain dari kedekatan dan ruang pesan non verbal yang ada pada situasi

gambar diatas yaitu paralanguage digunakan pada saat masing-masing utusan

kedua belah pihak keluarga saling berbalas sajak atau pantun dalam melamar

sang calon pengantin wanita.

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

85

Gambar 4.2: Prosesi pemasangan cincin kepada calon mempelai wanita darikeluarga calon mempelai laki-laki

Sumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Pada gambar 4.2 pesan non verbal yang terdapat pada situasi ini yaitu artifak

dan visualisasi dimaksudkan sebagai pemasangan cincin emas dari calon pengantin

laki-laki kepada calon pengantin perempuan yang disebut juga sebagai passeo’ pada

masyarakat Bugis Bone sebagai tanda ikatan calon mempelai laki-laki kepada calon

mempelai wanita.

b. Mappassau

Gambar 4.3: prosesi mappasau, pengantin perempuan duduk diatas sebuah tungkulalu ditutupi selembar sarung

Sumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

86

Pada prosesi mappassau seperti gambar diatas, peralatan yang

digunakan yaitu belanga yang terbuat dari tanah liat, belanga tersebut berisi

air yang dicampur dengan ramuan, seperti daun sukun, daun pandan, rampa

patappulo (rempah 40 macam) dan akar-akar yang harum. Belanga yang

berisi air dan ramuan tersebut ditutup mulutnya dengan daun pisang dan

diletakkan di atas tungku. Setelah mendidih, belanga tersebut diangkat dan

diletakkan disuatu tempat, kemudian calon mempelai wanita disuruh untuk

berdiri diatasnya dengan berselimut sarung.

c. Cemme passili

Gambar 4.4: Prosesi cemme passili calon pengantin dimandikan oleh indo’ bottingdengan menggunakan rempah-rempah yang mengandung makna simbolis

Sumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Pada saat acara mappasau dan cemme passili makna dari simbol non verbal

yang pada prosesi ini adalah bau, dimana perlengkapan dari prosesi mappasau dan

cemme pasili yaitu terdiri dari rempah-rempah, akar-akaran, dan bunga-bungaan yang

mengeluarkan bau harum, pada masyarakat Bugis Bone dipercaya dapat menolak

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

87

bala kepada sang calon pengantin. Karena dalam kepercayaan masyarakat Bugis

Bone, bahwa calon mempelai itu mudah terkena bahaya yang disebut raporaponna.

d. Mappacci

Gambar 4.5: Keluarga pengantin memberikan daun pacci ditangan pengantinSumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Dalam prosesi mappacci, pesan vebal seperti bahasa, yang digunakan

protokoler acara untuk membimbing jalannya acara dimalam mappacci.

Biasanya dengan menguraikan satu persatu makna simbolik dari berbagai

kelengkapan mappacci, juga memanggil orang-orang yang telah dipilih oleh

keluarga calon pengantin untuk memberi daun pacar ditangan pengantin pada

malam mappacci. Adapun simbol non verbal pada prosesi mappacci yaitu:

a. kinesik, yaitu pada saat calon pengantin menengadahkan telapak tangannya

keatas yang memberi isyarat bahwa calon pengantin siap diberikan daun pacar,

affect displays tidak jarang pada malam mappacci sang calon pengantin

meneteskan air matanya karena perasaan haru pada saat orang tua sang calon

pengantin memberi daun pacar ketangan calon pengantin,

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

88

b. Paralanguage pada saat protokol memberi penekanan-penekanan dalam

menguraikan makna dari acara malam mappacci.

c. Diam, calon pengantin tidak diperbolehkan berbicara selama prosesi ini

berjalan diharapkan sang calon pengantin bersikap mallebi’.

d. Waktu, mappacci umumnya diadakan pada malam hari yaitu dengan maksud

sebagai malam renungan bagi sang calon pengantin untuk menghadapi

kehidupan yang baru pada esok harinya setelah upacara akad nikah.

e. Bunyi, pada malam mappaci yaitu adanya tabuhan gendang dan tui-tui (alat

kesenian tiup dari Sulawesi selatan) pada saat pembawa lilin menjemput orang

tua yang akan memberi daun pacar kepada calon pengantin.

f. Artifak dan visualisasi, berikut makna dari simbol ini:

Pucuk daun pisang yang diletakkan diatas bantal, melambangkan

kehidupan yang berkesinambungan, sebagaimana keadaan pohon

pisang yang setiap saat terjadi pergantian daun. Bagi masyarakat Bugis

diartikan sebagai kelanjutan keturunan.

Sarung Bugis (lipa sabbe) sebanyak tujuh lembar diletakkan secara

berlapis-lapis di atas pucuk daun pisang, melambangkan martabat atau

harga diri, karena sarung bagi orang Bugis/Makassar di Sulawesi

Selatan dan juga bagi orang Mandar di Sulawesi Barat, merupakan

penutup aurat. Tujuh lembar mengandung makna kebenaran, yakni tuju

dalam bahasa Bugis berarti benar, mattujui berarti berguna.

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

89

Berdasarkan pengertian ini, para keluarga calon mempelai

mengharapkan setelah melangsungkan perkawinan, pada hari-hari

mendatang keduanya berguna baik bagi dirinya sendiri, maupun

terhadap keluarga dan orang lain.

Bantal yang terbuat dari kain, berisi kapuk atau kapas, sebagai alas

kepala pada saat tidur, melambangkan kesuburan.

Daun nangka yang dihubung-hubungkan satu sama lainnya sehingga

berbentuk tikar bundar, diletakkan diatas tujuh lembar sarung tadi.

Daun panasa oleh orang Bugis menghubungkan dengan kata menasa

(cita-cita atau pengharapan). Hal ini mengandung makna agar calon

mempelai nantinya setelah menikah memiliki pengharapan untuk

membina rumah tangga dalam keadaan sejahtera dan murah rezeki.

Benno (kembang beras) ditaruh dalam sebuah piring dan diletakkan

berdekatan dengan tempat.daun pacci. Benno memiliki makna agar calon

mempelai nantinya setelah berumah tangga dapat berkembang dan

berketurunan yang dilandasi cinta kasih, penuh kedamaian dan

kesejahteraan.

Pesse' pelleng yaitu alat penerang masa lalu sebelum orang mengenal

minyak bumi dan listrik yang terbuat dari kemiri yang ditumbuk halus dan

dicampur dengan kapas agar mudah direkatkan pada lidi. Dewasa ini

karena pesse' pelleng sudah sulit untuk ditemukan, maka orang

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

90

menggantinya dengan lilin. Lilin itu ditetakkan berdekatan dengan tempat

benno dan daun pacci, yang mengandung makna agar calon mempelai

dalam menempuh masa depannya senantiasa mendapat petunjuk dari Al-

lah SWT.

e. Mappaenre Botting

Gambar 4.6: prosesi mappaenre botting, kedatangan pengantin laki-laki disambutdengan tari-tarian dari keluraga pengantin perempuan

Sumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Gambar 4.6 menggambarkan pada saat calon mempelai laki-laki tiba di rumah

calon mempelai wanita disambut dengan tarian paddupa diiringi tabuhan gendang

dan alat musik tui-tui. Sementara beberapa pampawa botting dari calon pengantin

pria terlihat membawa leko’ dan sompa, untuk diberikan kepada calon pengantin

wanita. Makna simbolik yang ada pada gambar diatas artifak dan visualisasi, dan

bunyi. Makna dari leko’ tersebut adalah segala bentuk pengahargaan dari calon

pengantin laki-laki kepada calon pengantin wanita. sedangkan makna dari bunyi tui-

tui dan tabuhan gendang yaitu iringan musik tari padduppa yang diartikan sebagai

tari tradisional Bugis Makassar yang ditujukan untuk memberikan sambutan kepada

tamu atau pejabat yang hadir dalam suatu acara dalam hal ini acara perkawinan.

Page 91: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

91

Adapun makna simbolik lainnya yaitu waktu prosesi mappaenre botting harus digelar

sebelum matahari berada pada puncaknya.

Diharapkan rejeki dan kehidupan rumah tangga si pengantin akan terusmeningkat seperti matahari yang terus naik ke puncaknya, maka dari itubiasanya orang Bugis Bone melangsungkan akad nikah pada jam 10 pagi dandan tidak boleh melewati jam 12 siang. (Mammi Fitri)

g. Akad nikah

Gambar 4.7: Prosesi ijab kabul pengantin laki-laki dihadapan penghuluSumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Pada gamabar 4.7 yaitu pada prosesi ijab qabul sang calon pria menggenggam

tangan penghulu dan disaksikan oleh wali laki-laki dari calon pengantin wanita

beserta seluruh keluarga yang menghadiri prosesi akad nikah, simbol verbal yang di

ucapkan baik dari penghulu maupun dari mempelai laki-laki yaitu berupa ikrar

pernikahan. Ijab qabul merupakan syarat sah dalam sebuah pernikahan, seperti halnya

sebuah transaksi, maka ijab qabul merupakan transaksi suci dan sakral yang

langsung berhubungan dengan Allah SWT. Sebuah pernyataan permintaan dan

penerimaan yang menyangkut sepanjang kehidupan pengantin, khusunya pengantin

perempuan yang dimintakan oleh pengantin pria kepada ayah sang pengantin

Page 92: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

92

perempuan. Dalam prosesi verbal telah diucapkan secara lisan oleh mempelai laki-

laki, maka simbol non verbal pada prosesi ini yaitu paralanguage adanya

penekenan-penekan suara yang disampaikan penghulu kepada mempelai pria pada

saat membimbing ijab qabul dan juga touching atau sentuhan, makna non verbal

menggenggam tangan antara mempelai penganti laki-laki dan penghulu adalah

sebuah simbol dimana pengantin laki-laki memohon restu untuk menikahi calon

pengantin wanita dan berikrar baik dihadapan wali calon pengantin wanita dan

seluruh keluarga yang menghadiri prosesi tersebut tetapi juga berikrar dihadapan

Allah SWT beserta malaikatnya yang turut menyaksikan prosesi tersebut.

Gambar 4.8: Penyerahan doi’ balanca dan sompa dari keluarga pengantin laki-lakikepada keluarga pengantin prempuan

Sumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Setelah pengantin laki-laki mengucapkan ijab kabul maka keluarga dari

mempelai laki-laki menyerahkan doi’ balanca dan sompa kepada keluarga pengantin

perempuan. Adapun lise sompa berisi dari sejumlah barang yang memiliki makna

simbolis yang dipercaya membawa kebaikan bagi pasangan pengantin dikemudian

hari, berikut makna artifak dan visualisasi dari barang-barang lise’ sompa tersebut:

Page 93: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

93

Beras, merupakan lambang perbekalan rumah tangga

Keping-kepingan panci goreng, sesuatu yang sudah tua, namun masih

kuat, tahan lama, meski terbentur keras

Sepotong kunyit, hadiah obat yang sering digunakan untuk bayi, juga

kepada orang tua yang baru melahirkan

Buah pala, simbol kesuksesan

Kayu manis, simbol keharmonisan rumah tangga, satu keluarga

dengan anak kesayangan tanpa ada percekcokan

Jarum, simbol kemampuan menambal hal-hal secara adil penuh

hormat dan kejujuran

Keranjang kecil dan daun lontar, sebagai simbol persatuan,

sebagaimana barang itu disimpan dalam satu keranjang

Secarik kain keset, simbol bahwa pengantin laki-laki menyiapkan

segala kebutuhan sehingga kemudian, ketika pasangan pengantin

bertengkar maka sang istri tidak bisa mengatakan pada suaminya “bila

engkau menikahi saya, kamu bahkan tidak membawakan saya

pengeset kaki”

Buah nangka, simbol cinta

Daun penno-penno, simbol banyak uang

Pisau, simbol kelahiran anak

Selembar uang, tidak kekurangan uang

Page 94: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

94

Belanga, simbol kemudahan dan kecukupan

h. Mappasikarawa

Gambar 4.9: Prosesi mappasikarawa yang dilakukan sang pengantin, indo’ bottingmemberi bau-bauan kepada sepasang pengantin

Sumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Setelah akad nikah selesai maka dilanjutkan dengan acara mappasiluka atau

mappasikarawa. Acara ini merupakan kegiatan mempertemukan mempelai laki-laki

dengan pasangannya. Pengantin laki-laki diantar oleh seseorang yang dituakan oleh

keluarganya menuju kamar pengantin perempuan. Setiba di kamar, oleh orang yang

mengantar menuntun pengantin laki-laki untuk menyentuh bagian tertentu tubuh

pengantin perempuan. Ada beberapa variasi bagian tubuh yang disentuh, antara lain:

Ubun-ubun, memegang bahkan menciumnya agar laki-laki tidak

diperintah oleh istrinya.

Bagian atas dada, agar kehidupan keluarga dapat mendatangkan rezeki

yang banyak seperti gunung.

Jabat tangan atau ibu jari, diharapkan nantinya kedua pasangan ini saling

mengerti dan saling memaafkan.

Page 95: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

95

Ada yang memegang telinganya dengan maksud agar istrinya dapat

senantiasa mendengar ajaran suaminya.

Adapula yang langsung mencium aroma harum istrinya seperti tradisi

yang dilakukan di Arab Saudi.

Dari penjelasan makna simbolik prosesi mappasiluka atau mappasikarawa

pada gambar 4.8 maka jelas pesan non verbal pada prosesi ini yaitu kedekatan dan

ruang dari segi territory, sentuhan dan bau.

i. Mapparola

Gambar 4.10: Pengantin perempuan membawa sarung yang diserahkan kepadamertuanya

Sumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Makna non verbal artifak dan visualisasi disimbolkan dengan pemberian

sarung dari pengantin perempuan kepada mertuanya yang diartikan pengantin

perempuan memberikan penghargaan dan kasih sayangnya kepada orang tua

suaminya. Dengan kegiatan ini diharapkan kedua pasangan ini mampu mencurahkan

kasih sayangnya kepada orang tua tanpa ada perbedaan, sehingga kehidupan rumah

Page 96: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

96

tangganya senantiasa dinaungi oleh keridhoan orang tua yang berujung kepada

keridhoan Allah SWT.

j. Resepsi atau Tudang Botting

Gambar 4.11: Tamu undangan memberi selamat kepada sepasang pengantin padaprosesi tudang botting

Sumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Makna simbolik yang ada pada acara resepsi atau tudang botting yaitu

kedekatan dan ruang dari segi wilayah umum yang ditunjukkan dari pasangan

pengantin duduk disebuah panggung yang juga disebut pelaminan yang telah dihias

oleh beragam perlengkapan perkawinan Bugis. Juga makna simbolik sentuhan dapat

dilihat ketika para tamu undangan yang datang akan langsung naik kepelaminan

untuk menyalami sepasang pengantin baru, yang juga berati memberi doa dan

restunya kepada sepasang pengantin agar kelak nantinya membangun keluarga yang

sakinah, mawaddah dan warohmah.

Page 97: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

97

j. Baju Pengantin

Gambar 4.12: Baju pengantin adat Bugis BoneSumber: Data Primer, diperoleh pada tahun 2012

Pakaian pengantin adat Bugis terlihat lebih rumit dibandingkan pengantin dari

adat lainnya, baik dari pengantin wanita maupun pengantin laki-lakinya. Pakaian adat

pengantin Bugis Bone yang mengandung simbol artifak dan visualisasi, juga simbol

warna pada baju pengantin Bugis mempunyai makna tersendiri pada masyarakat

Bugis Bone, berikut uraian dari setiap detail pakaian pengantin tersebut:

1. Pakaian pengantin pria terdiri atas:

a. Baju bella dada

b. Tope yaitu sejenis sarung yang modelnya sama

dengan rok wanita, pinggirnya dihiasi denga emas

atau perak

Page 98: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

98

c. Sigara' yaitu hiasan penutup kepala

d. Passapu dengan ambara yaitu sapu tangan dengan

hiasannya

e. Keris pasattimpo atau tatarapeng yaitu hulu dan

sarungnya terbuat dari emas atau perak

f. Potto naga yaitu gelang tangan yang berbentuk

ular naga

g. Sembang atau selempang

h. Sulara (celana)

i. Talibennang yaitu pengikat keris

j. Maili yaitu sejenis mainan yang tergantung pada

keris

2. Pakaian dan Perhiasan Mempelai Wanita terdiri atas:

a. Waju ponco (baju bodo) yang dihiasi rante patimbang toboro

b. Tope dengan rantenya

c. Passapu: selendang dengan mainannya

d. Sulara (celana)

e. Salepe (ikat pinggang)

f. Bossa atau kalaru: gelang bersusun atau getangan panjang

g. Lola: gelang tangan bagian atas atau bawah bossa atau kalaru

h. Geno mabbute (katung berantai)

i. Rante kote: kalung panjang yang diikatkan bila dipakai

Page 99: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

99

j. Geno sibatu: kalung yang mainannya hanya satu

k. Sima'taiya: pengikat lengan baju

l. Bangkara': anting-anting panjang

m. Saloko: mahkota

n. Pinang goyang: hiasan sanggul berupa kembang yang goyang

o. Bunga eka: sunting rambut

p. Bunga simpolong: kembang sanggul,

q. Poddo simpolong: pembungkus sangkul

Setiap mempelai diiringi pula oleh bali botting atau passeppi yang

pakaiannya sama dengan mempelai, baik warna maupun modelnya. Dahulu, pakaian

adat dalam suatu upacara tertentu yang melambangkan suatu kehidmatan

mempunyai pembatasan dari segi warna utamanya bagi perempuan. Warna baju

bodo pada zaman dahulu dibatasi pemakainya, antara lain sebagai berikut:

warna hijau hanya untuk putri bangsawan

warna merah lombok atau merah darah untuk gadis remaja

warna merah tua untuk orang yang sudah kawin

warna ungu untuk janda

warna hitam untuk wanita yang sudah tua

warna putih untuk inang pengasuh

Sekarang ini tidak ada lagi pembatasan warna pakaian atauperlengkapan penganntin seperti jaman dahulu, sekarangtergantung dari selera pemakainya. Selain itu dalam masyarakatBugis Bone dikenal pula lipa' (sarung) yang coraknya lebar

Page 100: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

100

(cure'lebba'). Pada umumnya lipa' (sarung) dipakai oleh wanitaatau laki-laki dengan tidak ada klasifikasi tentang bangsawanatau orang biasa”. (Mammi Fitri)

Demikian makna dari prosesi perkawinan adat Bugis Bone, simbol-simbol

yang terkandung dalam prosesi perkawinan adat Bugis Bone, baik yang tersirat

lewat tahapan pelaksanaannya, maupun lewat perangkat-perangkat kelengkapannya,

menggambarkan betapa tingginya nilai budaya yang diwariskan oleh leluhur kita

yang tentunya harus tetap dijunjung tinggi dan tetap dilestarikan. Untuk lebih

jelasnya berikut makna pesan simbolik yang disajikan dalam bentuk tabel:

Prosesi Simbol Bentuk Simbolik Makna

Mappettu ada Bahasa Pantun, Musyawarah Sebagai pengantar untuk menyampaikan maksuddari kelurga laki-laki kepada keluarga perempuan

Kedekatan dan ruang Posisi duduk Berunding untuk mencapai kesepakatanmengenai sompa, doi balanca, dan tanggalpernikahan

Paralanguage Pantun Berbalas sajak atau pantun bugis untukmeminang pengantin perempuan

Artifak dan visualisasi Cincin Pemasangan cincin sebagai tanda ikatan calonpeng ngantin laki-laki kepada calon pengantinperempuan

Tabel 4.5 Makna Pesan Simbolik Pada Prosesi Mappettu Ada Perkawinan AdatBugis Bone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Page 101: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

101

Prosesi Simbol Bentuk Simbolik Makna

Mappasau Bau Rampa patappulo Sebagai tolak bala kepada calon pengantin

Tabel 4.6 Makna Pesan Simbolik Pada Prosesi Mappasau Perkawinan AdatBugis Bone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Prosesi Simbol Bentuk Simbolik Makna

Cemme Passili Bau Daun sirih Sebagai simbol harga diri

Daun waru Sebagai simbol kesuburan

Daun tebu Sebagai simbol kenikmatan

Daun ta'baliang Sebagai simbol penangkis bala

Daun Serikaja Sebagai simbol kekayaan

Daun cangadori sebagai simbol penojolan

Bunga cabberu Sebagai simbol penonjolan

Tabel 4.7 Makna Pesan Simbolik Pada Prosesi Cemme Passili PerkawinanAdat Bugis Bone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Page 102: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

102

Tabel 4.8 Makna Pesan Simbolik Pada Prosesi Mappacci Perkawinan AdatBugis Bone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Prosesi Simbol Bentuk Simbolik Makna

Mappacci BahasaDigunakan protokoler untuk membimbing jalannya acaradimalam mappacci

Kinesik Menengadahkantangan keatas

Perasaan haru yang ditunjukkan dari pengantin ataupunkeluarga dari si pengantin

Paralanguage Penekanan-penekanan protokoler dalam menguraikanmakna mappacci

Diam Diharapkan calon pengantin bersikap malebbi'

Waktu Malam hari Sebagai malam renungan terakhir kepada calon pengantinuntuk menghadapi kehidupan yang baru

Bunyi Gendang, Tui-tui Iringan pembawa lilin untuk menjemput orang tuayang akan memberi daun pacci kepada pengantin

Artifak dan visualisasi Pucuk daun pisang Melambangkan kehidupan yang berkesinambungan

Lipa sabbe' Melambangkan martabat dan harga diri

Bantal Melambangkan kesuburan

Daun nangka Melambangkan kesejahteraan dan berlimpah rezeki

Benno' Melambngkan kasih sayang, kedamaian dan kesejahteraan

LilinDiharapkan calon pengantin dalam menempuh masadepannya akan selalu diberkahi oleh Allah SWT

Page 103: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

103

Prosesi Simbol Bentuk Simbolik Makna

MappaenreBotting

Artifak dan visualisasi Leko' Segala bentuk penghargaan yang diberikan pengantin laki-lakikepada pngantin perempuan berupa leko’

Bunyi Gendang dan tui-tuiBunyi dari alat musik sebagai iringan musik tari padu ppauntuk memberi sambutan kepada keluarga pengantin laki-laki

Waktu Pagi hariDiharapkan rejeki dan kehidupan rumah tangga pengantinakan terus sejahtera seperti matahari naik kepuncaknya

Bahasa Ijab kabul Ikrar pernikahan yang diucapkan oleh pengantin laki- lakidihadapan penghulu, wali nikah, saksi beserta keluarga yanghadir

Paralanguage Adanya penekanan-penekan yang disampaikan penghulukepada calon pengantin laki-laki

Sentuhan Permohonan restu pengantin laki-laki untuk menikahipengantin perempuan

Artifak dan visualisasi Beras Merupakan lambang perbekalan rumah tangga

Keping-kepingan panci Sesuatu yang sudah tua, namun masih kuat, meski terbenturkeras

Sepotong kunyit Hadiah obat yang digunakan untuk bayi

Buah pala Simbol kesuksesan

Kayu manis Simbol keharmonisan rumah tangga

Jarum Simbol kemampuan menambal hal-hal secara adil

Keranjang kecil daunlontar

Sebagai simbol persatuan

Secarik kain keset Simbol pemenuhan kebutuhan

Buah nangka Simbol cinta

Daun penno-penno Simbol banyak uang

Pisau Simbol kelahiran anak

Selembar uang Tdak kekurangan uang

Page 104: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

104

Tabel 4.9 Makna Pesan Simbolik Pada Prosesi Mappaenre Botting PerkawinanAdat Bugis Bone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Tabel 4.10 Makna Pesan Simbolik Pada Prosesi Mappasikarawa DalamPerkawinan Adat Bugis Bone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Tabel 4.11 Makna Pesan Simbolik Pada Prosesi Mapparola Dalam PerkawinanAdat Bugis Bone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012Tabel 4.12 Makna Pesan

Belanga Simbol kemudahan dan kecukupan

Prosei Simbol Bentuk Simbol Makna

Mappasikarawa Kedekatan dan ruang Posisi duduk Mempertemukan pengantin untuk pertama kalinya dalamikatan perkawinan

Sentuhan Ubun-ubun Bermakna agar laki-laki tidak diperintah oleh istrinya

Bagian atas dada Agar kehidupan keluarganya mendatangkan rezeki yangbanyak

Jabat tangan Diharapakan sepasang pengantin saling mengerti danmemaafkan

Memegang telinga Agar istrinya senantiasa mendengar ajaran suaminya

Bau Diharapkan pengantin akan memiliki rasa senasibsepenanggungan dalam menjalani kehidupan rumahtangganya

Prosesi Simbol Bentuk Simbolik Makna

Mapparola Artifak danvisualisasi

Pemberian Sarung Sebagai simbol pengahrgaan dan kasih sayang daripengantin perempuan kepada orang tua suaminya

Page 105: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

105

Prosesi Simbol Bentuk Simbolik Makna

Tudang Botting Kedekatan dan ruang Penataan tempat Penataan posisi tempat pengantin duduk menghadap tamuundangan, sebagai makna menjamu setiap tamu undanganyang datang

Sentuhan Jabat tangan Setiap tamu undangan akan menjabat tangan pengantinuntuk memberi doa dan selamat kepada sepasangpengantin baru

Tabel 4.12 Makna Pesan Simbolik Pada Prosesi Tudang Botting DalamPerkawinan Adat Bugis Bone

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

Tabel 4.13 Makna Pesan Simbolik Pada Pakaian Pengantin Adat Bugis BoneSumber : Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2012

D. Pembahasan

Sejalan dengan pendapat Clifford Geertz dalam (Sobur, 2003:178) yaitu

kebudayaan adalah sebuah sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan

diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui mana manusia berkomunikasi,

Prsesi Simbol Bentuk Simbolik Makna

Baju Pengantin Artifak danvisualisasi

Sebagai nilai estetika dan juga menunjukkan strata kepadapengantin yang memakainya

Warna Hijau Hanya untuk putri bangsawan

Merah lombok Untuk gadis remaja

Merah tua Untuk perempuan yang sudah menikah

Ungu Untuk perempuan janda

Hitam Untuk wanita yang sudah tua

Putih Untuk pengasuh

Page 106: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

106

mengekalkan dan memperkembangkan pengetahuan tentang kehidupan ini dan

bersikap terhadap kehidupan ini.

Sebagai mahluk sosial dan juga sebagai mahluk komunikasi, manusia

menggunakan berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu

sendiri maupun yang berisfat alami. Pada dasarnya simbol-simbol tersebut terbagi

atas dua, yaitu simbol verbal dan non verbal. Pada kebudayaaan Bugis terdapat

banyak hal yang diungkapkan melalui simbol-simbol yang memiliki makna tertentu

yang hanya dapat dipahami oleh masyarakat suku Bugis itu sendiri. Pada prosesi

perkawinan adat dimana simbol-simbol yang terdapat didalamnya memiliki makna

tertentu yang diwariskan melalui sejarah. Pada dasarnya simbol dapat dibedakan

atas dua macam yaitu simbol verbal dan non verbal.

Simbol verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa, bahasa dapat

didefinisikan sebagai separangkat kata yang telah disusun secara berstruktur

sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. Maka dalam seluruh

rangkaian prosesi perkawinan adat Bugis Bone menggunakan simbol verbal yaitu

bahasa, dimulai dari tahap pelamaran,sebelum akad nikah, akad nikah, dan sampai

tahap setelah akad nikah.

Selanjutnya, selain dengan simbol verbal manusia juga memakai simbol non

verbal dalam berkomunikasi, simbol non verbal dapat dikelompokkan dalam

beberapa bentuk. Maka simbol-simbol non verbal yang terdapat dalam prosesi

perkawinan adat Bugis Bone adalah sebagai berikut:

Page 107: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

107

a. Kinesik yaitu simbol nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan

badan, adapun dalam prosesi perkawinan Bugis Bone, makna simbol ini

ditemukan dalam prosesi mappacci adapu gerakan kinesik tersebut

termasuk dalam affect displays.

b. Sentuhan yaitu simbol yang dilambangkan dengan sentuhan badan,

menurut bentuknya sentuhan dibagi dalam tiga macam yaitu: kinesthetic,

sociofugal, dan thermal. Dalam prosesi perkawinan Bugis Bone makna

simbol ini ditemukan dalam prosesi ijab kabul, mappasikarawa dan

resepsi.

c. Paralanguage adalah simbol yang ditimbulkan dari tekanan atau irama

suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang

diucapkan adapun dalam prosesi perkawinan Bugis Bone makna simbol

ini ditemukan dalam prosesi mappetu ada, mappacci, dan ijab kabul.

d. Diam, sikap diam juga merupakan simbol non verbal yang mempunyai

arti. Max picard dalam (Cangara, 1998:110) menyatakan bahwa diam

tidak semata-mata mengandung arti bersikap negatif tetapi juga bisa

melambangkan sikap positif. Pada prosesi perkawinan Bugis Bone makna

simbolis dari sikap diam ini juga ditemukan pada saat prosesi mappacci.

e. Kedekatan dan ruang (proximity and spatial), adalah simbol non verbal

yang menunjukkan kedekatan dari dua objek yang mengandung arti.

Kedekatan dapat dibedakan atas territory dan zone, selain dari kedekatan

dari segi territory ada juga beberapa ahli yang melihat dari sudut ruang

Page 108: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

108

dan posisi. Pada prosesi perkawinan adat Bugis Bone kedekatan dan ruang

dapat ditemukan dari segi territorry pada wilayah sosial pada prosesi

mappettu ada, segi wilayah intim pada prosesi mappasikarawa dan segi

wilayah umum pada acara resepsi.

f. Artifak dan visualisasi, hasil seni juga banyak memberi isyarat yang

mengandung arti. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika,

juga menunjukkan status identitas diri seseorang atau suatu bangsa. Dalam

prosesi perkawinan adat Bugis Bone makna simbolik artifak dan

visualisasi ditemukan dalam prosesi mappettu ada, mappacci, mappaenre

botting, sompa dan lise’ sompa, mapparola, serta baju pengantin juga

sarat akan makna simbolis yang juga termasuk dalam simbol artifak dan

visualisasi.

g. Warna, juga memberi arti terhadap objek. Hal ini dapat dilihat pada

upacara-upacara ritual lainnya yang sering dilambangkan dengan warna-

warni termasuk dalam adat perkawinan Bugis Bone, warna baju bodo atau

pakaian yang digunakan pengantin mempunyai makna simbolis yaitu

untuk menunjukkan strata sosial si pemakainya.

h. Kronemik, waktu mempunyai arti tersendiri dalam kehidupan manusia.

Bagi masyarakat tertentu, melakukan suatu pekerjaan sering kali melihat

waktu. Misalnya membangun rumah, menanam padi, melaksanakan

perkawinan , membeli sesuatu dan sebagainya. Pada upacara perkawinan

adat Bugis Bone prosesi mappacci dilaksanakan pada waktu malam hari

Page 109: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

109

sedang prosesi aka d nikah dilaksanakan sebelum matahari berada pada

posisi puncaknya.

i. Bunyi, banyak bunyi-bunyian yang dilakukan sebagai tanda isyarat yang

tidak dapat digolongkan sebagai paralanguage. Bunyi-bunyian dalam

prosesi perkawinan adat Bugis Bone dimaksudkan sebagai iring-iringan

calon pengantin khususnya pada prosesi mappacci dan mappaenre botting.

j. Bau (smell), bau juga merupakan simbol non verbal, selain digunakan

untuk melambangkan status seperti kosmetik, bau juga dapat dijadikan

sebagai petunjuk arah. Dalam prosesi perkawinan adat Bugis Bone bau-

bauan terdapat dalam prosesi cemme pasili, mappasau dan

mappasikarawa.

Simbol non verbal yang tidak ditemukan dalam prosesi perkawinan adat

Bugis Bone yaitu gerakan mata dan postur tubuh. Sedang simbol non verbal yang

lainnya bisa ditemukan dalam setiap prosesi perkawninan adat Bugis Bone yang

sarat akan makna yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita untuk terus

dipertahankan dan tetap dijaga keasliannya.

Page 110: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

110

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian penulis mengenai makna simbolik dalam prosesi perkawinan

adat Bugis Bone di Kabupaten Bone, maka penulis menarik kesimpulan dan saran

sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Banyak makna kehidupan yang dapat dipetik dari prosesi perkawinan adat

dalam masyarakat Bugis Bone yang sampai hari ini masih tetap dilaksanakan.

Tahap demi tahap pelaksanaannya mengandung nilai-nilai yang sakral sebagai

warisan budaya leluhur dari masa ke masa. Maka tahap- tahap tersebut dibagi

menjadi tiga tahap yaitu tahap lamaran, sebelum akad nikah, akad nikah dan

setelah akad nikah.

1. Berikut penulis menarik kesimpulan dari setiap tahap-tahap perkawinan adat

Bugis Bone:

Pada tahap lamaran ada beberapa acara yang biasanya dilangsungkan

oleh masyarat Bugis Bone adapun dalam tahap ini yaitu mammanu’ manu yaitu

tahap dimana pihak mempelai laki-laki mencarikan jodoh anaknya yang akan

berlanjut ke jenjang perkawinan, massuro atau meminang sang calon mempelai

wanita namun pihak mempelai laki-laki hanya mengutus beberapa orang dari

pihak keluarganya untuk melamara calon mempelai wanita selanjutnya, pada

acara mappettu ada dimaksudkan telah terjadinya kesepakatan antara dua

Page 111: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

111

keluarga baik keluarga laki-laki maupun dari keluarga perempuan . Adapun

kegiatan yang pada jaman dahulu yaitu mappasierekeng dan mappaenre balanca

dipisahkan dengan acara mappettu ada, tetapi dijaman sekarang masyarakat

Bugis Bone menggabungkan dua acara tersebut dengan pertimbangan

menghemat waktu dan biaya.

Tahap selanjutnya yaitu tahap menjelang akad nikah dimana segala

sesuatu yang berhubungan dengan kedua mempelai telah dibicarakan pada tahap

lamaran, prosesi pertama yaitu mappada atau mengundang kegiatan ini

merupakan memberi informasi kepada seluruh keluarga dan kerabat mengenai

akan dilaksanakannya pesta pernikahan tersebut, menjelang beberapa hari

pernikahan maka calon mempelai wanita dirawat dengan cara mappasau,

selanjutnya sebelum malam mappaci maka dilakukan cemme passili. Pada

malam harinya akan dilaksanakan acara mappacci yang begitu banyak

memiliki makna simbolis dan diyakini oleh masyarakat Bugis Bone salah

satunya yaitu sebagai kegiatan mensucikan diri dari berbagai hal yang buruk

sebelum memasuki hari perkawinan.

Pada hari akad nikah pada masyarakat Bugis Bone disebut mappaenre

botting sebagai puncak prosesi perkawinan, mempelai laki-laki kerumah calon

mempelai wanita untuk melakukan ijab kabul, setelah ijab kabul pengantin laki-

laki dituntun menuju kamar istrinya untuk makkarawa prosesi ini juga biasa

disebut mappasikarawa oleh masyarakat Bugis Bone.

Page 112: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

112

Setelah seluruh tahap akad nikah berlangsung dan sepasang pengantin

telah sah menjadi suami dan istri maka berlanjut pada tahap acara setelah akad

nikah yaitu mapparola, setelah acara mapparola biasanya kedua pihak pengantin

menggelar resepsi pernikahan Setelah resepsi di gelar biasanya ada acara-acara

lainnya seperti ziarah kubur, kunjungan keluarga dan lain-lain berdasarkan

kesepakatan dua keluarga. Maka berakhirlah seluruh tahap-tahap perkawinan

dalam adat Bugis Bone.

2. Perkawinan adat Bugis Bone sarat akan makna simbolik yang terkandung

didalamnya baik dari prosesi perkawinannya maupun perlengkapannya, adapun

pesan simbolik baik verbal maupun non verbal pada prosesi mappetu ada yaitu

simbol verbal baik itu bahasa maupun tulisan sedang dalam simbol non verbal

meliputi kedekatan dan ruang dari segi wilayah sosial dan juga pada segi

terrotorinya yaitu ruang dan posisi, simbol non vebal lainnya pada prosesi ini

yaitu artifak dan visualisasi. Pada acara mappasau dan cemme passili simbol

non verbal pada prosesi yaitu bau.

Dalam prosesi mappaci, simbol verbal seperti bahasa, dan simbol non

verbal yaitu kinesik, diam, waktu, bunyi, dan juga artifak dan visualisasi yang

terkandung dalam prosesi ini. Selanjutnya pada tahap akad nikah atau prosesi

mappaenre botting simbol non verbal yang terkandung didalamnya yaitu dari

simbol verbal seperti bahasa dan tulisan sedang dalam simbol non verbal yaitu

paralanguage, sentuhan, bunyi, dan juga artifak dan visualisasi. Adapula dalam

prosesi mappasikarawa setelah prosesi akad nikah simbol non verbal yang

Page 113: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I PENDAHULUAN - repository.unhas.ac.idmenyampaikan pesannya melalui beberapa cara yang sulit dipahami oleh

113

terkandung didalamnya yaitu kedekatan dan ruang dari segi territory, sentuhan

dan juga bau.

Prosesi setelah akad nikah seperti mapparola tidak luput dari simbol,

seperti simbol non verbal artifak dan visualisasi juga sentuhan. Pada resepsi

pernikahan atau tudang botting adanya simbol kedekatan dan ruang juga

sentuhan. Tidak hanya pada prosesinya pakaian pengantin adat Bugis Bone yang

terkesan rumit juga mempunyai simbol non verbal yang terkandung didalamnya

seperti warna, dan juga artifak dan visualisasi.

B. Saran-saran

1. Prosesi perkawinan adat dalam masyarakat Bugis Bone cenderung mengalami

pergeseran yang dapat berakibat kaburnya nilai-nilai sakral yang terkandung di

dalamnya, oleh karenanya diharapkan pada masa ini dan akan datang prosesi

perkawinan adat terus dipertahankan dan mengalami penyempurnaan.

2. Dalam pembinaan rumah tangga yang bahagia lahir batin, maka pemahaman

tentang tata krama berumah tangga seperti yang telah disimbolkan pada perangkat

dan tata cara perkawinan adat Bugis Bone, diharapkan sebagai cikal bakal

terbentuknya suatu pola pikir kerukunan bermasyarakat dan berbangsa.