10
a- STU DI PEM BE RIAN OBAT N O N ST E RO I DAL ANTh I N F IA M MATO RY D RU G S PADA KASUS OSTEOARTRITIS DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Shafira Tamarat, Lukas D. Leatemiab, David H. Masjhoerc 'Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarinda hlaboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarinda "Laboratorium llmu Bedah Fakultas Kedokteran Universltas Mulawarman, Samarinda Korespondensi: [email protected] Abstrak Osteoartritis (OA) merupakan gangguan sendi kronik yang disebabkan ketidakseimbangan antara degradasi dan sintesis rawan sendi. Keluhan pasien OA sangat beragam, tetapi gejala yang dominan adalah nyeri yang biasanya timbul ketika bergerak dan berkurang ketlka beristirahat. Penatalaksanaan OA umumnya bersifat simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa analgesik, salah satunya adalah nonsteroidol onti-inflommatory drugs (NSAID). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) karakteristik pasien OA dan; 2) ketepatan pemberian NSAID pada kasus OA di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda berdasarkan jenis obat dosis obaL dan diagnosis pasien. Penelitian campuran kuantitatif dan kualitatif ini mengambil sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 150 kasus OA. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa rekam medik pasien OA yang berobat di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien OA yang diterapi NSAID terbanyak berada pada kelompok usia lebih dari 56 tahun {51,3%), lebih banyak ditemukan pada kelompok lidak overweight 166,7%t, memiliki pekerjaan yang berisiko menyebabkan aAl7L,3%1, dan tidak memiliki penyakit penyerta .75,3%1. Ketepatan pemberian NSAID pada 150 kasus OA didapatkan hasil tepatjenis obat 100%, tepat dosis obat 93,3%, dan tepat diagnosis pasien 95,3%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pasien OA yang diterapi NSAID terbanyak berada pada kelompok usia lebih dari 55 tahun, lebih banyak ditemukan pada kelompok tidak oven*eight, memiliki pekerjaan yang berisiko menyebabkan O& dan tidak memiliki penyakit penyerta. Semua Jenis obat NSAID yang diberikan pada kasus OA sudah tepat namun masih ada sebagian kecil pemberian NSAID yang belum tepat berdasarkan dosis obat dan diagnosis pasien. Kata kunci: OA, karakteristik kasus OA, ketepatan pemberian NSAID. Abstract Osteoarthritis (OA) is a chronic joint disorder caused by the imbalance between degradation and synthesis of the cartilage. The symptoms of OA vary fdrom person to person, but the most common is pain during joint movements and less pain when at rest. The treatment is symptomatic, resulting in pain relief and improved joint function. Patients will be given an analgesic as the first-line pharmacotherapy, one of them is nonsteroidal anti-inflammatory drugs {NSAID}. The objectives of this study were: 1} to provide information on the characteristics of OA patients; 2) to evaluate NSAID drug utilization in OA patients at the Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda based on the drug type, dosage, and medical diagnosis. This quantitative- qualitative study was done in 150 eligible OA patients as the research samples. Data were obtained from patients' medical records who were diagnosed with OA in Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda in 2016. The results showed that most patients were in the age range of 55 and above (51,3%), mostly found in the group of non-ovenreight patients 166,7%1, workers with high risk jobs for OA 171,,3%1, and patients without comorbidities (79,3%). The evaluations of the drug utilization study were 100% patients received proper type of NSAID, 93,3% patients received proper drug dosage, and 95,3% patients received proper therapy for their Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 4(11 29

a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

  • Upload
    vumien

  • View
    215

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

a-

STU DI PEM BE RIAN OBAT N O N ST E RO I DAL ANTh I N F IA M MATO RY D RU G S

PADA KASUS OSTEOARTRITIS DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

SAMARINDA

Shafira Tamarat, Lukas D. Leatemiab, David H. Masjhoerc

'Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarindahlaboratorium

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarinda

"Laboratorium llmu Bedah Fakultas Kedokteran Universltas Mulawarman, Samarinda

Korespondensi: [email protected]

Abstrak

Osteoartritis (OA) merupakan gangguan sendi kronik yang disebabkan ketidakseimbangan antara degradasi dan

sintesis rawan sendi. Keluhan pasien OA sangat beragam, tetapi gejala yang dominan adalah nyeri yang

biasanya timbul ketika bergerak dan berkurang ketlka beristirahat. Penatalaksanaan OA umumnya bersifatsimptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan

farmakoterapi berupa analgesik, salah satunya adalah nonsteroidol onti-inflommatory drugs (NSAID). Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) karakteristik pasien OA dan; 2) ketepatan pemberian NSAID pada

kasus OA di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda berdasarkan jenis obat dosis obaL dan diagnosis pasien.

Penelitian campuran kuantitatif dan kualitatif ini mengambil sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi

sebanyak 150 kasus OA. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa rekam medik pasien OA yang

berobat di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode 2016. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pasien OA yang diterapi NSAID terbanyak berada pada kelompok usia lebih dari

56 tahun {51,3%), lebih banyak ditemukan pada kelompok lidak overweight 166,7%t, memiliki pekerjaan yang

berisiko menyebabkan aAl7L,3%1, dan tidak memiliki penyakit penyerta .75,3%1. Ketepatan pemberian NSAID

pada 150 kasus OA didapatkan hasil tepatjenis obat 100%, tepat dosis obat 93,3%, dan tepat diagnosis pasien

95,3%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pasien OA yang diterapi NSAID terbanyak berada pada kelompokusia lebih dari 55 tahun, lebih banyak ditemukan pada kelompok tidak oven*eight, memiliki pekerjaan yang

berisiko menyebabkan O& dan tidak memiliki penyakit penyerta. Semua Jenis obat NSAID yang diberikan pada

kasus OA sudah tepat namun masih ada sebagian kecil pemberian NSAID yang belum tepat berdasarkan dosis

obat dan diagnosis pasien.

Kata kunci: OA, karakteristik kasus OA, ketepatan pemberian NSAID.

Abstract

Osteoarthritis (OA) is a chronic joint disorder caused by the imbalance between degradation and synthesis ofthe cartilage. The symptoms of OA vary fdrom person to person, but the most common is pain during jointmovements and less pain when at rest. The treatment is symptomatic, resulting in pain relief and improvedjoint function. Patients will be given an analgesic as the first-line pharmacotherapy, one of them is nonsteroidalanti-inflammatory drugs {NSAID}. The objectives of this study were: 1} to provide information on thecharacteristics of OA patients; 2) to evaluate NSAID drug utilization in OA patients at the Abdul Wahab

Sjahranie Hospital Samarinda based on the drug type, dosage, and medical diagnosis. This quantitative-qualitative study was done in 150 eligible OA patients as the research samples. Data were obtained frompatients' medical records who were diagnosed with OA in Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda in 2016.

The results showed that most patients were in the age range of 55 and above (51,3%), mostly found in thegroup of non-ovenreight patients 166,7%1, workers with high risk jobs for OA 171,,3%1, and patients withoutcomorbidities (79,3%). The evaluations of the drug utilization study were 100% patients received proper type ofNSAID, 93,3% patients received proper drug dosage, and 95,3% patients received proper therapy for their

Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 4(11 29

Page 2: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

-

medical diagnosis. The conclusion of this study showed that most patients were in the age range of 55 and

above, in the group of non-overweight patients, worked at high risk jobs for OA, and had no comorbidities. The

drug utilization study showed that all patients received the proper types of NSAID, although there were stillminority of patients who received inappropriate therapy based on drug dosage and medical diagnosis.

Keywords: OA, characteristics of OA patients, drug utilization study of NSAID in OA patient

PENDAHUIUAN

Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu

geJala klinis yang cukup sering dikeluhkan oleh

pasien. Salah satu masalah muskuloskeletal yang

cukup sering ditemui adalah osteoartritis (OA).1 OA

adalah gangguan sendi kronik yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara degradasi dan sintesis

rawan sendi serta matrik ekstraseluler, kondrosit

dan tulang subkondral pada usia tua.2 OA paling

sering mengenai lutut, panggul, tulang belakang dan

pergelangan kaki.1

Prevalensi penyakit ini meningkat tajam seiring

dengan bertambahnya usia,2 oA diketahui dialami

sepertiga populasi di atas usia 65 tahun dan

merupakan satu dari lima penyebab disabilitas

utama pada populasi usla lanjut di Amerika Serikat

OA. Ite Nstional Arthritls Doto Work 6roup dengan

menggunakan The First Notlonol Health and

Nutritional Exominotion Survey (HANES l)

meramalkan bahwa pada tahun 2020 diperkirakan

18,2% masyarakat Amerika akan menderita OA.3

Pasien OA di lndonesia yang menderita cacat

karena OA diperkirakan mencapai 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia. Prevalensi OA lutut secara

radiologis di lndonesia cukup tinggi, yaitu mencapai

15.5% pada pria dan 1,2.7% pada wanita yang

berumur antara 4&60 tahun.a Data di lndonesia,

diketahui sekitar 55,7yo pasien di Poliklinik

Reumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,

Jakarta didiagnosis menderita salah satu jenis OA.3

OA merupakan penyakit dengan progresifitas

lambat dengan etiologi yang tidak diketahui.l Namun

3O : Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2AL8; a$|

terdapat beberapa faktor risiko yang diketahui

berperan pada OA, baik faktor risiko yang tidak dapat

diubah maupun yang dapat diubah. Faktor risiko OA

yang tidak dapat diubah antara lain riwayat keluarga,

jenis kelamin, suku, dan usia. Sedangkan faktor risiko

yang dapat diubah antara lain obesitas, aktivitas fisik

berlebihan, hiperurisemia, dan diet. Selain itu,

penyakit metabolik, trauma sendi, dan kelainan

kongenital juga memegang peran sebagai faktor-

faktor risiko terjadinya OA.2's

Keluhan penderita OA sangat beragam, tetapi

umumnya gejala yang dominan adalah nyeri. Nyeri

sendi tersebut biasanya tlmbul ketika bergerak dan

berkurang ketika beristirahat.2 Nyeri pada OA juga

dapat berupa penjalaran, misalnya pada kasus OA

servikal dan lumbal.a Selain nyeri, dapat timbul pula

kekakuan sendi, keterbatasan gerak, serta

instabilitas sendi.2 Kekakuan sendi sering timbul

ketika bangun di pagi hari atau beberapa saat

setelah periode inaktif yang dapat berlangsung

secara prominen, namun seringkali hilang dalam

waktu 20 menit.s

Sampai saat ini belum ada terapi spesifik yang

dapat menyembuhkan OA. Penatalakanaan

umumnya bersifut simptomatik terutama

menghilangkan nyeri, memperbaiki gerak dan fungsi

sendi serta meningkatkan kualitas hidup. Untuk

mengurangi keluhan nyeri pada OA, pasien biasanya

diberikan nonsteroidol onti-inflammotory drugs

(NSAtD).1

NSAID merupakan analgesik yang efektif dalam

menangani geJala nyeri pada OA, baik yang diberikan

iSSN 2443-0439

Page 3: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

secara oral maupun topikal.6 Hal tersebut didukung

oleh rekomendasi dari Perhimpunan Reumatologi

lndonesia yang menyatakan bahwa NSAID menjadi

salah satu pilihan terapi farmakologi lini pertama.l

Pemberian terapi NSAID harus dimulai dalam

dosis rendah dan dapat dinalkkan jika dosis awal

kurang efektif. Terapi NSAID dapat berisiko

menimbulkan gejala pada saluran cerna apabila

diberikan pada kelompok tertentu, seperti pasien

lanjut usia atau pasien dengan riwayat komorbid

kelainan pada saluran cerna.'

Data pasien yang terdiagnosis OA saat berobat

jalan di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda mencapai angka

238 pasien selama periode Januari hingga Desember

2016. Namun hingga saat ini masih belum ada

prosedur tetap mengenai penatalakanaan pasien

OA, baik secara farmakologi atau nonfarmakologi.

Terapi farmakotogi sering diberikan untuk

mengurangi keluhan utama pasien yang

menyebabkan pasien datang berobat yaitu nyeri

sendi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ketepatan pemberian terapi farmakologi

pada kasus OA, khususnya obat analgesik gotongan

NSAID serta rnengetahui karakteristik pasien OA

yang menerima terapi NSAID di Poliklinik Ortopedi

dan Traurnatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian

campuran kuantitatif dan kualitatif, yaitu penelitian

kuantitatif untuk mengetahui karakterlstik pasien OA

dan penelitian kualitatif berupa studi literatur untuk

mengetahui ketepatan pemberian NSAID pada kasus

oA.

Data penelitian berupa data sekunder yang

diambil dari rekam medik pasien OA yang menerima

terapi NSAID di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda selama

periode 2016. Kriteria penelitian ini adalah pasien OA

dengan data rekam medis penunjang yang lengkap,

seperti data dosis pemberian obat, cara pemberian

obat, penyakit penyerta, usia pasien, berat badan

pasien, tinggi badan pasien, dan pekerJaan pasien.

Data rekam medik yang lengkap namun tidak bisa

terbaca tidak dimasukkan dalam penelitian.

Variabel penelitian ini adalah usia, lndek

Massa Tubuh (lMT), pekerjaan, penyakit penyerta,

jenis obat NSAID, dan dosis obat NSAID. Pengolahan

data menggunakan program Microsoft Word 2073

dan Microsoft Excel 2073,

HASIL DAT'I PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, pasien OA yang datang

berobat ke Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada

periode 2016 sebanyak 238 pasien. Namun, jumlah

pasien OA yang diterapi dengan NSAID dan sesuai

dengan kriteria penelitian adalah sebesar X50 pasien.

Tabel 1. Karakteristik Demografi Pasien OA yang

Menerima Terapi di RSUD Abdul Wahab SjahranieSamarinda Periode 2016

Ka“腱n翻k Ptten 置誂Pl鶴

庁Usia

く45 tahun

46‐55 tahun

>56 tahun

24 16

49 32,7

77 51,3

:MT

Oven″eight

Tidak Overweight

50

100

33,3

66′ 7

Pekerjaan

Berisiko OA

Tidak berisiko OA

107

43

71,3

28,7

Tabel 1 menunjukkan gambaran karakteristik

demografi pasien OA yang menerima terapi NSAID

iurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 4(1) 31

Page 4: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

a-

berdasarkan usia, lMT, dan pekerjaan. Kasus OA

terbanyak ditemukan pada kelompok usia lebih dari

56 tahun (51,3%) dan yang paling sedikit (16%)

adalah kelompok usia 45 tahun. Apabila ditinjau

berdasarkan lMT, pasien OA lebih banyak ditemukan

pada kelompok tidak overweight {66,7%}. Jenis

pekerjaan pasien OA sebagian besar termasuk ke

dalam golongan pekerjaan yang berisiko

menyebabkan O A (7 1,3%1.

Tabel 2. Jenis Pekerjaan Pasien OA yang MenerimaTerapi NSAID di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Periode 2016

Jenis PekerjaanJumlah Persentase

{n=150} (100%)

berpengaruh terhadap terapi NSAID. Sedangkan,

jenis penyakit penyerta yang lebih banyak ditemukan

adalah gastritis (15,3%).

Tabel 4. Ketepatan Terapi NSAID pada Pasien OA diRSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Periode2016

KetepatanTerapi Jumlah PersentaseNSAID {n=150} {100%)

Berdasarkan Jenis ObatTepatTidak Tepat

Berdasarkan Dosis ObatTepatTidak Tepat

Berdasarkan Diagnosis Pasien

Tepat 143

88,6

t34

0,7

0,7

o,7

100

0

150

0

・4。

10

93,36,7

95,3

Berisiko 0A

IRT

PNS

Pensiunan

Guru

Tidak berisiko OA

Swasta

Mahasiswi

Tabel 2 menunjukkan jenis pekerjaan berisiko

OA yang paling banyak ditemukan adalah ibu rumah

tangga (62%) dan yang paling sedikit adalah guru

{0,9%). Sedangkan, ienis pekerjaan yang tidak

berisiko lebih banyak ditemukan pada pekerja

swasta (26,7%).

Tabel 3. Jenis Penyakit Penyerta pada Pasien OAyang Menerima Terapi NSAID di RSUD Abdul WahabSjahranle Samarinda Periode 2016

Penyakit PenyertaJumlah Persentase

{n=150} {100%}

Tidak Tepat 7 4,7

Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis obat NSAID

yang diberikan pada kasus OA di RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda sudah 100% tepat. Apabila

dilihat berdasarkan dosis obat, masih ada 6,7% kasus

OA yang belum tepat dalam pemberian dosis obat.

Data tersebut juga memperlihatkan masih ada 47%

kasus OA yang tidak tepat dalam pemberian terapi

NSAID berdasarkan diagnosis pasien.

Tabel 5. Jenis Obat NSAID yang Diberikan pada

Pasien OA di RSUD Abdul Wahab SjahranieSamarinda Periode 2016

Jenis Obat NSAIDJumlah Persentase

(a=150| tloO%l

Natrium diklofenak

Meloksikam

Asam mefenamat

Ketoprofen

Dexketoprofen

Celecoxib

Tabel 5 menunjukkan beberapa jenis obat NSAID

yang diberikan kepada pasien OA selama periode

2015. Jenis obat yang paling banyak diberikan adalah

natrium diklofenak {88,6%}, sedangkan terdapat 3

20

2。

4413,3

13,3

or7

26,7

2

4。

1Gastritis

Hipertensi

Tidak ada penyakit

penyerta

23

 

 

・19

15,3

5,4

79,3

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebesar 79,3%

kasus tidak memiliki penyakit penyerta yang

32 Jurnal Kedokteran Mulawarman, TALS; 4(1-| ISSN 2443-0439

Page 5: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

jenis obat yang paling sedikit diberikan, yaitu

ketoprofen, dexketoprofen, dan celecoxib dengan

masing-masing persentase sebesar 0,7%.

Tabel 6. Dosis Obat NSAID yang Diberikan pada

Pasien OA di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Periode 2015

Dosis Obat NSA:Djumlah %

〔n3150) 〔100%)

Natrium

diklofenak

Melokikam

Asam me-

fenamat

Ketoprofen

Dexketoprofen

Celecoxib

2x25 mg

2x50 mg

3x50 mg

lx15 mg

2x15 mg

3x250 mg

3x500 mg

2x100 mg

3x25 mg

lx200 mg

2′6

62

24

1,3

4

0,7

3,3

0,7

0,7

0′7

Tabel 6 menunjukkan dosis masing-masing jenis

obat NSAID yang diberikan kepada pasien OA. Pasien

OA sebagian besar diterapi dengan obat jenis

natrium diklofenak dengan dosis 2x50 mg 162%1.

Sebagian kecil pasien OA dengan masing-masing

persentase 0,7% diberikan beberapa jenis obat lain,

yaitu asam mefenamat dosis 3x250 mg, ketoprofen

dosis 2x100 mg, dexketoprofen dosis 3x25 mg, dan

celecoxib dosis 1x200 mg.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa selama

periode 2016, sebagian besar pasien oA yang

menerima terapi NSAID dl Poliklinik Ortopedi dan

Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda berada pada kelompok usia lebih dari 56

tahun, berada pada kelompok tidak overweight, dan

memiliki pekerjaan yang berisiko menyebabkan OA.

Usia merupakan salah satu faktor risiko yang

dapat menyebabkan OA. Proses penuaan menjadi

penyebab meningkatnya kelemahan sendi,

menurunnya kelenturan sendi dan menurunnya

fungsi kondrosit. Kartilago menJadl kurang sensitif

terhadap beban pada sendi, di mana pada keadaan

normal beban tersebut akan menstimulasi

pembentukan matriks sebagai respon protektif.T

Kartilago pada pasien lanjut usia memiliki

kemampuan terbatas dalam mengaktivasi faktor

pertumbuhan saat terjadi proses mekanik. Atrofi

ototjuga sering ditemukan yang akan menyebabkan

hilangnya perlindungan pada sendi saat berialan.s

Selain usia, berat badan berlebih menjadi fakor

risiko OA lain karena dapat menginduksi

penghancuran kartilago akibat cara berjalan yang

tidak tepat.e

Pada penelitian ini masih ditemukan pasien OA

yang berada pada kelompok usia 4&55 tahun dan di

bawah 45 tahun. Selain itu, sebagian besar pasien OA

juga termasuk dalam kelompok tidak overutetght.Hal

tersebut terjadi karena adanya faKor-faktor risiko

OA lain yang kemungkinan dimiliki oleh pasien,

seperti kelainan kongenital, trauma sendi, atau

pekerjaan yang menggunakan sendi secara repetitif

dalam jangka waktu lama.lo

Pada kasus OA sendi panggul, terdapat tiga

kelainan kongenital yang menjadi faktor risiko OA,

yaitu displasia kongenital, penyakit Legg-Perthes,

dan pergeseran epifisis femoral. Trauma sendi juga

dapat menyebabkan abnormalitas anatomi sehingga

berisiko menyebabkan OA, seperti robekan pada

ligamen dan struktur fibrokartilago yang melindungi

sendi.lo Penggunaan sendi secara repetitif juga

meningkatkan risiko OA. Sebagai contoh, pekerja

yang sering mengangkat alat berat berisiko

menderita OA sendi ekstremitas atas.ll Atlet lari

profesional berisiko tinggi mengalami OA sendi lutut

dan panggul.lo

Sendi sinovial normal dapat menahan beban

repetitif aktivitas seharFhari tanpa menyebabkan

OA. Namun, beban yang melebihi batas toleransi

sendi akan berisiko dalam progresifitas degenerasi

.lurnaI KedoKeran Mulawarman, 2018;4(1] 33

93

36

Page 6: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

a-

sendi. Kontak antara beban mekanik dengan

permukaan sendi yang berlebihan dapat merusak

kartilago artikular dan tulang subkondral, sehingga

kemudlan akan mempengaruhi fungsi kondrosit.

Beberapa kondisi kinis yang dapat menyebabkan

overlooding pada kartilago, yaitu: berat badan

berlebih, olahraga yang berdampak tinggi, post-

trauma, dan hllangnya jaringan meniskus.r

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

sebagian besar terapi NSAID pada pasien OA sudah

tepat jika ditlnjau berdasarkan jenis obat, dosis obat,

dan diagnosis pasien. Semua jenis obat NSAID yang

diberikan sudah tepat, namun masih ada sebagian

kecil terapi NSAID yang belum tepat berdasarkan

dosis obat dan diagnosis pasien.

Ketepatan terapi NSAID pada kasus OA apabila

ditinjau dari jenis obat dinyatakan sudah tepat.

Semua kasus OA diberikan beberapa jenis NSAID,

baik golongan nonselektif, preferensial selekif,

maupun selektif COX-2.

Secara umum, NSAID mempunyai tiga kerja

terapeutik utama yaitu anti-inflamasi, analgesia, dan

antipiretik. Sebagai anti-infamasi, NSAID

menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (COX)

dan menurunkan pembentukan prostaglandin (PG)

sehingga memodulasi aspek-aspek inflamasi ketika

PG bekerja sebagai mediator. Walaupun dapat

menghambat inflamasi pada OA, NSAID tidak

menghentikan perjalanan penyakit ataupun

menginduksi remisinya.r3

Sebagai analgesia, NSAID bekerja dengan cara

menurunkan sintesis PGEz sehingga dapat menekan

sensasi nyeri. PGE2 menyebabkan sensitisasi ujung

saraf terhadap kerja mediator kimiawi yang

dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi.f

Sebagai antipiretik, NSAID bekeria dengan

menggang8u sintesis dan pelepasan PGE2 serta

mengatur ulang "termostat tubuh" dengan

34 Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2A18; a$\

meningkatkan penghilangan panas. Demam dapat

terjadi akibat sintesis PGE2 yang dirangsang ketika

agen penghasil demam endogen (pirogen); seperti

sitokin, dilepaskan dari sel darah putih yang

diaktifkan oleh infeksi, hipersensitivhas, keganasan,

atau inflamasi.B

Pemberian terapi NSAID jenis natrium

diklofenak menjadi sebagian besar pilihan dalam

penelitian ini. Hal ini disebabkan karena natrium

diklofenak akan diakumulasi di dalam cairan sinovial

sendi sehingga memiliki efek terapi yang lebih lama

dari waktu paruhnya.la Selain itu, natrium diklofenak

juga cukup aman apabila diberikan pada pasien

lanjut usia.ls Hal tersebut didukung oleh penelitian

yang menyatakan bahwa natrium diklofenak tidak

hanya efektif sebagai terapi OA pada pasien lanJut

usia, tetapi juga dapat ditoleransi oleh pasien yang

berisiko terhadap efek samping NSAID.15

Pilihan terapi asam mefenamat lebih digunakan

sebagai analgesik, karena efek anti-inflamasinya

kurang efekif apabila dibandingkan dengan NSAID

jenis lain.ra Asam mefenamat secara cepat diabsorpsi

setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma

dicapai dalam waktu 2-4 jam dan waktu paruh

eliminasi asam mefenamat sekitar 2 jam.rl

Ketoprofen yang juga menjadi salah satu pilihan

terapi pada penelitian ini sudah tepat karena dapat

mengendalikan tanda dan gejala OA. Ketoprofen

mengurangi terjadinya nyeri, pembengkakan sendi,

dan kekakuan pada pagi hari.s Derivat asam

propionat ini memiliki efektivitas seperti ibuprofen

dengan sifat anti-inflamasi sedang.la

Pilihan terapi meloksikam pada kasus OA sudah

tepat karena memlliki waktu paruh yang panjang

sehingga dapat diberikan hanya satu kali sehari. Efek

samping berupa iritasi saluran cerna lebih sedikit

ditemukan dibanding golongan okikam lainnya

karena pemberian dosis tunggal yang lebih rendah.13

iSSN 2443-0439

Page 7: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

a-

Meloksikam termasuk dalam golongan preferensial

selektif yang lebih cenderung menghambat COX-2

dari COX-1.14 Konsentrasi melokikam yang

ditemukan pada cairan sinovial berkisar antara 40-

50% dari plasma.l'

Sebagian besar pasien OA sudah diberikan dosis

obat NSAID dengan tepat. Mayoritas pasien diterapi

dengan NSAID jenis natrium diklofenak dosis 2x50

mg dan dosis 3x50 mg. Hal ini sesuai dengan anjuran

dosis obat natrium diklofenak, yaitu 1fi)-150 mg/hari

terbagi dalam dua atau tiga dosis.il Anjuran lain juga

menyatakan hal serupa bahwa penggunaan dosis

natrium diklofunak oral yaitu 100-200 mglhari dalam

beberapa dosis terbagi.lt Namun pada penelitian inl

juga ditemukan sebagian kecil kasus OA dengan

terapi natrium diklofenak yang tidak tepat, yaitu

dosis 2x25 mg.

Selain itu, terdapat pasien OA yang diterapi

NSAID jenis asam mefenamat dengan dosis 3x250

mg dan dosis 3x500 mg. Pemberian dosis ini sudah

tepat sesuai dengan referensi yaitu konsumsi asam

mefenamat 2-3 kali dosis 25G.500 mg/hari.tl Hal ini

juga didukung anjuran lainnya yaitu konsumsi

dengan dosis 500 mg 3 kali sehari, selama tidak lebih

dari 7 hari.le

Ketoprofen menJadi pilihan terapi lain pada

penelitian ini, yaitu diberikan dalam dosis 2x100 mg.

Terapi ini sudah sesuai dengan anjuran konsumsi

ketoprofen dosis 2 kali 100 mg/hari,ta Hal serupa

didukung dengan anjuran lain yaitu penggunaan

ketoprofen dosis 50-75 mB, tiga sampai empat kali

sehari.s Selain ketoprofen, jenis dexketoprofen juga

menjadi pilihan dalam penelitian ini. Dexketoprofen

yang diberikan dalam dosis 3x25 mg ini sudah tepat

menurut anjuran, yaitu dosis dexketoprofen sebesar

50 mg setiap 8-L2 jam, tidak boleh melebihi 150

mlhari.0

Salah satu NSAID golongan COX-Z selective

yaitu celecoxib juga menjadi pilihan terapi. Dosis

yang diberikan sebesar 1x2OO mg sudah tepat

menurut anjuran yaitu dosis tunggal 200 mg/hari

atau 100 mg dua kali sehari.le Sebagian kecil kasus

OA lainnya yang sudah tepat dalam pemberian

dosisnya adalah terapi dengan meloksikam dosis

1x15 mg. Dosis ini sudah sesuai dengan anjuran

pemberian meloksikam yaitu dengan dosis 7,5-15 mg

sekati sehari.il Namun, masih ada sebagian kecil

pasien OA dengan terapi melokikam yang belum

tepat, yaitu diberikan dalam dosis 2x15 mg.

Ketidaktepatan dalam pemberian dosis NSAID

kemungkinan terjadi karena kondisi klinis pasien OA

yang memerlukan penyesuaian dosis terapi, seperti

pasien dengan berat badan berlebih, pasien lanjut

usia, atau pasien dengan gangguan organ tubuh

lainnya. Beberapa kondisi yang menyebabkan dosis

obat diberikan tidak sesuai standar yaitu keadaan

klinis pasien, pertimbangan interaksi obat, pasien

lanjut usia karena terjadi penurunan fungsi organ

seperti organ hati atau ginjal, dan adanya terapi

kombinasi obat.2o

Ketepatan pemberian terapi NSAID pada kasus

OA di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda apabila ditinjau

dari diagnosis pasien sudah sebagian besar tepat.

Namun masih ada sebagian kecil kasus pada

penelitian ini yang belum tepat pada pasien OA

dengan komorbid berupa gastritis dan hipertensi.

Pemberian NSAID bagi pasien dengan risiko

komorbid gastritis disarankan untuk diberikan juga

obat penghambat sekresi asam lambung untuk

menurunkan risiko iritasi saluran cerna. Obat

tersebut dapat berupa obat golongan proton pump

inhibitor (PPl), misoprostol, atau antagonis reseptor

H2.21 Namun pada penelitian ini masih ditemukan

.lurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; a{1) 35

Page 8: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

pasien oメ ヽdengan komorbid gastritis yang tidak

d:berikan obat penghambat sekresi asam!ambung.

Sebagian besar pasien OA dengan risiko

komorbid gastritis te:ah diterapi dengan kombinasi

obat yang sudah tepat′ yaitu kombinasi NSA!D

dengan antagonis reseptor H2 berupa ranitidin.Ha:

tersebut sudah tepat karena ranitidin akan

menghambat sekresi asam iambung dengan

mempengaruhi volume dan kadar pepsin cairan

lambung.Ranttidin iuga tidak menghambat absorpsi

dari NSA:D.22 selain dikombinasi dengan ranitidin′

terdapat pula pasien OA dengan risiko komorbid

gastritis yang diberikan kombinasi NSAID dan PPI

berupa omeprazoie. PP: menghambat sekresi asam

!ambung lebih kuat dari anta80nis reseptor H2

dengan cara berikatan dengan enzirn H+′ K+′ ATPase

yang dikena:sebagai pompa proton.ikatan ini akan

menghambat enzim tersebut dan prOduksi asam

!ambung akan terhenti 80‐95%.23

Selain ris:ko komorbid gastritis, terdapat puia

sebagian keci: pasien OA dengan risiko komorbid

hipertensi vang diberikan NSA:D gO10ngan

nonseiektif. Hal tersebut sudah tepat mengingat

pemberian NSA:D g。 !Ongan COX‐ 2 seiektif akan

meningkatkan risiko konnplikasi pada kardiovasku:ar.

Ketika COX‐ 2 dihambat′ asam arakidonat akan:ebih

sedikit mensintesis PG!2 dan !ebih banyak

mensintesis!eukotnen 34 dan tromboksan A2(TXA2)・

Supresi PG!2 akan meningkatkan risiko teriadinva

trombosis′ hipertensi′ aterosklerosis′ dan infark

miokard.24

VVa:aupun sebagian besar pasien oA vang

diberikan NSAI〔)sudah tepat sesuai diagnosis pasien,

namun masih ada terapl yang be:unn tepat.Sebagian

keci:kasus tersebut adalah pasien OA dengan risiko

komorbid gastritis yang hanva diberikan NSAID

g。 :Ongan nonseiektif tanpa pemberian obat‐ obatan

vang menurunkan sekresi asam !ambung. Hal

36 Jurn31 Kedokteran Muiawarn13■ ,2028:4(1)

tersebut tidak tepat karena seperti yang sudah

dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, NSAID

nonselektif dapat berpotensi menyebabkan ulkus

dan merusak membran mukosa lambung.2a

SIMPUTAN

1. Usia pasien OA di Poliklinik Ortopedi dan

Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda periode 2016 yang diterapi NSAID

terbanyak berada pada kelompok usia lebih dari

56 tahun.

2. IMT pasien OA di Poliklinik Ortopedi dan

Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda periode 2016 yang diterapi NSAID

terbanyak berada pada kelompok tidak

ovenueight.

3. Pekerjaan pasien OA di Poliklinik Ortopedi dan

Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda periode 2016 yang diterapi NSAID

terbanyak adalah pekerjaan yang berisiko

menyebabkan OA.

4. Sebagian besar pasien OA di Poliklinik Ortopedi

dan Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda periode 2016 yang diterapi NSAID

tidak memiliki penyakit penyerta.

5. Semua jenis obat NSAID yang diberikan pada

kasus OA di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

periode 2015 sudah tepat, namun masih ada

sebagian kecil pemberian NSAID yang belum

tepat berdasarkan dosis obat dan diagnosis

pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Reumatologi lndonesia.Rekomendasi Perhimpunan Reumatologilndonesia. Diagnosis dan PenatalaksanaanOsteoartritis. 2014.

iSSN 2443-0439

Page 9: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

Sjamsuhidayat R., & de Jong, W. Buku Ajar llmuBedah. Jakarta: EGC;2010.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.Pharmaceutical Care untuk Pasien PenyakitArthritis Rematik. Buku Saku Penyakit ArthritisRematik.2005.

Soerosq J., lsbagio, H., Kalim, H., Broto, R., &Pramudiyo, R. Osteoartritis. Buku Ajar llmuPenyakit Dalam Edisi ke-6. Jakarta: lnternaPublishing;2014.

D. L. Kasper, A. Fauci, S. L. Hauser, D. L. Longo, J.

L. Jameson, & J. Loscalzo. Osteoarthritis.Harrison's Principles of lnternal Medicine 19thEdition. McGraw-Hill Publishing;2015.

Kidd, B. L., Langford, R, M., & Wodehouse, T.

Current Approaches in the Treatment of ArthriticPain. Arthritis Research & Therapy. 2007;9(3).

Zhang, Y., & Jordan, J. M. Epidemiology ofosteoarthritis. clin Geriatr Med. 2010;25(3):355-359.

Sacitharan, P., & Vincent, T. Cellular AgeingMechanisms in Osteoarthritis. Mamm Genome.20t6127l.:421429.

Brion, P. H., & Kalunian, K. C. Osteoarthritis.Oxford Textbook of Medicine 5th ed. OxfordPress;2010.

Felson, D. T. (2013). Osteoarthritis. ln A. S. Fauci,

& C. A. Langford, Horrison's Rheumotology, 3rd

edition [p.232). USA: McGraw-Hill Education.

Solomon, D. Warwiclq & S. Nayagam.Osteoarthritis. Apley's System of Onhopaedicsand Fractures, 9th edition. Hodder Arnold;2010.

HeUink, A., Gomoll, A., Madry, H,, Drobnic, M.,Filardo, G., Espregueira-Mendes, J., & Van Dijk, N.

Biomechanical Considerations in thePathogenesis of Osteoarthritis of the Knee. Knee

Surgery Sports Traumatology Arthroscopy.2012(20): 423-435.

13. Harvey, R. A., & Champe, P. C. Farmakologi:Ulasan Bergambar (4th ed.). E6C;2013.

14. Wilmana, P. F., & Gunawan, S. G. Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-lnflamasi Nonsteroid,dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Farmakologidan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologidan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitaslndonesia;2012.

15. Roberts, L. J., & Morrow, J. D. Senyawa Analgesik-Antipiretik dan Antiradang serta Obat-obat yangDigunakan dalam Penanganan Pirai. Dasar

Farmakologi Terapi Goodman & Gilman. Jakarta:EGC;2012;10(2).

15. Bakhi, R., Darekar, 8., Langdon, C., & Rotman, H.

Efficacy and Tolerability of Diclofenac Dispersiblein Elderly Patients with Osteoarthritis. US

National Library of Medicine.2008.

17. U.S. Food and Drug Administration. PONSTEL

(Mefenamic Acid Capsules, USP). 2008.

18. Boehringer lngelheim Pharmaceuticals,lnc.Meloxicam Oral Suspension: BPCA Summary.Clinical Pharmacology and Biopharmaceutics.2011.

19. Badan Pengawas Obat dan Makanan Bepubliklndonesia. Antiinflamasi Nonsteroid. Buku

Formularium Obat Nasional lndonesia. 2014.

20. Octaviana, R., Setiawan, D., & Susanti.Perbandingan lnteraksi Obat dan PermasalahanDosis pada Pasien Osteoarthritis di Dua Rumah

Sakit. Pharmacy. 2013;10(1): 99-108.

21. McAlindon, T. E., Bannuru, R. R., Sullivan, M. C.,

Arden, N. K., Berenbaum, F,, Bierma-Zeinstra, S.

M., et al. OARSI Guidelines for the Non-SurgicalManagement of Osteoarthritis. Osteoarthritis andCartllage. 2014;22:353-388.

22. Dewoto, Hedi R, Histamin dan Antialergi. Buku

Farmakologi dan Terapi FKUI Edisi 5. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2012.

9.

Jurnal KedOkteran Mulawarman′ 2018:4(1)137

Page 10: a-fk.unmul.ac.id/public/penelitian/84d15a90169c070aab5d0e04575db7873...simptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan farmakoterapi berupa

23. Estuningtyas, A.′ & Arit A. Obat Lokal. BukuFarmakologi dan Terapi FKU: Edisi 5.

Jakarta,2012:281‐ 283.

24. Cronstein′ B. N.′ & Sunkureddi′ P, MechanisticAspects of :nf:ammation and Clinical

Management of in■ ammation in Acute GoutyArthritis.J Clin Rheumato:.2013,19{1):19-29.

38 Jurnal Kedokeran Mulawarman, 2O78; a{fi ISSN 2443‐ 0439