Upload
others
View
91
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
39
BAB III DEKLINASI MAGNETIK KOTA SALATIGA
A. Gambaran umum Kota Salatiga
Sebelum membahas permasalahan kiranya penting sekali mengenal Kota
Salatiga sebagai tempat penelitian dilakukan. Mengenal tempat penelitian
berarti membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat, sehingga
peneliti dapat menata pondasi terhadap tindakan serta keputusan dalam
penelitiannya (Nazir, 1988: 27).
1. Sosio Historis Kota Salatiga
Sartono Kartodirjo menyatakan bahwa studi sejarah tidak terbatas pada
pengkajian informatif, tetapi juga melacak pelbagai struktur masyarakat, pola
kelakuan, kecenderungan proses dan lain-lain. Semuanya menuntut alat
analisa tajam dan mampu mengekstrapolasikan fakta, unsur, pola, dan
sebagainya. Keadaan inilah yang menyebabkan lahirnya reapproachement
atau proses saling mendekati antara ilmu sejarah dengan ilmu sosial
(Kartodirjo, 1993: 120).
Proses saling mendekati antara ilmu sejarah dengan ilmu sosial, yang
disebut dengan sejarah sosial, memiliki pembahasan yang sangat panjang.
Agar pembahasan tersebut tidak lepas dari substansi penelitian ini peneliti
hanya membatasi tiga pembahasan, yaitu, sejarah umum Kota Salatiga,
jumlah penduduk, dan kondisi keagamaan.
a. Sejarah Kota Salatiga
Salatiga telah dikenal menjadi daerah pemukiman sejak sebelum
ditetapkan sebagai daerah administratif oleh Belanda. Ada empat versi asal
40
usul Kota Salatiga. Pertama, asal usul Salatiga bersumber pada cerita rakyat
tentang perjalanan Ki Ageng Pandanaran dalam mencari wahyu. Kedua, asal
usul Salatiga bersumber pada Babad Demak dalam Asmaradhana tentang
pertemuan Ki Ageng Pandanaran dengan Sunan Kalijaga. Ketiga, keputusan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 25 Juni 1917 nomor 1, staatsblads
1917 no. 266 yang berisi mengenai penjelasan tanggal 1 Juli 1917 tentang
pendirian Stads Gemeente Solotigo. Keempat, bersumber pada prasasti
plumpungan yang menjelaskan bahwa Salatiga dahulu merupakan daerah
perdikan bernama Hampra (Baehaqi, 2002: 182).
Prasasti Plumpungan menjadi dasar penetapan Kota Salatiga. Prasasti
adalah cikal bakal lahirnya Salatiga. Prasasti ini tertulis dalam batu besar
berjenis andesit berukuran panjang 170cm, lebar 160cm dengan garis lingkar
5 meter yang selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan. Berdasarkan prasasti
ini yang ditemukan di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan
Sidorejo, maka Salatiga sudah ada sejak tahun 750 Masehi. Pada waktu itu
Salatiga merupakan “perdikan”. Perdikan artinya suatu daerah dalam wilayah
kerajaan tertentu yang dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti
karena memiliki kekhususan tertentu (Supangkat, 2007: 4).
Prasasti Plumpungan memuat ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan
status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Penetapan
ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat penting,
khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan
titik tolak berdirinya daerah Hampra yang secara resmi sebagai daerah
perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini
41
masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra
yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman
pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini (Supangkat, 2007:
4).
Pada masa kolonial, Salatiga tercatat sebagai tempat ditandatanganinya
perjanjian antara Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said, yang kelak
menjadi KGPAA Mangkunegara I, dengan VOC. Perjanjian tersebut terkenal
dengan sebutan perjanjian Salatiga. Isi perjanjian ini adalah membagi Keraton
Surakarta ke dalam dua bagian. Pertama, daerah Kasunan yang diperintah
Pakubuwono III. Kedua, daerah Mangkunegaran, yang diberikan kepada
Raden Mas Said (Swantoro, 2002: 300).
Pada zaman penjajahan, Belanda telah cukup jelas memberi batas dan
status Kota Salatiga. Berdasarkan Staatsblad 1917 No. 266 Mulai 1 Juli 1917
didirikan Stadsgemeente Salatiga yang daerahnya terdiri dari 8 desa. Karena
dukungan faktor geografik, udara sejuk dan letak yang sangat strategis, maka
Salatiga cukup dikenal keindahannya di masa penjajahan Belanda. Belanda
bahkan memberi julukan Solotigo Schoonste Stad Van Mindden Java, yang
artinya Kota Salatiga yang terindah di Jawa Tengah (Baehaqi, 2002: 177).
Penetapan suatu daerah menjadi gemeente, yang salah satu faktornya
adalah terdapat minimal 10% orang kulit putih yang bertempat tinggal di
daerah tersebut, menyebabkan jumlah kaum kulit putih termasuk banyak.
Orang kulit putih bukan semata-mata orang Belanda, orang-orang Eropa non
Belanda dan bangsa lain, termasuk etnis Cina juga disejajarkan dengan orang
Belanda. Pada tahun 1905 menjelang ditetapkannya Salatiga sebagai
42
gemeente dari 12.000 orang penduduk Salatiga, jumlah orang kulit putih di
Salatiga meningkat menjadi 2.681 jiwa. Jika diprosentase, jumlah ini lebih
dari 17% dari jumlah populasi sehingga memperbolehkan Salatiga dijadikan
gemeente (Supangkat, 2007: 5).
Untuk melihat pertumbuhan Salatiga secara global dapat digunakan
periodesasi perkembangan masyarakat Salatiga dalam empat fase. Pertama,
masa kolonial Belanda dan pendudukan Jepang. Kedua, masa awal
Kemerdekaan, melewati peristiwa 1965, dan berpuncak pada tahun 1971.
Ketiga, masa antara tahun 1971 sampai kira-kira tahun 1990. Keempat, masa
di antara tahun 1990 sampai tahun 2000 (Baehaqi, 2002: 177).
Keempat fase pertumbuhan tersebut ditandai oleh peristiwa dan
kecenderungan umum yang berkembang di dalam kemasyarakatan beserta
implikasi kemasyarakatannya. Pada masa pertama ditandai oleh kebijakan
Hindia Belanda yang menetapkan Salatiga menjadi kota peristirahatan dengan
sektor pertanian dan perkebunan sebagai aktifitas ekonomi utama. Masa
kedua ditandai oleh proses nasionalisasi aset Hindia Belanda dan swasta
asing, terutama diperuntukkan bagi pengadaan tangsi-tangsi militer dan
perkantoran daerah, termasuk aset perkebunan dan pertanian yang ada
(Baehaqi, 2002: 189).
Masa ketiga ditandai oleh suasana semakin mencairnya ketegangan
antara agama dan negara, munculnya kaukus-kaukus dialog antar tokoh
masyarakat secara mandiri bersamaan dengan semangat reorientasi hubungan
politik, agama, dan pendidikan, juga penemuan penguatan identitas bersama.
Penemuan penguatan identitas bersama yang diwujudkan dengan Kota,
43
disebabkan situasi internal maupun eksternal berupa konflik horizontal di
banyak tempat yang mampu menjadi pengalaman anti klimaks bagi kalangan
elit tokoh masyarakat Salatiga (Baehaqi, 2002: 189).
Pada tahun 1987 konflik di Salatiga datang dan terjadi dengan diiringi
latar hubungan antara agama, terutama Islam, dan Negara, terutama sistem
politik orde baru yang bersifat menguasai. Hubungan antara Islam-Kristen
sedang diwarnai gencarnya isu kristenisasi, kecenderungan pola kegiatan
sosial, hubungan politik agama, pendidikan dalam bentuk beasiswa, serta
pembagian mie dan beras (Baehaqi, 2002: 195).
b. Jumlah penduduk
Pada akhir tahun 2012 jumlah penduduk di Kota Salatiga berjumlah
186.143 orang sebagaimana tercantum dalam laporan Sistem Informasi Profil
Daerah semester II (Bappeda Salatiga, 2013: 3). Jumlah penduduk penting
untuk diketahui, karena dengan mengetahui jumlah penduduk maka akan
diketahui pula asumsi pertumbuhan sekaligus penyebaran ke lahan-lahan
baru. Penyebaran ke lahan-lahan baru menuntut pembangunan masjid, surau,
gereja, dan tempat peribadatan lain.
c. Kondisi keagamaan
Jumlah penduduk agama Islam sampai denagn akhir tahun 2012 adalah
146.308 orang, jumlah penduduk beragama Katolik 9.865 orang, jumlah
penduduk beragama Kristen 28.963 orang, jumlah penduduk beragama Budha
898 orang, jumlah penduduk beragama Hindu 100 orang, dan jumlah
penganut kepercayaan yang lain 9 orang (Bappeda Salatiga, 2013: 3). Pada
tahun 2012 jumlah masjid 200, jumlah surau 293 (Bappeda Salatiga, 2013: 3).
44
Pembangunan masjid-masjid baru menuntut pengukuran arah kiblat secara
akurat. Pada bagian inilah penggunaan kompas sebagai penunjuk arah perlu
dipahami dengan baik.
2. Geografis Astronomis Kota Salatiga
Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan
sifat-sifat Bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta
mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari
fungsi dari unsur-unsur Bumi dalam ruang dan waktu (Utoyo, 2007: 3). Bisa
dilihat bahwa obyek kajian geografi tidak hanya terbatas pada sifat-sifat
Bumi, tetapi juga mencakup gejala alam maupun penduduk.
Adapun astronomi adalah bidang ilmu yang mempelajari secara ilmiah
tentang angkasa dan isinya. Astronomi sangat berbeda dengan astrologi yang
sama sekali tidak memiliki dasar ilmiah dan menganjurkan kepercayaan
bahwa benda-benda langit dapat mempengaruhi kehidupan manusia (Kerrod,
2005: 7).
Agar penelitian ini tidak keluar dari ruang lingkup kajian maka harus ada
pembatasan. Pembatasan tersebut adalah pembahasan mengenai geografik
astronomis disini meliputi tiga hal, yaitu: letak Salatiga secara geografik
astronomis, penggunaan lahan, dan keadaan iklim.
a. Letak geografik astronomis
Sisi astronomi disini akan membahas letak Kota Salatiga dari Bujur
Timur (BT) dan Lintang Selatan (LS). Kota Salatiga terletak di antara 07° 17’
dan 07° 23’ Lintang Selatan dan di antara 110° 27’56,81” dan 110° 32’4,64”
45
Bujur Timur (Bappeda Salatiga, 2012: 1). Secara Geomorfologi, Salatiga
berada pada cekungan, kaki gunung Merbabu di antara gunung-gunung kecil
antara lain Gajah Mungkur, telomoyo dan Payung Rong yang membuat hawa
Kota Salatiga cukup sejuk (Bappeda Salatiga, 2012: 4). Dengan kondisi
seperti ini kota Salatiga sangat strategis untuk pariwisata dan berpotensi
sebagai kota transit (Bappeda Salatiga, 2009: 2).
Pada awalnya Kotamadya Salatiga hanya terdiri dari satu kecamatan saja,
yaitu Kecamatan Salatiga. Seiring dengan adanya pemekaran wilayah, Kota
Salatiga mendapatkan beberapa tambahan daerah yang berasal dari
Kabupaten Semarang. Hingga sekarang, secara administratif Kota Salatiga
terdiri dari 4 Kecamatan dan 22 Kelurahan. Kecamatan dan Kelurahan
tersebut meliputi:
1. Kecamatan Sidorejo, terdiri dari 6 kelurahan:
Blotongan, Sidorejo Lor, Salatiga, Bugel, Kauman Kidul, dan Pulutan.
2. Kecamatan Tingkir, terdiri dari 6 kelurahan:
Kutowinangun, Gendongan, Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor, dan
Tingkir Tengah.
3. Kecamatan Argomulyo, terdiri dari 6 kelurahan:
Noborejo, Ledok, Tegalrejo, Kumpulrejo, Randuacir, dan Cebongan.
4. Kecamatan Sidomukti, terdiri dari 4 kelurahan:
Kecandran, Dukuh, Mangunsari, dan Kalicacing (Bappeda Salatiga,
2012: 3)
46
Wilayah Kota Salatiga dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Semarang.
Batas-batas Kota Salatiga adalah sebagai berikut (Bappeda Salatiga,
2012: 4):
Sebelah utara:
Kecamatan Pabelan: Desa Pabelan dan Desa Pejaten.
Kecamatan Tuntang: Desa Kesongo dan Desa Watuagung.
Sebelah Selatan:
Kecamatan Getasan: Desa Sumogawe, Desa Samirono dan Desa Jetak.
Kecamatan Tengaran: Desa Pateman dan Desa Karang Duren.
Sebelah Timur:
Kecamatan Pabelan: Desa Ujung-ujung, Desa Sukaharjo dan Desa Glawan.
Kecamatan Tengaran: Desa Bener, Desa Tegal Waton dan Desa Nyamat.
Sebelah Barat:
Kecamatan Tuntang: Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten dan Desa
Gendongan.
Kecamatan Getasan: Desa Polobogo.
Berjarak 53 km dari Solo dan 100 km dari Yogyakarta, serta dilalui oleh
jalan Arteri Primer (jalan nasional) Semarang-Solo, Salatiga menjadi
perlintasan dua kota besar di Jawa Tengah (Semarang dan Solo) serta
perlintasan dari Jawa Timur (jalur tengah) ke Semarang dan Jawa Barat
sehingga transportasi darat melalui Salatiga cukup ramai (Bappeda Salatiga,
2009: 2).
47
b. Penggunaan lahan.
Pada tahun 2012 luas wilayah kota Salatiga tercatat sebesar 5.678,110
hektar atau 56.781 km². Luas yang ada, terdiri dari 798,932 hektar (14, 07 %)
lahan sawah; 4.680,195 hektar atau (82,43 %) merupakan lahan kering dan
198,983 hektar (3,50 %) adalah lahan lainnya (Bappeda Salatiga, 2013: 1).
Menurut pemanfaatannya, sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai
lahan sawah berpengairan teknis (44,26 %), lainnya berpengairan setengah
teknis, sederhana, tadah hujan, dan lain-lain. Lahan kering yang dipakai untuk
tegal/kebun sebesar 95,92 % dari total bukan lahan sawah (Bappeda Salatiga,
2012: 1).
c. Keadaan iklim.
Keadaan iklim di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
topografi, dan perputaran / pertemuan arus udara. Jumlah curah hujan yang
beragam sangat bergantung pada bulan dan letak stasiun pengamatan.
Berdasarkan letak geografik wilayah, maka Kota Salatiga beriklim tropis.
Suhu udara Kota Salatiga terendah pada bulan Juli sekitar 23.89°C dan
tertinggi pada bulan Oktober 31.80°C, sedangkan suhu udara tahunan rata-
rata 26.25°C (Bappeda Salatiga, 2012: 2).
B. Deklinasi Magnetik Kota Salatiga
Pada Bab I telah disampaikan bahwa untuk mengetahui deklinasi
magnetik Kota Salatiga, penulis akan mengambil beberapa sumber data.
Sumber data yang dimaksud adalah software kalkulator deklinasi magnetik
dan medan magnet Bumi model WMM dan IGRF. Dua software ini yang
menjadi sumber data deklinasi magnetik harian maupun tahunan untuk Kota
48
Salatiga. Disamping itu, penulis juga akan mencantumkan data deklinasi
magnetik yang dikeluarkan magnetic-declination.com sebagai perbandingan
data.
1. Data deklinasi magnetik Kota Salatiga
a. World Magnetic Model (WMM)
Sebagaimana telah djelaskan pada Bab II, World Magnetic Model
(WMM) merupakan produk gabungan yang dikembangkan bersama oleh
National Geophysical Data Center (NGDC) dan British Geological Survey
(BGS). WMM diperbarui setiap 5 tahun sekali. Saat ini versi terbaru
kalkulator dari WMM adalah WMM2010 yang berlaku hingga 31 Desember
2014.
Untuk mendapatkan angka deklinasi magnetik di suatu lokasi
menggunakan kalkulator WMM2010, ada dua website yang bisa dipilih.
Pertama, melalui website milik BGS dengan alamat
http://www.geomag.bgs.ac.uk/, Kedua, melalui website milik NGDC dengan
alamat http://www.ngdc.noaa.gov/geomag/WMM/calculators.shtml.
Untuk sementara ini, kalkulator online WMM yang tersedia adalah single
point calculator untuk menghitung medan magnet yang salah satu
komponennya adalah deklinasi magnetik. Rencananya kalkulator online
WMM khusus untuk menghitung grid (grid calculator) dan kalkulator online
WMM khusus untuk deklinasi magnetik (declination calculator) akan segera
dirilis sebagaimana dinyatakan dalam situs resmi BGS.
Untuk mendapatkan angka deklinasi magnetik pada sebuah lokasi
menggunakan kalkulator WMM2010 melalui http://www.geomag.bgs.ac.uk/,
49
user harus memilih Data & Services ketika sudah masuk ke situs tersebut.
Berikutnya tampilan yang muncul sebagaimana gambar di bawah ini:
Gambar 3.1 situs resmi BGS (British Geological Survey) untuk kemagnetan Bumi Sumber: www.geomag.bgs.ac.uk/
Setelah memasuki tampilan di atas muncul tampilan-tampilan lain di
sebelah kiri tengah dan sebelah atas. Tampilan sebelah kiri tengah adalah
Data, Models & Compass Variaton, Space Weather, dan Directional Drilling.
Sedangkan tampilan atas meliputi Home, Research, Operations, Data &
Services dan Education.
Selanjutnya, klik Models & Compass Variation di sebelah kiri tengah. Di
dalam layanan tersebut yang dipilih adalah World Magnetic Model.
Kemudian muncullah tampilan seperti ini:
50
Gambar 3.2 World Magnetic Model 2010 Calculator Sumber: www.geomag.bgs.ac.uk/
Pada kolom Geodetic Coordinates diisi dengan koordinat geodetik lokasi
yang diinginkan dalam derajat (degrees), menit (minutes), dan detik
(seconds). Nilai positif berlaku untuk Lintang Utara dan Bujur Timur. Untuk
Lintang Selatan dan Bujur Barat, nilai yang dimasukkan diberi tanda minus
(-). Nilai lintang dan bujur bisa juga dimasukkan dalam bentuk desimal,
sehingga yang perlu diisi hanya kolom degree.
Dari penelusuran penulis terhadap beberapa buku falak seperti karya
Muhyiddin Khazin dan Susiknan Azhari, data Lintang dan Bujur Kota
Salatiga adalah 7° 20΄ LS dan 110° 30́ BT. Data tersebut menurut keterangan
dalam buku adalah mengacu pada Atlas Der Gehele Arde, oleh PR. Bos JF.
Niermeyer, yang diterbitkan oleh JB. Walters – Groningen, Jakarta, 1951.
Adapun jika menggunakan Google Map, untuk Salatiga yang didapatkan
untuk lintang dan bujur Salatiga yaitu 7° 20΄ 28˝ dan 110° 30́ 55˝ atau -
7.341° dan 110.515°.
51
Mengenai data ketinggian (altitude), jika tidak didapatkan tidak perlu
diisi atau diisi “0” apalagi jika yang dicari hanya deklinasi magnetik. Data
altitude diperlukan untuk mengetahui komponen medan magnet yang lain.
Bagian penting lain yang harus diisi adalah kolom date yang harus diisi
dengan tanggal, bulan, dan tahun yang dikehendaki untuk dilakukan
perhitungan. Selanjutnya, untuk melihat hasil perhitungan, klik show result
on map, maka akan muncul hasilnya pada peta seperti di bawah ini:
Gambar 3.3 hasil penghitungan komponen medan magnet Bumi dengan WMM2010
Sumber: www.geomag.bgs.ac.uk/
Keterangan mengenai huruf-huruf atau kalimat yang tercantum di dalam
kotak pada gambar di atas adalah berikut ini:
Comp: Component/Komponen
D : Declination/deklinasi
I : Inclination/Inklinasi
X : north Intensity/intensitas utara
Y : East Intensity/intensitas timur
52
H : Horizontal Intensity/intensitas horizontal
Z : Vertical Intensity/intensitas vertikal
F : Total Intensity/intensitas total
MF : Main Field/medan utama
SV : Secular Variation/variasi sekuler
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa deklinasi magnetik Kota Salatiga
dengan Lintang -7° 20΄ 28́ (-7.341°) dan Bujur 110° 30΄ 55́ (110.515) untuk
tanggal 20 Juni 2013 sebesar 1.151° atau 1° 9΄ 03.6˝.
b. International Geomagnetic Reference Field (IGRF).
Pada Bab II telah disampaikan bahwa IGRF adalah serangkaian model
matematika dari medan utama Bumi dan tingkat perubahan yang terjadi
secara tahunan. Program tersebut dikeluarkan oleh The International
Association of Geomagnetikm and Aeronomy (IAGA).
The International Association of Geomagnetikm and Aeronomy (IAGA)
adalah asosiasi internasional yang bergerak di bidang geomagnetik dan
aeronomi. IAGA adalah salah satu delapan asosiasi internasional yang
tergabung dalam International Union of Geodesy and Geophysic (IUGG).
IAGA adalah organisasi non pemerintah yang dananya berasal dari Negara-
negara anggota. IAGA memiliki sejarah panjang yang asal usulnya bisa
dilacak pada the Commission for Terrestrial Magnetikm and Atmospheric
Electricity. Komisi ini merupakan bagian dari Organisasi Meteorologi
Internasional yang didirikan pada tahun 1873 (www.iugg.org/IAGA/, akses
15 Juni 2013).
53
Untuk mengetahui deklinasi magnetik menggunakan model IGRF dapat
diketahui melalui situs http://www.ngdc.noaa.gov/geomag/. setelah masuk
pada situs tersebut, akan muncul gambar berikut:
Gambar 3.4 situs resmi NGDC (National Geophysical Data Center) Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
Di sebelah kiri beberapa tampilannya adalah About Geomagnetikm,
Calculators, Download Data, Models & Software, Frequently Asked Qustions
dan What's New? yang memuat berita terbaru. Pada bagian utama (tengah)
pada tulisan online calculators pilih declination untuk menghitung data
deklinasi magnetik suatu lokasi. Tampilan yang akan muncul adalah seperti di
bawah ini:
54
Gambar 3.5 Kalkulator deklinasi magnetik model IGRF11 Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
Selanjutnya masukkan nilai koordinat tempat pada kolom latitude untuk
lintang. Angka yang dimasukkan jika dalam derajat menit dan detik, caranya
dengan memberi spasi di belakang angka-angkanya sebagai ganti simbol
derajat, menit, dan detik (lihat gambar 3.5). Demikian pula untuk kolom
longitude (bujur) cara memasukkan angka dalam derajat, menit dan detik
sama seperti pada kolom latitude. Nilai yang dimasukkan bisa juga diganti
dalam bentuk desimal.
User harus memperhatikan huruf “S” untuk lintang Selatan dan “N”
untuk lintang Utara yang terletak di samping kolom latitude, sedangkan di
samping kolom longitude, huruf “W” untuk bujur barat dan huruf “E” untuk
bujur timur. Ini artinya, semua angka yang dimasukkan dalam kolom latitude
dan longitude dipositifkan.
55
Selanjutnya tanggal yang diinginkan untuk dihitung deklinasi
magnetiknya diisi, maka akan muncul nilai deklinasi magnetik dari hasil
perhitungan kalkulator deklinasi model IGRF11 seperti berikut ini:
Gambar 3.6 Hasil penghitungan kalkulator deklinasi magnetik model IGRF11 Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
Dari gambar di atas, tertulis declination 1° 7' 14"E changing 1.1' W per
year yang artinya deklinasi magnetik Kota Salatiga pada tanggal yang
ditentukan (20 Juni 2013) sebesar 1° 7' 14" ke arah timur dengan perubahan
rata-rata 1.1 menit ke Barat tiap tahun. Hasil ini jika didesimalkan nilainya
adalah 1.120555556°. Ketika input data yang dimasukkan adalah desimal
yaitu menggunakan nilai lintang 7.341° dan bujur 110.515° nilai deklinasi
yang muncul adalah 1.12° yang merupakan pembulatan dari 1.120555556°.
Angka hasil pembulatan 1.12° ini jika dihitung dengan kalkulator sama
dengan 1° 7' 12" yang artinya ada selisih 2 detik dengan hasil yang tercantum
dalam pencarian deklinasi dalam satuan derajat, menit, dan detik. Adanya
56
pembulatan yang dilakukan hanya sampai dua angka dibelakang koma
sehingga menimbulkan selisih dalam satuan detik ini mengindikasikan bahwa
akurasi untuk deklinasi magnetik hingga detik bukanlah hal utama. Dengan
kata lain, akurasi untuk deklinasi magnetik dianggap cukup sampai hitungan
menit.
c. Peta Isomagnetik Epoch 2010.0 BMKG
Gambar 3.7 Peto iso-magnetik Indonesia epoch 2010 Sumber: bmkg.go.id
Peta iso-magnetik yang dikeluarkan Badan Metereologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) bisa diakses melalui situs resmi BMKG yaitu
www.bmkg.go.id, hanya saja peta kemagnetan Bumi yang diunggah dalam
situ tersebut hampir tidak bisa dibaca karena sangat samar bahkan jika
diperbesar sekalipun. Beberapa buku yang memuat peta deklinasi magnetik
pun didapati gambarnya sama buramnya dengan yang diunggah di situs
BMKG. Alhasil, pengguna harus menanyakan langsung ke BMKG jika ingin
mengetahui deklinasi magnetik untuk suatu tempat.
57
Informasi dari BMKG menyatakan tidak ada nilai deklinasi magnetik
yang dicantumkan untuk Kota Salatiga di buku Epoch yang dikeluarkan
BMKG. Buku Epoch merupakan buku yang memuat peta isomagnetik yang
meliputi beberapa komponen medan magnet Bumi yang salah satunya adalah
deklinasi magnetik. Buku ini dilengkapi dengan peta isomagnetik beserta
penjelasannya, namun buku ini tidak disebarluaskan pada masyarakat umum
(Noor Efendi, wawancara, 11 Juni 2013).
Khafid mengatakan bahwa nilai deklinasi magnetik Kota Salatiga bisa
didapatkan dengan melihat kota terdekat dari Salatiga yang dicantumkan nilai
deklinasi magnetiknya pada peta deklinasi magnetik untuk kemudian
diinterpolasi. Setelah diinterpolasi, nilai deklinasi magnetik yang didapatkan
masih harus dikoreksi dengan annual change yang dicantumkan pada peta
deklinasi. Langkah interpolasi dan koreksi nilai data deklinasi magnetik
seperti ini pun masih membawa kemungkinan kesalahan data yang
didapatkan (wawancara, 22 Juni 2013).
Menurut staf BMKG bagian kemagnetan Bumi, Noor Efendi, untuk titik
lokasi pengukuran kemagnetan Bumi terdekat dari Salatiga adalah Semarang
tepatnya di Bandara Ahmad Yani. Deklinasi magnetik untuk Semarang Epoch
2010.0 adalah 1° 15΄ dengan annual change sebesar 1’ 30” (wawancara, 11
Juni 2013).
Sekalipun sudah didapatkan nilai deklinasi magnetik untuk Kota terdekat
dari Salatiga yaitu Semarang yang bisa dijadikan acuan, namun interpolasi
sebagaimana yang dijelaskan Khafid tidak bisa diaplikasikan jika tidak
terdapat peta deklinasi magnetik yang jelas bisa dibaca. Untuk itu peneliti
58
tidak memasukkan BMKG sebagai sumber data deklinasi magnetik untuk
Kota Salatiga.
d. magnetic-declination.com
Situs magnetic-declination.com adalah situs yang memberikan informasi
mengenai deklinasi di sebuah tempat. Situs tersebut dibawah kendali National
Geophysical Data Center (NGDC). Nilai deklinasi magnetik yang diberikan
mengacu pada WMM2010, sedangkan peta yang digunakan adalah Google
map.
Untuk mengetahui deklinasi suatu tempat melalui situs tersebut, pertama
kali yang dilakukan adalah menulis nama kota yang berada di samping kiri
setelah masuk ke situs tersebut sebagaimana gambar di bawah ini
Gambar 3.8 Pencarian deklinasi magnetik Kota Salatiga melalui magnetic declination.com
Sumber: magnetic-declination.com
59
Kemudian gambar yang muncul akan menunjukkan posisi kota yang
dimaksud pada peta beserta koordinatnya sekaligus tentunya yang penting
adalah nilai deklinasi magnetik di Kota tersebut sebagaimana di bawah ini
Gambar 3.9 Hasil yang ditunjukkan magnetic-declination.com sumber: magnetic –declination.com
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa deklinasi magnetik Kota Salatiga
adalah 1° 9' Timur. Deklinasi tersebut positif. Utara magnet berada di timur
utara geografik.
2. Perubahan deklinasi magnetik Kota Salatiga
Untuk menggambarkan perubahan deklinasi magnetik Kota Salatiga
dilakukan dengan melihat perubahan tahunan (annual change/secular
variation) data deklinasi magnetik dari WMM dan IGRF selama kurun waktu
1 Januari 2010 sampai 1 Januari 2014. Cara yang digunakan sama dengan
yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Berikut ini gambar hasil penghitungan deklinasi WMM2010 untuk
komponen medan magnet Bumi Kota Salatiga per tanggal 1 Januari pada
tahun 2010 hingga 2014:
60
Gambar 3.10 Hasil penghitungan kalkulator model WMM2010 Sumber: www.geomag.bgs.ac.uk/
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa nilai D (deklinasi magnetik) Kota
Salatiga pada 1 Januari 2010 sebesar 1.172° dengan nilai SV (variasi sekuler)
sebesar -0.4.
Gambar 3.11 Hasil penghitungan kalkulator model WMM2010 Sumber: www.geomag.bgs.ac.uk/
61
Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai D (deklinasi magnetik) Kota
Salatiga tanggal 1 Januari 2011 sebesar 1.166° dengan nilai SV (variasi
sekuler) sebesar -0.4.
Gambar 3.12 Hasil penghitungan kalkulator model WMM2010 Sumber: www.geomag.bgs.ac.uk/
Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai D (deklinasi magnetik) Kota
Salatiga pada tanggal 1 Januari 2012 sebesar 1.159° dengan nilai SV (variasi
sekuler) sebesar -0.4.
Gambar 3.13 Hasil penghitungan kalkulator model WMM2010 Sumber: http://www.geomag.bgs.ac.uk/
62
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa nilai deklinasi magnetik Kota
Salatiga tanggal 1 Januari 2013 sebesar 1.153° dengan nilai SV (variasi
sekuler) sebesar -0.4.
Gambar 3.14 Hasil penghitungan kalkulator model WMM2010 Sumber: www.geomag.bgs.ac.uk/
Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai deklinasi magnetik Kota
Salatiga 1 Januari 2014 sebesar 1.147° dengan nilai SV (variasi sekuler)
sebesar -0.4.
Nilai deklinasi magnetik dan variasi sekulernya untuk Kota Salatiga
kurun waktu 2010-2014 versi WMM2010 sebagaimana telah dipaparkan di
atas dapat dibuat tabel seperti di bawah ini agar lebih mudah dipahami.
63
No Tahun Deklinasi Variasi Sekuler
1. 2010 1.172° = 1° 10΄ 19.2˝ -0.4́/ tahun
2. 2011 1.166° = 1° 9΄ 57.6.˝ -0.4́/tahun
3. 2012 1.159° = 1° 9΄ 32.4˝ -0.4́/tahun
4. 2013 1.153° = 1° 9΄ 10.8˝ -0.4́/tahun
5. 2014 1.147° = 1° 8΄ 49.2˝ -0.4́/tahun
Tabel 3.1 nilai deklinasi magnetik dan variasi sekuler
Adapun jika menggunakan kalkulator declination model IGRF11, nilai
deklinasi magnetik untuk Kota Salatiga per 1 Januari mulai tahun 2010
hingga 2014 dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini:
Gambar 3.15 Hasil perhitungan deklinasi magnetik dengan kalkulkaltor deklinasi magnetik model IGRF11
Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa nilai deklinasi magnetik Kota
Salatiga pada 1 Januari 2010 sebesar 1° 11' 2" E (timur) dengan perubahan
(changing) 1.1' tiap tahun.
64
Gambar 3.16 Hasil perhitungan deklinasi magnetik dengan kalkulkaltor deklinasi
magnetik model IGRF11 Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa nilai deklinasi magnetik Kota
Salatiga tanggal 1 Januari 2011 sebesar 1° 9' 55" E (timur) dengan perubahan
(changing) 1.1' tiap tahun.
Gambar 3.17 Hasil perhitungan deklinasi magnetik dengan kalkulkaltor deklinasi
magnetik model IGRF11 Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai deklinasi magnetik Kota
Salatiga 1 Januari 2012 sebesar 1° 8' 49" E (timur) dengan perubahan
(changing) 1.1' tiap tahun.
65
Gambar 3.18 Hasil perhitungan deklinasi magnetik dengan kalkulkaltor deklinasi
magnetik model IGRF11 Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
dari gambar di atas bisa dilihat bahwa nilai deklinasi magnetik Kota
Salatiga tanggal 1 Januari 2013 sebesar 1º 7' 42" E (timur) dengan perubahan
(changing) 1.1' tiap tahun.
Gambar 3.19
Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa nilai deklinasi magnetik Kota
Salatiga tanggal 1 Januari 2014 sebesar 1º 6' 36" E (timur) dengan perubahan
(changing) 1.1' tiap tahun.
66
Nilai deklinasi magnetik dan variasi sekulernya untuk Kota Salatiga
kurun waktu 2010-2014 versi IGRF11 sebagaimana telah dipaparkan di atas
dapat dibuat tabel seperti di bawah ini agar lebih mudah dipahami.
No Tahun Deklinasi Variasi Sekuler
1 2010 1° 11' 2" =
1.184°
1.1' ke Barat (-1.1') /tahun
2 2011 1º 9' 55" =
1.165°
1.1' ke Barat (-1.1') /tahun
3 2012 1° 8' 49" =
1.1469°
1.1' ke Barat (-1.1') /tahun
4 2013 1º 7' 42" =
1.128°
1.1' ke Barat (-1.1') /tahun
5 2014 1º 6' 36" =
1.11°
1.1' ke Barat (-1.1') /tahun
Tabel 3.2 nilai deklinasi magnetik dan perubahan tahunan
Cara lain yang lebih praktis untuk menghitung deklinasi magnetik dalam
kurun waktu beberapa tahun adalah dengan kalkulator medan magnet
(magnetic fields calculator) yang ada pada situs NGDC. Karena perhitungan
yang dilakukan adalah untuk mengetahui nilai-nilai medan magnet yang salah
satu komponennya adalah deklinasi magnetik, maka data yang dimasukkan
adalah Lintang, Bujur, ketinggian dan rentang waktu.
Kalkulator tersebut juga menyediakan penghitungan model WMM dan
IGRF. Berikut ini gambar perhitungan nilai medan magnet menggunakan
WMM versi WMM 2010
67
Gambar 3.20 hasil perhitungan magnetic field calculator model WMM2010 Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
Dari gambar di atas bisa dilihat nilai deklinasi yang ditulis dengan
Declination selama lima tahun. Nilai tersebut selama selama kurun waktu
lima tahun terus mengalami penurunan. Penurunan ini bisa dilihat pada
perubahan nilai deklinasi pada tahun 2010 ke tahun 2011, kemudian tahun
2011 ke tahun 2012, dan seterusnya.
Adapun penghitungan dengan model IGRF dapat dilihat melalui IGRF 11
sebagaimana gambar di bawah ini
68
Gambar 3.21 hasil perhitungan magnetic field calculator model IGRF11
Sumber: www.ngdc.noaa.gov/geomag/
Nilai deklinasi yang ditunjukkan IGRF sebagaimana gambar di atas
memiliki angka yang berbeda dengan nilai yang ditunjukkan WMM. Namun
di satu sisi ada kesamaan yang ditunjukkan keduanya. Kesamaan tersebut
adalah angka deklinasi yang ditunjukkan dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Penurunan tersebut bisa dilihat pada perubahan angka dari tahun
2010 ke tahun 2011, kemudian dari tahun 2011 ke tahun 2012, dan
seterusnya.
Dari data deklinasi magnetik yang telah dijelaskan, nilai deklinasi
magnetik (decination) maupun perubahan deklinasi magnetik dari tahun ke
69
tahun /annual change (ac) atau disebut juga dengan variasi sekuler/secular
variation (sv) untuk Kota Salatiga yang bersumber dari WMM dan IGRF
tampak menunjukkan perbedaan. Selisih nilai deklinasi magnetik maupun
selisih antara versi IGRF11 dan WMM2010 selama kurun waktu 2010-2014
untuk Kota Salatiga adalah sebagaimana dalam tabel berikut:
Tahun Perbedaan Deklinasi antara IGRF11 dan WMM2010
Perbedaan Perubahan Deklinasi (SV/AC) antara IGRF11 dan WMM2010
2010
52.8” -
2011 02.6” 40.2” 2012 43.4” 40.08” 2013 1’ 28.8” 45.4” 2014 2’ 13.2” 44.44”
Tabel 3.3 Perhitungan selisih nilai antara data WMM dan IGRF
Dari tabel di atas, jika diakumulasi, maka perbedaan perubahan nilai
deklinasi magnetik untuk Kota Salatiga antara IGRF dan WMM selama kurun
waktu 5 tahun adalah sebesar 2’ 50.8” dibulatkan menjadi 2’ 50” dan selisih
perubahan rata-rata tahunan atau yang disebut variasi sekuler sebesar 42.7”
dibulatkan menjadi 42”. Angka ini sesuai dengan selisih annual
change/secular variation yang dicantumkan pada masing-masing software di
mana IGRF tiap tahun mulai 2010 hingga 2014 mencantumkan annual
change untuk Salatiga 1.1’ke Barat (-1.1’) dan WMM mencantumkan secular
variation sebesar -0.4’.
Perbedaan yang ditimbulkan ini, menurut Khafid, adalah hal yang wajar
karena satu lembaga dengan lembaga lain dalam melakukan input data
program ke model software yang mereka produksi sangat mungkin ada
70
perbedaan sehingga output datanya juga juga berbeda (wawancara, 22 Juni2
2013).
Perlu diperhatikan bahwa kalkulator deklinasi magnetik model IGRF
akurat hingga 30 menit busur. Pengguna harus memperhatikan bahwa
beberapa faktor lingkungan dapat menyebabkan kekacauan medan magnet.
Hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang tertulis di situs online kalkulator
NGDC tersebut (gambar 3.5) yang berbunyi “result are typically accurate to
30 minutes of arc. User should be aware that several environmental factors
can cause disturbances in the magnetic field”.
Penting juga untuk mengenali bahwa WMM mempunyai keterbatasan
sebagaimana disebutkan dalam situsnya. Grafik yang dihasilkan dari model
WMM mencirikan hanya bagian panjang-panjang gelombang medan magnet
internal Bumi, yang terutama dihasilkan dalam cairan inti luar Bumi. Bagian
dari medan geomagnetik yang dihasilkan oleh kerak dan lapisan atas Bumi
maupun yang dihasilkan oleh ionosfer dan magnetosfer, sebagian besar tidak
terwakili dalam WMM tersebut. Akibatnya, sensor magnetik seperti kompas
atau magnetometer dapat mengamati anomali magnetik spasial dan temporal
ketika dirujuk ke WMM tersebut. Secara khusus, beberapa anomali lokal,
regional, dan temporal deklinasi magnetik dapat melebihi 10 derajat. Anomali
sebesar ini tidak umum, tetapi mereka memang ada. Anomali deklinasi dari
urutan 3 atau 4 derajat bukanlah hal yang tidak biasa tapi biasanya jumlahnya
sedikit (http://ngdc.noaa.gov/geomag/WMM/limit.shtml, akses 15 Juni 2013).