Upload
duongkhanh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
BERLAKUNYA TESTAMEN OLOGRAFIS MENURUT HUKUM WARIS
BW (BURGERLIJK WETBOEK)
A. Sejarah Berlakunya Hukum Waris BW di Indonesia
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki latar belakang
sejarah dan budaya yang beraneka ragam. Didukung dengan keadaan geografis
yang terdiri dari puluhan ribu pulau yang dipisahkan oleh lautan, menyebabkan
Indonesia memiliki beragam suku dan budaya yang berbeda satu sama lain.
Kemajemukkan latar belakang dan budaya ini menyebabkan belum adanya
unifikasi pada bidang hukum tertentu salah satunya hukum waris. Para ahli
hukum waris masih berusaha melakukan unifikasi agar tidak terdapat pluralisme
dalam hukum waris.
Sampai saat ini di Indonesia masih menganut 3 sistem hukum waris, yaitu:
1. Hukum waris Islam dirumuskan sebagai “perangkat ketentuan hukum
yang mengatur pembagian harta kekayaan yang dimiliki seseorang pada
waktu ia meninggal dunia”. Sumber pokok Hukum Waris Islam adalah
Al-Quran dan Hadits Nabi, kemudian Qias (analogon) dan Ijma
(kesamaan pendapat).15
2. Hukum waris adat adalah serangkaian peraturan yang mengatur
penerusan dan pengoperan harta peninggalan atau harta warisan dari
suatu generasi ke generasi lain, baik yang berkaitan dengan harta benda
15 Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, Op.cit., h.2.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
maupun yang berkaitan dengan hak-hak kebendaan (materi dan non
materi).16
3. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek
(selanjutnya disebut BW) adalah kumpulan peraturan yang mengatur
mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai
pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh simati dan akibat dari
pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam
hubungan antara mereka dengan pihak ketiga.17
Bahkan di dalam masing-masing sistem hukum yang berlaku ini masih terdapat
pluralisme hukum, seperti dalam sistem hukum waris adat yang beraneka ragam
pula sistemnya dipengaruhi oleh lingkungan adat masing-masing daerah di
Indonesia, misalnya sistem unilateral matrilinial di Minangkabau, patrinial di
Batak, bilateral atau parental di Jawa. Demikian juga dalam sistem Hukum waris
Islam yang juga terdiri dari prularisme ajaran, seperti ajaran Kewarisan Ahlul
Sunnah Wal Jamaah, ajaran syi’ah, ajaran Hazairin yang paling dominan dianut di
Indonesia adalah Ahlul Sunnah Waljamaah. Meskipun memiliki ciri khas yang
berbeda satu sama lain, ketiga sistem hukum waris ini memiliki 3 (tiga) unsur
yang mutlak harus ada, ketiga unusur itu meliputi:
1. Pewaris (erflater)
Pewaris adalah seseorang yang meninggal dunia, yang meninggalkan
sejumlah harta kekayaan maupun hak-hak yang diperoleh beserta
kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan selama hidupnya.
16 Zainuddin Ali, Loc.cit.
17 Ibid, h. 81.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
2. Ahli Waris (erfenaam)
Ahli waris yaitu sekalian orang yangmenjadi waris, berarti orang-
orang yang berhak menerima harta peninggalan pewaris.18
3. Harta Warisan (nalaten schap)
Harta warisan adalah seluruh harta kekayaan yang ditinggalkan oleh
seseorang yang meninggal dunia kepada sekalian ahli warisnya, baik
berupa aktiva atau pasiva.
Ketiga unsur di atas mutlak harus ada dalam sistem Hukum Waris Adat, Hukum
Waris Islam, maupun Hukum Waris BW.
Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan pada ruang lingkup
Hukum Waris BW saja. Pengaturan mengenai Hukum Waris terdapat dalam buku
II BW tentang benda, lebih khususnya pada pasal 830 BW sampai 1130 BW.
Sebelum membahas lebih jauh tentang hukum waris BW maka dirasa perlu
membahas sepintas mengenai sejarah masuknya BW ke Indonesia. Cikal bakal
BW pada mulanya berasal dari bangsa Romawi. Sejak kurang lebih tahun 50
sebelum Masehi, pada waktu itu seorang Raja Romawi Julius Caesar berkuasa di
Eropa Barat, Hukum Romawi sudah diberlakukan di sana, terutama di Perancis,
Bangsa Perancis dalam perkembangan selanjutnya telah berusaha terus menyusun
hukum nasionalnya, untuk mencapai kesatuan Hukum Perdata (Hukum Sipil)
mereka. Hal ini telah dirintis sejak Raja Lodewijk XV yang membawa Code
18 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam perspektif Islam, Adat, dan BW,
Refika Aditama, Bandung, 2005, h. 2.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Justianus (Corpus Juris Civilis) ke Perancis yang pada waktu itu Corpus Juris
Civilis ini dianggap sebagai suatu hukum yang paling sempurna.19
Pada waktu Napoleon Bonaparte kemudian dapat menguasai Romawi,
Corpus Juris Civilis ini kemudian diasimilasikan dengan Hukum Islam yang
digodok oleh Napoleon Bonaparte di Mesir dengan bantuan seorang Syekh
Syaukat Al Ashar dengan mempergunakan Kitab Fiqih Abdullah Asy Syarqawi
(1737-1812), dibantu oleh tim khusus Perancis yang ditunjuk oleh Napoleon
Bonaparte yaitu Portalis, Fronchet, Biqot de Preaumeneu, dan Mellvelle.20
Perkembangan selanjutnya dalam tahun 1810, negeri Belanda dikuasai
oleh Perancis di bawah Napoleon Bonaparte, dan pada tahun 1811 Code Civil
Perancis seperti halnya juga Code de Penal dan Code du Comerce (Hukum Pidana
dan Hukum Dagang Perancis) diberlakukan pula di Negeri Belanda. Setelah
pemerintahan Hindia Belanda kemudian mulai menjajah Indonesia dengan
berkedok V.O.C sesudah menggantikan Pemerintahan Gubernur Jendral Raffles,
maka BW (Kitab Undang-undang Hukum Perdata), Wetboek van Strafrecht (Kitab
Undang-undang Hukum Pidana) dan Wetboek van Koophandel (Kitab Undang-
undang Hukum Dagang) yang dipengaruhi Code Civil, Code de Penal dan Code
du Comerce Perancis itu, berdasarkan asas konkordansi akhirnya diberlakukan
pula di Indonesia.21
19 H. Suparman Usman, Ikhtisar Hukum Waris Menurut KUH. Perdata (BW), Serang
Darul Ulum Press, 1990, h. 1-2.
20 Mohd. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata Barat (Burgerlijk Wetboek), Sinar Grafika, Jakarta, 1993, h. 10.
21 Ibid., h. 11.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Meresmikan diberlakukannya di Hindia Belanda (Indonesia) itu
dikeluarkanlah pengumuman Pemerintah Hindia Belanda tanggal 30 April 1847,
Nomor 23 yang baru mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. Pada
perkembangan selanjutnya dengan perubahan dan penambahan tertentu beberapa
bagian dari BW tersebut, antara lain dengan Staatsblad 1854 Nomor 129 jo.
Staatsblad Tahun 1924 Nomor 556, yang mengatur tentang memberlakukan BW
tersebut bagi golongan Timur Asing bukan Tionghoa.
Berdasarkan Pasal 163 Wet op de Staats Inrichting van Nederlands Indiee
atau disingkat Indische Statsregeling atau I.S. pada tahun 1925 yang mulai
berlaku pada tanggal 1 Januari 1926. Pasal mana berasal dari pasal 109
Reglement op get belied der Regeerings Van Nederlandch Indiee atau disingkat
Regeerings Reglement (R.R. Staatsblad Belanda tanggal 1 Januari 1854 Nomor 29
jo. Staatsblad hindia belanda tahun 1855 Nomor 2, yang mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 1855, yang semula berasal pula dari pasal 6-10 AB (Algemene
Bepalingen van Wetgeving) tahun 1848, telah ditetapkan 3 (tiga) golongan
Penduduk Hindia Belanda yaitu terdiri dari:22
1. Golongan Eropa, mereka yang termasuk golongan ini ialah:
Orang-orang Eropa, misalnya Belanda, Jerman, Inggris, Perancis dan
termasuk dalamnya orang Jepang, demikian juga orang-orang
Amerika, Australia dan Kanada;
2. Golongan orang Timur Asing, seperti halnya, orang Tionghoa, Arab,
India, Pakistan dan Muangthai, dan lain-lain;
22 Ibid., h. 14.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
3. Golongan Bumiputera: Golongan ini adalah orang-orang Indonesia asli
yang terdiri dari 19 Kukuban Hukum menurut Prof. Van Vollenhoven dan
BZN. Ter Haar.
Pasal 163 IS atau dikenal dengan Wet op de staat Inrichting Van
Nederlands di atas tadi mengatur Penggolongan Penduduk, sedangkan hukum
yang berlaku bagi Golongan penduduk itu diatur dalam pasal 131 IS yang
ditetapkan dengan Staatblad 1919 Nomor 286 dan Staatsblad Hindia belanda
Tahun 1919 Nomor 621 yaitu:
1. Bagi Golongan Eropa:
Berlaku Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dan Hukum Dagang
(Wetboek van Koophandel), berdasarkan asas konkordansi.
2. Bagi Golongan Timur Asing:
Berdasarkan Pasal 75 Regeering Reglement Staatsblad 1854 Nomor 129 di
negeri Belanda jo. Staatsblad Hindia Belanda Tahun 1855 Nomor 2,
kepada mereka diperlakukan Hukum Adat mereka:
2.1. Bagi mereka yang menundukkan diri (Toepasslijk Verklaring)
Staatsblad 1917 no.12, diberlakukan kepada mereka Hukum
Eropa, jo. S. 1926 No.30.
2.2. Penerapan Hukum Eropa oleh Gubernur Jenderal berdasarkan
regeling of de Vrijwilling Onderwerping en het Eropesch
privatrecht.
2.3. Dalam tahun 1855 dengan Staatblad 1855 No. 79, diberlakukan
pula kepada mereka sebagian kodifikasi Hukum Eropa BW dan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Wetboek van koophandel, yaitu mengenai Hukum keluarga dan
Hukum Kewarisan ab-intestato (kewarisan tanpa wasiat).
Dalam perkembangan selanjutnya Golongan timur Asing ini
dibedakan lagi dengan:
1. Golongan Timur Asing Tionghoa:
Berdasarkan dengan Staatsblad 1917 No.129 yang mulai berlaku
pada tanggal 1 Mei 1919 jo. Stbld. 1924 No. 557 yang mulai
berlaku pada tanggal 1 Mei 1925 jo. Staatsblad 1925 No. 29 yang
mulai berlaku pada tanggal 1 September 1925 kepada mereka
Golongan Timur Asing Tionghoa ini diberlakukan BW dan
Wetboek van Koophandel kecuali pasal-pasal tertentu dari Bagian
Kedua dan Ketiga Buku Titel IV, mengenai upacara yang harus
mendahului perkawinan dan tentang pencegahan perkawinan.23
Untuk mereka Golongan Timur Asing ini diadakan Pencatatan
Sipil sendiri berdasarkan Stbld. 1917 No.130 jo Staatsblad No.81.
Diadakan ketentuan khusus yaitu mengenai perkongsian dan
Adopsi (pengangkatan anak) yang diatur berdasarkan Staatsblad
1917 No. 129 jo. Staatsblad 1919 No. 81.
Golongan Timur asing bukan Tionghoa, yang termasuk golongan
ini adalah orang-orang Arab, India, Pakistan dan Muangthai dan
lain-lain. Berdasarkan Staatsblad 1855 No. 79 kepada mereka
Golongan Timur Asing bukan Tinghoa ini diberlakukan
23 H. Suparman Usman, Op.cit, h.6.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
kodifikasi Hukum Perdata, kecuali mengenai Hukum
Kekeluargaan dan Hukum Kewarisan ab-intestato (kewarisan
tanpa wasiat), di samping diperlakukan kepada mereka hukum
adat mereka, Staatsblad 1855 No. 79 ini semula hanya berlaku di
Jawa dan Madura saja tetapi kemudian dengan Staatsblad 1924
No. 556 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 1925, ketentuan
tersebut di atas tadi hanya diperlakukan kepada Golongan Timur
Asing bukan Tionghoa ini hanya sepanjang yang mengenai Harta
Kekayaan (Vermogensrecht).24
3. Bagi Golongan Bumiputera (Indonesia asli):
Pasal 131 IS ayat 2 sub b antara lain menyebutkan tentang hukum yang
berlaku bagi golongan Bumi Putera ialah perundang-undangan agama,
lembaga-lembaga rakyat dan kebiasaan penduduk atau Godsdiestiege
Wetten, Volkinstelingen en gebruiken atau Hukum Adat. Pasal ini
sebenarnya berasal dari pasal 75 Reglement Op het Bleid der Regeerings
Van Nederlands Indie (R.R.) Staatsblad 1854 No.129 di Negeri Belanda
dan Staatsblad 1855 No.2 di Hindia Belanda yang menyatakan: “Bahwa
dalam hal terjadi perkara Perdata antara sesama orang Indonesia atau
mereka yang dipersamakan dengan orang pribumi, maka mereka tunduk
kepada Kepala Masyarakat mereka menurut Undang-undang Agama atau
ketentuan lama mereka (Godsdienstige Wetten).
24 Mohd. Idris Ramulyo, op.cit. h. 17.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan tersebut di atas maka Hukum
yang berlaku bagi Golongan Bumi Putera (Indonesia asli) adalah:
1. Hukum adat mereka yang tidak tertulis;
2. Karena penundukkan diri secara sukarela kepada Hukum Perdata
Barat (Burgerlijk Wetboek) berdasarkan Staatsblad 1917 No. 12 jo.
Staatsblad 360. Tahun 1926 (Regeling op de Vriwillige
ondewerping aan het Europesh privatrecht). Peraturan tentang
penundukkan diri secara sukarela terhadap Hukum Perdata yang
berlaku bagi golongan Eropa.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa golongan
penduduk yang kepada mereka diberlakukan hukum perdata BW (Burgerlijk
Wetboek) adalah:
1. Golongan Eropa;
2. Golongan Timur Asing Tionghoa (kecuali mengenai upacara yang harus
mendahului perkawinan dan tentang pencegahan perkawinan).
3. Golongan Timur Asing bukan Tionghoa (kecuali mengenai Hukum
Kekeluargaan dan Hukum Kewarisan ab-intestato)
4. Golongan Bumi Putera Asli yang menundukkan diri secara sukarela
terhadap Hukum Perdata BW (Burgerlijk Wetboek).
Burgerlijk Wetboek yang telah ada sejak tahun 1847 ini pada beberapa
ketentuan yang ada di dalamnya sudah dinyatakan tidak berlaku, seperti
pengaturan tentang perkawinan dalam BW yang telah dicabut dengan lahirnya
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Ketentuan
Penutup Pasal 66 menyatakan:
“Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas undang-undang ini, maka dengan berlakunya undang-undang ini ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijks Ordonnantie Christen Indosiers S. 1933 No. 74), Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de gemengde Huwelijken S. 1898 No. 158), dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku”. Dengan demikian melalui Pasal 66 ini ketentuan-ketentuan dalam BW,
Ordonansi Perkawian Orang Kristen, Peraturan Perkawinan Campuran, sejauh
telah diatur dalam Undang-undang Perkawinan tidak Berlaku lagi. Melalui
ketentuan yang ada dalam Pasal 66 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tersebut di
atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa BW masih berlaku bagi Warga Negara
Indonesia keturunan Tionghoa dan Eropa.25
Pengaturan tentang Hukum Waris BW sendiri diatur secara khusus dalam
buku II BW tentang benda, lebih khususnya pada pasal 830 BW sampai 1130
BW. Dasar filosofis dimasukkannya Hukum Waris dalam buku II BW tentang
benda yaitu dengan 2 (dua) alasan. Yang pertama, dalam pasal 584 BW ditetapkan
bahwa: “Hak Milik atas suatu benda tak dapat diperoleh dengan cara lain,
melainkan dengan pemilikian, karena perlekatan, karena daluwarsa, karena
pewarisan baik menurut Undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan
karena penunjukkan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk
memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas
25 Surini Ahlan Syarif, Op.cit, h.6
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
terhadap kebendaan itu”. Ketentuan dalam pasal 584 BW mengandung makna
bahwa pewarisan merupakan salah satu cara untuk memperoleh hak milik, dan
karena hak milik merupakan salah satu unsur pokok daripada benda, maka Hukum
waris diatur dalam Buku II BW bersama-sama dengan pengaturan tentang benda
yang lain.26 Alasan yang kedua yaitu dalam pasal 528 BW Hak waris diidentikkan
dengan hak kebendaan. Pasal ini secara tegas menyatakan “Atas suatu kebendaan,
seseorang dapat mempunyai, baik suatu kedudukan berkuasa, baik hak milik, baik
hak waris ...”.
Berdasarkan pasal 131 jo. Pasal 163 Indische Staatsregeling, Hukum waris
BW berlaku bagi orang-orang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan
orang-orang Eropa tersebut. Berdasarkan Staatsblad 1917 No. 129 Hukum waris
BW berlaku bagi golongan Timur Asing Tionghoa. Kemudian berdasarkan
Staatsblad 1924 No. 557 Hukum Waris BW berlaku bagi orang-orang Timur
Asing Tionghoa di seluruh Indonesia.27
B. Testamen Olografis sebagai Salah Satu Bentuk Testamen yang Diatur
dalam BW
Untuk melanjutkan kedudukan hukum seseorang yang telah meninggal
maka sedapat mungkin disesuaikan dengan kehendak akhir dari orang yang
meninggal tersebut. Dalam Hukum Waris BW pewarisan dibedakan menjadi dua,
yaitu:28
26 J.Satrio, Hukum Waris, Alumni, Bandung, 1992, h. 2. 27 Surini Ahlan Syarif, Op.cit, h.6.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
a. pewarisan berdasarkan undang-undang, juga disebut pewarisan ab-
intestato;
b. pewarisan testamentair, yaitu pewarisan berdasarkan suatu testamen.
Pewarisan ab-intestato adalah bentuk pewarisan yang pembagiannya berdasarkan
ketentuan Undang-undang dalam hal ini BW. Undang-undang telah mengatur
tentang suatu pembagian harta waris yang sedapat mungkin dapat mencapai
keadilan bagi seluruh ahli waris. Menurut Pasal 832 BW yang berhak menjadi ahli
waris adalah mereka yang memiliki hubungan darah dan hubungan perkawinan
dengan pewaris. Ahli waris ab-intestato berdasarkan hubungan darah terbagi
dalam 4 (empat) golongan yaitu:
1. Golongan Pertama
Golongan pertama adalah keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi
anak-anak beserta keturunannya serta suami dan/atau istri yang
ditinggalkan/ yang hidup paling lama.29
2. Golongan Kedua
Golongan kedua adalah keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang
tua dan saudara, baik laki-laki maupun perempuan, serta keturunannya.
3. Golongan Ketiga
Golongan ketiga adalah ahli waris yang meliputi kakek, nenek, dan leluhur
selanjutnya ke atas dari pewaris.
4. Golongan Keempat
28 R. Soetojo Prawirohamidjojo, Hukum Waris Kodifikasi, Airlangga University Press,
2005, h. 4. 29 Zainuddin Ali, Op.cit, h. 87.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Golongan keempat meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping dan
sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam.
Undang-undang juga memberikan kesempatan bagi pewaris untuk
menyampaikan kehendak akhirnya mengenai apa yang akan terjadi atas harta
peninggalannya setelah ia meninggal. Seperti yang telah diatur dalam pasal 874
BW yang menyatakan bahwa segala harta peninggalan seoarang yang meninggal
dunia, adalah kepunyaan sekalian ahli warisnya menurut undang-undang, sekadar
terhadap itu dengan surat wasiat tidak telah diambil suatu ketetapan yang sah.
Ketetapan yang sah yang dimaksud dalam pasal ini adalah testamen.
Pewarisan testamentair adalah bentuk perolehan harta waris yang
berdasarkan penunjukan surat wasiat atau testamen. Testamen adalah pernyataan
kehendak akhir secara tertulis dari seseorang tentang apa yang akan terjadi
sesudah ia meninggal dunia, biasanya mengenai harta peninggalan. Pasal 875 BW
dengan jelas memberikan pengertian mengenai surat wasiat atau testamen sebagai
suatu akta yang memuat pernyataan seorang tentang apa yang dikehendakinya
akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat dicabut kembali.
Latar belakang seseorang membuat testamen sebelum meninggal dunia
dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain pewaris selama hidupnya tidak
menikah dan tidak memiliki keluarga yang berhubungan darah sampai golongan
keempat, atau pewaris memiliki kedekatan emosional dengan orang lain yang
tidak memiliki hubungan darah.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Namun tidak semua orang dibolehkan membuat testamen, orang yang
hendak membuat testamen harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar dinyatakan
cakap dalam membuat testamen. Syarat-syarat tersebut meliputi:
1. Harus memiliki akal budi, artinya tidak boleh membuat testamen
bagi orang yang sakit ingatan atau orang yang saki berat sehingga
tidak dapat berpikir secara teratur. Syarat ini diatur dalam pasal
895 BW.
2. Telah mencapai usia 18 tahun sesuai dengan ketentuan dalam Pasal
897 BW.
Selain syarat kecakapan membuat testamen, BW juga mengatur tentang
syarat-syarat yang harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang menerima
sejumlah harta warisan. Syarat-syarat tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Harus ada orang yang meninggal dunia. Hal ini didasari oleh Pasal
830 BW.
b. Ahli waris atau para ahli waris harus ada pada saat pewaris meninggal
dunia. Ketentuan ini tidak berarti mengurangi makna Ketentuan Pasal
2 BW, yaitu “anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan
dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana kepentingan si anak
menghendakinya”. Apabila ia meninggal pada saat dilahirkan, ia
dianggap tidak pernah ada. Dengan demikian, berarti bayi dalam
kandungan juga sudah diatu haknya oleh hukum sebagai ahli waris
dan telah dianggap cakap untuk menjadi ahli waris.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
c. Seseorang ahli waris harus cakap serta berhak menjadi ahli waris,
dalam pengertian ia tidak dinyatakan oleh undang-undang sebagai
seseorang yang tidak patut menjadi ahli waris karena adanya kematian
seseorang, atau tidak dianggap sebagai tidak cakap untuk menjadi ahli
waris.
Ahli waris yang tidak patut menerima harta warisan berlaku bagi ahli waris ab-
intestato, sedangkan ahli waris yang tidak cakap berlaku bagi ahli waris
testamentair. Dalam Pasal 838 BW telah ditetapkan bahwa yang dapat
menyebabkan ahli waris tidak patut dalam menerima harta waris, yaitu sebagai
berikut:30
1. Seorang ahli waris yang dengan putusan hakim telah dipidana karena
dipersalahkan membunuh atau setidak-tidaknya mencoba membunuh
pewaris;
2. Seorang ahli waris yang dengan putusan hakim telah dipidana karena
dipersalahkan memfitnah dan mengadukan pewaris bahwa pewaris
difitnah melakukan kejahatan yang diancam pidana penjara empat tahun
atau lebih;
3. Ahli waris yang dengan kekerasan telah nyata-nyata menghalangi atau
mencegah pewaris untuk membuat atau menarik kembali surat wasiat;
4. Seorang ahli waris yang telah menggelapkan, memusnahkan dan
memalsukan surat wasiat.
30 Eman Suparman, Op.cit, h.39.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Dalam Pasal 912 BW menetapkan ahli waris yang tidak cakap menerima harta
waris berdasarkan testamen, yaitu meliputi:
1. Orang yang telah dihukum karena membunuh pewaris;
2. Orang yang telah menggelapkan, membinasakan atau memalsukan surat
wasiat;
3. Orang yang dengan paksaan atau kekerasan telah mencegah pewaris
mengubah atau mencabut testamennya.
Isi testamen pada umumnya berisi tentang erfstelling, legaat, dan codicil.
Erfstelling atau pengangkatan waris adalah testamen dengan mana orang yang
mewasiatkan, memberikan kepada seorang atau lebih dari seorang, seluruh atau
sebagian dari harta kekayannya, kalau ia meninggal dunia. Legaat atau hibah
wasiat adalah suatu penetapan yang khusus di dalam suatu testament, dengan
mana yang mewasiatkan memberikan kepada seorang atau lebih beberapa barang-
barangnya dari suatu jenis tertentu seperti barang bergerak atau tidak bergerak,
atau memberikan hak pakai hasil atas seluruh atau sebagian harta peninggalannya.
Codicil yaitu isi tetamen tentang pengaturan segala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan harta peninggalan.
Isi dari testamen dapat dinyatakan tidak berlaku atau batal apabila ternyata
memuat hal-hal sebagai berikut:31
a. Memuat syarat-syarat yang tidak dimengerti atau tak mungkin
dilaksanakan atau bertentangan dengan kesusilaan yang baik, harus
dianggap tak tertulis.
31 Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum keluarga, dan Hukum Pembuktian, Rineka Cipta,
Jakarta, 2004, h.15.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
b. Jika di dalam testamen disebut sebab yang palsu, dan isi dari testamen
itu menunjukkan bahwa pewaris tidak akan membuat ketentuan itu
jika ia tahu akan kepalsuannya maka testamen dinyatakan tidak sah.
c. Jika dibuat karena paksa, tipu atau muslihat maka testamen dianggap
batal.
Selain larangan-larangan yang disebutkan di atas yang bersifat umum,
dalam hukum waris BW masih terdapat larangan yang tidak boleh dimuat dalam
isis testamen. Larangan yang paling penting adalah larangan yang menetapkan
bahwa suatu testamen tidak boleh memuat suatu ketentuan sehingga legitieme
portie menjadi berkurang. Adapun yang dimaksud legitieme portie (bagian
mutlak) seperti yang terkandung dalam Pasal 913 BW adalah suatu bagian dari
harta peninggalan yang harus diberikan kepada para waris dalam garis lurus
menurut undang-undang, terhadap bagian mana si yang meninggal dunia tak
diperbolehkan menetapkan sesuatu, baik selaku pemberian antara yang masih
hidup, maupun selaku wasiat. Contoh kasus yang melanggar ketentuan legitime
portie adalah kasus bintang film Suzzana. Suzzanna meninggal pada tanggal 15
Oktober 2008, sebelumnya pada tahun 2006 sempat membuat testamen yang
disimpan pada Notaris Kunsri Hastuti, S.H. yang berkantor di Jalan Pahlawan,
Magelang. Testamen tersebut dibuat secara tertutup sehingga Notaris tidak
diperbolehkan mengungkapkan isi testamennya sebelum Suzanna meninggal. Isi
surat wasiat tersebut kemudian diketahui berisi kehendak akhir Suzanna yang
menyerahkan seluruh harta peninggalannya kepada Cliff Sangra sebagai suami
keduanya, tanpa menyisakan bagian untuk ahli waris lain yaitu Kiki Maria, anak
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
kandung dari perkawinan pertama Suzanna.32 Isi testamen Suzanna tersebut secara
jelas telah melanggar legitieme portie Kiki Maria selaku anak kandungnya.
Burgerlijk Wetboek memberikan suatu ketentuan yang melindungi hak dari ahli
waris yang dilanggar legitieme potrtienya yaitu dalam Pasal 834 BW yang
memberikan hak pada ahli waris untuk mengajukan guggatan guna
memperjuangkan hak warisnya. Berdasarkan pasal tersebut Kiki Maria dapat
mengajukan gugatan agar surat wasiat tersebut dinyatakan batal demi hukum oleh
Pengadilan.
Hukum Waris BW mengakui adanya beberapa jenis surat wasiat atau
testamen. Menurut pasal 931 BW ada 3 (tiga) macam testamen, yaitu:
1. Openbaar Testament, bentuk ini paling banyak dipakai, di mana orang
yang akan meninggalkan warisan datang menghadap pada Notaris dengan
dihadiri oleh dua orang saksi menyatakan kehendaknya. 33
Wasiat umum sebagaimana disebut dalam pasal 938 BW hanya
menegaskan bahwa akta wasiat tersebut tidak tertutup (besloten) seperti
surat wasiat olografis dan surat wasiat rahasia. Wasiat Umum bukan
berarti bahwa masyarakat dapat melihat akta tersebut, isi akta tersebut
tetap bersifat rahasia dan kewajiban merahasiakan akta tersebut
dibebankan kepada Notaris. Disebut wasiat umum karea akta itu dibuat
oleh pejabat umum (openbaar ambtenaar) dalam hal ini Notaris.
Urutan proses pembuatan wasiat umum yaitu:
32 gagasanhukum.wordpress.com
33 Mohd. Idris Ramulyo, Op.cit., h. 53.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
a. Pewaris memberitahukan kepada Notaris dan saksi secara lugas
(dalam arti diberitahukan secara lisan) kehendak terakhirnya (Pasal
939 ayat (1) BW);
b. Notaris menulis kehendak pewaris dengan kata-kata yang jelas (pasal
939 ayat (1) BW);
c. Jika pewaris memberitahukan kehendaknya tidak dilakukan dihadapan
saksi, maka pewaris harus memberitahukan lagi kehendaknya
terakhirnya dengan lugas di hadapan saksi sebelum akta wasiat
tersebut diresmikan (pasal 939 ayat (2) BW);
d. Setelah itu, Notaris harus membacakan kembali kehendak akhir itu di
hadapan saksi, dan menanyakan kepada pewaris apakah isi akta wasiat
yang ia bacakan itu betul dan telah sesuai dengan keingninan pewaris
(Pasal 939 ayat (3) BW);
e. Setelah pewaris membenarkan dan menyetujui isi dari wasiat tersebut,
maka pewaris, Notaris dan saksi harus menandatangani akta wasiat
tersebut.
Apabila pewaris menerangkan tidak dapat atau terhalang
menandatanganinya, Notaris harus menulis keterangan pewaris itu dalam
akta wasiat yang berkenaan dan mengenai ketidakmamputan pewaris
untuk menandatangani akta wasiat tersebut, Notaris harus menulis apa
yang menjadi penyebab terhalangnya penandatangan akta wasiat tersebut
(Pasal 939 ayat (6) BW).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
2. Olographis testament, suatu bentuk testamen yang dibuat/ditulis dengan
tangan si pewaris sendiri (Eigenhanding), yang harus disimpan atau
Gedeponeerd diserahkan kepada Notaris, dengan disaksikan oleh dua
orang saksi. Penyerahannya dapat terbuka atau tertutup.34
Dalam pembuatan wasiat olografis harus memenuhi syarat-syarat yang
terdapat dalam Pasal 932 BW yaitu:
a. Seluruhnya harus ditulis sendiri dan ditandatangani oleh pembuatnya;
b. Harus disampaikan kepada Notaris untuk disimpan oleh protokolnya
dengan dibuatkan akta penyimpanan (akta van depot); dan
c. Notaris yang bersangkutan dengan dihadiri dua orang saksi harus
membuat sebuah akta penyimpanan yang dibuat pada bagian bawah
surat wasiat apabila surat itu diserahkan dalam keadaan terbuka dan
dibuat tersendiri apabila diserahkan dalam keadaan tertutup (Pasal 932
ayat (3) BW).
Apabila terdapat tulisan dari orang lain pada lembar surat wasiat
olografis tersebut, walaupun sama sekali tidak ada hubungannya
dengan isi surat tersebut, maka wasiat olografis tersebut batal dan
tidak memiliki kekuatan sama sekali. Jadi apabila surat wasiat
olografis yang ditulis di atas kertas dengan kepala (letterhead) sebuah
kantor maka menjadi batal.
34 Ibid.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
3. Testamen tertutup dan Rahasia, suatu testamen rahasia harus selalu
tertutup atau disegel dan diserahkan kepada Notaris dengan disaksikan
oleh 4 (empat) orang saksi.35
Dalam pembuatan wasiat rahasia tidak perlu ditulis sendiri ataupun diberi
tanggal oleh pewaris, tetapi pewaris harus menandatangani akta wasiat
tersebut sendiri. Jadi orang yang buta huruf atau tidak, tidak
dipermasalahkan, asal pewaris dapat membubuhkan tandatangannya.
Selain itu wasiat rahasia harus ditutup dan disegel tanpa disaksikan oleh
saksi-saksi dan Notaris, kemudian pewaris harus menerangkan kepada
seorang Notaris bahwa sampul itu berisiwasiatnya yang ditulis sendiri atau
ditulis oleh orang lain, tetapi telah ditandatangani sendiri oleh pewaris.
Setelah itu sampul tersebut diserahkan kepada seorang Notaris umtuk
disimpan. Akta yang dibuat untuk penyimpanan surat wasiat tersebut
dikenal dengan nama akta superskripsi. Pada akta superskripsi, Notaris
yang bersangkutan harus menulis apa yang diterangkan oleh pewaris, yaitu
bahwa sampul tersebut berisi wasiat yang ditulis sendiri atau orang lain,
tetapi ditandatangani sendiri oleh pewaris. Penyerahan wasiat rahasia ini
harus dihadiri oleh empat orang saksi. Ciri dari surat wasiat rahasia adalah
surat wasiat ini tidak dapat diminta kembali apabila telah diserahkan pada
Notaris (Pasal 940 BW).
Selain tiga macam testamen yang telah dipaparkan di atas, Hukum Waris
BW juga mengenal testamen kodicil dan testamen darurat. Testamen Kodisil
35 Ibid.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
(onberhands codicil) diatur dalam Pasal 935 BW dan Pasal 936 BW. Wasiat ini
dapat dibuat dibawah tangan asal ditulis, diberi tanggal, dan ditandatangani
sendiri oleh pembuatnya. Wasiat Kodisil tidak dapat menjadi batal meskipun
wasiat tersebut tidak diserahkan kepada Notaris.
Wasiat kodisil hanya boleh dipakai untuk:
a. Pengangkatan pelaksana wasiat;
b. Pengurusan penguburan pewaris;
c. Pemberian hibah wasiat, tetapi hanya terbatas mengenai pakaian,
barang perhiasan badan tertentu, perabot rumah tangga.
Wasiat Darurat (noodtestament) adalah dibuat dalam bentuk sederhana dan
dalam keadaan darurat, yang terurai dalam pasal 946, pasal 947 dan pasal 948
BW, yang dapat digolongkan keadaan darurat yaitu:
1. Pada masa perang, anggota angkatan bersenjata dan orang lain yang
ditugaskan pada ketentaraan, yang berada pada medan perang atau di
tempat yang terkepung, dapat membuat wasiat dihadapan seorang perwira
yang berpangkat serendah-rendahnya letnan atau orang yang ditempat itu
menduduki jabatan tertinggi, dihadapan 2 (dua) orang saksi (Pasal 946
BW).
2. Orang yang sedang berlayar di laut dapat membuat wasiat mereka di
hadapan nahkoda atau dihadapan orang yang menggantikan pejabat
tersebut, dengan dihadiri 2 (dua) orang saksi (Pasal 947 BW).
3. Orang yang berada ditempat yang hubungannya dengan dunia luar
dilarang karena penyakit, dapat membuat wasiat mereka dihadapan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
pegawai negeri dengan dihadiri 2 (dua) orang saksi (Pasal 948 ayat (1)
BW).
4. Orang yang jiwanya terancam karena penyakit mendadak, pemberontakan
atau gempa bumi atau bencana alam dahsyat lainnya, dapat membuat
wasiat mereka dihadapan seorang pegawai negeri dengan dihadiri 2 (dua)
orang saksi (Pasal 948 ayat (2) BW).
Yang diperlukan dalam surat wasiat darurat adalah tanda tangan pewaris,
pejabat yang dihadapannya wasiat dibuat, dan sedikitnya seorang saksi (pasal 949
ayat (1) BW), jika pewaris atau seorang saksi menerangkan tidak dapat
membubuhkan tanda tangannya, keterangan tersebut harus disebutkan dalam akta
(pasal 949 ayat (2) BW). Surat wasiat darurat berlaku sampai 6 bulan sesudah
alasan pembuatan surat wasiat terhenti, jika pewaris meninggal setelah 6 bulan
sejak alasan pembuatan surat wasiat darurat terhenti, maka surat wasiat darurat
tersebut tidak berlaku lagi.
Dari penjelasan tentang macam-macam dan proses pembuatan testamen,
yang berkaitan dengan dunia kenotariatan adalah testamen umum, testamen
olografis, dan testamen rahasia. Peran Notaris dalam pembuatan testamen umum
adalah yang merumuskan kehendak akhir pewaris dalam akta notariil. Peran
Notaris dalam pembuatan testamen olografis adalah Notaris harus membuat akta
penyimpanan (akta van depot) surat testamen olografis, dan dalam testamen
rahasia Notaris berperan membuat akta superskripsi.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
C. Akta Penyimpanan (Akta Van Depot) menjadi Dasar Berlakunya
Testamen Olografis
Pada jaman Belanda testamen olografis mulanya adalah testamen yang
seluruhnya ditulis dan disimpan sendiri oleh pembuat testamen. Kelebihan dari
bentuk testamen ini pada waktu itu adalah testamen ini tidak terikat pada bantuan
dari seorang pegawai atau pejabat negara. Kelemahannya pada saat itu bahwa
pelaksanaan testamen ini tidak terjamin dengan baik karena adanya seorang ahli
waris yang merasa dirugikan oleh testamen ini bermaksud tidak baik seperti
memusnahkan testamen ini. Oleh sebab itu kemudian pada saat diadakan
pembicaraan untuk membentuk perundang-undangan kita, ahli hukum Negeri
Belanda bagian selatan berhasil mendesak agar testamen olografis itu
dicantumkan dalam undang-undang kita sebagai wasiat yang penuh, yang di
maksud dengan “undang-undang kita” dalam hal ini adalah undang-undang yang
berlaku di Belanda, yang kemudian dikonkordansi kan ke dalam hukum perdata
Indonesia. Prof. A. Pitlo dalam bukunya menyatakan “Akan tetapi pro dan kontra
menghasilkan kompromis, bahwa wasiat olografis itu tidak akan mempunyai
unsur yang khas, yaitu pembuat tidak boleh menyimpan wasiat itu, akan tetapi
sebagaimana halnya dengan wasiat rahasia, mesti disimpan pada Notaris.”36
Dengan dasar pertimbangan di atas hingga saat ini testamen olografis wajib untuk
dititipkan pada Notaris. Notaris mempunyai kewajiban untuk menyimpan
testamen olografis yang dibuat oleh pembuat testamen tersebut, dengan
membuatkan akta penyimpanan (selanjutnya disebut akta van depot) testamen
36 A.Pitlo, Op.cit., h. 168
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
olografis. Syarat pembuatan testamen olografis secara terperinci terdapat dapat
Pasal 932 BW yaitu:
a. Seluruhnya harus ditulis dan ditandatangani oleh pembuat
testamen;
b. Harus disampaikan kepada Notaris untuk disimpan oleh
protokolnya dengan dibuatkan akta van depot;
c. Notaris yang bersangkutan dengan dihadiri dua orang saksi harus
membuat sebuah akta van depot yang dibuat pada bagian bawah
testamen apabila surat itu diserahkan dalam keadaan terbuka, dan
dibuat tersendiri apabila diserahkan dalam keadaan tertutup (Pasal
932 ayat (3) BW). Apabila diserahkan dalam keadaan tertutup,
pewaris harus langsung membuat keterangan di atas sampul yang
menerangkan bahwa sampul itu testamennya yang dikuatkan
dengan penandatangan akta van depot seperti akta umum notariil
biasa lain. Hal ini dilakukan dengan kesaksian Notaris dan 2 (dua)
orang saksi. Jika pewaris setelah menandatangani testamen
olografis tidak dapat menandatangani keterangan dia atas sampul
yang berisi testamennya atau akta van depot-nya, maka Notaris
harus menyebut ketidakmampuan itu dalam akta penyimpanan
seperti dalam akta Notaris lain. Jika Pewaris juga tidak dapat
menandatangani di atas sampul, sebaiknya testamen olografis itu
diserahkan terbuka kepada Notaris.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Dari Pasal 932 BW dinyatakan bahwa dalam penyimpanan testamen
olografis, Notaris harus membuat akta van depot testamen olografis. Akta van
depot testamen olografis adalah termasuk bagian dari akta notariil yang
merupakan salah satu kewenangan Notaris. Akta van depot testamen olografis
adalah tergolong akta Notaris dengan jenis akta relaas.
Akta van depot testamen olografis digolongkan sebagai akta relaas karena
dalam pembuatan akta tersebut Notaris bertindak secara subjektif untuk
menerangkan atau menberikan dalam jabatannya sebagai pejabat umum mengenai
kesaksian dari semua apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan dialaminya, yang
dilakukan oleh pihak pembuat wasiat dan Notaris mencatat dan menuangkan
dalam bentuk akta van depot testamen olografis. Jadi akta van depot testamen
olografis berisikan keterangan dari Notaris, yang menyatakan bahwa testamen
olografis yang telah ditulis sendiri oleh pembuat testamen dan telah disimpan oleh
Notaris tersebut yang telah membuat akta van depot testamen olografis.
Dalam akta van depot testamen olografis, menyatakan bahwa Notaris
adalah sebagai pihak yang menerima dan menyimpan testamen olografis tersebut
dan testamen olografis tersebut secara resmi telah diserahkan oleh pembuat
testamen kepada Notaris. Dengan demikian dapat dikatakan fungsi akta van depot
testamen olografis adalah berfungsi sebagai tanda bukti atau tanda terima. Apabila
dicermati, Notaris dalam kedudukannya sebagai pejabat umum yang membuat
akta van depot testamen olografis bertindak sebagai pihak yang menyimpan
testamen olografis tersebut, dan Notaris wajib bertanggung jawab terhadap
testamen olografis tersebut. Sehelai testamen olografis yang dibuat dan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
diserahkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka mempunyai
kekuatan yang sama seperti testamen yang dibuat dengan akta umum Notariil
(Pasal 933 BW).
Testamen olografis dapat ditarik kembali dengan cara pembuatan akta
testamen lain, penarikan semacam ini disebut penarikan secara diam-diam
(stizwijgend). Jika seseorang peninggal testamen membuat testamen lebih dari
satu yang isinya berbeda satu sama lain. Dalam hal ini Pasal 994 BW,
menyatakan bahwa jika ada dua testamen yang berurutan yang isinya berbeda satu
sama lain, jika testamen yang terbaru tidak secara tegas mencabut testamen
sebelumnya, maka yang demikian hanya membatalkan ketetapan-ketetapan yang
termuat dalam testamen sebelumnya. Selain penarikan secara diam-diam, ada juga
penarikan testamen secara tegas (uitdrukkelijk), yaitu dilakukan dengan cara
pewaris setiap saat berhak untuk meminta kembali testamen tersebut dari Notaris
yang menyimpannya (pasal 934 BW), sebagai pertanggungjawabannya, seorang
Notaris harus membuat sehelai akta penyerahan kembali yang ditandatangani oleh
pembuat testamen, Notaris dan saksi seperti yang dilakukan pada akta notariil
lain. Jika testamen olografis dahulu telah diserahkan kepada Notaris itu secara
terbuka, maka dengan penyerahan kembali kepada pembuatnya, minuta akta
penyimpanan yang tertulis di atas kertas yang sama di bawah isi testamen, juga
diserahkan oleh Notaris pembuatnya.
Melalui penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka secara jelas dapat
disimpulkan bahwa testamen olografis dianggap telah dibuat pada tanggal
pembuatan akta van depot, walaupun akta olografis mempunyai tanggal lain.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Artinya testamen olografis dianggap berlaku sejak tanggal pembuatan akta van
depot testamen olografis yang dibuat Notaris, bukan sejak tanggal pembuatan
testamen olografis oleh pewaris. Dengan demikian yang menjadi dasar berlakunya
testamen olografis adalah sesuai tanggal penitipan bukan tanggal pembuatan.
Dalam sebuah kasus yang terjadi di Sulawesi Utara dimana pada satu
peristiwa kematian, pewaris membuat dua testamen sebelum meninggal.
Testamen yang pertama dibuat dan telah disahkan oleh Notaris Thelma Andries,
S.H. berkedudukan di Manado pada tanggal 24 Maret 1999.37 Kemudian pada
tahun 2000 pewaris membuat lagi testamen yang ditulis tangan dan ditanda
tangani sendiri oleh pewaris di hadapan Kepala Desa. Sebelum dititipkan kepada
Notaris untuk dibuatkan akta van depot pewaris sudah terlebih dahulu meninggal
dunia. Adanya dua testamen ini kemudian menimbulkan perbedaan pendapat
antara para ahli waris. Ahli waris lain ada yang berpendapat testamen pertama
yang sah untuk dilaksanakan, sedangkan yang lainya berpendapat testamen kedua
yang sah untuk dilaksanakan karena merupakan testamen yang terakhir.
Dilihat dari kacamata hukum, walaupun testamen kedua merupakan
testamen yang terakhir dibuat oleh pewaris, namun testamen olografis ini
memiliki cacat, yaitu tidak dititipkan pada Notaris. Testamen olografis yang tidak
dititipkan pada Notaris otomatis tidak memiliki akta van depot, sehingga testamen
ini dianggap tidak ada. Karena testamen olografis dianggap ada menurut tanggal
pembuatan Akta van Depot, bukan menurut tanggal pembuatan testamen
olografis. Dibandingkan dengan testamen yang pertama yang telah disahkan oleh
37 Wawancara dengan ahli waris Roy Runtuwene 27 Desember 2012
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI
Notaris sehingga menjadi akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian
sempurna. Maka dengan demikian testamen yang pertama yang dapat
dilaksanakan, sedangkan testamen yang kedua dianggap tidak sah berdasarkan
pasal 994 BW. Karena dalam pencabutan testamen secara diam-diam, testamen
yang terakhir dalam pembuatannya harus memenuhi syarat dan prosedur menurut
undang-undang yang berlaku. Apabila ditemukan cacat dalam bentuknya maka
testamen yang terakhir menjadi tidak sah dan secara otomatis berlaku testamen
yang pertama dibuat.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis KEKUATAN HUKUM TESTAMEN ...... MAUREEN PAULINA DJOEMALI