Upload
marsusyi
View
20
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan
kondisi yang tidak diinginkan manusia (Sukman dan Yakub, 2002). Menurut
Kleiber (1968), definisi utama gulma adalah tumbuhan yang muncul tidak pada
tempatnya. Terdapat dua kelompok definisi gulma yang dianggap penting yaitu
definisi subjektif dan objektif. Definisi subjektif menyatakan gulma merupakan
tumbuhan kontroversial yang tidak semua buruk maupun tidak semuanya baik,
tergantung pandangan seseorang (Anderson, 1977). Menurut definisi ekologis
gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat
buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia
(Sastroutomo, 1990).
Gulma sering ditempatkan dalam kompetisi atau campur tangannya
terhadap aktivitas manusia atau pertanian. Bagi pertanian, gulma tidak
dikehendaki karena: a) menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan
unsur hara, air, sinar matahari dan ruang hidup, b) mengeluarkan senyawa
allelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, c) menjadi inang hama
dan penyakit tanaman, d) mengganggu tata guna air dan e) meningkatkan atau
menambah biaya untuk usaha pengendalian. Mengingat keberadaan gulma
menimbulkan akibat-akibat yang merugikan maka dilakukan usaha-usaha
pengendalian secara teratur dan terencana. Pengendalian gulma bukan lagi
merupakan usaha sambilan, tapi merupakan usaha tersendiri yang memerlukan
langkah efisien, rasional berdasarkan pertimbangan ilmiah yang teruji (Sukman
dan Yakub, 2002).
Gulma dapat dikelompokkan menurut morfologi daun, tingkat keganasan,
morfologi batang, habitat dan lokasi tumbuh. Menurut lokasi tumbuhnya dapat
dibagi menjadi gulma umum dan gulma ruderal. Gulma umum adalah gulma yang
umum ditemui pada agroekosistem atau sistem pertanaman yang spesifik lainya
seperti kehutanan. Gulma ruderal adalah gulma yang umum ditemui diluar kedua
sistem tersebut seperti pada areal publik, rel kereta api, bandara dan sebagainya.
2
Gulma ruderal penting untuk dikendalikan karena merupakan sumber
gulma bagi wilayah pertanian di sekitarnya. Terciptanya gulma ruderal karena
minimnya program pengendalian gulma pada areal-areal publik. Gulma ruderal di
perkotaan selain merugikan secara ekonomi juga merusak keindahan kota.
Namun demikian gulma ruderal di Indonesia belum ditangani dengan baik.
Mengetahui jenis-jenis gulma ruderal sangat penting untuk mengembangkan
program pengendalian baik secara preventif maupun eradikatif.
Radosevich et al. (2007) menyatakan globalisasi telah menjadikan
terjadinya transportasi material biologis seperti tanaman eksotik ke seluruh dunia.
Hal tersebut telah mendorong terjadinya introduksi dan kolonialisasi tanaman non
natif dari seluruh penjuru dunia terutama pada lokasi-lokasi yang baru. Kebun
Raya Bogor adalah kawasan konservasi ex-situ dan penelitian tanaman tropika
serta tempat pendidikan lingkungan dan pariwisata yang berdiri sejak 193 tahun
yang lalu. Hampir 50% dari 3423 jenis tanaman koleksi yang terdapat di Kebun
Raya Bogor merupakan tanaman eksotik (Subarna, 2002). Tidak menutup
kemungkinan sebagian dari tanaman introduksi tersebut akan menjadi “invader”.
Perubahan tersebut salah satunya dipicu oleh agroekologi yang mendukung
reproduksi atau perkembanganya. Spesies invasif tersebut akan mengancam
biodiversitas dan integritas ekosistem Kebun Raya Bogor yang tidak ternilai
harganya.
Menurut Tjitrosoedirdjo (2010), invasi adalah ekspansi geografis dari
suatu spesies pada daerah yang sebelumnya tidak ada spesies tersebut. Definisi
ini mengandung konotasi bahwa spesies yang invasif biasanya eksotik, tumbuhan
asing, walaupun ini bukan satu-satunya definisi yang tepat. Invasi tumbuhan
membawa konsekuensi biaya ekologi maupun biaya ekonomi yang sangat tinggi.
Beberapa besaran biaya ekonomi dapat dikuantifikasi seperti biaya pengendalian
dengan herbisida dan penurunan produksi pertanian. Tetapi biaya lainnya, tidak
mudah dikuantifikasi seperti kerusakan ekosistem, kehilangan areal rekreasi,
punahnya spesies atau jenis tertentu. Di Asia Tenggara belum ada yang
mengestimasikan biaya sehubungan dengan tumbuhan invasif ini. Di negara maju
seperti Amerika Serikat biaya terkait dengan tumbuhan invasif ini pada tanaman
budidaya dan padang rumput saja berjumlah lebih dari U$34 milyar tiap tahunnya
3
(Pimentel et al., dalam Tjitrosoedirdjo, 2010), sedangkan di Eropa dalam kurun
waktu antara tahun 1988 sampai tahun 2000 kerugiannya mencapai U$5 milyar
(Purwono, 2002).
Langkah yang perlu dilakukan adalah meningkatkan sumber daya untuk
mendeteksi spesies invasif. Kita dapat meningkatkan peluang untuk menemukan
suatu spesies invasif pada tingkat populasi yang masih kecil. Semakin dini
diantisipasi keberadaan spesies invasif tersebut akan mengurangi tingkat
kerusakan dan membuat kontrol berikutnya menjadi lebih murah dan efektif.
Namun demikian, mendeteksi spesies invasif relatif sulit untuk dilakukan dan
kriteria tersebut bersifat situasional dan terbatas pada lokasi tertentu. Banyak
faktor yang mengurangi kemungkinan mendeteksi spesies invasif. Seperti halnya
kepadatan populasi yang rendah dari suatu spesies, bukan berarti spesies tersebut
tidak mungkin berpotensi sebagai spesies invasif (Mehta et al., 2007).
Pengetahuan tentang gulma invasif dan interaksinya dengan tanaman
tertentu berguna secara agronomi untuk pengembangan metode pengendalian.
Selain itu, identifikasi gulma-gulma invasif berguna untuk studi-studi alelopati
baru yang saat ini menjadi bagian penting pada pengembangan pertanian
berkelanjutan. Kebun raya yang memiliki koleksi tanaman lebih banyak
dibandingkan dengan agroekologi pertanian. Tingginya keragaman tersebut
membuka peluang lebih besar untuk mengeksplor sistem biologi terkait interaksi
gulma dengan tanaman.
Tujuan
1. Mengidentifikasi dan karakterisasi gulma-gulma ruderal invasif di Kebun
Raya Bogor dan pola penyebarannya, guna mencari metode pengendalian
yang tepat.
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pola penyebaran gulma ruderal invasif
di Kebun Raya Bogor.
3. Mengetahui konsekuensi ekonomi keberadaan gulma ruderal invasif di areal
Kebun Raya Bogor.
4
Hipotesis
1. Gulma ruderal invasif memiliki spesifikasi tertentu pada areal tertentu.
2. Terdapat gulma ruderal invasif dari golongan teki, rumput dan daun lebar
yang spesifik untuk daerah tertentu.
3. Penyebaran gulma ruderal invasif yang utama adalah oleh angin, air, hewan
dan transportasi manusia.