19
1. A. Definisi Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein dalam urin secara bermakna , penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema, dan serum kolestrol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus 1 . Kadang-kadang terdapat hematuria, dan penurunan fungsi ginjal. Insiden tertinggi pada anak usia 3-4 tahun, rasio laki-laki dibanding dengan perempuan adalah 2:1 2 . 1. B. Etiologi Sindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum penyebab dibagi menjadi berikut 2 : 1. Sindrom Nefrotik Bawaan Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom menyebabkan sindrom nefrotik. 1. Sindrom Nefrotik Sekunder Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria, penyakit kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa, amiloidosis dan lain-lain. Sebab paling sering sindrom nefrotik sekunder adalah glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi keganasan penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin dan akibat penyakit sistemik seperti 3 : 1. Glomerulonefritis primer 1) Glomerulonefritis lesi minimal 2) Glomerulosklerosis fokal 3) Glomerulonefritis membranosa

DocumentA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi

Citation preview

1. A. DefinisiSindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein dalam urin secara bermakna , penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema, dan serum kolestrol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus1. Kadang-kadang terdapat hematuria, dan penurunan fungsi ginjal. Insiden tertinggi pada anak usia 3-4 tahun, rasio laki-laki dibanding dengan perempuan adalah 2:12.1. B. EtiologiSindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum penyebab dibagi menjadi berikut2 :1. Sindrom Nefrotik BawaanAdanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom menyebabkan sindrom nefrotik.1. Sindrom Nefrotik SekunderSindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria, penyakit kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa, amiloidosis dan lain-lain. Sebab paling sering sindrom nefrotik sekunder adalah glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi keganasan penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin dan akibat penyakit sistemik seperti3 :1. Glomerulonefritis primer1) Glomerulonefritis lesi minimal2) Glomerulosklerosis fokal3) Glomerulonefritis membranosa4) Glomerulonefritis membranoproliferatif5) Glomerulonefritis proliferatif lain1. Glomerulonefritis sekunder1) Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria, skisotoma, TBC, Lepra2) Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin, mieloma multipel, dan karsinoma ginjal.3) Penyakit jaringan penghubung : Lupus eritematosus sistemik, artritis reumathoid, MCTD4) Efek obat dan toksin : obat antiinflamasi nonsteroid, preparat emas, penisilinamin, probenesid, air raksa, kaptopril, heroin.5) Lain-lain : DM, amiloidosis, preeklampsia, rejeksi alograf kronik, refluks vesicoureter, atau sengatan lebah1. Sindrom Nefrotik IdiopatikSindrom nefrotik yang belum diketahui jelas sebabnya.1. C. Patofisiologi4Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau defisiensi seng.1. D. Tanda dan GejalaTanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut5 :1. Kenaikan berat badan2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari3. Pembengkakan abdomen (asites)4. Efusi pleura5. Pembengkakan labia atau skrotum6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk7. Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai8. Iritabilitas9. Mudah letih10. Letargi11. Tekanan darah normal atau sedikit menurun12. Rentan terhadap infeksi13. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih1. E. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi1,2,4 :1. Hipovolemi2. Infeksi pneumokokus3. Emboli pulmoner4. Peritonitis5. Gagal ginjal akut6. Dehidrasi7. Venous trombosis8. Aterosklerosis1. F. PenatalaksanaanPenatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan akibat yang ditimbulkan pada anak dengan sindrom nefrotik sebagai berikut2 :1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram per hari, secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dalam makanan dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolik, atau kehilangan caitan intravaskular berat.3. Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international Study of kidney Disease in Children) : prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan pemberian prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu (intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose) selama 4 minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering off lagi. Bila terjadi relaps diberikan prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi relaps sering atau resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.4. Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.1. G. Pengkajian1,2,5,6,7 1. IdentitasUmumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.1. Keluhan UtamaBadan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan menurun1. Riwayat Penyakit DahuluEdema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis kronis, terpapar bahan kimia.1. Riwayat Penyakit SekarangBadan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.1. Riwayat kesehatan KeluargaKarena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.1. Riwayat Kesehatan LingkunganDaerah endemik malaria sering dilaporkan terjadinya kasus sindrom nefrotik sebagai komplikasi dari penyakit malaria.1. Riwayat NutrisiNafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema.Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).1. Pengkajian Kebutuhan Dasar 1. Kebutuhan OksigenasiDispnea terjadi karena telah terjadi adanya efusi pleura. Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Nadi 70 110 X/mnt.1. Kebutuhan Nutrisi dan CairanNafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema, nyeri daerah perut, malnutrisi berat.1. Kebutuhan EliminasiUrine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih.1. Kebutuhan Aktivitas dan LatihanMudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area ektrimitas (sakrum, tumit, dan tangan). Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai.1. Kebutuhan Istirahat dan TidurKesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.1. Kebutuhan Persepsi dan SensoriPerkembangan kognitif anak usia pra sekolah sampai pada tahap pemikiran prakonseptual ditandai dengan anak-anak menilai orang, benda, dan kejadian di luar penampilan luar mereka.1. Kebutuhan KenyamananSakit kepala, pusing, malaise, nyeri pada area abdomen, adanya asites.1. Kebutuhan Personal HygieneKebutuhan untuk perawatan diri pada anak usia pra sekolah selama di rumah sakit mungkin dibantu oleh keluarga. Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.1. Kebutuhan InformasiPengetahuan keluarga tentang diet pada anak dengan sindrom nefrotik, pertumbuhan dan perkembangan anak, serta proses penyakit dan penatalakasanaan.1. Kebutuhan KomunikasiAnak usia pra sekolah dapat mengungkapkan apa yang dirasakan. Kosakata sudah mulai meluas, kalimat kompleks sederhana tapi dipahami. Untuk usia 3 tahun, komunikasi lebih sering berbentuk simbolis.1. Kebutuhan SeksualitasAnak usia pra sekolah mulai membedakan perilaku sesuai jender. Anak mulai menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama. Eksplorasi tubuh mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi genital, memeluk boneka.1. Kebutuhan Konsep DiriKonsep diri pada anak usia pra sekolah sudah mulai terbentuk dengan anak mengetahui tentang identitas dirinya.1. Kebutuhan RekreasiAnak yang mengalami hospitalisasid alam waktu lama akan mengalami kejenuhan. Kebiasaan yang sering dilakukan mungkin berubah pada saat anak hospitalisasi.1. Kebutuhan SpiritualKebutuhan spiritual pada anak mengikuti orangtua.1. Pengkajian Fisik 1. Pemeriksaan KepalaBentuk kepala mesochepal, wajah tampak sembab karena ada edema fascialis.1. Pemeriksaan MataEdema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.1. Pemeriksaan HidungAdanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.1. Pemeriksaan TelingaFungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.1. Pemeriksaan Gigi dan MulutKebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering, pucat.1. Pemeriksaan LeherAdanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja jantung.1. Pemeriksaan JantungMungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.1. Pemeriksaan ParuSuara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura, pengembangan ekspansi paru sama atau tidak.1. Pemeriksaan AbdomenAdanya asites, nyeri tekan, hepatomegali.1. Pemeriksaan GenitaliaPembengkakan pada labia atau skrotum.1. Pemeriksaan EktstrimitasAdanya edema di ekstrimitas atas maupun bawah seperti di area sakrum, tumit, dan tangan.1. H. Pemeriksaan PenunjangSelain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi hematuria mikroskopik lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi glomerular (misal sklerosis glomerulus fokal). Albumin plasma rendah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG menurun. Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin2.Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit sistemik klien perlu diperhatikan. Pemeriksaan serologit dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder. Pemeriksaan serologit sering tidak banyak memberikan informasi dan biayanya mahal. Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologit hanya dilakukan berdasarkan indikasi yang kuat3.1. I. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang dapat muncul pada anak dengan sindrom nefrotik adalah sebagai berikut8 :1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (00026).2. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (00002).4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (00092).5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing, malaise (00214).6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status cairan, penurunan sirkulasi (00046).7. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder : imunosuprsi, malnutrisi (00004).8. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko individual : penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat (00112).9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).10. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat dihadapi orang yang penting bagi klien (00074).1. J. Intervensi KeperawatanIntervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut9,10 :1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (00026).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan volume cairan tercapai dengan kriteria hasil :1. Tidak ada edema2. Berat badan stabil3. Intake sama dengan output4. Berat jenis urin atau hasil laboratorium mendekati normal5. TTV dalam batas normalIntervensi yang dilakukan adalah :1. Fluid and Electrolyte Management (2080)1) Monitor tanda vital.2) Monitor hasil laboratorium terkait keseimbangan cairan dan elektrolit seperti penurunan hematokrit, peningkatan BUN, kadar natrium serum dan kalium.3) Pertahankan terapi intravena pada flow rate yang konstan.4) Kolaborasi dengan dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan tetap atau semakin memburuk.5) Monitor intake dan output cairan.6) Monitor kuantitas dan warna haluaran urin1. Fluid monitoring (4130)1) Pantau hasil laboratorium berat jenis urin.2) Monitor serum albumin dan total protein dalam urin.3) Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus.4) Monitor tanda dan gejala asites.5) Timbang berat badan setiap hari1. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ansietas teratasi dengan kriteria hasil :1. Anak tidak rewel2. Anak tidak menangis saat dilakukan tindakan3. Anak kooperatif dalam perawatanIntervensi keperawatan yang akan dilakukan adalah :1. Mood Management (5330)1) Kaji perasaan anak tentang hospitalisai.2) Kaji persepsi anak tentang hospitalisasi.3) Tanyakan pada keluarga tentang perubahan sikap, emosi, ataupun ekspresi klien saat dirawat di rumah sakit.1. Therapeutic Play (4430)1) Kaji kebutuhan anak tentang bermain yang dapat dilakukan di rumah sakit.2) Lakukan pendekatan terapeutik dengan anak.3) Rencanakan untuk terapi bermain sesuai dengan kebutuhan anak.1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (00002).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka nutrisi pada klien seimbang dnegan kriteria hasil :1. Anak tidak mengeluh mual2. Keluarga mengatakan nafsu makan anak meningkat3. Protein dan albumin dalam batas normalIntervensi keperawatan yang dilakukan adalah :1. Nutritiont Management (1100)1) Kaji makanan yang disukai oleh klien2) Anjurkan klien untuk makan sedikit namun sering, misal dengan mengemil tiap jam3) Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien apabila klien kesulitan untuk makan sendiri1. Nutritiont Therapy (1120)1) Anjurkan keluarga untuk tidak membolehkan anak makan-makanan yang banyak mengandung garam.2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi anak dengan sindrom nefrotik.1. c. Nutritional Monitoring (1160)1) Pantau perubahan kebiasaan makan pada klien.2) Pantau adanya mual atau muntah.3) Pantau kebutuhan kalori pada catatan asupan.1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (00092).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat beraktivitas dengan normal dengan kriteria hasil :1. Energy Conservation1) Istirahat dan aktivitas seimbang2) Mengetahui keterbatasan energinya3) Mengubah gaya hidup sesuai tingkat energi4) Memelihara nutrisi yang adekuat5) Persediaan energi cukup untuk beraktivitas1. Activity Tolerance1) Saturasi oksigen dalam batas normal / dalam respon aktivitas2) Nadi dalam batas normal / dalam respon aktivitas3) Pernafasan dalam batas normal / dalam respon aktivitas4) Tekanan darah dalam batas normal/dalam respon aktivitas5) Kekuatan ADL telah dilakukanIntervensi keperawatan sebagai berikut :Activity Therapy (4310)1. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas.2. Berikan periode istirahat saat beraktivitas.3. Pantau respon kardipulmonal sebelum dan setelah aktivitas.4. Minimalkan kerja kardiopulmonal.5. Tingkatkan aktivitas secara bertahap.6. Ubah posisi pasien secara perlahan dan monitor gejala intoleransi aktivitas.7. Monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktivitas.8. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energy.9. Ajarkan pasien tehnik mengontrol pernafasan saat aktivitas.10. Kolaborasikan dengan terapi fisik untuk peningkatan level aktivitas11. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing, malaise (00214).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan rasa nyaman teratasi dnegan kriteria hasil :1. Klien tidak mengeluh lemas2. Klien tidak mengeluh merasa pusing3. Klien dapat meningkatkan ADLIntervensi keparawatan yang dilakukan sebagai berikut :1. Relaxation Theraphy (6040)1) Anjurkan klien untuk bernapas dalam ketika merasa tidak nyaman.2) Anjurkan klien untuk beristirahat.1. Environtmental Management : Comfort (6482)1) Kaji ketidaknyamanan yang dirasakan oleh klien.2) Berikan posisi yang nyaman pada klien.3) Batasi pengunjung saat klien beristirahat.1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status cairan, penurunan sirkulasi (00046).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit teratasi dengan kriteria hasil :1. Capilarry refill < 3 detik2. Tidak ada pitting edema3. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :Pressure Management (3500)1. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan terjadinya tekanan.2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.3. Hindari adanya lipatan pada tempat tidur.4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.5. Lakukan mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.6. Monitor integritas kulit akan adanya kemerahan.7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan .8. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.9. Monitor status nutrisi pasien.10. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.11. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder : imunosuprsi, malnutrisi (00004).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi3. Jumlah leukosit dalam batas normal4. Menunjukkan perilaku hidup sehat5. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normalIntervensi keperawatan sebagai berikut :Infection Control (6550)1. Pertahankan teknik aseptic.2. Batasi pengunjung bila perlu.3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan.4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.5. Tingkatkan intake nutrisi.6. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.7. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.8. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.9. Ajarkan keluarga pasien tanda dan gejala infeksi.10. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam.11. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko individual : penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat (00112).Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reiko keterlambatan perkembangan dapat teratasi dnegan kriteria hasil :1. Anak mampu melakukan kebiasaan sesuai dengan umur.2. Kemampuan kognitif anak sesuai dengn usia tumbuh kembang.3. Kemampuan motorik anak sesuai dengan usia tumbuh kembang.Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :1. Parent Education : Adolescent (5562)1) Tanyakan pada orang tua tentang karakteristik anak.2) Diskusikan pola asuh yang biasa dilakukan pada anak.3) Monitor perasaan orang tua terhadap anak.4) Ajarkan pada orang tua tentang metode komunikasi yang tepat pada anak sesuai dengan karakteristik anak.1. Developmental Enhancement : Adolescent (8272)1) Informasikan pada orang tua tentang perkembangan anak yang seharusnya telah dipenuhi.2) Jelaskan pada orang tua tentang perkembangan yang belum terpenuhi.3) Rencanakan untuk kegiatan stimulus perkembangan anak.1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan pola tidur teratasi dengan kriteria hasil :1. Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak.2. Klien tampak segar dan tidak mengantuk.Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :Sleep Enhancement (1850)1. Kaji kebiasaan tidur klien selama di rumah.2. Kaji penyebab klien susah tidur.3. Modifikasi lingkungan yang nyaman agar klien bisa tidur nyenyak.4. Batasi pengunjung saat jam klien istirahat.5. Anjurkan keluarga untuk mengingatkan klien saat waktu tidur.6. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat dihadapi orang yang penting bagi klien (00074).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, koping keluarga meningkat dengan kriteria hasil :1. Keluarga mengungkapkan kesiapan dalam perawatan anak.2. Keluarga menemukan solusi untuk pemcahan masalah yang sedang dialami.3. Keluarga kooperatif dalam perawatan.Intervensi keperawatan yang dilakukan sebagai berikut :1. Counseling (5240)1) Dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.2) Gunakan teknik komunikasi terapeutik.1. Family Therapy (7150)1) Kaji sumber kekuatan keluarga.2) Kaji persepsi setiap keluarga tentang kondisi yang dialami oleh klien.3) Fasilitasi keluarga untuk diskusi.4) Berikan informasi mengenai kondisi klien dan tindakan perawatan yang akan dilakukan.5) Bantu keluarga untuk mencari solusi.1. Emotional Support (5270)1) Berikan dukungan emosional pada keluarga dengan memberikan motivasi untuk kooperatif dalam tindakan perawatan.2) Informasikan kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien.DAFTAR PUSTAKA1. Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media Aesculapius3. Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.4. Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta : Sugeng Seto5. Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.6. Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta7. Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.8. NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta : EGC9. Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.10. Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis ,Missouri ; Mosby.