25
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENGKAJIAN KESEHATAN “ABDOMEN ” Oleh: KELOMPOK 2 ( 1A ) CAMELIA NOOR L / 1711011 CATUR PRASETYO / 1711012 CATHARINA PUNGKI W / 1711013 DESTI CAHYANINGRUM / 1711014 DETA DWI ARYANI / 1711015

Abdomen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Abdomen

PEMERIKSAAN FISIK DAN PENGKAJIAN KESEHATAN

“ABDOMEN ”

Oleh:

KELOMPOK 2 ( 1A )

CAMELIA NOOR L / 1711011CATUR PRASETYO / 1711012CATHARINA PUNGKI W / 1711013DESTI CAHYANINGRUM / 1711014DETA DWI ARYANI / 1711015

AKADEMI KEPERAWATAN YKY YOGYAKARTA

Page 2: Abdomen

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Profesi dan

Sosialisasi Profesi” sesuai dengan yang diharapkan. Maksud dan tujuan dari dibuatnya makalah ini

adalah untuk melengkapi tugas pada mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan (KDK).

Selain untuk melengkapi tugas, makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan serta

pemahaman tentang “Konsep Profesi dan Sosialisasi Profesi” bagi para pembacanya.

Dalam proses pembuatan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan,

koreksi dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada:

Ibu Nina Pamela Sari,S.Kep, Ns selaku dosen pengampu mata kuliah KDK,

Rekan-rekan yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini,

Semua pihak yang berpartisipasi.

Demikian makalah ini penulis buat. Semoga bermanfaat bagi para pembacanya. Adapun saran

dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan untuk mengembangkan makalah ini.

Yogyakarta, 24 September 2011

Penulis

1

Page 3: Abdomen

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..1

Daftar Isi………………………………………………………………………………………….2

BAB I

Pendahuluan.......................................................................................................................................3

BAB II

Pembahasan……………………………………………………………………………….............6

BAB III

Penutup…………………………………………………………………………………………....12

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………13

2

Page 4: Abdomen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dasawarsa terakhir masalah “Konsep Profesi dan Sosialisasi Profesi” antara

pasien dan perawat telah mendapat sorotan luas karena adanya beberapa laporan riset yang

dikumpulkan.

Kini terdapat beberapa paket materi pelajaran mengenai “Konsep Profesi dan Sosialisasi

Profesi” dalam keperawatan yang salah satu atau lebih bisa dimanfaatkan dalam akademi

keperawatan. Dalam teks ini akan disampaikan suatu pengenalan umum di bawah judul

konsep profesi dan sosialisasi profesi. Yang kemudian diikuti oleh pembahasan di bawah

beberapa sub judul sebagaimana terlihat dalam makalah ini. Sebelum kita membicarakan

“Konsep Profesi dan sosialisasi profesi, seorang perawat memerlukan pengetahuan mengenai

konsep profesi dan sosialisasi profesi sebelum dia dapat membantu pasien untuk

berkomunikasi. Penyusunan kata-kata dalam sebuah kalimat akan mempengaruhi maknanya.

Sebagai contoh “Taruh cangkir di atas piring” hanya memiliki satu makna tetapi bila kelima

kata tersebut dikacau sehingga terbaca, ‘Cangkir di atas piring taruh,” maka kalimat ini tidak

mempunyai makna begitu pula susunan kata seperti “Taruh piring di atas cangkir” akan

mempunyai makna yang berbeda dengan susunan kata dalam kalimat pertama.

Jumlah dan mutu perbendaharaan “Konsep Profei dan Sosialisasi Profesi” dapat

mencerminkan kemampuan kognitifnya, sekalipun ada seseorang yang tanpa tergantung pada

tingkat kecerdasannya tidak dapat mencapai kemampuan tersebut karena sejumlah alasan. Jadi

“Konsep Profesi dan Sosialisasi Profesi” dapat kita terapkan dalam kehidupan. Untuk semua

itu kita membutuhkan keseriusan untuk mencapai tingkat keberhasilan.

1.2 Pembatasan Masalah

3

Page 5: Abdomen

Melihat dari latar belakang masalah serta mmahami pembahasannya, maka penulis

dapat memberikan batasan-batasan pada: Kunci-kunci untuk memahami “Konsep Profesi dan

Sosialisasi Profesi ”

1.3 Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah: “Konsep Profesi dan Sosialisasi

Profesi”

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1.5 Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan ini diharapkan memberikan manfaat kepada semua pihak,

khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam menghadapi

praktik terhadap pasien dan diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memahami “Pemeriksaan

Perut (Abdomen)”

1.6 Metode Pengumpulan Data

Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi dari internet.

1.7 Landasan Teori

1.7.1 Konsep Profesi

4

Page 6: Abdomen

Profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu

sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak

tantangan baru. (Winsley 1964)

1.7.2 Sosialisasi Profesi

Hasan Mustofa memandang bahwa sosialisasi adalah satu konsep umum yang

bisa dimaknakan sebagai sebuah proses dimana kita belajar melalui interaksi dengan

orang lain tentang cara berfikir, merasakan , dan bertindak, dimana kesemuanya itu

merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang

efektif.

Page 7: Abdomen

ABDOMEN

Pemeriksaan abdomen dapat bersifat kompleks karena organ-organ yang terletak di dalam

dan di dekat rongga abdomen. Riwayat keperawatan yang lengkap membantu perawat

menginterprestasikan tanda fisik. Pemeriksaan mencakup pengkajian struktur traktus

gastrointensial (GI) bawah selain hati, lambung, uterus, ginjal, dan kandung kemih. Nyeri

abdomen merupakan gejala paling umum yang dilaporkan klien ketika mencari layanan medis.

Pengkajian yang akurat membutuhkan pencocokan data riwayat klien dengan pengkajian yang

cermat terhadap lokasi gejala fisik.

Garis batas membantu perawat memetakan region abdomen. Prosesus sifoideus (ujung

sternum) menandai tepi atas region abdomen, dan simfisis pubis menggambarkan tepi bawah.

Dengan membagi abdomen menjadi empat kuadran imajiner perawat dapat merujuk hasil

pengkajian dan mencatatnya dalam hubungannya dengan setiap kuadran. Sebagai contoh,

perawat dapat menentukan bahwa klien mengalami nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (LLQ)

dengan bising usus normal. Sebelah posterior ginjal, terdapat vertebrata T12 sampai L3,

dilindungi oleh iga bawah dan otot punggung. Sudut konstoverbal yang dibentuk oleh iga

terakhir dan kolumna vertebra adalah garis batas yang digunakan selama palpasi ginjal.

Untuk pemeriksaan abdomen pasien harus rileks. Otot abdomen yang mengencang

menyembunyikan keakuratan palpasi dan auskultasi. Perawat meminta klien untuk berkemih

sebelum pemeriksaan dimulai. Ruangan harus hangat dan dada atas dan tungkai klien diberi

selimut. Klien berbaring telentang atau dengan posisi dorso rekumben dengan lengan di kedua

sisi dan lutut sedikit ditekuk. Bantal kecil ditempatkan di belakang (McConnel,1990). Jika klien

meletakkan lengan di bawah kepala, otot abdomen akan mengencang. Pemeriksaan melakukan

pemeriksaan dengan tenang dan perlahan, memastikan bahwa terdapat pencahayaan yang

adekuat. Abdomen dipajankan tepat dari atas prosesus sifoideus ke bawah simfisis pubis.

Tangan dan stetoskop yang hangat akan meningkatkan relaksasi. Mempertahankan percakapan

Page 8: Abdomen

kecuali selam auskultasi membantu mendistrasikan klien. Klien diminta melapor bila terjadi

nyeri dan menunjukkan area yang nyeri. Area yang nyeri harus dikaji paling akhir.

Urutan pemeriksaan abdomen ssedikit berbeda dengan pengakajian lainnya. Perawat

memulai dengan inspeksi dan diikuti dengan auskultasi. Pengkajian dengan auskultasi sebelum

palpasi dan perkusi merupakan hal yang penting dilakukan karena palpasi dan perkusi dapat

mengubah frekuensi dan karakter bising usus. Perawat juga memerlukan pita ukur dan pena.

Inspeksi

Perawat dapat mengobservasi klien selama aktivitas layanan rutin. Perawat mencatat postur

klien dan mencari adanya bukti-bukti pembelatan abdomen, berbaring dengan lutut ditarik,

atau bergerak gelisah di tempat tidur. Klien yang bebas dari nyeri abdomen tidak akan

membungkuk atau membelat abdomen. Untuk menginspeksi gerakan atau bayangan

abnormal pada abdomen, perawat berdiri di sisi kanan klien dan melakukan inspeksi dari ats

abdomen. Dengan posisi duduk untuk melihat tegak lurus pada abdomen, perawat mengkaji

kontur. Pemeriksaan ringan diarahkan pada seluruh abdomen.

Kulit

Perawat menginspeksi kulit abdomen untuk warna, adanya jaringan parut, pola, vena, lesi

dan strie (tanda guratan-guratan). Kulit tersebut memiliki warna yang sama dengan bagian

tubuh lainnya. Pola vena normalnya samar kecuali, pada klien yang kurus.

Umbilicus

Posisi, bentuk, warna, dan tanda inflamasi, rabas, atau massa yang menonjol harus

diperhatikan. Normalnya umbilicus datar atau cekung hemisfer di tengah antara prosesus

sifoideus dan simfisis pubis. Umbilicus yang menonjol ke luar biasanya menunjukkan

adanya distensia. Hernia (penonjolan organ abdomen melewati dinding otot) menyebabkan

penonjolan umbilicus ke atas. Normalnya tidak ada rabas yang ke luar dari area umbilicus.

Page 9: Abdomen

Kontur dan Simetrisitas

Perawat menginspeksi kontur, kesimetrisan, dan gerakan permukaan abdomen,

memperhatikan adanya massa, penonjolan atau distensi. Abdomen datar membentuk bidang

horizontal dari proseus sifoideus sampai simfisis pubis.

Pembesaran Organ atau Massa

Sambil mengobservasi kontur abdomen, perawat meminta klien menarik napas dalam dan

menahannya. Kontur tersebut harus tetap halus dan simetris. Maneuver ini mendorong

diafragma ke bawah dan mengurangi rongga abdomen atas missal hati atau limpa dapat

menurun ke bawah rongga iga sehingga menyebabkan tonjolan. Pemeriksaan yang lebih

cermat dapat dilakukan dengan palpasi.

Gerakan atau Pulsasi

Perawat harus mengingatkan bahwa pria bernapas secara kostal. Jika klien mengalami nyeri

yang hebat, gerakan pernapasan tersebut akan hilang, dan klien mengencangkan otot-otot

abdomennya untuk mengatasi rasa nyeri ini. Gerakan peristaltik dan pulsai aortic dengan

melihat kearah abdomen dari samping untuk mendeteksi gerakan. Memerlukan waktu

beberapa menit untuk melihat gelombang peristaltic tersebut.

AUSKULTASI

Perawat harus mengauskultsai abdomen untuk mendengarkan bising usus dan untuk

mendeteksi bunyi vaskuler. Klien diminta untuk tidak berbicara. Jika klien memakai selang

intesial yang dihubungkan dengan pengisap intermiten, maka selang tersebut harus

dimatikan sementara. Bunyi alat pengisap (suction) dapat mengaburkan suara bising usus.

Page 10: Abdomen

Motilitas Usus

Motilitas usus merupakan fungsi normal usus halus dan usus besar. Bising usus merupakan

bunyi lintasan udara dan cairan yang diciptakan oleh peristalsis tersebut. Diafragma

stetoskop yang di hangatkan diletakkan sedilit ke atas setiap kuadran. Normalnya udara dan

cairan yang mengalir melewati usus menimbulkan bunyi berdegug 5 sampai 35 kali

permenit.

Bunyi Vaskuler

Bruit mengidentifikasi penyempitan pembuluh darah dan gangguan aliran darah. Adanya

bruit pada area abdomen dapat mengungkapkan adanya aneurisme atau stenosis pembuluh

darah. Dengan menggunakan bel stetoskop perawat mengauskultasi region epigastrik dan

keempat kuadran. Normalnya tidak berbunyi vaskuler yang terdengar di aorta (garis tengah

abdomen), atau arteri femoral (kuadran bawah). Bruit abdomen terdengar dengan

meletakkan stetoskop di atas kuadran atas secara anterior atau di atas sudut kostoverbrata

secara posterior(yang dapat dilakukan saat pasien duduk). Bruit harus segera dilaporkan

dokter.

Perkusi

Perkusi abdomen dilakukan untuk mengetahui letak organ-organ yang berda di bawahnya ,

tulang dan massa dan membantu mengungkapkan adanya udara di dalam lambung dan usus.

Organ dan Massa

Area-area yang berpotensi menimbulkan nyeri selalu diperkusi paling akhir. Timpani

biasanya mendominisi karena adanya udara di dalam lambung dan usus. Perkusi pekak

terdengar sebagai bunyi bernada sedang sampai tinggi yang terdengar di atas massa padat

seperti hati, limpa, pancreas, ginjal dan lambung. Selain itu bunyi pekak mengindikasi

adanya tumor. Jika terdengar pekak akan sangat bermanfaat menggunakn palpasi untuk

menyeleksaikan pengkajian yang kebih lengkap.

Page 11: Abdomen

Ukuran Hati

Perkusi memungkinkan perawat mengidentifikasi batas-batasn hati guna mendeteksi adanya

pembesaran organ. Perawat memulainya pada bagian krista iliaka kanan dan perkusi ke atas

sepanjang garis midklavikular kanan. Penyakit seperti sirosis, kanker dan hepatitis

menyebabkan pembesaran hati.

Nyeri Tekan pada Ginjal

Dengan posisi klien duduk atau berdiri tegak perawat menggunakan perkusi langsung atau

tidak langsung untuk mengkaji adanya inflamasi ginjal. Dengan demikian permulaan ulnar

kepalan yang tertutup sebagian, perawat memperkusi bagian posterior sudut kostovebrata di

garis scapula. Jika ginjal meradang, klien akan merasakan nyeri tekan selama perkusi.

Palpasi

Dengan palpasi, umumnya digunakan untuk mendeteksi area-area nyeri tekan pada abdomen

dan mencatat kualitas distensi abdomen atau massa. Palpasi yang digunakan adalah palpasi

ringan dan dalam. Setiap kuadran diperiksa secara sistematik. Massa yang terpalpasi dikaji

ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi dan mobilitasnya.

Hati

Hati terdapat di kuadran kanan atas di bawah rongga iga. Perawat menggunakan palpasi

dalam untuk mencari tepi bawah hati. Teknik ini mendeteksi pembesaran hati. Untuk

mempalpasi hati, perawat meletakkan tangan kiri di bawah toraks posterior kanan pasien

pada iga kesebelas dan keduabelas dan kemudian memberi tekanan di atas. Maneuver ini

mempermudah perabaan hati di bagian anterior. Dengan jari-jari tangan kanan mengarah ke

tepi kostal kanan, perawat meletakkan tangan di atas kuadran kanan atas tepat di bawah tepi

hati. Pada saat perawat menekan k etas dan ke bawah perlahan, klien menarik nafas dalam

melalui abdomen. Pada saat klien berinhalsi, perawat mencoba mempalpasi tepi hati pada

Page 12: Abdomen

saat hati menurun. Tetapi hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki tepi yang tegas,

teratur, dan tajam. Jika hati dapat palpasi, perawt melacak tepiannya secara medial dan

lateral dengan mengulang maneuver tersebut.

Pulpasi Aortik

Untuk mengkaji pulsasi aortic, perawat mempalpasinya dengan ibu jari dan jari telunjuk

secara mendalam ke dalam abdomen atas, tepat di sebelah kiri garis tengah. Pulsasi

normalnya ditransmisikan ke atas. Jika terdapat pembesaran aorta karena aneurisma (dilatasi

setempat dinding pembuluh darah), pulsasi melebar kea rah lateral. Pada klien obesitas

diperlukan palpasi dengan kedua tangan, satu tangan di setiap sisi aorta.

Page 13: Abdomen

2.1 Prosedur Pelaksanaan Abdomen

Prosedur pelaksanaan Abdomen antara lain:

a. Inspeksi:

Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk

mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan. Untuk menggunakan

inspeksi secara efektif, perawat mengobservasi prinsip sebagai berikut:

Atur pencahayaan yang baik

Atur posisi yang tepat, yaitu berbarig terlentang dengan tangan di kedua sisi

dan sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan di bawah lutut untuk

menyokong dan melemaskan otot-otot abdomen.

Buka abdomen mulai dari prosesus xifodeus sampai simfisis pubis.

Amati bentuk perut secara umum, warna kulit kountur permukaan perut,

(adanya) retraksi, penonjolan, (adanya) ketidaksimetrisan, jaringan perut,

setriae dll.

Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan (adanya) imflamasi atau pengeluaran

umbilicus.

Amati gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi.

b. Auskultasi

Auskultsi adalah mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Beberapa bunyi

dapat didengar dengan telinga tanpa alat bantu, meskipun sebagian besar bunyi hanya

Page 14: Abdomen

dapat didengar dengan stetoskop. Untuk mengauskultasi dengan benar, dengarkan

adanya bunyi dan karakteristiknya.

Melalui auskultasi, perawat dapat memperhatikan beberapa karekteristik bunyi,

berikut ini :

1. Frekuensi, atau jumalah siklus gelomabang bunyi per detik yang dihasilkan

oleh benda yang bergetar. Semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi nada

bunyi dan sebaliknya.

2. Kekerasan, atau amplitude gelombang bunyi. Bunyi yang terauskultasi

digambarkan sebagai keras dan pelan.

3. Kualitas, atau bunyi-bunyian dengan frekuensi dan kekerasan yang sama

dari sumber yang berbeda. Istilah seperti tiupan atau gemuruh

menggambarkan kualitas bunyi.

4. Durasi, atau lamanya waktu bunyi itu berlangsung. Durasi bunyi adalah

pendek, sedang, atau panjang. Lapisan jaringan lunak mengendapkan durasi

bunyi dari organ internal dalam.

Untuk menggunakan auskultasi secara efektif, perawat mengobservasi prinsip sebagai berikut:

Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop.

Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi di atas kuadran kanan bawah pada

area sekum.

Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.

Jika bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis,

dengarkan setiap kuadran abdomen.

Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau

hipoaktif.

Letakkan bagian bell atau sungkup stetoskop di atas aorta, arteri renalis,

arteri iliaka, dan arteri femoral.

Page 15: Abdomen

Letakkan bagian bell stetoskop pada daerah preumbilikal/sekeliling pusat

untuk mendengarkan bising vena (jarang terdengar).

c. Perkusi

Perkusi melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi

ukuran, batasan, dan konsisiten organ-organ tubuh dan menemukan adanya cairan

didalam rongga tubuh. Perkusi memerlukan keterampilan yang sangat tinggi. Dua

metode perkusi adalah perkusi langsung dan tidak langsung. Metode langsung

melibatkan pengetukan permukaan tubuh secara langsung dengan satu atau dua jari.

Perkusi menghasilkan lima jenis bunyi: timpani, resonansi, hiperesonansi, pekak, dan

flatness.

Untuk menggunakan perkusi secara efektif, perawat mengobservasi prinsip sebagai

berikut:

Mulailah perkusi dari kuadran kiri bawah kemudian bergerak searah jarum

jam (dari sudut pandang klien)

Perhatikan reaksi klien dan catat jika terdapat keluhan.

Lakukan perkusi pada area timpani dan redup.

Perkusi sendiri dibagi menjadi 3 yaitu:

Perkusi untuk menentukan posisi dan ukuran hati:

-Berdiri di sisi kanan klien.

-Lakukan perkusi dari garis di midklavikula kanan tepat di bawah

umbilicus ke atas melewati area timpani sampai terdengar suara

redup

-Lakukan perkusi ada garis yang midklavikula kanan yang dimulai

dari area resonan paru-paru ke bawah sampai ditemukan suara redup.

-Ukur jarak antara dua tangga tadi dalam satuan centimeter. Normal

panjang midklavikula 6-12cm, batas bawah terletak di bawah tulang

Page 16: Abdomen

rusuk.

-Jika diduga ada pembesaran, ukur penurunan hati dengan meminta

klien menarik nafas dalam dan menahannya saat pemeriksaan

melakukan perkusi ke atas dari abdomen ke garis midklavikula

kanan.

Perkusi lambung

Perkusi sangkar iga bawah anterior dan bagian epigastrik kiri.

d. Palpasi

Dengan palpasi, umumnya digunakan untuk mendeteksi area-area nyeri tekan pada

abdomen dan mencatat kualitas distensi abdomen atau massa. Palpasi yang digunakan

adalah palpasi ringan dan dalam.

a. Palpasi Perut

Palpasi ringan abdomen di atas setiap kuadran.

Letakkan tangan secara ringaan di atas abdomen dengan jari-jari ekstensi dan

berhimpitan.

Tempatkan tangan klien dengan ringan diatas tangan pemeriksa untuk

mengurangi sensai geli.

Jari-jari telapan tangan sedikit menekan perut sedalam 1 cm.

Palpasi untuk mendeteksi area nyeri,penegangan abnormal, atau adanya

massa.

Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda

ketidaknyamanan.

Jika ditemukan rasa nyeri, uji adanya nyeri lepas : tekan dalam kemudian

lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul dengan

melepaskan tangan.

Page 17: Abdomen

Lakukan palpasi di sekitar umbilicus dan cincin umbilical.

b. Palpasi Dalam

Gunakkan metode palpasi bimanual.

Tekan dinding abdomen sekitar 4-5cm.

Catat adanya massa dan struktur organ di bawahnya. Jika terdapat massa,

catat ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, dan kekakuannya.