Upload
merry-gultom
View
226
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetika sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Indonesia sendiri
sejarah tentang kosmetologi telah dimulai jauh sebelum zaman penjajah Belanda, namun
tidak ada catatan yang jelas mengenai hal tersebut yang dapat dijadikan pegangan. Hal
tersebut diawali tentang pengetahuan kosmetika tradisional yang diperoleh secara turun
menurun dari orang tua ke generasi penerusnya. Oleh sebab itu tidak dapat diragukan
lagi bahwa kebutuhan akan kosmetika dewasa ini sudah demikian primer bagi seluruh
wanita, sebagian pria, dan anak-anak. Jadi besar dan kuatnya industri kosmetika yang
tidak kalah kuatnya dengan industri-industri lain.
Kebutuhan akan kosmetik menjadi kebutuhan primer bagi kaum wanita. Hal ini
dikarenakan wanita selalu ingin tampil cantik dimanapun dan dalam keadaan apapun.
Tak dapat dipungkiri bahwa 9 dari 10 wanita selalu menggunakan kosmetik disetiap
harinya. Permasalahan yang sering dihadapai oleh konsumen adalah penggunaan bahan-
bahan berbahaya pada beberapa jenis kosmetik. Belum lama ini Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) mengumumkan hasil temuan penggunaan bahan-bahan berbahaya
dalam kosmetika yang diantaranya mencakup penggunaan bahan merkuri, hidrokuinon,
zat pewarna rhodamin B. Efek dari penggunaan bahan-bahan tersebut sangat bervariasi
dari yang hanya memberikan efek iritasi ringan hingga meyebabkan kerusakan organ-
organ tubuh tertentu.
Rendahnya kesadaran konsumen terhadap kosmetika dengan sendirinya tidak
mendorong produsen untuk memperhatikan kehalalan produknya. Hal ini dapat
dibuktikan dari sedikitnya jumlah produsen konsumen yang sudah memiliki sertifikat
halal. Kenyataan ini memberikan tantangan kepada konsumen untuk mengenal lebih baik
bahan-bahan kosmetika untuk dapat memilih dan memilah kosmetika yang akan
digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diajukan
dalam makalah ini adalah , sebagai berikut:
1. Apa itu kosmetika
2. Bahan-bahan dasar apa saja yang akan digunakan dalam pembuatan kosmetik
3. Bagaimana cara menganalisis bahan-bahan yang terdapat dalam kosmetik
4. Bagaimana pengolahan limbah dari hasil sisa industri kosmetik
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian kosmetik
2. Untuk mengetahui bahan-bahan dasar apa saja yang digunakan dalam pembuatan
kosmetik dan berbahaya atau tidaknya bahan-bahan yang digunakan tersebut
3. Untuk mengetahui cara analisis bahan-bahan yang terdapat dalam kosmetik
4. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah hasil sisa industri kosmetik
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kosmetik
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada
bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi
dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan
tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit
(Iswari, 2007).
Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan
aktif dan ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, bahan pewangi,
pada pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan
kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk
farmakologi, farmasi, kimia teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).
Krim merupakan suatu sediaan berbentuk setengah padat mengandung satu
atau lebih bahan kosmetik terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai,
berupa emulsi kental mengandung tidak kurang 60 % air ditujukan untuk pemakaian
luar. Yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau (water in oil, W/O)
seperti penyegar kulit dan minyak dalam air (oil in water,O/W) seperti susu
pembersih ( Anief, 1993).
Kualitas krim meliputi :
a. Mudah dioleskan merata pada kulit.
b. Mudah dicuci bersih dari daerah lekatan.
c. Tidak menodai pakaian.
d. Tidak berbau tengik.
e. Bebas partikulat keras dan tajam.
f. Tidak mengiritasi kulit.
Adapun bahan dasar krim misalnya dalam krim pelembab adalah : mineral oil,
lanolin, paraffin wax, olive oil, dan bahan tambahan lainnya (Ditjen POM, 1985).
2.1.1 Penggolongan Kosmetik
Penggolongan kosmetik antara lain berdasarkan kegunaan bagi kulit :
a. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic).
Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun,
susu pembersih wajah, dan penyegar kulit (freshner)
Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer), misalnya
mouisterizer cream, night cream.
Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan
sunscreen foundation, sun block cream/lotion.
Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),
misalnya scrup cream yang berisi butiran-butiran halus yang
berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).
b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit
sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik
riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Iswari, 2007).
Pada penggolongan kosmetik, krim wajah termasuk dalam kosmetik
perawatan kulit (skin-care cosmetic) yang mempunyai tujuan untuk
melembabkan kulit serta melindungi kulit dari paparan sinar matahari.
Namun tidak untuk diagnosis, pengobatan serta pencegahan penyakit.
2.1.2 Kosmetik yang Menimbulkan Reaksi Negatif Pada Kulit
a. Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Hidrokoinon
Hidrokinon direkomendasikan oleh dokter ahli kulit sebagai preparat
pemutih kulit atau peluntur pigmen kulit. Hidrokinon dapat menimbulkan
dermatitis kontak dalam bentuk bercak berwarna putih dan menimbulkan
reaksi hiperpigmentasi. Efek samping hidrokinon berupa iritasi kulit ringan,
panas, merah, gatal. Monobenzil hidrokinon 2-4 % merupakan pemutih
yang sangat kuat sehingga dapat terjadinya bintik-bintik hitam pada kulit.
b. Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Merkuri
Ammoniated mercury 1-5 % direkomendasikan sebagai bahan pemutih
kulit karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya pemutih
pada kulit sangat kuat. Karena toksisitasnya terhadap organ-organ ginjal,
saraf dan sebagainya sangat kuat maka dilarang pemakaiannya didalam
sediaan kosmetik. Ada dua jenis reaksi negatif yang terlihat : reaksi iritasi
dan reaksi alergi berupa perubahan warna kulit.
c. Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Retinoat
Asam retinoat merupakan asam vitamin A yang digunakan untuk
pengobatan akne secara topical. Prinsip pengobatan akne secara topical
adalah untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan
mempercepat penyembuhan lesi akne. Asam vitamin A sebanyak 0,025-1%
berguna sebagai bahan iritan atau pengelupas senyawa lain. Namun asam
retinoat kini tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan efek samping
yang tidak menguntungkan (Iswari, 2007).
2.2 Bahan-bahan Dasar Penyusun Kosmetik
Dasar kosmetika biasanya terdiri dari bermacam-macam bahan dasar, bahan aktif
dan bahan pelengkap. Bahan-bahan tersebut mempunyai aneka fungsi antara lain
sebagai solvent (pelarut), emulsier (pencampur), pengawet, adhesive (pelekat),
pengencang, absortent (penyerap) dan desinfektan. Pada umumnya 95 % dari
kandungan kosmetika adalah bahan dasar dan 5 % bahan aktif atau kadang-kadang
tidak mengandung bahan aktif. Hal ini mengandung arti bahwa kosmetika, sifat dan
efeknya tidak ditentukan oleh bahan aktif tetapi terutama oleh bahan dasar
kosmetika.
Bahan dasar kosmetika dikelompokkan sebagai berikut :
2.2.1 Solvent (Pelarut)
Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat pelarut
seperti air, alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan dalam zat pelarut
terdiri atas 3 bentuk yaitu padat (garam), cair (gliserin) dan gas (amoniak)
2.2.2 Emulsier (Pencampur)
Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang berbeda
jenis dapat menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air menjadi satu
campuran merata (homogen). Emulgator, umumnya memiliki sifat
menurunkan tegangan permukaan antara dua cairan (surfactant). Contoh
emulgator yaitu lilin lebah, lanolin, alkohol atau ester asam-asam lemak.
2.2.3 Preservative (Pengawet)
Bahan pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh kuman-
kuman terhadap kosmetika, sehingga kosmetika tetap stabil tidak cepat
kadaluwarsa. Bahan pengawet yang aman digunakan biasanya yang bersifat
alami. Bahan pengawet untuk kosmetika dapat menggunakan senyawa asam
benzoat, alkohol, formaldehida dan lain-lain. Jenis pengawet kimia efeknya
pada kulit seringkali tidak baik. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan,
penggunaan kosmetik sebaiknya dicoba dulu misalnya pada kulit di belakang
telinga. Kosmetika yang sudah kadaluwarsa sebaiknya tidak digunakan lagi.
Batas kadaluwarsa beberapa jenis kosmetik, sejak kemasan dibuka dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.1 Batas Kadaluwarsa Beberapa Jenis Kosmetik
2.2.4 Adhesive (Pelekat)
Bahan yang biasanya terdapat dalam kosmetika seperti bedak, dengan
maksud agar bedak dapat dengan mudah melekat pada kulit dan tidak mudah
lepas. Bahan pelekat dalam bedak antara lain menggunakan seng stearat dan
magnesium stearat.
2.2.5 Astringent (Pengencang)
Merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk
mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit. Bahan pengencang biasanya
menggunakan zat-zat yang bersifat asam lemah dalam kadar rendah, alkohol
dan zat-zat khusus lainnya.
2.2.6 Absortent (Penyerap).
Bahan penyerap mempunyai daya mengabsorbsi cairan, misalnya
kalsium karbonat dalam bedak yang dapat menyerap keringat di wajah.
2.2.7 Desinfektan
Desinfektan berguna untuk melindungi kulit dan bagian-bagian tubuh
lain terhadap pengaruh-pengaruh mikro-organisme. Desinfektan dalam
kosmetika sering menggunakan ethyl alkohol, propilalkohol, asam borat fenol
dan senyawa-senyawa amonium kuaterner.
Bahan dasar yang paling banyak digunakan dalam kosmetika adalah
lemak, air, alkohol dan serbuk. Lemak sebagai bahan dasar kosmetika
berfungsi untuk :
1. Lemak dapat membentuk lapisan tipis di permukaan kulit sehingga
berfungsi sebagai pelindung (ptotective film) yang berguna untuk
menghalangi terjadinya penguapan air sehingga mencegah terjadinya
kekeringan pada kulit.
2. Lemak memiliki sifat pembasah (wetting effect) bagi keratin, sehingga
dapat berguna untuk pemeliharaan elastisitas kulit dan mempertahankan
kulit agar tetap lembut dan halus.
3. Lemak dapat melarutkan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa make-up,
oleh sebab itu baik digunakan dalam preparat pembersih.
4. Jenis lemak tertentu seperti lemak hewani, nabati dan malam mudah
diabsorpsi oleh kulit, sehingga merupakan bahan dasar yang baik untuk
bahan-bahan aktif masuk ke dalam kulit.
5. Lemak hewani dan lemak nabati tertentu mengandung bahan aktif
seperti vitamin, hormon, dan lestin yang bermanfaat bagi kulit.
Air dapat diserap oleh kulit, tetapi daya penetrasi (daya serap) air dan
bahan-bahan yang larut dalam air lebih rendah dibandingkan dengan lemak
dan bahan-bahan yang larut dalam lemak. Daya penetrasi bahan-bahan yang
larut dalam air, tergantung pada kandungan air (water content) stratum
corneum, oleh sebab itu air bukan bahan dasar yang baik untuk mengantar
bahan aktif masuk ke dalam kulit.
Air banyak digunakan dalam preparat pembersih, karena air mudah
digunakan, dapat melunakkan stratum corneum dan dapat membersihkan
kotoran yang larut dalam air. Air tidak memiliki daya pembasah kulit dan
bukan merupakan bahan pembersih yang sempurna, oleh karena itu, untuk
memperoleh efek pembersih yang sempurna perlu ditambahkan bahan dasar
lain seperti minyak (cleansing cream), alkohol 20-40 % (skin freshener, face
tonic, astringent) atau surfactant (sabun, deterjen).
Alkohol merupakan bahan pelarut organik dalam kosmetika, seperti
halnya eter, aseton, dan kloroform. Bahan-bahan tersebut cenderung dapat
menimbulkan reaksi iritasi pada kulit. Pemakaian alkohol dalam jumlah yang
dibolehkan (aman) untuk kosmetika adalah alkohol 20-40 % dengan bahan
dasar air. Tujuan pemakaian alkohol tersebut adalah untuk :
1. Meningkatkan permeabilitas kulit pada air.
2. Mengurangi tegangan permukaan kulit sehingga meningkatkan daya
pembasah air.
3. Meningkatkan daya pembersih preparat terhadap kotoran yang
berlemak.
4. Bersifat sebagai astringent dan desinfektan.
2.3 Bahan Aktif Kosmetik
Bahan aktif yang sering ditambahkan ke dalam kosmetika antara lain vitamin,
hormon ekstrak tumbuh-tumbuhan dan hewan, asam alpha hidroksil (AHA),
merkuri, tretinoin, hidrokinon, dan hidrogen peroksida. Manfaat preparat tropikal
yang mengandung bahan-bahan aktif adalah bahan aktif tersebut dapat diabsorpsikan
oleh kulit, tidak mudah teroksidasi, berkhasiat pada kulit, dan pemberian secara oral
atau dengan cara lain tidak mungkin dilakukan.
Kosmetika yang digunakan untuk perawatan kulit harus berfungsi untuk
memelihara kesehatan kulit, mempertahankan kondisi kulit agar tetap baik dan
mampu mencegah timbulnya kelainan pada kulit akibat proses usia, pengaruh
lingkungan dan sinar matahari. Kosmetika menurut penggunaannya dibagi menjadi
kosmetika untuk memelihara, merawat dan mempertahankan kulit, serta kosmetika
untuk mempercantik wajah yang dikenal dengan kosmetika tata rias.
Biokosmetika adalah kosmetika yang mengandung zat-zat biologis aktif, yang
biasanya berasal dari hewani atau nabati. Zat aktif yang berasal dari hewani yaitu
sari placenta, sari embrio, air ketuban lembu, serum lembu, sari jaringan tubuh, dan
kolagen.
Zat biologis aktif yang berasal dari ekstrak tumbuh-tumbuhan mencakup sari
berbagai tumbuh-tumbuhan, minyak-minyak nabati, minyak-minyak atsiri, sari buah
dan serbuk sari bunga. Zat biologis aktif ekstrak tumbuhan ini bermanfaat untuk
melicinkan dan menghaluskan kulit, mempengaruhi keratinasasi dan hidrasi lapisan
epidermis serta dapat membantu dalam proses pemutihan kulit (bleaching skin).
1. Placenta (lebih dikenal dengan ari-ari) adalah suatu media yang berkembang di
dalam rahim selama masa kehamilan yang berfungsi untuk memberikan nutrisi
dari induk kepada embrio. Plasenta akan keluar bersamaan dengan lahirnya sang
bayi. Sumber placenta bisa berasal dari manusia dan hewan (sapi, kambing, biri-
biri, domba maupun babi).
Kebanyakan placenta yang digunakan dalam produk kosmetika adalah ekstrak
plasenta. Ekstrak plasenta ini didapat dengan cara mencuci bersih placenta yang
masih segar. Proses selanjutnya adalah membekukan dan memotong placenta
tersebut hingga menjadi bubur placenta. Setelah itu placenta ini melalui proses
filtrasi hingga didapatkan ekstrak placenta. Selanjutnya ekstrak placenta
dikentalkan dengan cara memanaskannya kemudian dilakukan filtrasi steril.
Hasil inilah yang digunakan sebagai bahan baku kosmetik (sari placenta). Sari
placenta merupakan kompleks zat aktif yang sangat baik untuk perawatan kulit
yang menua, karena mengandung nukleotida, hormon-hormon steroid, asam
lemak, asam amino, vitamin dan unsur-unsur mikro. Mutu sari placenta
ditentukan atas dasar kadar enzim fofatase yang dikandungnya. Untuk menjamin
khasiat kosmetik sari placenta, kadarnya di dalam kosmetika sekurang-
kurangnya harus mencapai 3-5 persen. Sari placenta bermanfaat untuk
meningkatkan peredaran darah lokal, merangsang metabolisme kulit,
memperbaiki kekenyalan serabut-serabut jaringan ikat, merangsang pernafasan
kulit, mampu memperbaiki elastisitas kulit, mengurangi tanda-tanda penuaan dan
menjadikan kulit awet muda (anti ageing), mengurangi pigmentasi dan flek-flek
hitam pada wajah, memutihkan dan menghaluskan kulit, menjadikannya tampak
segar dan lembut.
2. Sari embrio diperoleh dari telur ayam yang sudah dibuahi, air ketuban lembu dan
serum lembu yang diperoleh dari lembu hamil. Sari embrio mengandung zat-zat
yang dapat merangsang metabolisme sel sehingga sangat baik untuk mengatasi
keriput atau untuk mengencangkan kulit.
3. Sari jaringan tubuh berasal dari jaringan hewani yang sangat baik untuk
mengatasi masalah penuaan kulit.
4. Kolagen adalah suatu protein yang terdiri atas berbagai asam amino seperti
glisin,prolin, hidroksiprolin, alanin, leusin, arginin, asam aspartat, asam
glutamat, dan asam-asam amino lainnya dalam jumlah kecil. Serabut kolagen
adalah unsur penting yang memberi kekuatan kepada kulit jangat dan sangat
menentukan keadaan jaringan ikat. Dalam keadaan normal, kolagen
memungkinkan penyerapan dan pertukaran air serta gas. Dalam jaringan ikat
muda, kolagen terdapat dalam bentuk yang mudah larut (soluble collagen). Bila
kulit menua, kolagen berubah menjadi bentuk yang sukar larut dan menjadi
kaku. Serabut-serabut kolagen demikian akan kehilangan daya mengembung dan
daya untuk menyerap air. Untuk menghambat perubahan-perubahan negatif pada
permukaan kulit sebagai akibat pengerasan serabut-serabut kolagen, karena
proses penuaan, dapat diberi hasil uraian (hydrolstate) kolagen yang mudah
larut, semata-mata untuk menggantikan kolagen yang telah mengeras. Kolagen
yang mudah larut diperoleh dengan cara ekstraksi kulit anak lembu. Cara
ekstraksi sangat menentukan mutu kolagen yang dihasilkan, karena pada proses
tersebut hendaknya struktur dan susunan kimiawi kolagen tidak mengalami
perubahan. Mekanisme perubahan kolagen adalah suatu proses yang sangat
kompleks, dan berkaitan dengan pembentukan fibril serta serabut, regulasi enzim
pada sintesis, modifikasi dan penguraian kolagen. Kosmetika yang mengandung
kolagen dapat memperbaiki kekenyalan kulit, melicinkan permukaan kulit,
meningkatkan kelembaban kulit, serta memperbaiki fungsi pembuluh kapiler
kulit sehingga dapat digunakan untuk peremajaan kulit. Di dalam dermis, 70 %
jaringan ikatnya adalah kolagen, sedangkan 5 % adalah jaringan elastin.
5. Elastin sangat berpengaruh terhadap sifat elastisitas jaringan ikat yang secara
bersama-sama dengan kolagen dapat digunakan untuk produk kosmetik
perawatan kulit. Bahan dasar dermis terdiri dari garam, air, dan
glikosaminoglikan yang membentuk molekul kompleks.
6. Asam hialuronat termasuk ke dalam kelompok glikosaminoglikan yang terdapat
dalam dermis. Manfaat asam hialuronat adalah sebagai pelumas untuk jaringan
kolagen, dan mencegah perubahan kolagen yang larut menjadi kolagen yang
tidak larut.
7. Asam alfa hidroksi (AAH atau Alfa Hidroxil Acid/AHA) adalah asam karbosilat
yang memiliki gugus hidroksi pada posisi alfa. Secara alamiah zat ini terdapat
dalam buah-buahan dan yoghurt, seperti asam glikogat pada gula tebu, asam
laktat pada yoghurt, asam tartat pada buah apel, dan asam sitrat pada buah jeruk.
Manfaat AAH atau AHA adalah sebagai emolien, yang dapat meningkatkan
pergantian sel kulit dan pembentukan sel kulit baru, mengurangi ikatan antar
komeosit dan mensintesis kolagen sehingga dapat mengurangi keriput halus,
membentuk kulit halus dan sehat serta dapat memperbaiki tekstur kulit. Oleh
karena itu emolien ini sangat baik digunakan bagi perawatan kulit kering,
perawatan dan peremajaan kulit menua dan kulit yang terdapat parut bekas
jerawat (acne scar). AHA hanya cocok digunakan untuk mereka yang berusia
antara 30-40 tahun, untuk usia lebih dari 40 tahun sebaiknya memilih asam
retinoat. Asam retinoat (retinoic acid) mengandung vitamin A yang mampu
menembus ke dalam sel kulit, sedangkan AHA hanya bisa menembus sampai
lapisan antar sel. Kulit yang kusam pun menjadi lebih lembab, tebal, merah, dan
segar lagi.
8. Hidrokinon. Bahan aktif lain dalam kosmetika yaitu hidrokinon. Hidrokinon
(hydroquinone) adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi pigmen
yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau menghambat
pembentukan melanin kulit. Melanin adalah pigmen kulit yang memberikan
warna gelap kecokelatan, sehingga muncul semacam bercak atau bintik cokelat
atau hitam pada kulit. Banyaknya produksi melanin menyebabkan terjadinya
hiperpigmentasi.
Hidrokinon digunakan untuk mencerahkan kulit yang kelihatan gelap akibat
bintik, melasma, titik-titik penuaan, dan chloasma. Hidrokinon sebaiknya tidak
digunakan pada kulit yang sedang terbakar sinar matahari, kulit yang iritasi, kulit
yang luka terbakar, dan kulit pecah. Hindari penggunaan hidrokinon pada
mereka yang mengalami masalah hati, ginjal, alergi atau sedang hamil dan
menyusui. Sebelum mengoleskan hidrokinon, bersihkan wajah dari kotoran dan
make-up, dan keringkan. Dalam pemakaian hidrokinon harus hati-hati jangan
sampai terkena mata, bibir, bagian dalam hidung, dan mulut, karena bisa
menyebabkan mati rasa. Kandungan hidrokinon dalam kosmetik yang diizinkan
tidak lebih dari dua persen.
9. Tretinoin adalah bahan aktif dalam kosmetika, berupa zat kimia yang termasuk
vitamin A asam atau retinoic acid, yang berfungsi untuk membentuk struktur
atau lapisan kulit baru, mengganti lapisan kulit luar yang rusak. Krim tretinoin
yang dioleskan ke kulit menyebabkan daya permeabilitas kulit meningkat. Ini
ditandai oleh terbentuknya lapisan tanduk baru. Tretinoin juga meningkatkan
pembentukan pembuluh rambut kulit. Akibatnya, aliran darah ke kulit
bertambah. Lapisan luar kulit dan kegiatan pembelahan sel pun meningkat.
Bertambahnya usia menyebabkan bantalan kolagen kulit menipis dan tidak
kenyal lagi. Tretinoin inilah yang mampu membantu pembentukan sel fibrobias
di bawah kulit, sehingga bantalan kolagen menebal, kencang, dan kerut
memudar. Selain meremajakan, tretinoin mampu mengatasi jerawat, spoerten,
bekas luka dangkal, serta memunculkan lapisan di kulit yang sudah lapuk.
Tretinoin dosis tertentu menyebabkan kulit mengelupas dan muncul kulit baru,
tetapi tidak semua kulit tahan menerimanya, sehingga malah kulit menjadi rusak,
kulit jadi kemerah-merahan. Pada kulit sensitif, pemakaian tretinoin harus
dimulai dengan dosis paling rendah yakni 0,05 persen dengan pemakaian setiap
dua malam sekali. Bila kulit mulai kuat dan tidak timbul reaksi radang, rasa
terbakar, secara perlahan, dosisnya dapat ditambah atau ditingkatkan dan
pemakaiannya pun dapat dipakai setiap malam. Kosmetik berbahan dasar aktif
tretinoin tidak boleh dipakai pada siang hari, karena paparan sinar matahari dapat
memperkuat efek sampingnya. Pada kulit normal, efek kemerahan karena
peradangan, akan mereda setelah pemakaian tretinoin dihentikan. Pada kulit
sensitif, efek ini akan menetap, bahkan hingga berbulan-bulan setelah pemakaian
dihentikan. Efek tidak baik dari pemakaian bahan aktif tretinoin dapat dihindari
dengan cara :
a. Kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin jangan digunakan pada kulit yang
tidak sehat,
b. b. Jangan memakai alkohol atau kosmetik yang bersifat mengeringkan
terutama pada kulit sensitif,
c. c. Sebelum pemakaian kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin, kulit harus
benar-benar bersih dari obat kulit seperti obat luka, obat jerawat, salep eksim
atau obat bisul.
d. d. Tretinoin tidak boleh dipakai pada kulit yang baru melakukan
pengelupasan (peeling), dan
e. e. Pemakaian tretinoin harus segera dihentikan jika muncul lenting lepuh
pada kulit atau timbul rasa terbakar.
10. Merkuri, air raksa atau hydragyricum (Hg) adalah satu-satunya logam yang pada
suhu kamar berwujud cair, tidak berbau, warnanya keperakan, dan mengkilap.
Merkuri akan menguap bila dipanaskan sampai mencapai suhu 3570C. Merkuri
dapat dijumpai di alam seperti di air dan tanah, terutama dari deposit alam,
limbah industri, dan aktivitas vulkanik. Dalam pertambangan emas, merkuri
digunakan dalam proses ekstraksi dan pemurnian. Merkuri juga digunakan dalam
industri seperti termometer, tambal gigi, baterai dan soda kaustik.
Merkuri dapat bersenyawa dengan khlor, belerang, dan oksigen senyawa untuk
membentuk garam merkurium. Ini adalah bahan-bahan yang sering digunakan
dalam industri krim pemutih kulit. Karena sifat ionnya mudah berinteraksi
dengan air, merkuri mudah masuk ke dalam tubuh melalui kulit, inhalasi
(pernapasan), dan makanan. Bila merkuri sudah masuk ke dalam kulit, akan
muncul reaksi alergi yang berupa iritasi. Reaksi iritasi ini berlangsung cukup
cepat. Mandi beberapa kali di sungai atau di laut yang tercemarmerkuri, akan
menyebabkan kulit segera mengalami iritasi. Merkuri dapat membuat kulit
terbakar, menjadi hitam, bahkan dapat berkembang menjadi kanker kulit.
Merkuri inorganik dalam krim pemutih, dapat menimbulkan keracunan bila
digunakan dalam jangka waktu yang lama. Meski tidak seburuk efek merkuri
gugusan yang tertelan, efek buruk tetap saja timbul pada tubuh, atau meski hanya
dioleskan ke kulit, merkuri mudah diserap ke dalam darah, kemudian memasuki
sistem saraf. Manifestasi gejala keracunan merkuri berupa gangguan sistem saraf
seperti tremor, insomnia, kepikunan, gangguan penglihatan, gerakan tangan jadi
abnormal (ataksia), gangguan emosi, dan depresi. Merkuri yang terakumulasi
dalam organ tubuh seperti ginjal, hati, dan otak, dapat menyebabkan kematian.
11. Hidrogen peroksida atau hidrogen dioksida (H2O2), terbentuk dari dua atom
hidrogen dan dua atom oksigen. Bentuknya menyerupai air (H2O), tetapi pada
H2O2 ada kelebihan molekul oksigen, sehingga sangat baik digunakan sebagai
oksidiser. Bahan ini tidak berwarna, tidak bebau, dan tidak berasa. Penelitian
terbaru menyatakan, bahwa hidrogen peroksida bermanfaat dalam reaksi kimia
yang berlangsung dalam tubuh. Dalam memerangi infeksi, vitamin C membuat
hidrogen peroksida untuk merangsang produksi prostaglandin. Di kolon dan
vagina, lactobacillus juga membuat hidrogen peroksida yang berguna untuk
melawan bakteri, virus, dan mencegah infeksi. Hidrogen peroksida juga
digunakan untuk bahan pemutih gigi dan pembersih kotoran telinga. Satu topi
hidrogen peroksida, ketika dibiarkan dalam mulut selama 10 menit stiap hari,
gigi menjadi putih dan dapat mengurangi terjadinya sariawan.
12. Hormon dan vitamin. Pemakaian hormon dan vitamin dalam kosmetika tidak
dapat dibenarkan, kecuali apabila dilakukan di bawah pengawasan dokter.
Pemakaian hormon dalam jangka waktu lama, dapat mengacaukan
keseimbangan hormonal dalam darah dan dapat menimbulkan efek samping
sistematik seperti gangguan menstruasi dan gangguan sistem reproduksi. Krim
hormon yang mengandung estrogen baik untuk perawatan kulit menua. Vitamin
dalam kosmetika harus memperhatikan termobilitas dan kepekaan berbagai
vitamin terhadap oksigen serta sinar ultra violet. Vitamin A sangat baik untuk
melindungi epitel, merangsang epitelisasi jaringan kulit sebagai ester asetat atau
palmitat, dalam kosmetika dipakai untuk kulit yang merah, kasar, kering, dan
degeneratif.
13. Kekurangan vitamin A menyebabkan peningkatan keratinisasi secara abnormal
(hiperkeratosis), lapisan tanduk menutupi folikel rambut, sehingga sekresi
sebum terhambat dan terbentuk komedo (blackhead) yang mudah menjadi inti
infeksi. Vitamin A dalam kosmetika, merangsang granulasi dan mencegah
keratinisasi berlebihan, sehingga kulit menjadi lebih halus dan licin, sedangkan
turgor jaringan jadi meningkat. Vitamin E berhasiat sebagai antioksidan.
Kekurangan vitamin E antara lain dapat menyebabkan gangguan metabolisme,
regenerasi sel yang lambat, dan gangguan fungsional sistem reproduksi.
Penggunaan kosmetika yang mengandung vitamin E dan vitamin A pada kulit
wajah bertujuan untuk memperbaiki peredaran darah di kulit dan akhirnya dapat
memperbaiki kondisi kulit.
2.4 Metode Pengujian
Pengujian Hidrokinon dapat dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis
Tipis, AAS, dan Metode Spektrofotometri Ultraviolet.
a. Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis merupakan suatu prosedur pemisahan zat tertentu
dalam system yang terdiri dari 2 fase yaitu fase tetap (fase diam) dan fase
gerak. Fase gerak dikenal sebagai pelarut, pengembang akan bergerk
sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembang secara menaik
(ascending) maupun menurun (descending).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda pada KLT (Hardjono, 1985) :
1. struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
2. sifat dari penyerap dan derajat aktifasinya.
3. tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
4. derajat kemurnian dari pelaru atau fase gerak
Analisa hidroquinon dalam krim pemutih dengan metode kromatografi
Bahan:
- Krim pemutih (sampel uji)
- HCl 4N
- Etanol
- Natiurm sulfat
- Silika Gel (fase diam)
- Toluen : asam asetat glasial (80:20)
- Aquadest
Prosedur kerja:
a. Pembuatan larutan uji
- 1,25 gram krim pemutih ditambah 3 tetes HCl 4N dan 5 mL etanol
kemudian dipanaskan sambil diaduk
- Latutan disaring dengan kertas sarimh yang telah diberi natrium sulfat
untuk mengikat lemak dan filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam
labu ukur 25 mL
- Filtrat ditambahkan etanol sampai garis tanda dan dihomogenkan
(sebagai lautan A)
b. Pembuatan larutan baku
- 25 mg hiduquinon BBP ditambahkan 0,25 mL HCl 4N dalam labu ukur
25 mL dan ditambahkan etanol sampai batas
- Larutan dihomogenkan (sebagai larutan B)
c. Uji dengan kromatografi lapis tipis
- Diatas plat kaca tipis ditotolkan lautan A dan B dengan volume
penotolan masing-masing sebanyak 25 µL dengan menggunakan jarum
suntik dengan jarak 15 cm dari bagian bawah
- Kemudian plat kaca tipis dimasukkan dalam chamber yang berisis fase
gerak yaitu toluen : asam asetat glasial (80:20)
- Kemudian dibiarkan fase gerak (pelarut untuk naik ke atas
- Plat kaca tipis diangkat dan dikeringkan
- Untuk mengetahui lokasi dari noda dapat dilihat dengan menggunakan
cahaya ultra violet pada panjang gelombang 254 nm
- Kemudian diukur harga Rf-nya.
b. Analisa logam berat (Hg, Cr, Cd, Pb) pada krim pemutih dengan metode AAS
Bahan :
- Sampel krim pemutih
- Asam nitrat
- Aquadest
Prosedur Kerja :
- 1 gram sampel diabukan dalam furnace kemudian dilarutkan dalam
aquadest : HNO3 (1:1) sampai volume 50 mL
- Membuat larutan standar masing-masing logam berat dengan
konsentrasi 0,05 ppm-10 ppm kemudian dibaca absorbansinya dengan
AAS dan dibuat kurva absorbansi vs konsentrasi untuk masing-masing
logam berat
- Untuk analisa Hg, diukur absorbansi dengan AAS menggunakan lampu
katoda Hg, kemudian absorbansinya diplotkanke grafik standar untuk
mendapatkan kadar rata-rata Hg.
- Untuk analisa Cd, diukur absorbansi dengan AAS menggunakan lampu
katoda Cd, kemudian absorbansinya diplotkanke grafik standar untuk
mendapatkan kadar rata-rata Cd.
- Untuk analisa Cr, diukur absorbansi dengan AAS menggunakan lampu
katoda Hg, kemudian absorbansinya diplotkanke grafik standar untuk
mendapatkan kadar rata-rata Cr.
- Untuk analisa Hg, diukur absorbansi dengan AAS menggunakan lampu
katoda Pb, kemudian absorbansinya diplotkanke grafik standar untuk
mendapatkan kadar rata-rata Pb.
-
b. Menggunakan Metode Spektrofotometri
Hidrokinon dapat diidentifikasi dengan mengukur serapan pada panjang
gelombang tertentu dengan spektrofotometri. Hidrokinon akan memberikan
serapan pada panjang gelombang 295 nm.
2.5 Pengolahan Limbah Kosmetik
Ada beberapa macam teknik pengolahan limbah cair yang berasal dari pengolahan
atau proses produksi kosmetik, antara lain adalah:
2.5.1 Pengolahan limbah secara fisika
Dalam industri kosmetik, limbah cair secara umum diolah secara fisika dengan cara pengendapan purifikasi sehingga dihasilkan air yang terpurifikasi yang dapat direcycle untuk kegiatan yang lain. Namun dalam industri kosmetik terdapat limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang biasanya berupa logam-logam berat dan sisa-sisa pelarut yang bersifat toksik. Untuk bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya digunakan proses floatasi. Floatasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi atau
pemekatan lumpur endapan dengan memberikan aliran udara ke atas. Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsobrsi atau proses revers osmosis, untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosis. Proses adsorbsi biasanya menggunakan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
2.5.2 Pengolahan secara kimia
Pengolahan limbah industri kosmetik yang berupa logam berat dan sisa pelarut toksik secara kimia dilakukan dengan pengikatan bahan kimia menggunakan partikel koloid. Penyisihan bahan tersebut dilakukan melalui perubahan sifat bahan tersebut, yaitu tak mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
Hasil pengolahan limbah B3 dari industri kosmetik ini harus di buang . Salah satunya dengan metode injection well. Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous wastes). Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah struktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat. Limbah B3 diinjeksikan dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat lapisan impermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah. Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat
membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami dalam formasi geologi. Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:
1. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu dengan sumberair tanah.
2. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.
2.5.3. Pengolahan secara biologi
Sebagai contoh adalah pengolahan etil alkohol. Etil alkohol merupakan pelarut dalam industri kosmetik. Limbah cair ini bersifat mudah terbakar sehingga perlu penanganan khusus dalam proses pengolahan limbahnya. Residu alkohol yang berasal dari limbah kosmetik dipisahkan lalu difermentasikan. Parameter yang mempengaruhi proses fermentasi ini antara lain adalah suhu, pH, alkalinitas, DO, BOD, dan COD. Setelah difermentasikan, selanjutnya didestilasi untuk dipisahkan etil alkohonya. Parameter proses destilasi antara lain: suhu dan tekanan uap, Etil alcohol murni yang didapatkan selanjutnya dapat digunakan lagi dalam industri kosmetik.
Selain etil alkohol dihasilkan pula etanol. Etanol yang dihasilkan dari destilasi ini selanjutnya digunakan sebagai ‘green fuel’. Sedangkan residu sisanya dievaporasi. Kondensat hasil evporasi disaring dengan menggunakan trickling filter menghasilkan air yang dapat digunakan dalam proses industri serta untuk menyiram tanaman. Sisa dari proses evaporasi dapat dijadikan pakan konsentrat.
Produk limbah cair etil alkohol banyak digunakan untuk menggantikan sumber energi yang tidak dapat diperbarui seperti bahan bakar fosil. Sebagai sumber yang dapat diperbarui, etanol memiliki keuntungan yang berarti bagi lingkungan. Sebagai contoh, ketika digunakan sebagai bahan bakar tambahan dalam automobile, etanol sendiri dapat:
1. Mengurangi gas knalpot dan gas greenhouse hingga 10%2. Mengurangi pelepasan karbondioksida dan gas beracun tinggi-hingga 30%3. Menghasilkan reduksi bersih pada lapisan bawah ozon, komponen besar dari asap dan
bahaya kesehatan bagi anak-anak dan dewasa untuk masalah pernapasan4. Membantu mengurangi ketergantungan negeri kita dalam impor minyak asing.
Selain itu pengolahan limbah secara biologi dapat dilakukan dengan metode lumpur aktif. Pengolahan sistem lumpur aktif adalah metode pemprosesan limbah dengan mempelajari proses dekomposisi secara mikrobiologis yang dikenal dengan biodegradasi oleh mikroorganisme pengurai. Lumpur akan mengandung berbagai jenis mikroorganisme heterotrofik termasuk bakteri yang memiliki peran penting dalam proses pembersihan secara biologis. Bakteri dapat memanfaatkan bahan terlarut maupun yang tersuspensi dalam air sebagai energi. Bakteri tersuspensi dalam lumpur digunakan untuk mengolah limbah secara mikrobiologis dapat dikembangkan dengan pembibitan (seeding) lumpur yang berasal dari ekosistem alam yang terkontaminasi, tercemar, maupun dari ekosistem alami yang memiliki sifat-sifat khas ataupun ekstrim. Salah satu limbah yang
dapat diolah dengan metode tersebut adalah limbah deterjen. Deterjen adalah senyawa sintetik yang termasuk surface active agent. Deterjen merupakan salah satu bahan pencuci yang banyak digunakan sebagai zat pencuci untuk keperluan kosmetik karena memiliki sifat sebagai pendispersi, pencuci dan pengemulsi. Penyusun utama deterjen adalah Dodecyl Benzene Sulfonat (DBS). DBS berfungsi untuk menghasilkan busa. Keberadaan busa-busa tersebut dapat membatasi kontak udara-air sehingga organisme air akan kekurangan oksigen.
Adapun contoh pengolahan limbah yang sudah diterapkan di Indonesia adalah Pengolahan limbah cair dari dari PT P&G terutama yang mengandung bahan organik yang tinggi yang berasal dari produksi shampo (80 % dari total limbah). Sistem pengolahan limbah cair PT P&G dilakukan secara kombinasi fisik-kimia-biologis. Pengolahan kimia yang digunakan adalah proses koagulasil flokulasi, sedangkan proses biologis yang digunakan adalah proses lumpur aktif (activated sludge).
Pengolahan kimia dengan proses koagulasi/flokulasi menggunakan bahan kimia Na2CO3 untuk pengaturan pH, PAC sebagai koagulan, dan polimer anionik sebagai koagulan pembantu. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan dosis optimum koagulan yang digunakan, yaitu Na2CO3 sebesar 600 ppm, PAC sebesar 4000 ppm, dan polimer anionik sebesar 1.5 ppm. Efisiensi yang diperoleh adalah zat padat tersuspensi (SS) tebesar 80,3% dan COD sebesar 80,8%.
Pengolahan biologis baik dengan proses lumpur aktif maupun gabungan proses anaerob-aerob dalam reaktor tipe fixed film dilakukan dengan menggunakan tiga variasi waktu tinggal (detention time), yaitu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam Pengolahan limbah cair dengan proses anaerob dan aerob dalam reaktor tipe fixed film (AAFBR) dengan waktu tinggal 24 jam dapat menurunkan COD maksimum sebesar 34,94%, dengan waktu tinggal 48 jam sebesar 75,34%, sedangkan dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 81,53%. Sedangkan proses lumpur aktif dengan waktu tinggal 24 jam dapat menurunkan COD maksimum sebesar 52,01%, dengan waktu tinggal 48 jam sebesar 68,29%, dan dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 76,22%.
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa persentase penyisihan COD pada proses aerob cenderung menurun dengan bertambahnya waktu tinggal. Sebaliknya dengan proses anaerob, persentase penyisihan COD pada proses aerob semakin meningkat dengan bertambahnya waktu tinggal. Yang perlu diperhatikan bahwa tenyata efisiensi pengolahan Iimbah cair dengan proses koagulasi/flokulasi (proses fisik kimia), proses lumpur aktif dan proses anaerob-aerob (proses fisik-biologi) yang dilakukan secara terpisah belum dapat menurunkan beban COD sampai memenuhi baku mutu limbah yang berlaku. Untuk memperoleh efisiensi pengolahan yang dapat menurunkan beban COD sampai memenuhi baku mutu maka dilakukan penggabungan terhadap ketiga proses.
Kesimpulan
1. Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar
badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga
mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit
2. Dalam memilih kosmetik, harus selektif, karena sifat kulit orang yang satu dengan
yang lain berbeda
3. Hati – hati menggunakan produk kosmetik dari pasaran, karena terdapat bahan –
bahan kimia yang berbahaya
Daftar Pustaka
Anonim, 2012, “Notifikasi Kosmetik”, http:notifkos.pom.go.id/bpom-notifikasi, diakses pada
27-11-2-2012
Sundari Fajar, 2012, “Pengolahan Limbah Kosmetik”
http://fajarsundari146.wordpress.com/2012/01/12/pengolahan-limbah-kosmetik/ ,
diakses pada 27-11-2012
INDUSTRI KOSMETIK
Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Bahan Industri
Disusun Oleh:
Cahya Perwira Tami (24030110120030)
Khanang Eka Prasetya (24030110110046)
Pratiwi Puji Lestari (24030110120002)
Retno Sari (24030110110014)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012/2013