43
ABSTRAK Julia, 10.111.010 jurusan Dharma Acarya STAB Bodhi Dharma Medan Pada saat sekarang dengan kemampuan teknologi yang semakin cepat dibutuhkan peran agama sebagai pedoman hidup. Agama semakin penting perannya menyeimbangkan gerak langkah kita dalam menjalani kehidupan Untuk memahami sebuah agama dengan baik agar tidak melakukan sesuatu yang justru menyimpang dari ajaran suatu agama yang dianut, maka harus dikembalikan kepada dokrin dasar ataupun akidah dari sebuah agama. Dengan latar belakang tersebut penulis memiliki judul skripsi “PERSEPSI SISWA BUDDHIS TERHADAP AJARAN IKUANTAO DITINJAU DARI KAIDAH DASAR AGAMA BUDDHA” (Disekolah Swasta SMP Panca Karya Stabat). Sebagian siswa memiliki persepsi bahwa ajaran Ikuantao sama dengan agama buddha sehingga penulis menetapkan hipotesa awal bahwa “ ada perbedaan yang sangat mendasar antara ajaran Ikuantao dan ajaran agama Buddha”. Untuk membuktikan apakah hipotesa awal yang penulis nyatakan adalah benar, maka penulis mengadakan penelitian lanjutan dengan mengambil data-data ataupun keterangan mengenai kedua ajaran. Selain sejarah dan latar belakang munculnya kedua ajaran memberikan deskripsi mengenai persepsi yang muncul dikalangan siswa sekolah Swasta Panca Karya melalui angket yang penulis berikan. 1

Abs Trak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Abs Trak

ABSTRAK

Julia, 10.111.010 jurusan Dharma Acarya STAB Bodhi Dharma Medan

Pada saat sekarang dengan kemampuan teknologi yang semakin cepat dibutuhkan peran

agama sebagai pedoman hidup. Agama semakin penting perannya menyeimbangkan gerak

langkah kita dalam menjalani kehidupan

Untuk memahami sebuah agama dengan baik agar tidak melakukan sesuatu yang justru

menyimpang dari ajaran suatu agama yang dianut, maka harus dikembalikan kepada dokrin dasar

ataupun akidah dari sebuah agama.

Dengan latar belakang tersebut penulis memiliki judul skripsi “PERSEPSI SISWA

BUDDHIS TERHADAP AJARAN IKUANTAO DITINJAU DARI KAIDAH DASAR

AGAMA BUDDHA” (Disekolah Swasta SMP Panca Karya Stabat).

Sebagian siswa memiliki persepsi bahwa ajaran Ikuantao sama dengan agama buddha

sehingga penulis menetapkan hipotesa awal bahwa “ ada perbedaan yang sangat mendasar antara

ajaran Ikuantao dan ajaran agama Buddha”. Untuk membuktikan apakah hipotesa awal yang

penulis nyatakan adalah benar, maka penulis mengadakan penelitian lanjutan dengan mengambil

data-data ataupun keterangan mengenai kedua ajaran.

Selain sejarah dan latar belakang munculnya kedua ajaran memberikan deskripsi

mengenai persepsi yang muncul dikalangan siswa sekolah Swasta Panca Karya melalui angket

yang penulis berikan.

Dari pemapanan kedua ajaran lalu penulis mengadakan analisis berdasarkan kaidah-

kaidah dasar ajaran Buddha kemudian membandingkannya dengan kaidah dasar ajaran Ikuantao.

Dari dalil-dalil yang penulis kemukakan penulis menyimpulkan bahwa ada perbedaan

mendasar antar kedua doktrin ajaran. Dengan demikian penulis menyatakan bahwa hipotesa awal

penulis terbukti bahwa benar ada perbedaan mendasar dan tegas diantara kedua ajaran. Penulis

memberikan saran-saran berdasarkan hasil kesimpulan di atas.

1

Page 2: Abs Trak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat sekarang dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat dibutuhkan peran

agama sebagai pedoman hidup, agama semakin penting perannya untuk menyeimbangkan gerak

langkah kita dalam menjalani kehidupan.

Untuk memahami sebuah agama dengan baik agar tidak melakukan sesuatu yang justru

menyimpang dari ajaran suatu agama yang dianut, maka harus dikembalikan kepada doktrin

dasar ataupun akibat dari sebuah agama.

Agama adalah suatu ajaran yang jika menurut agama Buddha dilakukan atau di

praktekkan dengan sempurna dapat menyebabkan sesorang mencapai kesucian.

Kebebasan seseorang untuk menganut agama dan kepercayaannya masing-masing

dijamin oleh negara sebagai mana tercantum dalam Undang-undang dasar di negara Indonesia.

Setiap pribadi bebas untuk menganut dan menyakini ajaran agamanya masing-masing sehingga

penting kiranya untuk menjadi catatan bahwa sebaiknya jika memang sebuah ajaran itu adalah

baik dan suci juga sempurna agar kiranya tidaknya”mendompleng” atau memakai ajaran agama

lain untuk menyatakan kebenaran ajaran agamanya.

Penulis yang berprofesi sebagai guru agama Buddha dan aktif mengajar di sekolah

Swasta Panca Karya di Stabat selalu menganjurkan kepada siswa /siswi Buddhis untuk

mengikuti pelaksanaan kebaktian di Vihara.

Penulis pernah aktif selama hampir satu tahun sewaktu masa sekolah menengah pertama

kelas III di “Hudteng”, di Vihara Bodhi maitreya Binjai karena saat itu ingin mempelajari agama

Buddha secara lebih baik sebelum kemudian memutuskan untuk aktif di Vihara setia Dharma

Binjai.

Karena latar belakang seperti yang penulis alami langsung maka penulis ingin meneliti

mengenai Ikuantao dan agama Buddha.

1.2 Indetifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis mengindetifikasikan masalah

di dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

2

Page 3: Abs Trak

a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran agama Buddha di kalangan siswa

Buddhis.

b. Umumnya siswa menjawab menjadi seorang Buddhis karena keyakinan yang diturunkan dari

orang tua.

c. Munculnya persepsi Ikuantao indentik dengan agama Buddha yang benar.

d. Adanya persepsi di kalangan siswa beranggapan bahwa Fothang atau Hud Teng adalah

tempat ibadah khusus untuk mempelajari ajaran Buddha sedangkan Vihara-vihara Buddhis

yang jumlahnya harus sedikit justru indetik dengan kata Kelenteng yang di anggap sebagai

pemujaan agama tradisi yaitu tempat yang di pakai hanya untuk pemujaan dewa atau hanya

tempat untuk “Pai-pai” saja.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berfungsi sebagai tumpuan perhatian pokok persoalan serta ruang

lingkup penelitian. Rumusan masalah haruslah dirumuskan secara jelas sehingga ruang lingkup

yang akan diteliti diketahui dengan pasti. Berdasarkan latar belakang dan indetifikasi masalah

tersebut diatas, maka penulis dapat :

“ Apakah ajaran Ikuantao sama dengan kaidah dasar ajaran agama Buddha?”.

1.4 Batasan Masalah

Setiap mengadakan penelitian perlu dibuat batasan masalahnya agar tidak melenceng dari topik

yang telah ditentukan. Suatu penelitian yang baik bukan ditentukan oleh luasnya permasalahan

yang di teliti.

Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan luasnya materi mengenai Ikuantao dan

agama Buddha maka penulis membuat batasan dalam penelitian ini adalah :

a. Ajaran Ikuantao yang umumnya diperoleh siswa yang sekolah di sekolah Swasta Panca

Karya tempat penulis mengajar pendidikan agama Buddha khususnya siswa kelas dua

sekolah menengah pertama.

b. Ajaran Ikuantao yang ada lingkungan komunitas Tionghoa di wilayah kota stabat dan

wilayah tandem sekitarnya (pusat pengajaran Ikuantao atau disebut “Fotheng” atau ‘Hud

Teng” oleh kalangan Ikuantao) dan secara kelembagaan belum berada dibawah naungan

lembaga perwakilan umat Buddha Indonesia ataupun secara kelembagaan resmi seperti Eka

Dharma yang berada di bawah lembaga penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang

maha Esa yang di akui oleh pemerintah ataupun bernaung dibawah kelembagaan agama lain

misalnya lembaga Parisadha hindu Dharma.

3

Page 4: Abs Trak

c. Kaidah dasar didalam agama Buddha yang di ajarkan oleh Buddha Sakyamuni dan

menyatakan sangha sebagai lembaga yang langsung dibentuk oleh Hyang Buddha sebagai

lembaga yang langsung dibentuk oleh Hyang Buddha sebagai komunitas yang paling tua

didunia dan ada hingga sekarang sebagai lembaga penjaga dan pelestari Dharma ajaran

Buddha dan menjadi bagian dari 3 perlindungan atau Tri-Ratna yaitu perlindungan pada

Buddha Dharma dan Sangha.

d. Persepsi terhadap ajaran Ikuantao yang muncul dari buku nampar tulisan-tulisan mengenai

ajaran Ikuantao yang berasal dari kalangan Ikuantao yang seringkali hanya diterbitkan untuk

kalangan sendiri dan tidak untuk publikasi umum.

Untuk lebih mempersempit dan memperjelas batasan masalah penelitian ini, maka penulis

hanya membahas mengenai hal-hal yang jelas berbeda berbeda berdasarkan ajaran Ikuantao

maupun ajaran agama Buddha tetapi memiliki persamaan topik.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan indetifikasi masalah, rumusan masalah dan batasan masalah maka dalam

penelitian ini penulis lakukan dengan.

a. Mengumpulkan data dan mengolah data, informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas

dan faktual tentang ajaran Ikuantao

b. Memberikan pemahaman yang jelas mengenai kaidah agama Buddha yang memiliki dasar

pemikiran yang berbeda dengan ajaran lain.

c. Memberikan pemahaman yang baik terhadap masing-masing ajaran untuk memberikan

batasan garis yang cukup tegas dan jelas sehingga tidak lagi terjadi upaya mencampur

adukkan keyakinan yang berbeda sehingga semua ajaran dapat berkembang dengan baik

berlandaskan doktrin atau kaidah dasar masing-masing ajaran tanpa perlu melakukan

tindakan pembodohan masyarakat melalui cara-cara yang tidak etis.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penulis dapat menarik manfaat penelitian ini

baik sebagai teoritis maupun praktik :

1. Manfaat Teoritis Bahwa hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

tentang ajaran agama Buddha dan Ikuantao dan kaidah dasar masing-masin ajaran.

4

Page 5: Abs Trak

2. Manfaat Praktisi

Bahwa penelitian ini secara praktis dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Hasil penelitian ini dapat membuka wawasan, pandangan masyarakat umum dan umat

Buddha tentang kaidah dasar dari kedua ajaran sehingga dapat menjalankannya dengan lebih

baik sesuai ajaran yang di anutnya.

b. Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk meneliti tentang dampak sosial yang telah

terjadi di lingkungan masyarakat berkaitan dengan penyebaran ajaran ikuantao dan

pemahaman yang dimiliki oleh masyarakat mengenai agama Buddha.

1.7 Hipotesa

Hipotesa adalah suatu jawaban sementara atau masalah penelitian yang kebenarannya

harus di ujisecara empiris menurut Sutrisno Hadi (1979) tentang pemecahan masalah-masalah,

hipotesa dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai latar belakang

penelitian, indetifikasi masalah, rumusan masalah, batasan Masalah, Tujuan

penelitian, manfaat penelitian, hipotesa dan sistematika pembahasan.

BAB II : Uraian Teoritis

Berisikan tentang uraian teori mengenai pengertian persepsi, ajaran ikuantao,

kaidah dasar agama Buddha yaitu pengertian Buddha, Hukum kKarma, tujuan

hidup, asal-usul 2 permata.

BAB III : Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian

BAB IV : Hasil penelitian lapangan tentang persepsi yang muncul mengenai persamaan

Ikuantao dengan agama Buddha. Hasil penelitian lapangan mengenai persepsi

yang timbul dikalangan siswa Buddhis maupun hasil persepsi yang muncul dsari

kajian pustaka mengenai persamaan Ikuantao dan agama Buddha sehingga

dianggap sebagai ajaran yang sama.

5

Page 6: Abs Trak

BAB V : Pembahasan dan Evaluasi

Menyajikan dan menganalisa data mengenai kedua ajaran kemudian melakukan

perbandingan kedua ajaran kemudian melakukan perbandingan kedua ajaran

berdasarkan kaidah masing-masing ajaran.

BAB VI : Kesimpulan dan Saran

Pada bab terakhir, penulis akan mencoba menarik kesimpulan dan saran-saran

dari hasil penelitian yang dilakukan.

6

Page 7: Abs Trak

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Persepsi

Seringkali tingkah laku dan pemahaman seseorang atau sekelompok individu dipengaruhi

oleh informasi atau pengetahuan yang diterima dan disampaikan oleh individu maupun suatu

kelompok terutama dalam penelitian ini adalah kelompok ajaran religi sehingga menimbulkan

sebuah persepsi terhadap sesuatu objek atau ajaran. Persepsi merupakan cara pandang atau

tanggapan yang timbul dari seseorang terhadap suatu pengetahuan yang ia terima. Gibson,dkk

(1980) mengartikan persepsi sebagai suatu proses pengenalan maupun pemberian arti terhadap

lingkungan oleh individu. Pareek (1984) menyebutkan persepsi sebagai suatu proses menerima,

meyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada

rangsangan panca indra.

Sesuai bidang yang diteliti oleh penulis adalah mengenai persepsi yang muncul di

kalangan siswa Buddhis di sekolah Panca Karya, penulis melalui penelitian ini hanya melihat

sejauh mana persepsi yang timbul mengenai Ikuantao dan ajarannya, berkaitan dengan berapakah

persentase dari jumlah siswa tersebut yang memahami perbedaqan antara agama Buddha dan

ajaran Ikuantao.

2.2 Sejarah Ikuantao

Ajaran Ikuantao berkembang dengan baik di abab 21 berkat perananyang diberikan oleh

dua orang yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam pengembangan ajaran Ikuantao yaitu

Chang Tienzen, Ibu Guru suci (Shi mu).

Shi Zum dan Shi Mu merupakan penghormatan yang diberikan oleh kalangan Ikuantao

yang memiliki arti bapak guru suci dan ibu guru suci.

2.3 Pengertian Ikuantao

Ikuantao sering di terjemahkan sebagai Tao yang menyatukan segala sesuatu dengan yang satu,

ajarn ini berakar pada tradisi tiongkok yang menekankan pada keluarga, kehormatan , sikap

hormat dan kesantunan. Ajaran Ikuantao memiliki keyakinan bahwa semua ajaran orang

bijaksana bersumber dari Ikuantao.

7

Page 8: Abs Trak

2.4 Kaidah Dasar Ikuantao

Menurut ajaran Ikuantao ajaran mereka merupakan fiman langit yang diturunkan oleh

tuhan untuk menyelamatkan umat manusia Ikuantao diterjemahkan sebagai jalan ketuhanan.

Jumlah sekte ajaran Ikuantao yang diketahui ada 18 Sekte yaitu :

1. Bao Cuang

2. Xing yi

3. Fa yi

4. Jhi Chu

5. An Dong

6. Hao Ran

7. Chang Zhou

8. Wen Hua

9. Tian Xiang

10. Hui Cuang

11. Zheng Yi

12. Zi Guang

13. Ming Guang

14. Jin Guang

15. Bei Ping

16. Tian Zhen

17. Pun Guang

18. Li Zhi

Tao didefenisikan sebagai :

Jiwa sejati, nurani manusia

Tao menciptakan langit dan bumi

Tao telah ada sebelum langit dan bumi ada

Tao adalah hukum kebenaran dari kehidupan

Tao adalah Dharma hati.

Tao sumber segala kehidupan, Ikuantao diturunkan tanpa kata-kata atau tulisan oleh seorang

guru, Ikuantao didapat dulu baru disusul dengan pembinaan, ajaran Ikuantao tidak diberikan

sebelum seseorang memohon tao.

8

Page 9: Abs Trak

Manusia pada awalnya berasal dari surga dan suci, karena hatinyaaa terkotori maka

dilakukan sebagai manusia, bisa mendapatkan Ikuantao karena ada jodoh, kembali ke asal. Jika

tidak mendapatkan jalan ketuhanan maka tidak bisa kembali ke asal/surga. Untuk memohon

jalan ketuhanan harus orang baik, harus ada niat untuk berikrar, jasmani harus sempurna atau

tanpa cacat.

Kedudukan pria dan wanita mesti dibedakan dalam hubungan pada pelaksanaan upacara

ibadah maupun dalam lingkungan. Didalam pelaksanaan kebaktian, laki-laki diururutan pertama

saat melakukan simpuh atau sujud dengan tangan membentuk stempel suci. Pria mengucapkan

Iyin dissusul dengan nama masing-masing, wanita mengucapkan sin se disusul dengan nama

masing-masing.

Jika berjasa akan dihormati dikalangan penganut jalan ketuhanan, memohon jalan ketuhanan

akan memperoleh 3 pusaka yang bersifat rahasia. “ Untuk kepentingan penelitian ini penulis

kemukakan dari pengalaman penulis sendiri maupun dari data yang penulis dapatkan tanpa

mengurangi rasa hormat semata-mata untuk mendapatkan tujuan dari penelitian yang bersifat

ilmiah dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan dengan sikap dan pemikiran yang

objektif tanpa niat untuk mendiskreditkan pihak manapun”.

1. Pusaka I Yaitu pintu roh (Tien Sien Kuan Chiau)

Memakai dupa lalu jari tengah menunjuk satu titik diantara kedua mata dan alis disebut juga

Sien Miau Kuan atau pintu suci. Manusia terlahir dari lau mu wiang atau bunda suci sehingga

dengan dibukanya pintu suci ini maka roh kita setelah meninggal akan kembali langsung ke

surga melalui pintu ini.

2. Pusaka II kata –kata suci :

Disampaikan sebagai 5 kata rahasia yang tidak boleh dibocorkan, hanya boleh disampaikan jika

pelita bunda suci dinyalakan yaitu Wu Dai Fo Mi He

Yang memiliki artinya :

1. Alam abadi/ surga yang tidak pernah berubah

2. Alam khayangan yang dapat berubah yang didiami para dewa yang jika tidak memohon jalan

ketuhanan pada masa jabatannya habis akan dititiskan kembali kealam manusia.

3. Dunia fana yang selalu berubah yang ditempati manusia jika bisa membina diri dalam jalan

ketuhanan akan langsung kesurga abadi.

9

Page 10: Abs Trak

4. Ke IV dan V merupakan kakek guru pada zaman pancaran putik ini / zaman perlintasan

masal yang sekarang menguasai langit dan mempunyai cita-cita merubah bumi menjadi

surga.

Kalau kata-kata ini dibacakan dalam hati akan menggetarkan langit dan bumi sehingga akan

membangkitkan kasih sayang para dewa untuk menolong manusia, merupakan sandi

menghubungkan antara dunia fana dan sorga.

3. Pusaka III He Thong (stempel) /He Dong Yin/He Dong Li

Sikap kedua tangan dirangkapkan menggambarkan kata anak didalam aksara mandarin yang

merupakan gabungan huruf “Ci” (hari ini) dan “Hai”(kemarin/lama). Sikap ini memiliki arti

kembali seperti anak kecil yang suci dan bersedia menjadi murid Cikung dan Yek Hui Pusat.

Ketiga pusaka inilah kunci pulang ke surga. Fungsi dari ketiga Pusaka adalah :

1. Dapat menenangkan dan mengendalikan diri.

2. Dapat mengurangi mara bahaya yang menimpa seseorang

3. Dapat merubah nasib

4. Malampaui kelahiran dan kematian

5. Waktu pulang kembali kesurga digunakan untuk ujian masuk pintu surga sehingga tidak

boleh dilupakan.

Pelaksanaan upacara permohonan 3 pusaka hanya boleh diikuti satu kali saja dalam seumur

hidup, tetapi jika seseorang mengalami permohonan 3 pusaka di aliran lain. Ajaran Ikuantao

kemudian ingin mengikuti pindah kealiran lain maka mesti menjalani upacara permohonan 3

pusaka kembali karena dianggap bahwa aliran sebelumnya bisa saja tidak murni atau diragukan

sehingga dianjurkan untuk menjalaninya kembali.

Proses penyebaran jalan ketuhanan melalui tiga zaman yang akan menyelamatkan 9.6 miliar

putera yaitu:

1. Zaman Pancaran Hijau yang berlangsung selama 1500 tahun (1000 SM). Zaman ini

menyelamatkan 200 Juta putera kembali ke asal, umumnya unsure hijau dominan digunakan

masyarakat.

2. Zaman pancaran Merah yang berlangsung selama 3000 tahun (1929) menyelamatkan 200

juta putera kembali keasal, warna unsure merah dominan digunakan masyarakat.

3. Zaman pancaran putih yang berlangsung sejak 1929 hingga saat berakhir selama 10800 tahun

dan akan diselamatkan 9 miliar 200 juta putera yang akan di selamatkan .

10

Page 11: Abs Trak

Sikap hidup vegetarian sangat dianjurkan sebagai tanggung jawab terhadap diri sendiri,

dengan bervegetarian bias mengikis sebagian dosa dan kesalahan yang telah diperbuat.

Bervegetarian juga dapat menghentikan perbuatan salah.

2.5 Kaidah Dasar Agama Buddha

2.5.1 Defenisi Agama

Agama dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sebagai suatu system, prinsip

kepercayaan kepada tuhan (Dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-

kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.

2.5.2 Defenisi Ajaran Buddha

Dalam Buddha Dharma kata “agama” lebih dikenal dengan Sasana atau Dharma yang

secara harfiah berarti ajaran kebenaran. Agama Buddha tidak meletakkan pandangannya pada

makhluk adi kodrati atau pencipta tetapi bertitik tolak pada pencapaiankesucian dari seorang

Buddha yang diperoleh melalui pengalaman langsung dan penembusan.

2.5.3 Proses Penciptaan Manusia

Menurut pandangan Buddha Sasana atau ajaran Buddha manusia muncul di dunia bukan karena

dirinya maupun makhluk lain tetapi ia muncul karena sebab dan kondisi yang mendukung

(Bhikkhuni Samyutta) dalam hal ini nama dan rupa yang timbul dari proses patisamdhi Vinara

yang terakhir. Jika penyebabnya lenyap maka manusia juga akan lenyap.

2.6 Pokok Dasar Ajaran Agama Buddha

Tiang poko agama Buddha adalah meletakkan keyakinannya pada tiga permata yaitu

Buddha, Dharma dan Sangha sebagai perlindunganyang utama dan ini disampaikan oleh sang

Buddha kepada Boarahat.

Tiga Perlindungan mengandung makna berlindung kepada :

1. Buddha yang memiliki arti menghormati Buddha sebagai guru junjungan bagi dewa dan

manusia yang telah sempurna dan menjadi penyelamat sebagai penunjuk jalan bagi semua

makhluk dengan membimbing agar dapat mencapai pembebasan dari kelahiran.

Seorang Hyang Tathagata muncul didunia, seorang yang suci yang telah mencapai

penerangan sempurna, yang memiliki pengetahuan dari perilaku sempurna, yang sempurna

menempuh sang jalan (ke Nibbana), pengerah segenap alam, pembimbing yang tiada taranya

bagi batin manusia yang harus dijinakan, guru para dewa dan manusia, yang sadar yang patut

dimuliakan.

11

Page 12: Abs Trak

2. Dharma ajaran sempurna yang menjadi pedoman hidup dan sarana perlindungan untuk

mempertahankan dan membantu makhluk - makhluk dengan cara menghindarkan mereka

jatuh (terlahir kembali) dialam menyedihkan.

3. Sangha kelompok makhluk suci yang menjadi sumber perlindungan untuk menjalankan dan

memajhami Dharma. Ajaran Buddha sehingga dapat membantu setiap makhluk untuk

mencapai pembebasan dari Dukkha.

Didalam Kitab I tivuttaka Hyang Buddha dengan tegas menyatakan keyakinan yang tertinggi

adalah keyakinan kepada Buddha, Dharma dan Sangha.

Menurut tradisi Buddhis yang berkembang yang diturunkan oleh Buddha Sakyamuni,

seseorang dinyatakan sah telah beragama Buddha jika telah mengikuti upacara Wisudhi

Trisanana yang dinyatakan di depan rupang Buddha Sakyamuni adan Diwisudhi oleh anggota

Sangha sebagai saksi.

2.7 Keyakinan Terhadap Hukum Kesunyataan

Umat Buddha yakin bahwa di dalam alam-alam kehidupan berlaku hukum – hukum

kesunyataan, hukum yang tidak bergantung tempat, waktu dan keadaan atau sasana yaitu :

1. Catari Ariya Saccani (empat kebenaran mulia) yang memuat tentang empat kebenaran mulia

tentang Dukkha atau penderitaan, sebab-sebab Dukkha yakni tanha (Dukkha samudaya)

lenyapnya Dukkha (Dukkha Nirodha) yakni Nibbanadan jalan untuk melenyapkan Dukkha

(Dukkha Nirodha Gamini Patipada) yakni dengan jalan utama berurusan delapan yang terdiri

dari :

a. Pandangan benar – Samma Ditthi

b. Pikiran benar – Samma Sankappa

c. Ucapan benar – Samma Vaca

d. Pembuatan benar – Samma Kammanta

e. Mata Pencaharian – Samma Ajiva

f. Daya upaya benar – samma Vayama

g. Perhatrian benar – Samma Sati

h. Konsentrasi benar – Sammu Samadhi

2. Kamma dan punabhava (hukum pembuatan dan kelahiran kembali)

3. Tilakkhana (Hukum tiga Corak umum)

4. Paticcasamuppada( Hukum sebab musabab yang saling bergantung).

12

Page 13: Abs Trak

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan membaca buku, majalah, internet dan sumber lainnya yang

berhubungan dengan permasalahan yang dibicarakan. Hasil penelitian ini diperoleh

yang sifatnya teoritis (data sekunder).

b. Penelitian lapangan (field research), yaitu suatu metode yang langsung dilakukan

terhadap objek penelitian dalam hal ini adalah siswa Buddhis sekolah Panca Karya

Stabat dari penelitian lapangan ini akan diperoleh data untuk mendukung penelitian

ini.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara (interview) yaitu Tanya jawab yang dilakukan kepada orang yang punya

kapasitas memberikan keterangan yang benar mengenai pengertian istilah suatu kata

yang diperlukan dalam penelitian ini maupun kepada siswa Buddhis sebagai Sumber

data primer.

b. Daftar pertanyaan (angket), yaitu penelitian yang dilakukan untuk membantu proses

data untuk penelitian ini.

c. Metode dokumentasi yaitu suatu cara mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, foto, transkrip, buku, surat kabar , majalah, prasasti, berkas

untuk khotbah, agenda dan sebagainya.

3.3 Teknik Pengolahan Data.

Analisis atas data dilakukan melalui dua metode, yakni :

1. Metode Deskriptik

Metode ini adalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengelompokkan,

menginterpretasikan,sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai

masalah yang diteliti.

2. Metode deduktif

Metode ini dalah suatu cara menganalisa dan menarik suatu kesimpulan yang bertitik

tolak dari prinsip dimana kebenarannya diterima secara umum untuk diperbandingkan

dengan fakta yang ada dalam praktek sebagai suatu pernyatan khusus sehingga

diperoleh penyimpangan maupun penyesuaian secara khusus.

13

Page 14: Abs Trak

BAB IV

HASIL PENELITIAN LAPANGAN TENTANG PERSEPSI YANG MUNCUL

MENGENAI PERSAMA IKUANTAO DENGAN AGAMA BUDDHA

4.1 Gambaran Umum Siswa Sekolah Menengah Pertama swasta Panca Karya Kelas

VIII

Di sekolah ini mayoritas siswa adalah beragama Buddha, tiap tingkatan ada dua kelas dan

diantara kedua kelas selalu satu kelas terdiri dari 100 persen siswa Buddhis sedangkan kelas

lainnya adalah kelas pembauran, jumlah siswa seperti terlihat pada table di bawah :

No Nama Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah1 VII 42 29 712 VIII 32 32 643 IX 45 45 90

Jumlah 119 106 225

Tabel 1. Jumlah Siswa Sekolah Swasta Panca Karya

Untuk kepentingan penelitian ini penulis hanya membatasi pada pengambilan data dari

siswa kelas II atau VIII SMP Panca Karya :

No Bentuk PertanyaanKelas VIII A

Persentase Keterangan

1 Siswa beraga Buddha 19 orang 59.3 % Siswa beragama Islam 9 orangKristen 4 orang

2 Siswa yang telah diwisuda Buddhis Nihil 03 Siswa yang Gui Kheng 9 orang 47.36 %4 Pernah ikut kemah remaja (Ikuantao) 1 orang 5.1%5 Pernah ikut dalam acara pelatihan Buddha Nihil 06 Pernah ikut tata cara persembahan dalam

kebaktian agama BuddhaNihil 0

7 Pernah ikut tata cara persembahan dalam kebaktian ajaran Ikuantao

8 Menjadi umat Buddha karena tradisi yang diturunkan oleh orang tua

Tabel 2. Hasil Angket

14

Page 15: Abs Trak

Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa mayoritas siswa tersebut adalah

Buddhis, sedangkan siswa beragama lain di abaikan dari data kerana tentu mereka tidak

memahami objejk penelitian yang penulis lakukan.

Siswa Buddhis meskipun mayoritas ternyata banyak yang tidak diwisudha secara

Buddhis. Padahal untuk memahami ajaran Buddha dengan baik mestinya telah menjalani

Wisudhi Trisarana.

Hal ini diperparah lagi jika orang tua siswa tidak memahami ajaran Buddha karena

menjadi umat Buddha hanya karena tradisi yang telah diwariskan turun temurun.

Belajar agama Buddha tidak mesti hanya bersumber dari apa yang didapatkan dari

pelajaran di sekolah tetapi juga bias diperoleh dengan mengikuti kegiatan pelatihan agama

Buddha yang diselenggarakan Vihara Buddhis maupun lembaga-lembaga agama Buddha.

Dibawah ini adalah hasil angket yang diberikan kepada siswa kelas VIII A SMP Panca

Karya :

Jawaban Jumlah dan Persentase KeteranganTiga pusaka adalah suatu yang penting yang mesti dijaga kerahasiaanya oleh umat Buddha

8 orang atau 25%

Tiga pusaka adalah ajaran Buddha karena ajaran Buddha selalubaik dan benar

4 orang atau 12.5%

Ajaran 3 pusaka tersebut merupakan sumber ajaran semua ajaran agama di dunia

1 orang atau 3.125%

Tiga pusaka dapat melindungi Kita 2 orang atau 6.25%Tidak tahu/tidak mengerti 14 orang atau 43.75%Jumlah 32 orang

Tabel 3. Hasil Pertanyaan Angket

Penulis mendeskripsikan bahwa pemahaman siswa Buddhis di sekolah Swasta Panca

Karya sangat kurang pemahamannya mengenai hakikat dasar ajaran agama Buddha, sehingga

ajaran Ikuantao yang mereka terima timbul persepsi bahwa ajaran Ikuantao sama dengan ajaran

agama Buddha.

Persepsi yang timbul dapat dilihat dari hasil angket yang penulis berikan diatas, bahwa

lebih dari 50 persen siswa memiliki persepsi bahwa ajaran Ikuantao sama dan memiliki

kaitannya dengan agama Buddha.

15

Page 16: Abs Trak

4.2 Persepsi Mengenai persamaan Ikuantao dan Agama Buddha dalam Upacara

menjadi umat baru

Kalangan siswa yang telah mengikuti upacara permohonan 3 pusaka dan dibuktikan

dengan kartu ursudhi yang berjumlah berkisar 50 persen dari jumlah siswa yang diteliti

menyatakan bahwa mereka telah resmi beragama Buddha. Meski beberapa diantara siswa

menyatakan mengalami upacara tersebut sejak masih kecil dan mereka tidak ingat atau tidak tau

ajaran yang di sampaikan waktu permohonan tersebut.

Didalam agama Buddha seseorang dianggap resmi sebagai Buddhis jika telah

menyatakan perlindungan kepada triratna yaitu menyatakan perlindungan kepada Buddha,

Dharma dan Sangha.

Sebagai akhir dari upacara dilakukan pembakaran kertas yang dituliskan nama umat yang

baru, hal ini disamakan dengan upacara Po un Yang yang dilakukan Bhiksu Mahayana . Setelah

selesai upacara maka kepada umat baru diucapkan selamat dan diberikan sebagai hasil

persembahan kepada Bunda Suci atau Lao Mu dan orang suci lainnya berupa permen atau kue.

Kemudian umat diminta untuk memberikan dana yang nilainya tidak besar tetapi dana ini

dikatakan sebagai dana paramitha atau “Kung Tek”dalam bahasa hokkian .

4.3 Persepsi Mengenai Patriach yang disamakan dengan Patriach didalam Agama

Buddha.

Dalam hal ini selalu dianggap bahwa aliran Ikuantao yang bersifat rahasia berasal dari

Maha Kasapa sebagai Patriach pertama karena didalam literature Mahayana dikatakan Maha

Kassapa mendapatkan ajaran pencerahan langsung dari sang Buddha saat beliau mengangkat

sekuntum bunga dan hanya yang mulia Kassapa yang tersenyum dan mengerti. Disamping itu

juga selalu disinggung patriarch ke 6 yaitu Huimeng sebagai sesepuh ikuantao. Adakalanya

ajaran Ikuantao menyatakan bahwa Buddha Sakyamuni mendapatkan inisiasi dari Laozi yang

hidup disebelah utara Tiangkok dan pergi ke india untuk mengajarkan 3 pusaka kepada

sakyamuni.

4.4 Penggunaan Patung yang dianggap sebagai Simbol Tempat Ibadah umat Buddha

yaitu Catiya atau Vihara

Penggunaan patung Bodhisativa maitreya yang sering disebut Buddha Meitreya

menimbulkan persepsi bahwa Ikuantao juga sama dengan Buddhis, simbul patung lainnya

anatara lain Kuankong yang dikenal dalam tradisi Mahayana sebagai dewa pelindung Dharma

dan Chi kung yang oleh masyarakat Taiwan dikenal sebagai Buddha hidup sehingga banyak film

16

Page 17: Abs Trak

berseri yang menceritakan kisah tentang Chi kung. Karena pemahaman yang bersifat tradisi

sehingga umat Buddha tersebut tentu tidak bisa membedakan nya dengan ajaran agama Buddha

Sakyamuni yang benar.

4.5 Persepsi mengenai Hukum Karma dari kedua ajaran yang dianggap sama.

Persepsi ini muncul disebabkan karena menggunakan istilah yang sama yaitu hukum karma.

Ajaran Ikuantao selalu bicara mengenai musuh karma yang dating membalas dendam jika

saatnya telah tiba, karma ini diperoleh karena tindakan penjagalan bagi non vegetarian.

17

Page 18: Abs Trak

BAB V

PEMBAHASAN DAN EVALUASI

5.1 Analisis terhadap Sejarah Awal Agama Budha

Ajaran Buddha atau Buddha sasana dimulai sejak pencerahan yang dicapai langsung oleh

pertapa Gotama. Setelah mengalami pengalaman pencerahan secara langsung, beliau berada pada

kesadaran penuh dan memperoleh gelar sebagai Buddha yang berasal dari suku Sakyamuni.

Dari pencapaian yang diperoleh Buddha Sakyamuni yang merupakan Guru junjungan.

Tidak hanya manusia tetapi jugapara dewa, maka sungguh tidak dapat diterima pandangan yang

mengatakan bahwa pencapaian Buddha Sakyamuni karena pencerahan yang diterima atau

diturunkan oleh sesorang.

Bagaimanapun juga banyak ajaran Buddha Sakyamuni yang tidak ada pada ajaran

maupun agama lain, seperti ajaran tentang bangaimana untuk bebas dari kelakuan hukum alam

semesta yang disebut panca Niyama , proses pekerjaanya pikiran dalam ajaran Abhidharma,

konsep tentang tiga corak umum yaitu Dukkha, Anicca dan Anatta, konsep Sunyata dalam ajaran

Mahayana maupun mandala dalam ajaran Vajrayana dan sebagainya.

5.2 Analisis terhadap Proses Asal Mula Manusia

Dalam majjhima Nikayana diceritakan bahwa Buddha, karena welas asik-Nya terhadap

semua makhluk, menyelidiki dunia dengan mata ke Buddha-an sebelum memutuskan untuk

mengajarkan Dharma melalui proses melihat kelakuan diri-Nya dan kelakuan setiap makhluk

serta kematian berulang kali yang dialami dalam masa yang sangat lampau. Buddha Sakyamuni

mampu memahami sebab-sebab dan proses yang terjadi tidak hanya pada manusia dan semua

makhluk tetapi juga seluruh fenomena aaalam yang melingkupinya .

Dari pernyataan diatas sangat jelas berbeda dengan pernyataan ajaran Ikuantao yang

menyatakan bahwa asal manusia adalah berasal dari surge meski agama Buddha mengenal

kehidupan di surge tetapi agama Buddha tidak bisa menerima jika suatu tindakan tertentu dalam

1 kehidupan kemudian mesti diganjar dengan surge abadi maupun neraka abadi.

Pada Kenyataanya meski kehidupan di surga maupun neraka sangat panjang yang bahkan

bisa mencapai ratusan kali tetapi suatu saat juga akan berakhir jika karma seseorang telah

saatnya berbuah maka tidak ada apapun yang bisa menghalangi.

18

Page 19: Abs Trak

5.3 Analisis terhadap Ti-Ratana/Triratna

Tiratana adalah bahasa Pali sedangkan Triratna adalah bahasa sansekerta yang memiliki

arti tiga permata dalam bahasa mandarin diterjemahkan sebagai Sam Pao atau shapa dalam

bahasa hokkian . meskipun memiliki atau memakai istilah yang sama tetapi jika kandungan yang

ada di dalamnya berbeda tentu saja pengertiannya juga berbeda.

Ajaran Buddha tidak bisa dilepaskan dari ketiga permata ini yaitu Buddha, Dharma dan

Sangha. Tiga permata ini dianggap sebagai perlindungan yang utama dalam menjalani proses

mencapai pencerahan tetapi ketiganya tidak dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan

ataupun sebagai anak kunci yang dipakai untuk mencapai tujuan yaitu Nibbana.

Bahkan didalam ajaran agama Buddha aliran Tamayana yang dikenal dengan ajaran

esoterisnya kenyataannya tidak ada sesuatu yang dirahasiakan seperti yang terjadi dengan ajaran

Ikuantao. Dalam ajaran Tantra, mandala rahasia adalah sikap batin, kejiwaan, sikap meditasi

kedalam rasa kesadaran dan keterbukaan dimana kita tidak ragu terhadap emosi kita

(penderitaan, kegelisahan).

Meskipun ajaran Ikuantao sering mengambil kitab Daodeching yang diajarka oleh

laziyang hidup di abab 600 SM-400 Sm sebagai sumber pengajaran, namun dari buku daodejing

jelas sangat berbeda dalam pembicaraan mengenai 3 pusaka. Dalam buku daodejing

menyebutkan tiga mustika yang selalu dipegang erat-erat adalah yang pertama cinta kasih, yang

kedua hemat dan yang ketiga adalah tak menonjolkan diri jika kita memperhatikan bahwa ajaran

Ikuantao juga mengajarkan 3 pusaka yang lebih tinggi yaitu pahala, kearifan, dan welas asik,

jelas bahkan ketiga pusaka ini juga berbeda kata maupun pengertiannya.

5.4 Analisis Terhadap proses kelakuan dan kematian makhluk hidup

Dalam ajaran agama Buddha aliran Theravada adan 31 alam kehidupan tempat makhluk

bertumimbal lahir, sedangkan didalam ajaran Mahayana diringkas menjadi 10 alam kehidupan.

Empat alam merupakan alam kesucian sedangkan 6 alam yang lain adalah alam yang msih

meliputi nafsu. Dalam ajaran Buddha proses kelahiran kembali setiap makhluk melalui 4 cara

yaitu kandungan, telur, spontan maupun kelembaran.

Proses kematian dan kelahiran dari satu kehidupan kekehidupan berikutnya berlangsung

sangat cepat dari patisansadhi muncul bhawanga citta berproses lalu muncul monodvaravajjana,

javana serta bhawanga citta.

19

Page 20: Abs Trak

Jika dibandingkan dengan proses keluarnya roh dalam ajaran Ikuantao tentu sangat

bertolak belakang, sehingga penulis simpulkan bahwa berkaitan dengan proses kematian dan

kelahiran dari kedua ajaran ini sangat berbeda dalam cara maupun proses tersebut.

5.5 Analisis terhadap Tujuan Akhir

Agama Buddha menyatakan tujuan akhir dari menjalankan ajaran Buddha adalah

mencapai pembebasan dari kelahiran dan kematian yaitu Nibbana . Pelaksanaan kebajikan yang

banyak tidak menjadi jaminan untuk bisa mencapai Nibbana. Nibbana hanya dapat dicapai jika

unsure kebencian, keserakahan dan kebodohan sebagai unsure yang menyebabkan kelakuan yang

berulang dapat dilenyapkan dengan melenyapkan ketiga akar ini maka Dukkha atau penderitaan

dengan sendirinya akan lenyap jika dukkha lenyap maka tentu tidak kta telah bebas dari

kelahiran kembali.

Setiap orang akan memiliki kedudukan dan jawaban yang berbeda tergantung kepada jasa

dan pahalanya, bahkan ajaran ini juga menyatakan setiap jasa dan pahala akan dicatat dengan

jelas dialam ini. Jika seseorang dalam kehidupan ini memiliki hutang karma di masa lampau

misalnya membunuh dan berbuahdimasa ini menurut ajaran Ikuantao maka jika orang tersebut

banyaak mengumpulkan jasa dan pahala dengan mengajak oaring-orang untuk menjalani ajaran

Ikuantao maka para suci berunding dengan penangih karma untuk mengurangi akibab karma

tersebut. Tentu saja pemahaman demikian sangat tidak bisa di terima didalam ajaran Buddha.

5.6 Analisis terhadap proses Pekerjaan Hukum sebab Akibat

Menurut ajaran Buddha Sakyamuni ada hukum alam semesta yang terdiri dari Panca

Niyama atau Lima niyama, hukum ini berlaku diseluruh akam semesta ia bekerja dengan

sendirinya tanpa ada sesuatu kekuatanpun yang bisa merubahnya diluar dari proses hukum

tersebut.

Hukum yang negatur tentang perbuatan adalah hukum karma atau karma Niyama, cara

bekerjanya hukum ini rumit dan kompleks dan proses pekerjaanya hukum karma didasarkan

kepada waktu, kekuatan dan fungsi.

Jika kita bandingkan dengan ajaran Ikuantao yang menyatakan hutang nyawa bayar

nyawa berkaitan dengan hidup non vegetarian. Dikatan jika kita melakukan penjagalan

(pemotongan/pembunuhan) maka semua arwah atau roh dari makhluk tersebut setelah

mengalami hukuman di neraka akan menuntut balas kepada sipenjagal.

20

Page 21: Abs Trak

5.7 Evaluasi terhadap Persepsi siswa SMP Panca Karya

Persepsi yang muncul dikalangan siswa Buddhis seperti yang penulis sampaikan di Bab

V, tentu saja adalah persepsi yang tidak benar, hal ini dapat kita lihat dari fakta-fakta yang

penulis sampaikan di Bab V ini. Bahwa kemudian persepsi penulis ini telah tertanam dikalangan

siswa, maka menjadi tanggung jawab dari semua pihakyang berkepentingan bagi pengembangan

ajaran Buddha Dhamma di Indonesia untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap penting

dan perlu untuk mengembalikan persepsi yang benar kepada siswa dan masyarakat Buddhis pada

umunya.

Sejak zaman reformasi bergulir pemerintah tidak lagi mengharuskan wadah tunggal

dalam memberikan aspirasi social maupu keagamaan. Kebijaksanaan ini tentu saja berimplikasi

bahwa setiap golongan atau sekte agama dapat mendirikan organisasinya masing-masing selama

tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan Negara maupun menimbulkan gejolak social

yang mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara.

Agama Buddha adalah agama yang mengajarkan kebenaran universal yang bisa

dibuktikan dan tidak takut untuk mempertanyakan kebenarannya ajaran ini tidak berdasarkan

ajarannya pada dogma-dogma maupun kekuatan makhluk adi kodrati, tetapi hukum universal

yang berlaku dialam semesta.

Dari dalil –dalil maupun acuan ajaran kaidah dasar agama Buddha yang penulis

sampaikan diatas dan dibandingkan dengan kaidah dasar ajaran Ikuantao maka penulis

menyimpulkan bahwa hipotesa awal yang penulis berikan di awal penelitian ini yaitu “perbedaan

yang sanagt mendasar antara ajaran Ikuantao dan agama Buddha” terbukti benar, bahwa terdapat

perbedaan yang dangat jelas dan tegas diantara kedua ajaran.

21

Page 22: Abs Trak

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pemilihan judul penelitian bagaimanapun seperti yang penulis sampaikan diawal

pembahasan, penulis tidak bertujuan untuk mendiskreditkan pihak manapun, penelitian ini

semata-mata untuk tujuan ilmiah dan dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga apa yang dihasilkan

penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Menguti oapa yang disampaikan oleh

seorang pendeta Nasrani yaitu Bapak J.A Ferdinandus dalam suatu forum kerukunan umat

beragama Sumatera Utara yang penulis ikuti yaitu “apa yang berbeda dari agama-agama jangan

disamakan dan apa yang sama jangan di beda-bedakan” sebagai panduan dalam menjaga

kerukunan hidup beragama.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan dengan pertimbangan mengenai hal diatas

maka penulis mengambil kesimpulan :

1. Ajaran agama Buddha atau Buddha Sasana adalah bersumber dari pengetahuan melalui

penembusan Dharma yang dicapai Buddha Sakyamuni secara langsung sehingga upaya

apapun untuk menyatakan ada ajaran yang lebih tinggi atau pencapaian makhluk lain yang

dianggap suci tidak bisa diterima.

2. Menurut agama Buddha kehidupan manusia dimulai tanpa awal manusia tidak diciptakan

makhluk lain maupun dirinya sendiri, ia muncul karena sebab dan kondisi yang mendukung.

3. Tri-Ratna, san Pao atau Trisarana adalah perlindungan yang utama bagi umat Buddha yang

terdiri dari Buddha Dharma dan Sangha dan ketiga perlindungan ini dirahasiakan.

4. Proses kematian dan kelahiran dari sata kehidupan ke kehidupan berikutnya menurut ajaran

Buddha berlangsung sangat cepat dari patisangdhi, muncul bhavanga citta berproses lalu

muncul monodvaravajjana, javana serta bhavanga citta.

5. Menurut ajaran Buddha Sakyamuni ada hukum alam semesta yang terdiri dari panca Niyama

atau lima Niyama. Hukum ini berkalu diseluruh alam semsta. Salah satu hukum yang

mengatur hukum karma adalah karma niyama.

6. Buddha Sakyamuni adalah guru tidak hanya bagi manusia tetapi juga makhluk dewa, beliau

adalah sosok penyelamat bagi semua makhluk yang telah mengajarkan cara dan bimbingan

setiap makhluk untuk bebas dari penderitaan dan mencapai Nibbana

22

19

Page 23: Abs Trak

7. Agama Buddha adalah agama yang mengajukan kebenaran universal yang bisa dibuktikan

dan tidak takut untuk dipertanyakan kebenaranya. Ajaran ini tidak mendasarkan ajaranya

kepada dogma-dogma maupun kekuatan makhluk adi kodrati, tetapi kepada hukum universal

yang berlaku dilan semesta.

8. Menurut ajaran Buddha bahwa kebajikan saja tidak cukup untuk mencapai Nibbana, Nibbana

hanya bisa di capai dengan menjalankan jalan utama beruas delapan sehingga kotoran batin

yang muncul kebencian , keserakahan dan kebodohan dapat lenyap, sedangkan ajaran

ikuantao menyatakan bahwa tujuan akhir hanya dapat dicapai melalui pembukaan pintu suci

sebagai satu-satunya jalan dan pertobatan dengan bervegetarian, melalui kebajikan serta

melintasi umat

9. Persepsi yang muncul dikalangan siswa Buddhis yang menyatakan bahwa ajaran Ikuantao

bukan ajaran Buddha.

10. Terdapat perbedaan yang tegas dan jelas diantara agama Buddha dan ajaran Ikuantao.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulismemberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada siswa Buddhis khusunya siswa Panca Karya penulis menyarankan kepada mereka

agar dapat mempelajari ajaran Buddha dengan lebih baik, bersyukurlah dapat dilahirkan di

keluarga Buddhis sehingga memiliki kesempatan untuk beragam Buddha.

2. Kepada siswa Buddhis penulis harapkan dapat menjadikan hasil dari penelitian ini sebagai

pedoman untuk memahami ajaran Buddha yang benar.

3. Kepada kalangan penganut ajaran Ikuantao penulis sampaikan bahwa sekarang pemerintah

telah memberikan kesempatan yang lebih luas untuk menjalankan kehidupan beragama yang

lebih baik, alangkah bijaksananyajika mereka menyebar luaskan ajaran mereka tidak dengan

mengatas namakan ajaran atau symbol agama Buddha.

4. Kepada kalangan umat Buddha yang terlanjur ikut dengan ajaran Ikuantao maupun agama

lain , jika sadar dan ingin kembali menyatakan diri sebagai umat Buddhism aka ajaran

Buddha tidak pernah menutup pintunya. Keputusan beragama adalah pilihan anda,

sebagaimana bibit yang anda tanam dan rawat demikianlah buah yang akan anda nikmati.

5. Kepada kalangan umat Buddha, penulis sampaikan bahwa dari pada bicara tentang

perbedaan-perbedaan, pemahaman antara aliran akan lebih bijaksana jika kita mulai bekerja

bersama-sama untuk membangun potensi yang sangat besar yang dimiliki umat Buddha yang

sangat sedikit diperhatikan.

6. Kepada kalangan semua guru agama Buddha marilah kita dengan keterbatasan yang ada

menggunakan upaya kausaliya atau cara bijak untuk mengajarkan Dharma yang lebih

23

Page 24: Abs Trak

7. mudah diterima dan dimengerti bagi siswa-siswa Buddha sehingga mereka lebih tertarik

mempelajari dan mendalami agama Buddha.

8. Kepada pihgak mahasiswa lainnya penulis sampaikan bahwa penelitiuan yang masih

sederhana dan terbatas yang penulis lakukan kiranya dapat dijadikan landasan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut untuk kepentingan pengembangan Buddha Dharma.

9. Kepada kalangan pandita, Dharma Duta, room, Rohaniawan Buddhis agar kiranya hasil

penelitian ini dapat dijadikan sumber wawasan dalam menyebarkan Buddha Dharma.

10. Kepada rekan-rekan sedharma semoga dengan hasil penelitianini dapat menambah wawasan

dan keyakinan atas perbedaan ajaran Buddha dengan ajaran lain dalam banyak hal.

11. Untuk menyikapi sikap darisebagian umat Buddha yang kurang memahami atau bahkan

salah dalam pemahaman terhadap ajaran budha maka seluruh komponen umat Buddha yang

berkewajiban turut menyebarkan Buddha-Dharma, penulis sarankan untuk dapat

menyikapinya dengan penuh kebijaksanaan dan Welas asik dalam membimbing dan

mengarahkanmereka untuk kembali kepada ajaran Buddha yang benar.

24