Upload
winny
View
6
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skripsi
Citation preview
ABSTRAK
Hubungan antara olahraga dengan tingkat stres pada kasir bank
LATAR BELAKANGStres merupakan salah satu dari dari tujuh penyakit yang paling sering terjadi di tempat
kerja. Dampak dari stres tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan serta
penurunan produktivitas kerja. Salah satu upaya mengatasi dan mengantisipasi stress
adalah dengan berolahraga. Untuk itu dibutuhkan penelitian mengenai hubungan antara
olahraga dengan tingkat stres itu sendiri. Pada penelitian Sukadiyanto ditemukan bahwa
latihan kebugaran jasmani dengan aktivitas ringan sampai sedang minimal dalam waktu
20 menit juga dimaksudkan untuk mendorong munculnya hormon endorphin yang akan
memunculkan rasa bahagia dalam diri individu itu sendiri.
METODE Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan data primer yaitu menggunakan
kuesioner. Sampel penelitian berjumlah 50 responden yang tercatat sebagai karyawan
kasir Bank BCA Bangka Belitung dan diambil secara consecutive sampling. Analisis data
menggunakan uji Chi-square.
HASILDari 50 karyawan kasir bank, didapatkan 36% responden laki – laki dan 64% responden
perempuan. Tidak rutin berolahraga ditemukan sebanyak 54% dan rutin berolahraga
46%. Tingkat stres dengan kategori normal 52%, ringan 26%, sedang 22%, dan untuk
kategori parah dan sangat parah dengan hasil 0. Berdasarkan analisis bivariat tidak
didapatkan hubungan antara olahraga dengan tingkat stres pada karyawan kasir bank
BCA Bangka Belitung.
KESIMPULANTidak didapatkan hubungan yang bermakna antara olahraga dengan tingkat stres pada
kasir bank di Bank BCA Bangka Belitung.
Kata kunci : olahraga, tingkat stres.
PENDAHULUAN
Dalam dunia kerja, sering kali timbul berbagai masalah dan kondisi – kondisi
yang dapat memicu stres. Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi yang didalamnya
seorang individu dihadapkan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan
dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak
pasti dan penting.1
Berdasarkan Japanese National Survey of Health di tahun 2004, stres yang
berkaitan dengan pekerjaan merupakan penyebab stres paling sering.2 Berdasarkan data
dari CDC, jumlah kasus stres kerja yang terjadi di dunia terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya dari 4409 kasus pada tahun 1998 menjadi 5659 kasus pada tahun 2001.
Jumlah kasus ini bertambah khususnya pada pekerja yang berusia muda 4.
Health and Safety Executive (HSE) Inggris menyebutkan stres, depresi, dan
ansietas sebagai salah satu dari tujuh penyakit yang paling sering terjadi di tempat kerja.
Angka kejadian ini senantiasa sama sejak 2001 hingga 2010.6 Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2007, gangguan kejiwaan yang berkaitan dengan
emosional dan perilaku terjadi paling sering pada usia produktif atau usia kerja (17–54
tahun).
Gangguan akibat stres kerja sering kali menimbulkan keluhan secara fisik,
misalnya sakit kepala, tekanan darah meninggi, rambut rontok bahkan dapat
menimbulkan depresi pada individu tersebut. Selain keluhan fisik, stres juga dapat
menyebabkan penurunan produktivitas kerja dan absensi meningkat8. Bila stres menjadi
terlalu besar, prestasi kerja akan menurun. Salah satu cara terbaik untuk mengurangi stres
adalah olahraga secara teratur9, karena dengan berolahraga dapat membantu
meningkatkan energi dan stamina, juga dapat membuat pikiran menjadi lebih tenang.
Pada penelitian Sukadiyanto ditemukan bahwa latihan kebugaran jasmani dengan
aktivitas ringan sampai sedang minimal dalam waktu 20 menit juga dimaksudkan untuk
mendorong munculnya hormon endorphin dalam diri individu itu sendiri. Dengan
munculnya hormon endorphin tersebut akan berdampak pada individu merasakan riang
dan gembira.10 oleh karena itu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan
olahraga dengan tingkat stres kerja pada pekerja kantoran terutama kasir bank.
METODE
Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan data primer yaitu
menggunakan kuesioner. Sampel pada penelitian ini adalah responden yang bekerja
sebagai karyawan kasir bank BCA Bangka Belitung. Sedangkan sampel yang tidak
terpilih sebagai subjek penelitian yaitu responden yang memenuhi kriteria ekslusi yaitu,
para kasir bank yang tidak bersedia mengikuti penelitian.
Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus populasi finit dan infinit sebanyak
50 responden yang diambil secara consecutive sampling. Data primer pada penelitian ini
berupa identitas karyawan kasir bank, serta kuesioner mengenai aktivitas olahraga dan
kuesioner yang digunakan untuk mengetahui tingkatan stres. Sedangkan data sekunder
pada penelitian ini berupa jumlah pekerja kasir bank yang didapatkan dari bagian
administrasi. Pengumpulan data dilakukan sejak bulan Maret hingga April 2015 di kantor
Bank BCA provinsi Bangka Belitung. Analisis data menggunakan SPSS for windows
versi 20.0 dengan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Analisis bivariat menggunakan uji
Chi-square.
HASIL
Tabel 1. Distibusi responden
Distribusi subjek n = 50 %Jenis kelamin Laki – laki 18 36,0 Perempuan 32 64,0Olahraga < 30 menit sebanyak 0-2 kali seminggu
27 54,0
30 menit sebanyak 3-4 kali seminggu
23 46,0
Stres Normal 26 52,0 Ringan 13 26,0 Sedang 11 22,0
Berdasarkan uji statistik pada tabel 1 sesuai analisis data univariat menunjukkan
jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 50 responden, dengan data 36,0% laki – laki dan
64,0% adalah perempuan. Jumlah responden dengan olahraga kurang dari 30 menit dan
dilakukan sebanyak 0 hingga 2 kali selama seminggu yaitu 54,0%, sedangkan 64,0%
pada responden dengan olahraga 30 menit dan dilakukan sebanyak 3 hingga 4 kali selama
seminggu. Tingkatan stres dengan kategori normal sebanyak 26 responden (52,0%), stres
ringan sebanyak 13 responden (26,0%), sedangkan stres sedang sebanyak 11 responden
(22,0%). Pada penelitian ini tidak ditemukan kategori stres parah dan sangat parah, atau
dikatakan hasil 0.
Tabel 2. Hubungan antara olahraga dengan tingkat stres
Variabel Tingkat stres p-valueNormal n(%) Ringan n(%) Sedang n(%)
Olahraga<30 menit sebanyak 0-2 kali seminggu
15 (30,0%) 7 (14,0%) 5 (10,0%)0,792 ¶
30 menit sebanyak 3-4 kali seminggu
¶ : uji Chi-square
11 (22,0%) 6 (12,0%) 6 (12,0%)
Tabel 2 menunjukkan analisis bivariat yang menghubungkan antara olahraga
dengan tingkat stres. Dapat dilihat bahwa pada penelitian ini responden yang berolahraga
kurang dari 30 menit yang dilakukan sebanyak 0 hingga 2 kali selama seminggu memiliki
tingkat stres normal sebesar 15 responden (30,0%), kemudian tingkat stres ringan sebesar
7 responden (14,0%) dan tingkat stres sedang sebanyak 5 responden (10,0%). Sedangkan
untuk responden yang berolahraga 30 menit sebanyak 3 hingga 4 kali selama seminggu
memiliki tingkat stres normal sebesar 11 responden (22,0%), kemudian tingkat stres
ringan sebesar 6 responden (12,0%) dan tingkat sedang sebesar 6 responden (12%,0).
Pada penelitian ini di temukan bahwa responden terbanyak yaitu sebesar 15 orang
(30,0%) memiliki stres normal dengan olahraga kurang dari 30 menit sebanyak 0 hingga
2 kali dalam seminggu. Dari hasil uji Chi-square, dapat diketahui hasil analisis mengenai
hubungan antara olahraga dengan tingkat stres pada kasir bank BCA Bangka Belitung
diperoleh nila p = 0,792, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara olahraga dengan tingkat stres pada karyawan kasir bank di Bank
BCA provinsi Bangka Belitung.
PEMBAHASAN
Distribusi olahraga
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa subjek
penelitian lebih banyak yang kurang berolahraga yaitu kurang dari 30 menit dan
dilakukan sebanyak 0 hingga 2 kali selama seminggu. Hasil penelitian ini juga memiliki
kesamaan dengan hasil penelitian oleh Yulia Ovina, Idrat Riowastu dan Yuwono yaitu
para responden memiliki hasil yang lebih tinggi pada kategori tidak rutin berolahraga.
Distribusi tingkat stres
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai distibusi stres pada
responden didapatkan bahwa hasil tertinggi adalah responden memiliki tingkat stres yang
normal yaitu sebanyak 52% dari total responden. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahmawati dengan hasil tingkat stres
responden paling tinggi terdapat pada kategori stres yang rendah atau normal.
Hubungan olahraga dengan tingkat stres
Hasil analisis secara bivariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki olahraga yang kurang teratur, yaitu kurang dari 30 menit dan dilakukan
sebanyak 0 hingga 2 kali selama seminggu. Dapat diketahui bahwa responden yang
melakukan olahraga kurang dari 30 menit dan dilakukan sebanyak 0 hingga 2 kali selama
seminggu yang memiliki tingkatan stres normal sebanyak 15 responden (30%), dan yang
memiliki tingkatan stres ringan sebanyak 7 responden (14%), sedangkan pada tingkatan
stres sedang didapatkan sebanyak 5 responden (10%). Pada hasil responden yang
memiliki olahraga teratur, yaitu 30 menit dan dilakukan sebanyak 3 hingga 4 kali selama
seminggu yang memiliki tingkatan stres normal sebanyak 11 responden (20%), yang
memiliki tingkatan stres ringan didapatkan sebanyak 6 responden (12%), dan pada
tingkatkan stres sedang didapatkan 6 responden (12%). Sedangkan pada hasil penelitian
ini tidak didapatkan tingkatan stres parah dan sangat parah. Dari hasil uji Chi – square
diperoleh nilai p = 0,792 berarti p > 0,05 maka H0 diterima, yaitu menyatakan bahwa
tidak adanya hubungan yang signifikan antara olahraga dengan tingkat stres kerja pada
kasir bank.
Diketahui bahwa, olahraga menyebabkan tubuh bereaksi termasuk otak. Sebagai responnya otak akan melepaskan hormon-hormon termasuk endorphin dan neurotransmitter yang bisa mempengaruhi suasana hati. Dengan olahraga dapat membantu merangsang otot-otot, sirkulasi darah dan memperlancar aliran oksigen dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa segar dan otak bekerja dengan lebih baik. Sehingga dengan demikian olahraga dapat membantu mencegah stres.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhayat dan Siti Utami bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan antara olahraga dengan tingkat stres. Hasil analisis peneliti dan hasil analisis oleh Suhayat dan Siti Utami mendapatkan hasil yang bebeda, hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor. Adapun berbagai faktor yang berbeda yang dapat mempengaruhi hasil analisis, misalnya subjek penelitian pada peneliti dilakukan pada kasir bank BCA dengan rentang umur adalah usia produktif atau usia pekerja, sedangkan pada penelitian Suhayat dan Siti Utami subjek penelitannya adalah kelompok mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan. Perbedaan hasil dapat pula disebabkan karena perbedaan lokasi penelitian, lokasi penelitian yang diambil adalah di Bank BCA provinsi Bangka Belitung sedangkan pada penelitian Suhayat dan Siti Utami lokasi penelitiannya adalah di FPOK UPI Bandung.
Namun hasil penelitian Suhayat dan Siti Utami memiliki hasil yang berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jemirda Sundari yang mendapatkan hasil bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan intensitas olahraga.
Hasil analisis Jemirda Sundari ini juga memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Erlyn Yulita Cendykia yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara keteraturan olahraga dengan tingkat stres.
Keterbatasan penelitian
Keterbatasan waktu penelitian yang dimiliki peneliti membuat peneliti
menggunakan desain penelitian cross-sectional. Kelemahan desain ini adalah sulit untuk
menentukan hubungan sebab akibat karena pengambilan dan risiko dan efek dilakukan
dalam satu kali pengukuran sehingga peneliti tidak dapat memperhatikan aspek yang
terjadi pada responden sebelum dan sesudah pengukuran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut : 1) Distribusi olahraga responden didapatkan hasil tertinggi
adalah kategori kurang dari 30 menit dengan dilakukan sebanyak 0 hingga 2 kali dalam
seminggu dengan jumlah responden 27 orang (54%), 2) Distribusi stres responden
didapatkan hasil tertinggi adalah kategori stres normal dengan jumlah responden 26
orang (52%), 3) Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara olahraga dengan tingkat
stres pada kasir bank di Bank BCA Bangka Belitung. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
setiap responden memberi respon yang berbeda-beda terhadap stres itu sendiri, dan
banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres tidak hanya dengan olahraga
saja.