20
 Diagnosis Pada Abses Peritonsiler BAB I PENDAHULUAN Abses peritonsil termasuk salah satu abses leher bagian dalam. Selain abses peritonsil, abses parafa ri ng, abses re tr of ar ing, dan ang ina ludov ic i (  Ludwi g’s angina ), atau abse s submandibula juga termasuk abses leher bagian dalam. Abses leher dalam terbentuk di antara fascia leher dalam sebagai akibat perjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorokan, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Penjalaran infeksi disebabkan oleh perembesan peradangan melalui kapsula tonsil. Peradangan aka n mengakiba tka n ter bentuknya abses dan bia sanya uni lat eral. Gejala dan tan da klinik setempat berupa nyeri dan pembengkakan akan menunjukkan lokasi infeksi. Abses per itonsi l ada lah kumpul an nana h yang ter bent uk di dalam rua ng per itonsil. Kuman penyebab sama dengan penyebab tonsilitis, dimana dapat ditemukan kuman aerob dan anaerob. Tempat terjadinya abses biasanya adalah di bagian pillar tonsil anteroposterior, fossa  piriform inferior, dan palatum superior. Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, namun paling sering terjadi pada umur 20-40. Pa da ana k- ana k jara ng terj adi kec uali pada mere ka ya ng menur un sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan nafas yang signifikan pada anak-anak. Infeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Di Amerika insiden tersebut kadang-kadang berkisar 30 kasus per 100.000 orang per tahun, kemungkinan hampir 45.000 kasus setiap tahun. Abses peritonsil terbentuk karena penyebaran organisme bakteri dari tonsil atau daerah lain di sekit arnya . Sumber infeks i dapat berasal dari penjal aran tonsi litis akut yang mengal ami supura si, menembu s kapsul tonsil, maupun penjal aran dari infeksi gigi. Dalam hal ini infeksi telah menembus bagian kapsul tonsil, tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring. Manifestasi klinis abses peritonsiler biasanya berupa gejala dan tanda tonsilitis  akut, yaitu demam tinggi, otalgia, nyeri menel an, nyeri tenggoro k, munta h, mulut berbau, hipersali vasi, suara sengau, kadang-kadang sulit membuka mulut (trismus), serta pembengkakan dan nyeri tekan pada kelenjar submandibula. Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1

abses peritonsiler

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 1/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

BAB I

PENDAHULUAN

Abses peritonsil termasuk salah satu abses leher bagian dalam. Selain abses peritonsil,

abses parafaring, abses retrofaring, dan angina ludovici (  Ludwig’s angina), atau abses

submandibula juga termasuk abses leher bagian dalam.

Abses leher dalam terbentuk di antara fascia leher dalam sebagai akibat perjalaran infeksi

dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorokan, sinus paranasal, telinga tengah dan leher.

Penjalaran infeksi disebabkan oleh perembesan peradangan melalui kapsula tonsil. Peradangan

akan mengakibatkan terbentuknya abses dan biasanya unilateral. Gejala dan tanda klinik 

setempat berupa nyeri dan pembengkakan akan menunjukkan lokasi infeksi.Abses peritonsil adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil.

Kuman penyebab sama dengan penyebab tonsilitis, dimana dapat ditemukan kuman aerob dan

anaerob. Tempat terjadinya abses biasanya adalah di bagian pillar tonsil anteroposterior, fossa

 piriform inferior, dan palatum superior.

Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, namun paling sering terjadi pada

umur 20-40. Pada anak-anak jarang terjadi kecuali pada mereka yang menurun sistem

immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan nafas yang signifikan pada anak-anak.

Infeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Di Amerika insiden

tersebut kadang-kadang berkisar 30 kasus per 100.000 orang per tahun, kemungkinan hampir 

45.000 kasus setiap tahun.

Abses peritonsil terbentuk karena penyebaran organisme bakteri dari tonsil atau daerah

lain di sekitarnya. Sumber infeksi dapat berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami

supurasi, menembus kapsul tonsil, maupun penjalaran dari infeksi gigi. Dalam hal ini infeksi

telah menembus bagian kapsul tonsil, tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring.

Manifestasi klinis abses peritonsiler biasanya berupa gejala dan tanda tonsilitis akut, yaitu

demam tinggi, otalgia, nyeri menelan, nyeri tenggorok, muntah, mulut berbau, hipersalivasi,

suara sengau, kadang-kadang sulit membuka mulut (trismus), serta pembengkakan dan nyeri

tekan pada kelenjar submandibula.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1

Page 2: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 2/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

Beberapa tahun terakhir ini penegakan diagnosis dan penanganan pada infeksi leher 

dalam telah memberi tantangan kepada para ahli untuk melakukan penelitian lebih dalam.

Rumitnya dan dalamnya lokasi pada daerah ini membuat sulitnya ditegakkan diagnosis dan

 penanganan. Pada referat ini, penulis mencoba menguraikan tentang langkah-langkah apa saja

yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa abses peritonsiler. Semoga bermanfaat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2

Page 3: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 3/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Tonsil

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer 

merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal.

A) Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam

fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot

 palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan

 panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke

dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang

kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral

orofaring. Dibatasi oleh:

• Lateral – muskulus konstriktor faring superior 

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 3

Page 4: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 4/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

• Anterior – muskulus palatoglosus

• Posterior – muskulus palatofaringeus

• Superior – palatum mole

Inferior – tonsil lingual

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi

invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat

dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat

retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting

mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur 

  pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan

 pusat germinal.

Fosa Tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot

 palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding

luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang

tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus

glosofaringeal.

Vaskularisasi

Tonsil mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu :

1. Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris

dan arteri palatina asenden;

2. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden;

3. Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal;4. Arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh

arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 4

Page 5: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 5/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas

tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden.

Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari

faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan

 pleksus faringeal.

Aliran getah bening

Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal

  profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus

sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus

torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan

 pembuluh getah bening aferen tidak ada.

Persarafan

Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus

glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.

Imunologi TonsilTonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B

membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil

adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di

  pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen,

interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang

immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area

ekstrafolikular, mantle zone   pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel

limfoid.

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan

 proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 5

Page 6: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 6/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

• Menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif;

• Sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan

antigen spesifik.

B) Tonsil Faringeal (Adenoid)

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid

yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun

teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong

diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian

tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid

terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama

ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa

Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-

masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-

7 tahun kemudian akan mengalami regresi.

C) Tonsil Lingual

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum

glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen

sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.

2.2 Abses Peritonsiler

2.2.1 Definisi

Abses peritonsil, yang sering disebut sebagai Quinsy, adalah suatu rongga

yang berisi nanah didalam jaringan peritonsil yang terbentuk sebagai hasil dari

tonsillitis supuratif.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 6

Page 7: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 7/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

2.2.2 Epidemiologi

Abses peritonsiler dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, namun paling

sering terjadi pada umur 20-40 tahun. Pada anak-anak jarang terjadi kecuali pada

mereka yang menurun sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi

 jalan napas yang signifikan pada anak-anak. Infeksi ini memiliki proporsi yang

sama antara laki-laki dan perempuan. Bukti menunjukkan bahwa tonsilitis kronik 

atau percobaan multipel penggunaan antibiotik oral untuk tonsilitis akutmerupakan predisposisi pada orang untuk berkembangnya abses peritonsiler. Di

Amerika insiden tersebut kadang-kadang berkisar 30 kasus per 100.000 orang per 

tahun, dipertimbangkan hampir 45.000 kasus setiap tahun.

2.2.3 Etiologi

Infeksi tonsil berlanjut menjadi selulitis difusa dari daerah tonsil meluas

sampai palatum molle. Kelanjutan proses ini menyebabkan abses peritonsil.

Kelainan ini dapat terjadi cepat, dengan onset awal dari tonsillitis atau akhir dari

 perjalanan penyakit tonsilitis akut. Biasanya unilateral dan kuman penyebab sama

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 7

Page 8: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 8/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

dengan tonsillitis, dapat ditemukan kuman aerob dan anaerob6. Kemungkinan

abses peritonsil disebabkan oleh infeksi pada kripta difusa supra tonsil, dimana

ukurannya besar, merupakan suatu kavitas seperti celah dengan tepi tak teratur 

dan berhubungan erat dengan bagian posterior dan bagian luar tonsil11. Abses

 peritonsil juga terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang

 bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman

 penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsilitis. Biasanya unilateral dan

lebih sering pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa muda.

Abses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun

yang bersifat anaerob. Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses

 peritonsiler adalah Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik streptoccus),Staphylococcus aureus, dan   Haemophilus influenzae. Sedangkan organisme

anaerob yang berperan adalah  Fusobacterium.   Prevotella, Porphyromonas,

 Fusobacterium, dan Peptostreptococcus spp. Untuk kebanyakan abses peritonsiler 

diduga disebabkan karena kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobik.

Sedangkan virus yang dapat menyebabkan abses peritonsil antara lain eipsten-

 barr, adenovirus, influenza A dan B, herpes simplex, dan parainfluenza.

2.2.4 Patofisiologi

Patofisiologi abses peritonsiler belum diketahui sepenuhnya. Namun, teori

yang paling banyak diterima adalah kelanjutan episode tonsillitis eksudatif 

menjadi peritonsillitis dan diikuti pembentukan abses. Berikut ini adalah tiga teori

 patogenesa terjadinya abses peritonsiler.

• Teori Parkinson (1970)

Penyebaran abses ke ruang peritonsil oleh karena di dalam ruang peritonsil

terdapat kelompok kelenjar yang terletak di permukaan superior dari

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 8

Page 9: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 9/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

kapsul tonsil di pool atas. Kelompok kelenjar ini mudah mendapatkan

infeksi dari tonsil. Bila kelompok ini terinfeksi mudah terjadi abses di

dalam ruangan yang terisi jaringan ikat longgar.

Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat

longgar, oleh karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil

tersering menempati daerah ini, sehingga tampak palatum mole

membengkak. Abses peritonsil juga dapat terbentuk di bagian inferior,

namun jarang.

• Teori Ballenger (1977)

Perluasan infeksi ke ruang peritonsil, berasal dari kripte yang besar di pole

atas yang merupakan celah yang berhubungan erat dengan bagian luar 

tonsil, sehingga infeksi yang terjadi pada kripte mudah menjalar ke atas

 belakang (superior posterior) dari ruangan peritonsil.

• Teori Paparella (1980)

Terjadinya abses oleh karena infeksi yang berasal dari proses akut tonsil

dan menembus kapsul, sampai ke ruangan peritonsil tetapi masih dalam

 batas otot konstriktor faring.

Pada stadium permulaan (stadium infiltrat), selain pembengkakan tampak juga

 permukaan yang hiperemis. Bila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak dan

  berwarna kekuning-kuningan. Tonsil terdorong ke tengah, depan, dan bawah,

uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Bila proses terus berlanjut,

  peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan iritasi pada m.pterigoid

interna, sehingga timbul trismus. Abses dapat pecah spontan, sehingga dapat

terjadi aspirasi ke paru. Selain itu, abses peritonsiler terbukti dapat timbul de novo

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 9

Page 10: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 10/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

tanpa ada riwayat tonsillitis kronis atau berulang sebelumnya. Abses peritonsiler 

dapat juga merupakan suatu gambaran dari infeksi virus Epstein-Barr.

Abses peritonsil yang timbul sebagai kelanjutan tonsilitis akut biasanya timbul

 pada hari ke 3 dan ke 4 dari tonsillitis akut. Sumber infeksi berasal dari salah satu

kripta yang mengalami peradangan, biasanya kripta fossa supratonsil, dimana

ukurannya besar, merupakan kavitas seperti celah dengan tepi tidak teratur, dan

 berhubungan erat dengan bagian posterior dan bagian luar tonsil. Muara dari

kripta yang mengalami infeksi tersebut tertutup sehingga abses yang terbentuk di

dalam saluran kripta akan pecah melalui kapsul tonsil dan berkumpul pada tonsil

“bed ”. Pus yang berkumpul pada fosa supratonsil tersebut akan menimbulkan

 penonjolan, pembengkakan dan edema dari palatum molle sehingga tonsil akanterdorong kearah medial bawah. Walaupun sangat jarang abses peritonsil dapat

terbentuk di inferior.

Abses peritonsiler juga bisa sebagai kelanjutan dari infeksi yang bersumber 

dari kelenjar mukus weber. Kelenjar ini berhubungan dengan permukaan atas

tonsil lewat duktus dan kelenjar ini membersihkan area tonsil dari debris dan sisa

makanan yang terperangkap di kripta tonsil. Inflamasi pada kelenjar weber dapat

menyebabkan selulitis. Infeksi ini menyebabkan duktus sampai permukaan tonsil

menjadi lebih terobstruksi akibat inflamasi sekitarnya. Hasilnya adalah nekrosis

  jaringan dan pembentukan pus yang menghasilkan tanda dan gejala abses

 peritonsil.

2.2.5 Gambaran Klinis

Abses peritonsil akan menggeser kutub superior tonsil ke arah garis tengah

dan dapat diketahui derajat pembengkakan yang ditimbulkan di palatum molle.

Terdapat riwayat faringitis akut, tonsillitis, dan rasa tidak nyaman pada

tenggorokan atau faring unilateral yang semakin memburuk. Keparahan dan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 10

Page 11: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 11/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

 progresivitasnya ditunjukkan dari trismus. Kebanyakan pasien menderita nyeri

hebat.

Gejala yang dikeluhkan pasien antara lain panas sub febris, disfagia dan

odinofagia yang menyolok dan spontan, “hot potato voice”, mengunyah terasa

sakit karena m. masseter menekan tonsil yang meradang, nyeri telinga (otalgia)

ipsilateral, foetor ex orae, perubahan suara karena hipersalivasi dan banyak ludah

yang menumpuk di faring, rinolalia aperta karena udem palatum molle (udem

dapat terjadi karena infeksi menjalar ke radix lingua dan epiglotis = udem

  perifokalis), trismus (terbatasnya kemampuan untuk membuka rongga mulut)

yang bervariasi, tergantung derajat keparahan dan progresivitas penyakit, trismus

menandakan adanya inflamasi dinding lateral faring dan m. Pterigoid interna,sehingga menimbulkan spasme muskulus tersebut. Akibat limfadenopati dan

inflamasi otot, pasien sering mengeluhkan nyeri leher dan terbatasnya gerakan

leher (torticolis).

2.2.6 Diagnosis banding

Abses peritonsil harus dibedakan infiltrat peritonsil. Untuk membedakannya,

 pada stadium infiltrasi belum terdapat trismus, dan kejadiaanya baru berlangsung

1-3 hari. Untuk membedakannya dilakukan punksi percobaan dan hasil pungsi

tidak didapatkan pus.

Karsinoma tonsil dicurigai bila permukaan tonsil tidak rata atau permukaan

 bunga kubis dan ada jaringan nekrotik atau ulkus. Diagnosis banding adalah abses

leher dalam lainnya yaitu abses retrofaring dan, abses parafaring.

Gambaran infeksi ruang submaksila juga bisa seperti abses peritonsil. Infeksi

ini biasanya terjadi akibat karies atau infeksi pada gigi molar. Pus dapat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 11

Page 12: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 12/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

mendorong otot-otot dalam ke arah konstriktor superior sehingga tonsil terdorong

ke medial, seperti pada quinsy.

2.2.7 Diagnosis

Diagnosis abses peritonsiler akan dibicarakan sendiri di bab berikutnya.

2.2.8 Penatalaksanaan

Penanganan abses peritonsiler meliputi hidrasi, menghilangkan nyeri, dan

antibiotik yang efektif mengatasi Staphylococcus aureus dan bakteri anaerob.

Aspirasi needle merupakan penanganan yang efektif pada 75 % abses peritonsiler 

  pada anak-anak dan dianjurkan sebagai terapi utama kecuali terdapat riwayattonsilitis rekuren atau abses peritonsiler sebelumnya maka indikasinya adalah

tonsilektomi dengan segera.

Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi, dan obat

simtomatik. Juga perlu kumur-kumur dengan cairan hangat dan compres dingin

  pada leher. Pemilihan antibiotik yang tepat tergantung dari hasil kultur 

mikroorganisme pada aspirasi jarum. Penisilin merupakan “drug of chioce” pada

abses peritonsilar dan efektif pada 98% kasus jika yang dikombinasilakn dengan

metronidazole. Dosis untuk penisilin pada dewasa adalah 600mg IV tiap 6 jam

selama 12-24 jam, dan anak 12.500-25.000 U/Kg tiap 6 jam. Metronidazole dosis

awal untuk dewasa 15mg/kg dan dosis penjagaan 6 jam setelah dosis awal dengan

infus 7,5mg/kg selama 1 jam diberikan selama 6-8 jam dan tidak boleh lebih dari

4 gr/hari.

Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian

diinsisi untuk mengeluarkan nanah. Tempat insisi ialah di daerah yang paling

menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar 

uvula dengan geraham atas terakhir. Intraoral incision dan drainase dilakukan

dengan mengiris mukosa overlying abses, biasanya diletakkan di lipatan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 12

Page 13: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 13/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

supratonsillar. Drainase atau aspirate yang sukses menyebabkan perbaikan segera

gejala-gejala pasien.

Bila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri, diberikan analgesia lokal

di ganglion sfenopalatum. Kemudian pasien dinjurkan untuk operasi tonsilektomi

“a” chaud. Bila tonsilektomi dilakukan 3-4 hari setelah drainase abses disebut

tonsilektomi “a” tiede, dan bila tonsilektomi 4-6 minggu sesudah drainase abses

disebut tonsilektomi “a” froid. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah

infeksi tenang, yaitu 2-3 minggu sesudah drainase abses.

Tonsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang yang menderita abses

 peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya.

Abses peritonsil mempunyai kecenderungan besar untuk kambuh. Sampai saat ini

  belum ada kesepakatan kapan tonsilektomi dilakukan pada abses peritonsil.

Sebagian penulis menganjurkan tonsilektomi 6–8 minggu kemudian mengingat

kemungkinan terjadi perdarahan atau sepsis, sedangkan sebagian lagi

menganjurkan tonsilektomi segera.

Penggunaan steroids masih kontroversial. Penelitian terbaru yang dilakukan

Ozbek  mengungkapkan bahwa penambahan dosis tunggal intravenous

dexamethasone pada antibiotik parenteral telah terbukti secara signifikan

mengurangi waktu opname di rumah sakit, nyeri tenggorokan, demam, dantrismus dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi antibiotik parenteral.

2.2.9 Komplikasi

Komplikasi abses peritonsil dapat berupa edema laring akibat tertutupnya

rima glotis atau edema glotis akibat proses perluasan radang ke bawah. Keadaan

ini membahayakan karena bisa menyebabkan obstruksi jalan napas. Abses yang

  pecah secara spontan terutama waktu tidur dapat mengakibatkan aspirasi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 13

Page 14: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 14/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

 pneumonia dan piemia. Abses yang ruptur spontan biasanya pecah dari pilar 

anterior. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga dapat terjadi

abses parafaring. Kemudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum

menimbulkan mediastinitis.  Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat

mengakibatkan trombus sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak. Sekuele

  poststreptokokus (glomerulonefritis, demam reumatik) apabila bakteri penyebab

infeksi adalah   streptococcus Grup A.  Kematian, walaupun jarang dapat terjadi

akibat perdarahan atau nekrosis septik ke selubung karotis (carotid sheath). Dapat

 juga terjadi peritonsilitis kronis dengan aliran pus yang berjeda. Komplikasi juga

terjadi akibat tindakan insisi pada abses akibat perdarahan yang terjadi pada arteri

supratonsilar.

Sejumlah komplikasi klinis lainnya dapat terjadi jika diagnosis PTA

diabaikan. Beratnya komplikasi tergantung dari progresivitas penyakit. Untuk 

itulah diperlukan penanganan dan intervensi sejak dini.

2.2.10 Prognosis

Abses peritonsoler hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan

tonsilektomi. Tonsilektomi ditunda sampai 6 minggu setelah dilakukan insisi.

BAB III

DIAGNOSIS PADA ABSES PERITONSILER 

1. Anamnesis

Informasi dari pasien (anamnesis) sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis

abses peritonsiler. Adanya riwayat pasien mengalami nyeri pada tenggorokan adalah salah

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 14

Page 15: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 15/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

satu yang mendukung terjadinya abses peritonsilar. Riwayat adanya faringitis akut yang

disertai tonsilitis dan rasa kurang nyaman pada pharingeal unilateral.

2. Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tonsilitis akut dengan asimetri faring sampai

dehidrasi dan sepsis. Didapatkan pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar regional. Pada

  pemeriksaan kavum oral terdapat eritema, asimetri palatum mole, eksudasi tonsil, dan

  pergeseran uvula kontralateral. Dan pada palpasi palatum molle teraba fluktuasi.

 Nasofaringoskopi dan laringoskopi fleksibel direkomendasikan pada pasien yang mengalami

kesulitan bernapas, untuk melihat ada tidaknya epiglotitis dan supraglotis.

Abses peritonsiler biasanya unilateral dan terletak di kutub superior dari tonsil yang

terkena, di fossa supratonsillar. Mukosa di lipatan supratonsillar tampak pucat dan bahkan

seperti bintil – bintil kecil. Nasofaringoskopi dan laringoskopi fleksibel direkomendasikan

untuk penderita yang mengalami gangguan pernafasan.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Yang merupakan “gold standar”  untuk mendiagnosa abses peritonsiler adalah dengan

mengumpulkan pus dari abses menggunakan aspirasi jarum. Pus kemudian dikultur dan

dengan kultur ini dapat ditentukan organisme penyebab abses peritonsiler serta antibiotika

yang tepat untuk penatalaksanaannya.

Selain itu kultur, dapat juga dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap. Pada pasien

dengan abses peritonsiler akan didapatkan leukositosis.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 15

Page 16: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 16/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

•  Aspirasi Jarum (Needle Aspiration)

Aspirasi abses dapat dilakukan sebelum melakukan prosedur drainase. Tujuannya

adalah untuk mengkonfirmasi apakah yang terbentuk adalah abses ataukah penyebab

lainnya, misalnya keganasan.

Lokasi yang akan diaspirasi dianestesi dahulu dengan menggunakan lidocaine

dengan epinephrine dan jarum besar (berukuran 16–18 gauge) yang biasa menempel pada

syringe berukuran 10 cc. Jarum disuntikkan pada mukosa yang telah dianestesi

sebelumnya.

Aspirasi material yang bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan material

dapat dikirim untuk dibiakkan.

4. Pemeriksaan Penunjang

Lainnya

a. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium berupa hitung

darah lengkap, pengukuran kadar elektrolit. Karena pasien dengan abses peritonsil

seringkali dalam keadaan sepsis dan menunjukkan tingkat dehidrasi yang bervariasi

akibat tidak tercukupinya asupan makanan.

 

 b. Pemeriksaan radiologi  dapat membantu pada terapi abses peritonsil yang tidak mengalami

 perbaikan setelah dilakukan inspirasi dan drainase atau terdapat perburukan edema pada

selulitis peritonsil yang telah diterapi. Pada kasus tertentu dimana ternyata absesnya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 16

Page 17: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 17/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

terdapat di tonsil itu sendiri dan atau sebagian abses tersembunyi pada inferior atau

 posterior tonsil. Foto polos dapat berupa pandangan jaringan lunak lateral dari nasofaring

dan orofaring dapat membantu dokter dalam menyingkirkan diagnosis abses

retropharyngeal. Pada posisi AP, terdapat distorsi jaringan lunak, tapi tidak begitu

membantu dalam menentukan lokasi abses.

c. Pada pasien yang sangat muda, evaluasi radiologi dapat dilakukan dengan CT-scan pada

rongga mulut dan leher menggunakan kontras intravena. Ditemukan gambaran kumpulan

cairan hipodens di apex tonsil yang terkena, dengan penyengatan pada perifer. Gambaran

lainnya termasuk pembesaran asimetrik tonsil dan fossa sekitarnya.  Intraoral 

ultrasonography merupakan teknik pencitraan yang simpel dan non-invasif, dapat

membedakan selulitis dan abses.

BAB IV

KESIMPULAN

Abses peritonsiler merupakan kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil.

Keadaan ini dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, namun paling sering terjadi pada umur 20-40.

Pada anak-anak jarang terjadi kecuali pada mereka yang menurun sistem immunnya.

Patofisiologi abses peritonsiler belum diketahui sepenuhnya. Ada beberapa teori yang

mengemukakan mengenai bagaimana proses pembentukan abses peritonsil, yaitu teori

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 17

Page 18: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 18/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

Parkinson, teori Ballenger, dan teori Paparella. Namun pada prinsipnya, abses peritonsiler dapat

terbentuk karena adanya penyebaran organisme bakteri dari tonsil atau daerah lain di sekitarnya.

Sumber infeksi dapat berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus

kapsul tonsil, maupun penjalaran dari infeksi gigi. Dalam hal ini infeksi telah menembus bagian

kapsul tonsil, tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring.

Manifestasi klinis abses peritonsiler biasanya berupa gejala dan tanda tonsilitis akut, yaitu

demam tinggi, otalgia, nyeri menelan, nyeri tenggorok, muntah, mulut berbau, hipersalivasi,

suara sengau, kadang-kadang sulit membuka mulut (trismus), serta pembengkakan dan nyeri

tekan pada kelenjar submandibula.

Abses peritonsil harus dibedakan dengan infiltrat peritonsil, karsinoma tonsil, infeksi

ruang submandibula, dan abses leher dalam lainnya, seperti abses retrofaring, dan abses

 parafaring.

Diagnosis abses peritonsiler ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

  pemeriksaan penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium dan pencitraan radiologi.

Yang merupakan  gold standar untuk mendiagnosa abses peritonsiler adalah dengan melakukan

kultur dari hasil aspirasi jarum pada lokasi abses.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk kasus abses peritonsiler adalah secara

konservatif (medikamentosa) dengan antibiotika dosis tinggi dan terapi bedah (insisi abses,

diikuti tonsilektomi).

Komplikasi abses peritonsil dapat berupa obstruksi jalan napas akibat edema laring,

aspirasi pneumonia dan piemia, abses parafaring, mediastinitis, trombus sinus kavernosus,

meningitis, dan abses otak.  Kematian, walaupun jarang dapat terjadi akibat perdarahan atau

nekrosis septik ke selubung karotis (carotid sheath). 

Abses peritonsoler hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi.

Tonsilektomi ditunda sampai 6 minggu setelah dilakukan insisi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 18

Page 19: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 19/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

DAFTAR PUSTAKA

Soepardi, EA, dkk. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung

tenggorok kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI. 2009.

“peritonsillar abscess” available at :http://emedicine.medscape.com/article/194863-overview#showall

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 19

Page 20: abses peritonsiler

5/10/2018 abses peritonsiler - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abses-peritonsiler 20/20

 

Diagnosis Pada Abses Peritonsiler 

“peritonsillar abscess in emergency medicine” available at :

http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview#showall

“peritonsillar abscess” available at :

http://www.primehealthchannel.com/peritonsillar-abscess-

symptoms-pictures-drainage-and-treatment.html

Gambar ring of waldeyer available from :

http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/haart/vk/nieminen/review.html

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT 

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 20