33
ix ABSTRAK Destinasi wisata yang terbukti telah mendatangkan sumber pendapatan pada masyarakat lokal tidak secara otomatis dapat mewujudkan pelestarian budaya lokal, melainkan akan sangat ditentukan oleh partisipasi penduduk lokal (stake-holder) (Richardson, 2010). Dalam rangka menjawab dan berusaha mendapatkan jalan keluar untuk mewujudkan pengembangan pariwisata berkelanjutan, maka relevan diadakan kajian untuk menganalisis : (1) pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan modal sosial terhadap community based tourism; (2) pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan community based tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan; (3) mediasi community based tourism pada pengaruh peran pemerintah terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan; (4) mediasi community based tourism pada pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan; dan (5) moderasi modal sosial pada pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli. Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Penglipuran dengan subyek penelitian krama adat Desa Adat Penglipuran dengan sampel 75 orang dari ukuran populasi 237 KK. Sampel size dihitung dengan rumus Slovin dan sistimatik sampling digunakan dalam penentuan sampel. Data yang yang dikumpulkan dengan kuesioner selanjutnya dianalisis menggunakan SEM-PLS. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan peran pemerintah, peran desa adat dan modal sosial mampu menstimulus community based tourism. Peran desa adat dan community based tourism secara signifikan mampu menstimulus sustainable tourism development, sedangkan peran pemerintah secara langsung kurang mampu menstimulus sustainable tourism development. Pengaruh peran pemerinth lebih dominan dibandingkan dengan peran desa adat dalam meningkatkan community based tourism. Community based tourism dan peran desa adat mampu meningkatkan sustainable tourism development. Community based tourism menjadi full mediation pengaruh peran pemerintah terhadap sustainable tourism development dan menjadi partial mediation terhadap pengaruh peran desa adat terhadap sustainable tourism development. Selanjutnya modal sosial sebagai quasi moderasi pengaruh peran desa adat terhadap sustainable tourism development di Desa Penglipuran. Terhadap evaluasi inner model diperoleh Stone Geiser Q-Square test (Q 2 ) = 0,947, sehingga dapat dikatakan memiliki predictive prevelance yang kuat. Pemerintah dalam melakukan program dan kegiatan, khususnya kegiatan kepariwisataan di Desa Penglipuran, disarankan mengawali dengan mengadakan sinkronisasi dan konsolidasi dengan Desa Adat. Bagaimanapun juga desa adat melalui peran sosial, budaya, ekonomi, kepercayaan, jaringan dan norma adalah penopang utama daya tarik wisata di Desa Penglipuran yang diwujudkan dalam sapta pesona pariwisata. Kata kunci: peran pemerintah, desa adat, modal sosial, community based tourism dan sustainable tourism development

ABSTRAK...ABSTRAK Destinasi wisata yang terbukti telah mendatangkan sumber pendapatan pada masyarakat lokal tidak secara otomatis dapat mewujudkan pelestarian budaya lokal, melainkan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ix

ABSTRAK

Destinasi wisata yang terbukti telah mendatangkan sumber pendapatan

pada masyarakat lokal tidak secara otomatis dapat mewujudkan pelestarian

budaya lokal, melainkan akan sangat ditentukan oleh partisipasi penduduk lokal

(stake-holder) (Richardson, 2010). Dalam rangka menjawab dan berusaha

mendapatkan jalan keluar untuk mewujudkan pengembangan pariwisata

berkelanjutan, maka relevan diadakan kajian untuk menganalisis : (1) pengaruh

peran pemerintah, peran desa adat dan modal sosial terhadap community based

tourism; (2) pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan community based

tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan; (3) mediasi community

based tourism pada pengaruh peran pemerintah terhadap pembangunan pariwisata

berkelanjutan; (4) mediasi community based tourism pada pengaruh peran desa

adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan; dan (5) moderasi modal

sosial pada pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata

berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.

Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Penglipuran dengan subyek

penelitian krama adat Desa Adat Penglipuran dengan sampel 75 orang dari ukuran

populasi 237 KK. Sampel size dihitung dengan rumus Slovin dan sistimatik

sampling digunakan dalam penentuan sampel. Data yang yang dikumpulkan

dengan kuesioner selanjutnya dianalisis menggunakan SEM-PLS.

Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan peran pemerintah, peran

desa adat dan modal sosial mampu menstimulus community based tourism. Peran

desa adat dan community based tourism secara signifikan mampu menstimulus

sustainable tourism development, sedangkan peran pemerintah secara langsung

kurang mampu menstimulus sustainable tourism development. Pengaruh peran

pemerinth lebih dominan dibandingkan dengan peran desa adat dalam

meningkatkan community based tourism. Community based tourism dan peran

desa adat mampu meningkatkan sustainable tourism development. Community

based tourism menjadi full mediation pengaruh peran pemerintah terhadap

sustainable tourism development dan menjadi partial mediation terhadap

pengaruh peran desa adat terhadap sustainable tourism development. Selanjutnya

modal sosial sebagai quasi moderasi pengaruh peran desa adat terhadap

sustainable tourism development di Desa Penglipuran. Terhadap evaluasi inner

model diperoleh Stone Geiser Q-Square test (Q2) = 0,947, sehingga dapat

dikatakan memiliki predictive prevelance yang kuat.

Pemerintah dalam melakukan program dan kegiatan, khususnya kegiatan

kepariwisataan di Desa Penglipuran, disarankan mengawali dengan mengadakan

sinkronisasi dan konsolidasi dengan Desa Adat. Bagaimanapun juga desa adat

melalui peran sosial, budaya, ekonomi, kepercayaan, jaringan dan norma adalah

penopang utama daya tarik wisata di Desa Penglipuran yang diwujudkan dalam

sapta pesona pariwisata.

Kata kunci: peran pemerintah, desa adat, modal sosial, community based

tourism dan sustainable tourism development

ix

RINGKASAN

Desa wisata Penglipuran adalah salah satu desa wisata yang ada di Provinsi

Bali. Desa wisata merupakan aktivitas bertemunya penduduk lokal dan

wisatawan. Desa wisata akan berhasil menjadi destinasi wisata yang

berkelanjutan, apabila disertai dengan peningkatan ketahanan budaya lokal atas

intervensi budaya asing yang dibawa serta wisatawan. Masyarakat setempat yang

memahami potensi wilayahnya masing-masing, terutama potensi

kepariwisataannya, maka dalam rangka memanfaatkan peluang pariwisata

dipandang relevan komunitas masyarakat yang memiliki potensi kepariwisataan

mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism).

Untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development)

yang berbasis masyarakat diperlukan juga peran pemerintah, peran desa adat dan

modal sosial yang kuat.

Adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut. Pertama, bagaimana pengaruh peran pemerintah dan peran desa adat

terhadap community based tourism di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?.

Kedua, bagaimana pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan community

based tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli? Ketiga, apakah community based tourism

memediasi pengaruh peran pemerintah terhadap pembangunan pariwisata

berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli? Keempat, Apakah

community based tourism memediasi pengaruh peran lembaga desa adat terhadap

pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?

Kelima, apakah modal sosial memoderasi pengaruh peran desa adat terhadap

pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?

Untuk menjawab permasalahan diatas, maka penelitian bertujuan untuk

menganalisis: (1) pengaruh peran pemerintah dan peran desa adat terhadap

community based tourism; (2) pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan

community based tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan; (3)

mediasi community based tourism pada pengaruh peran pemerintah terhadap

pembangunan pariwisata berkelanjutan; (4) mediasi community based tourism

pada pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan? ;

(5) moderasi modal sosial pada pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan

pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.

Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Penglipuran dengan subyek penelitian

masyarakat Desa Penglipuran sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan

melalui kuesioner dengan jumlah populasi sebanyak 237. Selanjutnya dengan

rumus Slovin diperoleh sampel sebanyak 75, yang dipilih menggunakan metode

sistimatik sampling. Data dianalisis dengan metode SEM-PLS.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan (1) peran pemerintah dan

peran desa adat berpengaruh positip signifikan terhadap community based

tourism, (2) peran desa adat dan community based tourism berpengaruh positip

signifikan terhadap sustainable tourism development, sedangkan peran pemerintah

pengaruhnya tidak signifikan sustainable tourism development. Community based

tourism memediasi secara penuh (pool mediasi) pengaruh peran pemerintah

x

terhadap sustainable tourism development. Community based tourism memediasi

secara parsial (parsial mediasi) pengaruh peran desa adat terhadap sustainable

tourism development. Modal sosial berpotensi memoderasi pengaruh peran

lembaga adat terhadap sustainable tourism development di Desa Penglipuran.

Studi ini berhasil menemukan beberapa temuan penting, yaitu sebagai

berikut. Pertama, bahwa Tasci et al. (2013) menjelaskan bahwa pariwisata

berbasis masyarakat merupakan bentuk pariwisata berkelanjutan. Meskipun

demikian, terdapat perbedaan mendasar di antara kedua konsep tersebut,

pariwisata berbasis masyarakat mengedepankan pendekatan bottom-up, sedangkan

pariwisata berkelanjutan mengedepankan pendekatan top-down. Pendekatan

bottom-up mengandung arti bahwa inisiatif untuk pengembangan pariwisata

berasal dari masyarakat, sedangkan pada pendekatan top-down, inisiatif berasal

dari pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah ternyata

secara langsung pengaruhnya tidak signifikan terhadap sustainable tourism

development, justru peran desa adat yang merupakan bentuk partisipasi

masyarakat lokal yang berpengaruh dominan secara signifikan terhadap

sustainable tourism development maupun community based tourism. Hal ini

menunjukkan bahwa baik sustainable tourism development maupun community

based tourism saat ini bagi masyarakat desa Penglipuran Kabupaten Bangli sudah

mengedepankan pendekatan bottom-up.

Kedua, Peran pemerintah dan peran desa adat masing-masing secara

langsung terbukti berpengaruh positip dan signifikan terhadap community based

tourism. Bahkan peran desa adat memiliki pengaruh yang lebih besar (dominan)

terhadap community based tourism bila dibandingkan dengan peran pemerintah.

Hal ini dibuktikan dengan koefisien regresi () dan hasil analisis effect size peran

desa adat terhadap community based tourism yang lebih besar bila dibandingkan

dengan effect size peran pemerintah terhadap community based tourism di Desa

Penglipuran.

Ketiga, bahwa modal sosial merupakan moderator potensial pada pengaruh

antara peran desa adat terhadap sustainable tourism development. Hal ini

mengindikasikan bahwa modal sosial memiliki potensi untuk memperkuat

pengaruh peran desa adat terhadap sustainable tourism development. Keempat,

bahwa Sustainable tourism development yang terdiri dari tiga indikator, yaitu

keuntungan ekonomi, dampak sosial, dan kelestarian ekosistem. Diantara ketiga

indikator tersebut, yang memiliki loading faktor tertinggi terhadap sustainable

tourism development adalah kelestarian ekosistem, sedangkan keuntungan

ekonomi memiliki pengaruh paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat lokal telah melakukan pendekatan untuk mewujudkan sustainable

tourism development dengan mempertahankan kelestarian ekosistem, bukan hanya

profit oriented.

Kelima, bahwa Community based tourism terdiri dari lima dimensi, yaitu

dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi budaya, dimensi lingkungan, dan

dimensi politik. Dimensi yang memiliki sumbangan tertinggi terhadap community

based tourism adalah dimensi sosial, sedangkan yang terendah adalah dimensi

ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan sosial kemasyarakatan memiliki

peran paling penting dalam pengelolaan pariwisata yang berbasis masyarakat.

xi

Bagaimanapun juga diperlukan suatu kesepakatan bersama dalam

pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat, baik dalam hal perencanaan maupun

pengelolaannya. Sedangkan motivasi ekonomi bukan menjadi faktor utama dalam

pengembangan community based tourism pada masyarakat lokal desa Penglipuran

Kabupaten Bangli.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, peran

pemerintah dan peran desa adat berpengaruh positip dan signifikan terhadap

community based tourism di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli. Artinya, peran

pemerintah maupun peran desa adat menstimulus kualitas community based

tourism. Kedua, Peran desa adat dan community based tourism berpengaruh

positip dan signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli. Artinya, peran desa adat maupun community

based tourism, dapat menjadi stimulus positip terhadap kualitas sustainable

tourism develovment. Sedangkan peran pemerintah secara langsung berpengaruh

tidak signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli. Artinya, secara langsung peran pemerintah selama

ini dirasakan kurang mampu menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di

Desa Penglipuran Kabupaten Bangli secara signifikan.

Ketiga, Dengan dimediasi oleh community based tourism, peran pemeritah

berpengaruh signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli. Mengingat secara langsung peran pemerintah

berpengaruh tidak signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan,

maka community based tourism bersifat mediasi penuh. Dapat diartikan bahwa

untuk mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan, perlu optimalisasi

peran pemerintah dengan memfasilitasi community based tourism yang akan dapat

mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Keempat, Dengan dimediasi oleh community based tourism, peran desa adat

berpengaruh signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli. Secara langsung peran desa adat berpengaruh

signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan, maka sifat mediasi

community based tourism dalam memediasi hubungan peran desa adat terhadap

pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah mediasi parsial. Dapat diartikan

bahwa untuk mewujudkan pemabangunan pariwisata berkelanjutan, perlu

optimalisasi peran desa adat dengan memfasilitasi community based tourism yang

akan dapat mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Kelima, Modal sosial potensial memoderasi pengaruh peran desa adat

terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten

Bangli. Artinya secara persepsi, modal sosial di Desa Penglipuran memiliki

potensi memperkuat pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata

berkelanjutan. Hal ini berarti bila desa adat melalui perannya ingin mewujudkan

pembangunan pariwisata berkelanjutan, maka sebaiknya memanfaatkan modal

sosial yang telah terbukti memperkuat peran desa adat dalam mewujudkan

pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan hal-hal sebagai

berikut. Pertama, Community based tourism merupakan dasar pengelolaan

pariwisata di Desa Penglipuran. Oleh karena itu bila pemerintah berkeinginan

xii

untuk melakukan program dan kegiatan di Desa Penglipuran sebaiknya

disinkronkan dan dikonsolidasikan dengan Desa Adat. Bagaimanapun juga desa

adat adalah penopang utama daya tarik wisata di Desa Penglipuran. Kedua,

Pemerintah dan Desa Adat perlu mengkaji kembali pola pembagian/sharing dari

pendapatan tiket masuk obyek wisata Desa Penglipuran, yaitu untuk dialokasikan

bagi kelestarian lingkungan, terutama untuk konservasi hutan bambu. Ketiga,

Promosi daya tarik wisata di Desa Penglipuran perlu dioptimalkan, termasuk

melalui media online. Termasuk dengan menyelenggarakan ragam event yang

lebih atraktif seperti Festival Desa Penglipuran. Keempat, Daya tarik wisata Desa

Penglipuran dapat dikembangkan dalam bidang kesenian, yaitu dengan

mengoptimalkan keberaan sekaa/kelompok kesenian. Termasuk juga

penyelenggaraan pertunjukan kesenian rutin yang merupakan ciri khas Desa

Penglipuran. Kelima, Selain memperkuat jaringan internal, pengelola Desa

Penglipuran juga dapat memperluas jaringan eksternal, termasuk dengan Desa

Wisata lain. Salah satunya dengan saling mempromosikan daya tarik wisata

sehingga akan terbentuk rangkaian wisata dengan objek wisata lainnya.

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ...................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ v

ABSTRAK .................................................................................................... ix

RINGKASAN .............................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xxi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 18

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 19

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 21

2.1 Konsep Pariwisata .................................................................. 21

2.1.1 Pengertian Pariwisata ................................................. 25

2.1.2 Definisi Destinasi Wisata ........................................... 29

2.1.3 Daya Tarik Wisata ...................................................... 30

2.1.4 Pariwisata Alternatif ................................................... 32

2.2 Teori Ekonomi Pariwisata ...................................................... 35

2.3 Peran Pemerintah Dalam Pariwisata ...................................... 52

2.3.1 Konsep Pengembangan Pariwisata............................. 61

2.3.2 Perencanaan Pengembangan Wilayah Pariwisata ...... 65

2.3.3 Kebijakan Pemerintah ............................................... 67

2.4 Teori Kelembagaan (Kelembagaan Pariwisata) ..................... 75

2.5 Peran Desa Adat dalam Pengembangan Pariwisata Budaya .. 78

2.6 Konsep Modal Sosial ............................................................. 81

2.6.1 Pengertian Modal Sosial............................................. 83

2.6.2 Unsur/Indikator Modal Sosial ................................... 88

2.6.3 Ukuran Modal Sosial ................................................. 93

2.7 Konsep Community Based Tourism ....................................... 94

2.8 Pengertian Pembangunan Berkelanjutan ............................... 99

2.9 Konsep Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ................... 101

2.10 Hubungan Peran Pemerintah, Peran Lembaga Adat, Modal

Sosial, CBT, dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan.... 110

2.11 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ............................................ 116

xiv

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ............. 127

3.1 Kerangka Berpikir .................................................................. 127

3.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 129

3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................... 132

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 134

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 134

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 136

4.3 Subyek dan Obyek Penelitian ................................................ 136

4.4 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian .... 136

4.4.1 Identifikasi Variabel ................................................... 136

4.4.2 Definisi Operasional Variabel .................................... 138

4.5 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 144

4.5.1 Jenis Data ................................................................... 144

4.5.2 Sumber Data ............................................................... 144

4.6 Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel dan

Penentuan Informan ............................................................... 145

4.6.1 Populasi ...................................................................... 145

4.6.2 Sampel Penelitian ....................................................... 145

4.6.3 Penentuan Informan ................................................... 147

4.7 Instrumen Penelitian .............................................................. 147

4.7.1 Pengujian Instrumen ................................................... 148

4.7.2 Teknik Pelaksanaan Survei ........................................ 149

4.8 Teknik Analisis Data .............................................................. 150

4.8.1 Uji Kualitas Data ........................................................ 150

4.8.2 Analisis Deskriptif...................................................... 150

4.8.3 Pengujian Hipotesis .................................................... 151

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ............................ 161

5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ..................................... 161

5.1.1 Kondisi Geografi Desa Wisata Penglipuran............... 162

5.1.2 Kelembagaan di Desa Wisata Penglipuran ................ 166

5.2 Pengujian Instrumen .............................................................. 169

5.2.1 Uji Validitas ............................................................... 169

5.2.2 Uji Reliabilitas............................................................ 171

5.3 Karakteristik Responden ........................................................ 172

5.3.1 Umur Responden ........................................................ 172

5.3.2 Pendidikan Formal Krama Responden ...................... 173

5.3.3 Jenis Pekerjaan Krama Responden ............................ 174

5.3.4 Jumlah Anggota Keluarga Responden ....................... 175

5.4 Deskripsi Persepsi Responden Atas Variabel Penelitian ....... 176

5.4.1 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten Peran

Pemerintah ................................................................. 176

5.4.2 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten Peran

Desa Adat ................................................................... 178

xv

5.4.3 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten

Community Based Tourism ....................................... 179

5.4.4 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten Modal

Sosial ......................................................................... 181

5.4.5 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten

Sustainable Tourism Development ............................ 182

5.5 Evaluasi Outer Model (Measurement Model) ....................... 184

5.5.1 Uji Validitas ............................................................... 188

5.5.2 Uji Reliabilitas Konstruk ............................................ 190

5.6 Evaluasi Inner Model (Structural Model) .............................. . 191

5.6.1 Pengujian Kecocokan Model (Evaluasi Goodness of

Fit Inner Model) ........................................................ 192

5.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian .................................. 194

5.6.3 Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total Antar

Variabel ..................................................................... 212

5.6.4 Pengaruh Variabel Eksogen terhadap Variabel

Endogen ..................................................................... 217

5.6.5 Pengujian Effect Size ................................................. 222

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................. 224

6.1 Pembahasan Temuan ............................................................. 224

6.1.1 Pengaruh Langsung Peran Pemerintah Terhadap

Community Based Tourism di Desa Wisata

Penglipuran Kabupaten Bangli................................... 225

6.1.2 Pengaruh Langsung Peran Desa Adat Terhadap

Community Based Tourism di Desa Wisata

Penglipuran Kabupaten Bangli................................... 230

6.1.3 Pengaruh Langsung Modal sosial Terhadap

Community Based Tourism di Desa Wisata

Penglipuran Kabupaten Bangli................................... 236

6.1.4 Pengaruh Langsung Peran Pemerintah terhadap

Sustainable Tourism Development di Desa Wisata

Penglipuran Kabupaten Bangli .................................. 237

6.1.5 Pengaruh Langsung Peran Desa Adat Terhadap

Sustainable Tourism Development di Desa Wisata

Penglipuran Kabupaten Bangli .................................. 241

6.1.6 Pengaruh Langsung Community Based Tourism

Terhadap Sustainable Tourism Development di Desa

Wisata Penglipuran Kabupaten Bangli ...................... 244

6.1.7 Pengaruh Tidak Langsung Peran Pemerintah

Terhadap Sustainable Tourism Development Melalui

Community Based Tourism di Desa Wisata

Penglipuran Kabupaten Bangli .................................. 246

6.1.8 Pengaruh Tidak Langsung Peran Desa Adat

Terhadap Sustainable Tourism Development Melalui

xvi

Community Based Tourism di Desa Wisata

Penglipuran Kabupaten Bangli .................................. 247

6.1.9 Pengaruh Peran Desa Adat Terhadap Sustainable

Tourism Development Dengan Moderasi Modal

Sosial di Desa Wisata Penglipuran Kabupaten

Bangli ......................................................................... 248

6.2 Temuan Penelitian.................................................................. 251

6.3 Kontribusi Penelitian.............................................................. 253

6.3.4 Kontribusi Teoritis .................................................... 253

6.3.5 Kontribusi Praktis ....................................................... 254

6.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 254

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 255

7.1 Simpulan ............................................................................... 255

7.2 Saran ...................................................................................... 257

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 259

LAMPIRAN .................................................................................................... 268

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1 Perkembangan Kunjungan Wisatawan yang Datang ke Obyek

Wisata di Kabupaten Bangli ............................................................... 5 4.1 Definisi Operasional Indikator Variabel Peran Pemerintah (PP) ....... 140 4.2 Definisi Operasional Indikator Variabel Peran Desa Adat (PDA) ..... 141 4.3 Definisi Operasional Indikator Variabel Community Based

Tourism (CBT) ................................................................................... 142 4.4 Definisi Operasional Indikator Variabel Modal Sosial (MS) ............. 143 4.5 Definisi Operasional Indikator Variabel Sustainable Tourist

Development (STD)............................................................................ 144 4.6 Ukuran Populasi dan Sampel Penelitian ............................................ 147 5.1 KMO, Signifikansi Barlett, MSA, dan Component Matrix/Faktor

Loading Setiap Indikator .................................................................... 170 5.2 Koefisien Cronbach’s Alpha Instrumen Penelitian ............................ 171 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ..................................... 172 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal ................ 174 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ..................... 174 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga .... 175 5.7 Persepsi Responden Terhadap Variabel Peran Pemerintah ............... 177 5.8 Persepsi Responden Terhadap Variabel Peran Desa Adat ................. 178 5.9 Persepsi Responden Terhadap Variabel Community Based Tourism ... 180 5.10 Persepsi Responden Terhadap Variabel Modal Sosial ....................... 182 5.11 Persepsi Responden Terhadap Variabel Sustainable Tourism

Development ...................................................................................... 183 5.12 Faktor Loading Konstruk Peran Pemerintah, Peran Desa Adat,

Modal Sosial, Community Based Tourism dan Sustainable Tourism Development ....................................................................................... 186

5.13 Uji Fornell-Larcker Criterion ............................................................. 187 5.14 Path Coefficient Variabel Laten dengan Second Order Construct ..... 188 5.15 Cross Loading Discriminat Validity .................................................. 189 5.16 Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability .......................... 190 5.17 Nilai R-Square Variabel Commnunity Based Tourism dan

Sustainable Tourism Development ..................................................... 192 5.1.8 Path Coefficients, T-statistcs, P-Value ............................................... 194 5.1.9 Klasifikasi Variabel Moderasi ........................................................... 210 5.1.20 Ringkasan Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan

Pengaruh Total ................................................................................. 213 5.1.21 Koefisien Effects Size (f-square) ..................................................... 222

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Asing ke Provinsi Bali Tahun

2008-2014........................................................................................... 2

1.2 Jumlah Kedatangan Wisatawan ke Desa Wisata Penglipuran ........... 15

1.3 Perubahan Variasi Atap Rumah Tradisional di Desa Penglipuran .... 17

2.1 Pilar Pembangunan Pariwisata ........................................................... 24

2.2 The ‘Triple Helix’ of University–Industry–Government Relations ... 68

2.3 Konfigurasi Social Infrastructure ..................................................... 70

2.4 Institutions, Institutional Change and Economic Performance ........ 72

2.5 Skema Pembangunan Berkelanjutan .................................................. 101

2.6 Sasaran Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ............................... 106

2.7 Dimensi Sosial Capital ...................................................................... 111

2.8 Proses Pengembangan Capacity Building ......................................... 112

3.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 129

3.2 Kerangka Konsep Penelitian Asosiatif ............................................... 132

4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 135

4.2 Model Struktural ................................................................................ 154

4.3 Diagram Jalur Penelitian .................................................................... 155

5.1 Prasasti Desa Wisata Penglipuran ...................................................... 161

5.2 Peta Desa Adat Penglipuran ............................................................... 163

5.3 Struktur Organisasi Desa Adat Penglipuran....................................... 168

5.4 Output Smart PLS 3.0 (Loading Factor dan Standardize Beta) ........ 185

5.5 Path Coefficient dan R2 Model Algorithm ......................................... 191

5.6 Diagram Jalur Pengaruh Peran Pemerintah Terhadap Community

Based Tourism ................................................................................... 195

5.7 Diagram Jalur Pengaruh Peran Desa Adat Terhadap Community

Based Tourism ................................................................................... 197

5.8 Diagram Jalur Pengaruh Modal Sosial Terhadap Community

Based Tourism ................................................................................... 199

5.9 Diagram Jalur Pengaruh Peran Pemerintah Terhadap Sustainable

Tourism Development ....................................................................... 201

5.10 Diagram Jalur Pengaruh Peran Desa Adat Terhadap Sustainable

Tourism Development ....................................................................... 203

5.11 Diagram Jalur Pengaruh Community Based Tourism Terhadap

Sustainable Tourism Development .................................................... 205

5.12 Diagram Jalur Community Based Tourism Sebagai Mediasi

Pengaruh Peran Pemerintah terhadap Sustainable Tourism

Development ...................................................................................... 207

5.13 Diagram Jalur Community Based Tourism Sebagai Mediasi

Pengaruh Peran Desa Adat Terhadap Sustainable Tourism

Development ...................................................................................... 209

5.14 Diagram Jalur Moderasi Modal Sosial pada Pengaruh Peran Desa

Adat Terhadap Sustainable Tourism Development .......................... 211

5.15 Path Cofficients dan T-Statistics ........................................................ 216

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Kuesioner .......................................................................................... 271 2 Tabulasi Identitas Responden............................................................. 276 3 Data Skor Jawaban Responden .......................................................... 278 4 Output Faktor Analisis Explanatory ................................................... 284 5 Output Reliability .............................................................................. 296 6 Tabulasi Frekuensi Identitas Responden ........................................... 300 7 Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden ........................................... 302 8 Output Path Coefficien and Outer Loadings Model Algoritm ........... 303 8A Smart PLS Refort Final Results ......................................................... 308 8B Outer Loadings ................................................................................... 310 8C Outer Weights .................................................................................... 311 8D Quality Criteria ................................................................................... 312 8E Construct Reliability and Validity...................................................... 313 8F Cross Loading .................................................................................... 314 8G Heterotrait Monotrait Ratio (HTMT) ................................................. 315 9 Output T-Value Model Bootstraping ................................................. 316 9A Smart PLS Refort Final Results Path Coefficients............................. 317 9B Indirect Effects ................................................................................... 318 9C Total Effects ....................................................................................... 319 9D Outer Loading .................................................................................... 320 9E Outer Wight ........................................................................................ 321 9F Quality Criteria ................................................................................... 322 9G Everage Variance Extracted ............................................................... 324 9H Heterotrait Monotrait Ratio (HTMT) ................................................. 326 10 Path Coefficiens dan T-Statistics ....................................................... 328 11 Photo Dokumen Penelitian ................................................................ 329

xx

DAFTAR SINGKATAN

AVE : Average Variance Extracted

BPS : Badan Pusat Statistik

CBT : Community Based Tourism

CDM : Clean Development Mechanism

DMO : Destination Management Organization

DTW : Daerah Tujuan Wisata

IKRT : Industri Kerajinan Rumah Tangga

LPD : Lembaga Perkreditan Desa

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto

PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran

PLS : Partial Least Square

RIPPA : Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah

SCBT : Sustainable Community-Based Tourism

SCBTD : Sustainable Community Based Tourism Development

SEM : Structural Equation Model

STD : Sustainable Tourist Development

UNCHE : United Nation Conference on Human Environment

UN-WTO : United Nation-World Tourism Organization

WCED : Word Commission on Environment and Development

WTO : World Trade Organization

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau Bali

tidak hanya terkenal di dalam negeri tetapi juga di mancanegara. Sektor pariwisata

menjadi sektor andalan bukan hanya oleh pemerintah daerah, tetapi juga sebagian

lapisan masyarakatnya. Menururt BPS Bali (2014), sumbangan sektor PHR

(perdagangan, hotel dan restoran) terhadap pendapatan domestik regional bruto

(PDRB) Provinsi Bali tahun 2013 menurut harga berlaku sebesar

Rp 28.259.736,89 juta (29,89 persen). Pada sisi lain, berdasarkan lapangan

pekerjaan utama, keadaan Februari 2014 penduduk Bali paling banyak bekerja di

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dengan jumlah 674,60 ribu orang,

atau sebesar 28,38 persen dari total penduduk yang bekerja (BPS Bali, 2014).

Sebagai salah satu aktivitas bisnis, pariwisata telah memberikan tidak saja sebagai

sumber penghasil devisa bagi pembangunan, tetapi juga telah berperan sebagai

sektor yang menggerakkan pembentukan pendapatan masyarakat serta perluasan

lapangan kerja. Dengan demikian, pariwisata disebutkan sebagai leading sector

bagi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah Bali.

Berkaitan dengan peran pariwisata, kajian lembaga United Nation-World

Organization atau disingkat UN-WTO (2012) menyajikan estimasi tentang

peningkatan kegiatan perjalanan pariwisata dunia sejalan dengan semakin

membaiknya perekonomian dunia memasuki tahun 2015. Prediksi UN-WTO

2

tentang peluang pasar pariwisata menjadikan perekonomian Bali akan menerima

dampak positip atas peluang peningkatan pangsa pasar perjalanan wisata sebagai

sumber wisatawan yang akan banyak mendatangkan devisa dan pembentukan

pendapatan masyarakat lokal dari aktivitas belanja wisatawan khususnya yang

berasal dari wisatawan manca negara. Sejalan dengan prediksi UN-WTO di atas,

disajikan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang datang ke Bali dari

tahun 2008 sampai dengan 2015 sebagaimana dipublikasikan Dinas Pariwisata

Bali sebagaimana tampilan Gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1

Jumlah Kedatangan Wisatawan Asing ke Provinsi Bali Tahun 2008-2014

Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2016

Memperhatikan data perkembangan jumlah kedatangan wisatawan pada

Gambar 1.1, terlihat jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali sejalan

1 2 3 4 5 6 7 8

JUMLAH 1,968,892 2,229,945 2,493,058 2,756,579 2,892,019 3,278,598 3,766,638 4,001,835

TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1,968,892

2,229,945

2,493,058

2,756,5792,892,019

3,278,598

3,766,6384,001,835

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

4000000

4500000

Jum

lah

wis

ataw

an

3

dengan prediksi UN-WTO, bahwa perjalanan wisatawan ke Bali terus meningkat

dari tahun ke tahun dengan rata-rata peningkatan 10,72 persen per tahun.

Mengingat perkembangan kunjungan wisatawan yang begitu pesat, maka

sudah sewajarnya apabila pemerintah menggalakkan program pembangunan

pariwisata di berbagai daerah sekaligus menempatkannya sebagai pendekatan

pembangunan alternatif (alternative development) yang bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat

serta sebagai solusi dalam mengatasi pengangguran. Semua ini tidak terlepas dari

peran serta masyarakat sebagai salah satu stakeholders pembangunan yang pada

prinsipnya memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap pengelolaan

pariwisata di daerahnya masing-masing. Keterlibatan peran serta masyarakat

dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata menjadi satu faktor penting,

karena masyarakatlah yang memahami dan menguasai wilayahnya (Elfianita,

2011). Berhubung masyarakat setempat yang memahami potensi wilayahnya

masing-masing, terutama potensi kepariwisataannya, maka dalam rangka

memanfaatkan peluang pariwisata dipandang relevan komunitas masyarakat yang

memiliki potensi kepariwisataan mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat

(Community Based Tourism).

Community Based Tourism (CBT) adalah pariwisata yang berbasis

komunitas, dimana masyarakat yang memiliki wewenang dan penentu dalam

berbagai aspek pembangunan pariwisata itu sendiri (Sugiarti, 2009). Masyarakat

diposisikan sebagai penentu, serta keterlibatan masyarakat mulai dari proses

perencanaan sampai kepada pelaksanaannya.

4

Dalam rangka mengakomodir kedatangan wisatawan yang semakin

meningkat, dan penyiapan diversifikasi daerah tujuan wisata di Bali, diperlukan

alternatif: (a) pengembangan destinasi wisata strategis yang lebih tersebar ke

wilayah kabupaten/kota di Bali sekaligus dimaksudkan sebagai upaya

mempercepat pemerataan hasil pembangunan melalui aktivitas bisnis pariwisata;

(b) menyusun strategi pengembangan Desa Wisata sebagai pusat destinasi

pariwisata dengan mengkolaborasikan potensi keberadaan desa adat dan

pemerintah sebagai pendamping dalam rangka mewujudkan desa wisata. Desa

wisata menurut Permen Pariwisata Nomor 1 tahun 2015, merupakan suatu bentuk

integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam

suatu kehidupan yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku

(Nuryanti, 1993).

Berkaitan dengan kegiatan pariwisata dan destinasi wisata, saat ini setiap

kabupaten/kota di Bali telah memiliki daerah tujuan wisata (DTW) yang telah

berkembang, sedang dikembangkan, maupun akan dikembangkan serta menerima

kunjungan wisatawan. Salah satu kabupaten dimaksud adalah Kabupaten Bangli.

Kabupaten Bangli pada tahun 2015 mengacu data BPS pada Bangli Dalam Angka

2016, telah memiliki 5 (lima) obyek wisata yang telah dikembangkan, 9

(sembilan) obyek wisata yang sedang dikembangkan, dan 25 obyek wisata yang

akan dikembangkan. Lima obyek wisata yang telah dikembangkan di Kabupaten

Bangli, meliputi wisata Budaya Pura Penulisan, wisata alam Batur, wisata budaya

Trunyan, wisata budaya Desa Adat Penglipuran, wisata budaya Pura Kehen. Desa

Adat Penglipuran pengembangan wisata budayanya difokuskan pada

5

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism)

(Bangli Dalam Angka, 2015).

Keberadaan daerah tujuan wisata (DTW) yang berada di kabupaten

Bangli, semakin mampu mengundang wisatawan asing maupun domestik untuk

mengunjunginya. Perkembangan kunjungan wisatawan ke kabupaten Bangli pada

periode 2011 s.d 2015 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Perkembangan Kunjungan Wisatawan yang Datang

ke Obyek Wisata di Kabupaten Bangli

Tahun 2011 sampai dengan 2015

Tahun Wisatawan Asing Wisatawan Domestik Jumlah

2011 327.177 161.756 488.933

2012 346.494 201.658 548.152

2013 394.206 222.431 616.637

2014 447.199 200.408 647.607

2015 451.133 159.216 610.349

Sumber: Bangli Dalam Angka, 2016

Pada Tabel 1.1 terlihat jumlah kunjungan wisatawan asing terus

menunjukkan trend yang meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan jumlah

kunjungan wisatawan domestik mengalami fluktuasi, dua tahun terakhir terlihat

mengalami penurunan kunjungan. Turunnya kunjungan wisatawan domestik dua

tahun terakhir ditengarai oleh pelaku pariwisata di Bangli sebagai dampak dari

berkurangnya libur nasional maupun lokal pada periode tersebut. Sebagai contoh

libur hari raya biasanya dua kali dalam setahu, tapi untuk tahun 2015 libur hari

raya Galungan hanya satu kali. Tambahan lagi libur hari raya Galungan tersebut

berimpit dengan libur hari raya Idul Fitri. Semakin meningkatnya jumlah

6

kunjungan wisatawan asing ke kabupaten Bangli, membawa dampak semakin

meningkatnya pergerakan ekonomi masyarakat.

Menurut penggambaran D’Amore (1988), bahwa sektor pariwisata tidak

saja berperan sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara

berkembang, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan penduduk, juga menjadi

sarana dalam rangka meningkatkan komunikasi yang terjalin menjadi semakin

erat antar penduduk dalam tatanan pergaulan antar bangsa. Swarbroke (1999)

menyatakan bahwa sektor pariwisata dapat menjadi sektor strategis di negara

berkembang, karena pariwisata dapat memberikan ruang bagi pertumbuhan

perluasan lapangan kerja yang lebih berorientasi kepada labor intensive, serta

pada saat bersamaan juga dapat berperan sebagai penghasil devisa bagi

pembangunan ekonomi.

Pariwisata juga menjadi relevan untuk dihadirkan sebagai sektor alternatif

dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi, karena pembangunan ekonomi itu

sendiri telah berdampak bagi penurunan kualitas lingkungan di sektor pertanian

dan pertambangan, sehingga kehadiran pariwisata menjadi industri alternatif

dalam memperbaiki kesejahteraan ekonomi penduduk di sektor pedesaan.

Perbaikan kesejahteraan penduduk melalui kehadiran pariwisata akan menjadi

penguatan ketahanan ekonomi penduduk sekaligus berperan dalam meningkatkan

kualitas lingkungan alam dan konservasi (Guske, 1993).

Meskipun terdapat dukungan bahwa sektor pariwisata merupakan mesin

pertumbuhan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, berdampak pada

kesejahteraan rakyat dan perluasan lapangan kerja serta menjadi sumber penghasil

7

devisa yang potensial, namun dampak pariwisata terhadap pelestarian budaya

lokal yang bernilai tinggi merupakan tantangan tersendiri yang patut mendapat

perhatian. McKean (1989), menyajikan skenario untuk pariwisata Bali yang

mendatangkan manfaat ekonomi dengan resiko intervensi budaya yang dapat

merusak sendi-sendi dasar budaya Bali yang dikenal memiliki nilai tinggi.

McKean (1989), menyatakan bahwa masyarakat Bali disatu pihak memiliki

budaya bernilai tinggi, tetapi dengan tingkat pendapatan relatif masih rendah

(economically poor), sedangkan wisatawan asing yang memiliki tingkat

pendapatan tinggi (economically rich) tetapi memiliki budaya bernilai rendah

yang cenderung materialistik. Pengaruh budaya asing atas budaya lokal terjadi

sebagai akibat dari transaksi pariwisata, sehingga masyarakat Bali akan menerima

resiko terancam nilai-nilai budaya lokal yang bernilai tinggi tersebut sebagai

akibat dari transaksi kedua belah pihak dalam aktivitas pariwisata. Picard (1997),

lebih mempertegas pola transaksi antara wisatawan asing dengan penduduk lokal

sebagai transaksi komoditifikasi, yaitu berpindahnya tarian dan aneka barang

sakral yang diperuntukkan hanya untuk upacara suci berpeluang berpindah ke

atraksi wisata dan bahkan tersajikan pada hotel dan destinasi wisata tertentu

(Picard, 1997).

Komodifikasi merupakan tantangan dan sekaligus intervensi budaya asing

melalui transaksi pariwisata antara wisatawan asing sebagai pendatang dengan

penduduk lokal sebagai penyedia atraksi wisata. Dengan demikian, resiko

kehadiran pariwisata sebagai sektor yang banyak menghasilkan devisa dan

pendapatan serta perluasan lapangan kerja, kegiatan pariwisata tersebut juga

8

berpotensi sebagai ancaman terhadap pelestarian budaya lokal yang bernilai

tinggi.

Destinasi wisata yang terbukti telah mendatangkan sumber pendapatan

pada masyarakat lokal (Richardson, 2010) tidak secara otomatis dapat

mewujudkan pelestarian budaya lokal. Hal ini akan sangat ditentukan oleh

partisipasi penduduk lokal (stake-holder) dalam mensikapi kehadiran bisnis

pariwisata. Kehadiran bisnis pariwisata pada satu sisi menghasilkan pendapatan.

Pada sisi yang lain, pola budaya dan gaya hidup wisatawan asing yang

berinteraksi dalam konteks memenuhi penyajian atraksi wisata yang memuaskan

kebutuhan wisatawan asing, dapat merubah tatanan budaya bernilai tinggi melalui

transaksi komodifikasi.

Tantangan atas kehadiran wisatawan asing juga terjadi pada pelestarian

alam dan lingkungan, sehingga peran aktif partisipasi masyarakat (stake-holder

tourism) menjadi kekuatan yang menentukan dalam mewujudkan pelestarian alam

dan lingkungannya (Stem et al., 2003). Kajian tentang dampak atas pelestarian

alam yang dipandu secara nyata melalui peranan partisipasi masyarakat tidak

terbukti merupakan usaha nyata dan berkelanjutan (Jamal et al., 2006). Stem et al.

(2003) dan juga Stronza (2007), menyatakan bahwa insentif ekonomi yang

diterima penduduk lokal atas kegiatan pariwisata dapat menjadi social-cultural

benefits yaitu meningkatnya kesadaran penduduk lokal dalam upaya memelihara

konservasi alam dan langkah nyata dalam pelestarian alam. Pandangan yang

searah juga disampaikan oleh Guske (1993). Penguatan ketahanan budaya

penduduk lokal atas transaksi pariwisata setidaknya merupakan indikasi dalam

9

rangka memperkuat socio-cultural masyarakat lokal, bahwa perbaikan

kesejahteraan penduduk lokal dapat menjadi parameter bagi dimulainya usaha

melestarikan konservasi alam yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang

(Stem et al., 2003 dan UNWTO, 2008).

Dengan demikian, maka sejauh mana dampak atas transaksi wisata dalam

bentuk komodifikasi atas desakan permintaan atraksi wisata tidak berdampak

kepada nilai-nilai kultural masyarakat lokal, adalah esensi atas keberadaan

pariwisata dan upaya mempertahankan tradisi budaya yang luhur agar terhindar

dari kontaminasi budaya materialistik yang dibawa serta wisatawan asing yang

berkunjung ke Bali (McKean, 1995). Stem et al. (2003) serta gambaran atas

dampak transaksi pariwisata internasional sebagaimana dinyatakan MacKean

(1995) mengharuskan perlunya pendalaman studi untuk mendapatkan pemetaan

tentang arah pertumbuhan pariwisata yang dapat mewujudkan ketahanan ekonomi

dan budaya dalam rangka pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Pucako dan Ratz (2000) menyatakan bahwa perencanaan pariwisata perlu

dirumuskan dalam rangka mempertahankan pembangunan kesejahteraan

masyarakat secara berkesinambungan, dengan melibatkan partisipasi seluruh

penduduk mewujudkan langkah pelestarian lingkungan dan budaya. Gunn (1994),

menyatakan bahwa pariwisata berpotensi memberikan pengaruh bagi penduduk

lokal sebagai penerima wisatawan, berdampak positip sebagai pembentuk

pendapatan penduduk, tetapi juga berdampak negatif kepada masyarakat lokal

pada ancaman pengrusakan lingkungan, dan rusaknya sendi budaya masyarakat

lokal. Dengan demikian, dalam rangka memaksimalkan manfaat ekonomi yang

10

dibawa serta wisatawan, pada saat bersamaan juga harus dikelola dampak negatif

atas beban lingkungan dan kerusakan budaya masyarakat lokal.

WTO (1999) dan juga Hardy dan Beeton (2004), merekomendasikan

penyelamatan lingkungan, konservasi dan pelestarian budaya lokal sebagai upaya

untuk mewujudkan strategi sustainable tourism. WTO (1999) mendefinisikan

pembangunan sustainable tourism sebagai langkah memadukan antara kebutuhan

wisatawan terhadap akomodasi, atraksi wisata serta kebutuhan lainnya dapat

disesuaikan dengan kepentingan untuk mendukung konservasi dan pelestarian

alam untuk dapat diwariskan kepada generasi mendatang, termasuk upaya

menjaga bersama, pemanfaatan sumber daya alam, pelestarian alam serta

penguatan sendi-sendi budaya lokal.

Resiko atas degradasi ketahanan budaya sebagai akibat dari pengaruh

intervensi budaya yang dibawa serta wisatawan merupakan fakta dilematis atas

kehadiran pariwisata sebagai bisnis di satu pihak adalah berpotensial sebagai

penghasil devisa dan pembentukan pendapatan masyarakat lokal. Dilain pihak

terdapat ancaman potensial untuk menghancurkan nilai-nilai tradisi dan adat

budaya yang bernilai tinggi dari penduduk lokal. Dengan demikian, dampak atas

pendapatan bukan satu-satunya tujuan yang harus dicapai, melainkan bahwa

terbentuknya socio-cultural baru sebagaimana direkomendasikan oleh Stem et al.

(2003) adalah salah satu upaya yang diharapkan muncul dari dinamika sosial

masyarakat lokal yang terbentuk sebagai akibat dari peningkatan kualitas

kesejahteraan, serta sebagai akibat kehadiran pariwisata yang membentuk

pendapatan baru bagi masyarakat lokal.

11

McKean (1995), menyebutnya sebagai dualisme kepentingan, antara

terbentuknya pendapatan baru dari kegiatan pariwisata, dengan resiko

terkontaminasinya budaya lokal yang bernilai tinggi atas budaya tingkat rendah

yang dibawa wisatawan asing memasuki destinasi wisata Bali (McKean, 1995).

Weaver dan Fennel (2004) merekomendasikan pelestarian konservasi alam dan

budaya dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat dan partnership,

serta tindakan penyadaran semua pihak tentang pelestarian budaya dan alam

lingkungan sebagai kebutuhan bersama.

Proses transaksi yang terjadi antar dua pihak, yaitu penduduk lokal sebagai

penyedia sarana wisata dengan wisatawan asing sebagai pembeli, memiliki

dampak sosial ekonomi secara bersamaan. Degradasi kultural Bali yang bernilai

tinggi akan diperlemah oleh pengaruh kehadiran budaya yang dibawa wisatawan

asing, antara lain melalui proses komodifikasi (Picard, 1991) yang berdampak

kepada perubahan nilai sakral menjadi semakin meluntur, sehingga proses

pelunturan nilai sakral menjadi sumber awal bagi hilangnya social-cultural

benefits sebagaimana diharapkan terbentuk pada industri pariwisata (Stem et al.,

2007).

Dalam rangka menjawab dan berusaha mendapatkan jalan keluar untuk

mewujudkan pengembangan pariwisata berkelanjutan berkaitan dengan ancaman

budaya asing, maka perlu disusun sebuah model hipotesis dalam rangka

mendapatkan langkah strategis bagi perlindungan budaya lokal. Model hipotesis

yang disusun sekaligus diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk

lokal. Studi pengembangan model bisnis pariwisata yang dipandang dapat

12

menjawab dalam rangka penguatan budaya lokal dan konservasi alam secara

berkelanjutan adalah, (a) pengembangan destinasi wisata strategis yang lebih

tersebar ke wilayah dalam upaya mempercepat pemerataan hasil pembangunan

melalui aktivitas bisnis pariwisata, (b) menyusun strategi pengembangan desa

wisata sebagai pusat destinasi pariwisata dengan mengkolaborasikan potensi

keberadaan desa adat dan pemerintah kabupaten sebagai pendamping dalam

rangka mewujudkan desa wisata.

Desa wisata sebagai destinasi wisata erat kaitannya dengan

pengembangan wisata pedesaan, sebagaimana telah diatur Perda Bali No. 2 Tahun

2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali pada Pasal 26 dinyatakan bahwa, desa

pakraman dan lembaga tradisional mempunyai hak untuk mengembangkan wisata

pedesaan sesuai dengan potensi setempat. Lebih lanjut, diatur pada Pasal 2 bahwa

penyelenggaraan kepariwisataan budaya Bali dilaksanakan berdasarkan pada asas

manfaat, kemandirian, keseimbangan, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan.

Sebagai upaya untuk mengoptimalkan potensi wisata di desa wisata, maka

mutlak diperlukan partisipasi masyarakat setempat melalui upaya pemberdayaan

masyarakat. Pariwisata yang berbasis masyarakat atau community based touris

(CBT) merupakan suatu bentuk pengembangan destinasi wisata melalui

pemberdayaan masyarakat lokal. Yuliarmi (2014), menjelaskan bahwa pada

kenyataannya upaya pemberdayaan masyarakat lebih menekankan pada kehadiran

modal keuangan, modal sumberdaya manusia, modal alam, maupun inovasi

teknologi. Coleman (1988), menambahkan bahwa dengan terfokusnya pada modal

13

tersebut, modal sosial sering diabaikan, padahal sesungguhnya sangat berperan

secara ekonomi untuk meningkatkan produktivitias usaha dan efisiensi.

Mawardi (2007), selanjutnya menjelaskan bahwa modal sosial sangat

berperan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat (ekonominya) di banyak

negara. Sedangkan di Indonesia, terlalu menekankan pentingnya peranan modal

alam (natural capital) dan modal ekonomi (economic capital) modern seperti

barang-barang modal buatan manusia, teknologi dan manajemen. Sering

diabaikan pentingnya modal sosial seperti kelembagaan lokal, kearifan lokal, dan

norma-norma dan kebiasaan lokal.

Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan didefinisikan sebagai:

“Tourism that takes full account of its current and future economic, social and

environmental impacts, addressing the needs of visitors, the industry, the

environment and host communities” (UNWTO dan UNEP, 2005). Definisi

pariwisata berkelanjutan di atas secara eksplisit memandang kepariwisataan harus

mempertimbangkan secara penuh berbagai dampak pada dimensi ekonomi, sosial

dan lingkungan saat ini dan di masa depan, dengan tidak mengabaikan kebutuhan

wisatawan, industri, lingkungan serta masyarakat lokal. Pembangunan pariwisata

berkelanjutan, seperti disebutkan di atas selaras dengan Piagam Pariwisata

Berkelanjutan (1995), yaitu pembangunan yang dapat didukung secara ekologis

sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap

masyarakat. Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan

kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif

dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

14

Research problem yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah

bahwa kehadiran pariwisata terbukti dapat menciptakan kesejahteraan penduduk

(Stern et al., 2003 dan Guske, 1993). Pada sisi lain, ternyata kehadiran pariwisata

juga berpotensi membawa ancaman terhadap budaya lokal akibat dari persentuhan

dengan budaya asing yang materistik (McKean, 1977), serta pengrusakan budaya

lokal sebagai akibat dari komodifikasi kultural (Picard, 1988). Hal ini merupakan

ancaman yang dapat menghancurkan nilai budaya lokal. Berdasarkan

permasalahan tersebut, maka penelitian ini berusaha mengembangkan model

disertasi yang dapat memberikan jawaban atas potensi pengrusakan budaya lokal

tersebut, dengan fokus kajian pariwisata berkelanjutan di desa wisata sebagai

model destinasi wisata berbasis masyarakat di Bali. Lebih lanjut, dalam rangka

menjawab research problem sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, perlu

disusun model hipotesis yang sekaligus menjadi keterbaruan pada disertasi ini.

Desa wisata merupakan aktivitas bertemunya penduduk lokal dan

wisatawan asing. Desa wisata akan berhasil menjadi destinasi wisata yang

berkelanjutan, apabila pembentukan pendapatan yang bersumber dari wisatawan

asing sebagai pemicu kesempatan kerja dan pembentukan pendapatan bagi

penduduk lokal, juga disertai dengan peningkatan ketahanan budaya lokal atas

intervensi budaya asing yang dibawa serta wisatawan internasional. Dari 50 desa

wisata yang tercatat di Dinas Pariwisata Bali pada tahun 2005, salah satunya

adalah Desa Tradisional Penglipuran. Desa Tradisional Penglipuran terletak di

Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli memiliki luas wilayah

112 Hektar. Desa Adat Penglipuran ditetapkan sebagai desa wisata oleh

15

Pemerintah Kabupaten Bangli pada tahun 1993 berdasarkan Surat Keputusan

Bupati Nomor 115 tanggal 29 April 1993. Sebagai salah satu objek wisata

pedesaan, Desa Penglipuran memiliki daya tarik wisata berupa pola tata ruang dan

arsitektur bangunan tradisional yang unik, tradisi dan kehidupan sosial budaya

masyarakat yang khas, keberadaan hutan bambu yang asri, dan keberadaan

monumen tugu pahlawan untuk wisata ziarah. Potensi dan daya tarik tersebut

mampu mengundang para wisatawan manca negara dan domsetik untuk

berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran. Jumlah kunjungan wisatwan asing dan

domestik ke Desa Wisata Penglipuran dari tahun 2013 sampai dengan bulan

September 2016 ditampilkan pada Gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Desa Wisata Penglipuran Bangli

Sumber: Pengelola Desa Wisata Penglipuran, 2016

2013 2014 2015 2016**

Wisatawan Asing 20.495 25.682 20.381 19.748

Wisatawan Domestik 20.120 38.605 26.021 55.519

Jumlah 40.615 64.287 46.402 75.267

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

Wisatawan Asing Wisatawan Domestik Jumlah

16

Pada Gambar 1.2 terlihat secara keseluruhan, jumlah kunjungan wisatawan

ke Desa Wisata Penglipuran mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali

tahun 2015. Penomena turunnya jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2015

menurut pengelola desa wisata, dikarenakan oleh sedikitnya hari libur pada tahun

tersebut. Tahun 2015 libur hari raya Galungan hanya sekali, yaitu bulan Juli.

Libur hari raya Galungan ini bersamaan dengan libur hari raya Idul Fitri serta

bersamaan pula dengan libur anak sekolah. Hal ini dinyatakan sebagai penyebab

berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan. Sedangkan data untuk tahun 2016

adalah jumlah kunjungan wisatawan dari bulan Januari sampai dengan bulan

September. Bila dihitung sampai dengan akhir Desember 2016, tentunya jumlah

kunjungan wisatawan akan lebih tinggi lagi. Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa Desa Wisata Penglipuran yang banyak menerima kunjungan wisatawan,

juga akan berdampak positip pada peningkatan pendapatan masyarakat,

penyerapan tenaga kerja, maupun peningkatan taraf perekonomian masyarakat.

Namun pada sisi lain, belakangan ini muncul kekhawatiran terhadap

keberlanjutan perkembangan pariwisata di desa Penglipuran, eksistensi bangunan

rumah tradisonal penduduk mulai mengalami pergeseran seiring dengan

perkembangan modernisasi dan peningkatan taraf perekonomian masyarakat

lokal, dan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya masyarakat tradisional kearah

masyarakat modern, serta eksistensi tanaman bambu di sekitar pekarangan

penduduk yang rentan akan alih fungsi lahan untuk lahan pemukiman.

Pada penelitian pendahuluan ditemukan, ada perubahan pada beberapa

bangunan tradisional “saka enem” yang semula seluruhnya mengunakan genteng

17

bambu kini terlihat ada mengalami perubahan. Perubahan berupa variasi

penggunaan bahan pada bagian atap bangunan “saka enem”, berupa penggunaan

variasi papan maupun seng seperti Gambar 1.3. Selain itu, muncul pula beberapa

pekarangan perumahan baru di luar areal pemukiman tradisional. Pekarangan

perumahan baru tersebut lebih dikenal dengan istilah “pondok”, yang

pembangunannya memanfaatkan areal yang semula berfungsi sebagai perkebunan

penduduk. Hal ini dapat memicu alih fungsi lahan.

Gambar 1.3

Perubahan Variasi Atap Rumah Tradisional

Di Desa Wisata Penglipuran

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian,

apakah kehadiran pariwisata yang terbukti menjadi sumber penghasil devisa dan

pembentukan pendapatan bagi masyarakat lokal, juga dapat mewujudkan secara

bersamaan arah ketahanan dan pelestarian budaya serta konservasi alam,

sebagaimana tersirat dalam kajian pengembangan pariwisata berkelanjutan?

Dalam menjawab pertanyaan penelitian ini, maka telah dilakukan rintisan

18

pengembangan model penelitian yang disusun berdasarkan pendekatan teoritik,

dengan menempatkan destinasi wisata sebagai penghasil pendapatan penduduk

lokal, serta pada saat bersamaan juga berpeluang terjadinya komodifikasi sebagai

akibat dari kebutuhan wisatawan asing terhadap atraksi wisata yang mereka

pandang unik dan sakral. Dengan demikian, proses transaksi tidak saja

menghasilkan sejumlah pendapatan yang bersumber dari wisatawan, tetapi juga

terdampak atas nilai kultural masyarakat lokal yang dapat berpotensi merusak

tatanan nilai budaya Bali (McKean, 1995).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian, sebagai berikut.

1) Bagaimana pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan modal sosial

terhadap community based tourism di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?

2) Bagaimana pengaruh peran pemerintah, peran desa adat, dan community based

tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran

Kabupaten Bangli?

3) Apakah community based tourism memediasi pengaruh peran pemerintah

terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran

Kabupaten Bangli?

4) Apakah community based tourism memediasi pengaruh peran desa adat

terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran

Kabupaten Bangli?

19

5) Apakah modal sosial memoderasi pengaruh antara peran desa adat terhadap

pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten

Bangli?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam

uraian, sebagai berikut.

1) Untuk menganalisis pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan modal

sosial terhadap community based tourism di Desa Penglipuran Kabupaten

Bangli.

2) Untuk menganalisis pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan

community based tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di

Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.

3) Untuk menganalisis apakah Community based tourism memediasi pengaruh

peran pemerintah terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli.

4) Untuk menganalisis apakah Community based tourism memediasi pengaruh

peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli.

5) Untuk menganalisis apakah modal sosial memoderasi pengaruh antara peran

desa adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa

Penglipuran Kabupaten Bangli.

20

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini meliputi manfaat secara

teoritis dan secara praktis, yaitu sebagai berikut.

1) Secara teoritis, yaitu untuk membuktikan teori maupun konsep pariwisata

berkelanjutan yang berbasis masyarakat, modal sosial, peran pemerintah dan

lembaga adat.

2) Secara praktis, bagi Desa Penglipuran hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

evaluasi tentang pelaksanaan pengembangan wisata di Desa Penglipuran serta

penyusunan perencanaan untuk pengelolaan jangka panjang. Bagi pemerintah,

hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun kebijakan

pengembangan daerah tujuan wisata.