Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ix
ABSTRAK
Destinasi wisata yang terbukti telah mendatangkan sumber pendapatan
pada masyarakat lokal tidak secara otomatis dapat mewujudkan pelestarian
budaya lokal, melainkan akan sangat ditentukan oleh partisipasi penduduk lokal
(stake-holder) (Richardson, 2010). Dalam rangka menjawab dan berusaha
mendapatkan jalan keluar untuk mewujudkan pengembangan pariwisata
berkelanjutan, maka relevan diadakan kajian untuk menganalisis : (1) pengaruh
peran pemerintah, peran desa adat dan modal sosial terhadap community based
tourism; (2) pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan community based
tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan; (3) mediasi community
based tourism pada pengaruh peran pemerintah terhadap pembangunan pariwisata
berkelanjutan; (4) mediasi community based tourism pada pengaruh peran desa
adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan; dan (5) moderasi modal
sosial pada pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata
berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.
Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Penglipuran dengan subyek
penelitian krama adat Desa Adat Penglipuran dengan sampel 75 orang dari ukuran
populasi 237 KK. Sampel size dihitung dengan rumus Slovin dan sistimatik
sampling digunakan dalam penentuan sampel. Data yang yang dikumpulkan
dengan kuesioner selanjutnya dianalisis menggunakan SEM-PLS.
Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan peran pemerintah, peran
desa adat dan modal sosial mampu menstimulus community based tourism. Peran
desa adat dan community based tourism secara signifikan mampu menstimulus
sustainable tourism development, sedangkan peran pemerintah secara langsung
kurang mampu menstimulus sustainable tourism development. Pengaruh peran
pemerinth lebih dominan dibandingkan dengan peran desa adat dalam
meningkatkan community based tourism. Community based tourism dan peran
desa adat mampu meningkatkan sustainable tourism development. Community
based tourism menjadi full mediation pengaruh peran pemerintah terhadap
sustainable tourism development dan menjadi partial mediation terhadap
pengaruh peran desa adat terhadap sustainable tourism development. Selanjutnya
modal sosial sebagai quasi moderasi pengaruh peran desa adat terhadap
sustainable tourism development di Desa Penglipuran. Terhadap evaluasi inner
model diperoleh Stone Geiser Q-Square test (Q2) = 0,947, sehingga dapat
dikatakan memiliki predictive prevelance yang kuat.
Pemerintah dalam melakukan program dan kegiatan, khususnya kegiatan
kepariwisataan di Desa Penglipuran, disarankan mengawali dengan mengadakan
sinkronisasi dan konsolidasi dengan Desa Adat. Bagaimanapun juga desa adat
melalui peran sosial, budaya, ekonomi, kepercayaan, jaringan dan norma adalah
penopang utama daya tarik wisata di Desa Penglipuran yang diwujudkan dalam
sapta pesona pariwisata.
Kata kunci: peran pemerintah, desa adat, modal sosial, community based
tourism dan sustainable tourism development
ix
RINGKASAN
Desa wisata Penglipuran adalah salah satu desa wisata yang ada di Provinsi
Bali. Desa wisata merupakan aktivitas bertemunya penduduk lokal dan
wisatawan. Desa wisata akan berhasil menjadi destinasi wisata yang
berkelanjutan, apabila disertai dengan peningkatan ketahanan budaya lokal atas
intervensi budaya asing yang dibawa serta wisatawan. Masyarakat setempat yang
memahami potensi wilayahnya masing-masing, terutama potensi
kepariwisataannya, maka dalam rangka memanfaatkan peluang pariwisata
dipandang relevan komunitas masyarakat yang memiliki potensi kepariwisataan
mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism).
Untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development)
yang berbasis masyarakat diperlukan juga peran pemerintah, peran desa adat dan
modal sosial yang kuat.
Adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut. Pertama, bagaimana pengaruh peran pemerintah dan peran desa adat
terhadap community based tourism di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?.
Kedua, bagaimana pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan community
based tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa
Penglipuran Kabupaten Bangli? Ketiga, apakah community based tourism
memediasi pengaruh peran pemerintah terhadap pembangunan pariwisata
berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli? Keempat, Apakah
community based tourism memediasi pengaruh peran lembaga desa adat terhadap
pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?
Kelima, apakah modal sosial memoderasi pengaruh peran desa adat terhadap
pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?
Untuk menjawab permasalahan diatas, maka penelitian bertujuan untuk
menganalisis: (1) pengaruh peran pemerintah dan peran desa adat terhadap
community based tourism; (2) pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan
community based tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan; (3)
mediasi community based tourism pada pengaruh peran pemerintah terhadap
pembangunan pariwisata berkelanjutan; (4) mediasi community based tourism
pada pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan? ;
(5) moderasi modal sosial pada pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan
pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.
Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Penglipuran dengan subyek penelitian
masyarakat Desa Penglipuran sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan
melalui kuesioner dengan jumlah populasi sebanyak 237. Selanjutnya dengan
rumus Slovin diperoleh sampel sebanyak 75, yang dipilih menggunakan metode
sistimatik sampling. Data dianalisis dengan metode SEM-PLS.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan (1) peran pemerintah dan
peran desa adat berpengaruh positip signifikan terhadap community based
tourism, (2) peran desa adat dan community based tourism berpengaruh positip
signifikan terhadap sustainable tourism development, sedangkan peran pemerintah
pengaruhnya tidak signifikan sustainable tourism development. Community based
tourism memediasi secara penuh (pool mediasi) pengaruh peran pemerintah
x
terhadap sustainable tourism development. Community based tourism memediasi
secara parsial (parsial mediasi) pengaruh peran desa adat terhadap sustainable
tourism development. Modal sosial berpotensi memoderasi pengaruh peran
lembaga adat terhadap sustainable tourism development di Desa Penglipuran.
Studi ini berhasil menemukan beberapa temuan penting, yaitu sebagai
berikut. Pertama, bahwa Tasci et al. (2013) menjelaskan bahwa pariwisata
berbasis masyarakat merupakan bentuk pariwisata berkelanjutan. Meskipun
demikian, terdapat perbedaan mendasar di antara kedua konsep tersebut,
pariwisata berbasis masyarakat mengedepankan pendekatan bottom-up, sedangkan
pariwisata berkelanjutan mengedepankan pendekatan top-down. Pendekatan
bottom-up mengandung arti bahwa inisiatif untuk pengembangan pariwisata
berasal dari masyarakat, sedangkan pada pendekatan top-down, inisiatif berasal
dari pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah ternyata
secara langsung pengaruhnya tidak signifikan terhadap sustainable tourism
development, justru peran desa adat yang merupakan bentuk partisipasi
masyarakat lokal yang berpengaruh dominan secara signifikan terhadap
sustainable tourism development maupun community based tourism. Hal ini
menunjukkan bahwa baik sustainable tourism development maupun community
based tourism saat ini bagi masyarakat desa Penglipuran Kabupaten Bangli sudah
mengedepankan pendekatan bottom-up.
Kedua, Peran pemerintah dan peran desa adat masing-masing secara
langsung terbukti berpengaruh positip dan signifikan terhadap community based
tourism. Bahkan peran desa adat memiliki pengaruh yang lebih besar (dominan)
terhadap community based tourism bila dibandingkan dengan peran pemerintah.
Hal ini dibuktikan dengan koefisien regresi () dan hasil analisis effect size peran
desa adat terhadap community based tourism yang lebih besar bila dibandingkan
dengan effect size peran pemerintah terhadap community based tourism di Desa
Penglipuran.
Ketiga, bahwa modal sosial merupakan moderator potensial pada pengaruh
antara peran desa adat terhadap sustainable tourism development. Hal ini
mengindikasikan bahwa modal sosial memiliki potensi untuk memperkuat
pengaruh peran desa adat terhadap sustainable tourism development. Keempat,
bahwa Sustainable tourism development yang terdiri dari tiga indikator, yaitu
keuntungan ekonomi, dampak sosial, dan kelestarian ekosistem. Diantara ketiga
indikator tersebut, yang memiliki loading faktor tertinggi terhadap sustainable
tourism development adalah kelestarian ekosistem, sedangkan keuntungan
ekonomi memiliki pengaruh paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat lokal telah melakukan pendekatan untuk mewujudkan sustainable
tourism development dengan mempertahankan kelestarian ekosistem, bukan hanya
profit oriented.
Kelima, bahwa Community based tourism terdiri dari lima dimensi, yaitu
dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi budaya, dimensi lingkungan, dan
dimensi politik. Dimensi yang memiliki sumbangan tertinggi terhadap community
based tourism adalah dimensi sosial, sedangkan yang terendah adalah dimensi
ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan sosial kemasyarakatan memiliki
peran paling penting dalam pengelolaan pariwisata yang berbasis masyarakat.
xi
Bagaimanapun juga diperlukan suatu kesepakatan bersama dalam
pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat, baik dalam hal perencanaan maupun
pengelolaannya. Sedangkan motivasi ekonomi bukan menjadi faktor utama dalam
pengembangan community based tourism pada masyarakat lokal desa Penglipuran
Kabupaten Bangli.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, peran
pemerintah dan peran desa adat berpengaruh positip dan signifikan terhadap
community based tourism di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli. Artinya, peran
pemerintah maupun peran desa adat menstimulus kualitas community based
tourism. Kedua, Peran desa adat dan community based tourism berpengaruh
positip dan signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa
Penglipuran Kabupaten Bangli. Artinya, peran desa adat maupun community
based tourism, dapat menjadi stimulus positip terhadap kualitas sustainable
tourism develovment. Sedangkan peran pemerintah secara langsung berpengaruh
tidak signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa
Penglipuran Kabupaten Bangli. Artinya, secara langsung peran pemerintah selama
ini dirasakan kurang mampu menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di
Desa Penglipuran Kabupaten Bangli secara signifikan.
Ketiga, Dengan dimediasi oleh community based tourism, peran pemeritah
berpengaruh signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa
Penglipuran Kabupaten Bangli. Mengingat secara langsung peran pemerintah
berpengaruh tidak signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan,
maka community based tourism bersifat mediasi penuh. Dapat diartikan bahwa
untuk mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan, perlu optimalisasi
peran pemerintah dengan memfasilitasi community based tourism yang akan dapat
mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Keempat, Dengan dimediasi oleh community based tourism, peran desa adat
berpengaruh signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa
Penglipuran Kabupaten Bangli. Secara langsung peran desa adat berpengaruh
signifikan terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan, maka sifat mediasi
community based tourism dalam memediasi hubungan peran desa adat terhadap
pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah mediasi parsial. Dapat diartikan
bahwa untuk mewujudkan pemabangunan pariwisata berkelanjutan, perlu
optimalisasi peran desa adat dengan memfasilitasi community based tourism yang
akan dapat mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Kelima, Modal sosial potensial memoderasi pengaruh peran desa adat
terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten
Bangli. Artinya secara persepsi, modal sosial di Desa Penglipuran memiliki
potensi memperkuat pengaruh peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata
berkelanjutan. Hal ini berarti bila desa adat melalui perannya ingin mewujudkan
pembangunan pariwisata berkelanjutan, maka sebaiknya memanfaatkan modal
sosial yang telah terbukti memperkuat peran desa adat dalam mewujudkan
pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan hal-hal sebagai
berikut. Pertama, Community based tourism merupakan dasar pengelolaan
pariwisata di Desa Penglipuran. Oleh karena itu bila pemerintah berkeinginan
xii
untuk melakukan program dan kegiatan di Desa Penglipuran sebaiknya
disinkronkan dan dikonsolidasikan dengan Desa Adat. Bagaimanapun juga desa
adat adalah penopang utama daya tarik wisata di Desa Penglipuran. Kedua,
Pemerintah dan Desa Adat perlu mengkaji kembali pola pembagian/sharing dari
pendapatan tiket masuk obyek wisata Desa Penglipuran, yaitu untuk dialokasikan
bagi kelestarian lingkungan, terutama untuk konservasi hutan bambu. Ketiga,
Promosi daya tarik wisata di Desa Penglipuran perlu dioptimalkan, termasuk
melalui media online. Termasuk dengan menyelenggarakan ragam event yang
lebih atraktif seperti Festival Desa Penglipuran. Keempat, Daya tarik wisata Desa
Penglipuran dapat dikembangkan dalam bidang kesenian, yaitu dengan
mengoptimalkan keberaan sekaa/kelompok kesenian. Termasuk juga
penyelenggaraan pertunjukan kesenian rutin yang merupakan ciri khas Desa
Penglipuran. Kelima, Selain memperkuat jaringan internal, pengelola Desa
Penglipuran juga dapat memperluas jaringan eksternal, termasuk dengan Desa
Wisata lain. Salah satunya dengan saling mempromosikan daya tarik wisata
sehingga akan terbentuk rangkaian wisata dengan objek wisata lainnya.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...................................................................................... i
PRASYARAT GELAR ................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................... ix
RINGKASAN .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 18
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 19
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 21
2.1 Konsep Pariwisata .................................................................. 21
2.1.1 Pengertian Pariwisata ................................................. 25
2.1.2 Definisi Destinasi Wisata ........................................... 29
2.1.3 Daya Tarik Wisata ...................................................... 30
2.1.4 Pariwisata Alternatif ................................................... 32
2.2 Teori Ekonomi Pariwisata ...................................................... 35
2.3 Peran Pemerintah Dalam Pariwisata ...................................... 52
2.3.1 Konsep Pengembangan Pariwisata............................. 61
2.3.2 Perencanaan Pengembangan Wilayah Pariwisata ...... 65
2.3.3 Kebijakan Pemerintah ............................................... 67
2.4 Teori Kelembagaan (Kelembagaan Pariwisata) ..................... 75
2.5 Peran Desa Adat dalam Pengembangan Pariwisata Budaya .. 78
2.6 Konsep Modal Sosial ............................................................. 81
2.6.1 Pengertian Modal Sosial............................................. 83
2.6.2 Unsur/Indikator Modal Sosial ................................... 88
2.6.3 Ukuran Modal Sosial ................................................. 93
2.7 Konsep Community Based Tourism ....................................... 94
2.8 Pengertian Pembangunan Berkelanjutan ............................... 99
2.9 Konsep Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ................... 101
2.10 Hubungan Peran Pemerintah, Peran Lembaga Adat, Modal
Sosial, CBT, dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan.... 110
2.11 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ............................................ 116
xiv
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ............. 127
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................. 127
3.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 129
3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................... 132
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 134
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 134
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 136
4.3 Subyek dan Obyek Penelitian ................................................ 136
4.4 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian .... 136
4.4.1 Identifikasi Variabel ................................................... 136
4.4.2 Definisi Operasional Variabel .................................... 138
4.5 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 144
4.5.1 Jenis Data ................................................................... 144
4.5.2 Sumber Data ............................................................... 144
4.6 Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel dan
Penentuan Informan ............................................................... 145
4.6.1 Populasi ...................................................................... 145
4.6.2 Sampel Penelitian ....................................................... 145
4.6.3 Penentuan Informan ................................................... 147
4.7 Instrumen Penelitian .............................................................. 147
4.7.1 Pengujian Instrumen ................................................... 148
4.7.2 Teknik Pelaksanaan Survei ........................................ 149
4.8 Teknik Analisis Data .............................................................. 150
4.8.1 Uji Kualitas Data ........................................................ 150
4.8.2 Analisis Deskriptif...................................................... 150
4.8.3 Pengujian Hipotesis .................................................... 151
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ............................ 161
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ..................................... 161
5.1.1 Kondisi Geografi Desa Wisata Penglipuran............... 162
5.1.2 Kelembagaan di Desa Wisata Penglipuran ................ 166
5.2 Pengujian Instrumen .............................................................. 169
5.2.1 Uji Validitas ............................................................... 169
5.2.2 Uji Reliabilitas............................................................ 171
5.3 Karakteristik Responden ........................................................ 172
5.3.1 Umur Responden ........................................................ 172
5.3.2 Pendidikan Formal Krama Responden ...................... 173
5.3.3 Jenis Pekerjaan Krama Responden ............................ 174
5.3.4 Jumlah Anggota Keluarga Responden ....................... 175
5.4 Deskripsi Persepsi Responden Atas Variabel Penelitian ....... 176
5.4.1 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten Peran
Pemerintah ................................................................. 176
5.4.2 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten Peran
Desa Adat ................................................................... 178
xv
5.4.3 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten
Community Based Tourism ....................................... 179
5.4.4 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten Modal
Sosial ......................................................................... 181
5.4.5 Persepsi Responden Terhadap Variabel Laten
Sustainable Tourism Development ............................ 182
5.5 Evaluasi Outer Model (Measurement Model) ....................... 184
5.5.1 Uji Validitas ............................................................... 188
5.5.2 Uji Reliabilitas Konstruk ............................................ 190
5.6 Evaluasi Inner Model (Structural Model) .............................. . 191
5.6.1 Pengujian Kecocokan Model (Evaluasi Goodness of
Fit Inner Model) ........................................................ 192
5.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian .................................. 194
5.6.3 Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total Antar
Variabel ..................................................................... 212
5.6.4 Pengaruh Variabel Eksogen terhadap Variabel
Endogen ..................................................................... 217
5.6.5 Pengujian Effect Size ................................................. 222
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................. 224
6.1 Pembahasan Temuan ............................................................. 224
6.1.1 Pengaruh Langsung Peran Pemerintah Terhadap
Community Based Tourism di Desa Wisata
Penglipuran Kabupaten Bangli................................... 225
6.1.2 Pengaruh Langsung Peran Desa Adat Terhadap
Community Based Tourism di Desa Wisata
Penglipuran Kabupaten Bangli................................... 230
6.1.3 Pengaruh Langsung Modal sosial Terhadap
Community Based Tourism di Desa Wisata
Penglipuran Kabupaten Bangli................................... 236
6.1.4 Pengaruh Langsung Peran Pemerintah terhadap
Sustainable Tourism Development di Desa Wisata
Penglipuran Kabupaten Bangli .................................. 237
6.1.5 Pengaruh Langsung Peran Desa Adat Terhadap
Sustainable Tourism Development di Desa Wisata
Penglipuran Kabupaten Bangli .................................. 241
6.1.6 Pengaruh Langsung Community Based Tourism
Terhadap Sustainable Tourism Development di Desa
Wisata Penglipuran Kabupaten Bangli ...................... 244
6.1.7 Pengaruh Tidak Langsung Peran Pemerintah
Terhadap Sustainable Tourism Development Melalui
Community Based Tourism di Desa Wisata
Penglipuran Kabupaten Bangli .................................. 246
6.1.8 Pengaruh Tidak Langsung Peran Desa Adat
Terhadap Sustainable Tourism Development Melalui
xvi
Community Based Tourism di Desa Wisata
Penglipuran Kabupaten Bangli .................................. 247
6.1.9 Pengaruh Peran Desa Adat Terhadap Sustainable
Tourism Development Dengan Moderasi Modal
Sosial di Desa Wisata Penglipuran Kabupaten
Bangli ......................................................................... 248
6.2 Temuan Penelitian.................................................................. 251
6.3 Kontribusi Penelitian.............................................................. 253
6.3.4 Kontribusi Teoritis .................................................... 253
6.3.5 Kontribusi Praktis ....................................................... 254
6.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 254
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 255
7.1 Simpulan ............................................................................... 255
7.2 Saran ...................................................................................... 257
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 259
LAMPIRAN .................................................................................................... 268
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1.1 Perkembangan Kunjungan Wisatawan yang Datang ke Obyek
Wisata di Kabupaten Bangli ............................................................... 5 4.1 Definisi Operasional Indikator Variabel Peran Pemerintah (PP) ....... 140 4.2 Definisi Operasional Indikator Variabel Peran Desa Adat (PDA) ..... 141 4.3 Definisi Operasional Indikator Variabel Community Based
Tourism (CBT) ................................................................................... 142 4.4 Definisi Operasional Indikator Variabel Modal Sosial (MS) ............. 143 4.5 Definisi Operasional Indikator Variabel Sustainable Tourist
Development (STD)............................................................................ 144 4.6 Ukuran Populasi dan Sampel Penelitian ............................................ 147 5.1 KMO, Signifikansi Barlett, MSA, dan Component Matrix/Faktor
Loading Setiap Indikator .................................................................... 170 5.2 Koefisien Cronbach’s Alpha Instrumen Penelitian ............................ 171 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ..................................... 172 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal ................ 174 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ..................... 174 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga .... 175 5.7 Persepsi Responden Terhadap Variabel Peran Pemerintah ............... 177 5.8 Persepsi Responden Terhadap Variabel Peran Desa Adat ................. 178 5.9 Persepsi Responden Terhadap Variabel Community Based Tourism ... 180 5.10 Persepsi Responden Terhadap Variabel Modal Sosial ....................... 182 5.11 Persepsi Responden Terhadap Variabel Sustainable Tourism
Development ...................................................................................... 183 5.12 Faktor Loading Konstruk Peran Pemerintah, Peran Desa Adat,
Modal Sosial, Community Based Tourism dan Sustainable Tourism Development ....................................................................................... 186
5.13 Uji Fornell-Larcker Criterion ............................................................. 187 5.14 Path Coefficient Variabel Laten dengan Second Order Construct ..... 188 5.15 Cross Loading Discriminat Validity .................................................. 189 5.16 Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability .......................... 190 5.17 Nilai R-Square Variabel Commnunity Based Tourism dan
Sustainable Tourism Development ..................................................... 192 5.1.8 Path Coefficients, T-statistcs, P-Value ............................................... 194 5.1.9 Klasifikasi Variabel Moderasi ........................................................... 210 5.1.20 Ringkasan Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan
Pengaruh Total ................................................................................. 213 5.1.21 Koefisien Effects Size (f-square) ..................................................... 222
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Asing ke Provinsi Bali Tahun
2008-2014........................................................................................... 2
1.2 Jumlah Kedatangan Wisatawan ke Desa Wisata Penglipuran ........... 15
1.3 Perubahan Variasi Atap Rumah Tradisional di Desa Penglipuran .... 17
2.1 Pilar Pembangunan Pariwisata ........................................................... 24
2.2 The ‘Triple Helix’ of University–Industry–Government Relations ... 68
2.3 Konfigurasi Social Infrastructure ..................................................... 70
2.4 Institutions, Institutional Change and Economic Performance ........ 72
2.5 Skema Pembangunan Berkelanjutan .................................................. 101
2.6 Sasaran Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ............................... 106
2.7 Dimensi Sosial Capital ...................................................................... 111
2.8 Proses Pengembangan Capacity Building ......................................... 112
3.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 129
3.2 Kerangka Konsep Penelitian Asosiatif ............................................... 132
4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 135
4.2 Model Struktural ................................................................................ 154
4.3 Diagram Jalur Penelitian .................................................................... 155
5.1 Prasasti Desa Wisata Penglipuran ...................................................... 161
5.2 Peta Desa Adat Penglipuran ............................................................... 163
5.3 Struktur Organisasi Desa Adat Penglipuran....................................... 168
5.4 Output Smart PLS 3.0 (Loading Factor dan Standardize Beta) ........ 185
5.5 Path Coefficient dan R2 Model Algorithm ......................................... 191
5.6 Diagram Jalur Pengaruh Peran Pemerintah Terhadap Community
Based Tourism ................................................................................... 195
5.7 Diagram Jalur Pengaruh Peran Desa Adat Terhadap Community
Based Tourism ................................................................................... 197
5.8 Diagram Jalur Pengaruh Modal Sosial Terhadap Community
Based Tourism ................................................................................... 199
5.9 Diagram Jalur Pengaruh Peran Pemerintah Terhadap Sustainable
Tourism Development ....................................................................... 201
5.10 Diagram Jalur Pengaruh Peran Desa Adat Terhadap Sustainable
Tourism Development ....................................................................... 203
5.11 Diagram Jalur Pengaruh Community Based Tourism Terhadap
Sustainable Tourism Development .................................................... 205
5.12 Diagram Jalur Community Based Tourism Sebagai Mediasi
Pengaruh Peran Pemerintah terhadap Sustainable Tourism
Development ...................................................................................... 207
5.13 Diagram Jalur Community Based Tourism Sebagai Mediasi
Pengaruh Peran Desa Adat Terhadap Sustainable Tourism
Development ...................................................................................... 209
5.14 Diagram Jalur Moderasi Modal Sosial pada Pengaruh Peran Desa
Adat Terhadap Sustainable Tourism Development .......................... 211
5.15 Path Cofficients dan T-Statistics ........................................................ 216
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1 Kuesioner .......................................................................................... 271 2 Tabulasi Identitas Responden............................................................. 276 3 Data Skor Jawaban Responden .......................................................... 278 4 Output Faktor Analisis Explanatory ................................................... 284 5 Output Reliability .............................................................................. 296 6 Tabulasi Frekuensi Identitas Responden ........................................... 300 7 Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden ........................................... 302 8 Output Path Coefficien and Outer Loadings Model Algoritm ........... 303 8A Smart PLS Refort Final Results ......................................................... 308 8B Outer Loadings ................................................................................... 310 8C Outer Weights .................................................................................... 311 8D Quality Criteria ................................................................................... 312 8E Construct Reliability and Validity...................................................... 313 8F Cross Loading .................................................................................... 314 8G Heterotrait Monotrait Ratio (HTMT) ................................................. 315 9 Output T-Value Model Bootstraping ................................................. 316 9A Smart PLS Refort Final Results Path Coefficients............................. 317 9B Indirect Effects ................................................................................... 318 9C Total Effects ....................................................................................... 319 9D Outer Loading .................................................................................... 320 9E Outer Wight ........................................................................................ 321 9F Quality Criteria ................................................................................... 322 9G Everage Variance Extracted ............................................................... 324 9H Heterotrait Monotrait Ratio (HTMT) ................................................. 326 10 Path Coefficiens dan T-Statistics ....................................................... 328 11 Photo Dokumen Penelitian ................................................................ 329
xx
DAFTAR SINGKATAN
AVE : Average Variance Extracted
BPS : Badan Pusat Statistik
CBT : Community Based Tourism
CDM : Clean Development Mechanism
DMO : Destination Management Organization
DTW : Daerah Tujuan Wisata
IKRT : Industri Kerajinan Rumah Tangga
LPD : Lembaga Perkreditan Desa
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran
PLS : Partial Least Square
RIPPA : Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
SCBT : Sustainable Community-Based Tourism
SCBTD : Sustainable Community Based Tourism Development
SEM : Structural Equation Model
STD : Sustainable Tourist Development
UNCHE : United Nation Conference on Human Environment
UN-WTO : United Nation-World Tourism Organization
WCED : Word Commission on Environment and Development
WTO : World Trade Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bali merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau Bali
tidak hanya terkenal di dalam negeri tetapi juga di mancanegara. Sektor pariwisata
menjadi sektor andalan bukan hanya oleh pemerintah daerah, tetapi juga sebagian
lapisan masyarakatnya. Menururt BPS Bali (2014), sumbangan sektor PHR
(perdagangan, hotel dan restoran) terhadap pendapatan domestik regional bruto
(PDRB) Provinsi Bali tahun 2013 menurut harga berlaku sebesar
Rp 28.259.736,89 juta (29,89 persen). Pada sisi lain, berdasarkan lapangan
pekerjaan utama, keadaan Februari 2014 penduduk Bali paling banyak bekerja di
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dengan jumlah 674,60 ribu orang,
atau sebesar 28,38 persen dari total penduduk yang bekerja (BPS Bali, 2014).
Sebagai salah satu aktivitas bisnis, pariwisata telah memberikan tidak saja sebagai
sumber penghasil devisa bagi pembangunan, tetapi juga telah berperan sebagai
sektor yang menggerakkan pembentukan pendapatan masyarakat serta perluasan
lapangan kerja. Dengan demikian, pariwisata disebutkan sebagai leading sector
bagi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah Bali.
Berkaitan dengan peran pariwisata, kajian lembaga United Nation-World
Organization atau disingkat UN-WTO (2012) menyajikan estimasi tentang
peningkatan kegiatan perjalanan pariwisata dunia sejalan dengan semakin
membaiknya perekonomian dunia memasuki tahun 2015. Prediksi UN-WTO
2
tentang peluang pasar pariwisata menjadikan perekonomian Bali akan menerima
dampak positip atas peluang peningkatan pangsa pasar perjalanan wisata sebagai
sumber wisatawan yang akan banyak mendatangkan devisa dan pembentukan
pendapatan masyarakat lokal dari aktivitas belanja wisatawan khususnya yang
berasal dari wisatawan manca negara. Sejalan dengan prediksi UN-WTO di atas,
disajikan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang datang ke Bali dari
tahun 2008 sampai dengan 2015 sebagaimana dipublikasikan Dinas Pariwisata
Bali sebagaimana tampilan Gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1
Jumlah Kedatangan Wisatawan Asing ke Provinsi Bali Tahun 2008-2014
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2016
Memperhatikan data perkembangan jumlah kedatangan wisatawan pada
Gambar 1.1, terlihat jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali sejalan
1 2 3 4 5 6 7 8
JUMLAH 1,968,892 2,229,945 2,493,058 2,756,579 2,892,019 3,278,598 3,766,638 4,001,835
TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1,968,892
2,229,945
2,493,058
2,756,5792,892,019
3,278,598
3,766,6384,001,835
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
4500000
Jum
lah
wis
ataw
an
3
dengan prediksi UN-WTO, bahwa perjalanan wisatawan ke Bali terus meningkat
dari tahun ke tahun dengan rata-rata peningkatan 10,72 persen per tahun.
Mengingat perkembangan kunjungan wisatawan yang begitu pesat, maka
sudah sewajarnya apabila pemerintah menggalakkan program pembangunan
pariwisata di berbagai daerah sekaligus menempatkannya sebagai pendekatan
pembangunan alternatif (alternative development) yang bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
serta sebagai solusi dalam mengatasi pengangguran. Semua ini tidak terlepas dari
peran serta masyarakat sebagai salah satu stakeholders pembangunan yang pada
prinsipnya memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap pengelolaan
pariwisata di daerahnya masing-masing. Keterlibatan peran serta masyarakat
dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata menjadi satu faktor penting,
karena masyarakatlah yang memahami dan menguasai wilayahnya (Elfianita,
2011). Berhubung masyarakat setempat yang memahami potensi wilayahnya
masing-masing, terutama potensi kepariwisataannya, maka dalam rangka
memanfaatkan peluang pariwisata dipandang relevan komunitas masyarakat yang
memiliki potensi kepariwisataan mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat
(Community Based Tourism).
Community Based Tourism (CBT) adalah pariwisata yang berbasis
komunitas, dimana masyarakat yang memiliki wewenang dan penentu dalam
berbagai aspek pembangunan pariwisata itu sendiri (Sugiarti, 2009). Masyarakat
diposisikan sebagai penentu, serta keterlibatan masyarakat mulai dari proses
perencanaan sampai kepada pelaksanaannya.
4
Dalam rangka mengakomodir kedatangan wisatawan yang semakin
meningkat, dan penyiapan diversifikasi daerah tujuan wisata di Bali, diperlukan
alternatif: (a) pengembangan destinasi wisata strategis yang lebih tersebar ke
wilayah kabupaten/kota di Bali sekaligus dimaksudkan sebagai upaya
mempercepat pemerataan hasil pembangunan melalui aktivitas bisnis pariwisata;
(b) menyusun strategi pengembangan Desa Wisata sebagai pusat destinasi
pariwisata dengan mengkolaborasikan potensi keberadaan desa adat dan
pemerintah sebagai pendamping dalam rangka mewujudkan desa wisata. Desa
wisata menurut Permen Pariwisata Nomor 1 tahun 2015, merupakan suatu bentuk
integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam
suatu kehidupan yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku
(Nuryanti, 1993).
Berkaitan dengan kegiatan pariwisata dan destinasi wisata, saat ini setiap
kabupaten/kota di Bali telah memiliki daerah tujuan wisata (DTW) yang telah
berkembang, sedang dikembangkan, maupun akan dikembangkan serta menerima
kunjungan wisatawan. Salah satu kabupaten dimaksud adalah Kabupaten Bangli.
Kabupaten Bangli pada tahun 2015 mengacu data BPS pada Bangli Dalam Angka
2016, telah memiliki 5 (lima) obyek wisata yang telah dikembangkan, 9
(sembilan) obyek wisata yang sedang dikembangkan, dan 25 obyek wisata yang
akan dikembangkan. Lima obyek wisata yang telah dikembangkan di Kabupaten
Bangli, meliputi wisata Budaya Pura Penulisan, wisata alam Batur, wisata budaya
Trunyan, wisata budaya Desa Adat Penglipuran, wisata budaya Pura Kehen. Desa
Adat Penglipuran pengembangan wisata budayanya difokuskan pada
5
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism)
(Bangli Dalam Angka, 2015).
Keberadaan daerah tujuan wisata (DTW) yang berada di kabupaten
Bangli, semakin mampu mengundang wisatawan asing maupun domestik untuk
mengunjunginya. Perkembangan kunjungan wisatawan ke kabupaten Bangli pada
periode 2011 s.d 2015 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1.1
Perkembangan Kunjungan Wisatawan yang Datang
ke Obyek Wisata di Kabupaten Bangli
Tahun 2011 sampai dengan 2015
Tahun Wisatawan Asing Wisatawan Domestik Jumlah
2011 327.177 161.756 488.933
2012 346.494 201.658 548.152
2013 394.206 222.431 616.637
2014 447.199 200.408 647.607
2015 451.133 159.216 610.349
Sumber: Bangli Dalam Angka, 2016
Pada Tabel 1.1 terlihat jumlah kunjungan wisatawan asing terus
menunjukkan trend yang meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan jumlah
kunjungan wisatawan domestik mengalami fluktuasi, dua tahun terakhir terlihat
mengalami penurunan kunjungan. Turunnya kunjungan wisatawan domestik dua
tahun terakhir ditengarai oleh pelaku pariwisata di Bangli sebagai dampak dari
berkurangnya libur nasional maupun lokal pada periode tersebut. Sebagai contoh
libur hari raya biasanya dua kali dalam setahu, tapi untuk tahun 2015 libur hari
raya Galungan hanya satu kali. Tambahan lagi libur hari raya Galungan tersebut
berimpit dengan libur hari raya Idul Fitri. Semakin meningkatnya jumlah
6
kunjungan wisatawan asing ke kabupaten Bangli, membawa dampak semakin
meningkatnya pergerakan ekonomi masyarakat.
Menurut penggambaran D’Amore (1988), bahwa sektor pariwisata tidak
saja berperan sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara
berkembang, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan penduduk, juga menjadi
sarana dalam rangka meningkatkan komunikasi yang terjalin menjadi semakin
erat antar penduduk dalam tatanan pergaulan antar bangsa. Swarbroke (1999)
menyatakan bahwa sektor pariwisata dapat menjadi sektor strategis di negara
berkembang, karena pariwisata dapat memberikan ruang bagi pertumbuhan
perluasan lapangan kerja yang lebih berorientasi kepada labor intensive, serta
pada saat bersamaan juga dapat berperan sebagai penghasil devisa bagi
pembangunan ekonomi.
Pariwisata juga menjadi relevan untuk dihadirkan sebagai sektor alternatif
dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi, karena pembangunan ekonomi itu
sendiri telah berdampak bagi penurunan kualitas lingkungan di sektor pertanian
dan pertambangan, sehingga kehadiran pariwisata menjadi industri alternatif
dalam memperbaiki kesejahteraan ekonomi penduduk di sektor pedesaan.
Perbaikan kesejahteraan penduduk melalui kehadiran pariwisata akan menjadi
penguatan ketahanan ekonomi penduduk sekaligus berperan dalam meningkatkan
kualitas lingkungan alam dan konservasi (Guske, 1993).
Meskipun terdapat dukungan bahwa sektor pariwisata merupakan mesin
pertumbuhan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, berdampak pada
kesejahteraan rakyat dan perluasan lapangan kerja serta menjadi sumber penghasil
7
devisa yang potensial, namun dampak pariwisata terhadap pelestarian budaya
lokal yang bernilai tinggi merupakan tantangan tersendiri yang patut mendapat
perhatian. McKean (1989), menyajikan skenario untuk pariwisata Bali yang
mendatangkan manfaat ekonomi dengan resiko intervensi budaya yang dapat
merusak sendi-sendi dasar budaya Bali yang dikenal memiliki nilai tinggi.
McKean (1989), menyatakan bahwa masyarakat Bali disatu pihak memiliki
budaya bernilai tinggi, tetapi dengan tingkat pendapatan relatif masih rendah
(economically poor), sedangkan wisatawan asing yang memiliki tingkat
pendapatan tinggi (economically rich) tetapi memiliki budaya bernilai rendah
yang cenderung materialistik. Pengaruh budaya asing atas budaya lokal terjadi
sebagai akibat dari transaksi pariwisata, sehingga masyarakat Bali akan menerima
resiko terancam nilai-nilai budaya lokal yang bernilai tinggi tersebut sebagai
akibat dari transaksi kedua belah pihak dalam aktivitas pariwisata. Picard (1997),
lebih mempertegas pola transaksi antara wisatawan asing dengan penduduk lokal
sebagai transaksi komoditifikasi, yaitu berpindahnya tarian dan aneka barang
sakral yang diperuntukkan hanya untuk upacara suci berpeluang berpindah ke
atraksi wisata dan bahkan tersajikan pada hotel dan destinasi wisata tertentu
(Picard, 1997).
Komodifikasi merupakan tantangan dan sekaligus intervensi budaya asing
melalui transaksi pariwisata antara wisatawan asing sebagai pendatang dengan
penduduk lokal sebagai penyedia atraksi wisata. Dengan demikian, resiko
kehadiran pariwisata sebagai sektor yang banyak menghasilkan devisa dan
pendapatan serta perluasan lapangan kerja, kegiatan pariwisata tersebut juga
8
berpotensi sebagai ancaman terhadap pelestarian budaya lokal yang bernilai
tinggi.
Destinasi wisata yang terbukti telah mendatangkan sumber pendapatan
pada masyarakat lokal (Richardson, 2010) tidak secara otomatis dapat
mewujudkan pelestarian budaya lokal. Hal ini akan sangat ditentukan oleh
partisipasi penduduk lokal (stake-holder) dalam mensikapi kehadiran bisnis
pariwisata. Kehadiran bisnis pariwisata pada satu sisi menghasilkan pendapatan.
Pada sisi yang lain, pola budaya dan gaya hidup wisatawan asing yang
berinteraksi dalam konteks memenuhi penyajian atraksi wisata yang memuaskan
kebutuhan wisatawan asing, dapat merubah tatanan budaya bernilai tinggi melalui
transaksi komodifikasi.
Tantangan atas kehadiran wisatawan asing juga terjadi pada pelestarian
alam dan lingkungan, sehingga peran aktif partisipasi masyarakat (stake-holder
tourism) menjadi kekuatan yang menentukan dalam mewujudkan pelestarian alam
dan lingkungannya (Stem et al., 2003). Kajian tentang dampak atas pelestarian
alam yang dipandu secara nyata melalui peranan partisipasi masyarakat tidak
terbukti merupakan usaha nyata dan berkelanjutan (Jamal et al., 2006). Stem et al.
(2003) dan juga Stronza (2007), menyatakan bahwa insentif ekonomi yang
diterima penduduk lokal atas kegiatan pariwisata dapat menjadi social-cultural
benefits yaitu meningkatnya kesadaran penduduk lokal dalam upaya memelihara
konservasi alam dan langkah nyata dalam pelestarian alam. Pandangan yang
searah juga disampaikan oleh Guske (1993). Penguatan ketahanan budaya
penduduk lokal atas transaksi pariwisata setidaknya merupakan indikasi dalam
9
rangka memperkuat socio-cultural masyarakat lokal, bahwa perbaikan
kesejahteraan penduduk lokal dapat menjadi parameter bagi dimulainya usaha
melestarikan konservasi alam yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang
(Stem et al., 2003 dan UNWTO, 2008).
Dengan demikian, maka sejauh mana dampak atas transaksi wisata dalam
bentuk komodifikasi atas desakan permintaan atraksi wisata tidak berdampak
kepada nilai-nilai kultural masyarakat lokal, adalah esensi atas keberadaan
pariwisata dan upaya mempertahankan tradisi budaya yang luhur agar terhindar
dari kontaminasi budaya materialistik yang dibawa serta wisatawan asing yang
berkunjung ke Bali (McKean, 1995). Stem et al. (2003) serta gambaran atas
dampak transaksi pariwisata internasional sebagaimana dinyatakan MacKean
(1995) mengharuskan perlunya pendalaman studi untuk mendapatkan pemetaan
tentang arah pertumbuhan pariwisata yang dapat mewujudkan ketahanan ekonomi
dan budaya dalam rangka pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Pucako dan Ratz (2000) menyatakan bahwa perencanaan pariwisata perlu
dirumuskan dalam rangka mempertahankan pembangunan kesejahteraan
masyarakat secara berkesinambungan, dengan melibatkan partisipasi seluruh
penduduk mewujudkan langkah pelestarian lingkungan dan budaya. Gunn (1994),
menyatakan bahwa pariwisata berpotensi memberikan pengaruh bagi penduduk
lokal sebagai penerima wisatawan, berdampak positip sebagai pembentuk
pendapatan penduduk, tetapi juga berdampak negatif kepada masyarakat lokal
pada ancaman pengrusakan lingkungan, dan rusaknya sendi budaya masyarakat
lokal. Dengan demikian, dalam rangka memaksimalkan manfaat ekonomi yang
10
dibawa serta wisatawan, pada saat bersamaan juga harus dikelola dampak negatif
atas beban lingkungan dan kerusakan budaya masyarakat lokal.
WTO (1999) dan juga Hardy dan Beeton (2004), merekomendasikan
penyelamatan lingkungan, konservasi dan pelestarian budaya lokal sebagai upaya
untuk mewujudkan strategi sustainable tourism. WTO (1999) mendefinisikan
pembangunan sustainable tourism sebagai langkah memadukan antara kebutuhan
wisatawan terhadap akomodasi, atraksi wisata serta kebutuhan lainnya dapat
disesuaikan dengan kepentingan untuk mendukung konservasi dan pelestarian
alam untuk dapat diwariskan kepada generasi mendatang, termasuk upaya
menjaga bersama, pemanfaatan sumber daya alam, pelestarian alam serta
penguatan sendi-sendi budaya lokal.
Resiko atas degradasi ketahanan budaya sebagai akibat dari pengaruh
intervensi budaya yang dibawa serta wisatawan merupakan fakta dilematis atas
kehadiran pariwisata sebagai bisnis di satu pihak adalah berpotensial sebagai
penghasil devisa dan pembentukan pendapatan masyarakat lokal. Dilain pihak
terdapat ancaman potensial untuk menghancurkan nilai-nilai tradisi dan adat
budaya yang bernilai tinggi dari penduduk lokal. Dengan demikian, dampak atas
pendapatan bukan satu-satunya tujuan yang harus dicapai, melainkan bahwa
terbentuknya socio-cultural baru sebagaimana direkomendasikan oleh Stem et al.
(2003) adalah salah satu upaya yang diharapkan muncul dari dinamika sosial
masyarakat lokal yang terbentuk sebagai akibat dari peningkatan kualitas
kesejahteraan, serta sebagai akibat kehadiran pariwisata yang membentuk
pendapatan baru bagi masyarakat lokal.
11
McKean (1995), menyebutnya sebagai dualisme kepentingan, antara
terbentuknya pendapatan baru dari kegiatan pariwisata, dengan resiko
terkontaminasinya budaya lokal yang bernilai tinggi atas budaya tingkat rendah
yang dibawa wisatawan asing memasuki destinasi wisata Bali (McKean, 1995).
Weaver dan Fennel (2004) merekomendasikan pelestarian konservasi alam dan
budaya dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat dan partnership,
serta tindakan penyadaran semua pihak tentang pelestarian budaya dan alam
lingkungan sebagai kebutuhan bersama.
Proses transaksi yang terjadi antar dua pihak, yaitu penduduk lokal sebagai
penyedia sarana wisata dengan wisatawan asing sebagai pembeli, memiliki
dampak sosial ekonomi secara bersamaan. Degradasi kultural Bali yang bernilai
tinggi akan diperlemah oleh pengaruh kehadiran budaya yang dibawa wisatawan
asing, antara lain melalui proses komodifikasi (Picard, 1991) yang berdampak
kepada perubahan nilai sakral menjadi semakin meluntur, sehingga proses
pelunturan nilai sakral menjadi sumber awal bagi hilangnya social-cultural
benefits sebagaimana diharapkan terbentuk pada industri pariwisata (Stem et al.,
2007).
Dalam rangka menjawab dan berusaha mendapatkan jalan keluar untuk
mewujudkan pengembangan pariwisata berkelanjutan berkaitan dengan ancaman
budaya asing, maka perlu disusun sebuah model hipotesis dalam rangka
mendapatkan langkah strategis bagi perlindungan budaya lokal. Model hipotesis
yang disusun sekaligus diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk
lokal. Studi pengembangan model bisnis pariwisata yang dipandang dapat
12
menjawab dalam rangka penguatan budaya lokal dan konservasi alam secara
berkelanjutan adalah, (a) pengembangan destinasi wisata strategis yang lebih
tersebar ke wilayah dalam upaya mempercepat pemerataan hasil pembangunan
melalui aktivitas bisnis pariwisata, (b) menyusun strategi pengembangan desa
wisata sebagai pusat destinasi pariwisata dengan mengkolaborasikan potensi
keberadaan desa adat dan pemerintah kabupaten sebagai pendamping dalam
rangka mewujudkan desa wisata.
Desa wisata sebagai destinasi wisata erat kaitannya dengan
pengembangan wisata pedesaan, sebagaimana telah diatur Perda Bali No. 2 Tahun
2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali pada Pasal 26 dinyatakan bahwa, desa
pakraman dan lembaga tradisional mempunyai hak untuk mengembangkan wisata
pedesaan sesuai dengan potensi setempat. Lebih lanjut, diatur pada Pasal 2 bahwa
penyelenggaraan kepariwisataan budaya Bali dilaksanakan berdasarkan pada asas
manfaat, kemandirian, keseimbangan, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan.
Sebagai upaya untuk mengoptimalkan potensi wisata di desa wisata, maka
mutlak diperlukan partisipasi masyarakat setempat melalui upaya pemberdayaan
masyarakat. Pariwisata yang berbasis masyarakat atau community based touris
(CBT) merupakan suatu bentuk pengembangan destinasi wisata melalui
pemberdayaan masyarakat lokal. Yuliarmi (2014), menjelaskan bahwa pada
kenyataannya upaya pemberdayaan masyarakat lebih menekankan pada kehadiran
modal keuangan, modal sumberdaya manusia, modal alam, maupun inovasi
teknologi. Coleman (1988), menambahkan bahwa dengan terfokusnya pada modal
13
tersebut, modal sosial sering diabaikan, padahal sesungguhnya sangat berperan
secara ekonomi untuk meningkatkan produktivitias usaha dan efisiensi.
Mawardi (2007), selanjutnya menjelaskan bahwa modal sosial sangat
berperan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat (ekonominya) di banyak
negara. Sedangkan di Indonesia, terlalu menekankan pentingnya peranan modal
alam (natural capital) dan modal ekonomi (economic capital) modern seperti
barang-barang modal buatan manusia, teknologi dan manajemen. Sering
diabaikan pentingnya modal sosial seperti kelembagaan lokal, kearifan lokal, dan
norma-norma dan kebiasaan lokal.
Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan didefinisikan sebagai:
“Tourism that takes full account of its current and future economic, social and
environmental impacts, addressing the needs of visitors, the industry, the
environment and host communities” (UNWTO dan UNEP, 2005). Definisi
pariwisata berkelanjutan di atas secara eksplisit memandang kepariwisataan harus
mempertimbangkan secara penuh berbagai dampak pada dimensi ekonomi, sosial
dan lingkungan saat ini dan di masa depan, dengan tidak mengabaikan kebutuhan
wisatawan, industri, lingkungan serta masyarakat lokal. Pembangunan pariwisata
berkelanjutan, seperti disebutkan di atas selaras dengan Piagam Pariwisata
Berkelanjutan (1995), yaitu pembangunan yang dapat didukung secara ekologis
sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap
masyarakat. Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif
dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
14
Research problem yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah
bahwa kehadiran pariwisata terbukti dapat menciptakan kesejahteraan penduduk
(Stern et al., 2003 dan Guske, 1993). Pada sisi lain, ternyata kehadiran pariwisata
juga berpotensi membawa ancaman terhadap budaya lokal akibat dari persentuhan
dengan budaya asing yang materistik (McKean, 1977), serta pengrusakan budaya
lokal sebagai akibat dari komodifikasi kultural (Picard, 1988). Hal ini merupakan
ancaman yang dapat menghancurkan nilai budaya lokal. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka penelitian ini berusaha mengembangkan model
disertasi yang dapat memberikan jawaban atas potensi pengrusakan budaya lokal
tersebut, dengan fokus kajian pariwisata berkelanjutan di desa wisata sebagai
model destinasi wisata berbasis masyarakat di Bali. Lebih lanjut, dalam rangka
menjawab research problem sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, perlu
disusun model hipotesis yang sekaligus menjadi keterbaruan pada disertasi ini.
Desa wisata merupakan aktivitas bertemunya penduduk lokal dan
wisatawan asing. Desa wisata akan berhasil menjadi destinasi wisata yang
berkelanjutan, apabila pembentukan pendapatan yang bersumber dari wisatawan
asing sebagai pemicu kesempatan kerja dan pembentukan pendapatan bagi
penduduk lokal, juga disertai dengan peningkatan ketahanan budaya lokal atas
intervensi budaya asing yang dibawa serta wisatawan internasional. Dari 50 desa
wisata yang tercatat di Dinas Pariwisata Bali pada tahun 2005, salah satunya
adalah Desa Tradisional Penglipuran. Desa Tradisional Penglipuran terletak di
Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli memiliki luas wilayah
112 Hektar. Desa Adat Penglipuran ditetapkan sebagai desa wisata oleh
15
Pemerintah Kabupaten Bangli pada tahun 1993 berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Nomor 115 tanggal 29 April 1993. Sebagai salah satu objek wisata
pedesaan, Desa Penglipuran memiliki daya tarik wisata berupa pola tata ruang dan
arsitektur bangunan tradisional yang unik, tradisi dan kehidupan sosial budaya
masyarakat yang khas, keberadaan hutan bambu yang asri, dan keberadaan
monumen tugu pahlawan untuk wisata ziarah. Potensi dan daya tarik tersebut
mampu mengundang para wisatawan manca negara dan domsetik untuk
berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran. Jumlah kunjungan wisatwan asing dan
domestik ke Desa Wisata Penglipuran dari tahun 2013 sampai dengan bulan
September 2016 ditampilkan pada Gambar 1.2 berikut.
Gambar 1.2
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Desa Wisata Penglipuran Bangli
Sumber: Pengelola Desa Wisata Penglipuran, 2016
2013 2014 2015 2016**
Wisatawan Asing 20.495 25.682 20.381 19.748
Wisatawan Domestik 20.120 38.605 26.021 55.519
Jumlah 40.615 64.287 46.402 75.267
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
Wisatawan Asing Wisatawan Domestik Jumlah
16
Pada Gambar 1.2 terlihat secara keseluruhan, jumlah kunjungan wisatawan
ke Desa Wisata Penglipuran mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali
tahun 2015. Penomena turunnya jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2015
menurut pengelola desa wisata, dikarenakan oleh sedikitnya hari libur pada tahun
tersebut. Tahun 2015 libur hari raya Galungan hanya sekali, yaitu bulan Juli.
Libur hari raya Galungan ini bersamaan dengan libur hari raya Idul Fitri serta
bersamaan pula dengan libur anak sekolah. Hal ini dinyatakan sebagai penyebab
berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan. Sedangkan data untuk tahun 2016
adalah jumlah kunjungan wisatawan dari bulan Januari sampai dengan bulan
September. Bila dihitung sampai dengan akhir Desember 2016, tentunya jumlah
kunjungan wisatawan akan lebih tinggi lagi. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa Desa Wisata Penglipuran yang banyak menerima kunjungan wisatawan,
juga akan berdampak positip pada peningkatan pendapatan masyarakat,
penyerapan tenaga kerja, maupun peningkatan taraf perekonomian masyarakat.
Namun pada sisi lain, belakangan ini muncul kekhawatiran terhadap
keberlanjutan perkembangan pariwisata di desa Penglipuran, eksistensi bangunan
rumah tradisonal penduduk mulai mengalami pergeseran seiring dengan
perkembangan modernisasi dan peningkatan taraf perekonomian masyarakat
lokal, dan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya masyarakat tradisional kearah
masyarakat modern, serta eksistensi tanaman bambu di sekitar pekarangan
penduduk yang rentan akan alih fungsi lahan untuk lahan pemukiman.
Pada penelitian pendahuluan ditemukan, ada perubahan pada beberapa
bangunan tradisional “saka enem” yang semula seluruhnya mengunakan genteng
17
bambu kini terlihat ada mengalami perubahan. Perubahan berupa variasi
penggunaan bahan pada bagian atap bangunan “saka enem”, berupa penggunaan
variasi papan maupun seng seperti Gambar 1.3. Selain itu, muncul pula beberapa
pekarangan perumahan baru di luar areal pemukiman tradisional. Pekarangan
perumahan baru tersebut lebih dikenal dengan istilah “pondok”, yang
pembangunannya memanfaatkan areal yang semula berfungsi sebagai perkebunan
penduduk. Hal ini dapat memicu alih fungsi lahan.
Gambar 1.3
Perubahan Variasi Atap Rumah Tradisional
Di Desa Wisata Penglipuran
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian,
apakah kehadiran pariwisata yang terbukti menjadi sumber penghasil devisa dan
pembentukan pendapatan bagi masyarakat lokal, juga dapat mewujudkan secara
bersamaan arah ketahanan dan pelestarian budaya serta konservasi alam,
sebagaimana tersirat dalam kajian pengembangan pariwisata berkelanjutan?
Dalam menjawab pertanyaan penelitian ini, maka telah dilakukan rintisan
18
pengembangan model penelitian yang disusun berdasarkan pendekatan teoritik,
dengan menempatkan destinasi wisata sebagai penghasil pendapatan penduduk
lokal, serta pada saat bersamaan juga berpeluang terjadinya komodifikasi sebagai
akibat dari kebutuhan wisatawan asing terhadap atraksi wisata yang mereka
pandang unik dan sakral. Dengan demikian, proses transaksi tidak saja
menghasilkan sejumlah pendapatan yang bersumber dari wisatawan, tetapi juga
terdampak atas nilai kultural masyarakat lokal yang dapat berpotensi merusak
tatanan nilai budaya Bali (McKean, 1995).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian, sebagai berikut.
1) Bagaimana pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan modal sosial
terhadap community based tourism di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?
2) Bagaimana pengaruh peran pemerintah, peran desa adat, dan community based
tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran
Kabupaten Bangli?
3) Apakah community based tourism memediasi pengaruh peran pemerintah
terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran
Kabupaten Bangli?
4) Apakah community based tourism memediasi pengaruh peran desa adat
terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran
Kabupaten Bangli?
19
5) Apakah modal sosial memoderasi pengaruh antara peran desa adat terhadap
pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten
Bangli?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam
uraian, sebagai berikut.
1) Untuk menganalisis pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan modal
sosial terhadap community based tourism di Desa Penglipuran Kabupaten
Bangli.
2) Untuk menganalisis pengaruh peran pemerintah, peran desa adat dan
community based tourism terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di
Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.
3) Untuk menganalisis apakah Community based tourism memediasi pengaruh
peran pemerintah terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa
Penglipuran Kabupaten Bangli.
4) Untuk menganalisis apakah Community based tourism memediasi pengaruh
peran desa adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa
Penglipuran Kabupaten Bangli.
5) Untuk menganalisis apakah modal sosial memoderasi pengaruh antara peran
desa adat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa
Penglipuran Kabupaten Bangli.
20
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini meliputi manfaat secara
teoritis dan secara praktis, yaitu sebagai berikut.
1) Secara teoritis, yaitu untuk membuktikan teori maupun konsep pariwisata
berkelanjutan yang berbasis masyarakat, modal sosial, peran pemerintah dan
lembaga adat.
2) Secara praktis, bagi Desa Penglipuran hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
evaluasi tentang pelaksanaan pengembangan wisata di Desa Penglipuran serta
penyusunan perencanaan untuk pengelolaan jangka panjang. Bagi pemerintah,
hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun kebijakan
pengembangan daerah tujuan wisata.