Upload
vokhanh
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ABSTRAK
Anam, Khoirul. 2015. Pemetaan Zona Berpotensi Rip Current Sebagai Upaya Peningkatan
Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan.
Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Ilmu kelautan
dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Arief Pratomo, S.T
M.Si. Pembimbing II: Andi Zulfikar, S.Pi, M.P.
_________
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pada setiap kegiatan wisata pasti
mengandung hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan wisatawan, termasuk pada
wisata pantai. Salah satunya adalah arus di sekitar pantai yang dapat membawa wisatawan ke
tengah laut, arus ini disebut arus rip (Rip current). Kejadian wisatawan yang hanyut hingga
ketengah laut akibat terseret rip current ini telah lama terjadi di Pantai Trikora. Pada kurun
waktu 2010 hingga 2014 saja tercatat 12 orang telah menjadi korban.
Penelitian ini dilakukan di Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memetakan zona yang berpotensi rip current
untuk meningkatkan keselamatan wisatawan. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan
visual terhadap citra landsat tahun 2014 dan citra spot tahun 2007 dan pegumpulan data
beberapa faktor penyebab rip current yaitu tinggi dan periode gelombang, tipe gelombang
pecah dan morfologi pantai yang selanjutnya data-data tersebut di tampilkan dalam bentuk
peta dengan bantuan Software GIS.
Pantai Trikora dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona berpotensi rip current dan zona yang
tidak berpotensi rip current. Zona yang paling berpotensi terletak pada titik pengamatan 5-7
(1,144611N 104.583500E sampai 1,141222N 104,586861E) dan titik pengamatan 15-17
(1,121917N 104,608278 E sampai 1,118167N 104,616750E). Bulan Desember-Februari
merupakan waktu yang paling berpotensi rip current, mengingat pada bulan tersebut kondisi
gelombang yang menuju Pantai Trikora berada pada kondisi puncak. Dilihat dari karakter
sand bar nya, maka potensi rip current lebih besar saat kondisi perairan di Pantai Trikora
menuju surut. Secara umum potensi rip current di Pantai Trikora masih tergolong rendah
hingga menengah. Hal ini disebabkan karena kondisi gelombang laut yang relatif tenang dan
terdapat beberapa karang tepi pada bagian pantai sehingga meredam energi gelombang yang
datang. Namun mengingat gelombang dan morfologi pantai bersifat dinamis sehinga dapat
berubah sewaktu-waktu, maka upaya peningkatan keselamatan wisatawan perlu untuk
dilakuan. Peningkatan keselamatan ini dapat dilakukan dengan menerapkan sistem peringatan
dini (early warning system) pada zona pantai yang berpotensi rip current.
Kata kunci: Pantai Trikora, Pemetaan Zona Berpotensi Rip current, Keselamatan Berwisata.
2
ABSTRACT
Anam, Khoirul. 2015. Mapping The potential Zone of Rip Current For Improving the Safety
In tourism destination Trikora Beach Malang Rapat village Bintan district. Skripsi.
Tanjungpinang: Department of Marine Sciences, Faculty of Marine Sciences and
Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji. Preceptor I: Arief Pratomo, S.T
M.Sc. Preceptor II: Andi Zulfikar, S.Pi, M.P.
Has become common knowledge that in any tourist activity certainly contain things that
could endanger the safety of tourists, including on beach tourism. One of them is the current
around the coast that can take tourists to the middle of the sea, this current is called rip
currents. Incident tourists drifting to the middle of the sea dragged from rip current has long
been occurred in Trikora Beach. In the period 2010 to 2014 have recorded 12 people have
been victimized.
This research was conducted in the Malang Rapat Village Trikora Beach Bintan
District. This research was conducted with the purpose for mapping the zone that could
potentially rip currents to improve the safety of tourists. This research was conducted by
visual observation of the Landsat image in 2014 and the image of the spot in 2007 and data
collection some of the factors that cause rip currents is wave high, wave periods, types of
breaking waves and coastal morphology that further the data displayed in available detailed
maps with help of GIS software.
Trikora beach is divided into two zones, those are potentially rip current zone and a
zone that is not potentially rip currents. Zones with the most potential lies in the observation
point 5-7 (1,144611N 104.583500E until 1,141222N 104,586861E) and observation points
15-17 (1,121917N 104.608278 E until 1,118167N 104,616750E). December to February is
the best time potentially rip current, considering the month wave conditions that led to
Trikora Beach are on the top condition. Viewed from the character of its sand bar, the greater
of potential for rip currents when the conditions trikora Beach aquatic recede heading.
Generally the potential for rip currents at Trikora Beach is still relatively low to medium.
This is because the condition of the sea waves are relatively calm and there is some fringing
reef on the coast so that dampen wave energy that came. But considering the waves and
coastal morphology is dynamic so that it can change any time, the efforts to increase the
safety of tourists needs to be done. These safety improvements can be done by implementing
an early warning system in the coastal zone that could potentially rip currents.
Keywords: Trikora Beach, Mapping the potential zone of Rip current, Safety Tourism.
3
PENDAHULUAN
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
pada setiap kegiatan wisata pasti
mengandung hal-hal yang dapat
membahayakan keselamatan wisatawan,
termasuk pada wisata pantai. Salah satunya
adalah arus di sekitar pantai yang dapat
membawa wisatawan ke tengah laut, arus
ini disebut arus rip (Rip current). Kejadian
wisatawan yang hanyut hingga ketengah
laut akibat terseret rip current ini telah lama
terjadi di Pantai Trikora. Pada kurun waktu
2010 hingga 2014 saja tercatat 12 orang
telah menjadi korban.
Menurut Triatmodjo (1999), Apabila garis
puncak gelombang sejajar dengan garis
pantai, maka akan terjadi arus dominan di
pantai berupa sirkulasi sel dengan rip
current yang menuju kelaut. Arus ini terjadi
setiap hari dengan kondisi yang sangat
bervariasi, mulai dari yang kecil, pelan dan
tidak berbahaya, sampai yang dapat
menyeret orang ke tengah laut (NOAA-
National Weather Service, 2005).
Arus rip terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
arus pengisi, leher arus dan kepala arus.
Arus pengumpul tersusun atas beberapa
arus sepanjang pantai yang merupakan hasil
pantulan gelombang yang bertemu ,
berkumpul dan berbelok arah ke tengah
laut. Leher arus rip merupakan sebuah jalur
arus yang relatif sempit. Arus di bagian ini
mengalir dengan sangat deras dan kuat
menuju ke tengah laut. Bagian leher arus ini
dapat mengalahkan gelombang yang datang
sehingga jalur gelombang terputus. Kepala
arus rip adalah bagian ujung arus rip yang
yang arah arusnya melebar karena kekuatan
arus melemah.
Kepala arus rip terus melebar seiring dengan
melemahnya arus rip dan akhirnya arus rip
menghilang (Setyawan et al., 2010).
Besarnya volume air yang mengalir sebagai
rip current, kecepatan rip current, dan
panjangrip current ditentukan oleh tinggi
gelombang (Mac Mahan et al., 2006 dalam
Kusmanto dan Setyawan, 2011).
Lokasi kemunculan arus rip di pantai
ditentukan oleh kondisi batimetri, gelombang
dan morfologi pantai. Teluk menjadi tempat
pertemuan dua arus sepanjang pantai
sehingga berpotensi terbentuk arus retas.
Arah arus retas selalu berubah, dipengaruhi
oleh kondisi morfologi pantai dan kondisi
gelombang (Tyas, 2013).
Gelombang pecah tipe plunging adalah yang
paling efektif dalam membentuk kondisi rip
current. Gelombang menghasilkan swash
pada saat pecah yang dapat mempengaruhi
muka pantai. Gelombang pecah tipe plunging
paling banyak menghasilkan buih-buih
ombak, yang dapat mendorong swash menuju
pantai, kemudian secara alami mengalir
kembali ke laut karena adanya slope
(Khairunnisa, 2013).
Indikasi kehadiran rip current dapat terlihat
dari adanya perpotongan pada zona
gelombang pecah (surf zone) pada citra satelit
maupun foto udara (Retnowati, 2010 dalam
Khairunnisa, 2013) atau adanya jalur keruh
atau buih-buih yang memanjang melintasi
surf zone dan breaker zone (Setyawan et al.,
2010).
Melihat hal ini, perlu kiranya memahami
proses dan karakteristik rip current serta
memetakan zona-zona yang berpotensi
timbulnya rip current di Pantai Trikora .
Semua ini dalam rangka menjaga
keselamatan wisatawan yang berkunjung ke
pantai ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan mulai dari April
hingga Mei 2015 bertempat di kawasan
wisata Pantai Trikora, yang terletak di Desa
Malang Rapat, Kabupaten Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau. Sedangkan untuk mengolah
dan menganalisis data dilakukan di
laboratorium sistem informasi dan
komputasi, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali
Haji.
4
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survei dan metode
kuantitatif. Metode survei adalah
melakukan penyelidikan untuk memperoleh
data dari gejala- gejala yang ada dan
mencari keterangan secara faktual pada
lokasi penelitian. Sedangkan metode
kuantitatif adalah metode yang bersifat
realistis dan dapat diklasifikasikan, konkrit
teramati, serta terukur. Metode ini memiliki
karakteristik desain yang spesifik, jelas,
rinci, ditentukan secara mantap sejak awal,
dan menjadi pegangan langkah demi
langkah (Suryana, 2010).
Data yang dibutuhkan dalam penelitian
terdiri atas dua jenis data, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer yang
dibutuhkan dari penelitian ini adalah:
1. Tipe dan morfologi pantai
2. Periode dan tinggi gelombang selama
periode tahun 2010 - 2014
3. Tipe sand bar atau reef bar
Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah :
1. Citra satelit dari lokasi penelitian.
2. Data angin selama 5 tahun terakhir
3. Data pasang surut perairan kawasan
Pantai Trikora bulan April - Juni 2015.
1. Intepretasi dan Pengamatan Visual
Citra Satelit
Metode yang digunakan dalam pengamatan
ini adalah metode deskriptif, yaitu metode
yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
Bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau general (Sugiyono,
2011).
Pada citra satelit lokasi penelitian, dilakukan
pengamatan visual dan intepretasi untuk
melihat indikasi kehadiran rip current pada
lokasi penelitian. Indikasi kehadiran rip
current dapat dilihat pada pantai yang
berbentuk teluk karena teluk merupakan
tempat terjadinya pertemuan dua arus
sepanjang pantai sehingga berpotensi terjadi
rip current. Selain itu daerah pantai yang
dibatasi oleh beting pasir atau karang, adanya
beach cups, perpotongan pada zona
gelombang pecah (surf zone) dan adanya
jalur keruh atau buih-buih yang memanjang
melintasi surf zone atau breaker zone juga
menjadi indikasi kehadiran rip current. Dari
pengamatan ini ditandai lokasi dan zona yang
terindikasi hadirnya rip current, kemudian
hasil dari pengamatan ini di tuangkan dalam
bentuk peta, yang selanjutnya disebut peta 1.
Peta ini akan menjadi dasar dalam
pengambilan data dilapangan.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dimaksudkan untuk
mengamati morfologi pantai sekaligus
mendeteksi jejak-jejak rip current di sekitar
lokasi penelitian. Lokasi pengamatan
lapangan di tentukan berdasarkan hasil dari
interpretasi dan pengamatan visual citra
satelit. Pengamatan lapangan ini juga
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
seputar kejadian rip current dari masyarakat
di sekitar lokasi penelitian. Hal-hal yang
diukur dan diamati adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran Slope Pantai
Pengukuran Slope (Kemiringan) pantai
dilakukan berdasarkan pada metode Beach
Monitoring Procedure Manual , yaitu dengan
menancapkan dua tiang berskala (penggaris
panjang) dan diberi jarak diantara keduanya,
kemudian menyiapkan selang atau pipa
transparan yang berisi air tanpa adanya
gelembung yang ditempatkan diantara kedua
tiang tersebut, permukaan air pada ujung
5
selang akan naik dan turun mengikuti profil
kemiringan pantai. Oleh karena itu, profil
pantai dapat terukur (Khoirunnisa, 2013).
b. Survei Global Positioning System
(GPS)
Survei ini dilakukan untuk menentukan
stasiun pengukuran kemiringan (slope)
pantai serta pengamatan adanya
kenampakan sand bar dan struktur
bangunan pada pantai. Pengamatan ini
dilakukan pada saat air laut surut, sehingga
kenampakan sand bar dapat lebih terlihat.
3. Penghitungan Gelombang
Peramalan tinggi dan periode gelombang
dilakukan berdasarkan data angin dari tahun
2010 hingga tahun 2014. Data ini diperoleh
dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) kelas III
Tanjungpinang.
Tahapan konversi data angin mejadi data
tinggi dan perioda gelombang adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan konversi kecepatan
angin. Hal ini dilakukan karena data angin
yang digunakan adalah data angin hasil
pengukuran di daratan, padahal didalam
rumus-rumus pembangkitan gelombang
data angin yang digunakan adalah yang ada
di atas permukaan laut.
RL = UW / UL
Dimana :
UL : Kecepatan angin darat
UW : Kecepatan angin laut
RL : Hubungan angin laut dan didarat
2. Melakukan penghitungan tegangan
angin.
UA = 0,71 U1,23
Dimana, U adalah kecepatan angin dalam
m/det.
3. Mengelompokkan arah dan
kecepatan angin per bulan.
4. Melakukan penghitungan fetch
efektif (Feff).
5. Melakukan peramalan gelombang untuk
gelombang yang menuju pantai digunakan
persamaan Wilson (Horikawa K, 1997
dalam Ramadhani, 2013), dengan rumus
sebagai berikut.
Dimana :
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
H = Tinggi gelombang (m)
UA2 = Faktor tegangan angin
F = Fetch Efektif (m)
π = 3,14
4. Penentuan Tipe Gelombang Pecah
Perhitungan dan penentuan jenis gelombang
pecah dominan di masing-masing stasiun,
menggunakan rumus berikut (Sulaiman dan
Soehardi, 2008) :
Dimana :
Ni : Surf Similarity (Bilangan
Iribarren)
β : Kelandaian pantai
H0 : Tinggi gelombang laut dalam
L0 : Panjang gelombang laut dalam
g : Percepatan gravitasi bumi (9,8 m/s2)
Dengan parameter tersebut, tipe gelombang
pecah dapat dibedakan sebagai berikut :
Ni < 0,4 : spilling
0,4 < Ni < 2,3 : plunging
2,3<Ni<3,2 : collapsing
Ni > 3,2 : surging
Hasil dari penentuan jenis gelombang pecah
di masing-masing stasiun selanjutnya di
buat dalam bentuk peta, yang kemudian
disebut sebagai peta 2.
6
5. Penentuan Tingkat Resiko Rip
Current
Penentuan tingkat resiko rip current di
pantai trikora dilakukan dengan metode
indeks, yaitu dengan memberikan nilai
terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Sistem penilaian ini berdasarkan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya rip current. Sistem penilaian ini
mengacu pada Rip Current Hazard
Assesment Guied yang di terbitkan oleh
Royal National Lifeboat Institution (RNLI)
United Kingdom bersama Plymouth
University. Hasil dari penilaian ini
selajutnya di buat dalam bentuk peta, yang
kemudian disebut peta 3.
6. Pembuatan Peta Zona Berpotensi Rip
Current
Peta 1, 2 dan 3 kemudian di overlay
menggunakan software GIS. Selanjutnya
dari hasil overlay tersebut akan dihasilkan
peta zona berpotensi rip current di Pantai
Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten
Bintan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Intepretasi dan Pengamatan Visual
Citra Satelit
Dalam proses ini citra yang digunakan
adalah citra landsat tahun 2014 dan citra
spot tahun 2007. Pada proses ini dilakukan
penerjemahan objek-objek pada citra
dengan menggunakan parameter seperti
warna, rona, bentuk, pola, dan seterusnya.
Secara umum, indikasi kehadiran rip
current pada citra satelit tidak dapat terlihat
secara jelas. Hanya bentuk pantai berteluk
yang dapat menjadi indikasi rip xurrent. Hal
ini disebabkan karena rendahnya tingkat
resolusi pada citra satelit yang digunakan.
Gambar 2. Indikasi Kehadiran rip current
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan pada
beberapa 30 titik pengamatan berdasarkan
hasil interpretasi dan pengamatan visual
terhadap citra satelit. Adapun titik titik
pengamatan lapangan tersebut dapat dilihat
pada peta dibawah ini.
Gambar 3. Titik pengamatan lapangan
a. Pengukuran Slope Pantai
Hasil pengukuran slope pantai tertinggi
adalah pada koordinat 1o08'00,4''N;
104o35'34,8''E yaitu sebesar 8,9 derajat.
Berdasarkan karakteristik kemiringan pantai,
NOAA Ocean Service (2002) dalam
Khoirunnisa (2013) membagi kelas pantai
sebagai berikut:
Slope >30o : Pantai curam
5o< Slope < 30
o : Pantai landai
Slope < 5o : Pantai datar.
Berikut ini penggolongan kelas pantai
berdasarkan hasil pengukuran slope di objek
wisata Pantai Trikora.
7
Tabel 1. Kelas Pantai Berdasarkan
Kemiringan No N E θ
o Kelas Pantai
1 1,162278 104,578389 8,0 Landai
2 1,156694 104,577250 2,5 Datar
3 1,154194 104,578028 2,2 Datar
4 1,153500 104,578806 2,5 Datar
5 1,144611 104,583500 5,9 Landai
6 1,142417 104,585278 6,2 Landai
7 1,141222 104,586861 5,8 Landai
8 1,136028 104,592333 2,1 Datar
9 1,133444 104,593000 8,9 Landai
10 1,133000 104,594556 3,9 Datar
11 1,132194 104,595972 5,1 Landai
12 1,125250 104,597583 5,2 Landai
13 1,125028 104,600639 3,8 Datar
14 1,123833 104,603167 6,1 Landai
15 1,121917 104,608278 7,0 Landai
16 1,119639 104,611194 4,5 Datar
17 1,118167 104,616750 8,3 Landai
18 1,117111 104,619861 6,4 Landai
19 1,115056 104,623833 5,7 Landai
20 1,112306 104,628583 7,0 Landai
21 1.109749 104.631970 6,4 Landai
22 1.106294 104.633969 - Abrasi/dibatu
miring
23 1.103095 104.633560 - Abrasi/dibatu
miring
24 1.099752 104.632642 - Abrasi/dibatu
miring
25 1.097041 104.634188 - Abrasi/dibatu
miring
26 1.094059 104.635896 - Abrasi/dibatu
miring
27 1.091049 104.637089 6,1 Landai
28 1.086846 104.637523 6,8 Landai
29 1.082969 104.638146 6,8 Landai
30 1.078983 104.640478 8,8 Landai
Kemirigan Rata-rata 5,7 Landai
Dari table diatas dapat dillihat bahwa Pantai
Trikora didominasi oleh kelas pantai landai
dengan nilai slope pantai terbesar 8,9
derajat yaitu pada titik 1o08'00,4''N;
104o35'34,8''E. Nilai slope pantai terkecil
terdapat pada titik 1o08'09,7''N;
104o35'32,4''E, dengan nilai 2,1 derajat.
Sedangkan nilai slope pantai rata-rata pada
Pantai Trikora adalah 5,7 derajat.
Data slope pantai ini selanjutnya akan
menjadi salah satu komponen dalam
mencari surf similarity (bilangan irribaren/
Ni), yang akan menentukan tipe gelombang
pecah pada pantai tersebut.
b. Survei Global Positioning System
(GPS)
Survei ini dilakukan untuk mencocokkan
titik-titik pengamatan yang telah ditentukan
di peta lokasi penelitian dengan keadaan
dilapangan. Selain itu juga untuk melihat
adanya bangunan pantai, karang (crest), batu
(rock), pulau(island) dan gosong pasir
(sandbar). Berikut ini hasil dari survei
tersebut.
Tabel 2. Hasil Survei Global Positioning
System (GPS)
No N E
Kenampakan Pantai
(o = ada; x = tidak ada)
Cr Rk Bs Is Sb
1 1,162278 104,578389 O X X X O
2 1,156694 104,577250 O X X X O
3 1,154,94 104,578028 X X X X O
4 1,153500 104,578806 O X X X O
5 1,144611 104,583500 X X X X O
6 1,142417 104,585278 X X X X O
7 1,141222 104,586861 O X X X O
8 1,136028 104,592333 O X X X O
9 1,133444 104,593000 X X X X O
10 1,133000 104,594556 X X X X O
11 1,132194 104,595972 O X X X O
12 1,125250 104,597583 X O X O O
13 1,125028 104,600639 O O X O O
14 1,123833 104,603167 O X X X O
15 1,121917 104,608278 O X X X O
16 1,119639 104,611194 O X O X O
17 1,118167 104,616750 X O X O O
18 1,117111 104,619861 O O X O O
19 1,115056 104,623833 O O X O X
20 1,112306 104,628583 O O O O X
21 1,109749 104,631970 O X O O O
22 1,091049 104,637089 O X O O O
23 1,086846 104,637523 O X O O O
24 1,082969 104,638146 O X O O X
35 1,078983 104,640478 O O O X O
Ket : Cr = crest; Rk = Rock; Bs = Beach structur; Is = Island; Sb =
Sand bar.
Pada saat pengamatan dilapangan ditemukan
bagian pantai yang telah diberi bangunan
pelindung berupa batu miring karena
terjadinya abrasi pada pantai tersebut.
Sehingga titik pengamatan yang berada di
lokasi tersebut diabaikan pada perhitungan
selanjutnya.
3. Penghitungan Gelombang
Penghitungan gelombang yang semula akan
dilakukan dengan menggunakan metode grafik
peramalan gelombang tidak dapat dilakukan.
Hal ini disebabkan keterbatasan dari grafik
tersebut dalam mengakomodir jarak fetch
efektif. Oleh karena itu penghitungan
gelombang yang menuju ke tepi pantai pada
penelitian ini menggunakan persamaan Wilson
(Horikawa K, 1997 dalam Ramadhani, 2013),
dengan rumus sebagai berikut.
8
Dimana :
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
H = Tinggi gelombang (m)
UA2 = Faktor tegangan angin
F = Fetch Efektif (m)
π = 3,14
Hasil dari perhitungan gelombang perbulan
selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3. Tinggi dan Periode Gelombang
Perbulan Tahun 2010-2014 TAHUN 2010
BULAN H (meter) T (detik)
1 0.956477582 4.35493
2 1.35575279 5.180167
3 0.955176509 4.432417
4 0.95426367 4.43052
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0.898212718 4.242401
10 0 0
11 0.685686825 3.760988
12 0.803839557 4.031356
TAHUN 2011
BULAN H (meter) T (detik)
1 0.875567493 4.187537
2 1.016288713 4.473379
3 0.787816002 4.065023
4 0.889361137 4.292817
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0.950614905 4.304146
9 1.071846735 4.537586
10 0 0
11 0 0
12 0.829927224 4.089073
TAHUN 2012
BULAN H (meter) T (detik)
1 0.890587816 4.21928
2 0.917122031 4.274595
3 0.787069333 3.99367
4 0.789464941 4.005587
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0.90072841 4.202993
9 0 0
10 0.736631774 3.883588
11 0.69770616 3.790381
12 0.646018296 3.716129
Tabel 3. Lanjutan TAHUN 2013
BULAN H (meter) T (detik)
1 0.865355445 4.165773
2 0.800351848 4.023556
3 0.907808517 4.332539
4 0.669230469 3.72025
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
11 0.683563229 3.755763
12 0.734488257 3.872357
TAHUN 2014
BULAN H (meter) T (detik)
1 0.773538661 3.962919
2 1.033985626 4.507635
3 1.043528327 4.611225
4 0.683563229 3.755763
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0.812230367 4.015089
10 0.644914073 3.658966
11 0.630504896 3.622011
12 0.630504896 3.622011
Berdasarkan hubungannya dengan
pembangkitan arus rip, didalam Rip Current
Hazard Assesment Guied yang di terbitkan
oleh Royal National Lifeboat Institution
(RNLI) United Kingdom bersama Plymouth
University, gelombang menurut
ketinggiannya dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Flat = tinggi gelombang < 0,25 meter
2. Low Waves = tinggi gelombang 0,25 –
0,75 meter
3. Medium Waves = tinggi gelombang 0,75 -
1.5 meter
4. High Waves = tinggi gelombang >1,5
meter
Sedangkan menurut periodenya, gelombang
dibagi menjadi 2 jenis yaitu Wind Waves
(periode gelombang dibawah 8 detik), dan
Swell Waves (periode gelombang diatas 8
detik).
Dari data perhitungan gelombang yang
didapat maka berdasarkan ketinggiannya,
gelombang di lokasi penelitian tergolong
kepada gelombang dengan tipe low waves
sampai pada medium waves. Tinggi dan
periode gelombang tertinggi terjadi pada
bulan Februari 2010 dengan tinggi
1.35575279 meter dan periode 5.180167
9
detik dan tinggi gelombang terendah terjadi
pada bulan November – Desember 2014
yaitu dengan tinggi 0.630504896 meter dan
periode 3.622011 detik.
Berdasarkan periodenya, gelombang di
lokasi penelitian tergolong kepada wind
waves yaitu dengan periode antara 3.622011
- 5.180167 detik. Sedangkan untuk tinggi
gelombang rata-rata selama 5 tahun adalah 0.841936902 meter dengan periode rata-rata 4.113734 detik, tergolong medium waves (jika berdasarkan tinggi gelombang) dan wind waves (jika berdasarkan periode gelombang).
4. Penentuan Tipe Gelombang Pecah
Tipe gelombang pecah ditentukan dengan
mencari nilai surf similarity (bilangan
irribaren/ Ni). Berikut ini tipe gelombang
pecah pada 25 titik pengamatan di Pantai
Trikora.
Tabel 4. Tipe Gelombang Pecah Pada
Pantai Trikora Desa Malang Rapat
No Titik Koordinat Ni Tipe
1 1.162278 104.578389 0.587945 plunging
2 1.156694 104.577250 0.182806 spilling
3 1.154194 104.578028 0.158103 spilling
4 1.153500 104.578806 0.182806 spilling
5 1.144611 104.583500 0.435908 plunging
6 1.142417 104.585278 0.451856 plunging
7 1.141222 104.586861 0.425276 plunging
8 1.136028 104.592333 0.154437 Spilling
9 1.133444 104.593000 0.654484 plunging
10 1.133000 104.594556 0.288723 Spilling
11 1.132194 104.595972 0.371504 Spilling
12 1.125250 104.597583 0.381782 Spilling
13 1.125028 104.600639 0.279974 Spilling
14 1.123833 104.603167 0.444664 plunging
15 1.121917 104.608278 0.515741 plunging
16 1.119639 104.611194 0.326636 Spilling
17 1.118167 104.616750 0.610852 plunging
18 1.117111 104.619861 0.469368 plunging
19 1.115056 104.623833 0.419961 plunging
20 1.112306 104.628583 0.509952 plunging
21 1.109749 104.63197 0.472456 plunging
22 1.091049 104.637089 0.444664 plunging
23 1.086846 104.637523 0.498703 plunging
24 1.082969 104.638146 0.498703 plunging
25 1.078983 104.640478 0.643939 plunging
Nilai Ni Rata-Rata 0.41645 plunging
Keterangan :
Ni < 0,4 : spilling
0,4 < Ni < 2,3 : plunging
2,3<Ni<3,2 : collapsing Ni > 3,2 : surging
Menurut De Bruijn (2005) dalam
Khoirunnisa (2013), gelombang pecah tipe
plunging terjadi secara tiba-tiba dan dapat
membawa manusia dengan gaya yang sangat
besar ke dasar, gelombang pecah tipe inilah
yang dapat menyebabkan terbentuknya rip
current di sekitar pantai.
Gambar 4. Sebaran tipe gelombang pecah di
Pantai Trikora Desa Malang Rapat
E. Penentuan Tingkat Resiko Rip Curret
Berdasarkan Rip Current Hazard Assesment
Guied yang di terbitkan oleh Royal National
Lifeboat Institution (RNLI) United Kingdom
bersama Plymouth University, dilakukan
penilaian terhadap lokasi penelitian. Faktor-
faktor yang dinilai meliputi, tipe pantai
(beach type), tipe gosong pasir (sand bar
type), dan faktor gelombang (wave factor).
Dari hasil penilaian, tipe pantai yang dominan
di Pantai Trikora Desa Malang Rapat adalah
termasuk kedalam tipe pantai pantai yang
memiliki rentang pasang surut kurang dari 2
meter (wave dominate). Berdasarkan besar
energinya, pantai ini tergolong intermediate
beaches, yaitu pantai dengan energi yang
lebih kecil dari reflective beaches dan lebih
besar dari dissipative beaches (Short, 2005).
Secara spesifik di dominasi oleh tipe pantai
low tide terrace and bar/rip (LTT+R).
Biasanya pantai ini memiliki kemiringan
antara 3-10 derajat pada zona
supraintertidalnya dan 0,5-1,5 derajat pada
bagian intertidalnya (RNLI).
10
Sedangkan menurut Scott, et.al (2011),
pantai tipe ini memiliki kemiringan 1,5-3
derajat pada zona intertidalnya.
Dalam bukunya yang berjudul Beaches of
The Western Australian Coast: Eucla to
Roebuck Bay, Short (2005) menjelaskan
mengenai karakteristik tipe pantai LTT.
Tipe pantai ini biasanya terdapat di perairan
terbuka dimana ukuran butir pasirnya fine
hingga medium dan tinggi rata-rata
gelombang antara 0,5 – 1 meter. Sesuai
dengan namanya low tide terrace (LTT),
memiliki bagian muka pantai yang relatif
curam, dimana saat air surut berdampingan
dengan bar atau berteras. Panjang bar ini
biasanya antara 20 sampai 50 meter kearah
laut dan seterusnya sepanjang pantai. Bar
dapat rata dan biasa saja, atau dengan
sedikit karang ditengahnya (ridge) dan
mungkin pada beberapa bagian terpotong
oleh small shallow rip channel, atau yang
disebut mini rip.
Tipe pantai LTT memiliki tingkat resiko
yang paling rendah dari seluruh tipe pantai
intermediate, hal ini disebabkan karena
karakteristik gelombangnya rendah dan
teras yang dangkal. Akan tetapi, berubahnya
kondisi gelombang dan pasang-surut akan
mempengaruhi tingkat resiko untuk
perenang dan peselancar, namun masih
aman jika tinggi gelombang kurang dari 1
meter dan dalam keadaan kondisi pasang
surut medium hingga tinggi.
Sedangkan untuk tipe pasir penghalang
(sand bar) didominasi oleh tipe mid/high
tide bars (MHTB). Dicirikan dengan sand
bar yang dapat terlihat keseluruhannya saat
air surut dan terendam air saat pasang.
Gambar 5. Sebaran tingkat resiko rip current
di Pantai Trikora
Desa Malang Rapat
F. Pembuatan Peta Zona Berpotensi Rip
Curret
Peta potensi rip current merupakan hasil dari
overlay tiga buah peta yaitu peta indikasi
kehadiran rip current, peta hasil skoring
pantai dan juga peta tipe gelombang pecah
pada lokasi penelitian. Proses ini dilakukan
dengan bantuan tools fuzzy overlay dari
ArcMap 10.1, yang merupakan salah satu
jenis dari software GIS. Hasil dari proses ini
adalah sebagai berikut.
Gambar 6. Sebaran potensi rip current di
Pantai Trikora Desa Malang Rapat
11
Dari peta diatas, dapat terlihat besarnya
potensi rip current pada bagian-bagian
Pantai Trikora. Tingkat potensi ditandai
dengan perbedaan warna (cloropeth).
Semakin merah warna yang dimiliki maka
semakin besar potensi rip current pada
pantai tersebut. Sehingga Pantai Trikora
dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu zona
berpotensi rip current dan zona tidak
berpotensi rip current. Zona berpotensi rip
current terletak pada titik pengamatan 5-7,
titik pengamatan 9-10, titik pengamatan 14-
16, titik pengamatan 21, titik pengamatan
22-23 dan titik pengamatan 25. Titik
pengamatan 5-7 dan 15-17 menjadi zona
paling berpotensi, karena sebaran warna
jingga – merah yang merata yang
menandakan tingkat potensi yang besar.
Pantai yang berteluk memiliki potensi yang
lebih besar dibanding dengan daerah yang
tidak berteluk, terutama jika garis puncak
gelombang sejajar dengan garis pantai.
Garis puncak gelombang yang sejajar ini
akan menimbulkan sirkulasi arus sejajar
pantai (longshore current) pada pantai
berteluk dan arus ini akan bertemu pada
suatu daerah yang akhirnya akan
membentuk rip current. Selain itu pada
beberapa bagian pantai juga ditemukan
beach cups. Komar (1976) dalam Kusmanto
dan Setiyawan (2010), mengatakan bahwa
morfologi yang rithmis atau yang disebut
dengan beach cups pada pantai yang
melengkung berbentuk teluk dapat
mengontrol terjadinya rip current
Secara umum, Pantai Trikora memiliki
potensi rip current yang rendah sampai
medium. Hal ini disebabkan karena pantai
ini memiliki gelombang laut relatif tenang
dan pada beberapa bagian terdapat karang
tepi (fringing reef) yang meredam energi
gelombang yang menuju pantai. Namun
seperti yang kita ketahui sifat gelombang
sangat dinamis sehingga dapat berubah
sewaktu-waktu. Bertambahnya tinggi dan
periode gelombang maka akan
memperbesar energi gelombang. Data
lapangan dari penelitian berbagai penelitian
pengeras suara dan perlengkapan lainnya
sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan
kekuatan rip current terjadi akibat
meningkatnya energi gelombang dengan
pengurangan kedalaman air di daerah
hempasan gelombang (surf zone) (Setyawan et
al., 2010). Selain itu perubahan iklim yang
mulai terjadi akhir-akhir ini juga perlu
diwaspadai akan meningkatkan potensi rip
current pada pantai-pantai yang terletak di
Desa Malang Rapat.
Selain itu pada daerah yang terdapat karang
tepi (fringing reef) tetap perlu diwaspadai,
mengingat terdapat jenis rip current yang
pembangkitannya justru dikontrol oleh
kenampakan topografik yang biasanya berupa
struktur solid seperti headland, terumbu
karang, groin atau jetty. Arus ini terjadi bila
struktur-struktur tersebut berada di surf zone
(Setyawan et al., 2010), terutama jika kondisi
gelombang laut tinggi.
G. Peningkatan Keselamatan Di Objek
Wisata Pantai
Carey et al (2004) dalam Khoirunnisa (2013)
mengatakan bahwa ciri khas yang membuat
rip current dikatakan sangat berbahaya adalah
kurangnya kewaspadaan dan ketidaktahuan
pengunjung pantai. Rip current tidak akan
mengakibatkan orang tenggelam, hanya saja
arus ini membawa orang menjauh dari pantai
sampai ke tengah laut. Mati tenggelam
biasanya terjadi ketika orang yang terkena
arus ini tidak bisa mempertahankan dirinya
mengapung atau floating dan berenang
kembali menuju pantai. Hal ini karena
kepanikan, ketakutan, kelelahan, dan
kurangnya keterampilan berenang, atau
kombinasi dari semua faktor-faktor tersebut.
Maka perlu dilakukan peningkatan
keselamatan pada daerah-daerah wisata
sepanjang pantai trikora yang memiliki
tingkat potensi rip current yang besar.
Peningkatan keselamatan ini dilakukan
dengan menerapkan sistem peringatan dini
(early warning system).
Untuk menunjang berjalannya sistem
peringatan dini maka penyediaan sarana dan
prasarana penjagaan pantai (cost guard),
seperti pos penjaga pantai, papan peringatan
12
perlu dilakukan. Selain itu sumber daya
manusia yang terlatih menangani hal yang
berkaitan dengan fenomena rip current
perlu di persiapkan dan di stand by kan di
sekitar pantai.
Terkadang papan peringatan maupun tanda
peringatan sering tidak dihiraukan oleh para
wisatawan. Bahaya rip current bersifat
personal, artinya rip current hanya
berbahaya bagi individu yang berhubungan
atau kontak langsung dengan rip current.
Maka perlu adanya edukasi terkait bahaya
rip current dan tindakan yang tepat jika
terjebak pada rip current, kepada para
wisatawan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
wisatawan saat terjebak dalam rip current
adalah sebagai berikut:
Cobalah untuk tetap tenang dan tidak
panik
Berusahalah untuk menjaga posisi badan
agar tetap terapung
Rip current akan membawa anda ke
tengah laut dengan kecepatan 0,3 – 2.4
m/s, maka jangan mencoba berenang
untuk melawan arus ini sekalipun anda
perenang yang handal.
Berenanglah menuju ke laut sampai anda
merasakan rip current ini melemah atau
biarkan arus ini membawa anda sampai
kekuatannya melemah. Jika dirasa
kekuatan arus telah melemah
berenanglah keluar dari zona arus,
kemudian berenang menuju ke pantai
atau biarkan gelombang membawa anda
ke pantai dan berteriaklah untuk meminta
pertolongan.
Pada bulan Desember hingga Februari para
wisatawan disarankan untuk memilih
berwisata pada pantai yang termasuk
kedalam zona yang tidak berpotensi rip
current. Hal ini di sebabkan karena
berdasarkan hasil perhitungan gelombang,
pada bulan Desember hingga Februari
kondisi tinggi dan periode gelombang
berada pada puncaknya. Salah satu bagian
Pantai Trikora yang disarankan adalah yang
terletak pada titik pengamatan 2, 3 dan 4.
KESIMPULAN
Pantai Trikora terbagi menjadi dua zona yaitu
zona berpotensi rip current dan zona tidak
berpotensi rip current. Zona yang paling
berpotensi rip current pada Pantai Trikora
terletak pada titik pengamatan 5-7
(1.144611N 104.583500E sampai 1.141222N
104.586861E) dan titik pengamatan 15-17
(1.121917N 104.608278 E sampai 1.118167N
104.616750E). Bulan Desember-Februari
merupakan waktu yang paling berpotensi rip
current, mengingat pada bulan tersebut
kondisi gelombang yang menuju Pantai
Trikora berada pada kondisi puncak. Dilihat
dari karakter sand bar nya, maka potensi rip
current lebih besar saat kondisi perairan di
Pantai Trikora menuju surut.
Secara umum potensi rip current di Pantai
Trikora masih tergolong rendah hingga
menengah. Hal ini disebabkan karena kondisi
gelombang laut yang relatif tenang dan
terdapat beberapa karang tepi pada bagian
pantai sehingga meredam energi gelombang
yang datang. Namun mengingat gelombang
dan morfologi pantai bersifat dinamis sehinga
dapat berubah sewaktu-waktu, maka upaya
peningkatan keselamatan wisatawan perlu
untuk dilakuan. Peningkatan keselamatan ini
dapat dilakukan dengan menerapkan sistem
peringatan dini (early warning system) pada
zona pantai yang berpotensi rip current.
Bahaya rip current merupakan bahaya yang
bersifat personal, artinya rip current hanya
berbahaya bagi individu yang berhuungan
atau kontak langsung dengan rip current.
Dengan kata lain arus ini dapat menjadi
bahaya bagi manusia bila terjadi interaksi
langsung secara fisik antara manusia dengan
rip current. Berkaca dari hal itu maka perlu
dilakukan edukasi terkait rip current baik
karakteristik nya maupun tindakan yang tepat
saat terjebak di dalam arus tersebut.
SARAN
Penelitian terkait rip current yang peneliti
lakukan saat ini masih sebatas melihat
potensinya, sehingga perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan berbagai instrumen
13
teknik dan metode yang lebih baik lagi
dalam memprediksi kehadiran rip current
di Pantai Trikora. MacMahan et.al., (2006)
dalam Setyawan et.al., (2010) memberikan
berbagai instrumen, metode dan teknik yang
berkaitan dengan penelitian terhadap rip
current. Dengan adanya bukti-bukti lain
keberadaan rip current maka upaya
peningkatan keselamatan wisatawan di
Pantai Trikora dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z. 2007. Konsep Dasar
Pemetaan. Kelompok Keilmuan Geodesi
ITB, Bandung.
Anonim, 2002. Modul Sosialisasi dan
Ruang Orientasi Penataan Ruang Laut,
Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil.
Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Jakarta
Alek, 2014. Jelang Akhir Tahun Pantai
Trikora Telan Dua Korban.
http://terkininews.com/kepri-
terkini/bintan/4383-jelang-2015-pantai-
trikora-memakan-korban.html . diakses
pada tanggal 27 Januari 2015.
Armos, Nikanor Hersal. 2013. Studi
Kesesuaian Lahan Pantai Wisata Boe
Desa Mappakalompo Kecamatan
Galesong Ditinjau Berdasarkan
Biogeofisik (Skripsi). Jurusan Ilmu
Kelautan UNHAS. Makassar.
Asr, 2013. Pantai Trikora Butuh Tenaga
Pengaman. http://batampos.co.id/06-09-
2013/pantai-trikora-butuh-tenaga-
pengaman/ . diakses pada tanggal 27
Januari 2015.
Azis, M Furqon. 2006. Gerak Air Dilaut.
Oseana Vol 31:4 Hal 9-21 LIPI. Jakarta.
Bird, Eric. 2007. Coastal Geomorphology
An Introduction Second Edition. John
Wiley and Sons Ltd. West Sussex.
England.
Castro, Peter dan Michael. E. H. 2003.
Marine Biology, Fourt Edition. The
McGraw-Hill Companies.
Dewi, Ratna., Pratomo, Arief dan Jaya, Yales
Veva. 2012. Pendugaan Tinggi
Gelombang Berdasarkan Kecepatan Angin
Pada Zona Alur Pelayaran Di Perairan
Tanjungpinang (Skripsi). FIKP UMRAH.
Tanjungpinang.
Febriansyah. 2012. Perencanaan Pemecah
Gelombang (Berakwater) di Pelabuhan
Merak. Fakultas Teknik Universitas
Indonesia. Jakarta.
Goesmayanti, F. 2011. Pelayanan Lifeguard
Balawista di Pantai Kuta, Bali. Artikel
Ilmiah. STBA Yapari-ABA. Bandung.
Hallaf, Abdul. 2006. Modul Geomorfologi
Indonesia. UNM. Malang.
Hidayat, Nur. 2005. Kajian Hidro-Osenografi
Untuk Deteksi Proses-proses Fisik Di
Pantai. SMARTek Vol 3:2 Hal 73-85.
Palu.
Hutabarat, Sahala dan Stewart M.E. 2008.
Pengantar Oseanografi. UI-Press. Jakarta.
Hutabarat, S. dan Stewart, M.E. 1985.
Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Khoirunnisa, Nurfa., Haryadi dan Rifai, Azis.
2013. Pemetaan Zona Rip Current
Sebagai Upaya Peringatan Dini Untuk
Bahaya Pantai (Lokasi Kajian : Pantai
Kuta) (Skripsi). Jurusan Oseanografi
Universitas Diponegoro. Semarang.
Kusmanto, Edi dan Setyawan, W.B. 2011.
Arus Rip di Teluk Parigi dan Pantai
Pangandaran. Ikatan Sarjana Oseanologi
Indonesia (ISOI), Jakarta.
Lanuru, Mahatma dan Suwarni. 2011. Bahan
Ajar Pengantar Oseanografi. Jurusan Ilmu
Kelautan FIKP UNHAS: Makassar.
Muhaimin, Haidir. 2013. Distribusi
Makrozoobentos Pada Sedimen Bar (Pasir
Penghalang) Di Intertidal Pantai Desa
Mappakalompo Kabupaten Takalar
(Skripsi). Universitas Hasanudin.
Makassar.
Mutiara, I. 2004. Pendidikan dan Pelatihan
(DIKLAT) Teknis Pengukuran dan
Pemetaan Bab IV Proyeksi Peta. Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan ITS,
Surabaya.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan :
Jakarta.
14
Ramadhani, Sri Dewi. 2013. Studi Kinerja
Bangunan Groin Tanjung Bunga.
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Royal National Lifeboat Institution (RNLI)
dan Plymouth University, 2013. Rip
Current Hazard Assessment Guide.
http://www.ripcurrents.co.uk . diakses
dan di unduh pada tanggal 09 Februari
2015.
Scott, Tim., Masselink, Gerhard dan
Russell, Paul. 2011. Morphodynamic
Characteristics and Classification of
Beaches in England and Wales.
http://www.elsevier.com/locate/margeo .
diakses dan di unduh pada tanggal 10
Juli 2015.
Setyandito, Oki., Yuwono, Nur., dan
Pandin, Panggua. 2012. Studi Slope Pada
Pantai Pasir Akibat Gelombang. Jurnal
Teknik Rekayasa Vol 13:2. Universitas
Mataram. Mataram.
Setyawan, Wahyu Budi., Kusmanto, Edi.,
Natsir, Suhartati M dan Hasanudin.
2010. Morfologi Pantai Pasir Dan Pola
Arus Dekat Pantai Di Kawasan Wisata
Pantai Teluk Parigi, Pangandaran,
Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat.
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
Jakarta.
Short, A.D. 2007. Australian rip system –
friend or foe?. J. Coast. Res. 50: 7-19.
Short, A.D. 2005. Beaches of The Western
Australian Coast: Eucla to Roebuck Bay.
Sydney University Press. Sydney.
Subagio. 2002. Pengetahuan Peta. ITB.
Bandung.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Alfabeta. Bandung.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Buku
Ajar Perkuliahan. Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung.
Sulaiman, A dan Soehardi. 2008.
Pendahuluan Geomorfologi Pantai
Kuantitif. BPPT. Jakarta.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta
Offset. Yogyakarta.
Tyas, D.W. dan Dibyosaputro, S. 2012.
Pengaruh Morfodinamika Pantai Glagah,
Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa
Yogyakarta Terhadap Keselamatan
Pengunjung Pantai. Jurnal Bumi Indonesia
Vol 1:3. Yogyakarta.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu
Kelautan. Grasindo. Jakarta.