79
i ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM PEMBAYARAN PAJAK TERHADAP AKTA YANG DIPERJANJIKAN (Studi Penelitian di Kantor Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun, SH) Petrus Haganta Sitepu * Dr. Onny Medaline. S.H., M.Kn ** Dina Andiza,SH.,M.Hum ** Tujuan pemerintah mengadakan pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat merupakan salah satu perwujudan dari tujuan pendaftaran tanah yang dimaksud untuk seluruh wilayah Republik Indonesia dan bahwa sertifikat hak atas tanah merupakan bukti yang kuat mengenai suatu penguasaan atau pemilikan tanah. Berdasarkan hal ini, maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah Bagaimana Pengaturan Hukum Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (Ppat) Dalam Pembayaran Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Atas Tranksaksi Jual Beli Tanah, dan Hambatan Dalam Pembayaran Pajak Terhadap Akta Yang Diperjanjikan Di Kantor Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun, SH Sifat penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan tipe penelitian kuantitatif, dan menggunakan jenis penelitian Empiris, adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian Lapangan dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Kesimpulan dari skripsi ini adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang diberi kewenangan atau tugas untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas satuan rumah susun. Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Atas Tranksaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan secara umum adalah sebagai peranatara atau membantu seseorang wajib pajak dalam melakukan pembayaran BPHTB, hambatan dalam Pembayaran Pajak terhadap akta yang diperjanjikan di kantor Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun SH pada pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah (BPHTB) oleh Notaris selaku PPAT berkaitan dengan akta yang dibuatnya adalah kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai peraturan-peraturan BPHTB yang terus berkembang Saran dari skripsi ini adalah Supaya masyarakat mengurus Akta jual beli tanah nya kepada Notaris selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Supaya Notaris selaku PPAT dapat memberikan penjelasan yang baik kepada kliennya, dalam hal Pajak Bumi dan Bangunan khususnya pajak BPHTB. Supaya pemerintah lebih giat dalam melakukan sosialisasi tentang pentingnya membayar pajak tanah dan bangunan oleh Notaris/PPAT kepada masyarakat. Kata Kunci: Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Pajak, dan Akta ** Dosen Pembimbing I & II Fakultas Sosial Sains Prodi Ilmu Hukum UNPAB Medan. * Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi Medan.

ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

i

ABSTRAK

PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)

DALAM PEMBAYARAN PAJAK TERHADAP AKTA

YANG DIPERJANJIKAN (Studi Penelitian di Kantor Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun, SH)

Petrus Haganta Sitepu*

Dr. Onny Medaline. S.H., M.Kn**

Dina Andiza,SH.,M.Hum**

Tujuan pemerintah mengadakan pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat merupakan

salah satu perwujudan dari tujuan pendaftaran tanah yang dimaksud untuk seluruh wilayah

Republik Indonesia dan bahwa sertifikat hak atas tanah merupakan bukti yang kuat mengenai

suatu penguasaan atau pemilikan tanah. Berdasarkan hal ini, maka rumusan masalah dalam

skripsi ini adalah Bagaimana Pengaturan Hukum Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),

Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (Ppat) Dalam Pembayaran Pajak Bea Perolehan Hak Atas

Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Atas Tranksaksi Jual Beli Tanah, dan Hambatan Dalam

Pembayaran Pajak Terhadap Akta Yang Diperjanjikan Di Kantor Notaris/PPAT Malem Jenda

Singarimbun, SH

Sifat penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan tipe penelitian kuantitatif, dan

menggunakan jenis penelitian Empiris, adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah

metode penelitian Lapangan dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah primer dan

sekunder.

Kesimpulan dari skripsi ini adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat

umum yang diberi kewenangan atau tugas untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan

hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas satuan rumah susun. Peran Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) Atas Tranksaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan secara umum adalah sebagai

peranatara atau membantu seseorang wajib pajak dalam melakukan pembayaran BPHTB,

hambatan dalam Pembayaran Pajak terhadap akta yang diperjanjikan di kantor Notaris/PPAT

Malem Jenda Singarimbun SH pada pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah (BPHTB) oleh

Notaris selaku PPAT berkaitan dengan akta yang dibuatnya adalah kurangnya informasi dan

sosialisasi mengenai peraturan-peraturan BPHTB yang terus berkembang

Saran dari skripsi ini adalah Supaya masyarakat mengurus Akta jual beli tanah nya kepada

Notaris selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Supaya Notaris selaku PPAT dapat

memberikan penjelasan yang baik kepada kliennya, dalam hal Pajak Bumi dan Bangunan

khususnya pajak BPHTB. Supaya pemerintah lebih giat dalam melakukan sosialisasi tentang

pentingnya membayar pajak tanah dan bangunan oleh Notaris/PPAT kepada masyarakat.

Kata Kunci: Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Pajak, dan Akta

** Dosen Pembimbing I & II Fakultas Sosial Sains Prodi Ilmu Hukum UNPAB Medan. * Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi Medan.

Page 2: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

E. Keaslian Penelitian .............................................................................. 7

F. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 10

G. Metode Penelitian ................................................................................ 15

H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 18

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PEJABAT PEMBUAT AKTA

TANAH (PPAT) ............................................................................................. 20

A. Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pembuatan

Akta Autentik. ........................................................................................... 20

B. Pendaftaran Tanah dan Peralihan Hak Atas Tanah ................................... 26

C. Dasar Hukum Tentang Pembuatan Akta Tanah ........................................ 31

Page 3: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

v

BAB III PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM

PEMBAYARAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH

DAN BANGUNAN (BPHTB) ATAS TRANKSAKSI JUAL BELI

TANAH ........................................................................................................... 36

A. Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB)

dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan ........................................ 36

B. Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pemungutan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Atas Tranksaksi

Jual Beli Tanah dan Bangunan ................................................................... 39

C. Tata Cara Penghitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) ..................................................................................................... 48

BAB IV HAMBATAN DALAM PEMBAYARAN PAJAK TERHADAP AKTA

YANG DIPERJANJIKAN DI KANTOR NOTARIS/PPAT MALEM

JENDA SINGARIMBUN SH ....................................................................... 53

A. Peran Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun. SH dalam Penerapan

Sistem Self Assessment Pada Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) Terkait dengan Akta Yang Dibuatnya.... 53

B. Hambatan-Hambatan Yang Muncul Dalam Penerapan Sistem Self

Assessment Pada Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB) Oleh Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun

SH .............................................................................................................. 60

C. Cara Mengatasi Hambatan Dalam Penerapan Sistem Self Assessment

Pada Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

(BPHTB) Oleh Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun SH ................. 64

Page 4: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

vi

BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 68

A. Kesimpulan ................................................................................................. 68

B. Saran .......................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 70

LAMPIRAN ....................................................................................................................

Page 5: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah tanah di Indonesia merupakan satu hal yang sangat komplek, karena

tanah merupakan sumber daya dan faktor produksi yang utama baik bagi

pembangunan maupun untuk pemenuhan kebutuhan anggota-anggota masyarakat

sehari-hari. Oleh karena itu tugas-tugas pertanahan haruslah mampu meratakan

pembangunan secara keseluruhan, khususnya pemerataan pembangunan ekonomi.

Esensi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 khususny

a Pasal 3 ayat (3) yang berbunyi “bumi, air dan kekayaan alam, yang terkandung

di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran

rakyat” telah dituangkan di dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) .1

Tanah merupakan sebuah dasar untuk membangun tempat tinggal bagi setiap

manusia tanpa terkecuali. Hak milik atas tanah sebagai salah satu jenis hak milik,

sangat penting bagi negara, bangsa, dan rakyat Indonesia sebagai masyarakat agraria.

Akan tetapi, tanah yang merupakan kehidupan pokok bagi manusia akan berhadapan

dengan berbagai hal, seperti :

1. Keterbatasan tanah, baik dalam jumlah maupun kualitas dibanding

dengan kebutuhan yang harus dipenuhi.

1 A.P. Parlindungan, Pengantar Hukum Agraria, Mandar Maju, Bandung, 1996, hal 32.

Page 6: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

2

2. Pergeseran pola hubungan antara pemilik tanah dan tanah sebagai akibat

perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh proses pembangunan dan

perubahan-perubahan sosial pada umumnya.

3. Tanah di satu pihak telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat

penting, pada lain pihak telah tumbuh sebagai bahan perniagaan.

4. Tanah di satu pihak harus dipergunakan dan dimanfaatkan untuk sebesar-

besarnya kesejahteraan rakyat lahir batin, adil dan merata, sementara dilain

pihak harus dijaga kelestariannya.2

Pendaftaran tanah di Indonesia dilakukan dengan sistem negatif cenderung

positif yang dilakukan secara bertahap dan didasarkan kepada Asas pembuktian yakni

bahwa nama pemilik bidang tanah serta adanya beban-beban di atas tanah seperti

hipotik sitaan-sitaan dan sebagainya harus terdaftar dalam daftar umum, artinya

bawah daftar ini terbuka bagi umum.Asas spesialitas yakni letak tanah, lokasinya,

luasnya serta tanda-tanda batasnya harus tampak jelas, oleh karena itu bidang tanah

harus diukur, dipetakan, dihitung luasnya serta jelas macam tanda batas (situasi)

bidang tanah itu.3

PPAT Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya

untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum

cukup terdapat PPAT. PPAT Khusus adalah Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang

2 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta, Sinar Grafika,

2007, hal. 1. 3 H. Husnan Situmorang, Paparan Ringkas Tentang Masalah Pertanahan, Kotamadya

Medan, 1995, hal. 1.

Page 7: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

3

ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta

PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas Pemerintah

tertentu.4

Berdasarkan teori A.P. Parlindungan yang kemudian dikembangkan bahwa

dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia dikenal ada dua lembaga yang

terkait, namun masing-masing melaksanakan bidangnya, yaitu Kantor Badan

Pertanahan Nasional (BPN) khusus bertugas melaksanakan5 :

a. Recording of title adalah Pendaftaran pertama

b. Continuous recording adalah Pendaftaran berkelanjutan dari hak atas

tanah.6

Dan yang baru adalah memberikan sifat grosse suatu hak tanggungan dengan

menerbitkan hak tanggungan (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996) sedangkan

PPAT melaksanakan recording of deeds of conveyance, yaitu suatu perekaman

pembuatan akta tanah yang meliputi mutasi hak, pengikatan jaminan dengan hak atas

tanah sebagai agunan (hak tanggungan), mendirikan hak batu atas sebidang tanah

(HGB di atas hak milik, hak pakai di atas hak milik) ditambah tugas-tugas baru

membuat surat kuasa memasang hak tanggungan (Undang-Undang Hak

Tanggungan).7

4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pejabat

Pembuatan Akta Tanah 5 A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Bandung, CV Mandar Maju, 2007,

hal 5. 6 Ibid, hal. 17. 7 Ibid, hal. 85.

Page 8: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

4

Tujuan pemerintah mengadakan pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat

merupakan salah satu perwujudan dari tujuan pendaftaran tanah yang dimaksud

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(UUPA), melalui Pasal 19 mengamanatkan bahwa pemerintah mengadakan

pendaftaran tanah untuk seluruh wilayah Republik Indonesia dan bahwa sertifikat hak

atas tanah merupakan bukti yang kuat mengenai suatu penguasaan atau pemilikan

tanah.8

Fungsi pajak yang sederhana ialah untuk menyelenggarakan kepentingan

bersama para warga masyarakat. Masyarakat yang sederhana ini semakin lama akan

menjadi besar, sehingga memerlukan suatu organisasi yang lebih besar, dan

selanjutnya timbul sekarang adanya suatu negara. Kepentingan bersama ini menjadi

semakin besar, sehingga penanganannya tidak lagi ditangani oleh seorang yang

dituakan atau kepala kelompok tetapi harus ditangani oleh beberapa kelompok

orang.9

Berdasarkan penelitian di kantor Notaris/ PPAT Malem Jenda Singarimbun.SH

di tahun 2015-2018 sudah seribu orang telah ditangani selama menjabat sebagai

Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pemecahan kepentingan bersama ini akan terbentur lagi

dengan persoalan biaya, dan sudah barang tentu pemberian dalam bentuk in natura

tidak dapat mencukupi untuk

8 F.X. Sumarja, Problematika Kepemilikan Tanah Bagi Orang Asing, Indepth Publising,

Bandar Lampung, 2012, hal. 9. 9 Eko Lesmana, Sistem Perpajakan di Indonesia, Edisi Kedua, Prima Campus Grafika,

Jakarta, 1994, hal.3

Page 9: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

5

membiayai pengeluaran-pengeluaran. Pemberian dalam bentuk in natura ini

dirasakan sudah tidak mencukupi lagi. Dalam masyarakat modern seperti sekarang

ini pemberian-pemberian dalam bentuk in natura tadi harus diganti dengan uang,

yaitu dengan jalan pemberian sejumlah uang. Pemberian sejumlah uang tersebut

dalam masyarakat modern berfungsi sebagai pembayaran pajak.10

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengangkat judul :

“Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pembayaran Pajak

Terhadap Akta yang Diperjanjikan (Penelitian di Kantor Notaris/PPAT Malem

Jenda Singarimbun, SH)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka beberapa permasalahan yang akan

dibahas dalam proposal ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) ?

2. Bagaimana peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pembayaran Pajak

Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) atas tranksaksi jual beli

tanah ?

3. Bagaimana hambatan dalam pembayaran pajak terhadap Akta Yang

diperjanjikan di kantor Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun, SH ?

10 Ibid, hal. 4 .

Page 10: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

6

C. Tujuan Penelitian

Permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT).

2. Untuk mengetahui Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam

Pembayaran Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB)

atas tranksaksi jual beli tanah.

3. Untuk mengetahui Bagaimana hambatan dalam pembayaran pajak terhadap

Akta Yang diperjanjikan di kantor Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun.

SH.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Merupakan syarat dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana hukum

di Universitas Pembangunan Panca Budi

2. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran di bidang Hukum Perdata, terutama yang

berkaitan dengan peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan kaitannya

dalam pembayaran pajak terhadap akta yang dibuatnya.

Page 11: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

7

3. Manfaat Praktis

Sebagai bahan informasi, masukan dan penjelasan yang mendalam bagi

masyarakat yang berkecimpung dalam hal-hal yang berhubungan dengan

penelitian ini, yaitu mengenai peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

dan kaitannya dalam pembayaran pajak terhadap akta yang dibuatnya.

E. Keaslian Penelitian

Terdapat tiga topik skripsi yang sebelumnya membahas Tentang Bea Perolehan

Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) dari beberapa universitas yang penulis

temukan namun berbeda dengan topik yang penulis bahas di antaranya :

1. Uki Setiani, Universitas Bandar Lampung dengan judul “Evaluasi Kebijakan

Penarikan BPHTB di Kota Bandar Lampung”11.

Rumusan masalah adalah bagaimana evaluasi pada kebijakan proses penarikan

(BPHTB) di Kota Bandarlampung.

Kesimpulan adalah evaluasi kebijakan penarikan pajak BPHTB di Kota

Bandarlampung kurang berhasil pada pelaksanaan yang dilakukan, karena pada

penarikan pajak BPHTB yang dijalankan selama ini belum mencapai targetnya

dan belum bisa diselesaikan dengan cara-cara yang dilakukan.

11 Uki Setiana, Evaluasi Kebijakan Penarikan BPHTB di Kota Bandar Lampung,

https://docplayer.info/52373860-Evaluasi-kebijakan-penarikan-pajak-bea-perolehan-hak-atas-tanah-

dan-bangunan-bphtb-di-kota-bandarlampung-skripsi-oleh-uki-setiani.html, Diakses tgl 18 Agustus

2019, pkl 15.00 WIB.

Page 12: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

8

2. Sri Aryanti, Universitas Diponegoro, judul “Pengaruh BPHTB terhadap Saksi

Jual Beli Tanah dan Bangunan”12.

Rumusan masalah adalah :

a. Bagaimanakah pemungutan BPHTB terhadap transaksi jual beli tanah dan

atau bangunan ?

b. Bagaimanakah peranan PPAT/Notaris dalam pemungutan BPHTB ?

c. Hambatan-hambatan apakah yang timbul dalam pemungutan BPHTB dan

bagaimana upaya untuk mengatasinya ?

Kesimpulan masalah adalah :

1) BPHTB dalam pelaksanaannya menggunakan sistem self assessment, yaitu

Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung besarnya pajiak, menyetior pajak

yang terutang sendiri sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku,

maka untuk kesederhanaan dan memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak,

ditetapkan tarif pajak sebesar 5% (lima persen) dan sesuai dengan cara

mengalikan tarif pajak dengan NPOPTKP ditetapkan dalam Undang-

Undang No.21 Tahun 1997 sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta

rupiah).

2) peranan yang signifikan dalam pemungutan BPHTB karena PPAT/Notaris

adalah pejabat umum yang terkait dengan transaksi jual beli tanah,

PPAT/Notaris akan menandatangani akta otentik setelah

12 Sri Aryanti, Pengaruh BPHTB terhadap Saksi Jual Beli Tanah dan Bangunan,

http://eprints.undip.ac.id/18266/1/SRI__ARIYANTI.pdf, Diakses tgl 18 Agustus 2019, pkl. 15.00

WIB.

Page 13: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

9

pajak BPHTB tersebut dibayar lunas oleh Wajib Pajak. Pejabat Pembuat

Akta Tanah/Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas

tanah dan atau bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti

pembayaran pajak. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris yang melanggar

ketentuan tersebut di atas dikenakan sanksi administrasi berupa denda

sebesar Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah), sebagaimana

diatur dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 1997

sebagaimana telah diubah 73 lxxvii dengan Undang-Undang No. 20 Tahun

2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Selain itu

PPAT/Notaris juga berperan dalam membantu Wajib Pajak menghitung

besarnya BPHTB.

3) Dalam pelaksanaannya ternyata terdapat beberapa hambatan, seperti masih

terdapat PPAT/Notaris yang belum melaporkan perolehan hak atas tanah

dan bangunan di wilayah kerjanya. PPAT/Notaris tersebut seharusnya

ditindak tegas sesuai peraturan yang berlaku, masih ditemukan dalam

formulir SSB belum tercantum alamat objek pajak.

3. Erliza Rivani Rizki Nasution, Universitas Medan Area dengan judul “Analisa

Prosedur BPHTB Pada Dinas Dispenda Kota Medan.13

13 Erliza Rivani Rizki, Analisa Prosedur BPHTB Pada Dinas Dispenda Kota Medan,

https://www.google.com/search?q=Analisa+Prosedur+BPHTB+Pada+Dinas+Dispenda+Kota+Medan

&rlz=1C1CHBD_enID862ID862&oq=Analisa+Prosedur+BPHTB+Pada+Dinas+Dispenda+Kota+Med

an&aqs=chrome..69i57.362j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8, Diakses tgl 18 Agustus 2019, pkl.

15.00 WIB.

Page 14: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

10

Rumusan masalah adalah bagaimana prosedur penggunaan BPHTB.

Kesimpulan masalah adalah prosedur BPHTB merupakan tata cara perhitungan

dan pembayaran yang terutang berdasarkan pokok-pokok aturan yang telah

ditetapkan sebesar 5%, nilai perolehan hak atas tanah dan pajak.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) menurut Pasal 1 ayat 1 dari

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat

Pembuat Akta Tanah bahwa yang dimaksud dengan “Pejabat Pembuat Akta

Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberikan

kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum

tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun”.

Akta yang dapat dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah :

1. Jual-beli,

2. Tukar-menukar,

3. Hibah,

4. Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng),

5. Pembagian hak bersama,

6. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik,

Page 15: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

11

7. Pemberian Hak Tanggungan, dan

8. Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.14

Berdasarkan Pasal 1 angka 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah, bahwa “Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya

disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat

akta-akta tanah tertentu.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah Pasal 1 angka 5 menyatakan : “PPAT

adalah Pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah”.

Dengan adanya keharusan jual beli tanah di hadapan PPAT maka

diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan

Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah peraturan pelaksanaanya diatur dalam

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang

Peraturan PPAT yang kemudian dirubah dengan Peraturan BPN Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2009. Peraturan tersebut diterbitkan dalam rangka

program pelayannan masyarakat dalam pembuatan Akta PPAT.15

14 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Pasal 2 Ayat (2) Tentang Peraturan

Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Presiden Republik Indonesia. 15 Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip Pembaharuan Agraria, Jakarta, PT. Grafindo Persada, 2009,

hal. 42.

Page 16: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

12

Akta bawah tangan yang dibuat oleh PPAT dan tidak bersifat otentik, maka

akta tersebut tidak bernilai sebagai Akta pejabat yang berfungsi sebagai alat

untuk pemindahan atau pembebanan hak atas tanah.16

2. Pengertian Pajak

Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Nomor 28 Tahun

2007 Pasal 1 ayat (1) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut H. Rochmat Soemitro, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbul (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.17

Menurut Soeparman Soemahamidjaja, pajak adalah iuran wajib, berupa uang dan

barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna

menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai

kesejahteraan umum.18

Menurut Neneng Hartati, pajak adalah semua jenis pajak baik pajak langsung

maupun tidak langsung, pajak pusat maupun daerah, termasuk bea masuk dan cukai

16 Mustofa, Tuntutan Pembuatan Akta-Akta PPAT, Karya Media, Yogyakarta, 2010, hal. 8 17 Rochmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Eresco, Bandung,

2006, hal. 7. 18Suparmono dan Thereisa Worodamayanti, Perpajakan Indonesia mekanisme dan

perhitungan, Andi Offset, Yogyakarta, 2005, hal 2.

Page 17: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

13

dipungut oleh negara melalui pejabat yang berwenang baik pemerintah pusat maupun

daerah, yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.19

3. Pengertian Akta

Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau ”akta” dan

dalam bahasa Inggris disebut “act” atau “deed”. Akta menurut Sudikno

Mertokusumo merupakan surat yang diberi tanda tangan yang memuat peristiwa-

peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula

dengan sengaja untuk pembuktian20

Menurut Subekti, akta berbeda dengan surat, yaitu suatu tulisan yang memang

dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan

ditandatangani.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

akta, adalah:

a. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling)

b. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai/digunakan sebagai bukti perbuatan

hukum tersebut, yaitu berupa tulisan yang diajukan kepada pembuktian

sesuatu.

Akta mempunyai 2 (dua) fungsi penting, yaitu akta sebagai fungsi formal yang

mempunyai arti bahwa suatau perbuatan hukum akan menjadi lebih lengkap apabila

di buat suatu akta. Fungsi alat bukti yaitu akta sebagai alat pembuktian dimana

19 Neneng Hartati, pengantar peroajakan, cet. Ke-1, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2015, hal.

5. 20 R. Surbekti, Hukum Pembuktian,Cet-2, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 2008, hal.25

Page 18: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

14

dibuatnya akta tersebut oleh para pihak yang terikat dalam suatu perjanjian di tujukan

untuk pembuktian di kemudian hari.21

Tugas pokok dan kewenangan PPAT sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal

2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 bahwa:

a. PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah

dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum

tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun,

yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah

yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.

b. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

1) jual beli;

2) tukar menukar;

3) hibah;

4) pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);

5) pembagian hak bersama;

6) pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik;

7) pemberian Hak Tanggungan;

8) pemberian Kuasa membebankan Hak Tanggungan.

Akta yang dibuat dihadapan pejabat pembuat akta tanah sudah jelas diuraikan

diatas. Pejabat pembuat akta tanah memiliki hak dan kewajiban yang harus

21 Sudikno Mertukusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2008,

hal. 121.

Page 19: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

15

dilaksanakan. Salah satu contoh akta yang dapat dibuat dihadapan pejabat pembuat

akta tanah adalah akta jual beli. Akta jual beli tanah dapat dibuat dihadapan pejabat

pembuat akta tanah dengan tujuan adanya kepastian hukum dengan terbitnya

sertifikat tanah dalam proses jual beli tanah.

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yang bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau untuk

menentukan ada tidaknya hubungan satu gejala dengan gejala lain dalam

masyarakat. Dalam penelitian ini, bertujuan untuk menggambarkan bagaimana

pelaksanaan peran Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam kaitan dengan kewajiban

klien sebagai pajak yang harus membayar Pajak/Bea atas Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan yang diperolehnya.

2. Jenis Penelitian

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah penelitian

hukum empiris. Empiris mengenai adanya kebenaran yang berkaitan dengan

masyarakat serta menjawab pernyataan yang diutarakan.22 Di kantor

Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun.SH. Dengan tujuan memperoleh

informasi mengenai penelitian yang dilakukan.

22 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Edisi 1 cet.16, Rajawali Pers, Jakarta,

2016, hal. 18.

Page 20: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

16

3. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini sumber data yang diperoleh berasal dari penelitian

lapangan (Field Research). Dengan menggunakan penelitian pustaka yang

mencari jawaban dari peneltian yang dilakukan menggunakan, seperti buku-buku,

majalah, jurnal, putusan dan sumber-sumber lainnya23. Sedangkan penelitian

lapangan menggunakan wawancara dengan mengadakan penelitian secara

langsung ke lokasi penelitian. Dengan cara observasi dan wawancara di Malem

Jenda Singarimbun,S.H.

4. Jenis Data

Pada penelitian ini sumber data yang diperoleh berasal dari data Primer Dan Data

Sekunder.

a. Data Primer

Dilakukan dengan melalui penelitian dilapangan, yaitu dengan cara dengan

mengadakan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian. Dengan cara

wawancara bapak Malem Jenda Singarimbun,S.H.24

b. Data Sekunder

1) Peraturan Perundang-undangan

a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang

Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

23 Andra Tersiana, metode penelitian, AndraT, Yogyakarta, 2018, hal.13. 24

Page 21: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

17

c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris

d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 Tentang

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997

Tentang Pendaftaran Tanah

f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016

Tentang Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

2) Jurnal, Skripsi, Makalah

a. Chairumi, Jurnal, Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) Dalam Transaksi

Jual Beli Tanah Dan Bangunan Di Kota Tanjung Balai, Tanjung Balai,

hal. 4.

b. Euphrasia Susy Suhendra, Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan,

Volume 15, April 2010, Hal. 60.

c. Ida Bagus Paramaningrat Manuaba, Prinsip Kehati-hatian

Notaris/PPAT dalam membuat Akta Autentik, Acta Comitas,

Universitas Udayana, Bali, hal. 22.

5. Analisis Data

Setelah data selesai terkumpul dengan lengkap, tahap yang harus dilakukan

selanjutnya adalah analisa data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian

Page 22: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

18

rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab

persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Ada pun sistematika penulisan pada proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode

Penelitian, Dan Sistematika Penulisan.

Bab II Pengaturan Hukum Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), terdiri

dari Kewenangan PPAT dalam membuat Akta Autentik,Pendaftaran Tanah dan

Peralihan Hak Atas Tanah, dan Dasar Hukum Pejabat Pembuat Akta Tanah.

BAB III Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pembayaran Pajak

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) atas Tranksaksi Jual beli

Tanah, terdiri dari Kewenangan Dan Tanggungjawab PPAT Dalam Pembuatan Akta

Otentik, Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pemungutan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Atas Tranksaksi Jual Beli Tanah

Page 23: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

19

dan Bangunan dan Tata Cara Penghitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB).

BAB IV Hambatan Dalam Pembayaran Pajak Terhadap Akta Yang

Diperjanjikan Yang Terdiri Dari Peran Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun. SH

dalam Penerapan Sistem Self Assessment Pada Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) berkaitan dengan Akta yang dibuatnya, Hambatan-

Hambatan Yang Muncul Dalam Penerapan Sistem Self Assessment Pada Pemungutan

Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Oleh Notaris Selaku PPAT

Berkaitan Dengan Akta Yang Dibuatnya, dan Cara Mengatasi Jika Terjadi Hambatan

Dalam Penerapan Sistem Self Assessment Pada Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Oleh Notaris Selaku PPAT Berkaitan Dengan Akta

Yang Dibuatnya.

Bab V Penutup menguraikan Kesimpulan dan Saran.

Page 24: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

20

BAB II

PENGATURAN HUKUM TENTANG PEJABAT PEMBUAT

AKTA TANAH (PPAT)

A. Kewenagan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pembuatan Akta

Autentik

Menurut Penjelasan Undang-undang Jabatan Notaris, bahwa negara Indonesia

adalah negara hukum yang menjamin adanya kepastian, ketertiban dan perlindungan

hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Dalam hukum nasional alat bukti

yang utama adalah surat dan untuk menjamin adanya kepastian, ketertiban dan

perlindungan hukum maka diperlukan alat bukti autentik supaya dapat menentukan

dengan jelas hak dan kewajiban para pihak yang bersepakat.

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang diberi

kewenangan atau tugas untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum

tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas satuan rumah susun. Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat

Pembuat Akta Tanah dalam Pasal 1 Angka 1 dijelaskan bahwa yang menjadi

kewenangan PPAT dalam menjalankan tugasnya meliputi:

1. Jual-beli

2. Tukar-menukar

3. Hibah

4. Pemasukan kedalam perusahaan (inbreng)

Page 25: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

21

5. Pembagian hak bersama

6. Pemberian Hak Guna Bangunan (HGU) atau Hak Pakai atas tanah hak

milik

7. Pemberian Hak Tanggungan

8. Pemberian Kuasa membebanan Hak Tanggungan.

Bahwa dari 8 (delapan) macam akta tersebut, ada yang berupa akta peralihan

hak dan ada yang berupa akra pemberian jaminan. Semua perbuatan hukum tersebut

disebut sebagai perbuatan keperdataan atau termasuk dalam bidang hukum perdata.

Bahwa selanjutnya karena apa yang dituangkan dalam akta adalah perbuatan

hukum yang memuat kesepakatan perjanjian diantara para subyek hukum dan akta

yang dibuat tersebut digunakan sebagai alat bukti bagi mereka mengenai tentang apa-

apa saja yang diperjanjikan, maka oleh karena nya pula apa yang terjadi merupakan

peristiwa dalam ruang lingkup hukum perdata. Sehingga sudah tentu apa yang

diberlakukan adalah hukum perjanjian dan hukum pembuktian yang diatur secara

jelas didalam buku ke III dan ke IV KUHPerdata.25

Bagian umum dari penjelasan di atas juga diuraikan bahwa akta autentik sebagai

alat bukti yang terkuat dan sempurna. dengan kata lain dengan adanya akta autentik

memberikan kejelasan akan hak dan kewajiban bagi para pihak. Keberadaan akta

autentik akan terlihat manfaatnya kalau ada sebuah permasalahan sengketa, ketika

terjadi sengketa maka akta yang dibuat oleh Notaris atau PPAT akan menjadi sebuah

25 Masnah Sari, “Kewajiban PPAT untuk Merahasiahkan isi Akta-akta Dalam Kaitannya

Dengan Hak Ingkar Yang Diberikan Undang-undang Guna Melindungi Kepentingan Masyarakat

Umum, Gramedia, Depok, 2009, hal. 5.

Page 26: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

22

alat bukti yang terkuat sehingga tidak perlu lagi alat bukti yang lain untuk

menjelaskan bahwa perjanjian itu benar. PPAT sebagai pejabat umum harus bertindak

sesuai dengan aturan dan dengan prinsip kehati-hatian sehingga klien yang akan

menggunakan jasa PPAT agar diketahui terlebih dahulu identitas lengkapnya.26

Sesuai dengan ketentuan Pasal 97 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang 45 Ketentuan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa:

“Sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai pemindahan atau pembebanan

hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, PPAT wajib terlebih

dahulu melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian

sertifikat hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan

dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan setempat dengan memperlihatkan

sertifikat asli”.

Dari hasil wawancara penulis dengan Bapak Malem Jenda Singarimbun27 selaku

Notaris/PPAT, mengatakan bahwa kewajiban bagi seseorang PPAT untuk mengecek

dan memeriksa kesusuaian sertifikat terlebih dahulu ke kantor pertanahan sudah

dilaksanakan atau belum, dikarenakan hal tersebut menjadi syarat bagi pembuatan

akta oleh PPAT.

26 Ida Bagus Paramaningrat Manuaba, Prinsip Kehati-hatian Notaris/PPAT dalam membuat

Akta Autentik, Acta Comitas, Universitas Udayana, Bali, hal. 22. 27 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris, Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

4 Agustus 2019, pukul 11.00 WIB.

Page 27: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

23

Dengan dinyatakannya PPAT sebagai Pejabat Umum, mengandung konsekuensi

akta-akta yang dibuatnya adalah akta otentik, yaitu apabila terjadi suatu masalah atas

akta PPAT tersebut. pengadilan tidak perlu memeriksa kebenaran isi dari akta tanah

tersebut, atau tanggal ditandatanganinya dan demikian pula keabsahan dari tanda

tangan dari pihakpihak, asal saja tidak dapat dibuktikan adanya pemalsuan, penipuan,

maupun lain-lain kemungkinan akta tanah tersebut dapat dinyatakan batal ataupun

harus dinyatakan batal.28

Didalam menjalankan tugasnya untuk membuat akta otentik, maka PPAT

senantiasa berpegang kepada ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang syarat-

syarat sahnya akta otentik menurut undang-undang maupun yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan tentang jabatan PPAT. Apabila ternyata ada gugatan

dari pihak lain yang menyangkut isi akta PPAT, maka gugatan itu harus ditujukan

kepada para pihak yang membuatnya, dimana perbuatan hukum perjanjian inilah

yang menjadi isi akta. Hal ini disebabkan akta otentik yang dibuat oleh PPAT bukan

kepentingan diri atau jabatan PPAT itu sendiri, akan tetapi semata-mata dibuat untuk

memnuhi kepentingan para pihak yang diminta dibuatkan akta otentik itu.

1) Tanggungjawab Notaris

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam memberikan pelayanannya harus

profesional, profesioanal itu merupakan bertanggungjawab kepada diri sendiri dan

kepada masyarakat. Bertanggungjawab kepada diri sendiri artinya adalah PPAT

28 A.A Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2008,

hal.75.

Page 28: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

24

bekerja kerena integritas moral, intelektual, dan prefesional sebagai bagian dari

kehidupannya. Dalam memberikan pelayanan, seseorang profesional selalu

mempertahankan cita-cita luhur profesional sesuai dengan tuntutan kewajiban hati

nuraninya,bukan sekedar kerena hobi.

Bertanggungjawab kepada masyarakat artinya kesedian memberikan pelayanan

sebaik mungkin sesuai dengan profesinya, tanpa membedakan antara pelayanan

beyaran dan pelayanan cuma-cuma serta menghasilkan layanan yang bermutu, yang

berdampak positif bagi masyarakat. Pelayanan yang diberikan tidak semata-mata

bermotif mencari keuntungan, melainkan juga pengabdian kepada sesama manusia.

Bertanggungjawab juga berarti berani menanggung segala resiko yang timbul atas

pelayanannya itu.29

Suatu profesi apapun terkait dengan etika atau moral yang melandasi perbuatan

atau tingkah laku sehari-hari dalam menjalankan tugas profesinya. Berdasarkan hal

ini dapat dikatakan bahwa seorang PPAT merupakan seorang yang menjalankan

tugas dan jabatannya dalam bidang tertentu yang memiliki keahlian khusus dalam hal

pembuatan akta yang kewenangannya diberikan oleh pemerintah berdasarkan

peraturan atas dasar kepercayaan yang tugasnya adalah mengutamakan melayani

kepentingan masyarakat yang membutuhkan jasa dari pada kepentingan diri sendiri.

29 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal.

60.

Page 29: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

25

Seseorang PPAT dalam hal ini memiliki tanggungjawab sebagai bentuk

pertanggungjawaban profesinya yang terbagi atas dua hal yaitu tanggungjawab secara

hukum dan tanggungjawab secara moral.30

2) Tanggungjawab Secara Hukum

Pada dasarnya tanggungjawab PPAT secara hukum, dapat dikatakan merupakan

tanggungjawab dalam pelaksanaan kewajiban berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Dalam menjalankan tugas profesinya seorang PPAT dalam

melayani kliennya yang meminta jasa pelayanannya untuk membuat akta terkait

dengan kewajibannya PPAT yang bersangkutan dalam hal menerima pembuatan akta

yaitu kewajiban sebelum dan sesudah membuat akta.31

3) Tanggungjawab Secara Moral

Ketentuan ini berkaitan dengan etika/tingkah laku PPAT baik di dalam maupun

di luar jabatannya. Mengenai etika ini diatur oleh suatu organisasi profesi yang

berkaitan dengan profesi itu sendiri yang disebut Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah

(IPPAT). Organisasi ini mengatur ketentuan mengenai kode etik bagi PPAT sebagai

peraturan pelaksana ataupun sebagai penjelasan tambahan terhadap ketentuan-

ketentuan yang diatur secara hukum sebagaimana tedapat dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta

Tanah.

30 Ibid, hal. 64. 31 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

4 Agustus 2019, pukul 11.00 WIB.

Page 30: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

26

Akta yang dibuat oleh PPAT merupakan salah satu sumber utama dalam rangka

pemeliharaan data pendafataran pada tanah sebagaimana dimaksudkan dalam

penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah. PPAT sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998

dapat dibedakan menjadi:

1. Notaris yang juga menjabat menjadi PPAT

2. PPAT sementara

3. Pejabat pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan

tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup

terdapat PPAT

4. PPAT khusus

5. Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya

untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu

khusus dalam rangka Pelakasanaan Program atau tugas pemerintah

tertentu.

B. Pendaftaran Tanah dan Peralihan Hak Atas Tanah

Sebelum membicarakan lebih lanjut mengenai pendaftaran tanah dan pengertian

lain yang berhubungan dengan permasalahan tersebut, maka ada baiknya bila

mengetahui tentang definisi dari tanah itu sendiri. Secara yuridis tanah dijelaskan

dalam Pasal 1 ayat (4) UUPA yang berbunyi sebagai berikut : “Dalam pengertian

Page 31: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

27

bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi dibawahnya serta berada di

bawah air”.

Hak atas tanah adalah sebuah hak yang memberikan wewenang kepada yang

mempunyai hak untuk menggunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang

dihakinya. Hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-

undang Pokok Agraria lalu dijabarkan ke dalam Pasal 16 Ayat (1) Undang-undang

Pokok Agraria, yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, Hak Sewa untuk

bangunan, hak membuka tanah dan Hak untuk memungut Hasil Hutan serta hak-hak

yang sifatnya sementara yang dimana hak-hak yang bersifat sementara itu termuat

dalam Pasal 53 Undang-undang Pokok Agraria, yaitu Hak Gadai, Hak Usaha Bagi

Hasil, Hak menumpang dan Hak Sewa Tanah Pertanian.32

Menurut hasil wawancara penulis dengan Notaris Bapak Malem Jenda

Singarimbun, menjelaskan bahwah atas dasar ketentuan-ketentuan tersebut diatas,

maka PPAT wajib

1) Mentaati semua ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku

2) Meneliti dengan seksama identitas saksi dalam pembuatan akta

3) Memeriksa dengan cermat dan teliti tentang keabsahan surat-surat dan

dokumen-dokumen yang menjadi dasar dalam pembuatan akta atau

pelayanan jasa lainnya

32 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana Pradana Media Group,

Jakarta, 2010, hal. 51.

Page 32: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

28

4) Menjelaskan isi akta kepada para penghadap atau para pihak maupun para

saksi

5) Menyaksikan penandatanganan akta oleh para penghadap atau para pihak

maupun para saksi. :33

Menurut hasil wawancara penulis dengan Notaris Bapak Malem Jenda

Singarimbun, mengatakan dalam menjalankan tugasnya seseorang PPAT harus

menjalankan fungsinya sebagai pejabat umum memiliki 2 (dua) macam sifat atau ciri-

ciri yaitu:34

a. PPAT bersifat mandiri, artinya dalam menjalankan tugas jabatannya untuk

membuat akta otentik dia tidak boleh berada atau dibawah perintah atau

terkanan dari pihak manapun

PPAT dalam menjalankan kewenangannya membuat akta otentik sama sekali

dilarang dan tidak boleh memihak kepada kepentingan dari pada pihak yang membuat

perjanjian PPAT

Menurut Jhon Salendo, tidak perlu dan tidak pada tempatnya bangsa Indonesia

ataupun negara bertindak sebagai pemilik tanah, sebagai organisasi kekuasaan

tertinggi dan seluruh rakyat, negara bertindak selaku badan pengawas bukan

pemilik.35

33 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

4 Agustus 2019, pukul 11.00 WIB. 34 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

4 Agustus 2019, pukul 11.00 WIB. 35 Jhon Salendo, Masalah Tanah dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 16.

Page 33: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

29

Menurut Undang-undang Pokok Agraria, semua tanah dikuasi oleh negara, jika

diatas tanah tidak ada pihak tertentu (orang atau badan hukum), maka tanah itu

disebut tanah yang langsung dikuasai oleh negara, sedangkan kalau tanah itu tidak

ada hak atau pihak tertentu, tanah itu disebut tanah hak.36

Menurut Boedi Harsono yang dimaksud dengan pendaftaran tanah adalah :

“Suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara teratur, terus menerus untuk

mengumpulkan, menghimpun dan menyajikan mengenai semua tanah atau tanah -

tanah tertentu yang ada di suatu wilayah”.37

Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah, terdapat pengertian pendaftaran tanah yaitu yang dimaksud dengan

pendaftaran tanah adalah:

“Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus

berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan

penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar

mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk pemberian surat

tanda bukti haknya bagi tanah yang sudah ada hak milik atas satuan rumah susun

serta hak-hak yang membebankannya”.

Tujuan penyelenggaraan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan kepastian

hukum dan perlindungan hukum kepada para pemegang hak atas suatu bidang tanah,

36 Efendi Perangin, Praktek Permohonan Hak Atas Tanah, Rajawali Press, Jakarta, 2008, hal.

3. 37 Boedi Harsono, Beberapa Analisis Tentang Hukum Agraria II, Esa Studi Klub, Jakarta,

2008, hal. 9.

Page 34: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

30

satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat

membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Menurut Soedikno

Mertokusumo, dalam pendaftaran tanah dikenal 2 macam asas yaitu, asas specialiteit

dan asas Openbaarheid38.

Sistem pendaftaran tanah yang dianut oleh negara Indonesia adalah sistem

pendaftaran hak, sedangkan sistem publikasi yang digunakan yaitu, sistem negatif

mengandung unsur positif karena dalam pendaftaran haknya, Indonesia menggunakan

akta sebagai alat bukti yang dimana telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu

mengenai hak atas tanah. Akta yang dibuat dihadapan PPAT adalah salah satu

subsistem pendaftaran hak. Dalam sistem positif, maka orang yang terdaftar adalah

pemegang hak yang sah. Terdapat dua bentuk peralihan hak atas tanah atau hak milik

atas satuan rumah susun, yaitu beralih dan dialihkan. Dalam peralihan hak atas tanah

berdasarkan jual beli diperlukan akta jual beli dibuat dihadapan PPAT sebagai alat

bukti telah dilakukannya peralihan hak atas tanah berdasarkan asas hukum adat yaitu

terang dan tunai.39

Dengan diselenggarakannya pendafataran tanah, maka pihak-pihak yang

bersangkutan dapat dengan mudah mengetahui status atau kedudukan hukum dari

tanah tersebut seperti letaknya, luas dan batas-batasnya lalu kemudian siapa yang

mengusai tanah tersebut dan beban-beban apa saja yang berada diatas tanah tersebut.

38 Urip Santoso, Op.Cit, hal.17. 39 Elza Syarief, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khsusus Pertanahan,

Cetakan kedua, PT. Gramedia, Jakarta, hal. 174.

Page 35: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

31

C. Dasar Hukum Tentang Pembuatan Akta Tanah

Dengan berlakunya Undang-undang Pokok Agraria dan atas dasar ketentuan

Pasal 19 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1961 sebagai pelaksanaan

Undang-undang Pokok Agraria, ditentukan bahwa “Setiap Perjanjian yang

bermasukd mengalihkan hak atas tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah

sebagai tanggungan, harus dibuktikan dahulu melalui sebuah akte yang dibuat oleh

dan dihadapan pejabat yang ditunjuk oleh Menteria Agraria”. Akta yang dimaksud

harus dibuat oleh dan di hadapan pejabat yang ditunjuk khusus untuk itu, yaitu PPAT.

Adanya unsur absolut yang harus dipenuhi dalam mengalihkan hak atas tanah, yakni

akta yang dibuat oleh PPAT tersebut.40

Secara konseptual, akta PPAT ditentukan dalam beberapa peraturan perundang-

undangan yang di antara lain adalah:

1. Penjelasan Pasal 45 Ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997

“Akta PPAT merupakan alat untuk membuktikan telah berlakunya suatu

perbuatan hukum. Oleh kerena itu apabila perbuatan hukum itu batal atau

dibatalkan, akta PPAT yang bersangkutan tidak berfungsi lagi sebagai bukti

perbuatan hukum tersebut. Dalam pada itu apabila suatu perbuatan hukum

dibatalkan sendiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan sedangkan perbuatan

hukum itu sudah didaftarkan di Kantor Pertanahan maka pendaftaran tidak dapat

dibatalkan. Perubahan data pendaftaran tanah menurut pembatalan perbuatan

40 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hal.162.

Page 36: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

32

hukum itu harus didasarkan atas alat bukti lain, misalnya putusan Pengadilan

atau akta PPAT mengenai perbuatan hukum yang baru.”

Esensi akta PPAT dalam konsepsi ini, yaitu fungsi akta sebagai alat

pembuktian juga tentang akibat hukum PPAT. Akta PPAT dikatakan sah, apabila

akta yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan (Pasal 1320 KUHPerdata). Apabila syarat

subjektif dalam sahnya perjanjian tidak dipenuhi, maka akta PPAT tersebut dapat

dimintakan pembatalan kepada pengadilan, dan apabila syarat objektif sahnya

perjanjian tidak terpenuhi, maka akta yang dibuat oleh para pihak batal demi

hukum.

2. Pasal 1 angka 4 PP No. 37 Tahun 1998 jo. Pasal 1 angka 4 PKBPN No. 1

Tahun 2006 menetapkan “Akta PPAT adalah Akta tanah yang dibuat oleh

PPAT sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu

mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun”.

Sudikno Mertokusumo memberikan pengertian akta secara umum, bahwa

akta mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi formil, yang berarti bahwa untuk lengkapnya atau sempurnanya

(bukan sahnya) suatu perbuatan hukum, haruslah diberi atau dibuatkan

suatu akta, disini akta merupakan syarat formil untuk adanya suatu

perbuatan hukum.

b. Fungsi alat bukti, bahwa akta itu dibuat sejak semula dengan sengaja

untuk membuktikan dikemudian hari, sifat tertulisnya suatu perjanjian

Page 37: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

33

dalam bentuk akta itu tidak dapat membuat sahnya perjanjian, tetapi

hanyalah agar dapat digunakan sebagai alat bukti dikemudian hari. 41

Dari pendapat Sudikno, akta yang mempunyai fungsi formil bukan untuk sahnya

perbuatan hukum, begitu pula dalam ketentuan PP No. 10 Tahun 1961 pada Pasal 19

tidak menyebutkan akta PPAT sebagai syarat yang menentukan keabsahan perjanjian

pengalihan hak atas tanah, namun adanya akta tersebut dimaksudkan sebagai alat

bukti sempurna tentang adanya pengalihan hak tersebut.20 Mahkamah Agung dalam

Putusannya No. 1363/K/Sip/1997 juga berpendapat bahwa Pasal 19 PP No. 10 Tahun

1961 secara jelas menentukan bahwa akta PPAT hanyalah suatu alat bukti dan tidak

menyebut bahwa akta itu adalah syarat mutlak tentang sah tidaknya suatu jual-beli

tanah.42

Selanjutnya mengenai tugas dari Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah

sebagai berikut:43

a. Membuat akta mengenai perbuatan hukum yang berhubungan dengan hak

atas tanah dan hak tanggungan

b. Membantu pihak-pihak yang melakukan perbuatan hukum untuk

mengajukan permohonan ijin pemindahan hak dan permohonan penegasan

konversi serta pendaftaran hak atas tanah.

41 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi ke-8, Cetakan Pertama,

Liberty, Yogyakarta, 2009, hal. 162. 42 Herlin Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia (Hukum Perjanjian

Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2015, hal. 263. 37A.P Parlindungan, Pedoman Pelaksanaan UUPA dan Tata Cara PPAT, Mandar Maju,

Bandung, 2008, hal. 228.

Page 38: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

34

Sedangkan Kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah sebagai

berikut:

1) Membuat akta mengenai perbuatan hukum yang berhubungan dengan hak

atas tanah dan hak tanggungan

2) Menyelenggarakan suatu daftar dari akta-akta yang dibuat

3) Menyimpan asli dari kata-kata yang dibuatnya

4) Mengirim laporan akta-akta dibuat setiap awal bulan dari bulan yang

sedang berjalan kepada Direktorat Pendaftaran Tanah, Kantor Seksi

Pendaftaran Tanah dan Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional

Propinsi Daerah), Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri SK No

59/DDA/1970.

5) Melaksanakan segala petunjuk yang diberikan oleh Dirjen Agraria PPAT

juga wajib memperhatikan hak pengawasan yang dilakukan oleh Dirjen

Agraria. Dirjen Agraria ini berhak mencabut penunjukan PPAT juga

terbukti kegiatan PPAT yang merugikan orang lain. (Pasal 4 Peraturan

Menteri Agraria Nomor 10 Tahun 1961). 44

Pendaftaran itu dapat disebut juga sebagai perbuatan administrasi antara

pemerintah dengan tanahnya sebagai obhek pendaftaran dan disinilah tanah yang

merupakan objek pendaftaran yang artinya pendaftaran tanah tersebut tanahnya akan

44 Edi Ruchiyat, Sistem Pendaftaran Tanah Sebelum dan Sesudah UUPA, Amico, Bandung,

2008, hal. 52.

Page 39: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

35

berubah status dan kedudukannya menjadi yang sesuai dengan yang tertera pada alat

bukti (akta) yang menjadi dasar perubahannya.

Page 40: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

36

BAB III

PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM

PEMBAYARAN PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS

TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) ATAS

TRANKSAKSI JUAL BELI TANAH

A. Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah menyatakan bahwa sistem untuk pembayaran BPHTB terutang

menggunakan Self Assessment System, begitu juga dengan Peraturan Daerah Kota

Medan Nomor 2 tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Di dalam Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2011 Pasal 7 menyebutkan bahwa

pembayaran BPHTB mewajibkan para wajib pajak terlebih dahulu melakukan

verifikasi (pemeriksaan) ke Dinas Pendapatan pengelolaan Keuangan Dan Aset

Daerah (DPPKA). Dengan adanya keharusan verifikasi berdasarkan peraturan

tersebut yang dalam hal ini Wajib Pajak bersifat pasif sistem yang dipergunakan

dalam pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan memakai system

OfficialEssessment.

Pendaftaran itu dapat disebut juga sebagai perbuatan administrasi antara

pemerintah dengan tanahnya sebagai obhek pendaftaran dan disinilah tanah yang

merupakan objek pendaftaran yang artinya pendaftaran tanah tersebut tanahnya akan

Page 41: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

37

berubah status dan kedudukannya menjadi yang sesuai dengan yang tertera pada alat

bukti (akta) yang menjadi dasar perubahannya.45

Selain melibatkan berbagai macam peraturan yang saling terkait satu sama lain,

pelaksanaan BPHTB juga melibatkan banyak pihak sepertiKantor Pertanahan,

Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Bank, Pemerintah Daerah, Pengadilan

termasuk lembaga-lembaga yang ada di bawahnya. Selaku pejabat umum dalam hal

ini Notaris selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), dalam hal melakukan

pekerjaannya sebagai pembuat akta tanah tidak bisa terlepas dari perpajakan. Salah

satu kewajiban PPAT dalam pembuatan akta itu adalah memastikan bahwa

pembayaran BPHTB yang terutang sudah dilunasi oleh Wajib Pajak dengan

memperlihatkan bukti Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan.

Pemungutan BPHTB didasarkan atas adanya transaksi jual beli tanah dan

bangunan yang disebabkan adanya peralihan hak atas tanah dan bangunan oleh orang

pribadi atau badan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalamPasal 1

angka (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.Bagi pihak yang menerima peralihan hak atas tanah dan/atau

bangunan dikenakan kewajiban dalam pembayaran pajak Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh Undang-

undang.Setiap undang-undang pajak harus menetukan dengan jelas kapan saat dan

tempat pajak terutang, sehingga tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari.

45 Ibid. 22.

Page 42: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

38

Berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2

Tahun 2011 jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta. Dalam

hal perolehan hak atas tanah dan/bangunan saat yang menentukan pajak terutang

adalah pada saat ditandatanganinya akta peralihan hak atas tanah dan/atau bangunan

yang dibuat dihadapan PPAT/Notaris. Penandatanganan ini sangat penting karena

merupakan suatu bukti akta otentik. Akta PPAT wajib dibuat sedemikian rupa

sehingga dapat dijadikan dasar yang kuat untuk pendaftaran pemindahan hak dan

pembebanan hak yang bersangkutan.Akta dapat dijadikan dasar yang kuat untuk

pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah mengandung maksud bahwa akta

tersebut harus memenuhi syarat sahnya perbuatan hukum di maksud dalam

akta.Pejabat Pembuat Akta Tanah melaporkan pembuatan akta Perolehan Hak Atas

tanah dan atau Bangunan tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak selambat-

lambatnya pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.46

Dalam praktek sehari hari wajib pajak yang diwakili oleh PPAT dalam

penyetoran BPHTB yang terutang atas transaksi yang dibuat di hadapan (Jual Beli) ke

Bank yang ditunjuk atau bendahara penerima. Menurut ketentuan Pasal 7 Peraturan

Walikota Nomor 11 Tahun 2011, Surat Setoran BPHTB harus diteliti lebih dahulu

(verifikasi) oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

46 Adjie Habib, Meneropong Khazana Notaris dan PPAT Indonesia, Pt. Citra Aditya,

Bandung, hal. 16.

Page 43: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

39

Medan, baru dapat dipergunakan sebagai lampiran dari akta pemindahan hak untuk di

daftarkan ke Kantor Pertanahan Kota Medan.47

B. Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pemungutan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Atas Tranksaksi Jual

Beli Tanah dan Bangunan

1. Peran PPAT dalam BPHTB atas Tranksaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan

Dari Segi Normatif

Landasan yuridis atau dari segi normatifnya pemungutan BPHTB terdapat

dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, telah mengatur dengan jelas bahwa untuk dapat dipungut pada

suatu daerah, setiap jenis pajak daerah harus ditetapkan dengan peraturan daerah

kabupaten, atau kota, dipungut pada suatu daerah kabupaten, atau kota, harus

terlebih dahulu ditetapkan peraturan daerah tentang pajak daerah tersebut.

Pemungutan BPHTB didasarkan atas adanya transaksi jual beli tanah dan

bangunan yang disebabkan adanya peralihan hak atas tanah dan bangunan oleh

orang pribadi atau badan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam

Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah. Bagi pihak yang menerima peralihan hak atas tanah

dan/atau bangunan dikenakan kewajiban dalam pembayaran pajak Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh

47 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

4 Agustus 2019, pukul 11.00 WIB.

Page 44: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

40

Undang-undang. Setiap undang-undang pajak harus menetukan dengan jelas

kapan saat dan tempat pajak terutang, sehingga tidak menimbulkan permasalahan

dikemudian hari

Menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, dalam bukunya yang berjudul

“Perpajakan Indonesia”, menjelaskan, Pemungutan Pajak adalah suatu fungsi

yang harus dilaksanakan oleh sebuah negara sebagai suatu fungsi essensial. Salah

satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam

pembiayaan di sektor pembangunan, yaitu dengan cara menggali sumber dana

yang berasal dari dalam negeri berupa pajak yang digunakan untuk pembiayaan

pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama disuatu negara.48

Tanpa adanya pemungutan pajak sudah dipastikan bahwa keuangan sebuah

negara akan lumpuh, terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti

Indonesia, sebab pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi sebuah

negara. Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak tersebut, Pemerintah

Indonesia sudah melakukan pembaharuan perpajakan sejak tanggal 1 Januari

1984. Dengan pembaharuan ini sistem perpajakan akan disederhakan, yang

mencangkup penyederhanaan pajak, tarif pajak serta cara pembayarkan pajak.

Dengan demikian diharapkan beban pajak akan semakin adil dan wajar sehingga

disatu pihak mendorong wajib pajak melaksanakan dengan sadar wajib pajak dan

48 Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2008, hal.

1.

Page 45: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

41

dilain pihak menutup lubang-lubang yang selama ini masih terbuka bagi mereka

yang menghindari pembayaran pajak.49

Sehubungan pengalihan pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah sesuai amanat

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, maka Kota Medan menerbitkan sejumlah peraturan, yakni Perda Kota

Medan Nomor 2 Tahun 2011tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan, dan Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2011 tentang Sistem dan

prosedur BPHTB Kota Medan.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 91 Tahun 2000 tentang jenis Pajak

Daerah yang dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri

oleh wajib pajak, serta peraturan dearah nomor 2 tahun 2011 tentang BPHTB

menggunakan Self Assessment System dimana wajib pajak yang terhutang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga penentuan besarnya

pajak yang terutang dipercayakan kepada wajib pajak. Untuk bisa meningkatkan

penerimaan pajak tidak mudah karena Sel fAssessment yang ditetapkan di

Indonesia mengandung banyak kelemahan. Salah satunya adalah sangat

tergantung pada kejujuran wajib pajak, apabila wajib pajak tidak jujur maka tidak

mudah bagi petugas pajak menghitung pajak yang terutang sehingga

49 Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung, 2008, hal. 24.

Page 46: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

42

benar.Apalagi terdapat kendala seperti kerahasiaan bank dan terbatasnya data

transaksi keuangan pajak.50

Dasar hukum Pejabat yang berwenang dalam pemenuhan ketentuan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) diatur dalam Pasal 24 Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 21

Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang

berbunyi :

a. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris hanya dapat menandatangi akta

pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan pada saat wajib pajak

menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa serat setoran bea perolehan hak

atas tanah dan bangunan

b. Pejabat Lelang Negara hanya dapat menandatangani Risalah Lelang perolehan

hak atas tanah dan atau bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti

pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan.

c. Pejabat yang berwenang menandatangani dan menerbitkan surat keputusan

pemberian hak atas tanah hanya dapat menandatangani dan menerbitkan surat

keputusan dimaksud pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran

pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

50 Chairumi, Jurnal, Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dan Bangunan (Bphtb) Dalam Transaksi Jual Beli Tanah Dan Bangunan Di Kota Tanjung Balai,

Tanjung Balai, hal. 4.

Page 47: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

43

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Kota Medan harus mengikuti aturan yang

berlaku, di mana penyetoran pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) harus dilakukan verifikasi terhadap kelengkapan dokumen dan kebenaran

data terkait objek pajak yang tercantum dalam Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB

sebelum wajib pajak melakukan pembayaran BPHTB terutang oleh Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

Adapun pihak yang terkait dalam penelitian Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB

ini adalah:

1. Wajib Pajak Selaku Penerima Hak

Merupakan pihak yang mewakili kewajiban membayar BPHTB terutang

atas perolehan hak atas tanah atau bangunan

2. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Merupakan pihak yang menyiapkan surat setoran pajak daerah BPHTB

sebagai dasar bagi sih wajib pajak dalam membayar BPHTB terutang dan

membantu melakukan perhutungan

3. Bank yang Ditunjuk

Merupakan pihak yang menerima pembayaran BPHTB terutang dari sih

wajib pajak.51

51 Ibid.

Page 48: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

44

2. Peran PPAT dalam BPHTB atas Tranksaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan

Dari Segi Kebiasaan

Dalam melakukan pemungutan pajak dikenal beberapa jenis sistem, yaitu

official assesment system, self assesment system dan with holding system.52 Di

Indonesia, pemungutan pajak salaha satunya BPHTB dilakukan dengan

menerapkan self assessment system, dimana wajib pajak atau pengusaha kena

pajak diberi kepercayaan untuk melakukan kewajiban pajaknya dengan

menghitung sendiri dasar pengenaan pajak, menghitung sendiri pajak yang

terutang, menghitungkan sendiri pembayaran pajak baik yang dibayar sendiri

maupun yang dibayar melalui pemotongan atau pemungutan oleh orang lain,

membnayar sendiri sejumlah pajak yang terutang yang dimaksud dan melaporkan

sendiri perhitungan tersebut dengan mengisi Surat Pemberitahuan dan

menyampaikan ke kantor Direktorat Jendaral Pajak tempat wajib pajak tinggal

atau terdaftar, sesuai dengan ketentuan peraturan perudnang-undangan

perpajakan yang berlaku.53

Berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor

2 Tahun 2011 jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta.

Dalam hal perolehan hak atas tanah dan/bangunan saat yang menentukan pajak

terutang adalah pada saat ditandatanganinya akta peralihan hak atas tanah

dan/atau bangunan yang dibuat dihadapan PPAT/Notaris. Penandatanganan ini

52 Erly Suandi, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2008, hal. 25. 53 R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung, 2008,

hal. 26.

Page 49: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

45

sangat penting karena merupakan suatu bukti akta otentik. Akta PPAT wajib

dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan dasar yang kuat untuk

pendaftaran pemindahan hak dan pembebanan hak yang bersangkutan. Akta

dapat dijadikan dasar yang kuat untuk pendaftaran perubahan data pendaftaran

tanah mengandung maksud bahwa akta tersebut harus memenuhi syarat sahnya

perbuatan hukum di maksud dalam akta. Pejabat Pembuat Akta Tanah

melaporkan pembuatan akta Perolehan Hak Atas tanah dan atau Bangunan

tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak selambat-lambatnya pada tanggal 10

bulan berikutnya.54

Dalam pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

dibantu oleh beberapa Pejabat yang berwenang dalam pemenuhan ketentuan

BPHTB atas suatu perolehan hak atas tanah dan bangunan. Para Pejabat ini diberi

kewenangan untuk memeriksa apakah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) terutang sudah disetorkan ke Kas Negara oleh Pihak yang

memperoleh hak sebelum pejabat yang berwenang menandatangani dokumen

yang berkenaan dengan perolehan dimaksud.

Menurut hasil wawancara penulis dengan PPAT atau Notaris Bapak Malem

Jenda Singarimbun, mengatakan bahwa dalam praktek sehari-hari wajib pajak

yang diwakilkan oleh PPAT dalam hal penyetoran BPHTB yang terutang atas

tranksaksi yang dibuat dihadapan ke bank yang ditujuk. Surat setoran BPHTB

54 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

4 Agustus 2019, pukul 11.00 WIB.

Page 50: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

46

harus diteliti terlebih dahulu oleh Dinas Pendapatan Pengolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kota Medan, baru dapat dipergunakan sebagai lampiran dari akta

pemindahan hak untuk didaftarkan di Kantor Pertanahan kota Medan.55

Dalam penulisan ini pembahasan akan lebih difokuskan terhadap peran salah satu

dari Pejabat yang berwenang dalam pemenuhan ketentuan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dalam

pelaksanaan pemungutan terhadap Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) sebagai perpanjangan tangan dengan niat membantu wajib pajak dalam

melakukan pembayaran BPHTB.

Menurut penulis Peran dari PPAT dalam pelakasanaan pemungutan terhadap bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah dari segi kebiasaan dengan

maksud sebagai peranatara atau membantu seseorang wajib pajak dalam melakukan

pembayaran BPHTB, misalnya PPAT dapat penerima pembayaran BPHTB yang

untuk selanjutnya akan dilakukan penyetoran ke kas Negara.

Dikarenakan dari segi normatifnya sudah jelas diatur dalam Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dimana undang-

undang tersebut mewajibkan wajib pajak untuk membayarkan pajak nya dari hasil

penjualan tanah dan bangunan. Tetapi dalam hal peran Notaris/PPAT Dalam

Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Atas

Tranksaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan tidak ada diatur dalam peraturan

perundang-undangan di negara Indonesia ini untuk Notaris/PPAT membayarkan

55 Ibid,.

Page 51: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

47

Pajak penjualan tanah dan bangunan wajib pajak, sehingga peran Notaris/PPAT

tersebut dianggap sebagai suatu hal kebiasaan di masyarakat.

Ada beberapa faktor menurut penulis dalam hal peran Notaris/PPAT Dalam

Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Atas

Tranksaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan dianggap sebagai hal kebiasaan di

masyarakat, yaitu adalah:

1. Wajib pajak sudah mempercayakan kepada Notaris/PPAT untuk menghitung

sendiri serta membayarkan pajak dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) dari Wajib Pajak.

2. Wajib pajak merasa tidak tahu sehingga mempercayakan Notaris/PPAT

untuk membayarkan sendiri BPHTB dari wajib pajak.

3. Wajib pajak tidak mau repot sendiri untuk membayarkan sendiri pajaknya

sehingga wajib pajak mempercayakan Notaris/PPAT untuk mengurus dan

membayarkan BPHTB dari si wajib pajak.

C. Tata Cara Penghitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB)

1. Subjek BPHTB

Siahaan menyatakan bahwa pada pengenaan pajak BPHTB, subjek pajak dan

wajib pajak merujuk pada diri orang atau badan yang sama, dimana subjek dan

Page 52: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

48

wajib pajak BPHTB adalah orang atau badan yang memperoleh hak atas tanah

atau bangunan56

2. Objek BPHTB

Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan, bukan tanah

bangunanya sendiri. Objek perolehan hak atas tanah dan bangunan meliputi:

a. Pemindahan Hak kerena:

1) Jual beli.

2) Tukar menukar.

3) Hibah.

4) Waris.

5) Hibah wasiat.

6) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya.

7) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan.

8) Penunjukan pembeli dalam lelang.

9) Pelaksanaan petusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum

yang tetap.

10) Penggabungan usaha.

11) Peleburan usaha.

12) Pemekaran usaha.

13) Hadiah .

56 Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja, Jakarta, 2010, hal.

587.

Page 53: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

49

b. Pemberian Hak Baru karena:

1) Kelanjutan pelepasan hak, yaitu pemberian hak baru kepada orang

pribadi atau badan hukum dari negara atas tanah yang berasal dari

pelepasan hak.

2) Di luar pelepasan hak, yaitu pemberian hak baru atas tanah kepada

orang pribadi atau badan hukum dari negara atau pemegang hak

milik menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Yang meliputi Hak atas Tanah yaitu:

1) Hak Milik

2) Hak Guna Usaha (HGU)

3) Hak Guna Bangunan (HGB)

4) Hak Pakai

5) Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun

6) Hak Pengelolaan

d. Objek pajak yang dikenakan BPHTB, yaitu:

1) Objek pajak yang diperoleh perwakilan diplomatik, konsultan

berdasarkan asas perlakuan timbal balik

2) Objek pajak yang diperoleh Negara untuk penyelenggaraan

pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna

kepentingan umum.

3) Objek pajak yang diperoleh badan atau perwakilan organisasi

internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri dengan

Page 54: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

50

syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di

luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut

4) Objek pajak yang diperoleh orang pribadi atau badan karena

konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak

adanya perubahan nama.57

Menurut Davey dalam bukunya Darwin menyatakan bahwa untuk menilai

potensi pajak sebagai penerimaan daerah diperlukan beberapa kriteria yaitu,

kecukupan dan elastisitas, pemerataan, kemampuan administratif dan penerimaan

politis.58

Untuk menentukan besarnya BPHTB sebagai berikut:

BPHTB = Nilai Pajak Objek Pajak Kena Pajak x Tarif pajak

= (NPOP – NPOPTKP) x 5 %

Contoh Menghitung BPHTB dalam tranksaksi jual beli tanah:59

Putra membeli tanah milik Agung dengan nilai jual beli sebesar Rp. 200.000.000

(dua ratus juta rupiah), maka pajak penjual dan pajak pembeli adalah sebagai berikut:

Pajak Pembeli (BPHTB) NPOP : Rp. 200.000.000 NPOPTKP : Rp.

80.000.000 (-) NPOP kena pajak : Rp.

57 Faisal Akbar Nasution, Pemerintahan Daerah dan Sumber-sumber Pendapatan Asli

Daerah, Softmedia, Jakarta, 2009, hal.4. 58 Darwin, Pajak Daerah dan Retribusi, Mitra Media, Jakarta, 2010, hal. 34. 59 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris, Bapak Malem Jenda Singarimbun dikantornya

pada Tanggal 4 Agustus 2019, pada pukul 12.00 WIB.

Page 55: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

51

120.000.000,00 BPHTB : 5% x Rp..

120.000.000 = Rp. 6.000.000.

Pajak Penjual (PPh) NPOP : Rp. 200.000.000 NPOP, kena pajak:

Rp. 200.000.000 PPh: 5%x Rp.

200.000.000,00 = Rp. 10.000.000

Luas tanah = 10 m x 20 m = 200 m2, total harga tanah Rp 1.000.000,00 x

200m2 = Rp 200.000.000,00. Luas rumah = 10 m x 10 m = 100 m2, total

harga bangunan Rp 3.000.000,00 x 100 m2 = Rp 300.000.000,00. Jadi jumlah

harga jual tanah berikut rumah NJOP adalah Rp 500.000.000,00 NPOTKP

menurut pemerintah daerah jakarta misalnya Rp 60.000.000,00 NPOP = Rp

440.000.000,00.

Jadi total BPHTB yang terutang yaitu 5% x Rp 440.000.000,00 = Rp

22.000.000,00.

Nilai perolehan objek pajak di atas harus disesuaikan dengan nilai jual objek

pajak. Jika nilai jual bjek pajak ternyata lebih besar dari nilai transaksi maka yang

digunakan tetap nilai jual objek pajak. Tetapi jika nilai jual objek pajak lebih rendah

daripada nilai perolehan objek pajak maka yang digunakan adalah nilai perolehan

objek pajak.NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp 60.000.000,00. Perlu menjadi catatan

bahwa NPOPTKP sering mengalami penyesuaian. Tarif pajak ditetapkan sebesar 5

%.60

60 Muljiono, Panduan Brevet Pajak, Andi Publisher, Jakarta, 2010, hal.90.

Page 56: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

54

BAB IV

HAMBATAN YANG TERJADI DALAM PERAN PEJABAT

PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) ATAS PEMBAYARAN

PAJAK TERHADAP AKTA YANG DIPERJANJIKAN

DI KANTOR NOTARIS/PPAT MALEM

JENDA SINGARIMBUN. SH

A. Peran Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun. SH dalam Penerapan

Sistem Self Assessment Pada Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB) Terkait dengan Akta yang Dibuat

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah salah satu jenis

pajak tidak langsung, karena pemenuhan kewajiban pajak BPHTB tidak mendasarkan

kepada surat ketetapan pajak, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Ayat (1) Undang-

undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang BPHTB sebagaimana telah dirubah dengan

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang

nomor 21 Tahun 1997.

Prinsip-prinsip dasar yang dianut didalam Undang-undang Nomor 20 Tahun

2000 Tentang BPHTB adalah sebagai berikut:

a. Sistem pemungutan kewajiban BPHTB berdasarkan sistem Self

Assessment, yaitu wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung dan

membayar sendiri pajak terutang dengan menggunakan surat setoran

BPHTB, dan melaporkannya tanpa mendasarkan diterbitkannya surat

ketetapan pajak.

Page 57: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

55

b. Besaran tarif ditetapkan sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak

(NPOP) atau 5% dari NJOP PBB jika besarnya NPOP tidak diketahui atau

kurang dari NJOP PBB.

c. Dikenakan sanksi kepada wajib pajak maupun kepada pejabat-pejabat

umum yang melakukan pelanggaran ketentuan atau tidak melaksanakan

kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Undangundang BPHTB.

d. Hasil penerimaan BPHTB sebagian besar diserahkan kepada daerah dengan

komposisi 80% untuk daerah dan 20% untuk pusat.

Self Assessment System adalah suatu sistem perpajakan dalam mana inisiatif

untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada di Wajin Pajak.1 Agar bisa

meningkatkan penerimaan pajak itu ternayata tidak mudah, karena sistem self

assessment yang diterapkan di Indonesia mengandung banyak kelemahan. Salah

satunya adalah sangat tergantung pada sebuah kejujuran wajib pajak. Apabila wajib

pajak tiak jujur, maka tidak mudah bagu petugas pajak untuk menghitung pajak yang

terutang sehingga benar. Apalagi masih terdapat sebuah kendala seperti kerahasiaan

bank dan terbatasnya data tranksaksi keuangan pajak.

Selanjutnya menurut Erly Suandy, dalam bukunya yang berjudul “Hukum

Pajak”, mengatakan bahwa pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang

melalui norma-norma hukum, dan yang dapat dipaksanakan tanpa adanya kontrasepsi

1 Safri Nurmanu, Pengantar Perpajakan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008, hal.110.

Page 58: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

56

yang ditunjukan dalam hal yang bersifat individual, maksudnya adalah untuk

membiayai pengeluaran pemerintah.2

Masalah ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam

jangka panjang, dikarenakan perkembangan kemampuan memproduksi barang dan

jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor prukdsi pada umumnya tidak selalu

diikuti oleh pertumbuhan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.

Pertumbuhan potensi memproduksi sering kali terjadi lebih besar dari pertambahan

produksi yang sebanarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih

lambat dari potensinya.3

Selanjutnya, besarnya peranan pajak yang diberikan oleh pajak sebagai sumber

dana dalam pembangunan nasional, maka tentunya perlu lebih digali lagi potensi

pajak yang ada dalam masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi perekonomian

serta perkembangan jaman. Salah satu sumber potensi utama pajak yang patut digali

sesuai situasi dan kondisi perekonomnian serta perkembangan pembangunan bangsa

sekarang ini adalah jenis pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB).4

Salah satu sumber dana yang termasuk dalam bagian Dana Perimbangan yang

termuat dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah adalah penerimaan dari bagi hasil pajak (Pajak Bumi dan

2 Erly Suandy, Hukum Pajak, Edisi Revisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2008, hal.2. 3 Sukirno Sadono, Makroekonomi Teori Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011,

hal. 10. 4 Marihot Pahalamana Sia haan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Teori dan

Praktek, Edisi I, Cetakan I., PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.6.

Page 59: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

57

Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) dan bagi hasil bukan

pajak/Sumber Daya Alam (SDA).

Melihat besarnya persentase pembagian hasil penerimaan Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan untuk Pemerintah Kabupaten/Kota yang relatif lebih besar

dibandingkan Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Pusat, maka Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan potensi sumber penerimaan daerah dari

dana perimbangan yang perlu digali dan dikelola semaksimal mungkin untuk

mendukung pembiayaan pembangunan di Kabupaten/Kota.

Dari hasil wawancara penulis dengan bapak Malem Jenda Singarimbun selaku

Notaris/PPAT, mengatakan hasil persentase terenda dalam self assessment adalah

responden dari wajib pajak yang hanya 20% sehingga masuk pada kategori tidak

baik.5 Sedangkan persentase tertinggi adalah Notaris/PPAT sebesar 100% yang

masuk pada kategori sangat baik. Rendahnya persentase wajib pajak ini lebih bnyak

dipengaruh oleh faktor self assessment dikarenakan mereka hanya tergantung kepada

hitungan PPAT saja dan kurang mau berusaha menghitung sendiri Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan bangunan yang seharusnya dibayarkan.

Disahkannya Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,

telah memunculkan berbagai macam tanggapan, baik yang datang dari kalangan

Notaris sendiri, maupun dari pihak lain yang merasa Undang-undang tersebut telah

“memangkas” kewenangan yang selama ini merupakan kewenangannya. Seperti

5 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris, Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

6 Agustus 2019, pukul 11.00 WIB.

Page 60: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

58

biasa, setiap diberlakukannya undang-undang baru, tentu akan menimbulkan pro dan

kontra. Untuk Undang-Undang Jabatan Notaris ini, polemik terus bergulir, khususnya

mengenai beberapa Pasal yang dapat menjadi sumber keragu-raguan dalam

pelaksanaannnya, pada hal seperti dinyatakan dalam pembukaannya, undang-undang

ini dibuat untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum, yang

berintikan kebenaran dan keadilan.

Tanggung jawab Notaris selaku PPAT sebagai mitra kerja pemerintah sangatlah

berat, sebab disamping produk yang dihasilkan merupakan produk yang memiliki

konsekwensi di bidang hukum, Notaris selaku PPAT juga berkewajiban

mengamankan pemasukkan uang negara dibidang hukum, yaitu PPh 21 (SSP) dan

BPHTB (SSB) . Ini sering kali terjadi penyimpangan, sehingga merugikan negara dan

tidak menutup kemungkinan Notaris selaku PPAT terlibat di dalamnya.6

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan penerapan Self Assessment dengan

responden Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah sudah baik, karena pengetahuan para

Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah terhadap Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan sudah baik.

Para Notaris/PPAT apabila mereka melakukan pengalihan hak atas tanah

dalam menentukan besarnya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

mengadakan penghitungan sendiri, yaitu besarnya pajak terhutang adalah 5% x (Nilai

Perolehan Obyek Pajak – Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak), di mana

6 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris, Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

6 Agustus 2019, pukul 11.00 WIB.

Page 61: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

59

Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) ditentukan secara

regional tiap-tiap daerah, untuk Jakarta Barat sebesar Rp 60.000.000,00. Setelah

diadakan perhitungan dan diketahui jumlah pajak yang harus dibayar maka

Notaris/PPAT memberitahukan kepada wajib pajak dengan menyerahkan blanko SSB

dan meminta untuk sesegera mungkin membayarnya.7

Sistem pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Self

Assessment dimana Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung dan membayar

sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Hak

atas tanah dan Bangunan, dan melaporkannya tanpa mendasarkan diterbitkannya

surat ketetapan pajak. Sebagian besar pada Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah di

Kota Medan telah melaksanakan Self Assessment, sedangkan pada Wajib Pajak

sebagian besar masih mengikuti hasil penghitungan Notaris/PPAT atau pegawainya.

Wajib Pajak menganggap bahwa hitungan yang ditetapkan Notaris/PPAT telah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Hambatan-Hambatan Yang Muncul Dalam Penerapan Sistem Self

Assessment Pada Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB) Oleh Notaris Selaku/PPAT Malem Jenda Singarimbun

SH Terkait Akta Yang Dibuat

Posisi sebagai Notaris atau PPAT tidak dapat dipungkiri bahwasanya rawan

godaan materi yang datang dan berbagi pihak yang mengajak untuk berbuat

7 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris, Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

6 Agustus 2019, pukul 12.00 WIB.

Page 62: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

60

peyimpangan atas kewenangan nya. Banyak kasus-kasus perdata yang menyangkut

akta outentik yang dibuat oleh Notaris atau PPAT diberbagai daerah.

Menurut Bapak Malem Jenda Singarimbun selaku Notaris/PPAT, mengatakan

bahwa hal yang harus lebih diperhatikan sebetulnya masalah etika para Notaris/PPAT

sendiri yang kebanyakan melanggar kode etik profesinya sendiri. Tidak usah ditutup-

tutupin, setelah penyumpahan dan memulai kantornya, kebanyakan Notaris segera

membuat surat lamaran permohonan kerja sama pembuatan akta ke bank-bank di

daerah kerjanya dengan disertai deal-deal yang lebih menarik yaitu honorium yang

lebih murah, akta yang diambil dan diantar dan deal-deal lain yang murahan jauh dari

kesan intlektual seseorang notaris. Hal ini yang sering menimbulkan pertengkaran

antar para Notaris/PPAT yang sering disebut membajak lahan kawannya sendiri.8

Untuk menghindari hal tersebut sebenarnya Notaris harus mempunyai moralitas

yang tinggi dan taat pada kode etik seorang Notaris, Notaris diharapkan jangan

terjebak mempersoalkan penghasilan dan gaya hidup seorang Notaris dari sisi

lahiriah. Jangan mentang-mentang ada Notaris yang punya mobil Jaguar terbaru

kemudian dicurigai sebagai telah melanggar etika Notaris, hal ini menyakut

kemampuan gaya hidup seseorang yang sangat belum tentu melanggar kode etik

profesi sebagai Notaris.

Menurut ketentuan pasal 36 Undang-undang Jabatan Notaris mengatur hak

notaris untuk menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikan sesuai dengan

8 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris, Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

6 Agustus 2019, pukul 12.00 WIB.

Page 63: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

61

kewenangannya. Sama halnya apabila membaayar biaya pembuatan akta kelahiran

pada kantor pencatatn sipil yang tarifnya telah ditentukan oleh Undang-undang.

Namun di dalam ketentuan Pasal 36 UUJN tersebut dimungkinkan honorarium

yang didasarkan pada kesepakatan antara Notaris dan klien, dengan memperhatikan

serta didasarkan pada nilai ekonomis dan nilai sosiologis dari setup akta yang dibuat

Notaris.

Salanjutnya, salah satu masalah yang sering menghambat kinerja seorang

notaris/ppat dalam kaitannya dengan pembuatan akta peralihan hak adalah dengan

ditetapkannya nilai jual objek pajak (NJOP) PBB, permasalahan penentuan nilai jual

objek pajak tanah terhadap tranksaksi jual beli yang tertera pada surat setor pajak

(SSP) sering kali dipermasalahkan oleh Kantor Pelayanan Pajak.

Dalam contoh kasus diatas, ternyata sebagai seorang pejabat yang dipercaya

notaris selaku PPAT pun kurang bisa menjaga kepercayaan masyarakat terhadap

dirinya, mereka tanpa memperhatikan kode etik jabatannya telah berusaha menjadi

brokerpun para pejabat ini malah menggunakan kesempatan untuk mengambil

keuntungan yang tidak semestinya.

Selain hambatan tersebut diatas, berdasarkan hasil penelitian ditemukan

hambatan-hambatan penerapan self assesssment pada pemungutan Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) oleh Notaris selaku PPAT berkaitan dengan

akta yang dibuatnya.

1. Hambatan secara umum dalam sistem pemungutan BPHTB self

assessment yang biasa ditemukan sebagai berikut:

Page 64: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

62

a. Kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai peraturan perundang-

undangan tentang BPHTB yang terus berkembang

b. Data-data NJOP tahun terakhir belum diketahui apabila jual-

belidilakukan pada awal tahun sehingga harus meminta surat

keteranganNJOP dari Kantor Pelayanan PBB setempat

c. Jual-beli di bawah tangan seperti proses jual beli maupun pembagian

warisan yang belum dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan yaitu untuk tanah-tanah yang belum bersertifikat, Biasanya

dalam transaksi, hanya dikuatkan adanya saksi dan mengetahui

Perangkat Kelurahan. Transaksi yang mereka lakukan tidak dapat

dikenakan sanksi hukum seperti yang diatur pada Undang-undang

Nomor 16 Tahun 2000 yang telah di ubah dengan Undang-undang

nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tatacara

perpajakan maupun Undang-undang nomor 20 Tahun 2000 Tentang

Perubahan atas Undang-undang nomor 21 tahun 1997 tentang

BPHTB, karena tanah belum bersertifikat.

Hambatan yang dihadapi Wajib Pajak sehubungan sistem pemungutan BPHTB,

yaitu informasi dan sosialisasi yang masih kurang mengenai BPHTB sehingga

kemampuan masyarakat untuk melaksanakan self assessment pada BPHTB kurang

optimal. Persoalan ini sebenarnya bisa diperbaiki dengan jalan membuat program

Page 65: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

63

sosialisasi setiap tahun yang dilaksanakan bersamaan dengan penyerahan SPPT PBB

ke Pemerintah Daerah.9

2. Hambatan Dalam Pelaksanaan Penegakan Hukum Bea Perolehan Hak

Atas Tanah Dan Bangunan, yaitu:

a. Subyek pajak tidak ketemu apabila disampaikan surat tagihan BPHTB.

b. Sertifikat sudaj jadi/diambil oleh subyek pajak, padahal baru diketahui

adanya kesalahan perhitungan dalam pembayaran BPHTB dan baru

disampaikan SKBKB/STB sehingga tidak ditanggapin.

c. Subyek pajak melimpahkan perseoalan pada notaris/PPAT apabila

pegawai pajak melakukan penagihan BPHTB karena semua biaya

sudah diserahkan pada Notaris/PPAT pada waktu proses jual-beli.

Hambatan yang paling utama yaitu Subyek Pajak tidak ditemukan hal itu dapat

diselesaikan dengan jalan meyampaikan STB/SKBKB ke aparat kelurahan dan

ditempelkan di papan pengumuman kelurahan. Mendatangi Notaris/PPAT untuk

mencari solusi atau menanyakan alamat lain dari Subyek Pajak pembeli maupun

penjual.

Persoalan apabila dalam penagihan BPHTB dengan penerbitan SKBKB/STB

kepada wajib pajak terjadi pelimpahan persoalan pada Notaris/PPAT karena pada

waktu proses jual beli semua pembayaran lewat Notaris/PPAT tersebut, hal ini akibat

wajib pajak ingin praktisinya saja tanpa mau memikirkan hak dan kewajiban. Padahal

9 Hasil Wawancara Penulis Dengan Notaris, Bapak Malem Jenda Singarimbun Pada Tanggal

6 Agustus 2019, pukul 12.00 WIB.

Page 66: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

64

apabila wajib pajak berkeinginan untuk mempelajari ketentuan-ketentuan dalam

BPHTB persoalan tersebut tidak akan terjadi.

C. Cara Mengatasi Hambatan Dalam Penerapan Sistem Self Assessment Pada

Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Oleh

Notaris Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun SH

Selanjutnya berkaitan dengan hambatan yang muncul dalam penerapan sistem

self assessment pada pemungutan BPHTB oleh notaris selaku PPAT berkaitan

dengan akta yang dibuatnya, maka hal tersebut dapat diatasi oleh notaris dengan cara:

1. Terhadap wajib pajak atau klien, notaris selalu memberikan penyuluhan

mengenai perkembangan peraturan BPHTB, sehingga wajib pajak

mengetahui perkembangan peraturan BPHTB apabila terjadi perubahan

2. Meminta Surat Keterangan NJOP, apabila akan terjadi permbuatan hukum

peralihan Hak Atas Tanah tetapi SPPT PBB belum diterbitkan oleh KPPP

ratama setempat.

Notaris juga manusia biasa yang mungkin saja melakukan kesalahan-kesalahan

baik berupan kesalahan pribadi maupun kesalahan bersifat professionalnya. Dalam

hal ini, notaris melakukan kesalahan-kesalahan yang melanggar professionalitasnya,

maka satu-satunya instusi yang berwenang memeriksa dan mengadili adalah

Peradilan Profesi Notaris, yang dijalankan oleh Majelis Pengawas Notaris.

Kehadiran Peradilan Profesi Notaris ini justru memberikan perlindungan hukum

dan jaminan kepada Notaris agar Notaris merasa tenang dan tentram dalam

menjalankan jabatannya. Dalam hal ini notaris melakukan kelasahan-kesalahan yang

Page 67: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

65

mengarah kepada suatu tindak pidana, maka tidak menutup kemungkinan notaris

dapat ditetapkan menjadi tersangka, bahkan lebih jauh lagi jika fakta-fakta hukum di

muka persidangan telah membuktikan adanya tindak pidana yang dilakukan Notaris,

maka terhadapnya dapat dijatuhkan pidana penjara yang kesemuanya ini dapat diikuti

dengan tindakan penahanan terhadap diri Notaris.

Pembuatan Akta otentik yang cacat di dalam bentuk aktanya karena Notaris telah

tidak memenuhi ketentuan UUJN, maka Notaris bertanggung jawab dan dapat

menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian

biaya, ganti rugi dan bunga. Dengan lain perkataan manakala Notaris telah

menjalankan jabatannya sesuai dengan UUJN dan peraturan perundang-undangan

lainnya dalam batas wajar, maka Notaris tidak dapat memintakan pertanggung

jawaban atas akibat pembuatan akta tersebut.

Notaris selaku PPAT diharapkan berperan aktif mensyaratkan pembayaran Bea

Perolahan Hak atas Tanah dan Bangunan, atas perolehan hak atas tanah dan bangunan

yang akan dibuat akta dihadapannya harus diteliti dan segera setelah terjadinya

kesepakatan harga harus segera dibayar, agar Akta Jual Belinya dapat sesegera

mungkin ditanda tangani.

Dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas

Tanah Dan Bangunan (BPHTB), Pasal 24 ayat 1, Pasal 25 ayat 1, Pasal 26 ayat 1 dan

2 berturut-turut menyatakan bahwa:

Page 68: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

66

a. PPAT/Notaris hanya dapat menandatangi akta pemindahan hak atas tanah

dan bangunan pada saat wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak

berupa SSB BPHTB.

b. PPAT/Notaris yang melanggar hal tersebut diatas akan dikenakan sanksi

administratif dan denda sebesar Rp. 7.500.000 untuk setiap pelanggaran.

c. PPAT/Notaris dan Pejabat Lelang Negara wajib melaporkan pembuatan

akta atau risalah lelang peralihan hak atas tanah dan bangunan kepada

dirjen pajak pada tanggal 10 bulan berikut.

d. PPAT/Notaris yang melanggar ketentuan tersebut akan dikenakan sanksi

denda dan administratif sebesar Rp. 250.000 untuk setiap laporan.

Untuk menyelamatkan kepentingan masyarakat dari kerugian yang diakibatkan

oleh Notaris yang tidak sertanggung jawab, serta untuk menjaga citra dan wibawa

Lembaga Notariat, untuk melindungi nama baik kelompok profesi Notaris dari

penilaian yang umum, maka diperlukan adanya pengawasan terhadap Notaris yang

menjalankan tugas jabatannya.

Penegakan hukum melalui penerapan hukum yang sistematis merupakan suatu

keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, terutama dalam kerangka pengakuan

kita sebagai negara, hukum yang menjunjung tinggi supremasi hukum, dan akan

tetapi penegakan hukum harus sejalan dengan nilai dasar kemanusiaan berupa rasa

keadilan mayarakat dan karenanya penegakan hukum, penerapan hukum, dan

penegakan keadilan merupakan tiga serangkai yang saling berhubungan dan terkait

satu sama lain secara sistematik, dan adanya penegakan hukum melalui penerapan

Page 69: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

67

hukum yang benar dengan mencerminkan rasa keadilan dan diharapkan tegaknya

hukum dan keadilan adalah juga untuk menegakkan kesejahteraan dan kemakmuran

karena hukumlah yang menentukan bagaimana seharusnya hidup dalam masyarakat

yang dicita-citakan.

Page 70: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengaturan hukum tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) merupakan

dengan berlakunya Undang-undang Pokok Agraria dan atas dasar ketentuan

Pasal 19 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1961 sebagai

pelaksanaan Undang-undang Pokok Agraria, ditentukan bahwa “Setiap

Perjanjian yang bermasukd mengalihkan hak atas tanah atau meminjam uang

dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dahulu melalui

sebuah akte yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat yang ditunjuk oleh

menteria Agraria”.

2. Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pemungutan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) atas tranksaksi jual beli

tanah dan bangunan secara umum adalah sebagai peranatara atau membantu

seseorang wajib pajak dalam melakukan pembayaran BPHTB, misalnya

PPAT dapat penerima pembayaran BPHTB yang untuk selanjutnya akan

dilakukan penyetoran ke kas Negara.

3. Hambatan dalam pembayaran pajak terhadap akta yang diperjanjikan di

kantor Notaris/PPAT Malem Jenda Singarimbun, SH pada pemungutan Bea

Page 71: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

69

Perolehan Hak atas Tanah (BPHTB) oleh Notaris selaku PPAT berkaitan

dengan akta yang dibuatnya adalah :

a. Kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai peraturan-peraturan

BPHTB yang terus berkembang

b. Data-data NJOP tahun terakhir belum diketahui apabila jual-beli

dilakukan pada awal tahun sehingga harus meminta surat keterangan

NJOP dari Kantor Pelayanan PBB setempat

c. Jual-beli di bawah tangan seperti proses jual beli maupun pembagian

warisan yang belum dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan yaitu untuk tanah-tanah yang belum bersertifikat.

B. Saran

1. Supaya masyarakat mengurus Akta jual beli tanah nya kepada Notaris selaku

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

2. Supaya Notaris selaku PPAT dapat memberikan penjelasan yang baik

kepada kliennya, dalam hal Pajak Bumi dan Bangunan khususnya pajak

BPHTB.

Page 72: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

70

3. Supaya pemerintah lebih giat dalam melakukan sosialisasi tentang

pentingnya membayar pajak tanah dan bangunan oleh Notaris/PPAT kepada

masyarakat.

Page 73: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

71

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ali, Chidir, 2008, Hukum Pajak Elementer, Eresco, Bandung.

Akbar Nasution Faisal, 2009, Pemerintahan Daerah dan Sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah, Softmedia, Jakarta.

Budiono, Herlin, 2015, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia

(Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia), PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Darwin, 2010, Pajak Daerah dan Retribusi, Mitra Media, Jakarta.

Fuady, Munir, 2018, Metode Riset Hukum, Pendekatan Teori Dan Konsep, PT.

Raja Grafindo Persada, Depok.

Husnan Situmorang, H. 2008, Paparan Ringkas Tentang Masalah Pertanahan,

Kotamadya Medan.

Hartati, Neneng, 2015, Pengantar Perpajakan, cet. Ke-1, CV. Pustaka Setia,

Bandung.

Harsono, Boedi, 2008, Beberapa Analisis Tentang Hukum Agraria II, Esa Studi

Klub, Jakarta.

HS, Salim, 2013, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika,

Jakarta.

Lesmana Eko, 2008, Sistem Perpajakan di Indonesia, Edisi Kedua, Prima

Campus Grafika, Jakarta.

Muljiono, 2010, Panduan Brevet Pajak, Andi Publisher, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2009, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Mertokusumo, Sudikno, 2009, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi ke-8,

Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta.

Page 74: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

72

, 2008, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Mustofa, 2010, Tuntutan Pembuatan Akta-Akta PPAT, Karya Media,

Yogyakarta.

Nurlinda, Ida, 2009, Prinsip-Prinsip Pembaharuan Agraria, PT. Grafindo

Persada, Jakarta.

Nurmanu, Safri, 2008, Pengantar Perpajakan, Yayasan Obor Indonesia.

Pahala Siahaan, Marihot, 2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja,

Jakarta.

Parlindungan, A.P, 2008, Pedoman Pelaksanaan UUPA dan Tata Cara PPAT,

Mandar Maju, Bandung.

Perangin, Efendi, 2008, Praktek Permohonan Hak Atas Tanah, Rajawali Press,

Jakarta.

Parlindungan, A.P, 2008, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju,

Bandung.

, . 2008, Pendaftaran Tanah di Indonesia (PP 24 Tahun 1997),

Renika Cipta, Medan.

, . 2008, Pengantar Hukum Agraria, Mandar Maju, Bandung.

Ruchiyat, Edi, 2008, Sistem Pendaftaran Tanah Sebelum dan Sesudah UUPA,

Amico, Bandung.

Sadono, Sukirno, 2011, Makroekonomi Teori Pengantar, Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak, Edisi Revisi 2, Salemba Empat, Jakarta.

Santoso Brotodihardjo, R. 2008, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama,

Bandung.

Suandi, Erly, 2008, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, 2008, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT. Eresco,

Bandung.

Page 75: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

73

Syarief Elza, 2010, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khsusus

Pertanahan, Cetakan kedua, PT. Gramedia, Jakarta.

Salendo, Jhon, 2008, Masalah Tanah dalam Pembangunan, Sinar Grafika,

Jakarta.

Santoso, Urip, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana

Pradana Media Group, Jakarta.

Sunggono, Bambang, 2016, Metodologi Penelitian Hukum, Edisi 1 cet.16,

Rajawali Pers, Jakarta.

Subekti, R, 2008, Hukum Pembuktian,Cet-2, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, 2008, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan,

Eresco, Bandung.

Sumarja F.X., 2012, Problematika Kepemilikan Tanah Bagi Orang Asing,

Indepth Publising, Bandar Lampung.

Sutedi, Adrian, 2008, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar

Grafika, Jakarta.

Thersia Worodamayanti, Suparmono, 2008, Perpajakan Indonesia mekanisme

dan perhitungan, Andi Offset, Yogyakarta.

Tersiana, Andra, 2018, metode penelitian, Andra T, Yogyakarta.

Waluyo dan B. Ilyas, Wirawan, 2008, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat,

Jakarta.

Wirawan B. Ilyas, Richard Burton, 2008, Hukum Pajak, Edisi Revisi, Salemba

Empat. Jakarta.

Page 76: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

74

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan

Dasar Pokok-pokok Agraria

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang

Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

C. Kamus

Departemen Pendidikan Nasional, 2008, “Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta :

Pusat Bahasa.

Sudarsono, 2012, “Kamus Hukum”, Yogyakarta : Rineka Cipta.

D. Jurnal, Skripsi, Makalah

Aspan, h. (2017). “good corporate governance principles in the management of

imited liability company. International journal of law reconstruction, volume

1 no. 1, pp. 87-100.

Aspan, h. (2017). “peranan polri dalam penegakan hukum ditinjau dari sudut andang

osiologi hukum”. Prosiding seminar nasional menata legislasi demi

pembangunan hukum nasional, isbn 9786027480360, pp. 71-82.

Aspan, h. (2014). “konstruksi hukum prinsip good governance dalam mewujudkan

kata kelola perusahaan yang baik”. Jurnal dialogia iuridica universitas

Page 77: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

75

maranatha bandung, volume 2 no. 2, pp. 57-64.

Aspan, h., i. M. Sipayung, a. P. Muharrami, and h. M. Ritonga. (2017). “the effect

of halal label, halal awarness, product price, and brand image to the

purchasing decision on cosmetic products (case study on consumers of

sari ayu martha tilaar in binjai city)”. International journal of global

sustainability, issn 1937-7924, vol. 1, no. 1, pp. 55-66.

Aspan, h., f. Milanie, and m. Khaddafi. (2015). “swot analysis of the regional

development strategy city field services for clean water needs”. International

journal of academic research in business and social sciences, vol. 5, no. 12,

pp. 385-397.

Bagus Paramaningrat Manuaba Ida, Prinsip Kehati-hatian Notaris/PPAT dalam

membuat Akta Autentik, Acta Comitas, Universitas Udayana, Bali.

Bintang, h. J. (2019). Peran hukum kesehatan dalam melindungi peserta program

Badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan (studi di rsud dr. Pirngadi

medan). Jurnal hukum responsif, 7(7), 34-47

Chairumi, Jurnal, Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah Dan Bangunan (Bphtb) Dalam Transaksi Jual Beli Tanah Dan

Bangunan Di Kota Tanjung Balai, Tanjung Balai.

Euphrasia, Susy Suhendra, Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan, Volume 15,

April 2010.

Effendi, Erdianto, 2010, Makelar Kasus/Mafia Hukum, Modus Operandi dan Faktor

enyebabnya, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Edisi

I, No. 1 Agustus.

Fikri, r. A. (2018). Analisis yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan berencana

yang dilakukan oleh anak dibawah umur menurut undang-undang nomor 11

tahun 2012 tentang sistem peradilan anak. Jurnal abdi ilmu, 11(1), 158-168.

Hasibuan, l. R. (2019). Hak restitusi terhadap korban anak berdasarkan undang

undang omor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor

23 tahun 2002 tentang perlindungan anak di belawan. Jurnal hukum

responsif, 7(2), 30-39.

Imran, z. (2019). Peran pemuka agama dalam menjaga kerukunan umat beragama di

kelurahan mangga kecamatan medan tuntungan. Jurnal hukum responsif, 6(6),

93-104

Page 78: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

76

Ketaren, a. H. S. (2018). Analisis yuridis tindak pidana cybercrime dalam perbuatan

idana pencemaran nama baik ditinjau dari undang-undang no. 8 tahun 2011

tentang informasi transaksi dan elektronik dan hukum pidana.

Medaline, o. (2018). The development of “waqf” on the “ulayat” lands in west

sumatera, indonesia. Journal of social science studies, microthink institute,

issn, 2329-9150.

Nita, S. (2017). 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN

KERJA DOSEN DENGAN YAYASAN DI INDONESIA1. Prosiding

Konferensi ke, 2(P3HKI).

Rafianti, f. (2018). Adopsi dalam persfektif hukum islam. Jurnal doktrin, 3(6).

Saragih, y. M., & medaline, o. (2018, march). Elements of the corruption crime

(element analysis of authority abuse and self-enrich and corporations in

indonesia). In iop conference series: earth and environmental science (vol. 126,

no. 1, p. 012108). Iop publishing.

Siregar, a. R. M. (2018). Kewenangan mahkamah konstitusi dalam pengujian undang

undang terhadap undang-undang dasar tahun 1945. Jurnal hukum responsif,

5(5), 100-108

Siti, n. (2018). Rekonstruksi politik hukum dalam pelaksanaan putusan pengadilan

hubungan industrial berdasarkan hukum progresif (doctoral dissertation,

universitas andalas).

Setiawan, N., Tarigan, V. C. E., Sari, P. B., Rossanty, Y., Nasution, M. D. T. P., &

Siregar, I. (2018). Impact Of Cybercrime In E-Business And

Trust. Int. J. Civ. Eng. Technol, 9(7), 652-656.

Tanjung, a. S. (2018). Pertanggungjawaban pidana yang mengakibatkanmeninggalnya

orang dalam lingkup rumah tangga (studi kasus putusan pengadilan negeri

tebing tinggi deli nomor 486/pid. B/2014/pn. Tbt.). Jurnal hukum responsif,

5(5), 1-12. Sendy, b. (2019). Hak yang diperoleh anak dari perkawinan tidak

dicatat. Jurnal hukum responsif, 7(7), 1-10.

Tanjung, i. U. (2018). Studi komparative pendirian negara khilafah di indonesia. Jurnal

penelitian medan agama.

Wardani, i. H. (2019). Perlindungan hak atas penguasaan tanah transmigrasi di lahan

usaha ii upt seunaam iv provinsi aceh. Jurnal hukum responsif, 7(7), 145-157

Page 79: ABSTRAK PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) …

77

E. Internet

Rivani Rizki, Erliza, Analisa Prosedur BPHTB Pada Dinas Dispenda Kota

Medan,

https://www.google.com/search?q=Analisa+Prosedur+BPHTB+Pada+Dina

s+Dispenda+Kota+Medan&rlz=1C1CHBD_enID862ID862&oq=Analisa+

Prosedur+BPHTB+Pada+Dinas+Dispenda+Kota+Medan&aqs=chrome..69

i57.362j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8, Diakses Pada Tanggal 18

Agustus 2019, Pukul. 15.00 WIB.

Aryanti Sri, Pengaruh BPHTB terhadap Saksi Jual Beli Tanah dan Bangunan,

http://eprints.undip.ac.id/18266/1/SRI ARIYANTI.pdf, Diakses Pada

Tanggal 18 Agustus 2019, Pukul. 15.00 WIB.

Setiana Uki, Evaluasi Kebijakan Penarikan BPHTB di Kota Bandar Lampung,

https://docplayer.info/52373860-Evaluasi-kebijakan-penarikan-pajak-bea-

perolehan-hak-atas-tanah-dan-bangunan-bphtb-di-kota-bandarlampung-

skripsi-oleh-uki-setiani.html, Diakses Pada Tanggal 18 Agustus 2019,

Pukul 15.00 WIB.