Upload
trinhdat
View
250
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
x
Abstrak
Ekonomi kreatif di desa adat penglipuran merupakan salah satu upaya
pengembangan industri rumah tangga loloh cemcem. Industri rumah tangga yang
terdapat di Desa Adat Penglipuran memiliki peranan yang sangat penting dalam
sumbangannya terhadap peningkatan pariwisata. Dengan adanya pariwisata di Desa
Adat Penglipuran mampu meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat
Desa Adat Penglipuran. Masyarakat meyakini bahwa loloh cemcem merupakan
minuman yang sangat baik untuk dikonsumsi karena mampu menyembuhkan
penyakit dalam seperti panas dalam (nyebae), bibir pecah-pecah (jampi) serta
melancarkan buang air besar (BAB), yang menggunakan bahan-bahan alami yang
didapat dari alam loloh cemcem tidak berbahaya untuk dikonsumsi.
Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan metode etnografi. Teknik
pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan.
Sumber. Sumber data yaitu sumber data primer dengan observasi partisipasi dan
wawancara, serta sumber data sekunder melalui studi kepustakaan. Analisis data
menggunakan teknik deskripstif kualitatif, teori adaptasi pada lingkungan Jhon
Bennet dan teori manajemen Frederick W. Taylor.
Hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa proses pembuatan minuman
loloh cemcem terdiri dari proses sortasi yaitu proses pemilihan daun cemcem,
kemudian pencucian daun cemcem, pengecilan ukuran daun cemcem yang akan
mempermudah dalam proses pengolahan. Proses pengolahan melalui proses
penggilingan daun cemcem dengan menggunakan mesin giling, proses pencampuran
dengan menambahkan bahan-bahan seperti gula, garam, asam dan cabai, proses
penyaringan bahan yang telah tercampur dengan menggunakan kain kasa. Tahap
akhir yaitu proses pengemasan produk. Dalam pengembangan ekonomi kreatif di
Desa Adat Penglipuran memiliki kendala serta strategi dalam pengembangan
ekonomi kreatif.
Kata Kunci : Ekonomi Kreatif, Loloh Cemcem.
xi
ABSTRACT
Creative economy in Penglipuran village it is one of effort to developing loloh
cemcem home industry. Home industry that located in Penglipuran village has
important roles to contribute developing tourism. With a tourism aspect in
Penglipuran village can developing human welfare and human empowerment in
Penglipuran village. The people belief that loloh cemcem is a potion which can good
to be consummate because it have properties to cure the disease like heatiness
(nyebae), chapped lips (jampi), and also good for defecate (BAB). Loloh cemcem use
a natural ingredients which obtained from the nature. Loloh cemcem it is not
dangerous to be consummate.
This qualitative research was conducted by ethnography method. The data
sampling technique is direct observation, interviewing, and literature review. There
is two kind of data, first is primary data, a kind of data which obtained from direct
observation and interviewing. The second is secondary data which obtained from
literature review. Data analysis is using descriptive qualitative technique, John
Bennet’s environmental adaptation theory and Frederick W. Taylor’s management
theory’s.
Field research findings that making loloh cemcem is consist of three kind
steps, sortasi phase (the process of sorting cemcem’s leaves), washing cemcem’s
leaves, and cutting cemcem’s leaves to make process of making loloh cemcem easier.
The processing through the process of milling cemcem’s leaves using grinder, mixing
process with adding some ingredients like sugar, salt, asam and chili, and the last is
filtering ingredient which has been mixed using muslin. The last process is packaging
the product. In the effort of developing creative economy in Penglipuran village have
a few obstacles and strategy to developing creative economy.
Key words: Creative economy, Loloh cemcem
xii
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………… i
PERNYATAAN GELAR…………………………………………………... ii
PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………………. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN DAN PUBLIKASI……………………. iv
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… v
PANITIA PENGUJI………………………………………………………...
PERSEMBAHAN…………………………………………………………..
vi
vii
KATA PENGANTAR ….…………………………………………………..
ABSTRAK…………………………………………………………………..
ABSTRACT…………………………………………………………………..
viii
x
xi
DAFTAR ISI………………………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xvi
GLOSARIUM………………………………………………………………. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………. 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………. 6
1.3.1 Tujuan Penelitian……………………………………………… 6
1.3.2 Manfaat Penelitian………………………………………………. 6
1.4 Kerangka Teori Dan Konsep…………………………………… 7
1.4.1 Kerangka Teori………………………………………………… 7
1.4.1.1 Teori Adaptasi Pada Lingkungan……………………………… 7
1.4.1.2 Teori Manajemen………………………………………………. 9
xiii
1.4.2 Kerangka Konsep……………………………………………… 10
1.4.2.1 Loloh Cemcem………………………………………………… 10
1.4.2.2 Ekonomi Kreatif………………………………………………… 11
1.5 Model Penelitian..……………………………………………… 13
1.6 Metode Penelitian……………………………………………… 14
1.6.1 Lokasi Penelitian……………………………………………… 14
1.6.2 Jenis Dan Sumber Data………………………………………… 15
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 15
1.6.3.1 Teknik Penentuan Informan…………………………………… 15
1.6.3.2 Observasi……………………………………………………….. 18
1.6.3.3 Wawancara……………………………………………………… 18
1.6.3.4 Studi Kepustakaan……………………………………………… 19
1.6.4 Teknik Analisis Data……………………………………………. 20
BAB II GAMBARAN UMUM DESA ADAT PENGLIPURAN
2.1 Lokasi dan Keadaan Geografi Desa Adat Penglipuran………………21
2.2 Sejarah Desa Adat Penglipuran……………………………………. 26
2.3 Keadaan Demografi Desa Adat Penglipran…………………………..28
2.4 Sistem Organisasi Sosial……………………………………….…….32
2.5 Sistem Kekerabatan………………………………………………… .39
2.6 Religi…………………………………………………………………40
BAB III PROSES PRODUKSI LOLOH CEMCEM SEBAGAI BENTUK
EKONOMI KREATIF DI DESA ADAT PENGLIPURAN
3.1 Bahan Baku dan Teknologi Pengolahan Produksi Loloh Cemcem…42
3.1.1 Bahan Baku Produksi Loloh Cemcem……………………………….42
xiv
3.1.2 Teknologi Pengolahan………………………………………………..46
3.1.2.1 Teknologi Tradisional………………………………………………..46
3.1.2.2 Teknologi Modern……………………………………………………47
3.2 Proses Pengolahan Daun Cemcem…………………………………...52
3.2.1 Sortasi (Proses Pemilihan Bahan Baku)…………………………..….52
3.2.2 Pencucian Daun Cemcem………………………………………..…..53
3.2.3 Pengecilan Ukuran Daun Cemcem…………………………………..54
3.3 Proses Pengolahan Loloh Cemcem…………………………………..55
3.3.1 Penggilingan Daun Cemcem…………………………………………55
3.3.2 Pencampuran Bahan Baku Loloh Cemcem…………………………..57
3.3.3 Proses Penyaringan Loloh Cemcem………………………………….60
3.4 Pengemasan Produk………………………………………………….61
BAB IV KENDALA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN LOLOH CEMCEM
DALAM EKONOMI KREATIF DI DESA ADAT PENGLIPURAN
4.1 Kendala Loloh Cemcem Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif….65
4.1.1 Penyediaan Bahan Baku…………………………………………….65
4.1.2 Pengolahan yang Higienis…………………………………………...67
4.1.3 Desain Kemasan Pada Loloh Cemcem……………………………...70
4.1.4 Manajemen Pengelolaan……………………………………………..73
4.1.4.1 Pemasaran Produk…...………………………………………………74
4.1.4.2 Manajemen Keuangan……………………………………………….75
4.2 Strategi Pengembangan Loloh Cemcem………………………….…76
4.2.1 Promosi dan Pemasaran……………………………………………..76
4.2.2 Menjaga Kualitas Loloh Cemcem…………………………………...78
xv
4.2.3 Eksistensi Loloh Cemcem Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif...82
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan……………………………………………………………85
5.2 Saran………………………………………………………………..86
Daftar Pustaka……………………………………………………………...88
Lampiran-Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, mengharuskan
setiap orang ataupun perusahaan berfikir kreatif dan efisien untuk mempertahankan
eksistensinya dalam menghadapi persaingan global. Terutama dalam melestarikan
budaya lokal sebagai aset kekayaan nasional. Kebudayaan lokal indonesia merupakan
potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada
masing-masing daerah. Warisan budaya, menurut Davidson (1991:54) diartikan
sebagai produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi-
prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam
jati diri suatu kelompok atau bangsa. Dari gagasan ini, warisan budaya merupakan
hasil budaya fisik (tangible) dan nilai budaya (intangible) dari masa lalu.
Kuliner khas jamu (Wirakusuma, 2015: 18) menjadi aset nasional yang
berpotensial untuk diwariskan secara turun-temurun. Selain merupakan warisan
budaya bangsa, Jamu adalah istilah dalam bahasa Indonesia untuk obat herbal yang
terbuat dari tumbuhan obat segar atau kering. Jamu telah dikenal selama berabad-
abad oleh masyarakat Indonesia terkait penggunaanya untuk kesehatan dan
kecantikan. Penggunaannya saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin
meningkat dan tren ini juga tampak dalam skala global. Sistem Kesehatan Nasional
Indonesia menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional Jamu,
2
ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat
nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan
sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal
(Anonim:2014).
Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu Desa Bali Aga yang terletak di
Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Desa Bali Aga
merupakan suatu wilayah yang terletak didaerah pegunungan yang didiami oleh
kelompok etnis minoritas (Reuter, 2005: 17-18).
Di Desa Adat penglipuran berkembang industri rumah tangga yang
menyediakan makanan dan minuman khas Desa Adat penglipuran. Salah satunya
merupakan loloh cemcem yaitu minuman khas Desa Adat Penglipuran, dimana
terdapat 5 unit keluarga yang memproduksi minuman loloh cemcem secara besar
dengan memperkerjakan 11 tenaga kerja disetiap kelompok produksi sebagai
pengembangan sumber daya manusia. Industri rumah tangga yang terdapat di Desa
Adat Penglipuran memiliki peranan yang sangat penting dalam sumbangannya
terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Menurut Suci, dkk (1986 : 27)
makanan dan minuman khas merupakan makanan dan minuman yang dijumpai,
diolah dan dihidangkan berdasarkan bahan-bahan yang pada umumnya diperoleh di
desa tersebut. Potensi lingkungan yang mendukung keberlangsungan industri rumah
tangga masyarakat dalam memciptakan suatu minuman khas Desa Adat Penglipuran
yang disebut dengan loloh cemcem. Masyarakat meyakini bahwa loloh cemcem
merupakan minuman yang sangat baik untuk dikonsumsi karena mampu
3
menyembuhkan penyakit dalam seperti panas dalam (nyebae), bibir pecah-pecah
(jampi) serta melancarkan buang air besar (BAB), yang menggunakan bahan-bahan
alami yang didapat dari alam loloh cemcem tidak berbahaya untuk dikonsumsi.
Kreativitas (Suparwoko, 2010: 52-54) merupakan modal utama dalam
menghadapi tantangan global. Bentuk-bentuk ekonomi kreatif selalu tampil dengan
nilai tambah yang khas, menciptakan pasarnya sendiri dan berhasil menyerap tenaga
kerja serta pemasukan ekonomis. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif,
diperlukan sejumlah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan daya
inovatif dan kreativitas yang tinggi.
Minuman loloh cemcem ini tercipta karena adanya kreativitas masyarakat
dalam megandalkan sumber daya alam (SDA) yang terdapat dilingkungan mereka,
menjadi suatu produk andalan Desa Adat Penglipuran yang merupakan salah satu
pendukung keberlangsungan pengembangan pariwisata budaya, juga memenuhi
kebutuhan dasar wisatawan selama berada di Desa Adat Penglipuran. Selain menjadi
minuman khas Desa Adat Penglipuran loloh cemcem mampu meningkatkan
perekonomian masyarakat dengan adanya ekonomi kreatif di Desa Adat Penglipuran.
Ekonomi kreatif tidak bisa dilihat dalam konteks ekonomi saja, tetapi juga
dimensi budaya. Kebudayaan (Peursen, 1976: 144) merupakan satu proses belajar
yang besar. Dalam bidang religi manusia berusaha untuk menanggapi kekuasaan
illahi dengan simbol bahasa, tanda-tanda dan perbuatan yang terus-menerus
diperbaharuinya. Tehnik dan kemampuan manusia untuk berorganisasi selalu
memperbaharui alat-alat produksi, kemungkinan untuk berkomunikasi, kebiasaan-
4
kebiasaan dalam bidang pekerjaan dan hidup. Bahkan alam pun yang nampaknya tak
dapat dirubah, dalam lingkup kebudayaan manusia selalu memperoleh suatu wajah
yang baru. Proses belajar dalam bidang kebudayaan menghasilkan bentuk-bentuk
baru dan menimbun (akumulasi) pengetahuan dan kepandaian.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008: 4-6) merumuskan
ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui
kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memilik cadangan
sumberdaya terbarukan. Ide-ide kreatif yang muncul adalah produk budaya.
Karenanya, strategi kebudayaan sangat menentukan arah perkembangan ekonomi
kreatif, karena setiap daerah atau wilayah pada umumnya memiliki potensi produk
yang bisa diangkat dan dikembangkan. Keunikan atau kekhasan produk lokal itulah
yang mesti menjadi inti kemudian ditambah unsur kreativitas dengan sentuhan
teknologi.
Seiring dengan berkembangnya industri pariwisata masyarakat Desa Adat
Penglipuran yang dahulunya sebagian besar bertani kini mulai mengembangkan
potensi sumber daya alam yang ada di sekitar lingkungan hidup mereka, untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat tanpa harus meninggalkan kampung
halaman, hampir 80% penduduk Indonesia berada di daerah pedesaan serta
menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian (Sunarto Ndaru, 1981:205 dalam
Mika, 1990).
Terbitnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan
Ekonomi Kreatif, hingga Perpres Nomor 92 Tahun 2011 yang menjadi dasar hukum
5
terbentuknya kementerian baru yang mengurusi ekonomi kreatif (Efendi, 2014: 36).
Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Desa Adat Penglipuran membawa dampak
positif khususnya terhadap produksi loloh cemcem. Hal tersebut mendorong
permintaan loloh cemcem meningkat pula. Selain itu, juga mendongkrak industri
rumah tangga loloh cemcem semakin berkembang. Dengan adanya ekonomi kreatif
maka masyarakat Desa Adat Penglipuran, mampu mengembangkan usaha pembuatan
loloh cemcem yang dikemas dengan brand-brand lokal.
Dalam rangka meningkatkan perekonomian rakyat, pemerintah
mencanangkan program ekonomi kreatif. Menurut Departemen Perdagangan
Republik Indonesia dalam buku “Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025”
(2008: 23), keberadaan sektor industri kreatif yang bermunculan di berbagai daerah di
Indonesia memiliki kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Ada
beberapa alasan yang melatar belakangi hal tersebut yaitu; Pertama, dapat
menciptakan iklim bisnis yang positif. Kedua, dapat memperkuat citra dan identitas
bangsa Indonesia. Ketiga, mendukung pemanfaatan sumber daya terbarukan yang
merupakan pusat penciptaan inovasi dan pembentukan kreativitas serta memiliki
dampak sosial yang positif. Dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025 (2008 : 144) secara tegas dinyatakan bahwa industri kreatif adalah industri-
industri yang mana dengan memanfaatkan kemampuan masing-masing kreativitas
individual, keterampilan dan bakat yang berpotensi untuk menciptakan lapangan
pekerjaan dan kesejahteraan bagi para anggotanya dari generasi ke generasi melalui
kemampuan daya cipta individu dalam industri itu sendiri.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses produksi loloh cemcem sebagai bentuk ekonomi kreatif di
Desa Adat Penglipuran?
2. Apa kendala dan strategi pengembangan loloh cemcem dalam ekonomi kreatif
di Desa Adat Penglipuran?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka dapat
dikemukakan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui proses produksi loloh cemcem sebagai bentuk ekonomi
kreatif di Desa Adat Penglipuran.
2. Ingin mengetahui kendala dan strategi pengembangan loloh cemcem
dalam ekonomi kreatif di Desa Adat Penglipuran.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperluas
pengetahuan khususnya di bidang antropologi pariwisata dan ekonomi kreatif
terutama mengenai Pengolahan Minuman Khas Desa Adat Penglipuran loloh
7
cemcem sebagai upaya pengembangan pariwisata budaya di Desa Adat
Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran,
pengetahuan, pemahaman dan membuka wawasan kepada masyarakat
mengenai potensi loloh cemcem dalam menyongsong pengembangan
pariwisata budaya di Desa Adat Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan
Bangli, Kabupaten Bangli, Bali.
1.4 Kerangka Teori dan Konsep
1.4.1 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori adaptasi pada lingkungan dan
teori manajemen ilmiah.
1.4.1.1 Teori Adaptasi
Beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah, manusia dituntut untuk
bersifat dinamis. Menurut Bennett (Putra, 1994:195) ada tiga konsep kunci untuk
membahas dan memahami dinamika kehidupan manusia dalam beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Tiga konsep itu adalah prilaku adaptif, strategi tindakan dan
strategi adaptif. Prilaku adaptif merupakan bentuk-bentuk prilaku yang menunjukkan
penyesuaian cara-cara mencapai tujuan, melakukan pilihan-pilihan dan menolak
untuk melakukan tindakan atau keterlibatan dengan maksud untuk beradaptasi.
Sedangkan strategi tindakan merupakan tindakan-tindakan yang khusus direncanakan
untuk menyelesaikan upaya penyesuaian demi terciptanya kemajuan-kemajuan yang
8
merupaka tujuan dalam proses pemanfaatan sumber daya. Dalam pengertian strategi
tindakan tercakup upaya rasionalisasi, mekanisasi, dan orientasi pada kemajuan, yang
mengutamakan hasil dari prilaku manusia. Kemudian konsep strategi adaptif
mengacu lebih khusus pada tindakan-tindakan yang dipilih oleh manusia dalam
proses karena keberhasilannya telah dapat diprediksinya. Konsepsi berfikir lebih
menekankan pada situasi lingkungan, dan kemampuan manusia untuk memanfaatkan
lingkungan itu sebagai faktor yang sangat penting dalam proses adaptasi manusia.
Dalam antropologi dikenal pula penekanan-penekanan pada peta-peta
kognitif, yaitu perangkat nilai-nilai dan prosedur sebagai komponen-komponen yang
dapat diikuti oleh manusia dalam menetukan pilihan-pilihan dan mengarahkan
pengambilan keputusan serta tindakannya dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Komponen-komponen itu diperoleh melalui proses sosialisasi dan dapat memaksa
manusia untuk tidak selalu bebas memilih model-model tindakan berdasarkan
kesukaannya atau berdasarkan tuntutan situasi, akan tetapi harus
mempertimbangkannya dengan memperhatikan norma-norma kebaikan, kejujuran
dan keadilan. Meskipun demikian manusia sendiri dapat memanipulasi komponen-
komponen tersebut dalam penggunaanya untuk beradaptasi terhadap lingkungan
(Bennett 1976: 273).
Melalui teori adaptasi dari Bennet diharapkan dapat menjelaskan faktor-faktor
yang mendorong pengembangan ekonomi kreatif loloh cemcem pada masyarakat
Desa Adat Penglipuran sebagai upaya kreatif rumah tangga. Melalui teori ini
diharapkan dapat mengetahui adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam
9
pengembangan ekonomi kreatif melalui loloh cemcem, sebagai upaya dalam
mengatasi masalah perekonomian masyarakat, sosial dan budaya di Desa Adat
penglipuran.
1.4.1.2 Teori Manajemen
Menurut Danim, Sudarwan dan Yunan Danim (2010: 18) mengemukakan
bahwa Manajemen sebagai sebuah proses yang khas, yang terdiri atas tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain untuk mencapai
tujuan tertentu. Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning),
mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan
(controlling). Dengan demikian, manajemen adalah suatu kegiatan yang
berkesinambungan. Untuk mencapai efisiensi serta efektivitas dalam manajemen,
maka segala tindakan dan kegiatan baru sebaiknya dilaksanakan dengan
pertimbangan dan perhitungan yang rasional. Untuk itu diperlukan langkah-langkah
kegiatan dengan perumusannya secara jelas dan tegas, agar tujuan program yang
dimaksudkan dapat berjalan dengan sebaik mungkin.
Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen yang menggunakan ilmu
pengetahuan dibahas, pada sekitar tahun 1900an. Menurut Frederick W. Taylor yang
telah menulis buku berjudul “The Principle of Scientific Management” yang
10
merupakan awal dari lahirnya ilmu manajemen. Hasil penelitian dan analisanya
menetapkan beberapa prinsip yang menggantikan prinsip lama yaitu sistem trial and
error. Pertama, daripada manajemen ilmiah yaitu A great mental revolution, karena
hal ini menyangkut manajer dan karyawan. Kedua, yaitu penerapan ilmu pengetahuan
untuk menghilangkan system trial and error dalam setiap unsur pekerjaan. Taylor
mengemukakan empat prinsip Scientific Management, yaitu; 1). Menghilangkan
sistem trial and error dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan disetiap
unsur-unsur kegiatan. 2). Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu,
selanjutnya memberikan latihan dan pendidikan kepada pekerja. 3). Setiap petugas
harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam menjalankan tugasnya. 4).
Harus dijalin kerja sama yang baik antara pimpinan dengan pekerja (Rokhayati, 2014:
6-7).
Melalui teori manajamen diatas diharapkan dapat mengetahui suatu proses
manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengolahan. Dalam
menjalani industri rumah tangga minuman loloh cemcem sebagai suatu
pengembangan ekonomi kreatif di Desa Adat Penglipura.
1.4.2 Kerangka Konsep
Untuk memperjelas pembahasan dalam penelitian ini maka dipergunakan
beberapa konsep yang berkaitan dengan judul penelitian. Konsep-konsep tersebut
adalah sebagai berikut: konsep loloh cemcem dan konsep ekonomi kreatif.
1.4.2.1 Loloh Cemcem
11
Secara etimologi cemcem berasal dari bahasa latin Spondias piñata KURZ,
yang termasuk ke dalam kelompok Anacardiaceae. Daun tanaman Spondias piñata
KURZ berwarna hijau, termasuk tipe daun majemuk berbentuk lonjong dan lebar.
Istilah loloh dapat di sejajarkan dengan “jamu”. Dalam proses pembuatan loloh
cemcem yang merupakan minuman khas Desa Adat Penglipuran dengan
menggunakan daun cemcem. Daun cemcem adalah tanaman herbal yang diolah
sebagai bahan baku untuk membuat loloh cemcem. Mulai dari memetik daun cemcem,
mencuci, kemudian dimasukan ke dalam mesin penggilingan selanjutnya disaring
untuk mendapatkan sarinya. Loloh cemcem sebagai minuman tradisional Bali
dipercaya masyarakat dapat menjaga kesehatan. Bahkan diyakini sangat berkhasiat
untuk menyembuhkan penyakit-penyakit panas dalam. Jenis minuman ini sangat
mudah ditemui di Desa Adat Penglipuran, produk ini memiliki keunikan tersendiri
karena kandungan rasanya yang pedas, asam, pahit, asin dan manis bercampur
menjadi satu (Ina, dalam Balipost 20 Februari 2015).
Berhubungan dengan konsep di atas, maka loloh cemcem yang merupakan
minuman khas Desa Adat Penglipuran merupakan usaha rumah tangga yang
dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam sekitar desa dan pengelolaannya
dibantu oleh masyarakat setempat. Selain sebagai upaya peningkatan perekonomian
masyarakat. Pembuatan loloh cemcem juga sebagai bentuk upaya kreatif masyarakat
Desa Adat Penglipuran.
1.4.2.2 Ekonomi Kreatif
12
Ekonomi Kreatif (Lemhannas RI, 2012: 28-29) merupakan pengembangan
ekonomi berdasarkan pada keterampilan, kreativitas dan bakat individu untuk
menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga
menitikberatkan pada pengembangan ide dalam menghasilkan nilai tambahnya.
Ekonomi dalam perspektif era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan
kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Struktur
perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA)
sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi.
Ekonomi kreatif menurut pakar Richard Florida adalah dibutuhkan
pengetahuan dan kemampuan lebih untuk mampu melihat penciptaan ekonomi dari
beberapa sudut, yaitu dari sudut ekonomi itu sendiri, dari sisi teknologi, dari sisi
artistic dan kreatif. Howkins dalam bukunya “The Creative Economy” menemukan
kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun
1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$
60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian,
dan pesawat ( Afiff, 2012:15-18 )
Berkaitan dengan konsep ini, di mana masyarakat yang pada mulanya bertani
atau bercocok tanam kini mulai mengembangkan kreativitasnya dengan
menggunakan sumber daya alam yang tersedia, dengan perlahan-lahan
mengembangkannya menjadi usaha industri rumah tangga yang dianggap
13
memungkinkan untuk dikembangkan. Selain itu, ekonomi kreatif yang berdasarkan
pada kreativitas masyarakat Desa Adat Penglipuran ini diharapkan mampu
meningkatkan ekonomi masyarakat melalui minuman loloh cemcem.
1.5 Model Penelitian
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian akan lebih mudah dipahami
dengan model seperti pada gambar di bawah ini :
Masyarakat Desa Adat
Penglipuran Ekonomi Kreatif
Produksi Kendala dan Strategi
Pariwisata
Loloh Cemcem
14
: Hubungan timbal balik (saling mempengaruhi)
: Mempengaruhi secara langsung
Penjelasan Model Penelitian
Dari model diatas dapat dijelaskan bahwa pariwisata yang berkembang di
Desa Adat Penglipuran, merupakan salah satu wisata yang sangat terkenal karena
kebersihan desa dan keindalahan alam yang mampu menarik banyak wistawan untuk
berkunjung. Dengan adanya pariwisata di Desa Adat Penglipuran mampu
meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat Desa Adat Penglipuran.
Serta melalui melalui ekonomi kreatif yaitu kuliner minuman khas loloh cemcem,
yang dimana minuman tersebut menjadi salah satu penunjang dalam pembangunan
pariwisata di Desa Adat Penglipuran. loloh cemcem memiliki potensi yang dapat
mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat Desa Adat Penglipuran,
tetapi dari sekian banyaknya potensi yang diimiliki minuman khas Desa Adat
Penglipuran juga memiliki hambatan seperti halnya dalam memenuhi kebutuhan
15
bahan baku yang harus dicari jika persediaan telah habis, distribusi dan konsumsi.
Maka dari itu masyarakat Desa Adat Penglipuran memiliki strategi agar bahan baku
tetap tersedia dan pemasaran loloh cemcem tetap berjalan lancar guna meningkatkan
ekonomi masyarakat.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Adat Penglipuran, Kelurahan Kubu,
Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Penentuan lokasi penelitian ini
didasarkan pada beberapa pertimbangan, yakni: (a) Desa Adat Penglipuran
merupakan salah satu Desa Bali Aga yang memiliki keunikan dari segi sosial budaya.
(b) Memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk menciptakan
suatu produk unggulan di Desa Adat Penglipuran. (c) Desa Adat Penglipuran
merupakan desa yang pertama kali menciptakan minuman loloh cemcem.
1.6.2 Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan rancangan penelitian yang ditentukan, jenis data yang digunakan
adalah data kualitatif. Subagyo (1997 : 87) mengemukakan, data yang diperoleh
secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi
dan alat lainnya merupakan sumber data primer. Sedangkan data yang diperoleh dari
bahan-bahan kepustakaan disebut data sekunder. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang bersumber langsung
dari masyarakat yang diteliti akan diperoleh melalui proses wawancara . sementara
data sekunder lebih banyak digunakan menjelaskan konsep, teori untuk menganalisis
16
masalah, dan data lainnya yang diperoleh dari buku, artikel, dan profil desa. Sumber
data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
1.6.3.1 Teknik Penentuan Informan
Penetuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu cara penentuan informan yang ditetapkan secara sengaja atas dasar
kriteria atau pertimbangan tertentu. Para informan dalam kegiatan penelitian ini
diupayakan adalah orang-orang yang dianggap mengetahui prihal tentang pokok
permasalahan (Ariawan, 1995: 22). Langkah selanjutnya adalah mencari informan
kunci, yakni orang yang dianggap memahami permasalahan yang akan diteliti
mengenai loloh cemcem dan sekaligus dapat membantu peneliti. Informan yang
diwawancarai dalam penelitian ini meliputi kepala desa beserta staf, tokoh-tokoh
adat, tokoh masyarakat dan masyarakat pendukung. Penentuan informan kunci dipilih
dengan pertimbangan-pertimbangan yang merujuk pada pandangan Spradley (2006:
68-77) yaitu sebagai berikut:
1. Enkulturasi penuh, artinya informan mengetahui secara baik budayanya.
Enkulturasi merupakan proses alami dalam mempelajari suatu budaya
tertentu. Beberapa suasana budaya dipelajari melalui intruksi formal dan
informal, melalui pengalaman kerja. Salah satu cara untuk memperkirakan
seberapa dalam seseorang telah mempelajari suatu suasana budaya adalah
dengan menentukan rentang waktu (lamanya) orang itu dalam situasi budaya
itu.
17
2. Keterlibatan langsung, artinya informan terlibat dalam suasana budaya,
menggunakan pengetahuannya untuk membimbing tindakannya, meninjau
hal-hal yang mereka ketahui.
3. Suasana budaya yang tidak dikenal, dalam hal ini yang dimaksud adalah
peneliti menentukan informan yang bukan berasal dari wilayah yang sama
dengan peneliti. Ketika etnografer mempelajari budaya yang tidak dikenalnya,
maka ketidakenalan ini menahannya untuk menerima berbagai hal itu sebagai
apa adanya. Sikap ini membuat peneliti menjadi sensitif terhadap berbagai hal
yang telah menjadi demikian biasa bagi informan tetapi mereka
mengabaikannya.
4. Waktu yang cukup, maksudnya harus dipilih informan yang memiliki cukup
waktu untuk diwawancarai; atau dengan kata lain dipilih informan yang tidak
terlalu sibuk. Selain itu dapat pula dipilih informan yang bersedia meluangkan
waktu lantaran perhatiannya terhadap projek penelitian.
5. Non-analitik artinya dipilih beberapa informan yang menggunakan bahasa
mereka untuk menggambarkan berbagai kejadian dan tindakan dengan cara
yang hampir tanpa analisis mengenai arti atau signifikansi dari kejadian dan
tindakan itu. Namun, dipilih juga informan yang memberikan analisis dan
interpretasi dengan penuh pengertian mengenai berbagai kejadian itu dari
perspektif “teori penduduk asli” (folk theory). Kedua jenis informan itu dapat
menjadi informan yang baik. Secara umum, peneliti memilih informan yang
tidak menganalisis kebudayaannya sendiri dari perspektif orang luar.
18
Berdasarkan hal di atas penulis memilih beberapa informan kunci awal yaitu,
Kepala Desa/ Lurah, bendesa adat dan warga yang memproduksi loloh cemcem, yang
mengetahui bagaimana proses pembuatan loloh cemcem dari awal sampai akhir
pembuatannya. Selanjutnya pemilihan informan yang lain akan menyusul,
disesuaikan dengan kondisi, situasi di lapangan dan mempertimbangkan keperluan
data, serta tetap berpedoman kepada kriteria informan yang telah ditentukan.
1.6.3.2 Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Metode observasi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Metode observasi biasa. Ini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematika fenomena- fenomena yang diselidiki (Hadi, 1979 : 159).
Adapun data yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode ini adalah
data tentang keadaan Desa Adat Penglipuran secara umum, baik dari catatan
dikantor kepala desa maupun pengamatan langsung di lapangan.
b. Metode observasi langsung. Observasi semacam ini dimana penelitian secara
langsung berhadapan dengan obyek yang diteliti untuk mendapat gambaran
mengenai gejala-gelaja yang ada terkait dengan obyek yang bersangkutan dan
dalam kesempatan seperti ini lebih memungkinkan terjadinya integrasi social
antara peneliti dengan masyarakat yang diteliti.
19
Metode observasi ini membantu peneliti dalam mengumpulkan data yang terdapat
dalam masyarakat Desa Adat Penglipuran; dengan cara mencermati dan memahmai
adaptasi budaya yang terjadi pada setiap perilaku masyarakat secara langsung
maupun secara tertulis.
1.6.3.3 Wawancara
Metode wawancara merupakan suatu cara yang digunakan dalam
mengumpulkan data atau informasi-informasi tentang keadaan suatu masyarakat yang
sedang menjadi obyek penelitian dengan jalan tanya jawab tatap muka (Hadi, 1979 :
225). Metode wawancara dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Wawancara biasa yaitu mengadakan wawancara dengan beberapa informan
kunci yang dapat mengetahui secara garis besarnya masalah-masalah yang
menjadi obyek penelitian.
b. Wawancara mendalam yaitu dimana ini dilakukan dengan wawancara
terhadap beberapa orang informan yang termasuk didalamnya tokoh-tokoh
masyarakat, pemuka adat, pemuka agama serta orang yang dipandang mampu
memberikan keterangan dan informasi tentang pokok permasalahan tersebut.
Data yang dicari melalui wawancara yaitu data mengenai sistem ekonomi yang
terdapat pada usaha rumah tangga loloh cemcem di Desa Adat Penglipuran. Usaha
20
rumah tangga yang merupakan suatu bentuk ekonomi kreatif sebagai strategi dalam
pengembangan desa pariwisata.
1.6.3.4 Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai
dikemukakan Koentjaraningrat (1993 : 33) menyebutkan bahwa studi kepustakaan
adalah cara dalam hal melakukan penelitian untuk memperoleh data dengan
berdasarkan pada buku, majalah, laporan, karangan, skripsi dan karya tulis yang lain
mengenai suatu bidang ilmiah atau gejala yang relevan dengan hal atau masalah yang
diangkat dan dibahas.
1.6.4 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Semua data yang telah dikumpulkan akan diklasifikasikan berdasarkan permasalahan
yang akan dibahas. Data-data yang diproleh di lapangan baik berupa keterangan-
keterangan, angka-angka, observasi, wawancar, dan sumber kepustakaan yang sesuai
dengan permasalahan dideskripsikan dan diinterpretasikan secara kualitatif. Tahapan
lengkapnya yaitu mulai dari pengumpulan data, pengorganisasian data, pengeditan
data, dan penganalisisan data sesuai dengan kerangka teori yang dipakai.