ACARA 2 Enkapsulasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan enkapsulasi

Citation preview

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

LAPORAN

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PERKEBUNAN HILIR

ENKAPSULASI

Disusun Oleh:

Utiya Listy Biyumna

121710101119

Firdiyan Septianta

121710101113

Bayu Octavian Prasetya121710101118

Putri Gita Kurniasari

121710101120

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangRempah-rempah telah dikenal luas sebagai pemberi cita rasa atau bumbu dan jamu tradisional. Sifat tersebut disebabkan adanya kandungan zat aktif aromatis didalamnya. Jika zat atau komponen aktif tersebut dipisahkan dengan cara diekstrak, baik dengan pelarut tertentu (misalnya etanol) mupun penyulingan (destilasi) hasilnya masing-masing dikenal dengan nama oleoresin atau minyak atsiri. Dalam penggunaan oleoresin dan minyak astsiri masih dijumpai adanya kekurangan atau kerugian. Hal ini mendorong para ahli untuk mengolah lebih lanjut dengan teknologi enkapsulasi (Koswara, 2001).Enkapsulasiadalah proses penangkapan partikel padat, butiran cairan dan gas dalam lapisan tipis.Partikel yang dienkapsulasi merupakan mikro- atau makro-kapsul dan memiliki diameter rata-rata antara sepersepuluh milimikron sampai beberapa ribumikron, contohnya dari 0,1-1000 mikron, lebih disukai 0.5-500, lebih disukai lagi bila 1-300, tapi lebih disukai lagi dari 10-200 dan 20-150 mikron (Anonim, 2013). Teknik enkapsulasi pada oleoresin akan menyebabkan flavor terperangkap dalam suatu pelapis polimer membentuk mikrokapsul bulat dengan ukuran antara puluhan mikron sampai beberapa milimeter. Oleoresin yang dienkapsulasi sangat efektif digunakan dalam makanan olahan, proses pengisian, pencampuran kering, permen, makanan formula, bumbu-bumbuan, makanan penutup, produk-produk susu dll. 1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk:

Mengetahui efisiensi enkapsulasi dari kayu manis, temuireng, lempuyang, lada hitam, kunir, jahe, temulawak dan laos. Mengetahui analisa kelarutan hasil enkapsulasi dari kayu manis, temuireng, lempuyang, lada hitam, kunir, jahe, temulawak dan laos.BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Enkapsulasi

Enkapsulasiadalah proses penangkapan partikel padat, butiran cairan dan gas dalam lapisan tipis.Partikel yang dienkapsulasi merupakan mikro- atau makro-kapsul dan memiliki diameter rata-rata antara sepersepuluh milimikron sampai beberapa ribumikron, contoh: dari 0,1-1000 mikron, lebih disukai 0.5-500, lebih disukai lagi bila 1-300, tapi lebih disukai lagi dari 10-200 dan 20-150 mikron (Anonima, 2013). Teknik enkapsulasi pada oleoresin akan menyebabkan flavor terperangkap dalam suatu pelapis polimer membentuk mikrokapsul bulat. Oleoresin yang dienkapsulasi sangat efektif digunakan dalam makanan olahan, proses pengisian, pencampuran kering, permen, makanan formula, bumbu-bumbuan, makanan penutup, produk-produk susu dll. Keuntungan proses enkapsulasi yaitu flavor terlindung dari kehilangan (penguapan) dalam masa penyimpanan yang lama; mudah dituangkan, mudah ditimbang, ditangani dan dicampurkan; bebas dari enzim tannin, mikroba dan serangga; mudah digunakan dalam pencampuran bahan-bahan kering; bebas dari garam-garam, dekstrosa dan pengisi yang lain, kecuali pati atau gum yang digunakan sebagai bahan pelapis; bersifat non higroskopis dengan stabilitas dalam penyimpanan yang baik; serta dapat menghasilkan produk dengan kualitas flavor yang terstandarisasi (Koswara, 2001).Menurut Frazier dan Westhoff (1998), enkapsulasi adalah proses pembentukan kapsul yang menyelubungi suatu bahan pelindung tertentu yang dapat mengurangi kerusakan senyawa aktif tersebut. Bahan yang diselubungi umumnya disebut bahan inti atau bahan aktif. Bahan inti tersebut dapat berbentuk padat, cair, gas ataupun sel. Enkapsulasi dapat dilakukan pada bakteri probiotik untuk memberikan perlindungan terhadap bakteri probiotik dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti panas dan bahan kimia. Enkapsulasi membantu memisahkan material inti dengan lingkungannya hingga material tersebut terlepas (release) ke lingkungan. Enkapsulasi probiotik telah banyak dilakukan untuk meningkatkan ketahanan atau viabilitas sel probiotik selama proses pembuatan produk dan penyimpanan (Krasaekoopt et al. 2006) serta meningkatkan ketahanan selama dalam jalur pencernaan (pH rendah dan cairan empedu) (Castilla et al. 2010). Enkapsulasi beberapa kultur bakteri termasuk probiotik dilakukan untuk memperpanjang umur simpan dan mengubah menjadi bentuk serbuk agar lebih mudah dalam penggunaan (Krasaekoopt et al. 2003).Enkapsulasi merupakan teknik penyalutan suatu bahan, sehingga bahan yang disalut dapat dilindungi dari pengaruh lingkungan. Bahan penyalut disebut enkapsulan, sedangkan yang disalut/dilindungi disebut core dan struktur yang dibentuk oleh bahan pelindung yang menyelimuti inti disebut sebagai dinding, membran, atau kapsul. Enkapsulasi pada bakteri dapat memberikan kondisi yang mampu melindungi mikroba dari pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti panas dan bahan kimia, sedangkan mikroenkapsulasi adalah proses fisik dimana bahan aktif (bahan inti), seperti partikel padatan, tetesan air ataupun gas, dikemas dalam bahan sekunder (dinding), berupa lapisan film tipis. Proses ini digunakan untuk melindungi suatu zat agar tetap tersimpan dalam keadaan baik dan untuk melepaskan zat tersebut pada kondisi tertentu saat digunakan (Paramita 2010). Bahan yang umum digunakan untuk enkapsulasi adalah berbagai jenis polisakarida dan protein seperti pati, alginat, gum arab, gelatin, karagenan, albumin dan kasein. Penggunaan bahan untuk enkapsulasi perlu dipertimbangkan, karena masing-masing bahan mempunyai karakter yang berbeda dan belum tentu cocok dengan bahan inti yang akan dienkapsulasi (Desmond et al., 2002). Berdasarkan penjelasan diatas, enkapsulasi adalah teknik penyalutan suatu bahan senyawa aktif yang dapat berbentuk padat, cair, gas ataupun sel dengan memerangkap flavor dalam suatu pelapis polimer membentuk mikrokapsul bulat yang memiliki diameter rata-rata antara sepersepuluh milimikron sampai beberapa ribumikron, sehingga flavor terlindung dari kehilangan (penguapan) dalam masa penyimpanan yang lama2.2 Fungsi Masing-Masing Bahan

2.2.1 Aquades

Aquades merupakan air hasil penyulingan (diuapkan dan disejukan kembali) yang memiliki rumus kimia pada air umumnya yaitu H20 yang berarti dalam 1 molekul, terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal. Molekul pada H20 berbentuk asimetris.Karena molekul air asimetris dan atom oksigen memiliki elektronegativitas lebih tinggi dari atom hidrogen, ia membawa muatan negatif sedikit, sedangkan atom hidrogen sedikit positif. Akibatnya, molekul polar dengan momen dipol listrik tidak sama dengan 0 dan dapat membentuk dalam jumlah yang besar ikatan hidrogen antarmolekul untuk molekul ukurannya. Faktor-faktor ini menyebabkan gaya tarik menarik yang kuat antara molekul air, sehingga menimbulkan tegangan permukaan air yang tinggi dan gaya kapiler. Aksi kapiler mengacu pada kecenderungan air untuk bergerak ke atas tabung sempit melawan gaya gravitasi (Anonimb, 2011). Dalam suatu pembuatan media, aquades sangat diperlukan untuk melarutkan bahan yang akan digunakan yang memiliki pH 7 dengan konduktivitas 0 100 S. Aquades juga merupakan sumber air yang nantinya akan digunakan oleh mikroorganisme untuk bisa hidup (Kesuma, 2012).2.2.2 Alginat

Alginat adalah senyawa dalam bentuk garam dan turunan asam alginat. Alginat merupakan polimer yang membentuk koloid hidrofilik yang diekstraksi dengan garam alkali dari bermacam-macam jenis alga laut coklat (Phaeophyceae). Rumus molekul natrium alginat adalah (C6H7O6Na)n. Bobot molekul 198,11 (per unit) dan 10.000-600.000 (makromolekul). Titik lebur lebih dari 300 C dan pH = 7,2 untuk 1% larutan air. Larut dalam air dan mengental, tidak larut dalam larutan alkohol lebih dari 30%, eter, kloroform dan asam dengan pH kurang dari tiga. Alginat sebagai polimer dari asam -D-mannuronat dengan ikatan 1-4 dan polimer linier glukoronat yang terdiri dari campuran dari residu -(1->4) L- asam guluronat. (George dan Abraham, 2006).

Gambar 1. Struktur Alginat

Alginat telah diketahui merupakan polisakarida yang tidak bersifat toksis, tidak menyebabkan alergi bersifat biodegradabel dan juga biokompatibel (Robinson, 1981). Viskositas larutan alginat dipengaruhi oleh konsentrasi, bobot molekul, pH, suhu dan keberadaan garam. Alginat yang mengandung kation seperti K+, Na+, NH4+, Ca2+, larut dalam air dingin dan panas membentuk larutan yang stabil. Natrium alginate digunakan pada pembentukan gel, penstabil, pengemulsi, dan penebal (Genaro, 2000). Alginat telah digunakan secara luas untuk enkapsulasi probiotik skala laboratorium. Penggunaan alginat sebagai bahan enkapsulasi sering dikombinasikan dengan bahan lainnya, diantaranya dengan penambahan prebiotik (Hi-Maize), terigu dan polard (Widodo et al. 2003) sebagai bahan pengisi (filler), chitosan sebagai coating (Krasaekoopt et al. 2004) dan pektin untuk membentuk kompleks alginat-pektin yang lebih kuat (Castilla et al. 2010). Garam alginat larut dalam air, tetapi mengendap dan membentuk jel pada pH lebih rendah dari tiga. Alginat dapat membentuk jel (formasi egg-box), film, manik (beads), pelet, mikropartikel, dan nano partikel (Adrianto, 2011).Dalam bidang makanan, alginat berfungsi sebagai pemelihara bentuk jaringan pada makanan yang dibekukan, counteract penggetahan, pengerasan dalam industri roti berlapis gula, pengemulasi dalam salad dressing dan penambahan busa pada industri bir. Sifat kekentalan alginat dapat digunakan dalam pembuatan saus dan sirup serta sebagai penstabil dalam pembuatan es krim. Dalam bidang bioteknologi, alginat digunakan sebagai algin-immobilisasi sel dari yeats pada proses produksi alkohol. Dalam bidang farmasi, alginat dapat digunakan sebagai pembalut luka yang dapat menyembuhkan luka karena dapat mengabsorpsi cairan dari luka, dimana kalsium alginat dalam serat diubah oleh cairan tubuh menjadi natrium alginat yang larut (McHugh, 2003).

2.2.3 Sampel bubuk

2.2.3.1 Kayu manis

Kayu manis yang telah digiling diekstraksi beberapa kali dengan pelarut organik yang sesuai, dengan cara perkolasi. Kemudian pelarut diuapkan, sebaiknya dalam kondisi vakum. Ekstrak yang tertinggal merupakan oleoresin yang biasanya bercampur dengan minyak, lemak, pigmen dan komponen flavor yang terekstrak dari bahan asal. Oleoresin yang diperoleh merupakan cairan yang kental atau semi padat yang mempunyai karakteristik rasa dan aroma sama dengan bahan asalnya. Oleoresin dalam industri pangan banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dalam produk-produk olahan daging (misalnya sosis, burger, kornet), ikan dan hasil laut lainnya, roti, kue, puding, sirup, saus dan lain-lain (Anonim, 2009).2.2.3.2 Temuireng

Temuireng masih dalam keluargazingiberaceae,dikenal dengan nama daerah temu erang (Melayu), koneng hideung (Sunda), temu ireng (Jawa), temo ereng (Madura), temu ireng (Bali). Kandungan bahan aktif yang terdapat dalm temuireng antara lain minyak airis, tanin, kurkumol, kurdion, kurkumalakton, germakron, kurkumin, zat pati, damar, dan zat warna biru.Khasiat yang terdapat dalam temuireng antara lain yaitu : untuk meningkatkna nafsu makan, melancarkan keluarnya darah kotor setelah melahirkan, mengobati penyakit kulit, memperbaiki pencernaan, sariawan batuk, sesak napas, cacingan, dan menstimulasi kerja lambung (Sukmadjaja, 2012).2.2.3.3 Lempuyang

Lempuyang dikenal dikenal dengan nama daerah Lempuyang gajah (jawa dan Lempoyang paek (Madura).Kandungan bahan aktif yang terdapat pada lempuyang antara lain : Minyak astiri (terdiri dari zerumbon, pinen, alfa kariofilen, kamfen, sineol dan limonen). Flavonoid dan saponin.Khasiatdaribahan aktif yang terdapat dalam lempuyang tersebut antara lain : Zerumbon adalah senyawa yang berkhasiat sebagai anti kejang, dapat digunakan juga sebagai obat bisul, kaki bengkak, peluruh angin, peluruh batu ginjal dan empedu, kencing batu, diare berlendir dan menambah nafsu makan (Sukmadjaja, 2012)..2.2.3.4 Lada hitam

2.2.3.5 Kunir

2.2.3.6 Jahe

Jahe yang dikenal dibeberapa daerah dengan nama jae (jawa), jahe (Sunda), Jhai (Madura), jahi (Lampung), bahing (Batak karo), pase (Bugis) danmelito (Gorontalo).Selain beragamnya sebutan atau nama jahe diberbagai daerah, jugabeberapa jenis jahe yang dikenal di Indonesia yaitu jahe emprit, jahe gajah dan jahe merah.Kandungan bahan aktif jahe antara lain : minyak astiri 2 3%, zingberin, kamfena, borneol, sineol, zingeberal, geranipl, gingerin, gingerol.Umbi jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang bersifat sebagai antioksidan. Sifat inilah yang membuat jahe disebut-sebut berguna sebagai komponen bioaktif antipenuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi melindungi lemak/membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Berbagai khasiat jahe yang secara tradisional sudah dikenal luas adalah seperti berikut ini : Obat batuk, influenza, demam, menambah nafsu makan, memperkuat lambung, obat eksim, rematik, syaraf muka, lecet, luka karena tikaman benda tajam, terkena duri, jatuh, gigitan ular , menyembuhkan sesak dada dan memperbaiki pencernan (Sukmadjaja, 2012).2.2.3.7 Temulawak

Temulawak termasuk dalam keluarga Jahe (zingiberaceae), Temulawak ini sebagai tanaman obat asli Indonesia, dengan berbagai nama daerah yaitu : Temulawak (Jawa), Koneng gede (Sunda) dan Temulabak (Madura).Temulawak sudah lama digunakan secara turun temurun oleh nenek moyang kita untuk mengobati sakit kuning, diare, maag, perut kembung dan pegal-pegal. Terakhir juga bisa dimanfaatkan untuk menurunkan lemak darah, mencegah penggumpalan darah sebagai antioksidan dan memelihara kesehatan dengan meningkatkan daya kekebalan tubuh.Khasiat lainya yaitu : untuk mengobati limpa, ginjal, pinggang, asma, sakit kepala, masuk angin maag, produksi ASI, memperbaiki nafsu makan, sembelit, sariawan dan jerawat (Sukmadjaja, 2012).2.2.3.8 Laos

Laos atau lengkuas, dikenal dengan nama daerah Langkueneh (Aceh), Langkuweh (Padang), Laja (Sunda), Laos (Jawa, Bali), dan Lingkawas (Manado).Kandungan bahan aktif yang terdapat pada lengkuas antara lain : Minyak astiri, minyak alpinen, methyl cinnamate, kamfer, eugenol (pemberi cita rasa pedas).Manfaat laos selain sebagai penyedap masakan, banyak khasiat yang digunakan sebagai obat antara lain : Anti bakteri sebagai obat penyakit kulit seperti kodis koreng dan borok, obat gosok penghangat badan, pelancar kemih, penguat empedu, obat tetes telinga, memperbaiki pencernaan, mengeluarkan lendir dari saluran napas, sakit kepala, nyeri dada, meningkatkan nafsu makan, meredakan kolik atau perut mulas, diari dan obat anti mual (Sukmadjaja, 2012).2.2.4 Kasein

Kasein berasal dari bahasa latin yaitu caseine yang berasal dari kata caesus yaitu keju. Kasein adalah zat yang digunakan sebagai stabilisator emulsi air susu. Kasein merupakan proteida fosfor yang dijumpai dalam endapan koloida air susu, sedangkan dalam enkapsulasi coacervation, kasein berfungsi sebagai penstabil kapsul yang terbentuk oleh ikatan antara muatan negative alginate dengan muatan positif dari kalsium (dari larutan CaCl2) agar terbentuk kapsul yang kompak. Kasein merupakan komponen protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa protein whey. Kadar kasein pada protein suu mencapai 80% dari jumlah total protein yang terdapatdalam susu sapi, sedangkan protein whey sebanyak 20%. Kasein penting dikonsumsi karena mengandung komposisi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Kasein dapat digunakan dalam proses enkapsulasi. Fungsi kasein dalam proses enkapsulasi adalah untuk menstabilkan ikatan antara alginat dan CaCl2 karena ikatan alginat mempunyaiion negatif sedangkan CaCl2 sebagai ion positif larutannya stabil (Marshall, 2003).2.2.5 CaCl2 O,1 MCairan kalsium klorida (CaCl2)adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsure kalsium (logam alkali tanah) dan klorin. Ia tidak berbau, tidak berwarna, solusi tidak beracun, yang digunakan secara ekstensif di berbagai industri dan aplikasi di seluruh dunia.Berlaku sebagai ion khalida yang khas dan padat pada suhu kamar.Anonym. 2011. Kalsium Klorida. http://blogkimia.wordpress.com/2011/01/22/kalsium-klorida/. [Diakses tanggal 24 April 2014].Fungsi CaCl2, antara lain sebagai pelebur es di jalan raya pada musim dingin, untuk menurunkan titik beku pada mesin pendingin, sebagai pengenyal dan pengawet makanan

Kalsium klorida anhidrat adalah contoh yang mempunyai kemampuan menyerap air yang kuat sehingga digunakan sebagai pengering.

Anonym. 2009. Kegunaan dari Calcium Chloride. https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090209220827AAQTNqk.2.3 Prinsip Dasar Pembuatan Enkapsulasi

Metode mikroenkapsulasi cukup beragam. Berdasarkan sifatnya, tipe pembuatan mikroenkapsulasi dibagi dalam dua proses yaitu proses kimia dan mekanik. Proses kimia terdiri dari komplek koaservasi, polimer-polimer tidak tercampur, polimerisasi antar permukaan, polimerisasi in situ, dan penguapan pelarut. Sedangkan proses mekanik terdiri dari semprot kering, semprot beku, penyalutan dalam panci, ekstruksi sentrifugal dan suspensi kering (Thies, 1996).Metode yang umum digunakan dalam bidang farmasi meliputi semprot kering, semprot beku, koaservasi, suspensi udara, polimerisasi antar permukaan, penguapan pelarut dan penyalutan dalam panci (Bakan, 1986).2.3.1 Proses Kimia

a. Pemisahan Koaservasi

Metode koaservasi merupakan salah satu teknik mikroenkapsulasi yang digunakan untuk berbagai produk. Prinsip dari metode ini adalah pemisahan larutan polimer hidrofilik dalam dua fase, yaitu fase kaya polimer dan fase cairan pengencer. Koaservasi dapat dibagi menjadi koaservasi sederhana dan koaservasi komplek yang bergantung pada jumlah polimer yang digunakan dalam pembuatan mikropartikel. Koaservasi sederhana hanya menggunakan satu polimer contoh gelatin, polivinil alkohol, karboksil metilselulosa. Pemisahan fase dapat dipicu oleh adanya dehidrasi atau desolvasi dari fase polimer. Kondisi ini termasuk penambahan non-solven (contoh: etanol, aseton, dioksan, dan isopropanol), penambahan garam-garam anorganik (contoh: natrium sulfat), dan perubahan temperatur. Sedangkan koaservasi komplek menggunakan dua polimer hidrofilik dengan muatan yang berlawanan (Thies, 1996; Swarbrick, 2007).b. Polimerisasi Antar PermukaanPrinsip metode ini adalah dua cairan yang tidak saling bercampur, yang masing-masing mangandung monomer reaktif yang berbeda, didispersikan satu sama lainnya dalam bentuk globul halus dan pada permukaan kedua cairan tersebut terjadi polimerisasi. Biasanya digunakan dua monomer yang reaktif, yaitu monomer larut dalam air dan monomer yang larut dalam pelarut organik, dimana satu monomer dilarutkan setelah satu tahap emulsifikasi dari fase terdispersi tersebut. Kedua monomer akan berpolimerisasi pada permukaan antara dua cairan sehingga membentuk lapisan penyalut (Swarbrick, 2007).c. Polimerisasi in situPrinsip metode ini mirip dengan polimerisasi antarmuka, perbedaanya adalah metode ini hanya menggunakan satu jenis monomer yang berada dalam salah satu fase yaitu fase inti atau fase luarnya saja. Jika inti berupa zat-zat padat, maka monomer dilarutkan kedalam fase luar atau medium, sedangkan jika inti berupa cairan maka monomer dilarutkan didalamnya. Proses polimerisasi terjadi karena penambahan katalis yang dapat dilakukan pada fase luar atau fase inti, sehingga membentuk suatu lapisan polimer yang menyelimuti seluruh permukaan inti. Syarat dari metode ini adalah polimer penyalut yang terbentuk harus tidak larut dalam medium yang digunakan (Thies, 1996).d. Penguapan Pelarut

Penyalut mikrokapsul dilarutkan dalam suatu pelarut yang mudah menguap, yang tidak bercampur dengan fase cairan pembawa. Bahan inti dilarutkan atau didispersikan dalam larutan penyalut polimer. Dengan pengocokan campuran bahan penyalut inti terdispesi dalam fase cairan pembawa untuk mendapatkan ukuran mikrokapsul yang sesuai. Campuran jika perlu dipanaskan untuk menguapkan pelarut untuk polimer. Bila bahan inti terdispersi dalam larutan polimer, polimer berkumpul sekeliling inti. Bila bahan inti terlarut dalam larutan polimer penyalut, terbentuk mikrokapsul tipe matriks. Mikrokapsul dapat digunakan dalam bentuk suspensi, terlarut dalam substrat atau diisolasi sebagai serbuk (Bakan, 1986).2.3.2 Proses Mekanik

a. Semprot Kering

Semprot kering atau spray drying dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan dari bentuk cair (larutan, dispersi atau pasta) menjadi bentuk partikel-partikel kering oleh suatu proses penyemprotan bahan ke dalam medium pengering yang panas (Kissel, 2006).Prinsip mikroenkapsulasi dengan semprot kering meliputi proses pendispersian bahan inti ke dalam larutan penyalut, kemudian pelarut penyalut tersebut dikeringkan dengan menyemprotkan campuran tersebut dengan udara panas pada kamar pengering (Gambar 2). Udara panas tersebut akan menguapkan pelarut sehingga terbentuk mikrosfer (Ghosh, 2006). Proses pengeringan dengan semprot kering terdiri dari empat tahap yaitu pengabutan (atomization), pencampuran semprot dan udara, penguapan pelarut, dan pemisahan produk dari alat (Kissel, 2006).

Gambar 2. Skematik ilustrasi mikroenkapsulasi dengan semprot kering (Ghosh, 2006)

Bentuk ukuran mikrosfer dengan menggunakan metode semprot kering dikontrol oleh laju penyemprotan, laju pemasukan larutan penyalut dan bahan inti, ukuran nozzel, temperatur dan ukuran kamar pengering. Kualitas dari semprot kering dapat ditingkatkan dengan penambahan plasticizers yang mendorong terjadinya pembentukan film dan koalesensi polimer, sehingga meningkatkan permukaan mikrosfer yang halus dan sferis (Swarbrick, 2007).Beberapa keuntungan penggunaan semprot kering yaitu metodenya sederhana, ekonomis, teknologinya sudah banyak dikuasai, tersedianya peralatan, dan dapat digunakan untuk produksi mikrosfer dalam jumlah besar (Thies, 1996).b. Semprot Beku

Proses semprot beku atau spray chilling sama dengan semprot kering, meliputi pendispersian bahan inti dalam bahan penyalut yang dicairkan, dan penyemprotan campuran inti-penyalut ke dalam suatu kondisi lingkungan dimana pemadatan yang relatif cepat dari penyalutan diganggu. Perbedaan antara kedua metode ini adalah cara dilaksanakan pemadatan penyalut. Pemadatan pada metode semprot beku dilaksanakan dengan pembekuan secara termal suatu bahan penyalut yang melebur, atau dengan memadatkan suatu penyalut yang dilarutkan dengan memasukan bahan inti dan bahan penyalut ke dalam suatu bukan pelarut. Penghilangan bahan bukan pelarut atau pelarut dengan cara teknik peresapan, ekstraksi atau penguapan. Sedangkan pada semprot kering dipengaruhi oleh penguapan cepat dari pelarut dimana bahan penyalut dilarutkan (Bakan, 1986).c. Penyalutan Dalam Panci

Mikroenkapsulasi dengan menggunakan metode penyalutan dalam panic telah luas digunakan dalam industri farmasi. Pada metode ini penyalut digunakan sebagai satu larutan atau sebagai semprotan halus ke suatu bahan inti padat di dalam panci penyalut. Untuk memindahkan larutan penyalut, biasanya air hangat digunakan pada bahan-bahan tersalut saat penyalutan ada di dalam panci penyalut. Penghilangan penyalut dilakukan dalam oven pengering (Bakan, 1986).d. Suspensi Udara

Prinsip metode ini adalah partikel inti didispersikan ke dalam arus udara dan pada tempat-tempat tertentu mengalami penyalutan oleh polimer yang disemprotkan secara berkala. Metode suspensi udara, digunakan untuk bahan inti yang tahan panas dengan menggunakan medium udara/gas dan penyalut polimer (Deasy, 1984).BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Beaker glass

Erlemeyer

Corong kaca

Syringe

Batang stirrer

Labu ukur

Vortex

Botol semprot

Spatula

Almunium foil

Kertas saring

Oven3.1.2 Bahan

20 mL aquades

0,6 gram alginat

0,2 gram bubuk kayu manis 0,2 gram bubuk temuireng

0,2 gram bubuk lempuyang

0,2 gram bubuk lada hitam

0,2 gram bubuk kunir

0,2 gram bubuk jahe

0,2 gram bubuk temulawak

0,2 gram bubuk laos 0,2 gram kasein

100 mL larutan CaCl2 O,1 M3.2 Skema Kerja3.2.1 Pembuatan Enkapsulasi

Keterangan Perlakuan Bahan :

Kel 1: Bubuk kayu manis

Kel 2: Bubuk temuireng

Kel 3: Bubuk lempuyang

Kel 4: Bubuk lada hitam

Kel 5: Bubuk kunir

Kel 6: Bubuk jahe

Kel 7: Bubuk temulawakKel 8: Bubuk laos

3.2.2 Analisa Kelarutan

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Efisiensi EnkapsulasiKelompokSampelW1 ()W2 (g)

1Kayu manis0,696g0,2

2Temuireng0,7390,2

3Lempuyang0,7130,2

4Lada hitam0,6220,2

5Kunir0,7080,2

6Jahe0,7040,2

7Temulawak0,6930,2

8Laos0,6280,2

4.1.2 Sampel %KelompokSampelAbsorbansi W (g)

1Kayu manis0,0070,2

2Temuireng0,0030,2

3Lempuyang0,0040,2

4Lada hitam0,0110,2

5Kunir0,0080,2

6Jahe0,0040,2

7Temulawak0,0030,2

8Laos0,0040,2

4.2 Hasil Perhitungan4.2.1 Efisiensi EnkapsulasiKelompokSampelEfisiensi %

1Kayu manis71,2

2Temuireng72,9

3Lempuyang71,9

4Lada hitam67,8

5Kunir71,7

6Jahe71,5

7Temulawak71,1

8Laos68,1

4.2.2 Sampel %KelompokSampel% Bahan

1Kayu manis0,35

2Temuireng0,15

3Lempuyang0,2

4Lada hitam0,55

5Kunir0,4

6Jahe0,2

7Temulawak0,15

8Laos0,2

BAB 5. PEMBAHASAN5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

Masing-masing sampel bubuk sebanyak 0,2 g, alginat 0,6 g dan kasein 0,2 g dicampurkan dengan larutan dalam 20 ml aquades5.2 Analisa data (Bahas penyimpangan bila ada)Cara pembuatan yg msh kurang brsh, DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kayu Manis dan Pengolahannya Sebagai Produk Pangan. http://lordbroken.wordpress.com/2009/12/25/kayu-manis/. [Diakses tanggal 24 April 2014].Anonimb. 2011. Aquades. http://chenyachirrup.blogspot.com/2011/04/aquades.html. [Diakses tanggal 24 April 2014].

Saputra, A. 2013. Kegunaan Air Suling (Aquades). http://fourseasonnews.blogspot.com/2013/04/kegunaan-air-suling-aquades.html [Diakses tanggal 24 April 2014].

Kesuma, W.A. 2012. Laporan Praktikum Mikrobiologi Air Pembuatan Media. Lampung: Universitas Lampung.

Anonima. 2012. Pengertian Mikroskop. http://awan-dani.blogspot.com/2012_03_01_archive.html. [Diakses tanggal 24 April 2014].

Adrianto, A., Rahayuningsih, M., dan Yuliani, S. 2011. Encapsulation of Lactobacillus Casei Using Extrusion Technique as Starter Culture for Production of Dadih From Cow Milk. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2013. Enkapsulasi (Biologi). http://id.wikipedia.org/wiki/Enkapsulasi_(biologi). [Diakses tanggal 21 April 2014].

Bakan, J.A. (1986). Microencapsulation dalam Lachman, L., et al. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. (3rd.ed). Philadelphia: Lea & Febiger. 861-889.

Deasy, P.B. (1984). Microencapsulation and Related Drug Process. New York: Marcel Dekker Inc. 21-37.

Genaro, A.R. 2000. Remingtons Pharmaceutical Sciences, 20 th edition. Pennsylvania: Mark Publishing Company.George M & Abraham TE. 2006. Polyionic Hydrocolloids for The Intestinal Delivery of Protein Drug: Alginate and Chitosan-A Review. Journal of Controlled Release. 2006.

Ghosh, S.K. 2006. Functional Coatings by Polymer Microencapsulation. Jerman: Wiley-Vch Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim. 12-25.

Kissel, T., et al. 2006. Microencapsulation Techniques for Parenteral Depot Systems and Their Application in the Pharmaceutical Industry dalam Benita, S. Microencapsulation Methods and Industrial Applications. (2nd.ed). New York: Taylor & Francis Group. 113-166.

Koswara, S. 2001. Teknologi Enkapsulasi Flavor Rempah-Rempah. http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/teknologi-pengolahan-atsiri/sutrisno-koswara/. [Diakses tanggal 21 April 2014].

Pharmacotheraphy Publication. 2004. http: // www.medscape.com. [Diakses Pada 21 April 2014].Sumadjaja, A. 2012. 10 Jenis Tanaman Rimpang Berkhasiat Obat. http://agussukmadjaja.blogspot.com/2012/08/10-jenis-tanaman-rimpang-berkhasiat-obat.html. [Diakses tanggal 25 April 2014].Swarbrick, J. 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology (3rd. ed). (Volume.1). USA: Informa Healthcare USA, Inc. 2328-2338.

Tarwadi & Paryanto I. 2000. Proses Pembuatan Kitosan dari Kulit Udang dan Pemanfaatan untuk Bidang Kesehatan. NEED: Lingkungan, Majalah Ilmiah 46-50.

Thies, C. 1996. A Survey of Microencapsulation Processes dalam Benita, S. (ed). Microencapsulation Methods and Industrial Applications. New York: Marcel Dekker, Inc. 1-19.

Larutan CaCl2

Alginat 0,6 g

Kasein 0,2 g

Sampel bubuk 0,2 g

Larutan dlm 20 ml aquades

Stirer 5 menit

Penuangan dlm syringe

Penetesan dlm larutan CaCl2

Penyaringan Beads

Beads

Pengovenan 30C, 20 jam

Sampel terenkapsulasi

Timbang

Larutan CaCl2

Pengambilan 10 ml

Tera sampai 100 ml aquadest

Vortex 10 detik

Inkubasi 90 oC, 10 menit

Absorbansi 343 nm