20
LAPORAN KASUS a. Identitas Pasien Nama : Mrs. M Umur : 17 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Padang Tiji No. RM : 139585 b. Anamnesis KU : Wajah berjerawat RPS: Pasien datang ke poli klinik kulit dengan keluhan wajah berjerawat sejak tiga tahun yang lalu, namun memberat dalam setahun terakhir. Awalnya hanya muncul bintik-bintik kecil, namun semakin hari bintik-bintik tersebut semakin besar seperti biji jagung dan keras. pasien merasa jerawatnya semakin bertambah banyak dan kadang-kadang disertai rasa gatal, nyeri, bernanah dan juga berdarah akibat garukan. Pasien mengaku jika makan makanan seperti mie instan dan kacang-kacangan jerawatnya semakin bertambah banyak dan tidak ada keluhan dengan pembersih muka yang digunakan. RPD : 1

Acne Vulgaris

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Acne Vulgaris

LAPORAN KASUS

a. Identitas Pasien

Nama : Mrs. M

Umur : 17 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Padang Tiji

No. RM : 139585

b. Anamnesis

KU :

Wajah berjerawat

RPS:

Pasien datang ke poli klinik kulit dengan keluhan wajah berjerawat sejak tiga tahun yang

lalu, namun memberat dalam setahun terakhir. Awalnya hanya muncul bintik-bintik

kecil, namun semakin hari bintik-bintik tersebut semakin besar seperti biji jagung dan

keras. pasien merasa jerawatnya semakin bertambah banyak dan kadang-kadang disertai

rasa gatal, nyeri, bernanah dan juga berdarah akibat garukan. Pasien mengaku jika

makan makanan seperti mie instan dan kacang-kacangan jerawatnya semakin bertambah

banyak dan tidak ada keluhan dengan pembersih muka yang digunakan.

RPD :

Sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama.

RPK :

Ibu pasien mengalami keluhan yang sama saat remaja.

RPO :

Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas

1

Page 2: Acne Vulgaris

c. UKK :

Pada wajah ditemukan papula eritem, pustula eritem, yang berukuran miliar

hingga lentikular, juga dijumpai komedo, kista dan nodus konfluen yang

sebagian ditutupi dengan krusta berwarna kecoklatan, yang dasarnya dijumpai

skuama.

d. Diagnosis Banding

Acne Vulgaris Nodulokistik

Erupsi Akneiformis

Dermatitis Kontak Alergi

folikulitis

e. Diagnosis

Acne Vulgaris Nodulokistik

f. Penatalaksanaan

Klindamicin tablet 2 x 150 mg selama 5 hari, habis obat kontrol

Metronidazole tablet 2 x 500 mg selama 5 hari, habis obat control

Acne Feldin lotion sue 2 x 1 (pagi dan sore)

g. Edukasi

Menghindari peningkatan jumlah sebum dengan cara, diet rendah lemak dan

karbohidrat

Membersihkan muka dari kotoran-kotoran yang menempel.

Menghindari polusi debu dan memencet lesi karena dapat memperberat peradangan.

Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stress,

kosmetik secukupnya

2

Page 3: Acne Vulgaris

Acne Vulgaris

A. Definisi

Acne vulgaris merupakan penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik dari

folikel pilosebacea, disertai penyumbatan dan penimbunan keratin, ditandai dengan

adanya komedo, papula, pustula, nodula dan kista, pada daerah-daerah predileksi seperti

wajah, dada, punggung dan lengan atas bagian luar. Acne vulgaris umumnya terjadi pada

masa remaja dan dapat sembuh sendiri.

B. Epidemiologi

Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum

menarche atau haid pertama. Onset acne pada perempuan lebih awal daripada laki-laki

karena masa pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki. Prevalensi acne

pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja.

Perempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37%

dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%. Pada ras

Asia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi

dan 10% lesi komedonal.

C. Etiologi dan Patogenesis

Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada berbagai

faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit.

1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang biasanya

berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas dari saluranfolikel

tersebut.

2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur komedogenik

dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.

3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel

dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada patogenesis penyakit.

4. Peningkatan jumlah flora folikel yang berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta

pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.

3

Page 4: Acne Vulgaris

5. Terjadinya respons hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang

memperberat akne.

6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin serta

ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar sebasea.

7. Terjadinya stres psikis yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik secara

langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis.

8. Faktor lain : Usia, ras, makanan, cuaca/musim yang secara tidak langsung dapat

memacu peningkatan proses patogenesis tersebut.

Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis folikular

sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan, inflamasi, dan aktivitas

Propionibacterium acnes (P. acnes). Androgen berperan penting pada patogenesis acne

tersebut. Acne mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan

dehidroepiandrosteron sulfat, precursor testosteron.

Penderita acne memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi

dibandingkan dengan orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih

dalam batas normal. Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan

merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi keratinosit pada duktus

seboglandularis dan akroinfundibulum. Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga

akibat penurunan asam linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin alfa. Epitel

folikel rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi

keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut.

4

Page 5: Acne Vulgaris

Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum,

dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas, membentuk

mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan bakteri, akan membesar dan

ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar akan menimbulkan respons inflamasi.

Akan tetapi, terdapat bukti bahwa inflamasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan

komedo.

Faktor keempat terjadinya acne adalah P.acnes, bakteri positif gram dan anaerob

yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne memiliki

konsentrasi P.acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak terdapat

korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne. Peranan P.acnes pada patogenesis acne

adalah memecah trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas

sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu infl amasi. Selain itu, antibodi terhadap

antigen dinding sel P. acnes meningkatkan respons inflamasi melalui aktivasi komplemen.

D. Manifestasi Klinis

Acne paling banyak terjadi di wajah, tetapi dapat terjadi pada punggung, dada, dan

bahu. Di badan, acne cenderung terkonsentrasi dekat garis tengah tubuh. Penyakit ini

ditandai oleh lesi yang bervariasi, meskipun satu jenis lesi biasanya lebih mendominasi.

Lesi noninflamasi, yaitu komedo, dapat berupa komedo terbuka (blackhead comedones)

yang terjadi akibat oksidasi melanin, atau komedo tertutup (whitehead comedones). Lesi

inflamasi berupa papul, pustul, hingga nodus dan kista. Scar atau jaringan parut dapat

menjadi komplikasi acne noninflamasi maupun acne inflamasi. Acne dapat disertai rasa

gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetika.

5

Page 6: Acne Vulgaris

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya acne diperlukan untuk pengobatan.

Ada berbagai pola pembagian gradasi acne yang dikemukakan. Menurut wasitaatmadja

(1982) dalam Djuanda (2003) di Bagian Imu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN

Dr. Cipto Mangun Kusumo membuat gradasi sebagai berikut:

1. Ringan, bila beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi, sedikit lesi tak beradang

pada beberapa tempat predileksi, sedikit lesi beradang pada satu predileksi.

2. Sedang, bila banyak lesi tak beradang pada satu predileksi, beberapa lesi tak beradang

lebih dari satu predileksi, beberapa lesi beradang pada satu predileksi, sedikit lesi

beradang pada lebih dari satu predileksi.

3. Berat, bila banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi, banyak lebih

beradang pada satu atau lebih predileksi.

Catatan: sedikit <5, beberapa 5-10, banyak >10.

Lesi, tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul.

Beradang : pustule, nodus, kista.

Klasifikasi derajat acne berdasarkan jumlah dan tipe lesi

(-)

tidak(-) tidak ada, (+) bisa ditemukan, (+) ada, (++) cukup banyak, (+++) banyak sekali

6

Derajat Komedo Papul/pustul Nodul, kista, sinus Inflamasi Jaringan parut

Ringan <10 <10 - - -

Sedang <20 >10 - 50 - + +

Berat >20-50 >50-100 <5 ++ ++

Sangat berat >50 >100 >5 +++ +++

Page 7: Acne Vulgaris

E. Diagnosa

Diagnosa acne vulgaris ditegakkan atas dasar anamnesa, manifestasi klinis, dan

pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan menggunakan

komedo ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa

padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.

Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat subjektif, biasanya pasien

mengeluh timbul bintik-bintik merah, rasa gatal dan pedih. Lesi-lesi jerawat yang disertai

peradangan mungkin terasa gatal waktu baru mulai dan terasa sakit bila ditekan. Hal ini

sangat mengganggu dalam hal psikologis karena berkaitan dengan estetika. Pada

pemeriksaan klinis dapat ditemukan lesi yang khas berupa komedo dan bila terjadi

peradangan akan terbentuk ruam berupa papula, pustula, nodul, dan kista di tempat

predileksinya. 

Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi,

memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sel radang kronis disekitar folikel

sebacea dengan massa sebum didalam folikel. Pemeriksaan mikrobiologi untuk

pemeriksaan terhadap mikroorganisme misalnya Propionibacterium acne dan juga

dilakukan analisis komposisi asam lemak di kulit, karena pada acne vulgaris kadar asam

lemak bebas (free fatty acid) meningkat.

F. Diagnosa Banding

1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh obat misalnya kortikosteroid, INH,

barbiturat, yodida, bromida, difenilhidantoin, trimetadion, ACTH, dan lain-lainya.

Klinis berupa erupsi papul-papul yang timbul diberbagai tempat pada kulit tanpa

adanya komedo, timbul mendadak, dan kadang-kadang disertai demam. Dapat terjadi

pada segala usia.

2. Acne venenata dan acne komedonal oleh rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi,

tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak

zat kimia atau rangsangan fisisnya.

3. Rosasea (dulu:akne rosasea). Merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka

dengan gejala eritema, pustul, telangiektasis dan kadang-kadang disertai hipertrofi

7

Page 8: Acne Vulgaris

kelenjar sebasea di hidung, pipi, dagu, dan dahi. Dapat disertai papul, pustul, dan

nodulus, atau kista. Komedo tidak terdapat, faktor penyebab adalah makanan atau

minuman panas.

4. Dermatitis Perioral yang terjadi terutama pada wanit dengan gejala klinis polimorfi

eritema, papul, dan pustul disekitar mulut yang terasa gatal.

G. Penatalaksanaan

1. Pengobatan Topical

Pengobatan topical yang paling banyak adalah benzoil peroksida, vitamin A asam,

dan antibiotica topical.

a. Tretinoin ( Vitamin A asam)

Tretinoin adalah suatu obat keras yang dapat menyebabkan eritema hebat dengan

pengelupasan kulit, biasanya disertai rasa seperti tersengat atau terbakar, pada

permulaan, penderita dianjurkan untuk memakai obat sekali sehari pada malam hari.

Bila terjadi eritema dan diskuamasi setelah lima hari obat dapat dipakai untuk dua

kali sehari. Efeknya tergantung pada konsentrasi, bahan dasar yang dipakai, jenis

kulit yang diobati, dan umur penderita. Pada umumnya hasil terapi barutampak

setelah 8 minggu pengobatan.

Cara Kerja:

Komedolitik: mencegah sel-sel tanduk melekat satu sama lain dengan

menghambat pembentukan tonofilamen dan mengurangi antara sel-sel keratin.

Mempercepat pergantian sel epitel folikel.

Epitel folikel yang membentuk mikrokomedo menjadi lebih permiabel, sehingga

bahan-bahan toksik dapat lebih mudah keluar dan komedo akan pecah.

Sebagai “ counter-iritan”, karena menyebabkan vaskularisasi bertambah dan

membantu resorpsi papula dan nodula yang sukar hilang.

b. Benzoil Piroksida

Zat ini tidak saja membunuh bakteri, melainkan juga menyebabkan deskuamasi

dan juga timbulnya gumpalan di dalam folikel. Pada permulaan pengobatan, pasien

merasa seperti terbakar. Gejala ini akan berkurang dalam beberapa minggu. Sebaiknya

dimulai dari dosis rendah dahulu, kemudian lambat laun diganti dengan dosis tinggi.

8

Page 9: Acne Vulgaris

Cara Kerja:

Antibakteri yang kuat

Komedolitik: mencegah sel-sel tanduk melekat satu sama lain dengan

menghambat pembentukan tonofilamen dan mengurangi antara sel-sel keratin.

Sebagai “ counter-iritan”, karena menyebabkan vaskularisasi bertambah dan

membantu resorpsi papula dan nodula yang sukar hilang.

c. Antibiotik Topical

Pemakaian bahan antimikroba dapat dibenarkan, bila mengurangi populasi C.

Acnes atau hasil metabolismenya seperti lipase atau porfirin. Tetapi tak satu pun bahan-

bahan yang memiliki efek seperti ini terdapat dalam bentuk krem, larutan, jel dan sabun.

Antibiotik yang sering dipakai:

Clindamisin 1 %: relatif stabil, kecuali pada beberapa kasus terjadi colitis

pseudomembranosa.

Eritromisin 2 % : tidak mengadakan iritasi dan dapat menyebabkan suatu dermatitis

kontak.

Tetrasiklin 0,5 % -5 % : sekarang jarang dipakai karena menyebabkan kulit

berwarna kuning.

2. Pengobatan Oral

a. Antibiotika Oral

Karena obat-obat ini digunakan dalam jangka waktu yang lama, toksisitasnya

harus rendah. Dalam hal ini, tetrasiklin merupakan antibiotika primer, sebab sudah

diketahui aktivitas dan toksisitasnya. Nampaknya eritromisin juga mempunyai efek

terapi yang sama dan cukup aman. Antibiotika tak pernah dipakai sendiri, tetapi

bersama-sama dengan obat yang mengadakan pengelupasan kulit.

Tetrasiklin

Eritromisin

Klindamisin dan Linkomisin

b. Hormon

Kortikosteroid

Kortikosteroid intra lesi berguna untuk lesi nodulokistik dan sinus pada akne

konglobata. Cepat mengurangi peradangan dan mencegah timbulnya

9

Page 10: Acne Vulgaris

sikatrik. Dipakai larutan dengan konsentrasi 2,5 mg /ml dan menyuntikkan

dapat diulangi tiap 1 sampai 2 minggu.

Estrogen dan pil Antihamil

Antiandrogen

c. Vitamin A

Bila diberikan peroral bersama-sama dengan antibiotika oral dan topical, vitamin A

asam sangat efektif untuk akne bentuk nodul dan kistik yang hebat. Diduga

mempengaruhi produksi atau metabolisme androgen.

Dosis: 50.000-10.000 iu/hari.

Pemahaman mengenai patogenesis acnedengan keempat faktor yang berperan

akan mempermudah prinsip penanganan acne, yaitu memperbaiki keratinisasi folikel,

menurunkan aktivitas kelenjar sebasea, menurunkan populasi bakteri P. acnes, dan

menekan inflamasi. Kongres European Academy of Dermatology and Venerology ke-9 di

Jenewa tahun 2002 mengeluarkan konsensus tentang pengobatan acne.

Derajat 1 (ringan) Derajat II-III

(sedang)

Derajat IV (berat) Maintenance

Retinoid topikal Retinoid topikal sotretinoin Retinoid topikal

Benzoil peroksida atau

antibiotik topikal

Benzoil peroksida atau

antibiotik topikal

atau retinoid topikal,antibiotik oral,

terapihormon

Benzoil peroksida atau

antibiotik topikal

Antibiotik oral

Terapi hormon

10

Page 11: Acne Vulgaris

E. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat

adalah sebagai

berikut:

a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara

diet rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit

untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran.

b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan

sehat, cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres;

penggunaan kosmetika secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar

minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan sebagainya.

11

Page 12: Acne Vulgaris

c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai

penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama

pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha

penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus asa atau

kecewa

F. Prognosis

Umumnya prognosis penyakit baik, tetapi sebagian penderita sering residif. Akne

vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi akne vulgaris

yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu rawat inap di

rumah sakit. Namun ada yang sukar diobati, mungkin ada faktor genetika.

12

Page 13: Acne Vulgaris

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, P., dan Sukardi, E., 1988, Kapita Selekta Dermato-Venerologi, Akne Vulgaris,

EGC, Jakarta, Hal : 132-135.

Djuanda A, dkk. Akne Vulgaris. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal : 254-259.

Graham Robin, Brown. Akne Vulgaris. Dalam : Lecture Notes On Dermatologi Edisi

Kedelapan. 2005. Jakarta : Erlangga. Hal : 55-63.

Harahap M. Akne Vulgaris. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. 2000. Hal : 35-

45.

Siregar , R. S., Akne Vulgaris, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed. Carolin wijaya &

Peter Anugrerah, Cetakan III, EGC, Jakarta, Hal : 209 – 214.

Wasitaatmadja, S., 2002, Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofema, Ilmu Penyakit kulit

Dan Kelamin, Ed. Adhi Djuanda, Edisi ke-3, Cetak ulang 2002 dengan perbaikan, FKUI,

Hal :235-241.

13