AD ART YPLP

Embed Size (px)

Citation preview

AD ART YPLP/ PPLPANGGARAN DASAR YAYASAN/PERKUMPULAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN PGRI HASIL PENYEMPURNAAN MUSYAWARAH KERJA NASIONAL VII PEMBUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bahwa Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai organisasi guru pendidik bangsa yang berpegang teguh membangun jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945, menyadari bahwa tingkat perjuangan bangsa sudah sampai pada tahap yang menentukan dalam usaha pengisian dan pelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bahwa kemajuan dan martabat bangsa ditentukan oleh tingkat pendidikannya. Oleh karena itu dalam usaha menciptakan kondisi pelayanan pendidikan kepada rakyat secara merata, pengembangan ilmu dan teknologi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia dan keterampilan masyarakat, PGRI terpanggil untuk menyelenggarakan lembaga-lembaga pendidikan sebagai lembaga perjuangan dan pengabdian masyarakat dengan berpijak kokoh pada penegakan sistem pendidikan nasional. Bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya suatu wadah untuk menyelenggarakan dan membina lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia yang bersifat nasional dan untuk itu dibentuklah anak lembaga PGRI yang diberi nama Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan dan atau Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :

BAB I PENDIRIAN STATUS DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia, selanjutnya disingkat YPLP PGRI didirikan dengan Akta Notaris Mohamad Ali Jakarta Nomor 21 tanggal 31 Maret 1980 yang berlaku surut mulai tanggal 1 Januari 1980 untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya. (2) Anak Lembaga ini bemama Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan sampai dengan tahun 2002 dan kemudian berubah menjadi Perkumpulan Pembina Lembaga pendidikan (PPLP) yang didirikan dengan akta notaris Lili Wijaya No. 1 tanggal 1 Agustus 2002 dan berubah kembali

menjadi YPLP pada tahun 2004, selanjutnya sampai dengan Musyawarah Kerja Nasional 2009 digunakan nama YPLP/PPLP. Ha! ini diperkuat dengan keputusan Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor 220/Org/PB/XX/2009 tanggal 22 Mei 2009. Pasal 2 (1) YPLP/PPLP PGRI adalah anak lembaga sebagai pengemban misi PGRI dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari organisasi PGRI. (2) Terkecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan negara, akte pendirian YPLP/PPLP PGRl sebagai badan hukum dapat dipergunakan dan beriaku bagi semua YPLP/PPLP PGRl di daerah-daerah. (3) YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRl dibenarkan memiliki Akta Notaris tersendiri dengan ketentuan tidak menyimpang atau bertentangan dengan jiwa dan makna AD/ART YPLP/PPLP PGRl ini. (4) Perubahan status Lembaga Pendidikan di lingkungan YPLP/PPLP PGRl harus mendapat persetujuan YPLP/PPLP PGRl Pusat dan lebih lanjut diatur dalam ART. Pasal 3 YPLP/PPLP PGRl Pusat berkedudukan di tempat kedudukan Pengurus Besar PGRl. BAB II AZAS DAN TUJUAN Pasal 4 YPLP/PPLP PGRl berazaskan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 YPLP/PPLP PGRl bertujuan : 1. Melaksanakan program pembangunan nasional dalam bidang pendidikan dan kebudayaan menuju terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Melaksanakan usaha pembangunan bangsa, khususnya upaya pelestarian jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 kepada generasi penerus. 3. Membina dan atau menyelenggarakan lembaga pendidikan milik Persatuan Guru Republik Indonesia, sebagai wadah kegiatan pendidikan yang mengemban misi dan identitas Persatuan Guru Republik Indonesia dalam usaha pendalaman penghayatan, pengamalan dan pelestarian jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 kepada generasi penerus, dan sebagai lembaga pengembangan ilmu, teknologi dan seni serta keterampilan yang

bermanfaat bagi pembangunan, melalui sistem pendidikan nasional berdasarkan Pancasila. 4. Melaksanakan pemerataan dan periuasan layanan pendidikan, meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing,serta pencitraan publik dan akuntabilitas. BAB III USAHA-USAHA Pasal 6 YPLP/PPLP PGRl menjalankan usaha-usaha : 1. Membina, mendirikan dan menyelenggarakan satuan pendidikan dan pelatihan di lingkungan PGRl. 2. Penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan dan pelatihan. 3. Menerbitkan buku, jurnal, majalah, buletin, membuat film, alat peraga, dan sarana pendidikan lainnya; 4. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan olahraga serta keterampilan. 5. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang sah dan tidak mengikat. BAB IV JENJANG DAN PEMBENTUKAN ORGANISASI Pasal 7 (1) Organisasi YPLP/PPLP PGRl terdiri dari: 1. YPLP/PPLP PGRl Pusat mencakup wilayah Republik Indonesia yang berkedudukan di ibukota Negara. 2. YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl Provinsi, mencakup wilayah provinsi, dan berkedudukan di ibukota provinsi. 3. YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl Kabupaten/Kota mencakup wilayah kabupaten, kota, atau yang setingkat dengan itu dan berkedudukan di ibukota kabupaten/kota. 4. YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRl, adalah satuan Perguruan Tinggi PGRl berkedudukan di provinsi, kabupaten/kota tempat Perguruan Tinggi PGRl itu berada. (2) Ketentuan-ketentuan pokok dan tata cara pembentukan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl Provinsi, YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRl dan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl Kabupaten/Kota diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB V

KEPENGURUSAN DAN PENDIRI Pasal 8 (1) Pengurus YPLP/PPLP PGRl pada semua jenjang, harus memenuhi tiga komponen persyaratan yang merupakan satu kesatuan, yaitu syarat umum, syarat khusus dan syarat profesional. (2) Syarat umum meliputi : 1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Tidak pernah melakukan tindakan kriminal, penyalahgunaan jabatan dan atau perbuatan tercela lainnya. 4. Bersih, jujur, bermoral tinggi, bertanggung jawab, terbuka, dan berwawasan luas. (3) Syarat khusus meliputi: a. Anggota PGRl sekurang-kurangnya 5 tahun b. Telah membuktikan pengabdian dan partisipasinya dalam kegiatan organisasi PGRl. c. Pengurus Harian YPLP/PPLP PGRI:

1) Pemah menjabat dalam kepengurusan organisasi PGRI atau YPLP/PPLP PGRI sekurangkurangnya pada jenjang yang setingkat lebih rendah. 2) Tidak merangkap jabatan : a) Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Bendahara PB PGRI bagi Pengurus Pusat YPLP/PPLP PGRI. b) Ketua, Sekretaris umum dan Bendahara Pengurus PGRI Provinsi bagi Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. c) Ketua, Sekretaris umum dan Bendahara Pengurus PGRI Kabupaten/Kota bagi Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. d) Pengurus Harian PGRI dan atau Pengurus YPLP/PPLP PGRI pada jenjang organisasi yang setingkat lebih tinggi atau setingkat lebih rendah. e) Ketua, Sekretaris, Bendahara Yayasan lain yang menyelenggarakan pendidikan sejenis. d. Mengamalkan Kode Etik Guru Indonesia.

e. Memiliki pengalaman dalam bidang tugasnya. (4) Syarat profesional meliputi: a. Berpendidikan formal/berijazah Sekolah Menengah atau sederajat, diutamakan yang berijazah sekurang-kurangnya S1. b. Berpengalaman mengajar atau aktif di bidang pendidikan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun. c. Memiliki kepemimpinan yang demokratis dengan manajemen yang terbuka. Pasal 9 (1) Kepengurusan YPLP/PPLP PGRI terdiri dari: 1. Pengurus harian, terdiri dari unsur ketua, unsur sekretaris dan unsur bendahara. 2. Pengurus lengkap, terdiri dari unsur ketua, unsur sekretaris, unsur bendahara, dan anggota. (2) Pengangkatan, pemberhentian dan pelantikan pengurus. 1. Pengurus YPLP/PPLP Pusat diangkat, diberhentikan dan bertanggung jawab kepada Pengurus Besar PGRI. 2. Pengangkatan dan pemberhentian Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI dilakukan oleh Badan Pimpinan Organisasi PGRI sesuai dengan tingkatannya. 3. Pelantikan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI dilaksanakan oleh badan pimpinan organisasi sesuai dengan tingkatannya, dan dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI setingkat diatasnya. 4. Pengangkatan dan pemberhentian Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI ditetapkan oleh badan pimpinan PGRI provinsi atas usul Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI bersangkutan. 5. Pelantikan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dilaksanakan oleh badan pimpinan PGRI provinsi dan dikukuhkan oleh YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 10 (1) Kepengurusan YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang adalah 5 (lima) tahun sesuai dengan masa bakti PGRI di tingkatnya masing-masing. (2) Ketentuan tentang masa jabatan pengurus diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 11 Keanggotaan Pengurus YPLP/PPLP PGRI berakhir karena :

1. 2. 3. 4.

berakhir masa jabatan; meninggal dunia; mengajukan permintaan berhenti secara tertulis dari anggota Pengurus; diberhentikan oleh pengurus organisasi menurut ketentuan Anggaran Dasar karena melakukan pelanggaran disiplin organisasi atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan azas dan tujuan YPLP/PPLP PGRI. Pasal 12

(1) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang berkewajiban menjalankan ketentuanketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga YPLP/PPLP PGRI dan ketentuan lain yang beriaku. (2) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang bersifat kolektif dan wajib mengadakan kerjasama dengan Pengurus PGRI setempat sesuai tingkatannya. Pasal 13 (1) Pendiri adalah seorang atau beberapa orang yang merintis berdirinya YPLP/PPLP PGRI, satuan pendidikan dasar dan menengah, serta Perguruan Tinggi. (2) (3) Nama-nama pendiri sebagaimana dimaksud ayat (1) tercatum dalam akta pendirian. Hak dan wewenang pendiri diatur sesuai peraturan perundang-undangan yang beriaku. BAB VI FORUM ORGANISASI Pasal 14 (1) Forum YPLP/PPLP PGRI terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Musyawarah Kerja Nasional; Musyawarah Kerja Nasional Luar Biasa; Rapat Kerja Nasional; Rapat Kerja Khusus; Rapat Kerja Daerah; Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI; Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP PGRI Pusat.

(2) Forum sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB VII BADAN PEMBINA

Pasal 15 (1) Badan Pimpinan Organisasi PGRI adalah Badan Pembina Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI sesuai tingkatannya. (2) Badan Pimpinan Organisasi PGRI Provinsi adalah Badan Pembina Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. Pasal 16 Wewenang, tugas dan tanggung jawab Badan Pembina diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB VIII KEKAYAAN Pasal 17 Kekayaan YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. Modal pertama sekurang-kurangnya sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta njpiah). Uang iuran satuan pendidikan PGRI. Sumbangan, penerimaan hibah dan subsidi serta bantuan yang tidak mengikat. Pendapatan dari usaha-usaha lain yang sah. Semua kekayaan organisasi dibukukan atas nama organisasi berdasarkan peraturan dan ketentuan organisasi. 6. Pengatasnamaan organisasi sebagaimana dimaksud huruf (e) adalah dibukukan atas nama YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota atau YPLP/PPLP PGRI Provinsi atau YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI atau YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 18 Wewenang, tugas dan tanggung jawab pemeriksaan kekayaan dan keuangan YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang pendidikan PGRI diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB IX TAHUN BUKU Pasal 19 (1) Tahun buku YPLP/PPLP PGRI dimulai pada awal bulan Januari sampai akhir bulan Desember setiap tahun.

(2) Tahun buku satuan pendidikan Dikdasmen dimulai dan diakhiri berdasarkan tahun pelajaran. (3) Tahun buku Perguruan Tinggi dimulai dan diakhiri berdasarkan tahun akademik. Pasal 20 Paling lambat dua bulan sejak penutupan tahun buku, dibuat pertanggungjawaban keuangan YPLP/PPLP PGRI oleh Badan Pengurus. BAB X DISIPLIN ORGANISASI Pasal 21 (1) Tindakan disiplin organisasi dikenakan kepada anggota Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang dan pimpinan lembaga pendidikan PGRI di semua jenis dan tingkatan, termasuk tenaga kependidikan yang telah melanggar AD/ART YPLP/PPLP PGRI serta ketentuan dan peraturan YPLP/PPLP PGRI lainnya yang berlaku. (2) Tindakan disiplin organisasi cfitur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X PEMBUBARAN Pasal 22 Pembubaran YPLP/PPLP PGRI hanya dapat dilakukan melalui forum organisasi tertinggi yang disetujui oleh badan pimpinan PGRI dan telah memenuhi syarat-syarat sesuai AD/ART dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 23 Apabila YPLP/PPLP PGRI Pusat, YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, YPLP/PPLP PT PGRI, YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota bubar, maka Pengurus berkewajiban untuk menyelesaikan utang-piutang, asset, dan apabila ada sisanya diserahkan kepada Pengurus PGRI sesuai dengan tingkatannya masing-masing untuk digunakan sesuai dengan tujuan PGRI. BAB XI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 24 (1) Perubahan Anggaran Dasar dapat diadakan atas dasar keputusan Musyawarah Kerja Nasional YPLP/PPLP PGRI. (2) Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan berlaku setelah ditelapkan dengan keputusan Pengurus Besar PGRI BAB XII PENUTUP Pasal 25 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. (2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal disahkan oleh Pengurus Besar PGRI.

ANGGARAN RUMAHTANGGA YAYASAN/PERKUMPULAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN PGRI HASIL PENYEMPURNAAN MUSYAWARAH KERJA NASIONAL VII BAB I SUSUNAN PENGURUS DAN TATA CARA PEMBENTUKAN YPLP/PPLP PGRI Pasal 1 (1) Susunan Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat sebanyak-banyaknya 11 (sebelas) orang terdiri dari: Ketua 1. 2. 3. 4. 5. 6. Wakil Ketua WakilKetua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Lima orang anggota

(2) Susunan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Empat orang anggota

(3) Susunan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Dua orang anggota

(4) Susunan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Empat orang anggota

dan atau sesuai dengan akta notaris di YPLP/PPLP PERGURUAN TINGGI PGRI setempat. Pasal 2 (1) Masa jabatan Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang adalah 5 (lima) tahun sesuai dengan masa bakti PGRI di tingkatnya masing-masing dan dapat dipilih kembali.

(2) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana tersebut dalam ayat (1) ada anggota Pengurus berhalangan atau berhalangan tetap, sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya, Badan Pimpinan PGRI berwenang menurut ketentuan Anggaran Dasar memberhentikan dan mengangkat pengganti. (3) Tidak menduduki jabatan lebih dari dua kali masa jabatan berturut-turut dalam jabatan yang sama.

Pasal 3 Keanggotaan Pengurus YPLP/PPLP PGRI berakhir karena : 1. 2. 3. 4. Berakhir masa jabatan; Meninggal dunia; Mengajukan permintaan berhenti secara tertulis sebagai anggota pengurus; Diberhentikan oleh Pengurus Organisasi menurut ketentuan Anggaran Dasar karena melakukan pelanggaran disiplin organisasi atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan asas dan tujuan YPLP/PPLP PGRI. Pasal 4 Mekanisme Pengangkatan Pengurus YPLP/PPLP PGRI : 1. Pengurus YPLP/PPLP PGRI ditetapkan, diangkat dan bertanggung jawab kepada badan pimpinan organisasi sesuai tingkatannya dan secara administrasi bertangung jawab kepada Pengurus YPLP/PPLP PGRI setingkat di atasnya. 2. Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI ditetapkan, diangkat, dan bertanggungjawab kepada badan pimpinan organisasi sesuai tingkatannya. 3. Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI setingkat diatasnya. 4. Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 5 (1) Di dalam satu wilayah kabupaten/kota dapat dibentuk YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. (2) Di dalam satu wilayah provinsi dapat dibentuk YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.

(3) Pembentukan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota dilakukan oleh badan pimpinan PGRI Kabupaten/Kota yang kemudian diajukan ke YPLP/PPLP PGRI Provinsi untuk dikukuhkan. (4) Pembentukan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dilakukan oleh badan pimpinan PGRI Provinsi yang kemudian diajukan ke YPLP/PPLP PGRI Pusat untuk dikukuhkan. Pasal 6 (1) Pembentukan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dilakukan oleh badan pimpinan PGRI Provinsi bersama pendiri yang kemudian diusulkan ke YPLP/PPLP PGRI Pusat untuk dikukuhkan.

(2) YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI sekurang-kurangnya memiliki satu Perguruan Tinggi PGRI. BAB II TATA CARA PENGUSULAN CALON PENGURUS BARU, PELANTIKAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 7 (1) Personalia calon Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI diusulkan berdasarkan hasil musyawarah dalam forum organisasi oleh Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI kepada badan pimpinan PGRI sesuai tingkatannya. (2) Badan pimpinan PGRI sesuai tingkatannya mempertimbangkan calon yang diajukan oleh YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI berdasarkan syarat dan ketentuan AD/ART dan ketentuan lain, selanjutnya menetapkan kepengurusan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI, dengan tembusan kepada Pengurus YPLP/PPLP setingkat diatasnya. (3) Personalia calon Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI diusulkan berdasarkan hasil musyawarah dalam forum organisasi oleh Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI kepada badan pimpinan PGRI Provinsi. (4) Badan pimpinan PGRI Provinsi mempertimbangkan calon yang diajukan oleh YPLP/PPLP PGRI berdasarkan syarat dan ketentuan AD/ART dan ketentuan lain, selanjutnya menetapkan kepengurusan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI, dengan tembusan kepada Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 8 (1) Pelantikan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh badan pimpinan PGRI Kabupaten/Kota dan dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. (2) Pelantikan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dilaksanakan oleh badan pimpinan PGRI Provinsi dan dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. (3) Pelantikan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dilaksanakan oleh badan pimpinan organisasi PGRI Provinsi, dan dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. (4) Dalam pelantikan sebagaimana dimaksdud pada ayat (1), (2) dan (3) pasal ini dilaksanakan serah terima jabatan dan dibacakan memori serah terima. (5) Segala urusan yang berhubungan dengan kekayaan organisasi dan keuangan telah terlebih dahulu diselesaikan dan dipertanggungjawabkan.

Pasal 9 (1) Pengurus YPLP/PPLP PGRI wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan organisasi dalam forum organisasi sesuai tingkatannya. (2) Setiap dua belas bulan Pengurus YPLP/PPLP PGRI menyampaikan laporan kegiatan kepada badan pimpinan PGRI sesuai tingkatannya. (3) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI bersama badan pimpinan PGRI secara periodik menyampaikan program dan pertanggungjawaban dalam forum PGRI sesuai tingkatannya. (4) Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI bersama badan pimpinan PGRI Provinsi secara periodik menyampaikan program dan pertanggungjawaban dalam forum organisasi kepada Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. BAB III FORUM ORGANISASI Pasal 10 (1) Musyawarah Kerja Nasional adalah forum tertinggi YPLP/PPLP PGRI diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali. (2) Musyawarah Kerja Nasional diselenggarakan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. (3) Musyawarah Kerja Nasional mempunyai tugas pokok : 1. 2. 3. 4. 5. Menilai pelaksanaan tugas YPLP/PPLP PGRI Pusat selama masa bakti. Menilai pelaksanaan program masa bakti yang lalu. Menyusun program kerja untuk masa bakti berikutnya. Menyempurnakan AD/ART YPLP/PPLP PGRI. Mengajukan usul calon-calon anggota Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat masa bakti berikutnya sebagai bahan pertimbangan PB PGRI.

(4) Musyawarah Kerja Nasional diikuti oleh Pengurus Besar PGRI, Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat, Pengurus PGRI Provinsi, Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dan Pimpinan Perguruan Tinggi PGRI, Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. (5) Tata kerja dan hal-hal lain menyangkut Musyawarah Kerja Nasional ditetapkan dalam ketentuan tersendiri oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 11 (1) Musyawarah Kerja Nasional Luar Biasa dapat diadakan :

1. diusulkan oleh sekurang-kurangnya dua pertiga YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI; atau 2. diusulkan oleh seperdua YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI yang disetujui oleh YPLP/PPLP PGRI Pusat bersama PB PGRI. (2) Materi, tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Musyawarah Kerja Nasional Luar Biasa ditetapkan dalam ketentuan tersendiri oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 12 (1) (2) (3) Rapat Kerja Nasional adalah forum organisasi di bawah Musyawarah Kerja Nasional. Rapat Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu masa bakti. Rapat Kerja Nasional diselenggarakan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.

(4) Rapat Kerja Nasional mempunyai tugas membahas teknis pelaksanaan keputusan Musyawarah Kerja Nasional. (5) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Besar PGRI, Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat, utusan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. (6) Tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Rapat Kerja Nasional ditetapkan tersendiri oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 13 (1) Rapat Kerja Khusus diselenggarakan sewaktu-waktu menurut keperluan. (2) Rapat Kerja Khusus diselenggarakan oleh semua jenjang kepengurusan YPLP/PPLP PGRI. (3) Tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Rapat Kerja Khusus ditetapkan tersendiri oleh penyelenggara yang bersangkutan. Pasal 14 (1) Rapat Kerja Daerah adalah forum tertinggi YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI tingkat Provinsi. (2) Rapat Kerja Daerah diadakan sekali setahun. (3) Rapat Kerja Daerah diselenggarakan oleh Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. (4) Rapat Kerja Daerah mempunyai tugas pokok :

1. Menjabarkan program kerja hasil Musyawarah Kerja Nasional dan Rapat Kerja Nasional Bidang Dikdasmen menjadi program kerja tahunan di daerah serta membahas teknis pelaksanaannya. 2. Menilai pelaksanaan program kerja tahun sebelumnya serta menyusun program kerja untuk tahun berikutnya. (6) Rapat Kerja Daerah terakhir masa bakti kepengurusan, mengajukan usul calon-calon anggota Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi masa bakti berikutnya untuk dibahas dalam rapat seperti dimaksud pada Bab II Pasal 7 ayat (2) ART. (7) Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, utusan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota, Kepala Sekolah PGRI, utusan Pengurus PGRI Provinsi, Pengurus PGRI Kabupaten/Kota dan utusan Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. (8) Tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Rapat Kerja Daerah ditetapkan tersendiri oleh Pengurus YPLP atau PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. Pasal 15 (1) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI adalah musyawarah bersama Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dengan Pimpinan PT PGRI. (2) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI diadakan sekali setahun.

(3) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI diselenggarakan oleh Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. (4) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tfiggi PGRI mempunyai tugas pokok : 1. Menjabarkan program kerja hasil Musyawarah Kerja Nasional dan Rapat Kerja Nasional PT menjadi program kerja tahunan. 2. Menilai pelaksanaan program tahunan serta menyusun dan/atau menyempurnakan program kerja untuk tahun berikutnya bagi YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dan PT PGRI. (5) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dihadiri oleh Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI, Pimpinan PT PGRI, Pembina dan utusan YPLP/PPLP PGRI Pusat (6) Tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI ditetapkan tersendiri oleh Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. Pasal 16

(1) (2)

Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP PGRI Pusat diadakan sekali setahun. Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP PGRI Pusat mempunyai tugas pokok : 1. Menyusun laporan tahunan YPLP/PPLP PGRI Pusat. 2. Menilai pelaksanaan tugas dan program tahunan. 3. Menyusun program untuk tahun berikutnya.

(3) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP PGRI Pusat dihadiri oleh Pengurus Besar PGRI dan Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 17 {1) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang adalah badan pimpinan YPLP/PPLP PGRI yang bersifat kolektif. (2) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali tiap bulan. (3) Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua dan apabila Ketua berhalangan oleh Wakil Ketua atau Sekretaris. (4) Rapat Pengurus dianggap sah, jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) anggota pengurus. (5) Apabila tidak mencapai korum, maka rapat dapat ditunda paling lambat satu minggu dan dalam rapat yang kedua ini dapat diambil keputusan tanpa mengingat korum. (6) Semua keputusan diambil atas dasar musyawarah dan mufakat. Apabila keputusan atas dasar musyawarah dan mufakat tidak dicapai, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak.

BAB IV WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BADAN PEMBINA DAN PENGURUS Pasal 18 (1) Pengurus Besar PGRI adalah pembina YPLP/PPLP PGRI Pusat.

(2) Pengurus Besar PGRI selaku pembina mengangkat dan memberhentikan Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.

(3) Pengurus Besar PGRI menetapkan kebijaksanaan umum pelaksanaan pendidikan dan kebudayaan di lingkungan satuan pendidikan PGRI berdasarkan keputusan Kongres PGRI, kebijaksanaan Pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan tugas pembinaan sehari-hari untuk dan atas nama Pengurus Besar dilakukan oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus Besar yang ditugasinya. (4) Rincian wewenang, tugas dan tanggung jawab pembina selain sebagaimana disebut pada ayat (2) dan (3) adalah : 1. Melaksanakan pembinaan, memberikan saran dan pendapat untuk kelancaran pelaksanaan tugas YPLP/PPLP PGRI Pusat.

1. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap keuangan serta kekayaan YPLP/PPLP PGRI Pusat. 2. Menegakkan disiplin organisasi. 3. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan keadaan dan perkembangan YPLP/ PPLP PGRI Pusat kepada Konperensi Keja Nasional dan Kongres PGRI. Pasal 19 (1) Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat berwenang : 1. Memberikan konsultasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dalam rangka pembinaan dan pengelolaan lembaga pendidikan PGRI. 2. Mengukuhkan: 1) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. 2) Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. 3) Rektor, Ketua, Direktur Perguruan Tinggi PGRI. 1. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan lembaga pendidikan PGRI. 2. Mengusulkan calon-calon Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat kepada Pengurus Besar PGRI, dengan memperhatikan usul dan saran atau aspirasi Musyawarah Kerja Nasional. (2) Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat bertugas : 1. Mewakili kepentingan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi , YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dan lembaga pendidikan PGRI di tingkat Pusat. 2. Mengadakan supervisi terhadap lembaga pendidikan PGRI. 3. Mengatur keseragaman sarana administrasi dan atribut lembaga pendidikan PGRI.

4. Menghadiri : 1) Rapat Kerja Daerah YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi; 2) Rapat Kerja YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI; 3) Dies Natalis/Wisuda Perguruan Tinggi PGRI. e. Menyelenggarakan Musyawarah Kerja Nasional. f. Menyelenggarakan:

1) Rapat Kerja Nasional Bidang Dikdasmen. 2) Rapat Kerja Nasional Bidang Perguruan Tinggi. 3) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP PGRI Pusat. 4) Rapat Kerja Khusus sesuai dengan kepeiiuan. g. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap keuangan dan kekayaan : 1) YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. 2) YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. h. Menyusun Program Kerja dan Anggaran Belanja. i. Menyelenggarakan dan menata administrasi lengkap dan tertib atas semua hal yang menyangkut tugas serta tanggung jawab YPLP/PPLP PGRI Pusat, administrasi perencanaan, administrasi personil/kepegawaian, administrasi keuangan da administrasi perlengkapan. j. Mengusahakan sumber-sumber dana diiar lingkungan YPLP/PPLP PGRI.

k. Mengkoordinasikan hubungan dan kerjasama Perguruan Tinggi PGRI dengan Perguruan Tinggi/lembaga lain di dalam dan di luar negeri. (3) Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pengurus Besar PGRI. Pasal 20 (1) Pengurus PGRI Provinsi adalah pembina YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI.

(2) Pelaksanaan tugas pembinaan sehari-hari dilakukan oleh Ketua Pengurus PGRI Provinsi atau anggota Pengurus PGRI Provinsi yang ditugasi untuk itu. (3) Pengurus PGRI Provinsi berwenang : 1. Mengamankan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Pengurus Besar PGRI dan YPLP/PPLP PGRI Pusat yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan tugas YPLP/PPLP PGRI; 2. Menetapkan, mengangkat, dan memberhentikan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI; 3. Memberikan pertimbangan atau rekomendasi kepada YPLP/PPLP Perguruan Tinggi dalam pengangkatan pimpinan pada Perguruan Tinggi PGRI. (4) Pengurus PGRI Provinsi bertugas : 1. Membantu Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat dalam melaksanakan tugas pembinaan, dan pengelolaan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI; 2. Melakukan pembinaan, memberikan saran dan pendapat untuk kelancaran tugas YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. 3. Mengadakan koordinasi dalam rangkakerjasama dan keterpaduan kegiatan serta program antara YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. (5) Pengurus PGRI Provinsi bertanggung jawab ; 1. Melaporkan keadaan dan perkembangan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi serta YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI kepada kongres/konferensi kerja nasional PGRI. 2. Secara periodik dan atau sewaktu-waktu melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus Besar PGRI dan Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 21 (1) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi berwenang : 1. Mengukuhkan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. 2. Mensahkan pembukaan dan penutupan lembaga-lembaga pendidikan PGRI. 3. Mengangkat dan memberhentikan kepala sekolah, guru tetap, kepala TU, bendahara sekolah dan pegawai tetap. (2) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi bertugas: 1. Menyelenggarakan pencatatan data statistik lembaga-lembaga pendidikan PGRI. 2. Mengusahakan bantuan/subsidi dari Departemen Pendidikan Nasional melalui prosedur dan hirarkhi yang berlaku. 3. Mengadakan supervisi dan pembinaan administratif serta teknis edukatif lembagalembaga pendidikan PGRI.

4. Mengatur keseragaman sarana administrasi dan atribut lembaga pendidikan PGRI. 5. Mengadakan rapat pengurus sekurang-kurangnya sebulan sekali. 6. Menyelenggarakan Rapat Kerja Tahunan Provinsi 1. Mengatur kegiatan edukatif untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi lembaga pendidikan PGRI di seluruh wilayah kerjanya. 2. h. Melakukan pembinaan, pengelolaan dan mewakili kepentingan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota serta lembaga pendidikan PGRI di tingkat provinsi. 3. Memberikan dan mengkoordinasikan patksanaan tugas YPLP/PPLP Dikdasmen Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan, pengelolaan dan pengembangan lembaga pendidikan PGRI. 4. Secara periodik melakukan pemeriksaan terhadap keuangan dan kekayaan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota serta pemeriksaan terhadap keuangan dan kekayaan lembaga pendidikan PGRI. 5. I. Melakukan musyawarah dengan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota untuk mengatur dan menetapkan alokasi dana kegiatan serta pelaksanaan tugas YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota atas dasar program kerja dan anggaran belanja yang diajukan oleh YPLP/PPLP Dikdasmen Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Keputusan Rapat Kerja Daerah. 6. Menyusun program kerja serta anggaran pendapatan dan belanja YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. 7. Menyelenggarakan dan menata tertib administrasi semua hal yang menyangkut tugas dan tanggung jawab YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, meliputi administrasi perencanaan, administrasi personil atau kepegawaian, administrasi keuangan dan administrasi perlengkapan. 8. Mengusahakan sumber-sumber dana dari luar lingkungan perkumpulan/lembaga pendidikan PGRI. 9. Melaksanakan keputusan Rapat Kerja Nasional Bidang Dikdasmen. (3) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi bertanggung jawab: a. Secara periodik atau sewaktu-waktu : 1) Memberikan laporan keadaan dan perkembangan pelaksanaan tugas kepada : Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat dengan tembusan kepada Pembina Provinsi. 2) Mengadakan pertemuan koordinasi dengan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dalam rangka pelaksanaan dan keterpaduan program. 3) Melakukan pertemuan konsultatif dengan Pembina Provinsi, mengenai hal-hal yang prinsip. b. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 22

(1) Pengurus PGRI Kabupaten/Kota adalah Pembina YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. (2) Pengurus PGRI Kabupaten/Kota menetapkan, mengangkat dan membementikan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. (3) Pengurus PGRI Kabupaten/Kota berwenang memberikan pertimbangan atas usul pendirian lembaga pendidikan PGRI yang baru dan usul pengangkatan personalia calon pimpinan dan usul pemberhentian pimpinan lembaga pendidikan PGRI. (4) Pengurus PGRI Kabupaten/Kota bertugas: 1. Mengamankan kebijaksanaan Pengurus Besar PGRI dan YPLP/PPLP PGRI Pusat yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan tugas YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. 2. Membantu Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dalam melaksanakan tugas pembinaan dan pengelolaan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. 3. Melakukan pembinaan, memberikan, saran dan pendapat untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan tugas YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/ Kota. (5) Pengurus PGRI Kabupaten/Kota bertanggung jawab: 1. Secara periodik atau sewaktu-waktu menyampaikan laporan keadaan dan perkembangan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota kepada Pengurus PGRI Provinsi, dengan tembusan kepada Pengurus YPLP/PPLP PGRI Provinsi, Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. 2. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat-rapat Pengurus PGRI Kabupaten/Kota dan Konferensi Kerja serta Konferensi PGRI Kabupaten/Kota. 3. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan Pembina Provinsi. Pasal 23 (1) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota berwenang : a. Melalui konsultasi dengan Pembina Kabupaten/Kota, mengusulkan kepada YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi tentang pengangkatan dan pemberhentian personalia calon pimpinan lembaga pendidikan PGRI. b. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian pegawai tetap dan guru tetap di lingkungan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota dan lembaga pendidikan PGRI. c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala sekolah, guru tetap, kepala TU, bendahara sekolah dan pegawai tetap.

d. Melalui konsultasi dengan Pembina Kabupaten/Kota, mengusulkan kepada YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi pembukaan dan penutupan lembaga pendidikan PGRI. e. Mensahkan RAPBS yang diajukan oleh satuan pendidikan menjadi APBS. f. Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota dapat meminta bantuan atau memberikan tugas kepada unsur Pengurus Cabang PGRI, untuk membantu YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota di wilayah kecamatan yang bersangkutan. (2) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota bertugas : a. Membantu YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi untuk memberikan direktiva dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan kegiatan lembaga pendidikan PGRI di wilayahnya dalam rangka kelancaran dan ketertiban pembinaan, pengelolaan serta pengembangan lembaga pendidikan PGRI. b. Melakukan pengawasan sehari-hari terhadap pelaksanaan peraturan organisasi dan kegiatan lembaga pendidikan PGRI. c. Secara periodik dan atau sewaktu-waktu, mengadakan pertemuan konsultatif dengan Pembina Kabupaten/Kota. d. Menyelenggarakan dan menata semua hal yang menyangkut tugas serta tanggung jawab YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota, meliputi administrasi perencanaan, administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan administrasi perlengkapan. e. Mengusahakan sumber dana dari luar lingkungan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota untuk membantu lembaga pendidikan PGRI. f. Menyusun program kerja serta anggaran pendapatan dan belanja untuk dasar penetapan alokasi dana/biaya pelaksanaan tugas dan kegiatan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. g. Melakukan pemeriksaan keuangan dan kekayaan lembaga pendidikan PGRI.

(3) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota bertanggung jawab : 1. Secara periodik atau sewaktu-waktu, menyampaikan laporan keadaan dan perkembangan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota serta lembaga pendidikan PGRI kepada Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, Pembina Kabupaten/Kota, dan rapat Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. 2. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. Pasal 24

(1) Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI berwenang : 1. Mensahkan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Perguruan Tinggi menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Perguruan Tinggi atas usulan Rektor, Ketua, Direktur Perguruan Tinggi PGRI. 2. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian calon pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI kepada badan pimpinan organisasi PGRI provinsi. 3. Menetapkan dan membementikan Rektor, Ketua, dan Direktur Perguruan Tinggi PGRI. 4. Memberikan pertimbangan kepada Pimpinan Perguruan Tinggi PGRI dalam rangka pengangkatan dan pemberhentian : 1) Pembantu Rektor/Pembantu Ketua/Pembantu Direktur Perguruan Tinggi PGRI. 2) Dekan, Pembantu Dekan Fakultas, Kepala Biro pada Universitas/lnstitut PGRI.

3) Kepala Bagian pada Sekolah Tinggi/Akademi PGRI. 1. Mengangkat dan memberhentikan : 1) Pegawai tetap dan dosen tetap pada Perguruan Tinggi ; atas usul Rektor/Ketua/Direktur. 2) Pegawai tetap dan pegawai tidak tetap di YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. (2) Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI bertugas : 1. Memberikan direktiva dalam rangka kelancaran dan ketertiban pengelolaan dan pengembangan Perguruan Tinggi PGRI. 2. Melakukan pengawasan sehari-hari terhadap pelaksanaan peraturan organisasi dan kegiatan di Perguruan Tinggi PGRI. 3. Secara periodik dan atau sewaktu-waktu, melakukan pertemuan konsultatif dengan Pembina Provinsi mengenai hal-hal yang prinsip. 4. Menyelenggarakan dan menata administrasi semua hal yang menyangkut tugas dan tanggung jawab YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI, meliputi administrasi perencanaan, administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan administrasi perlengkapan. 5. Mengusahakan sumber dana dari luar lingkungan YPLP/PPLP dan Perguruan Tinggi PGRI. 6. Menyusun program kerja serta Anggaran Pendapatan dan Belanja YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI. 7. Melakukan pemeriksaan keuangan dan kekayaan Perguruan Tinggi PGRI dan melaporkan hasil pemeriksaannya kepada YPLP/PPLP PGRI Pusat. 8. Secara periodik sekurang-kurangnya sebulan sekali atau insidental mengadakan pertemuan koordinatif dengan Pimpinan dan Staf Perguruan Tinggi PGRI. 9. Melaksanakan keputusan Rapat Kerja Nasional Bidang Perguruan Tinggi PGRI.

10. Secara periodik dan atau sewaktu-waktu, mengadakan pertemuan dengan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi terutama dalam rangka kerjasama, koordinasi kegiatan dan keterpaduan program. 11. Mendirikan lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan kampus Perguruan Tinggi PGRI. (3) Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI bertanggung jawab melaporkan keadaan dan perkembangan Perguruan Tinggi PGRI kepada Pembina Provinsi, Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat, rapat Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI secara periodik atau sewaktu-waktu. BAB V HUBUNGAN DAN TATA KERJA ANTARA ORGANISASI YPLP PGRI DAN ORGANISASI PGRI Pasal 25 (1) Hubungan antara Pengurus Besar PGRI dengan YPLP/PPLP PGRI Pusat adalah direktif, koordinatif dan konsultatif. (2) Hubungan antara Pengurus PGRI Provinsi dengan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI adalah pengawasan, koordinatif dan konsultatif. (3) Hubungan antara Pengurus PGRI Kabupaten/Kota dengan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota adalah pengawasan, koordinatif dan konsultatif. Pasal 26 Hubungan kerja antara YPLP/PPLP PGRI Pusat dengan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI adalah koordinatif dan konsultatif. Pasal 27 Hubungan kerja antara YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dengan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota adalah koordinatif dan pembinaan. Pasal 28 (1) Hubungan kerja antara YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dengan Perguruan Tinggi PGRI adalah direktif, administratif, pembinaan dan pengawasan. (2) Hubungan kerja antara YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota dengan Lembaga Pendidikan PGRI Tingkat Dikdasmen adalah direktif, administratif, pembinaan dan pengawasan. Pasal 29

Hubungan kerja antara YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dengan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP PGRI Kabupaten/Kota adalah konsultatif, saling mendukung dan menguntungkan. Pasal 30 Pelaksanaan teknis operasional edukatif, administratif termasuk keuangan dalam rangka pembinaan dan pengelolaan lembaga pendidikan PGRI menjadi tugas dan tanggung jawab YPLP/PPLP PGRI pada semua jenjang. BAB VI POKOK-POKOK TATA KERJA ANTARA YPLP/PPLP PGRI Pasal 31 Segala sesuatu mengenai kebijakan dan kepentingan penyelenggaraan lembaga pendidikan PGRI yang berhubungan dengan instansi tingkat Pusat, menjadi tanggung jawab YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 32 (1) YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI wajib menegakkan disiplin organisasi sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan organisasi YPLP/PPLP PGRI lainnya serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) YPLP/PPLP PGRI Kabupaten/Kota, wajib menegakkan disiplin organisasi atas dasar pelimpahan wewenang dari YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. Pasal 33 (1) Lembaga pendidikan Dikdasmen dalam wilayah provinsi, diurus dan menjadi tanggung jawab YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. (2) Lembaga Perguruan Tinggi, diurus dan menjadi tanggung jawab YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI yang bersangkutan dengan berkoordinasi dan berkonsultasi dengan YPLP/PPLP PGRI Pusat. (3) Lembaga pendidikan Dikdasmen dalam wilayah kabupaten/kota, diurus dan menjadi tanggung jawab YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI kabupaten/kota dengan direktiva dari YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.

Pasal 34

Tata kerja termasuk pembagian tugas anggota Pengurus YPLP/PPLP PGRI pada tiap jenjang, diatur oleh masing-masing jenjang kepengurusan. Pasal 35 (1) Hubungan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota dengan satuan pendidikan PGRI tingkat Dikdasmen ditetapkan dalam Rapat Kerja Daerah Provinsi dengan berpedoman pada keputusan Rapat Kerja Nasional Bidang Dikdasmen. (2) Hubungan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dengan Perguruan Tinggi PGRI ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional Bidang Perguruan Tinggi, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. BAB VII PIMPINAN SATUAN PENDIDIKAN PGRI Pasal 36 (1) Masa jabatan kepala satuan pendidikan PGRI tingkat Dikdasmen (TK, SD, SMP, SMA/SMK.SLB) adalah 4 (empat) tahun dan setelah itu dapat diangkat kembali, dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut ditempat yang sama. (2) Kepala satuan pendidikan yang mempunyai kinerja sangat baik dapat dipertimbangkan untuk masa jabatan berikutnya. Pasal 37 (1) Masa Jabatan Rektor dan Pembantu Rektor, Ketua dan Pembantu Ketua, Direktur dan Pembantu Direktur Perguruan Tinggi PGRI adalah 4 (empat) tahun dan setelah itu dapat diangkat kembali, dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan berturutturut dalam jabatan yang sama. (2) Masa jabatan Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas, Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan pada Perguruan Tinggi PGRI adalah 4 (empat) tahun dan setelah itu dapat diangkat kembali, dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2(dua) kali masa jabatan berturut-turut dalam jabatan yang sama. (3) Masa jabatan Pejabat pimpinan struktural lainnya dilingkungan Perguruan Tinggi, adalah 4 (empat) tahun dan setelah itu dapat diangkat kembali.

(4) Rektor, Ketua, Direktur pada Perguruan Tinggi yang sangat berprestasi, setelah menjabat 2 (dua) kali masa jabatan dapat dipertimbangkan untuk diangkat kembali, sebanyak-banyaknya 1 (satu) kali masa jabatan. (5) Tata cara Pengusulan, Pengangkatan.dan Pemberhentian Pejabat seperti yang dimaksud dalam ayat (1), (2), (3) dan (4) diatur dalam statuta Perguruan Tinggi. BAB VIII KEUANGAN Pasal 38 (1) Keuangan YPLP/PPLP PGRI diperoleh dari uang luran yang dipungut dari siswa dan mahasiswa lembaga pendidikan PGRI, yang terdiri dari: 1. Uang iuran pembangunan pendidikan, yaitu uang yang dipungut dari tiap-tiap siswa dan mahasiswa baru; 2. Uang sekolah/kuliah, yaitu uang yang dipungut dari siswa setiap buian/mahasiswa setiap bulan atau semester. 3. Uang pendaftaran, yaitu uang administrasi yang dipungut dari tiap-tiap calon siswa dan mahasiswa. 4. Jenis penerimaan lain yang sah untuk keperluan tertentu lembaga pendidikan PGRI yang dipungut dari siswa dan mahasiswa. (2) Bantuan atau subsidi dari Pemerintah

(3) Bantuan beaipt. sumbangan atau hibah dari orang-orang yang menaruh perhatian terhadap usaha YPLP/PPLP PGRI. (4) Pendapatan dari usaha-usaha lain yang sah.

Pasal 39 (1) Uang iuran: a. Dari persekolahan diterima langsung oleh satuan pendidikan PGRI bersangkutan b. Dari Perguruan Tinggi PGRI diterima oleh YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI (2) Bantuan atau subsidi dari Pemerintah untuk : a. YPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI, diterima oleh masing-masing YPLP/PPLP PGRI;

b. Setiap satuan pendidikn yang memperoleh bantuan wajib melaporkan kepada YPLP/PPLP PGRI. (3) Bantuan berupa sumbangan atau hibah dan lain-lainnya dari orang-orang yang menaruh perhatian terhadap usaha YPLP/PPLP PGRI yang diperuntukan bagi: 1. YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI diterima oleh masing-masing YPLP/PPLP PGRI; 2. Satuan Pendidikan PGRI, diterima oleh YPLP/PPLP PGRI yang bersangkutan dan diserahkan kepada lembaga pendidikan PGRI sesuai dengan maksud dan tujuan sumbangan atau hibah tersebut. Pasal 40 (1) Penggunaan keuangan uang iuran lembaga pendidikan PGRI Tingkat Dikdasmen diatur sebagai berikut: 1. Uang iuran pembangunan pendidikan digunakan untuk biaya pembangunan dan pemeliharaan prasarana/sarana lembaga pendidikan PGRI dengan mengutamakan pemilikan tanah dan pembangunan gedung sekolah; 2. Uang iuran pembangunan pendidikan yang diterima oleh lembaga pendidikan PGRI yang telah memiliki tanah dan gedung sendiri, sebagian dapat dipergunakan untuk membantu lembaga pendidikan PGRI yang belum memiliki tanah dan gedung sendiri dan pengaturannya dilaksanakan oleh YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. 3. Uang pendaftaran dipakai untuk administrasi pendaftaran dan tata laksana lembaga pendidikan PGRI; 4. Uang sekolah digunakan : 1) 90% untuk pengelolaan pendidikan dan pengajaran; 2) 10% untuk YPLP/PPLP PGRI dan PGRI dengan rincian : a) 2.5% untuk PB PGRI b) 5% untuk YPLP/PPLP PGRI Pusat c) 10% untuk PGRI Provinsi d) 22,5% YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi e) 20% untuk PGRI Kabupaten/Kota. f) 40% untuk YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota kecuali bagi sekolah dengan jumlah siswa di bawah 100 (seratus) orang. (2) Penggunaan uang iuran Perguruan Tinggi PGRI diatur sebagai berikut:

a. Uang iuran pembangunan pendidikan digunakan untuk biaya pembangunan dan pemeliharaan prasarana/sarana Perguruan Tinggi, dengan mengutamakan pemilikan tanah dan pembangunan gedung kampus; b. Uang pendaftaran digunakan untuk administrasi pendaftaran dan tatalaksana Perguruan Tinggi, c. Uang kuliah digunakan : 1) 97% untuk pengelolaan pendidikan dan pengajaran;

2) 3% untuk PB PGRI, YPLP/PPLP PGRI Pusat, PGRI Provinsi, YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI Provinsi dengan rincian: 0,5 % untuk PB PGRI; 1 % untuk YPLP/PPLP PGRI Pusat; 1,5 % untuk PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI Provinsi. (3) Penggunaaan uang yang diterima dari sumber luar lembaga pendidikan PGRI (bantuan/subsidi, hibah dsb) disesuaikan dengan maksud dan tujuan serta skala prioritas kebutuhan. (4) Penyerahan distribusi iuran sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf d butir 2 dan ayat (2) huruf c butir 2 dilakukan setiap setiap bulan atau selambat-lambatnya setiap 3 (tiga) bulan. Pasal 41 (1) Semua bentuk dan jenis penerimaan uang harus tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja tiap-tiap unit kerja yang telah disahkan sesuai dengan ketentuan organisasi YPLP/PPLP PGRI dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja harus sudah diperhitungkan/ dimasukan kewajiban keuangan untuk YPLP/PPLP PGRI. (2) Semua bentuk dan jenis penerimaan dan pengeluaran uang harus dilakukan pembukuan menurut tata pembukuan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Semua bentuk dan jenis penggunaan dan pengeluaran uang yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas serta kegiatan harus didasarkan atau berpedoman pada Anggaran Pendapatan dan Belanja yang telah ditetapkan oleh rapat Pengurus/ Pimpinan masing-masing unit. (4) Pengeluaran uang tak terduga, di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja yang telah ditetapkan harus dihindari atau diperkecil.

(5) Semua kekayaan yang berupa uang dan surat-surat berharga disimpan di bank atau kantor Pos dan Giro terdekat atas nama sekolah untuk sekolah PGRI atau atas nama YPLP/PPLP Perguruan Tinggi untuk Perguruan Tinggi PGRI. (6) Setiap jenjang YPLP/PPLP PGRI dan satuan pendidikan PGRI mempunyai rekening di bank terutama di Bank Pemerintah atau kantor Pos dan Giro terdekat. Untuk kelancaran pelaksanaan dan pengawasan cukup pada satu bank atau kantor Pos dan Giro. (7) Semua rekening, simpanan dan transaksi keuangan harus dilakukan untuk dan atas nama organisasi YPLP/PPLP PGRI atau satuan pendidikan PGRI. (8) Uang yang belum segera dipergunakan dalam jangka waktu lebih dari satu bulan yang jumlahnya lebih dari Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) harus disimpan di bank atau kantor Pos dan Giro. (9) Sekurang-kurangnya sekali dalam tiga bulan pimpinan lembaga sesuai tingkatannya harus mengadakan pemeriksaan keuangan. Hasil pemeriksaan dibuat tertulis untuk menjadi bahan laporan. (10) YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang, lembaga pendidikan PGRI tingkat Dikdasmen, dan Perguruan Tinggi PGRI wajib menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan yang lengkap secara tertulis menurut ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga pada setiap akhir tahun buku masing-masing. Pasal 42 (1) Uang yang diterima oleh satuan pendidikan PGRI darI siswa dan mahasiswa serta sumber lain yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja dan telah disahkan, pengelolaannya menjadi tanggung jawab satuan pendidikan PGRI. (2) Uang iuran dari lembaga pendidikan PGRI yang diterima oleh YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota, dan sumbangan Iain-Iain, serta bantuan dari YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pengurus YPLP atau PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota. (3) Uang iuran dari lembaga pendidikan PGRI yang diterima oleh YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, dan sumbangan Iain-Iain, pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi. (4) Uang iuran dari Perguruan Tinggi PGRI yang diterima oleh YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI, dan sumbangan Iain-Iain, pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI . (5) Uang iuran dari YPLP/PPLP PGRI Dikdasmen PGRI Provinsi dan dari YPLP/PPLP Perguruan Tinggi dan sumbangan Iain-Iain, yang diterima oleh YPLP/PPLP PGRI Pusat, pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.

BAB IX PERLENGKAPAN Pasal43 Semua prasarana dan sarana berupa tanah, bangunan, perlengkapan dan peralatan yang menjadi milik YPLP/PPLP PGRI disemua jenjang termasuk yang berada di lembaga pendidikan PGRI wajib dirawat dan diinventarisasikan dengan sebaik-baiknya. Pasal 44 Guna menunjang pelaksanaan tugas, YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang dan lembaga pendidikan PGRI perlu memiliki ruang kantor serta perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Pasal 45 Ketatausahaan kantor YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang dan lembaga pendidikan PGRI dikelola dan ditata sebaik-baiknya.

BAB X LAPORAN Pasal 46 (1) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang membuat laporan tertulis tentang keadaan dan kegiatan organisasi kepada YPLP/PPLP PGRI setingkat di atasnya dengan tembusan kepada pembina, setiap 6 (enam) bulan sekali. (2) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang membuat laporan tertulis tentang keadaan dan kegiatan organisasi kepada YPLP/PPLP PGRI setingkat di atasnya dengan tembusan kepada pembina setiap akhir tahun buku. Pasal 47 (1) YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota tiap semester dalam satu tahun ajaran yang bersangkutan mengirimkan laporan tertulis keadaan/ perkembangan lembaga pendidikan PGRI yang ada di wilayahnya kepada YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dengan tembusan kepada Pembina Kabupaten/Kota. (2) YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI tiap semester dalam satu tahun ajaran/akademik yang bersangkutan mengirimkan laporan tertulis

tentang keadaan/perkembangan lembaga pendidikan PGRI kepada YPLP/PPLP PGRI Pusat dengan tembusan kepada Pembina Provinsi, disertai dengan usul dan saran seperlunya. (3) Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat tiap akhir tahun ajaran mengirimkan laporan tertulis tentang keadaan/perkembangan lembaga pendidikan PGRI kepada Pengurus Besar PGRI, disertai dengan usul dan saran seperlunya. (4) Lembaga Pendidikan PGRI wajib mengirimkan laporan berkala (laporan bulanan, semester, tahunan) sebagaimana ditentukan oleh Pemerintah kepada pihak-pihak yang berwenang dengan tembusan kepada : 1. YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota dan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi bagi lembaga pendidikan PGRI Tingkat Dikdasmen; 2. YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dan YPLP/PPLP PGRI Pusat, bagi Perguruan Tinggi PGRI. (5) Lembaga Pendidikan PGRI wajib memberikan laporan tentang hal-hal yang khusus mengenai lembaganya kepada : 1. YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan Pembina Kabupaten/Kota bagi lembaga pendidikan PGRI Tingkat Dikdasmen. 2. YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dengan tembusan kepada YPLP/PPLP PGRI Pusat bagi Perguruan Tinggi PGRI. BAB XI PENGAWASAN Pasal 48 (1) Untuk mencapai semua tujuan YPLP/PPLP PGRI secara hirarkis membentuk Badan Pengawas yang diangkat oleh badan pimpinan organisasi atas usul Pengurus YPLP/PPLP pada tingkatnya, dengan tugas sesuai tugas badan pengawas yang diatur dalam Undang-undang Rl Nomor 16 Tahun 2001 j.o Undang-Undang Rl Nomor: 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan. (2) YPLP/PPLP PGRI secara hirarkis wajib melaksanakan pengawasan dan bimbingan serta pembinaan secara terus menerus. (3) Pelaksanaan pengawasan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan, sedang laporan tertulis hasil pengawasan disampaikan secara hirarkis. BAB XII DISIPLIN ORGANISASI

Pasal 49 (1) Tindakan disiplin organisasi dikenakan kepada anggota Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang dan pimpinan lembaga pendidikan PGRI di semua jenis dan tingkatan, termasuk tenaga kependidikan yang melanggar AD/ART YPLP/PPLP PGRI serta ketentuan dan peraturan YPLP/PPLP PGRI yang berlaku. (2) Tindakan disiplin berupa : 1. Peringatan lisan dan/atau tertulis; 2. Pemberhentian sementara selaku anggota pengurus, pimpinan satuan pendidikan, dan tenaga kependidikan. 3. Pemecatan selaku anggota pengurus, pimpinan lembaga pendidikan, dan tenaga kependidikan. (3) Tindakan disiplin seperti dimaksud pada ayat (2) di atas dilakukan oleh Penguais YPLP/PPLP PGRI sesuai dengan jenjang kewenangan yang ditentukan dalam AD/ART YPLP/PPLP PGRI serta ketentuan dan peraturan YPLP/PPLP PGRI yang berlaku. (4) Dalam hal dilakukan pemberhentian sementara, maka masa pemberhentian sementara itu berlaku paling lama 6 (enam) bulan sejak dikeluarkan surat keputusan pemberhentian. Sesudah jangka waktu tersebut harus ditentukan apakah pemberhentian sementara dicabut, atau dilanjutkan dengan pemberhentian tetap. (5) Sebelum tindakan disiplin dilakukan, pengurus organisasi melakukan penyelidikan, pemeriksaan, secara cermat dan seksama. (6) Barang siapa yang dianggap bersalah diberikan kesempatan membela diri disertai dengan pembuktian yang sah .BAB XIII LAIN-LAIN DAN PENUTUP Pasal 50 Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat. Pasal 51 Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal disahkan oleh Pengurus Besar PGRI.

Ditetapkan di

: Surakarta Pada tanggal

: 19Juni 2009