97
1 ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS JAYA KEC. SENYERANG KAB. TANJUNG JABUNG BARAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Oleh: FITRIA KHAIRUNNISA NIM: SPM 152131 PEMBIMBING Dr. Hj. Ramlah, M.Pd.I., M.Sy Dra. Rafika, M.Ag PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI 1440 H/2019 M

ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

1

ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS

JAYA KEC. SENYERANG KAB. TANJUNG JABUNG BARAT

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Oleh:

FITRIA KHAIRUNNISA

NIM: SPM 152131

PEMBIMBING

Dr. Hj. Ramlah, M.Pd.I., M.Sy

Dra. Rafika, M.Ag

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI

1440 H/2019 M

Page 2: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

2

Page 3: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

3

Page 4: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

4

Page 5: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

5

MOTTO

ة ود هيا وجعل بينك مدسكنوا ا جا م ن أهفسك أزو ۦ أن خوق مك م خه ومن ءاي

لوم يخفكرون ت م ي ل ل ن ف ذ ا ة ١٢ورح

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenisamu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (QS. Ar-Rum(30):

21).1

1 Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989).

Page 6: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

6

PERSEMBAHAN

بسم الله الرحمن الرحيم

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kedua orang tua yang sangat saya

sayangi, cintai dan hormati. Ayahandaku Alm. H. Khairus Saleh yang telah

tenang di Surga dan Ibundaku Hj. Maysihan. Yang keduanya selama ini telah

mendidik, mengasuh, dan membesarkan ananda hingga seperti sekarang. Yang

tiada hentinya memberi ananda semangat, do‟a, motivasi, nasehat, kasih sayang,

materi serta pengorbanan yang tiada terhingga, yang tiada mungkin dapat

ananda balas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan persembahan ini.

Terima Kasih Ayah… Terima Kasih Ibu…

Juga untuk Abang dan Kakak ku Khatibul Umam S.Sos dan Neni Khairina S.Pd,

terima kasih telah memberikan semangat, dorongan serta inspirasi untuk adinda

dalam menempuh dan menyelesaikan perkuliahan. Juga untuk kedua adikku

Khaira Umniati dan Zulfa Khairani, serta keponakanku M.Arsyil Al-Khair

mudah-mudahan karya kecil ini dapat menjadi inspirasi dan semangat kalian

untuk terus menuntut ilmu, mencapai cita-cita dan meraih masa depan yang cerah

kelak.

Untuk kedua Dosen Pembimbingku Ibu Dr. Hj. Ramlah, M.Pd.I, M.Sy selaku

Pembimbing I serta Ibu Dra. Rafika, M.Ag selaku Pembimbing II yang selalu

memberikan bimbingan kepada saya sehingga karya tulis ini selesai sesuai

dengan harapan.

Tak lupa untuk keluarga, teman-teman seperjuangan jurusan Perbandingan

Madzhab 2015, sahabat Villa Karya Mandiri, yang selalu menyertai

perjuanganku dalam suka maupun duka, memberikan semangat dan dukungan

hingga selesai nya perkuliahan ini.

Dengan keikhlasan hati yang paling dalam saya ucapkan terimah kasih yang tak

terhingga dan panjatkan do‟a kehadirat Ilahi Robbi, mudah-mudahan Allah

membalas semua kebaikan dan pengorbanan kalian, selalu diberikan Taufiq dan

Hidayah-Nya serta selalu dalam jalan dan lindungan Allah SWT.

Aamiin Yaa Robbal „aalamiin…

Page 7: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

7

ABSTRAK

Fitria Khairunnisa, SPM 152131, Adat Perkawinan Suku Banjar di Desa Kempas

Jaya Kec. Senyerang kab, Tanjung Jabung Barat dalam Perspektif Hukum Islam.

Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap penerapan hukum adat istiadat

perkawinan yang berlaku di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung

Jabung Barat dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi ini menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif dengan instrumen pengumpulan data melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian

lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research) dengan sumber

data primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,

diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: pertama, pelaksanaan upacara

adat perkawinan suku Banjar di Desa Kempas Jaya dilakukan dengan beberapa

tahap yaitu pra nikah, yang mana tradisinya adalah dimulai dari

bapara‟/peminangan, pemingitan pengantin perempuan yang didalamnya terdapat

tradisi begosok/berlulur, betimung dan mencukur alis. Tahap kedua yaitu prosesi

akad nikah dan tahap ketiga yaitu pasca nikah, yang mana tradisi nya adalah

mandi pengantin, betamat/khatamul Qur‟an, dan resepsi perkawinan. Terdapat

beberapa upacara/tradisi ataupun tatacara pelaksanaanya yang bertentangan

dengan hukum Islam namun tetap dipertahankan oleh hukum adat Banjar,

diantaranya mandi pengantin dengan menggunakan kemben yang dilaksanakan di

hadapan masyarakat sehingga memperlihatkan sebagian auratnya. merias

pengantin perempuan dengan mencukur alisnya serta adanya hiburan yang kadang

kala pengisi acaranya mengumbar aurat. Ada pula yang dapat diterima oleh

syari‟at Islam yaitu peminangan/bapara‟, batamat/khatamul qur‟an, prosesi akad

nikah dan tahlilan.

Kata Kunci: Adat Perkawinan, Hukum Islam

Page 8: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah swt

yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya serta kesehatan dan kekuatan

dalam penulisan skripsi yang berjudul “Adat Perkawinan Suku Banjar di Desa

Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat dalam Perspektif

Hukum Islam” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula shalawat dan

salam penulis sampaikan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.

Kemudian dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan rintangan

yang penulis temui. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama

bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

terutama sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

2. Bapak Dr. A. A.Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc, M.HI, Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Kelembagaan, Ibu Dr. Rahmi Hidayati, M.HI selaku Wakil

Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr.

Yuliatin, S.Ag, M.HI selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

Page 9: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

9

Kerjasama, di lingkungan Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

4. Bapak Al-Husni, S.Ag, M.HI selaku Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab,

Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan

Perbandingan Madzhab, Bapak Edi Kurniawan, S.Sy, M.Phil selaku Staff

Akademik Jurusan Perbandingan Madzhab dan Bapak Elvi Alvian, S.H, M.H

selaku Staff Pustaka Jurusan Perbandingan Madzhab Fakultas Syari‟ah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Ibu Dr. Hj. Ramlah, M.Pd.I, M.Sy selaku Pembimbing I serta Ibu Dra.

Rafikah, M.Ag selaku Pembimbing II.

6. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas

Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Semua pihak yang begitu banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari

kekurangan dan kekeliruan, Karena itu, penulis mengharapkan adanya tanggapan

dan masukan berupa saran, nasehat dan kritik dari semua pihak demi kebaikan

skripsi ini. Semoga apa yang diberikan tercatat sebagai amal jariyah di sisi Allah

SWT.

Page 10: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

MOTTO .................................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ..................................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Batasan Masalah .......................................................................... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 6

E. KerangkaTeori.............................................................................. 7

F. Kerangka Konseptual ................................................................... 11

G. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 19

H. Metode Penelitian......................................................................... 21

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Historis dan Geografis.................................................................. 29

B. Struktur Pemerintahan serta Visi dan Misi .................................. 30

C. Keadaan Penduduk ....................................................................... 33

D. Adat Istiadat Desa Kempas Jaya .................................................. 38

BAB III GAMBARAN UMUM PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan ................................................................. 39

B. Dasar Hukum Perkawinan............................................................ 41

C. Hukum Perkawinan ...................................................................... 44

D. Rukun dan Syarat Perkawinan ..................................................... 46

E. Tujuan Perkawinan....................................................................... 50

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Pelaksanaan Adat Perkawinan Suku Banjar di

Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung

Barat ............................................................................................ 51

B. Adat Perkawinan Suku Banjar di Desa Kempas Jaya

Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat dalam

Perspekti Hukum Islam ................................................................ 63

Page 11: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

11

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 76

B. Saran ............................................................................................. 77

C. Kata Penutup ................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUMVITAE

Page 12: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang

sangat kuat atau mitsaqan ghalizan untuk mentaati perintah Allah SWT dan

melaksanakannya merupakan ibadah. Perkawinan merupakan sunnatullah

yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya baik pada manusia, hewan,

maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembangbiak dan melestarikan

hidupnya.2

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur‟an:

ة و ود هيا وجعل بينك مدسكنوا ا جا م ن أهفسك أزو خهۦ أن خوق مك م ل ومن ءاي ن ف ذ

ا ة رح

لوم يخفكرون ت م ي ١٢ل

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenisamu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (QS. Ar-Rum(30):

21).3

Melakukan perbuatan ibadah berarti juga melaksanakan separuh

(ajaran) agamanya, yang separuh lagi, hendaklah ia taqwa kepada Allah SWT”

demikian sunnah qauliyah (Sunnah dalam bentuk perkataan Rasulullah).

Rasulullah memerintahkan orang-orang yang telah mempunyai kesanggupan

2A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

PT Raja grafindo, 2010), hlm. 6. 3 Ar-Rum (30): 21.

Page 13: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

13

untuk menikah dan berumahtangga. Karena perkawinan akan memeliharanya

dari (melakukan) perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT. Bahwa

agama Islam menganjurkan bahkan mewajibkan seseorang (kalau sudah

memenuhi ‟illat dan alasannya) untuk menikah dapat dibaca dalam Al-Qur‟an

dan dalam sunnah Rasulullah yang kini terekam dengan baik dalam kitab-

kitab hadits. Tujuannya jelas agar manusia dapat melanjutkan keturunan,

membina keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.4

Penikahan merupakan hukum natural yang telah disyariatkan Allah

SWT dan dijadikan sarana untuk menyempurnakan agama, menjaga harga

diri, terampuni dosa, memelihara kekuatan generasi muda, menjaga fisik,

mempererat tali persaudaraan baik antar individu maupun antar kelompok,

memperkuat pilar umat, dan menjunjung tinggi kalimah-Nya. Dengan

terjadinya pernikahan, Islam menganjurkan untuk memgumumkan pernikahan

dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta

pernikahan.

Desa Kempas Jaya merupakan daerah yang dihimpun oleh beberapa

suku, yaitu salah satunya suku Banjar. Suku Banjar di Desa Kempas Jaya

merupakan suku yang konsisten terhadap adat istiadatnya yang mana pesta

pernikahan adalah hal yang harus dilakukan dengan berbagai macam tradisi

atau adat istiadat yang turun menurun dari nenek moyang mereka hingga

sekarang. Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Supiah bahwa:

4 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002) hlm. 3.

Page 14: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

14

“Tradisi-tradisi tersebut dilaksanakan dari beberapa hari sebelum

dilaksanakannya akad pernikahan hingga sesudahnya, seperti

peminangan (bapara‟), berhias di antaranya bekasai/berlulur, betimung

dan mencukur alis), upacara mandi pengantin, upacara betamat atau

khatamul Qur‟an, upacara akad nikah, dan upacara resepsi

perkawinan.”5

Adapun mengikuti adat perkawinan Suku Banjar di Desa Kempas

Jaya, perkawinan merupakan lambang kebahagiaan setiap pengantin. Oleh

sebab itu untuk menjaga perkawinan ini agar lebih baik dan bahagia serta

tidak terjadi hal-hal yang tidak baik dan boleh merusak upacara ini, maka

peraturan-peraturan yang diatur dalam adat masyarakat ini adalah bertujuan

untuk menciptakan suatu kebaikan kepada masyarakat itu sendiri. Sebelum

berlangsungnya hari perkawinan, calon pengantin perempuan tidak dibenarkan

keluar dari rumah selama seminggu (tujuh hari). Hal ini bertujuan untuk

menjaga agar tidak terjadi sesuatu kejadian yang boleh mencemar marwah

calon pengantin dan keluarga tersebut. Adapun seandainya calon pengantin

tidak mematuhi adat ini, maka calon pengantin akan dipandang rendah oleh

masyarakat.

Adapun dalam waktu tujuh hari pemingitan maka dilaksanakanlah

beberapa tradisi didalam nya diantaranya: begosok/berlulur yang dilaksanakan

tiga sebelum akad nikah, betimung yang dilaksanakan dua hari sebelum akad

nikah, serta mencukur alis yang dilaksanakan satu hari sebelum akad nikah

yaitu setelah matahari tinggi sekitar pukul 1 siang. Menurut mereka ini adalah

tanda bagi perempuan yang sudah menikah.

5 Wawancara dengan ibu Supiah, sesepuh Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab.

Tanjung Jabung Barat pada hari Kamis 3 Desember 2018.

Page 15: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

15

Dalam syari‟at Islam memang pandangan Islam terhadap masyarakat

yang telah berkembang tidaklah bersifat apriori mengakui atau menolak.

Tetapi yang tidak bertentangan dengan syari‟at tetap diakui, yang

bertentangan ditolak, dan jika ada dalam suatu perbuatan adat terhadap aspek

yang tidak bertentangan disamping aspek yang bertentangan dengan ajaran

agama maka dibuang aspek yang bertentangan dan diakui aspek yang tidak

bertentangan.

Tradisi lain dalam adat perkawinan suku Banjar di Desa Kempas Jaya

kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat yaitu tradisi mandi pengantin

dengan menggunakan kain kemben bagi mempelai perempuan yang

pelaksanaannya didepan orang banyak yaitu para sesepuh tua dan sebagian

masyarakat yang ingin melihat proses mandi pengantin, sehingga sebagian

auratnya terlihat orang banyak. Jika tradisi ini tidak dilaksanakan maka di

percayai oleh masyarakat tersebut akan menimbulkan hal-hal yang tidak di

inginkan ketika dilaksanakannya pesta pernikahan. Tradisi mandi pengantin

dilaksanakan pada waktu sore hari setelah akad nikah. Hal tersebut jelas

bertentang dengan syari‟at Islam.

Selain itu juga, tradisi lain yang ada dalam adat perkawinan suku

Banjar di Desa Kempas Jaya berdasarkan wawancara peneliti dengan ibu

Salamiah, beliau mengatakan bahwa:

“Adat perkawinan Banjar di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab.

Tanjung Jabung Barat terdapat juga tradisi menghamburkan beras

kuning atau beras kunyit di iringi dengan pembacaan shalawat kepada

kedua mempelai pengantin ketika akan bersanding di pelaminan.

Page 16: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

16

Tujuannya sebagai tanda kebahagiaan karena pernikahan tersebut dan

diharapkan kehidupan kedua mempelai kelak senantiasa dikaruniai

berkah, murah rezki dan mau membagi-bagikannya kepada orang-

orang sekitar.6

Islam datang untuk mengatur dan membimbing manusia menuju

kehidupan yang baik dan seimbang. Islam tidaklah datang untuk menghapus

budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang

bersama Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari

hal-hal yang tidak bermanfaat dan membawa mudharat di dalam

kehidupannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

melihat terdapat beberapa tradisi yang memiliki ketidak seragaman antara adat

perkawinan yang diterapkan di Desa tersebut dengan syari‟at Islam. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji masalah ini lebih mendasar melalui

karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul: “Adat Perkawinan Suku

Banjar di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung

Barat dalam Perspektif Hukum Islam”

6 Wawancara dengan ibu Salamiah, sesepuh Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab.

Tanjung Jabung Barat pada hari Kamis 6 Desember 2018.

Page 17: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

17

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di

atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan upacara adat perkawinan suku Banjar di Desa

Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat?

2. Bagaimana Adat Perkawinan Suku Banjar di Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat dalam Perspektif Hukum Islam?

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang dibahas, maka dipandang perlu

akan adanya batasan masalah agar tidak terjadinya kerancuan. Adapun dalam

penelitian ini penulis membatasi permasalahan dan pembahasan hanya pada

masalah prosesi adat perkawinan suku Banjar dalam perspektif Hukum Islam.

Yang mana lokasi penelitiannya adalah di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat Tahun 2018-2019.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang

hendak dicapai oleh peneliti. Sehubungan dengan pokok masalah yang

penulis kemukakan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah:

a. Ingin mengetahui pelaksanaan adat perkawinan suku Banjar di Desa

Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

Page 18: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

18

b. Ingin mengetahui adat perkawinan suku Banjar di Desa Kempas Jaya

Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat dalam perspektif Hukum

Islam.

2. Kegunaan Penelitian

Setiap sesuatu yang dikerjakan pasti mengharapkan nilai guna,

adapun nilai guna yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Sebagai sumbangsih penulis untuk dijadikan informasi dan dijadikan

ilmu pengetahuan bagi masyarakat awam mengenai pelaksanaan

perkawinan yang sesuai dengan syari‟at Islam.

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan-bahan

informasi di Perpustakaan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi strata

satu (S1) pada jurusan Perbandingan Madzhab Fakultas Syari‟ah UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

E. Kerangka Teori

1. Perbandingan Hukum

Perbandingan merupakan suatu kegiatan untuk mengadakan

identifikasi terhadap persamaan dan/atau perbedaan antara dua gejala

tertentu atau lebih.7 Menurut Romli Atmasasmita, bahwa perbandingan

Hukum diperoleh dua pandangan yaitu perbandingan hukum sebagai suatu

metoda dan perbandingan hukum sebagai cabang dari ilmu hukum.

Selanjutnya Romli Atmasasmita menjelaskan bahwa:

7 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis serta Disertasi, (Bandung

: Alfabeta), 2017, hlm. 238.

Page 19: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

19

“Perbandingan hukum sebagai cabang ilmu pengetahuan (yang juga

mempergunakan metode perbandingan) menurut Lemaire,

mempunyai lingkup: (isi dari) kaidah-kaidah hukum, persamaan dan

perbedaannya, sebab-sebabnya dan dasar-dasar kemasyarakatannya.

Perbandingan hukum sebagai metoda, yaitu metoda perbandingan

yang dapat dipergunakan dalam semua cabang hukum (hukum tata

Negara, hukum pidana dan hukum perdata)”.8

2. Teori Wailmatul ‘urs

Walimatul „urs (resepsi pernikahan) adalah hidangan makanan

yang disediakan pada hari-hari resepsi pasangan pengantin. Disebut

walimah lantaran orang-orang berkumpul pada acara ini. Walimah

termasuk acara yang di syari‟atkan. Menurut para ahli fiqh walimatul „urs

adalah undangan untuk menghadiri perjamuan yang diadakan ketika

hendak menggauli seorang wanita (yang diperistrikan) yang disebut juga

dengan pesta atau resepsi perkawinan. Sedangkan perjamuan-perjamuan

lainnya dibuat ketika mendapat kesenangan dan biasanya mengundang

orang-orang ada istilah lain, bukan walimah. Maka yang demikian itu

tidak disebut sebagai walimah dalam artian yang sebenarnya.9

Menurut Jumhur, mengadakan walimah hukumnya sunnat

bukannya wajib, karena walimah itu adalah jamuan makan lantaran

mendapat kegembiraan seperti mengadakan majlis-majlis yang lain juga.

Maka anjuran Nabi dalam hadits tersebut adalah perintah sunnat, karena

diqiyaskan kepada perintah qurban pada Hari Raya Idul Adha.10

Mengenai

hukum walimatul „urs Imam Madzhab berbeda pendapat, diantaranya:

8 Ibid, hlm. 239.

9 Abdurrahman Ali Jaziri, Fiqh Empat Madzhab, (Jakarta: Darul Ulum Press), hlm. 206.

10 Usman, Pedoman Mu‟amalat dan Munakahat, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd,

2001), hlm. 180.

Page 20: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

20

a. Syafi‟iyah: mereka berpendapat disunatkan membuat makanan dan

mengundang orang setiap kali mendapat kesenangan, baik berupa

perkawinan, sunatan (khitan) atau datang dari bepergian jauh dan

sebagainya. Ketentuan ini tidak hanya khusus untuk pesta perkawinan.11

b. Hanafiyah: mereka berpendapat bahwa yang sunat adalah pesta

perkawinan (walimatul‟urs). Sedangkan undangan pesta lain selain

pernikahan seperti undangan pesta khitan dan lain sebagainya, maka

yang demikian itu boleh selama tidak mengandung sesuatu yang

dilarang agama.

c. Malikiyah: mereka berpendapat yang mandub adalah persta pernikahan.

Sedangkan selain pesta pernikahan hukumnya boleh, bukan wajib dan

tidak juga mustahab.

d. Hanabilah: mereka berpendapat yang sunat hanya undangan

perkawinan saja. Sedangkan macam-macam undangan lainnya

hukumnya boleh selain undangan jamuan kematian, maka yang

demikian makruh.12

Hikmah diadakannya walimatul „urs ada dua yaitu pertama,

termasuk penyiaran dan pengumuman pernikahan. Kedua, bahwasanya

walimatul „urs merupakan pintu syukur atas nikmat Allah SWT yang telah

memberi kemudahan dalam pernikahan, karena tidak semua orang

mendapatkan kemudahan untuk melangsungkan pernikahan.13

11

Abdurrahman Ali Jaziri, Fiqh Empat Madzhab….hlm. 208. 12

Ibid. 13

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Shahih Fiqh Wanita,….hlm.324.

Page 21: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

21

Memenuhi undangan walimah adalah wajib. Sebagaimana sabda

nabi SAW

ذا دلاك فأجبه مسل لى ام حق اممسل ست وذنر منا: وا

Artinya: “Hak muslim atau muslim enam.” Dan beliau menyebutkan

diantaranya, “Dan jika dia mengundangmu maka penuhilah

undangannya.”14

Syarat-syarat wajib menghadiri undangan walimatul „urs

a. Harus ditentukan, yaitu dengan mengatakan: hai fulan, hadirilah

walimatul „urs. Jika dia tidak menentukannya tapi hanya

menyampaikan pengumuman-pengumuman yang menjelaskan bahwa

dia mengadakan suatu acara walimatul „urs pada hari kedua dan

mengundang kaum muslimin untuk menghadirinya, dalam kondisi ini

tidak diwajibkan menghadiri undangan, karena undangannya berlaku

umum, maka hukumnya sebagai fardhu kifayah.

b. Hendaknya ditempat walimah tidak ada kemungkaran yang tidak dapat

dirubah.

c. Hendaknya orang yang mengundang adalah muslim.

d. Hendaknya dia bukan muslim yang dibolehkan dihindari (dikucilkan)

e. Hendaknya undangan dihadiri pada hari pertama. karena hari pertama

dalam walimah adalah sunah, kedua dibolehkan dan ketiga makruh.15

14

Shahih diriwayatkan oleh Muslim 2162, Ahmad 8628, 9080, dengan lafadz “enam”,

dan diriwayatkan oleh Bukhari 1240, Muslim 2162, Ibnu Majah 1435, Ahmad 10583, dengan

lafadz “lima”, dan keduanya dari hadits Abu Hurairah ra dan pada keduanya terdapat “pemenuhan

undangan”. 15

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Shahih Fiqh Wanita,…. hlm.326-327.

Page 22: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

22

F. Kerangka Konseptual

1. Al-‘Adah Al-Muhkamah

Hukum Islam sangat menghormati tradisi-tradisi atau kebiasaan

(adat) yang telah ada dalam masyarakat. Dalam hal ini, hukum Islam

melihat bentuk dan isi dari tradisi tersebut. Tidak semua tradisi itu di

terima oleh hukum Islam dan tidak pula sebaliknya. Hukum Islam

memandang suatu tradisi sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri. Jika

tradisi itu sebagai bagian dari masyarakat, tentunya ada nilai kebaikan

dalam tradisi tersebut. Walaupun demikian, dibutuhkan prinsip-prinsip

dasar dalam memandang tradisi masyarakat. Sebab disetiap masyarakat

mempunyai tradisi yang berbeda-beda.16

Tradisi yang hidup di suatu masyarakat akan berkembang menjadi

suatu kebiasaan atau adat di mana pada akhirnya adat tersebut akan

berkembang menjadi suatu hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Dalam hukum Islam, istilah proses perwujudan tradisi menjadi suatu

hukum adalah berdasar kaidah ushul fiqh yaitu:

ةمكحم ةادعلا

Artinya: “Adat dapat dijadikan sebagai landasan hukum”

Hukum Islam dalam menyikapi proses pembentukan suatu tradisi

menjadi adat yang pada akhirnya menjadi suatu hukum atau norma yang

berlaku di suatu masyarakat menjadi dua yakni menerima dan

16 Nasrun Harun, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Logos, 1996), hlm. 138.

Page 23: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

23

menolaknya. Hal tersebut dikarenakan ada adat yang sesuai dengan kaidah

hukum Islam dan ada pula yang bertentangan dengan Hukum Islam.17

Pada dasarnya, syari‟at Islam dari masa awal banyak menampung

dan mengakui adat atau tradisi yang baik dalam masyarakat selama tradisi

itu tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah.

Kedatangan Islam bukan menghapuskan sama sekali tradisi yang telah

menyatu dengan masyarakat. Tetapi secara selektif ada yang diakui dan

dilestarikan serta ada pula yang dihapuskan. Berdasarkan kenyataan ini

para ulama menyimpulkan bahwa adat istiadat yang baik secara sah dapat

dijadikan landasan hukum, bila memenuhi beberapa persyaratan.

Para ulama menetapkan beberapa syarat untuk menerima „urf dapat

dijadikan istinbath hukum yaitu sebagai berikut:

a. Adat atau „urf itu bernilai maslahat dan dapat diterima oleh akal sehat.

b. Adat atau „urf itu berlaku umum dan merata di kalangan orang-orang

yang berada dalam lingkungan adat itu, atau di kalangan sebagian

warganya.

c. „Urf yang dijadikan sandaran dalam penetapan hukum itu telah ada

(berlaku) pada saat itu, bukan „urf yang muncul kemudian. Hal ini

berarti „urf itu harus telah ada sebelum penetapan hukum. Kalau „urf

itu datang kemudian, maka tidak diperhitungkan.

d. Adat tidak bertentangan dan melalaikan dalil syara‟ yang ada atau

bertentangan dengan prinsip yang pasti.18

17

Ibid, hlm.139.

Page 24: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

24

2. Perkawinan menurut Hukum Islam

Perkawinan menurut Hukum Islam adalah suatu akad atau

perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan

perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga, yang

diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang di ridhoi

Allah.19

Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan

naluri hidup manusia, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam

rangka mewujudkan kebahagiaan keluarga sesuai ajaran Allah dan Rasul-

Nya.20

Menurut hukum Islam syarat-syarat sahnya suatu perkawinan

meliputi dua syarat atau kondisi yaitu rukun perkawinan dan syarat

perkawinan. Kedua hal ini merupakan suatu kondisi atau condition cine

quanon yang harus ada, yaitu:

a. Adanya calon suami.

b. Adanya calon istri.

c. Adanya wali nikah calon istri.

d. Adanya 2 (dua) orang saksi laki-laki.

e. Adanya ijab Kabul.

18

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 377. 19

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1999), hlm.

13. 20

Ibid, hlm. 14.

Page 25: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

25

3. Perkawinan Menurut Hukum Adat

Perkawinan menurut hukum adat adalah salah satu peristiwa yang

sangat penting dalam kehidupan masyarakat adat, sebab perkawinan bukan

hanya menyangkut kedua mempelai, tetapi juga orang tua kedua belah

pihak, saudara-saudaranya, bahkan keluarga masing-masing.

Tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat

kekerabatan adalah untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan

menurut garis kebapakan atau keibuan atau keibu-bapakan, untuk

kebahagiaan rumah tangga keluarga/kerabat, untuk memperoleh nilai-nilai

adat budaya dan kedamaian serta untuk mempertahankan kewarisan.21

Sistem Perkawinan Menurut Hukum Adat dalam masyarakat

hukum adat terdapat 3 (tiga) sistem perkawinan yang berlaku di kalangan

masyarat hukum adat Indonesia asli, yaitu:

a. Sistem Endogami, yaitu sistem ini hanya memperbolehkan seorang

menikah dengan orang-orang dari keluarganya sendiri.

b. Sistem Eksogami, yaitu dalam sistem ini seorang hanya diperbolehkan

melakukan suatu perkawinan dengan orang lain di luar suku

keluarganya.

c. Sistem Eleutherogami, yaitu dalam sistem perkawinan ini tidak ada

larangan seperti kedua larangan di atas, oleh sebab itu elitherogami

banyak terdapat pada masyarakat Indonesia.22

21

Hilman Hadikesuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2007),

hlm. 21. 22

Muhammad Bushar, Azaz-azaz Hukum Adat Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Balai

Pustaka, 2003), hlm. 24-28.

Page 26: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

26

Bentuk perkawinan menurut hukum adat terbagi kepada tiga bentuk, yaitu:

a. Perkawinan jujur merupakan perkawinan yang dilakukan dengan

pembayaran ”jujur” dari pihak pria kepada pihak wanita, sebagaimana

terdapat di daerah Lampung, Batak, Nias, Bali, Sunda, serta

Kalimantan Selatan. Dengan diterimanaya uang atau barang jujur oleh

wanita, akan mengalihkan kedudukan dari keanggotaan kerabat suami

untuk selama ia mengikatkan diri dalam perkawinan itu.23

b. Perkawinan semenda adalah bentuk perkawinan tanpa pembayaran

uang jujur dari pihak laki-laki kepada pihak wanita. Setelah

perkawinan berlangsung si suami harus menetap di tempat kediaman

atau kekerabatan istri dan melepaskan hak dan kedudukannya di pihak

kerabatnya sendiri.

c. Perkawinan Tanpa Lamaran (Kawin Lari atau Sebambangan) adalah

perkawinan tanpa lamaran biasanya terjadi disuatu lingkungan

masyarakat adat, tetapi yang terbanyak berlaku adalah dikalangan

masyarakat adat Lampung, Batak, Bali, Bugis atau Makasar, dan

Maluku. Didaerah tersebut walaupun kawin lari merupakan

pelanggaran adat namun dibenarkan dengan catatan terdapat tata tertib

cara penyelesaiannya.24

23

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003),

hlm. 73. 24

Ibid

Page 27: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

27

4. Adat

Menurut bahasa adat berasal dari bahasa Arab yang mempunyai

pengertian “kebiasaan”.25

Secara harfiyah, adat mempunyai arti suatu

kebiasaan yang terjadi berulang kali, tetapi tidak mengalami perubahan

pada sifat dan zatnya. Sedangkan pengertian adat menurut istilah adalah

suatu aturan yang dibuat manusia yang berasal dari kebiasaan-kebiasaan

yang dipandang baik untuk mengatur cara hidup, berfikir, berbuat dan

bertindak dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, adat itu adalah suatu tata

nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat oleh masyarakat

dan untuk masyarakat. Tujuan adat adalah untuk menciptakan masyarakat

yang damai, tentram dan patuh.26

Adat terbagi 3 yaitu:

a. Adat secara umum

Adat secara umum ini mempunyai tujuan untuk membina

peradaban masyarakat secara umum.

b. Adat perdata

Adat perdata ini dikenal dengan sebutan silang sengketo atau

disebut perselisihan dalam masyarakat. Adat perdata ini takluk kepada

Undang-Undang hak kullah atau disebut juga hak pemerintah, dan

tunduk kepada Undang-Undang hak milik yaitu tetang harta benda

sesuai dengan seloko adat.

25

Ratno Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia, (Jakarta: INIS,

1998), hlm.5.

26 Ibid

Page 28: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

28

c. Adat pidana

Adat pidana adalah suatu perbuatan melakukan kejahatan dan

pelanggaran (berbuat salah), adat pidana ini takluk kepada:

1) Undang-Undang hukum adat.

2) Hukum Islam/Undang-Undang Syara‟.

3) Undang-Undang pemerintah.27

Adat kebiasaan masyarakat ada yang sesuai dengan aturan-aturan

hukum Islam, dengan kata lain disebut dengan „urf yang tidak mengubah

ketentuan yang haram menjadi halal atau sebaliknya, mengubah ketentuan

halal menjadi haram.28

Al-„urf secara etimologi berasal dari kata „arafa yu‟rifu يعرف -عرف

Sering diartikan dengan Al-Ma‟ruf dengan arti “sesuatu yang dikenal”

atau berarti “yang baik”. „Urf menurut ulama Ushul Fiqh adalah:

او فعل او حرك ويسمىى امعادة وف مسان امعرف هو ما ثعارفه امناس وساروا لويه من كول

عيي لا فرق بي امعرف وامعادة امش

Artinya: “Urf adalah apa yang dikenal oleh manusia dan berlaku padanya,

baik berupa perkataan, perbuatan ataupun meninggalkan sesuatu.

Dan ini juga dinamakan adat. Dan dikalangan ulama syari‟ah

tidak ada perbedaan antara „urf dan adat.”29

Ditinjau dari segi jangkauannya, „urf dapat dibagi dua, yaitu al-„urf

al-amm dan al-„urf al-khash.

27 Hasan Basri Agus, Ikhtisar Adat Melayu Jambi, (Jambi: 2004), hlm. 16-21.

28

Dede Rosyada, Hukum Sosial dan Pranata Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1999), hlm. 52. 29

Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 333-334.

Page 29: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

29

a. Al-„urf al-„amm

Al-„urf al-„amm adalah „urf yang berlaku pada suatu tempat,

masa, dan keadaan. Atau kebiasaan tertentu yang berlaku secara luas di

seluruh masyarakat dan seluruh daerah.30

b. Al- „urf al-khash

Al-„urf al-khash adalah „urf yang berlaku pada tempat, masa

dan keadaan tertentu saja. Atau kebiasaan yang berlaku di daerah dan

masyarakat tertentu.31

Selanjutnya, ditinjau dari segi keabsahannya, al-„urf dapat pula

dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Al-„urf Shahih

Al-„urf Shahih yaitu „urf yang baik dan dapat diterima karena

tidak bertentangan dengan syara‟. Atau kebiasaan yang berlaku di

tengah-tengah masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash (ayat

Al-qur‟an dan hadits), tidak menghilangkan kemaslahatan mereka, dan

tidak pula membawa mudharat kepada mereka.32

b. Al-„urf Fasid

Al-„urf fasid yaitu „urf yang tidak baik dan tidak dapat diterima,

karena bertentangan dengan syara‟. Atau kebiasaan yang bertentangan

dengan dalil-dalil syara‟ dan kaidah-kaidah dasar yang ada dalam

syara‟.33

30

Ibid, hlm. 337. 31

Ibid 32

Ibid, hlm. 338.

33Ibid

Page 30: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

30

G. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu

(penelitian-penelitian lain) yang terkait dengan penelitian ini pada aspek

fokus/tema yang diteliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahi

bahwa apa yang penulis teliti berbeda dengan penelitian-penelitian skripsi

sebelumnya. Penulis menemukan beberapa penelitian yang ada hubungannya

dengan masalah yang akan penulis teliti, seperti judul penelitian berikut:

1. Skripsi yang berjudul “Adat Perkawinan Masyarakat Jawa Desa Parit

Barokah Kec. Mendahara Tengah Kab. Tanjung Jabung Timur Dalam

Pandangan Hukum Islam” yang di tulis oleh Siti Andasah Jurusan

Perbandingan Madzhab Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.34

2. Skripsi yang berjudul “Islam dan Pernikahan Adat Banjar, Studi Makna

Simbolis Dalam Upacara Pernikahan Adat Banjar di Banjarmasin” yang

ditulis oleh Masthura Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negri Sunan

Kalijaga Yogyakarta.35

3. Tesis yang berjudul “Tradisi Maantar Jujuran dalam Perkawinan Adat

Banjar Perspektif Konstruksi Sosial (Studi Kasus di Desa Keramat Kec.

Haur Gading Kab. Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan)” yang ditulis

34 Siti Andasah, Adat Perkawinan Mayarakat Jawa Desa Parit Barokah Kec. Mendahara

Tengah Kab. Tanjung Jabung Timur Dalam Pandangan Hukum Islam, (Jurusan Perbandingan

Madzhab Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2014).

35

Masthura, Islam dan Pernikahan Adat Banjar, Studi Makna Simbolis Dalam Upacara

Pernikahan Adat Banjar di Banjarmasin, (Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negri Sunan

Kalijaga Yogyakarta 2001)

Page 31: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

31

oleh Nor Fadhillah Jurusan Al-Ahwal Al-Syahkshiah Pascasarjana

Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang.36

Dari ketiga penelitian diatas, maka yang menjadi persamaan dan

perbedaannya adalah:

1. Persamaan dari skripsi yang berjudul “Adat Perkawinan Masyarakat Jawa

Desa Parit Barokah Kec. Mendahara Tengah Kab. Tanjung Jabung Timur

Dalam Pandangan Hukum Islam” dengan penelitian ini adalah sama-sama

menjelaskan tentang pandangan hukum Islam terhadap adat istiadat

perkawinan yang berlaku didesa tersebut serta terdapat satu tradisi atau

adat yang sama yaitu mandi pengantin hanya berbeda proses dalam

pelaksanaan tradisi tersebut. Perbedaannya adalah penelitian ini meneliti

tentang perkawinan adat suku Jawa yang mana tradisi-tradisinya banyak

menggunakan sesajen dan hal tersebut sangat dilarang dalam syari‟at Islam

sedangkan peneliti memfokuskan meneliti tentang adat perkawinan suku

Banjar.

2. Persamaan dari skripsi yang berjudul “Islam dan Pernikahan Adat Banjar,

Studi Makna Simbolis Dalam Upacara Pernikahan Adat Banjar di

Banjarmasin” dengan penelitian ini adalah sama-sama menjelaskan

tentang upacara adat perkawinan suku Banjar. Perbedaannya adalah

penelitian ini lebih menekankan tentang makna simbolis dalam upacara

pernikahan suku Banjar pada waktu perayaan pernikahan sedangkan

36

Nor Fadhillah, Tradisi Maantar Jujuran dalam Perkawinan Adat Banjar Perspektif

Konstruksi Sosial (Studi Kasus di Desa Keramat Kec. Haur Gading Kab. Hulu Sungai Utara

Kalimantan Selatan, (Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiah Pascasarjana Universitas Islam Negri

Maulana Malik Ibrahim Malang 2017).

Page 32: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

32

peneliti meneliti tentang adat perkawinan Suku Banjar dalam perspektif

Hukum Islam.

3. Persamaan dari tesis yang berjudul “Tradisi Maantar Jujuran dalam

Perkawinan Adat Banjar Perspektif Konstruksi Sosial (Studi Kasus di

Desa Keramat Kec. Haur Gading Kab. Hulu Sungai Utara Kalimantan

Selatan)” dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang tradisi

yang dilakukan dalam perkawinan adat Banjar. Perbedaannya adalah

penelitian ini lebih menekankan kepada pembahasan khusus tentang tradisi

maantar jujuran sedangkan penulis meneliti keseluruhan prosesi adat

perkawinan suku Banjar dari pra nikah hingga pasca nikah.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif yang

akan menguraikan, menggambarkan, menggali dan mendeskripsikan

tentang pelaksanaan adat perkawinan suku Banjar di Desa Kempas Jaya

dalam perspektif Hukum Islam. Yang dimaksudkan adalah bahwa terlebih

dahulu peneliti mencari literatur atau teori yang berkaitan dengan

penelitian, kemudian teori tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada di

lapangan penelitian.37

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana dilakukannya

penelitian. Dengan ditetapkannya lokasi, dalam penelitian akan dapat lebih

37 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2002), hlm.12.

Page 33: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

33

mudah untuk mengetahui tempat dimana suatu penelitian dilakukan.

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Desa Kempas Jaya

Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research)

dan penelitian pustaka (library research) yaitu mencari data dengan

melakukan penelitian langsung dilapangan serta mengumpulkan data dan

informasi dari bahan-bahan literatur seperti buku, jurnal dll.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti.

Untuk kesempurnaan informasi diupayakan sumber Nash-nash Al-

Qur‟an dan Hadits Nabi SAW dan buku-buku lain yang berkaitan

dengan pembahasan.38

Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam

penelitian, yang diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun

dari lokasi objek penelitian, atau keseluruhan data hasil peneltian yang

diperoleh di lapangan. Data primer tidak diperoleh melalui sumber

perantara atau pihak kedua dan seterusnya.39

Data primer merupakan sumber data utama dan mendasar dari

suatu penelitian. Sumber data diperoleh dari informan, yang berupa

kata-kata ataupun tindakan. Yang akan memberikan informasi tentang

38 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2015), hlm.91.

39 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Refisi), (Jambi : Syariah Press, 2014),

hlm. 34.

Page 34: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

34

situasi dan kondisi latar penelitian. Serta beberapa dari informasi akan

dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian diantaranya yaitu informasi

dari tokoh agama, tokoh adat, kepala desa, tokoh masyarat serta

sesepuh yang berada di Desa Kempas Jaya, Kec. Senyerang, Kab.

Tanjung Jabung Barat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang

diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data

ini diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain, sehingga tidak

bersifat authentik, karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga

dan seterusnya.40

Data sekunder bersumber dari dokumen-dokumen

resmi pemerintah yang ada di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab.

Tanjung Jabung Barat maupun bahan perpustakaan lainnya.

c. Data Tersier

Bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder diperoleh dengan

mempelajari kamus-kamus hukum, kamus ilmiah, kamus bahasa

Indonesia dan kamus yang lain.

40

Ibid.

Page 35: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

35

4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan fakta penelitian.41

Adapun pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan penelitian secara teliti mengenai fenomena

sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan

pencatatan. Observasi yang digunakan adalah memperhatikan secara

akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan

hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.42

b. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalaui tanya jawab, sehingga dapat di kontruksi

makna dalam suatu topik tertentu. Adapun narasumber yang akan di

wawancarai oleh penulis adalah para tokoh agama, tokoh adat, kepala

desa, ketua RT, tokoh masyarakat serta sesepuh yang ada di Desa

Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya yang

41

Ibid, hlm. 37. 42

Imam Gunawan, metode penelitian kualitatif teori & praktik, Cet. ke-3 (Jakarta: Bumi

Aksara, 2015), hlm. 143.

Page 36: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

36

monumental dari seseorang.43

Dokumentasi adalah pengumpulan data

melalui data peninggalan tertulis seperti arsip dan termasuk buku-buku

tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan

penelitian.44

Data dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu

jurnal, skripsi, buku serta data-data lainnya yang diperoleh dari

dokumentasi di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung

Jabung Barat yang berkaitan dengan penelitian yang penulis teliti.

I. Teknik Analisis Data

Bodgan dan Taylor (1975,32) mendefinisikan analisis data sebagai

proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema dan

merumuskan ide yang seperti di sarankan oleh data dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan pada tema dan ide itu.45

Analisis data dalam penelitian

iniadalah sebagai berikut:

1. Display data, yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, dsb. Menyajikan data yang sering digunakan

dalam penelitian kualitatif adalah naratif. Ini dimaksudkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang dipahami.

2. Reduksi data, yaitu merangkum memilih hal pokok, memfokuskan pada

hal yang penting, dicari pola dan temanya.

43

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif R&D,….hlm. 72. 44

Ibid, hlm. 240. 45

Iskandar, Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan

kualitatif).(jambi: Gp Pres, 2008), hlm. 254.

Page 37: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

37

3. Konklusi data, yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.46

J. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan penyusunan serta pemahaman

tentang skripsi ini penulis membuat susunan dan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang beberapa sub bab

seperti: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan

Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan Pustaka, metode penelitian,

sistematika penulisan serta jadwal penelitian.

BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian, pada bab ini akan

membahas tentang deskripsi lokasi penelitian yakni di Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

BAB III Gambaran Umum Perkawinan, pada bab ini akan membahas

tentang beberapa sub bab seperti: Pengertian Perkawinan, Dasar Hukum

Perkawinan, Hukum Perkawinan, Rukun dan Syarat Perkawinan serta Tujuan

Perkawinan.

BAB IV Pembahasan dan hasil penelitian, pada bab ini akan membahas

tentang isi dari skripsi ini yang membahas tentang “Pelaksanaan dan

Perbandingan Hukum Islam dan Hukum Adat Banjar tentang Upacara Adat

Perkawinan di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

BAB V Penutup, pada bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran

dari hasil penulis skripsi serta diakhiri dengan kata penutup.

46 Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-Metode

Baru, (Jakarta: UIP, 1992), hlm. 52

Page 38: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

38

K. Jadwal Penelitian

Penulisan ini dilakukan selama enam bulan, Penelitian dilakukan

dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil

seminar proposal skipsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka penulis

mengadakan pengumpulan data. Verifikasi dan analisis data dalam waktu yang

berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsulasi dengan pembimbing sebelum

diajukan ke sidang munaqasah.

Page 39: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

39

Adapun Jadwal Penelitian sebagai berikut:

Tabel I

Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan

Penelitian

Bulan

Mei Juni Juli Agustus Septemb

er

Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul X

2 Penunjukkan Dosen

Pembimbing X

3 Pembuatan

Proposal X X X

4 Seminar Proposal

dan Perbaikan

Hasil Seminar

X X

5 Surat Izin Riset X

6 Pengumpulan dan

Penyusunan Data X X

7 Pembuatan Skripsi X X

8 Bimbingan dan

Perbaikan X X X X

9 Agenda dan Ujian

Skripsi X X

10 Perbaikan dan

Penjilidan X X

Page 40: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

40

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. HISTORIS DAN GEOGRAFIS

Desa Kempas Jaya merupakan desa yang termasuk dalam wilayah

Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.

Secara administratif, wilayah Desa Kempas Jaya terbagi ke dalam 4 Dusun

dan 15 Rukun Tetangga (RT), dan sampai saat ini desa Kempas Jaya sudah

terbentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang dalam kegiatanya juga

memerlukan anggaran tersendiri guna mendukung operasional kegiatannya.

Bapak Bahtiar menjelaskan bahwa: “Desa Kempas Jaya terbentuk

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang

merupakan salah satu desa tertua yang terbentuk pada zaman dahulu kala dan

telah berdiri sejak Tahun 1938 sebelum Indonesia merdeka.”47

Asal mulanya sebelum Desa Kempas Jaya dimekarkan, desa Kempas

Jaya dahulu bernama Desa teluk Ketapang. Pada tahun 2007 desa Teluk

Ketapang memecah dan ditetapkan menjadi Desa Kempas Jaya.

Secara geografis, Desa Kempas Jaya terletak di pesisir Sungai

Pengabuan dan berada 6 Km dari Pusat Kecamatan dan 48 Km dari pusat

Kabupaten, dengan Luas Wilayah lebih kurang 7.758 Ha dan dengan batas

wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau.

47

Wawancara dengan Bapak Bakhtiar Selaku Tokoh Masyarakat Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, Tanggal 22 Maret 2019.

Page 41: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

41

- Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Pengabuan.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kayu Aro.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Margo Rukun.

Letak ketinggian wilayah daratan Desa Kempas Jaya 0,5 Meter dari

permukaan laut dengan suhu udara 25° C dan maximal 37° C. Potensi sumber

daya alam di Desa Kempas Jaya adalah sebagai berikut:

- Luas Desa : 7.758 Ha

- Luas Areal Persawahan : 550 Ha

- Luas Perkarangan : 150 Ha

- Luas Perkebunan : 5.742 Ha

- Luas Tegalan : 1.316Ha48

B. STRUKTUR PEMERINTAHAN SERTA VISI DAN MISI

1. Struktur Pemerintahan

Struktur pemerintahan Desa adalah suatu susunan organisasi atau

tingkatan jabatan yang menggambarkan fungsi dan tugas serta

tanggungjawabnya masing-masing sesuai dengan bidang dan kedudukan

di dalam organisasinya. Struktur organisasi sangat berperan di setiap

lembaga baik itu lembaga pemerintahan maupun non-pemerintahan.

Terorganisasinya suatu pemerintahan merupakan salah satu faktor

keberhasilan kepemerintahan tersebut.

Adapun data-data lembaga pemerintahan yang terdapat di Desa

Kempas Jaya berdasarkan tabel di bawah ini adalah sebagai berikut:

48

Dokumentasi, arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

2019.

Page 42: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

42

Tabel II

Struktur Organisasi Pemerintahan desa Kempas Jaya49

2. Visi dan Misi

a. Visi

49

Dokumentasi, arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

2019.

BPD

Pujiono

nyaput

KADES

Siti Aminah

SEKDES

sutrisno

KAUR

KESEJAHRTERAAN

Hendri Efendi S.Sy

KAUR

PELAYANAN

Nursalin

KAUR

PEMERINTAHAN

Usman S.Sy

KADUS II

Sahruji

KADUS I

Samsudin

KADUS III

Mudakir

KADUS IV

Taukid

KAUR KEUANGAN

Asroni

KAUR

PERENCANAAN

Darmawan

Page 43: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

43

Visi adalah suatu gambaran yang menata tentang keadaan masa

depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Visi

Desa Kempas Jaya adalah:

“Terbentuknya Sistem Pemerintahan Desa Yang Baik, Bijaksana,

Karismatik dan Bersih. Guna Mewujudkan Masyarakat Desa Kempas

Jaya Yang Religius, Sejahtera dan Bermartabat”

b. Misi

Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi yang

memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar

tercapainya visi desa tersebut. Pernyataan visi kemudian dijabarkan

kedalam misi agar dapat di operasionalkan/dikerjakan. Misi desa Kempas

Jaya adalah:

1) Memajukan Pendidikan.

2) Menyediakan fasilitas belajar yang baik.

3) Melayani masyarakat secara optimal oleh aparat desa.

4) Memberi penyuluhan di bidang pertanian, perkebunan dan kesehatan.

5) Membangkitkan rasa saling bergotong royong untuk membangun

infrastruktur desa.50

C. KEADAAN PENDUDUK

1. Jumlah Penduduk

Penduduk yang ada di Desa Kempas Jaya adalah penduduk yang

sudah menetap, yang terdiri dari penduduk asli dan juga pendatang.

50

Wawancara dengan Ibu Siti Aminah selaku Kepala Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat, Tanggal 20 Maret 2019.

Page 44: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

44

Penduduk disini maksudnya penduduk yang sudah terdaftar sesuai dengan

hasil sensus penduduk setempat.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari lapangan bahwa

desa Kempas Jaya memiliki penduduk yang berjumlah 3.362 orang.

Jumlah penduduk tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat umur

yaitu sebagai berikut:

Tabel III

Jumlah Penduduk Desa Kempas Jaya51

No Umur Jumlah

1 1 s/d 14 Tahun 758 orang

2 15 s/d 65 Tahun 1593 orang

3 66 Tahun keatas 1011 orang

Jumlah 3.362 orang

2. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kempas Jaya

Masyarakat desa Kempas Jaya dapat memenuhi kehidupan sehari-

hari mayoritasnya adalah dengan mata pencaharian pokok yaitu petani,

perkebunan pinang, kelapa, sawah dan sawit. Selebihnya mengandalkan

sumber ekonomi dari bekerja sebagai pedagang, buruh, tukang dan lain-

lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat mata pencaharian masyarakat Desa

Kempas Jaya berdasarkan tabel dibawah ini:

51

Dokumentasi, arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

2019.

Page 45: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

45

Tabel IV

Mata Pencaharian Penduduk Desa Kempas Jaya52

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 PNS 9

2 Buruh/swasta 31

3 Petani 1058

4 Pengrajin 1

5 Pedagang 35

6 Penjahit 5

7 Tukang kayu 29

8 Sopir 2

9 Peternak 33

10 Montir 8

Jumlah 1212

3. Sosial dan Keagamaan

a. Pendidikan

1) Pendidikan Formal

Salah satu program pokok pembangunan desa Kempas Jaya

adalah meningkatkan sektor pendidikan formal mulai dari tingkat

Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA)

dan pendidikan non formal berupa pendidikan dan latihan berbagai

bidang pengetahuan keterampilan yang diperlukan untuk

pembangunan. Di desa Kempas Jaya terdapat sarana pendidikan yang

terdiri dari TK/PAUD, SD, SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat. Untuk

lebih jelasnya sarana pendidikan yang ada di Desa Kempas Jaya dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini:

52

Dokumentasi, arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

2019.

Page 46: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

46

Tabel V

Jumlah Sekolah Desa Kempas Jaya53

No Sekolah Jumlah

1 TK/PAUD 4 buah

2 SD 11 buah

3 SLTP/sederajat 3 buah

4 SLTA/sederajat 1 buah

Jumlah 19 buah

Adapun tingkat pendidikan masyarakat desa Kempas Jaya

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel VI

Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kempas Jaya54

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum/tidak sekolah 266 orang

2 Tidak tamat SD/Sederajat 76 orang

3 Tamat SD/Sederajat 1.331 orang

4 Tamat SLTP/Sederajat 534 orang

5 Tamat SLTA/Sederajat 296 orang

6 Tamat perguruan tinggi 42 orang

Jumlah 2.545 orang

2) Pendidikan Non Formal

Selain pendidikan formal, di Desa Kempas Jaya juga terdapat

pendidikan non formal, seperti persatuan yasinan yang

diselenggarakan setiap seminggu sekali, pengajian majlis ta‟lim yang

juga dilakukan setiap sebulan sekali dan persatuan seni hadrah.

53

Dokumentasi, arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

2019.

54

Dokumentasi, arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

2019.

Page 47: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

47

b. Kesehatan

Desa Kempas Jaya memiliki Pusat Kesehatan Desa

(PUSKESDES), Poliklinik/balai pengobatan dan Posyandu. Saat ini

Puskesdes dapat melayani kesehatan masyarakat melalui pengobatan

gratis setiap bulannya, yang mengobati penyakit ringan biasa. Selain

itu juga ada pengobatan selain medis yang menggunakan pengobatan

tradisional yaitu pengobatan dukun kampung. Untuk persalinan

didukung oleh dukun kampung yang dinamakan Dukun Beranak.

Untuk lebih jelasnya sarana kesehatan yang ada di Desa Kempas Jaya

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel VII

Sarana Kesehatan Desa Kempas Jaya55

No Sarana Jumlah

1 Puskesdes 1

2 Poliklinik/balai pengobatan 3

3 Posyandu 1

Jumah 5

c. Agama dan Peribadatan

Agama adalah tuntunan hidup manusia dalam kehidupannya di

dunia ini. Agama akan menyelamatkan manusia di akhirat kelak jika

manusia konsisten berpegang teguh pada ajaran yang diperintahkan,

hal ini akan terjadi pada agama yang benar yaitu Agama Islam.

55

Dokumentasi, arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

2019.

Page 48: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

48

Kehidupan keagamaan sangat berpengaruh terhadap kehidupan

sosial kemasyarakatan, khususnya di Desa Kempas Jaya yang dapat

diketahui bahwa masyarakatnya bersifat heterogen, yakni ada suku

Banjar, Jawa, Bugis dll. Penduduk Desa Kempas Jaya tidak secara

keseluruhannya beragama Islam, melainkan ada penduduk yang

beragama Kristen. Jumlah penduduk menurut agama di Desa Kempas

Jaya tercatat sebagai berikut:

Tabel VIII

Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Kempas Jaya56

No Agama Jumlah

1 Islam 3.356 orang

2 Kristen Katolik 6 orang

Jumlah 3.362 orang

Dari setiap menjalankan aktifitas keagamaan, diperlukan suatu

sarana dan juga fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam menunjang

dan memperlancar proses ritual keagamaan. Sarana peribadatan yang

terdapat di Desa Kempas Jaya tercatat sebagai berikut:

56

Dokumentasi, arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

2019.

Page 49: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

49

Tabel IX

Sarana Peribadatan Desa Kempas Jaya57

No Tempat Peribadatan Jumlah

1 Masjid 10

2 Mushola/langgar 6

3 Madrasah 5

Jumlah 21

D. Adat Istiadat

Adat istiadat merupakan aturan tingkah laku yang dianut secara turun

temurun yang berlaku sejak lama. Adat istiadat merupakan aturan yang ketat

dan mengikat. Adat istiadat yang diakui dan ditaati oleh masyarakat sejak

dahulu dapat menjadi hukum yang tidak tertulis yang disebut sebagai hukum

adat. Hukum adat setiap daerah itu berbeda-beda sebagaimana dijelaskan oleh

Bapak Abdul Aziz selaku Ketua Adat dalam wawancaranya sebagai berikut:

“Pada dasarnya Hukum Adat itu cara pakainya berbeda, bahasannya

berbeda, namun tujuannya sama. Karena lain daerah itu pasti

mempunyai bahasa yang berbeda, namun mereka mempunyai tujuan

yang sama, yaitu membentuk masyarakat yang rukun dan sejahtera

berjalan sesuai dengan Hukum Adat dan Hukum Islam”58

57

Dokumentasi, arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

2019. 58

Wawancara dengan Bapak Abdul Aziz, selaku ketua Adat Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 19 April 2019.

Page 50: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

50

BAB III

GAMBARAN UMUM PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan

Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh disebut dengan dua

kata, yaitu “nikah” dan “zawaj”. Kedua kata ini yang terpakai dalam

kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al-Qur‟an dan

Hadits Nabi SAW. Secara etimologi, kata nikah berarti bergabung, hubungan

kelamin dan juga berarti akad yang bermakna juga dengan “berhimpunnya

sesuatu dengan yang lainnya”. Adapun kata perkawinan menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia adalah perjanjian yang diucapkan dan diberi tanda

kemudian dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang siap menjadi suami

istri, perjanjian dengan akad yang disaksikan beberapa orang dan diberi izin

oleh wali perempuan.59

Ada beberapa definisi nikah yang dikemukakan ulama fiqh, tetapi

seluruh definisi tersebut mengandung esensi yang sama meskipun

redaksionalnya berbeda.

1. Ulama Mazhab Syafi‟i mendefinisikan perkawinan dengan akad yang

mengandung kepemilikan hak untuk melakukan hubungan suami istri

dengan menggunakan lafaz inkah, tazwij atau dengan lafaz yang sama

artinya dengan kedua lafaz itu.

2. Ulama Mazhab Hanafi mendefinisikan perkawinan dengan akad yang

berfaedah kepada kepemilikan untuk bersenang-senang dengan sengaja.

59

Siska Lis Sulistiani, Hukum Perdata Islam: Penerapan Hukum Keluarga dan Hukum

Bisnis Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2018), hlm. 21-22.

Page 51: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

51

Jadi imam Hanafi menganggap bahwa nikah itu mengandung makna

hakiki untuk melakukan hubungan suami istri.

3. Menurut Imam Maliki, nikah adalah akad yang semata-mata untuk

kenikmatan dan kesenangan seksual belaka.

4. Menurut Imam Hanbali perkawinan adalah akad yang dimaksudkan untuk

mendapatkan kesenangan seksual dengan menggunakan lafaz inkah atau

tazwij.

5. Menurut Sayyid Sabiq perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang

berlaku pada semua makhluk Tuhan baik pada manusia, hewan maupun

tumbuh-tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai

jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak dan

melestarikan hidupnya.60

6. Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974 (pasal 1) perkawinan itu ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pertimbangannya ialah

sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila dimana sila yang pertamanya

ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan

yang erat sekali dengan agama/kerohanian, sehingga perkawinan bukan

saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur batin/rohani juga

mempunyai peranan yang penting.

60

Ibid, hlm.23.

Page 52: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

52

7. Pengertian perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah

pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk

mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Dan

perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah warahmah.61

B. Dasar Hukum Perkawinan

Dalam hukum Islam perkawinan yang dikenal dengan istilah

pernikahan pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian ibadah yang

dianjurkan dalam Islam, ataupun hukum asalnya sunnah, akan tetapi kondisi

hukum tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi mukallaf dalam beberapa

aspek yang harus dilihat secara menyeluruh, Allah telah menciptakan makhluk

dalam bentuk berpasangan sebagaimana firman Allah dalam QS. Adz-

Dzariyat: 49 yang berbunyi:

ء خولنا زوجي معوك ثذنرون ٩٤ومن ك ش

Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya

kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS. Adz-Dzariyat: 49).62

Dari ayat tersebut Allah menghendaki keterpaduan fungsi antara peran

pria dan wanita yang disatukan dalam sebuah perkawinan yang dihalalkan

oleh Allah. Dalam Al-Qur‟an masih banyak ayat-ayat lain yang mengatur

tentang perkawinan diantaranya sebagai berikut:

1. Perkawinan adalah tuntutan kodrat hidup dan tujuannya antara lain adalah

untuk memperoleh keturunan, guna melangsungkan kehidupan jenisnya.63

61

Ibid, hlm. 23.

62

Adz-Dzariyat: 49

Page 53: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

53

2. Perkawinan adalah untuk mewujudkan kedamaian dan ketentraman hidup

serta menumbuhkan rasa kasih sayang khususnya antara suami istri,

kalangan keluarga yang lebih luas, bahkan dalam kehidupan ummat

manusia umumnya.64

3. Larangan-larangan Allah dalam perkawinan.65

4. Perintah berlaku adil dalam perkawinan.66

5. Adanya peraturan dalam melakukan hubungan suami istri.67

6. Aturan-aturan tentang penyelesaian kemelut rumah tangga.68

7. Aturan tentang masa menunggu („iddah).69

8. Hak dan kewajiban dalam perkawinan.70

Meskipun Al-Qur‟an telah memberikan ketentuan-ketentuan hukum

perkawinan dengan amat terperinci sebagaimana disebutkan diatas, masih

diperlukan adanya penjelasan-penjelasan sunnah Rasul, baik mengenai hal-hal

yang tidak disinggung maupun mengenai hal-hal yang telah disebutkan dalam

Al-Qur‟an secara garis besar. Adapun motivasi dan perintah untuk menjaga

diri (ghadul bashar) dan menikah terdapat dalam hadits berikut:

63

Lihat dalam QS. Adz-Dzariyat: 49, QS. Yasin: 36, QS. Al-Hujurat:13, QS. An-Nahl:

72. 64

Lihat dalam QS. Ar-Rum: 21, QS An-Nur: 32.

65 Lihat dalam QS. Al-Baqarah: 235, QS. An-Nisa: 22-23, QS. An-Nur: 3, QS. Al-

Baqarah: 221, QS. Al-Maidah: 5, QS. Al-Mumtahanah: 10.

66 Lihat dalam QS. An-Nisaa‟: 3 dan 34.

67 Lihat dalam QS. Al-Baqarah: 187, 222 dan 223.

68 Lihat dalam QS. An-Nisaa‟: 35, QS. At-Thalaq: 1, QS. Al-Baqarah: 229-230.

69 Lihat dalam QS. Al-Baqarah: 226-228, 231-232, 234,236-237, QS. At-Thalaq: 1-2, 4,

7, dan 66, serta QS. Al-Ahzab:49.

70 Lihat dalam QS. Al-Baqarah: 228-233, serta QS. An-Nisaa‟: 4.

Page 54: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

54

صو ثعامىى عنه كال : كال رسول الل : ي معش عن ابن مسعود رض الل لويه ووسل ىى الل

ه أغض نوبص وأحصن نوفرج ومن مم هج فا و باب من امسدذطاع منك امباءة فويت خطع فعويه امس يس

وم )مذفق لويه(. بمص

Artinya: Dari Ibnu Mas‟ud RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: wahai para

pemuda, barangsiapa diantara kalian telah mampu menikah, maka

menikahlah! Karena sesungguhnya yang demikian itu (menikah)

dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun

barangsiapa yang belum mampu untuk menikah, maka hendaklah ia

berpuasa. (Muttafaqun „alaih).71

Beberapa contoh sunnah Rasul mengenai hal-hal yang tidak

disinggung dalam Al-Qur‟an dapat disebutkan antara lain:

a. Hal-hal yang berhubungan dengan walimah.

b. Tata cara peminangan.

c. Saksi dan wali dalam akad nikah.

d. Hak mengasuh anak apabila terjadi perceraian.

e. Syarat yang disertakan dalam akad nikah.

Beberapa contoh penjelasan sunnah Rasul tentang hal-hal yang

disebutkan dalam Al-Qur‟an secara garis besar antara lain sebagai berikut:

a. Pengertian quru‟, yang disebutkan dalam Al-Qur‟an mengenai masa

„iddah perempuan yang di talak suaminya.

b. Bilangan susuan yang mengakibatkan hubungan mahram.

c. Besar kecil mahar (mas kawin).

d. Izin keluar rumah bagi perempuan yang mengalami „iddah talak raj‟i.

71 KH. Kahar Masyhur, Terjemah Bulughul Maram, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992),

hlm.2/

Page 55: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

55

e. Perceraian yang terjadi karena lian merupakan talak yang tidak

memungkinkan bekas suami istri kembali nikah lagi.72

Adapun terkait masalah yang tidak disinggung dalam Al-Qur‟an atau

sunah, tetapi memerlukan ketentuan hukum melalui ijtihad misalnya mengenai

harta bersama yang diperoleh selama perkawinan berlangsung, perkawinan

wanita hamil karena zina, akibat pembatalan pertunangan terhadap hadiah-

hadiah pertunangan dan permasalahan lainnya, dapat dilakukan ijtihad sebagai

bagian dari solusi dalam pemecahan permasalahan tersebut.73

C. Hukum Perkawinan

Meskipun pada dasarnya Islam menganjurkan perkawinan, apabila

ditinjau dari keadaan yang melaksanakannya, perkawinan dapat dikenai

hukuman wajib, sunah, haram, makruh dan mubah.74

1. Wajib

Perkawinan hukumnya wajib bagi orang yang telah mempunyai

keinginan kuat untuk menikah dan telah mempunyai kemampuan untuk

melaksanakan dan memikul beban kewajiban dalam hidup perkawinan

serta ada kekhawatiran apabila tidak menikah. Ia akan mudah tergelincir

untuk berbuat zina.

2. Sunnah

Perkawinan hukumya sunnah bagi orang yang telah berkeinginan

kuat untuk menikah dan telah mempunyai kemampuan untuk

melaksanakan dan memikul kewajiban-kewajiban dalam perkawinan,

72

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam…. hlm. 7. 73

Siska Lis Sulistiani, Hukum Perdata Islam…, hlm. 27-28. 74

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam…, hlm. 14.

Page 56: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

56

tetapi apabila tidak menikah juga idak ada kekhawatiran akan berbuat

zina.75

3. Haram

Perkawinan hukumnya haram bagi orang yang belum berkeinginan

serta tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan memikul

kewajiban-kewajiban hidup perkawinan sehingga apabila menikah juga

akan berakibat menyusahkan istrinya.76

4. Makruh

Perkawinan hukumnya makruh bagi seorang yag mampu dalam

segi materiil, cukup mempunyai daya tahan mental dan agama hingga

tidak khawatir akan terseret dalam perbuatan zina, tetapi mempunyai

kekhawatiran tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap

istrinya, meskipun tidak akan berakibat menyusahkan pihak istri.

Misalnya, calon istri tergolong kaya atau calon suami belum mempunyai

keinginan untuk menikah.77

5. Mubah

Perkawinan hukumnya mubah bagi orang yang mempunyai harta,

tetapi apabila tidak menikah tidak merasa khawatir akan berbuat zina dan

andaikata menikah pun tidak merasa khawatir akan menyia-nyiakan

kewajibannya terhadap istri. Perkawinan dilakukan sekedar untuk

75

Ibid, hlm. 14. 76

Ibid, hlm 15. 77

Ibid, hlm. 16.

Page 57: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

57

memenuhi syahwat dan kesenangan bukan dengan tujuan membina

keluarga dan menjaga keselamatan hidup beragama.78

D. Rukun dan Syarat Perkawinan

Pernikahan merupakan suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai

jalan bagi manusia untuk menghasilkan keturunan, berkembang biak dan

kelestarian hidupnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa

ayat 1:

ا وبر منم حدة وخوق منا زوج فس و ن ه ي خولك م ل ك أ لوا رب ث

مناس أ

ا أ أي را ووساء ي ا رجالا ن

كن لو لل ن أ

لرحام ا

ي جساءمون بهۦ وأ ل

أ لل

لوا أ ث

٢يك ركيبا وأ

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah SWT

menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah SWT

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.

Dan bertakwalah kepada Allah SWT dengan (mempergunakan)

nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah

hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga

dan mengawasi kamu”. (QS. An-Nisa (4): 1).79

Rukun adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan

tidaknya suatu pekerjaan, dalam hal ini masalah ibadah (perkawinan), dan

rukun termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Adapun syarat yaitu sesuatu

yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan atau

ibadah tetapi ia tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan tersebut.80

Perkawinan dalam Islam dianggap sah apabila telah memenuhi rukun

dan syaratnya yang telah digariskan oleh para fuqaha‟. Jika suatu perkawinan

yang tidak memenuhi syarat-syaratnya, maka perkawinan tersebut dinamakan

78

Ibid.

79

An-Nisa (4): 1. 80

Siska Lis Sulistiani, Hukum Perdata Islam…, hlm. 28.

Page 58: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

58

fasid (rusak) dan jika tidak memenuhi rukun-rukun perkawinan disebut bathil

(batal). Rukun perkawinan ada lima, yaitu sebagai berikut:81

1. Adanya mempelai laki-laki.

2. Adanya mempelai perempuan.

3. Adanya wali mempelai perempuan atau wakilnya.

4. Adanya dua orang saksi.

5. Ijab dan Kabul.

Adapun syarat yang harus dipenuhi dari masing-masing rukun adalah

sebagai berikut:82

1. Syarat-syarat calon suami:

a. Beragama Islam.

b. Jelas laki-lakinya.

c. Jelas atau orangnya diketahui.

d. Calon laki-laki kenal dan tahu betul bahwa calon istrinya halal dinikahi

baginya.

e. Tidak dipaksa tetapi harus ikhtiar (kemauan sendiri).

f. Tidak sedang berihram haji atau umroh.

g. Bukan mahromnya.

h. Tidak dalam keadaan beristri empat.

2. Syarat-syarat calon istri:83

a. Beragama Islam.

b. Jelas perempuannya/bukan khuntsa.

81

Ibid, hlm. 29 82

Ibid. 83

Ibid, hlm. 30.

Page 59: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

59

c. Sepertujuan dirinya/tidak dipaksa.

d. Tidak bersuami atau dalam iddah orang lain.

e. Bukan mahromnya.

f. Belum pernah di li‟an.

g. Tidak sedang berihram haji atau umroh.

3. Syarat-syarat wali:

a. Laki-laki.

b. Beragama Islam.

c. Baligh.

d. Berakal sehat.

e. Adil.

4. Syarat-syarat saksi

a. Beragama Islam.

b. Baligh.

c. Berakal sehat.

d. Merdeka/bukan budak.

e. Kedua orang saksi itu bias mendengar/tidak tuna rungu.

5. Syarat-syarat sighot (ijab dan kabul): ijab dan Kabul mempunyai syarat-

syarat masing-masing. Syarat-syarat ijab adalah sebagai berikut:84

a. Dengan perikatan shorih dapat dipahami oleh mempelai laki-laki, wali

dan dua orang saksi.

84

Ibid.

Page 60: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

60

b. Harus dengan sighot yang mutlak (tidak muqayyad atau terikat) tidak

ditakwilkan atau dikaitkan dengan suatu syarat atau dengan batas

waktu.

c. Sighot yang digunakan dalam akad itu mengandung pengertian relanya

orang yang mencakup sejak berlangsungnya akad. Sighot yang dipakai

adalah fi‟il madhi jika dilafadzkan dalam bahasa Arab.

Adapun syarat-syarat Kabul adalah sebagai berikut:

a. Dengan kata-kata yang mengandung arti menerima, setuju atau dengan

perkawinan tersebut.

b. Harus dengan sighot yang mutlak.

c. Sighot yang digunakan dalam akad (Kabul) itu mengandung arti rela

diri orang yang mengucapkan sejak berlangsungnya akad perkawinan.

Fi‟il madhi jika dilafadzkan dalam bahasa Arab.85

E. Tujuan Perkawinan

Allah SWT mensyari‟atkan perkawinan dalam Islam untuk mencapai

tujuan-tujuan mulia, diantaranya:

1. Memperoleh Keturunan

Allah telah berfirman dalam dalam Al-Qur‟an:

ن أهفسك أزو جعل مك م لل ت وأ ب ي مط

ن أ جك بني وحفدة ورزكك م ن أزو جا وجعل مك م

ه يكفرون لل طل يؤمنون وبنعمت أ مب

٢١أفبأ

Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari

jenis kamu sendiri dan menjadikan anak cucu bagimu dari

pasanganmu. Serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa

mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat

Allah?”. (QS. An-Nahl (16): 72).86

85 Ibid, hlm. 31.

86 An-Nahl (16): 72.

Page 61: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

61

Menurut ajaran Islam tujuan dilaksanakannya suatu pernikahan

adalah untuk mendapatkan keturunan yang shaleh dan shalehah agar

nantinya dapat terbentuk generasi yang berkualitas. Agar syari‟at Islam

dapat ditegakkan dalam suatu ruumah tangga, maka diperlukan pasangan-

pasangan yang ideal.

2. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi.

Perkawinan merupakan fitrah manusia yang dilakukan dengan

cara-cara yang telah diatur di undang-undang perkawinan dan beberapa

hukum agama, sehingga suatu hubungan menjadi sah dan halal, bukan

dengan cara yang diharamkan yang telah menyimpang dari ajaran agama.

3. Untuk membentengi akhlak yang luhur.

Sasaran utama dari syari‟at pernikahan adalah untuk membentengi

martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji yang telah menurunkan

martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan

pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda

dan pemudi dari kerusakan serta melindungi masyarakat dari kekacauan.

4. Untuk menegakkan rumah tangga yang islami.

Islam membenarkan adanya perceraian, jika suami tidak sanggup

lagi menegakkan batas-batas Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

ل مك أن ثأخذوا م ن ولا ي حس ي ب مساك بمعروف أو جس

تن فا ق مر و مط

ي أ ا ءاثيذموهن ش ا م

فل جناح لوي لل ن خفت ألا يليما حدود أ

فا لل

أن يافا ألا يليما حدود أ لا

ۦ ثل ا فذدت به

ما فيما أ

لل فل ثعخدوها ومن يخعد حدود أ لل

ومون حدود أ م

كم ه أ ١١٤ فأوم

Page 62: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

62

Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara ma‟ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.

Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang

telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya

khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah

SWT. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak

dapat menjalankan hukum-hukum Allah SWT, maka tidak ada

dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri

untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah SWT , maka

janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar

hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalimm.

(QS. Al-Baqarah(2): 229).87

Namun dibenarkan juga rujuk bila keduanya telah sanggup

menegakkan batas-batas Allah SWT. Pasal 1 undang-undang perkawinan

menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan

Yang Maha Esa, tujuan perkawinan dilihat sebagai perintah Allah SWT

untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan

mendirikan rumah yang damai dan teratur.88

5. Menjaga wujud manusia.

6. Mengarahkan penyaluran kebutuhan biologis.

7. Melindungi masyarakat dari dekadensi moral dan prilaku menyimpang.

8. Menumbuhkan perasaan kasih saying dan kebersamaan.

9. Menciptakan rasa kebapakan dan keibuan.89

87 Al-Baqarah (2): 229

88

Achmad Ichsan, Hukum Perkawinan Bagi yang beragama Islam, (Jakarta: PT Pradnya

Paramita, 1986), hlm. 30. 89

Muhammad Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, (Jakarta: CV Cendekia Sentra

Muslim, 2002), hlm. 11-15.

Page 63: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

63

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Adat Perkawinan Suku Banjar di Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat

Perkawinan adalah satu mahligai yang indah bagi pasangan yang baru

menikah, menjadi kebiasaan di tengah masyarakat melaksanakan walimatul

„urs untuk memeriahkan hari perkawinan tersebut. Di Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat terdapat beberapa tradisi yang

dilaksanakan dalam upacara adat perkawinan suku Banjar, tradsi tersebut

dibagi kepada 3 tahap, yaitu pra nikah, prosesi nikah dan pasca nikah:

1. Pra Nikah

a. Upacara Peminangan/Bapara’

Upacara peminangan atau yang biasa disebut oleh Suku Banjar

dengan Bapara‟ dilakukan dalam tiga tahap. Tahap-tahap bepara‟

sebagaimana telah dipaparkan oleh bapak Abdul Aziz diantaranya adalah:

“Tahap pertama, yaitu keluarga pihak laki-laki datang kerumah

pihak mempelai pengantin perempuan yang dilakukan oleh orang

yang ditunjuk dari keluarga pihak laki-laki dengan maksud ingin

menanyakan si mempelai pengantin perempuan sudah ada yang

punya/melamar atau belum. Tahap kedua, jika lamaran telah

diterima, maka kedua belah pihak yakni keluarga pihak laki-laki

dan pihak perempuan merundingkan berapa jujuran atau hantaran

yang diminta oleh pihak keluarga perempuan. Serta menentukan

pengikat yang akan diberikan oleh pihak laki-laki dengan tujuan

sebagai tanda bahwa si perempuan sudah ada yang punya atau

melamar. Tahap ketiga, yaitu mengantar uang jujuran serta

menentukan waktu acara perkawinan dan resepsi. Ketiga tahap

tersebut diselingi waktu beberapa hari atau sesuai kesepakatan

Page 64: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

64

antara kedua belah pihak, serta upacara tersebut selalu dihadiri oleh

ketua adat, tokoh agama, keluarga serta masyarakat setempat.”90

Jujuran adalah sejumlah uang yang diberikan oleh pihak laki-laki

kepada pihak perempuan. Jumlah jujuran biasanya ditentukan oleh pihak

pengantin perempuan. Kebanyakan uang jujuran yang ditetapkan

berdasarkan latar belakang status dan derajat perempuan tersebut.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Abdul Aziz bahwa:

“Adakalanya jujuran tersebut diminta dengan istilah seisi kamar,

artinya calon suami memberikan uang jujuran senilai dengan

barang-barang furniture untuk satu kamar penuh berisi ranjang,

kelambu, kasur dan lain-lain. Dalam kebiasaan masyarakat Banjar,

jujuran ini ikut menentukan berhasil tidaknya acara perkawinan

nantinya, dari segi jumlah tamu yang diundang, makanan yang

akan disajikan dan lain-lain yang berkaitan dengan acara

perkawinan tersebut. Besarnya jumlah jujuran kebanyakan telah

ditetapkan berdasarkan latar belakang perempuan seperti status dan

derajatnya.”91

Hal ini kadang kala menjadi penghalang serta mempersulit

lancarnya proses perkawinan karena besarnya jumlah jujuran yang diminta

oleh pihak perempuan.

b. Pemingitan Pengantin Perempuan

Setelah mendapatkan kesepakatan antara kedua belah pihak kapan

waktu acara perkawinan dan resepsi dilaksanakan, maka seminggu sebelum

dilaksanakannya resepsi si pengantin perempuan di pingit terlebih dahulu.

Yang mana didalam waktu seminggu pemingitan tersebut dilaksanakan

beberapa tradisi atau upacara untuk menghias pengantin perempuan yang

90

Wawancara dengan Bapak Abdul Aziz selaku Ketua Adat Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat Tanggal 19 April 2019. 91

Wawancara dengan Bapak Syahbana, selaku Tokoh masyarakat Desa Kempas Jaya

Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 20 April 2019.

Page 65: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

65

dilakukan oleh para sesepuh, acara tersebut dihadiri oleh keluarga serta

masyarakat setempat yang ingin hadir dan dibuatkan jamuan makanan

hingga resepsi pernikahan. Upacara tersebut diantaranya:

1) Bagosok atau berlulur dengan sirih sekapur.

Berlulur atau yang biasa disebut orang Banjar dengan sirih

sekapur dilakukan tiga hari sebelum dilaksanakannya prosesi akad nikah.

Bahan-bahan untuk bagogok diantaranya:

- Sirih

- Kapur

- Kunyit

Tata cara bagosok diantaranya:

- Sirih sekapur tersebut di oleskan ke seluruh badan pengantin

perempuan hingga warnanya menjadi merah.

- dilanjutkan dengan olesan perahan air dari jeruk nipis hingga badan

pengantin tersebut berwarna kuning.

Pelaku Bagosok yaitu:

- 2 orang sesepuh

Tujuannya Bagosok yaitu:

- Untuk membuat pengantin menjadi lebih berseri ketika bersanding di

pelaminan.92

2) Betimung

92

Wawancara dengan Ibu Hj. Salamiah selaku Sesepuh Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat Tanggal 20 Maret 2019.

Page 66: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

66

Betimung biasanya dilakukan malam ke-2 sebelum

dilaksanakannya akad nikah. Bahan untuk Betimung diantaranya:

- Daun sirih.

- Daun lengkuas

- Daun kunyit

- Daun pandan

Tata cara pelaksanaan Betimung diantaranya sebagai berikut:

- Semua bahan dedauan tersebut direbus hingga mendidih.

- Si pengantin duduk di kursi kecil menghadap air yang sudah direbus

sambil mengaduk pelan air hangat tersebut hingga keluar keringatnya.

- Selama proses tersebut si pengantin ditutup dengan tikar pandan,

selimut ataupun kain yang tebal.

Tujuan betimung adalah:

- untuk menghilangkan bau keringat, sehingga kedua mempelai berbau

wangi ketika bersanding.93

3) Mencukur alis

Mencukur alis pengantin perempuan dilakukan oleh dua orang

sesepuh yang dilaksanakan 1 hari sebelum akad nikah. Waktu untuk

mencukur alis telah ditentukan oleh sesepuh yakni ketika matahari telah

naik atau sekitar pukul 1 siang. Alat yang digunakan untuk mencukur alis

adalah adalah pisau silet dan piduduk. Piduduk adalah beberapa bahan-

93

Wawancara dengan Ibu Supiyah selaku Sesepuh Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat Tanggal 18 April 2019

Page 67: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

67

bahan dapur yang dimasukkan kedalam piring yang diletakkan

berdekatan dengan pengantin perempuan pada waktu mencukur alis.

Isi dari piduduk tersebut diantaranya adalah:

- Beras

- Kelapa muda

- Gula

Bacaan ketika mencukur alis sebagaimana yang dikatakan oleh ibu

Hj Salamiah adalah: “Ketika mencukur alis tersebut diiringi dengan

bacaan Sirih kuning pinang condong ke mahkota mukanya putih kuning

naik sehari cahaya ke muka.”94

Mencukur alis pengantin perempuan bertujuan untuk membuat

sang pengantin menjadi lebih berseri serta sebagai tanda bahwa

perempuan tersebut telah bersuami atau sudah menikah.

2. Nikah

a. Prosesi Akad Nikah

Acara akad nikah merupakan sentral dari semua rangkaian kegiatan

upacara perkawinan. Sebab sah atau tidaknya perkawinan dua

mempelai ditentukan oleh upacara ini. Upacara akad nikah, harus sesuai

dengan syariat Islam dan merupakan barometer budaya Islami yang

diterapkan dalam sistem adat budaya dimanapun ia berada. Sebab

budaya Islam menerima budaya dari manapun asalnya sepanjang

94

Wawancara dengan Ibu Hj. Salamiah selaku Sesepuh Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat Tanggal 20 Maret 2019.

Page 68: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

68

ketentuan-ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar

ajaran Islam.95

Pelaksanaan upacara akad nikah sebagaimana telah di paparkan

oleh Bapak H. M. Arifin bahwa:

“Acara akad nikah dalam budaya Banjar dimulai dengan bacaan

ayat suci Al-Qur‟an, kemudian dilanjutkan dengan khutbah nikah,

setelah itu pelaksanaan ijab qabul yang disaksikan oleh dua orang

saksi, masing-masing satu orang dari kedua belah pihak, acara ini

dilanjutkan dengan ceramah agama dan diakhiri dengan do‟a

nikah.”96

Selain itu, perilaku adat bagi orang Banjar pada saat acara akad

nikah untuk menolak dari perbuatan jahat (guna-guna), pada umumnya

mereka memberi cacak burung dengan kapur dan kunyit pada telapak kaki

calon pengantin.

Setelah acara ijab qabul selesai, maka dilanjutkan dengan

mengantar hantaran atau yang biasa disebut oleh orang Banjar dengan

Maantar Hahadap dari pihak pengantin laki-laki kerumah pengantin

perempuan. Sebagaimana yang dipaparkan oleh ibu Supiyah melalui

wawancara peneliti, beliau mengatakan bahwa:

“Acara maantar hahadap tersebut rombongan dari pihak laki-laki

membawa perlengkapan untuk mempelai perempuan yang

dibentuk atau dibungkus dan dihiasi dengan bingkisan yang indah.,

Perlengkapan tersebut dimulai dari baju, sepatu, sandal, tas,

kerudung dan lainnya. Setelah itu Hahadap tersebut diserah

terimakan oleh pihak pengantin laki-laki dan perempuan dengan

berbalaskan pantun oleh satu orang perwakilan dari masing-masing

95

Hj. Noorthaibah, Refleksi Budaya Muslim Pada Adat Perkawinan Budaya Banjar Di

Kota Samarinda, Fenomena Vol. IV No. 1, 2012

, hlm.24.

96 Wawancara dengan Bapak H. M. Arifin selaku Tokoh Agama Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat Tanggal 22 April 2019.

Page 69: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

69

pihak pengantin. Hahadap tersebut biasanya dibeli dengan

sebagian dari uang jujuran.”97

3. Pasca Nikah

a. Upacara Mandi Pengantin

Upacara mandi pengantin mengandung arti memandikan calon

pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi

bersih dan suci lahir dan batin. Tujuan dari upacara mandi pengantin ini

berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Hamidah yang mengatakan

bahwa:

“Upacara mandi pengantin bertujuan untuk menyucikan secara

jasmani dan rohani karena pada hari berikutnya calon mempelai

akan melaksanakan salah satu tugas suci dalam hidup di dunia,

yaitu menjalani mahligai perkawinan. Secara lahiriah, mandi

pengantin memang hanya menyucikan badan, tetapi makna yang

tersirat adalah bahwa calon mempelai siap untuk menyucikan diri

lahir dan bathin. Serta untuk membentengi pengantin dari berbagai

gangguan yang tidak di inginkan. jika tidak dipersiapkan

penangkalnya, dikhawatirkan kedua mempelai yang hendak

melangsungkan pernikahan akan terserang penyakit dan kehidupan

rumah tangganya kelak akan digoyahkan oleh berbagai macam

rintangan.”98

Waktu pelaksanaan prosesi mandi pengantin adalah sore hari

setelah prosesi akad nikah selesai. Perlengkapan upacara mandi pengantin

suku Banjar adalah sebagai berikut:

a. Air do‟a.

b. Mayang pinang.

c. Piduduk

97

Wawancara dengan Ibu Supiyah selaku Sesepuh Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat Tanggal 18 April 2019. 98

Wawancara dengan Ibu Hamidah selaku Sesepuh Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. TAnjung Jabung Barat Tanggal 20 April 2019.

Page 70: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

70

d. Kain kemben dan kain berwarna kuning.

e. Wadai/kue 40 macam.

f. Kaca, lilin, sisir dan pupur/bedak.

Hal tersebut senada tersebut juga dikemukakan oleh ibu Hamidah bahwa:

”Pada saat mandi pengantin peralatan yang digunakan memang

didominasi oleh nilai-nilai adat seperti menggunakan mayang,

pupur dingin, cermin, lilin, rangkaian adat Banjar ini diwarnai

dengan ajaran Islam seperti melakukan sesuatu dengan Bismillah

dan shalawat.”99

Tata cara pelaksanaan upacara mandi pengantin dalam adat

perkawinan suku Banjar adalah sebagai berikut:

a. Kedua mempelai (pengantin laki-laki dan perempuan) masing-masing

memakai kain kemben dan dipakaikan kain kuning yang khusus

diletakkan di bahu pengantin perempuan.

b. Setelah itu kedua mempelai duduk di atas kursi, ditempat yang telah di

sediakan. Biasanya tempat prosesi mandi pengantin adalah didepan

atau disamping rumah yang bisa dilihat oleh masyarakat.

c. Kedua mempelai pengantin disiram dengan air do‟a oleh sesepuh yang

sudah dipercaya oleh masyarakat untuk melaksanakan rangkaian-

rangkaian upacara adat perkawinan, setiap siraman air selalu di iringi

dengan membaca Bismillah dan Shalawat.

d. Mayang pinang dipecah pada saat prosesi mandi bersamaan dengan

mengguyur air di atas kepala pengantin dan si pengantin harus

meminum air tersebut secara perlahan-lahan.

99

Wawancara dengan Ibu Hamidah selaku Sesepuh Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. TAnjung Jabung Barat Tanggal 20 April 2019.

Page 71: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

71

e. Setelah selesai prosesi mandi pengantin, kain kemben kedua mempelai

yang telah basah diganti dengan kain yang kering.

f. Kain kemben yang basah tersebut dibuang ke atas atap rumah. Hal

tersebut bertujuan untuk menaikkan seri pengantin dan membuang sial

ataupun hal-hal buruk.

g. Kedua mempelai dibawa masuk kedalam rumah dan duduk di atas

tumpukan beberapa helai kain yang telah disusun, mempelai pengantin

perempuan dihias dengan dipupuri dengan pupur dingin/basah, disisiri

rambutnya serta dikelilingi cermin dan lilin dengan 7 kali keliling.

h. Kedua mempelai mencicipi 40 macam kue yang telah disediakan.

i. Pembacaan do‟a.100

b. Upacara Batamat atau Khatamul Qur’an

Upacara Batamat merupakan upacara menamatkan bacaan ayat-

ayat suci Al-Qur‟an oleh mempelai pengantin. Pembacaan Khatamul

Qur‟an ini dapat diwakilkan oleh saudara ataupun kerabat keluarga

pengantin yang sudah mengkhatamkan membaca Al-Qur‟an tiga puluh juz.

Bagi masyarakat Banjar yang termasuk kuat dalam beragama, maka

biasanya seorang gadis sudah pernah membaca Al-Quran sebanyak tiga

puluh juz. Upacara pembacaan Khatamul Qur‟an ini bersifat religius

Islami sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas datangnya jodoh

serta harapan semoga rumah tangganya senantiasa atas petunjuk Al-

100

Wawancara dengan Ibu Hj. Salamiah selaku Sesepuh Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat Tanggal 2 Mei 2019.

Page 72: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

72

Qur‟an. Waktu pelaksanaan Batamat atau Khatamul Qur‟an biasanya

dilaksanakan pada malam hari setelah selesainya prosesi akad nikah.

Adapun gambaran pelaksanaan khatamul Qur‟an berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan bapak H. M. Arifin yang mengatakan bahwa:

“Pada acara Batamat/Khatamul Qur‟an, pengantin membaca Al-

Quran dari surah Ad-Dhuha sampai surah An-Naas dilanjutkan

dengan surah Al-Fatihah dan lima ayat surah Al-Baqarah. Dan

yang bisa melaksanakan Batamat Al-Quran ini hanya orang-orang

yang benar-benar telah tamat membaca 30 juz Al-Qur‟an .

Biasanya ada lakatan dan telor yang dihias membentuk gunungan

kecil. Telor tersebut akan dibagikan kepada semua undangan yang

hadir pada acara Batamat/Khatamul Qur‟an tersebut.”101

Setelah selesai Batamat/Khatamul qur‟an, dilanjutkan dengan

membaca habsyi dan shalawat yang diiringi dengan alunan gendang yaitu

kesenian hadrah.

c. Acara Resepsi Perkawinan

Upacara ini merupakan puncak acara dari semua rangkaian upacara

adat perkawinan Banjar. Pada hari resepsi perkawinan ini pengantin laki-

laki dan wanitanya dipersandingkan ditempat pelaminan dengan

disaksikan oleh para tamu yang ada. Acara ini merupakan persaksian oleh

masyarakat bahwa kedua mempelai ini telah resmi diikat dalam tali

pernikahan yang sah. Sehingga semua kewajiban yang berkaitan dengan

kerumahtanggaan dimulai sejak saat selesainya upacara tersebut.

Bagi orang Banjar biasanya upacara dimulai dari pembacaan tahlil

dan do‟a kemudian menghidangkan makanan kepada para tamu undangan.

101

Wawancara dengan Bapak H. M. Arifin selaku Tokoh Agama Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat Tanggal 22 April 2019.

Page 73: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

73

Setelah itu, pengantin laki-laki di arak bersama para rombongan datang

kerumah pengantin perempuan yang di iringi pembacaan shalawat dan

alunan gendang dari kesenian hadrah, hal ini biasa disebut orang Banjar

dengan Baarak. Pengantin laki-laki disambut oleh pihak dari pengantin

perempuan dengan bacaan shalawat Nabi Muhammad SAW dan tarian

Sekapur Sirih serta ditaburi dengan beras kuning. Setelah masuk kedua

mempelai dipersandingkan dipelaminan. Acara dilanjutkan dengan sujud

kepada kedua orang tua sambil berfhoto bersama. Hal tersebut berdasarkan

hasil wawancara peneliti dengan bapak Syahbana, beliau mengatakan

bahwa:

”Acara perkawinan atau resepsi perkawinan pada adat Banjar

dimulai dengan pembacaan tahlil dan do‟a, kemudian

menghidangkan makanan kepada tamu undangan. Pada saat itu

pengantin perempuan sudah mengenakan pakaian adat pengantin

sambil menunggu mempelai laki-laki, tidak berapa lama mempelai

laki-laki datang dengan rombongan pengantar pengantin.

Sesampainya di depan rumah mempelai perempuan, mempelai

laki-laki disambut dengan shalawat 3 kali dan dijawab oleh semua

yang mendengar dan disambut juga dengan taburan beras kuning.

Kemudian kedua mempelai dipersandingkan dipelaminan serta

dilanjutkan dengan sujud kepada kedua orang tua, berfhoto

bersama dan berdoa.”102

Acara resepsi perkawinan suku Banjar biasa nya tidak lupa dengan

suatu hiburan yaitu orgen tunggal, yang mana kadang kala para pengisi

acaranya yang membuka aurat, Hal ini menjadi kebiasaan adat perkawinan

di desa tersebut dengan tujuan untuk memeriahkan acara perkawinan.

102

Wawancara dengan Bapak Syahbana, selaku Tokoh Masyarakat Desa Kempas Jaya

Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, Tanggal 20 April 2019.

Page 74: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

74

Hal ini juga dikuatkan dengan hasil observasi peneliti pada acara

resepsi perkawinan yang dilaksanakan oleh keluarga bapak Amat dan Ibu

Jamilah yang dilaksanakan di Dusun Teluk Kempas Desa Kempas Jaya

Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada hari Minggu

Tanggal 09-09-2019.103

B. Adat Perkawinan Suku Banjar di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat dalam Perspektif Hukum Islam.

Secara umum, tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi hajat

manusia dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang bahagia dan sesuai

dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Adapun setiap kelompok

masyarakat tidak akan lari dari hukum adat masing-masing suku atau

kelompok sejak turun temurun dari nenek moyang mereka hingga sekarang,

begitu juga dengan masyarakat suku Banjar. Namun, yang menjadi

permasalahnnya adalah di kalangan mayarakat beragama Islam khususnya.

Pandangan hukum adat yang dilestarikan di lingkungan masyarakat tersebut

berlandaskan dengan hukum Islam atau sebaliknya.

Penulis akan mencoba melihat hukum adat yang dilestarikan hingga

saat ini dalam perkawinan suku Banjar di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat tersebut berlandaskan syari‟at Islam atau

sebaliknya. Karena hasil daripada lapangan di Desa Kempas Jaya, mayoritas

masyarakat disana merupakan masyarakat yang beragama Islam sepenuhnya.

Ini terbukti karena di Desa Kempas Jaya terdapat beberapa masjid untuk

103

Observasi Acara Resepsi Perkawinan di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab.

Tanjung Jabung Barat, 09-09-2019.

Page 75: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

75

tempat beribadah dan mereka mengakui agama yang mereka anuti adalah

agama Islam.

Adat perkawinan suku Banjar di Desa Kempas Jaya diawali dengan

upacara peminangan atau bapara‟ seperti yang telah dibahas di atas, terdapat

beberapa adat yang dilakukan ketika prosesi dilangsungkan. Peminangan atau

bapara‟ sebagaimana pendahuluan pernikahan lainnya adalah sebuah cara dari

masing-masing pihak (suami-istri) untuk saling mengenal diantara

keduanya.104

Khitbah atau peminangan di dalam Islam adalah permintaan seorang

laki-laki untuk menguasai seorang wanita tertentu dari keluarganya dan

bersekutu dalam urusan kebersamaan hidup. Atau dapat diartikan pula,

seorang laki-laki menampakkan kecintaannya untuk menikahi seorang wanita

yang halal dinikahi secara syara‟. Adapun pelaksanaannya beragam,

adakalanya peminang itu sendiri yang meminta langsung kepada yang

bersangkutan atau melalui utusan seseorang yang dapat dipercaya untuk

meminta orang yang dikehendaki.105

Hal ini seragam dengan tata cara peminangan atau khitbah dalam adat

perkawinan suku Banjar, yang mana peminangan atau yang disebut oleh orang

Banjar dengan bapara‟ tersebut diwakili oleh orang tua ataupun keluarga laki-

laki untuk menyatakan hasrat untuk melamar perempuan pilihannya.

104

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, (Jakarta: Gema Insani, 2011),

hlm. 21. 105

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 8.

Page 76: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

76

Ketika acara bapara‟ atau meminang pada tahap kedua, seperti yang

telah penulis bahas diatas. Maka kedua belah pihak merundingkan berapa

jujuran yang harus dibayar oleh pihak laki-laki. Jujuran adalah sejumlah uang

yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Jujuran berbeda

dengan mahar, mahar dalam Islam sepenuhnya menjadi hak mempelai wanita,

sedangkan jujuran bukan hak milik sepenuhnya untuk mempelai wanita

seperti halnya mahar, selain itu jujuran tidak disebutkan ketika ijab Kabul,

namun mahar hukumnya sunnah disebutkan ketika akad nikah. Hal ini juga

ditegaskan dalam Pasal 32 Bab V Kompilasi Hukum Islam tentang mahar

yaitu:

“Mahar diberikan langsung kepada calon mempelai wanita dan sejak

itu menjadi hak pribadinya”106

Mahar dalam nikah itu hukumnya wajib dan menyebutkan dalam akad

itu sunnah, dan jika dia tidak menyebutkan dalam akad, maka akadnya sah dan

menjadi hak bagi perempuan dan didalamnya terdapat aturan hukum Allah.107

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa: 4) :

نه هفسا فك ء م ن طب مك عن ش فا ل تن ن ساء صدك من

و هني وءاثوا أ ري ٩ا ا م

Artinya: “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan

senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS. An-Nisa‟ (4): 4).108

106

Kementrian Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, 2018. 107

Fathin Masyhud dan Ida Husnur Rahmawati, Fikih Wanita 2, (Jakarta: Pustaka As-

Sunnah, 2011), hlm. 479. 108

An-Nisa‟ (4): 4.

Page 77: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

77

Setiap ajaran Islam disyari‟atkan, pasti didasarkan pada kemudahan,

tidak memberatkan dan tidak pula menyulitkan bagi pelakunya. Penikahan

dilaksanakan tidak lain hanyalah untuk melaksanakan sunnatullah. Dan

melaksanakan perintah yang telah ditetapkan Allah sejak zaman azali.109

Oleh

karena itu, unsur mempersulit yang berkaitan dengan urusan pembayaran

jujuran yang mahal adalah sesuatu yang sangat bertentangan dengan syari‟at

Islam. Didalam Al-Qur‟an telah ditegaskan bahwa:

ين من حرج ل جذبىك وما جعل لويك ف أ

ۦ هو أ اد حق ج لل

هدوا ف أ جذبىك وما جعل وج

هو أ

هي هو سى بر أبيك ا ل ين من حرج م ل

سول لويك ف أ مر

ذا ميكون أ ممسومي من كبل وف ه

ك أ

عخصموا ب نوة وأ مز

ووة وءاثوا أ مص

مناس فأكيموا أ

ا لويك وحكوهوا شهداء لى أ فنعم شهيد هو مومىك لل

أ

منصر ممول وهعم أ

٢٧ أ

Artinya: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-

benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak

menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)

agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah SWT) telah menamai kamu

sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam

(al-Qur‟an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan

supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka

dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu

pada tali Allah SWT. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-

baik pelindung dan sebaik-sebaik pelindung”. (QS.Al-Hajj (22) :

78.)110

Adat perkawinan suku Banjar di Desa Kempas Jaya sudah menjadi

suatu tradisi yang harus dilaksanakan bagi pengantin perempuan dihias dengan

dicukur sebagian alisnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ulama, ada

109

A. Mudjab Mahalli, Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya, (Yogyakarta: Mitra Pusaka

2005), hlm. 136. 110

Al-Hajj (22) : 78

Page 78: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

78

baiknya tradisi mencukur alis tersebut lebih baik dihindari atau tidak

dilakukan sama sekali. Dalam hadits shahih riwayat Ibnu Mas‟ud, bahwasanya

Rasulullah bersabda:

ه كا ل:وعن ابن مسعود اه ات واام م امواش خوشات عن الل جات نوحسن مس صات واممخفو واممخنم

اممغر صى الل لويه وسل )مذفق لويه( ثعال,,وكال: مامىى لاأمعن من معن ات خوق الل رسول الل

Artinya: “Dan dari Ibnu Mas‟ud ra, bahwa sesungguhnya ia berkata: Allah

melaknat perempuan-perempuantukang tato dan yang minta ditato,

yang mencabut rambut dahi dan yang menjarangkan gigi untuk

kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah. Dan ia berkata: Apakah

aku tidak boleh melaknat orang yang dilaknat oleh Rasul Allah

saw?”. (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim).111

Beberapa ulama berbeda pendapat mengenai menggosok dan

mencukur alis, ulama Maliki dan ulama syafi'i berpendapat bahwa menggosok

itu semakna dengan mencabut. Sedangkan ulama Hambali memperbolehkan

menggosok dan mencukur, dan yang dilarang adalah mencabut. Mayoritas

ulama berpendapat bahwa mencabut rambut wajah selain dua alis itu juga

masuk dalam namsh (mencabut alis) sedangkan ulama Maliki dalam pendapat

mu'tamad mereka, Abu Daud Al-Sijistani, dan sebagian ulama tiga madzhab

lainya berpendapat tidak masuk kategori namsh.112

Ulama fiqih sepakat bahwa larangan namsh (mencabut alis) pada hadis

di atas itu arahnya pada keharaman. Namun imam Ahmad dan lainnya

menganggap bahwa larangan tersebut diarahkan pada kemakruhan. Mayoritas

ulama mengatakan bahwa larangan dalam hadits tersebut sifatnya tidak umum.

111

Mu‟ammal Hamidy, Imron dan Umar, Terjemahan Nailul Authar, (Kuala Lumpur:

Victory Agencei, 1994), hlm. 2264. 112

Mausu‟ah Fiqhiyah quwaitiyah juz 15, hlm. 692.

Page 79: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

79

Ibnu Mas'ud dan Ibnu Jarir At-Thabari mengatakan sifatnya umum, dan

mencabut alis haram bagaimanapun keadaannya. Mayoritas ulama

berpendapat bahwa tidak diperbolehkan mencabut alis bagi orang yang belum

menikah. Sebagian berpendapat bahwa diperbolehkan bagi mereka ketika ada

hajat seperti untuk berobat atau karena termasuk aib, selama tidak ada unsur

menipu orang lain.113

Imam Al-'Aduwi mengatakan bahwa larangan tersebut diarahkan

kepada orang yang dilarang memakai perhiasan, seperti orang yang suaminya

meninggal atau menghilang. Adapun perempuan yang sudah bersuami maka

mayoritas ulama fiqih berpendapat diperbolehkan mencabut alis ketika diizini

oleh suami atau adanya qarinah yang menunjukan izin, karena hal tersebut

termasuk berhias, sedangkan berhias itu dianjurkan karena pernikahan. Dan

wanita diperintah oleh Syara' agar berhias untuk suaminya. Sedangkan ulama

Hambali berkata bahwa tidak diperbolehkan mencabut sekalipun sudah

bersuami. Yang diperbolehkan hanya memotong dan mencukur. Berbeda

dengan Ibnu Al Jauzi, ia memperbolehkannya.114

Adapun rukun dan syarat akad nikah dalam masyarakat suku Banjar di

Desa Kempas Jaya berkesesuaian dengan hukum Islam, yaitu mempelai laki-

laki, mempelai perempuan, wali, saksi dan ijab Kabul. Menurut Imam Malik

yang dikutip oleh Asyhab, sesungguhnya tidak ada nikah tanpa wali dan

sesungguhnya wali adalah salah satu syarat sahnya nikah. Imam Syafi‟I setuju

113

Ibid 114

Ibid, hlm. 693.

Page 80: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

80

dengan pendapat ini.115

Menurut pendapat Imam Syafi‟I dan Hanbali,

pernikahan tidak sah jika tidak disaksikan oleh dua orang saksi laki-laki yang

adil.

Menurut Imam Syafi‟I akad nikah hanya bisa terjadi dengan kata

“nikah” atau “tazwij”. Ulama-ulama yang menyamakan akad nikah dengan

akad-akad lainnya yang membutuhkan niat sekaligus kata khusus, mereka

mengatakan bahwa akad nikah baru disebut sah jika menggunakan kata nikah

atau kata tazwij.116

Setelah akad nikah, dalam tradisi adat perkawinan suku Banjar

dilanjutkan dengan tradisi mandi pengantin dengan menggunakan kain

kemben yang mana pelaksanaannya dilakukan di hadapan umum hingga

terbukanya sebagian aurat pengantin perempuan. Hal ini jelas bertentangan

dengan hukum Islam.

Setelah selesai melangsungkan akad nikah, di dalam Islam hendaklah

melaksanakan walimah atau yang biasa disebut resepsi perkawinan. Berapa

besarnya atau kecilnya walimah itu tidak ada ketentuannya. Yang afdhal ialah

menurut kadar yang layak dan sesuai dengan keadaan suami sendiri.

Rasulullah bersabda:

حن " معبد امر لويه وسل "اومم وموبشاةكال صى الل

115

Syaikh Al-„Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat

Madzhab, (Bandung: Hasyimi, 2010), hlm. 345. 116

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nahayatul Muqtashid, Buku II Jilid 3 & 4,

(Jakarta: Akbarmedia, 2013), hlm. 58.

Page 81: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

81

Artinya: Nabi SAW bersabda kepada Abdurrahman: “Adakanlah walimah,

walaupun dengan seekor kambing”. (HR. Ahmad, Bukhari dan

Muslim).117

Sabda Rasulullah diatas dalam kata “walaupun dengan seekor

kambing” maksudnya adalah untuk menyatakan sedikit, berdasarkan sabda

Rasulullah SAW:

ا من حديد ومو خاثم

Artinya: “Walaupun berupa cincin dan besi”

Hadits tersebut tidak diragukan gunanya untuk menyatakan sedikit.

Sementara sebagian ulama berpendapat bahwa sabda beliau “walaupun”,

gunanya untuk menyatakan banyak dan bahwasanya tidak disunnahkan

mengadakan walimah dengan lebih dari seekor domba. Tetapi yang shahih

adalah kata itu untuk menyatakan sedikit. Hanya saja jumlahnya berbeda-beda

sesuai dengan keadaan. Adapun batas minimalnya adalah yang dapat disebut

sebagai makanan hingga walaupun dengan minuman. Seandainya orang-orang

sudah terbiasa bahwa kopi itu adalah walimatul „urs, maka tidak dilarang.

Hanya saja walimatul „urs berbeda-beda sesuai dengan keadaan suami.118

Namun, berbeda halnya dengan walimatul „urs adat Suku Banjar yang

ada di Desa Kempas Jaya, walimatul „urs dilaksanakan dengan

menghidangkan jamuan makanan dari tujuh hari sebelum resepsi perkawinan.

Jamuan makanan tersebut dibuat dengan porsi yang sangat banyak hingga

terkadang menjadi mubazir.

117

Mu‟ammal Hamidy, Imron dan Umar, Terjemahan Nailul Authar,…. hlm. 2242. 118

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqh Wanita….hlm. 325.

Page 82: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

82

Tradisi lain yang dilestarikan oleh masyarakat Suku Banjar di Desa

Kempas Jaya adalah ketika diadakannya resepsi perkawinan adalah acara

memukul alat-alat bunyian seperti hadrah atau orgen tunggal untuk menghibur

para tamu yang hadir, untuk memeriahkan pengantin dan sebagai tanda untuk

mengumumkan pernikahan. Sedangkan Rasullullah bersabda di dalam

Haditsnya:

عنا عن امنب كال : "ألونوا هذا امنكح واضبوا لويه صى الل لويه وسل وعن لائشة رض الل

بمغربل" روا ابن مجه

Artinya: Dan dari Aisyah ra, dari Nabi SAW, ia bersabda: “Umumkanlah

pernikahan ini dan pukullah rebana”. (HR Ibnu Majah). 119

Masalah nyanyian dalam Islam, baik dengan musik maupun tanpa alat

musik merupakan masalah yang diperdebatkan oleh para fuqaha‟ kuam

muslimin sejak zaman dulu. Mereka sepakat haramnya nyanyian yang

mengandung kekejian, kefasikan, dan menyeret seseorang kepada

kemaksiatan, karena pada hakikatnya nyanyian itu baik jika memang

mengandung ucapan-ucapan yang baik, dan jelek apabila berisi ucapan yang

jelek . Sedangkan setiap ucapan yang menyimpang dari adab Islam adalah

haram. Mereka juga sepakat tentang diperbolehkannya nyanyian yang baik

pada acara-acara gembira, seperti pada resepsi pernikahan, saat menyambut

kedatangan seseorang, dan pada hari-hari raya. Mengenai hal ini banyak hadits

yang shahih dan jelas.120

119

Mu‟ammal Hamidy, Imron dan Umar, Terjemahan Nailul Authar,….hlm.2258. 120

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 1996), hlm. 866.

Page 83: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

83

Mereka berbeda pendapat mengenai nyanyian selain itu (pada-

kesempatan-kesempatan lain). Di antara mereka ada yang memperbolehkan

semua jenis nyanyian, baik dengan menggunakan alat musik atau tidak.

Bahkan dianggapnya mustahab. Sebagian lagi tidak memperbolehkan

nyanyian yang menggunakan musik tetapi memperbolehkannya bila tidak

menggunakan musik adapula yang melarangnya sama sekali, bahkan

menganggapnya haram.121

Dari berbagai pendapat tersebut, Yusuf Qardhawi cenderung

berpendapat bahwa nyanyian adalah halal, karena asal segala sesuatu adalah

halal selama tidak ada nash shahih yang mengharamkannya. Kalaupun ada

dalil-dalil yang mengharamkan nyanyian, adakalanya dalil itu sharih (jelas)

tetapi tidak shahih, atau shahih tetapi tidak sharih. Namun, nyanyian dapat

dikatakan halal jika memenuhi syarat-syarat dibawah ini:

1. Tema atau isi nyanyian harus sesuai dengan ajaran dan adab Islam.

2. Penampilan penyanyi juga harus dipertimbangkan. Kadang-kadang syair

suatu nyanyian tidak kotor, tetapi penampilan biduan/biduanita yang

menyanyikannya ada yang sentimental, bersemangat, ada yang bermaksud

membangkitkan nafsu dan menggelorakan hati yang sakit, memindahkan

nyanyian dari tempat yang halal ke tempat yang haram, seperti yang

didengar banyak orang dengan teriakan-teriakan yang tidak sopan.122

Etika menghadiri undangan jelas diterangkan bahwa bila dalam

pelaksanaan walimah pernikahan sudah dapat dipastikan ada perbuatan

121

Ibid.

122

Ibid, hlm.871.

Page 84: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

84

maksiat, maka tidak perlu menghadiri. Yang demikian, berarti ada udzur

syar‟i. Misalnya dalam resepsi ada hiburan, sedangkan para pemainnya tampil

mengumbar aurat, maka tidak perlu dihadiri.123

Seperti yang telah menjadi

kebiasaan masyarakat Suku Banjar di Desa Kempas Jaya ketika acara resepsi

pernikahan tidak lupa hiburan organ tunggal yang mana penyanyinya

kebanyakan tampil mengumbar aurat. Hal ini jelas mengundang maksiat bagi

yang hadir menyaksikan. Jika hiburan tersebut ditinggalkan maka acara

tersebut menjadi kurang meriah.

Ditinjau dari segi keabsahannya, „urf dapat pula dibagi menjadi dua

bagian, yaitu „urf shahih dan „urf fasid.‟Urf shahih adalah „urf yang baik dan

dapat diterima karena tidak bertentangan dengan syara‟.124

Seperti acara

peminangan atau bepara‟ dalam adat Suku Banjar di Desa Kempas Jaya,

prosei akad nikah, acara betamat atau khatamul qur‟an, mengumumkan

pernikahan dengan memukul rebana. Adapun „urf fasid yaitu „urf yang tidak

dapat diterima, karena bertentangan dengan syara‟. Seperti dalam adat

perkawinan Suku Banjar di Desa Kempas Jaya yaitu uang hantaran/jujuran

yang terlalu tinggi sehingga kadang kala mempersulit lancarnya proses

perkawinan, mandi pengantin dihadapan umum hingga terbukanya sebagian

aurat pengantin perempuan, menghias pengantin dengan cara mencukur

alisnya dan menyediakan hiburan yang menimbulkan maksiat karena pengisi

acaranya yang mengumbar aurat.

123

Al-Mudjaab Mahalli, Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya, (Yogyakarta: Mitra Pusaka,

2015), hlm. 149. 124

Ibid, hlm. 339.

Page 85: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

85

Dalam analisis penulis dapat menyimpulkan dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel X

Pelaksanaan Adat Perkawinan Suku Banjar di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat.

Pra Nikah Nikah Pasca Nikah

Upacara

peminangan/bapara‟

Prosesi akad nikah Upacara mandi

pengantin

Pemingitan pengantin

perempuan yaitu begosok

atau berlulur dengan

sekapur sirih, betimung,

mencukur alis

- Upacara

betamat/khatamul

Qur‟an.

-

-

Acara resepsi

perkawinan

Tabel XI

Persamaan Hukum Islam dengan Hukum Adat Banjar tentang Adat Perkawinan.

Perkara Hukum Islam Hukum Adat Suku Banjar

Tata cara melamar Mengungkapakn perasaan

cinta secara terang-

terangan dan adakalanya

secara sindiran

Diwakili oleh orang tua

ataupun keluarga laki-laki

untuk menyatakan hasrat

untuk melamar

perempuan pilihannya.

Syarat dan rukun akad

nikah

Rukun nikah diantaranya

mempelai laki-laki,

mempelai perempuan,

wali, saksi dan ijab Kabul

Rukun nikah diantaranya

mempelai laki-laki,

mempelai perempuan,

wali, saksi dan ijab

Kabul.

Memukul rebana atau

hadrah

Memukul rebana dengan

tujuan mengumumkan

pernikahan

Memukul gendang yaitu

kesenian hadrah dengan

tujuan untuk

mengumumkan

pernikahan

Page 86: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

86

Tabel XII

Perbedaan Hukum Islam dengan Hukum Adat Banjar tentang Adat Perkawinan.

Perkara Hukum Islam Hukum Adat Suku Banjar

Menghias pengantin

perempuan

Berdandan hanya untuk

dihadapan suami

Wajib berhias atau

berdandan dengan

mencukur atau mencabut

alis untuk tontonan orang

banyak

Walimatul „urs Sesuai kadar kemampuan

laki-laki

Menghidangkan makanan

terlalu banyak hingga

mubazir dan

menyediakan hiburan

yang menimbulkan

maksiat karena pengisi

acaranya yang

mengumbar aurat

Page 87: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

87

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada bagian akhir dari penulisan skripsi ini, penulis akan memberikan

beberapa kesimpulan sebagai titik akhir dari uraian dan bahasan pada masalah

yang penulis kemukakan. Setelah penulis mengadakan dan penganalisaan data

dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan adat perkawinan suku Banjar di desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat dilaksanakan dalam tiga tahap,

tahap pertama yaitu pra nikah yang diawali dengan peminangan atau

bapara‟ dari pihak laki-laki yang datang kerumah pihak perempuan untuk

menyatakan keinginan melamar. Kemudian dilanjutkan dengan pengantin

perempuan yang dipingit dihitung selama seminggu sebelum diadakannya

resepsi perkawinan, yang mana selama masa pemingitan pengantin

perempuan maka dilaksanakan acara menghias pengantin perempuan oleh

beberapa orang sesepuh diantaranya acara bagosok/berlulur, betimung dan

mencukur alis. Setelah itu dilanjutkan dengan tahap prosesi akad nikah,

kemudian tahap ketiga yaitu pasca nikah yaitu acara mandi pengantin dan

di akhiri dengan resepsi perkawinan.

2. Adat perkawinan suku Banjar yang dilaksanakan di Desa Kempas Jaya

Kec. Senyerang Kab. Tanjung Barat sebagian upacara-upacara tersebut

tidak sejalan dengan tuntutan syara‟, seperti uang hantaran/jujuran yang

terlalu tinggi sehingga kadang kala mempersulit lancarnya proses

Page 88: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

perkawinan, menghias pengantin perempuan dengan cara mencukur alis,

upacara mandi pengantin dengan menggunakan kain kemben yang

dilaksanakan di depan banyak orang, sehingga sebagian auratnya terlihat

oleh masyarakat yang hadir, hal tersebut jelas-jelas dilarang oleh agama

serta menyediakan hiburan yang kadangkala pengisi acaranya yang

mengumbar aurat hingga dapat menimbulkan maksiat. Sementara itu, yang

sejalan dengan syari‟at adalah upacara meminang/bapara‟, prosesi akad

nikah, betamat/khatamul qur‟an serta mengumumkan pernikahan dengan

memukul rebana

B. SARAN-SARAN

1. Hendaknya para ulama, tokoh masyarakat serta ketua adat memberikan

pemahaman kembali kepada masyarakat bahwa perkawinan yang

mengikut adat yang bertentangan dengan syari‟at harus dihilangkan agar

tidak berlaku dan menjadi ikutan budaya yang berkepanjangan dan

diteruskan hingga masa kini sehingga bisa meluruskan pemahaman

sebelumnya yang telah menjadi tradisi dalam masyarakat. Peran aktif

ulama, tokoh masyarakat dan ketua adat sangat penting dalam melakukan

pembaharuan ini sehingga mudah diterima oleh masyarakat.

2. Para muda-mudi dan masyarakat hendaknya memperkaya pengetahuan

keagamaan, dengan tidak hanya mengkaji isu-isu kontemporer, tetapi juga

hal yang sudah mentradisi dalam masyarakat, sehingga tidak hanya

mengikuti sesuatu yang sudah ada tanpa mengetahui dasar hukumnya.

Dapat menentukan mana adat yang dapat dilestarikan dan mana yang

Page 89: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

tidak, sehingga dapat menjadi penerus agama yang dapat membangun

kehidupan bermasyarakat.

3. Demi terciptanya rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah,

maka bagi pasangan yang akan menikah hendaknya mempertimbangkan

hal-hal yang akan menghalangi tercapainya sebuah tujuan perkawinan

yang memang hal tersebut dibenarkan syara‟ dan bukan pertimbangan

khalayak menurut tradisi masyarakat saja.

C. KATA PENUTUP

Demikian uraian pembahasan yang dapat dikemukakan dalam rangka

penyusunan skripsi yang berjudul “Adat Perkawinan Suku Banjar di Desa

Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat dalam

Perspektif Hukum Islam”. Dengan selesainya tugas penulis dalam rangka

penyusunan skripsi ini, bukan berarti penulis merasa sempurna dari apa yang

diperoleh dan apa yang didapati. Tetapi penulis masih banyak merasa

kekurangan, baik dalam penyajian maupun dalam tata penyusunan yang masih

jauh dari yang diharapkan atau tidak sesuai dengan maksud dan perasaan

seseorang maupun golongan, untuk itu penulis mohon dimaafkan.

Akhir kata, penulis mengucapkan Alhamdulillah dengan taufiq dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,

walaupun banyak mengalami rintangan dan hambatan, namun dengan inayah

dan hidayah-Nya jualah dapat penulis atasi dengan kemampuan yang ada.

Untuk itu, penulis berdo‟a kehadirat Ilahi dan berharap kehadiran

skripsi ini dapat memberi manfaat untuk perkembangan ilmu agama,

Page 90: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

masyarakat, nusa dan bangsa. Disamping itu, penulis berharap tegur sapa serta

kritikan yang sifatnya membangun, agar penulisan skripsi ini dapat sampai ke

tahap yang dikehendaki. Mudah-mudahan kita semua mendapat hidayah,

petunjuk dan keridhoan Allah SWT, Aamiin Yaa Robbal „Aalamiin.

Page 91: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Bandung: Jumanatul „Ali/Art (J/Art), 2004.

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat, Jakarta: AMZAH, 2009.

Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab, Jakarta: Darul Ulum Press,

2008.

Abu Hafsah Usamah, Panduan Lengkap Nikah (Dari “A Sampai “Z”),

Jakarta: Ibnu Katsir, 2006.

A. Mudjab Mahalli, Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya, Yogyakarta: Mitra

Pusaka, 2005.

A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap,

Jakarta: PT Raja grafindo, 2010.

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press,

1999.

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2008.

Dede Rosyada, Hukum Sosial dan Pranata Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1999.

Fathin Masyhud dan Ida Husnur Rahmawati, Fikih Wanita 2, Jakarta: Pustaka

As-Sunnah, 2011.

Hasan Basri Agus, Ikhtisar Adat Melayu Jambi, Jambi, 2004.

Page 92: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

Hilman Hadikesuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju,

2007.

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti,

2003.

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nahayatul Muqtashid, Buku II Jilid 3 &

4, Jakarta: Akbarmedia, 2013.

Imam Gunawan, metode penelitian kualitatif teori & praktik, Cet. ke-3

Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis serta Disertasi

Bandung : Alfabeta, 2017.

Iskandar, Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan

kualitatif). Jambi : Gp Pres, 2008.

KH. Kahar Masyhur, Terjemah Bulughul Maram, Jakarta: PT Rineka Cipta,

1992.

Kementrian Agama RI, Kompilasi Hukum Islam.

Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-

Metode Baru, Jakarta: UIP, 1992.

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2002.

Mausu‟ah Fiqhiyah quwaitiyah juz 15

Mu‟ammal Hamidy, Imron dan Umar, Terjemahan Nailul Authar, Kuala

Lumpur: Victory Agencei, 1994.

Page 93: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

Muhammad Bushar, Azaz-azaz Hukum Adat Suatu Pengantar, Jakarta: PT

Balai Pustaka, 2003.

Muhammad Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, Jakarta: CV Cendekia

Sentra Muslim, 2002.

Nasrun Harun, Ushul Fiqh I, Jakarta: Logos, 1996.

Ratno Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia,

Jakarta: INIS, 1998.

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Refisi), Jambi : Syariah Press,

2014.

Siska Lis Sulistiani, Hukum Perdata Islam: Penerapan Hukum Keluarga dan

Hukum Bisnis Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2018.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2002.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif R&D, Bandung: Penerbit

Alfabeta, 2014.

Syaikh Al-„Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat

Madzhab, Bandung: Hasyimi, 2010.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Ultsaimin, Shahih Fiqh Wanita, Jakarta:

Akbar Media, 2013.

Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2009.

Usman, Pedoman Mu‟amalat dan Munakahat, Singapura: Pustaka Nasional

Pte Ltd, 2001.

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Page 94: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 1996.

B. Lain-lainnya

Dokumentasi, Arsip Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung

Barat, 2019.

Observasi Acara Resepsi Perkawinan di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang

Kab. Tanjung Jabung Barat

Hj. Noorthaibah, Refleksi Budaya Muslim Pada Adat Perkawinan Budaya

Banjar di Kota Samarinda, Fenomena Vol. IV No. 1, 2012

.

Masthura, Islam dan Pernikahan Adat Banjar, Studi Makna Simbolis Dalam

Upacara Pernikahan Adat Banjar di Banjarmasin, (Fakultas Syari‟ah

Institut Agama Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2001).

Nor Fadhillah, Tradisi Maantar Jujuran dalam Perkawinan Adat Banjar

Perspektif Konstruksi Sosial (Studi Kasus di Desa Keramat Kec. Haur

Gading Kab. Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan, (Jurusan Al-

Ahwal Al-Syakhshiah Pascasarjana Universitas Islam Negri Maulana

Malik Ibrahim Malang 2017).

Siti Andasah, Adat Perkawinan Mayarakat Jawa Desa Parit Barokah Kec.

Mendahara Tengah Kab. Tanjung Jabung Timur Dalam Pandangan

Hukum Islam, (Jurusan Perbandingan Madzhab Fakultas Syari‟ah

Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2014).

Wawancara dengan Ibu Siti Aminah selaku Kepala Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

Page 95: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

Wawancara dengan Bapak H.M.Arifin selaku Tokoh Agama Desa Kempas

Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

Wawancara dengan Bapak Abdul Aziz selaku Ketua Adat Desa Kempas Jaya

Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

Wawancara dengan Bapak Hasbana selaku tokoh masyarakat Desa Kempas

Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

Wawancara dengan Bapak Bakhtiar selaku tokoh masyarakat Desa Kempas

Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

Wawancara dengan Ibu Hj. Salamiah selaku sesepuh Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

Wawancara dengan Ibu Supiah selaku sesepuh Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

Wawancara dengan Ibu Hamidah selaku sesepuh Desa Kempas Jaya Kec.

Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat.

Page 96: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

DAFTAR INFORMAN

No Nama Informan Jabatan/Keterangan

1 Siti Aminah Kepala Desa

2 H.M. Arifin Tokoh Agama

3 Abdul Aziz Ketua Adat

4 Hasbana Tokoh Masyarakat

5 Bakhtiar Tokoh Masyarakat

6 Hj. Salamiah Sesepuh

7 Supiah Sesepuh

8 Hamidah Sesepuh

Page 97: ADAT PERKAWINAN SUKU BANJAR DI DESA KEMPAS ...repository.uinjambi.ac.id/1897/1/SPM152131_FITRIA...dengan mengadakan walimatul „urs atau sering disebut dengan pesta pernikahan. Desa

DAFTAR RIWAYAT

( CURRICULUM VITAE )

Nama : Fitria Khairunnisa

Temapt/Tgl Lahir : Teluk Kempas, 25 Februari 1997

Email : [email protected]

No Hp. : 085263040397

Alamat : Villa Karya Mandiri, Mendalo.

Pendidikan Formal

1. SD Negeri No 114/V Kempas Jaya

2. MTS Nurul Huda Kempas Jaya

3. MA Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal

Pengalaman Organisasi

1. LDK Al-Uswah

Motto Hidup

Bersungguh-sungguh disertai usaha dan do‟a, karena usaha tidak pernah

menkhianati hasil