Upload
doanque
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan
merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam pembelajaran semua bidang studi. Mengingat
fungsi bahasa yang bukan saja sebagai suatu bidang kajian. Bahasa diharapkan membantu siswa
mengenali dirinya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan berpartisipasi
dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, membuat keputusan yang
bertanggungjawab pada tingkat pribadi dan sosial, menemukan serta menggunakan kemampuan-
kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Pada era globalisasi sekarang ini bahasa arab sangat perlu dikuasai dengan berbagai keistimewaan,
tentunya tidak hanya sebatas bahasa ibu dan bahasa nasional saja. Tetapi juga bahasa asing, agar
dapat berkiprah dalam lingkup yang lebih luas yaitu regional, bahkan internasional.
Realita menunjukkan bahwa bahasa arab dengan berbagai keistimewaan yang dimilikinya ini sebagai
bahasa yang paling banyak digunakan untuk stok regional atau internasional (terutama yang
berhubungan dengan negara-negara Timur Tengah) dalam berbagai aspek kehidupan seperti sosial,
ekonomi, budaya, politik, ilmu pengetahuan, teknologi, hiburan dan sebagainya. Dalam pelajaran
bahasa arab, menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca dan menulis), merupakan sarana yang penting untuk dikuasai siswa agar dapat
mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, dan perasaan dengan baik.
Dalam dunia pendidikan pada kurikulum 2004 Standar kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Arab
Madrasah Tsanawiyah (2003) secara umum disebutkan bahwa standar kompetensi kemampuan
menulis, dimana peserta didik mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan
dalam berbagai bentuk tulisan. Disisi lain disebutkan juga bahwa dalam pembelajaran bahasa arab di
Madrasah Tsanawiyah bertujuan: (1) untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam
bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulisan. Kemampuan berkomunikasi meliputi
mendengarkan (استماع), berbicara (كالم), membaca (قراءة), dan menulis ( موجه إنشاء ); (2)
menumbuhkan kesadaran tentang hakekat dan pentingnya bahasa arab sebagai salah satu bahasa
asing untuk menjadi alat utama belajar; (3) Mengembangkan pemahaman tentang saling berkaitan
anatara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian siswa memiliki
wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya (Depdiknas, Kurikulum
2005,H.7)
Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah
pengetahuan dan keterampilan. Untuk menulis sebuah karangan yang sederhana secara teknis
sudah dituntut mencari topik yang terbaik, mengembangkannya dengan kalimat dan paragraf yang
tersusun dengan logis, serta dapat pula memilih kata yang tepat dan menuliskannya dengan ejaan
yang baik dan benar.
Kita menyadari bahwa dalam keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menulis dalam bahasa
arab relatif lebih sulit dan sukar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro bahwa
dibanding dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai
bahkan oleh penutur asli yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis (
موجه إنشاء ) menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu
sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa, unsur isi haruslah terjalin sedemikian
rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu.(1988: 308 ), Meskipun kita mengetahui
bahwa menulis ( موجه إنشاء ) merupakan pelajaran yang sangat sulit dan kompleks, tetapi
keterampilan menulis sangatlah penting untuk dikuasai oleh siswa.
Menurut Joyce Wycof ,2003. mengatakan bahwa metode yang mendasarkan pada kedua fungsi
belahan otak kiri dan kanan. Belahan otak kiri spesialisasi tentang bahasa, logika, angka, urutan,
melihat secara terperici, linear, tampilan simbolis dan memberi koreksi. Otak kiri dianggap
membosankan analitis dan kaku, sedangkan otak kanan spesialisasi tentang gambar, irama, musik,
imajinasi, warna, melihat secara kesuluruhan. Pola, emosi, tidak memberi koreksi. Otak kanan telah
digunakan sebagai cara yang populer untuk menyatakan kreatif, artistik dan rapi.
Melihat kenyataan diatas, maka untuk mempercepat keberhasilan dalam pembelajaran menulis (
موجه إنشاء ) bahasa arab, bagi para siswa di sekolah perlu adanya usaha-usaha yang kreatif dan
inovatif dalam pembelajaran. Sehingga dapat menghasilkan gagasan dan ide yang tergambar dalam
kelompok kata yang berkaitan dan menuangkannya secara cepat tanpa mempertimbangkan
kebenaran atau nilainya. Hal itu didasarkan pula bahwa pada dasarnya gagasan pada diri anak itu
mengalir dengan derasnya, namun karena perubahan pola pembelajaran formal saat ini, gagasan-
gagasan tersebut seolah-olah tersendat dan tertahan. Dengan metode Mind Map (pemetaan pikiran)
ini diharapkan kemunculan gagasan-gagasan akan kembali seperti pada situasi awal. Yaitu muncul
dengan deras dan terus menerus.
1.2. Ruang Lingkup
Pembelajaran bahasa arab menulis ( موجه إنشاء ) di kelas selama ini terlihat masih kurang
menggembirakan. Selain pembelajaran ini sangat menyita waktu yang banyak juga hasil yang
diperoleh dirasakan masih kurang memuaskan, baik dri segi penggabungan kalimat maupun tata
bahasanya. Kesan itu diperoleh dari hasil pengamatan belum menunjukkan keberhasilan seperti
yang diharapkan Data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara itu memperlihatkan :
• Siswa kurang tertarik pada pelajaran menulis karena menganggap sebagai pelajaran yang sulit,
sehingga tidak termotivasi.
• Siswa kurang memiliki keterampilan menuangkan gagasan ke dalam tulisan. Hal ini disebabkan
karena bekal pengetahuan siswa kurang memadai.
• Guru belum mencoba metode pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran
menulis di kelas. Guru langsung memberi tugas menulis dengan sebuah tema/judul yang telah
ditentukan olehnya, tanpa memperhatikan kesiapan siswa.
Dari hasil pengamatan dan wawancara di atas, salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan dalam
peningkatan keterampilan menulis yaitu dengan menerapkan metode Mind Map (pemetaan
pikiran). Sehingga dapat menghasilkan gagasan dan ide yang tergambar dalam kelompok kata yang
berkaitan dan menuangkannya secara cepat tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya.
1.3. Rumusan Masalah
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak lepas dari kendala yang dihadapi, sehingga diperlukan
alternatif pemecahannya. Salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan yang terjadi selama
proses pembelajaran, tidak lepas dari metode pembelajaran yang digunakan. Secara umum rumusan
masalah adalah bagaimana pengaruh strategi Mind Map (pemetakan pikiran) dalam meningkatkan
prestasi belajar menulis pada siswa kelas IX di MTsN Keras Jombang. Selanjutnya perumusan
masalah secara khusus adalah ;
1) Bagaimana rencana kegiatan pembelajaran menulis melalui metode Mind Map (Pemetakan
pikiran) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran menulis bahasa arab?
2) Bagaimana bentuk pekaksanan pembelajaran menulis melalui metode Mind Map (Pemetakan
pikiran) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran menulis bahasa arab?
3) Bagaimana Hasil pembelajaran dengan metode Mind Map (Pemetakan pikiran) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran menulis bahasa arab baik dari segi aspek
afektif, psikomotorik dan aspek afektif
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Khusus
• Mendeskrepsikan kegiatan menulis pada siswa
• Mendeskrepsikan kegiatan menulis dengan menggunakan Mind Map (pemetakan pikiran) pada
siswa
• Mengetahui keberhasilan (efektifitas) yang dapat dicapai dalam pembelajaran ini baik secara
kognitif, afektif, dan psikomotor.
• Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik dalam mengikuti mata
pelajaran bahasa arab.
• Mendidik siswa untuk selalu berfikir dan bertindak kreatif dalam belajar bahasa arab secara
mandiri.
1.4.2. Tujuan Umum
• Menanamkan kultur sekolah, kebiasaan dan keterampilan guru untuk selalu menggunakan model
pembelajaran yang inovatif
• Selalu menggunakan skenario pembelajaran pada setiap jenjang kompetensi dasar (KD) dalam
proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Peserta didik
• Siswa lebih mengetahui arah dan langkah-langkah secara pasti selama kegiatan belajar mengajar
• Siswa memperoleh kemudahan dalam proses belajar mandiri
• Siswa lebih aktif memecahkan masalah yang dihadapi
• Untuk menemukan jawaban sendiri, baik secara individu maupun kelompok
• Siswa merasa lebih tertantang untuk selalu menigkatkan motivasi dalam belajar
1.5.2. Guru
• Guru terlatih membuat skenario atau model-model pembelajaran
• Guru terampil menerapkan skenario atau model-model pembelajaran yang efektif selama kegiatan
belajar mengajar
• Guru selalu berhasil melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) selama kegiatan belajar
mengajar
1.6. Definisi Operasional
1) Metode pendekatan belajar adalah cara pencapaian tujuan belajar yang berupa tujuan yang
diharapkan tercapai oleh guru dan murid selama kegiatan belajar mengajar.
2) Ketuntasan belajar adalah Tingkat pencapaian hasil nilai siswa yang sesuai dengan standart yang
ditentukan
3) Metode Mind Map adalah merupakan strategi pembelajaran dengan mengedepankan pola pikir
otak kiri dan kanan dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi.
4) Strategi pembelajaran adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
yang sesuai pada materi pelajaran tertentu
5) Respon siswa adalah kemampuan siswa dalam mengikuti dan menyerap hasil proses
pembelajaran yang berlagsung baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik
6) Sarana dan prasarana adalah segala kelengkapan yang menunjang dalam proses belajar mengajar
di sekolah
1.7. Hipotesa
Dalam penelitian ini dapat diasumsikan bahwa melalui penggunaan strategi Mind Map (pemetakan
pikiran) dalam pembelajaran menulis bahasa arab ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IX di MTsN Keras Diwek Jombang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Classroom Action research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Perbaikan proses belajar mengajar di dalam kelas dan pengolaha sekolah di pandang sebagai pusat
tumpuan peningkatan mutu hasil belajar siswa dan efiensi pendidikan. Seperti yang dinyatakan oleh
Hammersley (1986), jika kita bermaksud memahami cara kerja sekolah dan hendak mengubah atau
meningkatkan peranannya, yang sangat penting dimengerti adalah apa yang terjadi di dalam kelas.
Sebagaian besar dari wujud nyata kegiatan pendidikan sekolah dapat diamati di dalam kelas.
Penelitian Tindakan (action research) merupakan pendekatan yang semakin banyak dan diperlukan
dan diandalkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, terutama dalam
peningkatan mutu, revelansi dan efisiensi pengolahan pendidikan. Hal ini terjadi karena Penelitian
Tindakan dalam konteks pendidikan banyak mengkaji interaksi (proses belajar mengajar) yang terjadi
dalam kelas di sekolah-sekolah. Dengan demikian, penelitian tindakan (action research) memiliki
lingkup yang lebih luas, karena tidak saja mengkaji dan melakukan tindakan lingkup kelas, tetapi
dapat mencakup satu sekolah bahkan beberapa sekolah.
Ada berbagai macam pendapat tentang pengertian Penelitian Tindakan antara lain menurut Kurt
Lewin (dalam Sukarnyana, 2000:5) Penelitian Tindakan merupakan suatu rangkaian langkah (a spiral
of steps) yang terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Sedangkan Kemmis dan Mc. Taggart memgemukakan bahwa Penelitian Tindakan merupakan suatu
bentuk selfinguiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk
meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktek sosial atau pendidikan yang mereka lakukan,
serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktek dan situasi dimana praktek itu
dilaksanakan.
Dari beberapa definisi di atas, terdapat dua prinsip penting dalam Penelitian Tindakan yakni (1)
adanya keikutsertaan dari pelaku dalam pelaksanaan progam (partisipatori) dan (2) adanya tujuan
untuk meningkatkan cara melaksanakan suatu progam kegiatan dan mempertinggi kualitas hasil
suatu kegitan.
Berdasarkan definisi di atas definisi tersebut, pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
classroom action research adalah studi sistematis terhadap praktik pembelajaran di kelas dengan
tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa
dengan melakukan tindakan tertentu. Atas dasar pengertian PTK tersebut di atas terdapat 3 ciri khas
PTK: (1.) PTK dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan pengajar, apabila dalam kelas ada
masalah, guru wajib mengupayakan agar masalah tersebut dapat diatasi atau dikurangi dengan
melakukan tindakan, (2.) PTK dilaksanakan atas dasar masalah yang benar–benar dihadapi oleh guru,
(3.) PTK selalu ada tindakan yang dilakuka oleh guru untuk menyempurnakan pelaksanaan proses
pembelajaran.
Alasan mengapa perlu dilaksanakan PTK antara lain adalah (1.) dengan melaksanakan PTK berarti
guru tela menerapkan pengajaran yang reflektif (reflective teaching) artinya guru secara sadar,
terencana dan sistematis melakukan refleksi (perenungan) terhadap kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran, (2.) pelaksanaan PTK
memungkinkan guru mengadakan penelitian terhadap kegiatan pembelajaran tanpa harus
meninggalkan kegiatan pokoknya sebagai pengajar, (3.) Pelakasanaan PTK dapat menjembatani
kesenjangan antara teori yang bersifat umum spesifik, objektif dan praktis.
Karakteristik PTK yang membedakannya dengan penelitian yang lain (1.) PTK adalah interverensi
skala kecil yang dilakukan oleh guru dalam upaya menyempurnakan proses pembelajaran yang
dilakukannya, (2.) PTK dilaksanakan dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses
pembelajaran itu sendiri (3.) PTK dilaksanakan atas dasar masalah yang benar-benar dihadapi guru
dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di kelas, (4.) PTK dilaksanakan oleh guru sebagai
praktisi atau pendidik dan pengajar bukan peneliti ahli, (5.) PTK dilaksanakan melalui suatu
rangakaian yang bersifat spiral (spiral of steps) yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai dari
perencanaan ( planning ), tindakan (action), pengamatan sistematik terhadap pelaksanaan dan hasil
tindakan yang dilakukan (observation), refleksi (reflection), dan selanjutnya diulang kembali dengan
perencanan tindakan berikutnya, dan seterusnya.
Langkah-langkah umum PTK adalah (1.) Mengidentifikasi masalah, (2.) melakukan analisis masalah,
(3.) merumuskan masalah penelitian, (4.) merumuskan hipotesi tindakan, (5.) menetapkan
rancangan penelitian, yang meliputi : (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanakan tindakan, (c)
observasi, dan (d) yang merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan)
terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksankan tindakan.
2.2. Pengertian Strategi Pegajaran
Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar.
Aktivitas mengajar mencakup peranan seorang guru dalam kontek mengupayakan terciptanya
jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang
harmonis inilah yang menjadi indikator suatu proses pembelajaran itu akan berjalan dengan baik.
Suatu pengajaran akan dapat dikatakan berjalan dan berhasil secara baik, manakala dapat mampu
mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran
peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama terlibat di
dalam proses pengajaran, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung dalam pengembangan
pribadinya.
Agar lalu lintas pengajaran dapat berjalan dengan lancar, teratur, terhindar dari hambatan yang
berakibat terhadap strategi, pengajaran yang kurang lancar dan teratur, ketidaksesuaian penerapan
metode, ketidakfahaman terhadap materi, keterasingan seorang peserta didik dalam suatu kelas
pengajaran dan lain-lain, maka guru harus mengerti, memahami, dan menghayati berbagai prinsip
pengajaran sekaligus mengaplikasikannya pada waktu melaksanakan tugas mengajar.
Untuk mencapai hasil yang maksimal selama proses pembelajaran berlangsung, maka salah satu
faktor penentu adalah bahwa keputusan untuk menskenario serangkaian events pengajaran
(belajar-mengajar) secara tertentu merupakan keputusan strategis. (Sujana, N, 2002)
2.3. Pengembangan Media Pembelajaran
Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan dari pengirim ke penerima pesan sehingga
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat seseorang sedemikian rupa sehingga terjadi
proses belajar (Sadiman dkk, 1993). Suatu media dipandang sebagai media pembelajaran jika media
tersebut dapat membawa pesan yang berisi suatu tujuan pembelajaran karena tujuan media itu
adalah memfasilitasi komunikasi. Seperti yang dikatakan Poedjiastoeti (1999) bahwa media tidak
hanya sekedar sebagai alat peraga atau alat bantu mengajar seperti alat bantu visual, melainkan
sebagai bagian integral dalam program pembelajaran (instruksional). Dalam usaha memanfaatkan
media sebagai alat bantu pembelajaran, maka dapat diperoleh beberapa bentuk tingkatan sebuah
pengalaman yang dapat diperoleh peserta didik. Selanjutnya Edgar Dale mengemukakan klasifikasi
pengalaman menurut tingkat paling kongkrit sampai abstrak yang dikenal sebagai kerucut
pengalaman.
Gambar 1 : Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Sudjana, 2002)
Dari kerucut pengalaman model Edger Dale tentang media pengajaran dapat dilihat bahwa urutan
pertama dari klasifikasi ialah pengalaman lengsung, setelah itu pengalaman melalui benda-benda
tiruan dan drama. Dengan media benda asli, siswa dapat melakukan pengamatan langsung dengan
menggunakan benda sebenarnya sehingga daya serap yang diperoleh siswa lebih banyak
dibandingkan dengan hanya menggunakan pengamatan pengamatan dalam bentuk gambar atau
tiruan.
2.4. Perlunya Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa arab yang Kontekstual
Dalam dunia pengajaran, termasuk pengajaran bahasa arab, terdapat beberapa faktor penting yang
tidak boleh diabaikan begitu saja. Sebab setiap faktor tersebut mempunyai hubungan keterkaitan
antara yang satu dengan yang lain. Jika salah satu faktor hilang atau tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, maka akan menyebabkan pengajaran gagal atau paling tidak hasil yang akan dicapai
kurang maksimal.
Faktor-faktor penting tersebut menurut Heton, seorang pakar pengajaran adalah: 1) teacher, 2)
student, 3) the calkboad, 4) the teksbook, and the classrom (Yuswotomo, 1998,1)
Berdasarkan pendapat pakar ini dojelaskan bahwa salah satu faktor penting adalah materi
pembelajaran (the teksbook). Untuk hal inilah biasanya sebuah kurikulum yang lengkap dicantumkan
seperangkat materi sesuai dengan kopentensi yang hendak dicapai.
Dengan adanya pengembangan materi secara kreatif diharapkan mampu memberikan perluasan dan
pengalaman pengetahuan, wawasan dan ketrampilan atau kecakapan hidup (life skill) seiring dengan
kebutuhan para peserta didik yang kontekstual.
Pembelajaran kontektual merupakan bagian dan kerangka pendidikan yang dapat digunakan oleh
guru untuk membantu siswa membuat pembelajaran lebih bermakna. Jadi penyajian pengetahuan
pemahaman, ketrampilan nilai-nilai dan sikap yang ada dalam silabus dilakukan dalam keterkaitan
antara yang dipelajari di kelas dengan kehidupan sehari-hari para siswa.
Pembelajaran kontektual dicontohkan oleh Dave Maier dalam bukunya “The Accelerated learning”
adalah dalam hal pengambilan tema “Dalam banyak kasus, tema menjadi bantuan yang berharga
bagi pembelajaran. Banyak orang telah menemukan bahwa tema yang tepat untuk peserta yang
tepat dan materi subyek yang tepat dapat sangat membantu pembelajaran yang lebih baik dan lebih
cepat. (Meier, 2002, H. 181).
2.5. Perlunya Pembelajaran Bahasa arab yang Menyenangkan.
Manusia adalah termasuk makhluk yang suka pada kegembiraan (Homo Ludens). Oleh karenanya
wajar setiap insan mencari sesuatu yang namanya menggembirakan dimanapun. Lebih-lebih anak
muda yang biasanya sangat menggandrungi permainan.
Dave Meier mengatakan bahwa kegembiraan belajar sering menjadi penetu utama kualitas dan
kuantitas belajar yang dapat terus dilangsungkan, oleh karena itu kegembiraan menjadi sesuatu
yang penting ”Kegembiraan” bukan berarti menciptakan suasana ribut atau membuat huru hara. Ini
tidak ada hubunganya dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Namun
kegembiraan itu berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh dan terciptanya makna,
pemahaman, nilai yang membahagiakan pada diri pembelajar. Istilahnya kegembiraan menghasilkan
sesuatu yang baru. Dan kegembiraan ini jauh lebih penting untuk pembelajaran dari pada segala
teknik atau metode atau medium yang mungkin anda pilih untuk digunakan (Mier, 2002: 36)
Sementara itu Bobbi De Potter dalam ”Quantum teaching” mengatakan bahwa, jika anda secara
sadar menciptakan kesempatan untuk membawa kegembiraan ke dalam pekerjaaan anda, kegiatan
mengajar dan belajar akan lebih menyenangkan. kegembiraan membuat siswa siap belajar dengan
lebih mudah, dan bahkan dapat mengubah sikap negatif pada dirinya.
Pelajaran bahasa arab yang dulu dianggap menyeramkan kiranya sudah berlalu, dan kini perlu
diwujudkan suasana yang benar-benar menyenagkan yang berasal dari dalam (jiwa) peserta didik itu
sendiri maupun dari luar.
Dari sinilah para pakar pengajaran bahasa tidak henti-hentinya melakukan inovasi yang salah
satunya dilakukan dengan istilah permainan bahasa (language game). Dalam hal ini siswa akan
diantar memahami diskursus secara santai, tidak diatur oleh konskuensi bahasa yang ketat dan
serius, penuh perhatian karena skemata-skemata baru melalui berinteraksi dengan simbul-simbul
yang yang transparan yang sedang mereka hadapi serta lingkungan yang menyenangkan. Paling tidak
dalam konstalasi pengajaran ini siswa akan berada pada proses pencarian alternatif-alternatif baru
dan misterius yang belum mereka alami adalah sesuatu yang misterius karena mereka merupakan
sumber seni dan ilmu (Dyn, 178, 125)
2.6. Kiat-Kiat Pembelajaran Bahasa Arab yang Menyenangkan
Pembelajaran yang baik selalu berorientasi pada tujuan, juga memperhatikan kondisi proses belajar
mengajar dan sarana atau alat pembelajaran termasuk metode dan materi yang diajarkan.
Agar pembelajaran bahasa arab benar-benar menyenangkan bagi peserta didik, sehingga bisa
dikatakan : bahasa arab adalah menyenangkan, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain :
• Memperhatikan Minat
Pembelajaran bahasa arab yang memperhatikan minat peserta didik akan dapat membangkitkan
semangat mereka dalam belajar, sebab dengan modal semangat yang besar peserta didik akan mau
dengan suka rela melakukan kegiatan pembelajaran yang berat dan menyulitkan sekalipun.
• Komunikatif
Hubungan komunikasi antara guru dan siswa pada saat proses belajar mengajar sebaiknya tercipta
dengan aktif harmonis. Sebab hal ini akan mendorong ketercapaian tujuan pembelajaran. Dengan
adanya hubungan yang demikian, maka guru akan mudah mendeteksi permasalahan atau kesulitan
belajar yang dialami siswa. Dan selanjutnya segera mencarikan alternatif pemecahannya.
• Persuasif
Hubungan persuasif adalah pendekatan kejiwaan guru terhadap siswa yang bersifat kebapakan
dalam hal ini guru memperlakukan siswa bagaikan anaknya sendiri, menyayangi, mengayomi, dan
melindungi mereka secara maksimal Dalam hal ini termasuk upaya guru dalam memberikan motivasi
kepada siswa dalam belajar secara sungguh-sungguh dan belajar mengatasi permasalahan secara
mandiri.
• Metode Selektif dan Variatif
Metode merupakan salah satu kunci dalam menciptakan pembelajaran efektif dan efisien, termasuk
dalam pembelajaran bahasa arab. Oleh karena itu guru harus mencari dan menerapkan metode
yang paling tepat untuk menyampaikan materi tertentu, selain itu diperlukan variasi dalam
menggunakan metode.
• Memanfaatkan Benda Sekitar
Setiap peserta didik tentu sangat akrab dengan lingkungan, dimana ia tinggal. Kondisi ini sangat baik
untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran, sebab dengan demikian akan membantu peserta didik
mengingat dan menghayati selama pembelajaran berlangsung
• Tempat Belajar yang Bervariasi
Ada baiknya proses pembelajaran tidak hanya menggunakan satu tempat saja secara terus menerus.
Sekali-kali perlu pula dilakukan pembelajaran ditempat-tempat yang berbeda. Untuk pembelajaran
bahasa arab selain diruang kelas juga bisa dilakukan di laboratorium bahasa (jika memiliki), di taman,
obyek wisata, di warung dan sebagainya.
• Menyentuh Pada Kebutuhan
Biasanya pengajaran yang menyentuh pada kebutuhan akan mendapatkan porsi minat yang besar,
sebab akan dapat diarasakan secara familiar dalam kehidupan dan merupakan kebutuhan sehari-
hari. Apalagi sesuatu yang pada ujungnya menjurus pada pemecahan masalah yang dihadapi peserta
didik sehari-hari
• Up to date
Pembelajaran yang sangat peduli pada apa yang ada saat ini dan yang bakal muncul di belakang hari
yang sangat diminati peserta didik, oleh karenanya perlu terus dilakukan inovasi pembelajaran
bahasa arab yang kekinian dan futuristik. Pembelajaran yang up to date ini termasuk penggunaan
pendekatan, teknik, metode, sarana dan prasarana belajar mengajar yang modern, yang terus
berkembang seperti penggunaan multi media dalam pembelajaran pada saat ini dan mendatang.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Subyek Pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran menulis bahasa arab ini bersubyek pada siswa kelas IX MTsN Keras Diwek
Jombang yang berjumlah 40 siswa. Keempat puluh siswa tersebut ditetapkan sebagai suybek
pembelajaran. Dalam rencana pelaksanaannya siswa ini dikelompokkan menggunakan metode
JigSaw. Hal ini dilakukan setelah melihat karakter siswa yang mempuyai kualifikasi tingkat prestasi
belajarnya tidak sama.
3.2. Tempat dan Waktu
Agar dalam proses pembelajaran dapat meyenangkan siswa maka diperlukan inovasi guru selama
proses pembelajaran berlangsung dan tentunya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX MTsN Keras Diwek Jombang, yang di fokuskan pada strategi
Mind map ( pemetaan pikiran) dalam meningkatkan prestasi belajar menulis bahasa arab di kelas IX
MTsN Keras Diwek Jombang.
Waktu penelitian hingga terselesainya penulisan ini di mulai tanggal 30 Juli 2007 - 30 Agustus 2007
3.3. Tahap-Tahap Pembelajaran
3.3.1. Perencanaan Kegiatan Siswa
Pendekatan pembelajaran menulis dilakukan melalui pembelajaran diskusi kelompok. Pembelajaran
ini menekankan keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan para siswa secara
nyata. Terdapat beberapa kegiatan nyata yang akan dilakukan siswa, yaitu: siswa membuat sebuah
karangan tentang kejadian yang pernah dialami atau dilihatnya
Strategi pengajaran yang diterapkan dalam pembelajaran menulis ( موجه إنشاء ) .adalah pengajaran
Mind Map (pemetaan pikiran). Para siswa diatur dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda. Setiap anggota saling bekerjasama dan saling membantu dalam
memahami materi yang dipelajari. Setiap kelompok mempunyai tugas membuat satu peta konsep
dengan tema yang sudah ditentukan guru, sehingga masing masing kelompok diharapkan
mendapatkan judul yang berbeda dari tema yang sama.
Terdapat beberapa macam metode pembelajaran yang sesuai dengan pengajaran Mind Maping
(pemetaan pikiran). Salah satu metode pengajaran yang dianggap paling sesuai untuk diterapkan
dalam belajar menulis ( موجه إنشاء ). Untuk mempermudah dalam pelaksanaan ini digunakan
pengelompokan model Jigsaw. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda. Semua ketua kelompok berkumpul menjadi satu kelompok yang
disebut kelompok pakar untuk mempelajari materi pelajaran teknik menulis ( موجه إنشاء ) yang
sama. Ketua kelompok tersebut kembali kepada kelompoknya masing-masing untuk memimpin
diskusi kelompok dalam mempelajari materi pelajaran menulis dengan tema yang ditentukan seperti
yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
3.3.2. Persiapan Pembelajaran
Terdapat dua langkah dalam mempersiapkan pembelajaran, yaitu: pembentukan kelompok dan
pembuatan media pengajaran :
3.3.2.1. Pembentukan Kelompok Belajar
Kriteria pembentukan kelompok didasarkan atas jenis kelamin dan kemampuan awal siswa.
Indikator kemampuan awal siswa adalah nilai kognitif pada tes blok pertama dan kedua yang
dilakukan sebelum pembelajaran menulis ( موجه إنشاء ). Nilai kognitif tes blok pertama hasil belajar
siswa dalam mempelajari materi menulis ( موجه إنشاء ); sedangkan nilai kognitif tes blok kedua
adalah hasil belajar setelah para siswa mempelajari teknik menulis ( موجه إنشاء ). Teknik
pembentukan kelompok melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Nilai tes blok pertama dan kedua dihitung rata-ratanya (lampiran 5,6)
b. Disusun dua daftar nilai rata-rata tes blok yakni untuk siswa laki-laki dan perempuan.
c. Masing-masing daftar siswa diututkan nilainya dari tertinggi sampai terendah.
d. Menentukan hasil rangking nilai, untuk sehingga diperoleh delapan urutan dengan nilai teringgi.
e. Mengingat jumlah siswa yang ikut dalam kegiatan ini sebanyak 40 orang dibagi menjadi 8
kelompok, maka dalam satu kelompok terdiri dari 5 siswa. Setiap kelompok diupayakan terdiri dari
laki-laki dan perempuan.
3.3.2.2. Penyusunan Lembar Kerja Siswa
Mengingat pembelajaran lebih menekankan pada aktifitas siswa secara mandiri maka lembar kerja
sangat diperlukan untuk membimbing mereka dalam belajar. Untuk itu, guru harus menyiapkan
lembar kerja sesuai dengan aktifitas belajar. Lembar kerja siswa yang telah disiapkan dapat dibaca
pada lampiran 3.
3.3.3. Penyediaan Media Pengajaran
Pada dasarnya terdapat dua macam media pengajaran yang diperlukan, yaitu: media pengajaran
yang disiapkan oleh guru dan media yang dibuat oleh siswa dalam kelompok.
a Media Pengajaran yang Disiapkan oleh Guru
Dalam metode Mind Map (pemetaan pikiran) guru mempersiapkan alat peraga yang sederhana dan
terbuat dari kertas karton dengan diberikan peta konsep sesuai dengan tema yang ditentukan
(terlampir 8)
b Media Pengajaran yang Disiapkan oleh Siswa dalam Kelompok
Setiap kelompok dengan bimbingan guru mempunyai tugas membuat peta konsep sesuai dengan
pilihan yang telah ditentukan melalui undian antar kelompok. Peta konsep tersebut digunakan
sebagai media dalam membantu kelompok untuk mengembangkan daya nalar sesuai dengan judul
yang dibuatnya.
3.4. Langkah-Langkah Penerapan Model Mind Map ( Pemetaan Pikiran)
Kegiatan menulis ( موجه إنشاء ) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa, ini
dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut : (lampiran 2).
1. Mempersiapkan kertas karton untuk dijadikan sebagai materi atau alat peraga dalam pelajaran
bahasa arab.
2. Menentukan tema dan sub tema yang relevan, dan arahkan pada kejadian yang banyak dialami
oleh siswa dan dianggap memenuhi standar
3. Mendesain materi dengan menggunakan peta konsep yang ditulis pada kertas karton.
4. Membuat tulisan pada kertas yang sudah disiapkan terpotong-potong yang disesuaikan dengan
kolom yang disediakan guna membantu siswa dalam mengembangkan imajinasinya sesuai dengan
tema yang sudah ditentukan.
5. Siswa diberikan tugas membawa kertas karton dan potongan-potongan kertas sesuai dengan
kolom yang sudah ditentukan.
6. Memberikan pengantar pengarahan pada siswa dengan menjelaskan tentang mekanisme proses
belajar.
7. Siswa memilih sub tema yang diberikan guru dan mengerjakan dengan kelompok yang telah
ditentukan.
8. Setiap kelompok mengembangkan peta konsep yang sudah tersusun menjadi suatu tulisan sesuai
dengan judul yang dibuatnya.
9. Siswa mewakili kelompok melakukan presentasi di depan kelompok lain.
10. Diadakan penilaian baik afektif, psikomotor, dan kognitif.
3.5. Penelitian Tindakan
Data hasil belajar yang ingin diambil dari kegiatan siswa pada saat siswa melakukan kegiatan
pengamatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas adalah data autentik. Untuk memperoleh data
autentik harus dilakukan melalui authentik assessment. Instrumen yang akan digunakan sebagai
dasar penilaian siswa secara autentik yaitu :
1). Silabus
yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta
penilaian hasil belajar.
2). Rencana Pelaksanaan pembelajara (RPP)
yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang akan digunakan sebagai pedoman guru dalam
mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing rencana pelaksanaan pembelajaran berisi
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, metode pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran , alat dan bahan.
3). Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini berisi soal-soal yang digunakan untuk membantu proses pengumpulan data
penelitian.
4). Tes Formatif
Disusun berdasarkan tujuan pembelakjaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur
kemampuan dan pemahaman terhadap pembelajaran menulis bahasa arab. Tes formatif ini
diberukan pada akhir pembelajaran.
5). Lembar Aktivitas Sisiwa
Disusun sesuai dengan indikator keaktivan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. dan
ditentukan dengan angka-angka.
3.6. Pelaksanaan Pengajaran
3.6.1. Penyajian Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Tahap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam 2(dua) pertemuan dengan durasi
waktu 2 X 45 menit dengan rincian sebagai berikut :
• Pertemuan I : Kegiatan belajar mengajar dengan materi menulis ( موجه إنشاء )
• Pertemuan II : Kegiatan belajar dengan mengadakan tes kognitif.
3.6.2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Model Mind Map pada Pertemuan I
Tahap-tahap dalam proses pembelajara sebagai berikut :
• Menyampaikan indikator yang ingin dicapai
• Menyajikan tentang materi pelejaran menulis ( موجه إنشاء ) dengan mengunakan model
pembelajaran kooperatif
• Membagi siswa menjadi 8 kelompok, dan setiap kelompok terdiri dasri laki-laki dan perempuan
dengan beranggotakan 5 siswa
• Membimbing kelompok siswa untuk melakukan diskusi menggunakan melibatkan metode Mind
Map
• Mengevaluasi hasil belajar siswa dengan meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
• Memberikan penghargaan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok
3.6.3. Tes Hasil belajar
Dari hasil proses pemelajaran, selanjutnya akan dilakukan terhadap tes hasil belajar untuk
mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Selanjutnya data dari tes kognitif dianalisa
dengan menggunakan acara sebagai berikut :
• Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individu.
• Menghitung ketuntasan pencapaian indikator hasil belajar. Untuk mengetahui prosentase
ketuntasan untuk setiap indikator hasil belajar diperoleh dengan membagi jumlah siswa yang
berhasil mencapai sub indikator dengan seluruh siswa yang mengikuti tes, kemudian dikalikan 100%.
3.7. Teknik Analisa Data Kinerja Siswa
Dari hasil pengamatan kinerja siswa dengan menggunakan lembar pengamatan kinerja siswa dapat
dilihat dari rata-rata pengamatan kinerja tiap-tiap aspek kinerja dalam kelompok kemudian dianalisa
dengan kategori sebagai berikut :
Tabel 1:
Kategori kerja Kelompok
Rentangan Skor Kategori
1,0 - 1,5
1,6 - 2,5
2,6 - 3,5
3,6 - 4,0 Gagal
Kurang
Cukup
Baik
Sumber : Indianan, 1998
3.7.1. Teknik Analisa Data Aktifitas Siswa
Dari hasil pengamatan Aktifitas siswa dengan menggunakan lembar pengamatan kinerja siswa dapat
dilihat dari rata-rata pengamatan kinerja tiap-tiap aspek kinerja dalam kelompok kemudian dianalisa
dengan kategori sebagai berikut
Tabel 2 :
Pengelompokan Nilai Aktifitas Siswa dalam Kelompok
No. Rentangan Nilai Kriteria
1 28,50 – 46,00 Aktivitas Sangat Rendah
2 46,50 – 64,00 Aktivitas Rendah
3 64,50 – 82,00 Aktivitas Tinggi
4 82,50 – 100,00 Aktivitas Sangat Tinggi
3.7.2. Refleksi
Peneliti selanjutnya menafsirkan semua data yang diperoleh melalui (1.) analisa kegiatan yang telah
dilakukan, (2.) memaparkan dan mengulas perbedaan rencana dengan tindakan yang telah dilakukan
(3.) membahas kendala-kendala yang ditemukan selama tindakan dilakukan dan kemungkinan
alternatif pemecahannya (4.) melakukan pemaknaan terhadap data serta penyimpulan seluruh data
yang diperoleh.
Setelah proses pembelajaran dilakukan refleksi atau pengkajian yang dilakukan terhadap seluruh
data yang diperoleh, akan menunjukkan apakah perlu atau tidak dilakukan perbaikan tindakan yang
akan dilakukan dalam pembelajaran tersebut.
BAB IV
LAPORAN HASIL PEMBELAJARAN
4.1. Hasil Penelitian Pendahuluan
Telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk mengetahui hasil pembelajaran dilakukan sebelumnya,
dengan maksud selain untuk mengetahui perbedaan hasil pembelajaran, juga digunakan sebagai alat
untuk penerapan proses pembelajaran selanjutnya,oleh sebab itu dalam penelitian ini menggunakan
tiga alat ukur, yaitu Aspek afektif, aspek psikomotor dan aspek kognitif.. Hasil pengukuran yang telah
dilakukan akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.
4.1.1 Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa
Terdapat dua belas macam LKS yang telah diisi oleh para siswa yang berjumlah 40 orang.
Rekapitulasi nilai LKS disusun pada lampiran. Berdasarkan rekapitulasi tersebut didapatkan tingkat
ketuntasan klasikal seperti dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3 :
Tingkat Ketuntasan Klasikal Berdasarkan Penilaian Buku Kerja Siswa (BKS)
(40 Siswa)
No. Nomor LKS Jumlah Siswa Belum Mencapai SKM Jumlah Siswa Tuntas Ketuntasan Klasikal
1 Ke-1 1 39 96,43%
2 Ke-2 0 40 100,00%
3 Ke-3 0 40 100,00%
4 Ke-4 1 39 96,43%
5 Ke-5 1 39 96,43%
6 Ke-6 2 38 92,86%
7 Ke-7 0 40 100,00%
8 Ke-8 1 39 96,43%
9 Ke-9 5 35 82,14%
10 Ke-10 2 38 92,86%
11 Ke-11 2 38 92,86%
12 Ke-12 1 39 96,43%
Sumber : Penulis
Disebutkan dalam Buku Petunjuk dari Depdikbud (1994) bahwa pembelajaran bisa dianggap berhasil
tercapai ketuntasan klasikal serendah-rendahnya 85%. Berdasarkan data di atas, untuk pengajaran
menggunakan LKS sebagian besar siswa mampu mencapai standar ketuntasan minimum. Walaupun
terdapat satu pengajaran menggunakan LKS (LKS ke-9) yang mencapai tingkat ketuntasan klasikal
kurang dari 85%, namun sebagaian besar tingkat ketuntasan yang dicapai pada setiap pengajaran
menggunakan LKS adalah lebih tinggi dari 85%. Hal ini berarti pengajaran menggunakan LKS bisa
meningkatkan siswa untuk mencapai standar ketuntasan minimum.
4.1.2. Hasil Penilaian Tes Tertulis
Telah disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa terdapat tiga macam metode pembelajaran yang
dibahas dalam penelitian ini. Hasil penilaian tes tertulis masing-masing metode pembelajaran akan
dijelaskan dalam uraian berikut ini.
4.1.2.1 Hasil Tes Blok Pertama
Untuk mengukur kebberhasilan dalam penggunaan metode yang diteliti, maka digunakan nilai
ulangan blok sebelumnya sebagai indikator dalam mengamati hasil pencapaian belajar. Metode
pembelajaran pertama yang telah dilaksanakan adalah ceramah tanpa menggunakan media. Materi
yang dipelajari dalam pembelajaran ini adalah berbicara (كالم) . Hasil pembelajaran dalam aspek
kognitif telah diukur menggunakan tes tertulis yang disebut tes blok pertama. Berdasarkan data
tersebut didapatkan bahwa:
• Pada pelaksanaan tes pertama, terdapat 16 siswa yang mempunyai nilai di bawah 63,00 (belum
mencapai SKM).
• Setelah dilakukan kegiatan remedial kepada siswa yang belum mencapai SKM dan diadakan tes
kedua, terdapat 5 siswa yang mempunyai nilai di bawah 63,00.
• Setelah dilakukan kegiatan remedial kepada siswa yang belum mencapai SKM dan diadakan tes
ketiga, tidak terdapat siswa yang nilainya di bawah 63,00.
4.1.2.2. Hasil Tes Blok II
Metode pembelajaran kedua yang telah dilaksanakan adalah ceramah menggunakan media
projector slide. Materi yang dipelajari dalam pembelajaran ini adalah mendengarkan (استماع). Hasil
pembelajaran dalam aspek kognitif telah diukur menggunakan tes tertulis yang disebut tes blok
kedua. Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa:
• Pada pelaksanaan tes pertama, terdapat 12 siswa yang mempunyai nilai di bawah 63,00.
• Setelah dilakukan kegiatan remedial kepada siswa yang belum mencapai SKM dan kembali
diadakan tes kedua, terdapat 3 siswa yang mempunyai nilai di bawah 63,00.
• Setelah dilakukan kegiatan remedial kepada siswa yang belum mencapai SKM dan diadakan tes
ketiga, tidak terdapat siswa yang nilainya di bawah 63,00.
4.1.3. Gabungan Nilai Rata-rata Tes Blok I dan II
Telah disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa terdapat tiga macam metode pembelajaran yang
dibahas dalam penelitian ini dan tingkat keberhasilan dari masing-masing metode telah diukur
menggunakan tes tertulis. Dalam uraian ini tidak akan menjelaskan gabungan nilai tes tertulis dari
masing-masing metode yakni hanya akan menjelaskan gabungan nilai tes tertulis untuk metode
pembelajaran yang terakhir yakni metode Mind Map. Berdasarkan daftar nilai aspek kognitif rata-
rata pada tes blok pertama dan kedua, dapat disusun nilai tes blok berdasarkan kelompok
pembelajaran seperti dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4 :
Gabungan Nilai Rata-Rata Tes Blok I dan II
No
Urut Nama
Kelompok Nomor Anggota dan Nilai Jumlah
Nilai Pering
kat
1 2 3 4 5
1 Abu Bakar 66,43 75,45 77,43 70,55 85,46 375,32 VI
2 Umar 75,65 88,87 70,67 78,45 72,34 385,98 III
3 Utsman 70,42 78,56 92,57 65,78 66,67 374,00 VI
4 Ali 64,64 76,47 86,43 76,24 68,45 372,23 VII
5 Hasan 85,45 69,76 64,45 79,46 77,55 358,67 VIII
6 Husen 72,65 66,35 80,00 77,54 86,34 382,88 IV
7 Thariq 77,25 77,43 76,65 90,43 65,76 387,52 II
8 Hamzah 87,56 78,56 77,68 76,78 75,48 396,06 I
Sumber : Penulis
Berdasarkan data di atas, para siswa yang tergabung dalam kelompok mampu memperoleh nilai
tertinggi secara kelompok dalam tes blok pertama dan kedua. Kelompok tersebut pantas
mendapatkan pujian atas keberhasilannya dalam saling membantu antar teman dalam kelompoknya
untuk memahami materi pembelajaran. Sebaliknya, kelompok lain perlu didorong untuk lebih aktif
dalam bekerja kelompok. Untuk siswa yang mendapatkan nilai tertinggi di dalam kelompoknya akan
dijadikan sebagai dasar untuk kelompok tim pakar pada proses pembelajaran berikutnya.
4.2. Laporan Hasil Pembelajaran Menggunakan Metode Mind Map (Pemetaan Pikiran)
4.2.1. Bentuk Hasil Pengamatan
Telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk mengetahui hasil pembelajaran dalam aspek psikomotor
dilakukan menggunakan dua alat ukur, yaitu
a. Hasil diskusi kerja kelompok (Aspek Psikomotor)
b. Hasil keaktifan kerja kelompok (Aspek Afektif)
c. Penilaian tes kemampuan (Aspek Kognitif)
Berdasarkan hasil penilaian selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa
berdasarkan indikator tersebut diatas, baik hasil kerja kelompok, pembuatan paraga dan hasil
presentasi antar kelompok diperoleh hasil dari pengukuran tersebut sebagai berikut :
4.2.1.1. Hasil Penilaian Kinerja Kelompok (Aspek Psikomotor)
Dilakukan dengan pengamatan oleh guru ketika siswa melakukan kegiatan selama proses
pembelajaran berlangsung. Beberapa kriteria yang dijadikan penilaian adalah : ketrampilan
menyimak, membaca, berbicara, menulis dan penggunaan peta konsep yang benar.
Berdasarkan rekapitulasi nilai hasil penilaian kerja dalam kelompok didapatkan data nilai hasil
penialian individual sebagai berikut :
Tabel 5 :
Menunjukkan Hasil Kerja Dalam Kelompok
No
Urut Nama
Kelompok Nomor Anggota dan Skor Rata-Rata Kategori
1 2 3 4 5
1 Abu Bakar 4 4 4 3 4 3,8 Baik
2 Umar 4 4 2 4 4 3,6 Baik
3 Utsman 4 4 4 3 3 3,6 Baik
4 Ali 3 4 4 4 4 3,8 Baik
5 Hasan 4 4 4 4 4 4,0 Baik
6 Husen 4 4 4 4 4 4,0 Baik
7 Thariq 4 4 4 4 4 4,0 Baik
8 Hamzah 4 4 3 4 4 3,8 Baik
Sumber : Penulis
Berdasarkan data tabel diatas, menunjukkan bawa melalui penilaian aspek keaktifan kinerja
kelompok selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan indikator kerjasama
dalam kelompok selama pembelajaran berlangsung. Hal ini ditunjukkan bahwa mulai kelompok 1
sampai dengan 8 diperoleh hasil baik. Hal ini dapat memunculkan ketrampilan motorik siswa. Disisi
lain terdapat kekurangan dari hasil nilai yang mendapatkan angka 2 secara individual, anak belum
menguasai kinerja tersebut. Kekurangan lain, yang ditemui alah terlihat pada hasil laporan baik lisan
maupun tertulis, sehingga masih diperlukan peningkatan. Pada siswa yang mempunyai nilai rendah
tersebut menunjukkan bahwa siswa belum menyadari apa yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini sependapat dengan Rustaman (2003) mengatakan bahwa bila
siswa hanya sekedar melaksanakan tanpa menyadari apa yang sedang dilaksanakan, maka
perolehanya kurang bermakna dan memerlukan waktu lama untuk menguasainya.
4.2.1.1.1. Hasil Penilaian Kerjasama Siswa (Aspek Afektif )
Pelaksanaan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan lebih kea rah kualitatif melalui
pengamatan dengan menggunakan lembar observasi. Paramenter penilaian aspek afektif meliputi ;
keaktifan, kedisiplinan, sikap kritis dan prakarsa produktifitas siswa
.
Tabel 6 :
Pengelompokan Nilai Aktivitas dalam Pembelajaran Pertama
No. Rentangan Nilai Kriteria Banyak siswa
1 28,50 – 46,00 Aktivitas Sangat Rendah -
2 46,50 – 64,00 Aktivitas Rendah -
3 64,50 – 82,00 Aktivitas Tinggi 16
4 82,50 – 100,00 Aktivitas Sangat Tinggi 24
Berdasarkan pemgamatan menunjukkan bahwa melalui pembelajaran pemutaran video lokal
menggunakan metode JigSaw dapat mengembangkan sikap mental positif siswa. Berdasarkan hasil
penilaian terdapat 16 siswa yang mempunyai nilai aktifitas tinggi dan 24 siswa yang aktifitasnya
sangat tinggi. Hal ini berarti, terdapat kecenderungan bahwa pada pembelajaran dengan
menggunakan pemutaran video lokal ini sangat efektif digunakan, terutama dalam pembelajaran
pencemaran lingkungan sekitar. Meskipun demikian tidak lepas dari kekurangan, adanya siswa yang
bercanda secara berlebihan menyebabkan kurangnya konsentrasi, tetapi secara keseluruhan
kekurangan tersebut tidak mengganggu proses pembelajaran.
4.2.1.1.2. Hasil Penilaian Aspek Kognitif Menggunakan Metode Mind Map
Untuk mengukur keberhasilan dalam penggunaan metode yang diteliti, maka digunakan nilai
ulangan blok sebagai indikator dalam mengamati hasil pencapaian belajar. Dalam ulangan blok
materi yang dipelajari dalam pembelajaran ini adalah menulis. Hasil pembelajaran dalam aspek
kognitif telah diukur menggunakan tes tertulis yang disebut tes blok. Berdasarkan data tersebut
didapatkan bahwa:
• Pada pelaksanaan tes pertama, terdapat 3 siswa yang mempunyai nilai di bawah 63,00 (Belum
mencapai SKM).
• Setelah dilakukan kegiatan remedial kepada siswa yang belum mencapai standar kompetensi
minimal (SKM) dan diadakan tes kedua, tidak terdapat siswa yang nilainya di bawah 63,00.(Mencapai
SKM).
Tabel 7 :
Gabungan Nilai Hasil Tes Blok Setelah dilakukan Remidi Pada Pembelajaran Menulis menggunakan
Metode Mind Map
(40 Siswa)
No
Urut Nama
Kelompok Nomor Anggota dan Nilai Jumlah
Nilai Pering
kat
1 2 3 4 5
1 Abu Bakar 80,67 80,00 72,00 80,55 85,78 399,00 V
2 Umar 90,00 75,00 75,00 80,45 80,65 385,98 III
3 Utsman 80,65 76,65 83,00 75,73 85,00 374,00 VI
4 Ali 85,64 86,47 76,43 76,24 85,00 372,23 VII
5 Hasan 80,45 80,76 74,65 70,47 75,00 381,33 VIII
6 Husen 72,75 76,35 70,00 85,56 87,00 382,88 IV
7 Thariq 83,65 80,43 75,55 85,43 90,57 387,52 II
8 Hamzah 85,54 80,56 95,68 80,78 95,48 396,06 I
Berdasarkan data pada tabel menunjukkan bahwa melalui pembelajaran dengan menggunakan
metode Mind Map (pemetaan pikiran), melalui uji tes tertulis diperoleh hasil nilai tes tertulis yang
tertinggi rata-tara dalam kelompok menduduki peringkat pertama yakni pada kelompok Hamzah
mencapai total nilai 396,06, dan terendah diperoleh pada kelompok Hasan, dengan nilai 381,33.
Berdasarkan perhitungan terhadap daya serap siswa melalui pembelajaran menggunakan metode
Mind Map (pemetaan pikiran), dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan
pembelajaran ceramah sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil peningkatan terhadap nilai
kognitif yang dipertoleh.
4.2.2. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa
Terdapat dua belas macam LKS yang telah diisi oleh para siswa yang berjumlah 40 orang.
Rekapitulasi nilai LKS disusun pada lampiran. Berdasarkan rekapitulasi tersebut didapatkan tingkat
ketuntasan klasikal seperti dalam tabel di bawah ini.
Tabel 8 :
Tingkat Ketuntasan Klasikal Berdasarkan Penilaian Buku Kerja Siswa (BKS)
(40 Siswa)
No. Nomor LKS Jumlah Siswa Belum Mencapai SKM Jumlah Siswa Tuntas Ketuntasan Klasikal
1 Ke-1 1 39 96,43%
2 Ke-2 0 40 100,00%
3 Ke-3 0 40 100,00%
4 Ke-4 0 40 100,00%
5 Ke-5 1 39 96,43%
6 Ke-6 1 39 96,43%
7 Ke-7 0 40 100,00%
8 Ke-8 1 39 96,43%
9 Ke-9 2 38 92,86%
10 Ke-10 0 40 100,00%
11 Ke-11 0 40 100,00%
12 Ke-12 1 39 96,43%
Sumber : Penulis
Disebutkan dalam Buku Petunjuk dari Depdikbud (1994) bahwa pembelajaran bisa dianggap berhasil
tercapai ketuntasan klasikal serendah-rendahnya 85%. Berdasarkan data di atas, untuk pengajaran
menggunakan LKS sebagian besar siswa mampu mencapai standar ketuntasan minimum.
Bardasarkan data menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan yang dicapai pada setiap pengajaran
menggunakan LKS adalah lebih tinggi dari 85%. Hal ini berarti pengajaran menggunakan LKS bisa
meningkatkan siswa untuk mencapai standar ketuntasan minimum. Namun kekurangan dari metode
ini, siswa kurang terbentuk kemandirinaya, dan cenderung masih terlihat mengandalkan teman lain
yang dianggap bisa mengerjakannya.
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam laporan hasil pembelajaran, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
• Strategi pengajaran yang diterapkan dalam pembelajaran menulis ( موجه إنشاء ) dengan
menggunakan metode pengajaran Mind Maping (pemetaan pikiran). Para siswa diatur dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Untuk mempermudah dalam
pelaksanaan ini digunakan pengelompokan model Jigsaw. Setiap anggota saling bekerjasama dan
saling membantu dalam memahami materi yang dipelajari. Setiap kelompok mempunyai tugas
membuat satu peta konsep dengan tema yang sudah ditentukan guru, sehingga masing masing
kelompok diharapkan mendapatkan judul yang berbeda dari tema yang sama. Ketua kelompok
tersebut kembali kepada kelompoknya masing-masing untuk memimpin diskusi kelompok dalam
mempelajari materi pelajaran menulis ( موجه إنشاء ) seperti yang telah dipelajari dalam kelompok
pakar.
• Berdasarkan data menunjukkan bahwa melaui pembelajaran menulis ( موجه إنشاء ) dengan
menggunakan metode Mind Map (pemetaan pikiran), diperoleh hasil yang sangat signifikan, baik
dari penilaian aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif, sehingga sistem pembelajaran ini
sangat efektif untuk diterapkan terutama dalam pembelajaran menggunakan metode Mind Map
(pemetaan pikiran). Meskipun selama proses pembelajaran ditemukan kendala, namun tidak
mempengaruhi proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
4.2. Saran-Saran
Berdasarkan hasil analisa data dan kesimpulan, maka penulis dapat menyarankan sebagai berikut
• Diperlukan inovasi pengembangan tema, diharapkan disesuaikan dengan kehidupan nyata yang
didasarkan pengalaman siswa, sehingga siswa, sehingga diharapkan dapat membantu siswa dalam
mengembangkan daya nalarnya.
• Bagi guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan metode
Mind Map (pemetaan pikiran) pada proses pembelajaran lain yang signifikan.