11
Log In Sign Up docx Tugas Makalah 16 Pages Tugas Makalah Uploaded by Charming Angel Views 3,909 connect to download READ PAPER

Agama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

agama katolik

Citation preview

Page 1: Agama

Log In Sign Up

docx

Tugas Makalah

16 Pages

Tugas Makalah

Uploaded by

Charming Angel

Views

3,909

  connect to downloadREAD PAPER

Page 2: Agama

Tugas Makalah

Download   10 • konsili Konstantinopel (553) berusaha meluruskan rumusan dari konsili Kalkedon tersebut. Perumusan yang dihasilkan oleh konsili konstantinopel adalah bahwa Maria sungguh-sungguh dan nyata-nyata Bunda Allah karena Allah Putera, (sabda) berasal dari Allah Bapa sebelum segala abad. Putera dilahirkan dalam kemanusiaan (daging) Maria. Konsili Konstantinopel III (680-683) kembali menegaskan bahwa Yesus Kristus dikandung dari Roh Kudus dalam diri Perawan Maria yang sungguh-sungguh dan benar-benar Bunda Allah. • Paus Pius XIII (dalam ensiklik Octobri Mensi, tgl.28-9-1891. sering mengemukakan keibuan ilahi Maria dengan memandang Maria sebagai sumber segala sumber rahmat yang berasal dari Allah. • Konsili Vatikan II: mengemukakan perihal Maria sebagai Bunda Allah dengan sebutan Mater Dei, Dei-genetrix atau Dei Para. Perumusan terhadap Maria sebagai Bunda Allah merupakan pengakuan dan penghormatan gereja yang dikaitkan dengan karya penebusan Teologi tentang Gereja atau Eklesiologi Eklesiologi adalah teologi yang berhubungan dengan pokok pengakuan iman katolik yang menyatakan: ―Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik‖ –  ―Gereja katolik yang kudus, persekutuan para kudus.‖ Jadi eklesiologi adalah teologi tentang Gereja. • Eklesiologi umat perdana Pemahaman umat perdana atas Gereja dapat ditangkap dari Kisah Para Rasul, Surat-surat Paulus, dan tulisan Yohanes. Namun di baliknya terdapat latar belakang dari  pengertian mengenai ―himpunan kudus‖ (miqr’a qodesy), ―bangsa yang suci‖ (Ul 7:6) Perjanjian Lama: satu bangsa (dari Abraham (Kej 17:17), satu tanah air (Kej 17:8) , dan satu bahasa (Yes 19:18). Setelah kebangkitan Kristus, himpunan umat itu mengarah pada pemisahan dari Israel, dan dalam Kristus menjadi Israel baru yang sejati (Gal 3:29; Rm 9:6) dengan dimensi bangsa (komunio, persekutuan para kudus), tanah air (surga) dan bahasa yang  baru (kasih). Unsur utama di dalam paham Paulus adalah rahmat panggilan Allah yang terus bekerja dan menghimpun serta mempersatuan Gereja. Dalam Ef dan Kol Paulus mengemukakan pandangan Gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup dari Kristus sebagai kepalanya. Dalam Rm 12 dan 1Kor 12 tubuh Kristus lebih dikaitkan dengan kesatuan dan persatuan. Pada Kisah Para Rasul ditekankan apa yang dilakukan Gereja dan terutama sifat keakraban dan persaudaraan di dalamnya (Kis 2:42-47; 4:32-35; 5:12-14): ―Bertekun dalam pengajaran rasul-

Page 3: Agama

rasul dan dalam persekutuan....memecahkan roti dan berdoa‖ (Kis 2:42), ―dengan sehati mereka berkumpul‖ (2:46), ―sehati dan sejiwa‖ (4:32). Pandangan Yohanes mengenai Gereja bersifat eskatologis, khususnya dalam Kitab Wahyu. Walaupun di dalam Injilnya Yohanes mengajukan kiasan seperti ―kawanan‖ (Yoh 10), ―mempelai‖ (Yoh 3:29), ―pokok dan carang anggur‖ (Yoh 15:1-8), pada mulanya metafora itu tidak ditujukan untuk Gereja. Namun Yoh 17 secara keseluruhan berbicara tentang kesatuan murid-murid Kristus dan pentingnya kasih  persaudaraan (Yoh 13:35). Dalam Wahyu, Gereja adalah umat kudus yang memuliakan Allah di surga, suatu situasi yang masih sangat dirindukan. • Eklesiologi para bapa Gereja (patristik) Setelah Yerusalem dihancurkan Roma pada tahun 70 murid-murid Tuhan terpencar-   11  pencar dalam diaspora. Sebagian hidup dalam himpunan seperti di Antiokhia, di Efesus, di Korintus, bahkan di Aleksandria dan Roma. Sebagian karena melihat  penganiayaan di mana-mana ―menyendiri‖ (itulah artinya monistis), baik betul-betul sendirian sebagai pertapa (eremit), maupun berkelompok dalam satu biara (menjadi rahib). Tujuannya adalah kesucian. Zaman para Bapa Gereja (patristik) kurang lebih terentang antara tahun 150 hingga 800. Paham tentang Gereja bersumber dari tafsir Kitab Suci dan tekanan yang bersifat kristologis. Pada masa ini St Hieronimus menerjemahkan Kitab Suci Yunani (LXX) ke dalam bahasa Latin. Paham mereka tentang Gereja belum sistematik dan lebih tipologis. Nuansa asketis (mengejar kesucian dengan laku saleh) dan monistis (bersifat kebiaraan) sangat menonjol. Teologi asketis (mati raga, tapa, berkorban) diutamakan, sehingga himpunan-himpunan awam yang tidak melakukan itu dianggap warga kelas dua. Persekutuan  para kudus mendapat penekanan. Santo Agustinus (354-450) menyebut civitas Dei (umat Allah) namun yang diperhatikan di dalamnya bukan persaudaraan, melainkan ibadat. Tokoh lain yang terkenal adalah St Antonius (251-336) yang memberikan  peraturan-peraturan awal. Regula kebiaraan selanjutnya bersumber pada St Beneditus (480-543). Maka Gereja bersifat sakramental. Dan tanda sakramental itu mengikuti nasihat Injil untuk hidup miskin di hadapan Allah dan dalam ketaatan kepada Allah seperti yang terdapat dalam Mrk 10:17-22. Pada zaman patristik inilah Gereja dipahami dengan empat cirinya: satu, kudus, katolik, apostolik. Ciri ini diteguhkan dalam Konsili Nicea (326). Kesatuan mengalir dari misteri Allah Tritunggal, yang dikehendaki Yesus agar ada  pada para muridnya (Yoh 17), dan St Paulus menekankan kesatuan oleh ikatan damai sejahtera (Ef 4:3) dan ―sehati sepikir, satu kasih, satu jiwa, satu tujuan‖ (Flp 2:2). Walaupun ada perbedaan ritus ibadat, namun gereja adalah satu (ritus Roma, ritus Ambrosius, ritus Aleksandria atau Koptis, Ritus Bizantin, Siria, Armenia, Maronit dan Kaldea. Ciri katolik berarti menyeluruh. St Ignatius dari Antiokia pada tahun 110 menyatakan, ―Di mana Kristus berada, di situ ada Gereja Katolik.‖ Keseluruhan Gereja hadir ketika umat beribadat bersama Kristus pada hari Minggu di Jakarta. Keseluruhan Gereja hadir di mana-mana. Tetapi kekatolikan bukan sesuatu konsep yang melayang-layang, konsep itu dikaitkan dengan sesuatu yang permanen, tetap, dan menunjukkan  jati diri. Maka kita mengenal Gereja Katolik Roma, Gereja Katolik di Indonesia. Pada tahun-tahun awal kekristenan, banyak bapa Gereja memandang perlu kesatuan gereja-gereja setempat (Galatia, Tesalonika, Korintus, Efesus dll) dengan Roma, ―yang

Page 4: Agama

unggul memimpin dalam kasih‖ (Epistula ad Romanos 1,1), sebagai tanda katolisitas. • Eklesiologi Konsili Vatikan I dan Institusionalisme • Eklesiologi "Mistici Corporis" • Eklesiologi Konsili Vatikan II Teologi katolik mengenai Gereja terpapar dengan jelas dalam konstitusi Konsili Vatikan II  Lumen Gentium.  Dokumen Konsili Vatikan II, yang lain juga menjelaskan  berbagai hal mengenai aspek-aspek tertentu dari Gereja misalnya konstitusi pastoral Gaudium et Spes (tentang Gereja di dalam dunia modern); dekrit  Ad Gentes (tentang misi Gereja); empat dokumen tentang fungsi dan peran anggota-anggota Gereja yaitu dekrit  Christus Dominus (tentang Uskup); dekrit  Presbiterorum Ordinis (tentang    12 Imam); dekrit  Apostolicam Actuositatem (tentang kerasulan awam) dan  Perfectae Caritatis (tentang hidup bakti religius). Kemudian mengenai hubungan-hubungan dengan sesama umat Allah diperikan dalam dekrit  Unitate Redintegratio (tentang Ekumenisme);  Orientalium Ecclesiae (tentang Gereja-gereja Timur) dan Deklarasi   Nostra Aetate (tentang dialog dan kerjasama dengan umat non-kristen). Ajaran mengenai Gereja dan teologinya juga dirangkum dalam Katekismus Gereja Katolik. Teologi Moral Membahas isi iman sejauh merupakan kaidah penilaian baik buruk, benar salah, atas  perilaku manusia dalam terang wahyu ilahi. Meliputi Moral Dasar dan Moral Sosial. • Moralitas Sepuluh Perintah Allah • Moralitas Khotbah Dibukit • Moral Kerajaan Allah • Moral Sosial, Moral Keterlibatan Teologi Pastoral Mengenai penerapan isi iman dalam praktek menurut situasi dan kondisi konkret. Teologi Sosial • Teologi Kerja

Page 5: Agama

• Teologi Pembebasan • Teologi Perkembangan 1. teologi feminis 2. teology Politik Apologetika Pembelaan isi iman terhadap serangan atau penyangkalan. "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta  pertanggungjawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada pada kamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat" (1Ptr 3:15)    13 Bab III Aspek Praktis : Penerapan Agama Katolik Penerapan-penerapan ajaran agama Katolik dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :  Menjalankan tujuh sakramen-sakramen yang ada dalam agama katolik o SAKRAMEN PEMBAPTISAN: Sakramen Pembaptisan (Mat 28:19, Yoh 3:5) adalah sakramen pertama yang kita terima. Umat beriman wajib menerima Pembaptisan sebelum menerima sakramen-sakramen yang lain. Pembaptisan mengampuni dosa asal, semua dosa pribadi, serta mengalirkan rahmat pengudusan ke dalam jiwa (Yeh 36:25-26, Kis 2:38, 22:16, 1Kor 6:11, Gal 3:26-27). o SAKRAMEN PENGUATAN: (Kis 2: 14-18, 9:17-19, 10:45, 19:5-6, Titus 3:4-8) Sakramen Penguatan menjadikan kita dewasa secara rohani dan menjadikan kita saksi-saksi Kristus. Penguatan hanya diterimakan satu kali untuk selamanya namun meninggalkan meterai rohani yang tidak dapat dihapuskan. o SAKRAMEN EKARISTI: (Yoh 6: 25-71, Mat 26:26-28, 1Kor 11:23-26, Luk 24:30-31) Sakramen Ekaristi disebut juga Sakramen Maha Kudus atau Komuni Kudus. Ekaristi bukanlah sekedar lambang belaka, tetapi adalah sungguh Tubuh, Darah, Jiwa dan Keallahan Yesus Kristus. Misa disebut kurban karena Misa menghadirkan secara tak  berdarah kurban Kristus yang wafat disalib satu kali untuk selamanya. Jika kita melakukan dosa berat, kita harus mengakukan dosa kita terlebih dahulu sebelum menerima Komuni Kudus, jika tidak, Komuni Kudus bukannya mendatangkan rahmat bagi jiwa, malahan akan mengakibatkan dosa sakrilegi (1Kor 11:27-29).

Page 6: Agama

o SAKRAMEN TOBAT: Sakramen Tobat disebut juga Pengakuan atau Rekonsiliasi (Yoh 20:21-23, Amsal 28:13). Kristus memberikan kuasa kepada para Rasul untuk mengampuni dosa atas nama-Nya, dan para Rasul meneruskan kuasa tersebut kepada penerus-penerus mereka, yaitu para Uskup dan Imam. Sakramen Tobat mengampuni dosa-dosa yang dilakukan setelah Baptis. o SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT: Bantuan Tuhan melalui kekuatan Roh-Nya hendak membawa orang sakit menuju kesembuhan jiwa, tetapi juga menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak Allah. Dan ―jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni‖ (Mrk 6:13, Yak 5:14-15). o SAKRAMEN TAHBISAN: (Kej 14:18, Ibr 5:5-10, Luk 22:19, Kis 6:6, 14: 23). Tahbisan memungkinkan para Rasul Kristus dan penerus- penerus mereka untuk menerimakan Sakramen-sakramen. Ada tiga  jenjang Sakramen Tahbisan: diakon, imam, dan uskup. Hanya para imam dan uskup yang boleh menerimakan Sakramen Pengakuan serta mempersembahkan Kurban Misa.  SAKRAMEN PERKAWINAN: (Mrk 10:2-12, Ef 5:22-33) Sakramen ini, dengan kuasa Allah, mengikat seorang pria dan seorang wanita dalam suatu kehidupan bersama dengan tujuan kesatuan (kasih) dan kesuburan (lahirnya keturunan). Perkawinan tidak terceraikan, mengikat seumur hidup (1Kor 7:10-11, 39, Mat 19:4-9).    14  Rajin beribadah kepada Tuhan, seperti rajin mengikuti misa yang diadakan oleh gereja  Berdoa kepada Tuhan, terutama berdoa dengan doa-doa yang sudah diajarkan dalam agama Katolik :  Tanda Salib  Bapa Kami  

Page 7: Agama

Salam Maria  Kemuliaan  Doa Tobat  Doa Iman  Terpujilah  Ikut merayakan hari-hari besar agama Katolik seperti : o Adven o  Natal : Kelahiran Yesus Kristus o Epifani/Teofani o Kamis Putih o Jumat Agung : Kematian Yesus Kristus o Sabtu Suci o Paskah : Kebangkitan Yesus Kristus o Kenaikan Yesus Kristus o Pentakosta : Penurunan Roh Kudus    15 Kesimpulan

Page 8: Agama

Mengapa saya memutuskan untuk memeluk agama Katolik? Dari uraian diatas, seperti yang telah kita pelajari tentang agama Katolik mulai dari aspek histories atau sejarah agama Katolik itu sendiri, lalu aspek teologis serta dari aspek praktis atau penerapan-penerapan ajaran agama katolik ini, dapat saya simpulkan bahwa alasan utama saya memilih agama katolik ini adalah karena saya merasa damai ketika mengikuti semua ajaran dalam agama ini, mulai dari sakramen maupun ketika mengikuti misa. Meskipun awalnya saya merasa bahwa agama katolik merupakan agama yang kaku dan terlalu baku mengikuti aturan-aturan yang sangat banyak dan rumit, namun seiring waktu berjalan saya pun menyadari betapa nyamannya saya berada dalam agama katolik. Dalam agama katolik ini, saya dapat merasakan hadirat Allah dalam gerejaNya, saya juga dapat merasakan pembawaan firman yang menyentuh hati karena urapan Roh Kudus. Selain itu , dalam gereja Katolik ini saya dapat berkembang secara iman dan saya juga sangat menghargai berbagai sakramen kudus dalam gereja katolik yang membuat hati saya menjadi lebih damai dan nyaman ketika berada dalam gereja katolik.