Upload
others
View
26
Download
0
Embed Size (px)
Proceeding: The 1st Faqih Asy’ari Islamic Institute International Conference
Faqih Asy’ari Islamic Institute Sumbersari Kediri, Indonesia
“Moderasi Islam Aswaja untuk Perdamaian Dunia” (Volume 2, 2019) ISBN (Volume Lengkap) 978-623-91749-3-4; ISBN (Volume 2): 978-623-91749-5-8
Agama dan Toleransi:
Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Ngawi)
M. Hanif Satria Budi Institut Agama Islam Faqih Asy’ari Kediri, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
Tolerance is an attitude of mutual respect and respect for the beliefs of others
in religion. Village Pohkonyal District of Pangkur Regency Ngawi has two
religions with the percentage of the population that religion Islam 90% and
Christians 10%. This study aims to determine (1) religious tolerance (2 )
Elements of Tolerance, (3) Value basis and foundation of the formation of
tolerance among people of religion, (4) Shape tolerance among people of
Islam and Christianity in establishing harmony through the activity of
religious. This study uses a qualitative methodology with a case study
approach. Collection techniques in the form of observation and interviews.
Research results show that religious tolerance is carried out in a tasamuh
way. While the element of tolerance it among others provide freedom and
independence, recognizes the right of every person, respect the beliefs of
people of other, and mutual understanding. Value basis and foundation of the
formation of tole warranty religion among others the value of religious,
cultural, social, and humanity. While the form of tolerance is tolerance in
terms of religious, social, cultural, and humanity. Each religion does with the
way of practising religion who have been in the study in each religion. In
Islam like 'Pengajian ibu-ibu', 'pengajian bapak-bapak', tahlilan, sholawatan,
muslimatan NU. Then the people of Christians among other services mature,
meetings weekly, worship the highway special, and worship the feast of the
ecclesiastical. Forms of social tolerance between Muslims and Christians in
the Pohkonyal activities hamlet consists of mutual, activities august 17, and
activities of others
Keywords : tolerance , religious communities , establishing harmony
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
153
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Abstrak
Toleransi merupakan sikap saling menghormati dan menghargai
kepercayaan orang lain dalam beragama. Desa Pohkonyal Kecamatan
Pangkur Kabupaten Ngawi memiliki dua agama dengan persentase penduduk
yang beragama Islam 90% dan Kristen 10%. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui (1) toleransi beragama (2) Unsur Toleransi, (3) Nilai dasar dan
landasan pembentukan toleransi antar umat beragama, (4) Bentuk toleransi
antar umat Islam dan Kristen dalam membangun kerukunan melalui
masyarakat. aktivitas keagamaan. Penelitian ini menggunakan metodologi
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulannya berupa
observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa toleransi
beragama dilakukan dengan cara tasamuh .Sedangkan unsur toleransi itu
antara lain memberikan kebebasan dan kemandirian, mengakui hak setiap
orang, menghormati kepercayaan orang lain, dan saling pengertian. Nilai
dasar dan fondasi pembentukan tole agama garansi antara lain nilai agama,
budaya, sosial, dan kemanusiaan ty . Sedangkan bentuk toleransi adalah
toleransi dalam hal agama, sosial, budaya, dan humanit y . Masing-masing
agama berkaitan dengan cara pengamalan agama yang telah di pelajari di
masing-masing agama. Dalam islam seperti ibu pengajian , bapak pengajian,
tahlilan, sholawatan, muslimatan NU. Kemudian umat Kristiani antara lain
ibadah dewasa, pertemuan mingguan, ibadah di jalan raya khusus, dan
ibadah hari raya gerejawi. Bentuk toleransi sosial antara umat Islam dan
Nasrani di Dusun Pohkonyal terdiri dari kegiatan gotong royong, kegiatan
17 Agustus , dan kegiatan bersama.
Kata Kunci: Toleransi, kerukunan umat beragama, komunitas beragana
Pendahuluan
Toleransi dalam Islam sering disebut dengan Tasamuh atau berlapang
dada., tenggang rasa.Radikalisme atau disebut fundamental Islam, merupakan
fenomena yang semakin menghawatirkan di Indonesia dalam beberapa tahun
akhir. Hal ini ditandai antara dengan munculnya organisasi-organisasi
keagamaan yang sering menggunakan cara-cara kekerasan dalam setiap
gerakannya. Pemerintah sebenarnya sudah mengantisipasi organisasi tersebut
dengan menonaktikan dan mengilegalkan kegiatan tersebut. Tetapi mereka
bagaikan bunglon, yang selalu merubah penampilannya dengan isi yang
sama.
154 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk, ditandai dengan
banyaknya suku, budaya, ras, etnis, agama, dan adat istiadat. Indonesia bukan
Negara ateis, Indonesia adalah Negara beragama yang setiap penduduknya
berhak dan wajib memeluk satu agama dari 6 agama yang diakui di
Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 29 ayat (1) dan
(2) bahwasanya Negara memberi kebebasan kepada penduduk untuk memilih
salah satu agama yang telah ada di Indoensia yaitu agama Islam, Kristen
Katolik, Budha, Hindu, Kristen Protestan, dan Konghucu. Hal ini menjadikan
kita sebagai masyarakat yang harus saling memiliki rasa toleransi dan hidup
rukun dalam beragama.
Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup berbagai masalah
keyakinan dalam diri manusia yang berkaitan dengan akidah atau ketuhanan
yang diyakininya1. Di Indonesia seseorang harus diberi kebebasan dalam
beragama untuk meyakini kepercayaan yang dianutnya. Karena dalam hal
keyakinan atau akidah seseorang kita tidak bisa menuntut untuk sama dengan
kita. Keyakinan adalah urusan antara hamba dengan Tuhan nya. Tanpa
adanya roleransi beragama di masyarakat kehidupan akan menjadi rusak dan
tidak harmonis.
Pada masayarakat desa Pohkonyal ini, rasa toleransi sangat tinggi.
Setiap pemeluk agama memiliki hak masing-masing dalam beribadah. Akan
tetapi tidak meninggalkan hubungan dengan sesame manusia. Sebenarnya
yang menjadikan kehidupan harmonis adalah kesadaran dari masyarakat
sendiri akan pentingnya sikap gotong royong, guyub rukun, tepo seliro, dan
rendah hati. Berbeda hal nya disebuah perumahan Penambongan yang
terletak di daerah perkotaan yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam
daerah sehingga menimbulkan masyarakat yang heterogen. Heterogenitas
masyarakat perkotaan dicirikan dengan rasa guyub yang berkurang. Mereka
1 Casram, Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural, Wawasan
Jurnal Agama dan Sosial Budaya1, 2 (Jui 2016), hal. 188
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
155
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
lebih berfikir secara rasional dengan kehidupan individualistic dibandingkan
masyarakat pedesaan2.
Dari pemaparan di atas seharusnya sikap toleransi itu harus bisa
diwujudkan baik di masyarakat pedesaan dan perkotaan. Karena hal ini masih
dalam satu bingkai Negara Kesatuan Indonesia yang tercantum dalam UUD
1945. Dari pemahaman tersebut, perbedaan yang ada dalam kehidupan
masyarakat Indoensia sejatinya untuk memenuhi kepentingan bersama agar
hidup aman, damai, dan sejahtera3.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk menggali informasi secara luas
dan mendalam tentang kondisi yang ada lapangan. Penelitian ini lebih
berfokus pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat guna
menambah kerukunan antar umat beragama. Karena dengan adanya kegiatan
di masyarakat maka akan nampak apakah dengan adanya perbedaan
keyakinan bisa menambah kerukunan atau justru sebaliknya. Penelitian
dilakukan di Desa Pohkonyal Kabupuaten Ngawi Provinsi Jawa Timur,
Ngawi bagian paling timur. Di Desa ini ada beberapa masyarakat yang
beragama kristen. Mayoritas di Desa tersebut Islam. Penggalian data
menggunakan wawancara dengan masyarakat, tokoh Agama, dan Kepala
Desa. Diharapkan dengan wawancara ini mendapat data yang sesuai dan
akurat.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Toleransi Beragama
Secara etimoligi, kata tasamuh berasal dari bahasa Arab سمع yang
artinya berlapang dada, toleransi.4 Menurut Tatapangarsa toleransi dalam
2 Ika Fatmawati Faridah, Toleransi Antarumat Beragama Masyarakat Perumahan, Jurnal
Komunitas 5(1) (2013), hal. 15 3 Lely Nisvilyah, Toleransi Antarumat Beragama Dalam Memperkokoh Persatuan dan
Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlangu
Kabupaten Mojokerto), Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013,
hal. 383 4 M. Kasir Ibrahim, Kamus Arab Indonesia-Indonesia Arab, ( Surabaya: Apollo Lestari, t.th),
hal. 122
156 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
bahasa arabnya adalah Tasamuh. Arti tasamuh ialah bermurah hati dalam
pergaulan.5 Tasamuh secara etimologis adalah mentoleransi atau menrima
perkara secara ringan. Secara etimologis berarti mentoleransi atau menerima
perbedaan dengan ringan hati.6
Secara bahasa toleransi dari bahasa Inggris “Tolerance” yang berati
membirakan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat
toleran, mendiamkan, membiarkan. Dalam bahasa arab kata toleransi adalah
Tasamuh atau lapang dada. Menurut Badawi tasamuh adalah pendirian atau
sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai
pandangan yang pendirian beraneka ragam meskipun tidak sependapat
dengannya.7
Sedangkan menurut istilah toleransi adala menghargai, membolehkan,
membiarkan pendirian pendapat, pendangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan dan sebagainya yang lain atau yang bertentengan dengan
pendiriannya sendiri, misalnya agama, ideologi dan ras.8 Toleransi
merupakan sikap menghargai, menghormati, lapang dada yang harus dimilik
setiap orang, karena pada dasarnya perbedaan adalah sunatullah yang tidak
bisa dilepaskan dari kehidupan di dunia. Perbedaan pandangan harus
dijadikan sarana untuk mencapai tujuan bersama dalam bermasyarakat dan
bernegara. Toleransi juga dapat menciptakan ketertiban dan keamanan dunia.
Menurut Tilman toleransi adalah saling menghargai, melalui pengertian
dengan tujuan kedamaian. Toleransi adalah metode menuju kedamaian.
Toleransi adalah faktor pentinf dalam kedamaian.9 Peradaban dunia saat ini
banyaknya perang karena kurangnya sikap toleransi. Mengakui kebenaran
5 Humaidi Tatapangarsa, Akhlak yang Mulia, ( Surabaya: Bina Ilmu, 1980)
6 Irwan Masduqi, Berislam Secara Toelran: Teologi Kerukukan Umat Beragama, (
Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2011), hal. 36 7 Bahari, Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh Kepribadian, Keteribatan
Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama dan Lingkungan Pendidikan terhadap
Toleransi Beragama pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri), (Jakarta: Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama, 2010), hlm 51 8 Poerwadarminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PN Balai Pustaka,
1976), hlm 829 9 Tilman, Butir Refleksi Sikap Toleransi, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm 95
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
157
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
masing-masing. Wajar setiap orang yang beragama mengklaim bahwa
agamanya paling benar. Tapi hal demikian tidak digunakan untuk merusak
hubungan dengan manusia. Inilah kesalahan pemahaman masyarakat tentang
toleransi. Salahnya refrensi dalam mendapatkan pemahaman menjadi salah
satu penyebab intoleransi.
Menurut Badawi bahwa toleransi adalah pendirian atau sikap yang
termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai padangan dan
pendirian yang beranekaragam, meskipun tidak sependapat dengannya. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa toleransi erat kaitannya dengan masalah kebebasan
atau kemerdekaan hak asasi manusia dan tata kehidupan bermasyarakat,
sehingga mengizinkan berlapang dada terhadap adanya perbedaan pendapat
dan keyakinan dari setiap individu.10
Orang yang memiliki rasa toleransi akan
menghargai, menghormati, berpendapat, memberikan kesempatan orang lain
untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaannya, dan memiliki rasa empati
dan simpati.
Toleransi adalah sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan
pendirian orang lain. Lawan dari tasamuh adalah ashabiyah.11
Tasamuh atau
toleransi adalah sikap kebesaran jiawa, keluasan pikiran dan kelapangan dada,
sedangkan ta’ashub merupakan kekerdilan jiwa, kepicikan pikiran dan
kesempitan dada.12
Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multikultur dengan
multiagama memiliki pemahaman yang banyak terkait tolernasi. Namun ada
sebagian juga yang kurang paham hal tersebut. Kurangnya pehaman bisa
memicu kesalahpahaman dan kekacauan di masyarakat karena tidak bisa
menerima perebdaan yang ada. Menurut Tilman ada refleksi dalam
memahami sikap toleransi, sebagai berikut:
a. Kedamaian adalah tujuan
b. Toleransi adalah terbuka dan reseptif pada indahnya perbedaan
10
Baidi Bukhori, Toleransi Terhadap Umat Kristiani: Ditinjau dari Fundamentalis Agama
dan Kontrol Diri, (Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2012) hlm. 15 11
Ika Setiyani, Dica Lanitaaffinoxy dan Ismunajab, Pendidikan Agama Islam, (Swadaya
Murni, 2010), hlm. 40 12
Shalahuddin Sanusi, Integrasi Umat Islam: Pola Pembinaan Kesatuan Ummat Islam,
(Bandung: Iqmatuddin, 1987), hlm. 121
158 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
c. Toleransi menghargai individu dan perbedaannya, menghapus topeng
dan ketegangan yang disebabkan oleh ketidak pedulian menyediakan
kesempatan untuk menemukan dan menghapus stigma yang disebabkan
oleh kebangsaaan, agama, dan apa yang diwariskan
d. Toleransi adalah saling menghagai satu sama lain melalui pengertian
e. Benih dari intoleransi adalah ketakukan dan ketidak pedulian
f. Benih dari toleransi adalah cinta, disiram dengan kasih dan pemeliharaan
g. Jika tidak cinta tidak ada toleransi
h. Yang tahu menghargai kebaikan dalam diri orang lain dan situasi
memiliki toleransi
i. Toleransi juga berati kemampuan menghadapi situasi sulit
j. Toleransi terhadap ketifaknyamanan hidup dengan membirakan berlalu
k. Melalui pengertian dan keterbukaan pikiran orang yang toleran
memperlakukan orang lain secara beebeda, dan menunjukkan
toleransinya.13
Jadi toleransi adalah refleksi diri untuk saling menghargai,
menghormati, menerima perbedaan, mencintai, saling membantu, dan
memberi rasa aman kepada sesama manusia. Untuk lebih mengetahui tentang
toleransi atau tasamuh, ada beberapa karakteristik toleransi menurut Syekh
Salim bin Hilali, sebagai berikut:
a. Kerelaan hati kaena kemuliaan dan kedermawanan
b. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
c. Kelemah lembutan karena kemudahan
d. Muka yang ceria karena kegembiaraan
e. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
f. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan
g. Menggampangkan dalam berdakwah kejala Allah tanpa basa-basi
h. Terikat dan tunduk kepada Agama Allah SWT tanpa keberatan.14
13
Tilman, Butir Refleksi Sikap Toleransi,hlm. 94 14
Siti Aminah, Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam Keanekaragaman Budaya dan Toleransi
Antar Agama, Jurnal Cendekia Vol.13 N0. 1 (Januari 2015), hlm. 52-53
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
159
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Dalam bermasyarakat hendaknya sebagai umat beragama, harus patuh
pada aturan yang dibuat oleh Tuhan. Setiap agama memiliki keyakinan
masing-masing dalam beribadah. Islam memiliki pedoman Al-Qur’an dan
Kristen memiliki Injil. Apabila masing-masing agama mengamalkan dan
meyakininya, maka kehidupan yang beragama ini akan berjalan dengan
damai. Karena pada dasarnya, toleransi timbul karena kita mampu
mengamalkan ajaran agama tanpa paksaan. Toleransi tumbuh di masyarakat
dengan sendirinya.
Ruang lingkup toleransi menurut Forum Komunikasi Umat Beragama
(FKUB), sebagai berikut:
a. Mengakui hak orang lain
Ialah suatu sikap mental yang mengakui hak setiap di dalam
menentukan sikap atau tingkah laku dan nasibnya masing-masing, tentu
saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang
lain
b. Menghormati keyakinan orang lain
Keyakinan seseorang ini biasanya berdasarkan kepercayaan, yang
telah tertanam dalam hati dan diikutkan dengan landasan tertentu, baik
yang berupa wahyu maupun pemikiran yang rasional, karena itu
keyakinan seseorang tidak akan mudah untuk dirubah atau dipengaruhi.
Atas kenyataan tersebut, perlu adanya kesadaran utnuk menghormati
keyakinan orang lain.
c. Agree In Disagrement
Agree In Disagrement (setuju dalam perbedaan) adalah prinsip
yang selalu didengungkan oleh mantan Menteri Agama Prof. Dr. H.
Mukti Ali dengan maksud bahwa perbedaan tidak harus ada permusuhan
karena perbedaan selalu ada dimanapun, maka dengan perbedaan itu
seseorang harus menyadari adanya keanekaragaman kehidupan ini.
d. Saling mengerti
Merupakan salah satu unsur toleransi yang paling penting, sebab
dengan tidak adanya saling pengertian ini tentu tidak akan terwujud
toleransi
e. Kesadaran dan kejujuran
160 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Menyangkut sikap, jiwa dan kesadaran batin seseorang yang
seklaigus juga adanya kejujuran dalam bersikap,sehingga tidak terjadi
pertentangan antara sikap yang dilakukan denga apa yang terdapat dalam
batinnya.15
Unsur Toleransi
Rasulullah mengutamakan silaturahim, mencegah pertumpahan darah,
dan memberi keamanan di masyarakat baru tauhid. Padahal tauhid itu
penitng, tapi ketika ingin memunculkan cahaya tauhid, harus benar-benar
punya tempat yang dapat menyerap cahaya itu supaya tauhid dapat diterapkan
dengan murni. Ketika manusia hubungannya rusak, silaturahmi terputus maka
mulai retak prikemanusiaannya.
Toleransi adalah bentuk dari kesadaran diri untuk menghargai orang
lain. Dalam bermasyarakat pentingnya sikap toleransi untuk mengekspresikan
segala perilaku dalam bersosial, bertutur kata dan berperilaku dengan
manusia. Adapun unsur dalam toleransi antara lain:
a. Memberikan kebabasan dan kemerdekaan
Di Indonesia kebebasan beragama termaktub dalam Undang-
Undang 1945 pasal 29 ayat 2 bahwa setiap warga diberi kemerdekaan
atau kebebasan untuk memeluk agama nya masing-masing dan beribadat
menurut agama dan kepercayaannya. Setiap manusia diberikan
kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut dirinya
sendiri dan juga di dalam memilih satu agama atau kepercayaan.
Kebebassan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal
dan kebebasan kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat digantikan
atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun, karena kebebasan itu
adalah datangnya dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dilundungi.
b. Mengakui Hak Setiap Orang
Sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam
menentukan sikap perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja
15
Tim Penulis FKUB, Kapita Selekta Kerukunan Umat Beragama, (Semarang: Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB), 2009), hlm. 5-6
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
161
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
sikap atau perilaku yang di jalankan itu tidak melanggar hak orang lain
karena kalau demikian, kehidupan di dalam bermasyarakat akan kacau.
c. Menghormati keyakinan orang lain
Dalam hal ini, diberlakukan bagi toleransi antar agama. Namun
apabila di kaitkan di alam toleransi sosial. Maka menjadi menghormati
keyakinan orang lain dalam memilih suatu kelompok.
d. Saling mengerti
Rasa saling menghormati tidak akan terjadi apabila manusia tidak
memiliki rasa saling mengerti. Saling anti dan saling membenci, saling
berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak adanya saling
mengerti dan saling mengahrgai antara satu dengan lainnya.16
Nilai Dasar dan Landasan Terbentukanya Toleransi Antar Umat
Beragama
Indonesia tidak hanya kaya sumber daya alamnya saja, tapi negeri yang
kaya akan perbedaan. Mulai dari suku, bahasa, budaya, dan agama. Perbedaan
adalah keniscayaan yang dikehendaki Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an pun
mengakui adanya perbedaan. Allah berfirman dalam Qur’an Surat Al-Hujurat
ayat 13 : ي ها الناس ان خلقنكم م ن ذكر وان ثى وجعلنكم شعوبا وق باىل لت عارف وا ان اكرمكم يا
(١٣عند الل ات قىكم ان الل عليم خبي ر)
Artinya:“ Wahai Manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Sesunnguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”(Q.S. Al-Hujurat 49:13)17
.
16
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju
Dialog dan Kerukunan antar Agama: Sejarah Toleransi dan Intoleransi Agama dan
Kepercayaan Sejak Jaman Yunani. (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), hlm. 23 17
Quran.kemenag.go.id
162 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Masyarakat mengedepankan sikap toleransi antar umat beragama
dengan menerima kehadiran agama lain di lingkungan desa Pohkonyal.
Dengan berbaur dengan masyarakat, saling interaksi, gotong royong
memberikan kesan yang damai dan rukun. Secara normatif nilai dasar yang
menjadi landasan tolernasi antarumat beragama adalah;
Pertama adalah nilai agama yang terdapat pada masing-masing ajaran
agama baik itu Islam ataupun Kristen yang mengajarakn betapa pentingnya
tolernasi antar umat beragama. Dalam beragama pun Islam mengajarkan
toleransi dalam surat Al-Kafirun ayat 6 yang berbunyi “Lakum Diinukum
Waliyadin” artinya untukmu agamamu dan untukku agamaku. Prinsip Islam
dalam toleransi siapapun tidak boleh memaksa untuk memeluk agama lain
atau meninggalkan ajaran agamanya. Setiap orang berhak meyakini agama
masing-masing dan menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya. Karena
dalam UUD 1945 Pasal 28E Ayat (1) setiap orang berhak memeluk agama
dan beribadah menurut agamanya, Ayat (2) setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan18
. Jadi sudah jelas negara juga melindungi
segenap warganya untuk beribadah dan meyakini kepercayaannya. Perlu kita
ingat perbedaan adalah bagian dari rahmat Allah. Karena dengan adanya
perbedaan manusia bisa saling melengkapi dan tolong menolong. Hidup
rukun tanp adanya perpecahan. Sebagai umat Islam yang mayoritas di
Indonesia sebaiknya kita tidak merasa paling benar sendiri. Seharusnya kita
menjadi pengayom bagi minoritas.
Dalam agama Kristen juga di ajarkan dengan adanya perbedaan yang
menjadi landasan untuk tetap hidup rukun di masyarakat. Dalam Matius 5
kasih yang berbunyi : (1) Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu
dan segenap jiwamu, (2) kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Bahkan
terhadap musuhmu harus saling mengasihi. Karena dengan mengembangkan
sikap saling mengasihi maka akan menjadi anak-anak bapamu yang di
surga19
. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Handono (umat kristiani)
18
UUD 1945 Amandemen ke-2 19
Heer. J. J, de, Tafsiran Alkitab Injil Matius, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003). hlm. 44-
45
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
163
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
bahwa kasih sayang tidak hanya kepada Tuhan saja, tapi juga kepada umat
manusia dan semua ciptaan Tuhan termasuk binatang. Tumbuhan, tanah, air,
dan lainnya. Dengan ajaran cinta kasih maka mampu menciptakan kehidupan
yang rukun, bersatu dan selalu mengedepankan rasa kemanusian. Dengan
demikian tidak memandang agamanya, ras, suku, budaya dan bahasa. Jadi
agama kristen juga mengajarkan cinta kasih kepada Tuhan, manusia dan
semua makhluk yang ada di bumi bahkan musuh pun harus dikasihi. Kasih
kepada Tuhan dengan menyerahkan sepenuhnya jiwa dan raga. Sama halnya
dengan Islam, mencintai Allah dengan cara melaksanakan perintahnya dan
menjauhi larangannya. Selanjutnya kasih kepada manusia, yaitu sama halnya
mengasihi diri sendiri. Dalam bersosial tidak membedakan kaya miskin,
agama, budaya, suku, ras dan lainnya. yang terakhir mengasihi musuh dengan
cara kita mendoakan. Sama dengan Islam ketika memiliki musuh atau orang
yang tidak suka dengan kita maka senjata yang paling ampuh adalah
mendoakan. Dari penjelasan diatas kita tahu bahwa setiap agama memiliki
kebaikan dan tujuan yang sama yaitu menjaga kerukunan, gotong royong,
persatuan dan kesatuan.
Setiap agama seharusnya berusaha keras untuk mengisi pemahaman dan
kegiatannya dengan hal-hal yang mendorong hubungan saling bekerjasama
untuk semua orang. Seperti di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi umat Islam
dan Krsiten saling membantu ketika ada kegiatan di masyarakat. Seperti yang
disampaikan Bapak Arif selaku masyarakat di sana bahwa antara umat Islam
dan Kristen saling bahu membahu, tidak ada sedikitpun gesekan di antara
kami. Semisal ketika umat Islam ada acara slametan, umat kristen juga ikut
membantu kadang ikut acara slametan juga. Bagi kami tidak masalah, karena
pada prinsipnya untuk masalah urusan kemanusian kita tidak membedakan,
karena menyangkut kepentingan umum. Namun ketika sudah masuk diranah
akidah, itu sudah menjadi urusan masing-masing. Saling memberikan
kesempatan untuk beribadah sesuai ajarannya.
Sesuai dengan prinsip toleransi Islam bahwa tolernasi merupakan sikap
tenggang rasa dan lapang dada. Toleransi agama menurut Islam adalah
sebatas membiarkan umat agama lain untuk melaksanakan ibadah dan ajaran
agamanya, sejauh aktivitas tersebut tidak mengganggu ketertiban dan
164 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
ketenangan umum20
. Namun faktanya sekarang rasa tenggang rasa itu hanya
sebatas ucapan. Minoritas banyak yang kesulitan untuk beribadah. Seperti
mendirikan tempat ibadah dipersullit, beribadah di rumah digerbek dan masih
banyak lagi. Inilah kurangnya kesadaran kita khususnya umat Islam untuk
menghargai umat lainnya untuk beribadah. Karena sudah jelas dalam UUD
1945 Pasa 28 dijelaskan bahwa setiap wargan negara berhak menjalankan
ibadah sesusi kepercayaan masing-masing. Jadi Islam sebagai mayotitas harus
melindungi dan memberi contoh yang baik kepada umat lainnya untuk saling
tenggang rasa.
Seperti yang disampaikan Quraish Shihab, Islam mengajarkan dan
menekankan keniscayaan akhlak tolernasi dalam pergaulan antarumat
beragama, maka tidak mungkin Islam merusak toleransi tersebut atas nama
agama pula. Namun, dilain pihak, dalam pergaulan antarumat beragama,
Islam juga sangat ketat menjada kemurnian akidah dan syariah Islamiah dari
noda-noda yang datang dari luar. Maka bagi Islam kemurnian akidah dan
syariah Islamiah tersebut tidak boleh dirusak atau ternoda oleh praktik
tolernasi21
.
Kedua adalah nilai budaya dan adat istiadat setempat. Hal ini
merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat sekitar secara
turun temurun, dan menjadi adat istiadat. Dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan
dan karya seni. Menurut Taylor budaya adalah keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang
didapat manusia sebagai anggota masyarakat.22
.
20
Suryan A.Jumrah, Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam, Jurnal Ushuluddin
Vol. 23 No. 2 (Juli-Desember 2015), hlm. 192 21
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qu’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 371 22
Sukidin, Basrowi, Agus Wiyaka, Pengantar Ilmu Budaya, (Surabaya: Insan Cendekia,
2003), hlm. 4-5
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
165
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Masyarakat Desa Pohkonyal tetap menjalankan tradisi yang sudah ada
sejak dulu, seperti gotong royong, tolong menolong dan membangun sikap
kebersamaan di tengah perbedaan. Sebagai contoh dalam lingkup kecil sikap
saling membantu dan tolong menolong terus dikembangkan antara tetangga
satu dengan yang lainnya tanpa memandang agama. Hal-hal seperti ini yang
menjadikan kehidupan di Desa rukun dan damai. Nilai-nilai budaya seperti ini
diajarkan di setiap agama. Karena setiap agama pasti mengajarkan kebaikan
untuk umatnya. Yang jelas, kegiatan yang dilakukan di Desa tersebut tidak
melanggar etika dan norma, apalagi norma agama. Karena kegiatan yang
dilakukan di ranah umum harus berdasarkan keputusan bersama tidak boleh
merugikan satu pihak, baik Islam dan Kristen. Itulah kenapa toleransi itu
sangat penting bagi kehidupan sekarang ini.
Ketiga nilai kemanusiaan. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk
sosial yang saling membutuhkan. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa
adanya bantuan orang lain. Mulai dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
makan, minum, pakaian dan lainnya. secara tidak langsung manusia yang
saling bergantung ini dapat menghadirkan sikap toleransi. Islam sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Seperti yang disampaikan oleh
Gus Dur, beliau mengatakan tiga substansi hubungan antar manusia; pertama
manusia saling mencintai; kedua saling mengerti; ketiga saling menghidupi23
.
Ini menjadi pondasi penting bagi umat manusia diluar urusan akidah.
Seperti yang disampaikan Bapak Sukirno selaku Kepala Desa
Pohkonyal mengatakan bawah kemanusian itu bisa dilakukan dengan
kesadaran manusia itu sendiri. Kemanusian yang didasari dengan rasa saling
menghormati, saling memiliki, saling membutuhkan, dan saling mengasihi
sesama masyarakat. Dengan hal seperti itu maka sikap toleransi antar agama
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Beliau juga mengatakan bahwa
sekarang ini sikap toleransi sudah mulai hilang di masyarakat Indonesia.
Karena beda pandangan, saling mengafirkan sehingga munculnya kelompok
intoleran yang sebenarnya hanya ingin membuat kegaduhan ditengah
masyarakat Indoensia yang plural. Selaras dengan pernyataan Gus Dur bahwa
23
Maman Imanulhaq Faqieh, Fatwa dan Canda Gus Dur, (Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2010), hlm. 58
166 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
memandang manusia tidak melalui kacamata agama, politik, suku, partai,
ormas, dan atribut-atribut lainnya. fokus kemanusian adalah manusia dan
kemanusian itu sendiri. Nilai kemanusiaan dalam Islam termaktub dalam Al-
Qur’an sebagai berikut Al-Qur’an Surat Thaha aya 29-32 :
امري فا واشركه ازري ا به اشدد اخى هرون اهلي م ن وزي راا ل واجعل Artinya: “dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (yaitu)
Harun saudaraku, teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia,
dan jadikanlah dia teman dalam urusanku”.( Q.S. Taha 20:29-
32)24
Keempat nilai sosial yang erat dengan interaksi masyarakat. Interaksi
sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas soial, dalam
pengertiannya sendiri interaksi sosial merupakan hubungan anara ora-
perorangan, antar kelompok manusia, mapun antar orang dengan kelompok
manusia25
. Teori interaksi sosial sesuai bila digunakan untuk melihat ada
hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan
kelompok atau sebaliknya. Dengan adanya nilai sosial yang berlaku maka
kerukunan di masyarakat bisa berjalan dengan baik. Sosial di masyarakat desa
lebih tinggi dibanding di daerah perkotaan. Kalau melihat realita yang ada,
ketika tetangga mengadakan hajatan, hanya keluarganya saja yang ikut
membantu. Beda dengan di desa, sosialnya begitu tinggi. Ini dapat ditemukan
di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi, ketika masyarakat atau tetangga
mengadakan acara/hajatan maka masyarakat semuanya ikut. Tidak melihat
apa agamanya, yang penting masih dalam ranah sosial. Menurut Soerjono
Soekamto, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan
24
Quran.kemenag.go.id 25
Muhammad taufik, Nilai Sosio-Religius Masyarakat Desa: Studi Interaksi Antarumat
Beragama di Yogyakarta, Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, Vol. 16 (1), 2018,
hlm. 66
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
167
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
tidak adanya komunikasi atau interkasi antara satu dengan yang lain maka
tidak ada kehidupan bersama.26
Menurut peneliti untuk mendukung nilai sosial yang ada di masyarakat,
perlu adanya upaya-upaya untuk memelihara sikap toleransi, seperti:
a. Melaksanakan kegiatan bersama yang dilakukan oleh seluruh elemen
masyarakat
b. Memberikan pengertian kepada masyarakat, untuk selalu menjaga
kerukunan ditengah masyarakat yang multi agama dan perbedaan
karakter
c. Mengadakan perkumpulan untuk berdialog antar agama, agar saling
memahami antar masyarakat
d. Pemerintah desa membuat forum persaudaraan antar umat beragama,
seperti Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) guna membangun
komunikasi melalui diaolog yang didasarkan ajaran normatif masing-
masing agama
e. Memberikan pemahaman tentang bahayanya konflik intoleransi
f. Saling menjaga antar umat beragama. Dalam hal ini kita harus menjaga
tempat ibadah atau ketika umat beragama sedang beribadah. Demi
keamanan dan kenyamanan kita bersama
Kelima nilai historis yang mana sejak dulu masyarakat sudah hidup
berdampingan. Saling tolong menolong, menghormati dan menghargai.
Perbedaan agama tidak menjadi penghalang masyarakat untuk tetap
berinteraksi. Dari zaman dulu sampai sekarang ketika ada tetangga yang
hajatan, pasti saling bantu. Walapun yang melakukan hajatan tetangga umat
kristen. Yang paling menarik di Desa Pohkonyal ini adalah ketika umat Islam
ada yang slametan, umat kristen juga ikut berpartisipasi. Apakah boleh
seperti itu? Bukankah itu sudah memasuki wilayah aqidah?. Perlu kita ketahui
bahwa slametan itu bagian dari budaya, adat dan tradisi yang dilakukan untuk
mengucapkan rasa syukur. Sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur juga
pernah datang diacara umat kristiani di gereja. Banyak kontoversi ketika itu.
26
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007) ,
hlm.68
168 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Tapi Gus Dur berkeyakinan, kita sebagai manusia hanya menhormati umat
lainnya, tidak sampai pada wilayah akidah mereka.
Kalau kita melihat historis lebih luas lagi, Indonesia merdeka
diperjuangkan oleh pejuang-pejuang yang tidak hanya dari Islam, tapi ada
yang dari Kristen, Hindu, Budha dan umat lainnya. jadi sangat wajar banyak
wilayah di Indonesia masyarakat hidup rukun berdampingan dengan multi
agama, suku, budaya, bahasa, karakter dan etnis. Secara tidak langsung
pendiri Bangsa ini menajarakan kepada kita bahwa hiduplah yang rukun,
saling tolong menolong dan melindungi. Namun dewasa ini warisan sikap
yang baik itu seakan hilang. Banyak kasus intoleransi yang terjadi, seperti
larangan mendirikan tempat ibadah, perusakan tempat ibadah, pelarangan
beribadah, dan masih banyak lagi. Hal seperti ini menjadi pelajaran bagi kita
untuk selalu mengharagai antar sesama umat beragama
Keenam nilai akhlak adalah pemimpin dan tokoh agama memberikan
contoh kepada masyarakat bagaimana bertoleransi antar umat beragama.
Kepala Desa Pohkonyal yang beragama Islam dan juga anggota Banser NU
selalu mengajak masyarakat untuk hidup rukun, saling menghormati. Karena
panutan kita Rasulullah juga memberikan contoh akhlak yang baik. Seperti
Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab Ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”. (Q.S. Al Ahzab: 21) 27
Selain Kepala Desa ada juga tokoh agama yang memberi nasihat
kepada umatnya untuk saling menghargai, menghormati. Disetiap kegiatan
keagamaan selalu diberikan wejangan agar menjaga kerukunan umat
beragama. Seperti yang dikatakan Kepala Desa, aparat desa dan tokoh agama
selalu koordinasi dalam menjaga kerukunan warganya. Sebagai Kepala Desa
Bapak Sukirno memberikan amanat kepada masing-masing tokoh agama
untuk menyisipkan pesan kepada jamaahnya ketika kegiatan keagamaan.
27
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. ( Bandung: CV. Jabal Rodhotul
Jannah, 2010), hlm. 420
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
169
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Karena tokoh agama diyakini mampu memberikan efek positif dan didengar
nasihatnya.
Kepala Desa memberikan arahan kepada masyaraktnya agar menjaga
kerukunan, keharmonisan dan persatuan di saat kegiata-kegiatan desa seperti
peringatan HUT RI, rapat perangkat desa, PKK, kegiatan sosial, halal bihalal,
peringatan hari raya agama. Arahan yang disampaikan yaitu agar masyarakat
saling menghormati, menghargai, menjaga kerukunan dan persatuan. Seperti
saat Ramadhan, umat Islam meminta izin kepada umat kristen agar tidak
terganggu dengan suara spiker ngaji sampai tengah malam, membangunkan
sahur. Dengan arahan-arahan yang diberikan bapak kepala desa diharapkan
mampu menjadi pengingat bagi masyarakat akan pentingnya toleransi antar
umat beragama
Sedangkan para tokoh agama dalam memberikan arahan kepada
jamaahnya dalam kegiatan keagamaan, ngaji, muslimatan, jamaah sholawat,
pengajian, ibadah umat kristen, disitu disisipkan pesan-pesan untuk saling
menghargai dan menghormati agama lain. Karena hakikat dari toleransi
adalah tidak ada yang saling membenci bahkan melukai. Sama-sama bersatu
untuk hidup rukun dan menghindari permusuhan. Tokoh agama disini dirasa
menjadi tonggak terdepan dalam mencegah intoleransi. Karena sekarang
kebencian bisa berawal dari guru yang salah. Guru yang kurangnya ilmu
untuk menjelaskan esensi toleransi kepada masyarakat.
Bentuk Toleransi Antara Umat Islam dan Kristen Dalam Menjalin
Kerukunan Melalui Kegiatan Keagamaan
Toleransi adalah cara kita untuk menghormati sesama manusia, baik
dari agama, suku, ras dan budaya. Toleransi merupakan suatu keniscayaan
untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan.28
Di Desa Pohkonyal
semua masyarakat baik Islam dan Kristen memiliki kesempatan yang sama
untuk melakukan ibadah, sebagai saran untuk meningkatkan iman dan taqwa.
Dalam hal beribadah, umat islam bisa melaksanakan solat di masjid sekitar
rumah. Tapi untuk umat kristen mereka harus keluar dari desa untuk bisa
melakukan ibadah, karena di daerah sendiri belum ada gereja. Bukan karena
28
Muhammad Jayus, Toleransi Dalam Prespektif Al-Qu’an, Jurnal Al-Dzikra Vol. 9 No. 1
(Januari –Juni Tahun 2015), hlm. 127
170 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
tidak boleh dibangun gereja, tapi memang karena jumlah umat kristen terlalu
sedikit maka digabung dengan daerah lain. Dalam hal beribadah dari masing-
masing agama saling menghargai dan tidak ikut mencampuri akidahnya.
Karena pada prinsipnya semua agama memiliki kebenaran akan agamanya
masing-masing.
Oleh sebab itu, Islam memiliki prinsip dan ketentuan sendiri dalam
akidah dan harus dipegang teguh bagi setiap kaum muslim dalam
bertoleransi29
:
a. Toleransi Islam tersebut terbatas dan fokus pada masalah hubungan
sosial kemasyarakatan yang dibangun atas dasar kasih sayang dan
persaudaraan kemanusiaan, sejauh tidak bertentangan dan tidak
melanggar ketentuan teologis Islam
b. Toelransi Islam di wilayah agama hanya sebatas membiarkan dan
memberikan suasana kondusif bagi umat lain untuk beribadah
menjalankan ajaran agamanya. Bukan akhlak Islam menghalangi umat
lain untuk beribadah menurut keyakinan dan tata cara agamanya, apalagi
memaksa umat lain berkonversi kepada Islam
c. Di dalam bertoleransi kemurnian akidah dan syariah wajib dipelihara.
Maka Islam sangat melarang toleransi yang kebablasan, yakni perilaku
toleransi yang bersifat kompromistis yang bernaunsa sinkertis.
Demikian toleransi menurut Islam berdasarkan syariat agama. Islam
tidak akan melarang agama lain untuk melakukan kegiatan ibadah atas nama
agama.
Indonesia khususnya umat Islam banyak sekali ritual ibadah yang
dilakukan. Tak heran kalau di Indonesia ini menjadi muslim terbesar di
Dunia. Islam masuk ke Indonesia melalu pedagang yang disebarkan oleh
Wali Songo. Para Wali dalam menyebarkan Islam tidak mudah, banyak sekali
tantangan dari masyrakat. Metode yang dipakai mulai dari dakwah, kesenian,
wayang dan tembang-tembang jawa. Dengan cara-cara itu wali songo berhasil
menyebarkan Islam. Tapi tidak ada pemaksaan kepada masyarakat untuk
29
Suryan A.Jumrah, Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam, hlm. 92
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
171
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
masuk Islam. Toleransi beragama juga dilakukan oleh para Wali Allah. Bagi
peneliti ini adalah khazanah baru dalam cara berdakwah.
Toleransi masyarakat Desa Pohkonyal lebih kepada praktik ibadah.
Sama-sama memberikan kebebsan untuk menjalankan ritual kegamaan.
Sebagai mayoritas muslim, umat Islam tidak semena-mena kepada umat
kristen dalam melaksanakan ritual keagamaan di rumah. Prinsip ini sesuai
dengan yang diajarkan Rasulullah SAW. Tertuang dalam Al-Qur’an Surat Al-
Kafirun ayat 6:30
لكم دي نكم ول دين Artinya: “Untukmu agamamu, untukku agamaku.” (Q.S. Al-Kafirun
109:6)
Wujud dari toleransi umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal, bisa
dilihat dari bagaimana setiap agama menghormati kegiatan keagamaan yang
dilakukan masing-masing agama. Yang pertama kegiatan-kegiatan
keagamaan umat Islam sebagai berikut:
a. Pengajian ibuk-ibuk
Kegiatan ini dilakukan satu minggu sekali setiap hari sabtu malam
minggu. Tempat kegiatan ganti-ganti, jadi setiap jamaah mendapatkan
jatah rumahnya di tempati pengajian. Jamaah ibuk-ibuk ini sekitar 50
orang. Pengajian menggunakan pengeras suara. Waktunya kurang lebih
90 menit. Pengajian ini dipimpin oleh Bapak Wahib dan Bapak Supam.
Kegiatan di awali dengan MC membacakan susunan acara, pembacaan
ayat suci Al-Qur’an, sambutan shohibul bait, tahlil, dan mauidoh
hasanah. Di sini mauidoh hasanah atau ceramah di sisipkan pesan-pesan
sosial, khususnya dalam hal toleransi, supaya jamaah tau akan
pentingnya hidup rukun dan saling menghormati. Selain itu ceramah
agama juga difungsikan supaya jamaah lebih beriman kepada Allah
SWT. Karena dengan iman kita bisa menjalankan semua perintahnya dan
menjauhi semua larangannya atau dalam Islam disebut taqwa.
b. Pengajian bapak-bapak
30
Quran.kemenag.go.id
172 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Beda dengan ibuk-ibuk, pengajian bapak-bapak dilaksanakan
malam jumat, dengan jumlah jamaah kurang lebih 30 an. Isi dari
kegiatannya pun juga beda. Pengajian bapak-bapak ini hanya kirim dia
atau tahlilan. Tidak ada ceramah agama. Kegiatan ini juga menggunakan
pengeras suara.
c. Ngaji diniyah
Kegiatan ini untuk anak-anak kecil yang mengaji ilmu agama.
Yang dilakukan setiap hari jam 3 sore. Selain ngaji kegiatan lain adalah
solat jamaah. Dalam kegiatan seperti ini ustdadz bisa memberikan
nasihat kepada anak-anak agar hidup rukun dengan teman, baik yang
sesama Islam mapun non Islam. Karena sangat penting mengajari anak
sejak dini untuk bersikap baik kepada sesama manusia. Realita sekarang
banyak remaja yang terpapar virus intoleran, merasa paling benar. Maka ,
pentingnya pemahaman sejak dini terkait toleransi dan mencari guru
terbaik yang paham akan hal tersebut.
d. Sholawatan
Agenda rutin yang dilaksanakan seminggu sekali setiap malam
jumat ini beranggotakan ibuk-ibuk. Namun ada juga kelompok remaja.
Bagi umat Islam sholawat adalah obat kerinduan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW dan meneladani sikap Beliau. Karena Nabi
memberikan contoh kepada umatnya, bagaimana beliau menghadapi
orang yahudi setiap pagi hari. Nabi dikatakan gila, namun Nabi tetap
sabar dan tersenym. Pernah juga Nabi dilempari batu dan kotoran hewan,
akan tetapi begitu mulianya beliau tidak ada rasa dendam pun di dalam
hatinya. Inilah yang perlu dicontoh oleh umatnya di dunia, bagaimana
kita hidup berdampingan dengan berbagai macam perebedaan.
e. Khotmil Qur’an
Dilakukan 35 hari sekali setiap minggu legi. Dilantunkan oleh
hafidz dan hafidzah. Kegiatan ini dilakukan mulai jam 5 pagi sampai jam
5 sore menjelang magrib menggunakan pengeras suara di masjid. Al-
Qur’an adalah kalamullah yang indah, hanya dengan mendengarnya saja
kita dapat pahala. Selain hanya membaca kita juga dianjurkan untuk
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
173
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
mengetahui makna dari isi Al-Qur’an supaya kita tahu dan mampu
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
f. Pengajian Ibu Muslimat NU
Pengajian ini dilakukan sebulan sekali mulai jam 8 pagi sampai 12
siang. Jamaah tidak hanya dari desa Pohkonyal tapi dari luar daerah juga
ada. Jadi mengumpulkan banyak orang yang bisa jadi dapat mengganggu
masyarakat lainnya. Namun dengan adanya koordinasi seluruh elemen
baik umat kristen, maka acara bisa berjalan dengan lancar. Kegiatan ini
diisi oleh kyai-kyai NU, mulai dari istighosah dan ceramah keagamaan.
Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan oleh semua agama baik
Islam atau Kristen adalah baik dan membawa keberkahan untuk semua
umatnya. Dalam pelaksanaannya pun juga diatur supaya tidak terjadi
pergesekan di masyarakat. Tujuan dari semua ini adalah supaya masyarakat
dapat beribadah dengan aman dan khusyuk. Selanjutnya kegiatan ibadah umat
kristiani sebagai berikut:
a. Kebaktian keluarga
Dilakukan kamis sore dan berkelompok. Kebaktian keluarga
dilkaukan secara bergilir dari rumah ke rumah atau disebut anjang sana.
Acara kebaktian di awali dengan pujian-pujian untuk Tuhan Yesus.
Dalam kebaktian ini menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa kemudian
dilanjutkan dengan kutbah yang dipimpin oleh ketua kelompok. Materi
kutbah diambil dari kitab injil. Ketua kelompok juga memberikan
nasehat tentang bagaimana pentingnya hidup rukun dan saling
menghormati, apalagi kita sebagai minoritas di Desa Pohkonyal. Harus
saling menghargai jangan sampai menimbulkan permasalahn. Apabila
ada hal yang mengganjal lebih baik dibicarakan baik-baik
b. Kebaktian anak kecil
Komisi pembinaan pemuda dan mahasiswa yang memiliki hak
untuk melakukan kebaktian sendiri. Biasanya untuk lansia di atas 60
tahun juga melakukan kebaktian sendiri dalam satu bulan sekali. Dan ada
juga untuk pembinaan ibu-ibu
c. Kebaktian minggu
Dilaksakan di gereja GPDI elohim pada hari minggu
d. Kebaktian hari raya gerejawi
174 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Untuk merayakan peristiwa Kristus sepanjang tahun gerejawi
diselenggarakan kebaktian pada hari minggu adven
e. Kebaktian untuk persitiwa khusus
Diselenggarakan kebaktian inisiasi, ordinasi, institusionalisasi, dan
kebaktian pastoral
f. Kebaktian lainnya
Kebaktian yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti; HUT
reformasi, HUT RI, HUT GKI, HUT Jemaat, tutup tahun dan tahun baru.
Penutup
Setelah menganalisis paparan di atas, maka dapat disimpukan bahwa
setiap warga Negara berhak memeluk agama sesuai keyakinan masing-
masing. Sebagai Negara yang memiliki beberapa Agama, maka sangat
dianjurkan untuk saling toleransi, menghormati keyakinan orang lain. Banyak
hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang damai, aman,
dan sejahtera. Seperti halnya yang dilakukan masyarakat Desa Pohkonyal
Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi, yang mana ada masyarakat yang
beragama Kristen tapi masyarakat hidup damai berdampingan. Masyarakat
lebih mengutamakan hak setiap pemeluk agama untuk melakukan ibadah.
Seperti pemeluk agama Islam, mereka bisa melakukan kegiatan seperti
pengajian bapak-baoak, pengajian ibuk-ibuk, ngaji diniyah, sholawatan, dan
muslimatan NU. Disini peran NU juga sangat berperan dalam menjaga
kerukunan umat beragama. Tidak jarang Banser bagian dari NU ikut menjaga
kegiatan yang dilakukan oleh umat kristiani. Sebaliknya umat kristiani juga
berhak menjalankan peribadatan, kebaktian, setiap hari minggu tanpa ada rasa
takut. Karena dalam diri masyarakat yang mayoritas Islam sudah tertanam
rasa roleransi yang diberikan oleh Kyai-kyai atau Ustadz-ustadz ketika
kegiatan keagamaan. Begitu juga dengan kaum kristiani, selalu dibekali oleh
pendeta untuk saling hidup rukun. Sejatinya setiap agama itu di ajarkan
kebaikan dalam semua bidang, terlebih dalam aspek kehidupan yang
majemuk seperti ssekarang ini.
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
175
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Daftar Pustaka
A.Jumrah, Suryan. Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam, Jurnal
Ushuluddin Vol. 23 No. 2 (Juli-Desember 2015)
Aminah, Siti. Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam Keanekaragaman Budaya
dan Toleransi Antar Agama, Jurnal Cendekia Vol.13 N0. 1 (Januari
2015)
Bahari. 2010. Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh
Kepribadian, Keteribatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama
dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Beragama pada 7
Perguruan Tinggi Umum Negeri), Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama
Bukhori, Baidi. 2012. Toleransi Terhadap Umat Kristiani: Ditinjau dari
Fundamentalis Agama dan Kontrol Diri, Semarang: IAIN Walisongo
Semarang
Casram, Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural,
Wawasan Jurnal Agama dan Sosial Budaya1, 2 (Jui 2016)
Faqieh, Maman Imanulhaq. 2010. Fatwa dan Canda Gus Dur. Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara
Faridah, Ika Fatmawati, Toleransi Antarumat Beragama Masyarakat
Perumahan, Jurnal Komunitas 5(1) (2013)
Hasyim, Umar. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan beragama dalam Islam
Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan antar Agama: Sejarah
Toleransi dan Intoleransi Agama dan Kepercayaan Sejak Jaman
Yunani. Surabaya: Bina Ilmu
Heer. J. J, de. 2003. Tafsiran Alkitab Injil Matius. Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Ibrahim, M. Kasir. t.th. Kamus Arab Indonesia-Indonesia Arab. Surabaya:
Apollo Lestari
Ika Setiyani, Dica Lanitaaffinoxy dan Ismunajab. 2010. Pendidikan Agama
Islam. Swadaya Murni
176 M. Hanif Satria Budi
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Jayus, Muhammad. Toleransi Dalam Prespektif Al-Qu’an, Jurnal Al-Dzikra
Vol. 9 No. 1 (Januari –Juni Tahun 2015)
Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV.
Jabal Rodhotul Jannah
Masduqi, Irwan. 2011. Berislam Secara Toelran: Teologi Kerukukan Umat
Beragama, Bandung: PT. Mizan Pustaka
Nisvilyah, Lely Toleransi Antarumat Beragama Dalam Memperkokoh
Persatuan dan Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen
Dusun Segaran Kecamatan Dlangu Kabupaten Mojokerto), Kajian
Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013
Poerwadarminta W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN
Balai Pustaka
Quran.kemenag.go.id
Sanusi, Shalahuddin. 1987. Integrasi Umat Islam: Pola Pembinaan Kesatuan
Ummat Islam. Bandung: Iqmatuddin
Shihab, M. Quraish. 1992. Membumikan al-Qu’an Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo
Persada
Sukidin, Basrowi, Agus Wiyaka. 2003. Pengantar Ilmu Budaya. Surabaya:
Insan Cendekia
Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak yang Mulia. Surabaya: Bina Ilmu
taufik, Muhammad. Nilai Sosio-Religius Masyarakat Desa: Studi Interaksi
Antarumat Beragama di Yogyakarta, Khazanah: Jurnal Studi Islam dan
Humaniora, Vol. 16 (1), 2018
Tilman. 2004. Butir Refleksi Sikap Toleransi. Jakarta: Grasindo
Tim Penulis FKUB, Kapita Selekta Kerukunan Umat Beragama, (Semarang:
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), 2009)
UUD 1945 Amandemen ke-2
Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi)
177
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, 2019
Copyright © 2019 Proceeding: The 1st Faqih Asy’ari Islamic Institute International
Conference Faqih Asy’ari Islamic Institute Sumbersari Kediri, Indonesia “Moderasi
Islam Aswaja untuk Perdamaian Dunia”(Volume 2, 2019) ISBN (complete) 978-623-
91749-3-4; ISBN (Volume 2): 978-623-91749-5-8
Copyright of Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference
is the property of FaqihAsy’ari Islamic Institute (IAIFA) Kediri and its content may not be
copied oremailed to multiple sites or posted to a listserv without the copyright holder's
express writtenpermission. However, users may print, download, or email articles for
individual use.
http://proceeding.iaifa.ac.id/index.php/FAI3C