23
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Siapapun tidak akan dapat membantah lagi, bahwa pada saat sekarang ini kehidupan dan penghidupan manusia sedang dilanda oleh krisis di dalam segala bidangnya. Manusia sudah berusaha dengan segenap kemampuan mereka untuk mengatasi krisis-krisis tersebut. Berapa sudah dana, tenaga, pikiran, perasaan dan waktu yang telah dikorbankan untuk usaha tersebut. Tetapi hasilnya, krisis-krisis tersebut bukan berkurang malah semakin bertambah. Mengapa demikian ? sebab manusia melupakan ( mengenyampingkan ) sesuatu yang sangat vital di dalam kehidupan dan penghidupan mereka. Yaitu petunjuk ( agama ) Allah. Mengapa manusia menglami gejala budaya dan interaksi social sehingga manusia sangat memerlukan agama dalam kehidupan dan penghidupan mereka ? hal inilah yang hendak dibahas oleh makalah ini. Semogalah dengan pembahasan ini kita akan menjadi semakin yakin bahwa manusia harus beragama. Sesudah itu akan berusaha dengan sepenuh kesungguhan mempelajari dan

Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Siapapun tidak akan dapat membantah lagi, bahwa pada saat sekarang ini

kehidupan dan penghidupan manusia sedang dilanda oleh krisis di dalam segala

bidangnya.

Manusia sudah berusaha dengan segenap kemampuan mereka untuk

mengatasi krisis-krisis tersebut. Berapa sudah dana, tenaga, pikiran, perasaan dan

waktu yang telah dikorbankan untuk usaha tersebut. Tetapi hasilnya, krisis-krisis

tersebut bukan berkurang malah semakin bertambah.

Mengapa demikian ? sebab manusia melupakan ( mengenyampingkan )

sesuatu yang sangat vital di dalam kehidupan dan penghidupan mereka. Yaitu

petunjuk ( agama ) Allah.

Mengapa manusia menglami gejala budaya dan interaksi social sehingga

manusia sangat memerlukan agama dalam kehidupan dan penghidupan mereka ? hal

inilah yang hendak dibahas oleh makalah ini.

Semogalah dengan pembahasan ini kita akan menjadi semakin yakin bahwa

manusia harus beragama. Sesudah itu akan berusaha dengan sepenuh kesungguhan

mempelajari dan mengamalkan agama tersebut di dalam segala lapangan kehidupan

dan penghidupan kita ini. Semoga Allah membimbing kita ke arah itu. Amin

Page 2: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

2

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan agama dan wahyu ?

2. Mengapa manusia harus beragama ?

3. Bagaimana kewajiban agama terhadap gejala budaya dan interaksi

social ?

Page 3: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AGAMA

1. Secara Bahasa

Kata “AGAMA” berasal dari bahasa Sanksekerta. Akar katanya adalah

“GAM” yang berarti pergi. Kata gam ini masih ada hubungannya dengan beberapa

kata di Eropa seperti to go (Inggris), gehen (Jerman) dan gaan (Belanda), yang artinya

juga pergi. Sebab bahasa India yang berbahasa dengan bahasa Sanksekerta tersebut

adalah suku bangsa Arian. Jadi sesuku bangsa dengan bangsa Inggris, Jerman dan

Belanda tersebut.1

2. Secara Istilah

Secara istilah “agama” berarti peraturan Allah yang ditujukan-Nya kepada

manusia dengan perantaraan rasul-Nya untuk jadi pedoman bagi manusia dalam

melaksanakan kehidupannya dan penghidupan mereka di dalam segala aspeknya agar

mereka mencapai kejayaan hidup secara lahir d an batin serta dunia dan akhirat.2

Jadi agama mengandung unsur-unsur :

a. Peraturan Allah

b. Yang diberikan-Nya pada manusia

c. Yang berisi pedoman pelaksanaan kehidupan dan penghidupan manusia di

dalam segala aspeknya.

d. Yang bertujuan agar manusia mencapai kejayaan hidup secara lahir dan batin

serta dunia dan akhirat.

Ada pula orang yang membedakan definisi agama, addin dan religion.

Menurut mereka agama = religion, tetapi tidak sama dengan addin. Menurut mereka

agama dan religion hanyalah mengatur hubungan manusia dan Allah saja, sedangkan

addin mengatur hubungan manusia derngan Allah, dengan manusia dan dengan alam.

1 Syahminan Zaini, Mengapa Manusia Harus Beragama, ( Jakarta: Kalam Mulia, 1986 ), h. 12 Ibid., h. 2-3

Page 4: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

4

Jadi menurut mereka pengertian addin lebih luas dari pengertian agama dan religion.

Karena itu selanjutnya mereka berpendapat, yang addin itu hanyalah Islam saja,

sedang agama-agama selain islam adalah agama atau religion.3

Tetapi menurut penulis ketiga kata tersebut pengerttianya sama saja. Sebab di

dalam Al-Qur’an Allah memakai kata addin untuk Islam dan agama-agama lainnya,

seperti :

Artinya : Bagimu agamamu dan bagiku agamaku (S. Al-Kafirun : 6)

Artinya : Karena mereka telah ditipu dalam urusan agama mereka oleh (khabar) yang

(ketua-ketua mereka) adakan sendiri (S. Ali Imran : 24)

Artinya : Hai Ahli Kitab janganlah kamu berlebih-lebihan tenteng agamamu (S. An-

Nisa : 171 dan S. Al-Maidah:77)

Kalau ditinjau dari segi islam, memang agama yang lain itu masih banyak

kekurangannya. Agama-agama yang lain itu hanyalah berisi sistem kepercayaan dan

penyembahan saja. Sedang islam berisi penyembahan, kepercayaan, kehidupan serta

penghidupan.4

B. MENGAPA MANUSIA HARUS BERAGAMA

1. Keterbatasan Kemampuan Manusia

Sudah tidak dapat disangkal lagi. bahwa manusia adalah makhluk yang

mempunyai kemampuan yang amat terbatas sekali. Manusia mempunyai keterbatasan

dari segi jasmani, panca indera, kejiwaan, ilmu dan pengetahuan. Apalagi tentang

hakikat sesuatu manusia tidak tahu sama sekali. Isaac Newton,yang menurut Michael

H. hart dalam bukunya “The 100, a Ran king of the Most Influential Person in

History (Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah)” adalah orang no. 2

yang paling berpengaruh dalam sejarah karena ilmunya, mengatakan “Samudra

hakikat terbentang luas di hadapan saya, tetapi saya tidak ketahui.” Al-Qur’an

menyatakan, bahwa Allah mengajarkan kepada manusia hanyalah nama-nama segala

3 M amin Abdullah, Studi Agama, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996 ), h. 5-64 Ibid., h. 8-9

Page 5: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

5

sesuatu saja, bukan hakikatnya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai

kemampuan yang amat terbatas sekali.

D. haxly mengatakan: ”Bila manusia hanya berpedoman kepada akaldan

ilmunuya sajadalam segala persoalan, maka ia akan setaraf dengan hewan biasa, ia

akan kehilangan prbadinya dan ia tidak akan selamat, sebab akal hanya dapat

membedakan antara baik dan buruk dan tidak mampu menentukan mana sifat-sifat

yang baik dan mana sifat-sifatyang buruk.

Untuk mengatasi kekeliruan dan kegagalan tersebut tidak ada jalan bagi

manusia kecuali jalan agama. Karena seperti dikatakan oleh Syekh Abdul Hamid Al

Khatib: “Allah mengutus Rasul-Nya yang bernama Muhammad bin Abdullah adalah

untuk menyinari jalan-jalan yang akan ditempuh manusia dalam hidupnya, agar

terbuka mata mereka untuk mengetahui hakikat-hakikat, dapat membedakan antara

yang baik danyang buruk, serta menghilangkan belenggu-belenggu dan rantai-rantai

yang mengikat mereka pada zaman-zaman yang lampau.” Jadi manusia beragama

adalah untuk mengulangi dan mengatasi keterbatasan kemampuannya atau kekeliuran

dan kegagalannya.5

2. Kewajiban Terhadap Agama

a. Mempelajari

Mempelajari agama bagi orang-orang beriman merupakan suatu kewajiban.

Hal itu disebabkan oleh karena :

1) Manusia harus beragama.

2) Diperintahkan oleh Allah dan Rasl-Nya

3) Agama harus dilaksankan dengan sepenuh pengertian

4) Agama merupakan sumber kebenaran bagi manusia, karena yang benar itu

datangnya hanyalah dari Allah.

Agama merupakan sumber dari seluruh aktifitas manusia. Sebab:

a) Seluruh aktifitas manusia harus benar. Kalau aktifitas manusia salah akan

membawa malapetaka. Sebab sumber kebenaran adalah agama

5 Syahminan Zaini, Op. Cit., h. 11-15

Page 6: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

6

b) Agama telah mengatur seluruh aktifitas agama, ssampai masuk keluar

kakus diatur sedemikian rupa.6

b. Mengamalkan

Mengamalkan agama bagi orang-orang beriman merupakan kewajiban yang

mutlak. Hal ini di sebabkan antara lain karena:

1) Karena manusia sudah berjanji untuk taat kepada Allah (S. Al A’raf : 172)

2) Karrena tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk mengamalkan

agama-Nya (S. Adz Dzariyat : 56)

3) Karena manusia dikirim Allah ke bumi ini addalah untuk mengamalkan

agama-Nya (S. Al Baqarah : 30)

4) Karena manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah terhadap

pengalaman agama-Nya (S. An Nahl : 93)

5) Karena manusia hanya akan mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan

dengan mengamalkan agama Allah saja secara tepat dan benar (S. Al

Maidah : 16 dan S. Ar Ra’du : 29)

6) Karena Allah mmerintahkan kepada manusia untuk mentaati-Nya dan

Rasul-Nya.

7) Allah melarang mentaati manusia begitu saja.7

c. Mewariskan

Mewarisakan atau menyiarakan agama bagi orang-orang beriman merupakan

suatu kewajiban. Hal ini disebabkan karena:

1) Orang-orang beriman diperintahkan oleh Allah untuk memelihara diri

mereka dan anak-istri mereka dari api neraka.

2) Orang-orang beriman diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuj

mengajak manusia kepada jalan Allah.

3) Orang-orang beriman diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk

menghilangkan kejahatan di muka bumi ini.

6 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004 ), h. 127 Ibid., h. 13

Page 7: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

7

d. Mempertahankan

Dengan amat tegas sekali Allah memberitahukan kepada orang-orang

beriman, bahwa ada beberapa oknum yang akan menyesatkan atau menghalangi

mereka dari jalan Allah atau yang akan memusuhi mereka.

1) Nafsu

Allah berfirman dalam S. Shad : 26 yang artinya :

“Dan janganlah kamu turuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamudari

jalan Allah”.

2) Syetan

3) Orang kafir

4) Orang munafiq

Karena itu Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk tidak

mereka atau melawan mereka atau menjadikan mereka sebagai musuh.8

C. PENGERTIAN WAHYU

Menurut bahasa, wahyu itu berarti : pemberian isyarat, pembicaraan dengan

rahasia, menggerakan hati, adapun yang dimaksudkan dalam terminologi ialah :

8 Sururin, Op. Cit., h. 15-16

Page 8: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

8

pemberitahuan Allah kepada Nabi-Nya yang berisi penjelasan dan petunjuk kepada-

Nya yang lurus dan benar.9

1. Perlunya wahyu menurut akal

Makhluk hidup, baik manusia maupun hewan memiliki tabiat atau naluri.

Dengan naluri itulah dapat merasakan dan mengetahui sesuatu yang perlu baginya

dan sesuatu yang berbahaya baginya. Misalnya naluri makan, naluri berjodoh, naluri

membela diri dari bahaya dan naluri keibuan.

Hewan dengan kebutuhan hidupnya yang sederhana dicukupkan dengan

tabiat – tabiat tersebut. Adapun manusia dengan gaya hidupnya yang kompleks

selaku pengelola bumi, diberikan perlengkapan istimewa untuk mengetahui sesuatu

yang terselubung ataupun untuk ataupun untuk memecahkan problem hidup yang

sukar atau rumit. Perlengkapan tersebut adalah akal yang memiliki kemampuan

melakukan penalaran terhadap sesuatu obyek. Perlengkapan ini tidak diberikan

kepada hewan.

Dengan akal itulah manusia berusaha mengatasi kesulitan – kesulitannya,

membuat perencanaan, melakukan pengkajian dan penelitian, yang membuatnya

menjadi makhluk unggul di muka bumi dan wajar jika mereka memperoleh amanah

sebagai khalifah di mika bumi. Sesungguhnya akal demikian penting dan hebatnya

dalam mengenali sesuatu, dalam teknologi, biologi, kimia dan sains lainnya, namun

tetap terbatas dalam ruang lingkup tertentu. Masih banyak problem yang tidak

sanggup dijawab oleh akal secara cepat dan tepat, ataupun kalau dipaksa untuk

dijawab hanyalah merupakan waham yang menimbulkan keragu – raguan. Misalnya

tentang masalah – masalah gaib, kiamat, kehidupan sesudah mati, pembalasan

perbuatan baik dan buruk, cara – cara beribadah kepada Tuhan dan sebagainya.

Dalam hal – hal penting yang tidak sanggup dijabarkan oleh akal itulah

diperlukan informasi dari yang maha Pencipta dan Maha Kuasa, yaitu Tuhan Yana

Maha Esa. Informasi dari Tuhan melalui Nabi-Nya tentang berbagai masalah yang

9 Hamzah Ya’Qub, Filsafat Agama, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991 ), h. 129

Page 9: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

9

bertujuan menuntun dan membimbing manusia kepada keselamatan itulah yang

dinamakan wahyu, dan hal itu amat dibutuhkan.

Dengan perkataan lain, bahwa informasi yang didapati melalui naluri dan

akal amat terbatas, sehingga diperlukan informasi yang lebih dalam dan utuh yang

bersumber diluar akal amat dibutuhkan, di mana hal itu hanya didapati melalui

wahyu. Jika naluri dibandingkan dengan cahaya lilin dan akal ibarat lampu yang

menyinari suatu kota, maka wahyu diibaratkan sebagai sinar matahari yang jauh lebih

terang sinarnya ke seluruh jagat raya. Dengan cahaya terangnya wahyu itulah, maka

segalanya menjadi tuntas terungkap dan terjawab.

Akal dapat mengenal tuhan dengan bukti – bukti wujud-Nya. Tetapi wahyu

merupakan sumber ilmu yang paling terang dan pintas dalam berma’rifah. Wahyu

sumber informasi yang lebih utuh dan tepat. Jika akal masih linglung

memperdebatkan kemungkinan terjadinya kehancuran alam raya ini, maka wahyu

memberikan informasi dengan pintas dan tuntas tentang kepastian terjadinya. Akal

tidak dapat membuat penjabaran yang kongkrit tentang peristiwa selanjutnya setelah

kiamat itu. Maka wahyulah menjabarkannya, sejak alam barzakh sampai kepada

mahsyar, hisab, surga dan neraka secara menditail.10

2. Pokok pokok Kandungan Wahyu

Wahyu – wahyu Allah yang pernah diturunkan kepada para Nabi, dan

khususnya Nabi Muhammad s.a.w pada garis besarnya berisi :

1) Akidah : prinsip – prinsip keimanan yang perlu diyakini oleh setiap mukmin;

2) Hukum – hukum : peraturan – peraturan lahir yang menyangkut hubungan

manusia manusia dengan Allah maupun hubungan manusia dengan sesama

manusia;

3) Akhlak : Tuntutan budi pekerti luhur (moral atau etika)

4) Ilmu pengetahuan : pengantar sains yang memberikan motivasi untuk

mengkaji ilmu – ilmu pengetahuan yang diperlukan.

5) Tarikh : sejarah umat purbakala sebagai cermin perbandingan;

10 Ibid., h. 130-131

Page 10: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

10

6) Informasi : tentang hal –hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Sehubungan dengan bobot kandungan wahyu, maka seandainya wahyu itu

tidak pernah ada, maka tidaklah dapat dibayangkan betapa kerdilnya rohani

manusia.11

3. Wahyu Diturunkan Berangsur

Menurut sejarah Al-Qur’an, Al-Qur’an diturunkan oleh Allah secara bertahap,

memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yaitu 13 tahun waktu nabi masih tinggal di

Mekkah dan 10 tahun setelah beliau berhijrah ke Madinah.

Adapun hikmah diturunkan Al-Qur’an secara berangsur – angsur ialah :

a. Nabi Muhammad s.a.w. sebagai manusia yang memiliki kecerdasan yang

tinggi, namun tidak lepas dari keterbatasan untuk menyerap informasi dari

alam gaib (malakut). Beliau begitu hebat daya hafalnya untuk merekord

segala berita gaib (wahyu), namun andakan seluruh wahyu diturunkan

sekaligus, maka hal itu akan memberatkannya. Oleh karena itu bijaksanalah

Tuhan yang memberikan pengajaran kepada Nabi-Nya “step by step” untuk

meringankan Rasul-Nya.

b. Pada umumnya manusia tidak sanggup menerima pengajaran dan informasi

yang multi kompleks skaligus, karena keterbatasan mental dan daya tangkap

akalnya. Dalam mode didaktik sudah dimaklumi pemberian pelajaran secara

bertahap dan berjadwal. Demikian juga wahyu iturunkan secara terprogram

agar umat yang menerimanya diberi waktu secara berangsur untuk melakukan

pengkajian ayat demi ayat.

c. Dalam segi pengamalan pun dibutuhkan waktu penyesuaian secara bertahap.

Dan karna tradisi jahiliyah amat kontras dengan kehendak wahyu, maka

diperlukan waktu penyesuaian untuk merubah kebiasaan – kebiasaan tersebut.

Turunya wahyu secara berangsur memudahkan pengamalannya.

d. Dalam upaya merubah tradisi jahiliyah, nabi menghadapi perjuangan yang

alot dan menegangkan. Turunya wahyu dasaat –saat seperti itu, meneguhkan

11 Harun Nasutin, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, ( Jakarta: UI-Press, 1980 ), h. 52-53

Page 11: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

11

pendirian Nabi dan menghibur hatinya. Demikian juga umat islam yang

menjadi pengikut beliau. Turunya wahyu memperteguh pendirian mereka,

menghibur dan menentramkan jiwa mereka.12

4. Dua Macam Wahyu

Sepanjang keterangan – keterangan yang dirumuskan dari Al-Qur’an maupun

dari Hadist Nabi, maka wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. ada

dua macam :

a. Al-Qur’an

b. Al-Hadist

Al –Hadist sekalipun susunan bahasanya dari Nabi sendiri, tetapi dari segi

makna dan jiwanya datang dari tuhan. Karena itu Hadist yang betul – betul sahih, dari

Nabi juga merupakan wahyu Tuhan. Dalilnya ialah firman Allah dalam surah An-

najm ayat 3 : “Nabi tidak berkata menurut hawa nafsunya, tetapi apa yang dikatakan

tidak lain adalah wahyu yang diberikan”.13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12 Ibid., h. 53-5313 Harun Nasutin, Op. Cit., h. 54

Page 12: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

12

Untuk menutup makalah ini, kami akan kemukakan beberapa kesimpulan dari

apa yang telah kami uraikan di atas, agar hasilnya menjadi lebih baik. Adapun

kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi apapun manusia haruslah beragama.

2. Satu-satunya agama yang harus dipeluk oleh manusia ialah agama islam,

sebab :

a. Islamlah satu-satunya agama yang diakui oleh Allah.

b. Islamlah satu-satunya agama yang bersesuaian dengan semua fithrah

manusia.

c. Islamlah satu-satunya agama yang dipeluk oleh seluruh Nabi-nabi

Allah.

d. Islamlah satu-satunya agama yang mengatur seluruh aspek

kemanusiaan dan seluruh aspek kehidupan manusia.

e. Islamlah satu-satunya agama yang dapat diterima oleh akal manusia

dan dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.

3. Apabila manusia tidak beragama, maka :

a. Martabatnya akan jatuh menjadi lebih jelek dan lebih jahat dari hewan

b. Rohaninya akan sakit yang menyebabkan timbulnya bermacam-

macam budipekerti yang buruk atau tercela.

c. Kehidupanya akan menjadi gelisah dan ditemani serta dikuasai oleh

syetan

d. Kehidupannya akan dilanda oleh krisis di dalam semua aspeknya.

e. Diakhirat nanti tempatnya adalah neraka.

4. Kalo manusia beragama, maka agama haruslah:

a. Dipelajari dengan sebaik-baiknya sehingga mengerti betul tentan

Allah, manusia dan alam yang diajarkan agam tersebut.

b. Diamalkan dengan sepenuh kesungguhan dan siap untuk

mengorbankan apa saja yang dimiliki serta sedia menderita apa saja

dalam pengamalannya itu.

Page 13: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

13

c. Diwariskan kepada anak-cucu dan disiarkan kepada orang lain dengan

alat dan fasilitas yang cukup dan serasi agar mereka dapat

menerimannya dengan senang hati.

d. Dipertahankan dari segala tantangan dan gangguan dengan seluruh

kemampuan yang dimiliki.

5. Wahyu sebagi penjelasan dan petunjuk

a. Akidah : prinsip – prinsip keimanan yang perlu diyakini oleh setiap

mukmin;

b. Hukum – hukum : peraturan – peraturan lahir yang menyangkut

hubungan manusia manusia dengan Allah maupun hubungan manusia

dengan sesama manusia;

c. Akhlak : Tuntutan budi pekerti luhur (moral atau etika)

d. Ilmu pengetahuan : pengantar sains yang memberikan motivasi untuk

mengkaji ilmu – ilmu pengetahuan yang diperlukan.

e. Tarikh : sejarah umat purbakala sebagai cermin perbandingan;

f. Informasi : tentang hal –hal yang akan terjadi pada masa yang akan

datang.

Sehubungan dengan bobot kandungan wahyu, maka seandainya wahyu itu

tidak pernah ada, maka tidaklah dapat dibayangkan betapa kerdilnya rohani manusia.

B. Saran

Penulis menyadari masih ada banyak kekurangan ataupun kesalahan yang tersaji

dalam makalah ’’Agama islam sebagai wahyu, gejala budaya dan interaksi sosial’’.

Namun tiada gading yang tak retak, mudah-mudahan usaha yang telah penulis

lakukan bisa mampu menambah dan memperkaya wawasan cakrawala tentang agama

Page 14: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

14

sebagai wahyu, gejala budaya dan interaksi sosial di mata kuliah metodologi studi

islam. Dengan harapan semoga dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik

Akhirnya sumbang saran, kritik, dan koreksi dari berbagai pihak untuk kesempurnaan

makalah ini, sangat penulis harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M amin. 1996. Studi Agama. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Page 15: Agama Sebagai Wahyu, Gejala Budaya Dan Interakasi Sosial

15

Daradjat Zakiah, Dkk. 1982. Perbandingan Agama. Bumi Aksara.

Jakarta.

Nasutin Harun. 1980. Akal Dan Wahyu Dalam Islam. UI-Press. Jakarta.

Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Ya’Qub Hamzah. 1991. Filsafat Agama. Pedoman Ilmu Jaya. Jakarta.

Zaini Syahminan. 1986. Mengapa Manusia Harus Beragama. Kalam

Mulia. Jakarta.