Upload
saputranur
View
150
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Siapapun tidak akan dapat membantah lagi, bahwa pada saat sekarang ini
kehidupan dan penghidupan manusia sedang dilanda oleh krisis di dalam segala
bidangnya.
Manusia sudah berusaha dengan segenap kemampuan mereka untuk
mengatasi krisis-krisis tersebut. Berapa sudah dana, tenaga, pikiran, perasaan dan
waktu yang telah dikorbankan untuk usaha tersebut. Tetapi hasilnya, krisis-krisis
tersebut bukan berkurang malah semakin bertambah.
Mengapa demikian ? sebab manusia melupakan ( mengenyampingkan )
sesuatu yang sangat vital di dalam kehidupan dan penghidupan mereka. Yaitu
petunjuk ( agama ) Allah.
Mengapa manusia menglami gejala budaya dan interaksi social sehingga
manusia sangat memerlukan agama dalam kehidupan dan penghidupan mereka ? hal
inilah yang hendak dibahas oleh makalah ini.
Semogalah dengan pembahasan ini kita akan menjadi semakin yakin bahwa
manusia harus beragama. Sesudah itu akan berusaha dengan sepenuh kesungguhan
mempelajari dan mengamalkan agama tersebut di dalam segala lapangan kehidupan
dan penghidupan kita ini. Semoga Allah membimbing kita ke arah itu. Amin
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan agama dan wahyu ?
2. Mengapa manusia harus beragama ?
3. Bagaimana kewajiban agama terhadap gejala budaya dan interaksi
social ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AGAMA
1. Secara Bahasa
Kata “AGAMA” berasal dari bahasa Sanksekerta. Akar katanya adalah
“GAM” yang berarti pergi. Kata gam ini masih ada hubungannya dengan beberapa
kata di Eropa seperti to go (Inggris), gehen (Jerman) dan gaan (Belanda), yang artinya
juga pergi. Sebab bahasa India yang berbahasa dengan bahasa Sanksekerta tersebut
adalah suku bangsa Arian. Jadi sesuku bangsa dengan bangsa Inggris, Jerman dan
Belanda tersebut.1
2. Secara Istilah
Secara istilah “agama” berarti peraturan Allah yang ditujukan-Nya kepada
manusia dengan perantaraan rasul-Nya untuk jadi pedoman bagi manusia dalam
melaksanakan kehidupannya dan penghidupan mereka di dalam segala aspeknya agar
mereka mencapai kejayaan hidup secara lahir d an batin serta dunia dan akhirat.2
Jadi agama mengandung unsur-unsur :
a. Peraturan Allah
b. Yang diberikan-Nya pada manusia
c. Yang berisi pedoman pelaksanaan kehidupan dan penghidupan manusia di
dalam segala aspeknya.
d. Yang bertujuan agar manusia mencapai kejayaan hidup secara lahir dan batin
serta dunia dan akhirat.
Ada pula orang yang membedakan definisi agama, addin dan religion.
Menurut mereka agama = religion, tetapi tidak sama dengan addin. Menurut mereka
agama dan religion hanyalah mengatur hubungan manusia dan Allah saja, sedangkan
addin mengatur hubungan manusia derngan Allah, dengan manusia dan dengan alam.
1 Syahminan Zaini, Mengapa Manusia Harus Beragama, ( Jakarta: Kalam Mulia, 1986 ), h. 12 Ibid., h. 2-3
4
Jadi menurut mereka pengertian addin lebih luas dari pengertian agama dan religion.
Karena itu selanjutnya mereka berpendapat, yang addin itu hanyalah Islam saja,
sedang agama-agama selain islam adalah agama atau religion.3
Tetapi menurut penulis ketiga kata tersebut pengerttianya sama saja. Sebab di
dalam Al-Qur’an Allah memakai kata addin untuk Islam dan agama-agama lainnya,
seperti :
Artinya : Bagimu agamamu dan bagiku agamaku (S. Al-Kafirun : 6)
Artinya : Karena mereka telah ditipu dalam urusan agama mereka oleh (khabar) yang
(ketua-ketua mereka) adakan sendiri (S. Ali Imran : 24)
Artinya : Hai Ahli Kitab janganlah kamu berlebih-lebihan tenteng agamamu (S. An-
Nisa : 171 dan S. Al-Maidah:77)
Kalau ditinjau dari segi islam, memang agama yang lain itu masih banyak
kekurangannya. Agama-agama yang lain itu hanyalah berisi sistem kepercayaan dan
penyembahan saja. Sedang islam berisi penyembahan, kepercayaan, kehidupan serta
penghidupan.4
B. MENGAPA MANUSIA HARUS BERAGAMA
1. Keterbatasan Kemampuan Manusia
Sudah tidak dapat disangkal lagi. bahwa manusia adalah makhluk yang
mempunyai kemampuan yang amat terbatas sekali. Manusia mempunyai keterbatasan
dari segi jasmani, panca indera, kejiwaan, ilmu dan pengetahuan. Apalagi tentang
hakikat sesuatu manusia tidak tahu sama sekali. Isaac Newton,yang menurut Michael
H. hart dalam bukunya “The 100, a Ran king of the Most Influential Person in
History (Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah)” adalah orang no. 2
yang paling berpengaruh dalam sejarah karena ilmunya, mengatakan “Samudra
hakikat terbentang luas di hadapan saya, tetapi saya tidak ketahui.” Al-Qur’an
menyatakan, bahwa Allah mengajarkan kepada manusia hanyalah nama-nama segala
3 M amin Abdullah, Studi Agama, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996 ), h. 5-64 Ibid., h. 8-9
5
sesuatu saja, bukan hakikatnya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai
kemampuan yang amat terbatas sekali.
D. haxly mengatakan: ”Bila manusia hanya berpedoman kepada akaldan
ilmunuya sajadalam segala persoalan, maka ia akan setaraf dengan hewan biasa, ia
akan kehilangan prbadinya dan ia tidak akan selamat, sebab akal hanya dapat
membedakan antara baik dan buruk dan tidak mampu menentukan mana sifat-sifat
yang baik dan mana sifat-sifatyang buruk.
Untuk mengatasi kekeliruan dan kegagalan tersebut tidak ada jalan bagi
manusia kecuali jalan agama. Karena seperti dikatakan oleh Syekh Abdul Hamid Al
Khatib: “Allah mengutus Rasul-Nya yang bernama Muhammad bin Abdullah adalah
untuk menyinari jalan-jalan yang akan ditempuh manusia dalam hidupnya, agar
terbuka mata mereka untuk mengetahui hakikat-hakikat, dapat membedakan antara
yang baik danyang buruk, serta menghilangkan belenggu-belenggu dan rantai-rantai
yang mengikat mereka pada zaman-zaman yang lampau.” Jadi manusia beragama
adalah untuk mengulangi dan mengatasi keterbatasan kemampuannya atau kekeliuran
dan kegagalannya.5
2. Kewajiban Terhadap Agama
a. Mempelajari
Mempelajari agama bagi orang-orang beriman merupakan suatu kewajiban.
Hal itu disebabkan oleh karena :
1) Manusia harus beragama.
2) Diperintahkan oleh Allah dan Rasl-Nya
3) Agama harus dilaksankan dengan sepenuh pengertian
4) Agama merupakan sumber kebenaran bagi manusia, karena yang benar itu
datangnya hanyalah dari Allah.
Agama merupakan sumber dari seluruh aktifitas manusia. Sebab:
a) Seluruh aktifitas manusia harus benar. Kalau aktifitas manusia salah akan
membawa malapetaka. Sebab sumber kebenaran adalah agama
5 Syahminan Zaini, Op. Cit., h. 11-15
6
b) Agama telah mengatur seluruh aktifitas agama, ssampai masuk keluar
kakus diatur sedemikian rupa.6
b. Mengamalkan
Mengamalkan agama bagi orang-orang beriman merupakan kewajiban yang
mutlak. Hal ini di sebabkan antara lain karena:
1) Karena manusia sudah berjanji untuk taat kepada Allah (S. Al A’raf : 172)
2) Karrena tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk mengamalkan
agama-Nya (S. Adz Dzariyat : 56)
3) Karena manusia dikirim Allah ke bumi ini addalah untuk mengamalkan
agama-Nya (S. Al Baqarah : 30)
4) Karena manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah terhadap
pengalaman agama-Nya (S. An Nahl : 93)
5) Karena manusia hanya akan mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
dengan mengamalkan agama Allah saja secara tepat dan benar (S. Al
Maidah : 16 dan S. Ar Ra’du : 29)
6) Karena Allah mmerintahkan kepada manusia untuk mentaati-Nya dan
Rasul-Nya.
7) Allah melarang mentaati manusia begitu saja.7
c. Mewariskan
Mewarisakan atau menyiarakan agama bagi orang-orang beriman merupakan
suatu kewajiban. Hal ini disebabkan karena:
1) Orang-orang beriman diperintahkan oleh Allah untuk memelihara diri
mereka dan anak-istri mereka dari api neraka.
2) Orang-orang beriman diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuj
mengajak manusia kepada jalan Allah.
3) Orang-orang beriman diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk
menghilangkan kejahatan di muka bumi ini.
6 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004 ), h. 127 Ibid., h. 13
7
d. Mempertahankan
Dengan amat tegas sekali Allah memberitahukan kepada orang-orang
beriman, bahwa ada beberapa oknum yang akan menyesatkan atau menghalangi
mereka dari jalan Allah atau yang akan memusuhi mereka.
1) Nafsu
Allah berfirman dalam S. Shad : 26 yang artinya :
“Dan janganlah kamu turuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamudari
jalan Allah”.
2) Syetan
3) Orang kafir
4) Orang munafiq
Karena itu Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk tidak
mereka atau melawan mereka atau menjadikan mereka sebagai musuh.8
C. PENGERTIAN WAHYU
Menurut bahasa, wahyu itu berarti : pemberian isyarat, pembicaraan dengan
rahasia, menggerakan hati, adapun yang dimaksudkan dalam terminologi ialah :
8 Sururin, Op. Cit., h. 15-16
8
pemberitahuan Allah kepada Nabi-Nya yang berisi penjelasan dan petunjuk kepada-
Nya yang lurus dan benar.9
1. Perlunya wahyu menurut akal
Makhluk hidup, baik manusia maupun hewan memiliki tabiat atau naluri.
Dengan naluri itulah dapat merasakan dan mengetahui sesuatu yang perlu baginya
dan sesuatu yang berbahaya baginya. Misalnya naluri makan, naluri berjodoh, naluri
membela diri dari bahaya dan naluri keibuan.
Hewan dengan kebutuhan hidupnya yang sederhana dicukupkan dengan
tabiat – tabiat tersebut. Adapun manusia dengan gaya hidupnya yang kompleks
selaku pengelola bumi, diberikan perlengkapan istimewa untuk mengetahui sesuatu
yang terselubung ataupun untuk ataupun untuk memecahkan problem hidup yang
sukar atau rumit. Perlengkapan tersebut adalah akal yang memiliki kemampuan
melakukan penalaran terhadap sesuatu obyek. Perlengkapan ini tidak diberikan
kepada hewan.
Dengan akal itulah manusia berusaha mengatasi kesulitan – kesulitannya,
membuat perencanaan, melakukan pengkajian dan penelitian, yang membuatnya
menjadi makhluk unggul di muka bumi dan wajar jika mereka memperoleh amanah
sebagai khalifah di mika bumi. Sesungguhnya akal demikian penting dan hebatnya
dalam mengenali sesuatu, dalam teknologi, biologi, kimia dan sains lainnya, namun
tetap terbatas dalam ruang lingkup tertentu. Masih banyak problem yang tidak
sanggup dijawab oleh akal secara cepat dan tepat, ataupun kalau dipaksa untuk
dijawab hanyalah merupakan waham yang menimbulkan keragu – raguan. Misalnya
tentang masalah – masalah gaib, kiamat, kehidupan sesudah mati, pembalasan
perbuatan baik dan buruk, cara – cara beribadah kepada Tuhan dan sebagainya.
Dalam hal – hal penting yang tidak sanggup dijabarkan oleh akal itulah
diperlukan informasi dari yang maha Pencipta dan Maha Kuasa, yaitu Tuhan Yana
Maha Esa. Informasi dari Tuhan melalui Nabi-Nya tentang berbagai masalah yang
9 Hamzah Ya’Qub, Filsafat Agama, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991 ), h. 129
9
bertujuan menuntun dan membimbing manusia kepada keselamatan itulah yang
dinamakan wahyu, dan hal itu amat dibutuhkan.
Dengan perkataan lain, bahwa informasi yang didapati melalui naluri dan
akal amat terbatas, sehingga diperlukan informasi yang lebih dalam dan utuh yang
bersumber diluar akal amat dibutuhkan, di mana hal itu hanya didapati melalui
wahyu. Jika naluri dibandingkan dengan cahaya lilin dan akal ibarat lampu yang
menyinari suatu kota, maka wahyu diibaratkan sebagai sinar matahari yang jauh lebih
terang sinarnya ke seluruh jagat raya. Dengan cahaya terangnya wahyu itulah, maka
segalanya menjadi tuntas terungkap dan terjawab.
Akal dapat mengenal tuhan dengan bukti – bukti wujud-Nya. Tetapi wahyu
merupakan sumber ilmu yang paling terang dan pintas dalam berma’rifah. Wahyu
sumber informasi yang lebih utuh dan tepat. Jika akal masih linglung
memperdebatkan kemungkinan terjadinya kehancuran alam raya ini, maka wahyu
memberikan informasi dengan pintas dan tuntas tentang kepastian terjadinya. Akal
tidak dapat membuat penjabaran yang kongkrit tentang peristiwa selanjutnya setelah
kiamat itu. Maka wahyulah menjabarkannya, sejak alam barzakh sampai kepada
mahsyar, hisab, surga dan neraka secara menditail.10
2. Pokok pokok Kandungan Wahyu
Wahyu – wahyu Allah yang pernah diturunkan kepada para Nabi, dan
khususnya Nabi Muhammad s.a.w pada garis besarnya berisi :
1) Akidah : prinsip – prinsip keimanan yang perlu diyakini oleh setiap mukmin;
2) Hukum – hukum : peraturan – peraturan lahir yang menyangkut hubungan
manusia manusia dengan Allah maupun hubungan manusia dengan sesama
manusia;
3) Akhlak : Tuntutan budi pekerti luhur (moral atau etika)
4) Ilmu pengetahuan : pengantar sains yang memberikan motivasi untuk
mengkaji ilmu – ilmu pengetahuan yang diperlukan.
5) Tarikh : sejarah umat purbakala sebagai cermin perbandingan;
10 Ibid., h. 130-131
10
6) Informasi : tentang hal –hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan bobot kandungan wahyu, maka seandainya wahyu itu
tidak pernah ada, maka tidaklah dapat dibayangkan betapa kerdilnya rohani
manusia.11
3. Wahyu Diturunkan Berangsur
Menurut sejarah Al-Qur’an, Al-Qur’an diturunkan oleh Allah secara bertahap,
memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yaitu 13 tahun waktu nabi masih tinggal di
Mekkah dan 10 tahun setelah beliau berhijrah ke Madinah.
Adapun hikmah diturunkan Al-Qur’an secara berangsur – angsur ialah :
a. Nabi Muhammad s.a.w. sebagai manusia yang memiliki kecerdasan yang
tinggi, namun tidak lepas dari keterbatasan untuk menyerap informasi dari
alam gaib (malakut). Beliau begitu hebat daya hafalnya untuk merekord
segala berita gaib (wahyu), namun andakan seluruh wahyu diturunkan
sekaligus, maka hal itu akan memberatkannya. Oleh karena itu bijaksanalah
Tuhan yang memberikan pengajaran kepada Nabi-Nya “step by step” untuk
meringankan Rasul-Nya.
b. Pada umumnya manusia tidak sanggup menerima pengajaran dan informasi
yang multi kompleks skaligus, karena keterbatasan mental dan daya tangkap
akalnya. Dalam mode didaktik sudah dimaklumi pemberian pelajaran secara
bertahap dan berjadwal. Demikian juga wahyu iturunkan secara terprogram
agar umat yang menerimanya diberi waktu secara berangsur untuk melakukan
pengkajian ayat demi ayat.
c. Dalam segi pengamalan pun dibutuhkan waktu penyesuaian secara bertahap.
Dan karna tradisi jahiliyah amat kontras dengan kehendak wahyu, maka
diperlukan waktu penyesuaian untuk merubah kebiasaan – kebiasaan tersebut.
Turunya wahyu secara berangsur memudahkan pengamalannya.
d. Dalam upaya merubah tradisi jahiliyah, nabi menghadapi perjuangan yang
alot dan menegangkan. Turunya wahyu dasaat –saat seperti itu, meneguhkan
11 Harun Nasutin, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, ( Jakarta: UI-Press, 1980 ), h. 52-53
11
pendirian Nabi dan menghibur hatinya. Demikian juga umat islam yang
menjadi pengikut beliau. Turunya wahyu memperteguh pendirian mereka,
menghibur dan menentramkan jiwa mereka.12
4. Dua Macam Wahyu
Sepanjang keterangan – keterangan yang dirumuskan dari Al-Qur’an maupun
dari Hadist Nabi, maka wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. ada
dua macam :
a. Al-Qur’an
b. Al-Hadist
Al –Hadist sekalipun susunan bahasanya dari Nabi sendiri, tetapi dari segi
makna dan jiwanya datang dari tuhan. Karena itu Hadist yang betul – betul sahih, dari
Nabi juga merupakan wahyu Tuhan. Dalilnya ialah firman Allah dalam surah An-
najm ayat 3 : “Nabi tidak berkata menurut hawa nafsunya, tetapi apa yang dikatakan
tidak lain adalah wahyu yang diberikan”.13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12 Ibid., h. 53-5313 Harun Nasutin, Op. Cit., h. 54
12
Untuk menutup makalah ini, kami akan kemukakan beberapa kesimpulan dari
apa yang telah kami uraikan di atas, agar hasilnya menjadi lebih baik. Adapun
kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ditinjau dari segi apapun manusia haruslah beragama.
2. Satu-satunya agama yang harus dipeluk oleh manusia ialah agama islam,
sebab :
a. Islamlah satu-satunya agama yang diakui oleh Allah.
b. Islamlah satu-satunya agama yang bersesuaian dengan semua fithrah
manusia.
c. Islamlah satu-satunya agama yang dipeluk oleh seluruh Nabi-nabi
Allah.
d. Islamlah satu-satunya agama yang mengatur seluruh aspek
kemanusiaan dan seluruh aspek kehidupan manusia.
e. Islamlah satu-satunya agama yang dapat diterima oleh akal manusia
dan dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
3. Apabila manusia tidak beragama, maka :
a. Martabatnya akan jatuh menjadi lebih jelek dan lebih jahat dari hewan
b. Rohaninya akan sakit yang menyebabkan timbulnya bermacam-
macam budipekerti yang buruk atau tercela.
c. Kehidupanya akan menjadi gelisah dan ditemani serta dikuasai oleh
syetan
d. Kehidupannya akan dilanda oleh krisis di dalam semua aspeknya.
e. Diakhirat nanti tempatnya adalah neraka.
4. Kalo manusia beragama, maka agama haruslah:
a. Dipelajari dengan sebaik-baiknya sehingga mengerti betul tentan
Allah, manusia dan alam yang diajarkan agam tersebut.
b. Diamalkan dengan sepenuh kesungguhan dan siap untuk
mengorbankan apa saja yang dimiliki serta sedia menderita apa saja
dalam pengamalannya itu.
13
c. Diwariskan kepada anak-cucu dan disiarkan kepada orang lain dengan
alat dan fasilitas yang cukup dan serasi agar mereka dapat
menerimannya dengan senang hati.
d. Dipertahankan dari segala tantangan dan gangguan dengan seluruh
kemampuan yang dimiliki.
5. Wahyu sebagi penjelasan dan petunjuk
a. Akidah : prinsip – prinsip keimanan yang perlu diyakini oleh setiap
mukmin;
b. Hukum – hukum : peraturan – peraturan lahir yang menyangkut
hubungan manusia manusia dengan Allah maupun hubungan manusia
dengan sesama manusia;
c. Akhlak : Tuntutan budi pekerti luhur (moral atau etika)
d. Ilmu pengetahuan : pengantar sains yang memberikan motivasi untuk
mengkaji ilmu – ilmu pengetahuan yang diperlukan.
e. Tarikh : sejarah umat purbakala sebagai cermin perbandingan;
f. Informasi : tentang hal –hal yang akan terjadi pada masa yang akan
datang.
Sehubungan dengan bobot kandungan wahyu, maka seandainya wahyu itu
tidak pernah ada, maka tidaklah dapat dibayangkan betapa kerdilnya rohani manusia.
B. Saran
Penulis menyadari masih ada banyak kekurangan ataupun kesalahan yang tersaji
dalam makalah ’’Agama islam sebagai wahyu, gejala budaya dan interaksi sosial’’.
Namun tiada gading yang tak retak, mudah-mudahan usaha yang telah penulis
lakukan bisa mampu menambah dan memperkaya wawasan cakrawala tentang agama
14
sebagai wahyu, gejala budaya dan interaksi sosial di mata kuliah metodologi studi
islam. Dengan harapan semoga dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik
Akhirnya sumbang saran, kritik, dan koreksi dari berbagai pihak untuk kesempurnaan
makalah ini, sangat penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M amin. 1996. Studi Agama. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
15
Daradjat Zakiah, Dkk. 1982. Perbandingan Agama. Bumi Aksara.
Jakarta.
Nasutin Harun. 1980. Akal Dan Wahyu Dalam Islam. UI-Press. Jakarta.
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Ya’Qub Hamzah. 1991. Filsafat Agama. Pedoman Ilmu Jaya. Jakarta.
Zaini Syahminan. 1986. Mengapa Manusia Harus Beragama. Kalam
Mulia. Jakarta.