77
AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,M.A PENGANTAR PSIKOLOGI DAKWAH Penerbit Yayasan Hj. Kartini Kudus 2019

AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,M.A

PENGANTAR

PSIKOLOGI DAKWAH

Penerbit

Yayasan Hj. Kartini Kudus

2019

Page 2: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

PENGANTAR

PSIKOLOGI DAKWAH

Penulis

Agus Hermawan,S.Pd.I,M.A

Penerbit;

Yayasan Hj.Kartini Kudus

Editor;

Erlina Wijayanti,S.Pd

Desain Sampul

Qaisara Rania Asy-Syabiya

Dicetak;

Sinar Jaya

Cetakan I

2019

Page 3: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam

semoga dilimpahkan kepada Rasulullah Saw. Penulis bersyukur kepada Illahi

Rabbi yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada penulis sehingga

buku yang berjudul “ Pengantar Psikologi Dakwah” dapat terselesaikan.

Materi buku ini disesuaikan dengan kurikulum hasil revisi Tahun 2018 di

lingkungan Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Sehingga content (isi) buku ini sangat relevan dan sama dengan materi Silabus di

IAIN Salatiga.

Dengan diterbitkannya buku ini, diharapkan para mahasiswa lebih terbantu

untuk memahami tentang Psikologi Dakwah meskipun sepintas kilas atau

pengantarnya saja. Namun demikian, penulis berusaha untuk menyajikan materi

seringkas mungkin dengan tidak mengurangi subtansi materi yang penting sesuai

urutan Tema yang ada di dalam Silabus.

Kepada Yayasan Hj. Kartini yang telah bersedia menerbitkan buku ini dan

juga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian buku ini, kami

ucapkan terima kasih. Akhirnya penulis menyadari buku sederhana ini jauh dari

sempurna, maka tegur sapa untuk penyempurnaan buku ini sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan buku ini pada terbitan selanjutnya. Semoga buku ini

memberi kemanfaatan bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kudus, Maret 2019

Penulis

Agus Hermawan,S.Pd.I,M.A

Page 4: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I : PENGERTIAN, OBYEK, SASARAN, DAN RUANG LINGKUP

PSIKOLOGI DAKWAH.

BAB II : SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI DAKWAH

BAB III : PSIKOLOGI DAKWAH SEBAGAI DISIPLIN ILMU

BAB IV : HUBUNGAN PSIKOLOGI DAKWAH DENGAN ILMU LAINNYA

BAB V : KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI

BAB VI : KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM

BAB VII : MAD‟U SEBAGAI OBYEK DAKWAH

BAB VIII : PERAN MOTIVASI DALAM DAKWAH

BAB IX : INTERAKSI SOSIAL DALAM PROSES DAKWAH

BAB X : DAKWAH PERSUASIF

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

PROFIL PENULIS...............................................................................................

Page 5: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB I

PENGERTIAN, OBYEK, SASARAN,

DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI DAKWAH

Dakwah merupakan proses kegiatan mengajak, menyeru yang

dilakukan oleh seorang Dai kepada mad‟u untuk selalu konsisten di jalan

Allah. Di dalam proses berdakwah ini tentu saja banyak aspek yang harus

diperhatikan agar proses dakwahnya berhasil tidak terkecuali aspek

psikologis yang baik seorang Dai saat berkomunikasi dengan mad‟u.

Sehubungan dengan hal itu maka para da‟i dan pemerhati dakwah perlu

mengetahui dan menguasai Psikologi Dakwah.

A. Pengertian Psikologi Dakwah

1. Pengertian Secara Etimologi

Psikologi Dakwah menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani

yang terdiri dari dua kata, yakni psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan

logos berarti ilmu. Jadi psikologi secara bahasa dapat berarti ilmu jiwa.

Sehubungan jiwa itu bersifat abstrak, tidak bisa diamati secara empiris,

maka yang dikaji adalah tingkah laku manusia yang merupakan tampilan

dari jiwa. Bahkan perkembangan definisi-definisi psikologi itu sendiri

masih berlanjut hingga saat ini, di antaranya menurut aliran

behaviorisme, bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari atau menyelidiki tentang tingkah laku manusia atau binatang

yang tampak secara lahir.

Sedangkan pengertian dakwah secara bahasa, menurut Faizah dkk

(2015: 4-5) mempunyai makna bermacam-macam antara lain; memanggil

dan menyeru, menegaskan atau membela, menarik, doa permohonan dan

meminta serta mengajak.

Page 6: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Banyak definisi telah dibuat oleh para ahli untuk merumuskan

pengertian dakwah yang intinya adalah mengajak manusia ke jalan Allah

Swt agar mereka berbahagia di dunia dan akhirat. Dalam bahasa arab,

dakwah ialah da‟wat atau da‟watun biasa digunakan untuk arti-arti

undangan, ajakan, dan seruan yang kesemuanya menunjukkan adanya

komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi pihak lain.

Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa dakwah

merupakan usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap

bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan oleh Da‟i (Ahmad

Mubarok, 1999:1)

2. Pengertian Secara Terminologi

Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam

menentukan dan mendefinisikan kata dakwah, hal ini disebabkan oleh

perbedaan mereka dalam memaknai dan memandang kata dakwah itu

sendiri. Abu Bakar Zakaria menjelaskan dalam bukunya ad- Da‟wah al

Islamiyyat sebagaimana dikutip Faizah dkk (2015: 5) dalam buku

Psikologi Dakwah menyebutkan beberapa pendapat tentang arti dakwah

secara istilah diantaranya sebagai berikut:

a. Muhammad Abu al Futuh dalam kitabnya al Madkhal il „Ilm ad Da‟wat

mengatakan bahwa dakwah adalah menyampaikan (tabligh) dan

menerangkan (al-bayan) apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad

SAW.

b. Muhammad al-Khaydar Husayn dalam kitabnya ad Da‟wat il al Ishlah

mengatakan dakwah adalah mengajak kepada kebaikan dan melarang

kepada kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

c. Ahmad Ghalwasy dalam kitabnya ad Da‟wat al-Islamiyyah

mendefinisikan dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan

segenap usaha yang bermacam-macam, yang mengacu kepada upaya

Page 7: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

penyampaian ajaran Islam kepada seluruh manusia yang mencakup

akidah, syariat dan akhlak.

d. Abu Bakar Zakaria sendiri dalam kitabnya ad Da‟wat ila al Islam

mendefinisikan dakwah sebagai kegiatan para ulama dengan

mengajarkan manusia apa yang baik bagi mereka dalam kehidupan

dunia dan akhirat menurut kemampuan mereka.

Dari sekian banyak definisi di atas, pada prinsipnya para ulama

bersepakat bahwa makna dakwah adalah suatu kegiatan untuk

menyampaikan dan mengajarkan serta mempraktikkan ajaran Islam di

dalam kehidupan sehari-hari atau dengan kata lain dakwah adalah ajakan

baik dalam bentuk lisan, tulisan dan tingkah laku yang telah direncanakan

secara sadar untuk mempengaruhi seseorang atau banyak orang, hal itu

dilakukan agar timbul kesadaran diri, sikap, pengalaman serta pemahaman

dalam beragama tanpa ada paksaan dari pihak tertentu.

Setelah menjabarkan satu persatu definisi dari psikologi dan

dakwah, maka dapat diartikan bahwa psikologi dakwah adalah ilmu yang

berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku

manusia yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah berusaha

menyingkap apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia yang terlibat

dalam dakwah, dan selanjutnya menggunakan pengetahuan itu untuk

mengoptimalkan pencapaian tujuan dari dakwah itu sendiri. Ruang

lingkup kajian psikologi dakwah yang merupakan psikologi terapan yakni

berada dalam proses berlangsungnya kegiatan dakwah, dimana sasarannya

adalah manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Proses itu

melibatkan sikap dan kepribadian para da‟i dalam mengajak dan mengajari

mad‟u yakni manusia yang tentunya juga memiliki sikap serta kepribadian

sendiri.

Page 8: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

B. Objek Psikologi Dakwah

Obyek psikologi dakwah sebagaimana umumnya ilmu pengetahuan

yang lain, selalu terdiri dari dua objek kajian, yaitu objek material dan

objek normal. objek material yaitu objek yang menjadi pokok bahasan

sebuah ilmu, sedangkan objek formal yaitu sudut pandang sebuah ilmu

dikaji, seperti apakah dari segi epistemologi, ontologi ataukah aksiologi.

Oleh karena itu objek material psikologi dakwah adalah manusia sebagai

objek dakwah. Sedangkan objek formalnya yaitu segala hidup kejiwaan,

tingkah laku/ manusia yang terlibat dalam proses dakwah.

Dalam kamus ilmiah populer objek berarti sasaran, hal, perkara,

atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek merupakan syarat

mutlak bagi suatu ilmu pengetahuan. Berdasarkan objek inilah ilmu

pengetahuan menentukan langkah-langkahnya lebih lanjut dalam

mengkhususkan masalahnya, atau objeklah yang membatasi masalah atau

persoalannya.

Secara otonom, psikologi dakwah mempunyai teori serta prinsip-

prinsip dan sudut pandang khusus yang berbeda dengan ilmu-ilmu lain.

Suatu sudut pandang yang spesifik terhadap suatu masalah biasanya

disebut dengan “objek formal ilmu pengetahuan”, sedangkan mengenai

fakta-fakta yang diselidiki atau yang dipelajari suatu ilmu merupakan

“objek material”.

Objek penelaah didalam ilmu dakwah ada dua, yaitu objek material

dan objek formal. Objek material adalah tentang tingkah laku manusia.

Sedangkan objek formalnya adalah usaha manusia untuk

menyeru/mengajak manusia lain dengan ajaran Islam agar menerima,

meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam bahkan memperjuangkannya.

Dapat disimpulkan bahwa objek dakwah adalah manusia dengan segala

sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan aktifitas dakwah.

Page 9: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Sedangkan di dalam buku Psikologi Umum yang ditulis oleh Drs.

H. Abu Ahmadi, bahwa segi objeknya, psikologi dibedakan menjadi dua

golongan yaitu, psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia dan

psikologi yang menyelidiki dan mempelajari hewan, yang umumnya lebih

tegas disebut psikologi hewan. Dapat dikatakan bahwa objek dari

psikologi adalah manusia.

C. Sasaran Psikologi Dakwah

Menurut M. Arifin (1991) didalam bukunya Psikologi Dakwah,

bahwa pelaksanaan program kegiatan dakwah dan penerangan Agama

berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah

perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat diantaranya yaitu;

1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi

sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil,

serta masyarakat didaerah marginal dari kota besar.

2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi

struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

3. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi

sosial kultur berupa golongan Priyayi, Abangan dan Santri. Klasifikasi

ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.

4. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat segi

berupa usia berupa golongan Anak-anak, Remaja dan orang Tua.

5. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari

segi okupasional (profesi atau pekerjaan) berupa golongan petani,

pedagang, seniman, buruh, pegawai negri (administrator).

6. Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup

sosial-ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

7. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis

kelamin (Sex) berupa wanita, pria dan sebagainya.

Page 10: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

8. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus

berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya,

narapidana dan sebagainya. (Assasman212.wordpress.com)

D. Ruang Lingkup Psikologi Dakwah

Berhubungan dengan ruang lingkup dari psikologi agama,

maka ruang k a j i annya m en caku p k es ad a r an agam a yan g

b e r a r t i b ahw a b ag ian : s eg i agam a yang hadir dalam pikiran, yang

merupakan aspek mental dari aktifitas agama, dan pengalaman agama

berarti unsur perasaan dalam kesadaran beragama yakni perasaan yang

membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan amaliah/

dengan kata lain bahwa psikologi agama mempelajari kesadaran

agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan

tindakan agama orang itu dalam hidupnya.

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kalimat da‟watun

dapat diartikan dengan undangan, seruan atau ajakan yang semuanya

menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dimana pihak pertama

(da‟i) berusaha menyampaikan informasi, mengajak dan mempengaruhi

pihak kedua (mad‟u). Pengalaman berdakwah menunjukkan bahwa ada

orang yang cepat tanggap terhadap seruan dakwah ada yang acuh tak acuh

dan bahkan ada yang bukan hanya tidak mau menerima tetapi juga

melawan dan menyerang balik. (Putri,2015:12)

Proses penyampaian dan penerimaan pesan dakwah itu dilihat dari

sudut psikologi tidaklah sesederhana penyampaian pidato oleh da‟i dan

didengar oleh hadirin, tetapi mempunyai makna yang luas, meliputi

penyampaian energi dalam sistem syaraf, gelombang dan tanda-tanda.

Ketika proses suatu dakwah berlangsung, terjadilah penyampaian energi

dari alat-alat indera ke otak, baik pada peristiwa penerimaan pesan dan

pengolahan informasi, maupun pada proses saling mempengaruhi antara

berbagai sistem dari kedua belah pihak, da‟i dan mad‟u.

Page 11: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI DAKWAH

A. Sejarah Dakwah dan Sejarah Psikologi

1. Sejarah Dakwah

Sejarah dakwah dapat diartikan sebagai peristiwa masa lampau

umat islam dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak umat

manusia pada islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan

perubahan-perubahan apa yang terjadi setelah dakwah digulirkan, baik

langsung maupun tidak langsung. Sedangkan aspek kesejarahan yang

dipotret adalah aktivitas umat dalam memenuhi perintah Allah swt untuk

menyebarkan agama, membina masyarakat, melakukan transformasi sosial

budaya, memelihara agama dan mempertahankannya dari serangan-

serangan musuh Islam. Sejarah agama dalam rentang masa yang begitu

panjang mengalami pasang surut. Akan tetapi, sejarah dakwah itu pada

hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari sejarah dakwah itu sendiri. (Wahyu

Ilahi, 2010:66).

Sejarah perkembangan dakwah pada periode Nabi Muhammad dan

Khulafa al-Rasyddin. Sejarah dakwah Nabi Muhammad dapat dibagi

dalam dua fase, fase Mekkah dan fase Madinah. Fase Mekkah mulai

semenjak Rasulullah menerima wahyu pertama di gua Hira, sedangkan

pada fase Madinah dimulai ketika Nabi Muhammad menerima wahyu

untuk berhijrah ke Madinah menerima wahyu untuk berhijrah ke Madinah

pada saat orang-orang Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Nabi

Muhammad dan para pengikutnya. Kemudian dilanjutkan para khulafaur

rasyidiin kemudian dilanjutkan Periode umayyah, „Abasiyah, dan utsmani.

Periode ini adalah masa dinasti Umayyah, „Abasiyyah, dan utsmani

(tabiin-tabi‟ tabiin). Periode ini dimulai dengan berdirinya Dinasti Bani

Umayyah oleh Mu‟awiyyah bin abi Shafyan pada tahun keempat puluh

Hijriyah pada tahun 1343 H/1924 M. Pada zaman modern ini ada yang

Page 12: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

mengambil bentuk dakwah yang bermacam-macam, ada yang berdakwah

secara personal, ada juga yang bergerak secara berkelompok. (H.M Arifin,

1991: 32-33).

Islam adalah agama dakwah, Islam disebarluaskan dan

diperkenalkan kepada umat manusia melalui aktivitas dakwah, tidak

melalui kekerasan, pemaksaan atau kekuatan senjata. Islam tidak

membenarkan pemeluk-pemeluknya melakukan pemaksaan terhadap umat

manusia, agar mereka mau memeluk agama islam. Setidak-tidaknya ada

dua alasan, mengapa islam tidak membenarkan pemaksaan tersebut: (1)

Islam adalah agama yang benar dan ajaran-ajaran islam sama sekali benar

dan dapat diuji kebenarannya secara ilmiah, dan (2). Masuknya iman

kedalam kalbu setiap manusia merupakan hidayah Allah swt, tidak ada

seorangpun yang mampu dan berhak memberi hidayah ke dalam kalbu

manusia kecuali Allah swt. (Masyhur Amin, 1997:1997).

2. Sejarah Psikologi

Di penghujung abad XX sejenak kita merenungi karakteristik abad

kita ini sambil mencoba membayangkan corak kehidupan bagaimana

yang berkembang pada abad mendatang. Abad XX di satu pihak di

tandai oleh perkembangan sains dan teknologi yang pesat luar biasa .

Perkembangan IPTEK ini berhasil ,menciptakan perabadaban modern

yang menjadikan berbagai kemajuan dan kemudahan bagi mereka

yang berhasil memenuhi segala tuntutan modernisasi. Sebuah peluang

dan sekaligus tantangan akhir abad XX untuk meningkatkan taraf

kehidupan yang dapat di penuhi hanya dengan bekerja keras dan bukan

dengan bersantai santai. (Djamaludin Ancok, 2011: 191)

Beberapa abad sebelum masehi, para ahli pikir Yunani dan

Romawi telah berusaha mengetahui hidup kejiwaan manusia dengan

cara cara yang bersifat spekulatif. Pada zaman ini psikologi masih

dalam ruang lingkup filsafat, para ahli menyebutnya filsafat rohaniah,

karena mereka berusaha memahami jiwa melalui pemikiran filosofi

Page 13: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

dan merupakan bagian dari filsafat. Salah satu filusuf pada saat ini

Plato dan Aristoteles. Sejarah dengan dinamika hidup masyarakat

untuk senantiasa mencari pemuasan dalam segala aspek kehidupannya

maka fikiran manusia pun mengalami perkembangan yang bertendesi

ke arah pemuasan hidup ilmiah nya yang semakin sempurna. Mulai

zaman humanisme sistem dan metode berfikir manusia tidak lagi

bersifat spekulatif, melaikan menuntut sistem dan metode yang bersifat

rasionalistis. Di antara ahli pikir pada masa ini adalah Thomas Aquinas

dan Jhon Locke. (H.M.Arifin, 1991:32-33).

B. Psikologi dalam Perspektif Islam, Barat dan Timur

Elisabeth Lukas, seorang logoterapis kondang, mencatat salah satu

prestasi penting dari proses modernidasi di dunia Barat, yakni melepaskan

diri dari berbagai belenggu tradisi yang serba menghambat, sekaligus

berhasil meraih kebebebasan (freedom) dalam hampir semua bidanh

kehidupan. Tradisi orang tua menjodohkan anaknya atasa dasar

pertimbangan sosial-ekonomi telah berhasil dihilangkan dan diganti

demgam kebebasan anak untuk menentukan pilihan atas dasar

pertimbangan dan keinginan sendiri. Tetapi data statistic menunjukkan

angka perceraian makin lama makin tinggi. Kaum wanita berhasil

mengembangkan karir professional di luar fungsi tradisional mereka

berbagai istri semata-mata. Keberhasilan meraih karir setara kaum pria ini

tidaka jarang diwarnai dengan konflik peran antara tuntunan professional

dengan tanggung jawab kekeluargaan. Pembebasan diri dari aturan-aturan

estetika seni tradisional mengakibatkan seni modern makin sulit dipahami

dan dihayati, karena ungkapan estetisnya main “tidak berbentuk”. Asas-

asas dan tuntutan keagamaan yang makin rasional sering berubah-ubah

seiring dengan mendangkalnya penghayatannya. Agama di Barat seakan-

akan telah kelihangan fungsinya sebagai pedoman hidup dan sumber

ketenangan batin. Pandangan Elisabeth Lukas menegenai kebebebasan

yang berhasil dikembangkan pada era modern tersebut menunjukkan

Page 14: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

bahwa tanpa diimbangi tanggung jawab dan kematangan sikap, maka

kebebabsan itu tidak berhasil mendatangkan ketentraman dan rasa aman.

Bahkan dapat menyuburkan penghayatan hidup tanpa makna dan

kesewenagn-wenangan. (Djamaludin Ancok, 2011:192-193)

1. Psikologi di Lingkungan Islam

Untuk mengkaji lebih jauh psikologi Barat, maka kita harus

menelusuri kembali abad-abad lampau untuk dapat memahami langkah

awal kebebasanya dari kajian filsafat dengan diikuti dengan kemunculanya

secara “ilmiah”. Dengannya pula kita dapat mengetahui arah kajian ini dan

juga mazhab yang mengembangkannya. Begitu pula langkah yang harus di

tempuh bila kita ingin mengkaji kajian psikologi di lingkungan islam. Kita

di tuntut untuk menelusuri sejarahnya dan memahami keadaan yang

membuat masalah kejiwaan akhirnya di bahas dalam lingkungan islam.

Untuk bisa memahami kajian psikologi masakini di lingkungan islam,

maka kita harus memiliki informasi tentang kondisi yang menyertai di

mulainya kajian psikologi itu sendiri yang di tandai dengan penyusunan

kurikulumnya. Kitapun harus memahami adanya gesekan gesekan

pemikiran dengan pola pikiran yang ada di barat, khususnya pada para

utusan yang belajar di barat di saat mereka kehilangan gambaran yang

jelas akan apa yang harus di pahami dari suatu lingkungan yang islami

hingga mereka bisa mengadaptasikan konsep yang di pelajarinya dengan

baik.Perpindahan psikologi ke lingkungan islam tidak melalui cara yang

tepat. Muncullah banyak buku yang mengkritik konsep yang ada di

dalamnya dari sisi pandang islam. Buku tersebut tidak hanya menukil

sebagian pernyaan yang ada dalam konsep tersebut namun juga mengulas

keseluruhan sejarah kemunculan konsep dalam ilmu psikologi secara

umum, krisis yang di hadapinya dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa

di lakukan kaum muslim untuk bisa mengatasi krisis tersebut, baik dalam

skala regional maupun internasional. Perubahan ini (yakni kritik atas

Page 15: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

psikologi umum) berdatangan dari sebagian ilmuan yang telah

mengasimilasi psikologi dengan ilmu islam. (Muhammad Izzuddin Taufiq,

2006: 13,14,18).

2. Studi Psikologi Timur

Agama Timur sebenarnya banyak berisi psikologi. Sebagai contoh

ajaran Buddha banyak berisi psikologi. Buddhisme diajarkan oleh Buddha

Gautama 536-483 SM di India. Dan sesudah Buddha Buddha Gautama

wafat lalu terjadilah aliran-aliran Buddhisme, misalnya Mahayana dan

Hinayana. Dalam dunia Agama Islam, tokoh-tokoh yang mempelajari ilmu

pengetahuan termasuk psikologi adalah gerakan Sufisme. Pada bangsa

Yahudi, kelompok Kabbalis memperhatikan transformasi psikologis.

Banyak sarjana yang menulis atau mempelajari tentang ajaran agama,

diantaranya ialah:

a. Patanjali adalah penulis ajaran Buddha yang terkenal. Lainnya

Shankara.

b. Huston Smith (1959) menulis The Religion of Man.

c. Nyanatiloka, penulis kamus Buddhisme, 1972. Buku Abhidamma

dalam bahasa Pali dan Abhidharma dalam bahasa Sangsekerta. Buku

tersebut berisi psikologi Buddhisme menurut wawasan-wawasan

Buddha Gautama yang dianut oleh Buddha Theravada.

Abhidamma dapat dipandang sebagai teori kepribadian dan juga sebagai

buku psikologi Asia. Psikologi Asia ini telah hidup selama 2000 tahun.

Banyak teori meditasi Barat diambilkan dari meditasi transendental, Zen,

dan sebagainya. Sarajan psikologi Barat yang dipandang tahu psikologi

Timuradalah C.G. Jung, karema Jung bersahabat dengan Henrich Zimmer,

seorang ahli Timur. Jung juga memberi kata pengantar buku-buku yang

ditulis D.T. Suzuki, sarjana Zen (1974), dan Richard Whilhem

(1962);penerjemah bebas I Ching dan naskah-naskah lain yang berisi ajaran

Tao dari Cina. Angyal dan Maslow dengan teori holistic juga menyebarkan

Page 16: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

psikologi dakwah Timur. Tokoh-tokoh humanism Burber dan Fromm,

tokoh ekstensialis Boss dan gerakan psikologi transpersonal, banyak

membaca sastra Timur. Ajaran pada psikologi Timur adalah usaha

mengembangkan suatu pengetahuan sistematis tentang budi manusia,

pendekatan psikologi Asia dengan introspeksi dan pemeriksaan diri sendiri

yang menuntut banyak waktu dan energy. Maslow juga mempelajari

psikologi Timur. (Ki Fudyartanto,2003: 1,2,6)

3. Psikologi dalam Kebudayaan Barat

Pencerahan memiliki makna yang berbeda dengan kebudayaan

Barat, hal itu merupakan istilah bagi gerakan filsafat padda abad kedelapan

belas yang menekankan nilai penting akal, yang juga istilah bagi tradisi

psikologi yang dibangun sejak Yunani Klasik dan kemudian mencapai

puncaknya untuk kemudian mengalami kemunduran pesat sesudahnya.

Seperti yang disimpulkan oleh Fromm (1951), para filsuf Pencerahan,

yang juga adalah para pengikut dari jiwa, berbicara bkan atas nama

pembebasan atau pencerahan mistis, namun berbicara berdasarkan otoritas

akal, tentang kebahagiaan manusia dan pengungkapan jiwanya. Mereka

menegaskan bahwa kebahagiaan akan dicapai apabila manusia meraih

kebebasan diri, dan mendorong manusia menghilangkan keberadaan

eksistensi yang penuh ilusi dan ketidakpedulian, dan mendorong

peneguhan akan kemerdekaan manusia dan kekangan politis. Dengan

demikian, dapat dilihat bahwa psikologi Barat, karena tidak lagi yakin

dengan pokok kajiannya, jiwa, maka dalam pandangan Rajneesh, bukan

psikologi yang benar sama sekali, sedangkan sebagian besar ahli psikologi

Barat akan menolak tradisi spiritual esoteric dari Timur dalam membentuk

psikologi suatu pemahaman yang keliru. Pokok yang penting dalam hal ini

adalah lebih dari sekedar perdebatan etimologi.hal itu berkaitan dengan

yang membentuk pokok kajian psikologi yang paling tepat, dan hal itu

menunjukkan tradisi pemikiran yang berbeda-yang sesungguhnya sangat

“berjuwa”-dari kedua kebudayaan dimana kedua tradisi pemikiran itu

Page 17: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

berasal. Di Timur, di mana psikologi berakar dalam tradisi mistisisme,

penekanan lebih diberikan pada aspek spiritual, subjektif, dan individual,

dan etos dominannya bersifat humanis, sementara dalam psikologi Barat

berakar pada tradisi sains, (Helen Graham, 2005: 28,35).

C. Perkembangan Pemikiran Psikologi Dakwah di Indonesia

Sebagai sebuah disiplin ilmu yang baru, Psikologi Dakwah yang

pada hakikatnya merupakan bagian dari psikologi Islam dimana sumber

landasan utamanya adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah. Perkembanganpun

sejalan dengan perkembangan pemikiran psikologi dalam Islam.

Kegiatan dakwah di Indonesia sampai abad XX umumnya berjalan

secara alamiah karena merupakan panggilan hati untuk melaksanakan

kewajiban berdakwah bagi setiap muslim. Namun belum banyak lembaga

bahkan kebijakan pemerintah yang secara khusus mempersiapkan para

calon Da‟i/Muballigh dengan seperangkat ilmu dan keterampilan untuk

mendukung kegiatan dakwah tersebut.

Kehadiran ilmu khusus yang bisa membantu kegiatan dakwahpun

semakin urgen. Psikologi Dakwah dirasakan penting kehadirannya untuk

membantu mengefektifkan pelaksanaan dakwah dan memaksimalkan hasil

dari kegiatan dakwah itu sendiri.

Di Indonesia, ilmu ini dirintis oleh H.M. Arifin sekitar tahun 1990.

Menurutnya bahwa psikologi dakwah merupakan landasan dimana

metodologi dakwah seharusnya dikembangkan agar kegiatan dakwah

semakin efektif dan efisien. Harapannya psikologi dakwah bisa membantu

para Da‟i dan para penerang agama untuk memahami latar belakang hidup

naluri manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.

Page 18: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB III

PSIKOLOGI DAKWAH SEBAGAI DISIPLIN ILMU

A. Kedudukan Psikologi Dakwah dalam Ilmu Psikologi

Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, dan komunikasi

menyebabkan terjadinya interaksi social termasuk juga interaksi dakwah.

Agar dakwah bersifat komunikatif, seorang da‟i memerlukan pengetahuan

tentang gejala-gejala sosial atau tingkah laku manusia dalam lingkungan

sosio-kulturnya dan seberapa jauh keyakinan agama mempengaruhi tingkah

lakunya. Psikologi dakwah dimaknai sebagai ilmu pengetahuan yang bertugas

mempelajari atau membahas tentang segala hidup kejiwaan manusia yang

terlibat dalam proses kegiatan dakwah.

Secara umum psikologi berdasarkan kegunaannya meliputi dua

macam yakni psikologi teoritis dan psikologi praktis. Psikologi teoritis yaitu

ilmu yang mempelajari gejala-gejala itu sendiri, sedangkan psikologi praktis

yaitu ilmu yang membahas segala sesuatu tentang jiwa untuk digunakan

dalam praktek. (Abu Ahmadi, 2009:4)

Psikologi Dakwah berdasarkan definisinya menurut H.M.Arifin

(1991:17) termasuk pada kategori psikologi praktis/ terapan, karena

penggunaannya lebih pada prakteknya. Disamping itu pula yang dibahas

dalam psikolgi dakwah ialah mengenai masalah tingkah laku manusia dilihat

dari segi interaksi dan interrelasi serta interkomunikasi dengan manusia lain

dalam hidup kelompok sosial, disamping masalah hidup individu dengan

kelainan-kelainan watak dan personality, mendapat tekanan-tekanan analisis

yang mendasar dan menyeluruh, karena tidak dapat dipungkiri bahwa

manusia adalah makhluk sosial.

Oleh karena itu, dakwah sebagai ilmu bersinggungan dengan beberapa

disiplin ilmu antara lain, komunikasi, sosiologi, psikologi sosial, psikologi

agama di samping ilmu-ilmu keagamaan itu sendiri.

Page 19: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

1. Hubungannya dengan Ilmu Komunikasi

Telah disebutkan bahwa kegiatan dakwah sendiri ialah sebuah

kegiatan komunikasi, karena manusia yang menjadi pelaku dakwah dan

pelaku komunikasi adalah sama, yaitu yaitu manusia yang berfikir,

berperasaan dan berkeinginan. Perbedaan dakwah dan komunikasi terletak

pada muatan pesannya. Pada komunikasi sifatnya netral, sedangkan pada

dakwah agak terkandung nilai keteladanan.

2. Hubungan dengan sosiologi

Sosiologi menaruh perhatian pada interaksi sosial. Interaksi sosial baru

terjadi manakala ada peristiwa komunikasi. Kegiatan dakwah merupakan

peristiwa komunikasi yang juga melahirkan interaksi sosial antara da‟I

mad‟u. dengan bantuan sosiologi, seorang da‟I dapat menganalisa struktur

sosial yang mempengaruhi tingkah laku mad‟u, sehingga ia dapat

menentukan pendekatan apa yang akan dilakukan dalam dakwahnya.

3. Hubungannya dengan Psikologi Sosial

Psikologi sosial merupakan bagian dari psikologi. Psikologgi mempelajari

tingkah laku manusia, sedangkan psikologi sosial memusatkan perhatiannya

pada gejala sosial atau tingkah laku manusia dalam lingkungan sosio-

kulturnya. Oleh karena itu, psikologi sosial bagi seorang da‟i cukup penting

karena dapat membantu da‟I dalam membedah gejala sosial masyarakat yang

didakwahi.

4. Hubungannya dengan Psikologi Agama

Psikologi agama meneliti sejauh mana pengaruh keyakinan agama

terhadap sikap dan tingkah laku orang baik berpikir, bersikap maupun

bereaksi tidak dapat dipisahkan dengan keyakinannya, karena keyakinan itu

masuk dalam kontruksi kepri-badiannya.jika psikologi dakwah berusaha

menguak apa yang melatarbelakangi tingkah laku manusia yang terkait

dengan dakwah, maka psikologi agama mencari tahu seberapa besar

keyakinan agama seseorang mempengaruhi tingkah lakunya.(Achmad

Mubarak, 1999: 4)

Page 20: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

B. Beberapa Dasar Ilmu Yang Menerangkan Bahwa Psiklogi Dakwah

Sebagai Disiplin Ilmu

1. Dasar Filosofis (Ontologi)

Setiap disiplin ilmu dapat kita lihat dari 2 hal, yakni: Objek material ialah

seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.

Objek forma ialah objek yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga

membedakan ilmu yang satu dari ilmu yang lainnya, jika berobjek sama.

Adapun yang dijadikan objek material dari psikologi dakwah yakni

“tingkah laku manusia”. Maka objek formal dari psikologi dakwah yakni

segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan

dakwah.

Psikologi dakwah mencoba untuk mengarahkan perhatiannya pada

perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang

menyebabkan terjadinya perilaku itu dalam kaitannya dengan aktivitas

dakwah, baik ia sebagai individu maupun dalam kehidupan kelompok.

2. Dasar Epistemologi

Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat

dalam usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu merupakan

pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan kode

keilmuan. Berkaitan dengan kajian psikologi dakwah maka berdasarkan

keilmuan psikologi dakwah disusun dari beberapa prosedur sehingga dapat

dikatakan sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang baru. Prosedur penyusunan

ilmu pengetahuan tersebut meliputi:

a) Observation (pengamatan)

b) Measuring (pengukuran)

c) Explaining (penjelasan)

d) Verifying (pemeriksaan benar tidaknya)

Adapun metode yang diterapkan yakni:

1) Metode Induksi

Page 21: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Induksi adalah suatu cara penganalisisan ilmiah yang bergerak dari hal-hal

yang bersifat khusus (individual) menuju kepada hal-hal yang bersifat umum

(universal). Jadi induksi ini adalah penelitian terhadap kenyataan-kenyataan

khusus satu demi satu lalu diadakan generasilasi dan abstraksi yang diakhiri

dengan kesimpulan umum.

2) Deduksi

Metode ini kebalikan ari induksi, yakni bergerak dari yang bersifat umum

(universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang besifat khusus.

3. Dasar Aksiologi

Adanya ilmu pengetahuan tentu memiliki fungsi atau manfaatnya. Sama

halnya dengan psikologi dakwah. Setelah melalui prosedur disiplin ilmu

pengetahuan maka kita dapat melihat dengan jelasa apa manfaat dari ilmu

psikologi dakwah ini.

Psikologi dakwah sebagai bagian disiplin ilmu tentu saja juga memiliki

fungsi diantaranya sebagai berikut:

1) Dengan mengkaji segala proses kejiwaan manusia, dengan mengetahui

segala aktivitas kejiwaan manusia, merupakan modal untuk

mengadakan deskriptik dari mad‟u atau objek dakwah. Dengan bekal

ilmu jiwa kepribadian misalnya, kita akan mampu menganalisis,

mendeskripsikan kepribadian seseorang, apalagi ditunjang dengan latar

belakang ilmu jiwa perkembangan maka kepribadian seseorang itu

dapat dideskripsikan secara valid.

2) Kajian psikologi dakwah merupakan pengembangan teori-teori yang

telah ditelurkan oleh disiplin ilmu yang serumpun, misalnya

pengembangan teori ilmu dakwah. Dan apabila teori-teori metodologis

dakwah sebagai contohnya maka kajian psikologi objek dakwah

merupakan acuan dimana metode dakwah diterapkan.

3) Begitu pula dengan kajian psikologi dakwah, kita bias memprediksikan,

arah atau kecenderungan psikologi massa. Sehingga dapat pula sebagai

awal kita mengadakan kontrol terhadap kecenderungan tersebut.

Sehingga hal-hal yang merugikan aktivitas dakwah dapat dihindari.

Page 22: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

C. Aksiologi Psikologi Dakwah Perspektif Al Qur’an

Al Qur‟an diturunkan di dunia ini sebagai alat untuk mencapai tujuan

yang lebih tinggi dan lebih umum dari sekadar tujuan ilmu pengetahuan itu

sendiri atau tujuan mencari keuntungan individual atau keuntungan golongan,

karena kehidupan manusia ini tidak tebatas dengan adanya planey bumi ini,

juga tidak terbatas umur yang terbatas, yang dilalui oleh kehidupan pribadi-

pribadi dan kelompok atau golongan untuk masa yang terbatas (Ali Abdul

Azhim, 1989:32).

Mengembangkan ilmu merupakan amal. Amal dalam Islam merupakan

ibadah, selama tidak ada dosa dan riya‟. Akan tetapi kebanyakan manusia

beramal, untuk dunia saja, karena ingin menikmati kenikmatan dunia yang

lama mengikuti hawa nafsunya, akan tetapi melalaikan kepentingan akhirat.

Adapun orang beriman berbuat untuk keseimbangan kehidupan dunia dan

akhirat. Allah berfirman yang artinya:

“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “ya Tuhan kami, berilah

kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan perihalah kami dari

siksa api neraka”. (QS. Al Baqarah : 201)

Dari sini kita dapat melihat bahwa menuntut ilmu pengetahuan dalam

Islam bertujuan untuk mencapai kebaikan yakni dunia dan akhirat. Dengan

ilmu itu diharapkan akan terealisasi keseimbangan kepribadian manusia

dalam citranya yang hakiki dan sempurna, seperti yang tercermin dalam

pribadi Rasulullullah saw. Dimana pada dirinya terdapat keseimbangan

kekuatan spiritual yang mendalam dan kekuatan fisiknya yang tangguh.

Maka jelaslah bahwa tujuan terbesar menuntut ilmu pengetahuan dalam

Islam ialah lebih dekat dengan Allah, karena Dia Zat Yang Maha Tinggi

sebagai sumber kebenaran, kebaikan, dan ketulusan. Sehingga seorang

muslim dalam segala aktivitas keilmuannya harus mengarah dan hijrah untuk

mendekatkan diri kepada Allah. (putriap13.blogspot.com/2015/12).

Page 23: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB IV

HUBUNGAN PSIKOLOGI DAKWAH DENGAN ILMU LAIN

Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, dan komunikasi

menyebabkan terjadinya interaksi sosial. Agar dakwah bersifat

komunikatif seorang da‟i memerlukan pengetahuan tentang gejala-gejala

sosial atau tingkah laku manusia dalam lingkungan sosio-kulturnya dan

seberapa jauh keyakinan agama mempengaruhi tingkah lakunya. Oleh

karena itu, dakwah sebagai ilmu bersinggungan dengan beberapa disiplin

ilmu lainnya, diantaranya komunikasi, sosiologi, psikologi sosial,

psikologi agama disamping ilmu-ilmu keagamaan itu sendiri.

A. Hubungan Psikologi Dakwah Dengan Ilmu Komunikasi

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kegiatan dakwah adalah

kegiatan komunikasi yaitu seorang atau sekelompok da‟i

mengkomunikasikan pesan kepada mad‟u, perorangan ataupun kelompok

komunikasi bisa saja hanya berfungsi sebagai penyampaian informasi

tetapi bisa juga sebagai hiburan dan bahkan bisa sebagai pengendali

tingkah laku. Demikian juga dakwah, sekurang-kurangnya ia

menyampaikan informasi dalam keadaan tertentu menghibur atau

mengingatkan dan idealnya mendorong mad‟u pada tindakan atau

mempengaruhi tingkah lakunya.

Dengan demikian secara teknis, dakwah adalah komunikasi antara da‟i

dan mad‟u dan semua orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah adalah

juga komunikan. Semua hukum yang berlaku dalam sistem komunikasi

berlaku juga pada dakwah hambatan komunikasi adalah hambatan dakwah

pula, dan bagaimana cara mengungkap apa yang tersembunyi dibalik

perilaku manusia dakwah sama pula dengan apa yang harus dikerjakan

terhadap manusia komunikan. Tegasnya, cara kerja psikologi dakwah

adalah sama dengan cara kerja psikologi dakwah, karena manusia yang

Page 24: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

menjadi pelaku dakwah dan pelaku komunikasi adalah sama, yaitu

manusia yang berfikir, berperasaan, dan berkeinginan.

Perbedaan dakwah dengan komunikasi terletak pada muatan pesannya,

pada komunikasi sifatnya netral, sedangkan pada dakwah agama

terkandung nilai keteladanan. Seorang pemain sandiwara dianggap hebat

manakala ia dapat memerankan dirinya sebagai oranglain, dan pesannya

dinilai komunikatif meskipun kehidupannya di luar panggung sangat jauh

kualitasnya dibanding tokoh yang diperakannya di atas panggung, karena

ukuran keberhasilan seorang aktor adalah keberhasilannya menjadi

oranglain. Adapun seorang da‟i, ia bukan hanya seorang komunikator

tetapi juga motivator dan contoh sehingga ia dituntut untuk sinkron antara

apa yang disampaikan di atas mimbar dengan apa yang dilakukannya

dalam kehidupan kesehariannya. Seorang da‟i adalah komunikator

sekaligus teladan.

B. Hubungan Psikologi Dakwah Dengan Sosiologi

Sosiologi menaruh perhatian pada interaksi-sosial. Interaksi sosial baru

terjadi manakal ada peristiwa komunikasi. Kegiatan dakwah merupakan

peristiwa komunikasi yang juga melahirkan interaksi sosial antara da‟i dan

mad‟u. Untuk memahami fenomena pada masyarakat yang menjadi obyek

dakwah di mana interaksi sosial terjadi, sosiologi pastilah dibutuhkan.

Dengan bantuan sosiologi, seorang da‟i dapat menganalisa struktur sosial

yang mempengaruhi tingkah laku mad‟u, sehingga ia dapat menentukan

pendekatan apa yang akan dilakukan dalam dakwahnya.

C. Hubungan Psikologi Dakwah Dengan Psikologi Sosial

Psikologi sosial merupakan bagian dari psikologi. Psikologi

mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan psikologi sosial

memusatkan perhatiannya pada gejala sosial atau tingkah laku manusia

dalam lingkungan sosio-kulturnya. Seorang da‟i selalu berhadapan dengan

fenomena sosial yang belum tentu dipahaminya. Oleh karena itu,

pengetahuan psikologi sosial bagi seorang da‟i cukup penting karena ia

Page 25: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

dapat membantu da‟i dalam membedah gejala sosial masyarakat yang

didakwahi. Dari sudut ini maka dakwah adalah peristiwa sosial.

D. Hubungan Psikologi Dakwah Dengan Psikologi Agama

Psikologi agama (ilmu jiwa agama) meneliti sejauh mana pengaruh

keyakinan agama terhadap sikap dan tingkah laku orang (berpikir,

bersikap, dan bereaksi). Tingkah laku orang, baik dalam berpikir, bersikap

maupun berekasi tidak dapat dipisahkan dengan keyakinannya, karena

keyakinan itu masuk dalam konstruksi konstruksi kepribadiannya.

Lapangan penelitian psikologi agama (ilmu jiwa agama) adalah

kesadaran beragama dan pengalaman beragama. Jika psikologi dakwah

berusaha menguak apa yang melatarbelakangi tingkah laku manusia yang

terkait dengan dakwah, maka psikologi agama mencari tahu seberapa

besar keyakinan agama seseorang mempengaruhi tingkah lakunya.

Dakwah bukan hanya dilakukan terhadap orang yang belum beragam,

tetapi juga kepada orang yang sudah memiliki keyakinan agama. Dalam

ceramah-ceramah keagamaan, peringatan Isra‟ Mi‟raj Nabi atau Maulid

Nabi misalnya dapat dipastikan bahwa hadirin yang mengunjungi acara

tersebut pasti lebuh banyak yang telah memiliki keyakinan agama islam.

Di sinilah seorang da‟i terhadap psikologi agama, karena tingkah laku

seseorang/kelompok orang terkadang aneh dan tidak mudah dipahami baik

yang bersifat positif maupun yang negatif. Tidak mustahil bahwa

“keanehan” tingkah laku itu ternyata bermuara pada suatu keyakinan yang

dianutnya. (Zakiah Darajat,1999:4-6).

Page 26: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB V

KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa menjadi subjek dan objek

sekaligus. Manusia berpikir dan merenung, kemudian menjadikan dirinya sebagai

objek fikiran dan renungan. Terkadang manusia dipuja tetapi dikala yang lain

manusia juga dihujat. Terkadang manusia sering merasakan bangga terhadap

pujian seseorang dan suatu ketika ia bersedih saat ada hujatan kepada dirinya.

Manusia sejak semula ada dalam suatu kebersamaan, ia senantiasa

berhubungan dengan manusia-manusia lain dalam wadah kebersamaan,

persahabatan, lingkungan, masyarakat, pekerjaan dan bentuk relasi social lainnya.

Manusia dilengkapi antara lain cipta, rasa, karsa, norma,cita-cita, dan nurani

sebagai karakteristik kemanusiannya.

A. Konsep Psikologi tentang Manusia.

Seorang da‟i suatu ketika pasti berhadapan dengan karakteristik

manusia yang berbeda-beda dan dalam situasi yang berbeda-beda pula.

Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh factor-faktor personal maupun

situasional, factor internal maupun sosiokultural. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang karakteristik manusia sangat membantu tugas-tugas

seorang da‟i.

Manusia dakwah terdiri dari da‟I dan mad‟u. seorang da‟i yang juga

psikolog berkepentingan untuk mengetahui bagaimana mad‟u memproses

pesan dakwah dan bagaimana cara berpikir dan melihat mereka, dipengaruhi

oleh lambang-lambang yang berbeda.

Jika fokus psikologi dakwah adalah manusia yang terlibat dalam

komunikasi dakwah maka dalam hal ini yang harus diketahui adalah

karakteristik manusia sebagai komunikan, yakni faktor-faktor apa yang

Page 27: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

mempengaruhi tingkah laku mereka dalam berkomunikasi. (Zakiah Darajat,

1999:23)

B. Teori Psikologi tentang Manusia.

Banyak teori psikologi yang membicarakan tentang manusia. Diantara

beberapa teori itu adalah sebagai berikut:

1. Teori Psikoanalisa

Tokoh dari teori ini adalah Sigmund Freud. Fokus perhatiannya

ditunjukan kepada struktur manusia, yakni kepada totalitas kepribadian

manusia, bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah. Menurut teori

psikoanalisa perilaku manusia merupakan hasil inter-aksi dari tiga subsistem

dalam kepribadian manusia, yaitu Id , Ego dan Superego. Manusia dalam teori

psikoanalisa disebut sebagai Homo Volens, artinya manusia berkeinginan,

yaitu makhluk yang perilakunya digerakkan oleh keinginan-keinginan yang

terpendam.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai tiga subsistem kepribadian

manusia menurut teori Psikoanalisa.

a. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis

manusia. Id merupakan pusat instink, atau pusat hawa nafsu menurut bahasa

agama. Menurut Freud ada dua instink yang dominan yaitu Libido dan

Thanatos.

Libido merupakan instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk

kegiatan kegiatan manusia yang konstuktif seperti seks dan hal-hal yang lain

yang mendatangkan kenikmatan, termasuk kasih ibu, pemujaan kepada

Tuhan dan cinta diri(narcisisme)

Thanatos merupakan instink destruktif dan agresif. Dorongan-dorongan

untuk melawan dan merusak bersumber dari instink ini, motif-motif

manusia sebenarnya merupakan gabungan antara eros dan thanatos, antara

instink kehidupan dan instink kematian.

Page 28: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

b. Ego, ego bekerja menjembatani nafsu yang tidak bermoral dan tidak

perduli terhadap realitas. Ego adalah subsistem yang berfungsi

menembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego menjadi

penengah antara dorongan-dorongan hewani manusia dengan

pertimbangan-pertimbangan rasional dan realistic. Ego bekerja berdasarkan

prinsip realitas.

c. Superego, supersitem yang ketiga ini dapat dikatakan mewakili hal-hal

yang ideal. Superego menyerap norma-norma social dan kultural

masyarakat. Ia bukan hanya rasional tapi juga bekerja atas prinsip-prinsip

nilai yang normative. Oleh karena itu superego dapat disebut dengan hati

nurani dan sebagai pengawas kepribadian.

2. Teori Behaviourisme

Manusia oleh teori behaviourisme disebut sebagai Homo Mechanicus,

artinya manusia mesin. Mesin adalah suatu benda yang bekerja tanpa ada motif

dibelakangnya. Mesin berjalan tidak karena adanya dorongan alam bawah

sadar tertentu, ia berjalan semata-mata karena lingkungan sistemnya. Tingkah

laku mesin dapat diukur, diramal dan dilukiskan. Manusia, menurut teori

behaviourisme juga demikan, selain instink seluruh perilakunya merupakan

hasil belajar. Belajar merupakan perubahan perilaku organisme sebagai

pengaruh lingkungan.

Behaviourisme tidak mempermasalahkan apakah manusia itu baik

atau jelek, rasionil atau emosionil. Behaviourisme hanya ingin mengetahui

bagaimana perilaku manusia dikendalikan oleh lingkungan. Manusia dalam

pandangan teori ini adalah makhluk yang sangat pastis, yang perilakunya

sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya. Manusia menurut teori

ini dapat dibentuk dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Seorang anak

misalnya dapat dibentuk perilakunya menjadi seorang penakut jika secara

sistematis ia ditakut-takuti. Demikian juga manusia dapat dibentuk menjadi

pemberani, disiplin,cerdas, dungu dan sebagainya dan menciptakan lingkungan

yang relevan. (Zakiah Darajat, 1999:26, 28)

Page 29: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

3. Teori Psikologi Kognitif.

Pada teori Kognitif ini manusia ditempatkan sebagai mahkluk yang

bereakso secara aktipnterhadap lingkungan, yakni dengan cara berpikir.

Manusia berusaha memahami lingkungan yang di hadapinya dan

merespondnya dengan pikiran yang dimilikinya. Oleh karena itu, maka

manusia di teori ini disebut sebagai Homo Sapiens, yakni manusia yang

berpikir. Pusat perhatian teori Kognitif adalah pada bagaimana manusia

memberi makna kepdada Stimuli. Orang yang selalu ditakuti-takuti, missalnya

tidak mesti menjadi penakut. Seperti yang dikatakan dalam teori

Behaviourisme tetapi boelh jadi ia akan berpikir bahwa sesuatu yang

menakutkan itu harus dilawan. Iapun mungkin berpikir bahwa ia ingin

membalik keadaan yanhg justru ingin membuat takut kepada orang yang suka

amenakut-nakuti.

Jadi, menurut teori ini, manusia tidak secara otomatis memberikan

respon kepada Stimuli, tidak otomatis takut jika ditakuti-takuti, dia otomatis

senang jika ada orang tersenyum kepadanya. Ia berpikir apakah orang yang

menakuti itu memang orangnya kuat, apakah senyuman itu senyuman kasih

sayang atau hanya senyuman gombalan. Jadi secara psikologis manusia adalah

organisme yang aktif menafsirkan, bahkan mendistorsi lingkungan. Dalam

pandangan teori Kognitif, manusialah yang menjadi pemberi makna terhadap

Stimuli, bukan Stimuli itu sendiri. Jadi dalam interaksi terhadap Stimuli,

manusia berpikir dan berusaha menemukan jati dirinya. Teori Kognitif

memang telah menempatkan kembali manusia sebagai mahkluk yang berjiwa,

yang bukan hanya berpikir, tetapi juga bersaha menemukan identitas dirinya.

4. Teori Psikologi Humanistik

Teori Psikologi Humanistik memandang manusia sebagai mahkluk

yang unik yang memiliki cinta, kreativitas, nilai dan makna serta pertumbuhan

pribadi. Pusat perhatian teori humanism adlah makna kehidupan, dan masalah

ini dalam psikologi Humanistik disebut Homo Ludes, yaitu manusia yang

mengerti makna kehidupan. Menurut teori ini , setiap manusia hidup dalam

Page 30: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

dunia pengalaman yang bersifat pribadi (unik), dan kehidupannya berpusat

pada dirinya itu. Perilaku manusia bukan dikendalikan oleh keinginan bawah

sadarnya, bukan pula tunduk pada lingkunganya, tetapi berpusat kepada konsep

diri, yaitu pandangan atau presepsi orang terhadap dirinya yang bias berubah-

ubbah dan fleksibel sesuai dengan pengalamannya dengan orang lain.

Psikologi Humanistik memandang positif manusia. Menurut teori ini,

manusia selalu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas

dirinya. Manusia juga cenderung ingin selalu mengaktualisasikan dirinya

dalam kehidupan bermakna. Setiap individu bereaksi terhadap situasi yang

dihadapinya (Stimuli) sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya, dan dunia

dimana ia hidup. Kecenderungan batiniah manusia selalu menuju kepada

kesehatan dan keutuhan diri. Jadi dalam keadaan normal maanusia cenderung

berprilaku rasional dan membangun (kontruktif). Ia juga cenderung memilih

jalan (pekerjaan karir atau jalan hidup) yang mendukung pengembangan dan

aktualisai dirinya. (Zakiah Darajat,1999:30)

C. Manusia dalam Pandangan Filosof

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa psikologi pada awal

kelahirannya adalah berawal dari filsafat. Dalam hal ini para filosof berbeda

pandangan mengenai manusia, diantara pendapat para filosof itu yaitu;

1. Plato Menurut Plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada

mulainya jiwa bersatu dengan raga, jiwa tidak berada lebih dulu sebelum

manusia atau pribadi adalah jiwa sendiri. Sedangkan badan oleh Plato yang

disebut sebagai alat yang berguna sewaktu masih hidup didunia ini, tetapi

badan itu disamping berguna sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk

mencapai kesempurnaan, yaitu kembali kepada dunia “ide”. Sedangkan jiwa

berada sebelum bersatu dengan badan. Persatuan jiwa dengan badan

merupakan hukuman, karena kegagalan jiwa untuk memusatkan perhatianya

kepada dunia “ide”, jadi manusia mempunyai Pra-eksistensi yaitu sudah ada

sebelum dipersatukan dengan badan dan jatuh kedunia ini.

Page 31: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

2. Thomas Aquinas Ia berpendapat bahwa yang disebut manusia sebagai

pribadi adalah makhluk individual, kalau hidup, ialah makhluk yang

merupakan kesatuan antara jiwa dan badan. Sedangkan yang dimaksud

pribadi adalah masing-masing manusia individual : manusia yang konkret

dan yang riil dan juga mempunyai kodrat yang rasional. Manusia adalah

suatu substansi yag komplit terdiri dari badan (material) dan jiwa (forma).

3. David Hcme Berbicara mengenai pribadi dalah idntitas diri yaitu kesamaan

jati diri manusia dalam kaitannya dengan waktu. Beliau berpegang teguh

bahwa pengetahuan ilmiah hanya dapat dicapaidengan titik tolak

pengalaman indrawi yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pencicipan

dan pendengaran.

4. Immanuel Kant Memahami pribadi yaitu sesuatu yang sadar akan identitas

numeric mengenai dirinya sendiri pada waktu yang berbeda-beda beliau

percaya bahwa identitas diripun tidak dapat dipergunakan untuk

menyanggah keyakinan bahwa segala sesuatu didunia ini selalu mengalir

berganti. (nudiin.blogspot.co.id/2012/11)

Page 32: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB VI

KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM

Salah satu ciptaan Allah adalah manusia, yang diberi keistimewaan berupa

kemampuan berpikir yang melebihi jenis makhluk lain yang sama-sama menjadi

penghuni bumi. Kemampuan berpikir itulah yang diperintahkan Allah agar

dipergunakan untuk mendalami wujud atau hakikat dirinya dan tidak semata-mata

dipegunakan untuk memikirkan segala sesuatu di luar dirinya.Demikianlah

kenyataannya bahwa manusia tidak pernah berhenti berpikir, kecuali dalam

keadaan tidur atau sedang berada dalam situasi diluar kesadaran. Manusia berpikir

tentang segala sesuatu yang tampak atau dapat ditangkap oleh pancaindera bahkan

yang abstrak sekalipun.

Dari sejarah kehidupan manusia ternyata tidak sedikit usaha manusia

dalam memikirkan wujud atau hakikat dirinya, meskipun sebenarnya masih lebih

banyak yang tidak menaruh perhatian untuk memikirkannya.

A. Konsep Lama Manusia

Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik. Karena

selalu menarik, maka masalahnya tidak akan pernah selesai dalam artian tuntas.

Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang

tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Manusia

merupakan makhluk yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multi

dimensi, serba meliputi, sangant terbuka, dan mempunyai potensi yang agung.

Timbul pertanyaan siapakah manusia itu? Pertanyaan ini nampaknya

amat sederhana, tetapi tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat. Biasanya

orang menjawab pertanyaan tersebut menurut latar belakangnya, jika seseorang

yang menitik beratkan pada kemampuan manusia berpikir, memberi pengertian

Page 33: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

manusia adalah “animal rasional” “hayawan nathiq” (hewan berpikir). Orang

yang menitik beratkan pada pembawaan kodrat manusia hidup bermasyarakat,

memberi pengertian manusia adalah “zoom politicon” (makhluk sosial). Orang

yang menitik beratkan pada adanya usaha manusia untuk mencukupi

kebutuhan hidup, memberi pengertian manusia adalah “homo economis”

(makhluk ekonomi). Orang yang menitik beratkan pada keistimewaan manusia

menggunakan simbul-simbul, memberi pengertian manusia adalah “animal

symbolicum”. Orang yang memandang manusia adalah makhluk yang selalu

membuat bentuk-bentuk baru dari bahan-bahan alam untuk mencukupkan

kebutuhan hidupnya, memberi pengertian manusia adalah “homo faber”.

(Murtadha Mutahhari,1996:32)

B. Manusia dalam Arti Filosofi

Pemahaman manusia yang tidak utuh tentang manusia dapat berakibat fatal

bagi perlakuan seseorang terhadap sesamanya. Misalnya saja pandangan dari

teori evolusi yang diperkenalkan Darwin pada abad XIX. Bisa saja pendangan

Darwin tersebut akan menimbulkan sikap kompetitif dalam segala hal, baik

ekonomi, politik, budaya, hukum pendidikan maupun lainnya, bahkan akan

menghalalkan berbagai macam cara. Maka, agar dapat dipahami tentang

hakekat manusia secara utuh, ada beberapa pendapat atau pandangan tentang

manusia ini menurut Murtadha Mutahhari (1996:33) diantaranya:

a. Aliran Materialisme. Aliran ini memandang manusia sebagai kumpulan dari

organ tubuh, zat kimia dan unsur biologis yang semuanya itu terdiri dari zat

dan materi. Manusia berasal dari materi, makan, minum, memenuhi

kebutuhan fisik-biologis dan seksual dari materi dan bilamana mati manusia

akan terkapar dalam tanah lalu diuraikan oleh benda renik hingga menjadi

humus yang akan menyuburkan tanaman, sedangkan tanaman akan

dikonsumsi manusia lain yang dapat memproduksi fertilitas sperma, yang

menjadi bibit untuk menghasilkan keturunan dan kelahiran anak manusia

baru. Dengan demikian bahwa aliran berpendapat bahwa manusia itu

Page 34: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

berawal dari materi dan beraahir menjadi materi kembali. Orang yang

berpandangan materialistik tentang manusia dapat berimplikasi pada gaya

hidupnya yang juga materiliastik, tujuan hidupnya yang tidak lain demi

materi dan kebahagian hidupnya pun diukur dari seberapa banyak materi

yang ia kumpulkan. Gaya hidup ini tercermin dari hidupnya yang glamour

atau hura-hura dalam menikmati hidupnya.

b. Aliran Spiritualisme atau serba roh. Aliran ini berpandangan hakekat

manusia adalah roh atau jiwa, sedang zat atau materi adalah manifestasi dari

roh atau jiwa. Aliran ini berpandangan bahwa ruh lebih berharga lebih

tinggi nilainya dari materi. Hal ini dapat kita perhatikan dalam kehidupan

sehari-hari, misalnya seorang wanita atau pria yang kita cintai tidak akan

mau pisah dengannya. Tetapi, kalau roh dari wanita atau pria tersebut tidak

ada pada badannya, berarti dia sudah meninggal dunia, maka mau tidak mau

harus melepaskan dia untuk dikuburkan. Kecantikan, kejelitaan, kemolekan,

dan ketampanan yang dimiliki oleh seorang wanita atau pria pun tidak ada

artinya tanpa adanya roh.

Orang yang berpandangan dengan aliran ini, dia isi hidupnya dengan penuh

dimensi rohani, pembersihan jiwa dari ketertarikan dengan unsur materi

meskipun dia harus hidup dengan penderitaan dan hidup dengan

kesederhanaan, mereka tinggal dengan menyisihkan diri dari masyarakat

dan hidup dengan selalu beramal ibadah.

c. Aliran Dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada

hakikatnya taerdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani, badan dan

roh. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya

tidak tergantung satu sama lain. Jadi, badan tidak berasal dari roh, juga

sebaliknya roh tidak berasal dari badan. Hanya dalam perwujudannya,

manusia itu serba dua, jasad dan roh yang berintegrasimembentuk manusia.

Antara keduanya terjalin hubungan sebab akibat. Artinya antara keduanya

terjalin saling mempengaruhi. Misalnya, orang yang cacat jasmaninya akan

berpengaruh pada perkembangan jiwanya. Begitu pula sebaliknya, orang

Page 35: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

yang jiwanya cacat akan berpengaruh pada fisiknya. Paham dualisme ini

tidaklah otomatis identik dengan pandangan Islam tentang manusia.

C. Manusia Menurut Pandangan Islam

Islam memandang manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki

keunikan dari keistimwaan tertentu. Sebagai salah satu makhluk-Nya

karakteristik eksistensi manusia harus dicari dalam relasi dengan sang pencipta

dan makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Sekurang-kurangnya terdapat empat

empat ragam relasi manusia yang masing-masing memiliki kutub positif dan

negatif, yaitu :

a. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri hablun minannas yang ditandai

oleh kesadaran untuk melakukan „amal ma‟ruf nahi mungkar dan

sebaliknay mengumbar nafsu-nafsu rendah.

b. Hubungan antar manusia hablun minannas dengan usaha membina

silaturahmi atau memutuskan.

c. Hubungan manusia dengan alam sekitar hablun mibal „alam yang ditandai

upaya pelestarian dan pemanfaatandengan sebaik-baiknya, atau sebaliknya

menimbulkan kerusakan alam.

d. Hubungan manusia dengan sang Pencipta hablun minallah dengan

kewajiban ibadah kepada-Nya atau menjadi ingkar dan syirik kapada-Nya.

Mengenai ragam dan corak relasi-relasi itu perlu dijelaskan bahwa

sekalipun manusia sekan-akan merupakan pusat hubungan-hubungan center of

relatedness, tetapi dalam ajaran Islam pusat segalanya bukanlah manusia,

melainkan sang Pencipta sendiri yaitu Allahhu Rabb‟al „alamin. Dengan

demikian landasan filsafat mengenai manusia dalam ajaran Islam bukan

Antroposentrisme, melainkan Theosentrisme, atau lebih tepat Allah-sentrisme.

(Hanna Djumhana Bastaman, 2011:43)

Page 36: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

D. Manusia Menurut pandangan Psikologi

Bertolak dari pengertian psikologi sebagai ilmu yang menelaah

perilaku manusia, para ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi

ragawi, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan merupakan penentu-penentu

utama perilaku dan corak kepribadian manusia. Dalam hal ini unsur ruhani

sama sekali tak masuk hitungan, karena dianggap termasuk dimensi kejiwaan

dan merupakan penghayatan subjektif semata-mata.

Selain itu psikologi apapun aliranya, menunjukkan bahwa filsafat

manusia yang mendasari bercorak anthroposentrisme yang menempatkan

manusia sebagai pusat dari segala pengalaman dan relasi-relasinya serta

penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia dan

kemanusiaan. Pandangan ini mengangkat derajat manusia ketempat teramat

tinggi, ia seakan-akan prima-causa yang unik, pemilik akal budi yang sangat

hebat, serta memiliki pula kebebasan penuh untuk berbuat apa yang dianggap

baik dan sesuai baginya. (Ahmad Tafsir,2006:36)

E. Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain

Manusia pada hakekatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya,

yaitu memiliki hsrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan

didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya

terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran, dan keunggulan yang diiliki

manusia dibanding dengan makhluk lain.

a. Menurut ajaran Islam manusia dibanding dengan makhluk lain, mempunyai

berbaga ciri, antara lain ciri utamanya yaitu: Makhluk yang paling unik,

dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Sesuai dengan firman Allah :

يم ىقذ خيقىب اإلوسه ف أحسه جق

Artinya : “Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya”. (Q.S at-Tiin:4)

Page 37: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

b. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin

dikembangkan) beriman kepada Allah.

c. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Tugas manusia

untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya dalam Al-

Qur‟an surat az-Zariyat ayat 56 :

ن وس إال ىيعبذ اإل مب خيقث اىجه

Artinya : Tidak kujadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-

Ku. (QS. Az-Zariyat : 56)

d. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal ini

dinyatakan dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 30 :

ار قبه سبل ىيميئنة او ج وحه يسفل اىذ مبء ا اججعو فيب مه يفسذ فيب بعو ف االسض خييفة قبى

ن وقذ س ىل قبه او اعيم مبجعيم وسبح بحمذ ك

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat

“sesungguhnya Aku hendak menjadikanseorang khalifah di muka bumi.”

Mereka berkata : “mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?, Tuhan berfirman; “Sesungguhnya Aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah : 30)

e. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kamauan

atau kehendak. Dengan akal kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh

kepada Allah, tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia tidak

percaya, tidak tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah behkan

mengingkarinya (kafir). Karena itu dalam surat al-Kahfi ayat 29

menyebutkan :

قو اىحق مه سبنم ف إن م سشاد قب مه شبء فيينفش إوب أعحذوب ىظيميه وبسا أحبط ب مه شأء فييؤمه

سبءت مشجفقب شاة ي بئس اىش ج اى و يش ا بمبء مبىم ا يغب ث يسحغيث

Page 38: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Artinya : “Dan katakanlah: “kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka

barabgsiapa yang ingin (beriman) hendaknya ia beriman, dan barangsiapa

yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. (QS.al-Kahfi : 29)

f. Berakhlak. Berakhlak merupakan utama dibandinggkan dengan makhluk

lainnya. Artinya, manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk

membedakan yang baik dengan yang buruk.

F. Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam

Dalam al-Qur‟an, manusia berulang kali diangkat derajatnya

karena aktualisasi jiwanya secara positif. Al-Qur‟an mengatakan bahwa

manusia itu pada prinsipnya condong kepada kebenaran sebagai fitrah dasar

manusia. Allah menciptakan manusia dengan potensi kecenderungan, yaitu

cenderung kepada kebenaran, kebaikan, keindahan, kemuliaan, dan cenderung

kepada kesucian. (Hanna Djumhana Bastaman,2011:52). Hal ini sesuai dengan

Firman Allah Swt :

اىح فطش يه حىيفب فطشت للا جل ىيذ يه اىقيم فأقم رىل اىذ اىىبس عييب الجبذيو ىخيق للا

ن ىنه أمثش اىىبس اليعيم

Artinnya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah),

tetaplah atasa fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi

kebanyakan manusia itu tidak mengetahui”. (QS. Ar-Ruum : 30).

Manusia juga diciptakan sebagai makhluk yang memiliki tiga unsur

padanya, yaitu unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani. Ketiga unsur

ini berjalan seimbang dan saling terkait antara satu unsur dengan unsur yang

lain. William Stren, mengatakan bahwa manusia adalah Unitas yaitu jiwa dan

raga merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan dalam bentuk dan

perbuatan, jika jiwa terpisah dengan raga, maka sebutan manusia tidak dapat

Page 39: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

dipakai dalam arti manusia hidup. Jika manusia berbuat, bukan hanya raganya

saja yang berbuat atau jiwanya saja melainkan keduanya sekaligus. Secara

lahiriyah memang raganya yang berbuat yang tampak melakukan perbuatan,

tetapi perbuatan raga ini didorong dan dikendalikan oleh jiwa.

Jadi unsur yang terdapat dalam diri manusia yaitu rasa, akal dan

badan harus seimbang, apabila tidak maka manusia akan berjalan pincang.

Sebagai contoh : apabila manusia yang hanya menitik beratkan pada memenuhi

perasannya saja, maka ia akan terjerumus dan tenggelam dalam kehidupan

spiritual saja, fungsi akal dan kepentingan jasmani menjadi tidak penting.

Apabila manusia menitikberatkan pada fungsi akal saja, maka akan terjerumus

dan tenggelam dalam kehidupan yang rasionalistis, yaitu hanya hal-hal yang

tidak dapat diterima oleh akal, merupakan hal yang tidak benar. Sedangkn

pengalaman-pengalaman kejiwaan irasional hanya dapat dinilai sebagai hasil

lamunan semata-mata. Selain perhatian yang terlalu dikonsentrasikan pada hal-

hal atau kebutuhan jasmani atau badaniah, cenderung kerah kehidupan yang

materilistis dan positivistis. Maka Al-Qur‟an memberikan petunjuk kepada

manusia, yaitu mengajarkan agar adanya keseimbangan unsur-unsur tersebut,

yaitu unsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsur akal juga terpenuhi

kebutuhannya, demikian juga unsur jasmani terpenuhi unsur kebutuhannya.

(Hanna Djumhana Bastaman,2011:46 )

Page 40: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB VII

MAD’U SEBAGAI OBJEK DAKWAH

A. Pengertin Madú Serta Pengelompokannya

Secara etimologis kata madú berasal dari bahasa arab diambil dari

bentuk isim mafúl ( kata yang menunjukkan objek atau sasaran ). Menurut

terminologi madú adalah orang atau kelompok yang lazim disebut dengan

jamaah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang daí. Baik madú

itu oranf dekat atau jauh. Muslim atau non-muslim, laki-laki atau

peempuan,. Seorang daí akan menjadikan madúsebagai objek bagi

transformasi keilmuan yang dimilikinya. Madú adalah objek dakwah bagi

seorang daí yang bersifat individual, kolektif atau masyarakat umum.

Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah merupakan salah

satu unsur yang penting dalam dakwah yang tidak kalah peranannya

dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain oleh sebab itu

masalah masyarakat in harus dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum

melangkah ke aktivitas dakwah yang sebenarnya.( Munzier Suparta, 2003:

102).

Maka dari itu sebagai bekal dakwah dari seseorang daí hendaknya

memperlengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman

yang erat hubungannya dengan masalah masyarakat. Allah telah berfirman

dalam surah Saba‟ ayat 28 yang berbunyi:

.مبأسسيىل اال مبفة ىيىب س بشيشا وزيشا ىنه أمثشاىىب س ال يعيمن

Artinya: ”dan kamitidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat

manusia seluruhnya sebgai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan kebanyakan manusia tiadamengethui.Ayat diatas menjelaskan

ketika kita berdakwah kepada manusia yang belum beragama islam maka

tujuannya untuk mengajak mereka agar mengikuti agamaislam dan ketika

Page 41: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

kita berdakwah kepada yang sudah beragama islam maka tujunnya untuk

meningkatkan kualitas iman, islam, dan ihsan. Hal yang sama juga

dikemukakan Muhammad abu Al-Fatl al Bayanuni, mengelompokkan

mad‟u dalam dua rumpun besar, yaitu rumpun muslim atau umat ijabah

(umat yang telah menerima dakwah) dan non Muslim atau umat dakwah

(umat yang belum sampai kepada mereka dakwah Islam). Umat ijabah

dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: pertama, Sabiqun bi al-khaerat (orang

yang saleh dan bertaqwa), kedua, Dzalimun linafsih (orang fasih dan ahli

maksiat), ketiga, muqtashid (mad‟u yang labil keimanannya). Sedangkan

umat dakwah dibagi dalam empat kelompok, yaitu: Ateisme, Musyrikun,

ahli kitab, dan munafiqun.

Moh. Ali Aziz mengemukakan bahwa bagi orang yang menerima dakwah

itu lebih tepat disebut mitra dakwah dari pada sebutan object dakwah,

sebab sebutan object dakwah lebih mencerminkan kepasifan penerima

dakwah: padahal sebenarnya dakwah adalah suatu tindakan menjadikan

orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, syari‟ah, dan akhlak

kemudian untuk diupayakan dihayati dan diamalkan bersama-sama.

Menurtu hemat penulis baik sebutan object ataupun mitra dakwah itu sama

saja, yang terpenting adalah bagaimana seorang dai mampu

mengkomunikasikan dakwah secara baik dan tepat kepada mad‟unya

sehingga mad‟u dapat memahami dan mengamalkan isi pesan yang

disampaikan. M.Bahari Gazali, melihat object dakwah dari tinjauan segi

psikologinya yaitu:

1. Sasaran dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari

segi sosiologisnya berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota serta

masyarakat marjinal dari kota besar.

2. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan dilihat dari segi struktur

kelembagaan berupa masyarakat dari kalangan pemerintah dan

keluarga.

Page 42: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

3. Sasaran dakwah yang berupa kelompok dilihat dari segi sosial kultur

berupa golongan priyayi, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama

dalam masyakrat Jawa.

4. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat

dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan

dewasa.

5. Dilihat dari segi profesi dan pekerjaan. Berupa golongan petani,

pedagang, buruh, pegawai, dan administrator.

6. Dilihat dari jenis kelamin berupa golongan pria dan wanita.

7. Golongan masyarakat dilihat dari segi khusus berupa tuna susula, tuna

karya. nara pidana, dan sebagainya.

Selain itu M. Bahri Ghazali, juga mengelompokkan mad‟u

berdasarkan tipologi dan klasifikasi masyarakat, yang dibagi dalam lima

tipe, yaitu:

1. Tipe inovator, yaitu masyarakat yang memiliki keiginan keras pada

setiap fenomena sosial yang sifatnya membangun, bersifat agresif dan

tergolong memiliki kemampuan antisipatif dalam setiap langkah.

2. Tipe pelopor, yaitu masyarakat yang selektif dalam menerima

pembaharuan dalam membawa perubahan yang positif. Untik

menerima atau menolak ide pembaharuan, mereka mencari pelopor

yang mewakili mereka dalam menggapai pembaharuan itu.

3. Tipe pengikut dini, yaitu masyarakat sederhana yang kadang-kadang

kurang siap mengambil resiko dan umumnya lemah mental. Kelompok

masyarakat ini umumnya adalah kelompok kelas dua di

masyarakatnya, mereka perlu seorang pelopor dalam mengambil tugas

kemasyarakatan.

4. Tipe pengikit akhir, yaitu masyarakat yang ekstra hati-hati sehingga

berdampak kepada anggota masyarakat yang skeptis terhadap sikap

pembaharuan, karena faktor kehati-hatian yang berlebihan, maka setiap

gerakan pembaharuan memerlikan waktu dan pendekatan yang sesuai

untuk bisa masuk.

Page 43: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

5. Tipe kolot, ciri-cirinya, tidak mau menerima pembaharuan sebelum

mereka benar-benar terdesak oleh lingkungannya

Berdasarkan derajat pemikirannya Hamzah Ya‟qub membagi beberapa

pengelompokan mad‟u yaitu:

1. Ummat yang berfikir kritis

Orang-orang yang berpendidikan yang selalu berfikir mendalam

sebelum menerima sesuatu yang dikemukakan kepadanya.

2. Ummat yang mudah dipengaruhi

Masyarakat yang mudah dipengaruhi oleh paham baru (sugestible)

tanpamenimbang-nimbang secaa mantapapa yang dikemukakan

kepadanya.

3. Umat bertaklid

Golongan yang fanatik, buta, berpegang tradisi, dan kebiasaan turun

temurun tanpa menyelidiki salah satu benarnya.

Berbeda lagi bahwa pembagian mad‟u menurut Syaikh Muhammaad

Abduh dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

1. Golongan cendekiawan

Golongan ini cinta dengan kebenaran dan dapat berfikir secara kritis,

cepat menangkap persoalan.

2. Golonggan awam

Kebanyakan orang yag belum dapat berfikir secara kritis dan

mendalam belum tentu dapt menangkap pengertian yang tinggi.

3. Golongan yang berbeda dengan kedua golongn diatas.golongan yang

tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut.,mereka

senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu tidak

sanggup menanggapi secara menyeluruh.

Berdasarkan respon mad‟u terhadap dakwah mereka digolongkan

menjadi tiga golongan yaitu:

Page 44: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

1. Golongan simpatik aktif

Mad‟u yang menaruh simpati dan secara aktif memberi dukungan

moril dan materil terhadap kesuksesa dakwah. Mereka juga berusaha

mengatasi hal-hal yang dianggapnya merintangi jalannya dakwah dan

bahkan mereka bersedia berkorban segalannya untuk kepentingan

Allah.

2. Golongan pasif

Mad‟u yang tidak memperdulikan pendakwah.

3. Golongan antipasti

Mad‟u yag tidak rela tau tidak suka akan terlaksanakannya dakwah,

mereka bersaha dengan berbagai cara untuk meninngalkan dakwah.

Cara menarik madú menurut Mac-Dougall dalam bukunya “public

Opinion”membuat teori bagaimana menarik massa yang serupa telah

sebagaimana dikutip Toha Yahya Umar (1967:11) yaitu :

1. Adakan “Continuity “laksanakan kelangsungan hidup keompok yang

temporair itu.

2. Timbulkan kesadaran golongan ( groud consciousness)). Karena

dalam massa yang abstrak itu, tidak ada kesadaran demikian. Sebab

itu dengantegas harus dijelaskan tujuan golongan itu untuk apa,

mengapa, dengan maksud apa, bedanya dari golongan lain, dan

sebagainya.

3. Adakan aturan dan kebiasaan ( order and tradision ) adakan tata tertib

dan biasakan mematuhi tata tertib itu ( disiplin) sehingga menjadi

tradisi

4. Adakan pembagian tugas, masing-masing harus bertanggung jawab

dalam tugasnya.

5. Timbulkan rasa semangat perlombaan dalam kebiasaan yang

dianjurkan. (Toha Yahya Omar, 1967:11)

Page 45: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Mengenai proses komunikasi berdakwah akan selalu diawasi oleh si

mad‟u . Cara seorang mad‟u menilai da‟i adalah:

1. Da‟i dinilaidari reputasi yangmendahuluinya. Apa yang sudah

dilakukan da‟i. bagaimana karya-karyanya apa latar belakang

pendidikannya, apa jasanya dan bagaiana sikapnya. Apakah sikapnya

seorang da‟i memperindah atau menghancurkan reputasinya.

2. Melalui perkenalan atau informasi tentang diri da‟i dinilai mad‟unya

dari informasi yang telah diterimannya. Bagaimana informasi tentang

da‟i diterima dan bagaimana da‟i memperkenalkan dirinya sangat

menentukan kredibilitas seorang da‟i.

3. Melalui apa yang diucapkan “al-lisan mizan al-lisan” (lisan adalah

ukuran seorang manusia). Begitu ungkapan Ali bin Abi Thalib.

Apabila seorang da‟i mengungkapkan kata-kata kotor, kasar, ataupun

yang menyinggung perasaan maka seperti itupula kualitasnya. Dai

memiliki kredibilitas apabila dia konstan dalam menjaga ucapannya

yang selaras dengan perilaku kesehariannya.

4. Melalui bagaiana cara da‟i menyampaikan pesan dakwahnya.

Penyampaian pesan dakwah yang sistematis dan terorganisir memberi

kesan pada da‟i bahwa ia menguasai persoalan materi dan metodologi

dakwah. (Acep Aripudin, 2011: 05)

B. Konsep Al-Qurán Dalam Menyikapi Respon Madú

Seorang Da‟i yang arif dan bijaksana adalah yang memperlakukan Mad‟u

sesuai dengan kondisi dan situasi sosial kulturalnya di masyarakat. Da‟i

harus mampu menempatkan dan memperlakukan mad‟u sebagai obyek

sasaran dakwah dengan baik dan tidak melukai perasaan mereka sehingga

jauh dari kontraproduktif.

1. Qoulan Baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)

Terdapat pada surah an-Nisa ayat 63 dengan firman-Nya.

Page 46: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

أىئل اىزيه يعيم للا مب ف قيبم فبعشض عىم عظم قو ىم ف

أوفسم قال بييغب

Artinya: “mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa

yang ada didalam hati mereka. Karena itu berplinglah kamu dari

mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka

perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.

Yang dimaksud ayat di atas adalah perilaku orang munafik. Ketika

diajak untuk memahami hukum allah, mereka menghalangi orang lain

untuk patuh (ayat 61). Kalau mereka mendapat musibah atau

kecelakaan karena perbuatan mereka sendiri, mereka datang mohon

perlindungan atau bantuan. Mereka inilah yang perlu dihindari, diberi

pelajaran, diberi pelajaran, atau diberi penjelasan dengan cara yan

berbekassatau ungkapan yang mengesankan. Karena itu, Qoulan

Baligha dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi yang efektif yang

bisa menggugah jiwanya. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang

akan mengesankan atau membekass pada hatinya. Sebab di hatinya

banyak dusta, khianat dan ingkar janji. Kalau hatinya tidak tersentuh

sulit menundukkannya.

2. Qoulan Layyinan (perkataan yang lembut).

Terdapat surah Thaha ayat 43-44 secara harfiyah berarti komunikasi

yang lemah lembut( layyin) dalam ayat :

أربب اى فشعن او طغ . فقال ى قال ىيىب ىعي يحزمش أ يخش

Artinya: “pergilah kamu berdua kepada firáun, sesungguhnya dia telah

melampaui bata, maka berbiclah kamu berdua kepadanya dengan kata-

kata lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.

Al-Qur‟an mengajarkan agar dakwah kepada manusia haruslah bersifat

sejuk dan lemah lembut , tidak kasar dan lantang, perkataan yang

Page 47: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

lantang kepada dapat memancing respon yang lebih keras dalam waktu

spontan, sehingga menghilangkan peluang untuk berdialog atau

komunikasi antar kedua belah pihak, da‟i dan penguasa sebagai mad‟u.

3. Qoulan Ma‟rufan (perkataan yang baik)

Di dalam Al-Qurán ungkapan qoulan ma‟rufan ditemukan pada surah

al-baqarah ayat 235. Artinya: “ Dan tidak ada dosa bagi kamu

meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu

menyembunyikan (keinginan mangawini mereka) dalam hatimu Allah

mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada

itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka scara

rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan

yang ma‟ruf. Dan janganlah kamu berázam (bertetap hati) untuk

berakad nikah, sbelum habis iddahnya. Dan ketahuilah bawasnnya

Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-

Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyantun”. Dalam ayat ini Qoulan ma‟rufan mengandung beberapa

pengertian antara lain rayuan halus terhadap seorang wanita yang ingin

dipinang untuk istri. Jadi, ini merupakan komunikasi etis dalam

menimbang perasaan wanita, apabila wanita yang diceraikan suaminya

Jalaluddin Rahmat menjelaskan bahwa qoulan ma‟rufan adalah

perkataan yang baik.

4. Qoulan maisura (perkataan yang ringan)

Qoulan maisura adalah perkataan yang mudah diterima, dan ringan,

yang pantas, yang tidak berliku-liku. Dakwah dengan qoulan maisura

merupakan pesan yang disampaikan itu sederhana mudah dimengerti

dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua kali. Pesan

dakwah model ini tidak memerlukan dalil maupun argumen-argumen

logika. Dakwah dengan pendekatan Qoulan Maisura harus menjadi

pertimbangan mad‟u yang dihadapi itu terdiri dari:

Page 48: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

a. Orang tua atau kelompok orang tua yang merasa dituakan, yang

sedang menjalani kesedihan lantaran kurang bijaknya perlakuan

anak terhadap orang tuanya atau oleh kelompok yang lebih muda.

b. Orang yang tergolong di dzalimi haknya oleh orang-orang yang

lebih kuat.

c. Masyarakat yang secara sosial berada di bawah garis kemiskinan,

lapisan masyarakat tersebut sangat peka dengan nasihat yang

panjang, karenanya da‟i harus memberikan solusi dengan

membantu mereka dalam dakwah bil hal.

5. Qoulan Kariima (perkataan yang mulia)

Dakwah dengan qoulan kariima sasarannya yaitu orang yang telah

lanjut usia pendekatan yang mulia, santun, penuh penghormatan dan

penghargaan tidak menggurui tidak perlu retorika yang meledak-ledak.

Qoulan karima terdapat dalam surah al-isra‟ayat 23, yang artinya :

“Dan Tuhanmu telah memerintah supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu, bapakmu

dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu diantara keduanya atau kedua-

duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-

kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan äh”dan

janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka

perkataan yang mulia.

Dalam konsep al-Quran ini orang-orang yang diutamakan untuk

diberikan dakwah atau mad‟u ynag diprioritaskan adalah keluarga dan

masyrakat secara umum. Dalam firman Allah dalam surah asy-syu‟ara‟

ayat 214 yang berbunyi :

أوزسعشيشجل األقشبيه

Artinya: “dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat

Page 49: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Keluarga adalah prioritas dakwah setelah dirinya sendiri. Setelah itu baru

kerabat yang paling dekat. Teman akrab, para tetangga, danpada akhirnya

pada masyarakat umum. (Deybiagustin,2012:02)

Page 50: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB VIII

PERAN MOTIVASI DALAM DAKWAH

A. Pengertian Motivasi Dakwah

Mc. Donald sebagaimana dikutip Wasty Soemanto (1990:191)

mendefinisikan motivasi sebagai “ suatu perubahan tenaga di dalam diri/

pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi

dalam usaha mencapai tujuan”. Dalam kesimpulannya Wasty Soemanto

berpendapat bahwa motivasi memiliki dua prinsip yaitu:

1. Motivasi adalah suatu poses di dalam individu. Pengetahuan tentang

proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita

amati dan meramalkan tingkah laku lain dari seseorang.

2. Kita menentukan diri dari proses ini dengan menyimpulkan dari

tingkah laku yang dapat diamati.

Hilgard melihat bahwa motivasi bukan sebagai suatu bagian dari

situasi belajar tetapi inti dari proses belajar itu sendiri. Sedangkan Fillmore

H. Sanford, memandang bahwa motivasi berasal dari kata motive.

Fillmore berusaha memberi batasan motivasi sebagai sebuah kondisi yang

menggerakkan suatu organisme atau makhluk hidup yang

mengarahkannya pada suatu ( toward the goal ) atau beberapa tujuan

tertentu.

Sartain menggunakan kata motivasi dan drive untuk pengertian

yang sama. Penggunaan istilah drive untuk pernyataan-pernyataan seperti :

lapar, haus, pemuasan seksual, dan sebagainya, yang semuanya

menunjukkan pernyataan tentang physiological drive untuk semua

pernyataan baik yang bersifat fisiologis ataupun psikis.

Sedangkan kata “dakwah” berasal dari bahasa arab yang berarti:

ajakan, seruan panggilan, undangan. Dakwah adalah suatu kegiatan yang

Page 51: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beiman dan taat

kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari‟at dan akhlak.

Adapun pengertian lain dari „‟dakwah” menurut Toha Yahya Omar

(1983:1) yaitu:

1. Penerangan,mempunyai tujuan yang tertentu, sekurang-kurangnya

menarik orang untuk memberikan pengertian kepada orang lain

tentang sesuatu hal. Penenrangan lebih cenderung kepada pasif,

artinya tidak memerlukan reaksi yang nyata dari orang-orang yang

menerima penerangan itu. Oleh karena itu, penerangan adal suatu

bahagian dari dakwah.

2. Penyiaran, juga salah satu bahagian dari dakwah atau salah satu dari

pelaksanaanya. Tetapi penyiaran bisa dipergunakana untuk

penjelasan yang sudah ada pokok-pokok persoalannya, dan bia pula

dipergunakan untuk menyiarkan persoalan-persoalan pokok dengan

atau tanpa penjelasan. Sedang penerangannya dapat dipergunakan

untuk penjelasan-penjelasan yang sudah ada pokok-pokoknya lebih

dahulu, sehinggan penerangan itu datangnya kemudian.

3. Pendidikan dan Pengajaran, kedua-keduanya juga menjadi bahagian

dan cara-cara atau salah satu alat dalam berdakwah, sekalipun

didalamnya pendidikan itu lebih banyak ditetankan, agar orang yang

dididik membiasakan diri bersikap sebagaimana yang dimaksud oleh

si pendidik. Sedang pengajaran lebih banyak ditekankan pada materi

ilmiahnya yang memberikan kesempatan lebih banyak kepadanya

untuk mempertimbangkan kebenaranya.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi dakwah ialah dorongan dalam

diri seseorang dalam usahanya untuk memenuhi keinginan, maksud dan

tujuan dalam mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan

yang benar sesuai perintah Allah SWT untuk maslahatan dan kebahagiaan

mereka di dunia dan di akhirat. (Totok Jumantoro: 2001:94).

Page 52: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

B. Peran Motivasi dalam Berdakwah

Dalam motivasi, setidaknya ada dua hal yang mendasari timbulnya

motivasi, yaitu kebutuhan yang berupa (dorongan, seruan, dan kualitas)

dan tujuan (goal) yang berupa (kebahagiaan, ketenangan, kedamaian).

Kedua hal inilah yang akan melatar belakangi segaa tingkahlaku manusia

dalam segala hal. Sebagai contoh, orang yang ingin makan (nasi),

dorongannya adalah lapar dan tujuannya adalah ketenanngan karena

kenyang. Lapar adalah dorongan yang datang dari jasmani. Contoh lainnya

seorang yang beribadah dan berbuat baik agar menjadi orang yang

bertaqwa dan tergolong muhsinin , maka dorongannya adalah rasa ingin

mendapat cinta kasih Allah SWT dan tujuannya adalah kebahagiaan

karena jika cinta kasihNya telah didapat, tentu segala permintannya akan

di kabulkan. Cinta kasih Allah SWT adalah seruan rohani. Dengan

demikian lapar terhadap cinta kasih Allah SWT adalah dorongan yang

termasuk kedalam kategori motivasi.

Motivasi sendiri ruang lingkupnya tidak terlepas dari Allah SWT,

manusia, dan lingkungannya. Ketiganya merupakan mata rantai dari

kesinambungan hidup manusia. Motivasi bisa berupa pendorong yang ada

dibelakang setiap tindakan. Motivasi juga bisa berupa tujuan yang hendak

dicapai. Banyak para ahli motivasi mengatakan dasar motivasi ialah

menghindari apa yang tidak disukai dan mengejar yang diinginkan.

Namun dalam Islam tidak hanya sekedar itu, tetapi bertindak karena Allah

SWT dan juga untuk Allah SWT. Jadi hanya satu motivasi yang ada yaitu

Allah SWT

Motivasi tertinggi adalah karena Allah SWT yang terakumulasi

dalam niat. Jika seseorang melakukan kegiatan tanpa didasari oleh niat

karena-Nya, maka hilanglah motivasinya, dan jika manusia kehilangan

motivasi, maka perbuatanya akan hampa dan tidak memiliki nilai.

Sebaliknya, jika motivasi ini selalu hadir dalam dirinya, maka manusia

akan selalu berada dalam ruanglingkup yang utuh, karena kegiatanya

selalu termotivasi. (Popi Sopiatin, 2011: 173-174).

Page 53: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Motivasi ini muncul karena sebagai akibat dari proses psikologis

yang disebabkan karena faktor dalam diri seseorang yang disebut intrinsik

dan faktor dari luar diri seseorang yang disebut faktor ekstrinsik. Jadi

dalam proses berdakwah motivasi bisa mempengaruhi da‟i dan mad‟u.

C. Teknik Praktis Memotivasi Mad’u

Apabila metode yang dipakai al-Qur‟an dalam seruannya pada

akidah Tauhid kepada orang-orang yang beriman, serta penanaman prinsip

dan nilai keislaman dalam jiwa mereka kita kaji secara teliti maka kita

mampu mengitikhsarkan beberapa prinsip aplikatif memotivasi mad‟u

secara efektif. Disini akan penulis kaji tuntunan praktis bagaimana seorang

Da‟i mampu menerapkan atau mengaplikasikan memotivasi mad‟u dalam

dakwah.

1. pembangkitan motivasi dengan janji dan ancaman

Dalam membangkitkan dorongan untuk menerima islam, al-

Qur‟an tidak hanya menakut-nakuti manusia dengan adzab neraka

jahanam, tetapi disaat yang sama al-Qur‟an memberikan sebuah

imbalan kenikmatan, kebahagiaan disekitar zaman. Sebab penggunaan

rasa takut saja tidak akan membawa hasil, justru umat akan trauma

untuk mendekat pada islam. Dilain pihak, dominannya rasa harap akan

karunia Allah akan menjadikan umat meremehkan, menjadikan lalai,

dan menghilangkan dinamisme kehidupan.

Sintesis antara rasa takut dan rasa harap mampu memotivasi

kaum muslimin untuk mempelajari sistem dan metode-metode dalam

berfikir dan bertindak. Bahkan dalam suatu penyampaian materi

pengajianpun sesuatu yang paling sering kita dengar adalah pahala dan

surga, kenikmatan dan siksaan, neraka jahanam yang kayu bakarnya

dari manusia atau surga yang dibawahnya mengalir sungai yang suci

dan lain-lainnya, yang kesemuanya itu pada hakikatnya memotivasi

Page 54: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

manusia, dengan metode memadukan, mensintesiskan antara feel of

fear dan feel of hoping.

2. Pembangkitan motivasi dengan cerita

Cerita merupakan salah satu sarana untuk membangkitkan rasa

keagamaan atau religion consciousness, baik dengan tamsil ataupun

cerita-cerita para nabi dan kisah-kisah yang telah lampau. Sebab secara

naluri setip manusia ada sense of curiosity atau rasa ingin tahu. Dengan

cerita ini Al-Qur‟an berusaha menanamkan akidah teladan atau hukum

yang hendak diajarkan kepada manusia. Untuk menanamkan

keimanan, maka Al-Qur‟an mengetengahkan kisah “ Ashhabul Kahfi”.

3. Pembangkitan motivasi dengan peristiwa-peristiwa penting

Lazimnya, setiap manusia terpengaruh peristiwa-peristiwa

penting dalam kehidupannya, sebab dengan peristiwa tersebut ia dapat

mengambil pelajaran dan hikmahnya. Al-Qur‟an pun memanfaatkan

peristiwa penting sebagai sasaran pengajaran pada kaum muslimin.

Misalnya pada peristiwa „perang Hunain‟. Ketika itu, kaum muslimin

begitu terkesan akan banyak dan kuatnya tentara mereka. Merekapun

begitu yakin, kemenangan di tangan mereka atas orang kafir, dan lupa

akan kekuasaan Allah. Karenanya Allah berusaha menunjukan bahwa

bannyaknya orang atau „kuantitas‟ tidak akan menentukan

kemenangan. (QS. at-Taubah:25-26).

Page 55: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB IX

INTERAKSI SOSIAL DALAM PROSES DAKWAH

Salah satu ciri dakwah yang efektif adalah apabila hubungan baik

antara da‟i dan mad‟u semakin meningkat. Kedekatan tersebut bisa jadi terjadi

secara alamiah karena bertemunya dua unsur yang saling membutuhkan dan

saling mendukung, akan tetapi bisa jadi buah hasil dari kerja keras yang efektif,

yaitu melalui usaha keras meskipun membutuhkan waktu yang lama.

A. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial diartikan suatu bentuk hubungan antara dua orang

atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain.

Melalui dorongan antar pribadi dan response antar pribadi tersebut seseorang

yang bersifat biologis lamban laun berubah menjadi makhluk hidup atau

pribadi. Interaksi sosial merupakan perilaku timbal balik, dimana masing –

masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri

dengan tindakan yang akan dilakukan orang lain. (Arifin, 1991:69)

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa

tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan

diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang

berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan

- aturan dan nilai–nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak

adanya kesadaran atas pribadi masing – masing, maka proses sosial itu sendiri

tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.

Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat

lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu

untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi

Page 56: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

ataupun bertukar pikiran. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam

pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci rotasi semua kehidupan

sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama

lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling

berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk

kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi.

B. Kemungkinan Timbulnya Interaksi Sosial

Unit sederhana yang memungkinkan terjadinya Interaksi Sosial

adalah yang terdiri dari dua individu, yang disebut pasangan. Menurut

Goodwin Watson, hubungan yang terjadi diantara dua individu itu dalam

istilah teknisnya disebut Dyad. Dyad adalah suatu hubungan antara dua orang

yang tidak mengandung hal-hal yang istimewa seperti hubungan cinta kasih.

Semua hubungan antara dua orang yang berinteraksi pasti menimbulkan

Dyad itu, bahkan dyad ini dapat diperluas menjadi suatu hubungan antar

bangsa, antar umat manusia, contohnya hubungan antara ibu dan anak, guru

dan murid, dan lain-lain. (Arifin,1991:70).

Menurut G. Watson, interaksi yang bersifat dyat itu harus

memenuhi syarat bahwa perbuatan-perbuatan dari seorang partner menjadi

perangsang terhadap mana orang lainnya mengadakan response, biasanya

keduanya saling mengadakan persesuaian diri. Dalam hubungan ini George

Herber Mead (1934) ahli psikologi sosial USA yang pertama menulis ilmu

pengetahuan tersebut menggambarkan perkelahian seekor anjing merupakan

model dari salah satu jenis interaksi yang bersifat dyadic, masing-masing

anjing yang bersangkutan menyesuaikan posisinya terhadap posisi lainnya,

masing-masing bergerak, gerak maju mundur, mengangkat dan merendahkan

kepalanya dan sebagainya.

Bagaimanapun juga daya psychis yang membentuk dyads ialah daya

tertarik antar person satu dengan lainnya, atau karena adanya rasa saling

bergantung antara mereka didalam usaha untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Page 57: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Sedangkan dalam proses dakwah interaksi dapat terjadi adanya da‟i dan

mad‟u. Sehingga ketertarikan dan sikap positif masyarakat terhadap da‟i dan

mad‟u dapat diuraikan faktor-faktornya sebagai berikut:

1. Ketertarikan mad‟u terhadap dai‟i bisa jadi karena daya pesona da‟i.

2. Ketertarikan mad‟u terhadap da‟i karena masyarakat sedang

membutuhkan kehadiran figur seorang da‟i.

3. Hubungan batin itu bisa jadi karena masyarakat sedang merindukan

hadirnya seorang pemimpin spiritual, tiba-tiba datang seorang da‟i yang

membawa apa yang diidamkan, dan bahkan lebih.

4. Selain itu sikap positif dan kesukaan atau ketertarikan orang kepada da‟i

disebabkan karena adanya kesaman karakteristik personal, kesamaan

tekanan psikologis, dan rendahnya harga diri. (Ahmad Mubarok, 1999,

197-199)

C. Pijakan Psikologi Hubungan Da’i dan Mad’u

Hubungan baik antara da‟i dan mad‟u sebagaimana hubungan baik antar

siapapun tidak otomatis terjadi, melainkan membutuhkan pijakan-pijakan

psikologi. Hubungan baik tersebut dimungkinkan akan terjadi apabila

kedua pihak terdapat dalam hal-hal berikut ini:

1. Faktor Percaya

Jika antara da‟i dan mad‟u saling mempercayai maka akan terjadi

hubungan baik antara kedua pihak tersebut. Namun sebaliknya apabila

mereka tidak saling percaya, maka akan ada kesalah pahaman.

2. Sikap Saling Membantu

Apabila masyarakat merasa terbantu oleh kehadiran da‟i begitu juga

dengan da‟i yang merasa dibantu oleh masyarakat dalam beramal

sholeh, maka akan terjadi hubungan baik akan mudah terjadi.

Sebaliknya apabila kehadiran da‟i dirasa oleh masyarakat sebagai

gangguan dan beban, atau da‟i yang merasa diperbudak, maka

hubungan baik tersebut tidak akan terjadi.

3. Sikap Terbuka

Page 58: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Apabila seorang da‟i memiliki sikap terbuka, dengan sikap yang ia

miliki dan diketahui masyarakat serta ia tidak menutupi atau basa-basi

maka hubungan keduanya akan baik. Akan tetapi apabila keduanya

saling menutupi rahasia yang sebenarnya bukan rahasia, maka

hubungan baik juga tidak akan terjadi.

D. Macam-macam Interaksi Sosial

Manusia dalam memberikan reaksi terhadap proses interaksi dalam suatu

kelompok menunjukkan berbagai macam tingkah laku yang berbeda-beda.

Perbedaan reaksi tersebut menurut R.F. Bales dan Strodtbeck (1951) dapat

dikategorikan menjadi empat macam sebagai berikut:

1. Tindakan Integratif-Expressif, yaitu tingkah laku yang bersifat terpadu

dan yang menyatakan doongan kejiwaan seseorang. Termasuk kategori

ini adalah perbuatan menolong orang lain ,memberikan pujian kepada

orang laian, melawak untuk menghilangkan ketegangan perasaan,

menyetujui pendapat orang lain, menunjukkkan setia kawan.

2. Tindakan yang relavan dengan tugas instrumental yakni tingkah laku

yang menggeraakkan kelompok kearah penyelesaian suatu problem

yang dipilihnya. Misalnya memberikan jawab atas pertanyaan,

memberikan sugesti, memberikan pendapat, memberikan penjelasan.

3. Tindakan meengajukan pertanyaan yang relavan dengan tugas

instrumental, yakni berupa permintaan untuk orientasi, sugesti, dan

pendapat.

4. Tindakan Integratif-Exspressif yang bersifat negatif, yakni tingkah

laku terpadu yang menyatakan dorongan kejiwaan yag bersifat

menghindar. Misalnya pernyataan tidak setuju, menimbulkan

ketegangan, antagonisme ( pertentangan), dan mengundurkan diri.

Dalam proses interaksi yang di orientasikan kepada tujuan dakwah,

kategori tingkah laku yang bersifat negatif dalam kelompok obyek

daakwah perlu dihindarkan antara lain, dengan mengembangkan sikap

solidaritas dan rasa keterikatan dan rasa senasib ( sense of belonging dan

sense of togetherness ) sesuai dengan ajaran agama.

Page 59: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB X

INTERAKSI DAKWAH ANTARA DA’I DAN MAD’U

A. Interaksi dan Komunikasi antara Da’i dan Mad’u

1. Interaksi dalam Dakwah antara Da’i dan Mad’u

Setelah mengetahui konsep interaksi dalam sosial, maka masuk pada

pembahasan mengenai interaksi dalam dakwah yang terjadi antara da‟i dan

mad‟u. Interaksi adalah proses saling mempengaruhi satu sama lain. Yang

dapat dimaknai dalam dakwah sebagai proses da‟i mempengaruhi mad‟u

agar dapat mempercayai apa yang disampaikan, dan pengaruh mad‟u bagi

da‟i untuk dapat berinteraksi sesuai bahasa atau metode yang dipahami oleh

mad‟u. Proses saling mempengaruhi inilah yang dimaksud interaksidalam

dalam dakwah. Terdapat proses saling mempengaruhi agar dapat meraih

kesepahaman bersama. Kesepahaman yang dimaksud disini adalah untuk

mencapai kebahagiaan dunia akhirat. (Faizah, 2006:138)

Dalam buku Psikologi dakwah ( Faizah, 2006:136) kegiatan dakwah

dalam hal ini interaksi sosialnya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti

berikut:

a. Pelaksana dakwah (Da‟i)

Da‟i merupakan kunci utama yang menentukan keberhasilan dan

kegagalan dakwah yang juga merupakan pengendali sasaran dakwah.

Maka dari itu dibutuhkan beberapa persyaratan jasmani maupun rohani

yang kompleks untuk seorang da‟i.

b. Objek dakwah (Mad‟u)

Objek dakwah dilihat dari aspek psikologis memiliki variabilitas

yang luas dan rumit menyangkut pembawaan dan pengaruh lingkungan

yang berbeda yang menuntut pendekatan yang berbeda pula. Seorang

mad‟u menjadi tolok ukur keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh da‟i

dan jga penentu metode apa yang akan digunakan da‟i.

Page 60: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

c. Lingkungan Dakwah

Lingkungan dakwah dapat berupa kebudayaan sebuah masyarakat

serta latar atau keadaannya ditinjau dari lingkungan tempat dan juga

lingkungan sosial. Hal ini menentukan interaksi dakwah yang pas atau

efektif yang dapat diterima masyarakat di sebuah lingkungan untuk

tujuan dakwah.

Page 61: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

d. Media Dakwah

Media dakwah adalah faktor yang menentukan kelancaran

pelaksanaan dakwah, faktor ini dalam penggunaan atau efektivitasnya

tergantung pada faktor lain terutama penggunaannya

e. Tujuan Dakwah

Faktor ini menjadi pedoman arah proses pelaksanaan dalam dakwah.

2. Komunikasi dalam Dakwah antara Da’i dan Mad’u

Dalam ajaran Islam, komunikasi mendapat tekanan yang cukup kuat

bagi manusia sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhuk Tuhan.

Komunikasi tidak harus dilakukan terhadap sesama manusia tapi antar

manusia atau manusia dengan lingkungannya dan juga komunikasi pada

Tuhan. (Faizah, 2006:149)Dalam interaksi antara da‟i dan mad‟u, da‟i

menggunakan komunikasi sebagai medianya. Komunikasi dalam dakwah

tidak hanya untuk memberi pengertian, mempengaruhi sikap, membina

hubungan sosial yang baik, tapi tujuan yang terpenting dalam komunikasi

dakwah adalah untuk mendorong mad‟u bertindak melaksanakan ajaran-

ajaran agama dengan terlebih dahulu memberikan pengertian,

mempengaruhi sikap, dan membina hubungan yang baik.

Dalam buku Psikologi dakwah, Faizah mengacu pada pengantarnya

yaitu guru besar UIN Jakarta, Achmad Mubarok bahwa terdapat proses

penyampaian dan penerimaan pesan dalam komunikasi yang kemudian

olehnya dikembangkan sebagai berikut:

a. Sensasi

Tahap penerimaan stimulus informasi adalah sensasi yang

merupakan tahap pertama proses komunikasi. Dalam psikologi

komunikasi dijelaskan bahwa sensasi adalah proses menangkap

rangsang. Fungsi penting ini dilakukan oleh indra manusia untuk dapat

memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi

dengan dunianya.

Page 62: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Seperti halnya ketika seorang da‟itampil di mimbar maka yang

pertama kali ditangkap oleh indra manusia adalah sosok tubuhnya

kemudian setelah berpidato mad‟u menangkap stimuli suaranya.

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman mengenai objek, peristiwa, dan hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Pada tahap yang kedua ini persepsi mengubah sensasi

menjadi informasi.

c. Memori

Setelah melalui 2 tahap diatas maka tahap selanjutnya adalah

memori atau penyimpanan informasi. Manusia diberi kelebihan ingatan

yang luar biasa. Jadi apa yang ditangkap panacaindra (sensasi)

kemudian diubah menjadi informasi (persepsi) selanjutnya disimpan

dalam memori (ingatan). Kapasitas tiap orang berbeda-beda, ada yang

dapat mengingat detail apa yang dialami dalam puluhan tahun yang lalu

atau ada yang cepat lupa.

d. Berpikir

Pada tahapan yang terakhir ini manusia melibatkan penggunaan

konsep dan lambang sebagai pengganti objek dan peristiwa. Dalam tahap

ini manusia menggunakan 3 tahap sebelumnya sekaligus. Proses

pelaksanaan dakwah tidak terlepas dari faktor bahasa sebagai salah satu

alat komunikasi penyampaian pesan dari da‟i kepada mad‟u. Pada

kenyataannya ketika da‟i terjun dalam masyarakat akan terdapat berbagai

dialek yang berbeda antara satu wilayah dan wilayah yang lain.dalam Al

Qur‟an sendiri telah dijelaskan pada surat al-Hujurat ayat 13 bahwasanya

manusia diciptakan Tuhan berbeda-beda baik suku, bahasa, dan karakter.

Faktor bahasa dalam komunikasi dapat membawa saling pengertian antar

individu.(Faizah, 2006:158)

Terdapat prinsip komunikasi yang perlu dipahami terlebih dahulu

oleh seorang da‟i agar dapat menerapkannya dalam berdakwah. Berikut

Page 63: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

prinsip-prinsip komunikasi (Deddy Mulyana, 2016:92) yang perlu

diaplikasikan dalam berdakwah:

1. Komunikasi adalah Proses Simbolik.

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk

menunjuk sesuatu yang lain berdasarkan kesepakatan kelompok. Lambang

tidak berarti sampai kita memberikan makna padanya.

Seorang da‟i dalam berdakwah haruslah memakai simbol yang

berupa istilah yang dapat dimengerti masyarakat setempat. Karena proses

komunikasi pesan dakwah tidak dapat sampai jika da‟i menggunakan istilah

yang tidak dimengerti mad‟unya.

2. Komunikasi memiliki Dimensi Isi dan Hubungan

Dimensi isi menunjukkan muatan komunikasi atau apa yang

dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara

mengatakannya yang jga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta

komunikasi itu atau dalam hal ini da‟i dan mad‟u. Banyak yang tidak

menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan berbeda apabila

disampaikan dengan cara yang berbeda. Maka seorang da‟i harus dapat me

mix and match kedua dimensi ini agar pesannya dimengerti mad‟unya.

Adapun beberapa komponen pendukung komunikasi dakwah antara lain:

a. Organisasi

Organisasi dakwah diperlukan untuk menunjang agenda dakwah.

Lapisan masyarakat dapat dilayani secara serentak ketika pelaku dakwah

menggunakan organisasi dakwah sebagai pelaku dakwahnya.

b. Ekonomi, Sosial, Budaya

Hal ini sebagai penunjang langkah dakwah agar pelaku dakwah

dapat eksis di tengah kehidupan yang hingar bingar yang sebagian telah

mengagungkan materi.

c. Iklim Yang Menunjang

Suatu kondisi juga perlu diperhitungkan dalam

mengoprasionalkan komunikasi dakwah. Dalam kondisi damai tanpa

konflik komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Page 64: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

B. Membangun Interaksi dan Komunikasi yang Efektif

1. Interaksi yang Efektif antara Da’i dengan Mad’u

Setelah sebelumnya dipaparkan mengenai faktor interaksi sosial

yang dapat diterapkan juga dalam interaksi dakwah. Bahwa seorang da‟i

dituntut mampu menyebarkan atau mensosialisasikan serta menarik

perhatian mad‟u agar mereka mengimitasi atau mencontoh berkaitan dengan

ide-ide serta tindakan yang sesuai dengan ajaran islam. Di dalam faktor

selanjutnya yaitu identifikasi dan simpati menuntut seorang dai sebagai

publik figur yang ahli dalam bidangnya, berpengalaman, serta prestise agar

sasaran dakwah tertarik mengidentifikasikan dirinya dan kemudian

bersimpati pada da‟i tersebut sehingga terjadi perubahan sikap. (Faizah,

2006:138)

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi dalam buku psikologi dakwah

mengemukakan bahwa keefektifan interaksi seorang da‟i dapat dibangun

oleh sikap yang positif seperti berikut:

a. Pesona da‟i

Yang dimaksud disini bukan saja mengenai paras seorang dai

namun sikap da‟i yang lemah lembut dan berbudi halus, memiliki

kemampuan membantu masyarakat dalam memecahkan problem sosial

yang menjadi harapan masa depan bagi masyarakat luas.

b. Figur da‟i

Suasana psikologis masyarakat yang menunggu kehadiran

seorang yang didambakan mengisi kekosongan.

c. Hubungan batin

Hubungan ini terbentuk ketika masyarakat merindukan seorang

pemimpin spiritual yang mampu menyelesaikan konflik setempat.

2. Komunikasi yang Efektif antara Da’i dengan Mad’u

Prinsip komunikasi adalah semakin mirip latar belakang sosial

budaya semakin efektiflah komunikasi.Komunikasi yang efektif adalah

Page 65: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan orang yang sedang

berkomunikasi.

Pada dasarnya tidak pernah ada kesamaan identik antara dua

manusia atau lebih. Namun terdapat kesamaan dalam hal-hal tertentu,

misalnya agama, ras, bahasa, tingkat pendidikan atau tingkat ekonomi yang

kesamaan tersebut komunikasi mereka lebih efektif. Jadi haruslah ada

kesediaan untuk saling memahami dan menerima perbedaan tersebut.

Karena pada dasarnya suatu pesan terikat budaya, seperti contohnya lelucon

yang sesekali di lemparkan oleh da‟i kepada mad‟unya akan sampai apabila

keduanya memiliki latar budaya yang sama.

Dalam proses dakwah dakwah da‟i akan berhadapan dengan mad‟u

dengan bahasa yang beragam, maka seharusnyalah seorang da‟i mengenal

bahkan menguasai bahasa mad‟u tersebut agar komunikasi yang efektif

dapat tercapai. Tanpa mengenal bahasa mad‟u maka penyampaian pesan

da‟i tidak akan dapat berkomunikasi dengan baik. Seperti terdapat dalam

QS. Ibrahim ayat 4 sejarah juga sudah membuktikan bahwa Allah

mengangkat nabi dan Rasul untuk kaum dari kalangan kaum itu sendiri yang

memiliki bahasa yang sama. (Faizah, 2006:159)

Rasulullah sebagai pendakwah pertama umat ini telah cukup

menjadi sebaik-baiknya tauladan untuk segala aspek kehidupan termasuk

bidang dakwah. Kecerdasan beliau dalam berdakwah juga dapat kita contoh

betapa beliau dimasanya dapat menjadi pengkomunikasi islam yang

rahmatan lil alamin. Bukan saja bagi ummat muslim namun kehadiran

Rasulullah juga menjadi oase bagi kaum nonmuslim. Dengan

mengedepankan toleransi dan meminggirkan segala perbedaan yang ada

dalam manusia. Rasulullah dalam berdakwah selalu memperhatikan siapa

yang menjadi sasaran dakwahnya seperti berikut:

a. Perbedaan nasihatnya terhadap beberapa orang yang berbeda latar

belakangnya.

b. Perbedaan jawaban dan fatwanya pada pertanyaan yang diajukan oleh

beberapa orang yang berbeda.

Page 66: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

c. Perbedaan sikap dan perilakunya terhadap beberapa orang yang

berbeda.

d. Perbedaan pembebanan terhadap orang yang berbeda dengan kapasitas

yang berbeda.

e. Penerimaannya terhadap sebagian sikap atau perilaku seseorang yang

tidak dia terima dari orang yang berbedai

Komunikasi dakwah Rasulullah berupaya mengangkat derajat

masyarakat jahiliyah Arab dengan niat yang tulus ikhlas untuk mentaati

perintah Allah dan menjauhi larangannya telah berhasil mencapai tujuannya.

Dan selayaknya seorang komunikator tidak bersikap kasar dalam berdakwah

meski harus tetap tegas dan kukuh pendirian. Sifat-sifat mulia beliau sejak

kecil menjadikan Rasulullah memancarkan shibghat‟llah atau celupan Allah

yang memudahkan beliau membangun kesadaran kolektif yang istikomah

khususnya dalam komunikasi dakwah.

Kredibilitas yang dimiliki seorang tokoh dakwah tidak perlu

dibangun dengan perilaku yang manipulatif atau dibuat-buat. Namun ia

harus mampu mencerminkan sikap positif seperti yang dicontohkan

Rasulullah saw. Selaku tokoh, komunikator dakwah tidak hanya sekedar

mampumenyampaikan pesan islam secara verbal namun dituntut untuk

memberikan suri tauladan yang baik. Dengan citra yang baik, masyarakat

mau mendengar dan menyimak apa yang disampaikan oleh komunikator

(Ma‟arif, 2010:60).

Dalam buku Metode dakwah (Munir, 2003:252) dipaparkan

mengenai pendapat Syekh Muhammad Abduh, bahwa ada 3 golongan umat

yang dihadapi pendakwah dan cara menghadapinya secara garis besar ,

yaitu:

a. Golongan cendekiawan

Pada golongan ini terdapat orang-orang yang cinta kebenaran dan

dapat berfikir secara kritis. Mereka harus diseru dengan hikmah, yaitu

dengan alasan-alasan dan dalil-dalil yang hujjah dan dapat diterima

dengan kekuatan doa mereka.

Page 67: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

b. Golongan awam

Pada golongan ini mereka belum dapat menangkap pengertian

yang tinggi, mereka dapat diseru dengan maidzatun hasanan yang berisi

ajaran dan didikan yang mudah dipahami.

c. Golongan yang tidak keduanya

Pada golongan ini mereka tidak dapat diseru menggunakan metode

menghadapi dua golongan sebelumnya. Mereka dinasehati dengan

mujadallah billati hiya Ahsan yakni dengan cara bertukar pikiran guna

mendorong berpikir secara sehat satu sama lain.

Syekh Muhammad Abduh menyimpulkan bahwa ketika berbicara atau

berkomunikasi dengan seseorang hendaknya berbicara dengan kadar

akalnya masing-masing. Jika seorang da‟i ingin setiap nasihatnya dapat

berkesan dan meresap ke hati pendengarnya, beberapa yang harus dilakukan

adalah:

a. Melihat secara langsung atau mendengar pembicaraan orang tentang

kemungkinan yang tengah merajalela.

b. Memprioritaskan kemungkinan yang paling besar bahayanya atau

dampak negatifnya untuk dijadian nasihat.

c. Menganalisa apakah hal yang membahayakan tersebut merupakan

kerusakan moral, kemasyarakatan, kesehatan atau harta.

d. Menukil nash-nash al Qur‟an dan hadits shahih perkataan sahabat.

Page 68: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BAB XI

DAKWAH PERSUASIF

A. Pengertian Dakwah

Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da‟wah” . Kata

kerjanya da‟aa yang berarti memanggil , mengundang atau mengajak .

Ism fa‟ilnya (red. pelaku) adalah da‟I yang berarti pendakwah. Di dalam

kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a‟lam disebutkan makna da‟I

sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya

atau mazhabnya . Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu

Dakwah karangan Moh. Ali Aziz (2009:6) , kata da‟a mempunyai

beberapa makna antara lain memanggil, mengundang , minta tolong ,

meminta , memohon , menamakan, menyuruh datang , mendorong ,

menyebabkan , mendatangkan , mendoakan , menangisi dan meratapi.

Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama

manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar

dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh,

1971:6). Dakwah islam merupakan ajaran untuk berfikir , berdebat dan

beragumen dan menilai sesuatu kasus yang muncul . Dakwah islam tidak

dapat disikapi dengan keacuhan oleh orang bodoh yang berhati dengki .

Hak berfikir merupakan sifat dan milik semua manusia, tak ada orang

yang mengingkarinya. Kemudian apa yang dilakukan adalah penilaian ,

maka hakikat sifat penilaian tujuan dakwah tak lain adalah kepasrahan

yang beralasan , bebas , dan sadar dari obyek dakwah terhadap

kandungan dakwah (Moh. Ali Aziz,2009:3).

Essensi dakwah adalah terletak pada ajakan , dorongan

(motivasi) , rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk

Page 69: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan

pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan orang lain.

Oleh karena itu sikap suka rela dalam penerimaan massage

dakwah merupakan ciri khas kejiwaan, maka kegiatan dakwah yang

didasarkan atas pandangan psikologi mengandung sifat persuasif

(memberikan keyakinan) , motivatif (merangsang) , konsultatif

(memberikan nasehat) , serta edukatif (mendidik).

B. Komunikasi Persuasif

Apa itu persuasif ? Persuasif yaitu adalah tanpa adanya paksaan

dengan mempengaruhi jiwa seseorang sehingga dapat membangkitkan

kesadarannya untuk menerima dan menerima suatu tindakan(Moh. Ali

Aziz,2009:446),

Persuasif berasal dari istilah bahasa Inggris persuation. Persuation

dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan, dan sebagainya.

Baik koersif ataupun persuasif keduanya bertujuan mengubah perilaku,

kepercayaan, dan sikap. Bedanya ialah terletak pada cara

penyampaiannya.

Sebagai contohnya adalah Ustadz Abdul Shomad (UAS) yang

termasuk salah satu da‟i yang dapat diterima semua kalangan terlepas

dari adanya beberapa golongan yang membencinya , Sehingga dapat

dikatakan Dakwah Persuasif adalah proses kegiatan yang mempengaruhi

jiwa seseorang (mad‟u) sehingga timbul kesadarannya sendiri untuk

mengikuti ajakan pendakwah (da‟i) dengan cara halus atau tanpa

paksaan.

Dakwah bukan saja merupakan suatu kewajiban bagi orang orang

yang tampil di „mimbar‟ namun kita semuapun wajib untuk berdakwah

sesuai kapasitas dan kemampuan kita , dakwah persuasif atau dakwah

Page 70: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

yang disampaikan secara persuasif pun menjadi suatu cara yang terbukti

efektif .

Komunikasi dakwah persuasif adalah komunikasi dakwah yang

senantiasa berorientasi pada segi-segi psikologis mad‟u dalam rangka

membangkitkan kesadaran mereka untuk menerima dan melaksanakan

ajaran Islam. Dakwah Islam dilakukan dengan cara persuasif dengan

tidak melakukan pemaksaan, merusak dan anarkis. Da‟i tidak bisa

memaksakan ide-ide dan ajarannya agar diikuti oleh mad‟u. Akan

tetapi da‟i seharusnya menyampaikan ide dan ajaran dengan

pertimbangan rasa (emosi) dan fakta-fakta yang kuat serta dengan

pendekatan kultural berikut dengan bahasa dan idiom-idiomnya.

Untuk meningkatkan keberhasilan dalam komunikasi dakwah

persuasif perlu dilaksanakan secara sistematis. Dalam komunikasi ada

sebuah formula yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan komunikasi

persuasif . Formula-formula tersebut tersebut adalah:

1. Attention yaitu perhatian. Dilakukan dengan cara menyampaikan

informasi dakwah dengan tutur kata yang lembut dan penampilan

yang yang berkesan.

2. Interest (minat) yaitu menumbuhkan minat mad‟u untuk mengenal

ajaran agama. Hal ini bisa disentuh dengan menuruti kemauan dan

kebutuhan mad‟u.

3. Desire (hasrat) yaitu menumbuhkan hasrat mad‟u dengan cara

melakukan kontak visual terhadap mad‟u sehingga merasa lebih

diperhatikan. Hal tersebut juga menuntut mad‟u untuk

memperhatikan.

4. Decision (keputusan) yaitu upaya untuk mengarahkan mad‟u kepada

sebuah tindakan yang diinginkan oleh da‟i.

Page 71: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

5. Action (kegiatan) yaitu upaya menggerakkan mad‟u untuk melakukan

apa yang sudah disampaikan dengan pemilihan kata yang tepat

sehingga mudah diapahami oleh mad‟u.

C. Dakwah Persuasif

Dakwah Persuasif “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa

yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan

berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang

berbekas pada jiwa mereka.” (Qs. An-Nisa ayat 63)

Persuasifitas mengarah pada sejauh mana pesan-pesan dan aktifitas

dakwah dapat mempengaruhi dan meyakinkan jamaah dakwah. Suatu

komunikasi dakwah berdaya panggil secara berbeda pada jiwa orang yang

diserunya. Ada daya panggil besar yang, namun ada pula yang berdaya panggil

kecil. Sekecil apapun daya panggil dakwah, selayaknya dipahami sebagai efek

dari kegiatan komunikasi dakwah. Penyebar luasan islam ke Nusantara juga

tercatat sebagai hasil dari proses asimilasi kehidupan melalui jalan dakwah

yang dilakukan oleh Walisongo (Sembilan wali). Dakwah islam yang mereka

lakukan itu lebih dititik beratkan kepada ajaran hati (tashawuf) , sehingga dapat

menyentuh hati dan membina kepribadian muslim yang lemah lembut

(Achmad Mubarok,2014:167)

Dakwah persuasif adalah proses mempengaruhi mad‟u dengan

pendekatan psikologis, sehingga mad‟u mengikuti ajakan da‟i tetapi merasa

sedang melakukan sesuatu atas kehendak sendiri (tidak dipaksakan).

Dalam al-Qur‟an dakwah persuasif telah disinggung. Al-Qur‟an memberikan

iatilah-istilah pesan yang persuasive dengan kalimat qaulan layina, qaulan

ma‟rufa, qaulan baligha, qaulan sadida, qaulan karima, qaulan maisura, dan

qaulan tsaqila.

Page 72: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

a. Qaulan Baligha (Perkataan yang membekas pada jiwa)

Al-Qur‟an memberikan tuntunan, bahwa redaksi seruan dakwah

berbeda-beda tekanannya, tergantung siapa mad‟unya. Perkataan yang

dianggap baligh, manakala berkumpul padanya tiga sifat yaitu, memiliki

kebenaran dari sudut bahasa, mempunyai kesesuaian dengan apa-apa

yang dimaksudkan, mengandung kebenaran secara substansional.

“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang

munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah

Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS.

At-Taubah ayat 73)

Misalnya, seorang pelaku dakwah ketika berbicara dengan orang

munafik jangan berbicara dengan perkataan yang lemah lembut karena

tidak akan membekas pada jiwanya. Tetapi berbicaralah dengan kalimat

yang tajam, pedas, tetapi benar baik bahasa maupun substansinya.

Contohnya Pernyataan yang tajam tapi benar adalah QS. Al-Baqarah ayat

8-20 tentang orang munafik.

b. Qaulan Layyina (Perkataan yang lemah lembut)

“(43) Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah

melampaui batas; (44) Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya

dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau

takut". (QS. Thahaa ayat 4-44)

Dakwah yang sejuk dan lemah lembut ini secara pesuasif cocok

jika ditujukan kepada mad‟u yang menduduki kekuasaan yang peka

terhadap kritik.

Page 73: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

c. Qaulan Maisura (Perkataan yang ringan)

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari

Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka

Ucapan yang pantas” (QS. Al-Isra ayat 28). Qaulan Maisura atau

perkataan yang ringan ini biasanya relevan bagi awam yang hidupnya

masih direpoykan oleh kebutuhan pokok: makan, minum, tempat

berteduh.

d. Qaulan Karima (Perkataan yang mulia)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan

sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-

duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu , Maka sekali-kali

janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan

janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka

Perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra ayat 23).

Dakwah persuasif qaulan karima diperlukan jika dakwah itu

ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia

lanjut. Haruslah di sampaikan dengan perkataan yang mulia.

e. Qaulan Syadida (Perkataan yang benar)

Qaulan syadida merupakan persyaratan umum suatu pesan dakwah

agar dampakya persuasif. Ditujukan kepada siapa pun, pesan dakwah

haruslah dengan perkataan yang benar.

“(70) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah

dan Katakanlah Perkataan yang benar, (71) niscaya Allah memperbaiki

bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan

Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah

Page 74: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

mendapat kemenangan yang besar ” (QS. Al-Ahzab ayat 70-71)

(Achmad Mubarok,2014:190-204).

Page 75: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

BIODATA PENULIS

Agus Hermawan, S.Pd.I, M.A (Pak Agus, lahir 22 Agustus 1978) adalah

putera bungsu dari tiga bersaudara pasangan Ki sumbodo trah Notobratan Pangeran

Wijil V (Keturunan R.M. Said/ Sunan kalijaga Kadilangu Demak ke-14) dan Ibu Hj.

Kartini dari Undaan Kidul kudus. Masa kecilnya dihabiskan untuk belajar dan

mengaji serta bekerja membantu orang tuanya. SD, MTs (Kudus), SMA (Jepara), S1

/PAI; S.Pd.I (STAIN Kudus tahun 2003) S2/Psikologi Pendidikan Islam; M.A (UMY

Yogyakarta tahun 2005). Sekarang ini pak Agus beraktivitas sebagai Dosen di IAIN

Salatiga, Ketua Yayasan Hj. Kartini Kudus, Ketua Yayasan Nurul Muttaqiin Kalirejo,

Sekretaris Majlis Dakwah Islamiyah, Sekretaris KAHMI Kudus, Ketua Takmir

Masjid, Direktur LPI Nurul Muttaqiin, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatun Najah

Kecandran Salatiga dan beliau juga aktif menulis beberapa jurnal serta buku yang

telah dipublikasikan, berorganisasi non politik, dan memberi ceramah di masyarakat

dan Perguruan Tinggi setempat serta memberi layanan konseling di rumahnya.

Pengalaman sebagai guru selama 10 tahun telah mengampu 21 mata pelajaran

(2000-2010), Kepala Sekolah termuda MAS/ SLTA (2006-2010), pimpinan BPD

termuda (usia 21 tahun) telah menjadikan mantan pimpinan redaksi Bulletin Al

Hikmah HMJ STAIN Kudus ini semakin terpacu untuk selalu belajar dalam segala

hal. Mantan Aktivis Mahasiswa ini telah mengajar beberapa mata kuliah diantaranya;

Psikologi Umum, Psikologi Pendidikan di Universitas Satyagama Jakarta

(2007/2008), Bimbingan dan Konseling Islam, Metodologi Ketrampilan Konseling,

Psikologi Sosial di UNISFAT Demak, mata kuliah PAI dan Filsafat Ilmu di UMK

Kudus. Beberapa buku beliau diantaranya; Bengkeli Hati Qta dengan Kata Mutiara

(2011), Pantun Advice For US (2011), Pengantar Bimbingan Konseling Islam (2011),

Nabi Muhammad Sang Penyelamat Umat (2011), Pengantar Psikologi Pendidikan

Page 76: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

Islam (2011), Pengantar Ilmu Sosial, Budaya dan alamiah Dasar (2011), Buku

Panduan Wisuda Sarjana (2011), Pengantar PAI di Perguruan Tinggi (2011)

Pengantar Filsafat Ilmu (2012), Studi Islam Indonesia (2016), Sirah Nabawiyah

(2016) Pengantar Akhlak Tasawuf I (2016), Retorika Dakwah (2018), Studi Islam

Nusantara dan Pengantar Psikologi Dakwah (2019). Penulis sekarang bertempat

tinggal di Desa Undaan Kidul gang 10B dan Kalirejo RT 02 RW II Gang 02 Undaan

Kudus dengan 3 anaknya Risyad Hisyam ash Shiddieqi, Anas Dhiyaul Haq al Qudsi

dan Qaisara Rania Asy-Syabiya didampingi isteri tercinta Erlina Wijayanti, S.Pd yang

berprofesi sebagai PNS di Kementerian Agama Kabupaten Demak. Semoga buku

sederhana ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi amaliah penulis. Aamiin.

Page 77: AGUS HERMAWAN, S.Pd.I,Me-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6868/1/Buku... · 2020-01-14 · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam

DAFTAR PUSTAKA

Armawati Arbi, 2012, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, Jakarta: Amzah

Faizah dkk, 2015, Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenada Media Group

Hamdani Bakran adz Dzakiey, 2005, Psikologi Kenabian; Memahami Hakikat

dan Citra Diri, Yogyakarta: Penerbit Daristy

Hamdani Bakran Adz Dzaky, 2006, Konseling dan Psikoterapi Islam,Yogyakarta:

Penerbit Fajar Pustaka Baru

Muhammad Izzuddin Taufiq, 2006, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi

Islam,Jakarta:Gema Insani

Muhammad Syafa‟at Habib, 1982, Buku Pedoman Da‟wah, Jakarta: Penerbit

Widjaya

Muhammad „Utsman Najati, Psikologi Dalam Perspektif Hadits, Jakarta: Pustaka

Al-Husna Baru

Munzier suparta dan Harjani Hefni L.C.2003.metode dakwah,jakarta:jakarta

Kencana.