9

AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama
Page 2: AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama

EDISIAGUSTUS

2016

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

DIPRODUKSI OLEH:

2 CAMPUSPOLITANPKM ITB,Ketulusan yang berbuah Emas

IPTEK 12 SOSOK 14 SENI & SASTRA

TAHUN 2016

Salam Redaksi

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rah-mat-Nya, pada Bulan Agustus ini, dalam nuansa kemerdekaan, Koran GANECA POS kembali hadir un-tuk memenuhi dahaga massa kam-pus akan berita-berita teraktual dan terpercaya di Kampus ITB. Hadirn-ya kembali Koran GANECA POS menjawab konsistensi PERSMA ITB di dalam menyampaikan berita ke massa kampus di tengah derasnya arus digital. Pada edisi ini, GANE-CA POS akan membahas tentang ajang kaderisasi terbesar di KM ITB yaitu INTEGRASI ITB 2016. Dina-mika persiapan INTEGRASI yang penuh dengan tantangan dan peru-bahan menjadi penghangat berita yang ada di dalam Koran GANECA POS ini. Selain itu, kebijakan rek-torat terkait NKRI-P dan Osjur 10 hari baru-baru ini menjadi pemba-hasan lain di dalam Koran Ganeca Pos. Persiapan PON XIX dan kabar penggusuran warga sekiaar PT KAI ternyata tak kalah hangatnya untuk dibahas di dalam Koran ini. Tak ha-nya berita saja, terdapat ulasan san-tai mengenai film 3 Srikandi yang menjadi bacaan bagus untuk penik-mat film Indonesia.

Tidak hanya berfokus pada ko-ran, namun GANECA POS hadir lebih dekat dan lebih cepat untuk menyampaikan informasi kepada massa kampus melalui media web-site ganecapos.com. Media sosial berupa jejaring facebook, twitter, line@, dan youtube menjadi kanal penyalur informasi kepada pemb-aca setia GANECA POS. Pada ed-isi Agustus ini, PERSMA kembali menghadirkan inovasi baru berupa kanal Instagram yang akan men-yampaikan foto-foto pemberitaan ter-update seputar isu di Kampus ITB. Kami juga menerima karya dari massa kampus berupa opini, puisi, dan cerpen. Semoga dengan kehadiran Koran GANECA POS Edisi Agustus 2016, kita semakin tercerahkan dan tercerdaskan.

Salam hangat,Pemimpin RedaksiGaneca Pos

16EdisiAgustus 2016

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

LENSA

11KOLOM & OPINI 9

Festival INTEGRASI ITB 2016

Berlangsung Meriah, Feedback Massa Kampus Sangat Diharapkan

Festival Integrasi ITB 2016 yang berlangsung pada Sabtu (20/08) lalu disambut berbagai komentar maupun saran per-baikan, baik dari unit kegiatan mahasiswa (UKM) maupun ma-hasiswa baru ITB angkatan 2016. Lokasi dan informasi yang sim-pang siur menjadi keluhan utama UKM.

Festival yang diadakan pada hari terakhir Integrasi ITB 2016 merupakan mata acara penggan-ti Open House Unit (OHU) yang biasa dilaksanakan pada akhir minggu pertama perkuliahan. Berbagai penyesuaian dilaku-kan oleh panitia telah dilakukan, seperti pengarahan peserta, pe-nataan lokasi, hingga koordinasi pendaftaran unit dengan meng-umpulkan formulir daring (on-line) dalam tautan kmitb.top/daftarunit.

Walaupun dibayangi oleh berbagai kekhawatiran di awal

sosialisasi mata acara ini, festi-val mampu menarik perhatian mahasiswa baru untuk mengun-jungi berbagai stand UKM yang berpusat di lapangan basket dan tenis Saraga. Mahasiswa baru yang sebelumnya menikmati tiga hari pertama Integrasi dengan berbagai pemaparan materi men-gaku merasa bebas di hari terakh-ir Integrasi untuk mengeksplor euforia tiap unit yang memiliki ciri khasnya masing-masing.

Tio Lubis, mahasiswa FMIPA angkatan 2016, mengaku mera-sakan euforia kemeriahan ketika berkeliling melewati berbagai stand unit. Namun, mahasiswa yang berasal dari Medan ini mengaku hanya mampu menik-mati dua penampilan di pang-gung utama karena banyak yang ditawarkan dalam festival namun tidak bisa melihat semuanya.

Hal yang sama juga diung-kapkan oleh Age, mahasiswa

baru SBM angkatan 2016, “Fes-tival-nya seru sih, rame. Ya pal-ing ngerasa panas aja”. Sambil berteduh di bawah pohon dekat kursi penonton lapangan utama, Age langsung menanggapi den-gan komentar “Rame sih, tapi makanannya mahal, hehe.. tapi seru kok”. Ia mengaku tertarik untuk mengikuti kegiatan unit, asalkan tidak mengganggu kegia-tan akademiknya

Kemeriahan yang sama juga diakui oleh M. Ilham Sobirin dari Pramuka ITB. “Lebih ke-liatan padet, lebih berisi, lebih variatif dari yang sebelum-sebel-umnya”, ujar Ilham. Walaupun lebih ramai, Ilham mengaku para mahasiswa baru yang mendaftar di stand Pramuka ITB terlihat sedikit bertanya namun langsung mendaftarkan diri saat itu juga.

Selain pelaksanaan, unit-unit turut memerhatikan proses per-siapan dan mengaku puas den-

gan panitia yang lebih responsif dari tahun sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh Kelvin Fadil-lah dari Unit Kebudayaan Melayu Riau (UKMR) ITB. “Oh, (komu-nikasi dengan panitia, -red) lan-car. Karena kami disini kan unit yang berbasis kekeluargaan, jadi kami harus kenal satu sama lain dulu baru bisa komunikasi den-gan baik,” tutur Kelvin.

Lokasi Festival DikeluhkanKeluhan yang dijumpai pada

mahasiswa baru maupun peser-ta pameran unit/himpunan dan stand makanan yakni penempa-tan stand yang cukup merugikan tiap pihak. Kevin menyatakan penempatan panggung di jur-ing utara lapangan utama Sara-ga yang jauh dari konsentrasi massa di lapangan basket dan tenis maupun lapangan futsal

Adrenalin Kemahasiswaan Kita Artificial Intelligence Samaun Samadikun di Mata Muridnya

Performance INTEGRASI ITB 2016 Penutupan INTEGRASI ITB 2016

(bersambung ke halaman 5)

Dok. Pers Mahasiswa ITB Dok. Pers Mahasiswa ITB

Dok. Pers Mahasiswa ITB

GANECAPOS, ITB - Keramaian pada saatpenutupan acara kaderisasi ter-pusat, INTEGRASI ITB di Sarana Olahraga (Saraga) ITB. Warna-warni him-punan dan unit menghiasi festival INTEGRASI ITB 2016. Mahasiswa baru pun tampak antusias terhadap kehadiran massa kampus tersebut. (YS)

Page 3: AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

2EdisiAgustus 2016

15Edisi

Agustus 2016GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

GANECA POS terbit sejak tahun 2007

Pemimpin Umum M. Bayu Pratama Pemimpin Redaksi Muhammad Rezky Redaktur Pelaksana Mery Ayu. W Editor in Chief Muhammad Rezky Reporter Muhammad Rezky, Afif Hamzens, Mery Ayu. W, Melati Puspadewi, M. Mahendra. P, Luh Putu Viona. D, Mutia Aristawidya, Nazifatul Azizah, Yusrina Sabila, Siti Nurfaizah Khoirunnisa,

Muhammad Reza Fahlevy, Rima Amelia. S, Vania Elliya A.W., Ummi Azizah, Nahayuk Kresnawati, Muhammad Fauzan Al Ghifary, Prihita Eksi Cahyandari, M. Nur Badruddin, M. Fikri R. Ardi Rubrik Lensa Muhammad Rezky, Yusrina Sabila Layouter Yusrina Sabila, Luh Putu Viona. D, Prihita Eksi Cahyandari Illustrator Basyarayni Mawla

Fatha Marketing Nudiya Salsabila, Khayima Arnisti

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

Fakta KehilanganMahasiswa Diminta Waspada Dengan Barang PribadinyaGANECA POS, ITB – Kehilangan dan penemuan barang sering ter-jadi baik di dalam maupun di luar lingkungan ITB. Mahasiswa tak ja-rang menjadi korban kehilangan barang. Mulai dari dompet, telepon genggam (HP), laptop, hingga kunci kendaraan tidak pernah absen sela-ma beberapa tahun terakhir. Dalam beberapa kasus, kehilangan barang juga bisa disebabkan pencurian oleh pihak lain. Terlepas dari kegiatan akademik, mahasiswa sering tidak dapat mencari barang pribadi yang ditinggalkan atau dihilangkan. Oleh karena itu, Satuan Pengamanan yang tergabung dalam UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) ITB ditugaskan untuk mencatat laporan kehilangan dan penemuan barang. Selain itu, ke-tika barang yang hilang telah ditemu-kan, satuan ini akan menghubungi pihak yang kehilangan barang.

Berdasarkan data tahun 2014 hingga medio 2016, peristiwa kehi-langan dan penemuan barang men-galami pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini ditandai dengan adanya lapo-

ran kehilangan barang sejumlah 148 di tahun 2014 dan meningkat hingga 294 kasus di tahun 2015. Meskipun demikian, kasus kehilangan ini diya-kini UPT K3L akan turun di tahun 2016, mengingat upaya preventif telah dilakukan pihak ITB dan ma-hasiswa.

Menurut Pak Nana Hartono, salah satu petugas yang bertanggu-ng jawab atas laporan kehilangan dan penemuan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peristiwa kehilangan dan penemuan ini selalu terjadi di kampus ITB. Faktor perta-ma adalah mahasiswa yang terledor terhadap barang.

Statistik yang dihimpun oleh UPT K3L menyebutkan bahwa laporan yang paling banyak terjadi adalah kasus kehilangan dompet dan HP. Nana kemudian menjelaskan, kasus kehilangan ini seringkali diawali dengan kebiasaan mahasiswa yang sering menaruh barang berharga di sembarang tempat. Beberapa lokasi yang kerap menjadi tempat hilang nya barang adalah kawasan KKP, Gerbang Utama, dan ATM Center.

Faktor kedua adalah sifat maha-siswa ITB yang tidak peka terhadap sekitarnya. Hal ini tercermin dalam sebagian kasus yang terjadi di awal 2015. Saat itu, terdapat sekelom-pok mahasiswa yang berkumpul di bangku GKU barat. Seorang di-antaranya menitipkan laptop pada temannya sebelum pergi ke ATM terdekat. Namun, ketika dia kembali, tas yang berisi laptopnya sudah tidak ada di tempat. Teman yang dititipkan pun tidak menyadari ke mana hilan-gnya tas berisi laptop tersebut.

Selain keteledoran tersebut, fak-tor selanjutnya adalah adanya kes-empatan untuk dicuri. Mahasiswa ITB sering kali terlalu percaya pada orang lain. Dalam sebuah kasus, seorang mahasiswa kehilangan HP setelah menitipkannya pada ses-eorang yang dianggapnya sebagai petugas barang penitipan. Bahkan di tahun 2015 didapatkan bahwa kehil-angan termarak terjadi di area mush-ola. Hal ini diduga oleh Pak Nana akibat beberapa mahasiswa percaya bahwa orang yang ada di mushola adalah orang baik yang ingin sholat.

Padahal, sempat ditemukan pelaku pencurian yang juga suka memasu-ki mushola di Perpustakaan maupun Masjid Salman.

Untuk mengatasi rawannya ke-hilangan ini, UPT K3L telah me-masang CCTV di area-area rawan kehilangan termasuk memonitor area tersebut melalui petugas-petu-gas keamanan. Selain itu, UPT K3L juga sudah bekerja sama dengan pihak Kepolisian bila kasus yang terkait pencurian tidak bisa disele-saikan oleh Komisi Kedisiplinan dibawah naungan ITB. Namun, di-ungkapkan kembali oleh Pak Nana, penindaklanjutan kehilangan akibat pencurian sebaiknya diselesaikan di internal ITB dalam hal ini Komisi Kedisiplinan, bergantung pada kor-ban dan pelaku pencurian (baik itu dosen maupun mahasiswa).

Petugas Satuan Pengamanan ini juga mengingatkan bahwa tugas satuan pengamanan hanya menam-pung laporan kehilangan dan pen-emuan barang, mengamankan barang-barang yang ditemukan, menghubungi korban kehilangan,

serta mengamankan pelaku pen-gambilan barang. Oleh karena itu, sangat diperlukan kesadaran ma-hasiswa untuk tetap siaga dan lebih peka terhadap keadaan sekitar. Be-berapa contohnya adalah mengecek daftar identitas pemilik barang hasil penemuan yang biasa dipajang di depan kantor serta mengecek sepe-da yang diamankan petugas. Nana dan jajarannya bahkan menemukan mahasiswa yang mengambil baran-gnya setelah diamankan selama satu tahun.

Pak Nana berpesan agar maha-siswa dapat membantu kinerja satu-an pengamanan dengan memberikan saran seperti bagaimana sebaiknya pengamanan sepeda atau pengaman-an di mushola. Bahkan, beliau juga berharap didirikannya unit sepeda sehingga mahasiswa dapat memban-tu mengelola sepeda-sepeda alumni ataupun sepeda yang dalam bebera-pa waktu tidak diambil oleh pemili-knya. (LPVD/YS)

PKM ITBKETULUSAN YANG BERBUAH EMASGANECA POS, ITB – Institut Te-knologi Bandung (ITB) berhasil meraih peringkat 5 dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIM-NAS) XXIX 2016 yang berlangsung pada 7-12 Agustus 2016 di Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat. Prestasi ini merupakan titik balik dari pencapaian tim ITB yang terus menurun dari Juara Umum II di tahun 2009 hingga peringkat xx di tahun 2015 lalu.

Peringkat 5 dicapai tim ITB den-gan merebut 1 medali emas, 1 medali perak, dan 4 medali perunggu dari tujuh tim yang berhasil lolos PIM-NAS.

Medali emas diraih oleh tim PKM-M yang beranggotakan Jona-than Pribadi (EP’12), I Wayan Kur-niawan Aditya W. (EP’12), Diardano Raihan (EL’12), dan I Wayan Palguna Krisnadi (EP’13) dengan produk be-rupa situs bernama ngebuat.com.

PKM sebagai Jalan Mengabdi dan Berwirausaha

Diar mengungkapkan bahwa se-lama menjadi mahasiswa, terdapat banyak jalan untuk mencoba ber-kreasi tanpa memikirkan modal. Salah satunya adalah PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Sembari berkelakar, disebutkan bahwa ide PKM-M ini berawal di tahun ketiga mereka dengan Wawan, panggilan akrab I Wayan Kurniawan Aditya W.,

sebagai penggagas utama. Gagasan ini awalnya masuk ke

tahap perancangan business plan dengan anggota Wawan, Alvin, Diar, serta Ignatius Alberstan. Namun, setelah beberapa waktu, mereka sempat mengalami pergantian ang-gota hingga situs ngebuat.com tere-alisasikan di PKM.

ngebuat.com adalah salah satu karya wirausaha yang unik. Diband-ingkan berjualan produk jadi, Diar dkk membuka situs berbasis swa-karya atau biasa disebut DIY (Do It Yourself) yang menyediakan tutorial pembuatan barang yang terbagi ke dalam empat kategori, yaitu teknolo-gi, dekorasi, makanan, dan kerajinan tangan.

Selain itu, situs ini juga juga menyediakan jasa pembelian bah-an yang bekerja sama dengan UKM (Usaha Kecil Menengah). Sehingga, masyarakat yang ingin berinovasi lebih mudah dalam membeli bahan.

Selain itu, tim ngebuat.com ada-lah tim yang socio-technopreneur. Dalam hal ini, tim lebih fokus kepa-da penyelesaian masalah masyarakat dengan solusi berbasis IT. Tim ini in-gin menjadi komunitas yang menye-diakan media informasi terpercaya dalam hal instruksi dan tutorial ino-vasi karya dari seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, tim ini berencana berkeliling Indonesia untuk menam-pung aspirasi dan kreativitas dari

masyarakat Indonesia.Menurut mereka, yang diper-

lukan dalam mengikuti PKM ada-lah ketulusan. Meskipun termasuk kelompok wirausaha, tim ini tetap memprioritaskan penyelesaian ma-salah masyarakat. Dalam hal ini, mereka ingin mengubah paradigma konsumtif masyarakat kini menjadi masyarakat Indonesia yang mandi-ri dan penuh karya. Karena diawali ketulusan, mereka memiliki niat un-tuk mengembangkan program ini secara berkelanjutan. Oleh karena itu, meskipun telah memenangkan PIMNAS, mereka menargetkan ter-ciptanya paten logo, buku kompilasi satu juta karya/tahun, serta masuk ke dalam 1000 start-up digital di tahun 2020.

Inti yang ingin disampaikan oleh Diar yakni mahasiswa selalu berang-kat dari ketulusan. Kemenangan adalah sebuah bonus yang diberikan Tuhan. Mereka juga mengungkap-kan program yang sukses dilihat dari seberapa besar kebermanfaatan pro-gram tersebut ke masyarakat, terle-pas dari program tersebut wirausaha ataupun tidak. Sehingga, meski mer-eka sedang menjalani PKM-M seka-lipun, omzet dapat menjadi prioritas kedua.

Diar kembali mengungkapkan bahwa seluruh perjalanan yang suk-ses memerlukan kerja keras. Sebe-lum PIMNAS, mereka telah dilatih

oleh Kak Ubai selaku alumni dan pemerhati PKM ITB, Satgas PKM, serta Lembaga Kemahasiswaan (LK) ITB yang telah mendukung mereka. Berbagai saran telah diberikan hing-ga tim ngebuat.com berhasil menge-mas ide ini dengan teknik presentasi talkshow yang memikat hati juri hingga memenangkan medali emas presentasi.

Dari hal ini, mereka mengung-kapkan keuntungan mengikuti PKM. Dari PKM, mereka dapat melatih

kemampuan komunikasi baik dari teknik berbicara, teknik menden-garkan, hingga pengetahuan yang diakui tidak pernah terlintas dip-ikiran di dalam kelas. Mereka men-gakui kemampuan tersebut sangat membantu ketika wawancara kerja. Mereka juga mengingatkan bahwa mahasiswa perlu mengasah softskill terutama komunikasi. Sebab tan-pa softskill, mahasiswa takkan bisa menjadi seorang pemimpin. (LPVD)

DOK. KANTOR BERITA ITB

Pers mahasiswa ITB didirikan pada 14 April 2001 dengan dimotori oleh sepuluh maha-siswa. Pada awalnya, produk yang diterbitkan oleh Persma adalah majalah EDUTREND, majalah yang menitikberatkan pada pendidikan dan diperjualbelikan di toko buku seperti Gramedia. Pada tahun 2006, majalah EDUTREND digantikan oleh Eureka yang dibagikan di dalam kampus. Namun, Persma pernah mengalami vakum. Selanjutnya sejak tahun 2007, Persma kembali bangkit dan mulai rutin untuk menerbitkan Koran GANECA POS dengan tagline “Mencerahkan, Mencerdaskan” yang akan diterbitkan satu bulan sekali. Koran GANECA POS tersebut memiliki 16 halaman dengan berfokus pada isu-isu campus-politan. Untuk mendukung kemudahan pembaca mendapatkan akses berita dari GANECA POS, maka saat ini Persma telah memiliki media penyalur lainnya yaitu berupa website ganecapos.com, twitter @ganecapos, facebook, line@, channel Youtube, dan kini Instagram menjadi jawaban terhangat dari inovasi bentuk media penyalur informasi di GANECA POS.

Jurnalis Kampus Tidak Hanya Sekedar Menulis Lewat BeritaMenulis adalah cara termudah untuk menyimpan peristiwa dan modal terpenting bagi

seorang jurnalis, terutama jurnalis kampus. Dinamika yang terjadi secara cepat adalah tan-tangan bagi seorang Pers Mahasiswa di dalam melaksanakan tugas dan perannya di dalam mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan kemahasiswaan. Tugas dan peran utama dari seorang jurnalis kampus adalah kepekaan untuk mencari kebenaran dan menyampaikan kembali kepada pembaca yang sebagaian besar adalah mahasiswa.

Namun, menulis tidak selalu menjadi paten yang harus dikuasai oleh seorang jurnalis. Keterampilan mengolah foto dan video, membuat ilustrasi, mengolah data litbang, men-gelola keuangan usaha media, maupun membuat karya sastra adalah warna yang dimiliki dan dapat dikembangkan oleh setiap individu. Warna-warna tersebut juga terdapat di da-lam Persma. Pers Mahasiswa ITB yang terdiri dari beberapa divisi yang memiliki tugasnya masing-masing.

Sehingga, layak rasanya bagi individu yang ingin berkembang dalam bidang di atas dapat menjadi bagian dari Pers Mahasiswa ITB!

Jangan ragu utuk bergabung bersama Pers Mahasiswa ITB!

Menikmati alam bebas - selain melakukan aktivitas jurnalistik, Pers Mahasiswa ITB

juga mengadakan berbagai agenda refresh-ing mempererat keakraban antarkerabat

MENGGUGAH PERS MAHASISWA ITB

Pers Mahasiswa ITB mengadakan acara Young Journalist Summit

Kerabat Pers Mahasiswa ITB Berfoto bersama

Mengadakan acara gathering dan syuku-ran wisuda Kerabat Persma ITB

Page 4: AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama

4EdisiAgustus 2016

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

13Edisi

Agustus 2016GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

RESENSI FILM

3 SrikandiReinkarnasi Robinhood Indonesia

Mengangkat kisah nyata dari 3 atlet panahan Indonesia di Olimpiade London 1988, sang sutradara Imam Brotoseno suk-ses menghadirkan film-film se-jarah Indonesia yang berbeda dari pendahulu-pendahulunya. Melalui unsur dramatisasi yang tidak terlalu berlebihan, film ini juga berhasil membuat penonton terhanyut dalam kisah-kisah da-lam film tersebut.

Seperti film Indonesia pada

umumnya, 3 Srikandi tidak mem-berikan sesuatu yang spesial dari penyajian efek visualnya. Film ini masih mengandalkan unsur drama yang kuat dipadu dengan setting cerita dan tentu saja per-an dari aktor-aktor terkemuka Indonesia. Walaupun begitu, film ini terasa cukup istimewa karena akting para pemainnya yang pa-tut diacungi jempol. Penggunaan latar tempat, pakaian, dan make-up juga memperkuat suasana tahun 1988 yang menjadi latar belakang film ini.

Pada awal film, kehadiran Reza Rahardian yang memer-ankan Donald Pandiangan yang mentransformasikan dirinya menjadi sosok yang keras kepala dan arogan berhasil menghipto-nis penonton untuk tetap terha-nyut dalam film. Pemilihan Reza Rahardian sebagai aktor utama juga merupakan keputusan yang tepat, melihat aktingnya yang sangat dalam pada film ini.

Selain itu, kehadiran trio Bunga Citra Lestari, Tara Basro, dan Chelsea Islan juga membuat

film ini lebih hidup. Dengan tiga karakter berbeda yang dib-awakan, mereka bertiga sukses melengkapi peran Reza Rahard-ian sebelumnya. Harus diakui dari ketiga perempuan cantik tersebut, Chelsea Islan yang me-merankan Lilies sukses mencuri perhatian dengan lelucon-lelu-con nyeleneh yang tidak berlebi-han dan tentu saja dibalut den-gan aksen jawanya yang khas.

Peran menjadi seorang atlet panahan ternyata dapat diper-ankan dengan baik oleh tiga orang tersebut. Walaupun mer-eka sama sekali tidak tertarik dan tidak berbakat dalam bidang panahan, namun dengan usaha dan kerja kerasnya mereka ber-hasil memerankan peran terse-but dengan maksimal.

Film 3 Srikandi hadir bukan hanya untuk hiburan semata, tetapi seakan menyentil dunia olahraga Indonesia yang lama kelamaan prestasinya makin menurun, khususnya cabang panahan. Melalui film ini, kita juga dapat melihat kehidupan

keras seoarng atlet yang harus memperjuangkan cita-citanya walaupun terkadang bertentan-gan dengan keinginan lingkun-gan sekitarnya.

Film yang dikategorikan un-tuk semua umur ini sangat cocok untuk ditonton oleh semua ka-langan terutama anak-anak dan para remaja yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Kemasan ringan di film ini juga membuat semua orang yang me-nontonnya pasti paham dengan apa yang ingin disampaikan oleh

film tersebut. Jadi tunggu apalagi, bagi kamu yang masih mengang-gap film Indonesia masih kurang beken dibanding film dari luar negeri, luangkanlah waktumu selama 122 menit untuk menon-ton film ini sebagai pembuktian bahwa film lokal masih memiliki nilai-nilai lebih yang dapat dipe-tik bagi kehidupan sehari-hari. (MRF)

Salah satu scene dalam film 3 Srikandi

Poster film 3 Srikandi

KULINER

Kota Bandung memang dike-nal sebagai kota yang menyajikan berbagai wisata bagi penduduk maupun pendatang. Wisata kuliner merupakan salah satu an-dalan pariwisata kota yang selalu menarik perhatian, karena faktor budaya sunda maupun beragam adaptasi kuliner yang modern. Walaupun bukan makanan asli sunda, bakso merupakan salah satu jenis makanan yang sering dijumpai di Bandung. Mulai dari batagor (bakso tahu goreng), mie, dan berbagai kuliner lain-nya dapat dijumpai di Bandung. Dibalik bentuk yang sederha-na, bakso merupakan salah satu makanan yang memiliki banyak potensi untuk dibuat menjadi berbagai variasi makanan, baik dari segi ukuran maupun isi bakso itu sendiri. Dari beberapa tempat pedagang bakso di Kota Bandung, kami menemukan berbagai macam bakso jumbo (berukuran besar) yang layak Anda coba.

Tidak hanya berukuran be-sar, keempat bakso yang ada di atas juga memiliki cita rasa yang menggugah selera.Tertarik? (RAS/UA)

Empat Bakso Fenomenal di Bandung

Bakso super jumbo berukuran 1.5kg ini biasa dijuluki dengan nama “Bakso Istighfar”. Bakso Solo Condong Raos telah memiliki 10 cabang di Bandung, antara lain di belakang Bandung Trade Center, Cimahi, Jalan Sangkuriang Atas, Jalan Sunda, Jalan Babakan Ciparay, dan Soreang. Kepop-uleran bakso ini membuat sang pemilik Bakso Solo Condong Raos memberikan tantangan kepa-da para pelanggan dengan ketentuan: jika Anda dapat menghabiskan satu porsi ‘Bakso Istighfar’ sendirian dalam waktu satu jam, maka Anda tak perlu bayar alias gratis. Tertarik mencoba?

Bakso Solo Condong Raos1

Bakso Ojo DumehBertempat di Cikuda, Jatinangor, berjarak sekitar 5-10 menit dari Universitas Padjajaran

Jatinangor, Bakso Ojo Dumeh memiliki ukuran yang tak kalah besar dibanding ‘Bakso Istigh-far’. Tekstur bakso yang lembut dan daging yang begitu terasa membuat bakso ini sangat pop-uler di semua kalangan, baik anak–anak maupun orang dewasa. Terlebih ketika musim hujan, Bakso Ojo Dumeh ini selalu laris hanya dalam beberapa jam. Penasaran?

2

Bertempat di Cikuda, Jatinan-gor, berjarak sekitar 5-10 menit dari Universitas Padjajaran Jatinangor, Bakso Ojo Dumeh memiliki ukuran yang tak kalah besar dibanding ‘Bakso Istighfar’. Tekstur bakso yang lembut dan daging yang begitu terasa mem-buat bakso ini sangat populer di semua kalangan, baik anak–anak maupun orang dewasa. Terlebih ketika musim hujan, Bakso Ojo Dumeh ini selalu laris hanya da-lam beberapa jam. Penasaran?

Bakso Rudal Katapang3

Bakso yang mengandung kata “anggrek” di namanya ini bukan berarti bakso ini berbentuk sep-erti bunga anggrek, melainkan karena lokasinya yang berada di Jalan Anggrek, Cihapit, tidak jauh dari Gedung Sate Bandung. Warung bakso ini mulai buka dari pukul 09.00 hingga 19.00 WIB. Bakso Rudal Anggrek ini berisi daging bertekstur lembut dan beberapa bagian lemak sapi yang membuat bakso terasa se-makin gurih.

4Bakso Rudal Anggrek

Program Khusus ITBMahasiswa “Spesial” di Tengah Kemahasiswaan ITB

GANECA POS, ITB – Dalam proses penerimaan mahasiswa baru tahun 2016 ini, ITB tidak hanya menerima mahasiswa sarjana program regular, namun kali ini menerima beberapa mahasiswa yang dapat dikategorikan sebagai kasus khusus dalam status kemahasiswaannya di ITB. Ditam-bah lagi, ITB membuka program seperti D3 Metrologi, mahasiswa ITB Cirebon, dan mahasiswa kelas internasional. Lantas, seperti apa sta-tus kemahasiswaan mereka saat ini?D3 Metrologi

Program ini bukanlah program reguler yang diadakan oleh ITB, me-lainkan program kerja sama dengan

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Padahal, dalam rencana sebelumnya ITB tidak akan mener-ima mahasiswa program D3 setelah mahasiswa D3 Metrologi ITB angka-tan 2013 menjalani wisuda pada awal Agustus 2016 lalu.

Selama ini, yang menjadi anggota KM ITB adalah mahasiswa S1 ITB. Sehingga, mahasiswa D3 bukan mer-upakan anggota KM ITB.

“Mereka tidak memiliki hak yang sama seperti anggota KM ITB (ma-hasiswa S1) seperti keikutsertaan pada Pemilu Raya (Pemira) Presiden KM ITB.” ujar Fadil Kusuma, Ketua Komisi Perbaikan Sistem Kongres

KM ITB sekaligus Senator dari Ma-hasiswa Teknik Industri (MTI) ITB. Walaupun begitu, mahasiswa D3 ter-catat beberapa kali menjadi bagian dari kepengurusan KM ITB. Pihak kongres sendiri mengkonfirmasi bahwa diperlukan pembahasan yang panjang mengenai posisi D3 di KM nantinya. Salah satu alasannya ada-lah masuknya D3 menjadi anggota KM ITB akan mengubah isi dari AD/ART KM ITB.ITB Cirebon

ITB memberi kesempatan pada peserta SBMPTN yang memilih na-mun tidak lolos ITB untuk menjadi bagian dari mahasiswa ITB. Selan-

NKRI-P Menjadi Acuan Tambahan KaderisasiGANECA POS, ITB – Beberapa

bulan yang lalu, Rektorat ITB menge-luarkan ‘program’ pengembangan karakter mahasiswa yang sempat menimbulkan respon beragam dari kalangan massa kampus, yang ber-nama NKRI-P. NKRI-P yang mer-upakan singkatan dari Nasionalisme, Kreativitas, Respek, Integritas, dan Prestasi, dinilai memiliki nilai-nilai penting bagi lulusan ITB yang di-harapkan memiliki karakter untuk siap terjun ke masyarakat.

Program ini kemudian diang-gap dapat menimbulkan polemik tersendiri. Acuan pelaksanaan ka-derisasi di ITB telah diatur secara legal dalam Konsepsi KM-ITB dan Rancangan Umum Kaderisasi (RUK) KM ITB. Nilai-nilai yang diharapkan ada pada tiap mahasiswa di ting-kat-tingkat tertentu telah dirumus-kan dengan detail dalam RUK dan menjadi pedoman kaderisasi seluruh lembaga kemahasiswaan di ITB, baik

dalam himpunan mahasiswa jurusan maupun unit kegiatan mahasiswa. Munculnya NKRI-P ini dikhawatir-kan dapat menimbulkan kebingun-gan massa kampus mengenai pe-doman mana yang harus digunakan.

Isu ini menjadi semakin menarik-seiring dengan dilaksanakannya ajang kaderisasi terbesar di kampus ITB, yakni kaderisasi awal terpu-sat. Kaderisasi awal terpusat yang diberi nama Integrasi ITB 2016 ini seharusnya menjadi kaderisasi per-tama yang menggunakan NKRI-P sebagai pedoman dalam mengkader mahasiswa baru ITB angkatan 2016. Namun, sejauh mana pihak Integrasi telah menggunakan pedoman karya rektorat ini dalam perencanaan ma-terinya?

Ketua Divisi Materi dan Metode Integrasi ITB 2016, Aditya Purnomo Aji (PL’13), mengatakan bahwa pada awal penyusunan materi dan metode, RUK tetap menjadi acuan utama ke-

giatan. Lewat Integrasi, diharapkan beberapa poin dari RUK Tingkat 1 mampu dicapai oleh para mahasiswa baru. Namun, Integrasi ternyata juga memakai NKRI-P dalam perancan-gan materi dan metodenya, teruta-ma pada poin ‘R’ (Respect). Poin ini dipilih karena dianggap paling ses-uai dengan tema yang diusung oleh panitia sendiri di tahun ini, yaitu “Empati Untuk Negeri”.

“Empati ini kan gimana agar mer-eka bisa merasakan apa yang orang lain rasakan sehingga bisa menghar-gai orang lain. Maka poin yang pal-ing cocok untuk digunakan adalah poin Respect,” jelasnya.

Sebenarnya, NKRI-P lebih ditem-patkan sebagai acuan tambahan da-lam penyusunan materi dan metode kegiatan. NKRI-P digunakan ses-uai dengan kebutuhan dan sesuai dengan apa yang ingin dibawa oleh panitia sendiri. Adit menambahkan, pihak rektorat sendiri tidak terlalu

menanyakan secara detail tentang materi yang dibawa oleh Integrasi, namun tetap menginginkan adanya konsep NKRI-P dalam kegiatan ka-derisasi mahasiswa.

“Waktu kita audiensi ke rektorat, mereka cukup memastikan kalau setidaknya ada korelasinya ke NK-RI-P,” ujar Adit.

Secara pribadi, Adit menyambut baik NKRI-P sebagai bentuk per-hatian rektorat. Dirinya juga ber-pendapat bahwa kebingungan yang muncul di massa kampus kemungk-inan terjadi karena adanya dualisme pedoman kaderisasi di ITB ini bisa diatasi dengan baik. “NKRI-P ini di-jadikan satu koridor frame aja. Dia (NKRI-P) ini cukup luas sih sebe-narnya,” ujar Adit.

“Dan NKRI-P ini juga nggak membatasi kok terhadap materi yang kita susun.”

Menurut Adit, RUK dan NK-RI-P tidaklah bertentangan. Pada

dasarnya keduanya cukup mirip, hanya memiliki pebedaan dalam penggunaan bahasanya. Akan tetapi, dia bependapat RUK merupakan pe-doman yang lebih siap pakai untuk kaderisasi awal tepusat berikutnya. Hal ini dikarenakan RUK telah dib-uat secara mendetail dan terperinci, sedangkan NKRI-P masih berbentuk sangat umum dan begitu luas.

Baik RUK maupun NKRI-P sendiri tidak dijelaskan secara ek-splisit kepada mahasiswa baru. Keduanya hanya disisipkan dalam materi yang disampaikan. Hal ini yang sangat memungkinkan mem-buat mahasiswa baru tidak meng-etahui tentang RUK dan NKRI-P. Keduanya hanya dijadikan materi tambahan yang dijelaskan apabi-la ada mahasiswa baru yang ingin bertanya. Namun dalam rancangan materi yang disampaikan, keduanya tidak disebutkan secara langsung. (AH/PEC)

jutnya, mahasiswa program ini akan menjalani kegiatan perkuliahan di Cirebon. Perlu diketahui bahwa mahasiswa Cirebon bukanlah ma-hasiswa ‘buangan’, karena nilai SB-MPTN terendah mahasiswa Cirebon hanya dua angka di bawah rata-rata nilai SBMPTN mahasiswa Universi-tas Indonesia tahun ini. Saat ini, ma-hasiswa baru ITB Cirebon menjalani masa TPB di kampus ITB Jatinangor. Gedung kuliah di Kampus Cirebon sendiri belum dibangun walaupun lahannya telah disediakan. Hingga saat ini, Senator Fadil belum mampu memjawab di mana mahasiswa Cire-bon akan berkuliah di tahun kedua.

“Hal itu menunggu keputusan si-dang MWA”.

Ia menyatakan bahwa mahasiswa ITB Cirebon merupakan anggota KM ITB dan mereka memiliki hak yang sama dengan mahasiswa ITB lainnya.Mahasiswa Kelas Internasional

Sebelumnya, kelas internasional ITB hanya dibuka untuk mahasiswa berkewarganegaraan asing (kecuali kelas internasional dibawah naun-gan SBM ITB). Mulai tahun 2016 ini, kelas internasional dibuka un-tuk mahasiswa WNA maupun WNI. Pendaftaran kelas internasional dilakukan oleh ITB di laman usm.itb.ac.id untuk lima program studi sarja-na, yaitu Sains dan Teknologi Farma-si, Farmasi Klinik dan Komunitas, Teknik Kimia, Teknik Industri, dan Manajemen. Mahasiswa S1 kelas in-ternasional merupakan anggota KM ITB, sehingga memiliki hak yang

sama seperti mahasiswa S1 ITB lain-nya. Namun, ada pengecualian ter-hadap mahasiswa asing. Mahasiswa asing tidak diperbolehkan menjadi pemimpin di badan-badan KM ITB, namun memiliki hak menjadi pen-gurus KM ITB beserta hak-hak an-ggota KM ITB lainnya.

“Saya tidak melihat adanya poin yang merujuk pada larangan pada mereka untuk menjadi Menteri di KM ITB”, ujar Fadil.Mahasiswa Program Afirmasi ITB

Setiap tahunnya mengikuti pera-turan pemerintah, ITB menerima mahasiswa program afirmasi. Untuk tahun ini, ada 25 mahasiswa afirmasi baru yang menjadi bagian dari ITB. Selama ini, banyak mahasiswa afir-masi ITB yang berguguran di masa TPB. Pihak kampus sendiri telah menyatakan bahwa mereka tidak memberikan perlakuan khusus pada mahasiswa afirmasi, sehingga selama ini mahasiswa afirmasi mendapat perhatian khusus dari KM ITB. Un-tuk membantu para mahasiswa da-lam kegiatan akademiknya, KM ITB menyediakan tutor bagi mahasiswa afirmasi. Selain itu, KM ITB juga menjembatani mahasiswa afirmasi agar mampu menyesuaikan diri den-gan kultur kemahasiswaan di ITB. Sama seperti mahasiswa S1 lainnya, mahasiswa afirmasi merupakan ang-gota dari KM ITB. (NK/NS)

Page 5: AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama

6EdisiAgustus 2016

11Edisi

Agustus 2016

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

ARTIFICIAL INTELLIGENCESudah Sejauh Mana Perkembangannya?

Banyak film populer yang men-gusung tema artificial intelligence atau kecerdasan buatan (selanjutnya disebut AI), yang akhirnya membuat AI menjadi frasa yang cukup akrab bagi orang banyak. Film-film seperti The Matrix, Terminators, Her, Wall-E dan banyak film lainnya mengangkat atau setidaknya menyinggung kon-sep AI. Hal tersebut membuat AI menjadi terkesan fiksi bagi kita. Na-mun, apakah AI benar-benar nyata? Hal mendasar dari AI adalah men-ciptakan suatu mesin, khususnya sistem komputer yang mampu me-niru kemampuan kecerdasan manu-sia, seperti contohnya kemampuan untuk belajar dan menyelesaikan masalah.

Ada tiga tingkatan dalam AI. Tingkatan yang pertama disebut engan Artificial Narrow Intelligence atau ANI. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah dari AI. Mesin di tingkatan ini mampu menyamai atau melebihi kemam-puan manusia dalam satu aspek saja.

Tingkatan yang kedua adalah Artificial General Intelligence atau AGI. AGI ini merujuk kepada mesin yang telah mampu menyamai level kecerdasan manusia dalam berbagai aspek.

Tingkatan yang ketiga, yaitu ting-katan yang paling tinggi adalah Ar-tificial Superintelligence atau ASI. Tingkatan ini terjadi ketika telah ada suatu mesin yang mempunyai kecer-

dasan jauh lebih tinggi dibandingkan kecerdasan manusia dalam segala as-pek.

Manusia kini sudah berhasil menciptakan ANI dalam berbagai aspek kecerdasan manusia, dan mes-in ini sudah bisa kita temukan dima-na-mana. Beberapa contoh dari ANI di antaranya adalah Google Map, Google Translate, Siri, Facebook’s Newsfeed, dan juga sudah meram-bah berbagai bidang seperti militer dan manufaktur.

ANI sudah terdapat dalam berb-agai aspek kecerdasan manusia. Ma-nusia sudah berhasil menciptakan mesin yang mampu menghitung perkalian bilangan berdigit banyak dengan cepat, manusia sudah ber-

hasil menciptakan mesin yang bisa mengalahkan semua orang dalam permainan catur, menyelesaikan berbagai permasalahan yang kom-pleks seperti menerjemahkan ka-limat dalam berbagai bahasa, dan berbagai kemampuan spesifik lain-nya.

Hal ini berarti tantangan selanjut-nya bagi para ahli di bidang AI ada-lah menciptakan AGI. Nick Bostrom dalam bukunya yang berjudul Su-perintelligence, menyebutkan tanta-ngan yang dihadapi manusia dalam mengembangkan AI dengan meng-utip kalimat yang dikatakan oleh Donald Knuth, salah seorang com-puter scientist. Donald Knuth men-gatakan “AI has by now succeeded in doing essentially everything that re-quires ‘thinking’ but has failed to do most of what people and animals do ‘without thinking’—that, somehow, is much harder!”.

AI yang dikembangkan manu-sia sampai sekarang belum mam-pu melakukan hal yang dilakukan manusia tanpa “berpikir”, seperti membedakan mana ekspresi marah, sedih, kecewa, bangga, dan berbagai ekspresi lainnya, atau membedakan mana sungai dan mana danau.

Pada suatu titik dalam kehidupan manusia, jika manusia akan berhasil menciptakan mesin dengan kemam-puan AGI, artinya manusia berhasil menciptakan mesin yang bisa men-yamai atau melebihi kecerdasan manusia di setiap aspeknya. Satu hal yang harus disadari adalah kemajuan sains dan teknologi ini tumbuh se-cara eksponensial, bukan linear, seh-

ingga kita tidak akan menyadarinya sampai teknologi itu benar-benar hadir dalam kehidupan kita. Con-tohnya, hampir semua orang di ta-hun 90-an tidak dapat memprediksi bahwa dalam 10 atau 20 tahun ke de-pan akan ada perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan yang disebabkan oleh kemajuan pe-sat teknologi dalam kurun waktu tersebut. Hal tersebut juga mungkin saja terjadi pada perkembangan AI.

Lalu, akankah ada titik di mana manusia berhasil menciptakan ASI atau Artificial Superintelligence?

Para ahli berbeda pendapat men-genai hal tersebut. Jika memang suatu hari manusia sudah cukup pintar untuk menciptakan ASI, hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana ASI memengaruhi ke-hidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, apakah ASI akan memberikan pengaruh baik atau bu-ruk bagi umat manusia. Itu adalah pertanyaan yang masih menjadi per-debatan sampai sekarang.

Namun, satu hal yang pasti, me-sin dengan kemampuan superin-telligence akan mempunyai kecer-dasan yang jauh melebihi kecerdasan manusia dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manu-sia. Akan sulit bagi manusia untuk membayangkan seberapa cerdas dan berdampaknya kehadiran ASI, hing-ga sampailah keadaan ketika ASI tel-ah benar-benar hadir di kehidupan umat manusia, jika memang manusia mampu menciptakannya. (MFAG)

MOTIVASIMeraih Sukses dengan Menjaga Passion

“If a man is called to be a street sweeper, he should sweep streets even as Michelangelo painted, or Beethoven com-posed music, or Shakespeare wrote poetry. He should sweep streets so well that all the hosts of heaven and earth will pause to say, here lived a great street sweeper who did his job well.”

- Dr. Martin Luther King Jr

Satu makna yang terkandung dari kalimat di atas adalah Passion. Passion adalah suatu emosi, doron-gan dan motivasi yang muncul dari diri seseorang. Dalam kehidupan, khususnya di dunia kerja, passion

merupakan salah satu karakter yang menjadi hal penting dalam menunjang kesuksesan. Bila seorang karyawan memiliki passion terhadap yang dikerjakan, karyawan tersebut akan mencurahkan seluruh ener-gi dan kemampuan yang dia miliki terhadap pekerjaan, yang pada akh-irnya akan memperoleh sebuah kes-uksesan.

Passion seseorang umumnya akan muncul bila ada sesuatu yang ingin dicapai (ambisi), namun tidak jarang setelah yang dituju berhasil diraih, passion seseorang menja-di menurun. Dua hal penting yang dapat menjaga agar passion tetap ada.

Pertama, buat daftar keinginan yang ingin anda capai. Ini akan

memicu passion anda untuk segera mewujudkannya. Semakin anda membuat daftar yang konkrit dan efektif maka semakin mudah anda menemukan passion.

Kedua, ketahui kelemahan anda dan cari solusinya. Kelemahan akan membuat passion menurun, namun jika kelemahan anda dapat diatasi maka passion akan meningkat.

Akhir kata, carilah passion anda. Niscaya passion akan membawa anda ke dalam kesuksesan, seperti yang dikatakan oleh Steve Jobs, “The only way to do great work is to love what you do”.

*) Artikel Advertorial ini merupakan hasil kerjasama antara Pers Maha-siswa ITB dengan PT. Daya Adicipta

untuk mengatur prioritas.Tiba di tempat in time

Dibandingkan tiba on time, tiba lima menit lebih awal membuat Anda lebih rileks dan terhindar dari tindakan buru-buru.Menyapa teman yang dikenal

Saling sapa adalah awal dari ter-ciptanya lingkungan yang harmonis. Anda dapat bertukar informasi seka-ligus mempererat hubungan Anda.Menenangkan diri sebelum berak-tivitas.

Aktivitas akan brjalan lancar ke-tika Anda tenang. Ada banyak cara menenangkan diri seperti merapikan meja kerja, meditasi, atau menarik nafas sedalam-dalamnya sebelum beraktivitas. (LPVD)

SarapanSelain sebagai sumber energi, pe-

nelitian membuktikan bahwa sara-pan yang sehat meningkatkan daya konsentrasi dan kinerja sepanjang hari. Sarapan juga menyeimbangkan metabolisme tubuh.Membuat agenda harian

Aktivitas selama sehari akan lebih teorganisir jika sudah diagendakan. Agenda juga memudahkan Anda

DOK. PRIBADI

TIPSLima Hal Penting SebelumBeraktivitas

GANECAPOS, Bandung - Sep-tember mendatang, Provinsi Jawa Barat, khususnya Kota Bandung se-bagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, akan kedatangan sebuah perhelatan akbar. Tentu saja, perhelatan tersebut tak lain adalah PON (Pekan Olahra-ga Nasional) XIX 2016. PON mer-upakan perhelatan olah raga yang diadakan setiap empat tahun sekali dan diikuti seluruh provinsi di Indo-nesia. Jawa Barat ditunjuk menjadi tuan rumah PON 2016 pada Rapat Anggota KONI 2010—dua tahun sebelum PON ke XVIII di Riau dia-dakan. Jika tidak ada halangan, PON tahun ini dipastikan akan diseleng-garakan pada 17–29 September 2016, setelah sebelumnya diundur dari 9–21 September 2016. Pengun-duran tersebut disebabkan rencana pelaksanaan PON sebelumnya ben-trok dengan pelaksanaan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 12

September mendatang.Ada 44 cabang olahraga yang akan

dilombakan pada PON tahun ini, di-tambah dengan 10 cabang eksibisi. Sebagian besar cabang olahraga akan dilombakan di Kota Bandung, tetapi daerah-daerah sekitar Kota Band-ung, seperti Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kota Cirebon, turut menjadi penyelenggara beber-apa pertandingan. Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Gedebage, pun telah didaulat sebagai lokasi pembu-kaan PON ke XIX, menggantikan Stadion Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, yang sebelumnya juga di-calonkan oleh tuan rumah.

Institut Teknologi Bandung tak ketinggalan berpartisipasi dalam menyambut ajang olah raga tersebut. Fasilitas milik ITB akan digunakan untuk menyelenggarakan beberapa cabang olahraga, seperti polo air dan karate yang akan diselenggarakan di Komplek Sasana Budaya Gane-

sha ITB; pencak silat di Graha Laga Satria ITB Jatinangor; Tenis Meja di Graha Tangkas ITB Jatinangor; dan futsal di Lapangan Futsal ITB Jatinangor. Selain ITB, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) turut mendapat kehormatan ini, dengan beberapa cabang olahraga seperti softball putri dan renang yang akan

diselenggarakan di sarana-sarana milik FPOK UPI. Hal ini mendorong kedua institusi untuk merenovasi sarana-sarana tersebut menjelang pelaksanaan PON 2016, yang akh-irnya berimbas baik bagi mahasiswa dan mahasiswi masing-masing insti-tusi karena sarana-sarana tersebut akan kembali digunakan sedia kala seusai pelaksanaan PON.

Selain PON ke XIX, akan dil-angsungkan pula Peparnas (Pekan Paralimpik Nasional) XV 2016. Peparnas merupakan perhelatan serupa yang diadakan khusus bagi atlit berkebutuhan khusus. Pada Peparnas kali ini, sebanyak tiga belas cabang olahraga akan digeluti oleh atlit-atlit dari berbagai provinsi di In-donesia. Ketiga belas cabang olahra-ga tersebut yakni angkat berat, atle-tik, badminton, bowling, catur, goal ball, judo, panahan, renang, sepak bola, tenis meja, tenis, dan bola voli.

‘Sakit Hati’ yang Melahirkan PON

PON pada mulanya diselenggara-kan tatkala Indonesia tidak diperbo-lehkan mengikuti Olimpiade ke-14 yang diadakan di London, Januari 1948. Ketika itu, paspor Indonesia belum diakui pemerintah Inggris; dan untuk dapat mengikuti perhe-latan olahraga terbesar dunia itu, panitia meminta atlit-atlit Indone-sia menggunakan paspor Belanda. Hal ini tentu saja ditolak Indonesia dan segera dibahas pada konferensi darurat PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) bulan Mei di tahun yang sama. Bermula dari sakit hati yang berujung pada semangat kebangsaan yang berkobar terse-but, PON pertama diselenggarakan di Surakarta pada 9-12 September 1948. Jika pada mulanya PON dilak-sanakan karena rasa kebangsaan yang kuat, semoga saja PON 2016 ini akan mengobarkan kembali seman-gat itu. (MP)

Logo PON XIX dan Peparnas XV Jawa Barat 2016, © PB PON 2016

Pekan Olahraga Nasional : Berawal dari Sakit Hati

Merayakan Sejarah Melalui Asian African Carnival 2016

Pemerintah Kota Bandung kem-bali menggelar perhelatan tahunan Asian African Carnival. Tepat pukul 14.00 WIB pada Minggu (14/06), Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung dan ‘pasukan’nya tiba di Jalan Asia Afrika untuk menyaksikan dan langsung membuka acara terse-but dengan pemukulan gendang, pelepasan burung merpati dan ba-lon, serta diikuti tarian rampak gen-dang oleh beberapa penari wanita. Selain itu, di awal acara dilakukan pembacaan dasasila bandung, buah dari Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955, dipimpin langsung oleh Ridwan Kamil dan diikuti oleh war-ga Bandung yang hadir menyaksikan parade.

Perhelatan internasional Asian African Carnival 2016 mengangkat tema “The Birds of The World”, sesuai dengan logo dari kampanye “Won-derful Indonesia” gagasan Kement-erian Pariwisata Republik Indonesia yang diadaptasi dari burung garu-da. 33 peserta berpartisipasi dalam parade kostum dan pertunjukkan. Rangkaian parade dibuka oleh se-kelompok marching band dan pasu-kan paskibra yang membawakan 110 bendera negara-negara yang berpar-tisipasi dalam KAA tahun 1955.

Tidak hanya peserta lokal, kar-naval tahun ini juga didukung oleh tamu-tamu delegasi dari negara seperti Singapura, Myanmar, dan In-dia. Mereka tampil maksimal dalam

membawakan budaya negara mereka dan semangat perdamaian antarneg-ara.

Selain memperingati konferensi historis yang pernah diselenggara-kan di Bandung 61 tahun lalu, ajang Asian African Carnival juga menjadi wadah berkreasi para designer dan seniman lokal. Karena selain berpa-rade, penampilan mereka juga di-kompetisikan.

Saat parade berlangsung, Jalan Asia Afrika dipadati pengunjung, baik warga lokal maupun mancaneg-ara. Mereka antusias melihat parade dan pertunjukkan yang disajikan di panggung. Kesulitan sempat diha-dapi ketika petugas harus mengatur massa yang terus bertambah jum-lahnya, namun pada akhirnya parade berlangsung aman dan lancar. 33 peserta memakan waktu hanya satu jam berparade di sepanjang jalan dan melakukan beberapa seremonial atau persembahan di beberapa titik historis, seperti di depan Gedung Merdeka dan di atas panggung, ber-hadapan langsung dengan walikota yang akrab disapa Kang Emil.

“Harapan saya, semoga acara ini bisa lebih menguatkan persahabatan antar berbagai negara di Asia Afrika, termasuk juga di tahun-tahun beri-kutnya akan lebih banyak lagi nega-ra-negara yang ikut berpartisipasi,” tutup Atalia Ridwan Kamil, isteri dari Walikota Bandung. (PEC)

Penggusuran paksa warga Sta-siun Barat RT. 03 RW. 02 Kelurah-an Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, yang terjadi pada Selasa (26/07) ber-langsung ricuh. Penggusuran terjadi dengan dikerahkannya sekitar 6 lapis keamanan beserta 3 kendaraan water cannon, 2 truk pemadam kebakaran, 2 mobil derek, dan 3 beko (excava-tor) untuk menghancurkan 53 ru-mah dan tempat usaha warga.

Selasa sekitar pukul 07.00 WIB, drone datang mengelilingi kawasan rumah warga untuk memantau ak-tivitas warga. Kegiatan pada saat itu seperti hari biasanya, warga yang mayoritas mempunyai usaha kulin-er pun menyiapkan dagangannya untuk berjualan. Aparat keamanan yang terdiri dari TNI, Brimob, Polisi, Polisi Khusus Kereta Api (Polsuska), Pengendali Masyarakat (Dalmas), dan Satpol PP datang dengan sigap untuk mengeksekusi lahan tersebut.

Eksekusi sempat tertahan kare-na warga mempertanyakan PT. KAI mengenai surat perintah, namun PT. KAI tidak mempunyai bukti yang

jelas untuk mengakui lahan tersebut adalah milik PT. KAI. Karena massa yang dikerahkan PT. KAI melampaui ribuan massa, warga pun yang awal-nya melawan akhirnya pasrah meli-hat rumah dan usaha mereka ludes dikeruk beko. Saat beko sedang mer-atakan lahan tersebut, berlangsung kebakaran yang disinyalir terjadi akibat korslet listrik.

Pascaeksekusi PenggusuranKarena warga belum menerima

proses penggusuran tersebut, warga pun membangun tenda perlawanan di sebelah rumah mereka yang sudah rata dengan tanah pada keesokkan harinya (27/07). Kehidupan di ten-da menyebabkan beberapa penyakit yang diderita warga, tidak hanya penyakit pernapasan akibat debu, penyakit psikis turut terjangkit pada anak-anak hingga manula mengenai insiden penggusuran.

Perangkat pemerintah dari kelu-rahan, kecamatan, maupun kota sempat datang untuk menyatakan ketidaktahuan mereka terkait per-

kara tersebut. Walikota Bandung, Ridwan Kamil, mengadakan mediasi dengan warga yang dilakukan Jumat (29/07) di Pendopo Kota Bandung. Ridwan menjanjikan empat poin da-lam mediasi, yaitu masalah bantuan hukum dari pemerintah kota, tem-pat usaha yang baru, relokasi tempat tinggal, serta peminjaman dana un-tuk membuka usaha baru. Namun sampai warga direlokasi dari tempat tinggalnya, belum ada kepastian hu-kum mengenai 4 poin yang dijanjik-an oleh Ridwan.

Minggu (14/08) warga dipindah-kan ke Rusunawa Rancacili dengan 37 unit kamar. Warga yang tidak mendapat unit kamar sebanyak 8 KK direkomendasikan untuk tinggal di bilik tambahan dan sisanya dita-mpung sementara di ruang PAUD Rusunawa.yang tidak layak pakai dan belum siap digunakan warga.

Hingga saat ini belum ada konfir-masi dari pihak PT. KAI mengenai kejelasan kepemilikkan lahan terse-but dan belum ada rencana untuk menyelesaikan masalah penggusu-ran dengan korban. (VEAW)

Nasib Korban Penggusuran PT.KAI

Logo Asia African Carnival 2016, ©PB PON 2016

Peristiwa Penggusuran di Stasiun Barat (26/07/2016) Dok. Pers Mahasiswa ITB

Page 6: AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama

8EdisiAgustus 2016

9Edisi

Agustus 2016

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

Adrenalin Kemahasiswaan Kitao l e h A N T O N K U R N I A W A N

( T e k n i k P e r m i n y a k a n 2 0 1 3 )

Hormon adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerakan tubuh.

Ribuan mahasiswa baru me-makai seragam Sekolah Menengah Atas (SMA), dilapisi jas almamater (jamal) mondar-mandir membedah jalur perjalanan di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Beragam harapan dari daerah, doa orangtua yang mulia, hingga niat suci untuk membangun bangsa tergambar dari wajah mahasiswa baru yang dicap sebagai putra-putri terbaik bangsa. Namun, akankah semua terwujud?

Dalam tulisan ini, penulis leb-ih dahulu menyampaikan ucapan selamat datang kepada mahasiswa baru ITB angkatan 2016. Pesan ini juga selaras dengan harapan agar an-gkatan yang telah lebih dahulu ada di kampus ini bisa segera lulus dengan baik dan menempuh jalannya den-gan gembira.

ITB menawarkan beragam tan-tangan dari segi akademik hingga nun-akademik. Satu hal yang paling klasik, tetapi selalu dibicarakan dari masa ke masa ialah kemahasiswaan. Kemahasiswaan tidak bisa didefi-nisikan dalam satu kalimat, melaink-an dihidupi selama perjalanan men-cari gelar sarjana di kampus ini.

Kemahasiswaan sering dibagi menjadi dua kutub, walaupun jarang ada yang mengaku dirinya menja-di salah satu bagiannya. Mahasiswa yang aktif dalam kemahasiswaan sering dikategorikan sebagai akade-misi dan aktivis. Keduanya berjalan dengan caranya masing-masing. Ada

mahasiswa yang tekun meneliti dan memperjuangkan karyanya di Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) atau lomba lainnya sementara di lain pi-hak ada mahasiswa yang menjaga idealisme di organisasi yang diiku-tinya. Ada pula golongan lain, yang tenang-tenang saja berkuliah dan biasanya lulus lebih cepat diband-ingkan orang yang menasbihkan diri di dalam dua kutub tersebut. Mas-ing-masing memiliki tantangannya saat ini.

Terdapat dua permasalahan ke-mahasiswaan saat ini untuk semua bagian, yaitu manusia dan sistem. Pertama, manusia yang mengikuti kemahasiswaan seperti sudah kehil-angan adrenalin karena sudah babak belur dihadapkan dengan akademik yang padat. Sejumlah 144 Satuan Kredit Semester (SKS) mesti diam-bil dan dengan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) Rp10 juta per se-mester, maka tidak ada alasan lain untuk bermain-main di kampus. Be-lum lagi, niat eksistensialisme yang membuat manusia pengikut kema-hasiswaan cenderung memburu ke-banggaan semu. Mengikuti berbagai lomba, kepanitiaan, atau organisasi demi tujuan kebanggaan atau lebih konkretnya hanya untuk memper-banyak isi Curricullum Vitae (CV) yang bersangkutan. Contoh nyata terlihat dengan adanya keengganan mahasiswa untuk turun langsung ke masyarakat. Memang ada beber-apa kegiatan yang membuktikan pernyataan di atas tidak tepat, tetapi jumlah mahasiswa yang mengikuti kegiatan kemasyarakatan demikian sedikit. Tidak perlu kita membayang-kan mahasiswa akan sama seperti era

Reformasi 1998 karena mengadakan pengabdian masyarakat saja, maaf, seperti sebuah formalitas di awal se-belum masuk organisasi dan belum dijiwai semangat menjadi abdi mas-yarakat yang sejati.

Kedua, sistem yang ada juga menuntut mahasiswa membatasi adrenalin yang dimiliki. Adanya eda-ran orientasi studi jurusan maksimal 10 hari atau 40 jam dan mendapat persetujuan dari petinggi program studi membuat pengembangan an-ggota secara utuh baru dilakukan ketika masuk organisasi, bila itu me-mang ditaati. Kampus ITB juga men-jadi demikian asing bagi mahasiswa manakala pemakaian ruangan bah-kan ruang kelas di luar jam kuliah sekalipun mesti membayar. Kalau-pun sudah siap dengan dana, belum tentu kegiatan terlaksana karena izin kegiatan juga mesti diurus dengan birokrasi yang cukup berbelit. Be-lum lagi, sempat ada edaran tentang mahasiswa Tahap Persiapan Ber-sama (TPB) yang tidak dianjurkan mengikuti kegiatan kemahasiswaan baik HMJ maupun UKM. Walaupun sudah diklarifikasi keliru, barang-kali kita mesti bersiap dalam men-yongsong World Class University, ITB juga akan membenahi segenap elemen kampus, termasuk kemaha-siswaannya.

Lantas, apakah kita hanya akan diam dan mengutuk diri yang tidak bisa berbuat apa-apa? Tentu tidak. Selama jiwa muda masih memiliki adrenalin untuk terus bergerak dan semakin baik, kita masih bisa ber-harap banyak.

Penulis memberikan solusi untuk ketiga bagian yang sering disebut da-

lam kemahasiswaan. Bagi akademisi, aktivis, dan penyeimbang keduanya, ada saran yang dapat dilakukan da-lam waktu segera. Pertama, untuk akademisi yang mengembangkan keilmuan, kita tidak sebaiknya han-ya berjuang habis-habisan di lomba yang memang diselenggarakan oleh pihak yang tidak menginginkan ITB untuk menang. Ada beberapa kasus dimana mahasiswa ITB sengaja di-kalahkan untuk membuat paradig-ma ITB bukan terbaik bangsa. Men-gadakan lomba sendiri, atau bahkan PKM sendiri akan memicu adrenalin luar biasa dan mendorong semangat bertanding.

Kedua, untuk penjaga nilai, kita ti-dak semestinya hanya menuntut dan mengulang sejarah terus-menerus kepada generasi penerus. Berirama dengan kodrat, membaca keadaan yang ada, sambil terus mengem-bangkan dialektika untuk kebutuhan organisasi yang lebih baik. Waktu orientasi yang sempit dan terbatas menuntut kreativitas lebih agar gen-erasi penerus merasa mencintai dan bukan terpaksa ada di suatu organ-isasi. Pengembangan anggota di da-lam organisasi mesti dikedepankan dengan inovasi menarik agar kegia-tan yang ada menjadi menyenang-kan. Orientasi kegiatan juga jangan sepenuhnya pada lomba atau acara di dalam kampus. Acara besar sep-erti Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 Jawa Barat atau Asian Games 2018 Indonesia menjadi momentum baik untuk menunjukkan hasil ber-organisasi dengan bidangnya mas-ing-masing.

Bagi grup penyeimbang, mari kita mulai melangkahkan kaki turun

ke masyarakat. Kita mesti mengenal bahwa bangsa ini masih mengalami begitu banyak masalah. Tiga hal pal-ing besar adalah kemiskinan, kesen-jangan, dan ketiadaan akses. Dengan pengabdian masyarakat yang sejati dan saling jujur kepada diri sendiri dan masyarakat, kita akan mene-mukan solusi permasalahan bangsa, bukan hanya terus berserah kepada Tuhan tanpa melakukan apa-apa.

ITB akan menyongsong World Class University pada tahun 2025. Niscaya kemahasiswaan tidak akan sama lagi. Barangkali kita akan me-lihat model kemahasiswaan seperti klub pecinta golf di Masssachusetts Institute of Technology (MIT) atau klub pecinta dayung di Cambridge University tidak dalam waktu lama lagi. Namun, mesti diingat, semakin kita diharapkan menjadi generasi penerus bangsa, adrenalin kita juga harus dipacu untuk tetap mengingat untuk apa kita ada di sini dan belajar mengabdi kepada bangsa lewat ke-mahasiswaan.

Hormon adrenalin dihasil-kan oleh kelenjar adrenal (kelenjar anak ginjal), lebih tepatnya pada bagian medula adrenal (bagian dalam). Mari kita juga menyayangi ginjal kita dengan mengurangi kon-sumsi rokok dan alkohol!

setiap manusia pada dasarnya adalah sejarawan, setiap manusia mencipta ingatan dan merefleksi ingatan-inga-tan sebelumnya. Bedanya hanyalah pada seberapa rapih kita merapikan ingatan tersebut dalam pendoku-mentasian yang konsisten dan pen-gaturan dokumen yang terstruktur. Sempitnya pandangan terhadap ar-sip ini juga cenderung disebabkan paradigma umum kita yang melulu-melihat sejarah secara ideologis dan moralis, yang mana sejarah hanya dikaitkan pada konsep yang lebih besar seperti nasionalisme. Pada-hal, pada dasarnya sejarah hanyalah kumpulan ingatan yang perlu kita refleksi untuk memaami keadaan masa kini dan siap untuk menghada-pi masa depan.

Literasi, Sang Arsi(p)tekArsip pada dasarnya adalah

kristalisasi ingatan dalam bentuk materi, entah itu tulisan, foto, video, atau artefak-artefak lainnya. Di an-tara semua materi tersebut, memang hanya tulisan yang bisa mengejawan-tahkan makna ingatan dengan lebih jelas ketimbang lainnya, selain tentu tulisan lebih efisien dan praktis un-tuk disimpan. Tulisan merupakan bentuk paling sederhana tuangan ide dan gagasan. Bahkan bisa dika-takan tanpa adanya tulisan, pe-mikiran apapun tidak punya media lain untuk diabadikan. Itulah kenapa peradaban sesungguhnya dibangun oleh dua tindakan dasar: membaca dan menulis. Dua tindakan dasar ini lah yang kemudian disebut keber-aksaraan atau literasi.

Tanpa ada budaya literasi yang baik, segala sesuatu akan mudah

ditelah oleh waktu, hilang dalam sejarah. Literasi adalah proses peng-abadian kisah dan sejarah agar ter-us bisa menjadi titik tolak untuk berkembang selanjutnya, karena jelas bahwa dengan literasi, setiap peristi-wa, gagasan, dan pemikiran selalu tertuang dan terkristalisasi dalam arsip-arsip tulisan. Maka bukanlah omong kosong ketika Pram menya-takan bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dari sini juga kita bisa lihat bahwa kualitas dan kuanti-tas arsip adalah parameter yang baik terkait majunya peradaban, karena itu akan menentukan seberapa ter-bangun budaya literasi pada suatu masyarakat.

Kemahasiswaan sendiri pun mer-upakan suatu bentuk masyarakat yang memiliki sejarahnya sendiri. Seharusnya dengan literasi yang baik, kita bisa memiliki banyak pe-doman untuk memahami identitas kemahasiswaan yang sesungguhnya. Dari beberapa segi, tidak bisa kuka-takan bahwa literasi di dunia kema-hasiswaan masa lalu buruk, karena beberapa arsip yang kutemukan menunjukkan kualitas literasi yang dihasilkan cukup mengagumkan. Namun yang perlu diperhatikan di sini adalah kerapihan dan usa-ha untuk menjaga dan menyimpan arsip-arsip literasi tersebut. Hingga akhirnya sekarang, semua hasil lit-erasi itu tercecer dan hanya meny-isakan kepingan-kepingan puzzle sejarah yang kita pahami secara par-sial.

Melihat keadaan masa kini, yang mana budaya literasi menurun ter-us menerus sebagai akibat logis dari

kemajuan teknologi, patut dikhawa-tirkan bahwa kita tidak bisa mewa-riskan banyak arsip untuk menjadi kristalisasi kisah dan pembelajaran untuk generasi berikutnya. Dari seki-an banyak mahasiswa S1 di ITB saat ini, bisa dihitung dengan mudah jumlah mereka yang memiliki se-mangat untuk menulis. Padahal, se-sungguhnya tidak ada yang sulit dari menulis, karena sekedar catatan ha-rian pun, dengan bahasa seinformal mungkin, tetap akan menjadi emas di masa mendatang kelak sebagai se-buah arsip sejarah

yang mengisahkan kejadian di masa lalu. Di sisi lain, kesadaran kita untuk merapihkan setiap dokumen yang dihasilkan dari setiap kegiatan dan mewariskannya secara utuh ke generasi berikutnya pun masih min-im. Entah bagaimana kelak di masa mendatang, hubungan generasi-gen-erasi berikutnya dengan sejarah se-makin jauh atau bahkan putus sama sekali.

Sebuah Ajakan Kita memang sudah cukup lama

berada dalam kebingungan, namun apakah akan terus bertahan seperti ini? Tentu kita sudah cukup jenuh dengan permasalahan-permasala-han klasik terkait kemahasiswaan, atau jenuh dengan kesalahan-kes-alahan yang terus terulang tiap ta-hunnya, seakan tengah berada dalam paradoks, kutukan kemahasiswaan. Lantas bagaimana? Terkait ini, aku punya dua solusi: (1) lengkapi seja-rah kita dengan pengumpulan dan pelacakan arsip-arsip sebagai first-hand knowledge dan dengannya kita bisa menganalisis semua relasi

kuasa yang tercipta hingga kemu-dian membentuk paradigma kema-hasiswaan pada masa kini, dan (2) budayakan kembali literasi sebagai media pengejawantahan ingatan dan pembelajaran, untuk kemudian dira-pihkan bersama arsip-arsip lainnya agar kelak di masa depan, generasi penerus tidak sebuta kita sekarang terkait apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Dua hal ini adalah upaya pengarsipan, bagaimana arsip masa lalu terkumpulkan, dan bagaimana arsip masa kini terwariskan.

Aku pribadi telah memulai proyek pengarsipan sejak pertama kali menyadari betapa banyak arsip HIMATIKA ITB yang tercecer dan melihat betapa dari semua arsip yang kutemukan, pandanganku terhadap sejarah perlahan dicerahkan dan diluruskan. Sejak saat itu aku mulai mengumpulkan sebanyak mungkin arsip untuk kemudian aku digitalisa-si, rapihkan, dan simpan secara ter-pusat. Proyek pengarsipan ini lebih lanjutnya akan menjadi sebuah riset sejarah yang akan sangat memban-tu kita semua mendefinsikan ulang identitas kita sebagai mahasiswa, bagaimana kita bergerak, dan apa sesungguhnya peran kita terhadap masyarakat.

Menghidupkan arsip tentu bu-kanlah hal yang mudah. Melacak masa lalu sendiri tentu bukan se-gampang membalikkan telapak kaki. Mengingat begitu buruknya pengar-sipan kita, terlalu banyak arsip-arsip yang tercecer kemana-mana, entah di alumni, dosen, perpustakaan, bekas-bekas koran, organisasi, dan lain sebagainya. Apalagi, umur ke-

mahasiswaan tidaklah muda lagi, membuat begitu besar rentang se-jarah yang harus kita lengkapi agar paradigma kemahasiswaan kita bisa utuh. Mengumpulkan semua itu dan kemudian melengkapi sejarah kita yang bolong-bolong adalah sebuah perjalanan yang panjang bila dilaku-kan olehku sendiri. Mungkin bisa, tapi akan membutuhkan waktu ber-tahun-tahun, yang mana hingga riset ini selesai, bisa jadi kemahasiswaan kita sudah benar-benar berevolusi ke bentuk yang benar-benar berbeda.

Maka dengan ini, meneruskan ajakan kawan saya, Abdul Haris Wirabrata, yang telah melakukan hal yang sama 2 tahun yang lalu, aku mengajak Kabinet KM ITB, Kongres KM ITB, HMJ, unit-unit kegiatan mahasiswa dan siapapun individu yang memiliki kesadaran yang sama terkait hal ini, untuk menjalankan dan mendukung proyek pengarsipan ini bersama-sama, agar kita dapat lebih paham sejarah kita sendiri, identitas kita sendiri, untuk dunia kemahasiswaan yang lebih baik. Se-lain itu, marilah bersama-sama juga tingkatkan budaya literasi, tuliskan apapun yang bisa dituliskan, lalu ar-sipkan dengan baik, kumpulkan, ra-pihkan, dan kalau bisa publikasikan secara kolektif, bukan sekedar dibi-arkan tercecer di dunia maya. Insya Allah, generasi di masa depan yang akan mendapatkan manfaatnya.

Salam Pembebasan!

Page 7: AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama

10EdisiAgustus 2016

7Edisi

Agustus 2016GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

GANECA POS

Mencerahkan, Mencerdaskan

28 Juni 2016 lalu, Dewan Per-wakilan Rakyat (DPR) RI mengesah-kan Undang-Undang no. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Mengutip dari Pasal 1 UU tersebut, pengampunan pajak adalah program penghapusan pajak yang seharus-nya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan, dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan memba-yar uang tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Pengampunan Pajak atau yang lebih dikenal dengan istilah tax am-nesty ini diambil sebagai langkah un-tuk mempertahankan belanja negara tanpa menambah hutang. Belanja negara ini sendiri sebaiknya diper-tahankan karena memang merupa-kan pembelian kebutuhan negara, jika belanja dikurangi, berarti ada kebutuhan yang ditunda pemenu-hannya.

Pada tahun 2015 lalu, target pendapatan pajak APBN-P senilai 1294.3 triliun rupiah tidak tercapai dan Dirjen Pajak mengundurkan diri. Padahal, target pendapatan pa-jak pada APBN tahun 2016 lebih be-sar dari target APBN-P 2015. Meli-

hat kondisi saat ini dan berkaca pada tahun lalu, kemungkinan besar tar-get tersebut tidak akan tercapai lagi. Oleh sebab itu, diterapkanlah tax amnesty sebagai satu langkah yang dianggap tepat dan memungkinkan.

Berdasarkan Undang-Undang, orang yang berhak mengikuti pro-gram ini adalah seluruh wajib pa-jak, kecuali untuk wajib pajak yang sedang menjalani penyelidikan dan berkas penyelidikan telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan, wajib pajak yang sedang dalam proses peradilan, dan wajib pajak yang sedang men-jalani hukuman pidana atas tindak pidana dibidang perpajakan.

Secara umum, pengampunan pajak tidak hanya bertujuan untuk

meningkatkan penerimaan pajak, tetapi juga bertujuan untuk mem-percepat pertumbuhan dan resturk-turisasi ekonomi melalui pengalihan harta dan mendorong reformasi perpajakan. Pengalihan harta pada tax amnesty ini diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan li-kuiditas domestik dan investasi

Terdapat dua jenis aksi yang dapat dilakukan untuk mendapa-tkan pengampunan pajak, yaitu deklarasi dan repatriasi. Jika ses-eorang hanya mengakui harta ya tanpa dialihkan ke dalam negeri, maka ia hanya melakukan deklarasi. Sedangkan repatriasi berarti orang tersebut tidak hanya mengakui har-tanya yang tersembunyi tetapi juga

Tax Amnesty

Usaha Peningkatan APBN Indonesia

mengalihkan harta tersebut ke da-lam negeri. Penerapan tarif pen-gampunan pajak bergantung pada jenis pengakuan yang dilakukan dan waktu pengakuan. Tarif uang tebu-san jika melakukan deklarasi ada-lah 4% untuk 3 bulan pertama UU Pengampunan Pajak mulai berlaku, 6% setelah 3 bulan pertama sampai tanggal 31 Desember 2016, dan 10% semenjak 1 Januari 2017 sampai 31 Maret 2017. Sedangkan tarif uang tebusan jika melakukan repatriasi adalah 2% untuk 3 bulan pertama UU Pengampunan Pajak mulai ber-laku, 3% setelah 3 bulan pertama sampai tanggal 31 Desember 2016, dan 5% semenjak 1 Januari 2017 sampai 31 Maret 2017.

Penerapan program pengam-punan pajak ini memiliki beberapa dampak positif seperti meningkat-nya pendapatan APBN, sehingga negara dapat berjalan dengan baik, meningkatnya tingkat kejujuran da-lam mendeklatasrasikan kekayaan, mengurangi beban sistem peradilan dari kasus panjang yang kompleks, serta membantu pembangunan di Indonesia

Selain dampak positif yang diharapkan di atas, sebenarnya pengampunan pajak juga memiliki berbagai dampak negatif yang sela-ma ini mungkin sudah sering diba-has. Menurut KSEP ITB, masyarakat juga perlu menyoroti sisi positifnya bahwa pengampunan pajak sendiri membantu memecahkan sebagian besar masalah pendaftaran dan kepatuhan wajib pajak besar, tanpa membuat sistem peradilan kebanji-ran kasus-kasus pajak yang kompleks dan cenderung lama penyelesaian-nya. Selain itu, pengampunan pajak merupakan langkah awal menuju era keterbukaan informasi pajak antar negara pada tahun 2018 mendatang. (MR/KSEP ITB)

Presiden RI Joko Widodo tahun ini kembali menyampaikan Pida-to Kenegaraan dan Nota Keuan-gan APBN Tahun 2017 pada Selasa (16/08), bertempat di Ruang Pari-purna Gedung Nusantara, Komplek Parlemen RI, Jakarta. Dalam pida-to kenegaraan yang menjadi agen-da tahunan tersebut, disampaikan perkembangan yang berhasil dicapai pemerintah setahun belakangan ser-ta rencana di tahun-tahun berikutn-ya.

Di antara topik yang dititikber-atkan yakni berkenaan dengan pen-anganan masalah kemiskinan, pen-gangguran, dan kesenjangan sosial. Pemerintah mengajukan tiga solusi untuk penyelesaian masalah-mas-alah tersebut, yakni percepatan pem-bangunan infrastruktur; penyiapan kapasitas produktif dan SDM; serta deregulasi dan debirokratisasi.

Dalam pidatonya, Presiden men-gatakan bahwa memasuki tahun kedua pemerintahannya, percepa-tan pembangunan infrastruktur, di dalam maupun luar pulau Jawa, harus dilakukan. Pembangunan in-frastruktur tersebut mencakup sek-tor logistik, seperti jalan nasional, jalan tol, jembatan, jalur kereta api, pelabuhan, dan bandara; maupun strategis, seperti pembangkit listrik,

waduk, telekomunikasi, dan peru-mahan rakyat.

Beliau juga mengaku bahwa ma-salah lingkungan turut diperhati-kan dalam program pembangunan tersebut, di antaranya konservasi lahan gambut dan pencegahan pem-bakarannya.

Selain sektor infrastuktur fisik, beliau juga menghimbau agar infra-struktur sosial berupa kapasitas dan produktifitas SDM semakin diting-katkan agar Indonesia mampu ber-saing di era kompetisi global kini, terlebih sejak berlakunya MEA (Mas-yarakat Ekonomi ASEAN) sejak Jan-uari 2016 lalu. Untuk itu, pemerintah memandang perlunya mendorong kemajuan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); salah satu di antaranya dengan menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 22% menjadi 12% pada 2015, kemudian menjadi 9% pada 2016.

Tidak hanya itu, menurut beli-au pemerintah juga mengupayakan peningkatan kualitas SDM melalui sektor pendidikan vokasional demi menjamin mereka yang telah men-capai usia produktif mendapatkan lapangan pekerjaan dengan segera. Di sini, hilirisasi penelitian dan pen-ingkatan pelayanan publik di mas-

ing-masing daerah tak luput dising-gung-singgung.

Tak lepas dari isu peningkatan kualitas SDM tentunya masalah kes-ehatan. Dalam pidato kenegaraan itu, disebut-sebut tentang peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang sudah hampir mencapai 170 juta jiwa per Juli 2016 serta adanya peningkatan sarana pelayanan kes-ehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Hal menarik yang tidak disampaikan dan tentunya perlu ditelaah lebih seksama adalah kualitas pelayanan yang berkaitan dengan BPJS Kesehatan.

Poin besar terakhir yang dibahas Joko Widodo adalah deregulasi dan debirokratisasi. Menurutnya, ban-yak regulasi di Indonesia yang sudah usang dan harus diperbarui, dian-taranya dengan menyederhanakan regulasi yang membingungkan dan memangkas prosedur yang rumit.

Hal yang telah dilakukan antara lain pembentukan 12 paket kebija-kan ekonomi hingga awal Juni 2016 yang 99% perangkat regulasinya tel-ah siap dimanfaatkan, sinkronisasi peraturan daerah terkait investasi dan perdagangan, serta pembatalan lebih dari 3000 peraturan daerah (Perda) yang dianggap sudah tidak cocok lagi bagi kepentingan perd-

agangan dan kemudahan berusa-ha. Jika poin besar tersebut sukses dilakukan, menurutnya hal tersebut akan menguntungkan publik dengan kecepatan pelayanan dan menarik investor dengan prosedur investasi yang lebih mudah.

Menjelang berakhirnya pidato, Presiden Joko Widodo menekank-an bahwa terobosan-terobosan un-tuk menangani ketiga masalah di atas dapat berhasil jika pemerintah menaruh perhatian besar pada em-pat kebijakan strategis, yaitu per-cepatan reformasi hukum untuk mempercepat kepastian hukum; perombakan manajemen angga-ran pembangunan—di mana beliau menyatakan sudah saatnya Indone-sia meninggalkan paradigma lama “anggaran harus dibagi sama rata” dan menyambut paradigma baru yang memfokuskan anggaran nega-ra untuk program prioritas; politik luar negeri; dan demokrasi, stabilitas politik, serta keamanan.

Pada poin terakhir, Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa berb-agai permainan politik harus disu-dahi karena apabila tidak demikian, tenaga bangsa Indonesia akan habis terserap untuk menangani mas-alah-masala tersebut dan bukannya berfokus pada pembangunan.

Tentunya, pidato tersebut ha-nyalah sebuah pidato. Pembuktian kinerja dan pemenuhan harapan yang telah disampaikan di dalamnya hanya bisa disaksikan dari kejadian nyata di lapangan. Tentu keliru ka-lau dikatakan bahwa pemerintahan dibawah Joko Widodo dan M. Ju-suf Kalla belum membuahkan apa-apa—beberapa perubahan memang mulai terasa di masyarakat. Namun, terlalu jauh rasanya untuk langsung menggembar-gemborkan penca-paian yang ada, sedangkan masih banyak pula masalah yang belum terselesaikan.

Satu hal yang jelas, bagaimana In-donesia lima tahun ke depan bukan saja pekerjaan Presiden RI semata, melainkan kita juga sebagai rakyat Indonesia. Jangan sampai kita men-jadi mereka yang terlalu sering den-gan ketus menyalahkan pemerintah tanpa berkaca kepada diri sendi-ri dan lupa daya besar yang dapat ditimbulkan suatu massa; bukan ha-nya dengan protes, melainkan den-gan cara yang lain, yang setidaknya mampu membangunkan pemerintah jika sesuatu yang salah terjadi diten-gah-tengah masyarakat maupun da-lam pemerintah itu sendiri. (MP)

Pidato Kenegaraan Presiden RI Tahun 2016

Ekonomi Menjadi Fokus Kinerja PemerintahArsiptektur, Pencarian Jati Diri Mahasiswa

o l e h A D I T Y A F I R M A N I H S A N( M a t e m a t i k a 2 0 1 2 )

“... arsip -sekecil apa

pun- mampu bergulir dalam berbagai kes-empatan, menciptakan rangkaian akumulasi pengetahuannya sendi-ri, ketersebaran dan kemudahan aksesnya, sehingga informasi arsip tersebut memiliki “nafas” yang lebih panjang se-bagai bagian dari sejarah masyarakatnya.

-Anna Mariana, “Meng-hidupkan Arsip, mencipta

Wacana”, dalam Arsipelago

Tanpa perlu melihat ke kalender, kita ketahui bahwa saat ini kita ten-gah berada di tahun 2016 Masehi, setelah 108 tahun sejak berdirinya organisasi pemuda Boedi Oetomo, 88 tahun berlalu sejak dirumuskan-nya sumpah pemuda, 71 tahun se-jak dirumuskannya proklamasi, 51 tahun sejak ditumbangkannya PKI, 38 tahun sejak dimandulkannya kebebasan akademis dengan NKK-BKK, dan 18 tahun sejak jatuhnya orde baru dan mulainya era reforma-si. Ada apa dengan 2016? Tidak ada yang bisa menjawab pada dasarnya, karena selayaknya membaca nov-el, kita tidak akan pernah paham keseluruhan kisah sebelum menca-pai akhir dari cerita, tapi minimal, kita bisa memahami apa yang telah terjadi dari awal kisah hingga titik dimana kita tengah membaca. Tapi tentu, bila kita langsung membuka halaman tengah novel dan memulai membaca, kita akan merasa bingung pada kisah yang sesungguhnya ter-jadi, dan hanya bisa menerka-nerka.

Terperangkap dalam Kebin-gungan

Ada yang pernah menonton film dari tengah-tengah? Bingung bukan? Nah, itulah yang terjadi apabila di masa kini kita tidak pu-nya pemahaman cukup terkait apa yang terjadi di masa lalu, ketika kita seakan mulai membaca suatu kisah dari tengah-tengah, tanpa menco-ba memahami keseluruhan kisah dari awal. Dalam konteks khusus di kemahasiswaan, tahun 2010-an, atau mungkin bahkan 2000-an alias paska reformasi, adalah masa ketika kemahasiswaan tengah bingung, tak paham apa yang ia harus lakukan, tak mengerti apa yang tengah terjadi. Hingga apa? Well, lihatlah kondisi saat ini.

Dunia kemahasiswaan tengah diliputi ragam tanda tanya terkait begitu banyak anomali yang mem-bingungkan pada masa kini. Per-masalahan-permasalahan dari su-kar tercapainya kuorum, partisipasi anggota, hingga arah dan metode

pergerakan menjadi makanan keseh-arian yang pada akhirnya cenderung menghasilkan kebuntuan. Berbagai gejala apatisme mulai bermunculan dan memperlihatkan bahwa dunia kemahasiswaan menjadi dunia yang sudah tidak menarik lagi bahkan oleh mahasiswa sendiri. Kuantitas dan kualitas pergerakan mahasiswa sebagai yang dianggap taring sesung-guhnya mahasiswa pun mengalami penurunan secara gradual dari ta-hun ke tahun. Padahal, dengan be-gitu banyaknya permasalahan yang meliputi lingkungan kita, dari yang paling dekat sekitar kampus, hingga jauh meluas ke tataran nasional, kita tidak bisa memalingkan muka begitu saja dan menjadi orang buta munafik yang berbicara lantang terkait pe-rubahan namun mata tidak melihat apa-apa.

Kita bisa akui bersama bahwa dengan adanya perkembangan te-knologi digital yang begitu pesat, globalisasi, dan beragam kondisi lainnya, secara perlahan kondisi so-sial politik ekonomi sosial budaya kita sekarang mengalami transfor-masi menuju keadaan yang belum bisa kita cerna dan terka. Maka tentu ragam pertanyaan yang membayangi dunia kemahasiswaan saat ini tidak bisa dijawab dengan mudah, meng-ingat kita hanyalah suatu eksisten-si yang lantas berhadapan dengan suatu zaman tanpa ada persiapan dan perbekalan apapun. Terlalu ban-yak klaim dan asumsi yang muncul tanpa ada penyelidikan lebih lanjut sehingga kita tidak pernah bisa men-jawab semua pertanyaan yang ada tanpa bekal yang lengkap. Dari mana bekal jawaban ini kita bisa dapatkan? Satu kunci utama adalah sejarah.

Eksistensi Bentukan SejarahBisa saja memang, putuskan

rantai sejarah, dan mulailah men-

definisikan semuanya cukup ber-dasarkan keadaan saat ini. Kita bisa mengatakan sekarang adalah era inovasi, era kewirausahaan, era ini, era itu, dan langsung mendefinisikan ulang bahwa cukup kemahasiswaan adalah apa yang bisa kita lakukan saat ini, bukan apa yang harus kita lakukan. Tapi tentu, kita tidak bisa menafikan suatu fenomena alamiah yang mana suatu eksistensi mem-bentuk identitasnya melalui masa lalu, ketika esensi perlahan mengeras menjadi sebuah jati diri.

L’existence precede l’essence, kata Sartre. Eksistensi ada terlebih dahulu sebelum munculnya esensi. Terlepas dari dialektika terkait opini eksis-tensialis ini, ambillah makna bahwa memang semua eksistensi terus me-nerus membentuk esensinya melalui pengalaman-pengalaman yang ia lalui. Seperti halnya setiap manusia tentu terbentuk dari pengalaman hidupnya sejak kecil. Bayi itu lahir terlebih dahulu untuk kemudian perlahan membentuk identitasnya, esensi yang menjadi jati dirinya. Ter-kait ini, tentu mahasiswa bukanlah makhluk yang baru lahir kemarin sore. Asal mula eksistensi mahasiswa sebenarnya tidak bisa ditentukan dengan pasti, walau mungkin bisa diambil titik ketika sejak Muham-mad Yamin mengusulkan nama itu mengingat betapa beliau sangat mengagungkan peran pemuda ter-pelajar dalam membangun bangsa. Atau, bisa saja kita menganggap asal mula eksistensi mahasiwa adalah Kongres Pemuda II yang mana ter-ciptanya Sumpah Pemuda sebagai simbol bersatunya pemuda untuk membangun bangsa, walau memang nama mahasiswa belum dimuncul-kan pada saat itu.

Darimanapun asalnya, yang jelas, mahasiswa sudah memiliki sejarah yang tidak bisa dikatakan singkat.

Tahun demi tahun terlewati selagi identitas mahasiswa terbentuk den-gan sendirinya melalui kegiatan-ke-giatan dan perjuangan-perjuangan yang mereka lakukan. Identitas ini tidak hanya terbentuk dari dalam dunia kemahasiswaan sendiri, na-mun juga terbentuk dari luar den-gan paradigma-paradigma umum terhadap kemahasiswaan yang juga mulai terpatri. Maka tentu saja, isti-lah-istilah bahwa mahasiswa adalah agen perubahan, penjaga nilai, dan semacamnya bukanlah identitas yang melekat tanpa sebab. Memakai identitas tersebut tanpa memaha-mi konteks dan sebabnya hanya akan menghasilkan sebuah identitas kosong, eksistensi tanpa jati diri.

Sayangnya, pemahaman kita ten-tang sejarah kemahasiswaan masih cenderung bolong-bolong dan tidak utuh. Kita hanya secara parsial men-getahui peristiwa-peristiwa yang terjadi tanpa memahami keseluru-han konteks pada kisah. Mengingat dunia ini berada dalam jaring-jar-ing kompleks keterkaitan, semua hal yang ada pada suatu titik waktu bisa menjadi penyebab terjadinya se-suatu pada waktu itu. Ketika berbic-ara mengenai terbentuknya KM ITB misalnya, dari kondisi sosial mas-yarakat, kondisi perpolitikan dunia, keadaan perekonomian, keadaan kampus, siapa saja yang berperan, kebijakan apa saja yang berlaku, apa saja yang terjadi pada sekitar waktu itu, semua menari bersama takdir untuk kemudian menciptakan KM ITB dengan konsepsinya yang kita agung-agungkan hingga saat ini, bu-kan sesuatu yang simsalabim muncul begitu saja.

Memahami suatu konteks peristi-wa yang tidak utuh hanya akan men-gakibatkan kekeliruan pemikiran seperti post hoc ergo propter hoc pasti terjadi, sebuah fallacy yang

hanya mengaitkan sebab dan akibat suatu peristiwa hanya dari urutan terjadinya peristiwa tersebut. Relasi antar kuasa pada setiap elemen da-lam satu kerangka waktu sejarah ha-rus diteliti secara komprehensif dan dilihat secara holistik untuk mema-hami keutuhan kisah. Untuk itu, san-gat diperlukan kelengkapan pemaha-man kita mengenai sejarah sebelum klaim-klaim dan asumsi-asumsi dangkal muncul.

Arsip, Media IngatanMasa lalu tidak berlalu begitu

saja tanpa meninggalkan jejak, wa-lau hanya sekedar ingatan-ingatan pelakunya. Terkadang, sebagian dari ingatan-ingatan itu tertuang dalam beragam dokumen yang me-mang sengaja diciptakan sebagai bukti kebenaran adanya ingatan itu. Nota-nota pembelian, laporan per-tanggungjawaban, proposal, koran, majalah, foto, hingga catatan-catatan kecil memang diciptakan sebagai media kristalisasi ingatan dalam bentuk materi berkonten agar tidak hanya jadi milik pelaku ingatan. Na-mun sayangnya, semua media yang kemudian kusebut sebagai arsip itu hanya menjadi formalitas kaku yang sekedar dimanfaatkan begitu saja tanpa ada proses penyimpanan dan perapihan terstruktur.

Kesadaran terhadap pentingnya arsip bisa kukatakan terlihat san-gat minim di KM ITB. Hal ini bisa dinilai dari betapa sulitnya mela-cak beragam dokumen paling tidak hingga 10 tahun ke belakang. Hal ini patut disayangkan karena burukn-ya pengarsipan inilah yang menjadi penyebab utama butanya kita terha-dap sejarah. Mungkin bisa saja kita mendapat cerita-cerita dari alum-ni-alumni atau pelaku terkait untuk mengetahui apa saja yang terjadi di masa lalu, namun hal tersebut tidak bisa menjamin terjaganya makna karena distorsi pemahaman antara yang bercerita dan pendengar. Se-lain itu, dokumentasi langsung pada masa terjadinya peristiwa, dengan cerita yang disampaikan jauh hari setelah peristiwa terjadi akan sangat berbeda perspektifnya. Apabila seja-rah hanya disampaikan dari mulut ke mulut, distorsi yang terjadi akan ter-us membesar hingga mungkin pada suatu titik, sejarah itu benar-benar putus atau maknanya berubah jauh dari yang sesungguhnya.

Arsip sebagai “First-hand knowl-edge” merupakan emas bagi yang sadar betapa pentingnya mengingat sejarah. Sayangnya, pemahaman kita terhadap arsip begitu sempit se-hingga hanya cenderung dijadikan formalitas dalam berkegiatan. Disisi lain, arsip dijustifikasi seolah-olah hanya urusan para sejarawan yang bergelut dengan masa lalu. Padahal

Page 8: AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama

12EdisiAgustus 2016

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

5Edisi

Agustus 2016

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

Sosok Samaun Samadikun di Mata MuridnyaSosok Samaun Samadikun mun-

gkin masih sangat asing didengar masyarakat Indonesia. Namun, se-menjak Google Indonesia memasang Doodle –sebuah atribusi perubahan logo Google untuk memperingati hari atau sosok tertentu– beliau pada 15 April 2016 lalu, masyarakat peng-guna internet sontak penasaran, ter-masuk penulis. Banyak laman yang menyebut bahwa Samaun adalah “Bapak Mikroelektronika Indonesia”. Beliau yang lahir pada hari terse-but pada tahun 1931 lalu ini selama hidupnya ternyata mengabdi sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung.

Saya turut penasaran dengan so-sok penemu yang pernah berkuli-ah dan menjadi dosen di jurusan Teknik Elektro ITB tersebut. Di hari penayangan sosoknya di Google tersebut, saya mendapatkan alamat tempat beliau bekerja: Device and IC Processing Laboratory, Pusat Mikro-elektronika (PME) di lantai 3 Ge-dung Pusat Riset dan Inovasi (atau PAU) ITB.

Ruangan yang dipakai Samaun saat bekerja berada di ruangan perta-ma dari arah utara setelah melewati pintu. Kini ruangan tersebut menja-di ruang administrasi laboratorium tersebut. Ketika memasuki ruangan tersebut, terasa sekali aura jadul ala beliau: sebuah komputer bekas dengan layar tabung, pendingin ru-angan yang terlihat tua, puluhan piagam serta plakat yang disimpan atas lemari beliau, sebuah mod-el bertuliskan “PT LEN Industri” – perusahaan yang ia dirikan, dan dilengkapi dengan pajangan sosok beliau di dinding. Ruangan tersebut tentunya sudah ditambah dengan banyak perangkat modern seperti layar komputer berspesifikasi ter-kini, wastafel, dan papan tulis, yang saat itu sedang digunakan seorang karyawan lab yang sedang bekerja. Karyawan lab yang berstatus sebagai administrator itu kemudian meng-arahkan saya untuk mencoba me-wawancarai Dr. Irman Idris, dosen Teknik Elektro, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI). “Ba-pak ini adalah murid beliau semasa hidupnya,” tutur karyawan tersebut.

Butuh tiga hari untuk mengonfir-masi kesediaan Irman, panggilan be-liau, untuk diwawancarai. Walaupun dalam kesibukan karena beliau harus terbang ke Jambi untuk urusan kel-uarga, Irman bersedia untuk meng-utarakan bagaimana pengalamannya menjadi murid beliau.

Irman Idris adalah lulusan Teknik Elektro angkatan 1984 dan lulus dalam waktu lima tahun. Ketika beliau berkuliah, Samaun masih menjadi dosen di jurusan tersebut. “Saya banyak berinteraksi dengan beliau, walau saat itu beliau masih sibuk (merangkap) menjadi ketua

LIPI (Lembagai Ilmu Pengetahuan Indonesia)”, kata Irman saat diwaw-ancarai di ruangan administrasi, tempat Samaun dahulu bekerja. Ia masih ingat dengan prestasi beliau, di antaranya meraih gelar Ph.D. dari Universitas Stanford tahun 1971 dan paten bersama insinyur K.D. Wise, yang terdaftar sebagai US Patent No 3,888,708 dengan judul, “Method for forming regions of predetermined thickness in silicon”. Singkatnya, seperti dikutip google.com/patents, paten tersebut dideskripsikan untuk membentuk bagian tipis pada sebuah silikon hingga ketebalan 5 mikrome-ter. Silikon sendiri terkenal dengan ketebalan yang cukup tinggi. Sam-aun berhasil memantenkan metode yang sekarang banyak dipakai, teru-tama untuk menjaga tekanan sistolik dan diastolik pada darah. Paten ini terkait dengan mikroelektronika, bidang yang digeluti Samaun sejak lulus dari Teknik Elektro ITB tahun 1957.

Mengenai mikroelektronika, be-liau juga menuturkan asal muasal ilmu yang satu ini. Mikroelektronika adalah bagian dari ilmu dan teknolo-gi elektronika yang diimplementa-sikan dalam ukuran mikrometer atau sepersejuta meter. “Mikroelektron-ika lahir tahun 1947, saat transistor semikonduktor pertama ditemukan. Ukurannya kemudian semakin kecil dan semakin kecil hingga hari ini transistor bisa diproduksi dengan ukuran panjang kanal 14 nanometer. Nah, sekarang mikroelektronika ini ada di mana saja, termasuk di laptop, USB, dan ponsel,” kata Irman.

paten tersebut dideskripsikan untuk membentuk bagian tipis pada sebuah silikon hingga ketebalan 5

mikrometer. Silikon sendiri terke-nal dengan ketebalan yang cukup tinggi. Samaun berhasil memanten-kan metode yang sekarang banyak dipakai, terutama untuk menjaga tekanan sistolik dan diastolik pada darah. Paten ini terkait dengan mikroelektronika, bidang yang dige-luti Samaun sejak lulus dari Teknik Elektro ITB tahun 1957.

Mengenai mikroelektronika, be-liau juga menuturkan asal muasal ilmu yang satu ini. Mikroelektronika adalah bagian dari ilmu dan teknolo-gi elektronika yang diimplementa-sikan dalam ukuran mikrometer atau sepersejuta meter. “Mikroelektron-ika lahir tahun 1947, saat transistor semikonduktor pertama ditemukan. Ukurannya kemudian semakin kecil dan semakin kecil hingga hari ini transistor bisa diproduksi dengan ukuran panjang kanal 14 nanometer. Nah, sekarang mikroelektronika ini ada di mana saja, termasuk di laptop, USB, dan ponsel,” kata Irman.

Irman memaparkan Samaun ter-inspirasi untuk membuat semacam Silicon Valley di Kota Bandung, seiring beliau yang saat itu berkuli-ah serta melakukan penelitian di Universitas Stanford, San Francisco. Rencana itu mulai terealisasi ketika pada tahun 1980-an ia merintis pe-rusahaan bernama PT Laboratorium Elektronika Nasional (kini PT LEN Industri) dan PT Industri Telekomu-nikasi (Inti). “Peluangnya sudah ada (saat itu), karena universitasnya ada dan pabriknya juga sudah ada,” kata Irman. Walaupun hingga kini real-isasi Silicon Valley belum terwujud, ia meyakini bahwa Bandung mu-lai dimasuki perencanaan kawasan

berbasis teknologi, seperti Bandung Technopark dan Bandung Gedebage Technopolis yang dirintis Ridwan Kamil. “Peran ITB juga sangat besar dalam ambisi mewujudkan tech-nopark ini dengan menjadi inkuba-tor (teknologi),” lanjutnya.

Engineer yang BenarIrman pun mengingat bagaimana

beliau menjadi murid dari seorang Bapak Mikroelektronika Nasion-al. “Bapak Samaun ini orang yang menarik. Banyak pengalaman saya dengan beliau. Mungkin yang pal-ing menarik ya sosoknya itu yang rendah hati, sangat sederhana, dan sesuai dengan apa yang beliau capai (cita-cita),” kata Irman. Ia juga me-nilai sosok beliau sebagai seorang engineer (insinyur) yang benar. “Be-liau kalau kerja urutannya benar. Se-mangatnya pun masih ada saat kami masih bekerja dengan beliau di saat-saat menjelang beliau wafat,” lanjut Irman. Ia pun masih ingat dengan pesan-pesan beliau menjelang wafat. “Beliau berpesan, ‘Jangan berhenti bekerja, jangan berhenti berpikir. Nanti kita lemah, merasa tua,’” tu-tur Irman mengopi pernyataan Pak Samaun. Ia pun menilai layak sosok beliau ditampilkan di Goo-gle Indonesia, terlepas bagaimana Google menilai kelayakan beliau di laman muka situs ini. “Untuk uku-ran Indonesia, beliau saya anggap sangat wajar untuk masuk. Dilihat dari sikapnya semasa hidup: praktis tangannya, pikirannya juga masih terang, preastasinya banyak, dan juga menjadi Direktur Binsarak DIKTI, Dirjen Listrik ESDM, Ketua LIPI, punya paten, dan lain-lain,” tambah beliau. Irman pun teringat dengan

rumitnya pengurusan pemakaman beliau di Taman Makam Pahla-wan Kalibata, Jakarta, ketika beliau meninggal pada tanggal 15 Novem-ber 2006 lalu. “Beliau memiliki Med-ali Mahaputra Utama yang diberikan Pemerintah pada 1994 lalu, namun ketika keluarga mencari medalinya sebagai tanda bukti, kami sempat ke-susahan karena medali milik beliau tercecer,” tambahnya. Tetapi karena murid-murid beliau banyak yang menjadi orang hebat, maka pros-es administrasi pemakaman beliau dengan mudah dapat diatasi.

Setelah beliau wafat, semangat be-liau masih ada untuk Irman, juga pe-neliti lain di Pusat Mikroelektronika (PME) ITB. “Kami masih berutang budi sama Pak Samaun. Perkemban-gan mikroelektronika di dunia nyata tidaklah mudah. Namun kami masih mencoba mengembangkan peneli-tian mikroelektronik ini seperti te-knologi 4G LTE oleh dosen STEI ITB seperti Dr. Ir. Adi Indrayanto dan timnya, juga perancangan chip oleh Kepala Pusat Mikroelektronika ITB, Dr Trio Adiono, ST, MT, Ph.D dan tim. Tapi secara keseluruhan, kami masih punya obsesi masing-masing untuk merealisasikan mimpi beliau,” lanjut Irman. Obsesi ini ada seiring wasiat beliau kepada teman-teman di PME. “Jika nanti beliau sudah meninggal, beliau mengingatkan ‘I am always watching you from the above’”, tutupnya.

(FRA)

Dok. Pers Mahasiswa ITB

serta kondisi cuaca yang cukup terik membuat pengunjung eng-gan menyaksikan penampilan di panggung. Hal ini mengakibat-kan kesan sepi dalam penampi-lan unit di panggung utama.

Selain itu, penempatan area pameran unit dan stand makanan yang berjarak cukup jauh men-jadi perhatian massa unit mau-pun mahasiswa baru. “(stand) makanannya jangan jauh-jauh banget, gitu. Kalo kemarin (OHU 2015, -red) kan stand unit ke (stand) makanan kan kayak gak jauh-jauh amat. Kalo sekarang itu kayak jauh banget gitu, ” ujar Akbar dari TEC. Ia juga men-yayangkan sulitnya akses lapa-ngan karena pintu masuk yang kecil membuat pengunjung dan pengisi pameran bertumpuk saat akan memasuki lapangan.

Penempatan stand makanan di lapangan pasir menimbulkan pertanyaan bagi para pengun-jungnya. Adjie (STEI’16) ber-pendapat bahwa lokasi stand makanan semestinya merupakan tempat yang bersih dan tidak berdebu. Ia juga mempertanya-kan ketiadaan tempat makan di lokasi penjualan makanan dan minuman, sehingga membuat pengunjung terpaksa duduk di jalur pejalan kaki dan mengha-langi jalur pejalan kaki di selasar Saraga.

Walaupun mayoritas peser-ta pameran unit setuju dengan konsep kegiatan tahun ini, Ak-bar mengaku lebih menghenda-ki pelaksanaan kegiatan sejenis festival dilaksanakan di kawasan Campus Center (CC) ITB di ta-hun-tahun selanjutnya. Hal ini senada dengan Fidel, Ketua Di-

visi Eksternal Unit Renang dan Polo Air (URPA) ITB, yang men-ganggap pelaksanaan di Saraga mengurangi kenyamanan pen-gunjung maupun peserta pamer-an. Keduanya mengaku memper-timbangkan akses yang terbuka bagi semua jenis pameran dan panggung serta banyaknya po-hon untuk menghalau panas.

Wahana Karya Salah satu perubahan yang

tampak dalam pelaksanaan fes-tival ini adalah kehadiran him-punan dalam eksibisi Wahana Karya. Pameran ini menampikan karya mahasiswa ITB dari mas-ing-masing himpunan. Bertem-pat di terowongan (tunnel) Sara-ga, pameran ini mampu menarik perhatian mahasiswa baru. Ad-jie mengaku tertarik dengan karya yang dipajang oleh him-punan-himpunan, namun hanya bertanya ke beberapa stand.

Nicholas selaku Ketua Depar-temen Inkubator-IT, Himpunan Mahasiswa Informatika (HMIF) ITB, mengapresiasi panitia da-lam mewujudkan pameran karya yang mengalami perubahan positif dibandingkan dengan tahun lalu. Ia mengaku mampu menarik perhatian mahasiswa baru melalui games dan usaha lainnya, walaupun yang ditanya-kan oleh pengunjung lebih con-dong pada pertanyaan seputar aktivitas akademik dibandingkan dengan karya yang dipamerkan.

Hal serupa juga dialami oleh Andrew dkk. yang mewakili Visual Arts Student Aggregate (VASA) ITB. Dengan memamer-kan beberapa karya seni seperti lukisan dan patung, stand mili-

knya mampu menarik perhatian mahasiswa baru FSRD maupun mahasiswa lain yang datang karena tertarik dengan seni yang dipamerkan. “Kalo menurut saya sih yang ingin tercapai mah (den-gan adanya pameran ini, -red) agar orang-rang lebih tertarik aja dan lebih ingin memahami, gitu, tentang seni rupa,” ujar Andrew.

Dibalik keramaian tersebut, penempatan wahana karya di da-lam terowongan menimbulkan berbagai komentar. M. Farkhan Abdillah (FTMD’15) mengaku kondisi terowongan yang tertu-tup dan ramai akan orang yang berlalu-lalang membuat wahana karya menjadi terlalu sesak. Ia mengkhawatirkan pengunjung yang mungkinsaja kesulitan bernafas walaupun hanya ingin melewati terowongan dari dan menuju Saraga.

Hal lainnya yang disoroti oleh Nicholas adalah kurangnya pen-garahan panitia kepada pengun-jung mengenai wahana karya, sehingga pengunjung segan un-tuk mendatangi stand karena ketidaktahuan pengunjung men-genai pameran karya himpunan tersebut. Tidak adanya penga-turan yang lebih merata kepada mahasiswa baru dalam mengun-jungi pameran karya seperti ta-hun lalu turut menambah faktor pengunjung enggan mendatangi stand karena padatnya terowon-gan dari arus pengunjung yang hanya melewati terowongan. Diharapkan adanya perbaikan penempatan dan penjelasan bagi mahasiswa baru melalui mentor atau panitia lainnya jika kegiatan semacam wahana karya kembali

dilakukan dengan pengunjung yang sporadis.

Timbal Balik Sangat Diharap-kan

Menanggapi beberapa komen-tar mengenai pelaksanaan festi-val, M. Hamzah Pramana (DP’14) selaku penanggungjawab Festival Integrasi ITB 2016 ini menga-kui kekurangan yang muncul selama kegiatan berlangsung. Pada dasarnya, ia mengungkap-kan bahwa konsep utama festi-val berhasil diimplementasikan menjadi sebuah kegiatan yang masif dan berskala besar di luar area Kampus Ganesha. Hamzah juga kembali menekankan bahwa festival merupakan mata acara dari Integrasi ITB 2016, sehing-ga keterlibatan panitia lapangan sebenarnya masih diharapkan lebih dapat mengarahkan maha-siswa baru ketika memasuki area pameran-pameran.

Hamzah juga mengakui ku-rangnya kontrol kepada maha-siswa baru menyebabkan mo-bilitas pengunjungn yang cukup tinggi namun tidak terarah, berimplikasi pada menurunnya jumlah pendaftar unit di beber-apa lokasi rumpun unit. Terkait hal ini, ia berharap mahasiswa baru dapat memanfaatkan fasil-itas lain yang disediakan untuk mengenal unit lebih jauh, seperti form pendaftaran online maupun kegiatan semacam OHU yan dia-dakan di Jatinangor pada Minggu (21/08) maupun di Sunken Court pada Rabu hingga Kamis men-datang (24-25/08).

Mengenai pemilihan Sara-ga sebagai lokasi pelaksanaan, Hamzah memaparkan pertim-

bangan panitia atas keputusan tersebut. Salah satu pertimban-gannya yakni UPT K3L ITB ti-dak menyanggupi penggunaan kawasan CC ITB untuk menam-pung sekitar 4000 mahasiswa baru. Penataan tempat di Sara-ga juga diakuinya diputuskan setelah mempertimbangkan izin lokasi dan kesepakatan dengan pihak luar (dalam hal ini berupa sponsor kegiatan).

Untuk pelaksanaan di tahun mendatang, Hamzah member-ikan saran berupa perbaikan penataan jalur pengunjung dan pameran, peletakan panggu-ng yang tidak terlalu jauh dari jangkauan pengunjung dengan penampil antar panggung yang mampu menarik perhatian dari spot yang berbeda, dan koor-dinasi yang lebih baik dengan penyedia prasarana venue (sep-erti vendor stand) sebelum ke-giatan berlansung. Ia menghara-pkan panitia selanjutnya tetap memperlakukan mahasiswa baru sebagai klien utama yang harus diprioritaskan kenyamanan dan keselamatannya dalam kegiatan.

Karena festival merupakan salah satu mata acara Integrasi ITB 2016, massa kampus teru-tama peserta pameran unit dan wahana karya diharapkan ikut memberi masukan dan evaluasi kepada panitia Integrasi. Hara-pan dari timbal balik tersebut, panitia di tahun mendatang dapat memperbaiki kesalahan yang terjadi dan dapat memenuhi ek-spektasi semua pihak, serta me-nguntungkan mahasiswa baru, UKM, HMJ, dan panitia sendiri. (MR/YS/PEC)

KKN-Tematik ITB :21 Hari Mengabdi, Berbagi dan Menginspirasi

Kegiatan mahasiswa ITB tidak hanya kuliah dan berada di kelas, ada kegiatan lain yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa di luar kelas, salah satunya adalah peng-abdian masyarakat. Pengabdian masyarakat sendiri adalah salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menjadi tanggung jawab seluruh akademisi.

Perguruan tinggi berkewa-jiban menyelenggarakan pe-nelitian dan pengabdian ke-pada masyarakat di samping melaksanakan pendidikan se-bagaimana diamanahkan oleh Undang-undang Nomor 20 Ta-hun 2003 tentang Sistem Pendi-

dikan Nasional Pasal 20. Sejalan dengan kewajiban tersebut, Un-dang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 45 menegaskan bahwa pe-nelitian di perguruan tinggi di-arahkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahter-aan masyarakat dan daya saing bangsa.

Salah satu bentuk pengab-dian masyarakat ITB disalurkan melalui kegiatan yang bernama KKN-Tematik ITB (Kuliah Ker-ja Nyata), yang dibagi menjadi 4 tema, yaitu Pendidikan, Energi, Air, dan Infrastruktur.

KKN-Tematik ITB 2016 ber-tempat di desa Mekarwangi dan Mekarmulya di Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut se-jak tanggal 18 Juli 2016 sampai 8 Agustus 2016, diikuti oleh 166 mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 dari berbagai jurusan.

Penutupan KKN-Tematik ITB

Setelah 3 minggu berada di daerah KKN, pada 7 Agus-tus 2016 seluruh peserta KKN bekerjasama dengan warga se-tempat mengadakan acara Pentas Seni Penutupan KKN-Tematik ITB di lapangan SD Mekarwan-gi 2. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Lembaga Kemahasiswaan, Kepala Desa Mekarwangi, Camat Kecamatan Talegong, Ket-ua KKN-Tematik ITB, peserta KKN-Tematik ITB, dan warga disekitar Mekarwangi dan Me-karmulya.

Salah satu peserta KKN-Tem-

atik ITB mengaku senang dengan seluruh rangkaian kegiatan KKN, walaupun ada beberapa keter-batasan yang tidak bisa didapat-kan, dibandingkan ketika berada di kota, “Yang paling didapat ada-lah nilai kekeluargaan. Datang, disambut, perhatian, jadinya senang. Walaupun diawal ke-datangan merasa kok susah nyari makanan, terutama sembako, biasanya kalau dikota gampang. Tapi setelah 3 minggu disini, saya menjadi lebih bersyukur dengan apa yang sudah didapat. Lebih kuat dengan cobaan yang ada. Jangan sia-siakan kesempatan yg ada, apapun itu,sekecil apap-un” ujar Vivi, mahasiswi TPSDA 2014, salah satu peserta KKN yang berada di tema energi.

Pencapaian KKN-Tematik ITB 2016

Kegiatan KKN tidak sela-lu berjalan mulus, ada ham-batan-hambatan dan permas-

alahan yang harus diselesaikan. Walaupun demikian, dengan adanya kebersamaan dan seman-gat mengabdi, semuanya bisa di-hadapi dan diselesaikan dengan baik.

“Pencapaian dari tema pen-didikan 90%, tema energi 90%, tema air 80%, dan tema infra-struktur 70%. Untuk keseluru-han, secara umum keberhasilan KKN tahun ini sekitar 80%,” ujar Romanu Dwi Sasongko, Ketua KKN-Tematik ITB 2016. Ia juga berharap, efek kegia-tan KKN di Desa Mekarwangi dan Mekarmulya tidak berhenti sampai penutupan saja, namun kedepannya, hubungan antara mahasiswa dengan warga tetap baik dan saling mendukung satu sama lain untuk kemajuan bersa-ma. “Semoga selain membangun, kehadiran mahasiswa disini juga dapat menginspirasi masyarakat”, tambahnya. (TD)

Peserta KKN Tematik ITB 2016

(sambungan dari halaman 1)

Page 9: AGUSTUS · 2020. 10. 14. · GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan 2 Edisi Agustus 2016 15 Edisi Agustus 2016 GANECA POS GANECA POS terbit sejak tahun 2007 Pemimpin Umum M. Bayu Pratama

14EdisiAgustus 2016

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

3Edisi

Agustus 2016

GANECA POSMencerahkan, Mencerdaskan

YUK NYOBLOS!30 November - 4 Desember 2015

Divisi Performance merupakan salah satu divisi di bawah Bidang Kreatif (Upupa Citrakara) INTE-GRASI ITB 2016 yang berperan da-lam menyuasanakan kampus lewat seni pertunjukan kolosal. Pertunju-kan kolosal sendiri merupakan tipe pertunjukan yang dilakukan secara massal dengan penggambaran suasa-na semirip mungkin dengan aslinya. Tema yang diusung dalam pertunju-kan kolosal ini yaitu “Empati untuk Negeri”. Secara garis besar, divisi per-

Pertunjukan Kolosal “Empati untuk Negeri”

formance menampilkan konsep ceri-ta yang menggambarkan penyadaran diri akan pentingnya rasa empati.

Pada peluncuran logo INTE-GRASI ITB 2016, tim performance telah menampilkan bagaimana seo-rang berkepribadian introvert yang ingin berinteraksi dengan kelompok di sekitarnya. Meski telah beberapa kali mencoba, ia menganggap dirin-ya tidak diterima kelompok tersebut. Padahal, sebenarnya ia salah paham dan hanya memerlukan kesadaran

diri untuk turut berempati ke dalam kelompok tersebut.

Sedikit berbeda dengan peluncu-ran logo, performance dalam rang-kaian INTEGRASI ITB 2016 lebih menggambarkan kondisi mahasiswa ITB yang kerap dicap sombong aki-bat terlalu banyak mendapat pujian. Padahal, makna yang terkandung dalam pujian tersebut adalah mas-yarakat yang menaruh harapan besar kepada mahasiswa ITB untuk me-majukan kesejahteraan bangsanya. Namun, mahasiswa seakan lupa diri dan menjadi sombong. Di sinilah empati diperlukan untuk kembali menyadarkan mahasiswa.

Diungkapkan oleh Ketua Divi-si Performance, Valeria Atiyasanta (SR 2014), terdapat beberapa karak-ter yang dimunculkan dalam cerita. Sebelumnya, saat Sidang Terbuka, Divisi Performance telah menampil-kan karakter ketiga maskot INTE-GRASI ITB 2016 yaitu Yama, Gatra, dan Nararya yang masing-masing merupakan penggambaran dari pe-mikiran, pergerakan, dan empati. Penampilan tersebut merupakan teaser yang ikut andil dalam penyu-asanaan INTEGRASI ITB 2016. Sedangkan, inti penampilan akan

dikemas dalam dua episode yakni saat pembukaan dan penutupan IN-TEGRASI ITB 2016.

Untuk menyempurnakan ceri-ta, dekorasi panggung dibuat oleh tim grafis yang juga dibawahi oleh Bidang Kreatif. Salah satu keunikan dari Divisi Performance adalah gerakan tarian serta kostum yang dikreasikan oleh para anggotan-ya sendiri. Santa mengungkapkan bahwa setiap kelompok yang mem-erankan karakter memiliki seorang

PUISI

KonspirasiSiwi Aji Widhi Astuti (KI 15)

Aku melewatkan satu halamandari ensiklopedi riwayatkuketika kedatanganmu.

Sungguh, apakah engkau sedangberkonspirasi dengan waktu?

Menyogok beberapa detikuntuk mengoyak damai hati di banyak titik.

Mendusta pada ruangmemaksa mereka menjadi satu bayang,bayanganmu.

Sungguh terlalu.

penanggung jawab yang bertang-gung jawab atas gerakan tarian dan pembuatan kostum karakter yang mereka lakoni.

Untuk itulah para anggota Divisi Performance ini berlatih setiap hari dari pukul 8 pagi hingga 11 malam. Bahkan untuk menghadapi gladi ko-tor pada 12 Agustus dan gladi bersih pada 16 Agustus, mereka memulai latihan 1 jam lebih awal di Saraga untuk menyesuaikan panggung IN-TEGRASI ITB 2016 nanti. (LPVD)

Penampilan tim performance Integrasi saat acara penutupan Dok. Pers Mahasiswa ITB

Dok. Pers Mahasiswa ITB

ITB MultikampusSistem Kemahasiswaan Multikampus Segera DisusunGANECA POS, ITB – ITB terus merealisasikan rencananya menjadi ITB multikampus. Setelah Kampus Jatinangor, kini ITB hadir di Cire-bon. Namun, beberapa masalah muncul dari pengembangan konsep multikampus ini. Banyak pertanyaan yang timbul mengenai kesempatan mahasiswa di luar Kampus Ganesha untuk tetap aktif berkemahasiswaan. Menurut M. Arya Zamal (TI’12) selaku Majelis Wali Amanat Wakil Mahasiswa (MWA-WM) ITB, ma-hasiswa yang berada di luar Kam-pus Ganesha memiliki kesempatan yang sama untuk berorganisasi dan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Kongres KM ITB, Yehezkiel David (TM’13), menegaskan, “Kita akan menyiapkan dokumen rencana strategis kemahasiswaan KM ITB dari tahun 2017-2020, termasuk di dalamnya terkait multikampus. Hal itu tengah dipersiapkan kini den-gan telah dibentuknya tim Ad Hoc”. Mahasiswa ITB Ganesha, Jatinan-gor, dan Cirebon secara keseluruhan berhak untuk mendapatkan fasilitas, suasana akademik, dan kedinamis-an kemahasiswaan yang sama tanpa perlu mengedepankan alasan jarak dan waktu.

Hasil kegiatan ‘Kopi Sore’ yang diadakan KM ITB bersama rek-torat pada awal Agustus lalu juga mengajukan beberapa masalah dan permintaan, yakni ITB wajib menye-diakan kelayakan fasilitas akade-mik di Jatinangor atau memenuhi kebutuhan transportasi untuk ma-hasiswa ITB Jatinangor–Ganesha, pembukaan dokumen adendum ITB

dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait pembukaan ITB Cire-bon, jaminan penyetaraan kualitas antara mahasiswa Jatinangor yang mengulang TPB yang akan digabung proses perkuliahannya dengan ma-hasiswa afirmasi ITB Cirebon, dan permintaan peningkatan kualitas kantin di ITB Jatinangor.

Multikampus sendiri merupakan langkah pengembangan dimana ITB membangun beberapa kampus di luar Kota Bandung, seperti ITB Jati-nangor dan ITB Cirebon yang sudah terealisasi, serta ITB Walini dan ITB Bekasi yang masih pada tahap wa-cana. Berdasarkan keterangan dari Ir. Betti S. Alisjahbana selaku ketua Ma-jelis Wali Amanat (MWA) ITB, Dr. Ir, Sigit Darmawan selaku Direktur Pengembangan ITB, Dr. Ir. Wedyan-to, M.Sc. selaku Direktur Eksekutif ITB Jatinangor, serta Dr. Taufikurah-man selaku Wakil Direktur Eksekutif

ITB Jatinangor, pembangunan ITB multikampus merupakan suatu ke-butuhan, karena luas Kampus Gane-sha yang dirasa sudah tidak cukup mewadahi seluruh kegiatan akade-mik dan kemahasiswaan jika dilihat dari luasnya yang hanya 28 hektar. Selain mengakomodasi perkemban-gan ITB, diharapkan dengan adanya ITB multikampus ini bisa memenuhi permintaan dari Direktorat Pendi-dikan Tinggi (DIKTI) serta Guber-nur Jawa Barat untuk berpartisipasi dalam meningkatkan APK (Angka Partisipasi Kasar) masyarakat Jawa Barat di Perguruan Tinggi.

Mengenai ITB Cirebon, hadirnya kampus ini merupakan salah satu konsep pendidikan di luar daerah (PDD) berupa kerja sama antara ITB dengan Pemprov Jawa Barat. “Sebel-umnya, ITB terlebih dahulu beren-cana untuk membuka program studi baru di daerah Pangandaran, Ciam-

is. Namun rencana tersebut ternyata didahului oleh pembukaan ITB Cire-bon dan ITB Bekasi pada SNMPTN 2016. Walaupun pada akhirnya ter-jadi pembatalan pembukaan ITB Bekasi karena permasalahan pem-bebasan lahan yang belum tuntas,” ungkap Fauzan Makarim, Menteri Advokasi dan Kebijakan Kampus KM ITB 2016, saat bertemu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Ke-mahasiswaan ITB, Prof. Ir. Bermawi Priyatna Iskandar, M.Sc., Ph.D.

Melihat cita-cita dari RENIP (Rencana Induk Pengembangan) mengenai visi ITB 2025 serta ITB sebagai World Class University dan keleluasaan pengaturan keuangan oleh ITB sebagai PTN-BH (perguru-an tinggi negeri berbadan hukum), tak salah apabila ITB ingin mem-bangun kampus di luar Ganesha sebagai upaya untuk meningkat-kan pendapatan dalam rangka per-

baikan akademik dan infrastruktur. Sementara itu, konsep multikam-pus sebenarnya belum secara jelas terdefinisikan karena masih dalam proses penyempurnaan dan penge-sahan kebijakan oleh MWA yang diagendakan dalam bulan Agustus ini. Terkait kebijakan multikampus, beberapa pihak yang terlibat seperti senat akademik merancang kebija-kan dan norma akademik dan rek-torat sebagai perancang kebijakan penyelenggaraan akademik. Hasil rancangan selanjutnya akan dipres-entasikan untuk kemudian disahkan oleh MWA.

Sampai saat ini sudah ada 8 program studi di ITB Jatinangor dengan 6 Prodi S1 yaitu Rekayasa Hayati (SITH-R), Rekayasa Pertani-an (SITH-R), Rekayasa Kehutanan (SITH-R), Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (FTSL), Teknik Pen-gelolaan Sumber Daya Air (FTSL), Kewirausahaan (SBM) dan 2 Prodi S2 yaitu Pengelolaan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi (FTSL), dan Arsitektur Lansekap (SAPPK) serta Teknologi Pasca Panen (SITH-R), Teknik Pangan (FTI), dan Teknik Bioenergi dan Kemurnian Ener-gi (FTI). ITB Cirebon juga sudah menerima 60 mahasiswa baru dari tiga jurusan berbeda, yaitu Planolo-gi, Teknik Industri, dan Seni Kriya, yang masing-masing berjumlah 20 mahasiswa. Mahasiswa ITB Cirebon sudah diterima secara resmi melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, afirmasi, dan jalur mandiri. (MAP/MK)

Osjur Sepuluh HariHMJ Berusaha Menyesuaikan dengan Aturan OS Baru

diwajibkan menyelesaikan program kaderisasi awalnya 2 minggu sebe-lum masa Ujian Tengah Semester (UTS) Gasal yang berlangsung pada 10 – 14 Oktober 2016.

Fakhri Guniar (MRI’13) selaku ketua Mahasiswa Teknik Industri (MTI) menyatakan bahwa ia kurang setuju dengan aturan tersebut karena merasa dibatasi. Ia mengaku merasa aneh dengan rektorat yang memili-ki perhatian khusus terhadap osjur hingga terus merevisi aturan menge-

nai OS.Hal lain dinyatakan oleh Nurhadi

Al Rasyid (KL’13) selaku ketua Kel-uarga Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL) ITB. “Mungkin tujuannya baik dari rektorat supaya tidak ada perploncoan”, ujar Hadi. Pandangan lain diungkapkan oleh Ketua Him-punan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMA TG) ‘TERRA’, Donny Ma-hartha (TG’13), turut heran dengan pandangan rektorat terkait OS yang selama ini berjalan. Donny pun

GANECA POS, ITB – Pertengahan Juli 2015 lalu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan (WRAM) ITB mengeluarkan Surat Edaran no. 231/I1.B01/PP/2016 Ten-tang Aturan Orientasi Studi Him-punan Program Studi atau Fakul-tas/Sekolah. Beberapa Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) menilai aturan tersebut terlalu mengikat dan meragukan alasan keluarnya aturan tersebut. Meski begitu, HMJ tetap menyesuaikan program yang telah dibuatnya dengan aturan baru terse-but.

Aturan tersebut mencantumkan tujuan dari orientasi studi himpunan program studi atau fakultas beserta aturan-aturan pelaksanaan orientasi studi (OS) jurusan atau osjur. Osjur kini diberikan waktu 40 jam selama sepuluh hari dengan batasan hanya boleh dilakukan di hari libur nasi-onal, Sabtu, dan Minggu. Osjur pun

berkomentar, “Menurut saya HMJ masih tahu batasannya sih, kalo ada yang meninggal dan kejadian se-jenisnya itu kan kejadian yang tidak bisa diprediksi. Sebenernya saya ti-dak tahu rektorat menganggap osjur selama ini tuh seperti apa”.

HMJ mau tidak mau mesti menyesuaian program kaderisasinya terkait aturan baru tersebut. Beber-apa HMJ seperti MTI, KMKL dan HIMA TG ‘TERRA’ pun memilih mengikuti aturan tersebut dengan merubah beberapa metode dan menyesuaikannya dengan kebutu-han calon kader mereka.

Seperti yang dijelaskan oleh Don-ny, aturan tersebut memiliki sisi positif seperti membuat HMJ mau tidak mau harus mengeksplor lebih dalam lagi mengenai metode baru yang cocok dengan calon anggota himpunan meskipun menurutnya metode yang selama ini digunakan

oleh HIMA TG ‘TERRA’ sudah cuk-up ampuh. Perubahan metode terse-but ada kemungkinan gagal karena baru diterapkan sehingga setiap him-punan memiliki cara masing-masing untuk mem-back up materi atau nilai-nilai yang belum tercapai nan-tinya seperti dengan mengadakan la-tihan kepemimpinan dan organisasi (LKO) maupun memberikan tugas ,dan materi-materi tambahan di luar waktu osjur.

Perubahan-perubahan aturan os-jur akan membuat adanya perubahan atas keluaran (output) hasil kaderisa-si dari tiap angkatan karena adanya perubahan metode seperti yang dis-ampaikan oleh Hadi. KMKL sendiri menurutnya memiliki perbedaan output antara metode osjur yang ter-baru dengan yang lama, seperti rasa kepemilikan di dalam KMKL sendiri maupun bentuk kedekatan antar an-gkatan. (FKAK)

DOK. PRIBADIDOK. PRIBADI

Malam PanjangDavid Satya Hartanto

Percaya pada dirimuHingga waktu pagiTiba di TimurMenghantam manusia TimurMereka lemah lagiDiraba kekuatan semu

Sesaat ku ambil darahmuDan cairan putihmuHembuskan nafas kehidupan padanyaLalu kucampakanlah dirinyaKe dalam nista dunia katanyaApa sangkamu?Apa maumu?

Sangkamu aku bermain daduAtas dirimu kupasang taruhanDan sekarang, kau berhutangBerdoalah pada yang di atas!Berdoalah!Ungkap semua jasamu!Ungkap semua hakmu!Hingga kau sadarBahwa tiada tuhan selain diaYang datang pada merekaMereka yang tercampakKe dalam nista dunia....

Kau kira sudah selesai kah?Hingga mentari tiba, saat kelela-

kianmuMenusuk dirinya di malam gelapMengapa tak kau selesaikan?MENGAPA TAK KAU SELE-

SAIKAN?JERITMU DEMIKIAN PADA-

KU!Kutanya sekali lagi padamuMENGAPA TAK KAU SELE-

SAIKAN, HAH?!

Ah, sudahlahDirinya sudah lulus dari ujiannyaUjianmu belum selesaiMenghitung detik berlalu di

malam ini

SatuDuaTigaEmpat.........

DoaHamdi Alfansuri (PL 15)

: Palestina dan negeri nun jauh disana

O. Andai kita dapat terbangTentu kita akan melihat lebih

jelasSaudara-saudara kita di sanaTapiKita hanya dapat menerbangkan

doaUntuk keselamatan dan kea-

mananSaudara-saudara kita di sana

(1)Pada langkah kitaDalam banyak tanda tanya(2)Hidup kitaSelalu dalam kecemasan ibu:

cinta(3)Hingga nantiSaat kita tak lagi mengerti(4)Sepasang mata bolaDengan cahaya di tengahnya(5)Seperti merpati putihMerajut sangkar untuk anaknya

Kasih IbuHamdi Alfansuri (PL 15)

dok. himatek itb