86

Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,
Page 2: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

i

Daftar Isi - i

Sambutan Kepala BPCB Sulsel - ii

Kata Pengantar - iii

Perkenalan Singkat BPCB Sulsel- 1

Visi dan Misi BPCB Sulsel- 7

Tugas dan Fungsi BPCB Sulsel- 7

Cagar Budaya dalam Register BPCB Sulsel - 9

Karst Maros Pangkep - 9

Benteng Kerajaan Gowa - 14

Pemukiman Tradisional Tana Toraja - 18

Kompleks Makam Raja-Raja Banggae Ondongan - 24

Situs Prasejarah Kalumpang - 26

Kerajaan Buton - 29

Kawasan Gua Prasejarah di Sulawesi Tenggara - 34

Pelestarian Cagar Budaya yang dilakukan BPCB Sul-Sel - 40

Apa itu Cagar Budaya? - 61

Kriteria dan Klasifikasi Cagar Budaya - 62

Apa Peran Masyarakat terhadap Cagar Budaya - 64

Apa Kewajiban Pemilik Cagar Budaya - 65

Penemuan Cagar Budaya - 65

Pencarian Cagar Budaya - 66

Pendaftaran Cagar Budaya -68

Pengkajian Cagar Budaya - 69

Proses Penetapan Cagar Budaya - 69

Pemugaran Cagar Budaya -71

Penghapusan Cagar Budaya - 73

Tugas dan Wewenang Pemerintah - 74

Pendanaan Cagar Budaya - 77

Pelanggaran terhadap Cagar Budaya - 78

Kejahatan terhadap Cagar Budaya - 79

Sanksi Pidana - 79

DaftarIsi:

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 3: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Sambutan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan

Regulasi mengenai Cagar Budaya terus mengalami perkembangan sejak masa kolonial, dengan Monumenten Ordonantie No. 19 tahun 1931 kemudian menjadi Undang-Undang No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya yang disusun oleh Bangsa Indonesia. Selanjutnya dibuat Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya untuk mempertegas pengaturan mengenai Cagar Budaya, dan menegaskan mengenai peran masyarakat serta Pemerintah Daerah terhadap Cagar Budaya.

Sebagai lembaga yang bergerak pada Pelestarian Cagar Budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya berperan mendorong pembangunan kebudayaan dan jati diri bangsa. Lembaga ini, sejak awal berdirinya konsisten melakukan Pelestarian dari ragam bentuk Cagar Budaya mulai periode periode prasejarah hingga periode Kemerdekaan Republik Indonesia.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia akan terus berusaha melakukan pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan Cagar Budaya dalam wilayah kerjanya, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara.

Penerbitan Profil Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan diharapkan akan memberikan pemahaman terhadap masyarakat mengenai Balai Pelestarian Cagar Budaya dan pentingnya Pelestarian Cagar Budaya yang menjadi tanggung jawab kita bersama.

Mari bersama menjadi ujung tombak dalam pelestarian Cagar Budaya karena kebudayaan adalah hulu dalam pembangunan suatu bangsa.

Makassar, 25 November 2017Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan

Drs. Laode Muhammad Aksa, M.Hum

ii

Page 4: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala daya yang

diberikan sehingga penerbitan profil lembaga ini bisa kami

hadirkan. Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan dalam

rangka menjalankan tugas dan fungsi dalam bidang Pelestarian

Cagar Budaya, melingkupi wilayah kerja Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara dan Sulawesi Barat, terus berupaya membangun dan

mendorong sinergitas dengan berbagai elemen masyarakat dan

segenap pemangku kepentingan. Langkah tersebut tidak terlepas

dari implementasi dari amanah Undang-Undang Cagar Budaya No.

11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang memberikan ruang dan

menekankan peranan penting setiap elemen masyarakat untuk

mengambil peran bersama melestarikan Cagar Budaya bangsa.

Dalam kerangka tersebut, penerbitan profil ini dimaksudkan untuk

memberikan informasi kepada pembaca terkait dengan sejarah

lembaga, struktur, tugas dan fungsi, ragam objek Cagar budaya,

regulasi serta program-program pengelolaan Cagar Budaya yang

telah dilakukan. Diharapkan dari informasi tersebut dapat

memberikan pemahaman dan manfaat yang mengarah pada

meningkatnya partisipasi masyarakat untuk secara bersama

mengambil peran dalam mewujudkan kelestarian Cagar Budaya

kita.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas segala

perha�an. Mari Kunjungi, Lindungi dan Lestarikan Cagar

Budaya bangsa kita!

Makassar, November 2017

iii

Page 5: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Kunjungi,Lindungi,

Lestarikan

Ben

teng

Ujungp

andan

g

Page 6: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

1

PerkenalanSingkatApakah Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan?

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) adalah unit pelaksana

teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang

Pelestarian Cagar Budaya yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan.

RiwayatBalaiPelestarianCagarBudayaS ulawesiSelatanSebagai Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal

Kebudayaan maka kehadiran Balai Pelestarian Cagar Budaya

Sulawesi Selatan tidak terlepas dari upaya penanganan

kepurbakalaan di Indonesia yang dimulai sejak masa Penjajahan

Belanda dengan pembentukan suatu Komisi non pemerintah

yang bernama “Commisie in Nederlanddsch Indie Voor

Oedheikundig Onderzoek Op Java en Madura“ Komisi ini masih

bersifat sementara dirintis pada tahun 1901 dipimpin oleh Dr.

J.L.A Branders, berkedudhukan di Jakarta dengan wilayah kerja

Jawa dan Madura. Pada tahun 1910 kedudukan J.L.A Branders

digantikan oleh Dr. N.J.Krom. Melihat kompleksnya masalah

kepurbakalaan di wilayah india Belanda sehingga N.J. Krom

berusaha merintis pembentukan lembaga purbakala secara

sasdasa

Page 7: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

2

resmi. Komisi sementara yang ada dianggap tidak mampu lagi

menangani masalah kepurbakalaan yang memelukan peneltiian,

pemeliharaan dan perlindungan secara kontinyu dan

berkesinambungan. Komisi itu menuntut penanganan

kepurbakalaan yang didasari oleh ilmu tersendiri.

Usaha yang dirintis oleh N.J. Krom sejak tahun 1910 itu,

berhasil dengan terbitnya Surat Keputusan Pemerintah Hindia

Belanda No. 62 tanggal 14 Juni 1913. Surat keputusan ini

menyatakan resmi didirikan suatu lembaga khusus menangani

masalah kepurbakalaan yang bernama “Oudheidkundige Dients

in Nederlandsch Indie”. Lembaga itu biasa disingkat O.D.

Berdasarkan surat keputusan itulah, sampai sekarang diperingat i

sebagai hari Purbakala di Indonesia.

Sejak berdirinya lembaga khusus keperbukalaan tahun 1913,

penyelidikan dan penelitian peninggalan purbakala di nusantara

(wilayah Hindia Belanda waktu itu), mulai dilaksanakan secara

menyeluruh. Sasaran para ahli-ahli purbakala masa itu, bukan

saja di wilayah Jawa dan Madura, akan tetapi meliputi wilayah

Sumatra, Kalimantan dan bagian Timur wilayah Hindia Belanda.

Penyelidikan dan penelitian kepurbukalaan semakin

ditingkatkan pada periode-periode selanjutnya seperti pada

masa Dr. F.D.K. Bosch dan Dr. WT Stutterheim.

Melihat semakin kompleks dan semakin banyaknya pelanggaran -

pelanggaran terhadap upaya perlindungan dan pemeliharaan

kepurbakalaan, berupa penggalian-penggalian dan pengerusakan

Page 8: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

3

peninggalan-peninggalan purbakala, maka perlu didukung oleh

aturan sebagai payung hukum dalam penanganannya. Pada masa

kepemimpinan Dr. F.D.K. Bosch, beliau mengusulkan kepada

pemerintah Hindia Belanda agar dibentuk suatu undang-undang

mengenai kepurbakalaan. Upaya itu berhasil dengan terbitnya

Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal

13 Juni 1931 No.31 berupa Monumenten Ordonantie (Staatsblad

1931 No. 238). Peraturan mengenai peninggalan keperbukalaan

ini berlangsung hingga tahun 1934 dengan terbitnya

Monumenten Ordonantie No.21 tahun 1934 (Staatsblad 1934 No.

515) sebagai perubahannya. Undang-undang kepurbukalaan

itulah yang menjadi dasar penelitian, pemeliharaan.

Perlindungan terhadap peninggalan-peninggalan kepurbukalaan

di tanah air sampai pada tahun 1992.

Pada tahun 1992 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan

suatu Undang-Undang yang mengatur tentang Benda Cagar

Budaya, yaitu Undang-Undang No. 5 tahun 1992. Undang-Undang

itu lahir karena Monumenten Ordonantie No. 19 tahun 1931

(Staatsblad 1931 No. 238 ) dan perubahannya Monumenten

Ordonantie No. 21 tahun 1934 (Staatsblad tahun 1934 No. 515)

dianggap tidak sesuai lagi dengan upaya perlindungan,

pemeliharaan, dan pelestarian benda cagar budaya. Undang-

Undang No. 5 tahun 1992, tersebut merupakan produk hukum d i

bidang keperbukalan yang disusun oleh Bangsa Indonesia.

Sejak masa penyerahan kedaulatan pada tahun 1949/1950 dari

pemerintah Belanda kepada Indonesia yang melahirkan negara

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 9: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

4

Republik Indonesia Serikat (RIS)., Jawatan Barang -barang

purbakala di ubah. Menjadi Jawatan Purbakala Republik

Indonesia selanjutnya pada tahun 1951 Jawatan Purbakala

diubah lagi menjadi Dinas Purbakala yang secara administratif

berada dibawah naungan jawatan Kebudayaan Departemen

Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (P.P.dan K.).

Pada tahun 1956, Dinas Purbakala diubah lagi menjadi Lembaga

Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN), selanjutnya pada

tahun 1973 LPPN yang berada dibawah naungan Direktorat

‘ Jenderal Kebudayaan Departemen P dan K hanya terdiri dari

kantor cabang Prambanan Jawa Tengah, Mojokerto Jawa Timur,

Gianyar Bali dan Ujung Pandang Sulawesi.

Mengenai Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di

Sulawesi Selatan. Pada awalnya disebut LPPN Cabang IV Ujung

Pandang. LPPN Cabang IV Ujung Pandang masa itu, wilayah

kerjanya meliputi seluruh Sulawesi. LPPN Cabang IV itu dibentuk

pada tanggal 20 Maret 1971.

Pada awal pembentukan LPPN Cabang IV Ujung Pandang, berada

dibawah pengawasan Asisten Kepala Perwakilan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Selatan. Dengan strukt ur

seperti itu, penanganan pelestarian peninggalan purbakala

belum dapat dilaksanakan dengan baik dan maksimal.

LPPN Cabang IV Sulawesi yang berkedudukan di Ujung Pandang.

Pertama kali dipimpin oleh Drs, Hadimulyono. Pengangkatan itu,

berdasarkan Surat keputusan Menteri Pendidikan dan

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 10: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

5

Kebudayaan Republik Indonesia No. 335/C/2/1973 tanggal 23

Januari 1973. Bersamaan dengan pembentukan LPPN Cabang IV,

dibentuk pula 3 (tiga) buah LPPN lainnya. Masing -masing LPPN

Cabang I Prambanan Jogyakarta, LPPN Cabang II Gi anyar Bali

dan LPPN Cabang III Mojokerto Jawa Timur.

Berdasarkan Keputusan Presiden tentang perubahan struktur

departemen-departemen,, No. 44//45 tahun 1974, maka

Menteri P dan K menindak lanjuti dengan Surat Keputusan No.

079/0/75 dan No.094/0/75 tentang pembagian Lembaga

Purbakala dan Peninggalan Nasional menjadi dua yakni;

Pertama, Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional

yang sekarang bernama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Untuk cabang-cabang di daerah diberi nama Balai Arkeologi.

Kedua, Direktorat Sejarah dan Purbakala, pada tingkat daerah

sekarang disebut Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala

kedua lembaga diatas berada dibawah naungan Direktorat

Jederal Kebudayaan Departemen P dan K.

Perubahan bentuk organisasi LPPN menjadi Suaka Pe ninggalan

Sejarah dan Purbakala, dilakukan dengan Surat Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 079/0/I/1975

tanggal April 1975. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut, LPPN

Cabang IV Ujung Pandang dengan wilayah kerja Sulawesi,

berubah menjadi Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, sampai tahun 2002.

Pro

fil B

alai

Pel

esta

rian

Cag

ar B

ud

aya

S uls

el

Page 11: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

6

Pada tahun 2002 Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala

diubah namanya, menjadi Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Makassar, dengan wilayah kerja Propinsi Sulawesi

Selatan, Tenggara dan Sulawesi Tengah. Lembaga Purbakala

sampai tahun 2012 tersebut, dipindahkan kedudukannya dari

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ke Kementerian

Kebudayaan dan Pariwasata Republik Indonesia. Pada tahun

2008 wilayah kerja balai Pelestarian Peninggalan Purbakala

Makassar, yakni meliputi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya

Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo, yang

wilayah kerjanya meliputi Propinsi Gorontalo, Sulawesi Tengah

dan Sulawesi Utara. Sejak itu juga wilayah kerja Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar, meliputi Sulawesi

Selatan, Tenggara dan Sulawesi Barat.

Pada tahun 2012, kembali berada di bawah naungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudaya an berdasarkan Surat

Keputusan No. 1 Tahun 2012 sekaligus diubah namanya menjadi

Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar dengan wilayah kerja

meliputi Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan

Sulawesi Barat, dengan tetap berkantor di kompleks Benteng

Ujung Pandang (Fort Rotterdam) Makassar sejak

pembentukannya 1973.

Dan sejak tahun 2015 berdasarkan Permendikbud Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Cagar BUdaya nomor

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 12: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

7

30, maka Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar berubah

menjadi Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan.

SusunanOrganisasiBalaiPelestarianCagarBudaya:a. Kepala;

b. Subbagian Tata Usaha;

c. Seksi Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

VisidanMisiBalai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan dengan wilayah

kerja di 3 wilayah Provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara dan Sulawesi Barat mempunyai Visi dan Misi yaitu;

Visi

Lestarinya Cagar Budaya, baik di darat maupun di bawah air

untuk mewujudkan rasa bangga dan bermanfaat bagi sejarah,

kebudayaan, ilmu pengetahuan dan ekonomi.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 13: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

8

Misi

a. Mendokumentir, melindungi, dan memelihara seluruh Cagar

Budaya di wilayah kerja;

b. Memberikan informasi yang bermutu tentang Cagar Budaya

kepada masyarakat;

c. Meningkatkan pemanfaatan Cagar Budaya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku untuk berbagai kepentingan; dan

d. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

TugasdanFungsiBalaiPelestarian

CagarBudayaSulawesiSelatan

Balai Pelestarian Cagar Budaya mempunyai tugas melaksanakan

“Pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya

dan yang diduga cagar budaya yang berada di wilayah

kerjanya.”

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPCB menyelenggarakan

fungsi :

a. Pelaksanaan penyelamatan dan pengamanan cagar budaya dan

yang diduga cagar budaya

b. Pelaksanaan Zonasi cagar budaya dan yang diduga cagara

budaya

c. Peaksanaan pemeliharaan cagar budaya dan yang diduga

cagar budaya

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 14: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

9

d. Pelaksanaan pengembangan cagar budaya dan yang diduga

cagar budaya

e. Pelaksanaan pemanfaatan cagar budaya dan yang diduga

cagar budaya

f. Pelaksanaan dokumentasi dan publikasi cagar budaya dan

yang diduga aar budaya

g. Pelaksanaan kemitraan dibidang pelestarian cagar budaya

dan yang diduga cagar budaya, dan

h. Pelaksanaan urusan ketatausahaan BPCB.

CagarBudayadalamRegisterBalaiPelestarianCagarBudayaSulawesiSelatanCagar Budaya berupa struktur, bangunan dan situs yang

terdaftar dalam wilayah kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya

Sulawesi Selatan:

� Sulawesi Selatan : 772 Cagar Budaya

� Sulawesi Barat : 79 Cagar Budaya

� Sulawesi Tenggara : 165 Cagar Budaya

Cagar Budaya berupa benda yang terdaftar pada Balai

Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan berjumlah 2.166

Cagar Budaya yang terdiri atas arca, batu landasan, daun pintu,

gunungan, jirat, keramik, keranjang, lesung, lumping, nisan,

patung, peti mati, pipa, tembaga dan mumi.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 15: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

10

CagarBudayadiProvinsiSulawesiSelatan

KarstMarosPangkep

Kawasan Karst Maros-Pangkep, yang terbentang pada Kabupaten

Maros dan Kabupaten Pangkep di Sulawesi Selatan telah dikenal

dunia sejak 1857 melalui The Malay Archipelago yang ditulis

oleh seorang naturalis berkebangsaan Inggris bernama Alfred

Russel Wallace. Wallace menyebutkan dalam jurnalnya bahwa

Bantimurung (Maros) dan kawasannya merupakan Kingdom of

Butterfly.

Pada bukit karst terdapat lubang-lubang di kaki dan lereng

perbukitan yang menarik beberapa peneliti asing untuk

melakukan penelusuran terhadap jejak-jejak prasejarah yang

pernah terjadi pada kawasan ini. Pertama kalinya ditemukan

lukisan dinding yang berwarna merah di Leang Pettae oleh Van

Heekeren dan Heeren Palm pada tahun 1950.

Penelitian mengenai umur dari temuan-temuan arkeologis

tersebut terus dilakukan hingga saat ini. Seiring dengan

perkembangan zaman, metode yang digunakan untuk

menentukan umur tinggalan arkeologi juga berkembang.

sasdasa

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 16: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

11

Peneliti menggunakan metode uranium series untuk mengetahui

umur lukisan dinding gua (rock art painting).

Penelitian terbaru yang dilakukan sejak 2011 hingga 2014 yang

dilakukan oleh kolaborasi antara peneliti Australia dan Indonesia

memberikan hasil yang mengubah pandangan dunia mengenai

sejarah penyebaran dan peradaban manusia. Penanggalan

tertua dengan umur minimum terhadap lukisan telapak tangan

berasal dari ±39.900 tahun yang lalu dan lukisan babi rusa

memiliki umur minimum ±35.400 tahun yang lalu ditemukan

pada Leang Timpuseng.

Mengingat nilai penting yang dimiliki Kawasan Karst Maros -

Pangkep, saat ini Kawasan Karst Maros Pangkep telah masuk

dalam daftar usulan calon nominasi (tentative list) World

Heritage UNESCO.

Saat ini telah terdaftar sebanyak 127 gua prasejarah di

Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep. Dua taman

prasejarah telah di bangun untuk dikunjungi masyarakat, yaitu

Taman Prasejarah Leang -Leang pada Kabupaten Maros dan

Taman Prasejarah Sumpang Bita pada Kabupaten Pangkep.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 17: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

12

TamanPrasejarah Leang-LeangDua gua prasejarah yang dapat ditemui pada Taman Prasejarah

Leang-Leang yaitu Leang Pettakere dan Leang Pettae. Lukisan

dinding gua berupa gambar telapak tangan berwarna merah

pertama kali ditemukan di Leang Pettae pada tahun 1950.

Kemudian gambar babi rusa yang sedang melompat dengan

garis-garis berwarna merah kecokelatan juga ditemukan.

Sedangkan pada Leang Pettakere, dapat ditemukan lukisan

dinding gua berupa gambar babi rusa dan gambar cap telapak

tangan, alat batu microlith, dan mata anak panah bergerigi

yang dikenal dengan Maros Point.

LukisanPrasejarahdiLeangPettae

LukisanPrasejarahdiLeang

Maros Point

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 18: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

13

TamanPrasejarah SumpangBitaTaman Prasejarah Sumpang Bita memiliki 2 gua prasejarah,

yaitu Leang Sumpang Bita dan Leang Bulu Sumi. Leang Sumpang

Bita, merupakan gua terbesar di Kabupaten Pangkep, bahkan di

Sulawesi Selatan.

Lukisan dinding gua berupa 33 telapak tangan dewasa, 24

telapak tangan anak-anak, 2 telapak kaki anak-anak, 10 gambar

menyerupai babi rusa terlukis pada dinding Gua Sumpang Bita.

Selain itu pada lantai gua ditemukan cangkang moluska,

fragmen gerabah polos dan berhias serta fragmen tulang dan

gigi manusia.

Pada Leang Bulu Sumi, tingggalan arkeologi yang ditemukan 2

lukisan telapak tangan, artefak batu, fragmen tulang, gerabah

dan cangkang moluska.

Cangkang Moluska

LukisanPrasejarahdiLeangSumpangB ita

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 19: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

14

BentengKerajaanG owa

Kerajaan Gowa memiliki 14 Benteng. Namun, ketika Belanda

menaklukkan Kerajaan Gowa melalui Perang Makassar pada 1667

yang kemudian di kukuhkan dengan Perjanjian Bungayya

(Bongaisch Verdrag), 12 benteng-benteng yang dimiliki Kerajaan

Gowa dihancurkan kecuali Benteng Somba Opu dan Benteng

Ujungpandang.

BentengUjungpandang

Benteng Ujung Pandang dibangun pertama kali oleh Raja Gowa

ke-9, Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumapparisi

Kalonna, pada tahun 1545. Tujuan pembangunannya adalah

untuk memperkuat basis pertahanan Kerajaan Gowa di

sepanjang pantai Makassar alam rangka menghadapi ekspansi

kekuasaan VOC (Perusahaan Hindia Timur Belanda) yang terus

berupaya meluaskan pengaruhnya dalam bidang politik dan

ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Setelah Tumapparisi

Kallonna wafat, pembangunannya dilanjutkan oleh Raja-Raja

Gowa berikutnya. Bangunan dalam benteng pada awalnya terdiri

dari rumah-rumah panggung bertiang kayu, berdinding bambu

dengan atap daun nipah yang ditempati oleh prajurit dan

bangsawan Kerajaan Gowa.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 20: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

15

Setelah Perjanjian Bungayya, Benteng Ujungpandang kemudian

diduduki oleh Belanda dan diganti namanya menjadi Fort

Rotterdam. Setelah benteng diduduki, struktur dan disain

benteng mulai dirombak dengan menambahkan lima bastion

bastion Amboina, bastion Mandarsyah, bastion Bacan, bastion

Bone dan bastion Buton.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Benteng Ujung

Pandang berfungsi sebagai markas komando pertahanan, pusat

perdagangan, pusat pemerintahan dan pemukiman pejabat-

pejabat Belanda serta tahanan bagi penentang Belanda, seperti

Pangeran Diponegoro.

Meskipun telah berusia lebih dari 4 abad, benteng ini menjadi

salah satu bukti kejayaan dan kebesaran Kerajaan Gowa di

Sulawesi Selatan, yang masih berdiri dengan utuh dan megah

hingga sekarang.

21

BentengUjungpandang(FortRotterdam)

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 21: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

16

BentengSombaOpuBenteng Somba Opu merupakan benteng induk dari Kerajaaan

Gowa. Pembangunan Benteng Somba Opu diawali pada masa

pemerintahan Raja Gowa IX. Pada tahun 1525, Raja Gowa ini

memerintahkan memasang tembok dari tanah liat di seke liling

Kota Somba Opu. Setelah itu, pusat pemerintahan Kerajaan

Gowa yang semula berada di Benteng Kale Gowa dipindahkan ke

Benteng Somba Opu.

Kemudian Raja-Raja Gowa selanjutnya memperkuat dinding

Benteng dengan bata dan mempersenjatai dengan sejumlah

meriam. Benteng Somba Opu dipergunakan sebagai benteng

utama sekaligus bandar niaga. Beberapa pemukiman pedagang

Melayu dan perwakilan dagang Portugis telah didirikan di

sebelah selatan Benteng Somba Opu.

Pada masa Raja Gowa XIV Sultan Alauddin, pusat pemeri ntahan

dikembalikan ke Benteng Kale Gowa dan Benteng Somba Opu

hanya menjadi kota raja dan bandar niaga yang diurus oleh

syahbandar. Perkembangan Somba opu menjadi bandar niaga

yang semakin besar dan ramai, tidak lepas dari pengaruh

jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, sehingga

kegiatan perniagaan bergeser ke timur.

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, banyak dilakukan

penyempurnaan dan perkuatan bagian luar benteng ini. Ia juga

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 22: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

17

memindahkan kembali pusat pemerintahan ke Benteng Somba

Opu. Dengan demikian, benteng ini menjadi tempat kediaman

raja sekaligus pusat pemerintahan dan perniagaan.

Setelah itu Benteng Somba Opu mengalami kehancuran setelah

Sultan Hasanuddin mengalami kekalahan dari Belanda pada

Perang Makassar. Pada tanggal 24 Juni 1669 seluruh Benteng

Somba Opu dapat dikuasai oleh Belanda. Benteng dan istana

Somba Opu diratakan dengan tanah.

Pada tahun 1980, Balai Pelestarian Cagar Budaya melakukan

pemugaran dan merekonstruksi Benteng Somba Opu. Saat ini,

Benteng Somba Opu menjadi objek wisata sejarah dan budaya.

21

BentengSombaOpu

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 23: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

18

PemukimanTradisionalToraja

Pemukiman Tradisional Toraja telah masuk dalam

daftar usulan calon nominasi (tentative list) World

Heritage UNESCO. Pemukiman Tradisional Toraja

merupakan tradisi yang terus hidup dari

generasi ke generasi setidaknya 700 tahun

atau lebih. Hal ini didasari oleh sistem

kepercayaan Toraja yang mengatur

kehidupan masyarakat yang dikenal

dengan kepercayaan Aluk Todolo.

Terdapat elemen -elemen fisik yang membentuk pemukiman

ini, antara lain Tongkonan (rumah adat), alang (lumbung padi),

liang (penguburan), rante (dataran upacara/dataran dengan

menhir), tanah gembala atau padang rumput untuk kerbau dan

babi.

Tongkonan selalu menghadap ke utara yang dipercayai bahwa

bagian utara merupakan penjuru yang paling utama dan tempat

yang paling mulia. Setiap Tongkonan selalu berpasangan dengan

Alang, namun satu tongkonan dapat memiliki beberapa Alang.

Pada Tongkonan dan Alang terdapat ukiran -ukiran khas yang

memiliki makna dan arti tersendiri. Ukir an dasar yang harus ada

pada setiap bangunan Tongkonan adalah ukiran matahari,

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 24: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

19

ukiran ayam jantan, ukiran kerbau, dan ukiran garis/geometris.

Bahan dasar bangunan Tongkonan adalah kayu dan bambu. Kayu

yang digunakan berasal dari pohon nangka, pohon cendana,

pohon aru. Bambu juga digunakan untuk atap yang dilengkapi

dengan ornamen kepala kerbau.

KeteKesu Kawasan Ke’te’ Kesu’ memiliki seluruh komponen dalam sebuah

pemukiman adat Toraja. Komponen seperti tongkonan, alang,

liang, rante, sawah dan areal penggembalaan. Hutan bambu

sebagai bahan utama dalam setiap upacara maupun bahan baku

rumah juga masih bisa ditemukan diantara areal pemukiman

dan areal pemakaman. Ke’te’ Kesu’ memiliki 5 tongkonan dan

15 lumbung yang dibangun sesuai dengan tradisi. Terdapat 17

menhir berdiri di rante dengan ukuran bervariasi.

Tongkonan terbesar dan tertua adalah Tongkonan Puang Ri

Kesu’, berada pada bagian tengah jejeran rumah yang dibangun

oleh pemimpin pertama di wilayah Kesu’.

21

TongkonanKe’te’K esu’

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 25: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

20

BuntuPune

Buntu Pune merupakan area perkampungan dengan Rante

Karassik sebagai lokasi pelaksanaan upacara khususnya untuk

upacara Rambu Solo’ (kematian).

Pemukiman Buntu Pune dibangun pertama kali pada tahun 1880

oleh Siambe’ Pong Maramba’, salah satu pimpinan atau

bangsawan yang berpengaruh Di Tora ja pada tahun 1880-1916.

Buntu Pune memiliki dua tongkonan. Area pekuburan berada

diperbukitan karst sisi barat tongkonan. Hutan bambu ditanam

di sekitar tongkonan. Selain itu juga terdapat beberapa

Peralatan Perang peninggalan leluhur masyarakat Buntu Pun e

seperti, tombak, tameng, parang, baju perisai lengkap dengan

helmnya; serta peralatan sehari-hari, seperti peralatan makan,

kain dari kulit kayu serta serat / benang dari serat nenas

2

1

TongkonanBuntuPune

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 26: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

21

PapaBatu

Papa Batu dibangun oleh

Nek Buntu Batu dan telah

berdiri sekitar kurang lebih

10 abad. Tongkonan

memiliki 1 buah lumbung.

Atap tongkonan terbuat

dari batu, berbeda dengan

tongkonan lainnya di

Toraja. Di bagian depan tongkonan yakni di keempat tiang

rumah dan tiang utama tongkonan dipenuhi oleh tanduk kerbau.

Sillanan

Terdapat 8 tongkonan induk, 5 tongkonan berada satu areal dan

3 tongkonan masing-masing terpisah letaknya. Areal yang

pertama di data adalah lokasi dengan 5 tongkonan, dengan luas

wilayah 3,17 Ha. Lokasi ini berada di atas bukit.

TongkonanPapaB atu

TongkonanSillanan

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 27: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

22

BoriParinding

Bori Parinding yang juga

dikenal sebagai Rante

Kalimbuang, mulai

digunakan pertama kali

pada tahun 1717 oleh Ne’

Ramba’. Bori Parinding

merupakan tempat

pelaksanaan upacara kematian rapasan bagi delapan tongkonan

yang tersebar disekitarnya. Tongkonan tertua adalah Tongkonan

Lumika yang berada di sisi barat laut rante dan memiliki luas

sekitar 736 m2. Situs Bori Parinding merupakan kombinasi antara

lapangan upacara dan lokasi pekuburan.

Londa

Londa memiliki lorong gua alami yang sangat panjang, dan

menurut penuturan masyarakat panjangnya bisa mencapai 1.2

km. Peti-peti kubur dalam

jumlah yang banyak bisa

dijumpai di dalam lorong-

lorong gua yang diletakkan

di lantai dan dinding gua.

Bekal kubur juga banyak

BoriParinding

PekuburanLonda

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 28: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

23

dijumpai disekitar peti kubur dan biasanya merupakan benda-

benda kesenangan dari orang yang dikuburkan.

Area ini merupakan lokasi penguburan bagi masyarakat umum.

Orang dengan status sosial tinggi dikuburkan lubang gua di

bagian atas perbukitan atau ditebing bukit karst yang tinggi dan

dibuatkan patung (tau–tau) sebagai personifikasi orang yang

dimakamkan dan ditempatkan tidak jauh dari peti kuburnya

(erong). Peti kubur mereka ada yang digantung ditebing dan ada

pula yang dibuatkan lubang (liang pa’a) sebagai tempat

menyimpan peti kuburnya.

Bagi bayi yang belum tumbuh giginya, dikuburkan di pohon

(passilliran) yang oleh masyarakat Toraja disebut dengan

pohon Sipate.

LiangPia( BabyGrave )

Liang Pia merupakan kuburan bayi yang

diletakkan dalam pohon. Pohon yang

digunakan adalah jenis Tarra. Sekeliling

pohon atau kuburan bayi ini merupakan

kebun bambu. Pemakaman pohon ini

diperuntukkan bagi bayi yang meninggal

dalam keadaan belum sempurna, seperti

misalnya belum tumbuh gigi. Terdapat sebanyak 11 buah lubang

yang ditutupi dengan ijuk pada Liang Pia.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 29: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

24

CagarBudayadiProvinsiSulawesiBarat

Kompleks Makam Raja-Raja Hadat Banggae

Kompleks Makam ini merupakan kompleks pemakaman bagi

raja-raja atau mara’dia dan anggota hadat Banggae.

Kemunculan hadat Banggae diperkirakan pada masa

pemerintahan Daenta Melanto (Mara’dia Banggae II) ketika

bergabungnya Totoli ke dalam kerajaan Banggae.

secara keseluruhan makam yang terdapat didalam kompleks ini

berjumlah 480 buah makam dengan luas 10.589 m²,, kontruksi

makam dibuat dengan teknik pasang sambung dan memiliki

tiang penyangga pada setiap sudutnya, ada juga teknik pahat

pada sebuah batu utuh (monolit). Bentuk ini ada yang

bertingkat dan pada bagian tengah atas makam diberi lubang

untuk menancapkan nisan.

Secara umum, nisan berbahan kayu lebih banyak dibandingkan

dengan nisan berbahan batu. Bentuk-bentuknya terdiri dari

berbagai jenis, yaitu; tipe silindrik berbentuk mahkota, gada

dan bulat, sedangkan tipe pipih berupa hulu badik/hulu keris

dan bentuk mata panah/hulu pedang, serta tipe persegi /balok.

sasdasa

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 30: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

25

Untuk bentuk nisan pipih didominasi oleh nisan yang berbahan

kayu, sedangkan bentuk mahkota jumlahnya hanya sedikit.

Dari aspek ragam hias, kompleks makam ini sangat kaya akan

ragam hias maupun kaligrafi, baik itu pada jirat maupun pada

nisan. Motif-motif yang ada berupa flora (berbagai bentuk sulur,

daun, dan bunga) serta geometris berupa garis -garis dan motif

banji. Terdapat juga inskripsi kaligrafi yang dibuat dengan

teknik ukir dan teknik gores. Inskripsi memuat kalimat

syahadat, sedangkan pada nisan yang lain terbaca beberapa

kata “Allah” dan “Muhammad”.

Kompleks makam ini telah ditetapkan sebagai situs dengan

Nomor : 240/M/1999, tanggal 4 Oktober 1999. Oleh Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan, Juwono Sudarsono.

21

KompleksM akamOndongan

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 31: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

26

SitusprasejarahKalumpang

Pada wilayah ini terdapat beberapa

tempat yang memiliki situs arkeologi,

di antaranya Situs Prasejarah (Neolitik)

Bukit Kamasi dan Minanga. Situs-situs

ini mulai dieksplorasi sejak jaman

Pemerintahan Kolonial Belanda di awal

Abad ke-20. Pada tahun 1933, van Stein

Callenfel dan dilanjutkan oleh Van

Heekeren pada tahun 1949 dengan

temuan berupa beliung persegi, kapak

lonjong, mata panah, pahat batu, batu asah, batu pipisan,

pemukul kulit kayu, dan tembikar.

MinangaSipakko

Situs Neolitik Minanga Sipakko berada tepat di tepi 2 sungai,

berupa dataran yang terbentuk akibat sedimentasi sungai

dengan ditandai Sungai Karama di sebelah selatan yang mengalir

dari hulu di sebelah timur ke muara di sebelah barat, dan di

sebelah barat anak Sungai Karama (Minanga Sipakko).

Permukaan situs tertutup dengan vegetasi tumbuhan tingkat

tinggi berupa pohon berbatang keras dan jenis-jenis palm

2

1

Temuand isitusKalumpang

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 32: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

27

(enau), bambu, serta semak belukar. Di sebelah utara berupa

perbukitan dengan lereng yang landai. Permukaan tanah

mencirikan tanah berpasir akibat sedimentasi sungai.

Tidak ada temuan di

permukaan yang dapat

diidentifikasi, kecuali pada

tebing sungai yang tergerus

arus air. Pada bagian ini dapat

dengan mudah ditemukan

singkapan-singkapan fragmen

tembikar dan artefak batu.

Bahkan sebagian temuan masih ditemukan di bagian

pendangkalan sungai berupa dataran berbatu. Sebagian temuan

fragmen tembikar masih juga dapat ditemukan pada bagian

tebing muara Sungai Sipakko sebelah timur, berdasarkan

kesamaan kondisi dengan dataran sebelah barat muara,

diperkirakan lokasi ini masih mengandung temuan yang masih

terpendam di dalam tanah.

BukitKamasi

Situs Bukit Kamasi berada di salah satu lereng perbukitan yang

oleh masyarakat setempat dikenal dengan Bukit Kamansi.

Di bagian punggung dan lereng bukit di bagian selatan yang

sebagian besar tertutup belukar telah pula dijadikan sebagai

2

1

Fragment embikard isitusMinangaS ipakko

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 33: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

28

lahan pemakaman bagi penduduk sekitar lokasi. Pemakaman

sekarang ini tampaknya cukup intensif sehingga areal

pemakaman ini telah mencapai bagian dataran lereng dekat

sungai. Di bagian punggung bukit ini masih dapat diidentifikasi

bekas galian ekskavasi van Stein Callenfels seorang pionir

kepurbakalaan di Indonesia, di daerah ini dikenal dengan Tuang

Karuwa.

Beberapa temuan mengindikasikan situs arkeologi yang

mencirikan zaman neolitik, yaitu beberapa fragmen tembikar

dan serpihan alat batu. Temuan tersingkap kepermukaan akibat

erosi tanah ataupun akibat penggalian, baik oleh peneliti

maupun karena penggarapan lahan oleh penduduk untuk

pertanian atau aktivitas rutin masyarakat setempat.

Di beberapa bagian lereng yang cukup terjal dan cukup terbuka

masih kadang dijumpai temuan berupa fragmen tembikar dalam

kondisi sangat aus.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 34: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

29

CagarBudayadi Provinsi

SulawesiTenggara

Kerajaan Buton

Kerajaan Buton mulai dikenal pada abad XV sebagai

salah satu wilayah di dalam taklukan Kerajaan

Majapahit, kerajaan tersebut kemudian berkembang

dengan masuknya agama islam sebagai agama resmi

kerajaan. Tinggalan dari Kerajaan Buton yang sampai

saat ini masih kita dapat jumpai adalah berupa Benteng-

Benteng, Rumah Adat Kamali, Makam para Sultan dan

perangkat kerajaan dan lain-lainnya. Dari data yang

diperoleh Kerajaan Buton memiliki sekitar 88 buah

benteng pertahanan.

BentengKeratonButon

Benteng Keraton Buton dibangun sekitar abad ke -16 hingga abad

ke-17 oleh masyarakat Buton pada masa pemerintahan Sultan

Buton IV, Sultan La Elangi yang bergelar Dayanu Ikhsanuddin

(1597-1631 M). Benteng ini kemudian diselesaikan pada masa

pemerintahan Sultan Buton VI, Sultan La Buke yang bergelar

Gafur Wadudu (1632-1645 M). Benteng tersebut terbuat dari

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 35: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

30

batu karang yang disusun dengan menggunakan spesi yang

terbuat dari batu kapur yang dihaluskan sebagai bahan perekat.

Tata letak benteng mengikuti bentang lahan sehingga bentuknya

menyerupai huruf “Dal” dalam aksara Arab.

Benteng Keraton Buton mempunyai 12 pintu gerbang ( lawa) dan

16 bastion (baluara). Penamaan untuk tiap pintu gerbang

disesuaikan dengan nama atau gelar orang yang mengawasinya.

Temuan lain yang masih terdapat didalam benteng adalah

Masjid, Makam-makam Raja, Meriam dan Sebaran keramik.

Benteng Keraton Buton telah ditetapkan sebagai cagar budaya

dengan nomor: KM.8/PW.007/MKP-03, tanggal 4 Maret 2003,

oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.

Benteng Keraton Buton

Page 36: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

31

KawasanBentengSorawolioBenteng Sorawolio merupakan salah satu benteng pertahanan

Kerajaan Buton berada di area perbukitan di sisi timur dari

Benteng Keraton Buton. Di dalam kawasan Benteng Sorawolio

terdapat 2 buah benteng besar, benteng yang pertama terletak

di bagian utara sedangkan benteng yang kedua terletak bagian

selatan. Kedua benteng besar tersebut dihubungkan oleh

struktur (dinding) pada bagian timur yang memanjang dari utara

ke selatan, dan dilengkapi dengan parit

BentengSorawalio1

Benteng Sorowalio 1 merupakan benteng tradisional yang

difungsikan sebagai benteng pertahanan, dibuat dari susunan

batu alam (karang). Benteng tersebut berbentuk persegi

Benteng Sorawalia 1

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 37: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

32

panjang yang memanjang dari arah barat daya ke tenggara,

benteng tersebut dilengkapi dengan jalan patrol lubang

bidik/intai, Bastion (Baluara), pintu (Lawa) selain itu benteng

tersebut dilengkapi dengan meriam.

Pada bagian luar terdapat parit, disisi timur dan selatan

mengelilingi hamper setengah dari bagian benteng. Pada sisi

barat terdapat jurang dan sungai yang kemungkinan besar

dijadikan sebagai benteng alam., sedangkan pada sisis selatan

lebih terbuka dan dihubungkan dengan struktur pada sudut

Bastion Tenggara

Temuan lain di dalam benteng berupa temuan fragmen keramik

asing, fragmen tembikar, umpak batu, Tatap pelandas, dan

makam.

BentengSorawolio2

Teknik pembuatan benteng menggunakan teknik susun timbun

dengan bahan material dari batu karang yang pada bagian -

Benteng Sorawali 2

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 38: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

33

bagian tertentu dicampur dengan kapur, benteng tersebut

dilengkapi dengan jalan patroli, lubang bidik/intai, bastion

(baluara), pintu (lawa), selain itu benteng tersebut juga

dilengkapi dengan meriam.

Bagian dalam dan luar benteng dulunya digunakan sebagai

kebun oleh warga, sehingga temuan permukaan yang ada sudah

tidak insite lagi, temuan lepas yang banyak berserakan dapat

diidentifikasi berupa fragmen keramik dan fosil kerang,

demikian pula pada bagian luar benteng terdapat juga temuan

fragmen keramik, fragmen gerabah dan meriam.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 39: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

34

KawasanGuaprasejarahSulawesi tenggara juga terkenal dengan kawasan gua-

gua prasejarahnya, tersebar di Konawe Utara dan Muna,

berdasarkan hasil pendataan yang telah dilakukan,

terdapat sekitar 26 Gua, 12 Gua di Konawe utara dan 14

gua di Muna.

GuaPondoa

Orientasi gua menghadap ke timur laut, terdapat dua buah

mulut gua yaitu mulut pertama berukuran lebar sekitar 4 meter

dan tinggi sekitar 3 meter. Gua ini terbagi atas dua ruangan

yaitu ruangan pertama pada bagian depan dengan intensitas

cahaya terang dan remang-remang, kondisi permukaan tidak

terlalu rata, dan terdapat bongkahan batu besar pada bagian

tengah. Ruangan kedua berbentuk lorong memanjang ke arah

tenggara. Permukaan gua cenderung datar dan terdapat

Lukisan Gua Pondo

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 40: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

35

beberapa pilar yang terletak pada sisi kiri dan kanan dinding

gua.

Potensi cagar budaya yang terdapat pada gua ini adalah lukisan

dinding berwarna hitam dengan berbagai bentuk, secara

keseluruhan jumlah lukisan sebanyak 56, berdasarhan hasil

identifikasi bentuk lukisan terdiri dari manusia, menyerupai

hewan sebanyak, menyerupai matahari, garis-garis . Potensi lain

berupa tulang yang terdiri dari bagian tengkorak, tibia,

humerus dan longbone yang berada di ruangan pertama

tepatnya pada sisi kiri. Pada ruangan pertama juga ditemukan

keramik berupa pecahan tembikar (badan) terbuat dari tanah

liat, warna coklat kehitaman dengan hiasan titik.

GuaAnabahi

Orientasi gua menghadap ke selatan dan terdiri dari dua

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 41: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

36

ruangan, ruangan pertama berada lebih rendah dari ruangan

kedua, ruangan ini berbentuk lorong memanjang ke utara dan

tembus ke ruangan kedua, panjang lorong sekitar 15 meter,

dengan intensitas cahaya kurang sehingga kondisi ruangan

remang-remang dan lembab. Ruangan kedua berada di sebelah

kanan ruangan pertama. Bentuk permukaan gua pada bagian

dalam landai dan terdapat dua bekas kotak ekskavasi yang

berukuran 1X1 meter, pada bagian depan permukaan gua agak

miring dan terdapat beberapa bongkahan batu yang berasal dari

runtuhan langit-langit.

Potensi cagar budaya yang terdapat pada gua ini adalah lukisan

dinding berupa cap tangan berwarna merah dan beberapa

goresan berwarna hitam yang menyerupai kaki hewan, lukisan

dinding tersebut sebagian besar menyebar pada dinding sebelah

kiri terdiri dari empat panel dengan jumlah lukisan tangan

sebanyak 22 buah dan gambar berupa goresan sebanyak empat

buah. Pada dinding sebelah kanan hanya terdapat satu luk isan

cap tangan berwarna hitam yang sudah mulai memudar, potensi

lain berupa pecahan tulang yang ditemukan di sisi kanan

permukaan tepatnya di atas bongkahan batu dan bekas -bekas

tetesan air yang berasosiasi dengan pecahan keramik, temuan

tulang terdiri dari Dental, Molar, Thoracic vertebratae, Femur,

Phalanges, dan fragmen atas Cranium. Pecahan keramik berupa

gerabah dan stoneware, yang diidentifikasi sebagai tempayan.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 42: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

37

GuaKabori

Gua Kabori berada satu kompleks dengan Gua

Metanduno, Ceruk Idamalanga, dan Ceruk Uhu.

Gua Kabori menhadap arah 2750 (barat) dengan

ketinggian langit-langit mencapai 6-7 meter,

dikategorikan sebagai gia yang memiliki elemen-elemen

seperti pilar, stalaktit, stalakmit, dan diselingi boulder

dan tanah berwarna cokelat gelap. Tinggalan arkeologis

yang ditemukan pada gua Kabori berupa gambar

berbagai bentuk yang terdiri dari beberapa panel.

Sebaran gambar ditemukan mulai dari sisi kiri gua

hingga kanan dan diatas mulut gua. Penggambaran

figurative yang dapat diidentifikasi antara lain manusia

Mulut G ua K abori

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 43: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

38

kangkang, hewan berkaki empat. Selain itu juga

ditemukan beberapa gambar non figurative berupa garis

tebal vertical dan horizontal dan beberapa gambar yang

tidak dapat di identifikasi

GuaSugiPatani

Gua ini merupakan ceruk yang berada di puncak bukit yang

Lukisan Dinding di Gua Kabori, Muna

Lukisan di G ua S ugi Patani

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 44: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

39

cukup terjal, arah hadap ke utara dengan lebar gua mulut gua

2.9 meter, lebar gua 4 (empat) meter dan tinggi langit -langit 2

(dua) meter. kondisi gua cukup kering dengan intensitas cahaya

besar.

Tinggalan arkeologi yang terdapat pada gua ini berupa lukisan

dengan jumlah sekitar sepuluh buah. Salah satunya adalah

lukisan manusia bermain layangan. Lukisan manusia yang

digambarkan terdapat dua type yakni manusia yang

menggunakan pakaian hingga sebatas lutut dan manusia berupa

garis sederhana membentuk kaki, tangan dan kepala.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 45: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

40

PelestarianCagarBudayayangtelahdilakukanBalaiPelestarianCagarBudayaSulsel

Pelestarian Cagar Budaya yang telah dilakukan sesuai dengan

Fungsi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan,

adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penyelamatan dan pengamanan cagar

budaya dan yang diduga cagar budaya, yang meliputi:

1. Ekskavasi Penyelamatan

� Situs Neolitik Minanga Sipakko Desa Kalumpang, Kec.

Kalumpang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, 2011

� Benteng Tanuntung, Kec. Kahu , Kabupaten Bone, 2012

� Makam No. 18 dan Nomor 31 Kompleks Makam Datu

Golla, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 2012

� Leang Takeppung dan Leang Saluka di Siloro, Kabupaten

Pangkep, Sulawesi Selatan, 2014

� Kompleks Makam Sulewatang Kebo, Kabupaten Soppeng,

Sulawesi Selatan, 2014

� Ekskavasi penyelamatan tindak lanjut temuan keramik di

Pulau Barrang Lompo, Kec. Ujung Tanah, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan, 2014

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 46: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

41

� Leang Panning Dusun Batu Putih, Desa Batu Putih dan

Desa Wanua Waru, Kec. Mallawa, Kabupaten Maros,

Sulawesi Selatan, 2015

� Gua Uhallie Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 2016

2. Survei Penyelamatan

� Bangunan Peninggalan Jepang di Pomala, Kabupaten

Kolakka, Sulawesi Tenggara, 2011

� Situs Neolitik Mallawa Desa Sabila Kec. Mallawa,

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2012

� Situs-Situs Neolitik di daerah aliran Sungai Karama,

Kalumpang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, 2013

� Situs-situs Paleolitik di Lembah Walanae Cabbenge,

Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, 2013

� Survey Penyelamatan Lanjutan Situs Neolitik Mallawa,

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2013

� Kawasan sekitar Danau Towoti, Kabupaten Luwu Timur,

Sulawesi Selatan, 2013

� Gua Uhalie dan Gua Batti, Kabupaten Bone, Sulawesi

Selatan, 2013

� Temuan Batu Nisan / Bertulis desa Dungkait Kec.

Tapalang Barat, Kabupaten Mam uju, Sulawesi Selatan,

2014

� Cagar Budaya Kec. Rampi, Kabupaten Luwu Utara,

Sulawesi Selatan, 2014

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 47: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

42

� Situs-Situs Gua Prasejarah Asera, Kabupaten Konawe

Utara, Sulawesi Tenggara, 2014

� Gua Walenrang, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan,

2014

� Situs di Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju,

Sulawesi Barat, 2014

� Situs di Pulau Binongko Kabupaten Wakatobi, Sulawesi

Tenggara, 2014

� Gua-gua prasejarah di Lamoncong, Kabupaten Bone,

Sulawesi Selatan, 2015

� Situs-Situs di Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi

Selatan, 2015

� Situs-Situs di Kecamatan Pana Desa Manipi Kabupaten

Mamasa, Sulawesi Barat, 2015

� Situs-Situs di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara,

Sulawesi Selatan, 2015

� Gua-Gua Prasejarah di Kawasan Maros Pangkep, Sulawesi

Selatan, 2016

� Gua-Gua Prasejarah di Kawasan Maros Pangkep, Sulawesi

Selatan, 2016

� Gua-Gua Prasejarah dan Benteng di Kabupaten Muna,

Sulawesi tenggara, 2016

� Gua-Gua Prasejarah di Kecamatan Lohia, Kabupaten

Muna, Sulawesi Tenggara, 2017

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 48: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

43

3. Survey Tinggalan Bawah Air

� Perairan Majene, Kabupaten Majene, Su lawesi Selatan,

2011

� Situs Air Taka Sagori, Kabupaten Bombana, Sulawesi

Barat, 2012

� Perairan Padamarang, Kabupaten Kolaka, Sulawesi

Tenggara, 2012

� Kodingareng Keke, Kota Makassar, Sulawesi Selatan,

2013

� Karang Gurita dan Karang Kapota, Kabupaten Wakatobi,

Sulawesi Tenggara, 2013

� Perairan Samalona, Kota Makassar, Sulawesi Selatan,

2013

� Lagoari, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, 2014

� Tanjung Makalihat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara,

2015

� Pulau Lae-Lae dan Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan,

2016

� Danau Matano, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi

Selatan, 2017

� Perairan Pulau Sagori, Kabupaten Bombana, Sulawesi

Tenggara, 2017

4. Simulasi Peninggalan Bawah Air di Pulau Salemo,

Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, 201

5. Pembuatan Pos Jaga pada Masjid Katangka, Kabup aten

Gowa, Sulawesi Selatan, 2014

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 49: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

44

6. Pembuatan Replika Nisan makam Arung Labonggo,

Kabupaten Barru. Sulawesi Selatan, 2014

7. Pengecekan dan Kerusakan Cagar Budaya

� Gua Kabori dan Gua Metanduno, Kabupaten Muna,

Sulawesi Tenggara, 2014

� Mayat Kering, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan,

2014

� Leang Bubbuka, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan,

2014

� Kompleks Makam Tuang Nuh, Kabupaten Jeneponto,

Sulawesi Selatan, 2014

� Benteng Garassi dan Makam Somba Garassi, Kabupaten

Gowa, Sulawesi Selatan, 2014

� Keramik Asing di Barang Lompo, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan, 2014

b. Pelaksanaan Zonasi cagar budaya dan yang diduga cagar budaya

� Zonasi Benteng Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan, 2011

� Zonasi Gua-Gua Prasejarah, Kabupaten Maros, Sulawesi

Selatan, 2011

� Zonasi Gua-Gua Prasejarah, Kabupaten Pangkep, Sulawesi

Selatan, 2011

� Rumah Jabatan Gubernur, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan, 2011

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 50: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

45

� Zonasi Benteng Balangnipa, Situs Batu Pake Gojeng dan

Sekitarnya, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, 2013

� Zonasi Benteng Kale Gowa dan Sekitarnya, Kabupaten

Gowa, Sulawesi Selatan, 2013

� Zonasi Kawasan Rumah Adat Rambu Saratu, Kabupaten

Mamasa, Sulawesi Barat, 2014

� Zonasi Kompleks Makam Raja-Raja Banggae dan

Sekitarnya, Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan, 2014

� Zonasi Pengadilan Negeri Makassar dan Sekitarnya, Kota

Makassar, Sulawesi Selatan, 2014

� Zonasi Benteng Sarwolio 1 dan 2 dan Benteng Baadia, Kota

Baubau, Sulawesi Tenggara, 2014

� Zonasi Kompleks Makam Raja-Raja Binamu, Joko dan Situs

Terkait Lainnya, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Sel atan,

2014

� Zonasi Tinggalan Kolonial (lanjutan), Kota Palopo,

Sulawesi Selatan, 2015

� Zonasi Rumah Adat Banga Kabupaten Tana Toraja,

Sulawesi Selatan, 2016

c. Pelaksanaan pemeliharaan cagar budaya dan yang diduga cagar budaya, yang meliputi: 1. Pemugaran

� Teknis Pemugaran Bangunan Kubah Makam Mara’dia

Parappe, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, 2011

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 51: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

46

� Teknis Pemugaran Rumah Adat Tongkonan Papabatu,

Tana Toraja, Sulawesi Selatan, 2016

� Revitalisasi Kompleks Makam Sultan Hasanuddin,

Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2016

2. Pembasmian tumbuhan liar dalam rangka pengawetan

Bangunan pada atap Bangunan Gedung M, D dan J

kompleks Benteng Rotterdam, kota Makassar

3. Studi Konservasi Cagar Budaya

� Benteng Balangnipa, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan,

2011

� Kompleks Makam Latenri Ruwa, Kabupaten Bantaeng,

Sulawesi Selatan, 2013

� Kompleks Makam Dea Dg. Lita, Kabupaten Bulukumba,

Sulawesi Selatan, 2013

� Istana Datu Luwu, Mesjid Kuno Palopo dan Kompleks

Raja-Raja Luwu Lokkoe, Kota Palopo, Sulawesi Selatan,

2013

� Kompleks Makam Leoran, Kompleks Makam Tandijaling

dan Megalitik Tandon, Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatan, 2013

� Benteng Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan,

2017

� Dinding Sisi Selatan Benteng Ujungpandang, Rehabilis

Bangunan dan Lingkungan Benteng Ujungpandang, Kota

Makassar, Sulawesi Selatan, 2017

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 52: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

47

4. Studi Pasca Pemugaran Benteng Balanipa, Kabupaten

Sinjai, Sulawesi Selatan, 2017

5. Konservasi Cagar Budaya

� Gong Nekara Perunggu dan Penataan Benda Cagar Budaya

Koleksi Museum Tana Doang, Kabupaten Selayar, Sulawesi

Selatan, 2012

� Rumah Adat Buntu Pune, Kabupaten Toraja Utara,

Sulawesi Selatan, 2012

� Benteng Balangnipa, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan,

2012

� Mumi di Aikima, Distrik Kurulu, Kab. Jaya Wijaya, Papua,

2012

� Kompleks Makam Nagauleng, Kab.Bone, Suawesi Selatan,

2012

� Rumah Adat Papabatu Tumakke’, Kabupaten Tana Toraja,

Sulawesi Selatan

� Kompleks makam Raja-Raja Binamu, Kabupaten

Jeneponto, Sulawesi Selatan, 2013

� Kompleks Makam Raja-Raja Lamuru, Kabupaten Bone,

Sulawesi Selatan

� Kompleks Makam Jera Lompoe, Kabupaten Soppeng,

Sulawesi Selatan, 2013

� Rumah Adat Palawa, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi

Selatan, 2013

� Makam Lamuru dan Bola Soba, Kabupaten Bone, Sulawesi

Selatan, 2014

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 53: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

48

� Kompleks Makam Latenri Ruwa, Kabupaten Bantaeng,

Sulawesi Selatan, 2014

� Kompleks Makam Raja-Raja Hadat Banggae ondongan,

Maradia Parappe, dan Tambulese, Kabupaten Majene,

Sulawesi Barat, 2014

� Kompleks Makam Tedong -Tedong, Kabupaten Mamasa,

Sulawesi Barat, 2015

� Masjid Tua Keraton, Rumah Adat Kamali Bata dan Kamali

Kara, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, 2016

� Rumah Adat Kamali kara dan Rumah Adat Kamali Bata,

Kabupaten Baubau, Sulawesi Tenggara, 2017

� Bangunan Kolonial Gedung C, E dan O Kompleks Benteng

Ujungpandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 2017

� Benda Cagar Budaya Koleksi BPCB Sulawesi Selatan, 2017

6. Evaluasi Pasca Konservasi

� Situs Makam Lamaddusila, We Tenri Olle, We Tenri

Leleang, Datu Golla, dan Situs Rumah Adat Lapinceng,

Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 2013

� Kompleks Makam Raja-Raja Lamuru dan Rumah Adat Bola

Soba, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 2014

� Evaluasi Keterawatan KM Nenek Rano, Nenek Lintik, Gua

Tontonan dan KM Ma’dia Batu, Kabupaten Enrekang,

Sulawesi Selatan, 2017

7. Pengawasan Pemasangan Tiang dan Pagar

� Pemagaran Lanjutan Kompleks Makam raja -Raja Binamu,

Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, 2011

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 54: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

49

� Pengawasan Pemasangan Tiang Pagar dan Kawat Duri

Komp. Makam Dampang Marana dan Anak Kodayya,

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2015

� Pemasangan Pagar Situs Leang Caddia dan Leang Bubbuka,

Kabupaten Pangkep; Leang Karrasa, Kabupaten Maros,

Sulawesi Selatan, 2016

8. Pembuatan Abklast Makam

� Kompleks Makam Katangka, Kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan, 2015

� Kompleks Makam Kuno Pulau Barrang Lompo, Kabupaten

Makassar, Sulawesi Selatan, 2015

9. Teknis Pekerjaan Kompleks Makam Jera Palette, Kabupaten

Takalar, S ulawesi Selatan, 2013

10. Perawatan Cagar Budaya

� Pengecetan Benteng Ujungpandang, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan, 2014

� Kompleks Makam Raja-Raja Binamu, Kabupaten

Jeneponto, Sulawesi Selatan, 2014

� Rumah Informasi Kompleks Makam Jera Lompoe,

Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, 2014

� Pengecatan Pagar Kompleks Makam Raja Lamuru,

Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 2014

� Pengecatan Pagar Kompleks Makam La Tenri Ruwa,

Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, 2014

� Pengecatan Pagar Kompleks Makam Maddusila, Kabupaten

Barru, Sulawesi Selatan, 2014

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 55: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

50

� Rumah Adat Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan, 2015

� Pengecetan Dinding Gedung E, Benteng Rotterdam,

Sulawesi Selatan, 2016

d. Pelaksanaan pengembangan cagar budaya dan yang diduga cagar budaya, yang meliputi: 1. Studi Teknis

� Benteng Liya, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi tenggara,

2011

� Studi Teknis 3 Kawasan, Kabupaten Toraja Utara,

Sulawesi Selatan, 2012

� Kompleks Makam Kalokkoe Watu, Kabupaten Soppeng,

Sulawesi Selatan, 2013

� Kawasan Tosora dan Sekitarnya, Kabupaten Wajo,

Sulawesi Selatan, 2013

� Kompleks Makam Dea Dg. Lita, Raowa dan Possi Tanah

Kec. Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan,

2013

� Kompleks Makam To Salama dan Arung Kaballangang,

Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, 2013

� Studi Teknis 3 Kawasan (Tongkonan To Kayu Utara,

Tongkonan Bamba, Tongkonan Pala Tokke), Kabupaten

Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 2014

� Studi Teknis di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, 2014

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 56: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

51

� Tongkonan Papabatu – Tumakke, Tana Toraja, Sulawesi

Selatan, 2016

� Studi Teknis Tongkonan Kete Kesu, Toraja Utara,

Sulawesi Selatan, 2016.

� Benteng Bangkudu, Kabupaten Buton Utara, 2017

2. Studi Kelayakan

� Rumah Adat Andi Sultan Raja, Kabupaten Bulukumba,

Sulawesi Selatan, 2014

� Bunker Jepang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan,

2015

� Kawasan Butta Toa Kel. Buluta na Kec. Tinggi Moncong,

Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2015

� Studi Kelayakan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi

Barat, 2015

3. Kajian

� Kajian Keterawatan Lukisan Dinding Gua Prasejarah,

Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep, Sulawesi

Selatan, 2013

� Kajian Metode Tradisional Perawatan Bangunan Kayu,

Kabupaten Toraja Utara dan Kabupaten Bone, Sulawesi

Selatan, 2013

� Kajian Sistem Perawatan Dinding Benteng Rotterdam,

Kota Makassar, 2013

� Kajian Keterawatan Dinding dan Bangunan Kolonial

Benteng Rotterdam, Kota Makassar, 2014

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 57: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

52

� Kajian Gua-Gua Prasejarah di Belae, Kabupaten Pangkep,

Sulawesi Selatan, 2015

� Kajian Pelestarian Situs-Situs Paleolitik Lembah Wallenae,

Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, 2016

� Kajian Pelindungan Cagar Budaya di Lembah Walennae,

Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, 2017

� Kajian Zonasi Rumah Adat Tradisional Sillanan, Kabupaten

Tana Toraja, Sulawesi Selatan, 2017

� Kajian Zonasi Makam-Makam Islan, Kabupaten Barru,

Sulawesi Selatan, 2017

4. Penataan Lingkungan

� Kompleks Makam Kassi Bumbung, Kabupaten Tak alar,

Sulawesi Selatan, 2011

� Kompleks Makam Jera Palette, Kabupaten Takalar,

Sulawesi Selatan, 2013

� Kete Kesu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 2014

� Kompleks Makam Tambulese, Kabupaten Majene, Sulawesi

Barat, 2016

e. Pelaksanaan pemanfaatan cagar budaya dan yang diduga cagar budaya � Evaluasi Pengendalian Pemanfaatan Benteng Balanipa

Kabupaten Sinjai dan Villa Yuliana Kabupaten Soppeng,

2015.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 58: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

53

� Evaluasi Pengendalian Pemanfaatan Museum Lapawawoi di

Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dan Museum Mandari di

Kabupaten Majene Sulawesi Barat, 2016

� Evaluasi Pengendalian Pemanfaatan Taman Prasejarah

Leang-Leang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2017

f. Pelaksanaan dokumentasi dan publikasi cagar budaya dan yang diduga cagar budaya, yang meliputi: 1. Pendataan Cagar Budaya

� Pendataan di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara,

Sulawesi Selatan, 2011

� Pendataan di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara,

2012

� Pendataan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2013

� Pendataan di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi

Tenggara, 2013

� Pendataan di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi

Tenggara, 2013

� Pendataan di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan,

2013

� Pendataan di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, 2014

� Pendataan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara,

2014

� Pendataan di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, 201 4

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 59: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

54

� Pendataan di Kabupaten Takalar, Sinjai, Wajo dan

Parepare, Sulawesi Selatan, 2016

2. Pemetaan/Pengukuran Situs

� Situs Penampungan Tua Balla Peu, Kabupaten Mamasa,

Sulawesi Barat, 2011

� Kompleks Makam Dea Dg. Lita dan Raowa Kajang,

Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, 2011

� 20 situs di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan,

2011

� Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Kota

Makassar, Sulawesi Selatan, 2011

� Petta Palase Lase'e, KM We Tenri Leleang, dan KM La

Maddusila, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 2011

� Tiga Kawasan Cagar Budaya di Kabupaten Toraja Utara,

Sulawesi Selatan

� Kompleks Makam Kalokkoe Watu, Kabupaten Soppeng,

Sulawesi Selatan, 2012

� Kompleks Makam Tambulese, Kabupaten Majene,

Sulawesi Selatan, 2012

� Situs Benteng Balang Nipa, Situs batu Pake Gojeng dan

KM Arung Bulo-Bulo, Kabupaten Sinjai, Sulawesi

Selatan, 2013

� Situs Neolitik Mallawa di Kec. Mallawa, Kabupaten

Maros, Sulawesi Selatan, 2013

� Kawasan Benteng Kalegowa dan sekitarnya, Kabupaten

Gowa, Sulawesi Selatan, 2013

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 60: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

55

� Istana Raja Bone dan Gua Prasejarah, Kabupaten Bone,

Sulawesi Selatan, 2013

� Situs goa Tontonan, Makam Nek Lintik dan Makam

Puang Cambang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatan, 2013

� Kawasan Istana Datu Luwu dan Sekitarnya, Kabupaten

Palopo, Sulawesi Selatan, 2013

� Kompleks Makam Kuno Arung Kaballangang dan

Kompleks Makam Arung Kapallangang Lapanatta Daeng

Patombong, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, 2013

� Rumah Adat Makuang Kec. Messawa, Kabupaten

Mamasa, Sulawesi Barat, 2013

� Kompleks Makam Beluwu, Kompleks Makam Tosalama

Lampoko dan Kompleks Makam Pallabuang, Kabupaten

Polewali Mandar, Sulawesi Barat, 2014

� Kawasan Sanggala, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi

Selatan

� Lima Lokasi Cagar Budaya di Kabupaten Enrekang,

Sulawesi Selatan, 2014

� Benteng Mardadi di Kota Bau-bau, Benteng Takimpu

lipu Ogena dan Benteng Rongi di Kabupaten Buton,

Sulawesi Selatan, 2014

� Makam Maddikae ri Barabba, KM. Somba'e di Palioi, dan

KM. Raja-Raja Gowa di Campagayya, Kabupaten

Bulukumba, Sulawesi Selatan, 2015

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 61: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

56

� Kompleks Makam Raja-Raja Sibulue (Jera'e), Kompleks

Makam Dulung Awang Tangka, dan Kompleks Makam

Paijo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 2015

� Gua Prasejarah di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara,

2015

� Kompleks Makam Datuk Patimang, Rumah Adat

Banuwasalu dan Megalitik Sassa, Kabupaten Luwu

Utara, Sulawesi Selatan, 2015

� Rumah Adat Banua Sulu, Kompleks Makam Datu

Patimang, Datu Sulaiman, Kabupaten Luwu Utara,

Sulawesi Selatan, 2016

� Pemetaan Bawah Air Perairan Bulango, Kabupaten

Pangkep, Sulawesi Selatan, 2016

� Gua-Gua Prasejarah di Kawasan Leang Kabori,

Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, 2017

� Pemetaan Bawah Air Di Danau Matano, Kabupaten

Luwu Timur, Sulawesi Selatan, 2017

3. Penggambaran Cagar Budaya

� Kompleks Makam Latenri Ruwa, Kabupaten Bantaeng,

Sulawesi Selatan, 2016

� Gedung Mulo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 2017

� Pengadilan Negeri Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 2017

� Penggambaran Tinggalan Bawah Air di Perairan lae -Lae,

Kota Makassar, 2017

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 62: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

57

4. Updating Cagar Budaya

� Situs Bawah Air di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan,

2011

� Situs di Kabupaten Takalar, Jeneponto, Bantaeng,

Bulukumba, Wajo dan Sidrap, Sulawesi Selatan, 2012

� Situs di Kota Makassar, Kabupaten Barru, Pinrang dan

Polewali Mandar, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat,

2013

� Situs di Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara, 2014

� Gua-Gua Prasejarah di Maros dan Pangkep, Sulawesi

Selatan, 2017

5. Penjaringan Informasi

� Penjaringan Informasi Bawah Air di Kabupaten Buton,

Sulawesi Tenggara, 2013

� Penjaringan Informasi Bawah Air di Kabupaten Sinjai,

Sulawesi Selatan, 2014

� Penjaringan Informasi Bawah Air di Kabupaten Pin rang,

Parepare, dan Barru, Sulawesi Selatan, 2015

� Penjaringan Informasi Bawah Air di Kabupaten Mamuju

dan Majene, Sulawesi Barat, 2015

� Penjaringan Informasi Bawah Air di Kabupaten Bombana,

Kabupaten Muna dan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara,

2016

� Peninjauan Penemuan Arca di Desa Mampu, Kabupaten

Enrekang, Sulawesi Selatan, 2016

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 63: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

58

6. Inventarisasi Benda Cagar Budaya di Museum Caleo,

Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, 2014

7. Pameran Cagar Budaya

� Pameran Cagar Budaya di Pantai Losari, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan, 2011

� Pameran Cagar Budaya di Kabupaten Sinjai, Sulawesi

Selatan, 2011

� Pameran Cagar Budaya di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi

Selatan, 2012

� Pameran Cagar Budaya di Mall Panakukang, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan, 2013

� Pameran Cagar Budaya di Kota Goro ntalo, Gorontalo, 2013

� Pameran Cagar Budaya di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi

Selatan, 2014

� Pameran Cagar Budaya di Kabupaten Buton, Sulawesi

Tenggara, 2014

� Pameran Cagar Budaya di Kabupaten Bone, Sulawesi

Selatan, 2016

� Pameran Cagar Budaya Bawah Air di Be nteng

Ujungpandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 2017

8. Penataan Ruang Informasi Taman Prasejarah Leang -Leang,

Kabupaten Maros dan Sumpang Bita, Kabupaten Pangkep,

Sulawesi Selatan, 2013

9. Sosialisasi

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di

Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, 2011

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 64: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

59

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di

Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, 2012

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di Kota

Makassar, Sulawesi Selatan, 2012

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di

Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, 2012

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di

Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 2013

� Sosialisasi Hasil Zonasi Benteng Rotterdam di Kota

Makassar, Sulawesi Selatan, 2013

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di

Kabupaten Masamba, Sulawesi Selatan, 2013

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di

Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, 2014

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di Kota

Kendari, Sulawesi Selatan, 2014

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di

Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 2014

� Sosialisasi Undang-Undang No. 11 tahun 2010 di

Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, 2015

10. Pembuatan Film Cagar Budaya

� Pembuatan Film Dokumenter di Kota Makassar dan

Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011

� Pembuatan Film Dokumenter di Kabupaten Sinjai,

Sulawesi Selatan, 2011

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 65: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

60

� Pembuatan Film Dokumenter di Kabupaten Barru,

Sulawesi Selatan, 2012

� Pembuatan Film Dokumenter Cagar Budaya di Kabupaten

Jeneponto, Sulawesi Selatan, 2014

11. Pendokumentasian dengan 3D Scanner

� Kawasan Gua-Gua Prasejarah, Kabupaten Maros dan

Pangkep, Sulawesi Selatan, 2015

� Gua Uhallie di Kabupaten Bone dan Gua -Gua di Kabupaten

Maros, Sulawesi Selatan, 2017

g. Pelaksanaan kemitraan dibidang pelestarian cagar budaya dan yang diduga cagar budaya 1. Revitalisasi Museum Dg. Metande, Mamasa, Sulawesi

Tenggara, 2016;

2. Pameran Bersama Cagar Budaya di Kota Ternate, Kota

Serang dan Kabupaten Soppeng, 2016

3. Konservasi Mumi Pumo, Araboda dan Juwika, Kabupaten

Jayawijaya bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, Papua, 2017

4. Pameran Cagar Budaya di Galeri Nasional, Jakarta, 2017

5. Pameran Bersama Cagar Budaya di Kota Ternate dan

Kota Gorontalo, 2017

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 66: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

61

ApaituCagarBudaya?

Cagar Budaya adalah Warisan budaya bersifat kebendaan berupa

Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar

Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat

dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena

memiliki nilai pneting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses

penetapan.

BagaimanaKriteriaCagarBudaya?

Cagar Budaya harus memiliki kriteria:

• Berusia 50 Tahun atau lebih;

• Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun;

• Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan;

• Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

BagaimanaKlasi�ikasiCagarBudaya?1. Benda Cagar Budaya:

a. berupa benda alam atau benda buatan manusia yang

dimanfaatkan oleh manusia seta sisa-sisa biota yang dapat

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 67: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

62

dihubungkan dengan kegiatan manusia dan/atau dapat

dihubungkan dengan sejarah manusia

b. Bersifat bergerak atau tidak bergerak, dan

c. Merupakan kesatuan atau kelompok (pasal 6)

2. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat

dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi

ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.

Bangunan cagar budaya dapat berupa:

a. Berunsur tunggal atau banyak; dan/atau

b. Berdiri bebas aatau menyatu dengan formasi alam (pasal 7)

Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbat dari

benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi

kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana,

dan pasarana untuk menampung kebutuhan manusia.

Struktur Cagar budaya dapat :

a. Berunsur tunggal atau banyak; dan/atau

b. Sebagian atau seluruhnya menyatu dengan formasi alam

(pasal 8)

Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada didarat dan/atau

diair yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar

Budaya, dan/atau struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan

manusia atau bukti kejadian masa lalu (pasal 9)

Kawasan Cagar Budaya adalah ruang geografis yang memiliki

dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan

dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas (pasal 10

ayat 1).

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 68: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

63

ApaPeranMasyarakatterhadapCagarBudaya?Masyarakat dapat berpartisipasi terhadap penanganan Cagar

Budaya, seperti yang dijelasakan dalam beberapa pasal di

Undang-Undang No. 11 tahun 2010. sebagai berikut:

a. Pendaftaran

Setiap orang memiliki dan/atau menguasai cagar budaya

wajib mendaftarkannya kepada pemerintah kabupaten/kota

tanpa dipungut biaya (Pasal 29)

b. Melindungi

Setiap orang dapat berperan serta melakukan perlindungan

cagar budaya (pasal 56)

c. Penyelamatan

Setiap orang berhak melakukan penyaelamatan cagar budaya

yang dimiliki atau yang dikuasainya dalam keadaan darurat

atau yang memaksa untuk dilakukakan tindakan

penyelamatan (pasal 57)

d. Pendanaan

Pendanaan Pelestarian cagar budaya menjadi tanggung

jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan

masyarakat (Pasal 98)

e. Mengawasi

Masyarakat ikut berperan serta dalam pengawasan

pelestarian cagar budaya (Pasal 99)

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 69: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

64

ApaKewajibanPemilikatauyangmenguasaiCagarBudaya?

Jika masyarakat memiliki atau menguasai Cagar Budaya, maka

kewajiban yang harus dilakukan pemilik Cagar Budaya ada lah:

a. Dalam melakukan penyelamatan wajib menjaga dan merawat

cagar budaya dari pencurian, pelapukan, atau kerusakan

baru (pasal 59 ayat (3))

b. Wajib melakukan pengamanan (pasal 61 ayat (2))

c. Wajib memelihara cagar budaya yang dimiliki dan/atau yang

dikuasainya.

BagaimanaJikaKitaMenemukanCagarBudaya? Masyarakat yang menemukan Cagar Budaya atau yang diduga

Cagar Budaya, harus mengikuti pasal 23 dan 24 pada Undang -

Undang Cagar Budaya no 11 tahun 2010, yaitu:

a. Setiap orang yang menemukan benda yang diduga Benda

Cagar Budaya, bangunan yang diduga Bangunan Cagar

Budaya, struktur yang diduga Struktur Cagar Budaya,

dan/atau lokasi yang diduga Situs Cagar Budaya wajib

melaporkannya kepada instansi yang berwenang di bidang

kebudayaan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan/atau

instansi terkait paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak

ditemukannya (Pasal 23 ayat 1);

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 70: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

65

b. Temuan yang tidak dilaporkan oleh penemunya dapat diambil

alih oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah (pasal 23

ayat 2);

c. Instansi yang berwenang di bidang kebudayaan melakukan

pengkajian terhadap temuan (pasal 23 ayat 3).

d. Setiap orang berhak memperoleh kompensasi apabila benda,

bangunan, struktur, atau lokasi yang ditemukannya

ditetapkan sebagai Cagar Budaya (pasal 24 ayat 1);

e. Apabila temuan yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya

sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit

jumlahnya di Indonesia, dikuasai oleh Negara (pasal 24 ayat

2);

f. Apabila temuan yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya

tidak langka jenisnya, tidak unik rancangannya, dan

jumlahnya telah memenuhi kebutuhan negara, dapat dimiliki

oleh penemu (pasal 24 ayat 3)

PencarianCagarBudaya

Jika ingin melakukan pencarian Cagar Budaya, ada hal-hal yang

di perlu diperhatikan seperti yang dijelaskan dalam pasal 26

pada Undang-Undang Cagar Budaya No 11 tahun 2010, yaitu:

a. Pemerintah berkewajiban melakukan pencarian benda,

bangunan, struktur dan /atau dan / atau lokasi yang diduga

sebagai cagar budaya (pasal 26 ayat 1)

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 71: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

66

b. Pencarian dapat dilakukan setiap orang dengan cara

penggalian, penyelamatan dan / atau pengangkatan didarat

dan /atau diair dengan izin dari pemerintah (pasal 26 ayat 2)

c. Pencarian yang dilakukan dengan didahului penelitian dengan

tetap memperhatikan hak kepemilikan dan/atau penguasaan

lokasi (pasal 26 ayat 3).

ApaituPendaftaranCagarBudaya?

Pendaftaran adalah upaya pencatatan benda, bangunan,

struktur, lokasi dan/atau satuan ruang geografis untuk diusulkan

sebagai cagar budaya kepada pemerintaah kabupaten/kota atau

perwakilan Indonesia diluar negeri dan selanjutnya dimasukkan

dalam Register nasional cagar budaya (pasal 1 ayat 16).

Pemerintah kabupaten/kota bekerjasama dengan setiap orang

dalam melakukan pendaftaran (Pasal 28).

BagaimanaCaraMendaftarkanCagarBudaya? Pendaftaran Cagar Budaya dijelaskan dalam Undang-Undang No.

11 tahun 2010, pasal 29:

a. Setiap orang yang memiliki dan /atau menguasai cagar

budaya wajib mendaftarkannya kepada pemerintah

kabupaten/kota tanpa dipungut biaya (pasal 29 ayat 1);

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 72: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

67

b. Setiap orang dapat berpartisiasi dalam melakukan

pendaftaran terhadap benda, bangunan, sruktur dan lokasi

yang diduga sebagai cagar budaya meskipun tidak memiliki

atau menguasainya (pasal 29 ayat 2);

c. Pemerintah kabupaten/kota melasanakan pendaftaran cagar

budaya yang dkuasai oleh Negara atau yang tidak diketahui

pemiliknya sesuai dengan tingkat kewenangannya (pasal 29

ayat 3);

d. Pendaftaran cagar budaya diluar negeri dilaksanakan oleh

perwakilan republik Indonesia di luar negeri (pasal 29 ayat 4);

e. Hasil pendaftaran harus dilengkapi dengan deskripsi dan

dokumentasinya (pasal 29 ayat 5);

f. agar budaya yang tidk didaftarkan oleh pemiliknya dapat

diambil alih oleh pemerintah dan/ atau pemerintah daerah

(pasal 29 ayat 5).

PengkajianCagarBudaya

Hasil pendaftaran diserahkan kepada Tim Ahli Cagar Budaya

untuk dikaji kelayakannya sebagai Cagar Budaya atau bukan

Cagar Budaya (pasal 31 ayat 1). Pengkajian bertujuan untuk

melakukan identifikasi dan klasifikasi terhadap benda,

bangunan, struktur, lokasi, dan satuan ruang geografis yang

diusulkan untuk ditetapkan sebagai Cagar Budaya (pasal 31 ayat

2). Tim ahli Cagar Budaya ditetapkan dengan (pasal 31 ayat 3):

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 73: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

68

a. Keputusan Menteri untuk tingkat nasional;

b. Keputusan Gubernur untuk tingkat provinsi; dan

c. Keputusan Bupati/Wali Kota untuk tingkat kabupaten/kota.

Dalam melakukan kajian, Tim Ahli Cagar Budaya dapat dibantu

oleh unit pelaksana teknis atau satuan kerja perangkat daerah

yang bertanggung jawab di bidang Cagar Budaya (pasal 31 ayat

4). Selama proses pengkajian, benda, bangunan, struktur, atau

lokasi hasil penemuan atau yang didaftarkan, dilindungi dan

diperlakukan sebagai Cagar Budaya (pasal 31 ayat 5).

BagaimanaProsesPenetapanCagarBudaya? Setelah dilakukan Pendaftaran dan Pengkajian Cagar Budaya,

selanjutnya dilakukan Penetapan Cagar Budaya seperti yang

tertera pada pasal 33, pasal 34, pasal 35 dan pasal 36 pada

Undang-Undang Cagar Budaya no 11 tahun 2010, yaitu:

a. Bupati/wali kota mengeluarkan penetapan status Cagar

Budaya paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah rekomendasi

diterima dari Tim Ahli Cagar Budaya yang men yatakan benda,

bangunan, struktur, lokasi, dan/atau satuan ruang geografis

yang didaftarkan layak sebagai Cagar Budaya (pasal 33 ayat

1);

b. Setelah tercatat dalam Register Nasional Cagar Budaya,

pemilik Cagar Budaya berhak memperoleh jaminan hukum

berupa:

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 74: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

69

1. surat keterangan status Cagar Budaya; dan

2. surat keterangan kepemilikan berdasarkan bukti yang

sah (pasal 33 ayat 2);

c. Penemu benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah

ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar

Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya berhak mendapat

Kompensasi (pasal 33 ayat 3);

d. Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya yang berada

di 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih ditetapkan sebagai

Cagar Budaya provinsi (pasal 34 ayat 1);

e. Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya yang berada

di 2 (dua) provinsi atau lebih ditetapkan sebagai Cagar

Budaya nasional (pasal 34 ayat 2);

f. Pemerintah kabupaten/kota menyampaikan hasil penetapan

kepada pemerintah provinsi dan selanjutnya diteruskan

kepada Pemerintah (pasal 35);

g. Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang

geografis yang memiliki arti khusus bagi masyarakat atau

bangsa Indonesia sebagaimana dalam Pasal 11 dapat

ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan Keputusan Menteri

atau Keputusan Gubernur setelah memperoleh rekomendasi

Tim Ahli Cagar Budaya sesuai dengan tingkatannya (pasal

36).

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 75: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

70

BagaimanaMelakukanPemugaranCagarBudaya?Bangunan dan struktur Cagar Budaya tidak seperti bangunan dan

struktur pada umumnya, untuk itu pemugaran yang dilakukan

harus memperhatikan hal-hal di bawah ini:

a. Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar

Budaya yang rusak dilakukan untuk mengembalikan kondisi

fisik dengan cara memperbaiki, memperkuat, dan/atau

mengawetkannya melalui pekerjaan rekonstruksi,

konsolidasi, rehabilitasi, dan restorasi (pasal 77 ayat 1)

b. Pemugaran Cagar Budaya harus memperhatikan:

� keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya, dan/atau

teknologi pengerjaan;

� kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin;

� penggunaan teknik, metode, dan bahan yang tidak

bersifat merusak; dan

� kompetensi pelaksana di bidang pemugaran (pasal 77 ayat

2)

c. Pemugaran harus memungkinkan dilakukannya penyesuaian

pada masa mendatang dengan tetap mempertimbangkan

keamanan masyarakat dan keselamatan Cagar Budaya (pasal

77 ayat 3)

d. Pemugaran yang berpotensi menimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan sosial dan lingkungan fisik harus

didahului analisis mengenai dampak lingkungan sesuai

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 76: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

71

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (pasal 77

ayat 4)

e. Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar

Budaya wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya (pasal 77 ayat 5)

f. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemugaran Cagar Budaya

diatur dalam Peraturan Pemerintah (pasal 77 ayat 6)

g. Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar

Budaya wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya (pasal 77 ayat 7)

h. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemugaran Cagar Budaya

diatur dalam Peraturan Pemerintah (pasal 77 ayat 8)

DapatkahCagarBudayadiHapus?Undang-undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya

menjelaskan mengenai penghapusan Cagar Budaya pada Pasal

50, yaitu sebagai berikut:

a. Cagar Budaya yang sudah tercatat dalam Register Nasional

hanya dapat dihapus dengan Keputusan Menteri atas

rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya di tingkat Pemerintah

(pasal 50 ayat 1)

b. Keputusan penghapusan harus ditindaklanjuti oleh

Pemerintah Daerah (pasal 50 ayat 2)

c. Penghapusan Cagar Budaya dari Register Nasional Cagar

Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dilakukan

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 77: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

72

apabila Cagar Budaya, musnah; hilang dan dalam jangka

waktu 6 (enam) tahun tidak ditemukan; mengalami

perubahan wujud dan gaya sehingga kehilangan keasliannya;

atau di kemudian hari diketahui statusnya bukan Cagar

Budaya (pasal 51 ayat 1)

d. Penghapusan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dengan tidak menghilangkan data dalam

Register Nasional Cagar Budaya dan dokumen yang

menyertainya (pasal 51 ayat 2)

e. Dalam hal Cagar Budaya yang hilang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b ditemukan kembali, Cagar Budaya

wajib dicatat ulang ke dalam Register Nasional Cagar Budaya

(pasal 51 ayat 3)

BagaimanaTugasdanWewenangPemerintahterhadapCagarBudaya?Tugas Pemerintah terhadap Cagar Budaya tercantum dalam

pasal 95, Undang-Undang No 11 tahun 2010, yaitu:

a. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mempunyai tugas

melakukan Pelindungan,Pengembangan, dan Pemanfaatan

Cagar Budaya (pasal 95 ayat 1)

b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

tingkatannya mempunyai tugas (pasal 95 ayat 2):

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 78: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

73

� mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, serta

meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab akan hak dan

kewajiban masyarakat dalam Pengelolaan Cagar Budaya;

� mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang dapat

menjamin terlindunginya dan termanfaatkannya Cagar

Budaya;

� menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan Cagar

Budaya;

� menyediakan informasi Cagar Budaya untuk masyarakat;

� menyelenggarakan promosi Cagar Budaya;

� memfasilitasi setiap orang dalam melaksanakan

pemanfaatan dan promosi Cagar Budaya;

� menyelenggarakan penanggulangan bencana dalam keadaan

darurat untuk benda, bangunan, struktur, situs, dan

kawasan yang telah dinyatakan sebagai Cagar Budaya serta

memberikan dukungan terhadap daerah yang mengalami

bencana;

� melakukan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi

terhadap Pelestarian warisan budaya; dan

� mengalokasikan dana bagi kepentingan Pelestarian Cagar

Budaya.

Wewenang Pemerintah terhadap Cagar Budaya tercantum dalam

pasal 96, Undang-Undang No 11 tahun 2010, yaitu:

a. Pemerintah dan Pemerintah Daer ah sesuai dengan

tingkatannya mempunyai wewenang (pasal 96 ayat 1):

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 79: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

74

� menetapkan etika pelestarian Cagar Budaya;

� mengkoordinasikan Pelestarian Cagar Budaya secara lintas

sektor dan wilayah;

� menghimpun data Cagar Budaya;

� menetapkan peringkat Cagar Budaya;

� menetapkan dan mencabut status Cagar Budaya;

� membuat peraturan Pengelolaan Cagar Budaya;

� menyelenggarakan kerja sama Pelestarian Cagar Budaya;

� melakukan penyidikan kasus pelanggaran hukum;

� mengelola Kawasan Cagar Budaya;

� mendirikan dan membubarkan unit pelaksana teknis bidang

Pelestarian, Penelitian, dan museum;

� mengembangkan kebijakan sumber daya manusia di bidang

kepurbakalaan;

� memberikan penghargaan kepada setiap orang yang telah

melakukan Pelestarian Cagar Budaya;

� memindahkan dan/atau menyimpan Cagar Budaya untuk

kepentingan Pengamanan;

� melakukan pengelompokan Cagar Budaya berdasarkan

kepentingannya menjadi peringkat nasional, peringkat

provinsi, dan peringkat kabupaten/kota;

� menetapkan batas situs dan kawasan; dan

� menghentikan proses pemanfaatan ruang atau proses

pembangunan yang dapat menyebabkan rusak, hilang, atau

musnahnya Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagian -

bagiannya.

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 80: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

75

b. Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Pemerintah berwenang (pasal 96 ayat 2):

� menyusun dan menetapkan Rencana Induk Pelestarian

Cagar Budaya;

� melakukan pelestarian Cagar Budaya yang ada di daerah

perbatasan dengan negara tetangga atau yang berada di

luar negeri;

� menetapkan Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,

Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan/atau

Kawasan Cagar Budaya sebagai Cagar Budaya Nasional;

� mengusulkan Cagar Budaya Nasional sebagai warisan dunia

atau Cagar Budaya bersifat internasional; dan

� menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria

Pelestarian Cagar Budaya.

c. Pemerintah dan Pemerintah D aerah memfasilitasi

pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (pasal 97 ayat1)

d. Pengelolaan kawasan dilakukan tidak bertentangan dengan

kepentingan masyarakat terhadap Cagar Budaya dan

kehidupan sosial (pasal 97 ayat 2)

e. Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dilakukan oleh badan

pengelola yang dibentuk oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan/atau masyarakat hokum adat (pasal 97 ayat 3)

f. Badan Pengelola dapat terdiri atas unsur Pemerintah

dan/atau Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat

(pasal 97 ayat 4)

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 81: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

76

g. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengelolaan Cagar Budaya

diatur dalam Peraturan Pemerintah (pasal 97 ayat 5)

Pendanaan

Pendanaan Pelestarian Cagar Budaya menjadi tanggung jawab

bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat,

dengan sumber dana berasal dariAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Hasil pemanfaatan cagar budaya

Sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan (pasal 98 ayat 1-2)

PelanggaranterhadapCagarBudaya

Memindahkan cagar budaya baik peringkat Nasional, propinsi,

kabupaten/kota baik seluruh maupun bagian-bagiannya,

kecuali dengan izin Mentei, Gubernur atau Bupati/Walikota

sesuai dengan tingkatannya (pasal 67 ayat (1))

b. Memisahkan cagar budaya baik peringkat Nasional, propinsi,

kabupaten/ kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya,

kecali dengan izin Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai

dengan tingkatannya (pasal 67 ayat (2))

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 82: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

77

c. Membawa cagar budaya keluar wilayah Negara Republik

Indonesia kecuali dengan izin Menteri (pasal 68 ayat (2))

d. Membawa cagar budaya keluar wilayah propinsi atau

kabupat/kota, sesai dengan izin Gubernur atau

Bupati/Walikota (pasal 69 ayat (2))

e. Melakukan pemugaran bangunan cagar budaya dan struktur

cagar budaya tanpaa izin dari pemerintah atau pemerintah

daerah sesuai dengan kewenangannya (pasal 77 ayat (5))

f. Mengubah fungsi ruang situs cagar budaya dan/atau kawasan

cagar budaya peringkat Nasional, Propinsi atau Kabupaten /

Kota kecuali dengan izin Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota

sesuai dengan tingkatannya (pasal 81 ayat (1))

g. Mendokumentasikan cagar budaya baik seluruh maupun

bagian-bagiannya untuk kepentingan komersial tanpa seizin

pemilik dan/atau yang menguasainya (pasal 92)

h. Memanfaatkan cagar budaya baik peringkat Nasional,

Propinsi, atau Kabupaten/Kota baik seluruh maupun bagian-

bagiannya, dengan cara perbanyakan sesuai dengan izin

Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota seai dengan

tingkatannya (pasal 93 ayat (1))

KejahatanTerhadapCagarBudayaa. Sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan

upaya pelestarian cagar budaya (pasal 55)

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 83: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

78

b. Merusak cagar budaya, baik seluruh maupun bagian -

bagiannya dari kesatuan, kelompok, dan/atau dari letak asal

(pasal 66 ayat (1)

c. Mencuri cagar budaya, baik seluruh maupun bagian -

bagiannya, dai kesatuan, kelompok, dan/atau dari letak asal

(pasal 66 ayat (2)).

SanksiP idana

Sanksi pidana terhadap pelanggaran cagar budaya dibedakan

menjadi:

a. Pidana Pokok

� Sanksi pidana atas pelanggaran cagar budaya secaa umum

diancam hukuman penjara paling singkat 3 (tiga) bulan

dan paling lama 15 (lima belas)tahun, dengan denda

paling sedikit Rp 10.000.000 (sepuluh juta) rupiah dan

sebanyak-banyaknya Rp 1.500.000.000 (satu milyar lima

ratus juta)rupiah.

� Ketentuan sanksi pidana pokok diatur dalam pasal 101 -

114.

b. Pidana Tambahan

Sanksi pidana tambahan berupa:

� Kewajiban bahan, bentuk, dan tata letak, dan tata letak,

dan/atau teknik pengerjaan sesuai dengan aslinya atas

tanggungan sendiri, dan/atau

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 84: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

79

� Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak

pidana.

� Bagi Badan Usaha berbadan Hukum atau badan usaha

bukan berbadan hokum, selain dikenakan tindakan pidana

pokok, tindakan pidana tambahan juga dikenakan

tindakan pencabutan izin usaha (pasal 115).

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Page 85: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,

Pro

fil B

alai

Pe

lest

aria

n C

agar

B u

day

a S u

lse

l

Daftar Pustaka

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan. Rencana Strategis 2015-2019. Renstra. Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan, 2015.

Natsir, Mohammad. "Sekilas Lembaga Purbakala Makassar." Refleksi 100 Tahun Lembaga Purbakala Makassar (2013): 7 - 12.

Republik Indonesia. 2010. Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Lembaran Negara RI Tahun 2010. Jakarta: Sekretariat Negara

Republik Indonesia. 2013. Permendikbud No 28 tahun 2013 tentang Rincian Tugas Balai Pelestarian Cagar Budaya. Jakarta: Sekretarian Negara.

Republik Indonesia. 2015. Permendikbud No 30 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya, Jakarta: Sekretarian Negara.

Page 86: Aha Jadi profilkebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/...Tengah dan Sulawesi Tenggara, berubah dengan dibentuknya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gorontalo,